SlideShare a Scribd company logo
1 of 61
AUDIO & STUDIO
PRODUCTION
 Video : composite, atau component.
 Audio : analog stereo balance.
 Sinkronisasi signal sangat penting, diperlukan
synchronize generator (Sync Gen) & perhitungan
panjang kabel yang akurat agar signal video sinkron.
 Efek jika tidak sync : gambar akan rolling, gamar
tidak in-frame (slide-up atau slide-down), transisi
gambar tidak mulus, tidak bisa mixing gambar.
 Digital Video :
 SDI (Serial Digital Interface), signal video digital yang
digunakan pada peralatan video profesional. Disebut
juga CCIR-601, SMPTE-259.
 Bitrate 270 Mbps. Untuk SD (Standarad Definition).
 Untuk HD-SDI bitrate 1485 Mbps.
 Digital audio : AES/EBU
 Digital audio standard untuk studio facility.
 Mode balance (3 kabel-XLR) atau unbalance (2 kabel –
Coax)
 Bitrate 3 – 6 Mbps
 Tetap diperlukan sync gen, namun sinkronisasi
signal video tidak se kritis jika analog. Artinya
dengan panjang kabel video yang berbeda
gambar tetap sync.
 Suatu alat untuk men-sinkron-kan video signal
dari luar facility dengan video signal yang ada
dalam facility. Misal signal video dari satelit,
microwave siaran luar,dll.
 Dengan cara mem-buffer 1 frame gambar dari
signal video kedalam memorinya dan
melepaskannya sesuai signal sync referensinya.
 FS selalu dipasangkan dengan audio delay.
 Gunanya audio delay adalah menahan signal
audio sesuai lamanya dari FS. Sehingga antara
video dan audio lipsync.
 Walaupun audio sering dianggap tidak
penting daripada video, karena 90% informasi
yang diserap oleh manusia adalah dari video.
 Namun kekurangan pada audio dapat
mengurangi kualitas program. Misal suara
yang cacat, tidak sinkron dengan gambar. Bagi
penonton akan bisa sangat mengganggu.
 Suara diukur dalam satuan dB (Decibel)
 Ratio antara signal suara yang diukur terhadap
0 dB sebagai reference point.
 Bagi akustik suara ukuran yang digunakan
dBSPL, yaitu pengukuran akustik suara
berdasar pengukuran tekanan udara. Contoh
suara percakapan jarak 1 m = 60 dBSPL, Disco 1
m dari speaker = 110 dBSPL,dll
 Bagi peralatan elektronik 0 dB adalah batas
maksimum yang diperbolehkan untuk
memancarkan signal audio. Skala yang
digunakan adalah VU (Volume Unit). Jadi bagi
peralatan elektronik audio analog, maksimum
signal audio yang diperbolehkan adalah 0
dBVU.
 Namun bagi peralatan analaog audio
elektronik recording, terkadang masih
diperbolehkan jika sesaat lebih dari +12 dB.
 Mono : 1 channel
 Stereo : 2 channel
 Surround 5.1
 Impedance
 Consumer high impedance >10k Ohm. Murah,
kualitas suara lebih jelek, jarak kabel pendek.
 Profesional low impedance < 600 Ohm. Mahal,
kualitas suara lebih bagus, jarak kabel bisa panjang.
 Ohm adalah satuan hambatan listrik pada kabel.
 Ada converter untuk merubah impedance.
 Unbalance : 2 kabel, rentan noise dari luar.
 Balance : 3 kabel, lebih tahan terhadap noise.
 Semua peralatan audio kecuali microphone
menghasilkan signal audio analog yang sangat
kuat. Kekuatan signal ini disebut “line level”
atau “high level”.
 Namun microphone signalnya sangat lemah.
Sehingga kekuatan signalnya disebut “mic
level” atau “Low level”
 Biasanya mic level lebih rendah 40-60 dB dari
line level.
 Phase terbalik.
 Umumnya terjadi pada signal audio analog
balance.
 Jika dua signal audio, antara satu dengan
lainnya berbeda phase 180 derajat. Sehingga
satu dengan lainnya akan saling meniadakan.
Pada speaker kita bisa mendengar beberapa
saat tidak ada suara atau levelnya merendah
tiba-tiba sesaat.
 Solusinya terkadang hanya dengan membalik
polaritas (positif-negatifnya) pada salah satu
kabel, kiri saja atau kanan saja.
 Untuk memeriksa phase audio terbalik atau
tidak bisa menggunakan alat ukur audio.
 Untuk memproduksi suara yang berkualitas
dari microphone ada 2 hal yang harus
diperhatikan : Pemilihan tipe mic &
penempatannya.
 Pemilihan mic :
 Bentuk fisik
 Kemudahan instalasi.
 Kualitas suara, kejernihan dan keakuratan.
 Sensitifitas (frekuensi respon)
 Arah cakupan : omnidirectional, directional.
 Prinsip penempatan mic :
 Sedekat mungkin dengan sumber suara.
 Hindari feedback.
 Hindari 2 mic yang berdekatan mengambil suara
yang sama. Akan mengakibatkan beda phase.
 Kualitas suara saat produksi juga ditentukan dari :
 Perspektif suara : harus sesuai dengan perspektif gambar.
 Akustik ruangan :
 Yang memantul (reverb), dinding menggunakan material
keras sehingga memantulkan suara. Bisa menimbulkan
efek noise dan echo.
 Yang menyerap (dead room). Menggunakan material yang
menyerap suara. Misal ruang studio tv, radio.
 Keberadaan suara (sound presence) : yaitu ratio antara direct
dan indirect gelombang suara yang ditangkap mic, dan ini
ditentukan oleh beberapa faktor : tipe mic, akustik ruang dan
volume sumber suara.
 Range Frekuensi audio 20 Hz s/d 20 kHz.
 Mic adalah transduser yang merubah gelombang suara
menjadi signal listrik. Yang mana suatu membran tipis
(diafragma) bergetar (vibrasi) sesuai tekanan udara. Gerakan
diafragmaini kemudian diterjemahkan menjadi signal listrik.
 Material diafragma bisa berupa : kertas, plastik atau
aluminium.
 Contoh penggunaan microphone : telephone, tape recorder,
alat bantu dengar, produksi film, musik show, radio, TV,
komputer, mobilephone dan hal khusus misal sensor
pengukuran, dll.
1. Carbon microphone.
 Teknologi tertua dan paling sederhana, menggunakan
debu karbon. Contoh mic pada telephone rumah.
 Debu karbon mempunyai selembar tipis logam atau
plastik pada satu sisinya. Pada saat tekanan udara dari
suara menyentuh diafragma, maka akan memampatkan
debu karbon, yang akan merubah tahanan listriknya,
sehingga signal listrik yang mengalir akan berubah
sesuai perubahan tahanan dari debu karbon.
 Murah & kuat. Frekuensi respon tidak terlalu bagus,
pada frekuensi tinggi dan rendah. Tidak cocok untuk
rekaman.
2. Dynamic microphone,
 Menggunakan prinsip induksi elektromagnet.
 Diafragma melekat pada gulungan kabel (coil), yang
