SlideShare a Scribd company logo
1 of 69
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA
AKSEPTOR AKTIF DI DESA PAJALA KECAMATAN
MAGINTI KABUPATEN MUNA BARAT PERIODE
JANUARI S/D JUNI TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi
Diploma III Kebidanan
Oleh :
A G U S T I N A
AK 120274
AKADEMI KEBIDANAN YAYASAN KESEHATAN NASIONAL
BAU- BAU
2015
HALAMAN PERSETUJUAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN
KONTRASEPSI HORMONAL PADA AKSEPTOR AKTIF DI DESA
PAJALA KECAMATAN MAGINTI KABUPATEN
MUNA BARAT PERIODE JANUARI S/D JUNI
TAHUN 2015
Oleh :
A G US T I N A
NIM. AK 120274
Karya Tulis Ilmiah ini diterima dan disetujui, untuk diuji dan dipertahankan
didepan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan
Yayasan Kesehatan Nasional Bau-bau
Pembimbing I Pembimbing II
Jeny Priscillya, S.ST, M.Kes Yasrida, SKM
Mengetahui,
Direktur AKBID Yayasan Kesehatan Nasional Bau bau
Sapril, SKM, M.Sc
HALAMAN PENGESAHAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN
KONTRASEPSI HORMONAL PADA AKSEPTOR AKTIF DI DESA
PAJALA KECAMATAN MAGINTI KABUPATEN
MUNA BARAT PERIODE JANUARI S/D JUNI
TAHUN 2015
Oleh :
A G U S T I N A
NIM. AK 120274
Telah dipertahakan di hadapan tim penguji pada:
Hari/Tanggal : Jumat/04 September 2015
Waktu : 13.00 wita
Tempat : AKBID Yayasan Kesehatan Nasional
Telah diperbaiki dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Pembimbing :
1. Jeny Priscillya, S.ST, M.Kes (……………………….)
2. Yasrida, SKM (……………………….)
Penguji :
1. Harmin Toha,S.ST, M.Kes (……………………….)
Mengetahui :
Direktur AKBID Yayasan Kesehatan Nasional Bau bau
Safril, SKM, M.Sc
BIODATA PENULIS
1. Identitas Penulis
a. Nama : Agustina
b. Nim : AK 120 274
c. Tempat / tanggal lahir : Pajala, 17 Agustus 1994
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Agama : Islam
f. Suku / Bangsa : Bugis / Indonesia
g. Alamat :Desa Pajala Kecamatan Maginti
2. Pendidikan
Tamat SD Negeri 02 Maginti Tahun 2006
Tamat SMP Negeri 04 Tikep Tahun 2009
Tamat SMA Negeri 01 Maginti Tahun 2012
Masuk Akademi Kebidanan YKN Kabupaten Muna Tahun 2012 sampai
sekarang.
INTISARI
Agustina (AK 120 274) “Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan
kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti
Kabupaten Muna Barat Periode Januari S/D Juni Tahun 2015” (Dibimbing Jeny
Priscillya, S.ST, M.Kes dan Yasrida, SKM).
5 bab, 51 halaman, 10 tabel, 6 lampiran
Latar belakang : Keluarga Berencana dirumuskan sebagai upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui batas usia perkawinan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, pembinaan kesejahteraan keluarga
untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (BKKBN, 2008).
Kesadaran akan pentingnya kontrasepsi di Indonesia, masih perlu ditingkatkan
guna mencegah terjadinya ledakan penduduk di Indonesia pada tahun 2015. Saat
ini, ledakan penduduk merupakan salah satu permasalahan global yang muncul di
seluruh dunia. Kekhawatiran akan terjadinya ledakan penduduk pada tahun 2015
mendorong pemerintah Indonesia membuat beberapa kebijakan-kebijakan penting.
Sebab, penduduk yang banyak tanpa disertai kualitas yang memadai justru menjadi
beban pembangunan dan menyulitkan pemerintah dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.
Tujuan penelitian : Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di Desa Pajala Kecamatan
Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni tahun 2015.
Metode penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan
rancangan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 50 orang
Hasil Penelitian : Tidak ada hubungan yang signifikan antara umur, pengetahuan
dan dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif
di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna barat periode Januari s/d Juni
tahun 2015.
Kata kunci : Penggunaan kontrasepsi hormonal, umur, pengetahuan, dukungan
suami
KATA PENGANTAR
Puji Dan Syukur Penulis Panjatkan Kehadirat Allah SWT. Berkat
Karunia-Nya jualah, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah tepat pada waktunya yang merupakan salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan di akademi kebidanan Yayasan Kesehatan
Nasional Bau-Bau kelas kerjasama Kabupaten Muna dengan judul “ Faktor-
faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada
akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat
Periode Januari s.d Juni tahun 2015 ”.
Dalam penyusunan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis
menghadapi banyak kesulitan dan hambatan. Namun atas Rahmat Tuhan
Yang Maha Kuasa, serta bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Safril, SKM, M.Sc, selaku Direktur Akademi Kebidanan Yayasan
Kesehatan Nasional.
2. Ibu Jeny Priscillya, S.ST, M.Kes. selaku pembimbing I dan ibu Yasrida,
SKM, selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan
sejak awal sampai dengan terselesaikannya penulisan Karya Tulis Ilmiah
ini.
3. Ibu Harmin Toha, S.ST, M.Kes, selaku penguji yang siap selalu
meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk dan mengarahkan
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini menjadi lebih baik dari sebelumnya.
4. Seluruh dosen dan staff pengajar Akademi Kebidanan Yayasan
Kesehatan Nasional Bau-bau Kelas Kerjasama Kabupaten Muna yang
telah mengarahkan dan memberikan ilmu pengetahuan selama
mengikuti pendidikan.
5. Bapak Ambo Ibrahim , selaku kepala desa Pajala yang telah memberikan
izin untuk dapat meneliti.
6. Kepada ayahanda Sukardin Abbas dan ibunda Marwah yang telah
banyak membantu penulis baik dalam bentuk material, tenaga maupun
doa yang tulus dan ikhlas sejak kecil sampai saat ini. Semoga Tuhan
Yang Maha Kuasa selalu melindungi dan melimpahkan rahmat-Nya
kepada orang-orang yang kusayangi ini.
7. Dan tak terlupakan kepada saudara-saudaraku yang telah banyak
membantu penulis pada masa studi.
8. Seluruh rekan-rekan mahasisiwi Akademi Kebidanan Yayasan
Kesehatan Nasional Bau-bau Kelas Kerjasama Kabupaten Muna
angkatan 2012 - 2015 yang penulis tak bisa sebutkan satu persatu.
Terima kasih atas kebersamaan dalam suka maupun duka selama
mengikuti pendidikan di Akademi Kebidanan Yayasan Kesehatan
Nasional Bau-bau Kelas Kerjasama Kabupaten Muna.
Akhirnya penulis berdo'a semoga pihak yang telah membantu,
mendapatkan petunjuk, lindungan dan kesuksesan hidup di dunia dan di
akhirat kelak. Amin……
Raha, Agustus 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………................ i
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP..................................................................................... iv
INTISARI................................................................................................. v
KATA PENGANTAR................................................................................. vi
DAFTAR ISI…………………………………………………………................ ix
DAFTAR TABEL....................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………….......... 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………........ 4
C. Tujuan Penelitian…………………………………………........... 4
D. Manfaat Penelitian…………………………………................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka....................................................................... 7
B. Kerangka Konsep.................................................................. 28
C. Hipotesis Penelitian................................................................ 28
D. Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif............................. 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian……………………………………………….. 31
B. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................. 31
C. Populasi dan Sampel........................................................... 31
D. Metode Pengumpulan Data................................................. 32
E. Instrumen Penelitian........................................................... 32
F. Pengolahan dan Penyajian Data........................................... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................... 36
B. Hasil Penelitian................................................................... 36
C. Pembahasan........................................................................ 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.............................................................................. 51
B. Saran........................................................................................ 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Defenisi operasional dan kriteria obyektif................................ 30
Tabel 2 Distribusi pendidikan responden..............................................37
Tabel 3 Distribusi pekerjaan responden................................................37
Tabel 4 Distribusi penggunaan kontrasepsi......................................... 38
Tabel 5 Distribusi umur responden....................................................... 38
Tabel 6 Distribusi pengetahuan responden.......................................... 39
Tabel 7 Distribusi dukungan suami.......................................................39
Tabel 8 Hubungan umur dengan penggunaan kontrasepsi hormonal.. 40
Tabel 9 Hubungan pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi
hormonal.................................................................................. 41
Tabel 10 Hubungan dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi
hormonal.................................................................................. 42
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka konsep penelitian...................................................28
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1. Lembar persetujuan responden
2. Kuisioner Penelitian
3. Surat izin penelitian
4. Surat keterangan telah melakukan penelitian di desa Pajala
5. Master tabel hasil penelitian
6. Hasil SPSS 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga Berencana dirumuskan sebagai upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui batas usia perkawinan,
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, pembinaan
kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan
sejahtera (BKKBN, 2008).
Secara garis besar masalah pokok di bidang kependudukan yang di
hadapi Indonesia adalah jumlah pertumbuhan penduduk yang besar
dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi yakni dari tahun
1971 sampai tahun 1980 sebanyak 28.282.069 jiwa (23,72%). Secara
keseluruhan rata-rata kenaikan jumlah penduduk setiap 10 tahun hampir
mencapai 20%. Perlu diketahui bahwa menurut perkiraan Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, jumlah penduduk Indonesia
akan menjadi 250 juta jiwa pada tahun 2014 dengan pertumbuhan
penduduk 1,49 persen per tahun. Salah satu penyebab bertambahnya
jumlah penduduk adalah tingginya tingkat kelahiran (SDKI, 2012).
Salah satu upaya pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan
penduduk Indonesia adalah dengan program Keluarga Berencana (KB).
Program KB yang ditujukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk
adalah dengan mengajak seluruh masyarakat Pasangan Usia Subur
(PUS) untuk menjadi akseptor KB. Semakin banyak penduduk yang
berpartisipasi dalam program KB, maka angka kenaikan laju
pertumbuhan penduduk yang berlebihan akan bisa ditekan (BPS
Kabupaten Muna, 2014).
Kesadaran akan pentingnya kontrasepsi di Indonesia, masih perlu
ditingkatkan guna mencegah terjadinya ledakan penduduk di Indonesia
pada tahun 2015. Saat ini, ledakan penduduk merupakan salah satu
permasalahan global yang muncul di seluruh dunia. Kekhawatiran akan
terjadinya ledakan penduduk pada tahun 2015 mendorong pemerintah
Indonesia membuat beberapa kebijakan-kebijakan penting. Sebab,
penduduk yang banyak tanpa disertai kualitas yang memadai justru
menjadi beban pembangunan dan menyulitkan pemerintah dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional
(BKKBN, 2013).
Berdasarkan data yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS)
Provinsi Sulawesi Tenggara dengan laju pertumbuhan penduduk pada
periode 2010-2015 rata-rata sebesar 2,18%, sedangkan antara tahun
2015-2020 turun sebesar 1,97% per tahun. Dengan jumlah perkembangan
jumlah penduduk pada tahun 2013 sebesar 2.370.549 jiwa (BPS Provinsi
Sulawesi Tenggara, 2014).
Seiring dengan data yang didapat dari SDKI 2012, untuk peserta
keluarga berencana pada wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara adalah dari
51,5% akseptor aktif yang menggunakan alat kontrasepsi dengan cara
modern sebanyak 48,4%, terdiri dari metode operasi wanita (MOW)
sebanyak 1,5%, metode operasi pria (MOP) sebanyak 0,0%, pil sebanyak
15,1%, IUD sebanyak 1,3%, suntik sebanyak 23,9%, implan sebanyak
6,2%, kondom sebanyak 0,3% dan MAL 0,0%. Akseptor aktif yang
menggunakan cara tradisional sebanyak 3,0%, terdiri dari pantang berkala
0,4%, senggama terputus 1,9%, lainnya 0,7%, dan pasangan usia subur
(PUS) yang tidak sama sekali menggunakan alat kontrasepsi yaitu 48,5%.
Sedangkan pencapaian Keluarga Berencana (KB) aktif per Januari
2014 untuk wilayah Kabupaten Muna adalah sebanyak 45.711 jiwa, yang
menjadi peserta KB aktif tercatat sebanyak 35.117 peserta dengan rincian
masing-masing per metode kontrasepsi, suntik sebanyak 16.973
(37,17%), pil sebanyak 17.167 (37,56%), implan sebanyak 5.718
(12,51%), IUD 1.472 (3,22%), MOW sebanyak 480 (1,05%), kondom
sebanyak 1.296 (2,84%), MOP sebanyak 461 (1,01%). Jenis alat
kontrasepsi yang digunakan akseptor KB aktif di Kecamatan Maginti
adalah suntik (7,27%), pil (5,51%), implant (2,40%), kondom (0,53%), IUD
(0,64%), dan MOW/MOP (0,41%). Pencapaian peserta KB aktif di
Kecamatan Maginti pada tahun 2014 sebesar 21,75% dari target 1.706
akseptor (BPS, 2014).
Berdasarkan data pra-survey yang penulis lakukan di desa Pajala
Kecamatan Maginti pada tahun 2014 jumlah PUS 172 akseptor, dimana
terdiri dari pengguna KB suntik 68 (39,5%) akseptor, KB pil 51 (29,6%)
akseptor, implan 28 (16,3%) akseptor, IUD 17 (9,9%) akseptor dan
kondom 8 (4,7%) akseptor. Tahun 2015 jumlah PUS sebanyak 101orang,
dan yang menjadi akseptor aktif sebanyak 50 orang, terdiri dari
kontrasepsi hormonal yaitu suntik 12 orang (57,1%), pil 5 orang (23,8%),
dan implant 4 orang (19,2%). Dan 29 orang menggunakan alat
kontrasepsi non hormonal yang terdiri dari IUD sebanyak 9 orang (31,3%),
kalender 3 orang (10,34%), pantang berkala 8 orang (27,58%) dan
kondom 9 orang (31,3%).
Pemakaian kontrasepsi hormon sintetik jangka panjang memang
mempunyai risiko. Pemakaian suntik KB 3 bulan, pil KB dan implant
bagi wanita yang memasuki masa menopause, akan berisiko terkena
osteoporosis. Selain itu, penggunaan kontrasepsi hormonal jangka
panjang dapat meningkatkan risiko peningkatan kejadian kanker
(BKKBN, 2008).
Dengan adanya bermacam-macam jenis alat kontrasepsi yang ada,
sehingga seorang ibu harus menentukan pilihan kontrasepsi yang
dianggap sesuai. Pemilihan alat kontrasepsi di pengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya yaitu faktor predisposisi (umur, tingkat pendidikan,
tingkat pengetahuan dan jumlah anak), faktor pendukung (ketersedian alat
kontrasepsi, jarak rumah ke fasilitas pelayanan kontrasepsi dan biaya),
faktor pendorong (dukungan suami dan dukungan petugas kesehatan)
(Purba, 2009).
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah penelitian
yaitu: “ Faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan penggunaan
kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di Desa Pajala Kecamatan
Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s.d Juni tahun 2015?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di Desa
Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s.d
Juni tahun 2015.
2. Tujuan khusus
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
a. Hubungan umur dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada
akseptor aktif di Desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna
Barat Periode Januari s.d Juni tahun 2015.
b. Hubungan pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi
hormonal pada akseptor aktif di Desa Pajala Kecamatan Maginti
Kabupaten Muna Barat Periode Januari s.d Juni tahun 2015.
c. Hubungan dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi
hormonal pada akseptor aktif di Desa Pajala Kecamatan Maginti
Kabupaten Muna Barat Periode Januari s.d Juni tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Program
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam
merencanakan dan mengembangkan program intervensi kesehatan
untuk mengatasi masalah yang ada yang berkaitan dengan
penggunaan alat kontrasepsi hormonal.
b. Menjadi sumber infomasi atau sumber data sebagai bahan evaluasi
dalam mengembangkan pengetahuan tentang kontrasepsi hormonal.
2. Manfaat Institusi
Mengembangkan kurikulum dan meningkatkan peran pendidik dalam
menyampaikan pengetahuan tentang alat kontrasepsi hormonal bagi
mahasiswa secara lebih menarik sehingga mampu mengaplikasikan
sebagai usaha preventif.
3. Manfaat Ilmiah
a. Sebagai bahan masukan dalam bidang ilmu kesehatan khususnya
tentang kontrasepsi hormonal.
b. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain untuk mengembangkan
penelitian selanjutnya.
c. Sebagai referensi bagi rekan–rekan yang ingin melanjutkan
penelitian ini, serta sebagai bahan bacaan dalam meningkatkan
pengetahuan tentang kontrasepsi hormonal.
4.Manfaat bagi peneliti
Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan bagi peneliti.
tentang kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Tinjauan Umum Tentang Program Keluarga Berencana
Tujuan dari program keluarga berencana adalah untuk
membangun manusia Indonesia sebagai obyek dan subyek
pembangunan melalui peningkatan kesejahteraan ibu, anak, dan
keluarga. Selain itu program KB juga ditujukan untuk menurunkan
angka kelahiran dengan menggunakan salah satu jenis kontrasepsi
secara sukarela yang didasari keinginan dan tanggung jawab seluruh
masyarakat.Upaya unuk menurunkan angka kelahiran sekaligus
membentuk keluarga sejahtera merupakan cerminan dari program
