SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Download to read offline
1




                        UNDANG-UNDANG (UU)
                     Nomor 5 TAHUN 1984 (5/1984)
                    Tanggal 29 JUNI 1984 (JAKARTA)
                   Sumber LN 1984/22; TLN NO. 3274
                       Tentang PERINDUSTRIAN

              DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
                  PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :
a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan suatu
   masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan
   Pancasila, serta bahwa hakekat Pembangunan Nasional adalah Pembangunan
   Manusia Indonesia seutuhnya, maka landasan pelaksanaan Pembangunan
   Nasional adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
b. bahwa arah pembangunan jangka panjang di bidang ekonomi dalam
   pembangunan nasional adalah tercapainya struktur ekonomi yang seimbang
   yang di dalamnya terdapat kemampuan dan kekuatan industri yang maju yang
   didukung oleh kekuatan dan kemampuan pertanian yang tangguh, serta
   merupakan pangkal tolak bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan
   berkembang atas kekuatannya sendiri;
c. bahwa untuk mencapai sasaran pembangunan di bidang ekonomi dalam
   pembangunan nasional, industri memegang peranan yang menentukan dan
   oleh karenanya perlu lebih dikembangkan secara seimbang dan terpadu
   dengan meningkatkan peran serta masyarakat secara aktif serta
   mendayagunakan secara optimal seluruh sumber daya alam, manusia, dan dana
   yang tersedia;
d. bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas dan untuk memberikan dasar yang
   kokoh bagi pengaturan, pembinaan, dan pengembangan industri secara
   mantap dan berkesinambungan serta belum adanya perangkat hukum yang
   secara menyeluruh mampu melandasinya, perlu dibentuk Undang-Undang
   tentang Perindustrian;

Mengingat :
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 27 ayat (2), dan Pasal 33 Undang-Undang
   Dasar 1945;
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1960 tentang Statistik (Lembaran Negara Tahun
   1960 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2048);
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian
   (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor
   2832);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran
   Negara Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2918);
5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di
   Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara
   Nomor 3037);
6. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
   Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 12,
   Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215);
2




7. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
   Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Tahun
   1982 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3234);

Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
UNDANG-UNDANG TENTANG PERINDUSTRIAN.

                                      BAB I
                              KETENTUAN UMUM
                                     Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dirnaksud dengan :
1. Perindustrian adalah tatanan dan segala kegiatan yang bertalian dengan
    kegiatan industri.
2. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
    barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang
    lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan
    perekayasaan industri.
3. Kelompok industri adalah bagian-bagian utama kegiatan industri, yakni
    kelompok industri hulu atau juga disebut kelompok industri dasar, kelompok
    industri hilir, dan kelompok industri kecil.
4. Cabang industri adalah bagian suatu kelompok industri yang mempunyai ciri
    umum yang sama dalam proses produksi.
5. Jenis industri adalah bagian suatu cabang industri yang mempunyai ciri khusus
    yang sama dan/atau hasilnya bersifat akhir dalam proses produksi.
6. Bidang usaha industri adalah lapangan kegiatan yang bersangkutan dengan
    cabang industri atau jenis industri.
7. Perusahaan industri adalah badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang
    usaha industri.
8. Bahan mentah adalah semua bahan yang didapat dari sumber daya alam
    dan/atau yang diperoleh dari usaha manusia untuk dimanfaatkan lebih lanjut.
9. Bahan baku industri adalah bahan mentah yang diolah atau tidak diolah yang
    dapat dimanfaatkan sebagai sarana produksi dalam industri.
10. Barang setengah jadi adalah bahan mentah atau bahan baku yang telah
    mengalami satu atau beberapa tahap proses industri yang dapat diproses lebih
    lanjut menjadi barang jadi.
11. Barang jadi adalah barang hasil industri yang sudah siap pakai untuk konsumsi
    akhir ataupun siap pakai sebagai alat produksi.
12. Teknologi industri adalah cara pada proses pengolahan yang diterapkan dalam
    industri.
13. Teknologi yang tepat guna adalah teknologi yang tepat dan berguna bagi suatu
    proses untuk menghasilkan nilai tambah.
14. Rancang bangun industri adalah kegiatan industri yang berhubungan dengan
    perencanaan pendirian industri/pabrik secara keseluruhan atau bagian-
    bagiannya.
15. Perekayasaan industri adalah kegiatan industri yang berhubungan dengan
    perancangan dan pembuatan mesin/peralatan pabrik dan peralatan industri
    lainnya.
3




16. Standar industri adalah ketentuan-ketentuan terhadap hasil produksi industri
    yang di satu segi menyangkut bentuk, ukuran, komposisi, mutu, dan lain-lain
    serta di segi lain menyangkut cara mengolah, cara menggambar, cara menguji
    dan lain-lain.
17. Standardisasi industri adalah penyeragaman dan penerapan dari standar
    industri.
18. Tatanan industri adalah tertib susunan dan pengaturan dalam arti seluas-luasnya
    bagi industri.

                                  BAB II
      LANDASAN DAN TUJUAN PEMBANGUNAN INDUSTRI
                                 Pasal 2
Pembangunan industri berlandaskan demokrasi ekonomi, kepercayaan pada
kemampuan dan kekuatan diri sendiri, manfaat, dan kelestarian lingkungan hidup.

                                  Pasal 3
Pembangunan industri bertujuan untuk :
1. meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata
   dengan memanfaatkan dana, sumber daya alam, dan/atau hasil budidaya serta
   dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup;
2. meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap, mengubah struktur
   perekonomian ke arah yang lebih baik, maju, sehat, dan lebih seimbang
   sebagai upaya untuk mewujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas bagi
   pertumbuhan ekonomi pada umumnya, serta memberikan nilai tambah bagi
   pertumbuhan industri pada khususnya;
3. meningkatkan kemampuan dan penguasaan serta mendorong terciptanya
   teknologi yang tepat guna dan menumbuhkan kepercayaan terhadap
   kemampuan dunia usaha nasional;
4. meningkatkan keikutsertaan masyarakat dan kemampuan golongan ekonomi
   lemah, termasuk pengrajin agar berperan secara aktif dalam pembangunan
   industri;
5. memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha,
   serta meningkatkan peranan koperasi industri;
6. meningkatkan penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor hasil produksi
   nasional yang bermutu, disamping penghematan devisa melalui pengutamaan
   pemakaian hasil produksi dalam negeri, guna mengurangi ketergantungan
   kepada luar negeri;
7. mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan industri yang menunjang
   pembangunan daerah dalam rangka pewujudan Wawasan Nusantara;
8. menunjang dan memperkuat stabilitas nasional yang dinamis dalam rangka
   memperkokoh ketahanan nasional.

                                  BAB III
                       PEMBANGUNAN INDUSTRI
                                  Pasal 4
1. Cabang industri yang penting dan strategis bagi negara dan yang menguasai
   hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan
   Peraturan Pemerintah.
4




                                      Pasal 5
1. Pemerintah menetapkan bidang usaha industri yang masuk dalam kelompok
   industri kecil, termasuk industri yang menggunakan ketrampilan tradisional dan
   industri penghasil benda seni, yang dapat diusahakan hanya oleh Warga
   Negara Republik Indonesia.
2. Pemerintah menetapkan jenis-jenis industri yang khusus dicadangkan bagi
   kegiatan industri kecil yang dilakukan oleh masyarakat pengusaha dari
   golongan ekonomi lemah.
3. Ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur
   lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

                               Pasal 6
Pemerintah menetapkan bidang usaha industri untuk penanaman modal, baik
modal dalam negeri maupun modal asing.

                                BAB IV
                       PENGATURAN, PEMBINAAN,
                     DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI
                                Pasal 7
Pemerintah melakukan pengaturan, pembinaan, dan pengembangan terhadap
industri, untuk:
1. mewujudkan perkembangan industri yang lebih baik, secara sehat dan berhasil
   guna;
2. mengembangkan persaingan yang baik dan sehat serta mencegah persaingan
   yang tidak jujur;
3. mencegah pemusatan atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau
   perorangan dalam bentuk monopoli yang merugikan masyarakat1.

                                    Pasal 8
Pemerintah melakukan pengaturan, pembinaan, dan pengembangan bidang usaha
industri secara seimbang, terpadu, dan terarah untuk memperkokoh struktur
industri nasional pada setiap tahap perkembangan industri.

                                     Pasal 9
Pengaturan dan pembinaan bidang usaha industri dilakukan dengan
memperhatikan :
1. Penyebaran dan pemerataan pembangunan industri dengan memanfaatkan
   sumber daya alam dan manusia dengan mempergunakan proses industri dan
   teknologi yang tepat guna untuk dapat tumbuh dan berkembang atas
   kemampuan dan kekuatan sendiri;
2. Penciptaan iklim yang sehat bagi pertumbuhan industri dan pencegahan
   persaingan yang tidak jujur antara perusahaan-perusahaan yang melakukan
   kegiatan industri, agar dapat dihindarkan pemusatan atau penguasaan industri
   oleh satu kelompok atau perorangan dalam bentuk monopoli yang merugikan
   masyarakat;


1R G S & M i t r a : salah satu akar pengaturan berkaitan dengan ANTI MONOPOLI, sebelum lahirnya
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat
5




3. Perlindungan yang wajar bagi industri dalam negeri terhadap kegiatankegiatan
   industri dan perdagangan luar negeri yang bertentangan dengan kepentingan
   nasional pada umumnya serta kepentingan perkembangan industri dalam
   negeri pada khususnya;
4. Pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup,
   serta pengamanan terhadap keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam.

                                  Pasal 10
Pemerintah melakukan pembinaan dan pengembangan bagi:
1. keterkaitan antara bidang-bidang usaha industri untuk meningkatkan nilai
   tambah serta sumbangan yang lebih besar bagi pertumbuhan produksi
   nasional;
2. keterkaitan antara bidang usaha industri dengan sektor-sektor bidang ekonomi
   lainnya yang dapat meningkatkan nilai tambah serta sumbangan yang lebih
   besar bagi pertumbuhan produksi nasional;
3. pertumbuhan industri melalui prakarsa, peran serta, dan swadaya masyarakat.


                               Pasal 11
Pemerintah melakukan pembinaan terhadap perusahaan-perusahaan industri
dalam menyelenggarakan kerja sama yang saling menguntungkan, dan
mengusahakan peningkatan serta pengembangan kerja sama tersebut.

                                 Pasal 12
Untuk mendorong pengembangan cabang-cabang industri dan jenis-jenis industri
tertentu di dalam negeri, Pemerintah dapat memberikan kemudahan dan/atau
perlindungan yang diperlukan.

                                      BAB V
                              IZIN USAHA INDUSTRI
                                     Pasal 13
1.   Setiap pendirian perusahaan industri baru maupun setiap perluasannya wajib
     memperoleh Izin Usaha Industri.
2.   Pemberian Izin Usaha Industri terkait dengan pengaturan, pembinaan, dan
     pengembangan industri.
3.   Kewajiban memperoleh Izin Usaha lndustri dapat dikecualikan bagi jenis
     industri tertentu dalam kelompok industri kecil.
4.   Ketentuan mengenai perizinan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat
     (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

                                   Pasal 14
1. Sesuai dengan Izin Usaha Industri yang diperolehnya berdasarkan Pasal 13 ayat
   (1), perusahaan industri wajib menyampaikan informal industri secara berkala
   mengenai kegiatan dan hasil produksinya kepada Pemerintah.
2. Kewajiban untuk menyampaikan informal industri dapat dikecualikan bagi jenis
   industri tertentu dalam kelompok industri kecil.
3. Ketentuan tentang bentuk, isi, dan tata cara penyampaian informal industri
   sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
   Pemerintah.
6




                                   Pasal 15
1. Sesuai dengan Izin Usaha Industri yang diperolehnya berdasarkan Pasal 13 ayat
   (1), perusahaan industri wajib melaksanakan upaya yang menyangkut
   keamanan dan keselamatan alat, proses serta hasil produksinya termasuk
   pengangkutannya.
2. Pemerintah mengadakan pembinaan berupa bimbingan dan penyuluhan,
   mengenai pelaksanaan upaya yang menyangkut keamanan dan keselamatan
   alat, proses serta hasil produksi industri tennasuk pengangkutannya.
3. Pemerintah melakukan pengawasan dan pengendalian yang menyangkut
   keamanan dan keselamatan alat, proses serta hasil produksi industri termasuk
   pengangkutannya.
4. Tata cara penyelenggaraan pengawasan dan pengendalian sebagaimana
   dimaksud dalam ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

                                   BAB VI
         TEKNOLOGI INDUSTRI, DESAIN PRODUK INDUSTRI,
        RANCANG BANGUN DAN PEREKAYASAAN INDUSTRI,
                          DAN STANDARDISASI
                                  Pasal 16
1. Dalam menjalankan dan/atau mengembangkan bidang usaha industri,
   perusahaan industri menggunakan dan menciptakan teknologi industri yang
   tepat guna dengan memanfaatkan perangkat yang tersedia dan telah
   dikembangkan di dalam negeri.
2. Apabila perangkat teknologi industri yang diperlukan tidak tersedia atau tidak
   cukup tersedia di dalam negeri, Pemerintah membantu pemilihan perangkat
   teknologi industri dari luar negeri yang diperlukan dan mengatur
   pengalihannya ke dalam negeri.
3. Pemilihan dan pengalihan teknologi industri dari luar negeri yang bersifat
   strategis dan diperlukan bagi pengembangan industri di dalam negeri, diatur
   lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

                                 Pasal 17
Desain produk industri mendapat perlindungan hukum yang ketentuan-
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

                           Pasal 18
Pemerintah mendorong pengembangan kemampuan rancang bangun dan
perekayasaan industri.

