SlideShare a Scribd company logo
1 of 50
Materi Mata Kuliah Jurnalistik
Dosen Pengampu:
Salamet, S.Fil.I, M.Ag
STKIP PGRI SUMENEP
TAHUN AKADEMIK 2013/2014
SILABUS
Deskripsi Singkat:
Dalam mata kuliah Jurnalistik Keilmuan ini dibahas materi-materi tentang;
pengertian dan ruang lingkup jurnalistik, jenis-jenis media massa,
karakteristik bahasa jurnalistik, dan teori-teori kejurnalistikan. Selain disajikan
secara teoritis, mata kuliah ini juga disajikan secara praktikum khususnya
perihal penulisan karya ilmiah, penulisan berita dan artikel lepas, dan
penulisan features, serta bagaimana proses pembuatan jurnal/majalah dan
pengelolahannya sebagai salah satu media massa keilmuan. Pelaksanaan
kuliah dalam mata kuliah jurnalistik keilmuan diharapkan mahasiswa mampu
menguasai kejurnalistikan di bidang keilmuan (ilmiah) baik secara teoritis
maupun praktris khususnya perihal kepenulisan.
Kompetensi Umum:
Melalui mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan dan
memiliki keterampilan yang berkaitan dengan konsep dan praktek jurnalistik
keilmuan sebagai bagian dari upaya meningkatkan wider mandate para
lulusan dengan kompetensi dalam bidang tulis menulis dan pengelolaan
media massa khususnya jurnal dan majalah.
Pert. ke Pokok Bahasa
1 Rasionalitas perkuliahan
2 Pengertian dan ruang lingkup Jurnalistik
3 Jenis-jenis media massa dan media keilmuan
4 Karakteristik bahasa jurnalistik
5 Prinsip-prinsip bahasa jurnalistik
6 Dasar-dasar penulisan berita
7 Dasar-dasar penulisan artikel (opini)
8 Ulangan Tengah Semester
9 Dasar-dasar penulisan features
10 Dasar-dasar dan teknik wawancara
11 Prinsip-prinsip penulisan karya ilmiah keilmuan
12 Prinsip-prinsip pengelolaan media massa keilmuan (jurnal dan majalah)
13 Praktik menulis berita, artikel (opini), dan features
14 Praktik menulis karya ilmiah keilmuan
15 Praktik pengelolaan media massa keilmuah (jurnal dan majalah)
Lanjutan...
Materi Perkuliahan:
Lanjutan...
Evaluasi Perkuliahan :
Kehadiran dan Partisipasi : 30 %
Laporan tugas : 20 %
UTS : 20 %
UAS : 30 %
Buku Ajar (Sumber Referensi):
• Romli Asep, Dasar-dasar Jurnalistik, Batik Press, Bandung, 2000.
• AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature, Simbiosa Rekatama
Media, Bandung, 2005.
• Andreas Harsono, Jurnalisme Sastrawi, KPG, Jakarta, 2002.
• Alex Sobur, Jurnalistik, Rosda Karya, Bandung 2002.
• A Syamsul M. Romli, Jurnalistik Terapan: Pedoman Kewartawanan dan Kepenulisan, Batik
Press, Bandung, 2005.
• I Suhirman, Menjadi Jurnalis Masa Depan, Dimensi Publisher, Bandung, 2005.
• Kunjana R. Rahardi, Asyik Berbahasa Jurnalistik, Santusta, Yogyakarta, 2006.
• Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik, Nuansa, Bandung, 2004.
• Septiawan Santana, Menulis Feature, Pustaka Bani Quraisy, Bandung, 2005.
• Markus G. Suniyakto, Kiat Menulis Artikel IPTEK Populer di Media Cetak, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 1996.
PENGERTIAN JURNALISTIK
 Secara etimologi, jurnalistik berasal dari kata journ (bahasa prancis) berarti
catatan atau laporan harian.
 Dalam kamus, jurnalistik diartikan sebagai kegiatan menyiapkan, mengedit,
dan menulis untuk surat kabar, majalah, atau berkala lainnya (Assegaf,
1983:9)
 Dalam Ensiklopedi Indonesia, jurnalistik adalah bidang profesi yang
mengusahakan penyajian informasi tentang kejadian dan atau kehidupan
sehari-hari secara berkala dengan menggunakan sarana-sarana penerbitan
yang ada (Suhandang, 2004:22)
 Dalam leksikon komunikasi dirumuskan, jurnalistik adalah pekerjaan
mengumpulkan, menulis, menyunting, dan menyebarkan berita dan
karangan untuk surat kabar, majalah, dan media massa lainnya seperti
radio dan televisi (Kridalaksana, 1977:44)
 Secara sederhana jurnalistik dapat diartikan sebagai kegiatan yang
berhubungan dengan pencatatan atau pelaporan setiap hari.
Lanjutan...
Pendapat para ahli:
 F. Fraser Bond dalam An Introduction to Journalism (1961:1) menjelaskan:
jurnalistik adalah segala bentuk yang membuat berita dan ulasan
mengenai berita sampai pada kelompok pemerhati.
 Roland E. Wolseley dalam Understanding Magazines (1969:3)
menjelaskan: jurnalistik adalah pengumpulan, penulisan, penafsiran,
pemrosesan, dan penyebaran informasi umum, pendapat pemerhati,
hiburan umum secara sistematik dan dapat dipercaya untuk diterbitkan
pada surat kabar, majalah, dan disiarkan di stasiun siaran (Mappatoto,
1993:69-70).
 Adinegoro menjelaskan, jurnalistik adalah semacam kepandaian
mengarang yang pokoknya memberi pekabaran pada masyarakat dengan
selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya (Amar, 1984:30).
 Astrid S. Susanto (1986:73) menjelaskan, jurnalistik adalah kegiatan
pencatatan dan atau pelaporan serta penyebaran tentang kejasian sehari-
hari.
 Onong Uchjana menjelaskan, jurnalistik adalah sebagai teknik mengelola
berita mulai dari mendapatkan bahan sampai kepada menyebarkannya
kepada masyarakat (2003:95).
 dll
BENTUK DAN RUANG LINGKUP JURNALISTIK
Bentuk dan Pengelolaan Jurnalistik dibagi tiga bagian:
1) Jurnalistik Media Cetak (newspaper and magazine journalism)
2) Jurnalistik Media Elektronik Auditif (radio broadcast journalism)
3) Jurnalistik Media Elektronik Audiovisual (television journalism)
Ruang Lingkup Jurnalistik:
Kegiatan mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan
gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan
menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang
tersedia.
PRODUK JURNALISTIK
 Produk Jurnalistik adalah surat kabar, tabloid, majalah, buletin, atau
berkala lainnya seperti radio, televisi, dan media massa online internet.
 Surat kabar, tabloid, majalah, dan buletin dapat digolongkan pada tiga
kelompok besar; 1) berita (news), 2) opini (views), dan 3) iklan
(advertising).
 Dari ketiga kelompok besar itu hanya berita dan opini saja yang disebut
produk jurnalistik, dan iklan bukanlah produk jurnalistik.
 Kelompok berita (news) meliputi antara lain; berita langsung (straight
news), berita menyeluruh (comprehensive), merita mendalam (depth
news), pelaporan mendalam (depth reporting), berita penyelidikan
(investigative news), berita khas bercerita (feature news), berita gambar
(photo news). Sifat berita adalah objektif.
 Kelompok opini (views) meliputi; tajuk rencana, karikatur, pojok, artikel,
kolom, esai, dan surat pembaca. Sifat opini adalah subjektif.
FUNGSI UTAMA PERS
Lima fungsi utama pers yang ditemukan di setiap negara
demokrasi, yaitu:
1. Informasi (to inform)
2. Edukasi (to educate)
3. Koreksi (to influence)
4. Rekreasi (to intertain)
5. Mediasi (to mediate)
KARAKTERISTIK PERS
Kaakteristik pers terdapat lima, yaitu:
1. Periodesitas
2. Publisitas
3. Aktualitas
4. Universalitas
5. Objektivitas
TIPOLOGI PERS
Tipologi Pers dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Pers berkualitas (quality newspaper)
2. Pers populer (populer newspaper)
3. Pers kuning (yellow newspaper)
PRINSIP KERJA PERS
Pers bisa berdiri dengan sangan baik apabila
bertumpu pada tiga pilar (prinsip), yaitu:
1. Idealisme
2. Komersialisme
3. Profesionalisme
BAHASA JURNALISTIK
Karakteristik bahasa jurnalistik: singkat, padat, lugas, jelas,
jernih, menarik, demokratis, mengutamakan kalimat aktif, sejauh
mungkin menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah teknis,
dan tunduk kepada kaidah atau etika bahasa baku.
BERITA
Pengertian Berita:
 Secara sosiologis, berita adalah semua hal yang terjadi di dunia.
 Para pakar jurnalistik menjelaskan, berita adalah apa yang ditulis surat
kabar, disiarkan radio, dan ditayangkan televisi.
 Berita menampilkan fakta, tetapi tidak setiap fakta merupakan berita.
Berita biasanya berkenaan dengan orang-orang, tetapi tidak setiap orang
bisa dijadikan berita. Berita merupakan sejumlah peristiwa yang terjadi di
dunia, tetapi hanya sebagian kecil saja yang dilaporkan. Jadi, tidak ada
satu pengertian khusus tentang “berita” yang bisa diterima secara umum.
Lanjutan...
Pendapat Para Ahli:
 Paul De Massenner dalam buku Here’s The News: Unisco Associate
menjelaskan, news atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan
menarik perhatian serta minat khalayak pendengar.
 Charnley dan James M. Neal menjelaskan, berita adalah laporan tentang
suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang
penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan kepada
khalayak (Errol Jonathans dalam Mirza, 2000:68-69)
 Doug Newson dan James A. Wollert dalam Media Writing: News for the
Mass Media (1985:11) menjelaskan, berita adalah apa saja yang ingin dan
perlu diketahui orang atau lebih luas lagi oleh masyarakat.
 Dean M. Lyle Spencer dalam News Writing menjelaskan, berita adalah
suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik perhatian
sebagian besar pembaca (Assegaff, 1983:23).
 Michael V. Chamley dalam Reporting (1965) menjelaskan, berita adalah
laporan tercepat mengenai fakta dan opini yang menarik atau penting,
atau kedua-duanya, bagi sejumlah penduduk (Assegaff, 1983:24).
 Dll.
KLASIFIKASI BERITA
 Berita diklasifikasi ke dalam dua kategori: berita berat (hard news) dan
berita ringan (soft news).
 Berita berat merupakan berita yang berkenaan dengan peristiwa yang
mengguncangkan dan menyita perhatian, seperti kebakaran, gempa bumi,
kerusuhan dan lain sebagainya.
 Berita ringan merupakan berita yang berkenaan dengan peristiwa yang
lebih bertumpu pada unsur-unsur ketertarikan manusiawi, seperti pesta
pernikahan bintang film, atau seminar sehari tentang perilaku seks bebas
di kalangan remaja.
 Berdasarkan lokasi peristiwanya, berita dapat dibedakan dengan di tempat
terbuka (outdoor news) dan di tempat tertutup (indoor news). Berita
indoor biasanya berkenaan dengan sidang kabinet, seminar, pengadilan,
dan peristiwa lainnya yang di tempat tertutup.
 Berdasarkan sifatnya, berita dapat dipilah menjadi berita diduga (sudah
direncanakan) dan berita tak diduga (tidak terencana).
Lanjutan...
 Berdasarkan materi isinya, berita dapat dikelompokan sebagai berikut:
 Berita pernyataan pendapat, ide atau gagasan (talking news)
 Berita ekonomi (economic news)
 Berita keuangan (financial news)
 Berita politik (political news)
 Berita sosial kemasyarakatan (social news)
 Berita hukum dan keadilan (law and justice news)
 Berita pendidikan (education news)
 Berita olah raga (sport news)
 Berita bencana dan tragedi (tragedy and disaster news)
 Berita kriminal (crime news)
 Berita perang (war news)
 Berita ilmiah (scientifict news)
 Berita hiburan (entertainment news)
 Berita tentang aspek-aspek ketertarikan manusiawi atau minat insani
(human interest news)
JENIS-JENIS BERITA
 Berita berdasarkan jenisnya dapat dibagi pada tiga kelompok:
elementary, intermediate, dan advance.
 Berita intermediate mencakup pelaporan berita langsung
(straight news), berita mendalam (depth news report), dan
berita menyeluruh (comprehensive news report).
 Berita intermedate meliputi pelaporan berita interpretatif
(interpretative news report) dan pelaporan karangan khas
(feature story report).
 Berita advance menunjuk pada pelaporan mendalam (depth
reporting), pelaporan penyelidikan (investigative reporting),
