SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
Download to read offline
Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus
Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ)
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008
34
PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN MOBILISASI ROLL SLIDE
PADA INTERVENSI ULTRA SONIK (US) TERHADAP PENGURANGAN
NYERI PADA KASUS DISFUNGSI DISCUS TEMPORO MANDIBULAIR
JOINT (TMJ)
J. Hardjono, Siti Rohana
Fisioterapi – Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta
Fisioterapi – Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta
Jl. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510
johanes.hardjono@indonusa.ac.id
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh penambahan
mobilisasi roll slide pada intervensi ultra sonik (US) terhadap pengurangan nyeri kasus
disfungsi diskus TMJ. Nyeri disfungsi diskus TMJ diakibatkan oleh beban yang terus
menerus terjadi karena kebiasaan buruk yang dilakukan manusia seperti mengunyah
pada satu sisi atau mengerat gigi, proses degenerasi dan kelainan anatomi rahang.
Jumlah sampel penelitian secara keseluruhan 20 orang yang dibagi dua kelompok
berjumlah 10 orang yaitu kelompok perlakuan I diberi intervensi US dan kelompok
perlakuan II diberi intervensi US ditambah dengan mobilisasi roll slide. Uji Wilcoxon
penurunan nyeri kelompok perlakuan I nilai p=0,005 (p<α=0,05) dan kelompok
perlakuan II nilai p = 0,005 (p<α=0,05) berarti intervensi yang dilakukan pada sampel
sama-sama berpengaruh terhadap pengurangan nyeri namun berdasarkan uji Mann
Whitney menunjukkan bahwa nilai p = 0,000 (p<α=0,05) berarti ada perbedaan penga-
ruh yang sangat signifikans pada kelompok perlakuan I (intervensi US) dengan kelompok
perlakuan II (intervensi US dan mobilisasi roll slide). Ada pengaruh bermakna intervensi
US dan intervensi US ditambah mobilisasi roll slide terhadap pengurangan nyeri namun
ada perbedaan pengaruh yang sangat signifikans dimana pada kelompok perlakuan II
pengurangan nyerinya lebih baik daripada pengurangan nyeri pada kelompok I. Pada
penelitian ini disarankan jumlah sampel diperbanyak supaya dapat digeneralisasikan,
perlu ada standar alat ukur dengan validitas dan reliabilitas yang baik, home program
untuk mengubah pola mastikasi.
Kata Kunci: Roll Slide, Pengurangan Nyeri, TMJ
Pendahuluan
Kebiasaan-kebiasaan yang sering ter-
jadi dalam kehidupan manusia seringkali ter-
abaikan menjadi sesuatu yang dianggap nor-
mal. Kebiasaan-kebiasaan tersebut antara lain
sering membuka mulut terlalu lebar, mengerat
gigi, mengunyah pada satu sisi dan lainnya.
Bagi banyak orang kebiasaan itu adalah sesua-
tu yang dianggap wajar, padahal merupakan
sesuatu yang menyimpang dan dapat menga-
kibatkan hal yang bersifat patologis seperti
adanya gangguan pada Temporo Mandibular
Joint (TMJ).
Temporo Mandibulair Joint (TMJ) ada-
lah sendi yang paling mobile dan sering digu-
nakan dalam aktifitas sehari-hari seperti mem-
buka dan menutup mulut, mengunyah, berbi-
cara, menelan, berkumur dan lain-lain. Aktifitas
sendi ini banyak digunakan dan sangat penting,
tetapi fungsi sendi ini menerima perhatian yang
paling sedikit. Tanpa sendi ini kita dapat meng-
alami hambatan pada berbicara, menguap,
makan atau menghisap. Oleh karena itu pada
pemeriksaan apapun dari daerah kepala dan
leher sendi ini termasuk yang harus diperiksa.
TMJ merupakan persendian antara
tulang temporal dan mandibular, letaknya tepat
di depan meatus akustikus, termasuk jenis ball
and socket joint Sendi ini merupakan sendi
yang unik dengan tiga pasang gerak yaitu de-
Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus
Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ)
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 35
presi-elevasi, protrusi-retruksi dan deviasi late-
ral.
TMJ dibentuk pada satu sisi oleh pro-
sesus kondilaris dengan permukaan konveks
dan pada sisi lain oleh fasies artikularis tem-
poralis dengan permukaan konkaf, ditengah
sendi terdapat diskus fibrokartilagenius yang
bersifat fleksibel yang sangat penting fung-
sinya dalam memungkinkan terjadinya gerak
yang luas, mengadaptasi ruang sendi, mendis-
tribusikan beban kompresi dan bila cidera
dapat pulih. Sendi ini juga memiliki ligamen
yang lentur yaitu ligamen temporomandibular
yang berfungsi menahan gerakan rahang ba-
wah dan mencegah kompresi jaringan di bela-
kang kondilus, sedangkan ligamen stiloman-
dibular dan sfenomandibular yang bertindak
sebagai penahan untuk menjaga kondilus,
diskus, dan tulang temporal berlawanan secara
kuat dan ditunjang oleh otot pengunyah dan
depresor.
Secara patologis TMJ banyak dijumpai
dalam klinis, misalnya trismus, degenerasi dis-
kus dan artrosis dengan keluhan nyeri pada
rahang atas, bunyi, blokade atau mulut ter-
kunci, tidak bisa buka mulut dan tinnitus.
Kebiasaan mengerat gigi pada waktu
tidur terkadang tanpa disadari juga meng-
gerak-gerakkan rahang, dalam jangka waktu
lama dan dengan frekuensi yang sering dapat
menyebabkan gangguan pada TMJ. Pada studi
yang dilakukan oleh Richard Price, kon-sultan
konsumen di American Dental Asso-ciation
pada tanggal 11 Februari 2004 ternyata orang
dengan tidur seperti itu biasanya meng-alami
stres dalam kehidupannya. Pada pene-litian ini
dari 1.300 kuesioner yang disebarkan dimana
responden diminta mengisi frekuensi mengerat
giginya didapatkan hasil sebanyak 26 persen
wanita mengerat gigi sedangkan pada pria
sebanyak 17 persen.
Hal-hal patologis diatas ternyata dapat
menyebabkan disfungsi TMJ yang disertai
dengan adanya gangguan pada otot-otot di
daerah suboksipitalis, dimana apabila mulut
atau rahang terkunci pada posisi tertutup
penguncian mungkin terjadi karena diskus,
dengan kondilus berada di posterior diskus.
Jika penguncian terjadi pada posisi terbuka
kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya
subluksasi TMJ. Disfungsi TMJ dapat diaki-
batkan oleh kebiasaan-kebiasaan yang dilaku-
kan orang seperti depresi yang luas pada
waktu menguap, tidur tengkurap dengan kepa-
la memutar dan rahang menekan bantal yang
keras, kebiasaan mengerat gigi dan mengu-
nyah pada satu sisi.
Gejala-gejala yang dapat timbul pada
disfungsi TMJ antara lain nyeri daerah sekitar
telinga dan otot-otot pengunyah apalagi pada
saat membuka mulut, bunyi pada TMJ terjadi
akibat tepi kondilus bergeser kebelakang
kondilus dimana kondilus harus menyamping
untuk mencapai posisi normalnya ketika mulut
terbuka secara penuh. Bunyi ini menyebabkan
timbulnya keterbatasan gerak atau deviasi
gerak rahang bawah dimana keterbatasannya
pada ROM mandibular joint. Adapun gejala lain
yang sering dijumpai yaitu sakit kepala, nyeri
pada daerah zigomatikus, maksilaris, kepala,
leher atas dan belakang, upper trapezius, ngilu
gigi, spasme otot-otot pengunyah dan leher
belakang, asimetrik mimik dan mandibularis
serta gangguan pendengaran atau mende-
ngung (tinnitus).
Pada depresi-elevasi normal, bagian
permukaan anterior gerak gigi bawah dalam
alur satu garis vertikal. Bila terjadi alur gerak C,
atau L, atau S, merupakan penyimpangan ge-
rak depresi-elevasi dimana alur gerak C atau S
kemungkinan besar disebabkan oleh disfungsi
diskus.
Pada saat menggigit terjadi kompresi
pada kedua sisi gigi geraham sama besar
dimana pada gerak ini tekanan pada diskus
sama besar. Pada saat mastikasi (proses
mengunyah) satu sisi terjadi penekanan pada
sisi geraham mengunyah lebih besar, dengan
demikian bila mengunyah hanya pada satu sisi
oleh penyebab asimetri dental atau gigi tanggal
atau patologi gigi lain, dapat menyebabkan
kerusakan diskus pada satu sisi. Hal ini akan
diikuti disfungsi diskus.
Gerak deviasi lateral kanan-kiri yaitu
gerak gigi bawah sama besar. Tidak simetrinya
gerak deviasi lateral oleh penyebab asimetri
rahang, kontraktur satu sisi kapsuloligamenter
TMJ, nyeri akibat patologi satu sisi sendi TMJ,
atau asimetri bentuk gigi, menyebabkan gerak
Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus
Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ)
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008
36
deviasi asimetri ketika proses mengunyah juga
dapat menimbulkan disfungsi satu sisi diskus.
Gerak protrusi-retruksi, yaitu gerak ra-
hang bawah ke anterior-posterior, secara fung-
sional tidak tampak nyata karena lingkup yang
kecil. Pada kasus crossbite (gigi bawah didepan
gigi atas) dan overbite (gigi tonggos) memiliki
karakter tersendiri ketika porses mengunyah,
namun bila posisi rahang atas dan bawah
simetri tidak menimbulkan masalah dis-kus
tetapi bila geraham asimetri akan menimbulkan
disfungsi diskus.
Pada maximally lose pack position
(MLPP) posisi kedua deret gigi atas dan bawah
renggang dan otot pengunyah dalam keadaan
lemas, merupakan posisi istirahat TMJ. Contoh
posisi MLPP adalah posisi rahang ketika sese-
orang tidur.
Keterbatasan gerak atau deviasi gerak
rahang bawah menimbulkan keterbatasan pada
ROM mandibular joint. Rasa sakit pada otot
pengunyah dapat terjadi bersamaan dengan
rasa sakit pada otot servikal juga dari sendi
TMJ. Otot-otot yang menggerakkan mandibula
dan diskus untuk gerak membuka rahang
bawah yang utama m. pterigoideus lateral, m.
digastrikus sedangkan m. temporalis, m.
masseter, m. pterygoideus medial yang menu-
tup mandibula. Rasa sakit diperparah dengan
durasi yang meningkat secara bertahap pada
daerah hidung, temporal dan daerah kepala
terutama pada waktu menggigit dan mengu-
nyah. Otot masseter secara bertahap menjadi
lemah yang menyebabkan keterbatasan pem-
bukaan rahang. Hal ini dapat membatasi gera-
kan dalam melakukan aktifitas kehidupan
sehari-hari yang bersifat fungsional, dan akibat
selanjutnya dapat menurunkan produktifitas
yang pada akhirnya berdampak pada penu-
runan kualitas hidup.
Nyeri pada disfungsi diskus diakibatkan
oleh beban yang terus menerus seperti mengu-
nyah pada satu sisi, mengerat gigi, dan terjadi
penekanan yang dapat menyebabkan timbul-
nya dislokasi akibatnya sambungan kedua
tulang tersebut keluar dari sendi yang hanya
disambungkan oleh ligamen, yaitu ligamen
temporomandibular yang berfungsi menahan
gerakan rahang bawah dan mencegah kom-
presi jaringan di belakang kondilus serta liga-
men stilomandibular dan sfenomandibular yang
berfungsi untuk menjaga kondilus, diskus, dan
tulang temporal.
Sebagai salah satu profesi kesehatan,
fisioterapi mempunyai peranan penting dalam
penanganan keluhan nyeri yang diakibatkan
oleh gangguan fungsi TMJ. Seperti yang dican-
tumkan dalam Kepmenkes No 1363/ MENKES/
SK/ XII/ 2001, pasal 1, bahwa fisioterapi adalah
bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan
kepada individu dan atau kelompok untuk
mengembangkan, memelihara dan memulihkan
gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehi-
dupan dengan menggunakan penanganan
secara manual, peningkatan gerak, peralatan
(fisik, elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan
fungsi dan komunikasi.
Banyak upaya penanganan fisioterapi
yang dapat diaplikasikan untuk mengurangi
masalah pada disfungsi TMJ yang muncul.
Diantaranya dengan menggunakan modalitas
elektroterapi, manual terapi (traksi, mobilisasi
roll slide) dan terapi latihan (mirror exercise)
Penanganan dengan metoda elektroterapi
antara lain Micro Wave Diathermy (MWD),
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation
(TENS), Ultrasound (US), Interferensial current
(IFC) dan lain-lain.
Untuk mengurangi nyeri tujuan pem-
berian manual terapi dalam bentuk intervensi
mobilisasi roll slide adalah untuk meningkatkan
dan mempertahankan ROM sendi sedangkan
pemberian intervensi Ultra Sonik (Ultrasound
therapy) adalah untuk menimbulkan efek infla-
masi neurogenik akibat dari micro massage ser-
ta menimbulkan regenerasi jaringan. Sehingga
diharapkan dapat mengurangi rasa nyeri.
Berdasarkan uraian tersebut di atas
maka penulis tertarik untuk meneliti dan meng-
kaji lebih dalam melalui penelitian dan dipapar-
kan dalam skripsi dengan judul “Perbedaan
pengaruh penambahan mobillisasi Roll slide
pada intervensi Ultra Sonik terhadap pengu-
rangan nyeri pada kasus disfungsi diskus
Temporo Mandibulair Joint (TMJ)“.
Nyeri akibat disfungsi diskus temporo
mandibular joint (TMJ)
TMJ merupakan sendi yang berfungsi
untuk menggerakkan rahang bawah, yang sela-
Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus
Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ)
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 37
lu bergerak ketika berbicara, bernyanyi, dan
mengunyah. Akibat kelainan struktur gigi atau
bentuk rahang, atau penggunaan yang tidak
imbang antara sendi kanan dan kiri, atau oleh
cidera akibat perawatan gigi dan trauma
langsung dapat berakibat kerusakan diskus
atau perubahan bentuk diskus, mengakibatkan
ketika mengunyah atau fungsi lain menim-
bulkan pergeseran diskus, dalam klinis tampak
alur gerak tidak simetri, bunyi klik saat
mengunyah atau mengunci ketika depresi luas.
Disfungsi diskus TMJ tersebut akan
dapat menimbulkan rasa nyeri terutama pada
daerah sekitar telinga karena terjadinya perge-
seran prosesus kondilaris dari fosa mandibula
yang berakibat teregangnya ligamen-ligamen,
otot-otot sekitar TMJ dan saraf dari cabang
aurikulotemporal dan cabang masseter dari
nervus mandibulair.
Untuk memahami lebih lanjut mengenai
TMJ, maka akan dibahas tentang anatomi tera-
pan dan biomekanik TMJ.
Anatomi terapan sendi temporoman-
dibularis (TMJ)
Untuk pemahaman struktur jaringan
yang terkait dengan patologi disfungsi diskus
TMJ, berikut dibahas beberapa aspek meliputi
struktur tulang, sendi, ligamen, otot, saraf,
diskus artikularis dan kapsula artikularis.
Struktur tulang
1. Tulang Mandibula
Mandibula atau rahang bawah merupakan
tulang wajah yang terbesar dan terkuat,
bersendi dengan dua tulang temporal serta
menampung gigi bagian bawah, tulang
mandibula berbentuk seperti tapal kuda
terdiri dari korpus mandibula yang hori-
zontal dan dua ramus mandibulae yang
naik secara vertikal. Pada orang dewasa
korpus mandibula mempunyai processus
alveolaris yang mengelilingi akar gigi-geligi
bawah serta menyanggah gigi ini (pada
orang tua yang giginya tanggal processus
alveolaris dapat mengalami regresi), diba-
gian permukaan lateralnya terdapat linea
oblique dimana melekat m. depressor labi
inferior dan m. depressor anguli oris, fora-
men mentalis yaitu tempat keluarnya n.
mentalis dan protuberansia mentalis meru-
pakan ujung dari dagu.
Sumber: google.com
Gambar 1
Mandibula
Ramus mandibula mempunyai dua prosesus
pada tepi superiornya yaitu
a. Processus coronoideus di bagian anterior
berperan sebagai tempat insersi m. Tem-
poralis yang kuat, prosesus ini terletak di
sebelah dalam arkus zigomatikum dan
tendon m. temporalis melintas di sebelah
medial arkus.
b. Processus condylaris di bagian posterior,
prosesus ini mempunyai kaput dan kolum,
dimana bagian kaput tertutup tulang
rawan serta bersendi melalui fosa mandi-
bularis dan tuberkulum artikulare dari
tulang temporal menjadi bagian sendi
temporo mandibular, bagian kolumnya
akan menyangga bagian kaput dan pada
permukaan dalamnya dibawah permu-
kaan sendi terdapat lekukan kecil fovea
pterygoidea berperan sebagai tempat
insersio m. pterigoideus lateralis. Diantara
kedua prosesus ini terdapat insisura
mandibulae, insisura ini tertutup oleh m.
masseter dan dilewati oleh saraf serta
pembuluh darah. Angulus mandibularis
adalah bagian yang membentuk sudut
antara corpus mandibula dan ramus man-
dibula, terdapat tuberositas masseterica
sebagai tempat insersio m. masseter dan
tuberositas pterygoidea untuk insersio m.
pterygoideus medialis.
Pada permukaan dalam ramus mandibula
terdapat foramen mandibula yang masuk
Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus
Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ)
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008
38
ke dalam kanalis mandibula, mulai dari
foramen mandibula berjalan miring ke
bawah adalah sulkus milohioid sedangkan
pada permukaan dalam korpus mandibula
terdapat linea milohioid dan di bawah
linea ini merupakan tempat mulainya m.
milohioid. Sebelah anterior permukaan
dalam korpus mandibula terdapat spina
mentalis dan fosa digastrika tempat
insersio m. digastrikus.
Sumber : Grant Metode Anatomi
Gambar 2
Permukaan lateral mandibula
2. Tulang Temporal
Tulang temporal termasuk bagian neu-
rokranium dari tulang tengkorak, tulang ini
lebih tampak pada sisi lateral. Dua garis
menonjol terbentuk pada permukaan
lateral tulang frontal dan tulang parietal
garis-garis ini adalah linea temporalis supe-
rior dan linea temporalis inferior. Garis-
garis ini menandai batas superior fosa tem-
poralis pada permukaan lateral tengkorak.
Linea tempporalis superior adalah tempat
lekat bagian tulang bagi fasia temporalis
dan linea tamporalis inferior adalah tempat
insersio m. temporalis. Pterion adalah tem-
pat persendian yang berbentuk huruf H
untuk keempat tulang yang membentuk
bagian anterolateral fosa temporalis.
Tulang-tulang parietal, frontal, ala magna
tulang sfenoid dan bagian skuamosa tulang
temporal membentuk tepi-tepi pterion ini
adalah tanda permukaan luar bagi letak
intrakranial arteri meningea medial.
Bagian skuamosa tulang temporal memben-
tuk daerah tengah fosa temporalis. Tepi
inferior bagian skuamosa tulang temporal
berisi fosa mandibularis sendi temporoman-
dibular dan inferiornya terdapat tuberkulum
artikulare. Meatus akustikus (auditorius)
eksternus terletak posterior terhadap fosa
mandibularis dan anterior terhadap prose-
sus mastoideus tulang temporal. Ke arah
inferior, liang telinga luar pada tulang tem-
poral disempurnakan oleh lempeng timpani.
Meatus akustikus eksternus terproyeksi
kearah medial, kedalam bagian petrosal
tulang temporal. Meatus akustikus ekster-
nus ini terpisah dari telinga tengah oleh
membrane timpani (gendang telinga).
Sumber : Grant Metode Anatomi
Gambar 4
Permukaan lateral mandibula
Struktur sendi Sendi Temporo Mandi-
bulair
Persendian mandibula dengan tulang
temporal terjadi antara kepala mandibula dan
fosa mandibula dari tuberkulum artikularis
tulang temporal. Permukaan tulang ini diliputi
oleh tulang rawan, pada sendi temporo man-
dibular ini terdapat diskus artikularis yang
merupakan jaringan fibrosa padat membagi
sendi menjadi ruangan superior dan ruangan
inferior.
Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus
Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ)
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 39
Ruangan inferior ini memungkinkan perputaran
sendi engsel bagi kepala mandibula, sedang-
kan ruangan superiornya adalah sendi putar
untuk memungkinkan kepala mandibula berge-
rak pada salah satu tempat di fosa mandi-
bularis atau pada tuberculum artikularis, bila
tulang mandibula bergerak protrusi (bergerak
ke anterior). Dengan sempurna diskus artiku-
laris ini melekat pada seluruh simpai sendi.
Kaput superior m. pterigoideus lateralis berin-
sersio kedalam simpai sendi dan diskus serta
menghasilkan tenaga guna menggerakkan
diskus pada tuberkulum artikularis ke arah
anterior, ketika kaput inferior m. pterigoideus
lateralis menarik mandibula ke anterior sewak-
tu bergerak protrusi.
Secara fungsional sendi temporo man-
dibular merupakan gabungan dua sendi, yaitu
sendi antara diskus artikularis dan kaput
mandibula dan sendi antara diskus artikularis
dan fosa mandibula. Waktu membuka mulut
secara aktif selalu melibatkan gerak putar
(rotary movement) pada bagian bawah sendi
dan gerak geser (sliding movement) ke
anterior pada bagian atas sendi. Gerak geser
tersebut terutama dilakukan oleh m. Pterigoi-
deus lateralis. Disamping gerak membuka
mulut gerak ke lateral (grinding movement)
dapat terjadi. Sendi temporomandibulair atau
bentuk permukaan sendi tergantung pada
perkembangan oklusi gigi dan juga umur
individu. Bila tidak terdapat gigi (bayi dan
orang tua) fosa mandibularis rata dan
tuberkulum artikularis tidak terlihat.
Sumber: www.bartleby.com/107/illus309
Gambar 6
pandangan lateral sendi temporomandibula
Sumber: www.bartleby.com/107/illus310
Gambar 7
pandangan medial sendi temporomandibula
Sumber: www.bartleby.com/107/illus310
Gambar 8
pandangan sagital sendi temporomandibula
Struktur Ligamen
Disebelah luar dari simpai sendi tem-
poro mandibular terdapat beberapa ligamen
yaitu:
1. Ligamen kapsular (articular capsular).
Terikat pada sekeliling fosa mandibula dan
tuberkula artikularis superior dari leher kon-
dilus mandibula inferior, adalah jaringan
konektif berserat, longgar dan tipis. Kapsul
bagian anterior, superior, longgar pada
rongga bagian inferior antara kepala dan
diskus sangat tegang, jika kondilus ber-
gerak maju diskus mengikuti.
2. Ligamen temporo mandibular lateral
Merupakan penebalan dari kapsul sendi,
terbentang dari arkus zigomatikus sampai
ke prosesus kondilaris ke arah bawah kaput
mandibular. Ligamen ini menahan gerakan
rahang bawah dan mencegah terjadinya
kompresi jaringan di belakang prosesus
kondilaris. (Gambar 9)
3. Ligamen stilomandibularis
Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus
Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ)
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008
40
Ligamen stilomandibular juga dianggap
ligamen asesori, ligamen ini berjalan dari
prosesus stiloid tulang temporal kebagian
atas dari ramus mandibula dan memisah-
kan otot maseter dan pterigoideus lateral
yang fungsinya untuk menghentikan gerak
mandibula waktu membuka mulut secara
berlebih. (gambar 9 & 10 )
4. Ligamen sfenomandibularis
Ligamen asesori, berasal dari spina sfenoid
melekat pada lingula mandibula pada fora-
men mandibula, ligamen ini fungsinya
sebagai suspensi waktu membuka mulut
lebar setelah membuka mulut, sedang liga-
men temporo mandibular lemas dan
ligamen sfenomandibular menjadi tegang.
Otot pterigoideus medial berhubungan
dengan permukaan dari ligamen sfenoman-
dibular media yang terbentang dari spina
os sfenoidalis menuju lingula mandibula
(gambar 10) Berfungsi sama seperti liga-
men stilomandibularis.
5. Ligamen mandibular-malleolar
Struktur ligamen ini menghubungkan leher
dan prosesus anterior dari malleus keba-
gian medioposterior kapsul sendi, diskus
dan ligamen sfenomandibular.
Struktur otot
Fungsi semua otot servikal bagian atas
perlu dipahami karena dampaknya pada fungsi
dan disfungsi dari TMJ. Gerakan mandibula
adalah akibat gerakan dari otot servikal dan
rahang, otot servikal menstabilkan kepala
sehingga meningkatkan efisiensi gerakan
mandibular. Tiga otot utama yang menutup
mandibula termasuk bagian dari otot-otot
pengunyah adalah m.maseter, m.temporalis,
m.pterigoideus medial dan lateral pterigoideus.
1. M. Masseter
Berasal dari arkus zigomatikus dan berin-
sertio pada tuberositas masseterica pada
angulus mandibula. Otot ini dibagi atas
pars superfisialis dengan serabut-serabut
ototnya berjalan serong dan pars profunda
yang serabut-serabut ototnya berjalan
vertikal berasal dari permukaan dalam pro-
cessus zigomatikus os temporalis dan dari
fasia temporalis.
M. masseter merupakan otot yang kuat,
berfungsi untuk menutup rahang dengan
cara mengangkat mandibula. Otot ini men-
dapat persarafan dari n. masseterikus.
2. M. Temporalis
Otot ini berbentuk seperti kipas berasal dari
fosa temporalis dan dari fasia temporalis,
berinsersi pada prosesus koronoideus os
