SlideShare a Scribd company logo
1 of 39
P. Danurdoro
115060024
Latar Belakang
 Sebagai bentuk representasi data, kendala yang
dihadapi ketika menggunakan citra digital adalah
pada besarnya ukuran data yang dibutuhkan
untuk merepresentasikan citra tersebut. Untuk itu
dibutuhkan suatu teknik yang dapat mengecilkan
volume data, teknik ini dinamakan kompresi citra.
Citra
 Citra adalah suatu bentuk representasi dari suatu
objek atau benda. Citra dapat bersifat analog dan
digital.
Citra Digital
 Citra digital merupakan suatu larik dua dimensi atau suatu
matriks yang elemen–elemennya menyatakan tingkat
keabuan dari eleman gambar. Jadi informasi yang
terkandung bersifat diskret.
Jenis Citra Digital
 Grayscale
Citra grayscale merupakan citra digital yang hanya
memiliki satu nilai kanal pada setiap pixelnya.
 RGB
Suatu citra warna di mana setiap pikselnya merupakan
gabungan dari intensitas warna merah, hijau, dan
biru.
Kompresi Data
 Kompresi data adalah proses pengubahan sekumpulan data
menjadi bentuk kode dengan tujuan untuk menghemat
kebutuhan tempat penyimpanan data dan waktu untuk
transmisi data.
Kompresi Citra
 Kompresi Citra adalah suatu proses meminimalkan jumlah
bit yang merepresentasikan citra digital sehingga ukuran
citra menjadi lebih kecil.
Metoda Kompresi
 Lossless
Metoda ini merupakan algoritma kompresi data yang
memungkinkan data yang telah dikompresi dapat
dikembalikan seperti semula.
 Lossy
Kompresi lossy ini tidak memungkinkan untuk data
yang terkompresi dapat dikembalikan sperti semula.
Kegunaan Kompresi Citra
 transmisi data (data transmission)
 penyimpanan data (storage)
 penyiaran televisi,
 penginderaan jarak jauh (remote sensing),
 komunikasi militer,
 radar dan lain-lain.
Aplikasi Kompresi Citra
Teori Wavelet
 Teori wavelet adalah suatu konsep yang relatif baru
dikembangkan. Kata “Wavelet” sendiri diberikan
oleh Jean Morlet dan Alex Grossmann diawal
tahun 1980-an, dan berasal dari bahasa Prancis,
“ondelette” yang berarti gelombang kecil. Kata “onde”
yang berarti gelombang kemudian diterjemahkan ke
bahasa Inggris menjadi “wave”, lalu digabung dengan
kata aslinya sehingga terbentuk kata baru “wavelet”.
Transformasi Wavelet
 CWT (Continuous Wavelet Transforms)
 DWT (Discrete Wavelet Transforms)
1. Haar,
2. Daubechies,
3. dan lain-lain.
Haar Wavelet
 Wavelet Haar ini pertama kali diperkenalkan
oleh Alfréd Haar pada tahun 1909. Wavelet Haar
dapat dijelaskan dalam ruang vektor 4 dimensi.
 Wavelet Haar memiliki scaling function dengan
koefisien c0 = c1 = 1.
























































1
1
0
0
,
0
0
1
1
,
1
1
1
1
,
1
1
1
1
3210 hhhh
Vektor-vektor basis Haar
Kombinasi liniear Haar
x = a h0 + b h1 + c h2 + d h3




































































1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
2
1
0
dcba
x
x
x
x
 x0 = a + b + c
 x1 = a + b – c
 x2 = a – b + d
 x3 = a – b – d
 x2 – x3 = 2d
 x0 – x1 = 2c
 (x0 + x1) – (x2 + x3) = 4b
 (x0 + x1) + (x2 + x3) = 4a
 Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa
d = ½ (x2 – x3)
c = ½ (x0 – x1)
b = ½ ( ½ (x0 + x1) – ½ (x2 + x3))
a = ½ ( ½ (x0 + x1) + ½ (x2 + x3))
Algoritma Mallat (Dekomposisi)
 Diperkenalkan oleh Stephane Mallat untuk
menghitung koefisien a, b, c dan d.
021
021
...
ddd
aaaa
jj
HHH
LjLjLj



Matriks L dan H
 Matriks L dan H masing-masing adalah matriks
lowpass (averaging) dan highpass (differencing)
 Matriks L dan H untuk basis Haar dimana c0 = c1 = 1
adalah sebagai berikut :















2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
00
00
00
00
HL
 
 
 
 3
6
1
2
1
5
5
7
4
6
01
2
1
2
1
2
1
2
100
00
2
1
2
1
02
1
2
1
12
1
2
100
00
2
1
2
1
2













 

 





































dd
aaa
HH
L
L
Proses Dekomposisi
Nilai a, b, c dan d pada persamaan kemudian
dapat kita peroleh dengan melihat nilai
aproksimasi terakhir a0 dan semua nilai-nilai
detail d0,d1 dan d1 dimana
 a = ½ ( ½ (x0 + x1) + ½ (x2 + x3)) = a0 = 2
 b = ½ ( ½ (x0 + x1) – ½ (x2 + x3)) = d0 = 3
 c = ½ (x0 – x1) = d1(0) = 1
 d = ½ (x2 – x3) = d1(1) = -6.
Algoritma Mallat (Rekonstruksi)
110
***
*2*1*0
...