KB (Bappeda, 2013).
Menurut UU no. 52 Tahun 2009 Keluarga Berencana (KB)
adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan
bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga
yang berkualitas. Sedangkan pengaturan kehamilan adalah upaya
untuk membantu pasangan suami istri untuk melahirkan pada usia
yang ideal, memiliki jumlah anak, dan mengatur jarak kelahiran anak
yang ideal dengan menggunakan cara, alat, dan obat kontrasepsi.
Pelayanan KB yang berkualitas berdampak pada kepuasan
pada klien yang dilayani dan terpenuhinya aturan penyelenggaraan
Pelayanan KB sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan yang
telah ditetapkan. Kompetensi tenaga yang memberikan pelayanan KB
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kualitas pelayanan KB
selain faktor-faktor lain seperti prasarana dan sarana penunjang,
alat, dan obat kontrasepsi, ketersediaan pedoman pelayanan dan
upaya untuk menjaga mutu. Ditinjau dari sudut standar pelayanan,
Pelayanan KB yang berkualitas adalah bila tingkat komplikasi,
ketidakberlangsungan dan kegagalan rendah atau berada dalam batas
toleransi (Kemenkes R.I, 2013).
Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadi konsepsi. Cara
ini dapat bersifat reversibel, dapat pula bersifat permanen (Varney,
2006). Kontrasepsi yang dianggap ideal seharusnya 100% efektif,
sangat aman, tidak menimbulkan nyeri dan reversibel. Kontrasepsi
seharusnya tidak mengganggu spontanitas, tidak mengotori, tidak
berbau, atau berasa menyengat. Selain itu harus mudah
digunakan, murah, tidak bergantung pada ingatan penggunanya,
dan tidak bergantung pada petugas kesehatan.
Metode yang digunakan juga tidak bertentangan dengan
budaya setempat, sehingga dapat diterima oleh para
penggunanya. Salah satu yang menjadi pertimbangan untuk
kontrasepsi saat ini adalah perlindungan dari infeksi menular
seksual, namun kontrasepsi semacam itu sampai saat ini belum
tersedia (Varney, 2006). Di Indonesia dalam Persyaratan
kontrasepsi harus memasukkan syarat reversibel yang merupakan
salah satu syarat penting dari satu kontrasepsi yang dianggap
ideal. Hal ini sependapat dengan fatwa MUI yang mengisyaratkan
bahwa kontrasepsi tidak boleh permanen haruslah bersifat
reversible atau sementara/dapat balik (Varney, 2006).
Menurut Hanafi (2003) yang dikutip Nazilah (2013), Metode
kontrasepsi adalah cara KB yang digunakan untuk menunda,
menjarangkan, atau mencegah terjadinya kehamilan. Seperti yang
diurakain Adzlan (2011), sebagai berikut:
a. Masa Menunda Kehamilan
Kelahiran anak dari seorang wanita yang usianya belum mencapai
20 tahun dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan anak yang
dilahirkan. Apabila wanita sudah kawin sebelum usia 20 tahun,
maka disarankan untuk menunda kehamilan, dengan memakai alat
kontrasepsi. Beberapa alasan medis untuk menunda kehamilan
anak pertama bagi ibu yang usianya belum 20 tahun adalah sebagai
berikut:
1) Risiko kesakitan dan kematian pada saat persalinan, nifas
serta bayinya disebabkan karena belum optimal perkembangan
rahim dan panggul.
2) Risiko medik yang ditimbulkan yaitu keguguran, preeklamsi
(tekanan darah tinggi, cedema, proteinuria), eklamsia
(keracunan kehamilan), penyulit persalinan, prematur, berat bayi
lahir rendah (BBLR), fistula vesiko vaginal (merembesnya air
seni ke vagina), fistula retro vaginal (keluarnya gas dan
feses/tinja ke vagina), kanker leher rahim alat kontrasepsi yang
dianjurkan untuk menundaan kehamilan sebelum usia 20 tahun
adalah:
a) Peserta masih muda dan sehat dianjurkan menggunakan oral
pil
b) Bagi pasangan yang sering bersenggama (frekuensi tinggi)
kurang menguntungkan apabila menggunakan kondom
karena akan memiliki kegagalan tinggi.
c) Pilihan ke dua adalah AKDR/Spiral/IUD sesuai dengan ukuran
rahim bagi yang belum mempunyai anak.
b. Masa menjarangkan kehamilan
Wanita yang telah berpasangan sebaiknya melahirkan pada
periode usia 20-35 tahun karena pada usia ini merupakan masa
menjarangkan kehamilan, sehingga tidak terjadi risiko-risiko medik
seperti yang diuraikan diatas. Dalam usia 20-35 tahun dianjurkan
untuk memunyai 2 anak dengan jarak anak pertama dan kedua
sekitar 7-8 tahun karena jangan sampai terjadi dua balita dalam
periode 5 tahun.Oleh karena itu alat kontrasepsi sangat dianjurkan
untuk menjarangkan kehamilan agar ibu dapat menyusui anaknya
dengan cukup banyak dan lama.
c. Masa Mencegah Kehamilan
Usia 35 tahun ke atas merupakan masa pencegahan kehamilan
karena wanita yang melahirkan anak diatas usia 35 tahun
banyak mengalami risiko medik sehingga dianjurkan penggunaan
alat kontrasepsi sebagai pencegahan kehamilan. Diharapakan alat
kontrasepsi yang akan digunakan berlangsung sampai selesai
masa reproduksi seorang wanita yaitu 20 tahun dimana seorang
wanita sudah berusia 50 tahun. Bagi wanita yang telah
berpasangan, alat kontrasepsi yang dianjurkan yaitu:
1) Pertama pemakaian kontrasepsi pada masa pencegahan
kehamilan yaitu kontrasepsi mantap (MOW, MOP).
2) Ke dua pemakaian kontrasepsi IUD/AKDR/Spiral
3) Pada usia ibu yang sudah tua penggunaan oral pil kurang
dianjurkan karena mempunyai kemungkinan timbulnya akibat
sampingan.
2. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi hormonal
a. Pil KB
1) Pengertian
Pil KB biasanya megandung estrogen dan progesteron. Cara
kerja pil KB adalah dengan cara menggantikan produksi normal
estrogen dan progesteron dan menekan hormon yang
dihasilkan ovarium dan relesing faktor yang dihasilkan otak
sehingga ovulasi dapat dicegah. Efektivitas metode ini secara
teoritis mencapai 99% atau 0,1–5 kehamilan per 100.
Wanita pada pemakaian di tahun pertama bila digunakan
dengan tepat. Tetapi dalam praktek ternyata angka kegagalan
pil masih cukup tinggi yaitu mencapai 0,7-7%.
2) Keuntungan pil KB:
a) Efektivitasnya tinggi bila diminum secara rutin
b) Nyaman, mudah digunakan, dan tidak mengganggu
senggama
c) Reversibilitas tinggi
d) Efek samping sedikit
e) Mudah didapatkan, tidak selalu perlu resep dokter karena pil
KB dapat diberikan oleh petugas non medis yang terlatih
f) Dapat menurunkan resiko penyakit-penyalit lain seperti
kanker ovarium, kehamilan ektokpik, dan lain-lain.
3) Kerugian pil KB
a) Efektivitas tergantung motivasi akseptor untuk meminum
secara rutin tiap hari
b) Rasa mual, pusing, kencang pada payudara dapat terjadi
c) Efektivitas dapat berkurang bila diminum bersama obat
tertentu
d) Kemungkinan untuk gagal sangat besar karena lupa
e) Tidak dapat melindungi dari resiko tertularnya Penyakit
Menular Seksual
b. Kontrasepsi suntikan KB
1) Pengertian
Kontrasepsi suntik yang biasa tersedia adalah Depo-provera
yang hanya mengandung progestin dan diberikan tiap 3 bulan.
2) Cara kerja kontrasepsi suntik
Mencegah ovulasi, mengentalkan lerndir serviks, dan
menghambat perkembangan siklis endometrium. Efektivitas dari
kontrasepsi suntik sangat tinggi mencapai 0,3 kehamilan per
100 wanita selama tahun pertama penggunaan. Angka
kegagalan metode ini <1 kehamilan per 100 wanita per tahun.
3) Keuntungan kontrasepsi suntik
a) Sangat efektif
b) Memberikan perlindungan jangka panjang selama 3 bulan
c) Bila digunakan bersama pil KB dapat mengurangi resiko
yang ditimbulkan karena lupa meminum pil KB
d) Tidak mengganggu senggama
e) Bisa diberikan oleh petugas non medis yang terlatih
f) Mengurangi efek samping yang ditimbulkan oleh Estrogen
karena metode ini tidak mengandung Estrogen
4) Kerugian kontrasepsi suntik
a) Berat badan naik
b) Siklus menstruasi kadang terganggu
c) Pemulihan kesuburan kadang-kadang terlambat
c. Implan/susuk KB
1) Pengertian
Implan/susuk adalah kontrasepsi sub-dermal yang
mengandung Levonorgestrel (LNG) sebagai bahan aktifnya.
Implan/susuk adalah 2 atau 6 kapsul (seperti korek api) yg
dimasukkan ke bawah kulit lengan atas, secara perlahan
melepaskan hormone progesteron selama 3 atau 5 tahun.
2) Efek Samping
Dapat mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks dan
menghambat perkembangan siklis endo metrium. Tingkat
keberhasilannya (efektifitas) 97-99%.
3) Keuntungan
a) Tidak menekan produksi ASI
b) Praktis dan efektif
c) Tidak harus mengingat-ingat
d) Masa pakai jangka panjang (3-5 tahun)
e) Kesuburan cepat kembali setelah pengangkatan
f) Dapat digunakan untuk yg tidak cocok dgn hormon estrogen
4) Kerugian
a) Pemasangan harus dengan petugas kesehatan yang terlatih
b) Dapat menyebabkan perubahan pola haid
c) Pemakai tidak dapat menghentikan pemakaiannya sendiri
(Sarwono, 2003).
3. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan
Kontrasepsi
Menurut Bertrand (1980) seperti dikutip Nazilah (2013)
mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan
kontrsepsi adalah faktor sosio-demografi, faktor sosio-psikologi dan
faktoryang berhubungan dengan pelayanan kesehatan. Faktor sosio-
demografi yang berpengaruh adalah pendidikan, pendapatan,
pekerjaan, umur, paritas, suku dan agama. Penggunaan kontrasepsi
lebih banyak pada wanita yang berumur 20-30 tahun dengan
jumlah anak lebih dari 2 orang.
Penerimaan keluarga berencana lebih banyak pada mereka
yang memiliki standar hidup yang lebih tinggi. Faktor sosio-psikologi
yang penting adalah ukuran anak ideal, pentingnya nilai anak laki,
sikap terhadap keluarga berencana, komunikasi suami istri, dan
persepsi terhadap kematian anak. Sedangkan faktor yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan adalah keterlibatan
dalam yang berhubungan dengan keluarga berencana,
pengetahuan tentang sumber kontrasepsi, jarak kepusat pelayanan,
dan keterlibatan dengan mediamasa.
Teori yang dikembangkan oleh Philips dan Morrison (1998) yaitu
faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan
kesehatan yaitu faktor lingkungan yang melihat hubungan antara
system layanan kesehatan dengan lingkungan luarnya, dan
karakteristik populasi yang mencakup karakteristik pendukung
(predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor) dan faktor
kebutuhan (needs). Kedua faktor tersebut akan mempengaruhi pola
perilaku kesehatan yang terdiri dari pilihan kesehatan perorangan
dan penggunaan pelayanan kesehatan. Ketiga kelompok variabel yang
saling berhubungan tersebut pada gilirannya akan memberikan dampak
pada derajat kesehatan, yang digambarkan antara lain dengan
tingkat morbiditas dan mortalitas (Kemenkes R.I, 2013).
Woyanti (2005) mengatakan bahwa harga perolehan
kontrasepsi, biaya hidup anak dan pendapat keluarga
mempengaruhi pemilihan kontrasepsi wanita. Varney (2006)
mengatakan bahwa faktor yang akan mempengaruhi pemilihan
metode kontrasepsi adalah keinginan untuk mengendalikan kelahiran
secara permanen atau sementara, keefektifan metode yang
digunakan, pengaruh media, kemungkinan efek samping dan
pertanyaan yang mungkin muncul tentang keamanan suatu metode,
kemungkinan manfaat kesehatan yang dapat diperoleh dari setiap
metode, kemampuan suatu metode untuk mencegah penyakit (HIV,
penyakit menular seksual, kanker), perkiraan lamanya penggunaan
metode kontrasepsi, biaya, frekuensi hubungan seksual, jumlah
pasangan seksual, faktor seksual, faktor agama (apakah metode
tertentu dikenakan sanksi oleh badan-badan keagamaan yang dianut
individu atau pasangan, faktor psikologis (perasaan tentang setiap
aspek yang terkait dengan metode tertentu misalnya pengalaman
dimasa lalu yang tidak menguntungkan karena penggunaan metode
tertentu), dan kemudahan menggunakan satu metode tertentu.
Tedjo (2009) mengatakan bahwa ada hubungan keikutsertaan
dalam jamkesmas dan dukungan pasangan dengan pemilihan jenis
kontrasepsi yang digunakan pada keluarga miskin sedangkan
variabel lain tidak berhubungan. Kusumaningrum (2009) mengatakan
bahwa umur istri, jumlah anak, dan tingkat pendidikan
mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada
PUS. dan setelah dilakukan uji Binarylogistik diketahui bahwa umur
istri merupakan faktor yang paling berpengaruh.
Menurut Ali. R, (2013) menyatakan bahwa pengetahuan,
pendidikan, dan ketersedian alat kontrasepsi berhubungan dengan
pemakaian alat KB pada PUS. Pengetahuan karena banyaknya
informasi yang diperoleh oleh akseptor baik dari petugas
kesehatan maupun dari media menjadikan pengetahuan akseptor
menjadi lebih baik. Pendidikan berhubungan dengan penggunaan
alat kontrasepsi pada PUS karena rendahnya pendidikan PUS
menjadikan kontrasepsi kurang diminati, hal ini berdampak pada
banyaknya anak yang dilahirkan dengan jarak persalinan yang
dekat. Faktor ketersediaan alat kontrasepsi juga mempengaruhi PUS
untuk menggunakan kontrasepsi, kontrasepsi yang tersedia dengan
lengkap dan mudah diperoleh dapat meningkatkan pemilihan
kontrasepsi.
Sitopu (2012) mengatakan bahwa pengetahuan akseptor KB
berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi. Semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang semakin baik pengetahuan seseorang
tentang alat kontrasepsi dan semakin rasional dalam menggunakan
alat kontrasepsi. Tingginya tingkat pendidikan seseorang juga akan
mendukung mempercepat penerimaan informasi KB pada pasangan
usia subur.
Dari hasil penelitian yang dilakukan secara kualitatif oleh
Handayani et.al., (2012) bahwa masih banyak akseptor yang
menentukan metode yang dipilih hanya berdasarkan informasi dari
akseptor lain berdasarkan pengalaman masing-masing. Sebagian
petugas kesehatan kurang melakukan konseling dan pemberian
informasi yang menyebabkan kurangnya pengetahuan klien dalam
memilih jenis KB. Namun masyarakat mentolerir pelayanan KB
meskipun pelayanan KB belum seluruhnya memenuhi syarat
pelayanan berkualitas. Informasi yang baik dari petugas membantu
klien dalam memilih dan menentukan metode kontrasepsi yang
dipakai. Informasi yang baik akan memberikan kepuasan klien
yang berdampak pada penggunaan kontrasepsi yang lebih lama
sehingga membantu keberhasilan KB.
a. Umur
Umur yang dimaksud di sini adalah umur akseptor KB.
Umur mempengaruhi akseptor dalam penggunaan alat
kontrasepsi. Dari faktor-faktor umur dapat ditentukan fase-fase.
Pembagian umur menurut Manuaba (2009), dari sudut
kematian maternal usia reproduksi di bagi dalam:
1. Umur di bawah 20 tahun masa menunda kehamilan
Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan
oleh pasangan istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Karena
usia di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya menunda
untuk mempunyai anak dengan berbagai alasan. Kriteria
kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya
kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat
terjamin 100%. Hal ini penting karena pada masa ini pasangan
belum mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi.
Kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah pil KB, AKDR.
2. Umur 20 sampai 35 tahun, masa mengatur kesuburan atau
aman untuk hamil dan bersalin.
Periode usia istri antara 20-35 tahun merupakan periode usia
paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan
jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun. Kriteria kontrasepsi
yang diperlukan yaitu efektifitas tinggi, reversibilitas tinggi
karena pasangan masih mengharapkan punya anaklagi.
Kontrasepsi dapat dipakai 3-4 tahun sesuai jarak kelahiran yang
direncanakan.
3. Umur lebih dari 35 tahun, masa mengakhiri kehamilan
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anakdan umur lebih
dari 35 tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat
menggunakan kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi,
karena kalau terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan
terjadinya kehamilan dengan risiko tinggi bagi ibu dan anak. Di
samping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk
mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan disarankan
adalah metode kontap, AKDR, implan, suntik KB (Pinem, 2009).
Menurut Hartanto (2004), umur di bawah 20 tahun dan
di atas 35 tahun sangat berisiko terhadap kehamilan dan
melahirkan, sehingga berhubungan erat dengan pemakaian
alat kontrasepsi. Periode umur wanita antara 20–35 tahun adalah
periode yang paling baik untuk melahirkan. Pasangan usia subur
yang telah melahirkan anak pertama pada periode ini, sangat
dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi dengan tujuan
untuk menjarangkan kehamilan. Apabila ibu merencanakan
untuk mempunyai anak, kontrasepsi dapat dihentikan sesuai
keinginan ibu dan kesuburan akan segera kembali.
b. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil
tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya
(mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada
waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut
sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh
melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan
(mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai
intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya
dibagi dalam enam tingkat pengetahuan yakni tahu (know),
memahami (confrehension), aplikasi (aplication), analisis
(analysis), sintetis (synthesis) dan evaluasi (evaluation).
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori
yang sudah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
memahami sesuatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek
tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan tetapi orang tersebut
harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek
yang diketahui tersebut.
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek
yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip
yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Sedangkan analisis
adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
mensahkan, kemudian menjalin hubungan antara komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu masaiah atau objek yang
diketahui.
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis
dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Evaluasi
berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.
Kemampuan (abilities) merupakan sesuatu yang dimiliki
oleh individu untuk melakukan tugas (Mulyasa. E, 2012).
Kemampuan dalam hal ini mencakup minat dan sikap individu.
Tanpa kedua hal tersebut, seseorang tidak akan mampu
menunjukkan hasil kerja yang baik, walaupun pengetahuan dan
