MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Aminullah assagaf proposal disertasi
1.
2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FINANCIAL DISTRESS BUMN DENGAN
GOVERNMENT SUBSIDY DAN EQUITY SEBAGAI VARIABEL MODERATOR
DAN CFO SEBAGAI VARIABEL INTERVENING : KAJIAN EMPIRIS BUMN YANG
MENERIMA PENDANAAN APBN
Promotor dan Co-Promotor,
Prof. Dr. Itjang D. Gunawan, Ak., MBA
Juniati Gunawan, Ph.D, Ak, CA
Dr. Anna SN Dasril, MS
Mahasiswa,
Aminullah Assagaf
222 141 401
Jakarta, 28 Oktober 2019
3. PROPOSAL DISERTASI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian, Ruang Lingkup dan Perumusan Masalah Penelitian,
Tujuan dan Manfaat Penelitian, Signifikansi Penelitian, Keterbatasan Penelitian,
Sistimatika Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Teori Yang Berhubungan dengan Perumusan Masalah, Rerangka Konseptual,
Hipotesis Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian, Populasi, Sampel dan Metode Pengumpulan Data,
Pengukuran Variabel, Analisis Data
4. 1.1 LATAR BELAKANG
1. FENOMENA BUMN
2. PENTINGNYA PENELITIAN FD
3. PENELITIAN FD SEBELUMNYA
4. MENGISI CELAH PENELITIAN SEBELUMNYA
5. MENGEMBANGKAN PENGUKURAN BARU FD SEBAGAI NOVELTY
6. KONTRIBSI PENELITIAN FD TERHADAP BUMN
5. 1- FENOMENA BUMN
• Penelitian ini difokuskan pada analisis financial distress Badan Usaha milik negara atau
BUMN, dengan memperhatikan sejumlah variabel kunci yang terkait. Penelitian ini
sebagai salah satu topik yang penting pernanannya terutama dalam mengungkapkan
secara komprehensif fenomena kesulitan keuangan BUMN yang menjadi pusat perhatian
selama ini, karena belum mampu memenuhi harapan sebagaimana diamanatkan dalam
undang-undang Badan Usaha Milik Negara
• Badan Usaha Milik Negara tercatat pada pasal 9 undang-undang nomor 19 tahun 2003
terdiri dari dua bentuk perusahaan, yaitu Persero dan Perusahaan Umum. BUMN dalam
bentuk Persero, maksud dan tujuannya adalah: (a) menyediakan barang/jasa yang
bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, dan (b) mengejar keuntungan guna
meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan BUMN dalam bentuk Perusahaan Umum,
maksud dan tujuannya adalah: (a) menyelenggarakan usaha untuk kemanfaatan umum
berupa menyediakan barang/jasa yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh
masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat, dan (b) untuk
mendukung tujuang tersebut, maka dengan persetujuan Menteri BUMN, Perusahaan
Umum dapat melakukan penyertaan modal pada badan usaha lain
6.
7. 1- FENOMENA BUMN
• Fenomena yang terjadi selama ini, yaitu diantara 115 BUMN yang
dilaporkan pada tahun 2017 sebagaimana lampiran-9, terdapat tiga
kelompok perusahaan yang berpotensi mengalami financial distress,
yaitu: (a) perusahaan yang menggantungkan kebutuhan keuangannya
pada subsidi pemerintah sebagaimana lampiran-1, sebanyak 8 BUMN;
(b) perusahaan yang menerima tambahan penyertaan modal negara
atau PMN sebagaimana lampiran-2, sebanyak 24 BUMN; dan (c)
perusahaan yang mengalami kerugian sampai akhir semester pertama
tahun 2017 sebagaimana lampiran 3, sebanyak 24 BUMN.
8. 2- PENTINGNYA PENELITIAN FD
• Berdasarkan potensi terjadinya financial distress yang semakin serius, maka penelitian financial
distress ini penting dilakukan penelitian dan diharapkan dapat memberi masukan terhadap
stakeholder utama BUMN terhadap variabel kunci yang harus diperhatikan dalam menyiapkan
strategi dan kebijakan korporasi. Penelitian financial distress ini juga dapat memberikan sinyal
lebih dini sejak penyiapan perencanaan taktis operasional dan perencanaan strategis, sehingga
dalam pelaksanaannya dapat dimitigasi bila terjadi perubahan terhadap variabel kunci yang
mempengaruhi financial distress tersebut.
• Financial distress sebagai tantangan bagi manajemen BUMN mengatasinya agar tujuan BUMN
dimaksud diatas dapat dicapai. Untuk mencapai tingkat profitabilitas, meningkat nilai perusahaan
dan menyelenggarakan perusahaan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat,
secara praktis operasional seharusnya dapat direalisasikan. BUMN memiliki opportunity
meningkatkan pelayanan sekaligus memupuk keuntungan, dan didukung oleh potensi dalam hal
penguasaan sumberdaya alam, dukungan pemerintah, skala usaha yang ekonomis, pangsa pasar
yang luas, berpeluang membina kemitraan antara BUMN yang dapat meningkatkan efisiensi,
memiliki sumber daya manusia dalam jumlah dan kualitas yang mamadai, memiliki kemampuan
mengadopsi teknologi dan penguasaan sistim informasi.
9. 2- PENTINGNYA PENELITIAN FD
• Berdasarkan fenomena financial distress tersebut, maka pada penelitian terdapat gap dalam hal
(a) financial distress BUMN, dan (b) gap penyempurnaan pengukuran financial distress. Hal ini
dalam merumuskan masalah seperti digambarkan pada lampiran-7. Practical gap pada penelitian
ini, yaitu celah atau selisih antara kondisi operasional yang seharusnya terjadi dengan realisasi
operasional yang dicapai oleh BUMN (das sollen - das sein). Kondisi operasional yang seharusnya
terjadi dimaksudkan bahwa BUMN memiliki prospek bisnis yang kuat, sehingga terbuka peluang
atau opportunity memperoleh tingkat profitabilitas yang layak dan memiliki kemampuan untuk
memenuhi dan mengelola keuangan secara mandiri. Sedangkan realisasi operasional yang
dicapai BUMN tersebut, menunjukkan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan pendanaan
operasi dan investasi, karena pengelolaan perusahaan yang belum optimal, sehingga berpotensi
mengalami financial distress.
• Berkaitan dengan fenomena dan kesenjangan atau gap dimaksud diatas, maka proses selanjutnya
pada penelitian ini adalah melakukan perumusan masalah dengan memperhatikan variabel kunci
yang mempengaruhi tingkat financial distress BUMN, sedangkan seleksi terhadap variabel
tersebut dilakukan berdasarkan kondisi empiris perusahaan yang didukung referensi teori dan
penelitian sebelumnya. Referensi yang digunakan pada penelitian ini menjadi dasar dalam
mengajukan hipotesis, pengukuran variabel dan menyiapkan model analisis untuk menguji
hipotesis.
10. 3- PENELITIAN FD SEBELUMNYA
• Pengukuran variabel dependent financial distress masih terkendala sebagai
conceptual gap, karena penelitian sebelumnya menggunakan pengukuran yang
relatif sederhana dibanding fenomena financial distress BUMN yang relatif sangat
kompleks. Pengukuran financial distress pada penelitian sebelumnya
sebagaimana lampiran-12, yaitu menggunakan data kualitatif dengan skala
nominal yang secara statistik diakui sebagai skala paling sederhana atau
tingkatannya paling rendah dalam suatu penelitian, menyusul skala ordinal, skala
interval dan yang paling tinggi tingkatannya adalah skala rasio (Ilahi, 2016 dan
Nurizzati, 2012). Hal ini terbukti karena dengan skala nominal yang menggunakan
kriteria 0 dan 1 atau 1 dan 2 yang mewakili kelompok perusahaan yang
mengalami financial distress dan kelompok perusahaan sehat, adalah kurang
rasional karena level kondisi kesulitan keuangan atau financial distress
perusahaan tersebut bervariasi mulai dari skala rendah sampai dengan skala yang
tinggi, sehingga tidak mungkin di generalisir dalam besaran nilai 0 atau 1 untuk
keseluruhan perusahaan pada kelompok yang mengalami financial distress.
