SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Laporan Praktikum Genetika
Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Biologi
Universitas Kristen Satya Wacana
Pengamatan GenetikaPopulasi BerdasarkanSifat Dominan atau Resesif yang
Muncul dari Suku Jawa, Batak, Papua, Sulawesi, Tionghoa, dan Nusa
Tenggara
Oleh:
Andika Widiyana
NIM 432016007
ABSTRAK
Seluk-beluk pewarisan sifat pada tingkat populasi yang dipelajari pada cabang genetika
disebut genetika populasi. Latar belakang dilakukannya praktikum genetika populasi adalah
untuk memahami lebih dalam tentang genetika populasi dan cara menghitung frekuensi alel
dominan dan resesif pada setiap suku. Prinsip keseimbangan Hardy-Weinberg dirumuskan
dengan (p + q)2 = p2 + 2pq + q2. Pengamatan fenotipe mahasiswa UKSW secara langsung,
yaitu sifat dominan widow’s peak, lidah menggulung, cuping telinga menggantung,
berlesung pipi dan ibu jari melengkung ke arah luar. Sedangkan sifat resesifnya tidak
memiliki sifat-sifat dominan tersebut. Metode kerja pada dilakukan dengan diamati fenotip
dari setiap individu Suku Jawa, Batak, Papua, Sulawesi, Tionghoa dan Nusa Tenggara.
Pengamatan dilakukan pada 20 orang setiap suku, kemudian dilakukan penghitungan
frekuensi alel dominan dan resesif. Sehingga diperoleh hasil frekuensi fenotip dominan dan
resesif pada suku Jawa 3,0 dan 2,0. Suku Batak 1,8 dan 3,2. Suku Papua 0,9 dan 4,1. Suku
Sulawesi 2,8 dan 2,2. Suku Tionghoa 1,2 dan 3,8. Suku Nusa Tenggara 1,3 dan 3,7. Dari data
frekuensi yang didapatkan, kebanyakan frekuensi dominan selalu lebih kecil dari pada
frekuensi resesif, hal ini tidak sesuai dengan hukum Hardy-Weinberg. Ketidaksesuaian data
tersebut diakibatkan oleh jumlah populasi yang sedikit yang tidak sesuai dengan kondisi
syarat Hardy-Weinberg. Sifat dominan dari alel seharusnya lebih sering muncul, karena
frekuensi alel dominan yang lebih besar dari frekuensi alel resesif. Hasil pengamatan
praktikum genetika populasi yang didapat, hanya perolehan frekuensi fenotip pada suku
Jawa dan Sulawesi saja yang sesuai dengan hukum Hardy-Weinberg. Dimana frekuensi alel
dominan lebih besar daripada frekuensi alel resesif.
Kata Kunci: Frekuensi fenotip dominan dan resesif, Genetika Populasi, Prinsip
keseimbangan Hardy-Weinberg, Rumus keseimbangan Hardy-Weinberg.
Pendahuluan
Dalam mempelajari pola pewarisan sifat tertentu pada manusia sulit untuk dilakukan
percobaan persilangan karena pola pewarisan suatu sifat tidak selalu dapat dipelajari
melalui percobaan persilangan buatan. Seluk-beluk pewarisan sifat pada tingkat populasi
dipelajari pada cabang genetika yang disebut genetika populasi. Genetika populasi adalah
cabang ilmu genetika yang mempelajari komposisi gen pada kelompok suatu individu dan
perubahan komposisi gen yang diakibatkan oleh waktu. Genetika populasi berfungsi sebagai
model matematika untuk menghitung perkiraan frekuensi gen pada suatu populasi (Ahlina,
2014).
G.H. Hardy dan W. Weinberg di tahun 1908 menemukan dasar-dasar yang ada
hubungannya dengan frekuensi gen di dalam populasi secara terpisah. Prinsip yang
dinyatakan secara teoritis tersebut dikenal sebagai prinsip Keseimbangan Hardy-Weinberg.
Pada pernyataan tersebut ditegaskan bahwa di dalam populasi yang dalam keadaan
seimbang (ekuilibrum), maka baik frekuensi gen maupun frekuensi genotip akan tetap dari
satu generasi ke generasi seterusnya (Robby, 2017).
Frekuensi alel pada suatu populasi dipengaruhi oleh perkawinan tidak acak, migrasi,
mutasi, seleksi alam, dan genetic drift memiliki kesamaan pengaruh terhadap gen populasi,
yaitu mempengaruhi frekuensi alel atau gen dalam suatu populasi. Keadaan populasi yang
seimbang pada prinsip keseimbangan genetik populasi Hardy-Weinberg adalah populasi
harus berukuran besar, perkawinan terjadi secara acak, tidak terjadi mutasi, migrasi, dan
genetic drift, dan tidak terjadi seleksi alam. Prinsip keseimbangan genetik populasi
dirumuskan (p + q)2 = p2 + 2pq + q2. Rumus perhitungan Hardy-Weinberg dapat dimisalkan
terdapat dua alel A dan a dengan frekuensi p dan q, dengan demikian frekuensi tiga genotip,
dua homozigot dan satu heterozigot dapat dihitung. Kromosom dengan lokus yang memiliki
tiga alel menggunakan rumus (p + q + r)2 = p2 + q2 + r2 + 2pq + 2pr + 2qr (Pangaribowo,
2017).
Manusia memperlihatkan variasi pada beberapa ciri yang dapat dilihat dengan mudah
melalui fenotip atau penampilannya. Ada beberapa fenotipe yang bisa diamati pada
praktikan secara langsung, yaitu widow’s peak yaitu munculnya kontur meruncing dari garis
rambut di dahi yang disebabkan oleh alel dominan, W. Karena alel widow’s peak dominan,
semua individu yang tidak memiliki widow’s peak pastilah homozigot resesif (ww). Sebagian
manusia bisa menggulungkan lidahnya yang disebut roller tongue yang disebabkan oleh gen
dominan yang disimbolkan dengan T. Manusia yang bisa menggulungkan lidahnya memiliki
gen homozigot dominan, TT dan heterozigot, Tt. Manusia yang tidak bisa menggulungkan
lidahnya memiliki gen homozigot resesif, tt. Ear-lobe merupakan salah satu contoh dari alel
dominan dan resesif dimana attached ear-lobe (tidak menggantung) merupakan sisat resesif
dan unattach ear-lobe (menggantung) merupakan sifat dominan. Dan sifat dominan lainnya
berupa lesung pipi dan ibu jari yang dapat melengkung ke arah luar (Marliyani, 2017).
Latar belakang dilakukannya praktikum genetika populasi adalah untuk memahami lebih
dalam tentang genetika populasi, fungsi sebenarnya dari penggunaan genetika populasi,
pewarisan sifat Hair line, lesung pipi, lidah, cuping telinga, dan ibu jari serta cara
menghitung frekuensi alel dominan dan resesif pada setiap suku yang berbeda (Prawisuda,
2017).
Berdasarkan prinsip hardy-weinbergh dinyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi
genotip tersebut genotip dalam suatu populasi akan tetap konstan, yaitu berada dalam
kesetimbangan dari satu generasi ke generasi selanjutnya kecuali terdapat pengaruh
tertentu yang mengganggu kesetimbangan tersebut. Faktor-faktor yang sesuai dengan