dan penulisan tajuk rencana (editorial writing).
Lanjutan...
Penjabaran berdasarkan penjelasan Rivers (1994:6-7):
 Straight news report adalah laporan langsung mengenai suatu fakta
peristiwa. Berita jenis ini ditulis dengan unsur-unsur yang dimulai dari
what, who, when, where, why, dan how (5W + 1H).
 Depth news report merupakan laporan yang sedikit berbeda dengan
straight news report, yaitu menghimpun suatu fakta/peristiwa dengan
fakta lainnya dalam waktu yang berbeda sebagai data pendukung. Berita
jenis ini memerlukan pengalihan informasi, bukan opini reporter. Jadi,
fakta-fakta yang nyata masih tetap besar.
 Comprehensive news merupakan laporan tentang fakta yang bersifat
menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek.
 Interpretative report lebih menfokuskan suatu isu, masalah, atau
peristiwa-peristiwa kontroversial, akan tetapi tetap diseputar fakta (bukan
opini).
 Feaure story lebih menekankan pada penarikan perhatian pembaca
dengan memunculkan fakta, dan menyajikan suatu pengalaman pembaca
(reading experiences) yang lebih bergantung pada gaya (style) penulisan
dan humor daripada pentingnya informasi yang disajikan.
Lanjutan...
 Depth reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam,
tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomena atau aktual.
Berita jenis ini dalam tradisi pers sering disajikan dalam rubrik khusus,
seperti laporan utama, bahasan utama, fokus. Dalam penyajiannya
biasanya dilakukan dengan beberapa judul untuk menghindari kejenuhan
pembaca.
 Investigasi reporting berisikan hal-hal yang tidak jauh berbeda dengan
laporan interpretatif. Berita jenis ini biasanya memusatkan pada sejumlah
masalah dan kontroversi, dan pelaksanaan pencarian/pengumpulan
faktanya sering ilegal atau tidak etis.
 Editorial writing adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan sidang
pendapat umum. Editorial adalah penyajian fakta dan opini yang
menafsirkan berita-berita yang penting dan memengaruhi pendapat
umum. Jurnalis yang bergiat di berita jenis ini terkadang merasa dirinya
sebagai petugas informasi masyarakat (public information officer).
KONSEP BERITA
George Fox Mott dalam New Survey of Journalism (1958)
menjelaskan, paling tidak terdapat delapan konsep berita yang
harus diperhatikan oleh praktisi dan pengamat media massa
(Effendy, 2003:130-134), yaitu:
 Berita sebagai laporan tercepat (news as timely report),
 Berita sebagai rekaman (news as record),
 Berita sebagai fakta objektif (news as objective facts),
 Berita sebagai interpretasi (news as interpretation),
 Berita sebagai sensasi (news as sensation),
 Berita sebagai minat insani (news as human interest),
 Berita sebagai ramalan (news as prediction),
 Berita sebagai gambar (news as picture).
KRITERIA NILAI BERITA
Kriteria umum nilai berita dalam penjelasan Brian S. Brooks, George Kennedy,
Darly R. Moen, dan Don Ranly dalam News Reporting and Editing (1980:6-17)
sebagai berikut:
 Keluarbiasaan (unusualness)
 Kebaruan (newness)
 Akibat (impact)
 Aktual (timeliness)
 Kedekatan (proximity)
 Informasi (information)
 Konflik (conflict)
 Orang penting (prominence)
 Ketertarikan manusiawi (human interest)
 Kejutan (surprising)
 Seks (sex)
TEKNIK WAWANCARA
Persyaratan Wawancara Berita (Jonathan dalam Mirzan,
2000:86-88):
a. Mempunyai tujuan yang jelas
b. Efisien
c. Menyenangkan
d. Mengandalkan persiapan dan riset awal
e. Melibatkan kepentingan khalayak
f. Menimbulkan spontanitas
g. Pewawancara berfungsi sebagai pengendali, dan
h. Mampu mengembangkan logika.
Lanjutan...
Jenis-jenis wawancara berita berdasarkan bentuknya (Flyod G.
Arpan dalam Toward Better Communications yang dikutik
Mappatoto, 199, 21-22):
a. Wawancara sosok pribadi (personal interview)
b. Wawancara berita (news-page interview)
c. Wawancara jalanan (man in the street interview)
d. Wawancara sambil lalu (casual interview)
e. Wawancara telepon (telephone interview)
f. Wawancara tertulis (written interview), dan
g. Wawancara kelompok (discussion interview)
Lanjutan...
Hal yang harus diperhatikan selama wawancara (Patmono,
1996:41-48):
a. Menjaga suasana
b. Bersikap wajar
c. Memelihara situasi
d. Tangkas dalam menarik kesimpulan
e. Menjaga pokok persoalan
f. Bersikap kritis, dan
g. Senantiasa menjaga sopan santun.
Lanjutan...
Berdasarkan pokok persoalan (subject matter) dan tipe orang yang
diwawancarai terdapat dua pola wawancara (Bruce D. Itule dikuti
Muhtadi, 1999:217-218):
1) Funnel interview, yaitu pola wawancara yang disusun seperti
bentuk corong atau cerobong (funnel). Funnel interview
merupakan pola yang paling banyak digunakan, dan yang paling
rileks dirasakan baik oleh nara sumber maupun oleh reporter
sendiri. Sebab, pertanyaan-pertanyaan yang berat dan serius
sedapat mungkin dikemas dan diubah menjadi sebaliknya.
2) Interved funnel interview, yaitu pola wawancara yang disusun
seperti cerobong terbalik. Dalam pola ini reporter langsung
menanyakan masalah-masalah pokok tanpa harus memulainya
dengan pertanyaan-pertanyaan umum dan ringan.
Lanjutan...
Jenis-jenis pertanyaan dalam wawancara berita (Semi, 1995:43-
48) sebagai brikut:
Pertanyaan terbuka
Pertanyaan hipotetik terbuka
Pertanyaan langsung
Pertanyaan tertutup
Pertanyaan beban
Pertanyaan terpimpin, dan
Pertanyaan orang ketiga
TEKNIK PENULISAN BERITA
 Teknik penulisan berita secara universal dapat dibedakan,
sesuai dengan prinsip pelaporan (to report), menjadi dua
pola, yaitu: pola penulisan piramida terbalik (inverted
pyramid) dan pola penulisan dengan rumus 5W+1H.
 Berita disajikan dengan pola piramida terbalik karena tiga
asumsi, yaitu; memudahkan khalayak pembaca dan
pendengar, memudahkan reporter dan editor dalam
memotong bagian-bagian yang dianggap kurang atau tidak
penting ketika dihadapkan kepada kendala teknis, dan
memudahkan para jurnalis dalam menyusun pesan berita
melalui rumus baku.
 Berita ditulis dengan rumus 5W+1H agar berita itu lengkap,
akurat, dan sekaligus memenuhi standar teknis jurnalistik.
Lanjutan...
Penulisan piramida terbalik:
Head Line/Judul Berita
DATE LINE
Titimangsa
LEAD
Teras Berita
BRIDGE
Perangkai
BODY
Tubuh Berita
LEG
Kaki Berita
sangat
penting
penting
cukup
penting
kurang
penting
SYARAT JUDUL BERITA
 Judul adalah identitas. Tanpa judul, tulisan sehebat apapun
tidak ada artinya.
 Judul berita yang baik harus memenuhi tujuh syarat, yaitu: 1)
provokatif, 2) singkat-padat, 3) relevan, 4) fungsional, 5)
formal, 6) representatif, dan 7) menggunakan bahasa baku
(Sumardiria, 2004:62-69).
PENGERTIAN FEATURE
 Secara sederhana, feature adalah cerita atau karangan khas
yang berpijak pada fakta dan data yang diperoleh melalui
proses jurnalistik.
 Penulisan feature tidak tunduk pada kaidah pola piramida
terbalik dengan rumus 5W+1H atau cara penyusunan pesan
secara deduktif. Akan tetapi, feature tetap harus mengandung
unsur 5W+1H.
 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan, feature
adalah karangan yang melukiskan suatu pernyataan dengan
lebih terinci sehingga apa yang dilaporkan hidup dan
tergambar dalam imajinasi pembaca (Balai Pustaka,
1990:350).
KARAKTERISTIK FEATURE DAN BERITA
NO BERITA FEATURE KETERANGAN
1 Ditulis dengan menggunakan
teknik melaporkan (to report)
suatu peristiwa secara faktual
Ditulis dengan teknik
mengisahkan (to story) suatu
situasi, peristiwa, atau
keadaan secara faktual
Berita ditulis dengan gaya laporan
yang sifatnya kaku, tegak lurus,
ringkas, dan tegas. Feature ditulis
dengan gaya menulis cerita pendek
(cerpen) yang sifatnya lentur, hidup,
dan memikat
2 Berisi laporan peristiwa yang
sifatnya aktual, faktual,
objektif, benar, dan akurat.
Berisi tentang suatu situasi,
keadaan, atau aspek
kehidupan yang sifatnya
faktual, objektif, benar, dan
akurat.
Laporan fakta atau peristiwa pada
berita bersifat tembak langsung (to
the point). Cerita faktual pada
feature menggunakan alur dan
pemantik.
3 Hasil karya liputan jurnalistik
melalui proses proyeksi,
observasi, investigasi,
komunikasi dan konfirmasi
dengan pihak nara sumber.
Hasil karya liputan jurnalistik
melalui proses proyeksi,
observasi, investigasi,
komunikasi dan konfirmasi
dengan pihak nara sumber.
Liputan jurnalistik untuk berita
sering dilakukan secara tiba-tiba,
tak terduga, tanpa rancangan, dan
singkat. Liputan jurnalistik untuk
feature lebih banyak direncanakan
sebelumnya, dan butuh waktu
cukup lama.
Lanjutan...
NO BERITA FEATURE KETERANGAN
4 Bertujuan hanya untuk
memberi tahu atau
menyampaikan informasi
kepada khalayak (informatif)
Bertujuan untuk memberi tahu
atau menyampaikan informasi
tetapi sekaligus juga
menghibur khalayak
(informatif dan rekreatif)
Laporan berita hanya menyentuh
wilayah kognitif khalayak
pembaca, pendengar, atau
pemirsa. Cerita feature tak hanya
menyentuh kognitif tetapi juga
efektif khalayak.
5 Rangkaian fakta atau
informasi disajikan secara
resmi dan formal
Rangkaian fakta atau informasi
disajikan secara tidak resmi
dan informal.
Laporan berita hanya memaparkan
peristiwa secara singkat dan lugas.
Cerita feature melukiskan
peristiwa secara naratif memikat.
6 Sangat terikat kepada
aktualitas. Berita adalah
laporan tercepat peristiwa
faktual terkini. Cepat tetapi
mudah basi (out of date)
Tidak terikat kepada aktualitas.
Cerita feature bisa
dipersiapkan, diliput, ditulis,
dan disajikan kapan saja sesuai
dengan kebutuhan. Tahan
lama.
Hanya feature news yang
peliputan dan penyajiannya sangat
terikat kepada aktualitas.
Pemuatan atau penyajian feature
news (soft news) biasanya
digandengkan dengan straight
news (hard news)
7 Nama lengkap wartawan
atau reporter peliput
biasanya tidak dicantumkan.
Cukup dengan nama inisial
(singkatan atau akronim)
Nama lengkap wartawan atau
reporter penulis cerita feature
biasanya dicantumkan
lengkap.
Pada berita, nama lengkap
reporter tidak diantumkan dengan
pertimbangan teknis jurnalistik
dan alasan politis keamanan.
Lanjutan...
NO BERITA FEATURE KETERANGAN
8 Beiita mencerminkan karya
kolektif institusional suatu
media massa.
Cerita feature dicitrakan
sebagai cerminan karya kreatif
individual seorang reporter.
Berita tidak terdapat hak cipta.
Cerita feature terdapat hak cipta
dan dihargai atau dihormati.
9 Selalu mencantumkan baris
tanggal (date line) pada awal
teras berita (lead)
Tidak menccantumkan baris
tanggal pada awal intro cerita
atau paragraf pertama.
Sebagian media cetak, hanya
mencantumkan nama tempat
cerita feature terjadi (setting atau
lokasi peristiwa)
10 Karena disajikan dengan pola
piramida terbalik, berita
dapat dipotong pada bagian
bawah sesuai dengan
keperluan tanpa mengubah
dan mengganggu isinya.
Karena ditulis dengan teknik
mengisahkan di luar pola
piramida terbalik, setiap
bagian cerita feature sama
pentingnya satu sama lain
hingga pada bagian bawah
tidak bisa dipotong begitu saja.
Berita disusun dengan skala
prioritas dimulai dari urutan pesan
sangat penting (lead), penting
(bridge), cukup penting (body),
dan kurang penting (leg). Cerita
feature ditulis dengan urutan
pesan bagian awal-atas (intro) dan
bagian akhir-bawah (penutup
tetap sama penting.
11 Tidak menyampaikan pesan
moral tertentu, kecuali
informasi atau laporan fakta
peristiwa semata.