11. 3- PENELITIAN FD SEBELUMNYA
• Pengukuran variabel financial distress penelitian sebelumnya sebagaimana lampiran-11
cenderung sama seperti dimaksud diatas, tetapi terjadi perbedaan dalam penentuan
batasan atau definsi kelompok perusahaan yang mengalami financial distress, seperti
berikut ini: (a) Altman, Marco dan Varetto (1994) dan Yang, Platt dan Platt (1999),
menggunakan model neural network untuk membedakan perusahaan yang gagal dan
tidak gagal; (b) Lau (1987) dan Hill et al. (1996), menggunakan indikator perusahaan yang
mengalami financial distress, yaitu adanya pemberhentian tenaga kerja atau
menghilangkan pembayaran dividen; (c) Asquith, Gertner dan Scharfstein (1991),
menggunakan indicator interest coverage ratio untuk mendefinisikan perusahaan yang
mengalami financial distress; (d) Whitaker (1999), mengukur financial distress dengan
menggunakan indikator adanya arus kas yang lebih kecil dari utang jangka panjang yang
jatuh tempo saat ini; dan (e) John, Lang dan Netter (1992), mendefinisikan financial
distress sebagai perubahan harga ekuitas, (Gamayuni, 2009).
• Disamping perbedaan dalam penentuan batasan atau difinisi terhadap perusahaan yang
mengalami financial distress, penelitian sebelumnya juga cenderung bervariasi dalam
penggunaan model analisis dan pemilihan variabel independent sebagaimana sejarah
singkat kajian financial distress pada lampiran-11.
12. 3- PENELITIAN FD SEBELUMNYA
• Analisis financial distress sejak pertama kali dikemukakan oleh Beaver (1966) sampai saat ini
secara umum menggunakan tiga model analisis (Gamayuni, 2009), yaitu: (a) Model analisis
multiple discriminant analysis atau MDA, menggunakan pengukuran financial distress dengan
data nominal kategori 1 dan 2 pada penelitian sebelumnya yang diawali oleh Beaver (1966),
Edward Altman (1968), Gordon L.V. Springate (1978), Fulmer Model (US, 1984), dan Ca-score
(1987). Model analisis diskriminan ini ditandai dengan ciri khusus, yaitu data variabel dependent
harus berupa data kategori atau nominal dan disyaratkan variabel independent berdistribusi
normal. Jika data kategorikal hanya 2 kategori disebut “Two-Groups Discriminant Analysis” dan
apabila lebih dari 2 kategori disebut “Multiple Discriminant Analysis”. (b) Model analisis regresi
logistic, menggunakan pengukuran financial distress dengan data nominal dikotomi 0 atau 1 pada
penelitin Ohlson (1980), Thomaidis et al. (1998), Platt and Platt (2002), Almilia dan Kristiaji (2003),
Angelina (2004), Berg (2005), Brahmana (2005), dan Hsieh et al. (2006). Dalam model logistic ini,
variabel dependent menggunakan data skala dikotomi atau skala nominal dengan dua kategori,
dan variabel independent tidak disyaratkan berdistribusi normal. (c) Model analisis regresi linear,
menggunakan pengukuran financia distress berdasarkan score penelitian sebelumnya yang
disebutkan diatas, seperti score Altman (1968), score Springate (1978), score Fulmer Model
(1984), dan CA-score (1987), pada penelitian seperti: Wilopo (2001), Adnan dan Taufik (2001),
Aryati dan Manao (2002), dan lainnya seperti dikemukakan pada bab 2 penelitian sebelumnya.
13. 3- PENELITIAN FD SEBELUMNYA
• Dari ketiga model analisis pada penelitian sebelumnya dimaksud
diatas, secara konseptual terdapat celah atau gap karena relatif
sederhana dalam melakukan pengukuran variabel financial distress
sebagaimana lampiran-12 dan belum ada kesepakatan dalam
menentukan batasan atau difinisi perusahaan yang mengalami
financial distress sebagaimana lampiran-11, sehingga hasil
pengukuran variabel juga berbeda antara satu penelitian dengan
lainnya. Selanjutnya, bila penelitian sebelumnya memiliki gap atau
kelemahan seperti disebutkan diatas, maka penelitian yang
menggunakan pengukuran financial distress berbasis score Altman
dan lainnya, juga berpotensi memiliki gap atau kelemahan yang sama.
14. 4- MENGISI CELAH PENELITIAN SEBELUMNYA
• Untuk mengisi celah atau gap penelitian sebelumnya sebagaimana
dimaksud diatas dan lampiran-11, maka penelitian ini
mengembangkan novelty atau kebaruan pengukuran financial distress
yang berbasis teori marginal sebagaimana dikemukakan pada sub bab
2.1 dan sub bab 3.3. Selanjtunya, sebagai perbandingan terhadap
penelitian sebelumnya pada lampiran-12, maka penelitian ini
menggunakan model regresi linear berganda yang lebih
komprehensif, yaitu disamping menggunakan variabel independent
untuk memprediksi variabel dependent financial distress, juga
dilengkapi dengan variabel intervening, variabel moderating, dan
variabel control.
15. 4- MENGISI CELAH PENELITIAN SEBELUMNYA
• Variabel independent dipilih dari indikator atau rasio keuangan utama yang
mempengaruhi financial distress, yaitu: pertumbuhan investasi,
pertumbuhan working capital, pertumbuhan retained earning,
pertumbuhan earning before intrest and taxes, pertumbuhan contribution
margin, pertumbuhan equity, tingkat efisiensi dan produktifitas operasi,
real activities earning management, dan accruals earning management.
Variabel intervening, dipilih dari cash flow from operating atau CFO karena
memiliki posisi penting yang menunjukkan kemampuan manajemen
perusahaan dalam mengendalikan cash inflow dan cash outflow agar tidak
mengalami financial distress. Variabel moderating dipilih dari government
subsidy and equity, karena berperan memperkuat atau memperlemah
pengaruh CFO terhadap financial distress. Sedangkan variabel control
dipilih dari ukuran perusahaan dan struktur kapital, untuk mengontrol atau
menghilangkan pengaruhnya dalam model dan kesimpulan hasil penelitian
agar tidak menjadi bias atau salah penafsiran.
16. 5- MENGEMBANGKAN PENGUKURAN BARU FD SEBAGAI NOVELTY
• Model analisis penelitian ini diharapkan mampu menjelaskan
fenomena yang diamati, namun diperlukan model pengukuran
variabel financial distress yang lebih realistis sesuai kondisi empiris
BUMN. Dan untuk mencapai harapan tersebut, maka dalam model
analisis penelitian ini telah dikembangkan konsep kebaruan atau
novelty pengukuran variabel financial distress dengan pendekatan
score marginal. Pengukuran variabel tersebut menggunakan data
skala rasio dari laporan keuangan, dan formulasinya dikembangkan
dari konsep keseimbangan marginal yang telah disesuaikan dengan
kebutuhan penelitian ini, seperti dijelaskan pada bab 2 dan bab 3.
17. 5- MENGEMBANGKAN PENGUKURAN BARU FD SEBAGAI NOVELTY
• Pengukuran variabel financial distress dengan score marginal dapat mengisi celah atau
gap penelitian sebelumnya yang selama ini hanya menggunakan pengukuran yang relatif
sederhana seperti disebutkan diatas, yaitu pengukuran financial distress menggunakan
kategori 1 dan 2 pada model multiple discriminant analysis , menggunakan kategori
dikotomi 0 dan 1 pada model regresi logistic, dan menggunakan score yang diperoleh
dari penelitian sebelumnya pada model regresi linear berganda, misalnya, menggunakan
pengukuran financial distress berbasis pada score Altman (1968), score Sprigate (1978),
score Fulmer (1984), CA-score (1987), dan score Plat and Plat (2002).
• Dibanding dengan pengukuran financial distress pada penelitian sebelumnya, maka yang
menjadi kekhususan atau originalitas pada pengukuran financial distress penelitian ini,
yaitu: (a) score marginal menggunakan data rasio yang bersumber dari laporan
keuangan, (b) score marginal tidak memisahkan kategori perusahaan sehat dengan
perusahaan yang mengalami financial distress, dan (c) hasil akhir penelitian
menunjukkan prediksi financial distress dengan nilai score marginal maksimum satu
untuk perusahaan dengan kondisi terbaik, mendekati satu bermakna mendekati optimal,
dan seterusnya bila nilai score marginal mendekati nol maka perusahaan cenderung
mengalami financial distress sebagaimana lampiran 6.