n
HHH
nLLL
ddd
aaaa
Matriks L* dan H*
 Isi dari L* dan H* untuk basisi Haar adalah sebagai
berikut :




























10
10
01
01
*
10
10
01
01
* HL
Proses Rekonstruksi
   
 





































































 



















 



























6
1
]3[
5
7
4
6
6
1
10
10
01
01
1
5
10
10
01
01
1
5
3
1
1
2
1
1
]2[
10
10
10
01
01
`*
1
1
*
210
10
01
01
*
11
1
*
dd
aaa
HH
l
L
Transformasi Citra lowpass kolom
lowpass baris
highpass kolom
Citra
lowpass kolom
highpass baris
highpass kolom
LL LH LL: hasil lowpass terhadap baris dan kolom
LH: hasil lowpass terhadap baris diteruskan dengan highpass
terhadap kolom
HL HH HL: hasil highpass terhadap baris diteruskan dengan lowpass
terhadap kolom
HH: hasil highpass terhadap baris dan kolom
LL2 LH2
LH1
LH1, HL1, dan HH1 merupakan hasil dekomposisi
level 1.
LL1 tidak diperlihatkan pada gambar karena
langsung didekomposisi lagi menjadi LL2, LH2,
HL2 dan HH2
HL2 HH2
HL1 HH1
bagian LL disebut bagian aproksimasi (A), bagian LH
disebut detail vertikal (V), bagian HL disebut detail
horizontal (H), dan bagian HH disebut detail diagonal (D).
Proses Kompresi Citra
 Citra berukuran 8x8 sbb:
74 79 76 75 80 80 78 81
77 78 75 77 82 76 73 81
78 76 77 79 75 75 79 75
80 72 82 78 74 80 74 75
82 70 86 77 73 83 71 77
82 73 83 78 74 80 73 76
78 81 74 81 77 71 81 72
76 82 70 80 77 68 84 72
Dekomposisi
 Tentukan filter dekomposisi LH, yaitu
½ ½ 0 0 0 0 0 0
½ - ½ 0 0 0 0 0 0
0 0 ½ ½ 0 0 0 0
0 0 ½ - ½ 0 0 0 0
0 0 0 0 ½ ½ 0 0
0 0 0 0 ½ - ½ 0 0
0 0 0 0 0 0 ½ ½
0 0 0 0 0 0 ½ - ½
 Kalikan setiap kolom dengan matriks dekomposisi di
atas. Contoh untuk kolom pertama:
½ ½ 0 0 0 0 0 0 74 75.5
½ - ½ 0 0 0 0 0 0 77 -1.5
0 0 ½ ½ 0 0 0 0 78 79
0 0 ½ - ½ 0 0 0 0 * 80 = -1
0 0 0 0 ½ ½ 0 0 82 82
0 0 0 0 ½ - ½ 0 0 82 0
0 0 0 0 0 0 ½ ½ 78 77
0 0 0 0 0 0 ½ - ½ 76 -1
 Hasil dekomposisi perkolom ini akan menghasilkan
matriks sebagai berikut:
75.5 78.5 75.5 76 81 78 75.5 81
-1.5 0.5 0.5 -1 -1 2 2.5 0
79 74 79.5 78.5 74.5 77.5 76.5 75
-1 2 -2.5 0.5 0.5 -2.5 2.5 0
82 71.5 84.5 77.5 73.5 81.5 72 76.5
0 -1.5 1.5 -0.5 -0.5 1.5 -1 0.5
77 81.5 72 80.5 77 69.5 82.5 72
1 -0.5 2 0.5 0 1.5 -1.5 0
Keterangan:
•warna biru adalah hasil aproksimasi
•warna merah adalah hasil detail
 Atur hasil supaya bagian aproksimasi berkumpul di
bagian atas dan bagian detail mengumpul di bagian
bawah
75.5 78.5 75.5 76 81 78 75.5 81
79 74 79.5 78.5 74.5 77.5 76.5 75
82 71.5 84.5 77.5 73.5 81.5 72 76.5
77 81.5 72 80.5 77 69.5 82.5 72
-1.5 0.5 0.5 -1 -1 2 2.5 0
-1 2 -2.5 0.5 0.5 -2.5 2.5 0
0 -1.5 1.5 -0.5 -0.5 1.5 -1 0.5
1 -0.5 2 0.5 0 1.5 -1.5 0
 Setelah itu lakukan hal yang sama dengan cara
mengambil tiap baris.
½ ½ 0 0 0 0 0 0 75.5 77
½ - ½ 0 0 0 0 0 0 78.5 -1.5
0 0 ½ ½ 0 0 0 0 75.5 75.75
0 0 ½ - ½ 0 0 0 0 * 76 = -0.25
0 0 0 0 ½ ½ 0 0 81 79.5
0 0 0 0 ½ - ½ 0 0 78 1.5
0 0 0 0 0 0 ½ ½ 75.5 78.25
0 0 0 0 0 0 ½ - ½ 81 -2.75
 Kemudian hasilnya diletakkan di matriks hasil
kembali dalam bentuk baris, sehingga hasilnya akan