mana coil diletakkan pada medan magnet dari
magnet permanen. Ketika tekanan udara dari suara
menekan diafragma,maka coil akan bergerak dan
ter-induksi medan magnet, menghasilkan arus
listrik yang mengalir pada coil.
 Penguatan tinggi (high gain), cocok untuk rekaman,
musik. Murah dan tahan terhadap kelembaban.
3. Ribbon (pita) Mic,
 Berisi selembar tipis pita logam (foil) yang digantungkan
didepan plat/batang magnet. Tekanan udara suara
menyebabkan foil bergetar, menghasilkan perubahan
signal listrik.
 Frekuensi respon sangat bagus, cocok untuk rekaman
musik.
 Rapuh, mudah rusak jika terbentur.
4. Condenser mic,
 Sebenarnya adalah suatu kapasitor. Sedangkan
kapasitor adalah komponen listrik, yang terbuat dari
2 plat konduktor (material penghantar listrik) yang
disekat/dipisahkan material bukan penghantar,
yang menyimpan energi listrik statis.
 Pada condenser mic, memakai suatu sumber daya
listrik (baterai) yang mencatu ke-dua lembar plat.
Satu lembar plat dari kapasitor bergerak sesuai
tekanan udara. Perubahan dari kapasitansi listrik
menghasilkan signal listrik, yang lalu diperkuat.
5. Crystal mic,
 Menggunakan fenomena piezoeelectricity, bahwa
beberapa material memproduksi listrik jika
bentuknya berubah.
 Umumnya dipakai pakai instrumen musik seperti
drum, gitar akustik, atau merekam dibawah air.
1. Pilih microphone dynamic jika :
 Untuk keperluan multi guna.
 Budget terbatas.
 Yang handal
 Digunakan untuk live vocal & rekaman.
 Sumber suara cukup keras.
2. Pilih Ribbon mic jika :
 Ingin menangkap frekuensi yang lebar.
 Ingin mendapat kualitas suara yang sempurna.
 Ingin mendapatkan suara yang lembut dan detail.
 Ingin mnedapatkan nuansa yang halus dari studio
rekam.
3. Pilih condenser mic, jika :
 Untuk keperluan aplikasi multi guna, misal rekam
suara juga bisa untuk musik.
 Ingin reproduksi suara yang akurat & jernih.
 Ingin suara yang alami,jernih & bersih. Transparan &
detail.
 Ingin penangkapan yang sensitifitas tinggi, pada ruang
yang relatif hening.
1. Unidirectional atau Cardoid
 Menerima gelombang suara dari satu arah.
 Pickup pattern berbentuk hati atau cardioid. Penerimaan
terbaik pada posisi 00 dari sumber suara, dan respon
minimal pada 1800 .
 Misal yang dipakai penyanyi, pembicara pidato, reporter
The Electro-Voice Type RE11 is
a dynamic supercardioid microphone.
Shotgun mic
2. Bidirectional (dua arah)
 Pickup pattern seperti angka 8. Penerimaan terbaik
pada sudut 00 dan 2700 dari sumber suara.
 Misal dipakai oleh dua orang penyanyi atau
pembicara dialog 2 orang di radio.
3. Omnidirectional (semua arah)
 Menerima suara dari semua arah.
 Misal dipakai dialog meja bundar atau diskusi
kelompok.
1. Lavalier mic.
 Untuk hand free operation
2. U2. Wireless Microphone.
 ntuk kebebasan bergerak.
 Umumnya menggunakan modulasi FM atau
infra merah.
3. Parabolic Microphone.
 Menangkap suara dari jarak jauh, karena sangat
fokus pickup patternnya.
 Misal audio olahraga outdoor, spionase,
penegakan hukum, audio alam, misal suara
harimau.
Windscreen
Connector phone jack
Connector XLR
Connector mini phone jack
Wind Shield
for Windy Area
Pistol Grip
Small Studio & Fisher Boom Mic
Pop up filter
 Speaker adalah electromechanical transduser, yaitu
merubah signal listrik menjadi getaran (vibrasi)
mekanik, yang kemudian berubah menjadi signal
suara.
 Kontruksi loud speaker berisi magnet permanen
berbentuk lingkaran yang melingkari coil (gulungan
kabel) yang bergerak bebas (melayang), yang mana coil
ini melekat pada diafragma berbentu corong (cone) .
 Signal listrik suara yang mengalir pada coil
menimbulkan medan magnet yang menginduksi
medan magnet dari magnet tetap. Berbolak baliknya
polaritas listrik, mengakibatkan berbolak baliknya
medan magnet yang terbentuk oleh coil, sehingga
diafragma cone juga maju dan mundur, sesuai
frekuensi dari signal suara.
Pekerjaan sound engineer saat produksi dilapangan:
 Monitor level volume, melalui VU meter dan earphone
pada output recorder.
 Meyakinkan bahwa suara yang diinginkan, biasa dialog
terpisah dari suara ambient/background.
 Meyakinkan bahwa suara yang diinginkan bersih dari noise
atau interferensi. Misal : gangguan suara karena ada
ledakan, suara klakson.
 Merekam suara ambient (buzz track) dan suara lain yang
menarik noise (wild rack) pada track yang berbeda.
 Berkontribusi pada desain suara dan keseluruhan suara dari
scene.
Pekerjaan sound engineer saat di studio :
 Memilih dan kontrol output dari setiap sumber
suara.
 Menjaga volume indikator pada batasnya
dengn menggerakkan fader di mixer.
 Monitor suara program.
 Cek kualitas suara.
 Melihat sound persfektif, pada monitor TV dan
mengawasi jika boom mic atau shadownya
masuk layar.
 Layout umum
audio mixer
1. Input channel & selection.
2. Input channel processing – equalisation (EQ) &
dynamic gain control.
3. Input channel gain and routing control – mengontrol
kontribusi dari setiap input signal ke beberapa output
buses, termasuk monitor output, “main” outputs &
‘effects sends’.
4. Output buses.
5. Output processing – gain control, EQ & dynamic gain
control yang perlu di adjust pada output signal.
6. Output signal processing – converting the mixer’s
internal processing standard to the format required by
external devices.
7. Monitoring functions – untuk audio monitor control &
metering.
 Compression : compress high level signal.
 Limiter : memotong level signal yg melebihi ambang
batas.
 Expansion : meredam low level signal, utk meredam
noise.
 Gate : mute signal jika level amplitudonya dibawah
ambang.
 Mute : hening, silent
 PFL : pre fade listen
 AFL : After fade listen
 Solo : monitor secara tunggal suatu signal.
 Pan : left or right.
Master fader, mengontrol program yang akan
dikirim ke :
 Master control untuk siaran
 Recorder.
 Speaker program monitor
 Send to studio
 Send to phone
 Cue speaker
Live call in show :
 Send to phone
 Send to studio
 Caller volume