kondisi syarat Hardy-Weinberg akan menyebabkan sifat dominan dari alel lebih sering
muncul daripada sifat resesif, karena frekuensi alel dominan yang lebih besar dari frekuensi
alel resesif (Pangaribowo, 2017).
II. Bahan dan Metode
Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 13 Juli, 2017 pukul 14.00 – 16.00 WIB
bertempat di Laboratorium Biologi Umum, Fakultas Biologi, Universitas Kristen Satya
Wacana, Salatiga. Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah data hasil
pengamatan fenotip pada pewarisan sifat Hair line, lesung pipi, lidah, cuping telinga, ibu jari
dari setiap individu dengan 6 suku yang berbeda-beda, yaitu Jawa, Batak, Papua, Sulawesi,
Tionghoa dan Nusa Tenggara.
Metode kerja pada praktikum ini adalah diamati fenotip dari setiap individu pada
masing-masing suku (Jawa, Batak, Papua, Sulawesi, Tionghoa dan Nusa Tenggara).
Pengamatan dilakukan pada 20 orang setiap suku. Dari data yang diperloeh kemudian
dilakukan penghitungan frekuensi alel dominan dan resesif.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan yang sudah dilakukan maka didapatkan hasil berupa
tabel dan diagram batang sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil penghitungan frekuensi alel dominan dan resesif pada pengamatan fenotip
suku Jawa, Batak, Papua, Sulawesi, Tionghoa dan Nusa Tenggara.
Suku
Hair line tipe
Widows peak
Lesung
pipi
Lidah
menggulung
Cuping
telinga
Ibu jari
melengkung
Jumlah
Jawa 16 16 12 20 12
Batak 9 9 11 12 15
Papua 5 4 8 9 7
Sulawesi 6 8 18 7 14
Tionghoa 4 4 12 10 9
Nusa
Tenggara
7 12 6 13 4
Diagram batang 1. Hasil Penghitungan Frekuensi Sifat Dominan dan Resesif dari Suku yang
Berbeda.
Pembahasan
Berdasarkan prinsip hardy-weinbergh dinyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi
genotip tersebut genotip dalam suatu populasi akan tetap konstan, yaitu berada dalam
kesetimbangan dari satu generasi ke generasi selanjutnya kecuali terdapat pengaruh
tertentu yang mengganggu kesetimbangan tersebut. Berdasarkan hasil yang telah
didapatkan melalui pengamatan dan wawancara secara langsung pada mahasiswa suku
Jawa yang dipilih secara random, diketahui bahwa sifat dominan yang paling banyak muncul
adalah Hair line, lesung pipi, dan cuping telinga yang menggantung. Namun sifat resesif
pada mahasiswa keturunan dari suku Jawa ini yang paling sering muncul adalah seperti lidah
tidak dapat menggulung (roller togue) dan ibu jari yang tidak melengkung. Perbandingan
jumlah pada masing-masing sifat pada mahasiswa suku Jawa dapat diketahui dimana garis
rambut widow’s peak berjumlah 16 mahasiswa dan tanpa widow’s peak berjumlah 4
mahasiswa, pada sifat lesung pipi terdapat 16 mahasiswa berlesung pipi dan 4 mahasiswa
tanpa lesung pipi, kemudian terdapat 12 mahasiswa yang dapat menggulung lidah dan 8
mahasiswa yang tidak bisa menggulung lidah, 20 mahasiswa juga memiliki sifat dominan
berupa unattached ear-lobe (menggantung) dan 0 memiliki attached ear-lobe (menempel),
dan sifat terakhir yang diamati berupa ibu jari yang dapat melengkung keluar dengan
mahasiswa yang memilikinya berjumlah 12 mahasiswa dan 8 mahasiswa yang tidak dapat
melengkungkan ibu jari. Frekuensi sifat dominan yang didapat yaitu sebanyak 3,0 dan
frekuensi resesifnya sebanyak 2,0.
Kemudian pada hasil kelompok lainnya, yaitu pada 20 mahasiswa yang berasal dari
suku Batak dapat diketahui bahwa sifat dominan yang paling banyak muncul adalah pada
lidah yang dapat menggulung (roller togue), cuping telinga menggantung dan ibu jari dapat
melengkung. Namun sifat resesif pada mahasiswa yang merupakan keturunan dari suku
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
Jawa Batak Papua Sulawesi Tionghoa Nusa
Tenggara
Frekuensi Fenotip Dari Berbagai Suku
Dominan
Resesif
Batak ini lebih banyak muncul, seperti garis rambut tanpa (widow’s peak) dan tanpa lesung
pipi. Perbandingan jumlah pada masing-masing sifat pada mahasiswa Batak dapat diketahui
dimana garis rambut widow’s peak berjumlah 9 mahasiswa dan tanpa widow’s peak
berjumlah 11 mahasiswa, pada sifat lesung pipi terdapat 9 mahasiswa berlesung pipi dan 11
mahasiswa tanpa lesung pipi, kemudian terdapat 11 mahasiswa yang dapat menggulung
lidah dan 9 mahasiswa yang tidak bisa menggulung lidah, 12 mahasiswa juga memiliki sifat
dominan berupa unattached ear-lobe (menggantung) dan 8 lainnya memiliki attached ear-
lobe (melekat), dan sifat terakhir yang diamati berupa ibu jari yang dapat melengkung keluar
dengan mahasiswa yang memilikinya berjumlah 15 mahasiswa dan 5 mahasiswa yang tidak
dapat melengkungkan ibu jari. Frekuensi sifat dominan yang didapat yaitu sebanyak 1,8 dan
frekuensi resesifnya sebanyak 3,2.
Lalu pada hasil kelompok lainnya, yaitu pada 20 mahasiswa yang berasal dari suku Papua
dapat diketahui bahwa tidak ada sifat dominan yang paling banyak muncul dibandingkan
sifat resesif yang selalu sering muncul. Perbandingan jumlah pada masing-masing sifat pada
mahasiswa Papua dapat diketahui dimana garis rambut widow’s peak berjumlah 5
mahasiswa dan tanpa widow’s peak berjumlah 15 mahasiswa, pada sifat lesung pipi
terdapat 4 mahasiswa berlesung pipi dan 16 mahasiswa tanpa lesung pipi, kemudian
terdapat 8 mahasiswa yang dapat menggulung lidah dan 12 mahasiswa yang tidak bisa
menggulung lidah, 9 mahasiswa juga memiliki sifat dominan berupa unattached ear-lobe
(menggantung) dan 11 lainnya memiliki attached ear-lobe (melekat), dan sifat terakhir yang
diamati berupa ibu jari yang dapat melengkung keluar dengan mahasiswa yang memilikinya
berjumlah 7 mahasiswa dan 13 mahasiswa yang tidak dapat melengkungkan ibu jari.
Frekuensi sifat dominan yang didapat yaitu sebanyak 0,9 dan frekuensi resesifnya sebanyak
4,1.
Setelah itu, hasil pada 20 mahasiswa yang berasal dari suku Sulawesi dapat diketahui
bahwa sifat dominan yang paling banyak muncul adalah pada lidah yang dapat menggulung
(roller togue), dan ibu jari dapat melengkung. Namun sifat resesif pada mahasiswa yang
merupakan keturunan dari suku Sulawesi ini lebih banyak muncul, seperti garis rambut
