Dokumen tersebut membahas tentang bencana dan dampaknya terhadap kesehatan, terutama kelompok rentan. Indonesia memiliki risiko tinggi terjadinya bencana karena kondisi geografis dan geologisnya. Upaya yang ditempuh meliputi pengurangan risiko bencana, penanggulangan darurat, dan pemulihan."
2. ALAM NON ALAM SOSIAL
DAMPAK KESEHATAN
(TERHADAP KELOMPOK RENTAN)
Gagal teknologi, kebakaran,
epidemi dll
Konflik Sosial, Teror, Bom, dll
Gempa bumi, tsunami,
letusan gunung api,
banjir, kekeringan, angin
topan, longsor dll
PERISTIWA ATAU RANGKAIAN PERISTIWA YANG MENGANCAM DAN MENGGANGGU
KEHIDUPAN DAN PENGHIDUPAN MASYARAKAT YANG DISEBABKAN
3. 52,33% RISIKO TINGGI
47,67% RISIKO SEDANG
TIDAK ADA RISIKO RENDAH
388 (78 %) kab/kota: risiko tinggi
109 (22 %) kab/kota: risiko sedang
INDEKS RISIKO BENCANA INDONESIA TAHUN 2018
4. a. Data Pusat Krisis Kesehatan tahun 2015-2019 terdapat 1.103
bencana yang berdampak krisis kesehatan.
b. IRBI 2018 sebanyak 52,33% kabupaten/kota berisiko tinggi
mengalami kejadian bencana dan selebihnya berisiko sedang.
c. Centre for Research on the Epidemiology of Disasters (CRED) data
tahun 2008 – 2018, setiap tahun Indonesia menempati 10 besar di
dunia sebagai negara paling sering terkena bencana alam & negara
dengan angka kematian akibat bencana alam tertinggi.
d. World Risk Index 2017 Indonesia peringkat 33 dengan kategori
risiko “very high”
INDONESIA RAWAN BENCANA
5.
6. Kondisi Geografis Indonesia
• Indonesia terletak antara 3 lempeng tektonik besar :
Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik..
• Terletak di Ring of Fire/Cincin Api Pasifik
di mana terdapat 127 gunung api aktif
(sumber : BMKG, USGS, VSI ESDM)
7. SELAIN ITU…..
• Topografi yang beragam dan kompleks,
berbukit-bukit, banyak aliran sungai
disertai pengaruh perubahan iklim →
Potensi bencana hidrometeorologi
• Jumlah penduduk yang besar dan
beraneka ragam→Potensi konflik sosial
• Memiliki lebih dari 300 pintu masuk negara
potensi Pandemi
• Indonesia memiliki banyak kawasan
industri dengan bahan berbahaya →
Potensi kecelakaan industri
12. BENCANA
ALAM
BENCANA
NON ALAM
BENCANA
SOSIAL
DAMPAK
KESEHATAN
KAPASITAS KLASTER
KESEHATAN TERGANGGU
PERLU BANTUAN KAPASITAS
KESEHATAN DARI LUAR
BEBAN LAYANAN KESEHATAN SAAT TANGGAP
DARURAT DAN PEMULIHAN DINI MELEBIHI
KAPASITAS KESEHATAN YANG TERSEDIA
EMERGENCY RESPONS PUBLIC HEALTH RESPON
STATUS DARURAT KRISIS KESEHATAN
SELAMATKAN JIWA SELAMATKAN
KECACATAN
PASTIKAN SEMUA KEBUTUHAN
LAYANAN KESEHATAN TELAH
TERPENUHI
• PASTIKAN TIDAK ADA WABAH
• MEMASTIKAN PROGRAM
KESEHATAN BERJALAN DENGAN
TERPENUHINYA STANDAR MINIMAL
PELAYANAN KESEHATAN
13. DAMPAK KESEHATAN
(TERHADAP KELOMPOK RENTAN)
TIDAK MENJADI KRISIS
DIBANTU DARI LUAR
KRISIS KESEHATAN
TIDAK MAMPU DIATASI
OLEH
KAPASITAS YANG ADA
MAMPU DIATASI OLEH
KAPASITAS YANG ADA
14. TAHAP PRA KRISIS KESEHATAN
1. Identifikasi wilayah kerja Puskesmas :
a. Jenis bencana yang rawan terjadi (melihat topografi wilayah (gunung, bukit, lereng gunung api,
pantai, tepi sungai)
b. Kerentanan : populasi rentan (lansia, ibu hamil, anak, disabilitas)
c. Kapasitas kesehatan (jumlah nakes, faskes pemerintah dan swasta)
d. Kapasitas non kesehatan (akses jalan, gedung untuk pengungsian, dll)
2. Menyusun rencana penanggulangan krisis kesehatan
a. Rencana kontinjensi bidang kesehatan
b. Peta respon, yaitu respon kapasitas daerah dalam merespon kedaruratan yang disajikan dalam bentuk
peta yang berisi bahaya (single hazard), kapasitas, alur respon, dan jalur evakuasi.