More Related Content

What's hot (19)

Peti surat elektronik
Peti surat elektronikPeti surat elektronik
Peti surat elektronik
 
Dioda11
Dioda11Dioda11
Dioda11
 
Bab 6 audio amplifier
Bab 6   audio amplifierBab 6   audio amplifier
Bab 6 audio amplifier
 
Elektrik dan elektronik
Elektrik dan elektronikElektrik dan elektronik
Elektrik dan elektronik
 
Il agus sistem audio
Il agus sistem audioIl agus sistem audio
Il agus sistem audio
 
Amplifier
AmplifierAmplifier
Amplifier
 
Sistem tata suara
Sistem tata suaraSistem tata suara
Sistem tata suara
 
Tugas dioda elka
Tugas dioda elkaTugas dioda elka
Tugas dioda elka
 
Elektrik
ElektrikElektrik
Elektrik
 
Wawasan elektronik 1
Wawasan elektronik 1Wawasan elektronik 1
Wawasan elektronik 1
 
Elektrik Dan Elektronik Khsr
Elektrik Dan Elektronik KhsrElektrik Dan Elektronik Khsr
Elektrik Dan Elektronik Khsr
 
Elektrik & Elektronik Tahun 6
Elektrik & Elektronik Tahun 6Elektrik & Elektronik Tahun 6
Elektrik & Elektronik Tahun 6
 
Komponen elektronik
Komponen elektronikKomponen elektronik
Komponen elektronik
 
Elektonik
ElektonikElektonik
Elektonik
 
Plants Watering Watcher (Water Detector)
Plants Watering Watcher (Water Detector)Plants Watering Watcher (Water Detector)
Plants Watering Watcher (Water Detector)
 
Elektrik teras
Elektrik teras Elektrik teras
Elektrik teras
 
4660 10129-1-sm (1)
4660 10129-1-sm (1)4660 10129-1-sm (1)
4660 10129-1-sm (1)
 
Sensor Optik-Photodioda
Sensor Optik-PhotodiodaSensor Optik-Photodioda
Sensor Optik-Photodioda
 
Laporan praktikum semster 7
Laporan praktikum semster 7Laporan praktikum semster 7
Laporan praktikum semster 7
 

Viewers also liked

KOMUNIKASI POLITIK - Politik Multikultural
KOMUNIKASI POLITIK - Politik MultikulturalKOMUNIKASI POLITIK - Politik Multikultural
KOMUNIKASI POLITIK - Politik MultikulturalDiana Amelia Bagti
 
Strategi Percepatan RB Melalui Penguatan Akuntabilitas
Strategi Percepatan RB Melalui Penguatan AkuntabilitasStrategi Percepatan RB Melalui Penguatan Akuntabilitas
Strategi Percepatan RB Melalui Penguatan AkuntabilitasTri Widodo W. UTOMO
 
TEKNIK NEGOSIASI - MATERI : Negosiasi Bisnis
TEKNIK NEGOSIASI - MATERI : Negosiasi BisnisTEKNIK NEGOSIASI - MATERI : Negosiasi Bisnis
TEKNIK NEGOSIASI - MATERI : Negosiasi BisnisDiana Amelia Bagti
 
Customized Public Service: Indonesian Experience on Innovating Public Sector
Customized Public Service: Indonesian Experience on Innovating Public SectorCustomized Public Service: Indonesian Experience on Innovating Public Sector
Customized Public Service: Indonesian Experience on Innovating Public SectorTri Widodo W. UTOMO
 
Political Leadership, Sebuah Percikan Pemikiran
Political Leadership, Sebuah Percikan PemikiranPolitical Leadership, Sebuah Percikan Pemikiran
Political Leadership, Sebuah Percikan PemikiranTri Widodo W. UTOMO
 
Governance Innovation in Indonesia
Governance Innovation in IndonesiaGovernance Innovation in Indonesia
Governance Innovation in IndonesiaTri Widodo W. UTOMO
 
The Power of Will, the Power of Beliefs
The Power of Will, the Power of BeliefsThe Power of Will, the Power of Beliefs
The Power of Will, the Power of BeliefsTri Widodo W. UTOMO
 
SE Menpan no_1_tahun_2015
SE Menpan no_1_tahun_2015SE Menpan no_1_tahun_2015
SE Menpan no_1_tahun_2015Wenni Meliana
 
Controlling in governance
Controlling in governanceControlling in governance
Controlling in governanceDefny Holidin
 
Konsep Open Government Untuk Memperkuat Akuntabilitas Publik
Konsep Open Government Untuk Memperkuat Akuntabilitas PublikKonsep Open Government Untuk Memperkuat Akuntabilitas Publik
Konsep Open Government Untuk Memperkuat Akuntabilitas PublikTri Widodo W. UTOMO
 
Intervensi Politik Thd Sdm Aparatur Pemda
Intervensi Politik Thd Sdm Aparatur PemdaIntervensi Politik Thd Sdm Aparatur Pemda
Intervensi Politik Thd Sdm Aparatur Pemdagueste5c19e
 
Progres dan Tantangan bagi Percepatan Reformasi Birokrasi
Progres dan Tantangan bagi Percepatan Reformasi BirokrasiProgres dan Tantangan bagi Percepatan Reformasi Birokrasi
Progres dan Tantangan bagi Percepatan Reformasi BirokrasiDadang Solihin
 
Nurul faizah sintesis model tata pemerintahan
Nurul faizah sintesis model tata pemerintahanNurul faizah sintesis model tata pemerintahan
Nurul faizah sintesis model tata pemerintahannurul faizah
 
ASN, Moment of Truth Membangun Aparatur Kelas Dunia
ASN, Moment of Truth Membangun Aparatur Kelas DuniaASN, Moment of Truth Membangun Aparatur Kelas Dunia
ASN, Moment of Truth Membangun Aparatur Kelas DuniaTri Widodo W. UTOMO
 
Kajian Manajemen Kebijakan & Pelayanan Dalam Sistem Litbang Administrasi Negara
Kajian Manajemen Kebijakan & Pelayanan Dalam Sistem Litbang Administrasi NegaraKajian Manajemen Kebijakan & Pelayanan Dalam Sistem Litbang Administrasi Negara
Kajian Manajemen Kebijakan & Pelayanan Dalam Sistem Litbang Administrasi NegaraTri Widodo W. UTOMO
 