tanpa (widow’s peak), tanpa lesung pipi, dan cuping telinga attached ear-lobe. Perbandingan
jumlah pada masing-masing sifat pada mahasiswa Sulawesi dapat diketahui dimana garis
rambut widow’s peak berjumlah 6 mahasiswa dan tanpa widow’s peak berjumlah 14
mahasiswa, pada sifat lesung pipi terdapat 8 mahasiswa berlesung pipi dan 12 mahasiswa
tanpa lesung pipi, kemudian terdapat 18 mahasiswa yang dapat menggulung lidah dan 2
mahasiswa yang tidak bisa menggulung lidah, 7 mahasiswa juga memiliki sifat dominan
berupa unattached ear-lobe (menggantung) dan 13 lainnya memiliki attached ear-lobe
(melekat), dan sifat terakhir yang diamati berupa ibu jari yang dapat melengkung keluar
dengan mahasiswa yang memilikinya berjumlah 14 mahasiswa dan 6 mahasiswa yang tidak
dapat melengkungkan ibu jari. Frekuensi sifat dominan yang didapat yaitu sebanyak 2,8 dan
frekuensi resesifnya sebanyak 2,2.
Pada hasil kelompok lainnya, yaitu pada 20 mahasiswa yang berasal dari suku Tionghoa
dapat diketahui bahwa sifat dominan yang paling banyak muncul adalah pada lidah yang
dapat menggulung (roller togue), cuping telinga menggantung dan ibu jari dapat
melengkung. Namun sifat resesif pada mahasiswa yang merupakan keturunan dari suku
Tionghoa ini lebih banyak muncul, seperti garis rambut tanpa (widow’s peak) dan tanpa
lesung pipi. Perbandingan jumlah pada masing-masing sifat pada mahasiswa Tionghoa dapat
diketahui dimana garis rambut widow’s peak berjumlah 4 mahasiswa dan tanpa widow’s
peak berjumlah 16 mahasiswa, pada sifat lesung pipi terdapat 4 mahasiswa berlesung pipi
dan 16 mahasiswa tanpa lesung pipi, kemudian terdapat 12 mahasiswa yang dapat
menggulung lidah dan 8 mahasiswa yang tidak bisa menggulung lidah, 10 mahasiswa juga
memiliki sifat dominan berupa unattached ear-lobe (menggantung) dan 10 lainnya memiliki
attached ear-lobe (melekat), dan sifat terakhir yang diamati berupa ibu jari yang dapat
melengkung keluar dengan mahasiswa yang memilikinya berjumlah 9 mahasiswa dan 11
mahasiswa yang tidak dapat melengkungkan ibu jari. Frekuensi sifat dominan yang didapat
yaitu sebanyak 1,2 dan frekuensi resesifnya sebanyak 3,8.
Kemudian pada hasil kelompok lainnya, yaitu pada 20 mahasiswa yang berasal dari suku
Nusa Tenggara dapat diketahui bahwa sifat dominan yang paling banyak muncul adalah
pada lesung pipi dan cuping telinga menggantung. Namun sifat resesif pada mahasiswa yang
merupakan keturunan dari suku Nusa Tenggara ini lebih banyak muncul, seperti garis
rambut tanpa (widow’s peak), lidah tidak menggulung, dan ibu jari tidak dapat melengkung.
Perbandingan jumlah pada masing-masing sifat pada mahasiswa Batak dapat diketahui
dimana garis rambut widow’s peak berjumlah 7 mahasiswa dan tanpa widow’s peak
berjumlah 13 mahasiswa, pada sifat lesung pipi terdapat 12 mahasiswa berlesung pipi dan 8
mahasiswa tanpa lesung pipi, kemudian terdapat 6 mahasiswa yang dapat menggulung lidah
dan 14 mahasiswa yang tidak bisa menggulung lidah, 13 mahasiswa juga memiliki sifat
dominan berupa unattached ear-lobe (menggantung) dan 7 lainnya memiliki attached ear-
lobe (melekat), dan sifat terakhir yang diamati berupa ibu jari yang dapat melengkung keluar
dengan mahasiswa yang memilikinya berjumlah 4 mahasiswa dan 16 mahasiswa yang tidak
dapat melengkungkan ibu jari. Frekuensi sifat dominan yang didapat yaitu sebanyak 1,3 dan
frekuensi resesifnya sebanyak 3,7.
Dari data frekuensi yang didapatkan, kebanyakan frekuensi dominan selalu lebih kecil
dari pada frekuensi resesif, hal ini tidak sesuai dengan hukum Hardy-Weinberg.
Ketidaksesuaian data tersebut bisa jadi diakibatkan oleh berbagai hal, salah satunya
populasi dengan jumlah sedikit, dan faktor-faktor yang tidak sesuai dengan kondisi syarat
Hardy-Weinberg. Sifat dominan dari alel seharusnya lebih sering muncul, karena frekuensi
alel dominan yang lebih besar dari frekuensi alel resesif. Hasil pengamatan praktikum
genetika populasi yang didapat, hanya perolehan frekuensi fenotip pada suku Jawa dan
Sulawesi saja yang sesuai dengan hukum Hardy-Weinberg. Dimana frekuensi alel dominan
lebih besar daripada frekuensi alel resesif.
Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
setiap mahasiswa dari suku yang berbeda (Jawa, Batak, Papua, Sulawesi, Tionghoa dan Nusa
Tenggara) memiliki sifat fenotipe yang berbeda-beda pula. Diketahui bahwa frekuensi alel
mahasiswa dari setiap suku yang berbeda mengenai sifat widow’s peak, roller togue, cuping
telinga, lesung pipi, dan ibu jari ternyata tidak sesuai dengan frekuensi pada hukum Hardy-
Weinbergh. Hasil dari praktikum ini menunjukan bahwa data yang diperoleh tidak sesuai
dengan hukum Hardy-Weinbergh, hal ini disebabkan oleh jumlah populasi yang terbatas
atau sedikit dan berbagai syarat Hardy-Weinbergh yang tidak terpenuhi maka dari itu hasil
dari pengamatan gagal dan hanya perolehan frekuensi fenotip pada suku Jawa dan Sulawesi
saja yang sesuai dengan hukum Hardy-Weinberg. Dimana frekuensi alel dominan lebih besar
daripada frekuensi alel resesif.
Daftar pustaka
Ahlian, N. 2014. Genetika Populasi Pdf.
(https://www.slideshare.net/nurahlina08/genetika-populasi-power-point)
Diakses tanggal 26 Juli, 2017.
Marliyani, W. 2017. Laporan Praktikum Pewarisan Sifat dan Keanekaragaman pada Manusia
pdf.
(https://www.scribd.com/doc/231498452/Laporan-Praktikum-Pewarisan-Sifat-dan-
Keanekaragaman-pada-Manusia-docx). Diakses tanggal 26 Juli, 2017.
Pangaribowo, D. 2014. Genetika Populasi Berdasarkan Sifat Dominan atau Resesif yang
Muncul pdf.
(http://www.academia.edu/9555854/Genetika_Populasi_Berdasarkan_Sifat_Domin
an_atau_Resesif_yang_Muncul) Diakses tanggal 26 Juli, 2017.
Prawisuda, D. 2017. Laporan Praktikum Pengamatan Genetika Populasi pdf.
(http://www.academia.edu/7093301/LAPRAK_PENGAMATAN_GENETIKA_POPULAS)
Diakses tanggal 26 Juli, 2017.
Robby. 2017. Prinsip kesemibangan Genetika populasi pdf.
(https://www.scribd.com/doc/289713491/31832339-genetika-populasi-pdf)
Diakses tanggal 26 Juli, 2017.