keterampilan telah dimilikinya.
Dengan adanya minat dan sikap seseorang maka
terbentuklah praktek. Sebagaimana ungkapan Notoatmodjo (2009)
bahwa : "Praktek merupakan wujud dari sikap karena adanya
fasilitas sarana dan prasarana". Praktik atau tindakan ini dapat
dibedakan menjadi "tiga tingkatan menurut kualitasnya yaitu :
1) Praktek terpimpin atau (guided response) adalah tindakan
subjek atau seseorang dalam melakukan sesuatu tapi masih
tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.
2) Praktik secara mekanisme (mechanism) adalah tindakan subjek
atau seseorang dalam mempraktekkan sesuatu hai secara
otomatis.
Adopsi (adoption) adalah suatu tindakan atau praktek yang
sudah berkembang artinya apa yang dilakukan tidak sekedar
rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi,
atau tindakan atau perilaku berkualitas.
Dalam Ngatimin (2009), Cognitive domain (pengetahuan)
menurut Benjamin S. Bloom (2010), menyatakan bahwa tujuan
domain ini ditekankan tentang tujuan pengetahuan dalam
hubungan pengembangan intelektual dan keterampilan, dalam
cognitive domain terdapat 6 tingkatan :
1) Tingkat C-1 ; Pengetahuan.
Bila seorang hanya mampu menjelaskan secara garis besar apa
yang telah dipelajarinya, sejauh ini hanya istilah-istilah saja.
2) Tingkat C-2; Perbandingan secara menyeluruh (comprehensive)
Bila seorang berada pada tingkat kembali secara mendasar ilmu
pengetahuan yang telah dipelajarinya.
3) Tingkat C-3 ; Penerapan (application)
Bila seorang berada pada kemampuan untuk menggunakan apa
yang telah dipelajarinya dad suatu situasi ke situasi lain.
4) Tingkat C-4 ; Analisis (analysis)
Bila seorang memiliki kemampuan lebih meningkat lagi. la telah
mampu menerangkan bagian-bagian yang menyusun suatu
bentuk pengetahuan tertentu dan menganalisis hubungan satu
dengan lainnya.
5) Tingkat C-5 ; Sintesis (synthesis)
Bila seseorang memiliki disamping kemampuan untuk
menganalisis, iapun mampu menyusun kembali baik ke bentuk
semula maupun ke bentuk lainnya.
6) Tingkat C-6 ; Evaluasi (evaluation)
Bila seorang memiliki pengetahuan secara menyeluruh dari
semua bahan yang telah dipelajarinya, bahkan melalui kriteria
yang ditentukan, ia mampu mengevaluasi semua yang pernah
dikerjakannya.
Sedangkan menurut Bloom merupakan bagian dari cognitive
domain yaitu bagaimana terjadinya proses menjadi tahu, yang
terdiri dari enam tingkatan penerimaan terhadap suatu inovasi yaitu:
1) Tahu (know)
Seseorang hanya mampu menjelaskan secara garis besar apa
yang telah dipelajari, seperti istilah-istilah saja.
2) Memahami (comprehensive)
Seseorang berada pada tingkat pengetahuan dasar dan dapat
menerangkan kembali secara mendasar ilmu pengetahuan yang
telah dipelajari.
3) Analisis (analysis)
Seseorang telah mampu untuk menerangkan bagian-bagian
yang menyusun bentuk pengetahuan tertentu dan menganalisa
hubungan satu dengan lainnya.
4) Sintetis (synthesis)
Seseorang telah mampu menyusun kembali pengetahuan yang
diperoleh ke bentuk semula.
5) Evaluasi (evaluation)
Kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap mated atau obyek.
6) Aplikasi (application)
Seseorang telah mempunyai pengetahuan yang tertinggi, telah
ada kemampuan untuk mengetahui secara menyeluruh dad
semua bahan yang telah dijalankan.
c. Dukungan Suami
Arliana et.al., (2013) mengatakan bahwa faktor-faktor
yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi hormonal
yang menunjukkan kemaknaan secara statistik adalah umur ibu
sekarang, umur melahirkan pertama, jumlah anak hidup,
pendapatan keluarga, biaya alat kontrasepsi, dan dukungan
suami. Klien yang diberikan dukungan oleh suami akan
menggunakan kontrasepsi secara terus menerus sedangkan
yang tidak mendapat dukungan suami akan sedikit menggunakan
kontrasepsi.
Dukungan suami berpengaruh besar terhadap pemilihan
kontrasepsi yang dipakai istri, bila suami tidak setuju dengan
kontrasepsi yang dipakai istrinya maka sedikit istri yang akan
memakai alat kontrasepsi tersebut. Efek samping berhubungan
dengan pemilihan kontrasepsi karena efek samping yang
ditimbulkan oleh kontrasepsi tersebut membuat ibu tidak ingin
menggunakannya lagi. Selain itu, pemberian informasi petugas
KB berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi, petugas
kesehatan berperan dalam memberikan informasi, penyuluhan
dan penjelasan tentang alat kontrasepsi. Calon akseptor yang
masih ragu-ragu dalam pemakai alat kontrasepsi akhirnya
memutuskan untuk memakai alatkontrasepsi tersebut atas saran
dari petugas kesehatan.
Menurut Musdalifah et.al., (2013) mengatakan bahwa
umur, dukungan suami, efek samping dan pemberian
informasi petugas KB berhubungan dengan pemilihan
kontrasepsi hormonal. Umur merupakan salah satu faktor
yang menentukan perilaku seseorang dalam menentukan
pemakaian kontrasepsi, semakin tua seseorang maka
pemilihan kontrasepsi ke arah kontrasepsi yang mempunyai
efektifitas lebih tinggi yaitu metode kontrasepsi jangka
panjang.
4. Akseptor Aktif
Akseptor aktif adalah akseptor yang ada pada saat ini
menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi untuk menjarangkan
kehamilan atau mengakhiri kesuburan (BKKBN, 2007). Menurut kamus
bahasa Indonesia (2001) dalam Setiawan dan Saryono (2010)
akseptor aktif adalah orang yang menerima serta mengikuti dan
melaksanakan program keluarga berencana.
B. Kerangka Konsep
Variabel Idependent
Variabel Dependent
Gambar 1. Kerangka Konsep
Keterangan :
= variabel yang di teliti
= hubungan variabel
Gambar 1. Skema Kerangka Konsep
Faktor Predisposisi:
2. Tingkat pendidikan
Penggunaan
Kontrasepsi Hormonal
Faktor Pendukung :
1. Ketersediaan alat kontrasepsi
2. Jarak
3. Biaya
Faktor Pendorong :
2. Dukungan petugas kesehatan
3. Tingkat Pengetahuan
1. Dukungan suami
1. Umur
C. Hipotesis Penelitian
Ha: Ada hubungan umur tentang kontrasepsi dengan penggunaan
kotrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan
Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni Tahun 2015.
Ho: Tidak Ada hubungan umur tentang kontrasepsi dengan penggunaan
kotrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan
Maginti Kabupaten Muna Barat Barat Periode Januari s/d Juni Tahun
2015.
Ha: Ada hubungan pengetahuan tentang kontrasepsi dengan penggunaan
kotrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan
Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni Tahun 2015.
Ho: Tidak Ada hubungan pengetahuan tentang kontrasepsi dengan
penggunaan kotrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala
Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Barat Periode Januari s/d
Juni Tahun 2015.
Ha: Ada hubungan dukungan suami dengan penggunaan kotrasepsi
hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti
Kabupaten Muna Barat Barat Periode Januari s/d Juni Tahun 2015.
Ho: Tidak Ada hubungan dukungan suami dengan penggunaan kotrasepsi
hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti
Kabupaten Muna Barat Barat Periode Januari s/d Juni Tahun 2015.
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel 1
Definisi Operasional Variabel Penelitian
N
o
Variabel Definisi Operasional Kategori Skala
Ukur
1. Pengunaan
kontrasepsi
Kontrasepsi yang digunakan
oleh responden
a. Hormonal : bila
responden
menggunakan
kontrasepsi pil,
suntikan atau implan
b. Non hormonal : bila
kontrasepsi yang
digunakan bukan
salah satu diatas
Nominal
2. Umur Umur responden pada saat
penelitian berlangsung
berdasarkan ulang tahun
terakhir yang di peroleh dari
informasi yang di eksplorasi
dari responden atau
berdasarkan kartu penduduk
yang dimiliki.
a. Umur <20 tahun
masa menunda
kehamilan
b. Umur 20-35 tahun
masa menjarangkan
kehamilan
c. Umur >35 tahun
masa mencegah
kehamilan
Ordinal
3. Pengetahuan Pengetahuan responden
tentang kontrasepsi hormonal
d. Baik: Bila pertanyaan
dijawab dengan
benar >80%
e. Cukup: Bila
pertanyaan dijawab
dengan benar 60-
80%
f. Kurang : Bila
pertanyaan dijawab
dengan benar <60%
Ordinal
4. Dukungan
Suami
Dukungan suami kepada ibu
terhadap penggunaan
kontrasepsi hormonal
a. Mendukung:
jawaban ya
terhadap kuesioner
≥ 75%
b. Tidak Mendukung:
jawaban ya
terhadap kuesioner
< 75%
Nominal
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan
cross sectional yaitu peneliti mencoba untuk mencari hubungan antar
variabel faktor risiko dan efek yang analisisnya untuk menentukan ada
tidaknya hubungan antar variabel tersebut sehingga perlu disusun
hipotesisnya dan diobservasi pada saat yang sama (Sastroasmoro, 2008).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah di laksanakan di desa Pajala Kecamatan Maginti
Kabupaten Muna Barat pada bulan Agustus tahun 2015.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari obyek yang diteliti (Arikunto,
2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor aktif yang
menjadi akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten
Muna Barat tahun 2015 yang berjumlah 101 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek
yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,
2010). Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah simple random sampling, dengan jumlah sampel yang
ditetapkan yaitu dengan menggunakan rumus Notoatmodjo, 2010.
n =
𝑁
1+𝑁(𝑑²)
n =
101
1+101 (0,1)²
n =
101
2,01
n = 50,2
n = 50
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 orang.
keterangan :
N = Besarnya populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan (ketepatan yang diinginkan) (0,1)
D. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder.
1. Data primer dengan cara membagikan kuesioner kepada responden di
desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat.
2. Data sekunder adalah data akseptor aktif yang diperoleh dari desa
Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat.
E. Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah kuesioner. Jumlah kuesioner sebanyak 8 pertanyaan dengan
pilihan jawaban a,b atau c. Setiap jawaban yang benar bernilai satu (1)
dan jawaban yang salah bernilai nol (0).
F. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah secara sederhana dengan
cara manual dan dikelompokkan yang telah tersedia dalam kuesioner
dengan menggunakan program SPSS 16.
Pengolahan data sebagai berikut:
a) Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan.
b) Koding adalah kegiatan pemberian kode yang telah disediakan pada
lembaran onservasi sesuai dengan hasil pengamatan yang
dilakukan.
c) Skoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang perlu
diberi skor.
d) Tabulating adalah kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian
kedalam tabel berdasarkan variabel yang diteliti.
2. Analisis Data
Data yang telah diolah dalam penelitian ini dianalisis menggunakan
bantuan program komputer SPSS 16 yang meliputi :
a) Analisis univariat
Analisis univariat adalah proses menganalisis tiap-tiap variabel
penelitian yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi
frekuensi dan persentase dari tiap variable. Peneliti menggunakan
analisis univariat berupa distribusi frekuensi dari variabel-variabel
yang diteliti untuk mendapatkan persentase subjek menurut
pengetahuan tentang kontrasepsi hormonal. Persentase diperoleh
dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
b) Analisis bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap
dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi
(Notoatmojdo, 2005).
Pada penelitian ini, hubungan antar variabel dianalisis
menggunakan rumus korelasi chi square pada tingkat kepercayaan
90% sebagai berikut:
Keterangan :
𝛸² = Nilai chi-kuadrat
fo = frekuensi yang di observasi
fe = frekuensi yang diharapkan
𝛸² = ∑
(fo−fe)²
𝑓𝑒
SP
SM
X 100 %
SP : Nilai yang didapat
SM : Nilai maksimal (Arikunto, 2008)
dk = (kolom – 1) (baris – 1)
α = 0,10 dengan taraf kepercayaan 90 %
Kriteria pengujian :
Terima Ho : Jika X2 hit < X2 tabel Pvalue >α
Tolak Ho : Jika X2 hit ≥ X2 tabel atau Pvalue <α
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Keadaan Geografis
Desa Pajala berada di Kecamatan Maginti, dengan jarak ± 40 km
dari ibu kota Kecamatan. Desa Pajala memiliki luas wilayah
± 600.000 Km². Letak teritorial Desa Pajala yaitu : sebelah utara
berbatasan dengan desa Momuntu, sebelah selatan berbatasan
dengan desa Kembar Maminasa, sebelah timur berbatasan dengan
desa Abadi Jaya, sebelah barat berbatasan dengan desa Gala.
2. Keadaan Demografi
Desa Pajala mayoritas dihuni oleh penduduk pribumi dan sebagian
adalah transmigrasi, dengan jumlah penduduk sebanyak 1087 jiwa dan
jumlah KK 249 kk.
B. Hasil Penelitian
Setelah data dikumpulkan kemudian dilakukan pengolahan data
sesuai dengan tujuan penelitian, selanjutnya hasil penelitian disajikan
dalam bentuk tabel dan disertai dengan penjelasan, sebagai berikut:
1. Analisis Univariat
a. Pendidikan Responden
Tabel 2
Distribusi Pendidikan Responden di Desa Pajala Kecamatan
Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni
tahun 2015
Pendidikan N %
SD 19 38,0
SMP 12 24,0
SMA 14 28,0
DIII 4 8,0
SI 1 2,0
Total 50 100
Sumber : Data Primer Terolah, 2015
Tabel 2 menunjukan bahwa dari 50 responden dengan
pendidikan SD sebanyak 19 responden (38,0%), SMP sebanyak 12
responden (24,0%), SMA sebanyak 14 responden (28,0%), DII
sebanyak 4 responden (8,0%) dan responden dengan pendidikan SI
sebanyak 1 responden (2,0%).
b. Pekerjaan Responden
Tabel 3
Distribusi Pekerjaan Responden di Desa Pajala Kecamatan
Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni
tahun 2015
Pekerjaan N %
Bekerja 17 34,0
Tidak Bekerja 33 66,0
Total 50 100
Sumber : Data Primer Terolah, 2015
Tabel 3 menunjukan bahwa dari 50 responden yang bekerja
sebanyak 17 responden (34,0%), dan responden tidak bekerja
sebanyak 33 responden (66,0%).
c. Penggunaan Kontrasepsi
Tabel 4
Distribusi Penggunaan Kontrasepsi di Desa Pajala Kecamatan
Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni
tahun 2015
Penggunaan Kontrasepsi N %
Hormonal 21 42,0
Non Hormonal 29 58,0
Total 50 100
Sumber : Data Primer Terolah, 2015
Tabel 4 menunjukan bahwa dari 50 responden yang
menggunakan kontrasepsi hormonal sebanyak 21 responden (58,0%),
dan responden yang menggunakan kontrasepsi non hormonal
sebanyak 29 responden (42,0%).
d. Umur Responden
Tabel 5
Distribusi Umur Responden di Desa Pajala Kecamatan Maginti
Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni
tahun 2015
Umur N %
<20 tahun 15 30,0
20-35 tahun 15 30,0
>35 tahun 20 40,0
Total 50 100
Sumber : Data Primer Terolah, 2015
Tabel 5 menunjukan bahwa dari 50 responden dengan umur
<20 tahun sebanyak 15 responden (30,0%), responden dengan umur
20-35 tahun sebanyak 15 responden (30,0%), dan responden dengan
umur >35 tahun sebanyak 20 responden (40%).
e. Pengetahuan Responden
Tabel 6
Distribusi Pengetahaun di desa Pajala Kecamatan Maginti
Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni
tahun 2015
Pengetahuan N %
Baik 16 32,0
Cukup 17 34,0
Kurang 17 34,0
Total 50 100
Sumber : Data Primer Terolah, 2015
Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 50 responden yang memiliki
pengetahuan baik sebanyak 16 responden (32,0%), yang memiliki
pengetahuan cukup sebanyak 17 responden (34,0%), dan yang
memiliki pengetahuan kurang sebanyak 17 responden (34,0%).
f. Dukungan suami
Tabel 7
Distribusi Dukungan Suami di desa Pajala Kecamatan Maginti
Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni
tahun 2015
Dukungan Suami N %
Mendukung 31 62,0
Tidak Mendukung 19 38,0
Total 50 100
Sumber : Data Primer Terolah, 2015
Tabel 7 diatas hasil penelitian menunjukan bahwa dari
50 responden yang mendapat dukungan dari suami sebanyak 31
responden (62,0%), dan yang tidak mendapat dukungan dari suami
sebanyak 19 responden (38,0%).
2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Umur Dengan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal pada
akseptor aktif
Tabel 8
Hubungan Umur Dengan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal
pada Akseptor Aktif di Desa Pajala Kecamatan Maginti
Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni
tahun 2015
Sumber : Data Primer Terolah, 2015
Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa dari 15 responden yang
berumur <20 tahun, terdapat 6 responden (40,0%) yang
menggunakan kontrasepsi hormonal dan 9 responden (60,0%)
menggunakan kontrasepsi non hormonal. Dari 15 responden yang
berumur 20-35 tahun, 9 responden (60,0%) yang menggunakan
kontrasepsi hormonal dan 6 responden (40,0%) yang menggunakan
kontrasepsi non hormonal. Dari 20 responden umur >35 tahun,
Umur
Penggunaan
Kontrasepsi
N
X2
Hitung
P
value
Hormona
l
Non
Hormonal
% X2
Tabel
N % N %
< 20 tahun 6 40,0 9 60,0 15 100
3,20 0,20
20-35
tahun
9 60,0 6 40,0 15 100
>35 tahun 6 30,0 14 70,0 20 100 4,61
Total 21 42,0 29 58,0 50 100
6 responden (30,0%) yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan
14 responden (70,0%) yang menggunakan kontrasepsi non hormonal.
Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-square diperoleh
hasil dimana X 2
hitung = 3,202 < X2
tabel= 4,61 pada taraf siknifikan α =
0,10 dk = 2, nilai Pvalue = 0.202 (0,202 > 0,10), maka H0 diterima dan
Ha ditolak, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara umur
dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di
desa Pajala kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat periode
Januari s/d Juni tahun 2105.
b. Hubungan Pengetahuan Dengan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal
pada Akseptor Aktif
Tabel 9
Hubungan Pengetahuan Dengan Penggunaan Kontrasepsi
Hormonal pada Akseptor Aktif di desa Pajala Kecamatan
Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni
tahun 2015
Sumber : Data Primer Terolah, 2015
Tabel 9 diatas menunjukkan bahwa dari 16 responden, yang
berpengetahuan baik, terdapat 7 responden (43,8%) yang
menggunakan kontrasepsi hormonal dan 9 responden (56,2%)
menggunakan kontrasepsi non hormonal. Dari 18 responden yang
Pengetahua
n
Penggunaan
Kontrasepsi
n
X2
Hitung
P
value
Hormonal
Non
Hormonal
% X2
Tabel
N % N %
Baik 7 43,8 9 56,2 16 100
0,19 0,90
Cukup 8 44,4 10 55,6 18 100
Kurang 6 37,5 10 62,5 16 100 4,61
Total 21 42,0 29 58,0 50 100
berpengetahuan cukup, 8 responden (44,4%) yang menggunakan
kontrasepsi hormonal dan 10 responden (55,6%) yang menggunakan
