1. Kepaniteraan Klinik Ilmu
PERIODE
CRITICAL APPRAISAL
Hypertensive heart failure: A review of clinical status and meta-analyses of
prognostic value of echocardiography and antihypertensive medication
Pembimbing :
Disusun Oleh :
2. PRAKTIK EBM
• P (patients) : Pasien dengan Hipertensi
• I (Intervention) : Obat-obat antihipertensi
• C (Comparison) : Plasebo
• O (Outcome) : Kematian kardiovaskular, MI, stroke, rawat
inap terkait HF dan disfungsi ginjal
• Pertanyaan Klinis: Bagaimana pengaruh pemberian obat-
obat antihipertensi dibandingkan dengan placebo dalam
menurunkan angka kematian kardiovaskular, MI, stroke,
rawat inap terkait HF dan disfungsi ginjal pada pasien
hipertensi.
• Desain Penelitian: Prospective randomized controlled trials
4. Judul makalah Y T TR
1 Tidak terlalu panjang atau terlalu pendek V
2 Menggambarkan isi utama penelitian V
3 Cukup menarik V
4 Tanpa singkatan, selain yang baku V
Pengarang & lnstitusi Y T TR
5 Nama-nama dituliskan sesuai dengan aturan jurnal V
5. ABSTRAK
Gagal jantung hipertensi (HHF) adalah masalah kesehatan masyarakat utama yang terkait
dengan morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Karakteristik kardinalnya adalah hipertrofi
ventrikel kiri dan disfungsi diastolik akibat respons terhadap tekanan biokimiawi yang
dikenakan pada ventrikel kiri (LV) oleh peningkatan tekanan darah yang kronis dan progresif.
Namun, pemahaman yang tepat tentang sifat HHF sebagian karena banyaknya terminologi
dan definisi yang berbeda membuat perbandingan dan agregasi studi menjadi menantang.
Selain itu, sistem klasifikasi gagal jantung (HF) saat ini dan pedoman klinis berdasarkan
karakteristik morfologis dan/atau fungsional tidak menginspirasi penelitian tentang klasifikasi
dan pengobatan spesifik etiologi. Namun, dengan meningkatnya faktor risiko untuk
berkembangnya HHF seperti obesitas, diabetes, sedentarisme, merokok dan asupan garam
yang tinggi, diperlukan peningkatan diagnosis dan penatalaksanaan klinis HHF. Tinjauan ini
dengan demikian mengumpulkan bukti penelitian yang tersedia tentang HHF untuk
memberikan pemahaman yang komprehensif tentang status klinisnya.
6. Abstrak Y T TR
6 Abstrak satu paragraf atau terstruktur (beri tanda yang sesuai) V
7 Mencakup komponen IMRAD (Introduction, Method, Results,
Discussion/Conclusion)
V
8 Secara keseluruhan informatif V
9 Tanpa singkatan, selain yang baku V
10 Kurang dari 250 kata V
7. Pendahuluan Y T TR
11 Ringkas, terdiri atas 2-3 paragraf
Alasan : Hanya terdiri dari 1 paragraf
V
8. 12 Paragraf pertama mengemukakan alasan dilakukan penelitian V
ALASAN DILAKUKAN PENELITIAN :
• Gagal Jantung adalah
9. 13 Paragraf berikut menyatakan hipotesis atau tujuan penelitian
Alasan : Tujuan ditaruh di kalimat terakhir dalam paragrafi 1
V
14 Didukung oleh pustaka yang relevan V
15 Kurang dari 1 halaman V
TUJUAN PENELITIAN
• Memberikan informasi variasi regional dari
pola resistensi antibiotic.
• Menghasilkan pola sensitivitas dan pola
resistensi S.tphi terhadap antibiotic tertentu
dapat menghasilkan panduan yang tepat
untuk klinisi dalam meresepkan antiniotik
spesisifik untuk kasus demam tifoid di
Bangladesh.
• Informasi dari penelitian ini akan berguna
untuk beberapa negara tropid di Asia
Tenggara yang berhadapan dengan masalah
kesehatan yang sama.