Penguatan Etika dan Integritas Birokrasi Dalam Rangka Pencegahan Korupsi
Penguatan Etika dan Integritas Birokrasi Dalam Rangka Pencegahan KorupsiPenguatan Etika dan Integritas Birokrasi Dalam Rangka Pencegahan Korupsi
Penguatan Etika dan Integritas Birokrasi Dalam Rangka Pencegahan KorupsiTri Widodo W. UTOMO
 
Teknik Analisis Kebijakan Dalam Pengambilan Keputusan
Teknik Analisis Kebijakan Dalam Pengambilan KeputusanTeknik Analisis Kebijakan Dalam Pengambilan Keputusan
Teknik Analisis Kebijakan Dalam Pengambilan KeputusanTri Widodo W. UTOMO
 

Viewers also liked (20)

KOMUNIKASI POLITIK - Politik Multikultural
KOMUNIKASI POLITIK - Politik MultikulturalKOMUNIKASI POLITIK - Politik Multikultural
KOMUNIKASI POLITIK - Politik Multikultural
 
Istilah dalam broadcasting
Istilah dalam broadcastingIstilah dalam broadcasting
Istilah dalam broadcasting
 
Strategi Percepatan RB Melalui Penguatan Akuntabilitas
Strategi Percepatan RB Melalui Penguatan AkuntabilitasStrategi Percepatan RB Melalui Penguatan Akuntabilitas
Strategi Percepatan RB Melalui Penguatan Akuntabilitas
 
TEKNIK NEGOSIASI - MATERI : Negosiasi Bisnis
TEKNIK NEGOSIASI - MATERI : Negosiasi BisnisTEKNIK NEGOSIASI - MATERI : Negosiasi Bisnis
TEKNIK NEGOSIASI - MATERI : Negosiasi Bisnis
 
Customized Public Service: Indonesian Experience on Innovating Public Sector
Customized Public Service: Indonesian Experience on Innovating Public SectorCustomized Public Service: Indonesian Experience on Innovating Public Sector
Customized Public Service: Indonesian Experience on Innovating Public Sector
 
Gambar lampu 2
Gambar lampu 2Gambar lampu 2
Gambar lampu 2
 
Political Leadership, Sebuah Percikan Pemikiran
Political Leadership, Sebuah Percikan PemikiranPolitical Leadership, Sebuah Percikan Pemikiran
Political Leadership, Sebuah Percikan Pemikiran
 
Governance Innovation in Indonesia
Governance Innovation in IndonesiaGovernance Innovation in Indonesia
Governance Innovation in Indonesia
 
The Power of Will, the Power of Beliefs
The Power of Will, the Power of BeliefsThe Power of Will, the Power of Beliefs
The Power of Will, the Power of Beliefs
 
SE Menpan no_1_tahun_2015
SE Menpan no_1_tahun_2015SE Menpan no_1_tahun_2015
SE Menpan no_1_tahun_2015
 
Controlling in governance
Controlling in governanceControlling in governance
Controlling in governance
 
Konsep Open Government Untuk Memperkuat Akuntabilitas Publik
Konsep Open Government Untuk Memperkuat Akuntabilitas PublikKonsep Open Government Untuk Memperkuat Akuntabilitas Publik
Konsep Open Government Untuk Memperkuat Akuntabilitas Publik
 
Widyaiswara dan Inovasi
Widyaiswara dan InovasiWidyaiswara dan Inovasi
Widyaiswara dan Inovasi
 
Intervensi Politik Thd Sdm Aparatur Pemda
Intervensi Politik Thd Sdm Aparatur PemdaIntervensi Politik Thd Sdm Aparatur Pemda
Intervensi Politik Thd Sdm Aparatur Pemda
 
Progres dan Tantangan bagi Percepatan Reformasi Birokrasi
Progres dan Tantangan bagi Percepatan Reformasi BirokrasiProgres dan Tantangan bagi Percepatan Reformasi Birokrasi
Progres dan Tantangan bagi Percepatan Reformasi Birokrasi
 
Nurul faizah sintesis model tata pemerintahan
Nurul faizah sintesis model tata pemerintahanNurul faizah sintesis model tata pemerintahan
Nurul faizah sintesis model tata pemerintahan
 
ASN, Moment of Truth Membangun Aparatur Kelas Dunia
ASN, Moment of Truth Membangun Aparatur Kelas DuniaASN, Moment of Truth Membangun Aparatur Kelas Dunia
ASN, Moment of Truth Membangun Aparatur Kelas Dunia
 
Kajian Manajemen Kebijakan & Pelayanan Dalam Sistem Litbang Administrasi Negara
Kajian Manajemen Kebijakan & Pelayanan Dalam Sistem Litbang Administrasi NegaraKajian Manajemen Kebijakan & Pelayanan Dalam Sistem Litbang Administrasi Negara
Kajian Manajemen Kebijakan & Pelayanan Dalam Sistem Litbang Administrasi Negara
 
Penguatan Etika dan Integritas Birokrasi Dalam Rangka Pencegahan Korupsi
Penguatan Etika dan Integritas Birokrasi Dalam Rangka Pencegahan KorupsiPenguatan Etika dan Integritas Birokrasi Dalam Rangka Pencegahan Korupsi
Penguatan Etika dan Integritas Birokrasi Dalam Rangka Pencegahan Korupsi
 
Teknik Analisis Kebijakan Dalam Pengambilan Keputusan
Teknik Analisis Kebijakan Dalam Pengambilan KeputusanTeknik Analisis Kebijakan Dalam Pengambilan Keputusan
Teknik Analisis Kebijakan Dalam Pengambilan Keputusan
 

Similar to Audio for video

TATA CAHAYA - MATERI - Teknik Au
TATA CAHAYA - MATERI - Teknik AuTATA CAHAYA - MATERI - Teknik Au
TATA CAHAYA - MATERI - Teknik AuDiana Amelia Bagti
 
Menjelaskan konversi besaran listrik dari micropon kr loudspeaker
Menjelaskan konversi besaran listrik dari micropon kr loudspeakerMenjelaskan konversi besaran listrik dari micropon kr loudspeaker
Menjelaskan konversi besaran listrik dari micropon kr loudspeakerEko Supriyadi
 
Menjelaskan konversi besaran listrik dari micropon kr loudspeaker
Menjelaskan konversi besaran listrik dari micropon kr loudspeakerMenjelaskan konversi besaran listrik dari micropon kr loudspeaker
Menjelaskan konversi besaran listrik dari micropon kr loudspeakerEko Supriyadi
 