More Related Content

What's hot

2. laporan praktikum biologi pengaruh tekanan osmotik terhadap membran eritrosit
2. laporan praktikum biologi pengaruh tekanan osmotik terhadap membran eritrosit2. laporan praktikum biologi pengaruh tekanan osmotik terhadap membran eritrosit
2. laporan praktikum biologi pengaruh tekanan osmotik terhadap membran eritrositSofyan Dwi Nugroho
 
Laporan uji ninhidrin
Laporan  uji ninhidrinLaporan  uji ninhidrin
Laporan uji ninhidrinAstri Maulida
 
Laporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasiLaporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasiwd_amaliah
 
Kel 3 perbedaan transkripsi dan translasi pada prokariot dan eukariot
Kel 3 perbedaan transkripsi dan translasi pada prokariot dan eukariotKel 3 perbedaan transkripsi dan translasi pada prokariot dan eukariot
Kel 3 perbedaan transkripsi dan translasi pada prokariot dan eukariotSumayyah Nida Azizah
 
Laporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi Tanaman
Laporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi TanamanLaporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi Tanaman
Laporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi Tanamanshafirasalsa11
 
Laporan Percobaan Reaksi Asam Basa (Asam Poliprotik)
Laporan Percobaan Reaksi Asam Basa (Asam Poliprotik)Laporan Percobaan Reaksi Asam Basa (Asam Poliprotik)
Laporan Percobaan Reaksi Asam Basa (Asam Poliprotik)Ahmad Dzikrullah
 
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Refleks Pupil dan Bintik Buta Pada Mamalia
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Refleks Pupil dan Bintik Buta Pada MamaliaLaporan Praktikum Fisiologi Hewan: Refleks Pupil dan Bintik Buta Pada Mamalia
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Refleks Pupil dan Bintik Buta Pada MamaliaUNESA
 
Laporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
Laporan Praktikum 4 Identifikasi ReptilLaporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
Laporan Praktikum 4 Identifikasi ReptilSelly Noviyanty Yunus
 
pembuatan insektarium dan preparat basah
pembuatan insektarium dan preparat basahpembuatan insektarium dan preparat basah
pembuatan insektarium dan preparat basahSitti Nur Fadillah
 
Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret)
Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret) Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret)
Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret) Pujiati Puu
 
osmoregulasi pada hewan
osmoregulasi pada hewanosmoregulasi pada hewan
osmoregulasi pada hewanikhsan saputra
 
pemisahan, pemurnian, dan perubahan zat
pemisahan, pemurnian, dan perubahan zatpemisahan, pemurnian, dan perubahan zat
pemisahan, pemurnian, dan perubahan zatAvidia Sarasvati
 

What's hot (20)

Uji Millon
Uji MillonUji Millon
Uji Millon
 
GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora)
GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora) GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora)
GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora)
 
Anatomi daun
Anatomi daunAnatomi daun
Anatomi daun
 
2. laporan praktikum biologi pengaruh tekanan osmotik terhadap membran eritrosit
2. laporan praktikum biologi pengaruh tekanan osmotik terhadap membran eritrosit2. laporan praktikum biologi pengaruh tekanan osmotik terhadap membran eritrosit
2. laporan praktikum biologi pengaruh tekanan osmotik terhadap membran eritrosit
 
Laporoan Praktikum Fotosintesis
Laporoan Praktikum FotosintesisLaporoan Praktikum Fotosintesis
Laporoan Praktikum Fotosintesis
 
Laporan uji ninhidrin
Laporan  uji ninhidrinLaporan  uji ninhidrin
Laporan uji ninhidrin
 
Laporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasiLaporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasi
 
Biologi
BiologiBiologi
Biologi
 
Kel 3 perbedaan transkripsi dan translasi pada prokariot dan eukariot
Kel 3 perbedaan transkripsi dan translasi pada prokariot dan eukariotKel 3 perbedaan transkripsi dan translasi pada prokariot dan eukariot
Kel 3 perbedaan transkripsi dan translasi pada prokariot dan eukariot
 
Laporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi Tanaman
Laporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi TanamanLaporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi Tanaman
Laporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi Tanaman
 
Laporan Percobaan Reaksi Asam Basa (Asam Poliprotik)
Laporan Percobaan Reaksi Asam Basa (Asam Poliprotik)Laporan Percobaan Reaksi Asam Basa (Asam Poliprotik)
Laporan Percobaan Reaksi Asam Basa (Asam Poliprotik)
 