                                Pasal 19
Pemerintah menetapkan standar untuk bahan baku dan barang hasil industri
dengan tujuan untuk menjamin mutu hasil industri serta untuk mencapai daya guna
produksi.

                                  BAB VII
                           WILAYAH INDUSTRI
                                  Pasal 20
1. Pemerintah dapat menetapkan wilayah-wilayah pusat pertumbuhan industri
   serta lokasi bagi pembangunan industri sesuai dengan tujuannya dalam rangka
   pewujudan Wawasan Nusantara.
7




2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan
   Peraturan Pemerintah.

                                  BAB VIII
        INDUSTRI DALAM HUBUNGANNYA DENGAN SUMBER
                DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
                                  Pasal 21
1. Perusahaan industri wajib melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian
   sumber daya alam serta pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran
   terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industri yang dilakukannya.
2. Pemerintah mengadakan pengaturan dan pembinaan berupa bimbingan dan
   penyuluhan    mengenai      pelaksanaan     pencegahan    kerusakan      dan
   penanggulangan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan
   industri.
3. Kewajiban melaksanakan upaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
   dikecualikan bagi jenis industri tertentu dalam kelompok industri kecil.

                                     BAB IX
 PENYERAHAN KEWENANGAN DAN URUSAN TENTANG INDUSTRI
                                    Pasal 22
Penyerahan kewenangan tentang pengaturan, pembinaan, dan pengembangan
terhadap industri, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

                               Pasal 23
Penyerahan urusan dan penarikannya kembali mengenai bidang usaha industri
tertentu dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dalam rangka
pelaksanaan pembangunan daerah yang nyata, dinamis, dan bertanggung jawab,
dilakukan dengan Peraturan Pemerintah.

                                   BAB X
                          KETENTUAN PIDANA
                                  Pasal 24
1. Barang siapa dengan sengaja melakukan perbuatan yang bertentangan dengan
   ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) dan Pasal 14 ayat (1)
   dipidana penjara selama-lamanya 5 (lima) tahun atau denda sebanyak-
   banyaknya Rp 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) dengan hukuman
   tambahan pencabutan Izin Usaha Industrinya.
2. Barang siapa karena kelalaiannya melakukan perbuatan yang melanggar
   ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) dan Pasal 14 ayat (1)
   dipidana kurungan selama-lamanya 1 (satu) tahun atau denda sebanyak-
   banyaknya Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) dengan hukuman tambahan
   pencabutan Izin Usaha Industrinya.

                                 Pasal 25
Barang siapa dengan sengaja tanpa hak melakukan peniruan desain produk
industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, dipidana penjara selama-lamanya
2 (dua) tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp 10.000.000,- (sepuluh juta
rupiah).
8




                                   Pasal 26
Barang siapa dengan sengaja melakukan perbuatan yang bertentangan dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, dipidana penjara selama-
lamanya 5 (lima) tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp 25.000.000,- (dua puluh
lima juta rupiah) dengan hukuman tambahan dicabut Izin Usaha Industrinya.

                                    Pasal 27
1. Barang siapa dengan sengaja melakukan perbuatan yang bertentangan dengan
   ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dipidana penjara
   selama-lamanya 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda sebanyak-banyaknya Rp
   100.000.000,- (seratus juta rupiah).
2. Barang siapa karena kelalaiannya melakukan perbuatan yang melanggar
   ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dipidana kuruangan
   selama-lamanya 1 (satu) tahun dan/atau denda sebanyak-banyaknya Rp
   1.000.000,- (satu juta rupiah).

                                    Pasal 28
1. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1), Pasal 25, Pasal
   26, dan Pasal 27 ayat (1) adalah kejahatan.
2. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2), dan Pasal 27 ayat
   (2) adalah pelanggaran.

                                 BAB XI
                       KETENTUAN PERALIHAN
                                Pasal 29
Pada saat mulai berlakunya Undang-Undang ini, semua peraturan perundang-
undangan yang berhubungan dengan perindustrian yang tidak bertentangan
dengan Undang-Undang ini tetap berlaku selama belum ditetapkan penggantinya
berdasarkan Undang-Undang ini.

                                  BAB XII
                          KETENTUAN PENUTUP
                                  Pasal 30
Pada saat mulai berlakunya Undang-Undang ini, Bedrijfsreglementerings-
ordonnantie 1934 (Staatsblad 1938 Nomor 86) dinyatakan tidak berlaku lagi bagi
industri.

                                 Pasal 31
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-Undang ini diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
                                 Pasal 32
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

         Disahkan di Jakarta                   Diundangkan di Jakarta
      pada tanggal 29 Juni 1984               pada tanggal 29 Juni 1984
   PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA              MENTERI/SEKRETARIS NEGARA
             SOEHARTO                           REPUBLIK INDONESIA
                                                 SUDHARMONO, S.H.
9




                      PENJELASAN ATAS
              UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
                    NOMOR 5 TAHUN 1984
                          TENTANG
                       PERINDUSTRIAN

UMUM
Garis-Garis Besar Haluan Negara menegaskan bahwa sasaran utama pembangunan
jangka panjang adalah terciptanya landasan yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk
tumbuh dan berkembang atas kekuatannya sendiri menuju masyarakat yang adil
dan makmur berdasarkan Pancasila.
Di bidang ekonomi, sasaran pokok yang hendak dicapai dalam pembangunan
jangka panjang adalah tercapainya keseimbangan antara pertanian dan industri
serta perubahan-perubahan fundamental dalam struktur ekonomi Indonesia
sehingga produksi nasional yang berasal dari luar pertanian akan merupakan
bagian yang semakin besar dan industri menjadi tulang punggung ekonomi.
Disamping itu pelaksanaan pembangunan sekaligus harus menjamin pembagian
pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan rasa keadilan, dalam
rangka mewujudkan keadilan sosial sehingga di satu pihak pembangunan itu tidak
hanya ditujukan untuk meningkatkan produksi, melainkan sekaligus mencegah
melebarnya jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin,
Dengan memperhatikan sasaran pembangunan jangka panjang di bidang ekonomi
tersebut, maka pembangunan industri memiliki peranan yang sangat penting.
Dengan arah dan sasaran tersebut, pembangunan industri bukan saja berarti harus
semakin ditingkatkan dan pertumbuhannya dipercepat sehingga mampu
mempercepat terciptanya struktur ekonomi yang lebih seimbang, tetapi
pelaksanaannya harus pula makin mampu memperluas kesempatan kerja,
meningkatkan rangkaian proses produksi industri untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri sehingga mengurangi ketergantungan pada impor, dan
meningkatkan ekspor hasil-hasil industri itu sendiri.
Untuk mewujudkan sasaran di atas, diperlukan perangkat hukum yang secara jelas
mampu melandasi upaya pengaturan, pembinaan, dan pengembangan dalam arti
yang seluas-luasnya tatanan dan seluruh kegiatan industri.
Dalam rangka kebutuhan inilah Undang-Undang tentang Perindustrian ini disusun.
Masalah ini menjadi semakin terasa penting, terutama apabila dikaitkan dengan
kenyataan yang ada hingga saat ini bahwa peraturan-peraturan yang digunakan
bagi pengaturan, pembinaan, dan pengembangan industri selama ini dirasakan
kurang mencukupi kebutuhan karena hanya mengatur beberapa segi tertentu saja
dalam tatanan dan kegiatan industri, dan itupun seringkali tidak berkaitan satu
dengan yang lain.
Apabila Undang-Undang ini dimaksudkan untuk memberikan landasan hukum yang
kokoh dalam upaya pengaturan, pembinaan, dan pengembangan dalam arti yang
seluas-luasnya, tidaklah hal ini perlu diartikan bahwa Undang- Undang ini akan
memberikan kemungkinan terhadap penguasaan yang bersifat mutlak atas setiap
cabang industri oleh Negara.
Undang-Undang Dasar 1945 dan Garis-Garis Besar Haluan Negara telah secara jelas
dan tegas menunjukkan bahwa dalam kegiatan ekonomi, termasuk industri, harus
dihindarkan timbulnya quot;etatismequot; dan sistem quot;free fight liberalismquot;.
Sebaliknya melalui Undang-Undang ini upaya pengaturan, pembinaan, dan
pengembangan industri diberi arah kemana dan bagaimana pembangunan industri
10




ini harus dilakukan, dengan sebesar mungkin memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk berperan secara aktif.
Dalam hal ini, Undang-Undang ini secara tegas menyatakan bahwa pembangunan
industri ini harus dilandaskan pada demokrasi ekonomi.
Dengan landasan ini, kegiatan usaha industri pada hakekatnya terbuka untuk
diusahakan masyarakat.
Bahwa Undang-Undang ini menentukan cabang-cabang industri yang penting dan
strategis bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
negara, hal ini sebenarnya memang menjadi salah satu sendi daripada demokrasi
ekonomi itu sendiri.
Begitu pula penetapan bidang usaha industri yang masuk dalam kelompok industri
kecil, termasuk industri yang menggunakan ketrampilan tradisional dan industri
penghasil benda seni dapat diusahakan hanya oleh Warga Negara Republik
Indonesia.
Dengan landasan ini, upaya pengaturan, pembinaan, dan pengembangan yang
dilakukan Pemerintah diarahkan untuk menciptakan iklim usaha industri secara
sehat dan mantap. Dalam hubungan ini, bidang usaha industri yang besar dan kuat
membina serta membimbing yang kecil dan lemah agar dapat tumbuh dan
berkembang menjadi kuat. Dengan iklim usaha industri yang sehat seperti itu,
diharapkan industri akan dapat memberikan rangsangan yang besar dalam
menciptakan lapangan kerja yang luas.
Dengan upaya-upaya dan dengan terciptanya iklim usaha sebagai di atas,
diharapkan kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan dan kekuatan sendiri
dalam membangun industri akan semakin tumbuh dengan kuat pula. Dalam
hubungan ini, adalah penting untuk tetap diperhatikan bahwa bagaimanapun
besarnya keinginan yang dikandung dalam usaha untuk membangun industri ini,
tetapi Undang-Undang inipun juga memerintahkan terwujudnya keselarasan dan
keseimbangan antara usaha pembangunan itu sendiri dengan lingkungan hidup
manusia dan masyarakat Indonesia.
Kemakmuran, betapapun bukanlah satu-satunya tujuan yang ingin dicapai
pembangunan industri ini.
Upaya apapun yang dilakukan dalam kegiatan pembangunan tersebut, tidak
terlepas dari tujuan pembangunan nasional, yaitu pembangunan untuk
mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual
berdasarkan Pancasila di dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia, serta
tidak terlepas dari arah pembangunan jangka panjang yaitu pembangunan yang
dilaksanakan di dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, Undang-Undang ini
juga menegaskan bahwa upaya dan kegiatan apapun yang dilakukan dalam rangka
pembangunan industri ini, tetap harus memperhatikan penggunaan sumber daya
alam secara tidak boros agar tidak merusak tata lingkungan hidup.
Dengan demikian maka masyarakat industri yang dibangun harus tetap menjamin
terwujudnya masyarakat Indonesia yang berkepribadian, maju, sejahtera, adil dan
lestari berdasarkan Pancasila.

PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 Angka 1 Cukup jelas.
Angka 2 Cukup jelas.
Angka 3 Cukup jelas.
Angka 4 Cukup jelas.
11




Angka 5 Cukup jelas.
Angka 6 Cukup jelas.
Angka 7 Cukup jelas.
Angka 8 Cukup jelas
Angka 9 Cukup jelas.
Angka 10 Cukup jelas.
Angka 11 Cukup jelas.
Angka 12 Cukup jelas.
Angka 13 Cukup jelas.
Angka 14 Cukup jelas.
Angka 15 Cukup jelas.
Angka 16 Cukup jelas.
Angka 17 Cukup jelas.
Angka 18 Cukup jelas.

Pasal 2
Seperti telah diutarakan dalam penjelasan umum, pembangunan industri
dilandaskan pada :
a. demokrasi ekonomi, yaitu bahwa pelaksanaan pembangunan industri dilakukan
    dengan sebesar mungkin mengikutsertakan dan meningkatkan peran serta aktif
    masyarakat secara merata, baik dalam bentuk usaha swasta maupun koperasi
    serta dengan menghindarkan sistem quot;free fight liberalismquot;, sistem quot;etatismequot;,
    dan pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk monopoli
    yang merugikan masyarakat;
b. kepercayaan pada diri sendiri, yaitu bahwa segala usaha dan kegiatan dalam
    pembangunan industri harus berlandaskan dan sekaligus mampu
    membangkitkan kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri serta
    bersendikan kepada kepribadian bangsa;
c. manfaat, yaitu bahwa pelaksanaan pembangunan industri dan hasil-hasilnya
    harus dapat dimanfaatkan sebesar-besarya bagi kemanusiaan dan peningkatan
    kesejahteraan rakyat;
d. kelestarian lingkungan hidup, yaitu bahwa pelaksanaan pembangunan industri
    tetap harus dilakukan dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian
    dari lingkungan hidup dan sumber daya alam;
e. pembangunan bangsa harus berwatak demokrasi ekonomi serta memberi
    wujud yang makin nyata terhadap demokrasi ekonomi itu sendiri.

Pasal 3 Cukup jelas.

Pasal 4
Ayat (1)
Cabang-cabang industri tertentu mengemban peranan yang sangat penting dan
strategis bagi negara, dan yang menguasai hajat hidup orang banyak antara lain
karena :
a. memenuhi kebutuhan yang sangat pokok bagi kesejahteraan rakyat atau
    menguasai hajat hidup orang banyak;
b. mengolah suatu bahan mentah strategis
c. dan/atau berkaitan langsung dengan kepentingan pertahanan serta keamanan
    negara.
12




Yang dimaksud dengan dikuasai oleh negara tidaklah selalu berarti bahwa cabang-
cabang industri dimaksud harus dimiliki oleh negara, melainkan Pemerintah
mempunyai kewenangan untuk mengatur produksi dari cabang-cabang industri
dimaksud dalam rangka memelihara kemantapan stabilitas ekonomi nasional serta
ketahanan nasional.
Sehubungan dengan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka cabang-cabang
industri tersebut dapat ditetapkan untuk dimiliki ataupun dikuasai oleh Negara.
Ayat (2) Cukup jelas.

Pasal 5
Ayat (1)
Kelompok industri kecil, termasuk yang menggunakan proses modern, yang
menggunakan ketrampilan tradisional, dan yang menghasilkan benda-benda seni
seperti industri kerajinan, yang kesemuanya tersebar di seluruh wilayah Indonesia,
pada umumnya diusahakan oleh rakyat Indonesia dari golongan ekonomi lemah.
Oleh sebab itu industri ini dapat diusahakan hanya oleh Warga Negara Republik
Indonesia.
Ayat (2) Cukup jelas.
Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 6
Pemerintah menetapkan kebijaksanaan untuk membuka lapangan bagi investasi
baru atau perluasan bidang usaha industri yang telah ada, baik bagi penanaman
modal dalam negeri maupun modal asing dengan pertimbangan bahwa produksi
yang dihasilkannya sangat diperlukan.

Pasal 7
Melalui pengaturan, pembinaan, dan pengembangan, Pemerintah mencegah
penanaman modal yang boros serta timbulnya persaingan yang tidak jujur dan
curang dalam kegiatan bidang usaha industri, dan sebaliknya mengembangkan
iklim persaingan yang baik dan sehat. Melalui pengaturan, pembinaan dan
pengembangan, Pemerintah mencegah pemusatan dan penguasaan industri oleh
satu kelompok atau perorangan dalam bentuk monopoli yang merugikan
masyarakat.

Pasal 8
Yang dimaksud dengan pengaturan, pembinaan, dan pengembangan bidang usaha
industri dalam Pasal ini adalah upaya yang dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan dalam arti yang seluas- luasnya terhadap kegiatan industri.
Tugas dan tanggung jawab untuk menciptakan iklim dan suasana yang
menguntungkan bagi pertumbuhan dan pengembangan bidang usaha industri ini,
pada dasarnya berada pada Pemerintah.
Oleh karenanya, adalah wajar bilamana upaya pembinaan dan pengembangan,
dilakukan oleh Pemerintah melalui kegiatan pengaturan yang kewenangannya
berada di tangan Pemerintah pula.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan pengaturan, pembinaan dan pengembangan
bidang usaha industri yang dilakukan oleh Pemerintah dengan kewenangan yang
diberikan oleh Undang-Undang ini, dilakukan secara seimbang, terpadu dan
terarah untuk memperkokoh struktur industri nasional pada setiap tahap
perkembangan industri.
13




Pasal 9
Angka 1
Untuk mewujudkan perubahan struktur perekonomian secara fundamental, perlu
dikerahkan dan dimanfaatkan seoptimal mungkin seluruh sumber daya alam dan
sumber daya manusia yang tersedia.
Bersamaan dengan itu, tujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat melalui industri ini menuntut pula dilaksanakan nya penyebaran dan
pemerataan pembangunan dan pengembangan industri di seluruh Indonesia sesuai
dengan ciri dan sumber daya alam dan manusia yang terdapat di masing-masing
daerah.
Demikian pula perlu ditingkatkan pembangunan daerah dan pedesaan yang
disertai dengan pembinaan dan pengembangan serta peran serta dan kemampuan
penduduk. Penerapan teknologi yang tepat guna, baik yang merupakan hasil
pengembangan di dalam negeri maupun yang merupakan hasil-pengalihan dari
luar negeri, merupakan usaha agar dengan sumber daya manusia yang tersedia
dapat diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sumber daya alam yang
dimiliki bangsa Indonesia untuk kemakmuran seluruh rakyat.
Angka 2
Untuk terciptanya iklim yang menguntungkan dan perkembangan industri secara
sehat, serasi, dan mantap, Pemerintah melakukan pengaturan, dan pembinaan
secara menyeluruh dan terarah untuk mencegah persaingan yang tidak jujur antara
perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan industri; agar dapat dihindarkan
pemusatan atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau perorangan dalam
bentuk monopoli yang merugikan masyarakat.
Dalam rangkaian kegiatan ini, diperlukan berbagai sarana penunjang dan
kebijaksanaan seperti :
• informasi industri yang lengkap dan berlanjut;
• kebijaksanaan perizinan yang diarahkan untuk mengembangkan kegiatan
   industri;
• kebijaksanaan perlindungan industri melalui pembinaan serta pengutamaan
   produksi dalam negeri;
• kebijaksanaan yang merangsang ekspor hasil industri;
• kebijaksanaan perbankan dan pasar modal yang mendukung perkembangan
   industri.
Angka 3
Industri dalam negeri diarahkan untuk secepatnya mampu membina dirinya agar
memiliki daya guna kerja serta produktivitas yang tinggi, sehingga hasil
produksinya mampu bersaing dengan barang- barang impor di pasaran dalam
negeri, dan di pasaran internasional.
Untuk itu, dalam tahap pertumbuhannya Pemerintah dalam batas-batas yang wajar
dapat memberikan perlindungan kepada industri dalam negeri.
Di lain pihak, perlindungan yang diberikan itu harus tetap menjamin agar
konsumen dalam negeri juga tidak dirugikan.

Angka 4
Dalam pelaksanaan pembangunan, sumber-sumber alam harus digunakan secara
rasional. Penggalian sumber daya alam tersebut harus diusahakan agar tidak
merusak tata lingkungan hidup, dilaksanakan dengan kebijaksanaan yang
menyeluruh dan dengan memperhitungkan kebutuhan generasi yang akan datang.
14




Pasal 10
Dalam rangka usaha memperbesar nilai tambah sebanyak-banyaknya,maka
pembangunan industri harus dilaksanakan dengan mengembangkan keterkaitan
yang berantai ke segala jurusan secara seluas-luasnya yang saling menguntungkan:
a. keterkaitan antara kelompok industri hulu/dasar, kelompok industri hilir dan
   kelompok industri kecil;
b. keterkaitan antara industri besar, menengah, dan kecil dalam ukuran besarnya
   investasi;
c. keterkaitan antara berbagai cabang dan/atau jenis industri;
d. keterkaitan antara industri dengan sektor-sektor ekonomi lainnya.

Pasal 11
Yang dimaksud dengan pembinaan perusahaan industri dalam Pasal ini adalah
pembinaan kerja sama antara industri kecil, industri menengah dan industri besar
yang perlu dikembangkan sebagai sistem kerja sama dan keterkaitan seperti
pengsubkontrakan pada umumnya, sistem bapak angkat, dan sebagainya.
Dengan pengembangan sistem ini maka kerja sama di antara perusahaan industri
besar, menengah, dan kecil dapat berlangsung dalam iklim yang positif dan
konstruktif, dalam arti bersifat saling membutuhkan dan saling memperkuat dan
saling menguntungkan.
Dalam melakukan pembinaan kerja sama antara perusahaan industri Pemerintah
memanfaatkan peranan koperasi, Kamar Dagang dan Industri Indonesia, serta
asosiasi/federasi perusahaan-perusahaan industri sebagai wadah untuk
meningkatkan pengembangan bidang usaha industri.

Pasal 12
Yang dimaksud dengan kemudahan dan/atau perlindungan yang diberikan oleh
Pemerintah untuk mendorong pengembangan cabang industri dan jenis industri
adalah antara lain dalam bidang perpajakan, permodalan dan perbankan, bea
masuk dan cukai, sertifikat ekspor dan lain sebagainya.