DKV VIDEOGRAFI MENGENAL ALAT PERANGKAT PEREKAMAN GAMBAR DAN PENDUKUNGNYA.pdf
DKV VIDEOGRAFI MENGENAL ALAT PERANGKAT PEREKAMAN GAMBAR DAN PENDUKUNGNYA.pdfDKV VIDEOGRAFI MENGENAL ALAT PERANGKAT PEREKAMAN GAMBAR DAN PENDUKUNGNYA.pdf
DKV VIDEOGRAFI MENGENAL ALAT PERANGKAT PEREKAMAN GAMBAR DAN PENDUKUNGNYA.pdfZainul Arifin
 
Kuliah 2 sinyal dan transducer
Kuliah 2 sinyal dan transducerKuliah 2 sinyal dan transducer
Kuliah 2 sinyal dan transducersitelunhas
 
TATA CAHAYA - MATERI : Teknik Audio 2
TATA CAHAYA - MATERI : Teknik Audio 2TATA CAHAYA - MATERI : Teknik Audio 2
TATA CAHAYA - MATERI : Teknik Audio 2Diana Amelia Bagti
 
Sound Reinforcement , prinsip dasar sound system
Sound Reinforcement , prinsip dasar sound systemSound Reinforcement , prinsip dasar sound system
Sound Reinforcement , prinsip dasar sound systemmaxisbali
 
Slide week 4 terminal suara
Slide week 4   terminal suaraSlide week 4   terminal suara
Slide week 4 terminal suaraBeny Nugraha
 
kelompok 3_Sensor Suara dan Sensor Gas.pptx
kelompok 3_Sensor Suara dan Sensor Gas.pptxkelompok 3_Sensor Suara dan Sensor Gas.pptx
kelompok 3_Sensor Suara dan Sensor Gas.pptxRaissaAlfatikarani
 
Antena dipole
Antena dipoleAntena dipole
Antena dipoleronalto20
 
04 instalasi mikropon
04 instalasi mikropon04 instalasi mikropon
04 instalasi mikroponagus saefudin
 
Soal semester genap tp 2011
Soal semester genap tp 2011Soal semester genap tp 2011
Soal semester genap tp 2011EKO SUPRIYADI
 
Soal semester genap tp 2011
Soal semester genap tp 2011Soal semester genap tp 2011
Soal semester genap tp 2011EKO SUPRIYADI
 
Modul Mata Pelajaran Sistem Penerima Televisi
Modul Mata Pelajaran Sistem Penerima TelevisiModul Mata Pelajaran Sistem Penerima Televisi
Modul Mata Pelajaran Sistem Penerima TelevisiMuhammad Hendra
 
2. Dasar Transmisi Data.pptx
2. Dasar Transmisi Data.pptx2. Dasar Transmisi Data.pptx
2. Dasar Transmisi Data.pptxmateriunama
 

Similar to Audio for video (20)

TATA CAHAYA - MATERI - Teknik Au
TATA CAHAYA - MATERI - Teknik AuTATA CAHAYA - MATERI - Teknik Au
TATA CAHAYA - MATERI - Teknik Au
 
Menjelaskan konversi besaran listrik dari micropon kr loudspeaker
Menjelaskan konversi besaran listrik dari micropon kr loudspeakerMenjelaskan konversi besaran listrik dari micropon kr loudspeaker
Menjelaskan konversi besaran listrik dari micropon kr loudspeaker
 
Perangkat audio
Perangkat audioPerangkat audio
Perangkat audio
 
Menjelaskan konversi besaran listrik dari micropon kr loudspeaker
Menjelaskan konversi besaran listrik dari micropon kr loudspeakerMenjelaskan konversi besaran listrik dari micropon kr loudspeaker
Menjelaskan konversi besaran listrik dari micropon kr loudspeaker
 
DKV VIDEOGRAFI MENGENAL ALAT PERANGKAT PEREKAMAN GAMBAR DAN PENDUKUNGNYA.pdf
DKV VIDEOGRAFI MENGENAL ALAT PERANGKAT PEREKAMAN GAMBAR DAN PENDUKUNGNYA.pdfDKV VIDEOGRAFI MENGENAL ALAT PERANGKAT PEREKAMAN GAMBAR DAN PENDUKUNGNYA.pdf
DKV VIDEOGRAFI MENGENAL ALAT PERANGKAT PEREKAMAN GAMBAR DAN PENDUKUNGNYA.pdf
 
Perangkat broadcasting
Perangkat broadcastingPerangkat broadcasting
Perangkat broadcasting
 
Kuliah 2 sinyal dan transducer
Kuliah 2 sinyal dan transducerKuliah 2 sinyal dan transducer
Kuliah 2 sinyal dan transducer
 
TATA CAHAYA - MATERI : Teknik Audio 2
TATA CAHAYA - MATERI : Teknik Audio 2TATA CAHAYA - MATERI : Teknik Audio 2
TATA CAHAYA - MATERI : Teknik Audio 2
 
Sound Reinforcement , prinsip dasar sound system
Sound Reinforcement , prinsip dasar sound systemSound Reinforcement , prinsip dasar sound system
Sound Reinforcement , prinsip dasar sound system
 
Amplifier a’lim abror c2
 Amplifier  a’lim abror c2 Amplifier  a’lim abror c2
Amplifier a’lim abror c2
 
Slide week 4 terminal suara
Slide week 4   terminal suaraSlide week 4   terminal suara
Slide week 4 terminal suara
 
kelompok 3_Sensor Suara dan Sensor Gas.pptx
kelompok 3_Sensor Suara dan Sensor Gas.pptxkelompok 3_Sensor Suara dan Sensor Gas.pptx
kelompok 3_Sensor Suara dan Sensor Gas.pptx
 
Antena dipole
Antena dipoleAntena dipole
Antena dipole
 
Radio12
Radio12Radio12
Radio12
 
04 instalasi mikropon
04 instalasi mikropon04 instalasi mikropon
04 instalasi mikropon
 
Multimedia3
Multimedia3Multimedia3
Multimedia3
 
Soal semester genap tp 2011
Soal semester genap tp 2011Soal semester genap tp 2011
Soal semester genap tp 2011
 
Soal semester genap tp 2011
Soal semester genap tp 2011Soal semester genap tp 2011
Soal semester genap tp 2011
 
Modul Mata Pelajaran Sistem Penerima Televisi
Modul Mata Pelajaran Sistem Penerima TelevisiModul Mata Pelajaran Sistem Penerima Televisi
Modul Mata Pelajaran Sistem Penerima Televisi
 
2. Dasar Transmisi Data.pptx
2. Dasar Transmisi Data.pptx2. Dasar Transmisi Data.pptx
2. Dasar Transmisi Data.pptx
 

More from Diana Amelia Bagti

KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Media Film sbg Konstruksi dan Representasi Sosial
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Media Film sbg Konstruksi dan Representasi SosialKAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Media Film sbg Konstruksi dan Representasi Sosial
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Media Film sbg Konstruksi dan Representasi SosialDiana Amelia Bagti
 
