1. MATERI : KRITIK ESAI
KD 3.6: MENGANALISIS SISTEMATIKA DAN KEBAHASAAN KRITIK DAN ESAI
TUGAS :
1. Baca teks ‘Gerr” paket halaman 193 dan “ Menimbang Ayat-Ayat Cinta” paket hal 196
2. Buat kelompok berisi 5-6 orang
3. Analisislah kedua teks tersebut dengan mengisi tabel di bawah ini
4. Untuk cara analisis, kalian amati tabel halaman 206-207
5. Hasil dikirim ke link dalam bentuk pdf/word (link menyusul)
6. Jangan lupa diberi cover dan nama kelompok
2. ANALISIS SISTEMATIKA DAN KEBAHASAAN KRITIK ESAI ‘GERR” DAN ‘MENIMBANG AYAT-AYAT CINTA’
Disusun untuk memenuhi tugas
Bahasa Indonesia
Yang dibina oleh Ibu S.Nurhayani,S.S.,S.Pd
Disusun oleh
1. Clevira Ragita N (09)
2. Devita Rehuel T (10)
3. Dita Rahma P (13)
4. Rizka Rubaya (25)
5. Rizky Febrianto (27)
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 02 BATU
Jalan Hasanudin Junrejo Telp./Fax. (0341) 465454 Email:smanduabatu@gmail.com
BATU Kode Pos 6532
3. A. TABEL ANALISIS SISTEMATIKA ‘GERR” DAN ‘MENIMBANG AYAT-AYAT CINTA’
NO SISTEMATIKA GERR MENIMBANG AYAT-AYAT CINTA’
1 Pernyataan
Pendapat
Dikerjakan oleh
rizka
Bagi saya, teater ini adalah ”teater miskin”
dalam pengertian yang berbeda dengan
rumusan Jerzy Grotowski
Karya sastra yang baik juga bisa menggambarkan hubungan
antar manusia, manusia dengan lingkungan dan manusia
dengan Tuhan. Ini karena dalam karya sastra seharusnya
terdapat ajaran moral, sosial sekaligus ketepatan dalam
pengungkapan karya sastra.
4. 2 Argumen
dikerjakan oleh
clevira dan
devita
1. Putu tak berseru, tak berpesan. Ia punya
pendekatan tersendiri kepada kata.
2. Bagi saya, teater ini adalah “teater miskin”
dalam pengertian yang berbeda dengan
rumusan Jerzy Grotowski. Bukan karena ia
hanya bercerita tentang kalangan miskin.
3. Dari sini memang kemudian berkembang
gaya Putu Wijaya : sebuah teater yang
dibangun dari dialektik antara “peristiwa” dan
“cerita”, antara kehadiran aktor dan orang-
orang yg hanya bagian komposisi panggung,
antara kata sebagai alat komunikasi dan kata
sebagai benda tersendiri.
4. Indonesia didirikan dan diatur oleh sebuah
lapisan elite yang berpandangan bahwa yang
dibangun haruslah sebuah “bangunan” ,
sebuah tata, bahkan tata yang permanen.
5. Ketika putu Wijaya memilih kata “teror”
dalam hubungan dengan karya kreatifnya, bagi
saya ia menampik pandangan seperti itu.
Pentasnya menunjukan bahwa pada tiap tata
selalu tersembunyi chaos, dan pada tiap
ucapan yang transparan selalu tersembunyi
ketidaksadaran.
6. Bagi saya teater Mandiri justru
menunjukkan bahwa si sebuah negeri di mana
tradisi dan antitradisi berbenturan (tapi juga
sering berkelindan), bukan pengertian klasik
1. Meskipun mengusung tema cinta tidak lantas membuat
novel ini membahas cinta erotis antara laki-laki dan wanita.
2. Nilai dan budaya islam sangat kenta dirasakan oleh
pembaca pada setiap bagiannya. Bahkan, hampir di tiap
paragraf kita akan menemukan pesan dan amanah.
3. Gaya penulis untuk mengungkapkan setiap pesan justru
menyadarkan kita bahwa sedikit sekali yang baru kita
ketahui tentang islam.
4. Ia dapat begitu fasih untuk menggambarkan tiap lekuk
bagian tempat yang ia jadikan latar dalam novel tersebut
ditambah dengan gambaran suasana yang mendukung
sehingga seakan-akan mengajak pembaca untuk berwisata
dan menikmati suasana mesir di Timur Tengah lewat karya
tulisannya.
5. Alur cerita juga dirangkai dengan begitu baik. Meskipun
banyak menggunakan alur maju, cerita berjalan tidak
monoton.