Selalu membawa pesan moral
tertentu, seperti nilai
kejujuran, kesetiaan, sikap
tulus, cinta kasih, kegigihan,
pengorbanan dan sebagainya.
Laporan berita hanya untuk
mengisi kepala (pengetahuan atau
dimensi kognitif) khalayak. Cerita
feature lebih banyak bersifat
menusuk dada dan hati (emosi,
perasaan, empati) kahalayak.
Lanjutan...
NO BERITA FEATURE KETERANGAN
12 Ditulis dengan menggunakan
judul yang dicetak tebal,
tegak-lurus, mengesankan
formal dan maskulin (hard
news)
Ditulis dengan menggunakan
judul yang dicetak normal
tipis, miring (italic),
mengesankan informal dan
feminim (soft news)
Hard nesw (berita) menunjuk
bacaan serius. Soft news (feature)
menunjuk bacaan ringan.
13 Disusun dengan
menggunakan pola piramida
terbalik dan rumus 5W+1H
Disusun dengan pola induktif,
kronologis, logis, topikal, atau
spesial.
Dalam karya feature wwalau tidak
tunduk pada kaidah jurnalistik,
tapi tetap mengandung unsur
5W+1H.
14 Ditulis dengan menggunakan
bahasa jurnalistik dan sangat
terikat pada kaidah
jurnalistik.
Ditulis dengan menggunakan
gaya bahasa jurnalistik sastra
dan mengadobsi penulisan
fiksi.
Feature bersifat naratif ekspresif.
Berita bersifat eksplanatif dan
produktif.
15 Setiap reporter diasumsikan
mampu meliput dan
menyusun berita sesuai
dengan kaidah pokok
jurnalistik konvensional.
Tidak setiap reporter mampu,
tertarik, dan gemar meliput,
menulis, dan menyajikan cerita
feature.
Penulisan berita bersifat teknis,
rutin, dan menekankan
keterampilan institusional.
Penulisan feature lebih banyak
menekankan jiwa seniman,
sastrawan, dan mencerminkan
kreativitas individual.
JENIS-JENIS FEATURE
Wolseley dan Cambell dalam Exploring Journalism (Assegaff,
1983:56) menjelaskan, paling tidak terdapat enam jenis feature:
1) Feature minat insani (human interest feature)
2) Feature sejarah (hystorical feature)
3) Feature biografi atau tentang riwayat perjalanan seorang
tokoh (biografical feature)
4) Feature perjalanan (travelogue feature),
5) Feature yang mengajarkan suatu keahlian atau petunjuk
praktis (how to do feature), dan
6) Feature ilmiah (scientific feature)
TEKNIK MENULIS FEATURE
Empat Ciri Utama Cerita Feature (Kurnia, 2002:45-76):
1. Penyusunan adegan
2. Dialog
3. Sudut pandang orang ketiga
4. Mencatat detail atau lengkap dari suatu peristiwa
Unsur-Unsur Pokok Cerita Feature:
1. Tema
2. Sudut pandang (point of view) atau visi pengarang
3. Plot (berbeda dengan plot cerpen, dalam feature tidak perlu
memunculkan dan menajamkan konflik).
4. Karakter
5. Gaya
6. Suasana
7. Lokasi peristiwa
MENULIS KREATIF
Kalau engkau tidak punya waktu untuk membaca,
kau tidak punya waktu (atau peralatan) untuk menulis.
Mudah saja. Membaca adalah pusat kreatif kehidupan seorang penulis.
(Stephen King)
Orang boleh pandai setinggi langit, tapi
selama tidak menulis, ia akan hilang dari sejarah.
Menulis adalah bekerja untuk keabadian
(Pramoedya Ananta Toer, Novelis)
PERIHAL MENULIS
 Pengembangan keterampilan menulis merupakan prioritas
utama dalam kegiatan pendidikan, karena menulis memiliki
peran penting dalam kehidupan akademik, sosial, dan bahkan
personal (Chapman, 2001).
 Seseorang enggan menulis karena tidak tahu untuk apa ia
menulis, merasa tidak berbakat menulis, dan merasa tidak
tahu bagaimana harus menulis. Padahal, manfaat menulis
sangat banyak, diantaranya: peningkatan kecerdasan,
pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, penumbuhan
keberanian, pendorongan kemauan dan kemampuan
mengumpulkan informasi.
PENGERTIAN MENULIS
 Menulis merupakan salah satu keterampilan yang mesti
dikuasai oleh mahasiswa.
 Takala (dalam Achmadi, 1990) menjelaskan, menulis adalah
suatu proses menyusun, mencatat, dan mengorganisasi
makna dalam tataran ganda; bersifat interaktif dan diarahkan
untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan sistem
tanda konvensional yang dapat dibaca.
 Unsur-unsur dalam kegiatan menulis adalah: 1) penulis, 2)
makna atau ide yang disampaikan, 3) tujuan (suatu yang
diinginkan penulis terhadap gagasan yang disampaikan
kepada pembaca), dan 6) adanya interaksi antara penulis dan
pembaca lewat tulisan.
PRASYARAT MENULIS
 Keterampilan yang diperlukan untuk menyusun sebuah karangan yang baik
meliputi: 1) keteampilan gramatikal (kemampuan menyusun kalimat yang
benar), 2) penuangan isi, 3) keterampilan stilistik (kemampuan
menggunakan kalimat dan bahasa secara efektif, 4) keterampilan mekanis
(kemampuan menggunakan secara tepat ejaan dan tata bahasa), 5)
keterampilan memutuskan (kemampuan menulis dengan cara yang tepat
untuk tujuan dan pembaca khusus, bersama dengan kemampuan memilih,
mengorganisasikan, dan menyampaikan informasi yang releval.
 Karena menulis sebagai keterampilan kognitif yang kompleks, seorang
penulis harus mampu memanfaatkan situasi sebagai berikut: 1) tujuan
penulis, 2) pembaca, 3) kesempatan (keadaan-keadaan yang melibatkan
berlangsungnya suatu kejadian, waktu, tempat, dan situasi).
 Karakteristi pembaca hendaknya dipahami oleh penulis, sebagai berikut:
1) usia, 2) jenis kelamin, 3) tempat tinggal, 4) latar belakang pendidikan, 5)
minat budaya, minat-minat sosial, 7) kegemaran pembaca, dan
sebagainya.
Lanjutan...
 Pendapat Hairston (1986), hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan
penulis berkenaan dengan pembaca atau calon pembaca adalah: 1)
mendeskripsikan pembaca (tingkat pendidikan, ekonomi, jenis kelamin,
dan usia), 2) menganalisis hal-hal penting pada diri pembaca
(penghargaan yang mereka miliki atas persoalan yang dibicarakan/ditulis
dan kesibukan pembaca), 3) mengestimasi pengetahuan yang telah
mereka miliki tentang topik tulisan (seberapa banyak latar pengetahuan
mereka, seberapa banyak penulis harus memberikan penjelasan, dan
dapat tidaknya menggunakan istilah khusus), 4) menganalisis sikap yang
akan dimiliki pembaca pada topik (perasaan mereka tentang pokok
permasalahan dan kemauan mereka untuk mempelajarinya), 5)
mengetahui alasan pembaca (harapan pembaca untuk memperoleh
sesuatu), dan 6) mengetahuan pertanyaan atau persoalan yang ingin
dijawab oleh pembaca.
 Beberapa praysarat bagi penulis (Keraf, 1998) sebagai berikut: 1)
kemampuan berbahasa, 2) kemampuan penalaran, dan 3) kemampuan
mengenai dasar-dasar retorika.
TAHAPAN MENULIS
Tahapan dalam kegiatan menulis sebagai berikut:
1) Perencanaan (planning) atau persiapan (prewriting)
2) Penulisan buram (drafting) atau penulisan (composing), dan
3) Perbaikan (revising) atau revisi (revision)
(Mc. Crimmon, 1986, dan Hairston, 1986)
MEMAHAMI KESALAHAN BERBAHASA
 Pengertian Kesalahan Berbahasa
Kesalahan berbahasa adalah terjadinya penyimpangan kaidah dalam
tindak berbahasa, baik secara lisan maupun tertulis.
 Jenis-Jenis Kesalahan Berbahasa:
1) Taksonomi (kafisikasi) kategori linguistik (linguistic category),
2) Taksonomi siasat permukaan (survase taxonomy),
3) Taksonomi komparatif (comparative taxonomy), dan
4) Taksonomi efek komunikasi (communicative effect taxonomy).
(Duley, Burt, dan Krashen, 1982)
Lanjutan...
 Kesalahan dalam berbahasa:
1) Penggunaan ejaan
Contoh:
B. Rumusan Masalah. (seharusnya tidak titik setelah sub judul)
Hindari unsur K.K.N! (seharusnya tidak titik setelah huruf kapital yang
berturut-turut)
Namun demikian dari pihak sekolah yang bekerjasama dengan
masyarakat dan .... (seharusnya koma setelah kalimat “namun demikian”)
2) Pemilihan kata
Contoh:
Diharapkan sekolah dapat mampu melaksanakan...
...yakni seperti gudang rusak
3) Penggunaan kalimat
Contoh:
Kritik dan saran pada pembaca untuk kesempurnaan buku ini
Dan mahasiswa yang berhasil adalah mereka yang memiliki kemampuan
menulis
MENULIS SEBAGAI PROSES
Pendekatan Latihan Menulis (Proett dan Gill, 1986, 1986):
a) Pendekatan frekuensi, banyak latihan mengarang sekalipun
tidak dikoreksi (seperti buku harian atau surat), akan
membantu meningkatkan menulis seseorang.
b) Pendekatan gramatikal, kemampuan pengetahuan tentang
struktur bahasa akan mempercepat kemahiran dalam menulis.
c) Pendekatan koreksi, banyak koreksi atau masukan yang
diperoleh atas tulisannya akan membangkitkan semangat
menjadi penulis.
d) Pendekatan formal, keterampilan menulis akan diperoleh bila
pengetahuan bahasa, pengalineaan, pewacanaan, serta
konversi atau aturan penulisan dikuasai dengan baik.
PENALARAN DALAM MENULIS
Pengertian Penalaran
 Penalaran (reasoning) adalah suatu proses berfikir dengan
menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau reviden,
ataupun suatu yang dianggap bahan bukti, menuju pada suatu
kesimpulan (Keraf, 1982; Moeliono, 1989).
 Penalaran dapat dikatakan proses berfikir yang sistematik dan
logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan (pengetahuan atau
keyakinan).
 Penalaran dapat dilakukan dengan cara induktif dan deduktif.
 Penalaran induktif adalah suatu proses berfikir yang bertolek
dari hal-hal khusus menuju sesuatu yang umum.
 Penalaran deduktif adalah suatu proses berfikir yang bertolak
dari sesuatu yang umum menuju yang khusus.
Lanjutan...
Jenis-Jenis Penalaran
 Penalaran induktif. Penalaran ini dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu;
generalisasi, analogi, dan hubungan kausal (sebab akibat).
 Generalisasi atau perampatan adalah proses penalaran yang bertolak dari
sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik kesimpulan
mengenai semua/sebagian dari gejala atau peristiwa itu.
 Analogi induktif atau analogi logis adalah suatu proses penalaran yang
bertolak dari dua peristiwa atau gejala khusus yang satu sama lain
memiliki kesamaan untuk menarik sebuah kesimpulan.
 Penalaran kausal (sebab akibat) didasarkan pada hukum kausalitas.
Hukum kausalitas menyatakan, semua peristiwa yang terjadi di dunia ini
terjalin dalam rangkaian sebab akibat. Corak penalaran kausalitas dapat
terwujud dalam pola sebab ke akibat, akibat ke sebab, dan akibat ke
akibat.
 Penalaran deduktif kebalikan dari penalaran induktif, yaitu bersifat
spesifikasi (pengkhususan). Dalam penalaran ini diperlukan
mengumpulkan bahan atau fakta secara memadai sebelum pada suatu
kesimpulan.
Lanjutan...
Kesalahan Nalar
 Kesalahan nalar (reasoning atau logical fally) adalah kekeliruan dalam proses
berfikir karena keliru menafsirkan atau menarik kesimpulan. Kekeliruan nalar
dapat terjadi karena faktor emosional, kecerobohan, atau ketidaktahuan.
Macam-Macam Kesalahan Nalar
 Generalisasi yang terlalu luas. Hal ini terjadi karena kurangnya data, sikap
“menggampangkan”, malas mengumpulkan dan menguji data secara memadai,
atau ingin segera meyakinkan orang lain dengan bahan yang terbatas.
 Kerancuan analogi. Hal ini disebabkan penggunaan analogi yang tidak tepat,
atau perbandingan dua hal yang tidak memiliki kesamaan esensial.
 Kekeliruan kausalitas (sebab akibat). Hal ini disebabkan seseorang keliru
menentukan sebab atau akibat dari suatu peristiwa.
 Kesalahan relevansi. Hal ini terjadi jika bukti, peristiwa, atau alasan yang
diajukan tidak berhubungan atau tidak menunjang sebuah kesimpulan.
 Penyandaran terhadap prestise seseorang. Hal ini disebabkan salah mengutik
pendapat orang yang ternyata tidak ada kaitannya dengan persoalan yang
sedang dikaji.
Trik dan Tips dalam hal Menulis