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif Gender
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif GenderKAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif Gender
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif GenderDiana Amelia Bagti
 
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Filsafat dan Jurnalistik
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Filsafat dan JurnalistikKAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Filsafat dan Jurnalistik
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Filsafat dan JurnalistikDiana Amelia Bagti
 
ILMU BUDAYA - Budaya, Komunikasi & Media
ILMU BUDAYA - Budaya, Komunikasi & MediaILMU BUDAYA - Budaya, Komunikasi & Media
ILMU BUDAYA - Budaya, Komunikasi & MediaDiana Amelia Bagti
 
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (3)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (3)ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (3)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (3)Diana Amelia Bagti
 
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (2)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (2)ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (2)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (2)Diana Amelia Bagti
 
ILMU BUDAYA - Media, Masyarakat & Budaya (1)
ILMU BUDAYA - Media, Masyarakat & Budaya (1)ILMU BUDAYA - Media, Masyarakat & Budaya (1)
ILMU BUDAYA - Media, Masyarakat & Budaya (1)Diana Amelia Bagti
 
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (1)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (1)ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (1)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (1)Diana Amelia Bagti
 
CREATIVE THINKING - Unsur Unsur Kreatif
CREATIVE THINKING - Unsur Unsur KreatifCREATIVE THINKING - Unsur Unsur Kreatif
CREATIVE THINKING - Unsur Unsur KreatifDiana Amelia Bagti
 
CREATIVE THINKING - Thinking Skills
CREATIVE THINKING - Thinking SkillsCREATIVE THINKING - Thinking Skills
CREATIVE THINKING - Thinking SkillsDiana Amelia Bagti
 
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (7)
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (7)CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (7)
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (7)Diana Amelia Bagti
 
CREATIVE THINKING - Grammar Tenses
CREATIVE THINKING - Grammar TensesCREATIVE THINKING - Grammar Tenses
CREATIVE THINKING - Grammar TensesDiana Amelia Bagti
 
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (6)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (6)CREATIVE THINKING - Creative Thinking (6)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (6)Diana Amelia Bagti
 
CRAETIVE THINKING - English & Journalism
CRAETIVE THINKING - English & JournalismCRAETIVE THINKING - English & Journalism
CRAETIVE THINKING - English & JournalismDiana Amelia Bagti
 
CREATIVE THINKING - Critical Thinking
CREATIVE THINKING - Critical ThinkingCREATIVE THINKING - Critical Thinking
CREATIVE THINKING - Critical ThinkingDiana Amelia Bagti
 
CREATIVE THINKING - Creativity
CREATIVE THINKING - CreativityCREATIVE THINKING - Creativity
CREATIVE THINKING - CreativityDiana Amelia Bagti
 
CREATIVE THINKING - Creative Pictures (2)
CREATIVE THINKING - Creative Pictures (2)CREATIVE THINKING - Creative Pictures (2)
CREATIVE THINKING - Creative Pictures (2)Diana Amelia Bagti
 
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (5)
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (5)CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (5)
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (5)Diana Amelia Bagti
 
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (4)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (4)CREATIVE THINKING - Creative Thinking (4)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (4)Diana Amelia Bagti
 
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (2)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (2)CREATIVE THINKING - Creative Thinking (2)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (2)Diana Amelia Bagti
 

More from Diana Amelia Bagti (20)

KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Media Film sbg Konstruksi dan Representasi Sosial
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Media Film sbg Konstruksi dan Representasi SosialKAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Media Film sbg Konstruksi dan Representasi Sosial
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Media Film sbg Konstruksi dan Representasi Sosial
 
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif Gender
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif GenderKAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif Gender
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif Gender
 
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Filsafat dan Jurnalistik
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Filsafat dan JurnalistikKAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Filsafat dan Jurnalistik
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Filsafat dan Jurnalistik
 
ILMU BUDAYA - Budaya, Komunikasi & Media
ILMU BUDAYA - Budaya, Komunikasi & MediaILMU BUDAYA - Budaya, Komunikasi & Media
ILMU BUDAYA - Budaya, Komunikasi & Media
 
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (3)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (3)ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (3)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (3)
 
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (2)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (2)ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (2)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (2)
 
ILMU BUDAYA - Media, Masyarakat & Budaya (1)
ILMU BUDAYA - Media, Masyarakat & Budaya (1)ILMU BUDAYA - Media, Masyarakat & Budaya (1)
ILMU BUDAYA - Media, Masyarakat & Budaya (1)
 
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (1)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (1)ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (1)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (1)
 
CREATIVE THINKING - Unsur Unsur Kreatif
CREATIVE THINKING - Unsur Unsur KreatifCREATIVE THINKING - Unsur Unsur Kreatif
CREATIVE THINKING - Unsur Unsur Kreatif
 
CREATIVE THINKING - Thinking Skills
CREATIVE THINKING - Thinking SkillsCREATIVE THINKING - Thinking Skills
CREATIVE THINKING - Thinking Skills
 
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (7)
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (7)CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (7)
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (7)
 
CREATIVE THINKING - Grammar Tenses
CREATIVE THINKING - Grammar TensesCREATIVE THINKING - Grammar Tenses
CREATIVE THINKING - Grammar Tenses
 
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (6)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (6)CREATIVE THINKING - Creative Thinking (6)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (6)
 
CRAETIVE THINKING - English & Journalism
CRAETIVE THINKING - English & JournalismCRAETIVE THINKING - English & Journalism
CRAETIVE THINKING - English & Journalism
 
CREATIVE THINKING - Critical Thinking
CREATIVE THINKING - Critical ThinkingCREATIVE THINKING - Critical Thinking
CREATIVE THINKING - Critical Thinking
 
CREATIVE THINKING - Creativity
CREATIVE THINKING - CreativityCREATIVE THINKING - Creativity
CREATIVE THINKING - Creativity
 
CREATIVE THINKING - Creative Pictures (2)
CREATIVE THINKING - Creative Pictures (2)CREATIVE THINKING - Creative Pictures (2)
CREATIVE THINKING - Creative Pictures (2)
 
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (5)
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (5)CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (5)
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (5)
 
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (4)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (4)CREATIVE THINKING - Creative Thinking (4)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (4)
 
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (2)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (2)CREATIVE THINKING - Creative Thinking (2)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (2)
 