kontrasepsi non hormonal. Sedangkan dari 16 responden yang
pengetahuan kurang, 6 responden (37,5%) yang menggunakan
kontrasepsi hormonal dan 10 responden (62,5%) yang menggunakan
kontrasepsi non hormonal.
Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-square diperoleh
hasil dimana X 2
hitung = 0,19 < X2
tabel= 4,61 pada taraf siknifikan α =
0,10 dk = 1,nilai Pvalue = 0.90 (0,90 > 0,10), maka H0 diterima dan Ha
ditolak, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada
akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna
Barat periode Januari s/d Juni tahun 2015.
c. Hubungan Dukungan Suami Dengan Penggunaan Kontrasepsi
Hormonal
Tabel 10
Hubungan Dukungan Suami Dengan Penggunaan Kontrasepsi
Hormonal di Desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten
Muna Barat Periode Januari s/d Juni tahun 2015
Sumber : Data Primer Terolah, 2015
Dukungan Suami
Penggunaan
Kontrasepsi
n X2
Hitung
P
value
Hormon
al
Non
Hormonal
% X2
Tabel
N % N %
Mendukung 14 45,2 17 54,8 31 100
0,33 0,56Tidak Mendukung 7 36,8 12 63,2 19 100 2,71
Total 21 42,0 29 58,0 50 100
Tabel 10 diatas menunjukkan bahwa dari 31 responden, yang
menyatakan suami mendukung terdapat 14 responden (45,2%) yang
menggunakan kontrasepsi hormonal dan 17 responden (54,8%) yang
menggunakan kontrasepsi non hormonal. Dari 19 responden yang
menyatakan suami tidak mendukung, 7 responden (36,8%) yang
menggunakan kontrasepsi hormonal 12 responden (63,2%) yang
menggunakan kontrasepsi non hormonal.
Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-square diperoleh hasil
dimana X 2
hitung = 0,33 < X2
tabel= 2,71 pada taraf siknifikan α = 0,10 dk =
1,nilai Pvalue = 0.56 (0,56 > 0,10), maka H0 diterima dan Ha ditolak, berarti
tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan
penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala
Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat periode Januari s/d Juni
tahun 2015.
C. Pembahasan
Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan
rancangan studi cross sectional mengenai hubungan umur, pengetahuan,
dan dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada
akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat
periode Januari s/d Juni tahun 2015.
1. Hubungan Umur dengan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Pada
Akseptor Aktif
Dari hasil penelitian menunjukkan responden yang berumur
<20 tahun lebih sedikit menggunakan kontrasepsi hormonal di
banding yang menggunakan kontrasepsi non hormonal yaitu
sebanyak 30,0% yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan 70%
yang menggunakan kontrasepsi non hormonal. Demikian pula yang
berumur >35 tahun lebih sedikit yang menggunakan kontrasepsi
hormonal di banding yang menggunakan kontrasepsi non hormonal
yaitu sebanyak 40% yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan
60% yang menggunakan kontrasepsi non hormonal. Sedangkan yang
berumur 20-35 tahun lebih banyak yang menggunakan kontrasepsi
hormonal dibanding yang menggunakan kontrasepsi non hormonal
yaitu sebanyak 60% yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan
40% yang menggunakan kontrasepsi non hormonal.
Hasil uji hipotesis yang digunakan adalah uji Chi-square
diperoleh hasil dimana X 2
hitung = 3,20 < X2
tabel= 4,61 pada taraf
siknifikan α = 0,10 dk = 2, nilai Pvalue = 0.20 (0,20 > 0,10), maka H0
diterima dan Ha ditolak, berarti tidak ada hubungan yang signifikan
antara umur dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor
aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat
periode Januari s/d Juni tahun 2015.
Penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kusumaningrum (2009) yang mengatakan bahwa
umur mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan
pada PUS. Semakin tua umur seseorang maka pemilihan alat
kontrasepsi ke arah alat yang mempunyai efektivitas lebih tinggi
yakni metode kontrasepsi jangka panjang (BKKBN, 2003).
Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh
pasangan istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Karena usia di
bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya menunda untuk
mempunyai anak dengan berbagai alasan. Kriteria kontrasepsi yang
diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang tinggi,
artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%. Hal ini penting
karena pada masa ini pasangan belum mempunyai anak, serta
efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang cocok dan disarankan
adalah pil KB, AKDR.
Periode usia istri antara 20-35 tahun merupakan periode usia
paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak
antara kelahiran adalah 2-4 tahun. Kriteria kontrasepsi yang
diperlukan yaitu efektifitas tinggi, reversibilitas tinggi karena
pasangan masih mengharapkan punya anak lagi. Kontrasepsi dapat
dipakai 3-4 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan.
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur
lebih dari 35 tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat
menggunakan kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena
kalau terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya
kehamilan dengan risiko tinggi bagi ibu dan anak. Di samping itu jika
pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai anak lagi,
kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah metode kontap,
AKDR, implan, suntik KB (Pinem, 2009).
Menurut hasil penelitian Hidayati (2007), responden yang
umurnya lebih dari 35 tahun cenderung memilih metode alamiah
karena menurut mereka lebih aman dan tanpa efek samping.
Wanita yang lebih tua, lebih suka menggunakan metode
kontrasepsi tradisional karena mereka sudah merasa cocok
dengan metode kontrasepsi tersebut.
Ibu yang telah memiliki 2 anak dianjurkan untuk
menggunakan alat kontrasepsi hormonal yang memiliki efektifitas
yang tinggi dan bersifat jangka panjang. Hal ini memungkinan
untuk mengurangi risiko terjadinya. Namun pengaruh dari
pengalaman masa lalu dan kultur masyarakat cenderung
membuat masyarakat enggan mengikuti anjuran pemerintah
(BKKBN, 2010).
2. Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal
pada Akseptor Aktif
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari seluruh responden
yang berpengetahuan baik, cukup dan kurang lebih sedikit yang
menggunakan kontrasepsi hormonal di banding yang menggunakan
kontrasepsi non hormonal yaitu 43,8% yang berpengetahuan baik,
44,4% yang berpengetahuan cukup dan 37,3% yang berpengetahuan
kurang yang menggunakan kontrasepsi hormonal. Sedangkan yang
menggunakan kontrasepsi non hormonal sebanyak 56,2% yang
berpengetahuan baik, 55,6% yang berpengetahuan cukup, dan 62,5%
yang berpengetahuan kurang. Dengan demikian tidak ada perbedaan
antara yang berpengetahuan baik, cukup, dan kurang dalam
menggunakan kontrasepsi.
Hasil uji hipotesis yang digunakan adalah uji Chi-square
diperoleh hasil dimana X 2
hitung = 0,19 < X2
tabel= 4,61 pada taraf
siknifikan α = 0,10 dk = 2,nilai Pvalue = 0.90 (0,90 > 0,10), maka H0
diterima dan Ha ditolak, berarti tidak ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada
akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna
Barat periode Januari s/d Juni tahun 2015.
Penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang
dilakukan oleh Laksmi Indira (2009) menemukan bahwa “Sekali
wanita mengetahui tempat pelayanan kontrasepsi, perbedaan jarak
dan waktu bukanlah hal yang penting dalam menggunakan
kontrasepsi, dan mempunyai hubungan yang signifikan antara
pengetahuan tentang tempat pelayanan dan metode kontrasepsi yang
digunakan. Wanita yang mengetahui tempat pelayanan kontrasepsi
lebih sedikit menggunakan metode kontrasepsi tradisionsl.” Menurut
Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang benar tentang program KB
termasuk tentang berbagai jenis kontrasepsi akan mempertinggi
keikutsertaan masyarakat dalam program KB.
Dari hasil penelitian yang dilakukan secara kualitatif oleh
Handayani et.al., (2012) bahwa masih banyak akseptor yang
menentukan metode yang dipilih hanya berdasarkan informasi dari
akseptor lain berdasarkan pengalaman masing-masing. Sebagian
petugas kesehatan kurang melakukan konseling dan pemberian
informasi yang menyebabkan kurangnya pengetahuan klien dalam
memilih jenis KB. Namun masyarakat mentolerir pelayanan KB
meskipun pelayanan KB belum seluruhnya memenuhi syarat
pelayanan berkualitas. Informasi yang baik dari petugas membantu
klien dalam memilih dan menentukan metode kontrasepsi yang
dipakai.
Salah satu pelayanan yang tersedia dalam program KB adalah
pelayanan kontrasepsi. Pelayanan kontrasepsi akan berhasil dengan
baik bila masyarakat mengenal berbagai jenis kontrasepsi yang
tersedia. Akan tetapi, pengenalan berbagai jenis kontrasepsi ini cukup
sulit karena hal ini menyangkut pola pengambilan keputusan dalam
masyarakat itu sendiri. Proses pengambilan keputusan untuk
menerima suatu inovasi meliputi empat tahap yaitu tahap
pengetahuan (knowledge), tahap persuasi (persuasion), tahap
pengambilan keputusan (decision), dan tahap konfirmasi
(confirmation). Suatu inovasi dapat diterima maupun ditolak setelah
melalui tahap-tahap tersebut. Inovasi ditolak bila inovasi tersebut
dipaksakan oleh pihak lain, inovasi tersebut tidak dipahami, inovasi
tersebut dinilai sebagai ancaman terhadap nilai-nilai penduduk.
Sementara itu, inovasi yang diterima tidak akan diterima secara
menyeluruh tetapi bersifat selektif dengan berbagai macam
pertimbangan.
3. Hubungan Dukungan Suami dengan Penggunaan Kontrasepsi
Hormonal pada Akseptor Aktif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik responden yang
mendapat dukungan suami maupun yang tidak mendapat dukungan
suami lebih sedikit menggunakan kontrasepsi hormonal di banding
yang menggunakan kontrasepsi non hormonal, yaitu sebanyak 14
responden (45,2%) dari responden yang mendapat dukungan suami
dan 7 responden (36,8%) yang tidak mendapat dukungan suami.
Sedangkan yang menggunakan kontrasepsi non hormonal sebanyak
17 responden (54,8%) dari responden yang mendapat dukungan
suami dan 12 responden (63,2%) dari yang tidak mendapat dukungan
suami. Dengan demikian tidak ada perbedaan responden yang
mendapat dukungan suami maupun yang tidak mendapat dukungan
suami dalam penggunaan kontrasepsi.
Hasil uji hipotesis yang digunakan adalah uji Chi-square
diperoleh hasil dimana X 2
hitung = 0,33 < X2
tabel= 2,71 pada taraf
siknifikan α = 0,10 dk = 1, nilai Pvalue = 0.56 (0,56 > 0,10), maka H0
diterima dan Ha ditolak, berarti tidak ada hubungan yang signifikan
antara dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi hormonal
pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten
Muna Barat periode Januari s/d Juni tahun 2015.
Penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang
dilakukan oleh Prihyugiarto dan Mujianto yang mengatakan ada
hubungan dukungan suami terhadap kelangsungan pemakaian
kontrasepsi hormonal.
Dukungan suami berpengaruh besar terhadap pemilihan
kontrasepsi yang dipakai istri, bila suami tidak setuju dengan
kontrasepsi yang dipakai istrinya maka sedikit istri yang akan
memakai alat kontrasepsi tersebut. Efek samping berhubungan
dengan pemilihan kontrasepsi karena efek samping yang ditimbulkan
oleh kontrasepsi tersebut membuat ibu tidak ingin
menggunakannya lagi. Selain itu, pemberian informasi petugas KB
berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi, petugas kesehatan
berperan dalam memberikan informasi, penyuluhan dan
penjelasan tentang alat kontrasepsi. Calon akseptor yang masih
ragu-ragu dalam pemakai alat kontrasepsi akhirnya memutuskan
untuk memakai alat kontrasepsi tersebut atas saran dari petugas
kesehatan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan penggunaan
kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan
Maginti Kabupaten Muna barat periode Januari s.d Juni tahun 2015.
2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan
penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor di desa Pajala
Kecamatan Maginti Kabupaten Muna barat periode Januari s.d Juni
tahun 2015.
3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan
penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala
Kecamatan Maginti Kabupaten Muna barat periode Januari s.d Juni
tahun 2015.
B. Saran
1. Bagi petugas kesehatan khususnya bidan, agar dapat lebih
mengenalkan pada akseptor aktif dan calon akseptor tentang
berbagai macam jenis alat kontrasepsi.
2. Bagi tenaga bidan agar dapat bekerjasama dengan petugas
kesehatan yang lain di puskesmas dalam rangka meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan.
3. Bagi peneliti lainnya disampaikan untuk dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang kontrasepsi hormonal dengan mengambil variabel lain.
4.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi
Revisi V. Jakarta : Rineka Cipta
Adzlan. 2011. Pendewasaan Usia Perkawinan Artikel. Diakses dari
Http://Lampung.bkkbn.go.id tanggal 20 Juni 2015
Ali Rifa’i. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat
Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur di Wilayah Puskesmas Bahu
Kabupaten Gorontalo (Prosiding Seminar Nasional Kependudukan).
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Jember
Arliana, W.O.D., Sarake, M., dan Seweng, A. 2012.Faktor yang berhubungan
dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Hormonal pada Akseptor
KB di Kelurahan Pasarwajo Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton
Sulawesi Tenggara.Universitas Hasanudin. Makasar.
Azwar. S, 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya Edisi 2.
Yokyakarta: Pustaka Pelajar
Bappeda. 2013. Kependudukan dan Keluarga Berencana (KB). Dikases dari
http://www.bappenas.go.id tanggal 20 Juni 2015
BKKBN, 2003. Alat Kontrasepsi, KB dan Keluarga Sejahtera. Jakarta :
BKKBN
BKKBN, 2008. Ingin Memiliki Kesehatan Reproduksi Prima Hindari
Kehamilan 4 Terlalu. Direktorat Kelangsungan Hidup Ibu, Bayi dan
Anak. BKKBN
BKKBN, 2010. Rapat kerja program KB Nasional Jawa Tengah.
BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, 2014. Sulawesi Tenggara dalam Angka.
Sulawesi Tenggara
BPS Kabupaten Muna, 2014. Kabupaten Muna Dalam Angka. BPS
Kabupaten Muna
E. Mulyasa, 2012. Standar kompetensi dan sertifikasi guru. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Handayani, L., Suharmiati, Hariastuti, I., dan Latifah, C. 2012. Peningkatan
Informasi tentang KB: Hak Kesehatan Reproduksi yang perlu
Diperhatikan oleh Program Pelayanan Keluarga Berencana. Buletin
Penelitian Sistem kesehatan vol 15 no 3 Juli 2012 289-297. Penelitian
Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan
Hidayati, W. 2007. Analisis Beberapa Faktor yang berhubungan dengan
Perkawinan Wanita Usia Muda (Komparasi Hasil dengan Studi
Meta Analisis) (Skripsi). Semarang : Universitas Diponogoro.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Kusumaningrum, R. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan
Kontrasepsi yang Digunakan Pada Pasangan Usia Subur.
Universitas Diponegoro, Semarang.
Musdalifah, Sarake, M., dan Rahma. 2013. Factor yang Berhubungan
dengan Pemilihan Kontrasepsi Hormonal Pasutri di Wilayah Kerja
Puskesmas Lampa Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang 2013.
Universitas Hasanudin. Makasar
Nazilah, L. 2013. Kontribusi Otonomi Perempuan dalam Rumah Tangga
terhadap Pemakaian Kontrasepsi di Nusa Tenggara Timur (Skripsi).
Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. Depok
Ngatimin, H.M, Rusli, 2009, Komitmen Dokter Dan SKM Mewujudkan Hidup
Sehat, Yayasan PK-3, FKM Unhas Makassar.
Notoadmojo, S 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, edisi 3, Jakarta:
Rineka Cipta
Notoatmodjo, 2009, Promosi Kesehatan (Teori Dan Aplikasi). PT Rineka
Cipta, Jakarta
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Purba, 2009, Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian alat kontrasepsi
pada istri PUS di kecamatan Rambah Samo kabupaten Rokan Hulu
tahun 2009 (Tesis). Medan : Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara.
Sarwono W. 2000, Psikologi Remaja. Cetakan Kelima Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Sastroasmoro, 2008. Dasar-dasar Metode Penelitian Klinis. Jakarta : Sagung
Seto.
SDKI, 2012. Laporan Pendahuluan. Jakarta
Sitopu, S.D. 2012. Hubungan Pengetahuan Akseptor Keluarga Berencana
dengan Penggunaan Alat Kontrasepsidi Puskesmas Helvetia
Medan.Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Darma Agung Medan.
Medan
Tedjo, 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi
yang digunakan pada keluarga miskin. Diakses tanggal 20 Juni 2015
Varney, H. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.EGC. Jakarta
Wirosuhardjo. K, 2004. Dasar-dasar Demografi. Jakarta: Universitas
Indonesia
Woyanti, N,.2005. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Kontrasepsi di Kota Semarang. Dinamika Kependudukan Volume 2
No. 1 Juli 2005: 40-56
Lampiran 3
MASTER TABEL HASIL PENGUMPULAN DATA
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN
KONTRASEPSI HORMONAL
PADA PASANGAN USIA SUBUR DI DESAPAJALA KECAMATAN MAGINTI
KABUPATEN MUNABARAT PERIODE JANUARI S/D JUNI
TAHUN 2015
NO NAMA IBU UMUR PENGETAHUAN
DUKUNGAN
SUAMI
PENGGUNAAN
KONTRASEPSI
1 Ny. A 1 1 1 1
2 Ny. S 1 1 1 1
3 Ny. S 0 0 0 1
4 Ny. WI 1 2 1 1
5 Ny. WM 1 1 0 1
6 Ny. WS 0 0 0 1
7 Ny. WL 1 2 1 0
8 Ny. S 1 0 1 1
9 Ny. WF 1 2 1 1
10 Ny. Y 0 1 1 1
11 Ny. N 1 1 1 0
12 Ny. N 1 2 1 0
13 Ny. I 0 0 1 1
14 Ny. YS 1 2 0 0
15 Ny. WN 1 1 1 1
16 Ny. WO 1 2 1 1
17 Ny. M 1 1 1 0
18 Ny. L 0 2 1 0
19 Ny. WM 0 2 1 1
20 Ny. WP 1 1 0 0
21 Ny. WS 1 1 1 1
22 Ny. WT 1 0 0 0
23 Ny. WL 1 2 0 0
24 Ny. WF 1 1 1 1
25 Ny. N 0 2 1 1
26 Ny. WS 1 0 0 0
27 Ny. WR 0 0 0 0
28 Ny. F 1 1 1 1
29 Ny. S 0 2 1 0
30 Ny. WU 1 0 0 1
31 Ny. WS 1 1 1 1
32 Ny. S 1 2 1 0
33 Ny. S 1 1 1 1
34 Ny. I 1 0 1 1
35 Ny. M 1 0 1 0
36 Ny. D 0 0 1 0
37 Ny. M 1 0 0 1
38 Ny. M 1 1 0 1
39 Ny. U 0 1 1 0
40 Ny. WA 1 1 1 0
41 Ny. WU 1 0 0 1
42 Ny. L 1 0 1 1
43 Ny. WA 1 0 0 1
44 Ny. WS 0 0 1 1
45 Ny. Z 1 0 0 0
46 Ny. A 1 0 1 1
47 Ny. M 1 1 0 0
48 Ny. N 0 1 1 0
49 Ny. WH 1 0 0 1
50 Ny. WO 1 0 1 1