More Related Content

Similar to JURNALISTIK ILMIAH

Jurnalistik, Komunikasi, dan Pers ppt
Jurnalistik, Komunikasi, dan Pers pptJurnalistik, Komunikasi, dan Pers ppt
Jurnalistik, Komunikasi, dan Pers pptJaya Purnama
 
PENULISAN NASKAH BERITA RADIO FEATURE & DOKUMENTER - Berita Berkala
PENULISAN NASKAH BERITA RADIO FEATURE & DOKUMENTER - Berita BerkalaPENULISAN NASKAH BERITA RADIO FEATURE & DOKUMENTER - Berita Berkala
PENULISAN NASKAH BERITA RADIO FEATURE & DOKUMENTER - Berita BerkalaDiana Amelia Bagti
 
Dasar dasar jurnalistik
Dasar dasar jurnalistikDasar dasar jurnalistik
Dasar dasar jurnalistikikramn yusna
 
Dasar dasar jurnalistik
Dasar dasar jurnalistikDasar dasar jurnalistik
Dasar dasar jurnalistikikramn yusna
 
Jurnalisme, pers dan berita
Jurnalisme, pers dan beritaJurnalisme, pers dan berita
Jurnalisme, pers dan beritaujungtinta
 
KONSEP_JURNALISME.ppt
KONSEP_JURNALISME.pptKONSEP_JURNALISME.ppt
KONSEP_JURNALISME.pptssusercf9fa9
 
KONSEP_JURNALISME.ppt
KONSEP_JURNALISME.pptKONSEP_JURNALISME.ppt
KONSEP_JURNALISME.pptJulius100794
 