18. 5- MENGEMBANGKAN PENGUKURAN BARU FD SEBAGAI NOVELTY
• Keunggulan pendekatan SMg atau score marginal ini, yaitu menyempurnakan dan
mengembangkan pengukuran financial distress yang dapat mengisi celah atau
gap yang menjadi kelemahan penelitian sebelumnya, terutama dalam hal: (a)
data kualitatif skala nominal terlalu sederhana dibanding kompleksitas yang
dihadapi perusahaan yang mengalami financial distress, (b) tidak terjadi
keseragaman dalam mendefinisikan atau menentukan batasan sebagai
perusahaan yang mengalami financial distress, (c) model penelitiaan sebelumnya
kurang memperhatikan variasi perusahaan yang mengalami financial distress,
tetapi secara umum memberikan nilai dengan kategori 0 atau 1, (d) penelitian
sebelumnya tidak dapat dilakukan bila hanya satu kelompok perusahaan, karena
data variabel dependent tidak bervariasi, misalnya keseluruhan sampel berasal
dari kelompok yang sama yaitu perusahaan yang mengalami financial distress
(semuanya nilai= 0 atau 1), (e) pengukuran dengan score berdasarkan hasil
penelitian sebelumnya seperi score Almant dan lainnya adalah kurang realistis
karena data yang digunakan kurang relevan dengan kondisi bisnis dan insdustri
saat ini.
19. 6- KONTRIBSI PENELITIAN FD TERHADAP BUMN
• Berdasarkan keunggulan konsep kebaruan atau novelty pengukuran financial distress berbasis
score marginal dimaksud diatas, maka dapat dinyatakan bahwa penelitian ini dapat memberi
kontribusi yang signifikan terhadap implementasi kajian financial distress pada Badan Usaha Milik
Negara. Kajian ini dapat dimplementasikan dalam hal memberi masukan kepada stakholder
utama perusahaan seperti pemegang saham, manajemen perusahaan, karyawan, konsumen,
supplier, perbankan, praktisi, peneliti, dan pihak lainnya yang berkepentingan terhadap
perusahaan. Hasil penelitian ini dalam bentuk estimasi persamaan regresi linear berganda yang
dapat dijadikan sebagai instrument atau tools dalam proses pengambilan keputusan BUMN.
• Estimasi persamaan regresi tersebut dapat digunakan untuk memprediksi score marginal BUMN
yang diamati, dengan cara memperhitungkan besaran koefisien pengaruh masing-masing variabel
dengan angka realisasi laporan keuangan periode terakhir masing-masing BUMN. Hasil
perhitungan prediksi score marginal menunjukkan capaian tingkat financial distress yang dapat
disimpulkan, yaitu bila score marginal (SMg) sama dengan satu, maka perusahaan dalam kondisi
optimal atau terbaik dan tidak mengalami financial distress. Bila score marginal mendekati satu
bermakna bahwa perusahaan mendekat optimal, dan bila score marginal mendekati nol, maka
perusahaan cenderung mengalami financial distress
20. 6- KONTRIBSI PENELITIAN FD TERHADAP BUMN
• Hasil perhitungan prediksi score marginal seperti dimaksud diatas, dapat dimanfaatkan
untuk berbagai kepentingan internal BUMN, terutama dalam hal: (a) perencanaan
korporasi dengan target capaian score marginal tertentu yang semakin meningat dari
waktu ke waktu; (b) menilai keberhasilan manajemen perusahaan dalam mencapai
kinerja score marginal yang diprogramkan; (c) membandingkan tingkat keberhasila
capaian score marginal antara BUMN; (d) sebagai instrument pengawasan kinerja
manajemen BUMN agar lebih fokus pada strategi dan kebijakan terhadap variable kunci
untuk meningkatkan kinerja perusahaan dengan score marginal yang lebih baik dimsa
yang akan dating; dan (e) menjadi standar penilaian perusahaan sebagai perusahaan
sehat atau kemungkinan mengalami financial distress berdasarkan besaran score
marginal.
• Sedangkan manfaat lainnya dari penelitian ini, yaitu dapat dikembangkan
implementasinya pada konteks yang lebih luas, seperti: (a) BUMN lainnya diluar
penelitian ini, (b) perusahaan yang listed di Bursa Efek, (c) kelompok perusahaan
menurut sektor yang lebih spesifik misalnya sektor manufacture, sektor perbankan,
sektor jasa, dan lainnya, (d) usaha kecil dan menegah, dan (e) koperasi.
21. 6- KONTRIBSI PENELITIAN FD TERHADAP BUMN
• Berdasarkan kontribusi kebaruan atau novelty pengukuran financial
distress dimaksud diatas, maka penelitian ini penting dilakukan
terutama karena tingkat urgensi yang lebih spesifik dalam hal: (a)
memetakan peringkat capaian score marginal BUMN yang selama ini
masih disubsidi, menerima tambahan penyertaan modal negara, dan
mengalami kerugian, sehingga dapat diketahui tingkat financial
distress masing-masing BUMN dimaksud, (b) memberikan masukan
kepada manajemen BUMN terhadap faktor prioritas yang perlu
diperhatikan dalam meningkatkan score marginal untuk mengatasi
financial distress, dan (c) menjadi acuan bagi manajemen BUMN
dalam menyiapkan strategi dan kebijakan terkait variabel yang
mempengaruhi score marginal untuk mengatasi financial distress.
22. 1.2 Masalah Penelitian
1. Apakah pertumbuhan investasi atau capital expenditure (X1ΔCAPEX) berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan cash flow from operating (ZΔCFO) Badan Usaha Milik Negara ?
2. Bagaimana pengaruh pertumbuhan workingcapital (X2ΔWC) terhadap pertumbuhan cash flow from
operating (ZΔCFO) Badan Usaha Milik Negara ?
3. Apakah pertumbuhan retained earning (X3ΔRE) berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan cash flow
from operating (ZΔCFO) Badan Usaha Milik Negara ?
4. Bagaimana pengaruh pertumbuhan earning before interst and tax (X4ΔEBIT) terhadap pertumbuhan cash
flow from operating (ZΔCFO) Badan Usaha Milik Negara ?
5. Apakah pertumbuhan Contribution margin (X5ΔCM) berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan cash
flow from operating (ZΔCFO) Badan Usaha Milik Negara ?
6. Bagaimana pengaruh Pertumbuhan equity atau modal sendiri (X6ΔEQ) terhadap pertumbuhan cash flow
from operating (ZΔCFO) Badan Usaha Milik Negara ?
7. Apakah tingkat efisiensi atau produktifitas operasi (X7EFSO) berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan cash flow from operating (ZΔCFO) Badan Usaha Milik Negara ?
8. Bagaimana pengaruh real activities earning management (X8RAEM) terhadap pertumbuhan cash flow
from operating (ZΔCFO) Badan Usaha Milik Negara ?
9. Apakah accruals earning management (X9ACEM) berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan cash
flow from operating (ZΔCFO) Badan Usaha Milik Negara ?
10. Bagaimana pengaruh pertumbuhan investasi atau capital expenditure (X1ΔCAPEX) terhadap financial
distress (YFINDIS) Badan Usaha Milik Negara ?
23. 1.2 Masalah Penelitian
11. Apakah pertumbuhan working capital (X2ΔWC) berpengaruh signifikan terhadap financial distress
(YFINDIS) Badan Usaha Milik Negara ?
12. Bagaimana pengaruh pertumbuhan retained earning (X3ΔRE) terhadap financial distress (YFINDIS) Badan
Usaha Milik Negara ?
13. Apakah pertumbuhan earning before interst and tax (X4ΔEBIT) berpengaruh signifikan terhadap financial
distress (YFINDIS) Badan Usaha Milik Negara ?
14. Bagaimana pengaruh pertumbuhan Contribution margin (X5ΔCM) terhadap financial distress (YFINDIS)
Badan Usaha Milik Negara ?
15. Apakah pertumbuhan equity atau modal sendiri (X6ΔEQ) berpengaruh signifikan terhadap financial
distress (YFINDIS) Badan Usaha Milik Negara ?
16. Bagaimana pengaruh tingkat efisiensi atau produktifitas operasi (X7EFSO) terhadap financial distress
(YFINDIS) Badan Usaha Milik Negara ?
17. Apakah real activities earning management (X8RAEM) berpengaruh signifikan terhadap financial distress
(YFINDIS) Badan Usaha Milik Negara ?
18. Bagaimana pengaruh accruals earning management (X9ACEM) terhadap financial distress (YFINDIS)
Badan Usaha Milik Negara ?
19. Bagaimana pengaruh pertumbuhan cash flow from operating (ZΔCFO) terhadap financial distress
(YFINDIS) Badan Usaha Milik Negara ?
20. Apakah government subsidy and equity (GSAE) memperkuat hubungan pertumbuhan cash flow from
operating (ZΔCFO) dengan financial distress (YFINDIS) Badan Usaha Milik Negara ?
24. 1.3 Tujuan penelitian
1. Menganalisis pengaruh pertumbuhan investasi atau capital expenditure (X1ΔCAPEX) terhadap
pertumbuhan cash flow from operating (ZΔCFO) Badan Usaha Milik Negara.