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Refleks Pupil dan Bintik Buta Pada Mamalia
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Refleks Pupil dan Bintik Buta Pada MamaliaLaporan Praktikum Fisiologi Hewan: Refleks Pupil dan Bintik Buta Pada Mamalia
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Refleks Pupil dan Bintik Buta Pada Mamalia
 
Spesiasi
SpesiasiSpesiasi
Spesiasi
 
Laporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
Laporan Praktikum 4 Identifikasi ReptilLaporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
Laporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
 
pembuatan insektarium dan preparat basah
pembuatan insektarium dan preparat basahpembuatan insektarium dan preparat basah
pembuatan insektarium dan preparat basah
 
Isolasi spesies
Isolasi spesiesIsolasi spesies
Isolasi spesies
 
Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret)
Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret) Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret)
Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret)
 
osmoregulasi pada hewan
osmoregulasi pada hewanosmoregulasi pada hewan
osmoregulasi pada hewan
 
pemisahan, pemurnian, dan perubahan zat
pemisahan, pemurnian, dan perubahan zatpemisahan, pemurnian, dan perubahan zat
pemisahan, pemurnian, dan perubahan zat
 
Laporan Praktikum 5 Mammalia
Laporan Praktikum 5 MammaliaLaporan Praktikum 5 Mammalia
Laporan Praktikum 5 Mammalia
 

Similar to Genetika Populasi

Revisi dinamika gen dalam populasi kel.4
Revisi dinamika gen dalam populasi kel.4Revisi dinamika gen dalam populasi kel.4
Revisi dinamika gen dalam populasi kel.4FadhiLah RaHayu
 
PPT BIO EVOLUSI.pptx
PPT BIO EVOLUSI.pptxPPT BIO EVOLUSI.pptx
PPT BIO EVOLUSI.pptxazizabdul66
 
Laporan STBP 2012/IBBS 2012
Laporan STBP 2012/IBBS 2012Laporan STBP 2012/IBBS 2012
Laporan STBP 2012/IBBS 2012Aan Erlian
 
Bab 4 TEORI EVOLUSI_ www.kampusimpian.com.pptx
Bab 4 TEORI EVOLUSI_ www.kampusimpian.com.pptxBab 4 TEORI EVOLUSI_ www.kampusimpian.com.pptx
Bab 4 TEORI EVOLUSI_ www.kampusimpian.com.pptxrisabiologi
 
Bab-4-TEORI-EVOLUSI.pptx
Bab-4-TEORI-EVOLUSI.pptxBab-4-TEORI-EVOLUSI.pptx
Bab-4-TEORI-EVOLUSI.pptxDELLABLATAMA1
 
genetika populasi power point
 genetika populasi power point genetika populasi power point
genetika populasi power pointnurahlina08
 

Similar to Genetika Populasi (10)

Hardyweinberg
HardyweinbergHardyweinberg
Hardyweinberg
 
Revisi dinamika gen dalam populasi kel.4
Revisi dinamika gen dalam populasi kel.4Revisi dinamika gen dalam populasi kel.4
Revisi dinamika gen dalam populasi kel.4
 
PPT BIO EVOLUSI.pptx
PPT BIO EVOLUSI.pptxPPT BIO EVOLUSI.pptx
PPT BIO EVOLUSI.pptx
 
Unit 7 kebakaan
Unit 7 kebakaanUnit 7 kebakaan
Unit 7 kebakaan
 
Disain Penelitian Kebahasaan
Disain Penelitian KebahasaanDisain Penelitian Kebahasaan
Disain Penelitian Kebahasaan
 
Laporan STBP 2012/IBBS 2012
Laporan STBP 2012/IBBS 2012Laporan STBP 2012/IBBS 2012
Laporan STBP 2012/IBBS 2012
 
Bab 4 TEORI EVOLUSI_ www.kampusimpian.com.pptx
Bab 4 TEORI EVOLUSI_ www.kampusimpian.com.pptxBab 4 TEORI EVOLUSI_ www.kampusimpian.com.pptx
Bab 4 TEORI EVOLUSI_ www.kampusimpian.com.pptx
 
Bab-4-TEORI-EVOLUSI.pptx
Bab-4-TEORI-EVOLUSI.pptxBab-4-TEORI-EVOLUSI.pptx
Bab-4-TEORI-EVOLUSI.pptx
 
genetika populasi power point
 genetika populasi power point genetika populasi power point
genetika populasi power point
 
Genetika populasi
Genetika populasiGenetika populasi
Genetika populasi
 

Recently uploaded

CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...laila16682
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaLKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaBtsDaily
 
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxR6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxmagfira271100
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumfebrie2
 
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)ratnawijayanti31
 

Recently uploaded (11)

CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaLKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
 
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxR6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
 