Hakekat Jurnalistik
Hakekat JurnalistikHakekat Jurnalistik
Hakekat Jurnalistikmikikihg
 
Syarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetakSyarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetakSyarifudin Amq
 
Syarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetakSyarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetakSyarifudin Amq
 

Similar to JURNALISTIK ILMIAH (20)

Jurnalistik, Komunikasi, dan Pers ppt
Jurnalistik, Komunikasi, dan Pers pptJurnalistik, Komunikasi, dan Pers ppt
Jurnalistik, Komunikasi, dan Pers ppt
 
John Parlyn Halomoan Sinaga
John Parlyn Halomoan SinagaJohn Parlyn Halomoan Sinaga
John Parlyn Halomoan Sinaga
 
PENULISAN NASKAH BERITA RADIO FEATURE & DOKUMENTER - Berita Berkala
PENULISAN NASKAH BERITA RADIO FEATURE & DOKUMENTER - Berita BerkalaPENULISAN NASKAH BERITA RADIO FEATURE & DOKUMENTER - Berita Berkala
PENULISAN NASKAH BERITA RADIO FEATURE & DOKUMENTER - Berita Berkala
 
Teknik penulisan berita oleh Indiwan seto wahyu wibowo
Teknik penulisan berita oleh Indiwan seto wahyu wibowoTeknik penulisan berita oleh Indiwan seto wahyu wibowo
Teknik penulisan berita oleh Indiwan seto wahyu wibowo
 
Dasar dasar jurnalistik
Dasar dasar jurnalistikDasar dasar jurnalistik
Dasar dasar jurnalistik
 
Dasar dasar jurnalistik
Dasar dasar jurnalistikDasar dasar jurnalistik
Dasar dasar jurnalistik
 
Jurnalisme, pers dan berita
Jurnalisme, pers dan beritaJurnalisme, pers dan berita
Jurnalisme, pers dan berita
 
KONSEP_JURNALISME.ppt
KONSEP_JURNALISME.pptKONSEP_JURNALISME.ppt
KONSEP_JURNALISME.ppt
 
KONSEP_JURNALISME.ppt
KONSEP_JURNALISME.pptKONSEP_JURNALISME.ppt
KONSEP_JURNALISME.ppt
 
Hakekat Jurnalistik
Hakekat JurnalistikHakekat Jurnalistik
Hakekat Jurnalistik
 
Syarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetakSyarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetak
 
Jurnalistik
JurnalistikJurnalistik
Jurnalistik
 
Makalah media masa
Makalah media masaMakalah media masa
Makalah media masa
 
Mengapa penting belajar Jurnalistik?
Mengapa penting belajar Jurnalistik?Mengapa penting belajar Jurnalistik?
Mengapa penting belajar Jurnalistik?
 
Pelatihan jurnalistik kejakgung
Pelatihan  jurnalistik kejakgungPelatihan  jurnalistik kejakgung
Pelatihan jurnalistik kejakgung
 
Pelatihan Jurnalistik
Pelatihan JurnalistikPelatihan Jurnalistik
Pelatihan Jurnalistik
 
Jurnalistik media cetak
Jurnalistik media cetakJurnalistik media cetak
Jurnalistik media cetak
 
Dasar dasar jurnalistik
Dasar dasar jurnalistikDasar dasar jurnalistik
Dasar dasar jurnalistik
 
Pendidikan jurnalisme aswaja
Pendidikan jurnalisme aswajaPendidikan jurnalisme aswaja
Pendidikan jurnalisme aswaja
 
Syarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetakSyarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetak
 