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

85805824 asuhan-kebidanan(1)
85805824 asuhan-kebidanan(1)85805824 asuhan-kebidanan(1)
85805824 asuhan-kebidanan(1)
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap nyAsuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
 
Makalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak Sekolahan
Makalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak SekolahanMakalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak Sekolahan
Makalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak Sekolahan
 
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
 
Karya tulis ilmiah wa hara
Karya tulis  ilmiah wa haraKarya tulis  ilmiah wa hara
Karya tulis ilmiah wa hara
 
Kti habibah
Kti habibahKti habibah
Kti habibah
 
Kti fertika
Kti fertikaKti fertika
Kti fertika
 
Digital 20282739 t yeni iswari
Digital 20282739 t yeni iswariDigital 20282739 t yeni iswari
Digital 20282739 t yeni iswari
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by nyAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
 
Kti eva seno safitri
Kti eva seno safitriKti eva seno safitri
Kti eva seno safitri
 
Kti reni yunila sari
Kti reni yunila sariKti reni yunila sari
Kti reni yunila sari
 
Kti siti maysaroh
Kti siti maysarohKti siti maysaroh
Kti siti maysaroh
 
KARYA TULIS ILMIAH
KARYA TULIS ILMIAHKARYA TULIS ILMIAH
KARYA TULIS ILMIAH
 
Kti nur fitrianingsih akbid paramata
Kti nur fitrianingsih akbid paramataKti nur fitrianingsih akbid paramata
Kti nur fitrianingsih akbid paramata
 
Kti novensky e.m
Kti novensky e.mKti novensky e.m
Kti novensky e.m
 
Kti mitra tanjung
Kti mitra tanjungKti mitra tanjung
Kti mitra tanjung
 
Pneumoni balita
Pneumoni balitaPneumoni balita
Pneumoni balita
 
Kti armayani
Kti armayaniKti armayani
Kti armayani
 

Similar to Kti agustina akbid ykn

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA ...
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA ...FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA ...
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA ...Warnet Raha
 
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...Warnet Raha
 
Kti kadek juwita malasari
Kti kadek juwita malasariKti kadek juwita malasari
Kti kadek juwita malasariKADEKJUWITA
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...Warnet Raha
 
Kti akbid ayu andiani achdania. j 2 AKBID PARAMATA RAHA
Kti akbid ayu andiani achdania. j 2 AKBID PARAMATA RAHA Kti akbid ayu andiani achdania. j 2 AKBID PARAMATA RAHA
Kti akbid ayu andiani achdania. j 2 AKBID PARAMATA RAHA Operator Warnet Vast Raha
 
Kti hubainalti akbid paramata
Kti hubainalti akbid paramata Kti hubainalti akbid paramata
Kti hubainalti akbid paramata Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY”Y” DENGAN ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY”Y” DENGAN ...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY”Y” DENGAN ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY”Y” DENGAN ...Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.“A” DEN...
MANAJEMEN   DAN   PENDOKUMENTASIAN   ASUHAN   KEBIDANAN  PADA BAYI NY.“A” DEN...MANAJEMEN   DAN   PENDOKUMENTASIAN   ASUHAN   KEBIDANAN  PADA BAYI NY.“A” DEN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.“A” DEN...Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...Warnet Raha
 
Kti hubainalti akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti hubainalti akbid paramata  AKBID PARAMATA RAHA Kti hubainalti akbid paramata  AKBID PARAMATA RAHA
Kti hubainalti akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA Operator Warnet Vast Raha
 

Similar to Kti agustina akbid ykn (20)

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA ...
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA ...FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA ...
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA ...
 
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...
 
Kti kadek juwita malasari
Kti kadek juwita malasariKti kadek juwita malasari
Kti kadek juwita malasari
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
 
Kti akbid ayu andiani achdania. j 2 AKBID PARAMATA RAHA
Kti akbid ayu andiani achdania. j 2 AKBID PARAMATA RAHA Kti akbid ayu andiani achdania. j 2 AKBID PARAMATA RAHA
Kti akbid ayu andiani achdania. j 2 AKBID PARAMATA RAHA
 
Kti hubainalti akbid paramata
Kti hubainalti akbid paramata Kti hubainalti akbid paramata
Kti hubainalti akbid paramata
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...
 
Kti reni sapitria
Kti reni sapitriaKti reni sapitria
Kti reni sapitria
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
 
Resti fiks fdf
Resti fiks fdfResti fiks fdf
Resti fiks fdf
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY”Y” DENGAN ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY”Y” DENGAN ...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY”Y” DENGAN ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY”Y” DENGAN ...
 
Kti husni akbid paramata
Kti husni akbid paramataKti husni akbid paramata
Kti husni akbid paramata
 
Kti fatmawati akbid paramata
Kti fatmawati akbid paramataKti fatmawati akbid paramata
Kti fatmawati akbid paramata
 
Kti fatmawati akbid paramata
Kti fatmawati akbid paramataKti fatmawati akbid paramata
Kti fatmawati akbid paramata
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.“A” DEN...
MANAJEMEN   DAN   PENDOKUMENTASIAN   ASUHAN   KEBIDANAN  PADA BAYI NY.“A” DEN...MANAJEMEN   DAN   PENDOKUMENTASIAN   ASUHAN   KEBIDANAN  PADA BAYI NY.“A” DEN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.“A” DEN...
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...
 
Kti hubainalti akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti hubainalti akbid paramata  AKBID PARAMATA RAHA Kti hubainalti akbid paramata  AKBID PARAMATA RAHA
Kti hubainalti akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
 
Ikke pdf
Ikke pdfIkke pdf
Ikke pdf
 
Husnul
HusnulHusnul
Husnul
 
Kti isma ekawati
Kti isma ekawatiKti isma ekawati
Kti isma ekawati
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 
1
11
1
 