mandibula, insertio otot ini juga memben-
tang kebawah sisi inferior dan anterior
ramus mandibula. M. temporalis berfungsi
sebagai otot pengangkat rahang bawah
yang paling kuat. Persarafan otot ini dari
N.temporalis ramus profundus
Sumber: Physical Therapy Principal and
Methods, Fourth Edition 2006
Gambar 12
Permukaan m. temporalis
3. M. pterigoideus lateralis
Terdiri dari dua bagian, bagian pertama
berasal dari permukaan lateral lamina
pterigoideus lateralis prosesus pterigoideus,
berinsersio ke dalam fovea pterigoidea dan
bagian kedua berasal dari permukaan infra-
temporalis dan krista infratemporalis ala
major os sfenoidalis membentang ke diskus
artikularis.
Otot ini merupakan otot pengarah sendi
temporomandibularis dan terlibat dalam
semua gerakan mandibula dan otot ini
secara khusus penting dalam kasus dis-
fungsi diskus TMJ dan otot yang paling
sering terlibat. Persarafannya oleh n. Pteri-
goideus lateralis.
4. M. pterigoideus medialis
Berasal dari fosa pterigoidea membentang
ke angulus mandibula dan berinsersio pada
Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus
Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ)
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 41
tuberositas pterigoidea membentuk sudut
terhadap m. pterigoideus lateralis.
Otot ini berfungsi mengangkat mandibula
dan juga mendorong ke depan serta ber-
peran pada pergeseran ke lateral dari
rahang bawah dan ambil bagian dalam
gerakan rotasi. (gambar 13). Mendapat
persarafan dari n. pterigoideus medialis
5. Otot digastrik
Terdiri dari otot anterior, posterior belly
dan tendon yang kuat, anterior belly mun-
cul dari batas bawah mandibula. posterior
belly muncul dari prosesus mastoideus
tulang temporal, keduanya turun kearah
tulang hioid dan bersatu dengan tendon.
Fungsi otot digastrik adalah menarik man-
dibula kebelakang dan turun yang dibantu
otot suprahioid memainkan gerakan pen-
ting dalam membuka mandibula
6. Otot stiloid
Berasal dari prosesus stiloid tulang tem-
poral menyisip pada tulang hioid. Fungsi
otot ini membantu membuka rahang dan
menarik tulang hioid keatas dan ke be-
lakang.
7. Otot geniohioid
Otot ini sempit, melebar kearah posterior
dari pada anterior terletak bersebelahan
dengan garis dasar mulut dan diatas otot
milohioid, ia berasal dari simphisis man-
dibula masuk kepermukaan depan tulang
hioid. Fungsi otot ini menarik mandibula
keatas dan kebelakang.
8. Otot milohioid
Otot milohyoid adalah otot yang muncul
dari seluruh permukaan mandibula dari
simfisis keakhir gigi molar yang merupakan
dasar mulut juga membantu menekan
mandibula.
9. Otot infrahioid (sternohioid, tirohioid dan
omohioid)
Otot ini bertugas memastikan tulang hioid
menekan, jadi memungkinkan otot supra-
hioid bergerak pada mandibula. Dari otot
ekstrinsik mastikasi hanya otot digastrik
dan geniohioid menekan tarikan langsung
pada mandibula, menariknya kearah poste-
rior dan inferior. (gambar 14)
Struktur saraf
Saraf yang menjadi bagian dari man-
dibular berasal dari saraf kranial inervasi dari
TMJ. Saraf masseter dan temporal posterior
mensarafi daerah medial dan anterior sendi,
saraf aurikulotemporal mensarafi daerah pos-
terior dan lateral sendi. Saraf aurikulotemporal
adalah saraf utama yang menginervasi
posterior lateral kapsul, ligamen temporoman-
dibular dan pembuluh darah kapsul.
Saraf aurikulotemporal juga membe-
rikan cabangnya ke membrana timpani, auditori
meatus eksternal, kulit pelipis dan kulit kepala,
bagian sentral diskus tidak berinervasi.
Saraf kranial yang terlibat dengan TMJ yaitu:
1. Cabang sarafnya berasal dari segmen C1-
C3.
2. Nervus trigeminus (N. V) ini adalah saraf
otak yang terbesar, merupakan saraf sen-
sorik yang melayani sebagian besar kulit
kepala dan wajah juga melayani selaput
lendir mulut, hidung, sinus paranasalis serta
gigi dengan perantaraan sebuah cabang
motorik kecil, mensarafi otot-otot pengu-
nyah. N. trigeminus terbagi menjadi tiga
cabang utama yaitu: n. oftalmikus, mak-
silaris dan mandibularis yang berfungsi
menampung sensibilitas dari berbagai dae-
rah wajah, mulut, gigi dan sebagian
tengkorak juga menyediakan serabut-sera-
but sensorik pengecap. Cabang yang ke
mandibula bercabang menjadi nervus auri-
kulotemporalis yang berjalan disisi medial
kaput kondilus mandibula dan mengirimkan
cabang sensoriknya ke sendi temporoman-
dibularis. Nervus aurikulotemporalis adalah
sensorik untuk nyeri dan sensasi umum
pada bagian atas wajah. (gambar 15)
3. Nervus fasialis (N. VII), saraf ini terutama
untuk otot-otot mimik (wajah) dan kulit
kepala. Saraf fasialis juga merupakan saraf
sensorik yang menghantarkan saraf penge-
cap dari lidah (gambar 16)
4. Nervus hipoglosus (N. XII), saraf ini mem-
berikan cabang motorik ke m.geniohioideus
5. Nervus glosopharingeus (N IX), saraf ini
mengandung serabut motorik dan sensorik,
serabut motorik menuju salah satu otot
faring sementara sekreto motorik menuju
Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus
Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ)
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008
42
kelenjar parotis dan saraf sensorik menuju
ke otot lidah
Sumber: Evelyn C. Pearce
Gambar 16
Penyebaran saraf facialis ( N VII )
Diskus artikularis
Merupakan suatu kantong yang mudah
bergerak untuk kaput mandibula. Bagian ante-
rior terdiri dari bahan-bahan fibrosa dengan
sebaran sel-sel tulang rawan (kondrosit), sebe-
lah posterior berbentuk bilaminer. Bagian atas
yang melekat pada dinding posterior fosa
mandibularis terdiri dari jaringan fibroelastis
yang jarang, pada bagian bawahnya terfiksasi
pada pinggir posterior kaput mandibula, bagian
ini terdiri dari jaringan fibrosa yang sangat
kuat. Diantara bagian-bagian ini terdapat plek-
sus venosus retroartikularis yang berfungsi
sebagai bantalan. Di anterior diskus artikularis
melekat erat dengan kapsula artikularis dan m.
pterygoideus lateralis caput infratemporalis.
Kapsula artikularis
Relatif jarang dan diperkuat oleh liga-
mentum lateralis (temporomandibularis). Teru-
tama pada sisi lateralis ligamentum ini terben-
tang dari arkus zygomatikus ke prosesus
kondilaris kearah bawah kaput mandibulae,
yang sering menunjukan penonjolan kadang-
kadang seperti pinggir yang terangkat atau
lebih jarang seperti lekukan yang mendapat
tekanan. Pada literatur lama disebut tuber-
kulum kondilaris, krista kondilaris atau fosa
kondilaris atau sebaliknya. (gambar 5)
Osteokinematika dan Artrokinematika
Gerakan mandibula bersifat rumit kare-
na mandibula mempunyai posisi gerakan yang
bermacam-macam. Yang terkait dengan gera-
kan mandibula adalah bentuk fosa, tingkat
ketegangan ligamen, meniskus, sistem neuro-
muskular dan kebiasaan menggunakan gigi.
Secara gerakan, osteokinematika adalah
gerak sendi yang dilihat dari gerak tulangnya
saja. Pada osteokinematika yang terjadi berupa
gerak ayun, rotasi putar dan spin.
Artrokinematika adalah gerakan yang
terjadi pada permukaan sendi atau sering
disebut intracapsular movement. Pada artro-
kinematika gerakan yang terjadi berupa gerak
roll dan slide, dari kedua gerak tersebut dapat
diuraikan lagi menjadi gerak traksi-kompresi,
translasi dan spin.
Gerak fisiologi vertebra servikal dalam
klinis berupa fleksi-ekstensi fleksi lateral dan
rotasi. Pada TMJ gerak yang dominan adalah
gerak depresi-elevasi, protrusi, retruksi dan
deviasi lateral kanan-kiri.
Saat gerakan depresi (membuka mulut),
kondilus berputar sekitar sumbu horizontal dan
bergerak ke depan dan ke bawah dengan per-
mukaan bawah diskus, pada saat yang sama
ketika diskus bergeser ke depan dan ke bawah
pada tulang temporal. Gerakan ini akibat dari
diskus medial, lateral dan kepala mandibula
serta kontraksi pterigoideus lateral yang mem-
bawa kondilus dan diskus kepermukaan
artikular. bergeser (sliding) dan majunya diskus
untuk berhenti ketika jaringan fibroelastik
melekat pada bagian belakang tulang temporal.
Sesudah itu kondilus bergerak ke depan dan
bersendi dengan sebagian anterior diskus dan
mulut terbuka secara penuh dengan ROM
jarak gigi atas dan bawah tiga jari 2-4 setinggi
interfalang proksimal atau diukur dalam
sentimeter.
Saat gerak elevasi (menutup mulut),
fase pertama, kondilus bergerak kebelakang
menyatu dengan diskus yang ditahan oleh otot
pterigoideus lateral, bergeraknya kearah bela-
kang mandibula akibat dari interaksi antara
Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus
Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ)
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 43
bagian retraksi dari otot maseter, temporalis
dan otot depressor, fase kedua, kepala bagian
inferior pterigoideus lateral rilaksasi yang
memungkinkan diskus bergerak kearah bela-
kang dan naik pada tulang temporal
sepanjang kondilus. Pada fase kedua ini mulai
dengan kontraksi otot-otot maseter, pterigoi-
deus medial, temporalis, dan berakhir dengan
intercuspation gigi.
Saat gerak protrusi, gigi seluruhnya
pada posisi berhenti, dan gigi bawah ditarik
kearah bawah sehingga melebihi posisi gigi
atas oleh m.pterigoideus lateral. Berlawanan
dengan gerakan pembukaan, kondilus dan
diskus bergerak kearah bawah dan maju
sepanjang permukaan sendi tanpa putaran
kondilus sekitar sumbu transversal untuk
mencegah mandibula lepas, lalu otot berkon-
traksi untuk penyesuaian dan keseimbangan
depresi-retraksi.
Saat gerak retruksi, mandibula ditarik
ke arah belakang oleh bagian dalam otot
masseter dan serabut posterior otot temporalis
keposisi istirahat pada saat yang sama otot-
otot geniohioideus, digastrik dan elevator
secara sinergis menyeimbangkan untuk men-
jaga mandibula pada posisi horizontal. Gerakan
protrusi dan retruksi diukur dalam sentimeter.
Pada gerakan deviasi lateral mandibula
otot asimetri pada kedua sisi gerakan ini, satu
kondilus dan diskus bergeser ke arah bawah
maju pada bidang sagital dan secara medial
pada bidang horizontal sepanjang permukaan
sendi, pada saat yang sama kondilus lain
berputar secara lateral pada bidang sagital dan
bertranslasi secara medial pada bidang hori-
zontal dan tetap pada fosa.
Translasi kondilus pada bidang hori-
zontal dikenal dengan gerakan Bennett. Jika
orang melihat mandibula dari atas akan terlihat
ujung medial mandibula menarik kearah depan
dan maju pada bidang horizontal sedang sera-
but dari otot temporalis berinsersi pada
prosesus koronoid, menarik kearah luar dan
belakang. Otot ini bekerja sebagai kekuatan
yang diperlukan untuk terjadinya gerakan
mengunyah pada sisi ini.
Jadi pada penyimpangan lateral ke kiri,
lateral pterigoideus ke kanan, bersamaan
dengan kontraksi otot digastrik kanan-kiri dan
otot geniohioideus menyebabkan kondilus
kanan bergerak kearah bawah dan kemedial
sedangkan gerakan dari temporal kiri, lateral
pterigoideus memutar kondilus kiri pada fosa
dan memindahkan mandibula kekiri disebut
sebagai penyimpangan lateral kiri dengan
pergeseran Bennett kekiri.
Kondilus kiri disebut kondilus sisi kerja
dan kondilus kanan adalah kondilus non kerja
atau kondilus penyeimbang. Saat gerakan de-
viasi lateral kanan-kiri diukur dalam sentimeter.
Tipe dasar gerakan kondilus kerja beri-
kut ini:
Rotasi (roll) tanpa pergeseran kelateral
Rotasi dengan gerakan kebelakang, keatas
dan kelateral
Rotasi dengan gerakan kearah bawah, depan
dan lateral
Rotasi pergeseran kelateral
Rotasi gerakan kearah bawah, kebelakang
dan kelateral
Jadi pada gerakan rotasi menggerat gigi
atau mengunyah, gerakan ini berubah-ubah
untuk mengayunkan mandibula dari sisi kesisi.
Meskipun gerakan mengunyah sangat
kompleks, gerakan ini menjadi otomatis pada
setiap orang, karena melibatkan integrasi
mekanisme proprioseptif dan semua gerakan
otot-otot pengunyah terlibat pada gerak
mengunyah dengan melibatkan keempat
gerakan pada mandibula yaitu depresi-elevasi
protrusi dan retruksi.
Patologi disfungsi diskus pada sendi
Temporo Mandibular (TMJ).
Gangguan TMJ yang umum ditemukan
secara klinis adalah sindrom disfungsi TMJ,
juga disebut sebagai sindrom disfungsi sakit
pada mandibular, artrosis mandibular, artrosis
TMJ dan sindrom sakit myofasial.
Sindrom disfungsi TMJ bukanlah penya-
kit penuaan, umumnya terjadi pada pasien usia
antara 20 tahun dan 40 tahun, paling sering
ditemukan pada wanita. Fase awal gejalanya
terkait dengan adanya bunyi klik (clicking),
subluksasi dan dislokasi berulang.
Penyebabnya banyak, kemungkinan
karena faktor degeneratif yang diikuti pemben-
Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus
Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ)
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008
44
tukan jaringan fibrous pada sendi, diskus dan
kepala kondilus. Awalnya dijumpai penipisan
rawan sendi terutama pada kondilus mandi-
bularis, kemudian diikuti peretakan dan erosi
atau eburnisasi. Akibatnya menjadi keras
sehingga tekanan normal pada diskus yang
juga telah terjadi pengerasan dan penipisan
menjadi cidera dan/atau berubah bentuk. Hal
ini yang menimbulkan bunyi klik atau bahkan
penguncian ketika depresi luas. Pada dege-
neratif diperberat faktor lain seperti kebiasaan
mengunyah makanan dengan satu sisi rahang
dapat menyebabkan iritasi diskus satu sisi
berlebihan yang dapat menyebabkan kerusa-
kan diskus ipsilateral. Hal tersebut akan mudah
terjadi bila bentuk rahang asimetri, tumbuhnya
molare akhir yang miring atau bentuk gigi yang
tidak simetri, gigi molar tanggal satu sisi,
semuanya dapat menyebabkan kerusakan atau
perubahan bentuk diskus satu sisi. Kebiasaan
mengerat gigi pada waktu tidur terkadang
tanpa disadari juga mengerak-gerakkan ra-
hang, dalam jangka waktu lama dan dengan
frekuensi yang sering dapat menyebabkan
gangguan pada TMJ seperti pada hasil pene-
litian yang telah dilakukan oleh Richard Price
(11 Februari 2004).
Pada deviasi bentuk rahang, atau asi-
metri gigi/gigi tanggal, atau kebiasaan buruk
mengunyah/mengerat, akan menimbulkan
kerusakan diskus atau perubahan bentuk
diskus lebih awal. Karenanya disfungsi diskus
TMJ sering dijumpai pada usia muda pula.
Tetapi pada kasus non degeneratif umumnya
dapat terjadi penyembuhan yang relatif cepat.
Tanda dan gejala biasanya pada sisi
unilateral mungkin bisa bilateral ditandai ada-
nya tenderness pada otot, keterbatasan gera-
kan serta nyeri sekitar sendi dan menyebar ke
telinga, wajah, kepala, leher, bahu. Biasanya
gejala awal yang terjadi adalah dalam bentuk
tidak terkoordinasinya fungsi otot-otot mandi-
bular yang ditandai dengan bunyi (clicking)
sebaliknya pada subluksasi dan dislokasi
berulang tidak terdapat gejala.
Karena bagian tengah diskus tidak
memiliki inervasi dan sedikit vaskularisasi,
maka disfungsi diskus dini tidak menimbulkan
gejala nyeri tetapi hanya bunyi klik. Perubahan
patologi sering tanpa tanda dan gejala tetapi
dapat terlihat dengan radiografis. Bila berlanjut
maka kerusakan akan lebih berat sehingga
dapat berakibat perubahan bentuk diskus dan
menimbulkan sensasi nyeri. Namun bila kom-
presi diskus dihilangkan kemungkinan terjadi
regenerasi mengingat adanya vaskularisasi
terutama bagian luar diskus. Dari perubahan
patologi harus dicatat kemungkinan karena
faktor degeneratif yang diikuti fibrous pada
sendi, diskus dan kepala kondilus.
Umumnya sakit pada sindrom disfungsi
TMJ adalah disfungsi pada sendi atau dari
saraf. Ada lima penyebab utama rasa sakit
mungkin neurologis, vaskular, sendi itu sendiri,
muskular dan faktor psikologis. Rasa sakit bisa
berasal dari infeksi, perpindahan kondilus,
kekakuan diskus, trauma, dimana rasa sakit
tersebut dapat membatasi gerakan mandibular
seperti menguap terlalu lebar dan juga
penggunaan alat dental (protesa gigi).
Pada pemeriksaan dapat dijumpai hiper-
mobilitas sendi atau protrusi mandibula atau
keduanya selama gerakan awal membuka
mulut. Pada banyak kasus ditandai oleh spas-
me pada otot-otot pengunyah dan rasa sakit
pada gerakan sendi khususnya selama
mengunyah, seacara bertahap rasa sakit makin
memburuk diikuti dengan mobilitas sendi yang
berkurang terutama waktu pagi hari.
Proses terjadinya nyeri pada temporo-
mandibulair joint
Penyebab timbulnya nyeri pada sendi
temporo mandibular dapat diakibatkan oleh
adanya hiperfungsi dan disfungsi dari musku-
loskeletal (otot-otot pada tulang tengkorak)
ataupun dapat oleh proses degeneratif pada
sendi itu sendiri.
Pada proses degenerasi terjadi erosi
dan eburnisasi rawan sendi terutama pada
kondilus mandibularis akibatnya ketika proses
mastikasi terjadi tekanan terhadap diskus yang
meningkat dan bila berlanjut menyebabkan
pembebanan yang tidak imbang pada diskus.
Akibat lebih lanjut terjadi kerusakan dan
disfungsi diskus sehingga menimbulkan gejala
bunyi klik, penguncian dan akan menimbulkan
cidera jaringan subchondral atau jaringan lain
Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus
Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ)
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 45
yang menimbulkan inflamasi dengan sensasi
nyeri.
Bentuk atau posisi gigi miring atau
ketinggian yang tidak sama dan tidak simetri
antara kanan dan kiri, akibat pertumbuhan gigi
geraham akhir yang tidak normal atau gigi
tanggal dapat menimbulkan maloklusi. Hal ini
juga terjadi pada penyimpangan anatomik
rahang berupa crossbite dan overbite dapat
menimbulkan maloklusi. Kebiasaan-kebiasaan
buruk yang dilakukan seseorang seperti
mengerat gigi, mengunyah pada satu sisi, atau
kebiasaan mengunyah makanan keras dapat
menyebabkan terjadinya beban berlebihan
pada satu sisi diskus sehingga menimbulkan
kerusakan dan disfungsi diskus pula.
Pada kasus cabut gigi yang tidak tepat
dapat menimbulkan cidera ligamenta atau
sistem muskuloskeletal dan berakibat tristmust
(trismus) yaitu spasme otot-otot mastikasi
akibat nyeri, yang diikuti kontraktur sistem
kapsuloligament dan tendomuskular unilateral
sehingga menimbulkan perubahan bentuk atau
bahkan kerusakan diskus dan disfungsi diskus
TMJ.
Pada otot dijumpai spasme atau hiper-
tonia hingga kontraktur dan hipertrofi asimetri
pada otot-otot pengunyah yang menyebabkan
terjadinya tenderness pada otot dan keter-
batasan gerak TMJ akibat spasme atau
kontraktur. Pada sisi nyeri timbul kelemahan
sehingga dapat menimbulkan ketidakseimba-
ngan fungsi dan menimbulkan iritasi jaringan
lain yang menyebabkan cidera dan terjadi nyeri
jaringan lain, rasa sakit ini bila berlanjut dapat
diikuti menurunnya mobilitas sendi.
Sistem kapsul-ligamen TMJ juga akan
mengalami kontraktur sebagai akibat hipomo-
bilisasi pada sisi nyeri. Akibat menurunnya
fleksibilitas ligamen-ligamen tersebut akan
menyebabkan hipomobil sisi ipsilateral dan
nyeri regang. Pada sisi kontralateral akan
terjadi peregangan berlebihan sehingga terjadi
ruptur dan laxity sebagai konsekwensi gerak
asimetri. Lebih lanjut akibat asimetri laxity dan
kontraktur akan terjadi hipomobil sendi
ipsilateral dan hipermobil kontra lateral, dan
aktifitas otot-otot pengunyah asimetri terus
menerus menimbulkan nyeri dan dapat ber-
akhir dengan hipomobil bilateral.
Pada saraf simfatis dijumpai hiper akti-
fitas sebagai akibat inflamasi kronik sehingga
menimbulkan gangguan mikrosirkulasi. Akibat-
nya terjadi gangguan proses penyerapan sisa
metebolisme dan zat iritan nyeri menjadi
lambat dan menimbulkan nyeri jaringan TMJ.
Akibat lebih lanjut akan terjadi hiperalgesia
hingga allodynia bahkan pada n. trigeminus
dan n. facialis.
Ultra Sonik ( US )
Fisioterapi memiliki tanggung jawab di
dalam kesehatan gerak fungsional sebagai ba-
gian integral dari pelayanan kesehatan. Dalam
pelaksanaan dipergunakan berbagai metodologi
intervensi fisioterapi, termasuk penggunaan
stresor-stresor fisis di dalam rangkaian moda-
litas fisioterapi. Modalitas fisioterapi memiliki
berbagai macam atau jenis, yang salah satunya
ialah ultra sonik.
Gelombang ultra sonik yang merupakan
gelombang suara yang di peroleh dari getaran
yang memiliki frekuensi 0,1 hingga 5 MHz.
Gelombang ini dapat di kelompokkan menurut
fungsinya dengan frekuensi dan intensitas
masing-masing (Lehmaun 1990)
Efek fisiologik dari ultra sonik termal
dan implikasi klinisnya
Efek fisiologi
Meningkatkan extensibilitas colagen dari
tendon, kapsul sendi dan scar tissue
Meningkatkan konduksi syaraf motor mau-
pun sensor dengan meningkatkan ambang
rangsang rasa nyeri
Mempengaruhi aktivitas kontraktil otot
rangka, mengurangi aktivitas muscle spin-
dle, mengurangi spasme otot yang secara
sekunder menyebabkan nyeri
Meningkatkan aliran darah
Efek fisiologik US non thermal ultra-
sonik
Efek non thermal ultrasonik terjadi dari
gelombang suara berpulsa. Efek ini akan me-
Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus
Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ)
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008
46
ningkat sejalan dengan peningkatan frekuensi
(M Hz) dan intensitasnya.
Umumnya pulsa gelombang ini memiliki
rasio 1 : 4 (20%), 1 : 1 (50%), 1 : 9 (10%).
Sehingga pemberian ultra sonik berpulsa
selama 5 menit dengan rasio 1 : 4 berarti bah-
wa pasien akan menerima gelombang ultra
sonik selama 1¼. efek non thermal ultra sonik
dihasilkan oleh vibrasi mekanik menghasilkan :
1) acoustic streming, yakni arus tak langsung
yang terjadi pada membran sel
2) cavitation, ada dua macam (a) stable
cavitation (b) unstable atau trensient cavi-
tation
3) micromassage, merupakan gerakan oscila-
tor dari sel dan jaringan.
Sehingga efek non termal ultra sonik dapat
mengurangi oedem, nyeri dan spasme otot,
memperbaiki aliran darah serta meng-
induksi perbaikan non union bone, rege-
nerasi jaringan dan perbaikan jaringan
lunak.
Tabel 1
Fungsi US dengan frekuensi dan intensitasnya
Untuk diagnostik frekuensi Intensitas
Echocardiography 5 M Hz 3,4 mW/cm²
Echophalography 5 M Hz 3,4 mW/cm²
doppler blood flow 5 s.d 10 M Hz 203 m/W/cm²
obstretical doopler 2,25 M Hz 6,3 m/W/cm²
untuk surgical / bedah
gallostone ablation 0,01 M Hz 20 s.d 100 W/cm²
untuk terapetik
physical medicine & rehabilitation 0,75 s.d 3 M Hz 0.1 s.d 5 W/cm²
Sumber: Hasil Olahan Data
Efek fisiologik dari ultra sonik non
termal dan implikasi klinisnya :
- menstimulasi pelepasan histamin dari sel
mast oleh adanya degranulasi
- stimulasi pelepasan serotonin dari sel darah
- stimulasi pelepasan chemotactic agents dan
growth factor dari makrofag
- stimulasi pembentukan kapiler darah baru
oleh sel-sel endotel
- stimulasi fibroblast untuk meningkatkan
sintetis protein
- meningkatkan kandungan kolagen
- meningkatkan velositas konduksi saraf
motor dan sensor yang akan meningkatkan
ambang nyeri
Implikasi klinik
- mempercepat penyembuhan luka dengan
percepatan fase awal peradangan
- mempercepat penyembuhan luka dengan
percepatan fase akhir peradangan
- mempercepat penyusutan luka akibat
kurangnya pembentukan scar tissue
- mempercepat penyembuhan luka dengan
perbaikan sirkulasi yang memerlukan sin-
tetis colagen
- mempercepat penyembuhan dengan mem-
produk kolagen yang hilang
- meningkatkan daya lentur jaringan
- mengurangi nyeri
Indikasi
1. Kondisi peradangan sub akut dan khronik
2. Kondisi traumatik sub akut dan khronik
3. Adanya jaringan parut atau scar tissue pada
kulit sehabis luka operasi atau luka bakar
4. Kondisi ketegangan, pemendekan dan
perlengketan jaringan lunak (otot, tendon
dan ligamentum)
5. Kondisi inflamasi khronik
Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus
Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ)