1970-an Muncul
resistensi
kloramfenikol di
Meksiko dan India
(Wabah)
keefektifannya sbg
obat lini 1 berkurang
Lima thaun
kemudian
Wabah
demam
tifoid
berlanjut di
Vietnam,
Indonesia,
Korea,
Chile, dan
Bangladesh
S.Typhi
sekarang
resistensi
thdp
siprofloks
asin dan
fluorokui
nonon
11. Metode Y T TR
16 Desain, tempat dan waktu penelitian disebutkan V
17 Populasi sumber (populasi terjangkau) disebutkan V
18 Kriteria inklusi dan ekslusi dijelaskan V
Desain studi: uji potong lintang
Tempat : Rumah sakit dan Pusat Diagnostik di Dhaka, Chittagong dan Rajshahi
(Bangladesh)
Waktu Penelitian : November 2011 – November 2012
Subjek: Sampel Darah, Sputum, Urin, dan pus dari pasien-pasien dengan
infeksi sistemik yang kemudian akan dibagi menjadi lima kelompok usia (<10,
10-20, 20-30, 30-40, dan >40 tahun)
Kriteria Inklusi :
Pasien dengan infeksi sistemik
Penelitian ini tidak menjelaskan lebih lanjut kriteria inklusi dan ekslusi pada
penelitian ini.
PENILAIAN KESAHIHAN/VALIDITY
12. 19 Cara pemilihan subyek (teknik sampling) disebutkan V
20 Perkiraan besar sampel dan alasannya disebutkan V
21 Besar sampel dihitung dengan rumus yang sesuai
Jawab: Tidak tidak dicantumkan rumus
V
22 Komponen-komponen rumus besar sampel masuk akal
Jawab: Tidak relevan akrena rumus besar sampel tidak dicantumkan sehingga tidak dapat dinilai
V
13. 23 Observasi, pengukuran, serta intervensi dirinci sehingga orang lain dapat menduplikasi V
24 Rujukan disebutkan (bila teknik pengukuran tidak dirinci) V
25 Pengukuran dilakukan secara tersamar
Tidak relevan karena bukan penelitian Randomized controlled trial
TR
26 Uji keandalan pengukuran (kappa) dilakukan
Tidak relevan karena merupakan penelitian potong lintang
TR
27 Definisi istilah dan variabel penting dikemukakan V
ISOLASI KOLONI SAMPEL
1. Sampel dikumpul secara aseptik diinokulasi pada media agar nutrien menggunakan sengkelit terkalibrasi
10 µL dan diinkubasi semalaman pada suhu 37oC.
2. Media Kultur Agar darah dan Agar MacConkey yang diinkubasi semalaman Kembali pada suhu
37oC.
3. Identifikasi mikrobiologi morfologi koloni, apusan gram, reaksi biokimia seperti oksidase, katalase, uji
motilitas indol sulfida, Simmons Citrate Agar, uji methyl red, uji Voges Proskaues, Uji agar sugar iron, dan
uji urease.
4. Isolat dari Salmonella kemudian dikonfirmasi lebih lanjut dengan ablutinasi dengan polivalen O
antiserum A-S dan Antisera H individual.
14. 28 Ethical clearance diperoleh
Jawab : Tidak disebutkan dalam jurnal
V
29 Persetuiuan subyek diperoleh
Jawab: Tidak disebutkan dalam jurnal
V
30 Rencana analisis, batas kemaknaan, dan power penelitian disebutkan Y
31 Program komputer yang dipakai disebutkan Y
• Program Komputer SPSS VERSI 10.0
• RENCANA ANALISIS DATA T-test membandingkan nilai
mean antar kelompok uji signifikansi.
15. PENILAIAN KEPENTINGAN/IMPORTANCY
Hasil Y T TR
32 Tabel karakteristik subyek penelitian disertakan V
33 Karakteristik subyek sebelum intervensi dideskripsikan V
34 Tidak dilakukan uji hipotesis untuk kesetaraan pra-intervensi V
35 Jumlah subyek yang diteliti disebutkan V
36 Subyek yang drop out dijelaskan dengan alasannya
Tidak relevan karena tidak ada subjek drop out yang disebutkan di jurnal
V
37 Ketepatan numerik dinyatakan dengan benar V
38 Penulisan tabel dilakukan dengan tepat
Tidak relevan karena tidak ada tabel pada jurnal ini
V
• Sebanyak 945 sampel klinis 70 diantaranya merupakan
isolate S.typhi
• 12 antibiotic juga dinilai
16. 39 Tabel dan ilustrasi informatif dan memang diperlukan V
40 Tidak semua hasil di dalam tabel disebutkan pada naskah V
41 Semua outcome yang penting disebutkan dalam hasil V
42 Subyek yang drop out diikutkan dalam analisis
Tidak relevan karena tidak ada subjek drop out yang disebutkan
V
43 Analisis dilakukan dengan uji yang sesuai V
44 Hasil uji statistika, degree of freedom & nilai p ditulis V
45 Tidak dilakukan analisis yang semula tidak direncanakan V
46 Interval kepercayaan disertakan
Tidak dicantumkan dalam jurnal Confidence interval (CI-95%)
V
47 Dalam hasil tidak disertakan komentar atau pendapat V
• Antibiogram dari isolate ini menunjukan bahwa, S.typhii lebih
sensitif terhadap kloramfenikol di Dhaka (20,30%) dan Rajshahi
(16,66%) (P<0,05).