555555555555555
555555555555555555555555555555
555555555555555
 
Lamaran kerja mirna
Lamaran kerja mirnaLamaran kerja mirna
Lamaran kerja mirna
 
Curiculum vitae 2
Curiculum vitae 2Curiculum vitae 2
Curiculum vitae 2
 
Cv al fajri
Cv al fajriCv al fajri
Cv al fajri
 
Daftar isi ayu
Daftar isi ayuDaftar isi ayu
Daftar isi ayu
 

Kti agustina akbid ykn

  • 1. FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA AKSEPTOR AKTIF DI DESA PAJALA KECAMATAN MAGINTI KABUPATEN MUNA BARAT PERIODE JANUARI S/D JUNI TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Diploma III Kebidanan Oleh : A G U S T I N A AK 120274 AKADEMI KEBIDANAN YAYASAN KESEHATAN NASIONAL BAU- BAU 2015
  • 2. HALAMAN PERSETUJUAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA AKSEPTOR AKTIF DI DESA PAJALA KECAMATAN MAGINTI KABUPATEN MUNA BARAT PERIODE JANUARI S/D JUNI TAHUN 2015 Oleh : A G US T I N A NIM. AK 120274 Karya Tulis Ilmiah ini diterima dan disetujui, untuk diuji dan dipertahankan didepan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Yayasan Kesehatan Nasional Bau-bau Pembimbing I Pembimbing II Jeny Priscillya, S.ST, M.Kes Yasrida, SKM Mengetahui, Direktur AKBID Yayasan Kesehatan Nasional Bau bau Sapril, SKM, M.Sc
  • 3. HALAMAN PENGESAHAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA AKSEPTOR AKTIF DI DESA PAJALA KECAMATAN MAGINTI KABUPATEN MUNA BARAT PERIODE JANUARI S/D JUNI TAHUN 2015 Oleh : A G U S T I N A NIM. AK 120274 Telah dipertahakan di hadapan tim penguji pada: Hari/Tanggal : Jumat/04 September 2015 Waktu : 13.00 wita Tempat : AKBID Yayasan Kesehatan Nasional Telah diperbaiki dan dinyatakan telah memenuhi syarat Pembimbing : 1. Jeny Priscillya, S.ST, M.Kes (……………………….) 2. Yasrida, SKM (……………………….) Penguji : 1. Harmin Toha,S.ST, M.Kes (……………………….) Mengetahui : Direktur AKBID Yayasan Kesehatan Nasional Bau bau Safril, SKM, M.Sc
  • 4. BIODATA PENULIS 1. Identitas Penulis a. Nama : Agustina b. Nim : AK 120 274 c. Tempat / tanggal lahir : Pajala, 17 Agustus 1994 d. Jenis Kelamin : Perempuan e. Agama : Islam f. Suku / Bangsa : Bugis / Indonesia g. Alamat :Desa Pajala Kecamatan Maginti 2. Pendidikan Tamat SD Negeri 02 Maginti Tahun 2006 Tamat SMP Negeri 04 Tikep Tahun 2009 Tamat SMA Negeri 01 Maginti Tahun 2012 Masuk Akademi Kebidanan YKN Kabupaten Muna Tahun 2012 sampai sekarang.
  • 5. INTISARI Agustina (AK 120 274) “Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari S/D Juni Tahun 2015” (Dibimbing Jeny Priscillya, S.ST, M.Kes dan Yasrida, SKM). 5 bab, 51 halaman, 10 tabel, 6 lampiran Latar belakang : Keluarga Berencana dirumuskan sebagai upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui batas usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, pembinaan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (BKKBN, 2008). Kesadaran akan pentingnya kontrasepsi di Indonesia, masih perlu ditingkatkan guna mencegah terjadinya ledakan penduduk di Indonesia pada tahun 2015. Saat ini, ledakan penduduk merupakan salah satu permasalahan global yang muncul di seluruh dunia. Kekhawatiran akan terjadinya ledakan penduduk pada tahun 2015 mendorong pemerintah Indonesia membuat beberapa kebijakan-kebijakan penting. Sebab, penduduk yang banyak tanpa disertai kualitas yang memadai justru menjadi beban pembangunan dan menyulitkan pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. Tujuan penelitian : Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di Desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni tahun 2015. Metode penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 50 orang Hasil Penelitian : Tidak ada hubungan yang signifikan antara umur, pengetahuan dan dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna barat periode Januari s/d Juni tahun 2015. Kata kunci : Penggunaan kontrasepsi hormonal, umur, pengetahuan, dukungan suami
  • 6. KATA PENGANTAR Puji Dan Syukur Penulis Panjatkan Kehadirat Allah SWT. Berkat Karunia-Nya jualah, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah tepat pada waktunya yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di akademi kebidanan Yayasan Kesehatan Nasional Bau-Bau kelas kerjasama Kabupaten Muna dengan judul “ Faktor- faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s.d Juni tahun 2015 ”. Dalam penyusunan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menghadapi banyak kesulitan dan hambatan. Namun atas Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, serta bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Bapak Safril, SKM, M.Sc, selaku Direktur Akademi Kebidanan Yayasan Kesehatan Nasional. 2. Ibu Jeny Priscillya, S.ST, M.Kes. selaku pembimbing I dan ibu Yasrida, SKM, selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan sejak awal sampai dengan terselesaikannya penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
  • 7. 3. Ibu Harmin Toha, S.ST, M.Kes, selaku penguji yang siap selalu meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk dan mengarahkan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini menjadi lebih baik dari sebelumnya. 4. Seluruh dosen dan staff pengajar Akademi Kebidanan Yayasan Kesehatan Nasional Bau-bau Kelas Kerjasama Kabupaten Muna yang telah mengarahkan dan memberikan ilmu pengetahuan selama mengikuti pendidikan. 5. Bapak Ambo Ibrahim , selaku kepala desa Pajala yang telah memberikan izin untuk dapat meneliti. 6. Kepada ayahanda Sukardin Abbas dan ibunda Marwah yang telah banyak membantu penulis baik dalam bentuk material, tenaga maupun doa yang tulus dan ikhlas sejak kecil sampai saat ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu melindungi dan melimpahkan rahmat-Nya kepada orang-orang yang kusayangi ini. 7. Dan tak terlupakan kepada saudara-saudaraku yang telah banyak membantu penulis pada masa studi. 8. Seluruh rekan-rekan mahasisiwi Akademi Kebidanan Yayasan Kesehatan Nasional Bau-bau Kelas Kerjasama Kabupaten Muna angkatan 2012 - 2015 yang penulis tak bisa sebutkan satu persatu. Terima kasih atas kebersamaan dalam suka maupun duka selama mengikuti pendidikan di Akademi Kebidanan Yayasan Kesehatan Nasional Bau-bau Kelas Kerjasama Kabupaten Muna.
  • 8. Akhirnya penulis berdo'a semoga pihak yang telah membantu, mendapatkan petunjuk, lindungan dan kesuksesan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Amin…… Raha, Agustus 2015 Penulis
  • 9. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL…………………………………………………................ i HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iii RIWAYAT HIDUP..................................................................................... iv INTISARI................................................................................................. v KATA PENGANTAR................................................................................. vi DAFTAR ISI…………………………………………………………................ ix DAFTAR TABEL....................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang…………………………………………….......... 1 B. Rumusan Masalah…………………………………………........ 4 C. Tujuan Penelitian…………………………………………........... 4 D. Manfaat Penelitian…………………………………................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka....................................................................... 7 B. Kerangka Konsep.................................................................. 28 C. Hipotesis Penelitian................................................................ 28 D. Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif............................. 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian……………………………………………….. 31 B. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................. 31 C. Populasi dan Sampel........................................................... 31 D. Metode Pengumpulan Data................................................. 32 E. Instrumen Penelitian........................................................... 32 F. Pengolahan dan Penyajian Data........................................... 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................... 36
  • 10. B. Hasil Penelitian................................................................... 36 C. Pembahasan........................................................................ 43 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.............................................................................. 51 B. Saran........................................................................................ 51 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
  • 11. DAFTAR TABEL Tabel 1 Defenisi operasional dan kriteria obyektif................................ 30 Tabel 2 Distribusi pendidikan responden..............................................37 Tabel 3 Distribusi pekerjaan responden................................................37 Tabel 4 Distribusi penggunaan kontrasepsi......................................... 38 Tabel 5 Distribusi umur responden....................................................... 38 Tabel 6 Distribusi pengetahuan responden.......................................... 39 Tabel 7 Distribusi dukungan suami.......................................................39 Tabel 8 Hubungan umur dengan penggunaan kontrasepsi hormonal.. 40 Tabel 9 Hubungan pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi hormonal.................................................................................. 41 Tabel 10 Hubungan dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi hormonal.................................................................................. 42
  • 12. DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Kerangka konsep penelitian...................................................28
  • 13. DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1. Lembar persetujuan responden 2. Kuisioner Penelitian 3. Surat izin penelitian 4. Surat keterangan telah melakukan penelitian di desa Pajala 5. Master tabel hasil penelitian 6. Hasil SPSS 16
  • 14. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana dirumuskan sebagai upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui batas usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, pembinaan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (BKKBN, 2008). Secara garis besar masalah pokok di bidang kependudukan yang di hadapi Indonesia adalah jumlah pertumbuhan penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi yakni dari tahun 1971 sampai tahun 1980 sebanyak 28.282.069 jiwa (23,72%). Secara keseluruhan rata-rata kenaikan jumlah penduduk setiap 10 tahun hampir mencapai 20%. Perlu diketahui bahwa menurut perkiraan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, jumlah penduduk Indonesia akan menjadi 250 juta jiwa pada tahun 2014 dengan pertumbuhan penduduk 1,49 persen per tahun. Salah satu penyebab bertambahnya jumlah penduduk adalah tingginya tingkat kelahiran (SDKI, 2012). Salah satu upaya pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah dengan program Keluarga Berencana (KB). Program KB yang ditujukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk adalah dengan mengajak seluruh masyarakat Pasangan Usia Subur (PUS) untuk menjadi akseptor KB. Semakin banyak penduduk yang
  • 15. berpartisipasi dalam program KB, maka angka kenaikan laju pertumbuhan penduduk yang berlebihan akan bisa ditekan (BPS Kabupaten Muna, 2014). Kesadaran akan pentingnya kontrasepsi di Indonesia, masih perlu ditingkatkan guna mencegah terjadinya ledakan penduduk di Indonesia pada tahun 2015. Saat ini, ledakan penduduk merupakan salah satu permasalahan global yang muncul di seluruh dunia. Kekhawatiran akan terjadinya ledakan penduduk pada tahun 2015 mendorong pemerintah Indonesia membuat beberapa kebijakan-kebijakan penting. Sebab, penduduk yang banyak tanpa disertai kualitas yang memadai justru menjadi beban pembangunan dan menyulitkan pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional (BKKBN, 2013). Berdasarkan data yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara dengan laju pertumbuhan penduduk pada periode 2010-2015 rata-rata sebesar 2,18%, sedangkan antara tahun 2015-2020 turun sebesar 1,97% per tahun. Dengan jumlah perkembangan jumlah penduduk pada tahun 2013 sebesar 2.370.549 jiwa (BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, 2014). Seiring dengan data yang didapat dari SDKI 2012, untuk peserta keluarga berencana pada wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara adalah dari 51,5% akseptor aktif yang menggunakan alat kontrasepsi dengan cara modern sebanyak 48,4%, terdiri dari metode operasi wanita (MOW)
  • 16. sebanyak 1,5%, metode operasi pria (MOP) sebanyak 0,0%, pil sebanyak 15,1%, IUD sebanyak 1,3%, suntik sebanyak 23,9%, implan sebanyak 6,2%, kondom sebanyak 0,3% dan MAL 0,0%. Akseptor aktif yang menggunakan cara tradisional sebanyak 3,0%, terdiri dari pantang berkala 0,4%, senggama terputus 1,9%, lainnya 0,7%, dan pasangan usia subur (PUS) yang tidak sama sekali menggunakan alat kontrasepsi yaitu 48,5%. Sedangkan pencapaian Keluarga Berencana (KB) aktif per Januari 2014 untuk wilayah Kabupaten Muna adalah sebanyak 45.711 jiwa, yang menjadi peserta KB aktif tercatat sebanyak 35.117 peserta dengan rincian masing-masing per metode kontrasepsi, suntik sebanyak 16.973 (37,17%), pil sebanyak 17.167 (37,56%), implan sebanyak 5.718 (12,51%), IUD 1.472 (3,22%), MOW sebanyak 480 (1,05%), kondom sebanyak 1.296 (2,84%), MOP sebanyak 461 (1,01%). Jenis alat kontrasepsi yang digunakan akseptor KB aktif di Kecamatan Maginti adalah suntik (7,27%), pil (5,51%), implant (2,40%), kondom (0,53%), IUD (0,64%), dan MOW/MOP (0,41%). Pencapaian peserta KB aktif di Kecamatan Maginti pada tahun 2014 sebesar 21,75% dari target 1.706 akseptor (BPS, 2014). Berdasarkan data pra-survey yang penulis lakukan di desa Pajala Kecamatan Maginti pada tahun 2014 jumlah PUS 172 akseptor, dimana terdiri dari pengguna KB suntik 68 (39,5%) akseptor, KB pil 51 (29,6%) akseptor, implan 28 (16,3%) akseptor, IUD 17 (9,9%) akseptor dan kondom 8 (4,7%) akseptor. Tahun 2015 jumlah PUS sebanyak 101orang,
  • 17. dan yang menjadi akseptor aktif sebanyak 50 orang, terdiri dari kontrasepsi hormonal yaitu suntik 12 orang (57,1%), pil 5 orang (23,8%), dan implant 4 orang (19,2%). Dan 29 orang menggunakan alat kontrasepsi non hormonal yang terdiri dari IUD sebanyak 9 orang (31,3%), kalender 3 orang (10,34%), pantang berkala 8 orang (27,58%) dan kondom 9 orang (31,3%). Pemakaian kontrasepsi hormon sintetik jangka panjang memang mempunyai risiko. Pemakaian suntik KB 3 bulan, pil KB dan implant bagi wanita yang memasuki masa menopause, akan berisiko terkena osteoporosis. Selain itu, penggunaan kontrasepsi hormonal jangka panjang dapat meningkatkan risiko peningkatan kejadian kanker (BKKBN, 2008). Dengan adanya bermacam-macam jenis alat kontrasepsi yang ada, sehingga seorang ibu harus menentukan pilihan kontrasepsi yang dianggap sesuai. Pemilihan alat kontrasepsi di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor predisposisi (umur, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan dan jumlah anak), faktor pendukung (ketersedian alat kontrasepsi, jarak rumah ke fasilitas pelayanan kontrasepsi dan biaya), faktor pendorong (dukungan suami dan dukungan petugas kesehatan) (Purba, 2009). B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu: “ Faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan penggunaan
  • 18. kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di Desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s.d Juni tahun 2015?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di Desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s.d Juni tahun 2015. 2. Tujuan khusus Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: a. Hubungan umur dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di Desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s.d Juni tahun 2015. b. Hubungan pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di Desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s.d Juni tahun 2015. c. Hubungan dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di Desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s.d Juni tahun 2015. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Program a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam merencanakan dan mengembangkan program intervensi kesehatan
  • 19. untuk mengatasi masalah yang ada yang berkaitan dengan penggunaan alat kontrasepsi hormonal. b. Menjadi sumber infomasi atau sumber data sebagai bahan evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan tentang kontrasepsi hormonal. 2. Manfaat Institusi Mengembangkan kurikulum dan meningkatkan peran pendidik dalam menyampaikan pengetahuan tentang alat kontrasepsi hormonal bagi mahasiswa secara lebih menarik sehingga mampu mengaplikasikan sebagai usaha preventif. 3. Manfaat Ilmiah a. Sebagai bahan masukan dalam bidang ilmu kesehatan khususnya tentang kontrasepsi hormonal. b. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian selanjutnya. c. Sebagai referensi bagi rekan–rekan yang ingin melanjutkan penelitian ini, serta sebagai bahan bacaan dalam meningkatkan pengetahuan tentang kontrasepsi hormonal. 4.Manfaat bagi peneliti Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan bagi peneliti. tentang kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif.
  • 20. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Tinjauan Umum Tentang Program Keluarga Berencana Tujuan dari program keluarga berencana adalah untuk membangun manusia Indonesia sebagai obyek dan subyek pembangunan melalui peningkatan kesejahteraan ibu, anak, dan keluarga. Selain itu program KB juga ditujukan untuk menurunkan angka kelahiran dengan menggunakan salah satu jenis kontrasepsi secara sukarela yang didasari keinginan dan tanggung jawab seluruh masyarakat.Upaya unuk menurunkan angka kelahiran sekaligus membentuk keluarga sejahtera merupakan cerminan dari program KB (Bappeda, 2013). Menurut UU no. 52 Tahun 2009 Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Sedangkan pengaturan kehamilan adalah upaya untuk membantu pasangan suami istri untuk melahirkan pada usia yang ideal, memiliki jumlah anak, dan mengatur jarak kelahiran anak yang ideal dengan menggunakan cara, alat, dan obat kontrasepsi. Pelayanan KB yang berkualitas berdampak pada kepuasan pada klien yang dilayani dan terpenuhinya aturan penyelenggaraan
  • 21. Pelayanan KB sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Kompetensi tenaga yang memberikan pelayanan KB merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kualitas pelayanan KB selain faktor-faktor lain seperti prasarana dan sarana penunjang, alat, dan obat kontrasepsi, ketersediaan pedoman pelayanan dan upaya untuk menjaga mutu. Ditinjau dari sudut standar pelayanan, Pelayanan KB yang berkualitas adalah bila tingkat komplikasi, ketidakberlangsungan dan kegagalan rendah atau berada dalam batas toleransi (Kemenkes R.I, 2013). Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadi konsepsi. Cara ini dapat bersifat reversibel, dapat pula bersifat permanen (Varney, 2006). Kontrasepsi yang dianggap ideal seharusnya 100% efektif, sangat aman, tidak menimbulkan nyeri dan reversibel. Kontrasepsi seharusnya tidak mengganggu spontanitas, tidak mengotori, tidak berbau, atau berasa menyengat. Selain itu harus mudah digunakan, murah, tidak bergantung pada ingatan penggunanya, dan tidak bergantung pada petugas kesehatan. Metode yang digunakan juga tidak bertentangan dengan budaya setempat, sehingga dapat diterima oleh para penggunanya. Salah satu yang menjadi pertimbangan untuk kontrasepsi saat ini adalah perlindungan dari infeksi menular seksual, namun kontrasepsi semacam itu sampai saat ini belum tersedia (Varney, 2006). Di Indonesia dalam Persyaratan
  • 22. kontrasepsi harus memasukkan syarat reversibel yang merupakan salah satu syarat penting dari satu kontrasepsi yang dianggap ideal. Hal ini sependapat dengan fatwa MUI yang mengisyaratkan bahwa kontrasepsi tidak boleh permanen haruslah bersifat reversible atau sementara/dapat balik (Varney, 2006). Menurut Hanafi (2003) yang dikutip Nazilah (2013), Metode kontrasepsi adalah cara KB yang digunakan untuk menunda, menjarangkan, atau mencegah terjadinya kehamilan. Seperti yang diurakain Adzlan (2011), sebagai berikut: a. Masa Menunda Kehamilan Kelahiran anak dari seorang wanita yang usianya belum mencapai 20 tahun dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan anak yang dilahirkan. Apabila wanita sudah kawin sebelum usia 20 tahun, maka disarankan untuk menunda kehamilan, dengan memakai alat kontrasepsi. Beberapa alasan medis untuk menunda kehamilan anak pertama bagi ibu yang usianya belum 20 tahun adalah sebagai berikut: 1) Risiko kesakitan dan kematian pada saat persalinan, nifas serta bayinya disebabkan karena belum optimal perkembangan rahim dan panggul. 2) Risiko medik yang ditimbulkan yaitu keguguran, preeklamsi (tekanan darah tinggi, cedema, proteinuria), eklamsia (keracunan kehamilan), penyulit persalinan, prematur, berat bayi
  • 23. lahir rendah (BBLR), fistula vesiko vaginal (merembesnya air seni ke vagina), fistula retro vaginal (keluarnya gas dan feses/tinja ke vagina), kanker leher rahim alat kontrasepsi yang dianjurkan untuk menundaan kehamilan sebelum usia 20 tahun adalah: a) Peserta masih muda dan sehat dianjurkan menggunakan oral pil b) Bagi pasangan yang sering bersenggama (frekuensi tinggi) kurang menguntungkan apabila menggunakan kondom karena akan memiliki kegagalan tinggi. c) Pilihan ke dua adalah AKDR/Spiral/IUD sesuai dengan ukuran rahim bagi yang belum mempunyai anak. b. Masa menjarangkan kehamilan Wanita yang telah berpasangan sebaiknya melahirkan pada periode usia 20-35 tahun karena pada usia ini merupakan masa menjarangkan kehamilan, sehingga tidak terjadi risiko-risiko medik seperti yang diuraikan diatas. Dalam usia 20-35 tahun dianjurkan untuk memunyai 2 anak dengan jarak anak pertama dan kedua sekitar 7-8 tahun karena jangan sampai terjadi dua balita dalam periode 5 tahun.Oleh karena itu alat kontrasepsi sangat dianjurkan untuk menjarangkan kehamilan agar ibu dapat menyusui anaknya dengan cukup banyak dan lama.
  • 24. c. Masa Mencegah Kehamilan Usia 35 tahun ke atas merupakan masa pencegahan kehamilan karena wanita yang melahirkan anak diatas usia 35 tahun banyak mengalami risiko medik sehingga dianjurkan penggunaan alat kontrasepsi sebagai pencegahan kehamilan. Diharapakan alat kontrasepsi yang akan digunakan berlangsung sampai selesai masa reproduksi seorang wanita yaitu 20 tahun dimana seorang wanita sudah berusia 50 tahun. Bagi wanita yang telah berpasangan, alat kontrasepsi yang dianjurkan yaitu: 1) Pertama pemakaian kontrasepsi pada masa pencegahan kehamilan yaitu kontrasepsi mantap (MOW, MOP). 2) Ke dua pemakaian kontrasepsi IUD/AKDR/Spiral 3) Pada usia ibu yang sudah tua penggunaan oral pil kurang dianjurkan karena mempunyai kemungkinan timbulnya akibat sampingan. 2. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi hormonal a. Pil KB 1) Pengertian Pil KB biasanya megandung estrogen dan progesteron. Cara kerja pil KB adalah dengan cara menggantikan produksi normal estrogen dan progesteron dan menekan hormon yang dihasilkan ovarium dan relesing faktor yang dihasilkan otak