Recently uploaded

HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 

JURNALISTIK ILMIAH

  • 1. Materi Mata Kuliah Jurnalistik Dosen Pengampu: Salamet, S.Fil.I, M.Ag STKIP PGRI SUMENEP TAHUN AKADEMIK 2013/2014
  • 2. SILABUS Deskripsi Singkat: Dalam mata kuliah Jurnalistik Keilmuan ini dibahas materi-materi tentang; pengertian dan ruang lingkup jurnalistik, jenis-jenis media massa, karakteristik bahasa jurnalistik, dan teori-teori kejurnalistikan. Selain disajikan secara teoritis, mata kuliah ini juga disajikan secara praktikum khususnya perihal penulisan karya ilmiah, penulisan berita dan artikel lepas, dan penulisan features, serta bagaimana proses pembuatan jurnal/majalah dan pengelolahannya sebagai salah satu media massa keilmuan. Pelaksanaan kuliah dalam mata kuliah jurnalistik keilmuan diharapkan mahasiswa mampu menguasai kejurnalistikan di bidang keilmuan (ilmiah) baik secara teoritis maupun praktris khususnya perihal kepenulisan. Kompetensi Umum: Melalui mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan dan memiliki keterampilan yang berkaitan dengan konsep dan praktek jurnalistik keilmuan sebagai bagian dari upaya meningkatkan wider mandate para lulusan dengan kompetensi dalam bidang tulis menulis dan pengelolaan media massa khususnya jurnal dan majalah.
  • 3. Pert. ke Pokok Bahasa 1 Rasionalitas perkuliahan 2 Pengertian dan ruang lingkup Jurnalistik 3 Jenis-jenis media massa dan media keilmuan 4 Karakteristik bahasa jurnalistik 5 Prinsip-prinsip bahasa jurnalistik 6 Dasar-dasar penulisan berita 7 Dasar-dasar penulisan artikel (opini) 8 Ulangan Tengah Semester 9 Dasar-dasar penulisan features 10 Dasar-dasar dan teknik wawancara 11 Prinsip-prinsip penulisan karya ilmiah keilmuan 12 Prinsip-prinsip pengelolaan media massa keilmuan (jurnal dan majalah) 13 Praktik menulis berita, artikel (opini), dan features 14 Praktik menulis karya ilmiah keilmuan 15 Praktik pengelolaan media massa keilmuah (jurnal dan majalah) Lanjutan... Materi Perkuliahan:
  • 4. Lanjutan... Evaluasi Perkuliahan : Kehadiran dan Partisipasi : 30 % Laporan tugas : 20 % UTS : 20 % UAS : 30 % Buku Ajar (Sumber Referensi): • Romli Asep, Dasar-dasar Jurnalistik, Batik Press, Bandung, 2000. • AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2005. • Andreas Harsono, Jurnalisme Sastrawi, KPG, Jakarta, 2002. • Alex Sobur, Jurnalistik, Rosda Karya, Bandung 2002. • A Syamsul M. Romli, Jurnalistik Terapan: Pedoman Kewartawanan dan Kepenulisan, Batik Press, Bandung, 2005. • I Suhirman, Menjadi Jurnalis Masa Depan, Dimensi Publisher, Bandung, 2005. • Kunjana R. Rahardi, Asyik Berbahasa Jurnalistik, Santusta, Yogyakarta, 2006. • Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik, Nuansa, Bandung, 2004. • Septiawan Santana, Menulis Feature, Pustaka Bani Quraisy, Bandung, 2005. • Markus G. Suniyakto, Kiat Menulis Artikel IPTEK Populer di Media Cetak, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1996.
  • 5. PENGERTIAN JURNALISTIK  Secara etimologi, jurnalistik berasal dari kata journ (bahasa prancis) berarti catatan atau laporan harian.  Dalam kamus, jurnalistik diartikan sebagai kegiatan menyiapkan, mengedit, dan menulis untuk surat kabar, majalah, atau berkala lainnya (Assegaf, 1983:9)  Dalam Ensiklopedi Indonesia, jurnalistik adalah bidang profesi yang mengusahakan penyajian informasi tentang kejadian dan atau kehidupan sehari-hari secara berkala dengan menggunakan sarana-sarana penerbitan yang ada (Suhandang, 2004:22)  Dalam leksikon komunikasi dirumuskan, jurnalistik adalah pekerjaan mengumpulkan, menulis, menyunting, dan menyebarkan berita dan karangan untuk surat kabar, majalah, dan media massa lainnya seperti radio dan televisi (Kridalaksana, 1977:44)  Secara sederhana jurnalistik dapat diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaporan setiap hari.
  • 6. Lanjutan... Pendapat para ahli:  F. Fraser Bond dalam An Introduction to Journalism (1961:1) menjelaskan: jurnalistik adalah segala bentuk yang membuat berita dan ulasan mengenai berita sampai pada kelompok pemerhati.  Roland E. Wolseley dalam Understanding Magazines (1969:3) menjelaskan: jurnalistik adalah pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemrosesan, dan penyebaran informasi umum, pendapat pemerhati, hiburan umum secara sistematik dan dapat dipercaya untuk diterbitkan pada surat kabar, majalah, dan disiarkan di stasiun siaran (Mappatoto, 1993:69-70).  Adinegoro menjelaskan, jurnalistik adalah semacam kepandaian mengarang yang pokoknya memberi pekabaran pada masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya (Amar, 1984:30).  Astrid S. Susanto (1986:73) menjelaskan, jurnalistik adalah kegiatan pencatatan dan atau pelaporan serta penyebaran tentang kejasian sehari- hari.  Onong Uchjana menjelaskan, jurnalistik adalah sebagai teknik mengelola berita mulai dari mendapatkan bahan sampai kepada menyebarkannya kepada masyarakat (2003:95).  dll
  • 7. BENTUK DAN RUANG LINGKUP JURNALISTIK Bentuk dan Pengelolaan Jurnalistik dibagi tiga bagian: 1) Jurnalistik Media Cetak (newspaper and magazine journalism) 2) Jurnalistik Media Elektronik Auditif (radio broadcast journalism) 3) Jurnalistik Media Elektronik Audiovisual (television journalism) Ruang Lingkup Jurnalistik: Kegiatan mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.
  • 8. PRODUK JURNALISTIK  Produk Jurnalistik adalah surat kabar, tabloid, majalah, buletin, atau berkala lainnya seperti radio, televisi, dan media massa online internet.  Surat kabar, tabloid, majalah, dan buletin dapat digolongkan pada tiga kelompok besar; 1) berita (news), 2) opini (views), dan 3) iklan (advertising).  Dari ketiga kelompok besar itu hanya berita dan opini saja yang disebut produk jurnalistik, dan iklan bukanlah produk jurnalistik.  Kelompok berita (news) meliputi antara lain; berita langsung (straight news), berita menyeluruh (comprehensive), merita mendalam (depth news), pelaporan mendalam (depth reporting), berita penyelidikan (investigative news), berita khas bercerita (feature news), berita gambar (photo news). Sifat berita adalah objektif.  Kelompok opini (views) meliputi; tajuk rencana, karikatur, pojok, artikel, kolom, esai, dan surat pembaca. Sifat opini adalah subjektif.
  • 9. FUNGSI UTAMA PERS Lima fungsi utama pers yang ditemukan di setiap negara demokrasi, yaitu: 1. Informasi (to inform) 2. Edukasi (to educate) 3. Koreksi (to influence) 4. Rekreasi (to intertain) 5. Mediasi (to mediate)
  • 10. KARAKTERISTIK PERS Kaakteristik pers terdapat lima, yaitu: 1. Periodesitas 2. Publisitas 3. Aktualitas 4. Universalitas 5. Objektivitas
  • 11. TIPOLOGI PERS Tipologi Pers dapat disebutkan sebagai berikut: 1. Pers berkualitas (quality newspaper) 2. Pers populer (populer newspaper) 3. Pers kuning (yellow newspaper)
  • 12. PRINSIP KERJA PERS Pers bisa berdiri dengan sangan baik apabila bertumpu pada tiga pilar (prinsip), yaitu: 1. Idealisme 2. Komersialisme 3. Profesionalisme
  • 13. BAHASA JURNALISTIK Karakteristik bahasa jurnalistik: singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik, demokratis, mengutamakan kalimat aktif, sejauh mungkin menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah teknis, dan tunduk kepada kaidah atau etika bahasa baku.
  • 14. BERITA Pengertian Berita:  Secara sosiologis, berita adalah semua hal yang terjadi di dunia.  Para pakar jurnalistik menjelaskan, berita adalah apa yang ditulis surat kabar, disiarkan radio, dan ditayangkan televisi.  Berita menampilkan fakta, tetapi tidak setiap fakta merupakan berita. Berita biasanya berkenaan dengan orang-orang, tetapi tidak setiap orang bisa dijadikan berita. Berita merupakan sejumlah peristiwa yang terjadi di dunia, tetapi hanya sebagian kecil saja yang dilaporkan. Jadi, tidak ada satu pengertian khusus tentang “berita” yang bisa diterima secara umum.
  • 15. Lanjutan... Pendapat Para Ahli:  Paul De Massenner dalam buku Here’s The News: Unisco Associate menjelaskan, news atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar.  Charnley dan James M. Neal menjelaskan, berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan kepada khalayak (Errol Jonathans dalam Mirza, 2000:68-69)  Doug Newson dan James A. Wollert dalam Media Writing: News for the Mass Media (1985:11) menjelaskan, berita adalah apa saja yang ingin dan perlu diketahui orang atau lebih luas lagi oleh masyarakat.  Dean M. Lyle Spencer dalam News Writing menjelaskan, berita adalah suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik perhatian sebagian besar pembaca (Assegaff, 1983:23).  Michael V. Chamley dalam Reporting (1965) menjelaskan, berita adalah laporan tercepat mengenai fakta dan opini yang menarik atau penting, atau kedua-duanya, bagi sejumlah penduduk (Assegaff, 1983:24).  Dll.
  • 16. KLASIFIKASI BERITA  Berita diklasifikasi ke dalam dua kategori: berita berat (hard news) dan berita ringan (soft news).  Berita berat merupakan berita yang berkenaan dengan peristiwa yang mengguncangkan dan menyita perhatian, seperti kebakaran, gempa bumi, kerusuhan dan lain sebagainya.  Berita ringan merupakan berita yang berkenaan dengan peristiwa yang lebih bertumpu pada unsur-unsur ketertarikan manusiawi, seperti pesta pernikahan bintang film, atau seminar sehari tentang perilaku seks bebas di kalangan remaja.  Berdasarkan lokasi peristiwanya, berita dapat dibedakan dengan di tempat terbuka (outdoor news) dan di tempat tertutup (indoor news). Berita indoor biasanya berkenaan dengan sidang kabinet, seminar, pengadilan, dan peristiwa lainnya yang di tempat tertutup.  Berdasarkan sifatnya, berita dapat dipilah menjadi berita diduga (sudah direncanakan) dan berita tak diduga (tidak terencana).
  • 17. Lanjutan...  Berdasarkan materi isinya, berita dapat dikelompokan sebagai berikut:  Berita pernyataan pendapat, ide atau gagasan (talking news)  Berita ekonomi (economic news)  Berita keuangan (financial news)  Berita politik (political news)  Berita sosial kemasyarakatan (social news)  Berita hukum dan keadilan (law and justice news)  Berita pendidikan (education news)  Berita olah raga (sport news)  Berita bencana dan tragedi (tragedy and disaster news)  Berita kriminal (crime news)  Berita perang (war news)  Berita ilmiah (scientifict news)  Berita hiburan (entertainment news)  Berita tentang aspek-aspek ketertarikan manusiawi atau minat insani (human interest news)
  • 18. JENIS-JENIS BERITA  Berita berdasarkan jenisnya dapat dibagi pada tiga kelompok: elementary, intermediate, dan advance.  Berita intermediate mencakup pelaporan berita langsung (straight news), berita mendalam (depth news report), dan berita menyeluruh (comprehensive news report).  Berita intermedate meliputi pelaporan berita interpretatif (interpretative news report) dan pelaporan karangan khas (feature story report).  Berita advance menunjuk pada pelaporan mendalam (depth reporting), pelaporan penyelidikan (investigative reporting), dan penulisan tajuk rencana (editorial writing).