3. Membentuk Tim Kesehatan Puskesmas (RHA, Tim Medis Darurat dan Tim Kesehatan Lingkungan)
4. Peningkatan Kapasitas Tenaga Kesehatan (pelatihan, simulasi)
5. SOP, Peraturan terkait penanggulangan krisis kesehatan (SOP mobilisasi nakes, SOP alur pelaporan dan
sistem informasi)
6. Penyiapan logistik penanggulangan krisis kesehatan (Obat, bahan habis pakai, APD, perahu karet, tenda
pos kesehatan, alat kesehatan, dll)
7. Membangun sistem informasi penanggulangan krisis kesehatan
8. Pemberdayaan Masyarakat (sosialisasi bencana, pelatihan evakuasi, pertolongan pertama, dll)
15. PRINSIP UPAYA SAAT TANGGAP DARURAT
Analisis/kaji cepat
(RHA) dalam kondisi
data-data bisa jadi
masih sangat
terbatas
Menyusun
rekomendasi/strategi
secara cepat dan
berani ambil risiko
yang terukur
Respons cepat dalam
kondisi sumber daya
terbatas/kurang
Harus fleksible & adaptasi cepat
dengan perkembangan situasi
Terus update informasi
16. RESPON KESEHATAN SAAT TANGGAP DARURAT
1. Melakukan RHA (Rapid Health Assessment) ;
2. Aktivasi Klaster Kesehatan dan mobilisasi Tim RHA, Tim
Medis Darurat dan Tim Kesehatan Masyarakat
(Surveilans, Gizi, Kesling, Kespro, Kesehatan Jiwa,
Promkes)
3. Menyusun dan melaksanakan Rencana Operasi Krisis
Kesehatan berdasarkan hasil RHA dan Rencana Kontigensi
(jika sudah ada) dengan memperhatikan protokol
kesehatan COVID-19
17. 5. Memastikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat terdampak
berjalan sesuai standar dan telah terintegrasi dengan Protokol
kesehatan COVID-19 dengan memperhatikan kepentingan
kelompok rentan;
6. Melaksanakan komunikasi Krisis Kesehatan.
7. Melakukan upaya promosi kesehatan
8. Memobilisasi logistik kesehatan:
a. sarana prasarana kesehatan (tenda pos kesehatan, ambulans)
b. obat
c. Bahan habis pakai
d. APD
e. Masker
f. PMT Ibu Hamil, Bayi, Balita
RESPON KESEHATAN SAAT TANGGAP DARURAT
18.