• Terdapat persentase yang bermakna dari sensitivitas
siprofloksasin pada tiga wilayah (P<0,05).
• Antibiotik yang sensitive lainnya adalah levofloksasin
Sensitivitas levofloksasin ditemukan pada sampel dari Dhaka
(5,50%), Chittagong (17,34%) dan Rajshahi (13,88%).
17. • Resistensi tertinggi didapatkan pada asam nalidiksat pada tiga
divisi seluruhnya Persentasenya bermakna (P<0,05) pada
Rajshahi (66,60%) dan Chittagong (40,00%).
• Resistensi terhadap Sefiksim juga diobservasi di Dhaka (11,45%)
dan Rajshahi (16,66%).
• Tidak ditemukan resistensi terhadap kloramfenikol.
• Resistensi antibiotik beragam bergantung pada usia.
• Angka resistensi terbanyak ditemukan pada pasien dewasa
yang berusia 30-40 tahun.
• Terdapat sampel dari bayi dan anak yang resisten terhadap
seluruh antibiotik.
• Resistensi terhadap siprofloksasin juga didapatkan pada seluruh
kelompok usia.
18. • Resisten terhadap banyak obat secara bermakna ditemukan pada
Dhaka (79,41%) dan Chittagong (60,00%).
• Resistensi banyak obat juga ditemukan di Rajshahi namun dalam
persentase yang lebih rendah dibandingkan pada divisi lain.
• Keseluruhan studi menunjukan bahwa siprofloksasin (16%) merupakan
antibiotik yang paling sensitive di Bangladesh
• diikuti dengan Kloramfenikol (15%) dan Sefiksim (12%).
• Asam nalidiksat merupakan antibiotik yang paling resisten (29%)
melawan S.typhii.
• Resistensi terhadap sefiksim (12%), terhadap levofloksasin (9%)
dan siproflokasin (8%) juga ditemukan dengan angka yang cukup
tinggi.
19. PENILAIAN KEMAMPUAN TERAPAN/APPLICABILITY
Diskusi Y T TR
48 Semua hal yang relevan dibahas V
49 Hal yang dikemukakan pada hasil tidak sering diulang V
50 Keterbatasan penelitian, dan dampaknya terhadap hasil dibahas V
51 Penyimpangan protokol dan dampaknya terhadap hasil dibahas V
52 Diskusi dihubungkan dengan pertanyaan penelitian V
53 Hubungan hasil dengan teori/penelitian terdahulu dibahas V
54 Hubungan hasil dengan praktek klinis dibahas V
55 Efek samping dikemukakan dan dibahas V
56 Hasil tambahan selama observasi disebutkan V
57 Hasil tambahan tersebut tidak dianalisis secara statistika V
20. • Resistensi antibiotik pada negara dengan pendapatan rendah-menengah
terjadi akses yang kurang terhadap pelayanan Kesehatan (dokter) pada
akhirnya akan mendorong praktik penjualan antibiotik yang tidak dapat
diterima di negara-negara tersebut.
• Pada studi kini perbedaan regional dalam sensitivitas antibiotik terhadap
S.typhi didapatkan kebanyakan isolate resisten terhadap asam nalidiksat,
siprofloksasin, sefiksim, azitromisin Pada seluruh wilayah, asam nalidiksat
merupakan antibiotik yang resistensinya paling tinggi dimana angka
resistensi siprofloksasin dan levofloksasin ditemukan tertinggi didaerah
Chittagong.
21. • Walaupun studi sebelumnya
menunjukan pertumbuhan resistensi
terhadap siprofloksasin studi kini
menunjukan bahwa siprofloksasin
ditemukan adanya resistensi dan
sampel yang sensitive Hal ini dapat
dikarenakan kurangnya resistensi
terhadap siprofloksasin di Rajshahi.
• Asam Nalidiksat pada studi sebelumnya
ditemukan adanya resistensi di Dhaka
Studi kini menunjukan pola
resistensi yang sama terhadap asam
nalidiksat di Chittagong dan Rajshahi
juga. Resistensi terhadap asam
nalidiksat juga dilaporkan di India,
China dan Tunisia.