Pasal 13 Ayat (1) Cukup jelas.
Ayat (2) Cukup jelas.
Ayat (3)
Pengecualian untuk mempunyai Izin Usaha Industri ini ditujukan terhadap jenis
industri tertentu dalam kelompok industri kecil yang karena sifat usahanya serta
investasinya kecil lebih merupakan mata pencaharian dari golongan masyarakat
berpenghasilan rendah seperti usaha industri rumah tangga dan industri kerajinan.
Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 14
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan informasi industri dalam Pasal ini adalah data statistik
perusahaan industri yang nyata, benar dan lengkap yang diperlukan bagi dasar
pengaturan, pembinaan dan pengembangan bidang usaha industri seperti yang
dimaksud dalam Pasal 8.
Ayat (2) Cukup jelas.
Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 15
15




Ayat (1) Cukup jelas.
Ayat (2) Dalam rangka pembinaan berupa bimbingan dan penyuluhan, Pemerintah
memberikan petunjuk-petunjuk pelaksanaan mengenai upaya menjamin keamanan
dan keselamatan terhadap penggunaan alat, bahan baku serta hasil produksi
industri termasuk pengangkutannya, dengan memperhatikan pula keselamatan
kerja. Adapun yang dimaksud dengan pengangkutan adalah pengangkutan bahan
baku dan hasil produksi industri yang berbahaya.
Selain itu perlu diawasi pula langkah-langkah pencegahan timbulnya kerusakan
dan pencemaran terhadap lingkungan hidup serta pengamanan terhadap
keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam.
Ayat (3) Pengawasan dan pengendalian yang menyangkut keamanan dan
keselamatan alat, proses dan hasil produksi industri adalah untuk menjamin
keamanan, dan keselamatan dalam pelaksanaan tugas teknis operasional.
Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 16
Ayat (1) Sesuai dengan pengelompokan industri, masing-masing kelompok industri
hulu atau juga disebut kelompok industri dasar, kelompok industri hilir atau umum
juga menyebut aneka industri, dan kelompok industri kecil, serta dengan
memperhatikan misinya, yakni untuk pertumbuhan ataupun pemerataan, maka
penerapan teknologi yang tepat guna dapat berwujud teknologi maju, teknologi
madya atau teknologi sederhana.
Pengarahan untuk menggunakan teknologi yang tepat guna dengan sejauh
mungkin menggunakan bahan-bahan dalam negeri adalah untuk meningkatkan
nilai tambah, memelihara keseimbangan antara peningkatan produksi dan
kesempatan kerja, serta pemerataan pendapatan.
Ayat (2) Yang dimaksud dengan Pemerintah membantu pemilihan perangkat
teknologi industri dari luar negeri adalah pemberian data informasi teknologi
industri yang menyangkut sumber/asal teknologi, proses, lisensi, patent, royalti
termasuk jasa dalam menyusun pejanjian, dan lain sebagainya.
Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 17
Yang dimaksud dengan desain produk industri adalah hasil rancangan suatu
barang jadi untuk diproduksi oleh suatu perusahaan industri. Yang dimaksud
dengan perlindungan hukum, adalah suatu larangan bagi pihak lain untuk dengan
tanpa hak melakukan peniruan desain produk industri yang telah dicipta serta telah
terdaftar.
Maksud dari Pasal ini adalah untuk memberikan rangsangan bagi terciptanya
desain-desain baru.

Pasal 18
Pasal ini dimaksud agar bagi bangsa Indonesia terbuka kesempatan seluas-luasnya
untuk memiliki keahlian dan pengalaman menguasai teknologi dalam perencanaan
pendirian industri serta perancangan dan pembuatan mesin pabrik dan peralatan
industri.
Termasuk dalam pengertian perekayasaan industri adalah konsultasi dibidang
perekayasaan, perekayasaan konstruksi, perekayasaan peralatan dan mesin
industri.
16




Pasal 19
Penetapan standar industri bertujuan, untuk menjamin serta meningkatkan mutu
hasil industri, untuk normalisasi penggunaan bahan baku dan barang, serta untuk
rasionalisasi optimalisasi produksi dan cara kerja demi tercapainya daya guna
sebesar-besarnya.
Dalam penyusunan standar industri tersebut di atas diikutsertakan pihak swasta,
Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Asosiasi, Balai-balai Penelitian, Lembaga-
lembaga Ilmiah, Lembaga Konsumen dan pihak-pihak lain yang berkepentingan
dengan proses dalam standardisasi industri.
Selain untuk kepentingan industri, standardisasi industri juga perlu untuk
melindungi konsumen.

Pasal 20
Ayat (1)
Pembangunan industri dasar dengan skala besar yang dilakukan untuk mengolah
langsung sumber daya alam termasuk sumber energi yang terdapat di suatu
daerah, perlu dimanfaatkan untuk mendorong pembangunan cabang-cabang dan
jenis-jenis industri yang saling mempunyai kaitan, yang selanjutnya dapat
dikembangkan menjadi kawasan-kawasan industri.
Rangkaian kegiatan pembangunan industri tersebut di atas pada gilirannya akan
memacu kegiatan pembangunan sektor-sektor ekonomi lainnya beserta
prasarananya antara lain yang penting adalah terminal-terminal pelayanan jasa,
daerah pemukiman baru dan daerah pertanian baru.
Wilayah yang dikembangkan dengan berpangkal tolak pada pembangunan
industri dalam rangkaian seperti tersebut di atas, yang dipadukan dengan kondisi
daerah dalam rangka mewujudkan kesatuan ekonomi nasional, merupakan Wilayah
Pusat Pertumbuhan Industri.
Ayat (2) Cukup jelas.

Pasal 21
Ayat (1) Perusahaan industri yang didirikan pada suatu tempat, wajib
memperhatikan keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam yang
dipergunakan dalam proses industrinya serta pencegahan timbulnya kerusakan
dan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat usaha dan proses industri yang
dilakukan.
Dampak negatif dapat berupa gangguan, kerusakan, dan bahaya terhadap
keselamatan dan kesehatan masyarakat disekelilingnya yang ditimbulkan karena
pencemaran tanah, air, dan udara termasuk kebisingan suara oleh kegiatan
industri. Dalam hal ini, Pemerintah perlu mengadakan pengaturan dan pembinaan
untuk menanggulanginya.
Ayat (2) Cukup jelas.
Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 22
Penyelenggaraan pengaturan, pembinaan, dan pengembangan terhadap industri
perlu dilakukan dalam batas-batas kewenangan yang jelas sehingga
pelaksanaannya dapat benar-benar berlangsung seimbang dan terpadu dalam
kaitannya dengan sektor-sektor ekonomi lainnya.
17




Sehubungan dengan itu, masalah penyerahan kewenangan pengaturan,
pembinaan, dan pengembangan bidang usaha industri tertentu kepada instansi
tertentu dalam lingkungan Pemerintah, perlu diatur lebih lanjut secara jelas.
Hal ini penting untuk menghindarkan duplikasi kewenangan pengaturan,
pembinaan, dan pengembangan bidang usaha industri di antara instansi-instansi
Pemerintah, dan terutama dalam upaya untuk mendapatkan hasil guna yang
sebesar-besarnya dalam pembangunan industri.

Pasal 23
Yang dimaksud dengan penyerahan urusan mengenai bidang usaha industri
tertentu dan penarikannya kembali dalam Pasal ini adalah terutama mengenai
perizinan yang dilakukan sesuai dengan asas desentralisasi dalam rangka
pelaksanaan pembangunan daerah yang nyata, dinamis dan bertanggung jawab.

Pasal 24
Ayat (1) Cukup jelas.
Ayat (2) Cukup jelas.
Pasal 25 Cukup jelas.
Pasal 26 Cukup jelas.

Pasal 27
Ayat (1) Cukup jelas.
Ayat (2) Cukup jelas.

Pasal 28
Ayat (1) Cukup jelas.
Ayat (2) Cukup jelas.

Pasal 29 Cukup jelas.
Pasal 30 Cukup jelas.
Pasal 31 Cukup jelas.
Pasal 32 Cukup jelas.

    LEMBARAN NEGARA DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA TAHUN 1984

More Related Content

What's hot

Eksistensi pertanian saat ini
Eksistensi pertanian saat iniEksistensi pertanian saat ini
Eksistensi pertanian saat iniWarnet Raha
 
Sawit bagian-a
Sawit bagian-aSawit bagian-a
Sawit bagian-adinooaku
 
Sektor pertanian
Sektor pertanianSektor pertanian
Sektor pertanianifa_talita
 
8 peranan sektor pertanian.pptx
8 peranan sektor pertanian.pptx8 peranan sektor pertanian.pptx
8 peranan sektor pertanian.pptxemi halimi
 
(8)peranan sektor pertanian
(8)peranan sektor pertanian(8)peranan sektor pertanian
(8)peranan sektor pertanianElisabeth Marina
 
Week 10 peranan sektor pertanian yusinadia sekar sari 11140023 5 vma
Week 10 peranan sektor pertanian yusinadia sekar sari 11140023 5 vmaWeek 10 peranan sektor pertanian yusinadia sekar sari 11140023 5 vma
Week 10 peranan sektor pertanian yusinadia sekar sari 11140023 5 vmaYusinadia Sekar Sari
 
Strategi pengembangan komoditas unggulan sektor pertanian tanaman pangan di k...
Strategi pengembangan komoditas unggulan sektor pertanian tanaman pangan di k...Strategi pengembangan komoditas unggulan sektor pertanian tanaman pangan di k...
Strategi pengembangan komoditas unggulan sektor pertanian tanaman pangan di k...anif fahmi
 

What's hot (9)

Eksistensi pertanian saat ini
Eksistensi pertanian saat iniEksistensi pertanian saat ini
Eksistensi pertanian saat ini
 
8 peranan sektor pertanian
8 peranan sektor pertanian8 peranan sektor pertanian
8 peranan sektor pertanian
 
Sawit bagian-a
Sawit bagian-aSawit bagian-a
Sawit bagian-a
 
Bab 1 kap. 45 ton
Bab 1 kap. 45 tonBab 1 kap. 45 ton
Bab 1 kap. 45 ton
 
Sektor pertanian
Sektor pertanianSektor pertanian
Sektor pertanian
 
8 peranan sektor pertanian.pptx
8 peranan sektor pertanian.pptx8 peranan sektor pertanian.pptx
8 peranan sektor pertanian.pptx
 
(8)peranan sektor pertanian
(8)peranan sektor pertanian(8)peranan sektor pertanian
(8)peranan sektor pertanian
 
Week 10 peranan sektor pertanian yusinadia sekar sari 11140023 5 vma
Week 10 peranan sektor pertanian yusinadia sekar sari 11140023 5 vmaWeek 10 peranan sektor pertanian yusinadia sekar sari 11140023 5 vma
Week 10 peranan sektor pertanian yusinadia sekar sari 11140023 5 vma
 
Strategi pengembangan komoditas unggulan sektor pertanian tanaman pangan di k...
Strategi pengembangan komoditas unggulan sektor pertanian tanaman pangan di k...Strategi pengembangan komoditas unggulan sektor pertanian tanaman pangan di k...
Strategi pengembangan komoditas unggulan sektor pertanian tanaman pangan di k...
 

Viewers also liked (9)

Uu 09 2004 Pjls
Uu 09 2004 PjlsUu 09 2004 Pjls
Uu 09 2004 Pjls
 
Uu 05 1979
Uu 05 1979Uu 05 1979
Uu 05 1979
 
Uu 33 2004
Uu 33 2004Uu 33 2004
Uu 33 2004
 
Uu 06 1989
Uu 06 1989Uu 06 1989
Uu 06 1989
 
Uu 12 1997
Uu 12 1997Uu 12 1997
Uu 12 1997
 
Uu 07 2003
Uu 07 2003Uu 07 2003
Uu 07 2003
 
Uu 11 1992
Uu 11 1992Uu 11 1992
Uu 11 1992
 
Uu 05 2004
Uu 05 2004Uu 05 2004
Uu 05 2004
 
Uu 24 2004
Uu 24 2004Uu 24 2004
Uu 24 2004
 

Similar to UU Perindustrian 1984

Uu tahun 2014 no. 3 tentang perindustrian
Uu tahun 2014 no. 3 tentang perindustrianUu tahun 2014 no. 3 tentang perindustrian
Uu tahun 2014 no. 3 tentang perindustrianLegal Akses
 
Uu tahun 2014 no. 3 tentang perindustrian
Uu tahun 2014 no. 3 tentang perindustrianUu tahun 2014 no. 3 tentang perindustrian
Uu tahun 2014 no. 3 tentang perindustrianLegal Akses
 
Undang undang Nomor 3 Tahun 2014
Undang undang Nomor 3 Tahun 2014Undang undang Nomor 3 Tahun 2014
Undang undang Nomor 3 Tahun 2014Parja Negara
 
Perpres no 28 tentang kebijakan industri nasional
Perpres no 28 tentang kebijakan industri nasionalPerpres no 28 tentang kebijakan industri nasional
Perpres no 28 tentang kebijakan industri nasionalPak Ismail
 
UU_Nomor_11_Tahun_2020-compressed.pdf
UU_Nomor_11_Tahun_2020-compressed.pdfUU_Nomor_11_Tahun_2020-compressed.pdf
UU_Nomor_11_Tahun_2020-compressed.pdfUpieAza
 
UU_Nomor_11_Tahun_2020-compressed.pdf
UU_Nomor_11_Tahun_2020-compressed.pdfUU_Nomor_11_Tahun_2020-compressed.pdf
UU_Nomor_11_Tahun_2020-compressed.pdfRinaldi44
 
Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)
Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)
Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)bungfrangki .com
 
UU_Cipta_Kerja_FINAL_-_Paripurna.pdf
UU_Cipta_Kerja_FINAL_-_Paripurna.pdfUU_Cipta_Kerja_FINAL_-_Paripurna.pdf
UU_Cipta_Kerja_FINAL_-_Paripurna.pdfOpenWare1
 