2. Mempelajari pengaruh pertumbuhan working capital (X2ΔWC) terhadap pertumbuhan cash flow from
operating (ZΔCFO) Badan Usaha Milik Negara.
3. Mengungkapkan pengaruh pertumbuhan retained earning (X3ΔRE) terhadap pertumbuhan cash flow
from operating (ZΔCFO) Badan Usaha Milik Negara.
4. Menganalisis pengaruh pertumbuhan earning before interst and tax (X4ΔEBIT) terhadap pertumbuhan
cash flow from operating (ZΔCFO) Badan Usaha Milik Negara.
5. Mempelajari pengaruh pertumbuhan Contribution margin (X5ΔCM) terhadap pertumbuhan cash flow
from operating (ZΔCFO) Badan Usaha Milik Negara.
6. Mengungkapkan pengaruh Pertumbuhan equity atau modal sendiri (X6ΔEQ) terhadap pertumbuhan cash
flow from operating (ZΔCFO) Badan Usaha Milik Negara.
7. Mempelajari pengaruh tingkat efisiensi atau produktifitas operasi (X7EFSO) terhadap pertumbuhan cash
flow from operating (ZΔCFO) Badan Usaha Milik Negara.
8. Menganalisis pengaruh praktek real activities earning management (X8RAEM) terhadap pertumbuhan
cash flow from operating (ZΔCFO) Badan Usaha Milik Negara.
9. Mengungkapkan pengaruh praktek accruals earning management (X9ACEM) terhadap pertumbuhan cash
flow from operating (ZΔCFO) Badan Usaha Milik Negara ?
10. Menganalisis pengaruh pertumbuhan investasi atau capital expenditure (X1ΔCAPEX) terhadap financial
distress (YFINDIS) Badan Usaha Milik Negara.
25. 1.3 Tujuan penelitian
11. Mengkaji tingkat signifikansi pengaruh pertumbuhan working capital (X2ΔWC) terhadap financial distress
(YFINDIS) Badan Usaha Milik Negara.
12. Menganalisis pengaruh pertumbuhan retained earning (X3ΔRE) terhadap financial distress (YFINDIS)
Badan Usaha Milik Negara.
13. Mengkaji tingkat signifikansi pengaruh pertumbuhan earning before interst and tax (X4ΔEBIT) terhadap
financial distress (YFINDIS) Badan Usaha Milik Negara.
14. Mengungkapkan tingkat signifikansi pengaruh pertumbuhan Contribution margin (X5ΔCM) terhadap
financial distress (YFINDIS) Badan Usaha Milik Negara.
15. Mempelajari pengaruh pertumbuhan equity atau modal sendiri (X6ΔEQ) terhadap financial distress
(YFINDIS) Badan Usaha Milik Negara.
16. Menganalisis pengaruh tingkat efisiensi atau produktifitas operasi (X7EFSO) terhadap financial distress
(YFINDIS) Badan Usaha Milik Negara.
17. Mempelajari pengaruh praktek real activities earning management (X8RAEM) terhadap financial distress
(YFINDIS) Badan Usaha Milik Negara.
18. Mengungkapkan pengaruh praktek accruals earning management (X9ACEM) terhadap financial distress
(YFINDIS) Badan Usaha Milik Negara.
19. Menganalisis pengaruh pertumbuhan cash flow from operating (ZΔCFO) terhadap financial distress
(YFINDIS) Badan Usaha Milik Negara.
20. Mengkaji peranan government subsidy and equity (GSAE) dalam memperkuat pengaruh pertumbuhan
cash flow from operating (ZΔCFO) terhadap financial distress (YFINDIS) Badan Usaha Milik Negara.
26. 1.4 Manfaat penelitian
1. Pengembangan ilmu pengetahuan terhadap kajian financial distress
dengan analisis yang lebih komprehensif.
2. Memberi masukan kepada manajemen BUMN dalam perumusan
kebijakan korporasi terkait dengan faktor yang mempenaruhi financial
distress BUMN. (c) Memberi informasi kepada pihak investor dan pihak
kreditur tentang kondisi financial distress yang dihadapi BUMN.
3. Memperkaya informasi yang dapat digunakan oleh praktisi keuangan
yang dapat membantu mengantisipasi kondisi kesulitan keuangan BUMN.
4. Menjadi referensi bagi penelitian yang datang, baik terhadap kajian
financial distress BUMN maupun perusahaan lainnya.
27. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori yang Berhubungan dengan Perumusan Masalah
Referensi yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian ini adalah melalui pendekatan teori dan
penelitian sebelumnya.
2.1.1. Pendekatan Teoritis
Agency Theory
Landasan teori yang digunakan pada penelitian ini adalah agency theory yang kembangkan oleh
Jensen dan Meckling (1976), dengan alasan bahwa teori ini menjelaskan tentang dua pihak yang memiliki
kepentingan berbeda, yaitu pemegang saham atau principal yang ingin memaksimalkan penerimaan dividen
perlembar saham atau earning pershare, sedangkan manajer perusahaan yang ingin memaksimalkan
penerimaan kompensasi. Manajer dapat mengelola perusahaan tersebur untuk mencapai tujuan yang
diinginkan pemegang saham, dan manajer akan dibayarkan sejumlah kompensasi yang layak agar termotivasi
dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.
Pengelolaan perusahaan oleh menajer tersebut menjadi sangat penting karena erat kaitannya
dengan variabel yang mempengaruhi financial distress yang akan mempengaruhi value perusahaan yang pada
akhirnya memenuhi kepentingan perusahaan seperti dikemukakan pada gambar-1. Hal ini menunjukkan bahwa
agency theory sebagai landasan teori yang relevan digunakan pada penelitian ini, khususnya dalam menjawab
permasalahan, menguji atau membuktikan hipotesis, dan menjelaskan hasil analisis. Strategi dan kebijakan
manajemen perusahaan (agent) dalam memenuhi kepentingan pemegang saham (principal) mempengaruhi
variabel kunci yang terkait dengan financial distress.
28. Gambar 1: Agency theory dan financial distress
AGENCY
THEORY
KEPENTINGAN
PRINCIPAL
(PEMEGANG SAHAM)
KEPENTINGAN
AGENT
(MANAJEMEN)
TINGKAT KESULITAN
KEUANGAN
(FINANCIAL DISTRESS)
TUJUAN PERUSAHAAN
- VALUE PERUSAHAAN
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FINANCIAL DISTRESS
- Government Subsidy and Equity (GSAE)
- Pertumbuhan Cash Flow from Operating (ZΔCFO)
- Pertumbuhan Investasi (X1ΔCAPEX)
- Pertumbuhan Working Capital (X2ΔWC)
- Pertumbuhan Retained Earning (X3ΔRE)
- Pertumbuhan EarningBefore Intrest and Tax (X4ΔEBIT)
- Pertumbuhan Contribution Margin (X5ΔCM)
- Pertumbuhan Equity (X6ΔEQ)
- Tingkat Efisiensi atau Produktivitas Operasi (X7EFSO)
- Real Activities Earning Management X8EM)
- Accruals Earning Managt (X9ACEM)
- Ukuran Perusahaan (X10SIZE)
- Tingkat Leverage (X11LEV)
TINDAKAN AGENT
DALAM PENGELOLAAN
PERUSAHAAN
29. Signalling Theory
• Melewar dan Tucker (2005) mengemukakan bahwa signalling theory
menunjukkan bahwa perusahaan akan memberikan sinyal melalui tindakan dan
komunikasi. Perusahaan mengadopsi sinyal-sinyal tersebut dalam
mengungkapkan atribut yang tersembunyi untuk para pemangku kepentingan
(stakeholder). Perusahaan berusaha memberi informasi laporan keuangan,
memberi sinyal tentang berbagai faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan
perusahaan, serta mengkomunikasikan langkah strategi dan kebijakan untuk
meningkatkan kinerja keuangan.
• Penelitian ini menggunakan signalling theory sebagai dasar dalam melakukan
analisis financial distress, terutama karena tindakan manajemen dalam
menyiapkan strategi dan kebijakan perusahaan, adalah erat kaitannya dengan
variabel yang mempengaruhi level score marginal atau financial distress yang
terjadi pada BUMN seperti dikemukakan pada gambar-2 yang menunjukkan
keterkaitan antara variabel yang digunakan pada penelitian ini dengan signalling
theory berikut ini.