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 47
Kontra indikasi
Merupakan kontra indikasi terhadap te-
rapi ultra sonik antara lain:
1. penyakit jantung atau penderita dengan
alat pacu jantung
2. kehamilan, khususnya pada daerah uterus
3. jaringan lembut: mata, testis, ovarium,
otak
4. jaringan yang baru sembuh atau jaringan
granulasi baru
5. pasien dengan gangguan sensasi
6. tanda-tanda keganasan atau tumor malig-
nan
7. insufisiensi sirkulasi darah: thrombosis,
thromboplebitis atau occlisive occular
disease
8. infeksi akut
9. daerah epiphysis untuk anak-anak dan
dewasa
Mekanisme pengurangan nyeri de-
ngan ultra sonik terhadap TMJ
Dengan pemberian modalitas ultra
sonik dapat terjadi iritan jaringan yang me-
nyebabkan reaksi fisiologis seperti kerusakan
jaringan. Hal ini disebabkan oleh efek me-
kanik dan thermal ultra sonik. Pengaruh
mekanik tersebut juga dengan terstimulasinya
saraf polimodal dan akan dihantarkan ke
ganglion dorsalis sehingga memicu produksi “P
subtance” untuk selanjutnya terjadi inflamasi
sekunder atau dikenal “neurogeic inflam-
mation”. Namun dengan terangsangnya “P”
substance tersebut mengakibatkan proses
induksi proliferasi akan lebih terpacu sehingga
mempercepat terjadinya penyembuhan jari-
ngan yang mengalami kerusakan.
Pengaruh nyeri terjadi secara tidak
langsung yaitu dengan adanya pengaruh goso-
kan membantu “venous dan lymphatic”,
peningkatan kelenturan jaringan lemak sehing-
ga menurunnya nyeri regang dan proses
percepatan regenerasi jaringan.
Dengan intervensi US diharapkan dapat
terjadi efek mikromassage yang dapat berpe-
ngaruh mengurangi spasme/hipertonus otot
serta menurunkan hipertrofi otot, mening-
katkan sirkulasi sehingga dapat mengatasi
inflamasi yang terjadi pada diskus dan otot,
mengurangi ketegangan otot dimana efeknya
sama seperti pada efek mikromassage dan
memacu proses penyembuhan kolagen jari-
ngan yang akan dapat menurunkan spasme/
hipertonus otot-otot serta meningkatkan flek-
sibilitas ligamenta.
Mobilisasi roll slide
Gerakan permukaan tulang pada sendi
bervariasi dan merupakan kombinasi antara
rolling, sliding dan spinning.
Gerakan rolling karakteristiknya adalah
satu tulang rolling terhadap yang lain dengan
permukaan tidak rata, satu titik pada satu
permukaan kontak dengan satu titik baru pada
permukaan yang berlawanan.
Rolling akan menghasilkan gerakan
angular pada tulang (swing), dan selalu pada
arah yang sama sebagai gerakan angulasi
tulang baik permukaan cembung atau cekung,
Jika rolling hanya timbul pada satu permukaan
akan menyebabkan kompresi pada permukaan
yang lainnya, dimana terjadi angulasi dan
pemisahan pada sisi lain yang dapat menye-
babkan kompresi pada permukaan sendi
sehingga terjadi kerusakan sendi. Pada fungsi
normal sendi, rolling murni tidak terjadi sendiri
tetapi kombinasi dengan sliding dan spining.
Gerakan slide, karakteristiknya adalah
satu tulang bergeser terhadap yang lain. Pada
slide murni, permukaan harus rata. Titik yang
sama pada satu permukaan kontak dengan titik
baru pada permukaan yang berlawanan, slide
murni tidak terjadi pada sendi karena
permukaan tidak rata secara keseluruhan.arah
slide tergantung pada gerakan yang terjadi
pada permukaan cembung atau cekung.
Slide dengan arah berlawanan akan
timbul pada gerakan angular tulang jika
permukaan sendi cembung. Slide dengan arah
yang sama akan timbul pada gerakan angular
tulang jika permukaan sendi cekung.
Gerakan spin karakteristiknya satu
tulang berputar terhadap tulang lain pada
gerakan spin tidak terjadi sendiri pada sendi,
tetapi kombinasi dengan rolling dan sliding.
Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus
Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ)
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008
48
Kombinasi roll-slide pada sendi tem-
poromandibular (TMJ)
Gerak fisiologis temporo mandibular
joint (TMJ) terjadi ketika otot secara aktif ber-
kontraksi menggerakkan tulang, otot akan
mengontrol gerakan slide pada permukaan
sendi, misalnya gerakan traksi ke kaudal sela-
ma membuka dan menutup mulut yang meli-
batkan otot-otot masseter, pterigoideus medial
dan temporalis. Jika fungsi ini berkurang akan
timbul abnormalitas mekanik sehingga terjadi
disfungsi pada sendi TMJ.
Kombinasi roll-slide pada sendi meru-
pakan gerakan fisiologis dari TMJ dimana pada
saat membuka mulut atau depresi terjadi gera-
kan traksi ke kaudal dan translasi ke anterior,
sedangkan pada saat menutup mulut terjadi
gerakan translasi ke posterior dan kompresi
kearah kranial. Semakin rata permukaan sendi
semakin besar gerakan slide pada suatu
hubungan antara tulang jika terjadi gerakan,
semakin tidak rata permukaan sendi semakin
besar gerakan roll pada suatu hubungan antara
tulang jika terjadi gerakan.
Gerakan kombinasi roll-slide dilakukan
secara pasif oleh fisioterapis dengan cara man-
dibula digerakkan depresi dengan mendorong
kearah kaudo-dorsal bersamaan dilakukan
gerak pasif kaput mandibula translasi ke
ventral. Pada manipulasi ini akan terjadi gerak
traksi kaudal bersamaan gerak angulasi (roll)
depresi kemudian transalasi (slide) ke ventral
sehingga tercapai ROM penuh melalui alur
gerak fisiologis.
Pengaruh mobilisasi roll-slide pada
TMJ terhadap penurunan nyeri
Pengaruh penerapan mobilisasi roll-
slide pada TMJ adalah diharapkan terjadi rega-
ngan pada sistem kapsulo-ligamenter sehingga
memudahkan gerakan depresi mandibula.
Dengan pemulihan kelenturan sistem kapsulo-
ligamenter diharapkan dapat memperluas ROM
sendi temporo mandbularis sehingga menurun-
kan iritasi diskus artikularis.
Gerakan kombinasi roll-slide pada TMJ
akan memperbaiki pola dan mekanisme depresi
sehingga mampu mereposisi diskus yang beru-
bah bentuk atau cedera oleh regangan kapsu-
loligamenter yang tegang dan memendek.
Dengan perbaikan mekanisme depresi
dan elevasi mandibula akan menurunkan iritasi
diskus dan kemungkinan terhindarnya pengun-
cian diskus sehingga mengurangi iritas dan
nyeri.
Prosedur penerapan mobilisasi roll-
slide pada TMJ dalam penelitian
1. Mobilisasi roll slide posisi tidur
Posisi klien: posisi berbaring tidur miring
sisi mandibular yang diobati di atas.
Posisi tangan untuk fiksasi ditempatkan
pada atas tulang temporal dan tangan un-
tuk mobilisasi ibu jari ditempatkan dibela-
kang kaput mandibulae dan jari tangan
diatas mandibulae sampai ke dagu.
Gerakan roll-slide dilakukan dengan cara
traksi ke kaudal kemudian digerakkan
angulasi (roll) depresi dan dorongan ke
ventral pada kaput untuk translasi (slide).
Dosis yang diberikan grade III dengan
pengulangan 10 kali gerakan.
Sumber: milik pribadi
Gambar 20
Mobilisasi roll slide unilateral posisi tidur
2) Mobilisasi roll slide posisi duduk.
Posisi klien: posisi duduk bersandar di kursi
atau meja terapi.
Posisi kedua ibu jari ditempatkan pada
belakang kedua kaput mandibulae untuk
translasi dan jari-jari tangan pada dagu
untuk gerak depresi.
Gerakan roll-slide diberikan dengan jari-jari
tangan mendorong dagu kearah gerak
angulasi (roll) dorsokaudal dan ibu jari
mendorong kaput mandibulae bilateral
kearah ventral untuk gerak translasi (slide).
Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus
Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ)
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 49
Dosis yang diberikan grade III dengan
pengulangan 10 kali gerakan.
Metode Penelitian
Secara metodologis penelitian ini ber-
sifat kuasi eksperimental untuk mempelajari
perbedaan pengaruh penambahan mobilisasi
roll slide pada intervensi ultrasound terhadap
pengurangan nyeri pada kasus disfungsi discus
temporomandibular joint.
Penelitian ini dibagi menjadi 2 kelom-
pok yaitu kelompok perlakuan I adalah pasien
dengan disfungsi discus temporomandibular
joint yang diberikan intervensi ultrasound
therapy dan kelompok perlakuan II dimana
pasien dengan disfungsi discus temporo
mandibular joint diberikan intervensi ultra-
sound therapy dan mobilisasi roll slide. Pene-
litian dilakukan dengan melihat perbedaan
penurunan nilai nyeri pada kedua kelompok
sampel untuk mendapatkan bukti empiris dari
dua bentuk intervensi yang diberikan.
Dari hasil pemeriksaan pada pasien
yang mengalami disfungsi discus temporo-
mandibular joint dan diminta persetujuan
untuk menjadi sampel dalam penelitian ini.
Jumlah sampel secara keseluruhan 20 orang
yang kemudian dibagi dalam dua kelompok
yaitu kelompok perlakuan I dan kelompok
perlakuan II yang masing masing berjumlah 10
orang. Setelah dilakukan pengelompokan
sampel, selanjutnya dilakukan hal-hal berikut:
a. Kelompok perlakuan I
Pada kelompok ini pasien dengan disfungsi
discus temporomandibular joint sebelum
diberi intervensi yang ditetapkan dilakukan
pengukuran nilai nyeri. Kemudian diberikan
terapi selama 7 kali dengan frekuensi 3 kali
seminggu. Selanjutnya dilakukan evaluasi
kembali dengan melihat hasil pengukuran
nilai nyeri. Setiap tahapan intervensi juga
dilakukan pengukuran untuk mendapatkan
gambaran secara menyeluruh perubahan
nilai nyeri dari hasil intervensi.
b. Kelompok perlakuan II
Pada kelompok perlakuan ini pasien
dengan disfungsi discus temporoman-
dibular joint sebelum diberi intervensi yang
ditetapkan dilakukan pengukuran nilai
nyeri. Kemudian diberikan terapi selama 7
kali dengan frekuensi 3 kali seminggu.
Selanjutnya dilakukan evaluasi kembali de-
ngan melihat hasil pengukuran nilai nyeri.
Setiap tahapan intervensi juga dilakukan
pengukuran untuk mendapatkan gambaran
secara menyeluruh perubahan nilai nyeri
dari hasil intervensi.
Dalam penelitian ini, teknik pengam-
bilan sampel dilakukan dengan teknik
purpossive sampling dengan tujuan untuk
mendapatkan sampel yang benar-benar me-
wakili suatu kelompok yang diambil sebagai
anggota sampel. Tehnik pengambilan sampel
ini dipilih berdasarkan pertimbangan untuk
mendapatkan gambaran hasil pengujian suatu
tehnik perlakuan menggunakan intervensi ter-
tentu dengan memilih orang-orang tertentu
yang benar-benar mewakili kriteria dua
kelompok yang telah ditetapkan. Subyek pene-
litian ini adalah pasien dengan disfungsi discus
temporomandibular joint .
Hasil
Karakteristik Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini berusia an-
tara 18–23 tahun sebanyak 20 orang dan
dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok
perlakuan I dan kelompok perlakuan II.
Kelompok perlakuan I diberikan intervensi US
(Ultra Sound) dengan jumlah sampel sebanyak
10 orang sedangkan kelompok perlakuan II
diberikan intervensi US dan mobilisasi roll slide
dengan jumlah sampel sebanyak 10 orang.
Sampel-sampel ini selanjutnya dilakukan identi-
fikasi data menurut jenis kelamin dan usia.
Dalam melaksanakan penelitian, sebelum
dilakukan intervensi terlebih dahulu dilakukan
pengukuran nyeri dengan skala VAS, baik pada
kelompok perlakuan I maupun kelompok
perlakuan II yang digunakan sebagai data
awal.
Setelah diberikan intervensi kemudian
dilakukan kembali pengukuran derajat nyeri
guna memperoleh hasil sebagai akibat inter-
vensi yang diberikan, data yang diperoleh digu-
nakan sebagai data akhir sesudah intervensi.
Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus
Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ)
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008
50
Data-data yang diperoleh dalam pene-
litian
Tabel 2
Distribusi sampel menurut jenis kelamin
Jenis
Kelamin
Kelompok
perlakuan I
Kelompok
perlakuan II
n % n %
Laki-laki 3 30 6 60
Perempuan 7 70 4 40
Jumlah 10 100 10 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel 3
Distribusi sampel menurut usia
No. Usia
(tahun)
Kelompok
perlakuan I
Kelompok
perlakuan II
n % n %
1. 18 - 0 1 10
2. 19 3 30 4 40
3. 20 4 40 3 30
4. 21 3 30 - 0
5. 22 - 0 1 10
6. 23 - 0 1 10
Jumlah 10 100 10 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Hasil pengukuran Visual Analog Scale
(VAS) kelompok perlakuan I dan
kelompok perlakuan II
1) Nilai VAS pada kelompok perlakuan I
Pengukuran skala nyeri dengan VAS
dilakukan pada kelompok perlakuan I
sebelum dan sesudah intervensi (US) yang
dimulai pada intervensi terapi ke satu
sampai dengan ke tujuh, didapatkan hasil
seperti pada tabel 4. Dari tabel tersebut,
hasil pengukuran VAS pada kelompok
perlakuan I sebelum intervensi diperoleh
nilai mean sebesar 66,0 dan nilai standar
deviasi (SD) sebesar 9,381 dan hasil
pengukuran VAS sesudah dilakukan
intervensi sebanyak 7 kali diperoleh hasil
mean sebesar 30,2 dan SD sebesar 7,099
sehingga dapat diketahui ada penurunan
nilai VAS sebelum dan sesudah intervensi 7
kali sebesar 35,8.
2) Nilai VAS pada kelompok perlakuan II
Pengukuran skala nyeri dengan VAS yang
dilakukan pada kelompok perlakuan II
sebelum dan sesudah intervensi (US dan
mobilisasi roll slide) yang dimulai pada
intervensi terapi ke satu sampai dengan
ketujuh, didapatkan hasil seperti pada tabel
5.
Grafik 2
Distribusi sampel menurut jenis kelamin
Kelompok Perlakuan II
Jumlah, 10,
100%
Laki-laki, 6, 60%
Perempuan, 4,
40%
Grafik 2a.Distribusi sampel menurut usia
kelompok perlakuan I
18 th; 0; 0%
22 th; 0; 0%
23 th; 0; 0%
21 th; 3; 30%
20 th; 4; 40%
19 th; 3; 30%
Jumlah sampel kelompok perlakuan I : 10 ( 100% )
Grafik 2b.Distribusi sampel menurut usia
kelompok perlakuan II
23 th; 1; 10%
22 th; 1; 10%
21 th; 0; 0%
20 th; 3; 30%
18 th; 1; 10%
19 th; 4; 40%
Jumlah sampel kelompok perlakuan II : 10 ( 100% )
Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus
Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ)
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 51
Tabel 4
Nilai pengukuran VAS pada kelompok perlakuan I sebelum dan sesudah intervensi
Sampel Sebelum
Sesudah Intervensi
I II III IV V VI VII
1 76 72 70 66 66 47 45 39
2 59 56 52 47 43 40 34 29
3 54 50 44 38 32 28 20 16
4 79 73 64 59 52 45 39 35
5 77 75 70 62 57 50 39 35
6 74 69 65 58 58 52 45 39
7 62 58 52 48 44 40 35 28
8 58 55 51 48 42 36 29 29
9 59 58 54 50 44 37 33 28
10 62 50 50 42 35 28 27 24
MEAN 66,0 61,6 57,2 51,8 47,3 40,3 34,6 30,2
SD 9,381 9,674 9,211 9,052 10,719 8,369 7,890 7,099
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Grafik 4
Nilai Pengukuran VAS kelompok I
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
sebelum I II III IV V VI VII
VAS
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel 5
Nilai pengukuran VAS pada kelompok perlakuan II sebelum dan sesudah intervensi
Sampel Sebelum
Sesudah Intervensi
I II III IV V VI VII
1 81 76 67 62 56 49 40 30
2 77 65 59 54 48 40 32 26
3 82 75 67 60 55 47 38 28
4 70 65 60 52 42 37 25 20
5 75 67 59 50 40 34 29 28
6 77 76 64 58 49 40 33 25
7 76 70 60 59 50 42 38 29
8 59 55 48 38 30 25 18 15
9 50 45 42 35 30 20 13 12
10 82 76 69 62 56 48 39 28
MEAN 72,9 67,0 59,5 53,0 45,6 38,2 30,5 24,1
SD 10,567 10,284 8,579 9,614 9,845 9,635 9,300 6,279
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus
Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ)
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008
52
Grafik 5
Nilai Pengukuran VAS kelompok II
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
s
e
b
e
l
u
m
I
I
I
I
I
I
I
V
V
V
I
V
I
I
sebelum dan sesudah intervensi
VAS
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan data tabel 5, hasil pengu-
kuran VAS pada kelompok perlakuan II
sebelum intervensi diperoleh nilai mean
sebesar 72,9 dan nilai standar deviasi (SD)
sebesar 10,567 dan hasil pengukuran VAS
sesudah dilakukan intervensi sebanyak 7 kali
diperoleh hasil mean sebesar 24,1 dan SD
sebesar 6,279 sehingga dapat diketahui ada
penurunan nilai VAS sebelum dan sesudah
intervensi 7 kali sebesar 48,8.
Secara nyata dari hasil yang diperoleh
baik pada kelompok perlakuan I dan kelompok
perlakuan II sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi sebanyak 7 kali terdapat penurunan
nyeri.
Grafik pengukuran Visual Analog
Scale (VAS)
Perbandingan nilai rata-rata (mean)
kelompok perlakuan I pada intervensi dengan
US dan kelompok perlakuan II pada intervensi
US ditambah mobilisasi roll slide sebelum dan
sesudah intervensi dapat divisualisasikan pada
tabel 6 dan grafik 6.
Dari grafik tersebut terlihat bahwa pada
awal penelitian tingkat nyeri kelompok perla-
kuan II berada di atas nilai kelompok perla-
kuan I dan setelah intervensi ke tujuh kelom-
pok perlakuan II mengalami penurunan nyeri
dengan nilai lebih rendah daripada kelompok
perlakuan I.
Tabel 6
Rata-rata nilai VAS kelompok perlakuan I dan II
Kelompok
perlakuan I
Kelompok
perlakuan II
Sebelum intervensi 66,0 72,9
Sesudah intervensi 30,2 24,1
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Uji Hipotesis I
Ada pengaruh pemberian intervensi US
terhadap pengurangan nyeri pada nyeri yang
timbul karena disfungsi TMJ, dalam hal ini
digunakan uji Wilcoxon untuk menguji hipotesis
I pada kelompok perlakuan I dengan pem-
berian intervensi US saja terhadap pengura-
ngan nyeri pada nyeri yang timbul karena
disfungsi TMJ.
Tabel 7
Nilai pengurangan nyeri dengan skala VAS sebelum
dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan I
Kelompok perlakuan I
Sebelum
intervensi
Sesudah
intervensi
Penurunan
nyeri
76 39 37
59 29 30
54 16 38
79 35 44
77 35 42
74 39 35
62 28 34
58 29 29
59 28 31
62 24 38
66,0 30,2 35,8
9,381 7,099 2,282
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Grafik 6
Rata-rata nilai VAS kelompok
Perlakuan I dan II
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Sebelum Sesudah
Periode
Kelompok
perlakuan I
Kelompok
perlakuan II
Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus
Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ)
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 53
Pada tabel 7 sebelum intervensi didapat nilai
mean sebesar 66,0 dan SD sebesar 9,381 serta
sesudah intervensi didapatkan nilai mean
sebesar 30,2 dan SD sebesar 7,099.
Selisih nilai mean dan SD sebelum serta
sesudah intervensi menunjukkan adanya penu-
runan nyeri yaitu didapatkan mean sebesar
35,8 dan SD sebesar 2,282 maka berdasarkan
hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa nilai
p=0,005 (p<α=0,05) sehingga Ho ditolak
berarti intervensi US memberi pengaruh sangat
signifikan terhadap pengurangan nyeri pada
nyeri yang timbul karena disfungsi TMJ.
Uji Hipotesis II
Ada pengaruh pemberian intervensi US
dan mobilisasi roll slide terhadap pengurangan
nyeri pada nyeri yang timbul karena disfungsi
TMJ, dalam hal ini digunakan uji Wilcoxon
untuk menguji hipotesis II pada kelompok
perlakuan II dengan pemberian intervensi US
dan mobilisasi roll slide terhadap pengurangan
nyeri pada nyeri yang timbul karena disfungsi
TMJ.
Tabel 8
Nilai pengurangan nyeri dengan skala VAS sebelum
dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan II
Kelompok perlakuan II
Sebelum
intervensi
Sesudah
intervensi
Penurunan
nyeri
81 30 51
77 26 51
82 28 54
70 20 50
75 28 47
77 25 52
76 29 47
59 15 44
50 12 38
82 28 54
72,9 24,1 48,8
10,567 6,280 4,287
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Pada tabel 8 sebelum intervensi didapat nilai
mean sebesar 72,9 dan SD sebesar 10,567
serta sesudah intervensi didapatkan nilai mean
sebesar 24,1 dan SD sebesar 6,280.
Selisih nilai mean dan SD sebelum serta
sesudah intervensi menunjukkan adanya penu-
runan nyeri yaitu didapatkan mean sebesar
48,8 dan SD sebesar 4,287 maka berdasarkan
hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa nilai p =
0,005 (p<α=0,05) sehingga Ho ditolak berarti
intervensi US dan mobilisasi roll slide memberi
pengaruh yang sangat signifikan terhadap
pengurangan nyeri pada nyeri yang timbul
karena disfungsi TMJ.
Uji Hipotesis III
Ada perbedaan pengaruh antara pem-
berian intervensi US dengan pemberian
intervensi US ditambah dengan mobilisasi roll
slide terhadap penurunan nyeri pada nyeri
yang timbul karena disfungsi TMJ.
Dalam hal ini digunakan uji Mann
Whitney untuk menguji hipotesis III pada
kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan
II.
Tabel 9
Nilai selisih penurunan nyeri dengan skala VAS
antara kelompok perlakuan I dan kelompok
perlakuan II
Nilai selisih
penurunan nyeri
Kelompok perlakuan
I
Nilai selisih
penurunan nyeri
Kelompok perlakuan
II
37 51
30 51
38 54
44 50
42 47
35 52
34 47
29 44
31 38
38 54
35,8 48,8
2,282 4,287
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan tabel 9 dengan jumlah
sampel masing-masing kelompok sebanyak 10
orang didapatkan mean nilai selisih penurunan
nyeri dengan skala VAS pada kelompok
perlakuan I sebesar 35,8 dan nilai SD sebesar
2,282 sedangkan pada kelompok perlakuan II
didapatkan nilai mean sebesar 48,8 dan nilai
Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus
Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ)
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008
54
SD sebesar 4,287. Berdasarkan uji Mann
Whitney menunjukkan bahwa nilai p=0,000
(p<α=0,05) sehingga Ho ditolak yaitu ada
perbedaan pengaruh yang sangat signifikan
pada kelompok perlakuan I (intervensi US)
dengan kelompok perlakuan II (intervensi US
dan mobilisasi roll slide) terhadap penurunan
nyeri pada nyeri yang timbul karena disfungsi
TMJ.
Kesimpulan
Dari hasil pengujian di atas maka dapat disim-
pulkan sebagai berikut:
1. Hipotesis I dengan menggunakan uji
Wilcoxon pada kelompok perlakuan I
(intervensi US) memberi pengaruh yang
sangat signifikans terhadap penurunan
nyeri pada nyeri yang timbul karena
disfungsi TMJ.
2. Hipotesis II dengan menggunakan uji
Wilcoxon pada kelompok perlakuan II
(intervensi US dan mobilisasi roll slide)
memberi pengaruh yang sangat signifikan
terhadap penurunan nyeri pada nyeri yang
timbul karena disfungsi TMJ.
3. Hipotesis III dengan menggunakan uji
Mann Whitney pada kelompok perlakuan I
(intervensi US) dan kelompok perlakuan II
(intervensi US dan mobilisasi roll slide)
didapatkan hasil ada perbedaan pengaruh
yang sangat signifikan terhadap penurunan
nyeri pada nyeri yang timbul karena
disfungsi TMJ.
Daftar Pustaka
Basmajian, John V. and Charles E. Slonecker,
”Grant Metode Anatomi Berorientasi
pada Klinik”, edisi kesebelas, Alih
Bahasa; Dr. Surja Widjaja, dkk,
Binarupa Aksara, Jakarta, 1995.
Cailliet R, “Head and Face Pain Syndromes”, FA
Davis Company, Philadelphia, 1992.
Deusen Julia Van and Denis Brunt, “Assesment
in Occupational Therapy and Physical
Therapy”, W.B Saunders Company,
Philadhelpia, 1997.
Donatelli Robert, “Orthopedic Physical
Therapy”, 1987.
J. Magee, David, “Orthopedic Physical
Assesment”, 1987.
Kahle Warner, etal, ”Atlas Berwarna dan Teks
Anatomi Manusia Sistem Lokomotor
Muskuloskletal dan Topografi”, Alih
Bahasa; Syamsir, MS, ipokrates,
Jakarta, 1997.
Low Jhon,dkk, “Electrotherapy Explained
Principles and Practice”, Butter worth,
Third Edition, Heinemann, 2000.
M Nelson Roger, dkk, “Clinical Electrotherapy”,
Appleton & Lange Norwalk Connecticut/
Low Altos, California, 1987.
Nugroho D.S, ” Neurofisiologi Nyeri dari Aspek
Kedokteran”, makalah Pelatihan
Penatalaksanaan Fisioterapi
Komprehensif pada Nyeri, Surakarta,
2001.
Pearce Evelyn, ”Anatomi dan Fisiologi untuk
Paramedis”, Alih Bahasa; Sri Yuliani
Handoyo, PT Gramedia, Jakarta, 2002.
Physical Therapy Principles and Methods,
Fourth edition, 2006.
Rothdersh Meryl, “Electrotherapy and
Rehabilitation”, FA Davis Company,
Philadelphia, 1992.
Satyanegara, “The Theory and Therapy of
Pain”, Jakarta, 1978.
Sugiyono, “Statistik untuk Penelitian”, Cetakan
kedua, Alfabeta Bandung, 1999.
http://www.minggupagi.com
http://www.PhysioSby.Com