UU Cipta Kerja FINAL - Paripurna.pdf
UU Cipta Kerja FINAL - Paripurna.pdfUU Cipta Kerja FINAL - Paripurna.pdf
UU Cipta Kerja FINAL - Paripurna.pdfmukhtardaud
 
Makalah perkembangan industri di era globalisasi ekonomi dunia terhadap penda...
Makalah perkembangan industri di era globalisasi ekonomi dunia terhadap penda...Makalah perkembangan industri di era globalisasi ekonomi dunia terhadap penda...
Makalah perkembangan industri di era globalisasi ekonomi dunia terhadap penda...Warnet Raha
 
Analisa Industri dan Pengupahan Indonesia
Analisa Industri dan Pengupahan IndonesiaAnalisa Industri dan Pengupahan Indonesia
Analisa Industri dan Pengupahan IndonesiaPenerbit Manggu
 
Makalah perkembangan industri di era globalisasi ekonomi dunia terhadap penda...
Makalah perkembangan industri di era globalisasi ekonomi dunia terhadap penda...Makalah perkembangan industri di era globalisasi ekonomi dunia terhadap penda...
Makalah perkembangan industri di era globalisasi ekonomi dunia terhadap penda...Septian Muna Barakati
 
Pengadaan tanah-kawasan-industri
Pengadaan tanah-kawasan-industriPengadaan tanah-kawasan-industri
Pengadaan tanah-kawasan-industrimuzakir tombolotutu
 
Kesehatan dan keselamatan kerja (k3)
Kesehatan dan keselamatan kerja (k3)Kesehatan dan keselamatan kerja (k3)
Kesehatan dan keselamatan kerja (k3)Cuci Cahayanti
 
Sistem ekonomi-indonesia
Sistem ekonomi-indonesiaSistem ekonomi-indonesia
Sistem ekonomi-indonesiananorahma
 

Similar to UU Perindustrian 1984 (20)

Uu tahun 2014 no. 3 tentang perindustrian
Uu tahun 2014 no. 3 tentang perindustrianUu tahun 2014 no. 3 tentang perindustrian
Uu tahun 2014 no. 3 tentang perindustrian
 
Uu tahun 2014 no. 3 tentang perindustrian
Uu tahun 2014 no. 3 tentang perindustrianUu tahun 2014 no. 3 tentang perindustrian
Uu tahun 2014 no. 3 tentang perindustrian
 
Undang undang Nomor 3 Tahun 2014
Undang undang Nomor 3 Tahun 2014Undang undang Nomor 3 Tahun 2014
Undang undang Nomor 3 Tahun 2014
 
Perpres no 28 tentang kebijakan industri nasional
Perpres no 28 tentang kebijakan industri nasionalPerpres no 28 tentang kebijakan industri nasional
Perpres no 28 tentang kebijakan industri nasional
 
UU_Nomor_11_Tahun_2020-compressed.pdf
UU_Nomor_11_Tahun_2020-compressed.pdfUU_Nomor_11_Tahun_2020-compressed.pdf
UU_Nomor_11_Tahun_2020-compressed.pdf
 
UU_Nomor_11_Tahun_2020-compressed.pdf
UU_Nomor_11_Tahun_2020-compressed.pdfUU_Nomor_11_Tahun_2020-compressed.pdf
UU_Nomor_11_Tahun_2020-compressed.pdf
 
Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)
Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)
Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)
 
UU_Cipta_Kerja_FINAL_-_Paripurna.pdf
UU_Cipta_Kerja_FINAL_-_Paripurna.pdfUU_Cipta_Kerja_FINAL_-_Paripurna.pdf
UU_Cipta_Kerja_FINAL_-_Paripurna.pdf
 
UU Cipta Kerja FINAL - Paripurna.pdf
UU Cipta Kerja FINAL - Paripurna.pdfUU Cipta Kerja FINAL - Paripurna.pdf
UU Cipta Kerja FINAL - Paripurna.pdf
 
Makalah perkembangan industri di era globalisasi ekonomi dunia terhadap penda...
Makalah perkembangan industri di era globalisasi ekonomi dunia terhadap penda...Makalah perkembangan industri di era globalisasi ekonomi dunia terhadap penda...
Makalah perkembangan industri di era globalisasi ekonomi dunia terhadap penda...
 
Analisa Industri dan Pengupahan Indonesia
Analisa Industri dan Pengupahan IndonesiaAnalisa Industri dan Pengupahan Indonesia
Analisa Industri dan Pengupahan Indonesia
 
Uu no 1_1987
Uu no 1_1987Uu no 1_1987
Uu no 1_1987
 
Makalah perkembangan industri di era globalisasi ekonomi dunia terhadap penda...
Makalah perkembangan industri di era globalisasi ekonomi dunia terhadap penda...Makalah perkembangan industri di era globalisasi ekonomi dunia terhadap penda...
Makalah perkembangan industri di era globalisasi ekonomi dunia terhadap penda...
 
Pengadaan tanah-kawasan-industri
Pengadaan tanah-kawasan-industriPengadaan tanah-kawasan-industri
Pengadaan tanah-kawasan-industri
 
Pembangunan Industri (Perekonomian Indonesia BAB 5)
Pembangunan Industri (Perekonomian Indonesia BAB 5)Pembangunan Industri (Perekonomian Indonesia BAB 5)
Pembangunan Industri (Perekonomian Indonesia BAB 5)
 
tugas geografi industri
tugas geografi  industri tugas geografi  industri
tugas geografi industri
 
Kesehatan dan keselamatan kerja (k3)
Kesehatan dan keselamatan kerja (k3)Kesehatan dan keselamatan kerja (k3)
Kesehatan dan keselamatan kerja (k3)
 
Sistem ekonomi-indonesia
Sistem ekonomi-indonesiaSistem ekonomi-indonesia
Sistem ekonomi-indonesia
 
Dasar dasar awam di malaysia
Dasar dasar awam di malaysiaDasar dasar awam di malaysia
Dasar dasar awam di malaysia
 
Uu 1967 1 penanaman modal asing
Uu 1967 1 penanaman modal asingUu 1967 1 penanaman modal asing
Uu 1967 1 penanaman modal asing
 

More from People Power

Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019People Power
 
sahabat walhi riau by Tya
sahabat walhi riau by Tyasahabat walhi riau by Tya
sahabat walhi riau by TyaPeople Power
 
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kamparKronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kamparPeople Power
 
Kronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam seninKronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam seninPeople Power
 
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadiLangkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadiPeople Power
 
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013People Power
 
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013People Power
 
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...People Power
 
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012People Power
 
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...People Power
 
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...People Power
 
Pengelolaan Lansekap di Pulau Padang
Pengelolaan Lansekap di Pulau PadangPengelolaan Lansekap di Pulau Padang
Pengelolaan Lansekap di Pulau PadangPeople Power
 
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.People Power
 
Surat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASISurat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASIPeople Power
 
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASISurat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASIPeople Power
 

More from People Power (20)

Strategi advokasi
Strategi advokasiStrategi advokasi
Strategi advokasi
 
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
 
sahabat walhi riau by Tya
sahabat walhi riau by Tyasahabat walhi riau by Tya
sahabat walhi riau by Tya
 
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kamparKronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
 
Kronologis 1
Kronologis 1Kronologis 1
Kronologis 1
 
Kronologis 2
Kronologis 2Kronologis 2
Kronologis 2
 
Kronologis 4
Kronologis 4Kronologis 4
Kronologis 4
 
Kronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam seninKronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam senin
 
Kronologis 3
Kronologis 3Kronologis 3
Kronologis 3
 
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadiLangkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadi
 
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
 
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
 
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
 
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
 
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
 
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
 
Pengelolaan Lansekap di Pulau Padang
Pengelolaan Lansekap di Pulau PadangPengelolaan Lansekap di Pulau Padang
Pengelolaan Lansekap di Pulau Padang
 
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
 
Surat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASISurat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASI
 
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASISurat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
 

Recently uploaded

Mengenal Rosa777: Situs Judi Online yang Populer
Mengenal Rosa777: Situs Judi Online yang PopulerMengenal Rosa777: Situs Judi Online yang Populer
Mengenal Rosa777: Situs Judi Online yang PopulerHaseebBashir5
 
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptxBab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptxlulustugasakhirkulia
 
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptx
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptxMemaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptx
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptxSintaDosi
 
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGANPPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGANdewihartinah
 
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing SoloCALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solojasa marketing online
 
Manajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf man
Manajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf manManajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf man
Manajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf manrasyidakhdaniyal10
 
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapak
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapaktugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapak
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapaksmkpelayarandemak1
 
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdgNilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdgNajlaNazhira
 
Perspektif Psikologi dalam Perubahan Organisasi
Perspektif Psikologi dalam Perubahan OrganisasiPerspektif Psikologi dalam Perubahan Organisasi
Perspektif Psikologi dalam Perubahan OrganisasiSeta Wicaksana
 
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptxKUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptxFORTRESS
 
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama LinkajaUNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkajaunikbetslotbankmaybank
 
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...FORTRESS
 
DRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptx
DRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptxDRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptx
DRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptxnairaazkia89
 
04 AKMEN new.pdf........................
04 AKMEN new.pdf........................04 AKMEN new.pdf........................
04 AKMEN new.pdf........................rendisalay
 
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptxASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptxMuhammadDidikJasaGb
 
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonus
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak BonusUNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonus
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonusunikbetslotbankmaybank
 
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...FORTRESS
 
ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...
ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...
ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...FORTRESS
 
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1alvinjasindo
 

Recently uploaded (20)

Mengenal Rosa777: Situs Judi Online yang Populer
Mengenal Rosa777: Situs Judi Online yang PopulerMengenal Rosa777: Situs Judi Online yang Populer
Mengenal Rosa777: Situs Judi Online yang Populer
 
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptxBab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
 
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptx
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptxMemaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptx
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptx
 
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGANPPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
 
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing SoloCALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
 
Manajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf man
Manajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf manManajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf man
Manajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf man
 
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapak
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapaktugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapak
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapak
 
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdgNilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
 
Perspektif Psikologi dalam Perubahan Organisasi
Perspektif Psikologi dalam Perubahan OrganisasiPerspektif Psikologi dalam Perubahan Organisasi
Perspektif Psikologi dalam Perubahan Organisasi
 
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptxKUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
 
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama LinkajaUNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
 
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
 
DRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptx
DRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptxDRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptx
DRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptx
 
04 AKMEN new.pdf........................
04 AKMEN new.pdf........................04 AKMEN new.pdf........................
04 AKMEN new.pdf........................
 
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptxASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
 
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonus
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak BonusUNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonus
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonus
 
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
 
ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...
ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...
ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...
 
