2. Pengertian Perakitan Produk
Perakitan adalah suatu proses penyusunan dan penyatuan beberapa bagian komponen
menjadi suatu alat atau mesin yang mempunyai fungsi tertentu. Pekerjaan perakitan dimulai
bila obyek sudah siap untuk dipasang dan berakhir bila obyek tersebut telah bergabung
secara sempurna. Perakitan juga dapat diartikan penggabungan antara bagian yang satu
terhadap bagian yang lain atau pasangannya.
Pada prinsipnya perakitan dalam proses manufaktur terdiri dari pasangan semua bagian-
bagian komponen menjadi suatu produk, proses pengencangan, proses inspeksi dan
pengujian fungsional, pemberian nama atau label, pemisahan hasil perakitan yang baik dan
hasil perakitan yang buruk, serta pengepakan dan penyiapan untuk pemakaian akhir.
Perakitan merupakan proses khusus bila dibandingkan dengan proses manufaktur lainnya,
misalnya proses permesinan ( frais, bubut, bor, dan gerinda) dan pengelasan yang sebagian
pelaksanaannya hanya meliputi satu proses saja. Sementara dalam perakitan bisa meliputi
berbagai proses manufaktur.
3. Metode Perakitan Produk
1. Metode Perakitan yang Dapat Ditukar-tukar
Pada metode ini, bagian yang akan dirakit dapat ditukarkan
satu sama lain (interchangeable), karena bagian tersebut
dibuat suatu pabrik secara massal dan sudah distandarkan,
baik menurut ISO, DIN, JIS, dan lain sebagainya. Keuntungan
bila menggunakan bagian atau komponen yang telah
distandarkan adalah waktu perakitan komponen yang lebih
cepat, dan dalam penggantian komponen yang rusak dapat
diganti dengan komponen yang sejenis yang ada di pasaran.
Akan tetapi, tetap mempunyai kerugian, yaitu harus membeli
komponen tersebut dengan harga yang relatif lebih mahal.
2. Perakitan dengan Pemilihan
Pada metode perakitan dengan metode pemilihan,
komponen-komponennya juga dihasilkan dengan produksi
massal yang pengukurannya tersendiri menurut Batasan-
batasan ukuran.
3. Perakitan secara Individual
Perakitan secara individual dalam pengerjaannya tidak dapat
dipisahkan antara pasangan satu dengan pasangannya.
Karena dalam pengerjaannya harus berurutan bergantung
bagian yang sebelumnya. Salah satu komponen yang
berpasangan tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu,
kemudian pasangan lainnya menyusul dengan ukuran
patokan yang diambil dari komponen yang pertama.
Proses desain merupakan langkah awal dari proses manufaktur. Proses perakitan biasanya
merupakan proses yang paling banyak menghabiskan biaya produksi dan jumlah pekerja.
Seringkali proses perakitan membutuhkan biaya besar karena desain produk yang kurang tepat
serta jumlah komponen yang terlalu banyak.
Ada beberapa macam jenis perakitan bergantung dari produknya, yaitu sebagai berikut:
a. Perakitan Manual, yaitu perakitan yang sebagian besar proses dikerjakan secara
konvensional atau menggunakan tenaga manusia dengan peralatan yang sederhana tanpa
alat-alat bantu yang spesifik atau khusus.
b. Perakitan otomatis, yaitu perakitan yang dikerjakan dengan sistem otomatis Seperti otomasi,
elektronik, mekanik, gabungan mekanik dan elektronik (mekatronik), dan membutuhkan alat
bantu yang lebih khusus.
c. Jenis perakitan tunggal, yaitu perakitan dengan produk hanya satu jenis saja.
d. Jenis perakitan produk seri adalah jika perakitan dilakukan dalam jumlah Massal dalam
bentuk dan ukuran yang sama. Contohnya, proses perakitan Produk elektronik, perakitan
mobil, perakitan motor, dan lain-lain.
Manfaat yang dapat diperoleh perusahaan dengan adanya desain produk untuk perakitan adalah
sebagai berikut:
a. Mengurangi binya produksi.
b. Mengurangi jumlah komponen.
c. Mempersingkat waktu perakitan.
d. Meningkatkan keandalan produk.
e. Mengurangi lead time.