More Related Content

What's hot

Teknologi untuk mengatasi gangguan dan kelainan pada sistem gerak manusia
Teknologi untuk mengatasi gangguan dan kelainan pada sistem gerak manusiaTeknologi untuk mengatasi gangguan dan kelainan pada sistem gerak manusia
Teknologi untuk mengatasi gangguan dan kelainan pada sistem gerak manusia
Nita Mardiana
 
Bab ii tinjauan pustaka fraktur femur
Bab ii tinjauan pustaka fraktur femurBab ii tinjauan pustaka fraktur femur
Bab ii tinjauan pustaka fraktur femur
afifub
 
Osteogenesis imperfecta
Osteogenesis imperfectaOsteogenesis imperfecta
Osteogenesis imperfecta
ARFAREP
 
Ilham firmansyah universitas muhammadiyah yogyakarta pkm-kc
Ilham firmansyah universitas muhammadiyah yogyakarta pkm-kcIlham firmansyah universitas muhammadiyah yogyakarta pkm-kc
Ilham firmansyah universitas muhammadiyah yogyakarta pkm-kc
Ilham Reyzer Firmansyah
 

What's hot (19)

Fraktur lp
Fraktur lpFraktur lp
Fraktur lp
 
M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9
 
Teknologi untuk mengatasi gangguan dan kelainan pada sistem gerak manusia
Teknologi untuk mengatasi gangguan dan kelainan pada sistem gerak manusiaTeknologi untuk mengatasi gangguan dan kelainan pada sistem gerak manusia
Teknologi untuk mengatasi gangguan dan kelainan pada sistem gerak manusia
 
Laporan pendahuluan frakt
Laporan pendahuluan fraktLaporan pendahuluan frakt
Laporan pendahuluan frakt
 
320844327 tibial-plateau
320844327 tibial-plateau320844327 tibial-plateau
320844327 tibial-plateau
 
Bab ii tinjauan pustaka fraktur femur
Bab ii tinjauan pustaka fraktur femurBab ii tinjauan pustaka fraktur femur
Bab ii tinjauan pustaka fraktur femur
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Osteogenesis imperfecta
Osteogenesis imperfectaOsteogenesis imperfecta
Osteogenesis imperfecta
 
Rbd fraktur edit
Rbd fraktur editRbd fraktur edit
Rbd fraktur edit
 
Traksi Dalam Orthopaedi Dr Yuda Umm
Traksi Dalam Orthopaedi  Dr Yuda UmmTraksi Dalam Orthopaedi  Dr Yuda Umm
Traksi Dalam Orthopaedi Dr Yuda Umm
 