  • 25. sehingga ovulasi dapat dicegah. Efektivitas metode ini secara teoritis mencapai 99% atau 0,1–5 kehamilan per 100. Wanita pada pemakaian di tahun pertama bila digunakan dengan tepat. Tetapi dalam praktek ternyata angka kegagalan pil masih cukup tinggi yaitu mencapai 0,7-7%. 2) Keuntungan pil KB: a) Efektivitasnya tinggi bila diminum secara rutin b) Nyaman, mudah digunakan, dan tidak mengganggu senggama c) Reversibilitas tinggi d) Efek samping sedikit e) Mudah didapatkan, tidak selalu perlu resep dokter karena pil KB dapat diberikan oleh petugas non medis yang terlatih f) Dapat menurunkan resiko penyakit-penyalit lain seperti kanker ovarium, kehamilan ektokpik, dan lain-lain. 3) Kerugian pil KB a) Efektivitas tergantung motivasi akseptor untuk meminum secara rutin tiap hari b) Rasa mual, pusing, kencang pada payudara dapat terjadi c) Efektivitas dapat berkurang bila diminum bersama obat tertentu d) Kemungkinan untuk gagal sangat besar karena lupa
  • 26. e) Tidak dapat melindungi dari resiko tertularnya Penyakit Menular Seksual b. Kontrasepsi suntikan KB 1) Pengertian Kontrasepsi suntik yang biasa tersedia adalah Depo-provera yang hanya mengandung progestin dan diberikan tiap 3 bulan. 2) Cara kerja kontrasepsi suntik Mencegah ovulasi, mengentalkan lerndir serviks, dan menghambat perkembangan siklis endometrium. Efektivitas dari kontrasepsi suntik sangat tinggi mencapai 0,3 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama penggunaan. Angka kegagalan metode ini <1 kehamilan per 100 wanita per tahun. 3) Keuntungan kontrasepsi suntik a) Sangat efektif b) Memberikan perlindungan jangka panjang selama 3 bulan c) Bila digunakan bersama pil KB dapat mengurangi resiko yang ditimbulkan karena lupa meminum pil KB d) Tidak mengganggu senggama e) Bisa diberikan oleh petugas non medis yang terlatih f) Mengurangi efek samping yang ditimbulkan oleh Estrogen karena metode ini tidak mengandung Estrogen 4) Kerugian kontrasepsi suntik a) Berat badan naik
  • 27. b) Siklus menstruasi kadang terganggu c) Pemulihan kesuburan kadang-kadang terlambat c. Implan/susuk KB 1) Pengertian Implan/susuk adalah kontrasepsi sub-dermal yang mengandung Levonorgestrel (LNG) sebagai bahan aktifnya. Implan/susuk adalah 2 atau 6 kapsul (seperti korek api) yg dimasukkan ke bawah kulit lengan atas, secara perlahan melepaskan hormone progesteron selama 3 atau 5 tahun. 2) Efek Samping Dapat mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks dan menghambat perkembangan siklis endo metrium. Tingkat keberhasilannya (efektifitas) 97-99%. 3) Keuntungan a) Tidak menekan produksi ASI b) Praktis dan efektif c) Tidak harus mengingat-ingat d) Masa pakai jangka panjang (3-5 tahun) e) Kesuburan cepat kembali setelah pengangkatan f) Dapat digunakan untuk yg tidak cocok dgn hormon estrogen 4) Kerugian a) Pemasangan harus dengan petugas kesehatan yang terlatih b) Dapat menyebabkan perubahan pola haid
  • 28. c) Pemakai tidak dapat menghentikan pemakaiannya sendiri (Sarwono, 2003). 3. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Kontrasepsi Menurut Bertrand (1980) seperti dikutip Nazilah (2013) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrsepsi adalah faktor sosio-demografi, faktor sosio-psikologi dan faktoryang berhubungan dengan pelayanan kesehatan. Faktor sosio- demografi yang berpengaruh adalah pendidikan, pendapatan, pekerjaan, umur, paritas, suku dan agama. Penggunaan kontrasepsi lebih banyak pada wanita yang berumur 20-30 tahun dengan jumlah anak lebih dari 2 orang. Penerimaan keluarga berencana lebih banyak pada mereka yang memiliki standar hidup yang lebih tinggi. Faktor sosio-psikologi yang penting adalah ukuran anak ideal, pentingnya nilai anak laki, sikap terhadap keluarga berencana, komunikasi suami istri, dan persepsi terhadap kematian anak. Sedangkan faktor yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan adalah keterlibatan dalam yang berhubungan dengan keluarga berencana, pengetahuan tentang sumber kontrasepsi, jarak kepusat pelayanan, dan keterlibatan dengan mediamasa. Teori yang dikembangkan oleh Philips dan Morrison (1998) yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan
  • 29. kesehatan yaitu faktor lingkungan yang melihat hubungan antara system layanan kesehatan dengan lingkungan luarnya, dan karakteristik populasi yang mencakup karakteristik pendukung (predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor) dan faktor kebutuhan (needs). Kedua faktor tersebut akan mempengaruhi pola perilaku kesehatan yang terdiri dari pilihan kesehatan perorangan dan penggunaan pelayanan kesehatan. Ketiga kelompok variabel yang saling berhubungan tersebut pada gilirannya akan memberikan dampak pada derajat kesehatan, yang digambarkan antara lain dengan tingkat morbiditas dan mortalitas (Kemenkes R.I, 2013). Woyanti (2005) mengatakan bahwa harga perolehan kontrasepsi, biaya hidup anak dan pendapat keluarga mempengaruhi pemilihan kontrasepsi wanita. Varney (2006) mengatakan bahwa faktor yang akan mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi adalah keinginan untuk mengendalikan kelahiran secara permanen atau sementara, keefektifan metode yang digunakan, pengaruh media, kemungkinan efek samping dan pertanyaan yang mungkin muncul tentang keamanan suatu metode, kemungkinan manfaat kesehatan yang dapat diperoleh dari setiap metode, kemampuan suatu metode untuk mencegah penyakit (HIV, penyakit menular seksual, kanker), perkiraan lamanya penggunaan metode kontrasepsi, biaya, frekuensi hubungan seksual, jumlah pasangan seksual, faktor seksual, faktor agama (apakah metode
  • 30. tertentu dikenakan sanksi oleh badan-badan keagamaan yang dianut individu atau pasangan, faktor psikologis (perasaan tentang setiap aspek yang terkait dengan metode tertentu misalnya pengalaman dimasa lalu yang tidak menguntungkan karena penggunaan metode tertentu), dan kemudahan menggunakan satu metode tertentu. Tedjo (2009) mengatakan bahwa ada hubungan keikutsertaan dalam jamkesmas dan dukungan pasangan dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada keluarga miskin sedangkan variabel lain tidak berhubungan. Kusumaningrum (2009) mengatakan bahwa umur istri, jumlah anak, dan tingkat pendidikan mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada PUS. dan setelah dilakukan uji Binarylogistik diketahui bahwa umur istri merupakan faktor yang paling berpengaruh. Menurut Ali. R, (2013) menyatakan bahwa pengetahuan, pendidikan, dan ketersedian alat kontrasepsi berhubungan dengan pemakaian alat KB pada PUS. Pengetahuan karena banyaknya informasi yang diperoleh oleh akseptor baik dari petugas kesehatan maupun dari media menjadikan pengetahuan akseptor menjadi lebih baik. Pendidikan berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi pada PUS karena rendahnya pendidikan PUS menjadikan kontrasepsi kurang diminati, hal ini berdampak pada banyaknya anak yang dilahirkan dengan jarak persalinan yang dekat. Faktor ketersediaan alat kontrasepsi juga mempengaruhi PUS
  • 31. untuk menggunakan kontrasepsi, kontrasepsi yang tersedia dengan lengkap dan mudah diperoleh dapat meningkatkan pemilihan kontrasepsi. Sitopu (2012) mengatakan bahwa pengetahuan akseptor KB berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin baik pengetahuan seseorang tentang alat kontrasepsi dan semakin rasional dalam menggunakan alat kontrasepsi. Tingginya tingkat pendidikan seseorang juga akan mendukung mempercepat penerimaan informasi KB pada pasangan usia subur. Dari hasil penelitian yang dilakukan secara kualitatif oleh Handayani et.al., (2012) bahwa masih banyak akseptor yang menentukan metode yang dipilih hanya berdasarkan informasi dari akseptor lain berdasarkan pengalaman masing-masing. Sebagian petugas kesehatan kurang melakukan konseling dan pemberian informasi yang menyebabkan kurangnya pengetahuan klien dalam memilih jenis KB. Namun masyarakat mentolerir pelayanan KB meskipun pelayanan KB belum seluruhnya memenuhi syarat pelayanan berkualitas. Informasi yang baik dari petugas membantu klien dalam memilih dan menentukan metode kontrasepsi yang dipakai. Informasi yang baik akan memberikan kepuasan klien yang berdampak pada penggunaan kontrasepsi yang lebih lama sehingga membantu keberhasilan KB.
  • 32. a. Umur Umur yang dimaksud di sini adalah umur akseptor KB. Umur mempengaruhi akseptor dalam penggunaan alat kontrasepsi. Dari faktor-faktor umur dapat ditentukan fase-fase. Pembagian umur menurut Manuaba (2009), dari sudut kematian maternal usia reproduksi di bagi dalam: 1. Umur di bawah 20 tahun masa menunda kehamilan Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh pasangan istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Karena usia di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya menunda untuk mempunyai anak dengan berbagai alasan. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%. Hal ini penting karena pada masa ini pasangan belum mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah pil KB, AKDR. 2. Umur 20 sampai 35 tahun, masa mengatur kesuburan atau aman untuk hamil dan bersalin. Periode usia istri antara 20-35 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu efektifitas tinggi, reversibilitas tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anaklagi.
  • 33. Kontrasepsi dapat dipakai 3-4 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan. 3. Umur lebih dari 35 tahun, masa mengakhiri kehamilan Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anakdan umur lebih dari 35 tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena kalau terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan risiko tinggi bagi ibu dan anak. Di samping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah metode kontap, AKDR, implan, suntik KB (Pinem, 2009). Menurut Hartanto (2004), umur di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun sangat berisiko terhadap kehamilan dan melahirkan, sehingga berhubungan erat dengan pemakaian alat kontrasepsi. Periode umur wanita antara 20–35 tahun adalah periode yang paling baik untuk melahirkan. Pasangan usia subur yang telah melahirkan anak pertama pada periode ini, sangat dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi dengan tujuan untuk menjarangkan kehamilan. Apabila ibu merencanakan untuk mempunyai anak, kontrasepsi dapat dihentikan sesuai keinginan ibu dan kesuburan akan segera kembali.
  • 34. b. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam enam tingkat pengetahuan yakni tahu (know), memahami (confrehension), aplikasi (aplication), analisis (analysis), sintetis (synthesis) dan evaluasi (evaluation). Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang sudah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. memahami sesuatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan tetapi orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Sedangkan analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
  • 35. mensahkan, kemudian menjalin hubungan antara komponen- komponen yang terdapat dalam suatu masaiah atau objek yang diketahui. Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Kemampuan (abilities) merupakan sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas (Mulyasa. E, 2012). Kemampuan dalam hal ini mencakup minat dan sikap individu. Tanpa kedua hal tersebut, seseorang tidak akan mampu menunjukkan hasil kerja yang baik, walaupun pengetahuan dan keterampilan telah dimilikinya. Dengan adanya minat dan sikap seseorang maka terbentuklah praktek. Sebagaimana ungkapan Notoatmodjo (2009) bahwa : "Praktek merupakan wujud dari sikap karena adanya fasilitas sarana dan prasarana". Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi "tiga tingkatan menurut kualitasnya yaitu : 1) Praktek terpimpin atau (guided response) adalah tindakan subjek atau seseorang dalam melakukan sesuatu tapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.
  • 36. 2) Praktik secara mekanisme (mechanism) adalah tindakan subjek atau seseorang dalam mempraktekkan sesuatu hai secara otomatis. Adopsi (adoption) adalah suatu tindakan atau praktek yang sudah berkembang artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku berkualitas. Dalam Ngatimin (2009), Cognitive domain (pengetahuan) menurut Benjamin S. Bloom (2010), menyatakan bahwa tujuan domain ini ditekankan tentang tujuan pengetahuan dalam hubungan pengembangan intelektual dan keterampilan, dalam cognitive domain terdapat 6 tingkatan : 1) Tingkat C-1 ; Pengetahuan. Bila seorang hanya mampu menjelaskan secara garis besar apa yang telah dipelajarinya, sejauh ini hanya istilah-istilah saja. 2) Tingkat C-2; Perbandingan secara menyeluruh (comprehensive) Bila seorang berada pada tingkat kembali secara mendasar ilmu pengetahuan yang telah dipelajarinya. 3) Tingkat C-3 ; Penerapan (application) Bila seorang berada pada kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajarinya dad suatu situasi ke situasi lain.
  • 37. 4) Tingkat C-4 ; Analisis (analysis) Bila seorang memiliki kemampuan lebih meningkat lagi. la telah mampu menerangkan bagian-bagian yang menyusun suatu bentuk pengetahuan tertentu dan menganalisis hubungan satu dengan lainnya. 5) Tingkat C-5 ; Sintesis (synthesis) Bila seseorang memiliki disamping kemampuan untuk menganalisis, iapun mampu menyusun kembali baik ke bentuk semula maupun ke bentuk lainnya. 6) Tingkat C-6 ; Evaluasi (evaluation) Bila seorang memiliki pengetahuan secara menyeluruh dari semua bahan yang telah dipelajarinya, bahkan melalui kriteria yang ditentukan, ia mampu mengevaluasi semua yang pernah dikerjakannya. Sedangkan menurut Bloom merupakan bagian dari cognitive domain yaitu bagaimana terjadinya proses menjadi tahu, yang terdiri dari enam tingkatan penerimaan terhadap suatu inovasi yaitu: 1) Tahu (know) Seseorang hanya mampu menjelaskan secara garis besar apa yang telah dipelajari, seperti istilah-istilah saja.
  • 38. 2) Memahami (comprehensive) Seseorang berada pada tingkat pengetahuan dasar dan dapat menerangkan kembali secara mendasar ilmu pengetahuan yang telah dipelajari. 3) Analisis (analysis) Seseorang telah mampu untuk menerangkan bagian-bagian yang menyusun bentuk pengetahuan tertentu dan menganalisa hubungan satu dengan lainnya. 4) Sintetis (synthesis) Seseorang telah mampu menyusun kembali pengetahuan yang diperoleh ke bentuk semula. 5) Evaluasi (evaluation) Kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap mated atau obyek. 6) Aplikasi (application) Seseorang telah mempunyai pengetahuan yang tertinggi, telah ada kemampuan untuk mengetahui secara menyeluruh dad semua bahan yang telah dijalankan. c. Dukungan Suami Arliana et.al., (2013) mengatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi hormonal yang menunjukkan kemaknaan secara statistik adalah umur ibu sekarang, umur melahirkan pertama, jumlah anak hidup,
  • 39. pendapatan keluarga, biaya alat kontrasepsi, dan dukungan suami. Klien yang diberikan dukungan oleh suami akan menggunakan kontrasepsi secara terus menerus sedangkan yang tidak mendapat dukungan suami akan sedikit menggunakan kontrasepsi. Dukungan suami berpengaruh besar terhadap pemilihan kontrasepsi yang dipakai istri, bila suami tidak setuju dengan kontrasepsi yang dipakai istrinya maka sedikit istri yang akan memakai alat kontrasepsi tersebut. Efek samping berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi karena efek samping yang ditimbulkan oleh kontrasepsi tersebut membuat ibu tidak ingin menggunakannya lagi. Selain itu, pemberian informasi petugas KB berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi, petugas kesehatan berperan dalam memberikan informasi, penyuluhan dan penjelasan tentang alat kontrasepsi. Calon akseptor yang masih ragu-ragu dalam pemakai alat kontrasepsi akhirnya memutuskan untuk memakai alatkontrasepsi tersebut atas saran dari petugas kesehatan. Menurut Musdalifah et.al., (2013) mengatakan bahwa umur, dukungan suami, efek samping dan pemberian informasi petugas KB berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi hormonal. Umur merupakan salah satu faktor yang menentukan perilaku seseorang dalam menentukan
  • 40. pemakaian kontrasepsi, semakin tua seseorang maka pemilihan kontrasepsi ke arah kontrasepsi yang mempunyai efektifitas lebih tinggi yaitu metode kontrasepsi jangka panjang. 4. Akseptor Aktif Akseptor aktif adalah akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan (BKKBN, 2007). Menurut kamus bahasa Indonesia (2001) dalam Setiawan dan Saryono (2010) akseptor aktif adalah orang yang menerima serta mengikuti dan melaksanakan program keluarga berencana.
  • 41. B. Kerangka Konsep Variabel Idependent Variabel Dependent Gambar 1. Kerangka Konsep Keterangan : = variabel yang di teliti = hubungan variabel Gambar 1. Skema Kerangka Konsep Faktor Predisposisi: 2. Tingkat pendidikan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Faktor Pendukung : 1. Ketersediaan alat kontrasepsi 2. Jarak 3. Biaya Faktor Pendorong : 2. Dukungan petugas kesehatan 3. Tingkat Pengetahuan 1. Dukungan suami 1. Umur
  • 42. C. Hipotesis Penelitian Ha: Ada hubungan umur tentang kontrasepsi dengan penggunaan kotrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni Tahun 2015. Ho: Tidak Ada hubungan umur tentang kontrasepsi dengan penggunaan kotrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Barat Periode Januari s/d Juni Tahun 2015. Ha: Ada hubungan pengetahuan tentang kontrasepsi dengan penggunaan kotrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni Tahun 2015. Ho: Tidak Ada hubungan pengetahuan tentang kontrasepsi dengan penggunaan kotrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Barat Periode Januari s/d Juni Tahun 2015. Ha: Ada hubungan dukungan suami dengan penggunaan kotrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Barat Periode Januari s/d Juni Tahun 2015. Ho: Tidak Ada hubungan dukungan suami dengan penggunaan kotrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Barat Periode Januari s/d Juni Tahun 2015.
  • 43. D. Definisi Operasional Variabel Penelitian Tabel 1 Definisi Operasional Variabel Penelitian N o Variabel Definisi Operasional Kategori Skala Ukur 1. Pengunaan kontrasepsi Kontrasepsi yang digunakan oleh responden a. Hormonal : bila responden menggunakan kontrasepsi pil, suntikan atau implan b. Non hormonal : bila kontrasepsi yang digunakan bukan salah satu diatas Nominal 2. Umur Umur responden pada saat penelitian berlangsung berdasarkan ulang tahun terakhir yang di peroleh dari informasi yang di eksplorasi dari responden atau berdasarkan kartu penduduk yang dimiliki. a. Umur <20 tahun masa menunda kehamilan b. Umur 20-35 tahun masa menjarangkan kehamilan c. Umur >35 tahun masa mencegah kehamilan Ordinal 3. Pengetahuan Pengetahuan responden tentang kontrasepsi hormonal d. Baik: Bila pertanyaan dijawab dengan benar >80% e. Cukup: Bila pertanyaan dijawab dengan benar 60- 80% f. Kurang : Bila pertanyaan dijawab dengan benar <60% Ordinal 4. Dukungan Suami Dukungan suami kepada ibu terhadap penggunaan kontrasepsi hormonal a. Mendukung: jawaban ya terhadap kuesioner ≥ 75% b. Tidak Mendukung: jawaban ya terhadap kuesioner < 75% Nominal
  • 44. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu peneliti mencoba untuk mencari hubungan antar variabel faktor risiko dan efek yang analisisnya untuk menentukan ada tidaknya hubungan antar variabel tersebut sehingga perlu disusun hipotesisnya dan diobservasi pada saat yang sama (Sastroasmoro, 2008). B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah di laksanakan di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat pada bulan Agustus tahun 2015. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan dari obyek yang diteliti (Arikunto, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor aktif yang menjadi akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat tahun 2015 yang berjumlah 101 orang. 2. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
  • 45. adalah simple random sampling, dengan jumlah sampel yang ditetapkan yaitu dengan menggunakan rumus Notoatmodjo, 2010. n = 𝑁 1+𝑁(𝑑²) n = 101 1+101 (0,1)² n = 101 2,01 n = 50,2 n = 50 Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 orang. keterangan : N = Besarnya populasi n = Besar sampel d = Tingkat kepercayaan (ketepatan yang diinginkan) (0,1) D. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. 1. Data primer dengan cara membagikan kuesioner kepada responden di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat. 2. Data sekunder adalah data akseptor aktif yang diperoleh dari desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat. E. Instrumen Penelitian Alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Jumlah kuesioner sebanyak 8 pertanyaan dengan
  • 46. pilihan jawaban a,b atau c. Setiap jawaban yang benar bernilai satu (1) dan jawaban yang salah bernilai nol (0). F. Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah secara sederhana dengan cara manual dan dikelompokkan yang telah tersedia dalam kuesioner dengan menggunakan program SPSS 16. Pengolahan data sebagai berikut: a) Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. b) Koding adalah kegiatan pemberian kode yang telah disediakan pada lembaran onservasi sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan. c) Skoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang perlu diberi skor. d) Tabulating adalah kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian kedalam tabel berdasarkan variabel yang diteliti. 2. Analisis Data Data yang telah diolah dalam penelitian ini dianalisis menggunakan bantuan program komputer SPSS 16 yang meliputi : a) Analisis univariat Analisis univariat adalah proses menganalisis tiap-tiap variabel penelitian yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi
  • 47. frekuensi dan persentase dari tiap variable. Peneliti menggunakan analisis univariat berupa distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti untuk mendapatkan persentase subjek menurut pengetahuan tentang kontrasepsi hormonal. Persentase diperoleh dengan menggunakan rumus : Keterangan : b) Analisis bivariat Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmojdo, 2005). Pada penelitian ini, hubungan antar variabel dianalisis menggunakan rumus korelasi chi square pada tingkat kepercayaan 90% sebagai berikut: Keterangan : 𝛸² = Nilai chi-kuadrat fo = frekuensi yang di observasi fe = frekuensi yang diharapkan 𝛸² = ∑ (fo−fe)² 𝑓𝑒 SP SM X 100 % SP : Nilai yang didapat SM : Nilai maksimal (Arikunto, 2008)
  • 48. dk = (kolom – 1) (baris – 1) α = 0,10 dengan taraf kepercayaan 90 % Kriteria pengujian : Terima Ho : Jika X2 hit < X2 tabel Pvalue >α Tolak Ho : Jika X2 hit ≥ X2 tabel atau Pvalue <α