30. Gambar 2: Signalling theory dan financial distress
SIGNALLING THEORY
- LANGKAH STRATEGI & KEBIJAKAN
MANAJEMEN PERUSAHAAN
VALUE
PERUSAHAAN
FINANCIAL DISTRESS
(CAPAIAN SCORE
MARGINAL)
- INFORMASI LAPORAN kEUANGAN
(MENGURANGI ASIMETRIS
INFORMASI)
MEMBERI SINYAK
PADA EKSTERNAL
(STAKEHOLDER)
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FINANCIAL DISTRESS
- Government Subsidy and Equity (GSAE)
- Pertumbuhan Cash Flow from Operating (ZΔCFO)
- Pertumbuhan Investasi (X1ΔCAPEX)
- Pertumbuhan Working Capital (X2ΔWC)
- Pertumbuhan Retained Earning (X3ΔRE)
- Pertumbuhan Earning Before Intrest and Tax (X4ΔEBIT)
- Pertumbuhan Contribution Margin (X5ΔCM)
- Pertumbuhan Equity (X6ΔEQ)
- Tingkat Efisiensi atau Produktivitas Operasi (X7EFSO)
- Real Activities Earning Management X8EM)
- Accruals Earning Managt (X9ACEM)
- Ukuran Perusahaan (X10SIZE)
- Tingkat Leverage (X11LEV)
31. Pendekatan Marginal
• Konsep marginal merupakan pengaplikasian kalkulus diferensial terhadap tingkah laku
konsumen dan produsen, serta penentuan harga pasar pada kuantitas optimal (Kastan
dan Restiati, 2013). Implementasi pendekatan marginal sebagaimana lampiran-5
digunakan juga untuk: (a) menentukan biaya minimum perunit dengan syarat marginal
cost sama dengan average cost (MC=AC), (b) tingkat keuntungan maksiumum atau
kerugian minimum dengan syarat marginal revenue sama dengan marginal cost
(MR=MC), dan (c) pendapatan maksimum dengan syarat marginal revenue sama dengan
nol (MR=0).
• Teori marginal ini dikembangkan pertama kali oleh Hendrick Gossen (1810-1858) dalam
menjelaskan kepuasaan (utility) dari pengkonsumsian sejenis barang. Menurutnya,
kepuasan marginal (Marginal Utility) dari pengkonsumsian suatu macam barang akan
semakin turun jika barang yang sama dikonsumsi semakin banyak (Hukum Gossen I).
Dalam Hukum Gossen II, menjelaskan bahwa sumber daya dan dana yang tersedia selalu
terbatas secara relatif dalam memenuhui berbagai kebutuhan yang relatif tidak terbatas.
Pada masanya teori ini kurang mendapat perhatian dari para ekonom, tetapi sekitar 40
tahun kemudian, kelompok ekonom yang tergabung dalam Mazhab Austria, seperti:
Jevons, Menger, Bohm-Bawerk dan Von Wieser, memberi pengakuan dan penghargaan
atas karya Gossen tersebut. Sejak itulah konsep marginal ini diakui sebagai kontribusi
utama dalam mazhab Austria.
32. Pendekatan Marginal
• Dalam perkembangannya, teori ini telah digunakan untuk berbagai temuan teori baru
terutama sejak periode neoklasik seperti pada: (a) mazhab Austria dengan tokoh
utamanya Karl Menger yang mengembangkan teori utilitas marginal dalam karyanya
Grusatze der Volks Wirtshaftslehre (1817), (b) mazhab Cambridge yang dipelopori oleh
Alfred Marshal dengan karya utamanya antara lain the pure theory of foreign trade
(1829), dan (c) mazhab Lausanne yang dipelopori oleh Leon Walras, dengan karyanya
elements of pure economics (1878).
• Pada penelitian ini, konsep marginal dikembangkan dengan menambahkan formula
sebagai novelty dalam pengukuran financial distress sebagaimana dikemukakan dalam
pembahasan pengukuran score marginal pada butir 4 dan lampiran-6.
• Proses pengembangan formula pengukuran financial distress, didasarkan pada
pendekatan marginal yang digunakan pada fungsi turunan analisis fungsi permintaan dan
penawaran, analisis pemasaran, teori biaya, teori produksi, teori utilitas, keputusan
manajemen perusahaan pada berbagai struktur pasar, dan lain-lain. Metode analisis
dalam konsep marginal tersebut, adalah menggunakan pendekatan matematis dan
pendekatan analisis grafik sebagaimana dalam Debertin (2012) dan lampiran 5.
33. Pendekatan Mathematis
Optimum condition atau profit maximum tercapai pada keseimbangan marginal revenue
dengan marginal cost.Total profit (π) diperoleh dari toal revenue (TR) dikurangi total cost
(TC) dengan formula sebagaimana dalam Debertin (2012), berikut ini.
Π = TR – TC
dimana: Π, TR dan TC merupakan fungsi dari quantity (Q)
Untuk memaksimumkan profit, perusahaan harus memproduksi sejumlah tertentu dengan
syarat MR = MC, sehingga profit maximum diperoleh pada turunan pertama dari
persamaan atau fungsi profit berikut ini.
dΠ
dQ
=
dTR
dQ
−
dTC
dQ
= 0
Atau
dTR
dQ
=
dTC
dQ
34. Pendekatan Mathematis
Dalam bentuk lain, yaitu profit maximum diperoleh pada saat penerimaan marginal
(MR) sama dengan biaya marginal (MC). MR adalah perubahan penerimaan toal
perunit ouput atau penjualan. sedangkan MC adalah perubahan biaya total perunit
perubahan output, sebagaimana dalam Debertin (2012), berikut ini.
•
Δπ
ΔQ
=
ΔTR
ΔQ
−
ΔTC
ΔQ
= 0
•
ΔTR
ΔQ
−
ΔTC
ΔQ
= 0
•
ΔTR
ΔQ
=
ΔTC
ΔQ
Keseimbangan tersebut dapat disederhanakan menjadi MR − MC = 0 atau dengan
keseimbangan MR = MC.
35. Pendekatan Mathematis
Berdasarkan keseimbangan tersebut, dikembangkan formula pengukuran score marginal
(SMg), yaitu pada tahap pertama dengan perbandingan antara MR dengan MC berikut ini.
•
MR
MC
= 1
•
ΔTR/ΔQ
ΔTC/ΔQ
= 1
Tahap selanjutnya, untuk menyesuaikan dengan kebutuhan analisis statistic atau
ekonometrika, maka disederhanakan seperti dikemukakan lebih rinci dalam uraian
selanjutnya pada novelty pengukuran financial distress dan Lampiran-6, yaitu:
• SMg = 1 -
ΔTR
ΔQ
−(
ΔTC
ΔQ
)
(
ΔTR
ΔQ
)
2
Dimana: SMg=score marginal, MR=marginal revenue, MC= marginal cost, ΔTR= perubahan
total revenue, ΔTC=perubahan total cost, ΔQ= perubahan kuantitas penjualan.
36. Pendekatan Analisis Grafik
• Analisis hubungan kurva TC, TR, MR, MC, AVC dan AC digambarkan
dengan kondisi optimal pada kuantitas penjualan sebanyak Q1
dengan harga P1 terjadi pada titik A, sedangkan kuantitas penjualan
Q1 dengan harga P3 adalah pada kondisi kesuitan keuangan yang
serius, sehingga lebih baik menghentikan operasinal perusahaan agar
tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar, karena harga P3 pada
kuantitas penjualan Q1 tidak mampu menutup biaya variable pada
kurva AVC.
37. Gambar 3: Keseimbangan Marginal Revenue dan Marginal Cost (MR=MC)
Dimana: MR=marginal revenue, MC= marginal cost, AC= average cost, AFC= average fixed cost, P=
price, Q= quantity of sales, D= demand.
Keseimbangan marginal yang menghasilkan kondisi optimal dengan pendekatan
mathematis dan grafik, dikemukakan contoh perhtiungan pada lampiran-5.
Rp
MC
P1 A MR1=D1=P1
Proft BUMN AC
AVC
P2 MR2=D2=P2
P3 B MR3=D3=P3
P4 MR4=D4=P4
P5 C MR5=D5=P5
AFC
0 Q3 Q2 Q1 Q
38. Novelty Pengukuran Variabel Financial Distress (Score Marginal)
Kebaruan pada penelitian ini yaitu pada pengukuran variabel dependen
financial distress atau tingkat kesulitan keuangan BUMN. Pengukuran financial
distress menggunakan formula yang berbasis pada pendekatan marginal yang telah
disesuaikan dengan tujuan penelitian. Untuk menunjukkan identitas formula
pengukuran financial distress ini, maka digunakan sebutan sebagai score marginal
(SMg).
Score marginal sebagai turunan dari formula keseimbangan MR=MC yang
menghasilkan kondisi optimal atau kuntungan maksimum sebagaimana
dikemukakan sebelumnya dalam persamaan mathematis dan analisis grafik.