6. Banyak kejutan, banyak inspirasi yang kemudian bisa
hadir dalam benak pembaca. Bahkan bisa menjadi semacam
media perenungan atas berbagai masalah kehidupan.
7. Hal yang menjadi janggal jika sosok yang digambarkan
begitu sempurna sehingga sulit atau bahkan tidak ditemukan
kesalahan sedikit pun padanya.
8. Hanya saja, di sini penggambaran tidak menggunakan
bahasa-bahasa yang langsung menunjukkan kesempurnaan
tersebut sehingga tidak terlalu kentara. Ini di luar bahasa
karya sastra yang cenderung suka melebih-lebihkan
5. itu yang berlaku.
7. Namun, di sini pun Sartre salah. Ia tak
melihat, prosa dan puisi bisa bertaut dan itu
bertaut dengan hidup dalam teater Putu
Wijaya. Puisi dalam teater ini muncul ketika
keharusan berkomunikasi dipatahkan.
Sebagaimana dalam puisi, dalam sajak Charil
Anwar apalagi dalam sajak Sutardji Calzoum
Bachri, yang hadir dalam pentas Teater
Mandiri adalah imaji-imaji, bayangan dan
bunyi, bukan pesan, apalagi khotbah. Hal ini
penting, di zaman ketika komunikasi hanya
dibangun oleh pesan verbal yang itu-itu saja,
yang tak lagi akrab dengan diri, hanya hasil
kesepakatan orang lain yang kian asing.
(hiperbola).
3 Penegasan Ulang
Dikerjakan oleh
Dita dan
febrianto
Sartre kemudian menyadari ia salah. Sejak
1960-an, ia mengakui bahwa bahasa bukan alat
yang siap. Bahasa tak bisa mengungkapkan apa
yang ada di bawah sadar, tak bisa
mengartikulasikan hidup yang dijalani, le vecu.
Ia tentu belum pernah menyaksikan pentas
Teater Mandiri, tapi ia pasti melihat bahwa
pelbagai ekspresi teater dan kesustraan punya
daya “teror” ketika, seperti Teater Mandiri,
menunjukkan hal-hal yang terkomunikasikan
pembaca yang merasakan hal ini pasti akan bertanya-tanya,
adakah sosok yang memang bisa sesempurna tokoh Fahri
tersebut. Meskipun penggambaran karakter tokoh
diserahkan sepenuhnya pada diri penulis, tetapi akan lebih
baik jika karakter tokoh yang dimunculkan memang
berkarakter baik, maka paling tidak ada sisi lain yang
dimunculkan. Akan tetapi,tentu saja dengan porsi yang
lebih kecil atau bisa diminimalisirkan. Jangan sampai
karakter ini dihilangkan karena pada kenyataannya tidak
ada ssok yang sempurna, selain Rasulullah.
6. dalam hidup.
Sebab yang tak terkatakan juga bagian dari
“yang ada”. dari sanakreativitas yang sejati
bertolak.
B. TABEL ANALISIS KEBAHASAAN ‘GERR” DAN ‘MENIMBANG AYAT-AYAT CINTA’
(setiap anggota kelompok wajib memberikan minimal 1 kesimpulan ciri kebahasaan yang berbeda disertai bukti)
NO KEBAHASAAN GERR MENIMBANG AYAT-AYAT CINTA
1 Pernyataan persuasif
(kalimat yang seolah-olah
benar, bertujuan
1
7. mempengaruhi/membujuk)
2
2 Ada fakta 1. Putu Wijaya, pendiri tiang utama teater
ini melihat peran pembangunan sebagai
“terror” dengan cara yang sederhana.
(Febrianto)
2. Kata adalah materi yang punya volume
disebuah ruang, sebuah kombinasi bunyi
dan imajinasi, sesuatu fisik. (Devita)
3. Putu Wijaya tak tertarik untuk
berbicara tentang lapisan lapisan social.
Teater mandiri adalah “Teater Miskin”
karena ia, sebagaimana yang kemudian
dijadikan semboyan kreatif Putu Wijaya,
“bertolak dari yang ada.” (Dita)
4. Juga teater yang hidup dari Tarik
menarik antara patos dan humor, antara
suasana yang terbangun utuh dan
disintegrasi yang segera mengubah
keutuhan itu. (Clevira)
1. Karya sastra yang baik juga bisa menggambarkan
hubungan antar manusia, manusia dengan lingkunga dan
manusia dengan tuhan. Ini karena dalam karya sastra
seharussnya terdapat ajaran moral, social sekaligus
ketetapan dalam pengungkapan karya sastra. (Devita)
2. Nilai budaya islam sangat kental dirasakan oleh
pembaca pada setiap bagiannya. Bahkan hamper di tiap
paragraph kita akan menemukan pesan dan amanah.