sebagai berikut:
77 -1.5 75.75 -0.25 79.5 1.5 78.25 -2.75
76.5 2.5 79 0.5 76 -1.5 75.75 0.75
76.75 5.25 81 3.5 77.5 -4 74.25 -2.25
79.25 -2.25 76.25 -4.25 73.25 3.75 77.25 5.25
-0.5 -1 -0.25 0.75 0.5 -1.5 1.25 1.25
0.5 -1.5 -1 -1.5 -1 1.5 1.25 1.25
-0.75 0.75 0.5 1 0.5 -1 -0.25 -0.75
0.25 0.75 1.25 0.75 0.75 -0.75 -0.75 -0.75
 Atur hasil supaya bagian aproksimasi berkumpul di
bagian kiri dan bagian detail mengumpul di bagian
kanan.
77 75.75 79.5 78.25 -1.5 -0.25 1.5 -2.75
76.5 79 76 75.75 2.5 0.5 -1.5 0.75
76.75 81 77.5 74.25 5.25 3.5 -4 -2.25
79.25 76.25 73.25 77.25 -2.25 -4.25 3.75 5.25
-0.5 -0.25 0.5 1.25 -1 0.75 -1.5 1.25
0.5 -1 -1 1.25 -1.5 -1.5 1.5 1.25
-0.75 0.5 0.5 -0.25 0.75 1 -1 -0.75
0.25 1.25 0.75 -0.75 0.75 0.75 -0.75 -0.75
 Hasil dekomposisi telah diperoleh. Matriks yang
dihasilkan dapat dilihat sebagai berikut:
77 75.75 79.5 78.25 -1.5 -0.25 1.5 -2.75
76.5 79 76 75.75 2.5 0.5 -1.5 0.75
76.75 81 77.5 74.25 5.25 3.5 -4 -2.25
79.25 76.25 73.25 77.25 -2.25 -4.25 3.75 5.25
-0.5 -0.25 0.5 1.25 -1 0.75 -1.5 1.25
0.5 -1 -1 1.25 -1.5 -1.5 1.5 1.25
-0.75 0.5 0.5 -0.25 0.75 1 -1 -0.75
0.25 1.25 0.75 -0.75 0.75 0.75 -0.75 -0.75
Keterangan:
-warna biru adalah bagian aproksimasi
-warna merah adalah bagian detail vertikal
-warna jingga adalah bagian detai horizontal
-warna hijau adalah bagian detail diagonal
Rekonstruksi
 Tentukan filter rekonstruksi L* dan H*, yaitu
1 0 0 0 1 0 0 0
1 0 0 0 -1 0 0 0
0 1 0 0 0 1 0 0
L*= 0 1 0 0 H* = 0 -1 0 0
0 0 1 0 0 0 1 0
0 0 1 0 0 0 -1 0
0 0 0 1 0 0 0 1
0 0 0 1 0 0 0 -1
 Untuk setiap baris hasil dekomposisi, kalikan matriks
L* dan H* tersebut dengan bagian dari matriks hasil,
menjadi:
1 0 0 0 1 0 0 0
1 0 0 0 -1 0 0 0
0 1 0 0 77 0 1 0 0 -1.5
0 1 0 0 * 75.75 + 0 -1 0 0 * -0.25
0 0 1 0 79.5 0 0 1 0 1.5
0 0 1 0 78.25 0 0 -1 0 -2.75
0 0 0 1 0 0 0 1
0 0 0 1 0 0 0 -1
 Kemudian hasilnya kembali diletakkan secara perbaris
di matriks hasil.
77 -1.5 75.5
77 1.5 78.5
75.75 -0.25 75.5
= 75.75 + 0.25 = 76
79.5 1.5 81
79.5 -1.5 78
78.25 -2.75 75.5
78.25 2.75 81
 Dengan cara yang sama, lakukan perkalian pada tahap
2 terhadap setiap kolom dari matriks yang diperoleh
pada langkah sebelumnya. Langkah ini akan
menghasilkan kembali citra awal. Proses rekonstruksi
pun selesai.
Kesimpulan
 Kompresi citra RGB dengan transformasi wavelet
memperlihatkan proses kompresi yg dilakukan secara
bertahap mulai dari pemisahan layer RGB,
dekomposisi, rekonstruksi, lalu menyatukan kembali
layer-layer menjadi citra RGB.
 Citra yang telah terkompresi bersifat Lossless karena
tidak ada data yang hilang setelah dikompresi dan
dapat direkonstruksi kembali menjadi citra awal.
 Citra yang telah terkompresi memiliki dimensi dan
ukuran yang lebih kecil daripada citra sebelumnya.
Saran
 Kompresi dapat dilakukan dengan transformasi
wavelet selain Haar, seperti Daubechies, atau dengan
menggunakan metode LZW, Huffman, dan
sebagainya.
 Kompresi dapat dilakukan tanpa menggunakan
bantuan dari wavelet toolbox pada MATLAB.