Pada tahap awal pengembangan pengukuran SMg, digunakan formula
perbandingan, yaitu:
SMg =
MR
MC
Kondisi optimal bila:
MR
MC
=1 atau MR – MC = 0
dan kondisi tidak optimal bila:
MR
MC
> 1 atau MR – MC > 1; dan
MR
MC
< 1 atau MR – MC < 1
39. Novelty Pengukuran Variabel Financial Distress (Score Marginal)
sehingga perbandingan MR dan MC atau score marginal di formulasikan dengan
nilai mutlak dari:
SMg = MR – MC, atau SMg = ( 𝑀𝑅 − 𝑀𝐶)2
dengan nilai SMg yang optimal sama dengan nol. Kemudian untuk tujuan analisis
statistic atau ekonometrika pada penelitian ini, maka formula score marginal tersebut
disesuaikan dengan nilai SMg yang optimal sama dengan satu, sebagaimana contoh
perhitungan pada lampiran-6, dengan formula berikut ini.
SMg = 1 -
MR −MC
MR
2
40. Marginal revenue (MR) dan marginal cost (MC) diformulasikan sebagaimana
perhitungan pada butir 3 diatas, yaitu:
Marginal revenue (MR):
MR =
ΔTR
ΔQ
Marginal cost (MC):
MC =
ΔTC
ΔQ
Dimana:
ΔTR= TR (t) – TR (t-1)
ΔQ = Q (t) – Q (t-1)
ΔTC= TC(t) – TC (t-1)
Maka pada akhirnya, perhitungan score marginal (SMg) secara lebih operasional
diformulasikan menjadi:
SMg = 1 -
Δ TR
Δ Q
−(
Δ TC
Δ Q
)
(
Δ TR
Δ Q
)
2
Dimana: SMg=score marginal, MR=marginal revenue, MC= marginal cost, ΔTR=
perubahan total revenue, ΔTC=perubahan total cost, ΔQ= perubahan kuantitas penjualan.
Novelty Pengukuran Variabel Financial Distress (Score Marginal)
41. Novelty Pengukuran Variabel Financial Distress (Score Marginal)
• Financial distress BUMN dapat digambarkan melalui pendekatan marginal,
dengan asumsi pasar BUMN membentuk kurva MR yang horizontal karena
penetapan harga dikontrol oleh pemerintah. Harga jual cenderung konstan
untuk jangka waktu tertentu pada berbagai kuantitas penjualan (Q),
sehingga membentuk kurva MR yang mirip dengan asumsi perusahaan
pada struktur pasar persaingan sempurna seperti digambarkan berikut ini.
• Tingkat harga P dan MR dengan keseimbangan titik E pada strutkur pasar
persaingan sempurna yaitu perusahaan menerima harga yang dibentuk
oleh mekanisme pasar berdasarkan keseimbangan demand dan supply.
Dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan bahwa tingkat haga P
dan MR terbentuk melalui mekanisme kebijakan pemerintah, pemegang
saham dan manajemen perusahaan yang dapat membentuk kondisi
keseimbangan pada titik E.
42. Novelty Pengukuran Variabel Financial Distress (Score Marginal)
Gambar 4 : Kurva Keseimbangan Marginal (MR=MC)
Dimana : MC=marginal cost, MR= marginal revenue, AC= average cost, S= supply,
D=demand, P=harga, dan Q= kuantitas penjualan
Rp Rp
S MC
AC
P E D P E MR = D = P
Q Q
0 Q* 0 Q*
43. Novelty Pengukuran Variabel Financial Distress (Score Marginal)
• Perusahaan yang berada pada posisi margina revenue (MR) sama
dengan marginal cost (MC) menunjukkan bahwa pengelolaan
perusahaan tersebut menghasilkan kinerja operasional yang terbaik
atau optimal, sehingga dapat dinyatakan bahwa perusahaan tidak
mengalami financial distress. Kondisi optimal tersebut dijelaskan
dalam perhitungan dan analisis pada lampiran 5 dan lampiran 6.
• Kondisi keseimbangan tersebut terjadi pada titik E, yaitu: MR=MC
atau MR-MC = 0 atau MR/MC = 1. Bila terjadi gap antara MR dan MC
yang semakin tinggi, maka perusahaan cenderung mengalami
kesulitan keuangan atau financial distress, sebagaimana digambarkan
pada jarak antara kurva MR dan MC sebelum dan setelah titik E pada
keseimbangan kurva marginal.
44. 2.1.2 Penelitian Terdahulu
• Penelitian ini menggunakan referensi penelitian terdahulu yang
relevan sebagaimana lampiran-7 dan lampiran-11, untuk
merumuskan permasalahan, mengidentikasi variabel explanatory,
mengukur variabel, mengajukan hipotesis, dan menyiapkan model
analisis untuk menguji hipotesis penelitian.
• Penelitian terdahulu yang menjadi referensi utama penelitian ini,
terdiri dari:
(1) penelitian financial distress,
(2) penelitian pendekatan marginal, dan
(3) penelitian BUMN yang relevan dengan penelitian ini.
45. Penelitian Financial Distress
• Penelitian sebelumnya sebagaimana sejarah singkat kajian financial distress pada
lampiran-11, yaitu diawali oleh Beaver (1966), kemudian dilanjutkan oleh
Athman (1968) dan lainnya.
• Altman’s model (1968), menggunakan model Multiple Discriminant Analysis, dan
variabel financial distress diukur dengan kategori 1 dan 2 untuk perusahaan sehat
dan perusahaan mengalami financial distress. Sedangkan variabel independent
yang digunakan, yaitu: working capital/total asset; retained earning/total asset;
earning before interest and taxes/total asset; market value equity/book value of
total liabilities, dan sales/total asset.
• Kemudian oleh Springate’s Model (1978), menggunakan model Multiple
Discriminant Analysis, dan variabel financial distress diukur dengan kategori 1
dan 2 untuk perusahaan sehat dan perusahaan mengalami financial distress.
Sedangkan variabel independent yang digunakan, yaitu: Working Capital/Total
Assets; Net Profit before Interest and Taxes/Total Assets; Net Profit before
Taxes/Current Liabilities, dan Sales/Total Assets.
46. Penelitian Financial Distress
• Dilanjutkan oleh Fulmer’s Model (1984), menggunakan model Multiple Discriminant
Analysis dan variabel financial distress diukur dengan kategori 1 dan 2 untuk perusahaan
sehat dan perusahaan mengalami financial distress. Sedangkan variabel independent
yang digunakan, yaitu: Retained Earning/Total Assets; Sales/Total Assets; EBT/Equity;
Cash Flow/Total Debt; Debt/Total Assets; Current Liabilities/Total Assets; Log Tangible
Total Assets; Working Capital/Total Debt; dan Log EBIT/Interest.
• Kemudian oleh CA-Score (1987), menggunakan model Multiple Discriminant Analysis dan
variabel financial distress diukur dengan kategori 1 dan 2 untuk perusahaan sehat dan
perusahaan mengalami financial distress. Sedangkan variabel independent yang
digunakan, yaitu: shareholders' investments/total assets; earnings before taxes and
extraordinary items; financial expenses/total assets; dan sales/total assets.
• Selanjutnya, oleh Platt dan Platt (2002), menggunakan model analisis logistic, dan
variabel financial distress diukur dengan dikotomi 0 dan 1 untuk perusahaan sehat dan
perusahaan mengalami financial distress. Variabel independent yang digunakan terdiri
dari beberapa variabel rasio keuangan kunci, yaitu: EBITDA/sales, current assets/current
liabilities, cash flow growth rate, net fixed assets/total assets, long-term debt/equity dan
notes payable/total assets (Gamayuni, 2009).
47. Penelitian lainnya
Penelitian lainnya, menggunakan model regresi linear dan pengukuran variabel financial distress berdasarkan score dari
penelitan sebelumnya, seperti score Altman (1968), score Springate (1978), score Fulmer Model (1984), dan CA-score (1987),
sebagaimana penelitian sebelumnya berikut ini.
• Weston & Copeland (1997) menemukan bahwa kebangkrutan adalah sebagai suatu kegagalan yang terjadi dalam
perusahaan yang dapat dibedakan atas kegagalan ekonomi (economic distressed),dan kegagalan keuangan (financial
distressed).
• Hidayat, M.A. et al. (2014) menemukan bahwa financial distress dipengaruhi secara signifikan oleh faktor kinerja financial
berdasarkan indikator rasio keuangan..
• Mas’ud, I. et al. (2012) menemukan bahwa financial distress perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia, dipengaruhi
oleh faktor kinerja financial berdasarkan indikator rasio keuangan..