Asuhan keperawatan pd klien fraktur
Asuhan keperawatan pd klien frakturAsuhan keperawatan pd klien fraktur
Asuhan keperawatan pd klien fraktur
 
Power poin fraktur
Power poin frakturPower poin fraktur
Power poin fraktur
 
Ppt kti
Ppt ktiPpt kti
Ppt kti
 
Tumor mandibula
Tumor mandibulaTumor mandibula
Tumor mandibula
 
Kamis
KamisKamis
Kamis
 
Pemanfaatan teknologi vertebroplasti dalam penyembuhan osteoporosis
Pemanfaatan teknologi vertebroplasti dalam penyembuhan osteoporosisPemanfaatan teknologi vertebroplasti dalam penyembuhan osteoporosis
Pemanfaatan teknologi vertebroplasti dalam penyembuhan osteoporosis
 
Osteoarthritis Refrat
Osteoarthritis RefratOsteoarthritis Refrat
Osteoarthritis Refrat
 
13. fraktur-patah-tulang
13. fraktur-patah-tulang13. fraktur-patah-tulang
13. fraktur-patah-tulang
 
Ilham firmansyah universitas muhammadiyah yogyakarta pkm-kc
Ilham firmansyah universitas muhammadiyah yogyakarta pkm-kcIlham firmansyah universitas muhammadiyah yogyakarta pkm-kc
Ilham firmansyah universitas muhammadiyah yogyakarta pkm-kc
 

Similar to 608 1355-1-sm

fix ppt GNATO OTOT PENGUNYAHAN presentasi (1).ppt
fix ppt GNATO OTOT PENGUNYAHAN presentasi (1).pptfix ppt GNATO OTOT PENGUNYAHAN presentasi (1).ppt
fix ppt GNATO OTOT PENGUNYAHAN presentasi (1).ppt
cindyramadhan2
 
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjK 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
FaringgaAlHafez2
 
140899028 fraktur
140899028 fraktur140899028 fraktur
140899028 fraktur
jihan26
 
diagnosa dan penata ksanaan fraktur mandi bula.pdf
diagnosa dan penata ksanaan fraktur mandi bula.pdfdiagnosa dan penata ksanaan fraktur mandi bula.pdf
diagnosa dan penata ksanaan fraktur mandi bula.pdf
ZulccPalu
 
fdokumen.com_sistem-gerak-pada-manusia-55d2fb73e55b5.pptx
fdokumen.com_sistem-gerak-pada-manusia-55d2fb73e55b5.pptxfdokumen.com_sistem-gerak-pada-manusia-55d2fb73e55b5.pptx
fdokumen.com_sistem-gerak-pada-manusia-55d2fb73e55b5.pptx
FKIPISA
 
referat neuro stenosis lumbal
referat neuro stenosis lumbalreferat neuro stenosis lumbal
referat neuro stenosis lumbal
arnidwir
 
PPT CRS ELSA.pptx
PPT CRS ELSA.pptxPPT CRS ELSA.pptx
PPT CRS ELSA.pptx
NSIAk2
 

Similar to 608 1355-1-sm (20)

fix ppt GNATO OTOT PENGUNYAHAN presentasi (1).ppt
fix ppt GNATO OTOT PENGUNYAHAN presentasi (1).pptfix ppt GNATO OTOT PENGUNYAHAN presentasi (1).ppt
fix ppt GNATO OTOT PENGUNYAHAN presentasi (1).ppt
 
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjK 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
 
KEL 1 MUSKULO FIKS.pptx
KEL 1 MUSKULO FIKS.pptxKEL 1 MUSKULO FIKS.pptx
KEL 1 MUSKULO FIKS.pptx
 
140899028 fraktur
140899028 fraktur140899028 fraktur
140899028 fraktur
 
Tugas drg berlian
Tugas drg berlianTugas drg berlian
Tugas drg berlian
 
diagnosa dan penata ksanaan fraktur mandi bula.pdf
diagnosa dan penata ksanaan fraktur mandi bula.pdfdiagnosa dan penata ksanaan fraktur mandi bula.pdf
diagnosa dan penata ksanaan fraktur mandi bula.pdf
 
Biologi 2
Biologi 2Biologi 2
Biologi 2
 
Makalah torus mandibula
Makalah torus mandibulaMakalah torus mandibula
Makalah torus mandibula
 
Biomekanik Perawatan Ortodonti pada Sistem Stomatognati
Biomekanik Perawatan Ortodonti pada  Sistem StomatognatiBiomekanik Perawatan Ortodonti pada  Sistem Stomatognati
Biomekanik Perawatan Ortodonti pada Sistem Stomatognati
 
fdokumen.com_sistem-gerak-pada-manusia-55d2fb73e55b5.pptx
fdokumen.com_sistem-gerak-pada-manusia-55d2fb73e55b5.pptxfdokumen.com_sistem-gerak-pada-manusia-55d2fb73e55b5.pptx
fdokumen.com_sistem-gerak-pada-manusia-55d2fb73e55b5.pptx
 
Sistem gerak pada manusia
Sistem gerak pada manusiaSistem gerak pada manusia
Sistem gerak pada manusia
 
referat neuro stenosis lumbal
referat neuro stenosis lumbalreferat neuro stenosis lumbal
referat neuro stenosis lumbal
 
370504081-Lp-Rematik.docx
370504081-Lp-Rematik.docx370504081-Lp-Rematik.docx
370504081-Lp-Rematik.docx
 
Referat_radiologi_dislokasi_bahu.pptx
Referat_radiologi_dislokasi_bahu.pptxReferat_radiologi_dislokasi_bahu.pptx
Referat_radiologi_dislokasi_bahu.pptx
 
Presentation THR
Presentation THRPresentation THR
Presentation THR
 
PPT CRS ELSA.pptx
PPT CRS ELSA.pptxPPT CRS ELSA.pptx
PPT CRS ELSA.pptx
 
Ppt kelainan alat gerak dan teknologi
Ppt kelainan alat gerak dan teknologiPpt kelainan alat gerak dan teknologi
Ppt kelainan alat gerak dan teknologi
 
4.oklusi
4.oklusi4.oklusi
4.oklusi
 
Sistem gerak-pada-manusia
Sistem gerak-pada-manusiaSistem gerak-pada-manusia
Sistem gerak-pada-manusia
 
Sistem gerak-pada-manusia
Sistem gerak-pada-manusiaSistem gerak-pada-manusia
Sistem gerak-pada-manusia
 

Recently uploaded

.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
furqanridha
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 

Recently uploaded (20)

Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

608 1355-1-sm

  • 1. Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ) Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 34 PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN MOBILISASI ROLL SLIDE PADA INTERVENSI ULTRA SONIK (US) TERHADAP PENGURANGAN NYERI PADA KASUS DISFUNGSI DISCUS TEMPORO MANDIBULAIR JOINT (TMJ) J. Hardjono, Siti Rohana Fisioterapi – Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta Fisioterapi – Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta Jl. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510 johanes.hardjono@indonusa.ac.id Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh penambahan mobilisasi roll slide pada intervensi ultra sonik (US) terhadap pengurangan nyeri kasus disfungsi diskus TMJ. Nyeri disfungsi diskus TMJ diakibatkan oleh beban yang terus menerus terjadi karena kebiasaan buruk yang dilakukan manusia seperti mengunyah pada satu sisi atau mengerat gigi, proses degenerasi dan kelainan anatomi rahang. Jumlah sampel penelitian secara keseluruhan 20 orang yang dibagi dua kelompok berjumlah 10 orang yaitu kelompok perlakuan I diberi intervensi US dan kelompok perlakuan II diberi intervensi US ditambah dengan mobilisasi roll slide. Uji Wilcoxon penurunan nyeri kelompok perlakuan I nilai p=0,005 (p<α=0,05) dan kelompok perlakuan II nilai p = 0,005 (p<α=0,05) berarti intervensi yang dilakukan pada sampel sama-sama berpengaruh terhadap pengurangan nyeri namun berdasarkan uji Mann Whitney menunjukkan bahwa nilai p = 0,000 (p<α=0,05) berarti ada perbedaan penga- ruh yang sangat signifikans pada kelompok perlakuan I (intervensi US) dengan kelompok perlakuan II (intervensi US dan mobilisasi roll slide). Ada pengaruh bermakna intervensi US dan intervensi US ditambah mobilisasi roll slide terhadap pengurangan nyeri namun ada perbedaan pengaruh yang sangat signifikans dimana pada kelompok perlakuan II pengurangan nyerinya lebih baik daripada pengurangan nyeri pada kelompok I. Pada penelitian ini disarankan jumlah sampel diperbanyak supaya dapat digeneralisasikan, perlu ada standar alat ukur dengan validitas dan reliabilitas yang baik, home program untuk mengubah pola mastikasi. Kata Kunci: Roll Slide, Pengurangan Nyeri, TMJ Pendahuluan Kebiasaan-kebiasaan yang sering ter- jadi dalam kehidupan manusia seringkali ter- abaikan menjadi sesuatu yang dianggap nor- mal. Kebiasaan-kebiasaan tersebut antara lain sering membuka mulut terlalu lebar, mengerat gigi, mengunyah pada satu sisi dan lainnya. Bagi banyak orang kebiasaan itu adalah sesua- tu yang dianggap wajar, padahal merupakan sesuatu yang menyimpang dan dapat menga- kibatkan hal yang bersifat patologis seperti adanya gangguan pada Temporo Mandibular Joint (TMJ). Temporo Mandibulair Joint (TMJ) ada- lah sendi yang paling mobile dan sering digu- nakan dalam aktifitas sehari-hari seperti mem- buka dan menutup mulut, mengunyah, berbi- cara, menelan, berkumur dan lain-lain. Aktifitas sendi ini banyak digunakan dan sangat penting, tetapi fungsi sendi ini menerima perhatian yang paling sedikit. Tanpa sendi ini kita dapat meng- alami hambatan pada berbicara, menguap, makan atau menghisap. Oleh karena itu pada pemeriksaan apapun dari daerah kepala dan leher sendi ini termasuk yang harus diperiksa. TMJ merupakan persendian antara tulang temporal dan mandibular, letaknya tepat di depan meatus akustikus, termasuk jenis ball and socket joint Sendi ini merupakan sendi yang unik dengan tiga pasang gerak yaitu de-
  • 2. Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ) Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 35 presi-elevasi, protrusi-retruksi dan deviasi late- ral. TMJ dibentuk pada satu sisi oleh pro- sesus kondilaris dengan permukaan konveks dan pada sisi lain oleh fasies artikularis tem- poralis dengan permukaan konkaf, ditengah sendi terdapat diskus fibrokartilagenius yang bersifat fleksibel yang sangat penting fung- sinya dalam memungkinkan terjadinya gerak yang luas, mengadaptasi ruang sendi, mendis- tribusikan beban kompresi dan bila cidera dapat pulih. Sendi ini juga memiliki ligamen yang lentur yaitu ligamen temporomandibular yang berfungsi menahan gerakan rahang ba- wah dan mencegah kompresi jaringan di bela- kang kondilus, sedangkan ligamen stiloman- dibular dan sfenomandibular yang bertindak sebagai penahan untuk menjaga kondilus, diskus, dan tulang temporal berlawanan secara kuat dan ditunjang oleh otot pengunyah dan depresor. Secara patologis TMJ banyak dijumpai dalam klinis, misalnya trismus, degenerasi dis- kus dan artrosis dengan keluhan nyeri pada rahang atas, bunyi, blokade atau mulut ter- kunci, tidak bisa buka mulut dan tinnitus. Kebiasaan mengerat gigi pada waktu tidur terkadang tanpa disadari juga meng- gerak-gerakkan rahang, dalam jangka waktu lama dan dengan frekuensi yang sering dapat menyebabkan gangguan pada TMJ. Pada studi yang dilakukan oleh Richard Price, kon-sultan konsumen di American Dental Asso-ciation pada tanggal 11 Februari 2004 ternyata orang dengan tidur seperti itu biasanya meng-alami stres dalam kehidupannya. Pada pene-litian ini dari 1.300 kuesioner yang disebarkan dimana responden diminta mengisi frekuensi mengerat giginya didapatkan hasil sebanyak 26 persen wanita mengerat gigi sedangkan pada pria sebanyak 17 persen. Hal-hal patologis diatas ternyata dapat menyebabkan disfungsi TMJ yang disertai dengan adanya gangguan pada otot-otot di daerah suboksipitalis, dimana apabila mulut atau rahang terkunci pada posisi tertutup penguncian mungkin terjadi karena diskus, dengan kondilus berada di posterior diskus. Jika penguncian terjadi pada posisi terbuka kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya subluksasi TMJ. Disfungsi TMJ dapat diaki- batkan oleh kebiasaan-kebiasaan yang dilaku- kan orang seperti depresi yang luas pada waktu menguap, tidur tengkurap dengan kepa- la memutar dan rahang menekan bantal yang keras, kebiasaan mengerat gigi dan mengu- nyah pada satu sisi. Gejala-gejala yang dapat timbul pada disfungsi TMJ antara lain nyeri daerah sekitar telinga dan otot-otot pengunyah apalagi pada saat membuka mulut, bunyi pada TMJ terjadi akibat tepi kondilus bergeser kebelakang kondilus dimana kondilus harus menyamping untuk mencapai posisi normalnya ketika mulut terbuka secara penuh. Bunyi ini menyebabkan timbulnya keterbatasan gerak atau deviasi gerak rahang bawah dimana keterbatasannya pada ROM mandibular joint. Adapun gejala lain yang sering dijumpai yaitu sakit kepala, nyeri pada daerah zigomatikus, maksilaris, kepala, leher atas dan belakang, upper trapezius, ngilu gigi, spasme otot-otot pengunyah dan leher belakang, asimetrik mimik dan mandibularis serta gangguan pendengaran atau mende- ngung (tinnitus). Pada depresi-elevasi normal, bagian permukaan anterior gerak gigi bawah dalam alur satu garis vertikal. Bila terjadi alur gerak C, atau L, atau S, merupakan penyimpangan ge- rak depresi-elevasi dimana alur gerak C atau S kemungkinan besar disebabkan oleh disfungsi diskus. Pada saat menggigit terjadi kompresi pada kedua sisi gigi geraham sama besar dimana pada gerak ini tekanan pada diskus sama besar. Pada saat mastikasi (proses mengunyah) satu sisi terjadi penekanan pada sisi geraham mengunyah lebih besar, dengan demikian bila mengunyah hanya pada satu sisi oleh penyebab asimetri dental atau gigi tanggal atau patologi gigi lain, dapat menyebabkan kerusakan diskus pada satu sisi. Hal ini akan diikuti disfungsi diskus. Gerak deviasi lateral kanan-kiri yaitu gerak gigi bawah sama besar. Tidak simetrinya gerak deviasi lateral oleh penyebab asimetri rahang, kontraktur satu sisi kapsuloligamenter TMJ, nyeri akibat patologi satu sisi sendi TMJ, atau asimetri bentuk gigi, menyebabkan gerak
  • 3. Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ) Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 36 deviasi asimetri ketika proses mengunyah juga dapat menimbulkan disfungsi satu sisi diskus. Gerak protrusi-retruksi, yaitu gerak ra- hang bawah ke anterior-posterior, secara fung- sional tidak tampak nyata karena lingkup yang kecil. Pada kasus crossbite (gigi bawah didepan gigi atas) dan overbite (gigi tonggos) memiliki karakter tersendiri ketika porses mengunyah, namun bila posisi rahang atas dan bawah simetri tidak menimbulkan masalah dis-kus tetapi bila geraham asimetri akan menimbulkan disfungsi diskus. Pada maximally lose pack position (MLPP) posisi kedua deret gigi atas dan bawah renggang dan otot pengunyah dalam keadaan lemas, merupakan posisi istirahat TMJ. Contoh posisi MLPP adalah posisi rahang ketika sese- orang tidur. Keterbatasan gerak atau deviasi gerak rahang bawah menimbulkan keterbatasan pada ROM mandibular joint. Rasa sakit pada otot pengunyah dapat terjadi bersamaan dengan rasa sakit pada otot servikal juga dari sendi TMJ. Otot-otot yang menggerakkan mandibula dan diskus untuk gerak membuka rahang bawah yang utama m. pterigoideus lateral, m. digastrikus sedangkan m. temporalis, m. masseter, m. pterygoideus medial yang menu- tup mandibula. Rasa sakit diperparah dengan durasi yang meningkat secara bertahap pada daerah hidung, temporal dan daerah kepala terutama pada waktu menggigit dan mengu- nyah. Otot masseter secara bertahap menjadi lemah yang menyebabkan keterbatasan pem- bukaan rahang. Hal ini dapat membatasi gera- kan dalam melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari yang bersifat fungsional, dan akibat selanjutnya dapat menurunkan produktifitas yang pada akhirnya berdampak pada penu- runan kualitas hidup. Nyeri pada disfungsi diskus diakibatkan oleh beban yang terus menerus seperti mengu- nyah pada satu sisi, mengerat gigi, dan terjadi penekanan yang dapat menyebabkan timbul- nya dislokasi akibatnya sambungan kedua tulang tersebut keluar dari sendi yang hanya disambungkan oleh ligamen, yaitu ligamen temporomandibular yang berfungsi menahan gerakan rahang bawah dan mencegah kom- presi jaringan di belakang kondilus serta liga- men stilomandibular dan sfenomandibular yang berfungsi untuk menjaga kondilus, diskus, dan tulang temporal. Sebagai salah satu profesi kesehatan, fisioterapi mempunyai peranan penting dalam penanganan keluhan nyeri yang diakibatkan oleh gangguan fungsi TMJ. Seperti yang dican- tumkan dalam Kepmenkes No 1363/ MENKES/ SK/ XII/ 2001, pasal 1, bahwa fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehi- dupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan fungsi dan komunikasi. Banyak upaya penanganan fisioterapi yang dapat diaplikasikan untuk mengurangi masalah pada disfungsi TMJ yang muncul. Diantaranya dengan menggunakan modalitas elektroterapi, manual terapi (traksi, mobilisasi roll slide) dan terapi latihan (mirror exercise) Penanganan dengan metoda elektroterapi antara lain Micro Wave Diathermy (MWD), Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS), Ultrasound (US), Interferensial current (IFC) dan lain-lain. Untuk mengurangi nyeri tujuan pem- berian manual terapi dalam bentuk intervensi mobilisasi roll slide adalah untuk meningkatkan dan mempertahankan ROM sendi sedangkan pemberian intervensi Ultra Sonik (Ultrasound therapy) adalah untuk menimbulkan efek infla- masi neurogenik akibat dari micro massage ser- ta menimbulkan regenerasi jaringan. Sehingga diharapkan dapat mengurangi rasa nyeri. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis tertarik untuk meneliti dan meng- kaji lebih dalam melalui penelitian dan dipapar- kan dalam skripsi dengan judul “Perbedaan pengaruh penambahan mobillisasi Roll slide pada intervensi Ultra Sonik terhadap pengu- rangan nyeri pada kasus disfungsi diskus Temporo Mandibulair Joint (TMJ)“. Nyeri akibat disfungsi diskus temporo mandibular joint (TMJ) TMJ merupakan sendi yang berfungsi untuk menggerakkan rahang bawah, yang sela-
  • 4. Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ) Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 37 lu bergerak ketika berbicara, bernyanyi, dan mengunyah. Akibat kelainan struktur gigi atau bentuk rahang, atau penggunaan yang tidak imbang antara sendi kanan dan kiri, atau oleh cidera akibat perawatan gigi dan trauma langsung dapat berakibat kerusakan diskus atau perubahan bentuk diskus, mengakibatkan ketika mengunyah atau fungsi lain menim- bulkan pergeseran diskus, dalam klinis tampak alur gerak tidak simetri, bunyi klik saat mengunyah atau mengunci ketika depresi luas. Disfungsi diskus TMJ tersebut akan dapat menimbulkan rasa nyeri terutama pada daerah sekitar telinga karena terjadinya perge- seran prosesus kondilaris dari fosa mandibula yang berakibat teregangnya ligamen-ligamen, otot-otot sekitar TMJ dan saraf dari cabang aurikulotemporal dan cabang masseter dari nervus mandibulair. Untuk memahami lebih lanjut mengenai TMJ, maka akan dibahas tentang anatomi tera- pan dan biomekanik TMJ. Anatomi terapan sendi temporoman- dibularis (TMJ) Untuk pemahaman struktur jaringan yang terkait dengan patologi disfungsi diskus TMJ, berikut dibahas beberapa aspek meliputi struktur tulang, sendi, ligamen, otot, saraf, diskus artikularis dan kapsula artikularis. Struktur tulang 1. Tulang Mandibula Mandibula atau rahang bawah merupakan tulang wajah yang terbesar dan terkuat, bersendi dengan dua tulang temporal serta menampung gigi bagian bawah, tulang mandibula berbentuk seperti tapal kuda terdiri dari korpus mandibula yang hori- zontal dan dua ramus mandibulae yang naik secara vertikal. Pada orang dewasa korpus mandibula mempunyai processus alveolaris yang mengelilingi akar gigi-geligi bawah serta menyanggah gigi ini (pada orang tua yang giginya tanggal processus alveolaris dapat mengalami regresi), diba- gian permukaan lateralnya terdapat linea oblique dimana melekat m. depressor labi inferior dan m. depressor anguli oris, fora- men mentalis yaitu tempat keluarnya n. mentalis dan protuberansia mentalis meru- pakan ujung dari dagu. Sumber: google.com Gambar 1 Mandibula Ramus mandibula mempunyai dua prosesus pada tepi superiornya yaitu a. Processus coronoideus di bagian anterior berperan sebagai tempat insersi m. Tem- poralis yang kuat, prosesus ini terletak di sebelah dalam arkus zigomatikum dan tendon m. temporalis melintas di sebelah medial arkus. b. Processus condylaris di bagian posterior, prosesus ini mempunyai kaput dan kolum, dimana bagian kaput tertutup tulang rawan serta bersendi melalui fosa mandi- bularis dan tuberkulum artikulare dari tulang temporal menjadi bagian sendi temporo mandibular, bagian kolumnya akan menyangga bagian kaput dan pada permukaan dalamnya dibawah permu- kaan sendi terdapat lekukan kecil fovea pterygoidea berperan sebagai tempat insersio m. pterigoideus lateralis. Diantara kedua prosesus ini terdapat insisura mandibulae, insisura ini tertutup oleh m. masseter dan dilewati oleh saraf serta pembuluh darah. Angulus mandibularis adalah bagian yang membentuk sudut antara corpus mandibula dan ramus man- dibula, terdapat tuberositas masseterica sebagai tempat insersio m. masseter dan tuberositas pterygoidea untuk insersio m. pterygoideus medialis. Pada permukaan dalam ramus mandibula terdapat foramen mandibula yang masuk
  • 5. Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ) Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 38 ke dalam kanalis mandibula, mulai dari foramen mandibula berjalan miring ke bawah adalah sulkus milohioid sedangkan pada permukaan dalam korpus mandibula terdapat linea milohioid dan di bawah linea ini merupakan tempat mulainya m. milohioid. Sebelah anterior permukaan dalam korpus mandibula terdapat spina mentalis dan fosa digastrika tempat insersio m. digastrikus. Sumber : Grant Metode Anatomi Gambar 2 Permukaan lateral mandibula 2. Tulang Temporal Tulang temporal termasuk bagian neu- rokranium dari tulang tengkorak, tulang ini lebih tampak pada sisi lateral. Dua garis menonjol terbentuk pada permukaan lateral tulang frontal dan tulang parietal garis-garis ini adalah linea temporalis supe- rior dan linea temporalis inferior. Garis- garis ini menandai batas superior fosa tem- poralis pada permukaan lateral tengkorak. Linea tempporalis superior adalah tempat lekat bagian tulang bagi fasia temporalis dan linea tamporalis inferior adalah tempat insersio m. temporalis. Pterion adalah tem- pat persendian yang berbentuk huruf H untuk keempat tulang yang membentuk bagian anterolateral fosa temporalis. Tulang-tulang parietal, frontal, ala magna tulang sfenoid dan bagian skuamosa tulang temporal membentuk tepi-tepi pterion ini adalah tanda permukaan luar bagi letak intrakranial arteri meningea medial. Bagian skuamosa tulang temporal memben- tuk daerah tengah fosa temporalis. Tepi inferior bagian skuamosa tulang temporal berisi fosa mandibularis sendi temporoman- dibular dan inferiornya terdapat tuberkulum artikulare. Meatus akustikus (auditorius) eksternus terletak posterior terhadap fosa mandibularis dan anterior terhadap prose- sus mastoideus tulang temporal. Ke arah inferior, liang telinga luar pada tulang tem- poral disempurnakan oleh lempeng timpani. Meatus akustikus eksternus terproyeksi kearah medial, kedalam bagian petrosal tulang temporal. Meatus akustikus ekster- nus ini terpisah dari telinga tengah oleh membrane timpani (gendang telinga). Sumber : Grant Metode Anatomi Gambar 4 Permukaan lateral mandibula Struktur sendi Sendi Temporo Mandi- bulair Persendian mandibula dengan tulang temporal terjadi antara kepala mandibula dan fosa mandibula dari tuberkulum artikularis tulang temporal. Permukaan tulang ini diliputi oleh tulang rawan, pada sendi temporo man- dibular ini terdapat diskus artikularis yang merupakan jaringan fibrosa padat membagi sendi menjadi ruangan superior dan ruangan inferior.
  • 6. Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ) Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 39 Ruangan inferior ini memungkinkan perputaran sendi engsel bagi kepala mandibula, sedang- kan ruangan superiornya adalah sendi putar untuk memungkinkan kepala mandibula berge- rak pada salah satu tempat di fosa mandi- bularis atau pada tuberculum artikularis, bila tulang mandibula bergerak protrusi (bergerak ke anterior). Dengan sempurna diskus artiku- laris ini melekat pada seluruh simpai sendi. Kaput superior m. pterigoideus lateralis berin- sersio kedalam simpai sendi dan diskus serta menghasilkan tenaga guna menggerakkan diskus pada tuberkulum artikularis ke arah anterior, ketika kaput inferior m. pterigoideus lateralis menarik mandibula ke anterior sewak- tu bergerak protrusi. Secara fungsional sendi temporo man- dibular merupakan gabungan dua sendi, yaitu sendi antara diskus artikularis dan kaput mandibula dan sendi antara diskus artikularis dan fosa mandibula. Waktu membuka mulut secara aktif selalu melibatkan gerak putar (rotary movement) pada bagian bawah sendi dan gerak geser (sliding movement) ke anterior pada bagian atas sendi. Gerak geser tersebut terutama dilakukan oleh m. Pterigoi- deus lateralis. Disamping gerak membuka mulut gerak ke lateral (grinding movement) dapat terjadi. Sendi temporomandibulair atau bentuk permukaan sendi tergantung pada perkembangan oklusi gigi dan juga umur individu. Bila tidak terdapat gigi (bayi dan orang tua) fosa mandibularis rata dan tuberkulum artikularis tidak terlihat. Sumber: www.bartleby.com/107/illus309 Gambar 6 pandangan lateral sendi temporomandibula Sumber: www.bartleby.com/107/illus310 Gambar 7 pandangan medial sendi temporomandibula Sumber: www.bartleby.com/107/illus310 Gambar 8 pandangan sagital sendi temporomandibula Struktur Ligamen Disebelah luar dari simpai sendi tem- poro mandibular terdapat beberapa ligamen yaitu: 1. Ligamen kapsular (articular capsular). Terikat pada sekeliling fosa mandibula dan tuberkula artikularis superior dari leher kon- dilus mandibula inferior, adalah jaringan konektif berserat, longgar dan tipis. Kapsul bagian anterior, superior, longgar pada rongga bagian inferior antara kepala dan diskus sangat tegang, jika kondilus ber- gerak maju diskus mengikuti. 2. Ligamen temporo mandibular lateral Merupakan penebalan dari kapsul sendi, terbentang dari arkus zigomatikus sampai ke prosesus kondilaris ke arah bawah kaput mandibular. Ligamen ini menahan gerakan rahang bawah dan mencegah terjadinya kompresi jaringan di belakang prosesus kondilaris. (Gambar 9) 3. Ligamen stilomandibularis
  • 7. Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ) Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 40 Ligamen stilomandibular juga dianggap ligamen asesori, ligamen ini berjalan dari prosesus stiloid tulang temporal kebagian atas dari ramus mandibula dan memisah- kan otot maseter dan pterigoideus lateral yang fungsinya untuk menghentikan gerak mandibula waktu membuka mulut secara berlebih. (gambar 9 & 10 ) 4. Ligamen sfenomandibularis Ligamen asesori, berasal dari spina sfenoid melekat pada lingula mandibula pada fora- men mandibula, ligamen ini fungsinya sebagai suspensi waktu membuka mulut lebar setelah membuka mulut, sedang liga- men temporo mandibular lemas dan ligamen sfenomandibular menjadi tegang. Otot pterigoideus medial berhubungan dengan permukaan dari ligamen sfenoman- dibular media yang terbentang dari spina os sfenoidalis menuju lingula mandibula (gambar 10) Berfungsi sama seperti liga- men stilomandibularis. 5. Ligamen mandibular-malleolar Struktur ligamen ini menghubungkan leher dan prosesus anterior dari malleus keba- gian medioposterior kapsul sendi, diskus dan ligamen sfenomandibular. Struktur otot Fungsi semua otot servikal bagian atas perlu dipahami karena dampaknya pada fungsi dan disfungsi dari TMJ. Gerakan mandibula adalah akibat gerakan dari otot servikal dan rahang, otot servikal menstabilkan kepala sehingga meningkatkan efisiensi gerakan mandibular. Tiga otot utama yang menutup mandibula termasuk bagian dari otot-otot pengunyah adalah m.maseter, m.temporalis, m.pterigoideus medial dan lateral pterigoideus. 1. M. Masseter Berasal dari arkus zigomatikus dan berin- sertio pada tuberositas masseterica pada angulus mandibula. Otot ini dibagi atas pars superfisialis dengan serabut-serabut ototnya berjalan serong dan pars profunda yang serabut-serabut ototnya berjalan vertikal berasal dari permukaan dalam pro- cessus zigomatikus os temporalis dan dari fasia temporalis. M. masseter merupakan otot yang kuat, berfungsi untuk menutup rahang dengan cara mengangkat mandibula. Otot ini men- dapat persarafan dari n. masseterikus. 2. M. Temporalis Otot ini berbentuk seperti kipas berasal dari fosa temporalis dan dari fasia temporalis, berinsersi pada prosesus koronoideus os mandibula, insertio otot ini juga memben- tang kebawah sisi inferior dan anterior ramus mandibula. M. temporalis berfungsi sebagai otot pengangkat rahang bawah yang paling kuat. Persarafan otot ini dari N.temporalis ramus profundus Sumber: Physical Therapy Principal and Methods, Fourth Edition 2006 Gambar 12 Permukaan m. temporalis 3. M. pterigoideus lateralis Terdiri dari dua bagian, bagian pertama berasal dari permukaan lateral lamina pterigoideus lateralis prosesus pterigoideus, berinsersio ke dalam fovea pterigoidea dan bagian kedua berasal dari permukaan infra- temporalis dan krista infratemporalis ala major os sfenoidalis membentang ke diskus artikularis. Otot ini merupakan otot pengarah sendi temporomandibularis dan terlibat dalam semua gerakan mandibula dan otot ini secara khusus penting dalam kasus dis- fungsi diskus TMJ dan otot yang paling sering terlibat. Persarafannya oleh n. Pteri- goideus lateralis. 4. M. pterigoideus medialis Berasal dari fosa pterigoidea membentang ke angulus mandibula dan berinsersio pada