More Related Content

What's hot

Bahan ajar alin 2 rev 2014 pdf
Bahan ajar alin 2 rev 2014 pdfBahan ajar alin 2 rev 2014 pdf
Bahan ajar alin 2 rev 2014 pdfPawit Ngafani
 
Teori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiTeori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiSeptian Amri
 
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.pptAljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.pptrahmawarni
 
Geometri hiperbolik bisa.pptx copy11
Geometri hiperbolik bisa.pptx   copy11Geometri hiperbolik bisa.pptx   copy11
Geometri hiperbolik bisa.pptx copy11HelvyEffendi
 
Sistem persamaan linier
Sistem persamaan linierSistem persamaan linier
Sistem persamaan linierBisma Kemal
 
Makalah struktur aljabar grupoida
Makalah struktur aljabar grupoidaMakalah struktur aljabar grupoida
Makalah struktur aljabar grupoidaDIANTO IRAWAN
 
Matematika Diskrit kombinatorial
Matematika Diskrit  kombinatorialMatematika Diskrit  kombinatorial
Matematika Diskrit kombinatorialSiti Khotijah
 
Perbandingan algoritma brute force , divide and conquer
Perbandingan algoritma brute force , divide and conquerPerbandingan algoritma brute force , divide and conquer
Perbandingan algoritma brute force , divide and conquerohohervin
 
Matematika diskret kombinatorika
Matematika diskret  kombinatorika Matematika diskret  kombinatorika
Matematika diskret kombinatorika unesa
 
Defenisi dan sifat kekongruenan Teobil
Defenisi dan sifat kekongruenan TeobilDefenisi dan sifat kekongruenan Teobil
Defenisi dan sifat kekongruenan TeobilNailul Hasibuan
 
Tabel distribusi peluang binomial
Tabel distribusi peluang binomialTabel distribusi peluang binomial
Tabel distribusi peluang binomialrumahbacazahra
 
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )Kelinci Coklat
 
2 inklusi eksklusi (kelas c)
2 inklusi eksklusi (kelas c)2 inklusi eksklusi (kelas c)
2 inklusi eksklusi (kelas c)syarifaminullah2
 
Matematika diskrit (dual graf, lintasan dan sirkuit euler, lintasan dan sirku...
Matematika diskrit (dual graf, lintasan dan sirkuit euler, lintasan dan sirku...Matematika diskrit (dual graf, lintasan dan sirkuit euler, lintasan dan sirku...
Matematika diskrit (dual graf, lintasan dan sirkuit euler, lintasan dan sirku...Fatma Qolbi
 

What's hot (20)

Bahan ajar alin 2 rev 2014 pdf
Bahan ajar alin 2 rev 2014 pdfBahan ajar alin 2 rev 2014 pdf
Bahan ajar alin 2 rev 2014 pdf
 
Modul 3 kongruensi
Modul 3   kongruensiModul 3   kongruensi
Modul 3 kongruensi
 
Teori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiTeori bilangan bab ii
Teori bilangan bab ii
 
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.pptAljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
 
Geometri hiperbolik bisa.pptx copy11
Geometri hiperbolik bisa.pptx   copy11Geometri hiperbolik bisa.pptx   copy11
Geometri hiperbolik bisa.pptx copy11
 
Sistem persamaan linier
Sistem persamaan linierSistem persamaan linier
Sistem persamaan linier
 
Makalah struktur aljabar grupoida
Makalah struktur aljabar grupoidaMakalah struktur aljabar grupoida
Makalah struktur aljabar grupoida
 
Matematika Diskrit kombinatorial
Matematika Diskrit  kombinatorialMatematika Diskrit  kombinatorial
Matematika Diskrit kombinatorial
 
Perbandingan algoritma brute force , divide and conquer
Perbandingan algoritma brute force , divide and conquerPerbandingan algoritma brute force , divide and conquer
Perbandingan algoritma brute force , divide and conquer
 
Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2
 
Matematika diskret kombinatorika
Matematika diskret  kombinatorika Matematika diskret  kombinatorika
Matematika diskret kombinatorika
 
Defenisi dan sifat kekongruenan Teobil
Defenisi dan sifat kekongruenan TeobilDefenisi dan sifat kekongruenan Teobil
Defenisi dan sifat kekongruenan Teobil
 
Operasi biner
Operasi binerOperasi biner
Operasi biner
 
Tabel distribusi peluang binomial
Tabel distribusi peluang binomialTabel distribusi peluang binomial
Tabel distribusi peluang binomial
 
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
 
2 inklusi eksklusi (kelas c)
2 inklusi eksklusi (kelas c)2 inklusi eksklusi (kelas c)
2 inklusi eksklusi (kelas c)
 
Teori Bilangan Pertemuan ke 7
Teori Bilangan Pertemuan ke 7Teori Bilangan Pertemuan ke 7
Teori Bilangan Pertemuan ke 7
 
JAWABAN Struktur data soal-latihan-2
JAWABAN Struktur data soal-latihan-2JAWABAN Struktur data soal-latihan-2
JAWABAN Struktur data soal-latihan-2
 
Geometri aksioma
Geometri aksiomaGeometri aksioma
Geometri aksioma
 
Matematika diskrit (dual graf, lintasan dan sirkuit euler, lintasan dan sirku...
Matematika diskrit (dual graf, lintasan dan sirkuit euler, lintasan dan sirku...Matematika diskrit (dual graf, lintasan dan sirkuit euler, lintasan dan sirku...
Matematika diskrit (dual graf, lintasan dan sirkuit euler, lintasan dan sirku...
 