19. KLASTER BENCANA
KEP KA BNPB NO 173 TH 2014
KESEHATAN
PENCARIAN DAN
PENYELAMATAN
LOGISTIK
PENGUNGSIAN DAN
PERLINDUNGAN
PENDIDIKAN
SARANA DAN
PRASARANA
EKONOMI
PEMULIHAN DINI
22. KOORDINATOR KLASTER
KESEHATAN
• Koordinator Klaster Kesehatan
Nasional Menkes melalui Kepala
Pusat Krisis Kesehatan
• Koordinator Klaster Kesehatan Provinsi
Kadinkes Provinsi
• Koordinator Klaster Kesehatan
Kabupaten/Kota Kadinkes
Kabupaten/Kota
23. KOORDINATOR
KLASTER KESEHATAN
SUB KLASTER
PELAYANAN
KESEHATAN
SUB KLASTER
PENGENDALI AN
PENYAKIT DAN
KESEHATAN
LINGKUNGAN
SUB
KLASTER
PELAYANAN
GIZI
SUB KLASTER
KESEHATAN
JIWA
SUB KLASTER
KESEHATAN
REPRODUKSI
SUB
KLASTER
DVI
TIM DATA &
INFORMASI
TIM LOGISTIK
KESEHATAN
TIM PROMOSI
KESEHATAN
Tim Medis Darurat
/Emergency Medical
Team (EMT)
Tim Respon Cepat Kesehatan Masyarakat atau Public Health Rapid Response Team
(PHRRT)
Tim Kaji Cepat Masalah
Kesehatan tim Rapid Health
Assessment(RHA)
24. KLASTER KESEHATAN (Permenkes No.75 Tahun 2019)
24
Sub Klaster Pelayanan
Kesehatan
Sub Klaster Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit dan
Kesehatan Lingkungan
Sub Klaster Kesehatan
Reproduksi
Sub Klaster Kesehatan Jiwa
Sub Klaster Pelayanan Gizi
Sub Klaster Identifikasi
Korban Mati (DVI)
Melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan
terutama pelayanan pertolongan darurat pra fasilitas
pelayanan kesehatan dan pelayanan kesehatan rujukan
Melaksanakan pengendalian
penyakit dan upaya kesehatan lingkungan
Melaksanakan pelayanan Kesehatan Reproduksi
Melaksanakan upaya penanggulangan masalah
kesehatan jiwa dan psikososial secara optimal
Melaksanakan Pelayanan Gizi
Melaksanakan identifikasi korban meninggal dan
penatalaksanaannya
25. KLASTER KESEHATAN (Permenkes No.75 Tahun 2019)
25
Tim Logistik Kesehatan
Tim Data dan Informasi
Tim Promosi Kesehatan
Melaksanakan perencanaan, pengadaan,penyimpanan,
pendistribusian, dan penyerahan logistik kesehatan untuk
memenuhi kebutuhan
penanggulangan Krisis Kesehatan
Melaksanakan manajemen data dan informasi
serta penyebarluasan informasi Penanggulangan
Krisis Kesehatan
Melaksanakan upaya promosi kesehatan
27. TUJUAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI
• Mengembalikan kondisi sistem kesehatan
pada kondisi pra bencana
kemudian….
• Memperkuat ketahanan sistem kesehatan
dan masyarakat untuk dapat mengelola
risiko kesehatan akibat bencana yang akan
datang dengan lebih baik (Build back
better).
28. Kegiatan Pasca Bencana
Penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan
sumber daya kesehatan pasca bencana
Penyusunan Rencana Aksi Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Bidang Kesehatan
Pelaksanaan Kegiatan
Pemantauan, Evaluasi, Pembelajaran dan
Pelaporan
29. 1. Overload pasien kelelahan
2. Konsentrasi menurun risiko malpraktek
3. Tertular penyakit selalu gunakan APD
lengkap, universal precaution harus tetap
dijalankan
4. Menjadi korban (terluka/meninggal) saat
mengevakuasi pasien pahami daerah
kerja, situasi keamanan
5. Stres berat akibat melihat banyak
korban meninggal, wabah merajalela,
tekanan politis, kehilangan anggota
keluarga
30.