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotecabortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
 
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
 

UU Perindustrian 1984

  • 1. 1 UNDANG-UNDANG (UU) Nomor 5 TAHUN 1984 (5/1984) Tanggal 29 JUNI 1984 (JAKARTA) Sumber LN 1984/22; TLN NO. 3274 Tentang PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila, serta bahwa hakekat Pembangunan Nasional adalah Pembangunan Manusia Indonesia seutuhnya, maka landasan pelaksanaan Pembangunan Nasional adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; b. bahwa arah pembangunan jangka panjang di bidang ekonomi dalam pembangunan nasional adalah tercapainya struktur ekonomi yang seimbang yang di dalamnya terdapat kemampuan dan kekuatan industri yang maju yang didukung oleh kekuatan dan kemampuan pertanian yang tangguh, serta merupakan pangkal tolak bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatannya sendiri; c. bahwa untuk mencapai sasaran pembangunan di bidang ekonomi dalam pembangunan nasional, industri memegang peranan yang menentukan dan oleh karenanya perlu lebih dikembangkan secara seimbang dan terpadu dengan meningkatkan peran serta masyarakat secara aktif serta mendayagunakan secara optimal seluruh sumber daya alam, manusia, dan dana yang tersedia; d. bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas dan untuk memberikan dasar yang kokoh bagi pengaturan, pembinaan, dan pengembangan industri secara mantap dan berkesinambungan serta belum adanya perangkat hukum yang secara menyeluruh mampu melandasinya, perlu dibentuk Undang-Undang tentang Perindustrian; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 27 ayat (2), dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1960 tentang Statistik (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2048); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2832); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2918); 5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037); 6. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215);
  • 2. 2 7. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3234); Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN : Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERINDUSTRIAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dirnaksud dengan : 1. Perindustrian adalah tatanan dan segala kegiatan yang bertalian dengan kegiatan industri. 2. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. 3. Kelompok industri adalah bagian-bagian utama kegiatan industri, yakni kelompok industri hulu atau juga disebut kelompok industri dasar, kelompok industri hilir, dan kelompok industri kecil. 4. Cabang industri adalah bagian suatu kelompok industri yang mempunyai ciri umum yang sama dalam proses produksi. 5. Jenis industri adalah bagian suatu cabang industri yang mempunyai ciri khusus yang sama dan/atau hasilnya bersifat akhir dalam proses produksi. 6. Bidang usaha industri adalah lapangan kegiatan yang bersangkutan dengan cabang industri atau jenis industri. 7. Perusahaan industri adalah badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang usaha industri. 8. Bahan mentah adalah semua bahan yang didapat dari sumber daya alam dan/atau yang diperoleh dari usaha manusia untuk dimanfaatkan lebih lanjut. 9. Bahan baku industri adalah bahan mentah yang diolah atau tidak diolah yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana produksi dalam industri. 10. Barang setengah jadi adalah bahan mentah atau bahan baku yang telah mengalami satu atau beberapa tahap proses industri yang dapat diproses lebih lanjut menjadi barang jadi. 11. Barang jadi adalah barang hasil industri yang sudah siap pakai untuk konsumsi akhir ataupun siap pakai sebagai alat produksi. 12. Teknologi industri adalah cara pada proses pengolahan yang diterapkan dalam industri. 13. Teknologi yang tepat guna adalah teknologi yang tepat dan berguna bagi suatu proses untuk menghasilkan nilai tambah. 14. Rancang bangun industri adalah kegiatan industri yang berhubungan dengan perencanaan pendirian industri/pabrik secara keseluruhan atau bagian- bagiannya. 15. Perekayasaan industri adalah kegiatan industri yang berhubungan dengan perancangan dan pembuatan mesin/peralatan pabrik dan peralatan industri lainnya.
  • 3. 3 16. Standar industri adalah ketentuan-ketentuan terhadap hasil produksi industri yang di satu segi menyangkut bentuk, ukuran, komposisi, mutu, dan lain-lain serta di segi lain menyangkut cara mengolah, cara menggambar, cara menguji dan lain-lain. 17. Standardisasi industri adalah penyeragaman dan penerapan dari standar industri. 18. Tatanan industri adalah tertib susunan dan pengaturan dalam arti seluas-luasnya bagi industri. BAB II LANDASAN DAN TUJUAN PEMBANGUNAN INDUSTRI Pasal 2 Pembangunan industri berlandaskan demokrasi ekonomi, kepercayaan pada kemampuan dan kekuatan diri sendiri, manfaat, dan kelestarian lingkungan hidup. Pasal 3 Pembangunan industri bertujuan untuk : 1. meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata dengan memanfaatkan dana, sumber daya alam, dan/atau hasil budidaya serta dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup; 2. meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap, mengubah struktur perekonomian ke arah yang lebih baik, maju, sehat, dan lebih seimbang sebagai upaya untuk mewujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas bagi pertumbuhan ekonomi pada umumnya, serta memberikan nilai tambah bagi pertumbuhan industri pada khususnya; 3. meningkatkan kemampuan dan penguasaan serta mendorong terciptanya teknologi yang tepat guna dan menumbuhkan kepercayaan terhadap kemampuan dunia usaha nasional; 4. meningkatkan keikutsertaan masyarakat dan kemampuan golongan ekonomi lemah, termasuk pengrajin agar berperan secara aktif dalam pembangunan industri; 5. memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan peranan koperasi industri; 6. meningkatkan penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor hasil produksi nasional yang bermutu, disamping penghematan devisa melalui pengutamaan pemakaian hasil produksi dalam negeri, guna mengurangi ketergantungan kepada luar negeri; 7. mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan industri yang menunjang pembangunan daerah dalam rangka pewujudan Wawasan Nusantara; 8. menunjang dan memperkuat stabilitas nasional yang dinamis dalam rangka memperkokoh ketahanan nasional. BAB III PEMBANGUNAN INDUSTRI Pasal 4 1. Cabang industri yang penting dan strategis bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. 2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
  • 4. 4 Pasal 5 1. Pemerintah menetapkan bidang usaha industri yang masuk dalam kelompok industri kecil, termasuk industri yang menggunakan ketrampilan tradisional dan industri penghasil benda seni, yang dapat diusahakan hanya oleh Warga Negara Republik Indonesia. 2. Pemerintah menetapkan jenis-jenis industri yang khusus dicadangkan bagi kegiatan industri kecil yang dilakukan oleh masyarakat pengusaha dari golongan ekonomi lemah. 3. Ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 6 Pemerintah menetapkan bidang usaha industri untuk penanaman modal, baik modal dalam negeri maupun modal asing. BAB IV PENGATURAN, PEMBINAAN, DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI Pasal 7 Pemerintah melakukan pengaturan, pembinaan, dan pengembangan terhadap industri, untuk: 1. mewujudkan perkembangan industri yang lebih baik, secara sehat dan berhasil guna; 2. mengembangkan persaingan yang baik dan sehat serta mencegah persaingan yang tidak jujur; 3. mencegah pemusatan atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau perorangan dalam bentuk monopoli yang merugikan masyarakat1. Pasal 8 Pemerintah melakukan pengaturan, pembinaan, dan pengembangan bidang usaha industri secara seimbang, terpadu, dan terarah untuk memperkokoh struktur industri nasional pada setiap tahap perkembangan industri. Pasal 9 Pengaturan dan pembinaan bidang usaha industri dilakukan dengan memperhatikan : 1. Penyebaran dan pemerataan pembangunan industri dengan memanfaatkan sumber daya alam dan manusia dengan mempergunakan proses industri dan teknologi yang tepat guna untuk dapat tumbuh dan berkembang atas kemampuan dan kekuatan sendiri; 2. Penciptaan iklim yang sehat bagi pertumbuhan industri dan pencegahan persaingan yang tidak jujur antara perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan industri, agar dapat dihindarkan pemusatan atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau perorangan dalam bentuk monopoli yang merugikan masyarakat; 1R G S & M i t r a : salah satu akar pengaturan berkaitan dengan ANTI MONOPOLI, sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
  • 5. 5 3. Perlindungan yang wajar bagi industri dalam negeri terhadap kegiatankegiatan industri dan perdagangan luar negeri yang bertentangan dengan kepentingan nasional pada umumnya serta kepentingan perkembangan industri dalam negeri pada khususnya; 4. Pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup, serta pengamanan terhadap keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam. Pasal 10 Pemerintah melakukan pembinaan dan pengembangan bagi: 1. keterkaitan antara bidang-bidang usaha industri untuk meningkatkan nilai tambah serta sumbangan yang lebih besar bagi pertumbuhan produksi nasional; 2. keterkaitan antara bidang usaha industri dengan sektor-sektor bidang ekonomi lainnya yang dapat meningkatkan nilai tambah serta sumbangan yang lebih besar bagi pertumbuhan produksi nasional; 3. pertumbuhan industri melalui prakarsa, peran serta, dan swadaya masyarakat. Pasal 11 Pemerintah melakukan pembinaan terhadap perusahaan-perusahaan industri dalam menyelenggarakan kerja sama yang saling menguntungkan, dan mengusahakan peningkatan serta pengembangan kerja sama tersebut. Pasal 12 Untuk mendorong pengembangan cabang-cabang industri dan jenis-jenis industri tertentu di dalam negeri, Pemerintah dapat memberikan kemudahan dan/atau perlindungan yang diperlukan. BAB V IZIN USAHA INDUSTRI Pasal 13 1. Setiap pendirian perusahaan industri baru maupun setiap perluasannya wajib memperoleh Izin Usaha Industri. 2. Pemberian Izin Usaha Industri terkait dengan pengaturan, pembinaan, dan pengembangan industri. 3. Kewajiban memperoleh Izin Usaha lndustri dapat dikecualikan bagi jenis industri tertentu dalam kelompok industri kecil. 4. Ketentuan mengenai perizinan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 14 1. Sesuai dengan Izin Usaha Industri yang diperolehnya berdasarkan Pasal 13 ayat (1), perusahaan industri wajib menyampaikan informal industri secara berkala mengenai kegiatan dan hasil produksinya kepada Pemerintah. 2. Kewajiban untuk menyampaikan informal industri dapat dikecualikan bagi jenis industri tertentu dalam kelompok industri kecil. 3. Ketentuan tentang bentuk, isi, dan tata cara penyampaian informal industri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
  • 6. 6 Pasal 15 1. Sesuai dengan Izin Usaha Industri yang diperolehnya berdasarkan Pasal 13 ayat (1), perusahaan industri wajib melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan dan keselamatan alat, proses serta hasil produksinya termasuk pengangkutannya. 2. Pemerintah mengadakan pembinaan berupa bimbingan dan penyuluhan, mengenai pelaksanaan upaya yang menyangkut keamanan dan keselamatan alat, proses serta hasil produksi industri tennasuk pengangkutannya. 3. Pemerintah melakukan pengawasan dan pengendalian yang menyangkut keamanan dan keselamatan alat, proses serta hasil produksi industri termasuk pengangkutannya. 4. Tata cara penyelenggaraan pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah. BAB VI TEKNOLOGI INDUSTRI, DESAIN PRODUK INDUSTRI, RANCANG BANGUN DAN PEREKAYASAAN INDUSTRI, DAN STANDARDISASI Pasal 16 1. Dalam menjalankan dan/atau mengembangkan bidang usaha industri, perusahaan industri menggunakan dan menciptakan teknologi industri yang tepat guna dengan memanfaatkan perangkat yang tersedia dan telah dikembangkan di dalam negeri. 2. Apabila perangkat teknologi industri yang diperlukan tidak tersedia atau tidak cukup tersedia di dalam negeri, Pemerintah membantu pemilihan perangkat teknologi industri dari luar negeri yang diperlukan dan mengatur pengalihannya ke dalam negeri. 3. Pemilihan dan pengalihan teknologi industri dari luar negeri yang bersifat strategis dan diperlukan bagi pengembangan industri di dalam negeri, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 17 Desain produk industri mendapat perlindungan hukum yang ketentuan- ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 18 Pemerintah mendorong pengembangan kemampuan rancang bangun dan perekayasaan industri. Pasal 19 Pemerintah menetapkan standar untuk bahan baku dan barang hasil industri dengan tujuan untuk menjamin mutu hasil industri serta untuk mencapai daya guna produksi. BAB VII WILAYAH INDUSTRI Pasal 20 1. Pemerintah dapat menetapkan wilayah-wilayah pusat pertumbuhan industri serta lokasi bagi pembangunan industri sesuai dengan tujuannya dalam rangka pewujudan Wawasan Nusantara.