Similar to Kompresi Citra RGB dengan Transformasi Wavelet

Analisa Rangkaian Listrik Menggunakan MATLAB
Analisa Rangkaian Listrik Menggunakan MATLABAnalisa Rangkaian Listrik Menggunakan MATLAB
Analisa Rangkaian Listrik Menggunakan MATLABAndry Saftiawan
 
Bab vi perbaikan kualitas citra
Bab vi perbaikan kualitas citraBab vi perbaikan kualitas citra
Bab vi perbaikan kualitas citrakhaerul azmi
 
Bab 2 Penyelesaian Sistem Persamaan Linier.ppt
Bab 2 Penyelesaian Sistem Persamaan Linier.pptBab 2 Penyelesaian Sistem Persamaan Linier.ppt
Bab 2 Penyelesaian Sistem Persamaan Linier.pptssuserb7d229
 
Tugas Akhir Modul 3 Profesional Matematika PPG Daljab
Tugas Akhir Modul 3 Profesional Matematika PPG DaljabTugas Akhir Modul 3 Profesional Matematika PPG Daljab
Tugas Akhir Modul 3 Profesional Matematika PPG DaljabWidada Winata Atmaja
 
Soal nomor 7
Soal nomor 7Soal nomor 7
Soal nomor 7fwzyi
 
Lapres invers kinematika robot planar 2 dof
Lapres invers kinematika robot planar 2 dofLapres invers kinematika robot planar 2 dof
Lapres invers kinematika robot planar 2 dofYuda Bima Mimpi
 
PPT_Kelompok3_Eliminasi Gauss.pptx
PPT_Kelompok3_Eliminasi Gauss.pptxPPT_Kelompok3_Eliminasi Gauss.pptx
PPT_Kelompok3_Eliminasi Gauss.pptxIanVemasSilalahi
 
penyajian-data.ppt
penyajian-data.pptpenyajian-data.ppt
penyajian-data.pptssuserfe8f16
 
04-Digitalisasi-citra.pptx
04-Digitalisasi-citra.pptx04-Digitalisasi-citra.pptx
04-Digitalisasi-citra.pptxnyomans1
 
Beberapa Metode Penyelesaian Sistem Persamaan Linear
Beberapa Metode Penyelesaian Sistem Persamaan LinearBeberapa Metode Penyelesaian Sistem Persamaan Linear
Beberapa Metode Penyelesaian Sistem Persamaan LinearTaridaTarida1
 
Pengubah BCD ke 7 segmen
Pengubah BCD ke 7 segmenPengubah BCD ke 7 segmen
Pengubah BCD ke 7 segmenayu purwati
 
Statistik Regresi-Linier-Bergandaaa.pptx
Statistik Regresi-Linier-Bergandaaa.pptxStatistik Regresi-Linier-Bergandaaa.pptx
Statistik Regresi-Linier-Bergandaaa.pptxmarhadi10
 
Teknik menjawab soalan matematik tahun 6 2012
Teknik menjawab soalan matematik tahun 6 2012Teknik menjawab soalan matematik tahun 6 2012
Teknik menjawab soalan matematik tahun 6 2012norulhafiza
 

Similar to Kompresi Citra RGB dengan Transformasi Wavelet (20)

Analisa Rangkaian Listrik Menggunakan MATLAB
Analisa Rangkaian Listrik Menggunakan MATLABAnalisa Rangkaian Listrik Menggunakan MATLAB
Analisa Rangkaian Listrik Menggunakan MATLAB
 
Bab vi perbaikan kualitas citra
Bab vi perbaikan kualitas citraBab vi perbaikan kualitas citra
Bab vi perbaikan kualitas citra
 
Pertemuan3&4
Pertemuan3&4Pertemuan3&4
Pertemuan3&4
 
Analisis kurva
Analisis kurvaAnalisis kurva
Analisis kurva
 
Matlab 7
Matlab 7Matlab 7
Matlab 7
 
Vle 0987.pdf
Vle 0987.pdfVle 0987.pdf
Vle 0987.pdf
 
Bab 2 Penyelesaian Sistem Persamaan Linier.ppt
Bab 2 Penyelesaian Sistem Persamaan Linier.pptBab 2 Penyelesaian Sistem Persamaan Linier.ppt
Bab 2 Penyelesaian Sistem Persamaan Linier.ppt
 
Tugas Akhir Modul 3 Profesional Matematika PPG Daljab
Tugas Akhir Modul 3 Profesional Matematika PPG DaljabTugas Akhir Modul 3 Profesional Matematika PPG Daljab
Tugas Akhir Modul 3 Profesional Matematika PPG Daljab
 
Soal nomor 7
Soal nomor 7Soal nomor 7
Soal nomor 7
 
Lapres invers kinematika robot planar 2 dof
Lapres invers kinematika robot planar 2 dofLapres invers kinematika robot planar 2 dof
Lapres invers kinematika robot planar 2 dof
 
PPT_Kelompok3_Eliminasi Gauss.pptx
PPT_Kelompok3_Eliminasi Gauss.pptxPPT_Kelompok3_Eliminasi Gauss.pptx
PPT_Kelompok3_Eliminasi Gauss.pptx
 
penyajian-data.ppt
penyajian-data.pptpenyajian-data.ppt
penyajian-data.ppt
 
04-Digitalisasi-citra.pptx
04-Digitalisasi-citra.pptx04-Digitalisasi-citra.pptx
04-Digitalisasi-citra.pptx
 