Audio for video

  • 2.  Video : composite, atau component.  Audio : analog stereo balance.  Sinkronisasi signal sangat penting, diperlukan synchronize generator (Sync Gen) & perhitungan panjang kabel yang akurat agar signal video sinkron.  Efek jika tidak sync : gambar akan rolling, gamar tidak in-frame (slide-up atau slide-down), transisi gambar tidak mulus, tidak bisa mixing gambar.
  • 3.
  • 4.
  • 5.  Digital Video :  SDI (Serial Digital Interface), signal video digital yang digunakan pada peralatan video profesional. Disebut juga CCIR-601, SMPTE-259.  Bitrate 270 Mbps. Untuk SD (Standarad Definition).  Untuk HD-SDI bitrate 1485 Mbps.  Digital audio : AES/EBU  Digital audio standard untuk studio facility.  Mode balance (3 kabel-XLR) atau unbalance (2 kabel – Coax)  Bitrate 3 – 6 Mbps
  • 6.  Tetap diperlukan sync gen, namun sinkronisasi signal video tidak se kritis jika analog. Artinya dengan panjang kabel video yang berbeda gambar tetap sync.
  • 7.  Suatu alat untuk men-sinkron-kan video signal dari luar facility dengan video signal yang ada dalam facility. Misal signal video dari satelit, microwave siaran luar,dll.  Dengan cara mem-buffer 1 frame gambar dari signal video kedalam memorinya dan melepaskannya sesuai signal sync referensinya.  FS selalu dipasangkan dengan audio delay.  Gunanya audio delay adalah menahan signal audio sesuai lamanya dari FS. Sehingga antara video dan audio lipsync.
  • 8.  Walaupun audio sering dianggap tidak penting daripada video, karena 90% informasi yang diserap oleh manusia adalah dari video.  Namun kekurangan pada audio dapat mengurangi kualitas program. Misal suara yang cacat, tidak sinkron dengan gambar. Bagi penonton akan bisa sangat mengganggu.
  • 9.  Suara diukur dalam satuan dB (Decibel)  Ratio antara signal suara yang diukur terhadap 0 dB sebagai reference point.  Bagi akustik suara ukuran yang digunakan dBSPL, yaitu pengukuran akustik suara berdasar pengukuran tekanan udara. Contoh suara percakapan jarak 1 m = 60 dBSPL, Disco 1 m dari speaker = 110 dBSPL,dll
  • 10.  Bagi peralatan elektronik 0 dB adalah batas maksimum yang diperbolehkan untuk memancarkan signal audio. Skala yang digunakan adalah VU (Volume Unit). Jadi bagi peralatan elektronik audio analog, maksimum signal audio yang diperbolehkan adalah 0 dBVU.  Namun bagi peralatan analaog audio elektronik recording, terkadang masih diperbolehkan jika sesaat lebih dari +12 dB.
  • 11.
  • 12.  Mono : 1 channel  Stereo : 2 channel
  • 14.  Impedance  Consumer high impedance >10k Ohm. Murah, kualitas suara lebih jelek, jarak kabel pendek.  Profesional low impedance < 600 Ohm. Mahal, kualitas suara lebih bagus, jarak kabel bisa panjang.  Ohm adalah satuan hambatan listrik pada kabel.  Ada converter untuk merubah impedance.
  • 15.
  • 16.  Unbalance : 2 kabel, rentan noise dari luar.  Balance : 3 kabel, lebih tahan terhadap noise.
  • 17.
  • 18.  Semua peralatan audio kecuali microphone menghasilkan signal audio analog yang sangat kuat. Kekuatan signal ini disebut “line level” atau “high level”.  Namun microphone signalnya sangat lemah. Sehingga kekuatan signalnya disebut “mic level” atau “Low level”  Biasanya mic level lebih rendah 40-60 dB dari line level.
  • 19.  Phase terbalik.  Umumnya terjadi pada signal audio analog balance.  Jika dua signal audio, antara satu dengan lainnya berbeda phase 180 derajat. Sehingga satu dengan lainnya akan saling meniadakan. Pada speaker kita bisa mendengar beberapa saat tidak ada suara atau levelnya merendah tiba-tiba sesaat.
  • 20.  Solusinya terkadang hanya dengan membalik polaritas (positif-negatifnya) pada salah satu kabel, kiri saja atau kanan saja.  Untuk memeriksa phase audio terbalik atau tidak bisa menggunakan alat ukur audio.
  • 21.
  • 22.  Untuk memproduksi suara yang berkualitas dari microphone ada 2 hal yang harus diperhatikan : Pemilihan tipe mic & penempatannya.  Pemilihan mic :  Bentuk fisik  Kemudahan instalasi.  Kualitas suara, kejernihan dan keakuratan.  Sensitifitas (frekuensi respon)  Arah cakupan : omnidirectional, directional.
  • 23.  Prinsip penempatan mic :  Sedekat mungkin dengan sumber suara.  Hindari feedback.  Hindari 2 mic yang berdekatan mengambil suara yang sama. Akan mengakibatkan beda phase.
  • 24.  Kualitas suara saat produksi juga ditentukan dari :  Perspektif suara : harus sesuai dengan perspektif gambar.  Akustik ruangan :  Yang memantul (reverb), dinding menggunakan material keras sehingga memantulkan suara. Bisa menimbulkan efek noise dan echo.  Yang menyerap (dead room). Menggunakan material yang menyerap suara. Misal ruang studio tv, radio.  Keberadaan suara (sound presence) : yaitu ratio antara direct dan indirect gelombang suara yang ditangkap mic, dan ini ditentukan oleh beberapa faktor : tipe mic, akustik ruang dan volume sumber suara.
  • 25.
  • 26.  Range Frekuensi audio 20 Hz s/d 20 kHz.  Mic adalah transduser yang merubah gelombang suara menjadi signal listrik. Yang mana suatu membran tipis (diafragma) bergetar (vibrasi) sesuai tekanan udara. Gerakan diafragmaini kemudian diterjemahkan menjadi signal listrik.  Material diafragma bisa berupa : kertas, plastik atau aluminium.  Contoh penggunaan microphone : telephone, tape recorder, alat bantu dengar, produksi film, musik show, radio, TV, komputer, mobilephone dan hal khusus misal sensor pengukuran, dll.
  • 27. 1. Carbon microphone.  Teknologi tertua dan paling sederhana, menggunakan debu karbon. Contoh mic pada telephone rumah.  Debu karbon mempunyai selembar tipis logam atau plastik pada satu sisinya. Pada saat tekanan udara dari suara menyentuh diafragma, maka akan memampatkan debu karbon, yang akan merubah tahanan listriknya, sehingga signal listrik yang mengalir akan berubah sesuai perubahan tahanan dari debu karbon.  Murah & kuat. Frekuensi respon tidak terlalu bagus, pada frekuensi tinggi dan rendah. Tidak cocok untuk rekaman.
  • 28.