  • 7. 7 2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. BAB VIII INDUSTRI DALAM HUBUNGANNYA DENGAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP Pasal 21 1. Perusahaan industri wajib melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam serta pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industri yang dilakukannya. 2. Pemerintah mengadakan pengaturan dan pembinaan berupa bimbingan dan penyuluhan mengenai pelaksanaan pencegahan kerusakan dan penanggulangan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industri. 3. Kewajiban melaksanakan upaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikecualikan bagi jenis industri tertentu dalam kelompok industri kecil. BAB IX PENYERAHAN KEWENANGAN DAN URUSAN TENTANG INDUSTRI Pasal 22 Penyerahan kewenangan tentang pengaturan, pembinaan, dan pengembangan terhadap industri, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 23 Penyerahan urusan dan penarikannya kembali mengenai bidang usaha industri tertentu dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerah yang nyata, dinamis, dan bertanggung jawab, dilakukan dengan Peraturan Pemerintah. BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 24 1. Barang siapa dengan sengaja melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) dan Pasal 14 ayat (1) dipidana penjara selama-lamanya 5 (lima) tahun atau denda sebanyak- banyaknya Rp 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) dengan hukuman tambahan pencabutan Izin Usaha Industrinya. 2. Barang siapa karena kelalaiannya melakukan perbuatan yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) dan Pasal 14 ayat (1) dipidana kurungan selama-lamanya 1 (satu) tahun atau denda sebanyak- banyaknya Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) dengan hukuman tambahan pencabutan Izin Usaha Industrinya. Pasal 25 Barang siapa dengan sengaja tanpa hak melakukan peniruan desain produk industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, dipidana penjara selama-lamanya 2 (dua) tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).
  • 8. 8 Pasal 26 Barang siapa dengan sengaja melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, dipidana penjara selama- lamanya 5 (lima) tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) dengan hukuman tambahan dicabut Izin Usaha Industrinya. Pasal 27 1. Barang siapa dengan sengaja melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dipidana penjara selama-lamanya 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda sebanyak-banyaknya Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah). 2. Barang siapa karena kelalaiannya melakukan perbuatan yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dipidana kuruangan selama-lamanya 1 (satu) tahun dan/atau denda sebanyak-banyaknya Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah). Pasal 28 1. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1), Pasal 25, Pasal 26, dan Pasal 27 ayat (1) adalah kejahatan. 2. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2), dan Pasal 27 ayat (2) adalah pelanggaran. BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 29 Pada saat mulai berlakunya Undang-Undang ini, semua peraturan perundang- undangan yang berhubungan dengan perindustrian yang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini tetap berlaku selama belum ditetapkan penggantinya berdasarkan Undang-Undang ini. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 30 Pada saat mulai berlakunya Undang-Undang ini, Bedrijfsreglementerings- ordonnantie 1934 (Staatsblad 1938 Nomor 86) dinyatakan tidak berlaku lagi bagi industri. Pasal 31 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-Undang ini diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 32 Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta Diundangkan di Jakarta pada tanggal 29 Juni 1984 pada tanggal 29 Juni 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENTERI/SEKRETARIS NEGARA SOEHARTO REPUBLIK INDONESIA SUDHARMONO, S.H.
  • 9. 9 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1984 TENTANG PERINDUSTRIAN UMUM Garis-Garis Besar Haluan Negara menegaskan bahwa sasaran utama pembangunan jangka panjang adalah terciptanya landasan yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatannya sendiri menuju masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Di bidang ekonomi, sasaran pokok yang hendak dicapai dalam pembangunan jangka panjang adalah tercapainya keseimbangan antara pertanian dan industri serta perubahan-perubahan fundamental dalam struktur ekonomi Indonesia sehingga produksi nasional yang berasal dari luar pertanian akan merupakan bagian yang semakin besar dan industri menjadi tulang punggung ekonomi. Disamping itu pelaksanaan pembangunan sekaligus harus menjamin pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan rasa keadilan, dalam rangka mewujudkan keadilan sosial sehingga di satu pihak pembangunan itu tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan produksi, melainkan sekaligus mencegah melebarnya jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin, Dengan memperhatikan sasaran pembangunan jangka panjang di bidang ekonomi tersebut, maka pembangunan industri memiliki peranan yang sangat penting. Dengan arah dan sasaran tersebut, pembangunan industri bukan saja berarti harus semakin ditingkatkan dan pertumbuhannya dipercepat sehingga mampu mempercepat terciptanya struktur ekonomi yang lebih seimbang, tetapi pelaksanaannya harus pula makin mampu memperluas kesempatan kerja, meningkatkan rangkaian proses produksi industri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sehingga mengurangi ketergantungan pada impor, dan meningkatkan ekspor hasil-hasil industri itu sendiri. Untuk mewujudkan sasaran di atas, diperlukan perangkat hukum yang secara jelas mampu melandasi upaya pengaturan, pembinaan, dan pengembangan dalam arti yang seluas-luasnya tatanan dan seluruh kegiatan industri. Dalam rangka kebutuhan inilah Undang-Undang tentang Perindustrian ini disusun. Masalah ini menjadi semakin terasa penting, terutama apabila dikaitkan dengan kenyataan yang ada hingga saat ini bahwa peraturan-peraturan yang digunakan bagi pengaturan, pembinaan, dan pengembangan industri selama ini dirasakan kurang mencukupi kebutuhan karena hanya mengatur beberapa segi tertentu saja dalam tatanan dan kegiatan industri, dan itupun seringkali tidak berkaitan satu dengan yang lain. Apabila Undang-Undang ini dimaksudkan untuk memberikan landasan hukum yang kokoh dalam upaya pengaturan, pembinaan, dan pengembangan dalam arti yang seluas-luasnya, tidaklah hal ini perlu diartikan bahwa Undang- Undang ini akan memberikan kemungkinan terhadap penguasaan yang bersifat mutlak atas setiap cabang industri oleh Negara. Undang-Undang Dasar 1945 dan Garis-Garis Besar Haluan Negara telah secara jelas dan tegas menunjukkan bahwa dalam kegiatan ekonomi, termasuk industri, harus dihindarkan timbulnya quot;etatismequot; dan sistem quot;free fight liberalismquot;. Sebaliknya melalui Undang-Undang ini upaya pengaturan, pembinaan, dan pengembangan industri diberi arah kemana dan bagaimana pembangunan industri
  • 10. 10 ini harus dilakukan, dengan sebesar mungkin memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berperan secara aktif. Dalam hal ini, Undang-Undang ini secara tegas menyatakan bahwa pembangunan industri ini harus dilandaskan pada demokrasi ekonomi. Dengan landasan ini, kegiatan usaha industri pada hakekatnya terbuka untuk diusahakan masyarakat. Bahwa Undang-Undang ini menentukan cabang-cabang industri yang penting dan strategis bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara, hal ini sebenarnya memang menjadi salah satu sendi daripada demokrasi ekonomi itu sendiri. Begitu pula penetapan bidang usaha industri yang masuk dalam kelompok industri kecil, termasuk industri yang menggunakan ketrampilan tradisional dan industri penghasil benda seni dapat diusahakan hanya oleh Warga Negara Republik Indonesia. Dengan landasan ini, upaya pengaturan, pembinaan, dan pengembangan yang dilakukan Pemerintah diarahkan untuk menciptakan iklim usaha industri secara sehat dan mantap. Dalam hubungan ini, bidang usaha industri yang besar dan kuat membina serta membimbing yang kecil dan lemah agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi kuat. Dengan iklim usaha industri yang sehat seperti itu, diharapkan industri akan dapat memberikan rangsangan yang besar dalam menciptakan lapangan kerja yang luas. Dengan upaya-upaya dan dengan terciptanya iklim usaha sebagai di atas, diharapkan kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan dan kekuatan sendiri dalam membangun industri akan semakin tumbuh dengan kuat pula. Dalam hubungan ini, adalah penting untuk tetap diperhatikan bahwa bagaimanapun besarnya keinginan yang dikandung dalam usaha untuk membangun industri ini, tetapi Undang-Undang inipun juga memerintahkan terwujudnya keselarasan dan keseimbangan antara usaha pembangunan itu sendiri dengan lingkungan hidup manusia dan masyarakat Indonesia. Kemakmuran, betapapun bukanlah satu-satunya tujuan yang ingin dicapai pembangunan industri ini. Upaya apapun yang dilakukan dalam kegiatan pembangunan tersebut, tidak terlepas dari tujuan pembangunan nasional, yaitu pembangunan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia, serta tidak terlepas dari arah pembangunan jangka panjang yaitu pembangunan yang dilaksanakan di dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, Undang-Undang ini juga menegaskan bahwa upaya dan kegiatan apapun yang dilakukan dalam rangka pembangunan industri ini, tetap harus memperhatikan penggunaan sumber daya alam secara tidak boros agar tidak merusak tata lingkungan hidup. Dengan demikian maka masyarakat industri yang dibangun harus tetap menjamin terwujudnya masyarakat Indonesia yang berkepribadian, maju, sejahtera, adil dan lestari berdasarkan Pancasila. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 Cukup jelas. Angka 2 Cukup jelas. Angka 3 Cukup jelas. Angka 4 Cukup jelas.
  • 11. 11 Angka 5 Cukup jelas. Angka 6 Cukup jelas. Angka 7 Cukup jelas. Angka 8 Cukup jelas Angka 9 Cukup jelas. Angka 10 Cukup jelas. Angka 11 Cukup jelas. Angka 12 Cukup jelas. Angka 13 Cukup jelas. Angka 14 Cukup jelas. Angka 15 Cukup jelas. Angka 16 Cukup jelas. Angka 17 Cukup jelas. Angka 18 Cukup jelas. Pasal 2 Seperti telah diutarakan dalam penjelasan umum, pembangunan industri dilandaskan pada : a. demokrasi ekonomi, yaitu bahwa pelaksanaan pembangunan industri dilakukan dengan sebesar mungkin mengikutsertakan dan meningkatkan peran serta aktif masyarakat secara merata, baik dalam bentuk usaha swasta maupun koperasi serta dengan menghindarkan sistem quot;free fight liberalismquot;, sistem quot;etatismequot;, dan pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk monopoli yang merugikan masyarakat; b. kepercayaan pada diri sendiri, yaitu bahwa segala usaha dan kegiatan dalam pembangunan industri harus berlandaskan dan sekaligus mampu membangkitkan kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri serta bersendikan kepada kepribadian bangsa; c. manfaat, yaitu bahwa pelaksanaan pembangunan industri dan hasil-hasilnya harus dapat dimanfaatkan sebesar-besarya bagi kemanusiaan dan peningkatan kesejahteraan rakyat; d. kelestarian lingkungan hidup, yaitu bahwa pelaksanaan pembangunan industri tetap harus dilakukan dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian dari lingkungan hidup dan sumber daya alam; e. pembangunan bangsa harus berwatak demokrasi ekonomi serta memberi wujud yang makin nyata terhadap demokrasi ekonomi itu sendiri. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Ayat (1) Cabang-cabang industri tertentu mengemban peranan yang sangat penting dan strategis bagi negara, dan yang menguasai hajat hidup orang banyak antara lain karena : a. memenuhi kebutuhan yang sangat pokok bagi kesejahteraan rakyat atau menguasai hajat hidup orang banyak; b. mengolah suatu bahan mentah strategis c. dan/atau berkaitan langsung dengan kepentingan pertahanan serta keamanan negara.