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
 

Genetika Populasi

  • 1. Laporan Praktikum Genetika Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Biologi Universitas Kristen Satya Wacana Pengamatan GenetikaPopulasi BerdasarkanSifat Dominan atau Resesif yang Muncul dari Suku Jawa, Batak, Papua, Sulawesi, Tionghoa, dan Nusa Tenggara Oleh: Andika Widiyana NIM 432016007 ABSTRAK Seluk-beluk pewarisan sifat pada tingkat populasi yang dipelajari pada cabang genetika disebut genetika populasi. Latar belakang dilakukannya praktikum genetika populasi adalah untuk memahami lebih dalam tentang genetika populasi dan cara menghitung frekuensi alel dominan dan resesif pada setiap suku. Prinsip keseimbangan Hardy-Weinberg dirumuskan dengan (p + q)2 = p2 + 2pq + q2. Pengamatan fenotipe mahasiswa UKSW secara langsung, yaitu sifat dominan widow’s peak, lidah menggulung, cuping telinga menggantung, berlesung pipi dan ibu jari melengkung ke arah luar. Sedangkan sifat resesifnya tidak memiliki sifat-sifat dominan tersebut. Metode kerja pada dilakukan dengan diamati fenotip dari setiap individu Suku Jawa, Batak, Papua, Sulawesi, Tionghoa dan Nusa Tenggara. Pengamatan dilakukan pada 20 orang setiap suku, kemudian dilakukan penghitungan frekuensi alel dominan dan resesif. Sehingga diperoleh hasil frekuensi fenotip dominan dan resesif pada suku Jawa 3,0 dan 2,0. Suku Batak 1,8 dan 3,2. Suku Papua 0,9 dan 4,1. Suku Sulawesi 2,8 dan 2,2. Suku Tionghoa 1,2 dan 3,8. Suku Nusa Tenggara 1,3 dan 3,7. Dari data frekuensi yang didapatkan, kebanyakan frekuensi dominan selalu lebih kecil dari pada frekuensi resesif, hal ini tidak sesuai dengan hukum Hardy-Weinberg. Ketidaksesuaian data tersebut diakibatkan oleh jumlah populasi yang sedikit yang tidak sesuai dengan kondisi syarat Hardy-Weinberg. Sifat dominan dari alel seharusnya lebih sering muncul, karena frekuensi alel dominan yang lebih besar dari frekuensi alel resesif. Hasil pengamatan praktikum genetika populasi yang didapat, hanya perolehan frekuensi fenotip pada suku Jawa dan Sulawesi saja yang sesuai dengan hukum Hardy-Weinberg. Dimana frekuensi alel dominan lebih besar daripada frekuensi alel resesif. Kata Kunci: Frekuensi fenotip dominan dan resesif, Genetika Populasi, Prinsip keseimbangan Hardy-Weinberg, Rumus keseimbangan Hardy-Weinberg.
  • 2. Pendahuluan Dalam mempelajari pola pewarisan sifat tertentu pada manusia sulit untuk dilakukan percobaan persilangan karena pola pewarisan suatu sifat tidak selalu dapat dipelajari melalui percobaan persilangan buatan. Seluk-beluk pewarisan sifat pada tingkat populasi dipelajari pada cabang genetika yang disebut genetika populasi. Genetika populasi adalah cabang ilmu genetika yang mempelajari komposisi gen pada kelompok suatu individu dan perubahan komposisi gen yang diakibatkan oleh waktu. Genetika populasi berfungsi sebagai model matematika untuk menghitung perkiraan frekuensi gen pada suatu populasi (Ahlina, 2014). G.H. Hardy dan W. Weinberg di tahun 1908 menemukan dasar-dasar yang ada hubungannya dengan frekuensi gen di dalam populasi secara terpisah. Prinsip yang dinyatakan secara teoritis tersebut dikenal sebagai prinsip Keseimbangan Hardy-Weinberg. Pada pernyataan tersebut ditegaskan bahwa di dalam populasi yang dalam keadaan seimbang (ekuilibrum), maka baik frekuensi gen maupun frekuensi genotip akan tetap dari satu generasi ke generasi seterusnya (Robby, 2017). Frekuensi alel pada suatu populasi dipengaruhi oleh perkawinan tidak acak, migrasi, mutasi, seleksi alam, dan genetic drift memiliki kesamaan pengaruh terhadap gen populasi, yaitu mempengaruhi frekuensi alel atau gen dalam suatu populasi. Keadaan populasi yang seimbang pada prinsip keseimbangan genetik populasi Hardy-Weinberg adalah populasi harus berukuran besar, perkawinan terjadi secara acak, tidak terjadi mutasi, migrasi, dan genetic drift, dan tidak terjadi seleksi alam. Prinsip keseimbangan genetik populasi dirumuskan (p + q)2 = p2 + 2pq + q2. Rumus perhitungan Hardy-Weinberg dapat dimisalkan terdapat dua alel A dan a dengan frekuensi p dan q, dengan demikian frekuensi tiga genotip, dua homozigot dan satu heterozigot dapat dihitung. Kromosom dengan lokus yang memiliki tiga alel menggunakan rumus (p + q + r)2 = p2 + q2 + r2 + 2pq + 2pr + 2qr (Pangaribowo, 2017). Manusia memperlihatkan variasi pada beberapa ciri yang dapat dilihat dengan mudah melalui fenotip atau penampilannya. Ada beberapa fenotipe yang bisa diamati pada praktikan secara langsung, yaitu widow’s peak yaitu munculnya kontur meruncing dari garis rambut di dahi yang disebabkan oleh alel dominan, W. Karena alel widow’s peak dominan, semua individu yang tidak memiliki widow’s peak pastilah homozigot resesif (ww). Sebagian manusia bisa menggulungkan lidahnya yang disebut roller tongue yang disebabkan oleh gen dominan yang disimbolkan dengan T. Manusia yang bisa menggulungkan lidahnya memiliki gen homozigot dominan, TT dan heterozigot, Tt. Manusia yang tidak bisa menggulungkan lidahnya memiliki gen homozigot resesif, tt. Ear-lobe merupakan salah satu contoh dari alel dominan dan resesif dimana attached ear-lobe (tidak menggantung) merupakan sisat resesif dan unattach ear-lobe (menggantung) merupakan sifat dominan. Dan sifat dominan lainnya berupa lesung pipi dan ibu jari yang dapat melengkung ke arah luar (Marliyani, 2017). Latar belakang dilakukannya praktikum genetika populasi adalah untuk memahami lebih dalam tentang genetika populasi, fungsi sebenarnya dari penggunaan genetika populasi, pewarisan sifat Hair line, lesung pipi, lidah, cuping telinga, dan ibu jari serta cara