Dengan menyusun rencana dalam perakitan yang bertahap dan sistematis, perusahaan dapat
meningkatkan daya saing pada persaingan pasar, karena:
a. Memiliki produk dengan kualitas tinggi.
b. Memiliki waktu pengiriman kepada pelanggan yang lebih pendek. Memiliki biaya produksi
yang lebih rendah.
4. Ada dua cara mendasar untuk menyelesaikan pemindahan dari unit sepanjang jalur perakitan manual, yaitu:
1. MANUAL
Dalam metode manual, unit dari produk dipindahkan dari stasiun ke stasiun lain dengan tangan. Jalur perakitan manual
dapat di desain untuk dapat digunakan dalam merakit produk yang berbeda. 3 (tiga) tipe dari perakitan dapat dibedakan
menjadi:
a) Single model, yaitu memproduksi banyak unit dari satu produk, dan tidak ada variasi dalam produk. Setiap unit idektik
dan hal ini berarti tugas dari setiap stasiun juga sama untuk setiap unit.
b) Batch model, yaitu memproduksi setiap model secara berkelompok. Stasiun kerja di set untuk memproduksi jumlah
yang dibutuhkan oleh model pertama, kemudian stasiun tersebut di konfigurasi kembali untuk memproduksi model
yang selanjutnya, dan begitu seterusnya.
c) Mixed model juga memproduksi lebih dari satu model, tetapi modelnya tidak di produksi secara berkelompok. Mereka
secara simultan beradapada jalur perakitan yang sama. Saat satu model sedang dikerjakan di satu stasiun, model
yang lainnya dibuat di stasiun selanjutnya. Setiap stasiun mempunyai kemampuan untuk menangani pekerjaan dari
setiap model yang melewatinya.
Sebaik apapun sitem perakitan manual, para pekerja sering melakukan komplain mengenai kerja mereka yang monoton
dan itu-itu saja. Dalam hal ini, kita mengidentifikasikan sistem perakitan manual sebagai berikut:
a) Single station manual assembly cell, terdiri atas tempat kerja tunggal yang mana perakitan produk diselesaikan disatu
tempat.
b) Assembly by worker teams, melibatkan banyak pekerja yang melakukan perakitan, dapat ditugaskan agar dapat
bekerja pada suatu stasiun sambil melakukan pekerjaan yang berbeda-beda.
c) Automated assembly system, lebih memilih menggunakan mesin otomatis daripada menggunakan tenaga manusia.
2. SISTEM MEKANIS
Sistem Mekanis, berarti menggunakan sistem mekanis untuk memindahkan unit produk (biasanya berupa konveyor).
5. Persiapan Alat dan Bahan-Bahan
Produksi
1. Pengelompokkan Alat dan Bahan Produksi
Dalam kegiatan perakitan produk ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam mempersiapkan alat dan bahan produksi, terutama tujuannya
memperlancar dan mempermudah serta mempersingkat jalannya perakitan.
Oleh karenanya, kita harus mengelompookan alat dan bahan terkaitnya.
Pengelompokkan alat berdasarkan penggunaannya, yaitu:
a. Peralatan yang digunakan secara berulang-ulang.
b. Peralatan yang sekali pakai langsung ganti.
c. Peralatan yang hanya beberapa kali pakai lalu diganti.
d. Peralatan yang digunakan sewaktu waktu (peralatan pendukung dan
pelengkap).
Selain pengelompokkan di atas, peralatan yang harus diklasifikasi dalam
perakitan produk agar berjalan dengan lancar serta baik dan tanpa ada
hambatan harus disiapkan, di antaranya:
a. Peralatan utama, alat-alat yang terkait langsung dengan perakitan produk.
b. Peralatan pendukung, alat-alat yang yang tidak secara langsung terakit,
namun Tetap dibutuhkan.
c. Peralatan pelengkap, alat-alat yang yang diperlukan hanya untuk
melengkapi saja, namun terkadang tidak diperlukan pun tidak akan
menghambat perakitan.