  • 12. 12 Yang dimaksud dengan dikuasai oleh negara tidaklah selalu berarti bahwa cabang- cabang industri dimaksud harus dimiliki oleh negara, melainkan Pemerintah mempunyai kewenangan untuk mengatur produksi dari cabang-cabang industri dimaksud dalam rangka memelihara kemantapan stabilitas ekonomi nasional serta ketahanan nasional. Sehubungan dengan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka cabang-cabang industri tersebut dapat ditetapkan untuk dimiliki ataupun dikuasai oleh Negara. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 5 Ayat (1) Kelompok industri kecil, termasuk yang menggunakan proses modern, yang menggunakan ketrampilan tradisional, dan yang menghasilkan benda-benda seni seperti industri kerajinan, yang kesemuanya tersebar di seluruh wilayah Indonesia, pada umumnya diusahakan oleh rakyat Indonesia dari golongan ekonomi lemah. Oleh sebab itu industri ini dapat diusahakan hanya oleh Warga Negara Republik Indonesia. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 6 Pemerintah menetapkan kebijaksanaan untuk membuka lapangan bagi investasi baru atau perluasan bidang usaha industri yang telah ada, baik bagi penanaman modal dalam negeri maupun modal asing dengan pertimbangan bahwa produksi yang dihasilkannya sangat diperlukan. Pasal 7 Melalui pengaturan, pembinaan, dan pengembangan, Pemerintah mencegah penanaman modal yang boros serta timbulnya persaingan yang tidak jujur dan curang dalam kegiatan bidang usaha industri, dan sebaliknya mengembangkan iklim persaingan yang baik dan sehat. Melalui pengaturan, pembinaan dan pengembangan, Pemerintah mencegah pemusatan dan penguasaan industri oleh satu kelompok atau perorangan dalam bentuk monopoli yang merugikan masyarakat. Pasal 8 Yang dimaksud dengan pengaturan, pembinaan, dan pengembangan bidang usaha industri dalam Pasal ini adalah upaya yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan dalam arti yang seluas- luasnya terhadap kegiatan industri. Tugas dan tanggung jawab untuk menciptakan iklim dan suasana yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan pengembangan bidang usaha industri ini, pada dasarnya berada pada Pemerintah. Oleh karenanya, adalah wajar bilamana upaya pembinaan dan pengembangan, dilakukan oleh Pemerintah melalui kegiatan pengaturan yang kewenangannya berada di tangan Pemerintah pula. Dalam pelaksanaannya, kegiatan pengaturan, pembinaan dan pengembangan bidang usaha industri yang dilakukan oleh Pemerintah dengan kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang ini, dilakukan secara seimbang, terpadu dan terarah untuk memperkokoh struktur industri nasional pada setiap tahap perkembangan industri.
  • 13. 13 Pasal 9 Angka 1 Untuk mewujudkan perubahan struktur perekonomian secara fundamental, perlu dikerahkan dan dimanfaatkan seoptimal mungkin seluruh sumber daya alam dan sumber daya manusia yang tersedia. Bersamaan dengan itu, tujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat melalui industri ini menuntut pula dilaksanakan nya penyebaran dan pemerataan pembangunan dan pengembangan industri di seluruh Indonesia sesuai dengan ciri dan sumber daya alam dan manusia yang terdapat di masing-masing daerah. Demikian pula perlu ditingkatkan pembangunan daerah dan pedesaan yang disertai dengan pembinaan dan pengembangan serta peran serta dan kemampuan penduduk. Penerapan teknologi yang tepat guna, baik yang merupakan hasil pengembangan di dalam negeri maupun yang merupakan hasil-pengalihan dari luar negeri, merupakan usaha agar dengan sumber daya manusia yang tersedia dapat diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia untuk kemakmuran seluruh rakyat. Angka 2 Untuk terciptanya iklim yang menguntungkan dan perkembangan industri secara sehat, serasi, dan mantap, Pemerintah melakukan pengaturan, dan pembinaan secara menyeluruh dan terarah untuk mencegah persaingan yang tidak jujur antara perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan industri; agar dapat dihindarkan pemusatan atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau perorangan dalam bentuk monopoli yang merugikan masyarakat. Dalam rangkaian kegiatan ini, diperlukan berbagai sarana penunjang dan kebijaksanaan seperti : • informasi industri yang lengkap dan berlanjut; • kebijaksanaan perizinan yang diarahkan untuk mengembangkan kegiatan industri; • kebijaksanaan perlindungan industri melalui pembinaan serta pengutamaan produksi dalam negeri; • kebijaksanaan yang merangsang ekspor hasil industri; • kebijaksanaan perbankan dan pasar modal yang mendukung perkembangan industri. Angka 3 Industri dalam negeri diarahkan untuk secepatnya mampu membina dirinya agar memiliki daya guna kerja serta produktivitas yang tinggi, sehingga hasil produksinya mampu bersaing dengan barang- barang impor di pasaran dalam negeri, dan di pasaran internasional. Untuk itu, dalam tahap pertumbuhannya Pemerintah dalam batas-batas yang wajar dapat memberikan perlindungan kepada industri dalam negeri. Di lain pihak, perlindungan yang diberikan itu harus tetap menjamin agar konsumen dalam negeri juga tidak dirugikan. Angka 4 Dalam pelaksanaan pembangunan, sumber-sumber alam harus digunakan secara rasional. Penggalian sumber daya alam tersebut harus diusahakan agar tidak merusak tata lingkungan hidup, dilaksanakan dengan kebijaksanaan yang menyeluruh dan dengan memperhitungkan kebutuhan generasi yang akan datang.
  • 14. 14 Pasal 10 Dalam rangka usaha memperbesar nilai tambah sebanyak-banyaknya,maka pembangunan industri harus dilaksanakan dengan mengembangkan keterkaitan yang berantai ke segala jurusan secara seluas-luasnya yang saling menguntungkan: a. keterkaitan antara kelompok industri hulu/dasar, kelompok industri hilir dan kelompok industri kecil; b. keterkaitan antara industri besar, menengah, dan kecil dalam ukuran besarnya investasi; c. keterkaitan antara berbagai cabang dan/atau jenis industri; d. keterkaitan antara industri dengan sektor-sektor ekonomi lainnya. Pasal 11 Yang dimaksud dengan pembinaan perusahaan industri dalam Pasal ini adalah pembinaan kerja sama antara industri kecil, industri menengah dan industri besar yang perlu dikembangkan sebagai sistem kerja sama dan keterkaitan seperti pengsubkontrakan pada umumnya, sistem bapak angkat, dan sebagainya. Dengan pengembangan sistem ini maka kerja sama di antara perusahaan industri besar, menengah, dan kecil dapat berlangsung dalam iklim yang positif dan konstruktif, dalam arti bersifat saling membutuhkan dan saling memperkuat dan saling menguntungkan. Dalam melakukan pembinaan kerja sama antara perusahaan industri Pemerintah memanfaatkan peranan koperasi, Kamar Dagang dan Industri Indonesia, serta asosiasi/federasi perusahaan-perusahaan industri sebagai wadah untuk meningkatkan pengembangan bidang usaha industri. Pasal 12 Yang dimaksud dengan kemudahan dan/atau perlindungan yang diberikan oleh Pemerintah untuk mendorong pengembangan cabang industri dan jenis industri adalah antara lain dalam bidang perpajakan, permodalan dan perbankan, bea masuk dan cukai, sertifikat ekspor dan lain sebagainya. Pasal 13 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Pengecualian untuk mempunyai Izin Usaha Industri ini ditujukan terhadap jenis industri tertentu dalam kelompok industri kecil yang karena sifat usahanya serta investasinya kecil lebih merupakan mata pencaharian dari golongan masyarakat berpenghasilan rendah seperti usaha industri rumah tangga dan industri kerajinan. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 14 Ayat (1) Yang dimaksud dengan informasi industri dalam Pasal ini adalah data statistik perusahaan industri yang nyata, benar dan lengkap yang diperlukan bagi dasar pengaturan, pembinaan dan pengembangan bidang usaha industri seperti yang dimaksud dalam Pasal 8. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 15
  • 15. 15 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Dalam rangka pembinaan berupa bimbingan dan penyuluhan, Pemerintah memberikan petunjuk-petunjuk pelaksanaan mengenai upaya menjamin keamanan dan keselamatan terhadap penggunaan alat, bahan baku serta hasil produksi industri termasuk pengangkutannya, dengan memperhatikan pula keselamatan kerja. Adapun yang dimaksud dengan pengangkutan adalah pengangkutan bahan baku dan hasil produksi industri yang berbahaya. Selain itu perlu diawasi pula langkah-langkah pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup serta pengamanan terhadap keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam. Ayat (3) Pengawasan dan pengendalian yang menyangkut keamanan dan keselamatan alat, proses dan hasil produksi industri adalah untuk menjamin keamanan, dan keselamatan dalam pelaksanaan tugas teknis operasional. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 16 Ayat (1) Sesuai dengan pengelompokan industri, masing-masing kelompok industri hulu atau juga disebut kelompok industri dasar, kelompok industri hilir atau umum juga menyebut aneka industri, dan kelompok industri kecil, serta dengan memperhatikan misinya, yakni untuk pertumbuhan ataupun pemerataan, maka penerapan teknologi yang tepat guna dapat berwujud teknologi maju, teknologi madya atau teknologi sederhana. Pengarahan untuk menggunakan teknologi yang tepat guna dengan sejauh mungkin menggunakan bahan-bahan dalam negeri adalah untuk meningkatkan nilai tambah, memelihara keseimbangan antara peningkatan produksi dan kesempatan kerja, serta pemerataan pendapatan. Ayat (2) Yang dimaksud dengan Pemerintah membantu pemilihan perangkat teknologi industri dari luar negeri adalah pemberian data informasi teknologi industri yang menyangkut sumber/asal teknologi, proses, lisensi, patent, royalti termasuk jasa dalam menyusun pejanjian, dan lain sebagainya. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 17 Yang dimaksud dengan desain produk industri adalah hasil rancangan suatu barang jadi untuk diproduksi oleh suatu perusahaan industri. Yang dimaksud dengan perlindungan hukum, adalah suatu larangan bagi pihak lain untuk dengan tanpa hak melakukan peniruan desain produk industri yang telah dicipta serta telah terdaftar. Maksud dari Pasal ini adalah untuk memberikan rangsangan bagi terciptanya desain-desain baru. Pasal 18 Pasal ini dimaksud agar bagi bangsa Indonesia terbuka kesempatan seluas-luasnya untuk memiliki keahlian dan pengalaman menguasai teknologi dalam perencanaan pendirian industri serta perancangan dan pembuatan mesin pabrik dan peralatan industri. Termasuk dalam pengertian perekayasaan industri adalah konsultasi dibidang perekayasaan, perekayasaan konstruksi, perekayasaan peralatan dan mesin industri.
  • 16. 16 Pasal 19 Penetapan standar industri bertujuan, untuk menjamin serta meningkatkan mutu hasil industri, untuk normalisasi penggunaan bahan baku dan barang, serta untuk rasionalisasi optimalisasi produksi dan cara kerja demi tercapainya daya guna sebesar-besarnya. Dalam penyusunan standar industri tersebut di atas diikutsertakan pihak swasta, Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Asosiasi, Balai-balai Penelitian, Lembaga- lembaga Ilmiah, Lembaga Konsumen dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan proses dalam standardisasi industri. Selain untuk kepentingan industri, standardisasi industri juga perlu untuk melindungi konsumen. Pasal 20 Ayat (1) Pembangunan industri dasar dengan skala besar yang dilakukan untuk mengolah langsung sumber daya alam termasuk sumber energi yang terdapat di suatu daerah, perlu dimanfaatkan untuk mendorong pembangunan cabang-cabang dan jenis-jenis industri yang saling mempunyai kaitan, yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi kawasan-kawasan industri. Rangkaian kegiatan pembangunan industri tersebut di atas pada gilirannya akan memacu kegiatan pembangunan sektor-sektor ekonomi lainnya beserta prasarananya antara lain yang penting adalah terminal-terminal pelayanan jasa, daerah pemukiman baru dan daerah pertanian baru. Wilayah yang dikembangkan dengan berpangkal tolak pada pembangunan industri dalam rangkaian seperti tersebut di atas, yang dipadukan dengan kondisi daerah dalam rangka mewujudkan kesatuan ekonomi nasional, merupakan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 21 Ayat (1) Perusahaan industri yang didirikan pada suatu tempat, wajib memperhatikan keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam yang dipergunakan dalam proses industrinya serta pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat usaha dan proses industri yang dilakukan. Dampak negatif dapat berupa gangguan, kerusakan, dan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan masyarakat disekelilingnya yang ditimbulkan karena pencemaran tanah, air, dan udara termasuk kebisingan suara oleh kegiatan industri. Dalam hal ini, Pemerintah perlu mengadakan pengaturan dan pembinaan untuk menanggulanginya. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 22 Penyelenggaraan pengaturan, pembinaan, dan pengembangan terhadap industri perlu dilakukan dalam batas-batas kewenangan yang jelas sehingga pelaksanaannya dapat benar-benar berlangsung seimbang dan terpadu dalam kaitannya dengan sektor-sektor ekonomi lainnya.
  • 17. 17 Sehubungan dengan itu, masalah penyerahan kewenangan pengaturan, pembinaan, dan pengembangan bidang usaha industri tertentu kepada instansi tertentu dalam lingkungan Pemerintah, perlu diatur lebih lanjut secara jelas. Hal ini penting untuk menghindarkan duplikasi kewenangan pengaturan, pembinaan, dan pengembangan bidang usaha industri di antara instansi-instansi Pemerintah, dan terutama dalam upaya untuk mendapatkan hasil guna yang sebesar-besarnya dalam pembangunan industri. Pasal 23 Yang dimaksud dengan penyerahan urusan mengenai bidang usaha industri tertentu dan penarikannya kembali dalam Pasal ini adalah terutama mengenai perizinan yang dilakukan sesuai dengan asas desentralisasi dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerah yang nyata, dinamis dan bertanggung jawab. Pasal 24 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26 Cukup jelas. Pasal 27 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 28 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 29 Cukup jelas. Pasal 30 Cukup jelas. Pasal 31 Cukup jelas. Pasal 32 Cukup jelas. LEMBARAN NEGARA DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA TAHUN 1984