• Altman (2000), dalam penelitiannya tentang “Predicting Financial Distress of Companies: Revisiting The Z-Score And Zeta
Models”, mengemukakanhwa financial distress dipengaruhi oleh faktor kinerja financial berdasarkan indikator rasio
keuangan..
• Tzong dan Lin (2009), dalam penelitiannya tentang “A Cross Model Study Of Corporate Financial Distress Prediction In
Taiwan: Multiple Discrimanaant Analysis, Logit, Ptobit And Neural Networks Models”, mengemukakan bahwa financial
distress dipengaruhi oleh faktor kinerja financial berdasarkan indikator rasio keuangan..
• Brockett, et al. (2006) dalam penelitiannya tentang “Acomparison Of Neural Network,Statistical Methods, And Variable
Choice For Life Insurers’ Financial Distress Prediction”, mengemukakan bahwa financial distress dipengaruhi oleh faktor
kinerja financial berdasarkan indikator rasio keuangan..
• Salehi dan Abedini (2009), dalam penelitiannya tentang “ Financila Distress Prediction in Emerging Market : Empirical
Evidences from Iran”, mengemukakan bahwa financial distress dipengaruhi oleh faktor kinerja financial berdasarkan
indikator rasio keuangan..
48. Penelitian lainnya
• Loui dan Smith (2006) dalam penelitiannya tentang “Financial Distress And Corporate Turnaround: A Review of The Literature and
Agenda for Research”, mengemukakan bahwa financial distress dipengaruhi oleh faktor kinerja financial dan non financial.
• Gilson danVetsuypens (2005), dalam penelitiannya tentang “Ceo Compensation In Financial Distressed Firms : An Emprical
Analysis” mengemukakan bahwa financial distress dipengaruhi oleh faktor kinerja financial dan non financial.
• Pranowo, Achsani, dan Manurung (2010) dalam penelitiannya tentang “Determinant Of Corporate Financial Distress In An
Emerging Market Economy: Empirical Evidence From The Indonesian Stock Exchange 2004-2008” mengemukakan bahwa financial
distress dipengaruhi oleh faktor kinerja financial dan non financial.
• Janes (2003) dalam penelitiannya tentang “Accruals, Financial Distress, And Debt Covenants” mengemukakan bahwa financial
distress dipengaruhi oleh faktor kinerja financial berdasarkan indikator rasio keuangan..
• Kordestani, Biglari, dan Bakhtiari (2011) dalam penelitiannya tentang “Ability of Combinations of Cash Flow Components to Predict
Financial Distress” mengemukakan bahwa financial distress dipengaruhi oleh faktor kinerja financial berdasarkan indikator rasio
keuangan..
• Elkamhi, Ericsson, dan Parsons (2009), dalam penelitiannya tentang “The cost of financial distress and the timing of default”
mengemukakan bahwa financial distress dipengaruhi oleh faktor kinerja financial dan non financial.
• Zhang, et al. (2001) dalam penelitiannya tentang “Corporate Financial Distress Diagnosis in China” mengemukakan bahwa
financial distress dipengaruhi oleh faktor kinerja financial berdasarkan indikator rasio keuangan..
49. Penelitian Pendekatan Marginal
Implementasi pendekatan marginal telah digunakan pada beberapa
penelitian sebelumnya berikut ini.
• Yustiana, et al. (2015) mengemukakan bahwa Marginal Cost Pricing
memiliki beberapa kelebihan, antara lain bahwa mekanisme ini dianggap
paling efisien dan dapat menghindari terjadinya underpriced (penilaian di
bawah harga).
• Sutjati et al (2015) mengemukakan bahwa dalam transfer pricing dimulai
dari optimalisasi laba, yaitu ketika marginal revenue (MR) dari divisi
pemasaran sama dengan marginal cost (MC), sehingga menghasilkan titik
equlibrium yang akan diproyeksikan ke kurva permintaan untuk
mendapatkan harga transfer dan jumlah produk yang harus diproduksi.
• Coase (1972) menggambarkan kurva keseimbangan demand, MR dan MC
dan mengemukakan bahwa: harga dan kuantitas pada kurva demand yang
terbentuk pada perpotongan kurva MR = MC menghasilkan keuntungan
maksimum.
50. Penelitian Pendekatan Marginal
• Damayanti, et al. (2014) mengemukakan bahwa keuntungan merupakan selisih antara
penerimaan total (TR) dan biaya total (TC). Dan untuk memperoleh laba yang maksimum,
maka harga dan kuantitas penjualan ditentukan pada nilai MR-MC=0 atau nilai MR=MC.
• Hall (1988) dalam implementasi marginal cost pricing, mengemukakan bahwa
perusahaan kompetitif menyamakan marginal cost dengan harga pasar produknya agar
dicapai keuntungan maksimum.
• Beberapa penelitian lainnya yang berbasis pada konsep keseimbangan marginal(MR=MC)
dikemukakan oleh: Indrayani dan Hellyward (2015) menggunakan pendekatan marginal
(MR=MC) dalam menetapkan Product Optimalization and Profit Maximizatio pada
peternakan sapi; Misanam (2007) menggunakan pendekatan marginal (MR=MC) dalam
menetapkan quantity yang menghasilkan keuntungan maksimum; Septiantoro dan
Utomo (2015) menggunakan pendekatan marginal (MR=MC) untuk menetapkan harga
jual perumahan; Widyantara dan Dewi (2016) menggunakan pendekatan marginal
(MR=MC) dalam menetapkan jumlah penjualan dan harga jual hasil perkebunan.
51. Penelitian BUMN
• Penelitian BUMN yang dilakukan oleh Lembaga Management Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Indonesia (2015), melaporkan bahwa problem yang
menghambat atas kinerja BUMN adalah dualisme yang dihadapi “top executive”
BUMN terkait status BUMN sebagai aset negara yang dipisahkan UU Kekayaan
Negara, namun terkait juga dengan UU Tipikor. Banyak kasus dari kebijakan bisnis
yang dipidanakan, sehingga membuat banyak direksi BUMN takut dan akhirnya
memutuskan tidak melakukan “corporate actions” yang signifikan.
• Penelitian BUMN sektor ketenagalistrikan oleh Assagaf (2015) menemukan
bahwa untuk mengoptimalkan pengelolaan PLN perlu serangkain kebijakan
secara terpadu terhadap empat pilar utama yang mempengaruhi keberhasilan
perusahaan, yaitu : (a) pengelolaan bahan bakar secara mandiri, (b)
restrukturisasi kontrak pembelian tenaga listrik dari listrik swasta terutama dalam
menyelamatkan opportunity income atau cost saving bagi PLN, (c) restrukturisasi
tarif pada tingkat keekonomian melalui mekanisme penentuan tarif yang berbasis
marginal cost pricing, dan (d) mengoptimalkan pengelolaan anak perusahaan
melalui restrukturisasi kewenangan pengelolaan perusahaan secara mandiri.
52. Penelitian BUMN
• Handoko dan Patriadi (2005) dalam penelitiannya tentang kebijakan
subsidi, mengemukakan efek positif dan efek negative subsidi.
• Munawar dan Utama (2013) dalam studinya tentang subsidi,
mengemukakan bahwa kebijakan subsidi yang dilakukan pemerintah
selalu menimbulkan pendapat pro dan kontra.
• Penelitian tetang tambahan penyertaan modal pemerintah oleh
Mandana dan Artini (2012), melaporkan bahwa struktur aktiva,
tingkat pertumbuhan penjualan, profitabilitas, dan pertumbuhan
perusahaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap struktur modal.
53. 2.2 Rerangka Konseptual
• Rerangka konseptual terdiri dari beberapa kelompok variabel, yaitu: variabel
intervening, variabel moderating, variabel dependent yang dilengkapi dengan
analisis sensitifitas yang menggunakan pengukuran alternatif sebagai
pembanding, variabel independent, dan variabel control.
Variabel intervening
Variabel intervening pertumbuhan cash flow from operating (ZΔCFO) berpengaruh
terhadap financial distress (YFINDIS) yang dimoderasi oleh variabel Government
subsidy and equity (GSAE), sebagaimana gambar-5. Alasan menggunakan cash flow
from operating (ZΔCFO) sebagai variabel intervening, karena variabel dependentt
financial distress ditentukan oleh pengelolaan cash flow operating. Sedangkan
variabel intervening cash flow from operating dipengaruhi oleh variabel
independent dan variabel control.
Uji variabel intervening pada penelitian ini dapat dilakukan melalui Path Analysis
yang dikembangkan pertama kali oleh Sewal Wright pada tahun 1934 (Sarwono,
2011).