2. Pengelompokan Bahan Baku Produksi
Dalam sebuah industri, baik itu industri rumahan maupun industri
berskala Besar tentu memiliki bahan baku yang diolah menjadi sebuah
produk. Bahan baku adalah bahan yang digunakan dalam membuat
produk di mana bahan tersebut secara menyeluruh tampak pada produk
jadinya (atau merupakan bagian terbesar dari bentuk barang). Sedangkan
biaya bahan baku adalah seluruh biaya untuk memperoleh sampai
dengan bahan siap untuk digunakan yang meliputi harga bahan, ongkos
angkut, penyimpanan, dan lain-lain.
Penggunaan bahan baku dan bahan penolong seringkali digunakan
perusahaan Yang bergerak di bidang industri atau manufaktur. Bahan
baku dan bahan penolong Merupakan sumberdaya terbesar dalam
perusahaan tersebut. Transaksi akan Dicatat dalam post bahan baku (raw
material) dan bahan penolong (component)
Namun menentukan apakah suatu pengeluaran dikategorikan ke dalam
bahan baku atau bahan penolong seringkali menimbulkan kerancuan atau
kesulitan tersendiri. Untuk industri yang bergerak di bidang perakitan,
menentukan mana pos bahan baku atau bahan penolong dapat dilakukan
dengan mudah., Karena kedua jenis pos tersebut mudah dibedakan. Hal
tersebut juga seringkali dialami oleh manufaktur yang memproduksi
barang dengan bahan baku tunggal seperti pabrik semen, pabrik tepung.
6. a. Bahan Baku
Pengertian bahan baku adalah bahan mentah yang digunakan
sebagai dasar untuk pembuatan suatu produk, dimana bahan tersebut
diolah kembali melalui proses tertentu untuk dibuat menjadi bentuk yang
lain. Menurut Mulyadi, bahan baku adalah bahan yang membentuk
bagian integral dari produk jadi. Bahan baku yang digunakan dapat
diperoleh melalui pembelian lokal, import, atau pengolahan sendiri.
Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri membagi jenis bahan baku, yaitu
sebagai berikut:
1) Bahan baku langsung (Direct material), yaitu bahan baku dari
barang jadi yang dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli
bahan baku langsung ini terkait erat dan sebanding dengan barang
jadi yang dihasilkan.
2) Bahan baku tidak langsung (Indirect material), yaitu bahan baku
yang memiliki peran dalam proses produksi tapi tidak langsug
terlihat pada barang jadi yang dibuat.
Contoh dari bahan baku tersebut adalah jika barang yang diproduksi
adalah meja, maka yang menjadi bahan baku langsung dari pembuatan
meja adalah kayu, sedangkan yang merupakan bahan baku tidak
langsung adalah paku dan plamir yang digunakan untuk merekatkan
kayu dan dasar cat untuk meja., sehingga jika sudah terangkai dengan
benar maka kayu tersebut mempunyai nilai ekonomis.
Adapun kriteria dari bahan baku, meliputi:
1) Fungsi: jika bahan tidak tersedia maka produk tidak dapat
dihasilkan atau tidak dapat berfungsi.
2) Penggunaan: memiliki porsi yang lebih dominan daripada bahan
yang lain.
b. Bahan Penolong
Bahan penolong merupakan barang yang dimanfaatkan dalam proses produksi, tetapi
bukan merupakan bagian dari bahan baku utama untuk produk yang dihasilkan.
Beberapa ahli berpendapat bahwa bahan pembantu merupakan item yang dapat
meningkatkan efisiensi atau keamanan produksi, tetapi bukan menjadi bagian dari
bagian utama produk jadi.
Misalnya pelaku usaha yang mengelola toko roti, dimana dia harus memerhatikan
biaya bahan baku langsung dan tidak langsung. Terigu, telur, gula, dan bahan lainnya
merupakan bahan baku langsung, yang tanpa keberadaan mereka produk tidak dapat
dihasilkan. Bahan penolong dapat berupa tisu, kardus, atau etalase. Jika si pemilik
usaha ini ingin meningkatkan profit, ia dapat melakukan pengurangan pada biaya tidak
langsung tanpa mengorbankan mutu bahan.