  • 19. Lanjutan... Penjabaran berdasarkan penjelasan Rivers (1994:6-7):  Straight news report adalah laporan langsung mengenai suatu fakta peristiwa. Berita jenis ini ditulis dengan unsur-unsur yang dimulai dari what, who, when, where, why, dan how (5W + 1H).  Depth news report merupakan laporan yang sedikit berbeda dengan straight news report, yaitu menghimpun suatu fakta/peristiwa dengan fakta lainnya dalam waktu yang berbeda sebagai data pendukung. Berita jenis ini memerlukan pengalihan informasi, bukan opini reporter. Jadi, fakta-fakta yang nyata masih tetap besar.  Comprehensive news merupakan laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek.  Interpretative report lebih menfokuskan suatu isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa kontroversial, akan tetapi tetap diseputar fakta (bukan opini).  Feaure story lebih menekankan pada penarikan perhatian pembaca dengan memunculkan fakta, dan menyajikan suatu pengalaman pembaca (reading experiences) yang lebih bergantung pada gaya (style) penulisan dan humor daripada pentingnya informasi yang disajikan.
  • 20. Lanjutan...  Depth reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomena atau aktual. Berita jenis ini dalam tradisi pers sering disajikan dalam rubrik khusus, seperti laporan utama, bahasan utama, fokus. Dalam penyajiannya biasanya dilakukan dengan beberapa judul untuk menghindari kejenuhan pembaca.  Investigasi reporting berisikan hal-hal yang tidak jauh berbeda dengan laporan interpretatif. Berita jenis ini biasanya memusatkan pada sejumlah masalah dan kontroversi, dan pelaksanaan pencarian/pengumpulan faktanya sering ilegal atau tidak etis.  Editorial writing adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan sidang pendapat umum. Editorial adalah penyajian fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita yang penting dan memengaruhi pendapat umum. Jurnalis yang bergiat di berita jenis ini terkadang merasa dirinya sebagai petugas informasi masyarakat (public information officer).
  • 21. KONSEP BERITA George Fox Mott dalam New Survey of Journalism (1958) menjelaskan, paling tidak terdapat delapan konsep berita yang harus diperhatikan oleh praktisi dan pengamat media massa (Effendy, 2003:130-134), yaitu:  Berita sebagai laporan tercepat (news as timely report),  Berita sebagai rekaman (news as record),  Berita sebagai fakta objektif (news as objective facts),  Berita sebagai interpretasi (news as interpretation),  Berita sebagai sensasi (news as sensation),  Berita sebagai minat insani (news as human interest),  Berita sebagai ramalan (news as prediction),  Berita sebagai gambar (news as picture).
  • 22. KRITERIA NILAI BERITA Kriteria umum nilai berita dalam penjelasan Brian S. Brooks, George Kennedy, Darly R. Moen, dan Don Ranly dalam News Reporting and Editing (1980:6-17) sebagai berikut:  Keluarbiasaan (unusualness)  Kebaruan (newness)  Akibat (impact)  Aktual (timeliness)  Kedekatan (proximity)  Informasi (information)  Konflik (conflict)  Orang penting (prominence)  Ketertarikan manusiawi (human interest)  Kejutan (surprising)  Seks (sex)
  • 23. TEKNIK WAWANCARA Persyaratan Wawancara Berita (Jonathan dalam Mirzan, 2000:86-88): a. Mempunyai tujuan yang jelas b. Efisien c. Menyenangkan d. Mengandalkan persiapan dan riset awal e. Melibatkan kepentingan khalayak f. Menimbulkan spontanitas g. Pewawancara berfungsi sebagai pengendali, dan h. Mampu mengembangkan logika.
  • 24. Lanjutan... Jenis-jenis wawancara berita berdasarkan bentuknya (Flyod G. Arpan dalam Toward Better Communications yang dikutik Mappatoto, 199, 21-22): a. Wawancara sosok pribadi (personal interview) b. Wawancara berita (news-page interview) c. Wawancara jalanan (man in the street interview) d. Wawancara sambil lalu (casual interview) e. Wawancara telepon (telephone interview) f. Wawancara tertulis (written interview), dan g. Wawancara kelompok (discussion interview)
  • 25. Lanjutan... Hal yang harus diperhatikan selama wawancara (Patmono, 1996:41-48): a. Menjaga suasana b. Bersikap wajar c. Memelihara situasi d. Tangkas dalam menarik kesimpulan e. Menjaga pokok persoalan f. Bersikap kritis, dan g. Senantiasa menjaga sopan santun.
  • 26. Lanjutan... Berdasarkan pokok persoalan (subject matter) dan tipe orang yang diwawancarai terdapat dua pola wawancara (Bruce D. Itule dikuti Muhtadi, 1999:217-218): 1) Funnel interview, yaitu pola wawancara yang disusun seperti bentuk corong atau cerobong (funnel). Funnel interview merupakan pola yang paling banyak digunakan, dan yang paling rileks dirasakan baik oleh nara sumber maupun oleh reporter sendiri. Sebab, pertanyaan-pertanyaan yang berat dan serius sedapat mungkin dikemas dan diubah menjadi sebaliknya. 2) Interved funnel interview, yaitu pola wawancara yang disusun seperti cerobong terbalik. Dalam pola ini reporter langsung menanyakan masalah-masalah pokok tanpa harus memulainya dengan pertanyaan-pertanyaan umum dan ringan.
  • 27. Lanjutan... Jenis-jenis pertanyaan dalam wawancara berita (Semi, 1995:43- 48) sebagai brikut: Pertanyaan terbuka Pertanyaan hipotetik terbuka Pertanyaan langsung Pertanyaan tertutup Pertanyaan beban Pertanyaan terpimpin, dan Pertanyaan orang ketiga
  • 28. TEKNIK PENULISAN BERITA  Teknik penulisan berita secara universal dapat dibedakan, sesuai dengan prinsip pelaporan (to report), menjadi dua pola, yaitu: pola penulisan piramida terbalik (inverted pyramid) dan pola penulisan dengan rumus 5W+1H.  Berita disajikan dengan pola piramida terbalik karena tiga asumsi, yaitu; memudahkan khalayak pembaca dan pendengar, memudahkan reporter dan editor dalam memotong bagian-bagian yang dianggap kurang atau tidak penting ketika dihadapkan kepada kendala teknis, dan memudahkan para jurnalis dalam menyusun pesan berita melalui rumus baku.  Berita ditulis dengan rumus 5W+1H agar berita itu lengkap, akurat, dan sekaligus memenuhi standar teknis jurnalistik.
  • 29. Lanjutan... Penulisan piramida terbalik: Head Line/Judul Berita DATE LINE Titimangsa LEAD Teras Berita BRIDGE Perangkai BODY Tubuh Berita LEG Kaki Berita sangat penting penting cukup penting kurang penting
  • 30. SYARAT JUDUL BERITA  Judul adalah identitas. Tanpa judul, tulisan sehebat apapun tidak ada artinya.  Judul berita yang baik harus memenuhi tujuh syarat, yaitu: 1) provokatif, 2) singkat-padat, 3) relevan, 4) fungsional, 5) formal, 6) representatif, dan 7) menggunakan bahasa baku (Sumardiria, 2004:62-69).
  • 31. PENGERTIAN FEATURE  Secara sederhana, feature adalah cerita atau karangan khas yang berpijak pada fakta dan data yang diperoleh melalui proses jurnalistik.  Penulisan feature tidak tunduk pada kaidah pola piramida terbalik dengan rumus 5W+1H atau cara penyusunan pesan secara deduktif. Akan tetapi, feature tetap harus mengandung unsur 5W+1H.  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan, feature adalah karangan yang melukiskan suatu pernyataan dengan lebih terinci sehingga apa yang dilaporkan hidup dan tergambar dalam imajinasi pembaca (Balai Pustaka, 1990:350).
  • 32. KARAKTERISTIK FEATURE DAN BERITA NO BERITA FEATURE KETERANGAN 1 Ditulis dengan menggunakan teknik melaporkan (to report) suatu peristiwa secara faktual Ditulis dengan teknik mengisahkan (to story) suatu situasi, peristiwa, atau keadaan secara faktual Berita ditulis dengan gaya laporan yang sifatnya kaku, tegak lurus, ringkas, dan tegas. Feature ditulis dengan gaya menulis cerita pendek (cerpen) yang sifatnya lentur, hidup, dan memikat 2 Berisi laporan peristiwa yang sifatnya aktual, faktual, objektif, benar, dan akurat. Berisi tentang suatu situasi, keadaan, atau aspek kehidupan yang sifatnya faktual, objektif, benar, dan akurat. Laporan fakta atau peristiwa pada berita bersifat tembak langsung (to the point). Cerita faktual pada feature menggunakan alur dan pemantik. 3 Hasil karya liputan jurnalistik melalui proses proyeksi, observasi, investigasi, komunikasi dan konfirmasi dengan pihak nara sumber. Hasil karya liputan jurnalistik melalui proses proyeksi, observasi, investigasi, komunikasi dan konfirmasi dengan pihak nara sumber. Liputan jurnalistik untuk berita sering dilakukan secara tiba-tiba, tak terduga, tanpa rancangan, dan singkat. Liputan jurnalistik untuk feature lebih banyak direncanakan sebelumnya, dan butuh waktu cukup lama.
  • 33. Lanjutan... NO BERITA FEATURE KETERANGAN 4 Bertujuan hanya untuk memberi tahu atau menyampaikan informasi kepada khalayak (informatif) Bertujuan untuk memberi tahu atau menyampaikan informasi tetapi sekaligus juga menghibur khalayak (informatif dan rekreatif) Laporan berita hanya menyentuh wilayah kognitif khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa. Cerita feature tak hanya menyentuh kognitif tetapi juga efektif khalayak. 5 Rangkaian fakta atau informasi disajikan secara resmi dan formal Rangkaian fakta atau informasi disajikan secara tidak resmi dan informal. Laporan berita hanya memaparkan peristiwa secara singkat dan lugas. Cerita feature melukiskan peristiwa secara naratif memikat. 6 Sangat terikat kepada aktualitas. Berita adalah laporan tercepat peristiwa faktual terkini. Cepat tetapi mudah basi (out of date) Tidak terikat kepada aktualitas. Cerita feature bisa dipersiapkan, diliput, ditulis, dan disajikan kapan saja sesuai dengan kebutuhan. Tahan lama. Hanya feature news yang peliputan dan penyajiannya sangat terikat kepada aktualitas. Pemuatan atau penyajian feature news (soft news) biasanya digandengkan dengan straight news (hard news) 7 Nama lengkap wartawan atau reporter peliput biasanya tidak dicantumkan. Cukup dengan nama inisial (singkatan atau akronim) Nama lengkap wartawan atau reporter penulis cerita feature biasanya dicantumkan lengkap. Pada berita, nama lengkap reporter tidak diantumkan dengan pertimbangan teknis jurnalistik dan alasan politis keamanan.
  • 34. Lanjutan... NO BERITA FEATURE KETERANGAN 8 Beiita mencerminkan karya kolektif institusional suatu media massa. Cerita feature dicitrakan sebagai cerminan karya kreatif individual seorang reporter. Berita tidak terdapat hak cipta. Cerita feature terdapat hak cipta dan dihargai atau dihormati. 9 Selalu mencantumkan baris tanggal (date line) pada awal teras berita (lead) Tidak menccantumkan baris tanggal pada awal intro cerita atau paragraf pertama. Sebagian media cetak, hanya mencantumkan nama tempat cerita feature terjadi (setting atau lokasi peristiwa) 10 Karena disajikan dengan pola piramida terbalik, berita dapat dipotong pada bagian bawah sesuai dengan keperluan tanpa mengubah dan mengganggu isinya. Karena ditulis dengan teknik mengisahkan di luar pola piramida terbalik, setiap bagian cerita feature sama pentingnya satu sama lain hingga pada bagian bawah tidak bisa dipotong begitu saja. Berita disusun dengan skala prioritas dimulai dari urutan pesan sangat penting (lead), penting (bridge), cukup penting (body), dan kurang penting (leg). Cerita feature ditulis dengan urutan pesan bagian awal-atas (intro) dan bagian akhir-bawah (penutup tetap sama penting. 11 Tidak menyampaikan pesan moral tertentu, kecuali informasi atau laporan fakta peristiwa semata. Selalu membawa pesan moral tertentu, seperti nilai kejujuran, kesetiaan, sikap tulus, cinta kasih, kegigihan, pengorbanan dan sebagainya. Laporan berita hanya untuk mengisi kepala (pengetahuan atau dimensi kognitif) khalayak. Cerita feature lebih banyak bersifat menusuk dada dan hati (emosi, perasaan, empati) kahalayak.