  • 8. Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ) Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 41 tuberositas pterigoidea membentuk sudut terhadap m. pterigoideus lateralis. Otot ini berfungsi mengangkat mandibula dan juga mendorong ke depan serta ber- peran pada pergeseran ke lateral dari rahang bawah dan ambil bagian dalam gerakan rotasi. (gambar 13). Mendapat persarafan dari n. pterigoideus medialis 5. Otot digastrik Terdiri dari otot anterior, posterior belly dan tendon yang kuat, anterior belly mun- cul dari batas bawah mandibula. posterior belly muncul dari prosesus mastoideus tulang temporal, keduanya turun kearah tulang hioid dan bersatu dengan tendon. Fungsi otot digastrik adalah menarik man- dibula kebelakang dan turun yang dibantu otot suprahioid memainkan gerakan pen- ting dalam membuka mandibula 6. Otot stiloid Berasal dari prosesus stiloid tulang tem- poral menyisip pada tulang hioid. Fungsi otot ini membantu membuka rahang dan menarik tulang hioid keatas dan ke be- lakang. 7. Otot geniohioid Otot ini sempit, melebar kearah posterior dari pada anterior terletak bersebelahan dengan garis dasar mulut dan diatas otot milohioid, ia berasal dari simphisis man- dibula masuk kepermukaan depan tulang hioid. Fungsi otot ini menarik mandibula keatas dan kebelakang. 8. Otot milohioid Otot milohyoid adalah otot yang muncul dari seluruh permukaan mandibula dari simfisis keakhir gigi molar yang merupakan dasar mulut juga membantu menekan mandibula. 9. Otot infrahioid (sternohioid, tirohioid dan omohioid) Otot ini bertugas memastikan tulang hioid menekan, jadi memungkinkan otot supra- hioid bergerak pada mandibula. Dari otot ekstrinsik mastikasi hanya otot digastrik dan geniohioid menekan tarikan langsung pada mandibula, menariknya kearah poste- rior dan inferior. (gambar 14) Struktur saraf Saraf yang menjadi bagian dari man- dibular berasal dari saraf kranial inervasi dari TMJ. Saraf masseter dan temporal posterior mensarafi daerah medial dan anterior sendi, saraf aurikulotemporal mensarafi daerah pos- terior dan lateral sendi. Saraf aurikulotemporal adalah saraf utama yang menginervasi posterior lateral kapsul, ligamen temporoman- dibular dan pembuluh darah kapsul. Saraf aurikulotemporal juga membe- rikan cabangnya ke membrana timpani, auditori meatus eksternal, kulit pelipis dan kulit kepala, bagian sentral diskus tidak berinervasi. Saraf kranial yang terlibat dengan TMJ yaitu: 1. Cabang sarafnya berasal dari segmen C1- C3. 2. Nervus trigeminus (N. V) ini adalah saraf otak yang terbesar, merupakan saraf sen- sorik yang melayani sebagian besar kulit kepala dan wajah juga melayani selaput lendir mulut, hidung, sinus paranasalis serta gigi dengan perantaraan sebuah cabang motorik kecil, mensarafi otot-otot pengu- nyah. N. trigeminus terbagi menjadi tiga cabang utama yaitu: n. oftalmikus, mak- silaris dan mandibularis yang berfungsi menampung sensibilitas dari berbagai dae- rah wajah, mulut, gigi dan sebagian tengkorak juga menyediakan serabut-sera- but sensorik pengecap. Cabang yang ke mandibula bercabang menjadi nervus auri- kulotemporalis yang berjalan disisi medial kaput kondilus mandibula dan mengirimkan cabang sensoriknya ke sendi temporoman- dibularis. Nervus aurikulotemporalis adalah sensorik untuk nyeri dan sensasi umum pada bagian atas wajah. (gambar 15) 3. Nervus fasialis (N. VII), saraf ini terutama untuk otot-otot mimik (wajah) dan kulit kepala. Saraf fasialis juga merupakan saraf sensorik yang menghantarkan saraf penge- cap dari lidah (gambar 16) 4. Nervus hipoglosus (N. XII), saraf ini mem- berikan cabang motorik ke m.geniohioideus 5. Nervus glosopharingeus (N IX), saraf ini mengandung serabut motorik dan sensorik, serabut motorik menuju salah satu otot faring sementara sekreto motorik menuju
  • 9. Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ) Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 42 kelenjar parotis dan saraf sensorik menuju ke otot lidah Sumber: Evelyn C. Pearce Gambar 16 Penyebaran saraf facialis ( N VII ) Diskus artikularis Merupakan suatu kantong yang mudah bergerak untuk kaput mandibula. Bagian ante- rior terdiri dari bahan-bahan fibrosa dengan sebaran sel-sel tulang rawan (kondrosit), sebe- lah posterior berbentuk bilaminer. Bagian atas yang melekat pada dinding posterior fosa mandibularis terdiri dari jaringan fibroelastis yang jarang, pada bagian bawahnya terfiksasi pada pinggir posterior kaput mandibula, bagian ini terdiri dari jaringan fibrosa yang sangat kuat. Diantara bagian-bagian ini terdapat plek- sus venosus retroartikularis yang berfungsi sebagai bantalan. Di anterior diskus artikularis melekat erat dengan kapsula artikularis dan m. pterygoideus lateralis caput infratemporalis. Kapsula artikularis Relatif jarang dan diperkuat oleh liga- mentum lateralis (temporomandibularis). Teru- tama pada sisi lateralis ligamentum ini terben- tang dari arkus zygomatikus ke prosesus kondilaris kearah bawah kaput mandibulae, yang sering menunjukan penonjolan kadang- kadang seperti pinggir yang terangkat atau lebih jarang seperti lekukan yang mendapat tekanan. Pada literatur lama disebut tuber- kulum kondilaris, krista kondilaris atau fosa kondilaris atau sebaliknya. (gambar 5) Osteokinematika dan Artrokinematika Gerakan mandibula bersifat rumit kare- na mandibula mempunyai posisi gerakan yang bermacam-macam. Yang terkait dengan gera- kan mandibula adalah bentuk fosa, tingkat ketegangan ligamen, meniskus, sistem neuro- muskular dan kebiasaan menggunakan gigi. Secara gerakan, osteokinematika adalah gerak sendi yang dilihat dari gerak tulangnya saja. Pada osteokinematika yang terjadi berupa gerak ayun, rotasi putar dan spin. Artrokinematika adalah gerakan yang terjadi pada permukaan sendi atau sering disebut intracapsular movement. Pada artro- kinematika gerakan yang terjadi berupa gerak roll dan slide, dari kedua gerak tersebut dapat diuraikan lagi menjadi gerak traksi-kompresi, translasi dan spin. Gerak fisiologi vertebra servikal dalam klinis berupa fleksi-ekstensi fleksi lateral dan rotasi. Pada TMJ gerak yang dominan adalah gerak depresi-elevasi, protrusi, retruksi dan deviasi lateral kanan-kiri. Saat gerakan depresi (membuka mulut), kondilus berputar sekitar sumbu horizontal dan bergerak ke depan dan ke bawah dengan per- mukaan bawah diskus, pada saat yang sama ketika diskus bergeser ke depan dan ke bawah pada tulang temporal. Gerakan ini akibat dari diskus medial, lateral dan kepala mandibula serta kontraksi pterigoideus lateral yang mem- bawa kondilus dan diskus kepermukaan artikular. bergeser (sliding) dan majunya diskus untuk berhenti ketika jaringan fibroelastik melekat pada bagian belakang tulang temporal. Sesudah itu kondilus bergerak ke depan dan bersendi dengan sebagian anterior diskus dan mulut terbuka secara penuh dengan ROM jarak gigi atas dan bawah tiga jari 2-4 setinggi interfalang proksimal atau diukur dalam sentimeter. Saat gerak elevasi (menutup mulut), fase pertama, kondilus bergerak kebelakang menyatu dengan diskus yang ditahan oleh otot pterigoideus lateral, bergeraknya kearah bela- kang mandibula akibat dari interaksi antara
  • 10. Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ) Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 43 bagian retraksi dari otot maseter, temporalis dan otot depressor, fase kedua, kepala bagian inferior pterigoideus lateral rilaksasi yang memungkinkan diskus bergerak kearah bela- kang dan naik pada tulang temporal sepanjang kondilus. Pada fase kedua ini mulai dengan kontraksi otot-otot maseter, pterigoi- deus medial, temporalis, dan berakhir dengan intercuspation gigi. Saat gerak protrusi, gigi seluruhnya pada posisi berhenti, dan gigi bawah ditarik kearah bawah sehingga melebihi posisi gigi atas oleh m.pterigoideus lateral. Berlawanan dengan gerakan pembukaan, kondilus dan diskus bergerak kearah bawah dan maju sepanjang permukaan sendi tanpa putaran kondilus sekitar sumbu transversal untuk mencegah mandibula lepas, lalu otot berkon- traksi untuk penyesuaian dan keseimbangan depresi-retraksi. Saat gerak retruksi, mandibula ditarik ke arah belakang oleh bagian dalam otot masseter dan serabut posterior otot temporalis keposisi istirahat pada saat yang sama otot- otot geniohioideus, digastrik dan elevator secara sinergis menyeimbangkan untuk men- jaga mandibula pada posisi horizontal. Gerakan protrusi dan retruksi diukur dalam sentimeter. Pada gerakan deviasi lateral mandibula otot asimetri pada kedua sisi gerakan ini, satu kondilus dan diskus bergeser ke arah bawah maju pada bidang sagital dan secara medial pada bidang horizontal sepanjang permukaan sendi, pada saat yang sama kondilus lain berputar secara lateral pada bidang sagital dan bertranslasi secara medial pada bidang hori- zontal dan tetap pada fosa. Translasi kondilus pada bidang hori- zontal dikenal dengan gerakan Bennett. Jika orang melihat mandibula dari atas akan terlihat ujung medial mandibula menarik kearah depan dan maju pada bidang horizontal sedang sera- but dari otot temporalis berinsersi pada prosesus koronoid, menarik kearah luar dan belakang. Otot ini bekerja sebagai kekuatan yang diperlukan untuk terjadinya gerakan mengunyah pada sisi ini. Jadi pada penyimpangan lateral ke kiri, lateral pterigoideus ke kanan, bersamaan dengan kontraksi otot digastrik kanan-kiri dan otot geniohioideus menyebabkan kondilus kanan bergerak kearah bawah dan kemedial sedangkan gerakan dari temporal kiri, lateral pterigoideus memutar kondilus kiri pada fosa dan memindahkan mandibula kekiri disebut sebagai penyimpangan lateral kiri dengan pergeseran Bennett kekiri. Kondilus kiri disebut kondilus sisi kerja dan kondilus kanan adalah kondilus non kerja atau kondilus penyeimbang. Saat gerakan de- viasi lateral kanan-kiri diukur dalam sentimeter. Tipe dasar gerakan kondilus kerja beri- kut ini: Rotasi (roll) tanpa pergeseran kelateral Rotasi dengan gerakan kebelakang, keatas dan kelateral Rotasi dengan gerakan kearah bawah, depan dan lateral Rotasi pergeseran kelateral Rotasi gerakan kearah bawah, kebelakang dan kelateral Jadi pada gerakan rotasi menggerat gigi atau mengunyah, gerakan ini berubah-ubah untuk mengayunkan mandibula dari sisi kesisi. Meskipun gerakan mengunyah sangat kompleks, gerakan ini menjadi otomatis pada setiap orang, karena melibatkan integrasi mekanisme proprioseptif dan semua gerakan otot-otot pengunyah terlibat pada gerak mengunyah dengan melibatkan keempat gerakan pada mandibula yaitu depresi-elevasi protrusi dan retruksi. Patologi disfungsi diskus pada sendi Temporo Mandibular (TMJ). Gangguan TMJ yang umum ditemukan secara klinis adalah sindrom disfungsi TMJ, juga disebut sebagai sindrom disfungsi sakit pada mandibular, artrosis mandibular, artrosis TMJ dan sindrom sakit myofasial. Sindrom disfungsi TMJ bukanlah penya- kit penuaan, umumnya terjadi pada pasien usia antara 20 tahun dan 40 tahun, paling sering ditemukan pada wanita. Fase awal gejalanya terkait dengan adanya bunyi klik (clicking), subluksasi dan dislokasi berulang. Penyebabnya banyak, kemungkinan karena faktor degeneratif yang diikuti pemben-
  • 11. Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ) Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 44 tukan jaringan fibrous pada sendi, diskus dan kepala kondilus. Awalnya dijumpai penipisan rawan sendi terutama pada kondilus mandi- bularis, kemudian diikuti peretakan dan erosi atau eburnisasi. Akibatnya menjadi keras sehingga tekanan normal pada diskus yang juga telah terjadi pengerasan dan penipisan menjadi cidera dan/atau berubah bentuk. Hal ini yang menimbulkan bunyi klik atau bahkan penguncian ketika depresi luas. Pada dege- neratif diperberat faktor lain seperti kebiasaan mengunyah makanan dengan satu sisi rahang dapat menyebabkan iritasi diskus satu sisi berlebihan yang dapat menyebabkan kerusa- kan diskus ipsilateral. Hal tersebut akan mudah terjadi bila bentuk rahang asimetri, tumbuhnya molare akhir yang miring atau bentuk gigi yang tidak simetri, gigi molar tanggal satu sisi, semuanya dapat menyebabkan kerusakan atau perubahan bentuk diskus satu sisi. Kebiasaan mengerat gigi pada waktu tidur terkadang tanpa disadari juga mengerak-gerakkan ra- hang, dalam jangka waktu lama dan dengan frekuensi yang sering dapat menyebabkan gangguan pada TMJ seperti pada hasil pene- litian yang telah dilakukan oleh Richard Price (11 Februari 2004). Pada deviasi bentuk rahang, atau asi- metri gigi/gigi tanggal, atau kebiasaan buruk mengunyah/mengerat, akan menimbulkan kerusakan diskus atau perubahan bentuk diskus lebih awal. Karenanya disfungsi diskus TMJ sering dijumpai pada usia muda pula. Tetapi pada kasus non degeneratif umumnya dapat terjadi penyembuhan yang relatif cepat. Tanda dan gejala biasanya pada sisi unilateral mungkin bisa bilateral ditandai ada- nya tenderness pada otot, keterbatasan gera- kan serta nyeri sekitar sendi dan menyebar ke telinga, wajah, kepala, leher, bahu. Biasanya gejala awal yang terjadi adalah dalam bentuk tidak terkoordinasinya fungsi otot-otot mandi- bular yang ditandai dengan bunyi (clicking) sebaliknya pada subluksasi dan dislokasi berulang tidak terdapat gejala. Karena bagian tengah diskus tidak memiliki inervasi dan sedikit vaskularisasi, maka disfungsi diskus dini tidak menimbulkan gejala nyeri tetapi hanya bunyi klik. Perubahan patologi sering tanpa tanda dan gejala tetapi dapat terlihat dengan radiografis. Bila berlanjut maka kerusakan akan lebih berat sehingga dapat berakibat perubahan bentuk diskus dan menimbulkan sensasi nyeri. Namun bila kom- presi diskus dihilangkan kemungkinan terjadi regenerasi mengingat adanya vaskularisasi terutama bagian luar diskus. Dari perubahan patologi harus dicatat kemungkinan karena faktor degeneratif yang diikuti fibrous pada sendi, diskus dan kepala kondilus. Umumnya sakit pada sindrom disfungsi TMJ adalah disfungsi pada sendi atau dari saraf. Ada lima penyebab utama rasa sakit mungkin neurologis, vaskular, sendi itu sendiri, muskular dan faktor psikologis. Rasa sakit bisa berasal dari infeksi, perpindahan kondilus, kekakuan diskus, trauma, dimana rasa sakit tersebut dapat membatasi gerakan mandibular seperti menguap terlalu lebar dan juga penggunaan alat dental (protesa gigi). Pada pemeriksaan dapat dijumpai hiper- mobilitas sendi atau protrusi mandibula atau keduanya selama gerakan awal membuka mulut. Pada banyak kasus ditandai oleh spas- me pada otot-otot pengunyah dan rasa sakit pada gerakan sendi khususnya selama mengunyah, seacara bertahap rasa sakit makin memburuk diikuti dengan mobilitas sendi yang berkurang terutama waktu pagi hari. Proses terjadinya nyeri pada temporo- mandibulair joint Penyebab timbulnya nyeri pada sendi temporo mandibular dapat diakibatkan oleh adanya hiperfungsi dan disfungsi dari musku- loskeletal (otot-otot pada tulang tengkorak) ataupun dapat oleh proses degeneratif pada sendi itu sendiri. Pada proses degenerasi terjadi erosi dan eburnisasi rawan sendi terutama pada kondilus mandibularis akibatnya ketika proses mastikasi terjadi tekanan terhadap diskus yang meningkat dan bila berlanjut menyebabkan pembebanan yang tidak imbang pada diskus. Akibat lebih lanjut terjadi kerusakan dan disfungsi diskus sehingga menimbulkan gejala bunyi klik, penguncian dan akan menimbulkan cidera jaringan subchondral atau jaringan lain
  • 12. Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ) Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 45 yang menimbulkan inflamasi dengan sensasi nyeri. Bentuk atau posisi gigi miring atau ketinggian yang tidak sama dan tidak simetri antara kanan dan kiri, akibat pertumbuhan gigi geraham akhir yang tidak normal atau gigi tanggal dapat menimbulkan maloklusi. Hal ini juga terjadi pada penyimpangan anatomik rahang berupa crossbite dan overbite dapat menimbulkan maloklusi. Kebiasaan-kebiasaan buruk yang dilakukan seseorang seperti mengerat gigi, mengunyah pada satu sisi, atau kebiasaan mengunyah makanan keras dapat menyebabkan terjadinya beban berlebihan pada satu sisi diskus sehingga menimbulkan kerusakan dan disfungsi diskus pula. Pada kasus cabut gigi yang tidak tepat dapat menimbulkan cidera ligamenta atau sistem muskuloskeletal dan berakibat tristmust (trismus) yaitu spasme otot-otot mastikasi akibat nyeri, yang diikuti kontraktur sistem kapsuloligament dan tendomuskular unilateral sehingga menimbulkan perubahan bentuk atau bahkan kerusakan diskus dan disfungsi diskus TMJ. Pada otot dijumpai spasme atau hiper- tonia hingga kontraktur dan hipertrofi asimetri pada otot-otot pengunyah yang menyebabkan terjadinya tenderness pada otot dan keter- batasan gerak TMJ akibat spasme atau kontraktur. Pada sisi nyeri timbul kelemahan sehingga dapat menimbulkan ketidakseimba- ngan fungsi dan menimbulkan iritasi jaringan lain yang menyebabkan cidera dan terjadi nyeri jaringan lain, rasa sakit ini bila berlanjut dapat diikuti menurunnya mobilitas sendi. Sistem kapsul-ligamen TMJ juga akan mengalami kontraktur sebagai akibat hipomo- bilisasi pada sisi nyeri. Akibat menurunnya fleksibilitas ligamen-ligamen tersebut akan menyebabkan hipomobil sisi ipsilateral dan nyeri regang. Pada sisi kontralateral akan terjadi peregangan berlebihan sehingga terjadi ruptur dan laxity sebagai konsekwensi gerak asimetri. Lebih lanjut akibat asimetri laxity dan kontraktur akan terjadi hipomobil sendi ipsilateral dan hipermobil kontra lateral, dan aktifitas otot-otot pengunyah asimetri terus menerus menimbulkan nyeri dan dapat ber- akhir dengan hipomobil bilateral. Pada saraf simfatis dijumpai hiper akti- fitas sebagai akibat inflamasi kronik sehingga menimbulkan gangguan mikrosirkulasi. Akibat- nya terjadi gangguan proses penyerapan sisa metebolisme dan zat iritan nyeri menjadi lambat dan menimbulkan nyeri jaringan TMJ. Akibat lebih lanjut akan terjadi hiperalgesia hingga allodynia bahkan pada n. trigeminus dan n. facialis. Ultra Sonik ( US ) Fisioterapi memiliki tanggung jawab di dalam kesehatan gerak fungsional sebagai ba- gian integral dari pelayanan kesehatan. Dalam pelaksanaan dipergunakan berbagai metodologi intervensi fisioterapi, termasuk penggunaan stresor-stresor fisis di dalam rangkaian moda- litas fisioterapi. Modalitas fisioterapi memiliki berbagai macam atau jenis, yang salah satunya ialah ultra sonik. Gelombang ultra sonik yang merupakan gelombang suara yang di peroleh dari getaran yang memiliki frekuensi 0,1 hingga 5 MHz. Gelombang ini dapat di kelompokkan menurut fungsinya dengan frekuensi dan intensitas masing-masing (Lehmaun 1990) Efek fisiologik dari ultra sonik termal dan implikasi klinisnya Efek fisiologi Meningkatkan extensibilitas colagen dari tendon, kapsul sendi dan scar tissue Meningkatkan konduksi syaraf motor mau- pun sensor dengan meningkatkan ambang rangsang rasa nyeri Mempengaruhi aktivitas kontraktil otot rangka, mengurangi aktivitas muscle spin- dle, mengurangi spasme otot yang secara sekunder menyebabkan nyeri Meningkatkan aliran darah Efek fisiologik US non thermal ultra- sonik Efek non thermal ultrasonik terjadi dari gelombang suara berpulsa. Efek ini akan me-
  • 13. Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ) Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 46 ningkat sejalan dengan peningkatan frekuensi (M Hz) dan intensitasnya. Umumnya pulsa gelombang ini memiliki rasio 1 : 4 (20%), 1 : 1 (50%), 1 : 9 (10%). Sehingga pemberian ultra sonik berpulsa selama 5 menit dengan rasio 1 : 4 berarti bah- wa pasien akan menerima gelombang ultra sonik selama 1¼. efek non thermal ultra sonik dihasilkan oleh vibrasi mekanik menghasilkan : 1) acoustic streming, yakni arus tak langsung yang terjadi pada membran sel 2) cavitation, ada dua macam (a) stable cavitation (b) unstable atau trensient cavi- tation 3) micromassage, merupakan gerakan oscila- tor dari sel dan jaringan. Sehingga efek non termal ultra sonik dapat mengurangi oedem, nyeri dan spasme otot, memperbaiki aliran darah serta meng- induksi perbaikan non union bone, rege- nerasi jaringan dan perbaikan jaringan lunak. Tabel 1 Fungsi US dengan frekuensi dan intensitasnya Untuk diagnostik frekuensi Intensitas Echocardiography 5 M Hz 3,4 mW/cm² Echophalography 5 M Hz 3,4 mW/cm² doppler blood flow 5 s.d 10 M Hz 203 m/W/cm² obstretical doopler 2,25 M Hz 6,3 m/W/cm² untuk surgical / bedah gallostone ablation 0,01 M Hz 20 s.d 100 W/cm² untuk terapetik physical medicine & rehabilitation 0,75 s.d 3 M Hz 0.1 s.d 5 W/cm² Sumber: Hasil Olahan Data Efek fisiologik dari ultra sonik non termal dan implikasi klinisnya : - menstimulasi pelepasan histamin dari sel mast oleh adanya degranulasi - stimulasi pelepasan serotonin dari sel darah - stimulasi pelepasan chemotactic agents dan growth factor dari makrofag - stimulasi pembentukan kapiler darah baru oleh sel-sel endotel - stimulasi fibroblast untuk meningkatkan sintetis protein - meningkatkan kandungan kolagen - meningkatkan velositas konduksi saraf motor dan sensor yang akan meningkatkan ambang nyeri Implikasi klinik - mempercepat penyembuhan luka dengan percepatan fase awal peradangan - mempercepat penyembuhan luka dengan percepatan fase akhir peradangan - mempercepat penyusutan luka akibat kurangnya pembentukan scar tissue - mempercepat penyembuhan luka dengan perbaikan sirkulasi yang memerlukan sin- tetis colagen - mempercepat penyembuhan dengan mem- produk kolagen yang hilang - meningkatkan daya lentur jaringan - mengurangi nyeri Indikasi 1. Kondisi peradangan sub akut dan khronik 2. Kondisi traumatik sub akut dan khronik 3. Adanya jaringan parut atau scar tissue pada kulit sehabis luka operasi atau luka bakar 4. Kondisi ketegangan, pemendekan dan perlengketan jaringan lunak (otot, tendon dan ligamentum) 5. Kondisi inflamasi khronik