31. DAMPAK PSIKOLOGIS AKIBAT BENCANA
PENGALAMAN BENCANA
Reaksi
Traumatik
Reaksi
Kehilangan
Kaget,
penyangkalan,
marah, putus
asa
PTSD
(post traumatic
stres disorder)
Duka Cita
Rasa bersalah
Depresi
G. Penyesuaian
G. Cemas
G. Psikosomatik
STRES SEKUNDER:
Pola hidup yang tiba-tiba
berubah
Krisis ekonomi
Perubahan atau hilangnya
masyarakat lokal
Perubahan dalam situasi
dukungan sosial
PULIH
32. RESPON PSIKOLOGIS
PADA PENYINTAS (Korban Selamat)
Respon dari orang-orang yang terkena bencana
dapat dibagi atas 3 kategori utama
Respon psikologis normal, tidak membutuhkan
intevensi khusus
Respon psikologis disebabkan distres atau
disfungsi sesaat, membutuhkan bantuan pertama
psikososial (psychological first aid)
Distress atau disfungsi berat (gangguan jiwa) yang
membutuhkan bantuan profesi kesehatan jiwa
33. RUJUKAN KESWA DI KOMUNITAS BENCANA
Umum: bingung,
sedih, marah, tidak
percaya
Rumah Sakit
(Jiwa)
Layanan konseling,
psikolog, dokter
organisasi agamis
Kelompok pemulihan,
manajemen stres, konseling
sesama, pemantauan lanjutan
trauma di komunitas
PFA Sensitisasi,
psikoedukasi, pelatihan
keterampilan hidup, dukungan
spiritual, dll
Populasi setelah
Bencana
Individu yang sakit
secara klinis:
gangguan psikiatri
apapun
Individu yang
depresi, trauma
Individu yang syok,
berduka, takut dan
merasa bersalah
Intervensi
Dokter, psikiater,
psikolog, terapis
Profesional
kesehatan mental
yang terampil
konseling
Tenaga Kesehatan
di Pelayanan
Primer
Pekerja sosial terlatih
Relawan memberikan
informasi psikososial
& membangun
kesadaran
Keluhan
Psikosomatik
34.
35. - PELAYANAN
GAWAT DARURAT
- PERAWATAN
DEFINITIF
SISTEM RUJUKAN
DAERAH
BENCANA
HOSPITAL CARE
TITIK
PENGUNGSIAN
TRIAGE
RESUSITASI EVAKUASI
TIM AMBULAN
POS UNGSI SEMENTARA
PRE-HOSPITAL
SUB KLASTER KIA DAN REPRODUKSI
SUB KLASTER KESEHATAN JIWA
SUB KLASTER GIZI
SUB KLASTER PENGENDALIAN PENYAKIT, PENYEHATAN
LINGKUNGAN DAN PENYEDIAAN AIR BERSIH
S U B K L A S T E R P E L A Y A N A N K E S E H A T A N
S U B K L A S T E R D V I
36. Pelayanan Kegawatdaruratan di Tempat
Kejadian oleh Petugas Kesehatan
Triase
Stabilisasi/
Resusitasi
Evakuasi
Medik
Permenkes No. 47/2018
37. Triase
“pemilahan pasien”
Merupakan suatu sistem yang digunakan
dalam mengidentifikasi korban dengan cedera
yang mengancam jiwa untuk kemudian
diberikan prioritas untuk dirawat dan
dievakuasi ke fasilitas kesehatan
38. Warna Triase
Prioritas 1 : Pasien cedera berat mengancam
jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila
ditolong segera
Prioritas 3 : (area observasi) Pasien degan cedera
minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri
atau mencari pertolongan
Prioritas nol : Pasien meninggal atau cedera
fatal yang jelas dan tidak mungkin
diresusitasi.
Prioritas 2 : (area Tindakan) Pasien memerlukan
tindakan defenitif tidak ada ancaman jiwa segera.