  • 29. 2. Dynamic microphone,  Menggunakan prinsip induksi elektromagnet.  Diafragma melekat pada gulungan kabel (coil), yang mana coil diletakkan pada medan magnet dari magnet permanen. Ketika tekanan udara dari suara menekan diafragma,maka coil akan bergerak dan ter-induksi medan magnet, menghasilkan arus listrik yang mengalir pada coil.  Penguatan tinggi (high gain), cocok untuk rekaman, musik. Murah dan tahan terhadap kelembaban.
  • 30.
  • 31. 3. Ribbon (pita) Mic,  Berisi selembar tipis pita logam (foil) yang digantungkan didepan plat/batang magnet. Tekanan udara suara menyebabkan foil bergetar, menghasilkan perubahan signal listrik.  Frekuensi respon sangat bagus, cocok untuk rekaman musik.  Rapuh, mudah rusak jika terbentur.
  • 32. 4. Condenser mic,  Sebenarnya adalah suatu kapasitor. Sedangkan kapasitor adalah komponen listrik, yang terbuat dari 2 plat konduktor (material penghantar listrik) yang disekat/dipisahkan material bukan penghantar, yang menyimpan energi listrik statis.  Pada condenser mic, memakai suatu sumber daya listrik (baterai) yang mencatu ke-dua lembar plat. Satu lembar plat dari kapasitor bergerak sesuai tekanan udara. Perubahan dari kapasitansi listrik menghasilkan signal listrik, yang lalu diperkuat.
  • 33.
  • 34. 5. Crystal mic,  Menggunakan fenomena piezoeelectricity, bahwa beberapa material memproduksi listrik jika bentuknya berubah.  Umumnya dipakai pakai instrumen musik seperti drum, gitar akustik, atau merekam dibawah air.
  • 35. 1. Pilih microphone dynamic jika :  Untuk keperluan multi guna.  Budget terbatas.  Yang handal  Digunakan untuk live vocal & rekaman.  Sumber suara cukup keras.
  • 36. 2. Pilih Ribbon mic jika :  Ingin menangkap frekuensi yang lebar.  Ingin mendapat kualitas suara yang sempurna.  Ingin mendapatkan suara yang lembut dan detail.  Ingin mnedapatkan nuansa yang halus dari studio rekam.
  • 37. 3. Pilih condenser mic, jika :  Untuk keperluan aplikasi multi guna, misal rekam suara juga bisa untuk musik.  Ingin reproduksi suara yang akurat & jernih.  Ingin suara yang alami,jernih & bersih. Transparan & detail.  Ingin penangkapan yang sensitifitas tinggi, pada ruang yang relatif hening.
  • 38. 1. Unidirectional atau Cardoid  Menerima gelombang suara dari satu arah.  Pickup pattern berbentuk hati atau cardioid. Penerimaan terbaik pada posisi 00 dari sumber suara, dan respon minimal pada 1800 .  Misal yang dipakai penyanyi, pembicara pidato, reporter
  • 39. The Electro-Voice Type RE11 is a dynamic supercardioid microphone. Shotgun mic
  • 40. 2. Bidirectional (dua arah)  Pickup pattern seperti angka 8. Penerimaan terbaik pada sudut 00 dan 2700 dari sumber suara.  Misal dipakai oleh dua orang penyanyi atau pembicara dialog 2 orang di radio.
  • 41. 3. Omnidirectional (semua arah)  Menerima suara dari semua arah.  Misal dipakai dialog meja bundar atau diskusi kelompok.
  • 42. 1. Lavalier mic.  Untuk hand free operation
  • 43. 2. U2. Wireless Microphone.  ntuk kebebasan bergerak.  Umumnya menggunakan modulasi FM atau infra merah.
  • 44. 3. Parabolic Microphone.  Menangkap suara dari jarak jauh, karena sangat fokus pickup patternnya.  Misal audio olahraga outdoor, spionase, penegakan hukum, audio alam, misal suara harimau.
  • 45.
  • 46. Windscreen Connector phone jack Connector XLR Connector mini phone jack
  • 47. Wind Shield for Windy Area Pistol Grip
  • 48. Small Studio & Fisher Boom Mic Pop up filter
  • 49.  Speaker adalah electromechanical transduser, yaitu merubah signal listrik menjadi getaran (vibrasi) mekanik, yang kemudian berubah menjadi signal suara.  Kontruksi loud speaker berisi magnet permanen berbentuk lingkaran yang melingkari coil (gulungan kabel) yang bergerak bebas (melayang), yang mana coil ini melekat pada diafragma berbentu corong (cone) .  Signal listrik suara yang mengalir pada coil menimbulkan medan magnet yang menginduksi medan magnet dari magnet tetap. Berbolak baliknya polaritas listrik, mengakibatkan berbolak baliknya medan magnet yang terbentuk oleh coil, sehingga diafragma cone juga maju dan mundur, sesuai frekuensi dari signal suara.
  • 50.
  • 51. Pekerjaan sound engineer saat produksi dilapangan:  Monitor level volume, melalui VU meter dan earphone pada output recorder.  Meyakinkan bahwa suara yang diinginkan, biasa dialog terpisah dari suara ambient/background.  Meyakinkan bahwa suara yang diinginkan bersih dari noise atau interferensi. Misal : gangguan suara karena ada ledakan, suara klakson.  Merekam suara ambient (buzz track) dan suara lain yang menarik noise (wild rack) pada track yang berbeda.  Berkontribusi pada desain suara dan keseluruhan suara dari scene.
  • 52. Pekerjaan sound engineer saat di studio :  Memilih dan kontrol output dari setiap sumber suara.  Menjaga volume indikator pada batasnya dengn menggerakkan fader di mixer.  Monitor suara program.  Cek kualitas suara.  Melihat sound persfektif, pada monitor TV dan mengawasi jika boom mic atau shadownya masuk layar.
  • 54. 1. Input channel & selection. 2. Input channel processing – equalisation (EQ) & dynamic gain control. 3. Input channel gain and routing control – mengontrol kontribusi dari setiap input signal ke beberapa output buses, termasuk monitor output, “main” outputs & ‘effects sends’. 4. Output buses.
  • 55. 5. Output processing – gain control, EQ & dynamic gain control yang perlu di adjust pada output signal. 6. Output signal processing – converting the mixer’s internal processing standard to the format required by external devices. 7. Monitoring functions – untuk audio monitor control & metering.
  • 56.
  • 57.
  • 58.
  • 59.  Compression : compress high level signal.  Limiter : memotong level signal yg melebihi ambang batas.  Expansion : meredam low level signal, utk meredam noise.  Gate : mute signal jika level amplitudonya dibawah ambang.  Mute : hening, silent  PFL : pre fade listen  AFL : After fade listen  Solo : monitor secara tunggal suatu signal.  Pan : left or right.
  • 60. Master fader, mengontrol program yang akan dikirim ke :  Master control untuk siaran  Recorder.  Speaker program monitor
  • 61.  Send to studio  Send to phone  Cue speaker Live call in show :  Send to phone  Send to studio  Caller volume