  • 14. Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ) Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 47 Kontra indikasi Merupakan kontra indikasi terhadap te- rapi ultra sonik antara lain: 1. penyakit jantung atau penderita dengan alat pacu jantung 2. kehamilan, khususnya pada daerah uterus 3. jaringan lembut: mata, testis, ovarium, otak 4. jaringan yang baru sembuh atau jaringan granulasi baru 5. pasien dengan gangguan sensasi 6. tanda-tanda keganasan atau tumor malig- nan 7. insufisiensi sirkulasi darah: thrombosis, thromboplebitis atau occlisive occular disease 8. infeksi akut 9. daerah epiphysis untuk anak-anak dan dewasa Mekanisme pengurangan nyeri de- ngan ultra sonik terhadap TMJ Dengan pemberian modalitas ultra sonik dapat terjadi iritan jaringan yang me- nyebabkan reaksi fisiologis seperti kerusakan jaringan. Hal ini disebabkan oleh efek me- kanik dan thermal ultra sonik. Pengaruh mekanik tersebut juga dengan terstimulasinya saraf polimodal dan akan dihantarkan ke ganglion dorsalis sehingga memicu produksi “P subtance” untuk selanjutnya terjadi inflamasi sekunder atau dikenal “neurogeic inflam- mation”. Namun dengan terangsangnya “P” substance tersebut mengakibatkan proses induksi proliferasi akan lebih terpacu sehingga mempercepat terjadinya penyembuhan jari- ngan yang mengalami kerusakan. Pengaruh nyeri terjadi secara tidak langsung yaitu dengan adanya pengaruh goso- kan membantu “venous dan lymphatic”, peningkatan kelenturan jaringan lemak sehing- ga menurunnya nyeri regang dan proses percepatan regenerasi jaringan. Dengan intervensi US diharapkan dapat terjadi efek mikromassage yang dapat berpe- ngaruh mengurangi spasme/hipertonus otot serta menurunkan hipertrofi otot, mening- katkan sirkulasi sehingga dapat mengatasi inflamasi yang terjadi pada diskus dan otot, mengurangi ketegangan otot dimana efeknya sama seperti pada efek mikromassage dan memacu proses penyembuhan kolagen jari- ngan yang akan dapat menurunkan spasme/ hipertonus otot-otot serta meningkatkan flek- sibilitas ligamenta. Mobilisasi roll slide Gerakan permukaan tulang pada sendi bervariasi dan merupakan kombinasi antara rolling, sliding dan spinning. Gerakan rolling karakteristiknya adalah satu tulang rolling terhadap yang lain dengan permukaan tidak rata, satu titik pada satu permukaan kontak dengan satu titik baru pada permukaan yang berlawanan. Rolling akan menghasilkan gerakan angular pada tulang (swing), dan selalu pada arah yang sama sebagai gerakan angulasi tulang baik permukaan cembung atau cekung, Jika rolling hanya timbul pada satu permukaan akan menyebabkan kompresi pada permukaan yang lainnya, dimana terjadi angulasi dan pemisahan pada sisi lain yang dapat menye- babkan kompresi pada permukaan sendi sehingga terjadi kerusakan sendi. Pada fungsi normal sendi, rolling murni tidak terjadi sendiri tetapi kombinasi dengan sliding dan spining. Gerakan slide, karakteristiknya adalah satu tulang bergeser terhadap yang lain. Pada slide murni, permukaan harus rata. Titik yang sama pada satu permukaan kontak dengan titik baru pada permukaan yang berlawanan, slide murni tidak terjadi pada sendi karena permukaan tidak rata secara keseluruhan.arah slide tergantung pada gerakan yang terjadi pada permukaan cembung atau cekung. Slide dengan arah berlawanan akan timbul pada gerakan angular tulang jika permukaan sendi cembung. Slide dengan arah yang sama akan timbul pada gerakan angular tulang jika permukaan sendi cekung. Gerakan spin karakteristiknya satu tulang berputar terhadap tulang lain pada gerakan spin tidak terjadi sendiri pada sendi, tetapi kombinasi dengan rolling dan sliding.
  • 15. Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ) Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 48 Kombinasi roll-slide pada sendi tem- poromandibular (TMJ) Gerak fisiologis temporo mandibular joint (TMJ) terjadi ketika otot secara aktif ber- kontraksi menggerakkan tulang, otot akan mengontrol gerakan slide pada permukaan sendi, misalnya gerakan traksi ke kaudal sela- ma membuka dan menutup mulut yang meli- batkan otot-otot masseter, pterigoideus medial dan temporalis. Jika fungsi ini berkurang akan timbul abnormalitas mekanik sehingga terjadi disfungsi pada sendi TMJ. Kombinasi roll-slide pada sendi meru- pakan gerakan fisiologis dari TMJ dimana pada saat membuka mulut atau depresi terjadi gera- kan traksi ke kaudal dan translasi ke anterior, sedangkan pada saat menutup mulut terjadi gerakan translasi ke posterior dan kompresi kearah kranial. Semakin rata permukaan sendi semakin besar gerakan slide pada suatu hubungan antara tulang jika terjadi gerakan, semakin tidak rata permukaan sendi semakin besar gerakan roll pada suatu hubungan antara tulang jika terjadi gerakan. Gerakan kombinasi roll-slide dilakukan secara pasif oleh fisioterapis dengan cara man- dibula digerakkan depresi dengan mendorong kearah kaudo-dorsal bersamaan dilakukan gerak pasif kaput mandibula translasi ke ventral. Pada manipulasi ini akan terjadi gerak traksi kaudal bersamaan gerak angulasi (roll) depresi kemudian transalasi (slide) ke ventral sehingga tercapai ROM penuh melalui alur gerak fisiologis. Pengaruh mobilisasi roll-slide pada TMJ terhadap penurunan nyeri Pengaruh penerapan mobilisasi roll- slide pada TMJ adalah diharapkan terjadi rega- ngan pada sistem kapsulo-ligamenter sehingga memudahkan gerakan depresi mandibula. Dengan pemulihan kelenturan sistem kapsulo- ligamenter diharapkan dapat memperluas ROM sendi temporo mandbularis sehingga menurun- kan iritasi diskus artikularis. Gerakan kombinasi roll-slide pada TMJ akan memperbaiki pola dan mekanisme depresi sehingga mampu mereposisi diskus yang beru- bah bentuk atau cedera oleh regangan kapsu- loligamenter yang tegang dan memendek. Dengan perbaikan mekanisme depresi dan elevasi mandibula akan menurunkan iritasi diskus dan kemungkinan terhindarnya pengun- cian diskus sehingga mengurangi iritas dan nyeri. Prosedur penerapan mobilisasi roll- slide pada TMJ dalam penelitian 1. Mobilisasi roll slide posisi tidur Posisi klien: posisi berbaring tidur miring sisi mandibular yang diobati di atas. Posisi tangan untuk fiksasi ditempatkan pada atas tulang temporal dan tangan un- tuk mobilisasi ibu jari ditempatkan dibela- kang kaput mandibulae dan jari tangan diatas mandibulae sampai ke dagu. Gerakan roll-slide dilakukan dengan cara traksi ke kaudal kemudian digerakkan angulasi (roll) depresi dan dorongan ke ventral pada kaput untuk translasi (slide). Dosis yang diberikan grade III dengan pengulangan 10 kali gerakan. Sumber: milik pribadi Gambar 20 Mobilisasi roll slide unilateral posisi tidur 2) Mobilisasi roll slide posisi duduk. Posisi klien: posisi duduk bersandar di kursi atau meja terapi. Posisi kedua ibu jari ditempatkan pada belakang kedua kaput mandibulae untuk translasi dan jari-jari tangan pada dagu untuk gerak depresi. Gerakan roll-slide diberikan dengan jari-jari tangan mendorong dagu kearah gerak angulasi (roll) dorsokaudal dan ibu jari mendorong kaput mandibulae bilateral kearah ventral untuk gerak translasi (slide).
  • 16. Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ) Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 49 Dosis yang diberikan grade III dengan pengulangan 10 kali gerakan. Metode Penelitian Secara metodologis penelitian ini ber- sifat kuasi eksperimental untuk mempelajari perbedaan pengaruh penambahan mobilisasi roll slide pada intervensi ultrasound terhadap pengurangan nyeri pada kasus disfungsi discus temporomandibular joint. Penelitian ini dibagi menjadi 2 kelom- pok yaitu kelompok perlakuan I adalah pasien dengan disfungsi discus temporomandibular joint yang diberikan intervensi ultrasound therapy dan kelompok perlakuan II dimana pasien dengan disfungsi discus temporo mandibular joint diberikan intervensi ultra- sound therapy dan mobilisasi roll slide. Pene- litian dilakukan dengan melihat perbedaan penurunan nilai nyeri pada kedua kelompok sampel untuk mendapatkan bukti empiris dari dua bentuk intervensi yang diberikan. Dari hasil pemeriksaan pada pasien yang mengalami disfungsi discus temporo- mandibular joint dan diminta persetujuan untuk menjadi sampel dalam penelitian ini. Jumlah sampel secara keseluruhan 20 orang yang kemudian dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II yang masing masing berjumlah 10 orang. Setelah dilakukan pengelompokan sampel, selanjutnya dilakukan hal-hal berikut: a. Kelompok perlakuan I Pada kelompok ini pasien dengan disfungsi discus temporomandibular joint sebelum diberi intervensi yang ditetapkan dilakukan pengukuran nilai nyeri. Kemudian diberikan terapi selama 7 kali dengan frekuensi 3 kali seminggu. Selanjutnya dilakukan evaluasi kembali dengan melihat hasil pengukuran nilai nyeri. Setiap tahapan intervensi juga dilakukan pengukuran untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh perubahan nilai nyeri dari hasil intervensi. b. Kelompok perlakuan II Pada kelompok perlakuan ini pasien dengan disfungsi discus temporoman- dibular joint sebelum diberi intervensi yang ditetapkan dilakukan pengukuran nilai nyeri. Kemudian diberikan terapi selama 7 kali dengan frekuensi 3 kali seminggu. Selanjutnya dilakukan evaluasi kembali de- ngan melihat hasil pengukuran nilai nyeri. Setiap tahapan intervensi juga dilakukan pengukuran untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh perubahan nilai nyeri dari hasil intervensi. Dalam penelitian ini, teknik pengam- bilan sampel dilakukan dengan teknik purpossive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang benar-benar me- wakili suatu kelompok yang diambil sebagai anggota sampel. Tehnik pengambilan sampel ini dipilih berdasarkan pertimbangan untuk mendapatkan gambaran hasil pengujian suatu tehnik perlakuan menggunakan intervensi ter- tentu dengan memilih orang-orang tertentu yang benar-benar mewakili kriteria dua kelompok yang telah ditetapkan. Subyek pene- litian ini adalah pasien dengan disfungsi discus temporomandibular joint . Hasil Karakteristik Sampel Penelitian Sampel pada penelitian ini berusia an- tara 18–23 tahun sebanyak 20 orang dan dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II. Kelompok perlakuan I diberikan intervensi US (Ultra Sound) dengan jumlah sampel sebanyak 10 orang sedangkan kelompok perlakuan II diberikan intervensi US dan mobilisasi roll slide dengan jumlah sampel sebanyak 10 orang. Sampel-sampel ini selanjutnya dilakukan identi- fikasi data menurut jenis kelamin dan usia. Dalam melaksanakan penelitian, sebelum dilakukan intervensi terlebih dahulu dilakukan pengukuran nyeri dengan skala VAS, baik pada kelompok perlakuan I maupun kelompok perlakuan II yang digunakan sebagai data awal. Setelah diberikan intervensi kemudian dilakukan kembali pengukuran derajat nyeri guna memperoleh hasil sebagai akibat inter- vensi yang diberikan, data yang diperoleh digu- nakan sebagai data akhir sesudah intervensi.
  • 17. Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ) Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 50 Data-data yang diperoleh dalam pene- litian Tabel 2 Distribusi sampel menurut jenis kelamin Jenis Kelamin Kelompok perlakuan I Kelompok perlakuan II n % n % Laki-laki 3 30 6 60 Perempuan 7 70 4 40 Jumlah 10 100 10 100 Sumber: Hasil Pengolahan Data Tabel 3 Distribusi sampel menurut usia No. Usia (tahun) Kelompok perlakuan I Kelompok perlakuan II n % n % 1. 18 - 0 1 10 2. 19 3 30 4 40 3. 20 4 40 3 30 4. 21 3 30 - 0 5. 22 - 0 1 10 6. 23 - 0 1 10 Jumlah 10 100 10 100 Sumber: Hasil Pengolahan Data Sumber: Hasil Pengolahan Data Hasil pengukuran Visual Analog Scale (VAS) kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II 1) Nilai VAS pada kelompok perlakuan I Pengukuran skala nyeri dengan VAS dilakukan pada kelompok perlakuan I sebelum dan sesudah intervensi (US) yang dimulai pada intervensi terapi ke satu sampai dengan ke tujuh, didapatkan hasil seperti pada tabel 4. Dari tabel tersebut, hasil pengukuran VAS pada kelompok perlakuan I sebelum intervensi diperoleh nilai mean sebesar 66,0 dan nilai standar deviasi (SD) sebesar 9,381 dan hasil pengukuran VAS sesudah dilakukan intervensi sebanyak 7 kali diperoleh hasil mean sebesar 30,2 dan SD sebesar 7,099 sehingga dapat diketahui ada penurunan nilai VAS sebelum dan sesudah intervensi 7 kali sebesar 35,8. 2) Nilai VAS pada kelompok perlakuan II Pengukuran skala nyeri dengan VAS yang dilakukan pada kelompok perlakuan II sebelum dan sesudah intervensi (US dan mobilisasi roll slide) yang dimulai pada intervensi terapi ke satu sampai dengan ketujuh, didapatkan hasil seperti pada tabel 5. Grafik 2 Distribusi sampel menurut jenis kelamin Kelompok Perlakuan II Jumlah, 10, 100% Laki-laki, 6, 60% Perempuan, 4, 40% Grafik 2a.Distribusi sampel menurut usia kelompok perlakuan I 18 th; 0; 0% 22 th; 0; 0% 23 th; 0; 0% 21 th; 3; 30% 20 th; 4; 40% 19 th; 3; 30% Jumlah sampel kelompok perlakuan I : 10 ( 100% ) Grafik 2b.Distribusi sampel menurut usia kelompok perlakuan II 23 th; 1; 10% 22 th; 1; 10% 21 th; 0; 0% 20 th; 3; 30% 18 th; 1; 10% 19 th; 4; 40% Jumlah sampel kelompok perlakuan II : 10 ( 100% )
  • 18. Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ) Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 51 Tabel 4 Nilai pengukuran VAS pada kelompok perlakuan I sebelum dan sesudah intervensi Sampel Sebelum Sesudah Intervensi I II III IV V VI VII 1 76 72 70 66 66 47 45 39 2 59 56 52 47 43 40 34 29 3 54 50 44 38 32 28 20 16 4 79 73 64 59 52 45 39 35 5 77 75 70 62 57 50 39 35 6 74 69 65 58 58 52 45 39 7 62 58 52 48 44 40 35 28 8 58 55 51 48 42 36 29 29 9 59 58 54 50 44 37 33 28 10 62 50 50 42 35 28 27 24 MEAN 66,0 61,6 57,2 51,8 47,3 40,3 34,6 30,2 SD 9,381 9,674 9,211 9,052 10,719 8,369 7,890 7,099 Sumber: Hasil Pengolahan Data Grafik 4 Nilai Pengukuran VAS kelompok I 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 sebelum I II III IV V VI VII VAS Sumber: Hasil Pengolahan Data Tabel 5 Nilai pengukuran VAS pada kelompok perlakuan II sebelum dan sesudah intervensi Sampel Sebelum Sesudah Intervensi I II III IV V VI VII 1 81 76 67 62 56 49 40 30 2 77 65 59 54 48 40 32 26 3 82 75 67 60 55 47 38 28 4 70 65 60 52 42 37 25 20 5 75 67 59 50 40 34 29 28 6 77 76 64 58 49 40 33 25 7 76 70 60 59 50 42 38 29 8 59 55 48 38 30 25 18 15 9 50 45 42 35 30 20 13 12 10 82 76 69 62 56 48 39 28 MEAN 72,9 67,0 59,5 53,0 45,6 38,2 30,5 24,1 SD 10,567 10,284 8,579 9,614 9,845 9,635 9,300 6,279 Sumber: Hasil Pengolahan Data
  • 19. Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ) Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 52 Grafik 5 Nilai Pengukuran VAS kelompok II 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 s e b e l u m I I I I I I I V V V I V I I sebelum dan sesudah intervensi VAS Sumber: Hasil Pengolahan Data Berdasarkan data tabel 5, hasil pengu- kuran VAS pada kelompok perlakuan II sebelum intervensi diperoleh nilai mean sebesar 72,9 dan nilai standar deviasi (SD) sebesar 10,567 dan hasil pengukuran VAS sesudah dilakukan intervensi sebanyak 7 kali diperoleh hasil mean sebesar 24,1 dan SD sebesar 6,279 sehingga dapat diketahui ada penurunan nilai VAS sebelum dan sesudah intervensi 7 kali sebesar 48,8. Secara nyata dari hasil yang diperoleh baik pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II sebelum dan sesudah dilakukan intervensi sebanyak 7 kali terdapat penurunan nyeri. Grafik pengukuran Visual Analog Scale (VAS) Perbandingan nilai rata-rata (mean) kelompok perlakuan I pada intervensi dengan US dan kelompok perlakuan II pada intervensi US ditambah mobilisasi roll slide sebelum dan sesudah intervensi dapat divisualisasikan pada tabel 6 dan grafik 6. Dari grafik tersebut terlihat bahwa pada awal penelitian tingkat nyeri kelompok perla- kuan II berada di atas nilai kelompok perla- kuan I dan setelah intervensi ke tujuh kelom- pok perlakuan II mengalami penurunan nyeri dengan nilai lebih rendah daripada kelompok perlakuan I. Tabel 6 Rata-rata nilai VAS kelompok perlakuan I dan II Kelompok perlakuan I Kelompok perlakuan II Sebelum intervensi 66,0 72,9 Sesudah intervensi 30,2 24,1 Sumber: Hasil Pengolahan Data Uji Hipotesis I Ada pengaruh pemberian intervensi US terhadap pengurangan nyeri pada nyeri yang timbul karena disfungsi TMJ, dalam hal ini digunakan uji Wilcoxon untuk menguji hipotesis I pada kelompok perlakuan I dengan pem- berian intervensi US saja terhadap pengura- ngan nyeri pada nyeri yang timbul karena disfungsi TMJ. Tabel 7 Nilai pengurangan nyeri dengan skala VAS sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan I Kelompok perlakuan I Sebelum intervensi Sesudah intervensi Penurunan nyeri 76 39 37 59 29 30 54 16 38 79 35 44 77 35 42 74 39 35 62 28 34 58 29 29 59 28 31 62 24 38 66,0 30,2 35,8 9,381 7,099 2,282 Sumber: Hasil Pengolahan Data Grafik 6 Rata-rata nilai VAS kelompok Perlakuan I dan II 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Sebelum Sesudah Periode Kelompok perlakuan I Kelompok perlakuan II
  • 20. Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ) Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 53 Pada tabel 7 sebelum intervensi didapat nilai mean sebesar 66,0 dan SD sebesar 9,381 serta sesudah intervensi didapatkan nilai mean sebesar 30,2 dan SD sebesar 7,099. Selisih nilai mean dan SD sebelum serta sesudah intervensi menunjukkan adanya penu- runan nyeri yaitu didapatkan mean sebesar 35,8 dan SD sebesar 2,282 maka berdasarkan hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa nilai p=0,005 (p<α=0,05) sehingga Ho ditolak berarti intervensi US memberi pengaruh sangat signifikan terhadap pengurangan nyeri pada nyeri yang timbul karena disfungsi TMJ. Uji Hipotesis II Ada pengaruh pemberian intervensi US dan mobilisasi roll slide terhadap pengurangan nyeri pada nyeri yang timbul karena disfungsi TMJ, dalam hal ini digunakan uji Wilcoxon untuk menguji hipotesis II pada kelompok perlakuan II dengan pemberian intervensi US dan mobilisasi roll slide terhadap pengurangan nyeri pada nyeri yang timbul karena disfungsi TMJ. Tabel 8 Nilai pengurangan nyeri dengan skala VAS sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan II Kelompok perlakuan II Sebelum intervensi Sesudah intervensi Penurunan nyeri 81 30 51 77 26 51 82 28 54 70 20 50 75 28 47 77 25 52 76 29 47 59 15 44 50 12 38 82 28 54 72,9 24,1 48,8 10,567 6,280 4,287 Sumber: Hasil Pengolahan Data Pada tabel 8 sebelum intervensi didapat nilai mean sebesar 72,9 dan SD sebesar 10,567 serta sesudah intervensi didapatkan nilai mean sebesar 24,1 dan SD sebesar 6,280. Selisih nilai mean dan SD sebelum serta sesudah intervensi menunjukkan adanya penu- runan nyeri yaitu didapatkan mean sebesar 48,8 dan SD sebesar 4,287 maka berdasarkan hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa nilai p = 0,005 (p<α=0,05) sehingga Ho ditolak berarti intervensi US dan mobilisasi roll slide memberi pengaruh yang sangat signifikan terhadap pengurangan nyeri pada nyeri yang timbul karena disfungsi TMJ. Uji Hipotesis III Ada perbedaan pengaruh antara pem- berian intervensi US dengan pemberian intervensi US ditambah dengan mobilisasi roll slide terhadap penurunan nyeri pada nyeri yang timbul karena disfungsi TMJ. Dalam hal ini digunakan uji Mann Whitney untuk menguji hipotesis III pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II. Tabel 9 Nilai selisih penurunan nyeri dengan skala VAS antara kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II Nilai selisih penurunan nyeri Kelompok perlakuan I Nilai selisih penurunan nyeri Kelompok perlakuan II 37 51 30 51 38 54 44 50 42 47 35 52 34 47 29 44 31 38 38 54 35,8 48,8 2,282 4,287 Sumber: Hasil Pengolahan Data Berdasarkan tabel 9 dengan jumlah sampel masing-masing kelompok sebanyak 10 orang didapatkan mean nilai selisih penurunan nyeri dengan skala VAS pada kelompok perlakuan I sebesar 35,8 dan nilai SD sebesar 2,282 sedangkan pada kelompok perlakuan II didapatkan nilai mean sebesar 48,8 dan nilai
  • 21. Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi Ultra Sonik (US) Terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus Disfungsi Discus Temporo Mandibulair Joint (TMJ) Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 54 SD sebesar 4,287. Berdasarkan uji Mann Whitney menunjukkan bahwa nilai p=0,000 (p<α=0,05) sehingga Ho ditolak yaitu ada perbedaan pengaruh yang sangat signifikan pada kelompok perlakuan I (intervensi US) dengan kelompok perlakuan II (intervensi US dan mobilisasi roll slide) terhadap penurunan nyeri pada nyeri yang timbul karena disfungsi TMJ. Kesimpulan Dari hasil pengujian di atas maka dapat disim- pulkan sebagai berikut: 1. Hipotesis I dengan menggunakan uji Wilcoxon pada kelompok perlakuan I (intervensi US) memberi pengaruh yang sangat signifikans terhadap penurunan nyeri pada nyeri yang timbul karena disfungsi TMJ. 2. Hipotesis II dengan menggunakan uji Wilcoxon pada kelompok perlakuan II (intervensi US dan mobilisasi roll slide) memberi pengaruh yang sangat signifikan terhadap penurunan nyeri pada nyeri yang timbul karena disfungsi TMJ. 3. Hipotesis III dengan menggunakan uji Mann Whitney pada kelompok perlakuan I (intervensi US) dan kelompok perlakuan II (intervensi US dan mobilisasi roll slide) didapatkan hasil ada perbedaan pengaruh yang sangat signifikan terhadap penurunan nyeri pada nyeri yang timbul karena disfungsi TMJ. Daftar Pustaka Basmajian, John V. and Charles E. Slonecker, ”Grant Metode Anatomi Berorientasi pada Klinik”, edisi kesebelas, Alih Bahasa; Dr. Surja Widjaja, dkk, Binarupa Aksara, Jakarta, 1995. Cailliet R, “Head and Face Pain Syndromes”, FA Davis Company, Philadelphia, 1992. Deusen Julia Van and Denis Brunt, “Assesment in Occupational Therapy and Physical Therapy”, W.B Saunders Company, Philadhelpia, 1997. Donatelli Robert, “Orthopedic Physical Therapy”, 1987. J. Magee, David, “Orthopedic Physical Assesment”, 1987. Kahle Warner, etal, ”Atlas Berwarna dan Teks Anatomi Manusia Sistem Lokomotor Muskuloskletal dan Topografi”, Alih Bahasa; Syamsir, MS, ipokrates, Jakarta, 1997. Low Jhon,dkk, “Electrotherapy Explained Principles and Practice”, Butter worth, Third Edition, Heinemann, 2000. M Nelson Roger, dkk, “Clinical Electrotherapy”, Appleton & Lange Norwalk Connecticut/ Low Altos, California, 1987. Nugroho D.S, ” Neurofisiologi Nyeri dari Aspek Kedokteran”, makalah Pelatihan Penatalaksanaan Fisioterapi Komprehensif pada Nyeri, Surakarta, 2001. Pearce Evelyn, ”Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis”, Alih Bahasa; Sri Yuliani Handoyo, PT Gramedia, Jakarta, 2002. Physical Therapy Principles and Methods, Fourth edition, 2006. Rothdersh Meryl, “Electrotherapy and Rehabilitation”, FA Davis Company, Philadelphia, 1992. Satyanegara, “The Theory and Therapy of Pain”, Jakarta, 1978. Sugiyono, “Statistik untuk Penelitian”, Cetakan kedua, Alfabeta Bandung, 1999. http://www.minggupagi.com http://www.PhysioSby.Com