41. PENANGANAN DI AREA BENCANA
)
MEDICAL
TRIAGE
EVAKUASI KE RUMKIT
P
A
S
I
E
N
AREA
HITAM
AREA
HIJAU
AREA MERAH AREA KUNING
Evakuasi
Transport
Ambulans
TRANSPORT
NON AMBULANCE
44. 44
Banyak Orang tanpa
Gejala
Meskipun tidak bergejala
namun tetap dapat
menularkan
Potensi Lonjakan Pasien
Berpotensi menimbulkan
korban massal yang melebihi
kapasitas kesehatan
Mengganggu pelayanan
Kesehatan rutin
Masalah kesehatan Indonesia antara lain
AKI, AKB, pengendalian penyakit menular
(TBC, Malaria dsb), stunting, penyakit tidak
menular, dsb mortalitas & morbiditas bisa
meningkat
Indonesia rawan
bencana
Situasi bencana umumnya chaos
&kekurangan sumber-sumber
daya meningkatkan risiko
penyebaran COVID-19 (Complex
Emergency)
Virus Baru
Belum banyak yang kita
ketahui tentang virus ini.
Obat dan vaksin masih
diteliti
MENGAPA HARUS WASPADA TERHADAP COVID-19?
Bencana lain tetap
dapat terjadi
meskipun masih
Pandemi COVID-19
45. PEDOMAN TERKAIT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN DI
MASA COVID-19
Ditandatangani oleh Kepala Pusat Krisis Kesehatan pada tanggal 27 Juli 2020. Dapat
diunduh di
http://pusatkrisis.kemkes.go.id/kesiapsiagaan-klaster-kesehatan-menghadapi-bencana-
dan-klaster-kesehatan-pada-masa-covid-19
Ditandatangani oleh Sekjen pada tanggal 22 Juli 2020.
Dapat diunduh di https://bit.ly/pedomanbencanasaatcovid
Kesiapsiagaan Klaster Kesehatan menghadapi Bencana dan
Krisis Kesehatan lain pada Masa COVID-19
Pedoman Pemberdayaan Masyarakat dalam Penanggulangan
Bencana & Krisis Kesehatan pada Masa COVID-19
02
01
46. Konsep Adaptasi Kebiasaan Baru untuk Pelayanan Kesehatan Saat
Tanggap Darurat Bencana di Era Pandemi Covid-19
Pelayanan
Kesehatan
untuk
COVID-19
dan yankes
rutin tetap
harus
berjalan
Masyarakat
aman,
produktif
dan sehat
NEW NORMAL
Kondisi dimana kapasitas
sistem Kesehatan
esensial yang memadai
tetap berjalan, namun
tetap dapat mengontrol
risiko infeksi
Protokol Kesehatan
Peraturan & SOP baru
Adaptasi Kebiasaan Baru
PANDEMI
47.
48. JAGA JARAK MINIMAL 1 METER
CUCI TANGAN PAKAI SABUN DENGAN
AIR MENGALIR ATAU HAND SANITIZER
MENGGUNAKAN MASKER
ETIKA BATUK/BERSIN
JAGA IMUNITAS TUBUH & KENDALIKAN
COMORBID
GERMAS
COVID-19
ADAPTASI
KEBIASAAN
BARU
49.
50. Upaya Kesiapsiagaan
pada masa Covid-19
Pada masa Pandemi COVID-19 atau saat COVID-19 masih menjadi
ancaman, upaya penanggulangan krisis kesehatan harus diintegasikan
dengan adaptasi kebiasaan baru yaitu menerapkan protokol kesehatan
untuk pencegahan penyebaran COVID-19.
Kesiapsiagaan pada masa COVID-19 adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi krisis kesehatan dan mencegah
terjadinya penyebaran COVID-19 pada kondisi krisis kesehatan, melalui
pengorganisasian serta langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
51.