• Faktor yang berkontribusi adalah
penggunaan berlebih, salah guna dan
praktisi peresepan obat yang tidak tepat
oleh dokter bersamaan dengan factor
intrinsic yang dimediasi oleh plasmid
mikrobiologis.
• Antibiotik dalam jumlah besar digunakan
pada kedokteran hewan sebagai terapi atau
bahan aditif pakan menciptakan
organisme yang resisten terhadap antibiotik
tersebut.
• Bakteri yang resisten ini dan/atau gen yang
resisten dapat ditransfer dari hewan ke
manusia melalui rantai makanan
• Tetrasiklin dan sefalosporin pencegahan
dan pengendalian infeksi bakteri dalam
kedokteran hewan dan agrikultur tumbuhan.
22. • populasi yang meningkat dapat menjadikan peningkatan penyebaran
bakteri yang resisten terhadap antibiobiotik dan gen yang resisten.
• Bangladesh yang merupakan negara berkembang, memiliki densitas
populasi yang tinggi dan urbanisasinya dapat memfasilitasi penyebaran
resistensi bakteri dan gennya, yang mana dapat ditemukan di negara
berkembang.
• Penggunaan berlanjut dari antiniotik di Bangladesh dapat menjadi alasan
tingginya resistensi pada orang dewasa di studi ini. Diagnosis inklokusif,
diatas ketergantungan terhadap antibiotik dapat menjadi penyebabnya.
23. 58 Simpulan utama penelitian disertakan V
59 Simpulan didasarkan pada data penelitian V
60 Simpulan tersebut sahih V
61 Generalisasi hasil penelitian disebutkan V
62 Saran penelitian selanjutnya disertakan V
KESIMPULAN PENELITIAN
Gagal jantung hipertensi (HHF) adalah kondisi jantung yang ditandai dengan kelainan miokard akibat
hipertensi arteri yang berlangsung lama tanpa adanya penyakit jantung lain yang mampu
menyebabkan LVH atau disfungsi jantung. Faktor risiko yang paling umum termasuk obesitas,
diabetes melitus, predisposisi genetik, etnis dan asupan garam yang tinggi. Mekanisme
patofisiologinya telah dijelaskan berdasarkan transisi dari hipertensi ke LVH dan dari LVH ke HF
melalui dua jalur utama. Pendekatan diagnostik yang direkomendasikan meliputi EKG dan
pencitraan jantung menggunakan ekokardiografi dan resonansi magnetik jantung. penatalaksanaan
klinis yaitu menurunkan kadar BP dan meredakan gejala dengan menggunakan obat antihipertensi
(diuretik, beta-blocker, antagonis kalsium, ACEinhibitor dan ARB) dan perubahan gaya hidup
(pembatasan garam, konsumsi alkohol sedang, penurunan berat badan, dan olahraga teratur.
24. Ucapan Terima Kasih Y T TR
63 Ucapan terima kasih ditujukan kepada orang yang tepat V
64 Ucapan terima kasih dinyatakan secara wajar V
Daflar Pustaka Y T TR
65 Dafiar pustaka disusun sesuai dengan aturan jurnal V
66 Kesesuaian sitasi pada naskah dan daftar pustaka V
Lain-lain Y T TR
67 Bahasa yang baik dan benar, enak dibaca, informatif, efektif V
68 Makalah ditulis dengan ejaan yang taat asas V
25. KESIMPULAN
• Hasil telaah jurnal berkesan jurnal cukup baik, walaupun masih terdapat
beberapa kekurangan pada jurnal.
• Di Indonesia penggunaan antibiotik bergantung pada pola kerentanan kumah
S.typhi di area tertentu. Terapi lini pertama adalah kloramfenikol, ampisilin dan
trimethoprim-sulfametoksazol. Antibiotik ini efektif terhadap kuman yang
sensitive, tetapi sering ditemukan resistensi juga terhadap obat ini.
Fluorokuinolon adalah kelas yang paling efektif. Terapi selama 10 hari atau
sampai 5 hari setelah demam hilang.
• Menurut IDAI, Obat lini pertama pada kasus demam tifoid pada anak adalah
Kloramfenikol 100 mg/KgBB/hari dibagi menjadi 4 dosis diberikan selama 10-14
hari atau 5-7 hari setelah demam turun. Ampisilin, trimethoprim sulfametoksazol
dan seftriakson juga dapat menjadi pilihan.
• Berdasarkan jurnal ini, Kloramfenikol merupakan antibiotik yang paling sensitif
terhadap S.typhi dan di Indonesia juga menggunakan kloramfenikol menjadi
pilihan terapi lini pertama.