  • 3. menghitung frekuensi alel dominan dan resesif pada setiap suku yang berbeda (Prawisuda, 2017). Berdasarkan prinsip hardy-weinbergh dinyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi genotip tersebut genotip dalam suatu populasi akan tetap konstan, yaitu berada dalam kesetimbangan dari satu generasi ke generasi selanjutnya kecuali terdapat pengaruh tertentu yang mengganggu kesetimbangan tersebut. Faktor-faktor yang sesuai dengan kondisi syarat Hardy-Weinberg akan menyebabkan sifat dominan dari alel lebih sering muncul daripada sifat resesif, karena frekuensi alel dominan yang lebih besar dari frekuensi alel resesif (Pangaribowo, 2017). II. Bahan dan Metode Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 13 Juli, 2017 pukul 14.00 – 16.00 WIB bertempat di Laboratorium Biologi Umum, Fakultas Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah data hasil pengamatan fenotip pada pewarisan sifat Hair line, lesung pipi, lidah, cuping telinga, ibu jari dari setiap individu dengan 6 suku yang berbeda-beda, yaitu Jawa, Batak, Papua, Sulawesi, Tionghoa dan Nusa Tenggara. Metode kerja pada praktikum ini adalah diamati fenotip dari setiap individu pada masing-masing suku (Jawa, Batak, Papua, Sulawesi, Tionghoa dan Nusa Tenggara). Pengamatan dilakukan pada 20 orang setiap suku. Dari data yang diperloeh kemudian dilakukan penghitungan frekuensi alel dominan dan resesif. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Berdasarkan hasil pengamatan yang sudah dilakukan maka didapatkan hasil berupa tabel dan diagram batang sebagai berikut: Tabel 1. Hasil penghitungan frekuensi alel dominan dan resesif pada pengamatan fenotip suku Jawa, Batak, Papua, Sulawesi, Tionghoa dan Nusa Tenggara. Suku Hair line tipe Widows peak Lesung pipi Lidah menggulung Cuping telinga Ibu jari melengkung Jumlah Jawa 16 16 12 20 12 Batak 9 9 11 12 15 Papua 5 4 8 9 7 Sulawesi 6 8 18 7 14 Tionghoa 4 4 12 10 9 Nusa Tenggara 7 12 6 13 4
  • 4. Diagram batang 1. Hasil Penghitungan Frekuensi Sifat Dominan dan Resesif dari Suku yang Berbeda. Pembahasan Berdasarkan prinsip hardy-weinbergh dinyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi genotip tersebut genotip dalam suatu populasi akan tetap konstan, yaitu berada dalam kesetimbangan dari satu generasi ke generasi selanjutnya kecuali terdapat pengaruh tertentu yang mengganggu kesetimbangan tersebut. Berdasarkan hasil yang telah didapatkan melalui pengamatan dan wawancara secara langsung pada mahasiswa suku Jawa yang dipilih secara random, diketahui bahwa sifat dominan yang paling banyak muncul adalah Hair line, lesung pipi, dan cuping telinga yang menggantung. Namun sifat resesif pada mahasiswa keturunan dari suku Jawa ini yang paling sering muncul adalah seperti lidah tidak dapat menggulung (roller togue) dan ibu jari yang tidak melengkung. Perbandingan jumlah pada masing-masing sifat pada mahasiswa suku Jawa dapat diketahui dimana garis rambut widow’s peak berjumlah 16 mahasiswa dan tanpa widow’s peak berjumlah 4 mahasiswa, pada sifat lesung pipi terdapat 16 mahasiswa berlesung pipi dan 4 mahasiswa tanpa lesung pipi, kemudian terdapat 12 mahasiswa yang dapat menggulung lidah dan 8 mahasiswa yang tidak bisa menggulung lidah, 20 mahasiswa juga memiliki sifat dominan berupa unattached ear-lobe (menggantung) dan 0 memiliki attached ear-lobe (menempel), dan sifat terakhir yang diamati berupa ibu jari yang dapat melengkung keluar dengan mahasiswa yang memilikinya berjumlah 12 mahasiswa dan 8 mahasiswa yang tidak dapat melengkungkan ibu jari. Frekuensi sifat dominan yang didapat yaitu sebanyak 3,0 dan frekuensi resesifnya sebanyak 2,0. Kemudian pada hasil kelompok lainnya, yaitu pada 20 mahasiswa yang berasal dari suku Batak dapat diketahui bahwa sifat dominan yang paling banyak muncul adalah pada lidah yang dapat menggulung (roller togue), cuping telinga menggantung dan ibu jari dapat melengkung. Namun sifat resesif pada mahasiswa yang merupakan keturunan dari suku 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 Jawa Batak Papua Sulawesi Tionghoa Nusa Tenggara Frekuensi Fenotip Dari Berbagai Suku Dominan Resesif
  • 5. Batak ini lebih banyak muncul, seperti garis rambut tanpa (widow’s peak) dan tanpa lesung pipi. Perbandingan jumlah pada masing-masing sifat pada mahasiswa Batak dapat diketahui dimana garis rambut widow’s peak berjumlah 9 mahasiswa dan tanpa widow’s peak berjumlah 11 mahasiswa, pada sifat lesung pipi terdapat 9 mahasiswa berlesung pipi dan 11 mahasiswa tanpa lesung pipi, kemudian terdapat 11 mahasiswa yang dapat menggulung lidah dan 9 mahasiswa yang tidak bisa menggulung lidah, 12 mahasiswa juga memiliki sifat dominan berupa unattached ear-lobe (menggantung) dan 8 lainnya memiliki attached ear- lobe (melekat), dan sifat terakhir yang diamati berupa ibu jari yang dapat melengkung keluar dengan mahasiswa yang memilikinya berjumlah 15 mahasiswa dan 5 mahasiswa yang tidak dapat melengkungkan ibu jari. Frekuensi sifat dominan yang didapat yaitu sebanyak 1,8 dan frekuensi resesifnya sebanyak 3,2. Lalu pada hasil kelompok lainnya, yaitu pada 20 mahasiswa yang berasal dari suku Papua dapat diketahui bahwa tidak ada sifat dominan yang paling banyak muncul dibandingkan sifat resesif yang selalu sering muncul. Perbandingan jumlah pada masing-masing sifat pada mahasiswa Papua dapat diketahui dimana garis rambut widow’s peak berjumlah 5 mahasiswa dan tanpa widow’s peak berjumlah 15 mahasiswa, pada sifat lesung pipi terdapat 4 mahasiswa berlesung pipi dan 16 mahasiswa tanpa lesung pipi, kemudian terdapat 8 mahasiswa yang dapat menggulung lidah dan 12 mahasiswa yang tidak bisa menggulung lidah, 9 mahasiswa juga memiliki sifat dominan berupa unattached ear-lobe (menggantung) dan 11 lainnya memiliki attached ear-lobe (melekat), dan sifat terakhir yang diamati berupa ibu jari yang dapat melengkung keluar dengan mahasiswa yang memilikinya berjumlah 7 mahasiswa dan 13 mahasiswa yang tidak dapat melengkungkan ibu jari. Frekuensi sifat dominan yang didapat yaitu sebanyak 0,9 dan frekuensi resesifnya sebanyak 4,1. Setelah itu, hasil pada 20 mahasiswa yang berasal dari suku Sulawesi dapat diketahui bahwa sifat dominan yang paling banyak muncul adalah pada lidah yang dapat menggulung (roller togue), dan ibu jari dapat melengkung. Namun sifat resesif pada mahasiswa yang merupakan keturunan dari suku Sulawesi ini lebih banyak