  • 35. Lanjutan... NO BERITA FEATURE KETERANGAN 12 Ditulis dengan menggunakan judul yang dicetak tebal, tegak-lurus, mengesankan formal dan maskulin (hard news) Ditulis dengan menggunakan judul yang dicetak normal tipis, miring (italic), mengesankan informal dan feminim (soft news) Hard nesw (berita) menunjuk bacaan serius. Soft news (feature) menunjuk bacaan ringan. 13 Disusun dengan menggunakan pola piramida terbalik dan rumus 5W+1H Disusun dengan pola induktif, kronologis, logis, topikal, atau spesial. Dalam karya feature wwalau tidak tunduk pada kaidah jurnalistik, tapi tetap mengandung unsur 5W+1H. 14 Ditulis dengan menggunakan bahasa jurnalistik dan sangat terikat pada kaidah jurnalistik. Ditulis dengan menggunakan gaya bahasa jurnalistik sastra dan mengadobsi penulisan fiksi. Feature bersifat naratif ekspresif. Berita bersifat eksplanatif dan produktif. 15 Setiap reporter diasumsikan mampu meliput dan menyusun berita sesuai dengan kaidah pokok jurnalistik konvensional. Tidak setiap reporter mampu, tertarik, dan gemar meliput, menulis, dan menyajikan cerita feature. Penulisan berita bersifat teknis, rutin, dan menekankan keterampilan institusional. Penulisan feature lebih banyak menekankan jiwa seniman, sastrawan, dan mencerminkan kreativitas individual.
  • 36. JENIS-JENIS FEATURE Wolseley dan Cambell dalam Exploring Journalism (Assegaff, 1983:56) menjelaskan, paling tidak terdapat enam jenis feature: 1) Feature minat insani (human interest feature) 2) Feature sejarah (hystorical feature) 3) Feature biografi atau tentang riwayat perjalanan seorang tokoh (biografical feature) 4) Feature perjalanan (travelogue feature), 5) Feature yang mengajarkan suatu keahlian atau petunjuk praktis (how to do feature), dan 6) Feature ilmiah (scientific feature)
  • 37. TEKNIK MENULIS FEATURE Empat Ciri Utama Cerita Feature (Kurnia, 2002:45-76): 1. Penyusunan adegan 2. Dialog 3. Sudut pandang orang ketiga 4. Mencatat detail atau lengkap dari suatu peristiwa Unsur-Unsur Pokok Cerita Feature: 1. Tema 2. Sudut pandang (point of view) atau visi pengarang 3. Plot (berbeda dengan plot cerpen, dalam feature tidak perlu memunculkan dan menajamkan konflik). 4. Karakter 5. Gaya 6. Suasana 7. Lokasi peristiwa
  • 38. MENULIS KREATIF Kalau engkau tidak punya waktu untuk membaca, kau tidak punya waktu (atau peralatan) untuk menulis. Mudah saja. Membaca adalah pusat kreatif kehidupan seorang penulis. (Stephen King) Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama tidak menulis, ia akan hilang dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian (Pramoedya Ananta Toer, Novelis)
  • 39. PERIHAL MENULIS  Pengembangan keterampilan menulis merupakan prioritas utama dalam kegiatan pendidikan, karena menulis memiliki peran penting dalam kehidupan akademik, sosial, dan bahkan personal (Chapman, 2001).  Seseorang enggan menulis karena tidak tahu untuk apa ia menulis, merasa tidak berbakat menulis, dan merasa tidak tahu bagaimana harus menulis. Padahal, manfaat menulis sangat banyak, diantaranya: peningkatan kecerdasan, pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, penumbuhan keberanian, pendorongan kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
  • 40. PENGERTIAN MENULIS  Menulis merupakan salah satu keterampilan yang mesti dikuasai oleh mahasiswa.  Takala (dalam Achmadi, 1990) menjelaskan, menulis adalah suatu proses menyusun, mencatat, dan mengorganisasi makna dalam tataran ganda; bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan sistem tanda konvensional yang dapat dibaca.  Unsur-unsur dalam kegiatan menulis adalah: 1) penulis, 2) makna atau ide yang disampaikan, 3) tujuan (suatu yang diinginkan penulis terhadap gagasan yang disampaikan kepada pembaca), dan 6) adanya interaksi antara penulis dan pembaca lewat tulisan.
  • 41. PRASYARAT MENULIS  Keterampilan yang diperlukan untuk menyusun sebuah karangan yang baik meliputi: 1) keteampilan gramatikal (kemampuan menyusun kalimat yang benar), 2) penuangan isi, 3) keterampilan stilistik (kemampuan menggunakan kalimat dan bahasa secara efektif, 4) keterampilan mekanis (kemampuan menggunakan secara tepat ejaan dan tata bahasa), 5) keterampilan memutuskan (kemampuan menulis dengan cara yang tepat untuk tujuan dan pembaca khusus, bersama dengan kemampuan memilih, mengorganisasikan, dan menyampaikan informasi yang releval.  Karena menulis sebagai keterampilan kognitif yang kompleks, seorang penulis harus mampu memanfaatkan situasi sebagai berikut: 1) tujuan penulis, 2) pembaca, 3) kesempatan (keadaan-keadaan yang melibatkan berlangsungnya suatu kejadian, waktu, tempat, dan situasi).  Karakteristi pembaca hendaknya dipahami oleh penulis, sebagai berikut: 1) usia, 2) jenis kelamin, 3) tempat tinggal, 4) latar belakang pendidikan, 5) minat budaya, minat-minat sosial, 7) kegemaran pembaca, dan sebagainya.
  • 42. Lanjutan...  Pendapat Hairston (1986), hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan penulis berkenaan dengan pembaca atau calon pembaca adalah: 1) mendeskripsikan pembaca (tingkat pendidikan, ekonomi, jenis kelamin, dan usia), 2) menganalisis hal-hal penting pada diri pembaca (penghargaan yang mereka miliki atas persoalan yang dibicarakan/ditulis dan kesibukan pembaca), 3) mengestimasi pengetahuan yang telah mereka miliki tentang topik tulisan (seberapa banyak latar pengetahuan mereka, seberapa banyak penulis harus memberikan penjelasan, dan dapat tidaknya menggunakan istilah khusus), 4) menganalisis sikap yang akan dimiliki pembaca pada topik (perasaan mereka tentang pokok permasalahan dan kemauan mereka untuk mempelajarinya), 5) mengetahui alasan pembaca (harapan pembaca untuk memperoleh sesuatu), dan 6) mengetahuan pertanyaan atau persoalan yang ingin dijawab oleh pembaca.  Beberapa praysarat bagi penulis (Keraf, 1998) sebagai berikut: 1) kemampuan berbahasa, 2) kemampuan penalaran, dan 3) kemampuan mengenai dasar-dasar retorika.
  • 43. TAHAPAN MENULIS Tahapan dalam kegiatan menulis sebagai berikut: 1) Perencanaan (planning) atau persiapan (prewriting) 2) Penulisan buram (drafting) atau penulisan (composing), dan 3) Perbaikan (revising) atau revisi (revision) (Mc. Crimmon, 1986, dan Hairston, 1986)
  • 44. MEMAHAMI KESALAHAN BERBAHASA  Pengertian Kesalahan Berbahasa Kesalahan berbahasa adalah terjadinya penyimpangan kaidah dalam tindak berbahasa, baik secara lisan maupun tertulis.  Jenis-Jenis Kesalahan Berbahasa: 1) Taksonomi (kafisikasi) kategori linguistik (linguistic category), 2) Taksonomi siasat permukaan (survase taxonomy), 3) Taksonomi komparatif (comparative taxonomy), dan 4) Taksonomi efek komunikasi (communicative effect taxonomy). (Duley, Burt, dan Krashen, 1982)
  • 45. Lanjutan...  Kesalahan dalam berbahasa: 1) Penggunaan ejaan Contoh: B. Rumusan Masalah. (seharusnya tidak titik setelah sub judul) Hindari unsur K.K.N! (seharusnya tidak titik setelah huruf kapital yang berturut-turut) Namun demikian dari pihak sekolah yang bekerjasama dengan masyarakat dan .... (seharusnya koma setelah kalimat “namun demikian”) 2) Pemilihan kata Contoh: Diharapkan sekolah dapat mampu melaksanakan... ...yakni seperti gudang rusak 3) Penggunaan kalimat Contoh: Kritik dan saran pada pembaca untuk kesempurnaan buku ini Dan mahasiswa yang berhasil adalah mereka yang memiliki kemampuan menulis
  • 46. MENULIS SEBAGAI PROSES Pendekatan Latihan Menulis (Proett dan Gill, 1986, 1986): a) Pendekatan frekuensi, banyak latihan mengarang sekalipun tidak dikoreksi (seperti buku harian atau surat), akan membantu meningkatkan menulis seseorang. b) Pendekatan gramatikal, kemampuan pengetahuan tentang struktur bahasa akan mempercepat kemahiran dalam menulis. c) Pendekatan koreksi, banyak koreksi atau masukan yang diperoleh atas tulisannya akan membangkitkan semangat menjadi penulis. d) Pendekatan formal, keterampilan menulis akan diperoleh bila pengetahuan bahasa, pengalineaan, pewacanaan, serta konversi atau aturan penulisan dikuasai dengan baik.
  • 47. PENALARAN DALAM MENULIS Pengertian Penalaran  Penalaran (reasoning) adalah suatu proses berfikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau reviden, ataupun suatu yang dianggap bahan bukti, menuju pada suatu kesimpulan (Keraf, 1982; Moeliono, 1989).  Penalaran dapat dikatakan proses berfikir yang sistematik dan logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan (pengetahuan atau keyakinan).  Penalaran dapat dilakukan dengan cara induktif dan deduktif.  Penalaran induktif adalah suatu proses berfikir yang bertolek dari hal-hal khusus menuju sesuatu yang umum.  Penalaran deduktif adalah suatu proses berfikir yang bertolak dari sesuatu yang umum menuju yang khusus.
  • 48. Lanjutan... Jenis-Jenis Penalaran  Penalaran induktif. Penalaran ini dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu; generalisasi, analogi, dan hubungan kausal (sebab akibat).  Generalisasi atau perampatan adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik kesimpulan mengenai semua/sebagian dari gejala atau peristiwa itu.  Analogi induktif atau analogi logis adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa atau gejala khusus yang satu sama lain memiliki kesamaan untuk menarik sebuah kesimpulan.  Penalaran kausal (sebab akibat) didasarkan pada hukum kausalitas. Hukum kausalitas menyatakan, semua peristiwa yang terjadi di dunia ini terjalin dalam rangkaian sebab akibat. Corak penalaran kausalitas dapat terwujud dalam pola sebab ke akibat, akibat ke sebab, dan akibat ke akibat.  Penalaran deduktif kebalikan dari penalaran induktif, yaitu bersifat spesifikasi (pengkhususan). Dalam penalaran ini diperlukan mengumpulkan bahan atau fakta secara memadai sebelum pada suatu kesimpulan.
  • 49. Lanjutan... Kesalahan Nalar  Kesalahan nalar (reasoning atau logical fally) adalah kekeliruan dalam proses berfikir karena keliru menafsirkan atau menarik kesimpulan. Kekeliruan nalar dapat terjadi karena faktor emosional, kecerobohan, atau ketidaktahuan. Macam-Macam Kesalahan Nalar  Generalisasi yang terlalu luas. Hal ini terjadi karena kurangnya data, sikap “menggampangkan”, malas mengumpulkan dan menguji data secara memadai, atau ingin segera meyakinkan orang lain dengan bahan yang terbatas.  Kerancuan analogi. Hal ini disebabkan penggunaan analogi yang tidak tepat, atau perbandingan dua hal yang tidak memiliki kesamaan esensial.  Kekeliruan kausalitas (sebab akibat). Hal ini disebabkan seseorang keliru menentukan sebab atau akibat dari suatu peristiwa.  Kesalahan relevansi. Hal ini terjadi jika bukti, peristiwa, atau alasan yang diajukan tidak berhubungan atau tidak menunjang sebuah kesimpulan.  Penyandaran terhadap prestise seseorang. Hal ini disebabkan salah mengutik pendapat orang yang ternyata tidak ada kaitannya dengan persoalan yang sedang dikaji.
  • 50. Trik dan Tips dalam hal Menulis