52. Pengungsian di Masa COVID-19
• Bila berada di tempat pengungsian, tetap terapkan
protokol kesehatan pencegahan penyebaran COVID-19
yaitu memakai masker, menjaga jarak aman dan cuci
tangan pakai sabun di air mengalir/hand sanitizer.
• Bila ada warga yang sedang menjalankan isolasi mandiri,
maka pastikan untuk ditempatkan pada lokasi khusus
bagi pengungsi yang menjalani isolasi mandiri.
• Selain itu menjaga ventilasi di ruangan pengungsian agar
udara dapat keluar masuk ruangan dengan baik.
53. Lokasi Pengungsian di Masa COVID-19
• memastikan semua staf di lapangan, pengungsi dan masyarakat sekitar
memiliki akses ke daftar kontak dan informasi yang relevan.
• Buat dan latih fokal poin (di tingkat blok dan sektor, jika ada) atau para
pemimpin/tokoh masyarakat tentang praktik mencuci tangan yang baik dan
cara memantau populasi yang rentan dan berisiko tinggi
• Informasikan kepada pengungsi apa yang dapat terjadi jika mereka merasa
sakit dan ke mana mereka harus pergi untuk mendapatkan bantuan.
• Memantau dan aktif melawan isu/rumor negatif atau informasi menyesatkan
(hoax) yang dapat membahayakan individu atau kelompok yang tinggal di
tempat pengungsian dan sekitarnya.
• Utamakan dan gunakan metode yang berbeda-beda untuk menyebarkan pesan
dan informasi, seperti materi KIE (komunikasi, informasi dan edukasi),
pengumuman radio, aplikasi maya/online dan pengumuman lewat corong
daripada cara-cara seperti dari pintu ke pintu atau rapat fisik.
54. Pengungsian di Masa COVID-19
• Perbanyak sarana untuk mencuci tangan secara teratur,
terutama di pintu masuk tempat pengungsian, fasilitas-
fasilitas umum dan tempat berkumpul.
• Upaya Pencegahan Infeksi seperti: pengendalian alur
pergerakan pengungsi, pengurangan kepadatan dan
penyaringan pendatang baru.
55. Pengungsian di Masa COVID-19
• menyediakan dukungan kesehatan mental dan
psikososial kepada orang-orang yang terisolasi dan
keluarga mereka, serta kegiatan mobilisasi masyarakat
untuk menghindari stigmatisasi orang-orang yang
terisolasi
56. Pencegahan Infeksi Covid 19 Bagi Tenaga
Kesehatan
• Tenaga kesehatan yang berusia lebih 60 tahun dan/atau
yang memiliki komorbid tidak direkomendasikan untuk
melakukan penanggulangan krisis kesehatan
• Pengaturan jam kerja 40 jam seminggu (waktu kerja harian
7-8 jam dan tidak melebihi 12 jam sehari)
• Mendapatkan fasilitas pemeriksaan kesehatan pra dan
pasca penugasan termasuk diantaranya adalah pemeriksaan
Swab (RT-PCR), untuk mengetahui status kesehatan kerja
atau kelaikan kerja untuk nakes dengan komorbid atau
kondisi khusus seperti kehamilan sebelum ditugaskan
melakukan upaya penanggulangan krisis kesehatan
57. Pencegahan Infeksi Covid 19
Bagi Tenaga Kesehatan
• Menggunakan APD sesuai dengan level pelayanan
(masker medis, face shield, hand schoon, coverall)
mengacu kepada pedoman penggunaan APD
Kementerian Kesehatan dan Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Covid 19
• Pelatihan pemakaian dan pelepasan APD
• Menerapkan secara ketat protokol kesehatan (memakai
masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga
jarak)
• Fasililas isolasi bagi nakes yang tertular Covid 19
58. Terima Kasih
Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes
infoppkk
pkk_kemkes
Website : pusatkrisis.kemkes.go.id
081212123119
E- mail : pusatkrisis@kemkes.go.id