Kriteria bahan penolong meliputi segi:
1) Fungsi: tanpa adanya bahan ini, produk masih bisa dihasilkan, meskipun hasil jadi
tidak sesuai dengan harapan atau fungsinya.
2) Penggunaan: memiliki porsi yang kecil dari keseluruhan bahan yang dipakai.
Dalam perakitan produk selain peralatan yang memegang peranan penting, bahan
produksi pun harus disiapkan. Bahan produksi dikelompokkan menjadi beberapa bagian
bergantung dari produk apa yang akan dirakit/dibuat serta disesuaikan dengan jumlah
produk yang akan dirakit/dibuat. Sehingga bahan produksi harus dihitung secara pas
dan tepat serta akurat agar tidak menimbulkan kerugian.
Bahan produksi dikelompokkan, yaitu:
a. Bahan primer, bahan utama dalam pembuatan produk yang tidak bisa digantikan
dengan jenis bahan lainnya..
b. Bahan sekunder, bahan yang bisa diganti dengan jenis bahan lainnya jika bahan
yang diperlukan tidak ada/habis/tidak ditemukan.
c. Bahan tersier, bahan pelengkap yang diperlukan namun tidak begitu penting
kalaupun tidak ada bahannya tidak akan menghambat perakitan produk.
7. 3. Penetapan Standar Alat dan Bahan Produksi
Mempersiapkan alat dan bahan produksi adalah bagian yang
tidak terpisahkan dalam perakitan produk sehingga seorang
wirausahawan harus bisa menyusun daftar peralatan bahan
produksi apa saja yang dibutuhkan secara tepat dan akurat agar
ketika perakitan berjalan dengan lancar dan baik. Standar
peralatan dan bahan produksi bisa mengacu terhadap aturan
standarisasi yang ditentukan oleh pemerintah.
4. Menyusun Tahapan Perakitan Produksi
Suatu produk yang telah didesain untuk memproduksinya membutuhkan dokumen
seperti berikut:
a. Gambaran teknis assembling (Assembly drawing), merupakan cara
pengelolahan suatu produk.
b. Urutan penggabungan komponen (Chart assembling), merupakan bentuk
skematik bagaimana suatu produk di-assembling, dibeli komponennya atau
dikombinasikan, serta alur setiap komponen sesuai dengan subassembling yang
ada untuk menghasilkan suatu produk akhir.
c. Daftar alir komponen (Route sheet), merupakan aturan operasional untuk
Mengassembling dan inspeksi kebutuhan untuk memproduksi suatu komponen
Dengan bahan baku yang spesifik berdasarkan bill of materials.
d. Order (Work order) adalah instruksi untuk membuat sejumlah item produk dan
Bagian-bagiannya yang dilengkapi dengan skedul pembuatannya.
e. Pembertahuan perubahan teknik (Engineering change notice), merupakan
koreksi teknik akibat modifikasi dari gambaran teknik atau bill of materials.
f. Sistem perencanaan produk (Configuration management), merupakan sistem
dari perencanaan produk dan perubahan komponen yang secara akurat dikenali
dan dikendalikan secara akuntabilitas atas perubahan pemeliharaannya.
5. Menyusun Metode Perakitan Produk
Ada delapan tahap pengembangan sekaligus kegiatan perakitan
produk secara terintegrasi, yaitu:
a. Ide, bersumber dari perubahan lingkungan teknologi,
demografi, ekonomi, dan politik.
b. Persyaratan yang harus dipenuhi di pasar, merupakan
pendekatan yang diperlukan untuk memuaskan konsumen.
c. Spesifikasi fungsional, yaitu bagaimana cara kerja produk
tersebut.
d. Spesifikasi produk, yaitu bagaimana produk akan dibuat.
e. Ulasan desain, yaitu bagaimana produk akan dibuat secara
ekonomis danKualitas.
f. Pengujian pasar, yaitu apakah produk memenuhi keinginan
pasar.
g. Pengenalan produk, yaitu produk yang diantar ke
konsumen.
h. Evaluasi, mengenai berhasil atau tidak.
(catatan: b s/d h termasuk dalam lingkup kelompok
pengembangan produk, sedangkan c s/d f termasuk dalam
lingkup kelompok rancangan untuk manufacturability dan
rekayasa nilai)