  • 49. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Keadaan Geografis Desa Pajala berada di Kecamatan Maginti, dengan jarak ± 40 km dari ibu kota Kecamatan. Desa Pajala memiliki luas wilayah ± 600.000 Km². Letak teritorial Desa Pajala yaitu : sebelah utara berbatasan dengan desa Momuntu, sebelah selatan berbatasan dengan desa Kembar Maminasa, sebelah timur berbatasan dengan desa Abadi Jaya, sebelah barat berbatasan dengan desa Gala. 2. Keadaan Demografi Desa Pajala mayoritas dihuni oleh penduduk pribumi dan sebagian adalah transmigrasi, dengan jumlah penduduk sebanyak 1087 jiwa dan jumlah KK 249 kk. B. Hasil Penelitian Setelah data dikumpulkan kemudian dilakukan pengolahan data sesuai dengan tujuan penelitian, selanjutnya hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan disertai dengan penjelasan, sebagai berikut: 1. Analisis Univariat a. Pendidikan Responden
  • 50. Tabel 2 Distribusi Pendidikan Responden di Desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni tahun 2015 Pendidikan N % SD 19 38,0 SMP 12 24,0 SMA 14 28,0 DIII 4 8,0 SI 1 2,0 Total 50 100 Sumber : Data Primer Terolah, 2015 Tabel 2 menunjukan bahwa dari 50 responden dengan pendidikan SD sebanyak 19 responden (38,0%), SMP sebanyak 12 responden (24,0%), SMA sebanyak 14 responden (28,0%), DII sebanyak 4 responden (8,0%) dan responden dengan pendidikan SI sebanyak 1 responden (2,0%). b. Pekerjaan Responden Tabel 3 Distribusi Pekerjaan Responden di Desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni tahun 2015 Pekerjaan N % Bekerja 17 34,0 Tidak Bekerja 33 66,0 Total 50 100 Sumber : Data Primer Terolah, 2015
  • 51. Tabel 3 menunjukan bahwa dari 50 responden yang bekerja sebanyak 17 responden (34,0%), dan responden tidak bekerja sebanyak 33 responden (66,0%). c. Penggunaan Kontrasepsi Tabel 4 Distribusi Penggunaan Kontrasepsi di Desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni tahun 2015 Penggunaan Kontrasepsi N % Hormonal 21 42,0 Non Hormonal 29 58,0 Total 50 100 Sumber : Data Primer Terolah, 2015 Tabel 4 menunjukan bahwa dari 50 responden yang menggunakan kontrasepsi hormonal sebanyak 21 responden (58,0%), dan responden yang menggunakan kontrasepsi non hormonal sebanyak 29 responden (42,0%). d. Umur Responden Tabel 5 Distribusi Umur Responden di Desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni tahun 2015 Umur N % <20 tahun 15 30,0 20-35 tahun 15 30,0 >35 tahun 20 40,0 Total 50 100 Sumber : Data Primer Terolah, 2015
  • 52. Tabel 5 menunjukan bahwa dari 50 responden dengan umur <20 tahun sebanyak 15 responden (30,0%), responden dengan umur 20-35 tahun sebanyak 15 responden (30,0%), dan responden dengan umur >35 tahun sebanyak 20 responden (40%). e. Pengetahuan Responden Tabel 6 Distribusi Pengetahaun di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni tahun 2015 Pengetahuan N % Baik 16 32,0 Cukup 17 34,0 Kurang 17 34,0 Total 50 100 Sumber : Data Primer Terolah, 2015 Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 50 responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 16 responden (32,0%), yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 17 responden (34,0%), dan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 17 responden (34,0%). f. Dukungan suami Tabel 7 Distribusi Dukungan Suami di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni tahun 2015 Dukungan Suami N % Mendukung 31 62,0 Tidak Mendukung 19 38,0 Total 50 100 Sumber : Data Primer Terolah, 2015
  • 53. Tabel 7 diatas hasil penelitian menunjukan bahwa dari 50 responden yang mendapat dukungan dari suami sebanyak 31 responden (62,0%), dan yang tidak mendapat dukungan dari suami sebanyak 19 responden (38,0%). 2. Analisis Bivariat a. Hubungan Umur Dengan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal pada akseptor aktif Tabel 8 Hubungan Umur Dengan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal pada Akseptor Aktif di Desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni tahun 2015 Sumber : Data Primer Terolah, 2015 Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa dari 15 responden yang berumur <20 tahun, terdapat 6 responden (40,0%) yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan 9 responden (60,0%) menggunakan kontrasepsi non hormonal. Dari 15 responden yang berumur 20-35 tahun, 9 responden (60,0%) yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan 6 responden (40,0%) yang menggunakan kontrasepsi non hormonal. Dari 20 responden umur >35 tahun, Umur Penggunaan Kontrasepsi N X2 Hitung P value Hormona l Non Hormonal % X2 Tabel N % N % < 20 tahun 6 40,0 9 60,0 15 100 3,20 0,20 20-35 tahun 9 60,0 6 40,0 15 100 >35 tahun 6 30,0 14 70,0 20 100 4,61 Total 21 42,0 29 58,0 50 100
  • 54. 6 responden (30,0%) yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan 14 responden (70,0%) yang menggunakan kontrasepsi non hormonal. Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-square diperoleh hasil dimana X 2 hitung = 3,202 < X2 tabel= 4,61 pada taraf siknifikan α = 0,10 dk = 2, nilai Pvalue = 0.202 (0,202 > 0,10), maka H0 diterima dan Ha ditolak, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat periode Januari s/d Juni tahun 2105. b. Hubungan Pengetahuan Dengan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal pada Akseptor Aktif Tabel 9 Hubungan Pengetahuan Dengan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal pada Akseptor Aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni tahun 2015 Sumber : Data Primer Terolah, 2015 Tabel 9 diatas menunjukkan bahwa dari 16 responden, yang berpengetahuan baik, terdapat 7 responden (43,8%) yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan 9 responden (56,2%) menggunakan kontrasepsi non hormonal. Dari 18 responden yang Pengetahua n Penggunaan Kontrasepsi n X2 Hitung P value Hormonal Non Hormonal % X2 Tabel N % N % Baik 7 43,8 9 56,2 16 100 0,19 0,90 Cukup 8 44,4 10 55,6 18 100 Kurang 6 37,5 10 62,5 16 100 4,61 Total 21 42,0 29 58,0 50 100
  • 55. berpengetahuan cukup, 8 responden (44,4%) yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan 10 responden (55,6%) yang menggunakan kontrasepsi non hormonal. Sedangkan dari 16 responden yang pengetahuan kurang, 6 responden (37,5%) yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan 10 responden (62,5%) yang menggunakan kontrasepsi non hormonal. Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-square diperoleh hasil dimana X 2 hitung = 0,19 < X2 tabel= 4,61 pada taraf siknifikan α = 0,10 dk = 1,nilai Pvalue = 0.90 (0,90 > 0,10), maka H0 diterima dan Ha ditolak, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat periode Januari s/d Juni tahun 2015. c. Hubungan Dukungan Suami Dengan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Tabel 10 Hubungan Dukungan Suami Dengan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal di Desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Periode Januari s/d Juni tahun 2015 Sumber : Data Primer Terolah, 2015 Dukungan Suami Penggunaan Kontrasepsi n X2 Hitung P value Hormon al Non Hormonal % X2 Tabel N % N % Mendukung 14 45,2 17 54,8 31 100 0,33 0,56Tidak Mendukung 7 36,8 12 63,2 19 100 2,71 Total 21 42,0 29 58,0 50 100
  • 56. Tabel 10 diatas menunjukkan bahwa dari 31 responden, yang menyatakan suami mendukung terdapat 14 responden (45,2%) yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan 17 responden (54,8%) yang menggunakan kontrasepsi non hormonal. Dari 19 responden yang menyatakan suami tidak mendukung, 7 responden (36,8%) yang menggunakan kontrasepsi hormonal 12 responden (63,2%) yang menggunakan kontrasepsi non hormonal. Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-square diperoleh hasil dimana X 2 hitung = 0,33 < X2 tabel= 2,71 pada taraf siknifikan α = 0,10 dk = 1,nilai Pvalue = 0.56 (0,56 > 0,10), maka H0 diterima dan Ha ditolak, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat periode Januari s/d Juni tahun 2015. C. Pembahasan Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan studi cross sectional mengenai hubungan umur, pengetahuan, dan dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat periode Januari s/d Juni tahun 2015. 1. Hubungan Umur dengan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Pada Akseptor Aktif Dari hasil penelitian menunjukkan responden yang berumur <20 tahun lebih sedikit menggunakan kontrasepsi hormonal di
  • 57. banding yang menggunakan kontrasepsi non hormonal yaitu sebanyak 30,0% yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan 70% yang menggunakan kontrasepsi non hormonal. Demikian pula yang berumur >35 tahun lebih sedikit yang menggunakan kontrasepsi hormonal di banding yang menggunakan kontrasepsi non hormonal yaitu sebanyak 40% yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan 60% yang menggunakan kontrasepsi non hormonal. Sedangkan yang berumur 20-35 tahun lebih banyak yang menggunakan kontrasepsi hormonal dibanding yang menggunakan kontrasepsi non hormonal yaitu sebanyak 60% yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan 40% yang menggunakan kontrasepsi non hormonal. Hasil uji hipotesis yang digunakan adalah uji Chi-square diperoleh hasil dimana X 2 hitung = 3,20 < X2 tabel= 4,61 pada taraf siknifikan α = 0,10 dk = 2, nilai Pvalue = 0.20 (0,20 > 0,10), maka H0 diterima dan Ha ditolak, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat periode Januari s/d Juni tahun 2015. Penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningrum (2009) yang mengatakan bahwa umur mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada PUS. Semakin tua umur seseorang maka pemilihan alat
  • 58. kontrasepsi ke arah alat yang mempunyai efektivitas lebih tinggi yakni metode kontrasepsi jangka panjang (BKKBN, 2003). Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh pasangan istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Karena usia di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya menunda untuk mempunyai anak dengan berbagai alasan. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%. Hal ini penting karena pada masa ini pasangan belum mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah pil KB, AKDR. Periode usia istri antara 20-35 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu efektifitas tinggi, reversibilitas tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anak lagi. Kontrasepsi dapat dipakai 3-4 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan. Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur lebih dari 35 tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena kalau terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan risiko tinggi bagi ibu dan anak. Di samping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai anak lagi,
  • 59. kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah metode kontap, AKDR, implan, suntik KB (Pinem, 2009). Menurut hasil penelitian Hidayati (2007), responden yang umurnya lebih dari 35 tahun cenderung memilih metode alamiah karena menurut mereka lebih aman dan tanpa efek samping. Wanita yang lebih tua, lebih suka menggunakan metode kontrasepsi tradisional karena mereka sudah merasa cocok dengan metode kontrasepsi tersebut. Ibu yang telah memiliki 2 anak dianjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi hormonal yang memiliki efektifitas yang tinggi dan bersifat jangka panjang. Hal ini memungkinan untuk mengurangi risiko terjadinya. Namun pengaruh dari pengalaman masa lalu dan kultur masyarakat cenderung membuat masyarakat enggan mengikuti anjuran pemerintah (BKKBN, 2010). 2. Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal pada Akseptor Aktif Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari seluruh responden yang berpengetahuan baik, cukup dan kurang lebih sedikit yang menggunakan kontrasepsi hormonal di banding yang menggunakan kontrasepsi non hormonal yaitu 43,8% yang berpengetahuan baik, 44,4% yang berpengetahuan cukup dan 37,3% yang berpengetahuan kurang yang menggunakan kontrasepsi hormonal. Sedangkan yang
  • 60. menggunakan kontrasepsi non hormonal sebanyak 56,2% yang berpengetahuan baik, 55,6% yang berpengetahuan cukup, dan 62,5% yang berpengetahuan kurang. Dengan demikian tidak ada perbedaan antara yang berpengetahuan baik, cukup, dan kurang dalam menggunakan kontrasepsi. Hasil uji hipotesis yang digunakan adalah uji Chi-square diperoleh hasil dimana X 2 hitung = 0,19 < X2 tabel= 4,61 pada taraf siknifikan α = 0,10 dk = 2,nilai Pvalue = 0.90 (0,90 > 0,10), maka H0 diterima dan Ha ditolak, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat periode Januari s/d Juni tahun 2015. Penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Laksmi Indira (2009) menemukan bahwa “Sekali wanita mengetahui tempat pelayanan kontrasepsi, perbedaan jarak dan waktu bukanlah hal yang penting dalam menggunakan kontrasepsi, dan mempunyai hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang tempat pelayanan dan metode kontrasepsi yang digunakan. Wanita yang mengetahui tempat pelayanan kontrasepsi lebih sedikit menggunakan metode kontrasepsi tradisionsl.” Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang benar tentang program KB termasuk tentang berbagai jenis kontrasepsi akan mempertinggi keikutsertaan masyarakat dalam program KB.
  • 61. Dari hasil penelitian yang dilakukan secara kualitatif oleh Handayani et.al., (2012) bahwa masih banyak akseptor yang menentukan metode yang dipilih hanya berdasarkan informasi dari akseptor lain berdasarkan pengalaman masing-masing. Sebagian petugas kesehatan kurang melakukan konseling dan pemberian informasi yang menyebabkan kurangnya pengetahuan klien dalam memilih jenis KB. Namun masyarakat mentolerir pelayanan KB meskipun pelayanan KB belum seluruhnya memenuhi syarat pelayanan berkualitas. Informasi yang baik dari petugas membantu klien dalam memilih dan menentukan metode kontrasepsi yang dipakai. Salah satu pelayanan yang tersedia dalam program KB adalah pelayanan kontrasepsi. Pelayanan kontrasepsi akan berhasil dengan baik bila masyarakat mengenal berbagai jenis kontrasepsi yang tersedia. Akan tetapi, pengenalan berbagai jenis kontrasepsi ini cukup sulit karena hal ini menyangkut pola pengambilan keputusan dalam masyarakat itu sendiri. Proses pengambilan keputusan untuk menerima suatu inovasi meliputi empat tahap yaitu tahap pengetahuan (knowledge), tahap persuasi (persuasion), tahap pengambilan keputusan (decision), dan tahap konfirmasi (confirmation). Suatu inovasi dapat diterima maupun ditolak setelah melalui tahap-tahap tersebut. Inovasi ditolak bila inovasi tersebut dipaksakan oleh pihak lain, inovasi tersebut tidak dipahami, inovasi
  • 62. tersebut dinilai sebagai ancaman terhadap nilai-nilai penduduk. Sementara itu, inovasi yang diterima tidak akan diterima secara menyeluruh tetapi bersifat selektif dengan berbagai macam pertimbangan. 3. Hubungan Dukungan Suami dengan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal pada Akseptor Aktif Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik responden yang mendapat dukungan suami maupun yang tidak mendapat dukungan suami lebih sedikit menggunakan kontrasepsi hormonal di banding yang menggunakan kontrasepsi non hormonal, yaitu sebanyak 14 responden (45,2%) dari responden yang mendapat dukungan suami dan 7 responden (36,8%) yang tidak mendapat dukungan suami. Sedangkan yang menggunakan kontrasepsi non hormonal sebanyak 17 responden (54,8%) dari responden yang mendapat dukungan suami dan 12 responden (63,2%) dari yang tidak mendapat dukungan suami. Dengan demikian tidak ada perbedaan responden yang mendapat dukungan suami maupun yang tidak mendapat dukungan suami dalam penggunaan kontrasepsi. Hasil uji hipotesis yang digunakan adalah uji Chi-square diperoleh hasil dimana X 2 hitung = 0,33 < X2 tabel= 2,71 pada taraf siknifikan α = 0,10 dk = 1, nilai Pvalue = 0.56 (0,56 > 0,10), maka H0 diterima dan Ha ditolak, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi hormonal
  • 63. pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat periode Januari s/d Juni tahun 2015. Penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Prihyugiarto dan Mujianto yang mengatakan ada hubungan dukungan suami terhadap kelangsungan pemakaian kontrasepsi hormonal. Dukungan suami berpengaruh besar terhadap pemilihan kontrasepsi yang dipakai istri, bila suami tidak setuju dengan kontrasepsi yang dipakai istrinya maka sedikit istri yang akan memakai alat kontrasepsi tersebut. Efek samping berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi karena efek samping yang ditimbulkan oleh kontrasepsi tersebut membuat ibu tidak ingin menggunakannya lagi. Selain itu, pemberian informasi petugas KB berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi, petugas kesehatan berperan dalam memberikan informasi, penyuluhan dan penjelasan tentang alat kontrasepsi. Calon akseptor yang masih ragu-ragu dalam pemakai alat kontrasepsi akhirnya memutuskan untuk memakai alat kontrasepsi tersebut atas saran dari petugas kesehatan.
  • 64. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna barat periode Januari s.d Juni tahun 2015. 2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna barat periode Januari s.d Juni tahun 2015. 3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi hormonal pada akseptor aktif di desa Pajala Kecamatan Maginti Kabupaten Muna barat periode Januari s.d Juni tahun 2015. B. Saran 1. Bagi petugas kesehatan khususnya bidan, agar dapat lebih mengenalkan pada akseptor aktif dan calon akseptor tentang berbagai macam jenis alat kontrasepsi. 2. Bagi tenaga bidan agar dapat bekerjasama dengan petugas kesehatan yang lain di puskesmas dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. 3. Bagi peneliti lainnya disampaikan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kontrasepsi hormonal dengan mengambil variabel lain. 4.
  • 65. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V. Jakarta : Rineka Cipta Adzlan. 2011. Pendewasaan Usia Perkawinan Artikel. Diakses dari Http://Lampung.bkkbn.go.id tanggal 20 Juni 2015 Ali Rifa’i. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur di Wilayah Puskesmas Bahu Kabupaten Gorontalo (Prosiding Seminar Nasional Kependudukan). Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Jember Arliana, W.O.D., Sarake, M., dan Seweng, A. 2012.Faktor yang berhubungan dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Hormonal pada Akseptor KB di Kelurahan Pasarwajo Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara.Universitas Hasanudin. Makasar. Azwar. S, 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya Edisi 2. Yokyakarta: Pustaka Pelajar Bappeda. 2013. Kependudukan dan Keluarga Berencana (KB). Dikases dari http://www.bappenas.go.id tanggal 20 Juni 2015 BKKBN, 2003. Alat Kontrasepsi, KB dan Keluarga Sejahtera. Jakarta : BKKBN BKKBN, 2008. Ingin Memiliki Kesehatan Reproduksi Prima Hindari Kehamilan 4 Terlalu. Direktorat Kelangsungan Hidup Ibu, Bayi dan Anak. BKKBN BKKBN, 2010. Rapat kerja program KB Nasional Jawa Tengah. BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, 2014. Sulawesi Tenggara dalam Angka. Sulawesi Tenggara BPS Kabupaten Muna, 2014. Kabupaten Muna Dalam Angka. BPS Kabupaten Muna E. Mulyasa, 2012. Standar kompetensi dan sertifikasi guru. Bandung: Remaja Rosdakarya
  • 66. Handayani, L., Suharmiati, Hariastuti, I., dan Latifah, C. 2012. Peningkatan Informasi tentang KB: Hak Kesehatan Reproduksi yang perlu Diperhatikan oleh Program Pelayanan Keluarga Berencana. Buletin Penelitian Sistem kesehatan vol 15 no 3 Juli 2012 289-297. Penelitian Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan Hidayati, W. 2007. Analisis Beberapa Faktor yang berhubungan dengan Perkawinan Wanita Usia Muda (Komparasi Hasil dengan Studi Meta Analisis) (Skripsi). Semarang : Universitas Diponogoro. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Kusumaningrum, R. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Kontrasepsi yang Digunakan Pada Pasangan Usia Subur. Universitas Diponegoro, Semarang. Musdalifah, Sarake, M., dan Rahma. 2013. Factor yang Berhubungan dengan Pemilihan Kontrasepsi Hormonal Pasutri di Wilayah Kerja Puskesmas Lampa Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang 2013. Universitas Hasanudin. Makasar Nazilah, L. 2013. Kontribusi Otonomi Perempuan dalam Rumah Tangga terhadap Pemakaian Kontrasepsi di Nusa Tenggara Timur (Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. Depok Ngatimin, H.M, Rusli, 2009, Komitmen Dokter Dan SKM Mewujudkan Hidup Sehat, Yayasan PK-3, FKM Unhas Makassar. Notoadmojo, S 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, edisi 3, Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, 2009, Promosi Kesehatan (Teori Dan Aplikasi). PT Rineka Cipta, Jakarta Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Purba, 2009, Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian alat kontrasepsi pada istri PUS di kecamatan Rambah Samo kabupaten Rokan Hulu
  • 67. tahun 2009 (Tesis). Medan : Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Sarwono W. 2000, Psikologi Remaja. Cetakan Kelima Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sastroasmoro, 2008. Dasar-dasar Metode Penelitian Klinis. Jakarta : Sagung Seto. SDKI, 2012. Laporan Pendahuluan. Jakarta Sitopu, S.D. 2012. Hubungan Pengetahuan Akseptor Keluarga Berencana dengan Penggunaan Alat Kontrasepsidi Puskesmas Helvetia Medan.Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Darma Agung Medan. Medan Tedjo, 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada keluarga miskin. Diakses tanggal 20 Juni 2015 Varney, H. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.EGC. Jakarta Wirosuhardjo. K, 2004. Dasar-dasar Demografi. Jakarta: Universitas Indonesia Woyanti, N,.2005. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kontrasepsi di Kota Semarang. Dinamika Kependudukan Volume 2 No. 1 Juli 2005: 40-56
  • 68. Lampiran 3 MASTER TABEL HASIL PENGUMPULAN DATA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA PASANGAN USIA SUBUR DI DESAPAJALA KECAMATAN MAGINTI KABUPATEN MUNABARAT PERIODE JANUARI S/D JUNI TAHUN 2015 NO NAMA IBU UMUR PENGETAHUAN DUKUNGAN SUAMI PENGGUNAAN KONTRASEPSI 1 Ny. A 1 1 1 1 2 Ny. S 1 1 1 1 3 Ny. S 0 0 0 1 4 Ny. WI 1 2 1 1 5 Ny. WM 1 1 0 1 6 Ny. WS 0 0 0 1 7 Ny. WL 1 2 1 0 8 Ny. S 1 0 1 1 9 Ny. WF 1 2 1 1 10 Ny. Y 0 1 1 1 11 Ny. N 1 1 1 0 12 Ny. N 1 2 1 0 13 Ny. I 0 0 1 1 14 Ny. YS 1 2 0 0 15 Ny. WN 1 1 1 1 16 Ny. WO 1 2 1 1 17 Ny. M 1 1 1 0 18 Ny. L 0 2 1 0 19 Ny. WM 0 2 1 1 20 Ny. WP 1 1 0 0 21 Ny. WS 1 1 1 1 22 Ny. WT 1 0 0 0 23 Ny. WL 1 2 0 0 24 Ny. WF 1 1 1 1 25 Ny. N 0 2 1 1 26 Ny. WS 1 0 0 0 27 Ny. WR 0 0 0 0 28 Ny. F 1 1 1 1 29 Ny. S 0 2 1 0 30 Ny. WU 1 0 0 1
  • 69. 31 Ny. WS 1 1 1 1 32 Ny. S 1 2 1 0 33 Ny. S 1 1 1 1 34 Ny. I 1 0 1 1 35 Ny. M 1 0 1 0 36 Ny. D 0 0 1 0 37 Ny. M 1 0 0 1 38 Ny. M 1 1 0 1 39 Ny. U 0 1 1 0 40 Ny. WA 1 1 1 0 41 Ny. WU 1 0 0 1 42 Ny. L 1 0 1 1 43 Ny. WA 1 0 0 1 44 Ny. WS 0 0 1 1 45 Ny. Z 1 0 0 0 46 Ny. A 1 0 1 1 47 Ny. M 1 1 0 0 48 Ny. N 0 1 1 0 49 Ny. WH 1 0 0 1 50 Ny. WO 1 0 1 1