Bab 05
Bab 05Bab 05
Bab 05
 
Sistem_bilangan.ppt
Sistem_bilangan.pptSistem_bilangan.ppt
Sistem_bilangan.ppt
 
REGRESI LINIER BERGANDA
REGRESI LINIER BERGANDAREGRESI LINIER BERGANDA
REGRESI LINIER BERGANDA
 
Beberapa Metode Penyelesaian Sistem Persamaan Linear
Beberapa Metode Penyelesaian Sistem Persamaan LinearBeberapa Metode Penyelesaian Sistem Persamaan Linear
Beberapa Metode Penyelesaian Sistem Persamaan Linear
 
Pengubah BCD ke 7 segmen
Pengubah BCD ke 7 segmenPengubah BCD ke 7 segmen
Pengubah BCD ke 7 segmen
 
Statistik Regresi-Linier-Bergandaaa.pptx
Statistik Regresi-Linier-Bergandaaa.pptxStatistik Regresi-Linier-Bergandaaa.pptx
Statistik Regresi-Linier-Bergandaaa.pptx
 
Teknik menjawab soalan matematik tahun 6 2012
Teknik menjawab soalan matematik tahun 6 2012Teknik menjawab soalan matematik tahun 6 2012
Teknik menjawab soalan matematik tahun 6 2012
 