(Dita)
3. Bukan hal yang aneh kemudian Ketika memang kang
Abik begitu penulis sering dipanggil, mampu untuk
menggambarkan latar yang bisa dikatakan sempurna itu.
Ia memang beberapa tahun hidup di Mesir karena
tuntutan belajar. (Febrianto)
8. 5. Satre kemudian menyadari ia salah.
Sejak 1960 an ia mengakui bahwa Bahasa
bukan alat yang siap. Bahasa tak bisa
mengungkapkan apa yang ada di bawah
sadar, tak bisa mengartikulasikan hidup
yang dijalani, le vecu. (Rizka)
3 Istilah teknis (tidak perlu
diartikan,sebutkan saja)
1. Kombinasi(Febrianto)
2. Persepsi(Dita)
3. Kognitif(Devita)
4. Semboyan(Clevira)
5. Aus(Rizka)
6. Patos(Febrianto)
7. Disintegrasi(Dita)
8. Elite(Clevira)
9. Berkelindan(Devita)
10. Chaos(Rizka)
1. Erotis(Febrianto)
2. Minimalis(Devita)
3. Roman(Dita)
4. Teenlit(Clevira)
4 Kata kerja mental (kata
kerja yang dilakukan
pikiran/perasaan, tulis
kalimatnya)
1. Bagi saya Teater Mandiri justru
menunjukkan bahwa di sebuah negari
dimana tradisi dan antitradii berbenturan
(tapi juga sering berkelindan), bukan
pengertian klasih itu yang berlaku.(Dita)
1. Ia dapat begitu fasih untuk menggambarkan tiap lekuk
bagian tempat yang ia jadikan latar dalam novel tersebut
ditambah dengan gambaran suasana yang mendukung
sehingga seakan-akan mengajak pembaca untuk berwisata
dan menikmati suasana Mesir di Timur Tengah lewat
9. 2. Sarte kemudian menyadari ia
salah.(Febrianto)
3. Sejak 1960-an, ia mengakui bahwa
bahasa bukan alat yang siap.(Clevira)
4. Ia tentu belum pernah menyaksikan
pentas Teater Mandiri,(Rizka)
5. tapi ia pasti melihat bahwa pelbagai
ekspresi teater dan kasustraan punya daya
“teror” ketika, seperti Teater Mandiri,
menunjukkan hal-hal yang tak
terkomunikasikan dalam hidup.(Devita)
karya tulisannya.
2. Pembaca yang merasakan hal ini pasti akan bertanya-
tanya, adakah sosok yang memang bisa sesempurna tokoh
Fahri tersebut.
C. KESIMPULAN (setiap anggota kelompok wajib memberikan minimal 1 simpulan)
NO Aspek yang disimpulkan GERR MENIMBANG AYAT-AYAT CINTA
1 Kategori kritik atau esai
(mana yang kritik mana
yang esai, sebutkan
alasan)
teks ini termasuk esai, karena pada teks
ini tidak terdapat ringkasan maupun
sinopsis karya melainkan lebih banyak
pendapat si penulis, menyajikan data
yang subjektif, tidak menggunakan
kajian teori apapun serta pembahasan
yang tidak menyeluruh ( Dita )
teks ini termasuk kritik, karena terdapat deskripsi tentang
karya pada teks tersebut, menyajikan data yang objektif
dan disertai data dan alasan yang logis, dan pembahasan
secara utuh menyeluruh yaitu terdapat sinopsis dan
kelebihan serta kekurangan novel tersebut. (Febrianto)
2 Hal yang dikaji (apakah
isi cerita, unsur intrinsic,
Hal yang dikaji dalam teks ini adalah
tentang teater seni
Hal yang dikaji dalam teks tersebut adalah latar dari karya
sastra tersebut. Selain itu tentang penokohan juga dibahas
10. unsur ekstrinsik,
kelemahan atau kelebihan)
dalam teks tersebut. Penulis menilai karakter fahri terlihat
janggal karena digambarkan terlalu sempurna.
3 Cara penilaian (lebih
tegas, lebih santai,
menyertakan solusi atau
tidak)
Penilaian dilakukan secara subjektif dan
banyak menggunakan pendapat pribadi
penulis
penilaian dilakukan secara objektif dan disertai data dan
alasan logis.