muncul, seperti garis rambut tanpa (widow’s peak), tanpa lesung pipi, dan cuping telinga attached ear-lobe. Perbandingan jumlah pada masing-masing sifat pada mahasiswa Sulawesi dapat diketahui dimana garis rambut widow’s peak berjumlah 6 mahasiswa dan tanpa widow’s peak berjumlah 14 mahasiswa, pada sifat lesung pipi terdapat 8 mahasiswa berlesung pipi dan 12 mahasiswa tanpa lesung pipi, kemudian terdapat 18 mahasiswa yang dapat menggulung lidah dan 2 mahasiswa yang tidak bisa menggulung lidah, 7 mahasiswa juga memiliki sifat dominan berupa unattached ear-lobe (menggantung) dan 13 lainnya memiliki attached ear-lobe (melekat), dan sifat terakhir yang diamati berupa ibu jari yang dapat melengkung keluar dengan mahasiswa yang memilikinya berjumlah 14 mahasiswa dan 6 mahasiswa yang tidak dapat melengkungkan ibu jari. Frekuensi sifat dominan yang didapat yaitu sebanyak 2,8 dan frekuensi resesifnya sebanyak 2,2. Pada hasil kelompok lainnya, yaitu pada 20 mahasiswa yang berasal dari suku Tionghoa dapat diketahui bahwa sifat dominan yang paling banyak muncul adalah pada lidah yang
  • 6. dapat menggulung (roller togue), cuping telinga menggantung dan ibu jari dapat melengkung. Namun sifat resesif pada mahasiswa yang merupakan keturunan dari suku Tionghoa ini lebih banyak muncul, seperti garis rambut tanpa (widow’s peak) dan tanpa lesung pipi. Perbandingan jumlah pada masing-masing sifat pada mahasiswa Tionghoa dapat diketahui dimana garis rambut widow’s peak berjumlah 4 mahasiswa dan tanpa widow’s peak berjumlah 16 mahasiswa, pada sifat lesung pipi terdapat 4 mahasiswa berlesung pipi dan 16 mahasiswa tanpa lesung pipi, kemudian terdapat 12 mahasiswa yang dapat menggulung lidah dan 8 mahasiswa yang tidak bisa menggulung lidah, 10 mahasiswa juga memiliki sifat dominan berupa unattached ear-lobe (menggantung) dan 10 lainnya memiliki attached ear-lobe (melekat), dan sifat terakhir yang diamati berupa ibu jari yang dapat melengkung keluar dengan mahasiswa yang memilikinya berjumlah 9 mahasiswa dan 11 mahasiswa yang tidak dapat melengkungkan ibu jari. Frekuensi sifat dominan yang didapat yaitu sebanyak 1,2 dan frekuensi resesifnya sebanyak 3,8. Kemudian pada hasil kelompok lainnya, yaitu pada 20 mahasiswa yang berasal dari suku Nusa Tenggara dapat diketahui bahwa sifat dominan yang paling banyak muncul adalah pada lesung pipi dan cuping telinga menggantung. Namun sifat resesif pada mahasiswa yang merupakan keturunan dari suku Nusa Tenggara ini lebih banyak muncul, seperti garis rambut tanpa (widow’s peak), lidah tidak menggulung, dan ibu jari tidak dapat melengkung. Perbandingan jumlah pada masing-masing sifat pada mahasiswa Batak dapat diketahui dimana garis rambut widow’s peak berjumlah 7 mahasiswa dan tanpa widow’s peak berjumlah 13 mahasiswa, pada sifat lesung pipi terdapat 12 mahasiswa berlesung pipi dan 8 mahasiswa tanpa lesung pipi, kemudian terdapat 6 mahasiswa yang dapat menggulung lidah dan 14 mahasiswa yang tidak bisa menggulung lidah, 13 mahasiswa juga memiliki sifat dominan berupa unattached ear-lobe (menggantung) dan 7 lainnya memiliki attached ear- lobe (melekat), dan sifat terakhir yang diamati berupa ibu jari yang dapat melengkung keluar dengan mahasiswa yang memilikinya berjumlah 4 mahasiswa dan 16 mahasiswa yang tidak dapat melengkungkan ibu jari. Frekuensi sifat dominan yang didapat yaitu sebanyak 1,3 dan frekuensi resesifnya sebanyak 3,7. Dari data frekuensi yang didapatkan, kebanyakan frekuensi dominan selalu lebih kecil dari pada frekuensi resesif, hal ini tidak sesuai dengan hukum Hardy-Weinberg. Ketidaksesuaian data tersebut bisa jadi diakibatkan oleh berbagai hal, salah satunya populasi dengan jumlah sedikit, dan faktor-faktor yang tidak sesuai dengan kondisi syarat Hardy-Weinberg. Sifat dominan dari alel seharusnya lebih sering muncul, karena frekuensi alel dominan yang lebih besar dari frekuensi alel resesif. Hasil pengamatan praktikum genetika populasi yang didapat, hanya perolehan frekuensi fenotip pada suku Jawa dan Sulawesi saja yang sesuai dengan hukum Hardy-Weinberg. Dimana frekuensi alel dominan lebih besar daripada frekuensi alel resesif.
  • 7. Kesimpulan Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada setiap mahasiswa dari suku yang berbeda (Jawa, Batak, Papua, Sulawesi, Tionghoa dan Nusa Tenggara) memiliki sifat fenotipe yang berbeda-beda pula. Diketahui bahwa frekuensi alel mahasiswa dari setiap suku yang berbeda mengenai sifat widow’s peak, roller togue, cuping telinga, lesung pipi, dan ibu jari ternyata tidak sesuai dengan frekuensi pada hukum Hardy- Weinbergh. Hasil dari praktikum ini menunjukan bahwa data yang diperoleh tidak sesuai dengan hukum Hardy-Weinbergh, hal ini disebabkan oleh jumlah populasi yang terbatas atau sedikit dan berbagai syarat Hardy-Weinbergh yang tidak terpenuhi maka dari itu hasil dari pengamatan gagal dan hanya perolehan frekuensi fenotip pada suku Jawa dan Sulawesi saja yang sesuai dengan hukum Hardy-Weinberg. Dimana frekuensi alel dominan lebih besar daripada frekuensi alel resesif. Daftar pustaka Ahlian, N. 2014. Genetika Populasi Pdf. (https://www.slideshare.net/nurahlina08/genetika-populasi-power-point) Diakses tanggal 26 Juli, 2017. Marliyani, W. 2017. Laporan Praktikum Pewarisan Sifat dan Keanekaragaman pada Manusia pdf. (https://www.scribd.com/doc/231498452/Laporan-Praktikum-Pewarisan-Sifat-dan- Keanekaragaman-pada-Manusia-docx). Diakses tanggal 26 Juli, 2017. Pangaribowo, D. 2014. Genetika Populasi Berdasarkan Sifat Dominan atau Resesif yang Muncul pdf. (http://www.academia.edu/9555854/Genetika_Populasi_Berdasarkan_Sifat_Domin an_atau_Resesif_yang_Muncul) Diakses tanggal 26 Juli, 2017. Prawisuda, D. 2017. Laporan Praktikum Pengamatan Genetika Populasi pdf. (http://www.academia.edu/7093301/LAPRAK_PENGAMATAN_GENETIKA_POPULAS) Diakses tanggal 26 Juli, 2017. Robby. 2017. Prinsip kesemibangan Genetika populasi pdf. (https://www.scribd.com/doc/289713491/31832339-genetika-populasi-pdf) Diakses tanggal 26 Juli, 2017.