Kompresi Citra RGB dengan Transformasi Wavelet

  • 2. Latar Belakang  Sebagai bentuk representasi data, kendala yang dihadapi ketika menggunakan citra digital adalah pada besarnya ukuran data yang dibutuhkan untuk merepresentasikan citra tersebut. Untuk itu dibutuhkan suatu teknik yang dapat mengecilkan volume data, teknik ini dinamakan kompresi citra.
  • 3. Citra  Citra adalah suatu bentuk representasi dari suatu objek atau benda. Citra dapat bersifat analog dan digital. Citra Digital  Citra digital merupakan suatu larik dua dimensi atau suatu matriks yang elemen–elemennya menyatakan tingkat keabuan dari eleman gambar. Jadi informasi yang terkandung bersifat diskret.
  • 4. Jenis Citra Digital  Grayscale Citra grayscale merupakan citra digital yang hanya memiliki satu nilai kanal pada setiap pixelnya.  RGB Suatu citra warna di mana setiap pikselnya merupakan gabungan dari intensitas warna merah, hijau, dan biru.
  • 5. Kompresi Data  Kompresi data adalah proses pengubahan sekumpulan data menjadi bentuk kode dengan tujuan untuk menghemat kebutuhan tempat penyimpanan data dan waktu untuk transmisi data. Kompresi Citra  Kompresi Citra adalah suatu proses meminimalkan jumlah bit yang merepresentasikan citra digital sehingga ukuran citra menjadi lebih kecil.
  • 6. Metoda Kompresi  Lossless Metoda ini merupakan algoritma kompresi data yang memungkinkan data yang telah dikompresi dapat dikembalikan seperti semula.  Lossy Kompresi lossy ini tidak memungkinkan untuk data yang terkompresi dapat dikembalikan sperti semula.
  • 7. Kegunaan Kompresi Citra  transmisi data (data transmission)  penyimpanan data (storage)  penyiaran televisi,  penginderaan jarak jauh (remote sensing),  komunikasi militer,  radar dan lain-lain. Aplikasi Kompresi Citra
  • 8. Teori Wavelet  Teori wavelet adalah suatu konsep yang relatif baru dikembangkan. Kata “Wavelet” sendiri diberikan oleh Jean Morlet dan Alex Grossmann diawal tahun 1980-an, dan berasal dari bahasa Prancis, “ondelette” yang berarti gelombang kecil. Kata “onde” yang berarti gelombang kemudian diterjemahkan ke bahasa Inggris menjadi “wave”, lalu digabung dengan kata aslinya sehingga terbentuk kata baru “wavelet”.
  • 9. Transformasi Wavelet  CWT (Continuous Wavelet Transforms)  DWT (Discrete Wavelet Transforms) 1. Haar, 2. Daubechies, 3. dan lain-lain.
  • 10. Haar Wavelet  Wavelet Haar ini pertama kali diperkenalkan oleh Alfréd Haar pada tahun 1909. Wavelet Haar dapat dijelaskan dalam ruang vektor 4 dimensi.  Wavelet Haar memiliki scaling function dengan koefisien c0 = c1 = 1.                                                         1 1 0 0 , 0 0 1 1 , 1 1 1 1 , 1 1 1 1 3210 hhhh
  • 12. Kombinasi liniear Haar x = a h0 + b h1 + c h2 + d h3                                                                     1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 1 0 dcba x x x x
  • 13.  x0 = a + b + c  x1 = a + b – c  x2 = a – b + d  x3 = a – b – d  x2 – x3 = 2d  x0 – x1 = 2c  (x0 + x1) – (x2 + x3) = 4b  (x0 + x1) + (x2 + x3) = 4a
  • 14.  Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa d = ½ (x2 – x3) c = ½ (x0 – x1) b = ½ ( ½ (x0 + x1) – ½ (x2 + x3)) a = ½ ( ½ (x0 + x1) + ½ (x2 + x3))
  • 15. Algoritma Mallat (Dekomposisi)  Diperkenalkan oleh Stephane Mallat untuk menghitung koefisien a, b, c dan d. 021 021 ... ddd aaaa jj HHH LjLjLj   
  • 16. Matriks L dan H  Matriks L dan H masing-masing adalah matriks lowpass (averaging) dan highpass (differencing)  Matriks L dan H untuk basis Haar dimana c0 = c1 = 1 adalah sebagai berikut :                2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 00 00 00 00 HL
  • 17.        3 6 1 2 1 5 5 7 4 6 01 2 1 2 1 2 1 2 100 00 2 1 2 1 02 1 2 1 12 1 2 100 00 2 1 2 1 2                                                        dd aaa HH L L Proses Dekomposisi
  • 18. Nilai a, b, c dan d pada persamaan kemudian dapat kita peroleh dengan melihat nilai aproksimasi terakhir a0 dan semua nilai-nilai detail d0,d1 dan d1 dimana  a = ½ ( ½ (x0 + x1) + ½ (x2 + x3)) = a0 = 2  b = ½ ( ½ (x0 + x1) – ½ (x2 + x3)) = d0 = 3  c = ½ (x0 – x1) = d1(0) = 1  d = ½ (x2 – x3) = d1(1) = -6.
  • 20. Matriks L* dan H*  Isi dari L* dan H* untuk basisi Haar adalah sebagai berikut :                             10 10 01 01 * 10 10 01 01 * HL
  • 21. Proses Rekonstruksi                                                                                                                              6 1 ]3[ 5 7 4 6 6 1 10 10 01 01 1 5 10 10 01 01 1 5 3 1 1 2 1 1 ]2[ 10 10 10 01 01 `* 1 1 * 210 10 01 01 * 11 1 * dd aaa HH l L
  • 22. Transformasi Citra lowpass kolom lowpass baris highpass kolom Citra lowpass kolom highpass baris highpass kolom
  • 23. LL LH LL: hasil lowpass terhadap baris dan kolom LH: hasil lowpass terhadap baris diteruskan dengan highpass terhadap kolom HL HH HL: hasil highpass terhadap baris diteruskan dengan lowpass terhadap kolom HH: hasil highpass terhadap baris dan kolom
  • 24. LL2 LH2 LH1 LH1, HL1, dan HH1 merupakan hasil dekomposisi level 1. LL1 tidak diperlihatkan pada gambar karena langsung didekomposisi lagi menjadi LL2, LH2, HL2 dan HH2 HL2 HH2 HL1 HH1 bagian LL disebut bagian aproksimasi (A), bagian LH disebut detail vertikal (V), bagian HL disebut detail horizontal (H), dan bagian HH disebut detail diagonal (D).
  • 25. Proses Kompresi Citra  Citra berukuran 8x8 sbb: 74 79 76 75 80 80 78 81 77 78 75 77 82 76 73 81 78 76 77 79 75 75 79 75 80 72 82 78 74 80 74 75 82 70 86 77 73 83 71 77 82 73 83 78 74 80 73 76 78 81 74 81 77 71 81 72 76 82 70 80 77 68 84 72
  • 26. Dekomposisi  Tentukan filter dekomposisi LH, yaitu ½ ½ 0 0 0 0 0 0 ½ - ½ 0 0 0 0 0 0 0 0 ½ ½ 0 0 0 0 0 0 ½ - ½ 0 0 0 0 0 0 0 0 ½ ½ 0 0 0 0 0 0 ½ - ½ 0 0 0 0 0 0 0 0 ½ ½ 0 0 0 0 0 0 ½ - ½
  • 27.  Kalikan setiap kolom dengan matriks dekomposisi di atas. Contoh untuk kolom pertama: ½ ½ 0 0 0 0 0 0 74 75.5 ½ - ½ 0 0 0 0 0 0 77 -1.5 0 0 ½ ½ 0 0 0 0 78 79 0 0 ½ - ½ 0 0 0 0 * 80 = -1 0 0 0 0 ½ ½ 0 0 82 82 0 0 0 0 ½ - ½ 0 0 82 0 0 0 0 0 0 0 ½ ½ 78 77 0 0 0 0 0 0 ½ - ½ 76 -1
  • 28.  Hasil dekomposisi perkolom ini akan menghasilkan matriks sebagai berikut: 75.5 78.5 75.5 76 81 78 75.5 81 -1.5 0.5 0.5 -1 -1 2 2.5 0 79 74 79.5 78.5 74.5 77.5 76.5 75 -1 2 -2.5 0.5 0.5 -2.5 2.5 0 82 71.5 84.5 77.5 73.5 81.5 72 76.5 0 -1.5 1.5 -0.5 -0.5 1.5 -1 0.5 77 81.5 72 80.5 77 69.5 82.5 72 1 -0.5 2 0.5 0 1.5 -1.5 0 Keterangan: •warna biru adalah hasil aproksimasi •warna merah adalah hasil detail
  • 29.  Atur hasil supaya bagian aproksimasi berkumpul di bagian atas dan bagian detail mengumpul di bagian bawah 75.5 78.5 75.5 76 81 78 75.5 81 79 74 79.5 78.5 74.5 77.5 76.5 75 82 71.5 84.5 77.5 73.5 81.5 72 76.5 77 81.5 72 80.5 77 69.5 82.5 72 -1.5 0.5 0.5 -1 -1 2 2.5 0 -1 2 -2.5 0.5 0.5 -2.5 2.5 0 0 -1.5 1.5 -0.5 -0.5 1.5 -1 0.5 1 -0.5 2 0.5 0 1.5 -1.5 0
  • 30.  Setelah itu lakukan hal yang sama dengan cara mengambil tiap baris. ½ ½ 0 0 0 0 0 0 75.5 77 ½ - ½ 0 0 0 0 0 0 78.5 -1.5 0 0 ½ ½ 0 0 0 0 75.5 75.75 0 0 ½ - ½ 0 0 0 0 * 76 = -0.25 0 0 0 0 ½ ½ 0 0 81 79.5 0 0 0 0 ½ - ½ 0 0 78 1.5 0 0 0 0 0 0 ½ ½ 75.5 78.25 0 0 0 0 0 0 ½ - ½ 81 -2.75
  • 31.  Kemudian hasilnya diletakkan di matriks hasil kembali dalam bentuk baris, sehingga hasilnya akan sebagai berikut: 77 -1.5 75.75 -0.25 79.5 1.5 78.25 -2.75 76.5 2.5 79 0.5 76 -1.5 75.75 0.75 76.75 5.25 81 3.5 77.5 -4 74.25 -2.25 79.25 -2.25 76.25 -4.25 73.25 3.75 77.25 5.25 -0.5 -1 -0.25 0.75 0.5 -1.5 1.25 1.25 0.5 -1.5 -1 -1.5 -1 1.5 1.25 1.25 -0.75 0.75 0.5 1 0.5 -1 -0.25 -0.75 0.25 0.75 1.25 0.75 0.75 -0.75 -0.75 -0.75
  • 32.  Atur hasil supaya bagian aproksimasi berkumpul di bagian kiri dan bagian detail mengumpul di bagian kanan. 77 75.75 79.5 78.25 -1.5 -0.25 1.5 -2.75 76.5 79 76 75.75 2.5 0.5 -1.5 0.75 76.75 81 77.5 74.25 5.25 3.5 -4 -2.25 79.25 76.25 73.25 77.25 -2.25 -4.25 3.75 5.25 -0.5 -0.25 0.5 1.25 -1 0.75 -1.5 1.25 0.5 -1 -1 1.25 -1.5 -1.5 1.5 1.25 -0.75 0.5 0.5 -0.25 0.75 1 -1 -0.75 0.25 1.25 0.75 -0.75 0.75 0.75 -0.75 -0.75
  • 33.  Hasil dekomposisi telah diperoleh. Matriks yang dihasilkan dapat dilihat sebagai berikut: 77 75.75 79.5 78.25 -1.5 -0.25 1.5 -2.75 76.5 79 76 75.75 2.5 0.5 -1.5 0.75 76.75 81 77.5 74.25 5.25 3.5 -4 -2.25 79.25 76.25 73.25 77.25 -2.25 -4.25 3.75 5.25 -0.5 -0.25 0.5 1.25 -1 0.75 -1.5 1.25 0.5 -1 -1 1.25 -1.5 -1.5 1.5 1.25 -0.75 0.5 0.5 -0.25 0.75 1 -1 -0.75 0.25 1.25 0.75 -0.75 0.75 0.75 -0.75 -0.75 Keterangan: -warna biru adalah bagian aproksimasi -warna merah adalah bagian detail vertikal -warna jingga adalah bagian detai horizontal -warna hijau adalah bagian detail diagonal
  • 34. Rekonstruksi  Tentukan filter rekonstruksi L* dan H*, yaitu 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 -1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 L*= 0 1 0 0 H* = 0 -1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 -1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 -1
  • 35.  Untuk setiap baris hasil dekomposisi, kalikan matriks L* dan H* tersebut dengan bagian dari matriks hasil, menjadi: 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 -1 0 0 0 0 1 0 0 77 0 1 0 0 -1.5 0 1 0 0 * 75.75 + 0 -1 0 0 * -0.25 0 0 1 0 79.5 0 0 1 0 1.5 0 0 1 0 78.25 0 0 -1 0 -2.75 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 -1
  • 36.  Kemudian hasilnya kembali diletakkan secara perbaris di matriks hasil. 77 -1.5 75.5 77 1.5 78.5 75.75 -0.25 75.5 = 75.75 + 0.25 = 76 79.5 1.5 81 79.5 -1.5 78 78.25 -2.75 75.5 78.25 2.75 81
  • 37.  Dengan cara yang sama, lakukan perkalian pada tahap 2 terhadap setiap kolom dari matriks yang diperoleh pada langkah sebelumnya. Langkah ini akan menghasilkan kembali citra awal. Proses rekonstruksi pun selesai.
  • 38. Kesimpulan  Kompresi citra RGB dengan transformasi wavelet memperlihatkan proses kompresi yg dilakukan secara bertahap mulai dari pemisahan layer RGB, dekomposisi, rekonstruksi, lalu menyatukan kembali layer-layer menjadi citra RGB.  Citra yang telah terkompresi bersifat Lossless karena tidak ada data yang hilang setelah dikompresi dan dapat direkonstruksi kembali menjadi citra awal.  Citra yang telah terkompresi memiliki dimensi dan ukuran yang lebih kecil daripada citra sebelumnya.
  • 39. Saran  Kompresi dapat dilakukan dengan transformasi wavelet selain Haar, seperti Daubechies, atau dengan menggunakan metode LZW, Huffman, dan sebagainya.  Kompresi dapat dilakukan tanpa menggunakan bantuan dari wavelet toolbox pada MATLAB.