54. Variabel moderating
• Variabel government subsidy and equity (GSAE) sebagai variabel
moderating pada penelitian ini, yaitu berfungsi memperkuat atau
memperlemah pengaruh variabel intervening cash flow from operating
terhadap variabel dependent financial distress. Alasan penggunaan variabel
government subsidy and equity (GSAE), karena kebijakan pendanaan
pemerintah menjadi penentu dalam memperkuat atau memperlemah
pengaruh cash flow from operating (ZΔCFO) terhadap variabel dependent
financial distress (YFINDIS).
• Uji variabel moderating pada penelitian ini dilakukan melalui uji variabel
interaksi atau perkalian antara variabel intervening dengan variabel
moderasi. Bila pvalue < 0.05 maka variabel government subsidy and equity
dapat memoderasi pengaruh variabel independent terhadap variabel
dependent, demikian sebaliknya. (Arieska, 2011).
55. Variabel dependent
• Variabel dependent financial distress (YFINDIS) pada penelitian ini adalah
menunjukkan tingkat kesulitan keuangan yang dihadapi BUMN terutama
yang masih tergantung pendanaannya dari subsidi pemerintah, menerima
bantuan penyertaan modal negara (PMN) dan mengalami kerugian.
Financial distress menunjukkan kinerja keuangan yang dihasilkan oleh
manajemen dalam menjalankan korporasi, hal ini ditandai dengan level
pencapaian score marginal (SMg).
• Besaran nilai score marginal maksimum satu yang berarti kinerja keuangan
optimal dalam pengelolaan sumber daya karena kondisi tersebut
menyebabkan perusahaan mencapai keuntungan maksimum atau kerugian
minimum. Sebaliknya bila nilai score marginal kurang dari satu, maka
kinerja keuangan tersebut dapat ditingkatkan melalui tindakan startegi dan
kebijakan manajemen terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi score
marginal.
56. Variabel dependent
• Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menilai score marginal
masing-masing BUMN sebagaimana lampiran-8. Hasilnya dapat dinilai
dan membandingkan tingkat score marginal atau financial distress
masing-masing BUMN, sehingga bermanfaat dalam hal: (a) menilai
keberhasilan BUMN dari waktu ke waktu; (b) menyusun rangking
capaian score marginal atau financial distress BUMN, sekaligus
membandingkan antara BUMN; (c) menentukan target kinerja score
marginal periode berikutnya dalam jangka pendek dan jangka
panjang business plan BUMN; (d) mencapai target score marginal
dengan memperhatikan variabel kunci yang mempengaruhi financial
distress.
57. Analisis sensitivitas
• Untuk membandingkan hasil persamaan regresi dengan pengukruan
financial distress berdasarkan pendekatan score marginal, maka pada
penelitian ini digunakan analisis sensitivitas dengan menggunakan
pengukuran financial distress berdasarkan pendekatan Altman model
(1968), dan Springate (1978) sebagaimana persamaan pada butir 3.3
dan lampiran 12.
58. Variabel independent
• Variabel independent sebagai variabel yang berpengaruh terhadap
variable dependent, sehingga perubahan yang terjadi terhadap
variable independent akan menyebabkan pengaruh terhadap
perubahan variable dependent.
• Alasan pemilihan variabel independent didasarkan pada pertibangan
teoritis, hasil penelitian sebelumnya, dan kondisi empris yang
menunjukkan bahwa variabel independent tersebut mempengaruhi
financial distress BUMN, seperti pada gambar 5 rerangka konseptual
berikut ini.
59. Variabel control
• Peneliti tidak harus memasukkan semua variabel prediktor dalam model
penelitian, namun terhadap variabel prediktor yang diduga sangat
berpengaruh tetapi berada di luar lingkup topik penelitian, maka peneliti
melakukan kontrol agar bisa memberikan eksplanasi hasil penelitian yang
lebih baik. Variabel control yang digunakan pada penelitian ini, terdiri dari:
ukuran perusahaan (X10SIZE) dan variabel tingkat leverage (X11LEV).
Kedua variabel control tersebut berpengaruh terhadap financial distress
(YFINDIS), tetapi fungsinya hanya sebagai kontrol sebagaimana dijelaskan
diatas.
• Uji variabel kontrol menggunakan prosedur hierarchical regression, yang
merupakan pengembangan dari moderated regression equation yang
dikemukakan oleh Cohen & Cohen, Schmitt & Klimoski,1991 (Harsono,
2002). Hierarchical regression adalah analisis regresi yang dilakukan secara
berkali-kali dengan komposisi variabel yang berbeda, mungkin ditambah,
atau dikurangi, dengan tujuan untuk melihat perbedaan tingkat pengaruh
di setiap tingkat (step) pengujian.
60. Gambar 5: Rerangka Konseptual
H10 H1
H11 H2
H12 H3
H13 H4
H14 H5 Dependent Variable
H15 H6 H19
H16 H7
H17 H8 H20
Moderating Variable
H18 H9
Control Variable
Independent Variable
Intervening Variable
Pertumbuhan Investasi (X1ΔCAPEX)
Ukuran Perusahaan (X10SIZE)
Tingkat Leverage (X11LEV)
Pertumbuhan
Cash Flow from
Operating
(ZΔCFO)
Real Act Earning Managt (X8RAEM)
Pertumb Working Capital (X2ΔWC)
Pertumb Retained Earning (X3ΔRE)
Pertumbuhan EBIT (X4ΔEBIT)
Pertb Contribution Margin (X5ΔCM)
Pertumbuhan Equity (X6ΔEQ)
Tingkt Efis atau Prod Opr (X7EFSO)
Government Subsidy
and Equity (GSAE)
Financial
Distress
(YFINDIS)
Acc Earning Managt (X9ACEM)
61. Hipotesis Penelitian
• H1: Pertumbuhan investasi atau capital expenditure (X1ΔCAPEX) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan cash flow from operating (ZΔCFO) Badan Usaha Milik Negara.
• H2: Pertumbuhan Working capital (X2ΔWC) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan cash
flow from operating (ZΔCFO) Badan Usaha Milik Negara.
• H3: Pertumbuhan Retained earning (X3ΔRE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan cash
flow from operating (ZΔCFO) Badan Usaha Milik Negara.
• H4: Pertumbuhan Earning before interst and tax (X4ΔEBIT) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan cash flow from operating (ZΔCFO) Badan Usaha Milik Negara.
• H5: Pertumbuhan Contribution margin (X5ΔCM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
cash flow from operating (ZΔCFO) Badan Usaha Milik Negara.
• H6: Pertumbuhan equity atau modal sendiri (X6ΔEQ) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan cash flow from operating (ZΔCFO) Badan Usaha Milik Negara.
• H7: Tingkat efisiensi atau produktifitas operasi (X7EFSO) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan cash flow from operating (ZΔCFO) Badan Usaha Milik Negara.
• H8: Real activities earning management (X8RAEM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan cash flow from operating (ZΔCFO) Badan Usaha Milik Negara.
• H9: Accruals earning management (X9ACEM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
cash flow from operating (ZΔCFO) Badan Usaha Milik Negara.
• H10: Pertumbuhan investasi atau capital expenditure (X1ΔCAPEX) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap financial distress (YFINDIS) atau score marginal Badan Usaha Milik Negara.
62. Hipotesis Penelitian
• H11: Pertumbuhan Working capital (X2ΔWC) berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress
(YFINDIS) atau score marginal Badan Usaha Milik Negara.
• H12: Pertumbuhan Retained earning (X3ΔRE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress
(YFINDIS) atau score marginal Badan Usaha Milik Negara.
• H13: Pertumbuhan Earning before interst and tax (X4ΔEBIT) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
financial distress (YFINDIS) atau score marginal Badan Usaha Milik Negara.
• H14: Pertumbuhan Contribution margin (X5ΔCM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial
distress (YFINDIS) atau score marginal Badan Usaha Milik Negara.
• H15: Pertumbuhan equity atau modal sendiri (X6ΔEQ) berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial
distress (YFINDIS) atau score marginal Badan Usaha Milik Negara.
• H16: Tingkat efisiensi atau produktifitas operasi (X7EFSO) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
financial distress (YFINDIS) atau score marginal Badan Usaha Milik Negara.
• H17: Real activities earning management (X8RAEM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial
distress (YFINDIS) atau score marginal Badan Usaha Milik Negara.
• H18: Accruals earning management (X9ACEM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress
(YFINDIS) atau score marginal Badan Usaha Milik Negara.
• H19: Pertumbuhan cash flow from operating (ZΔCFO) berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial
distress (YFINDIS) Badan Usaha Milik Negara.
• H20: Government subsidy and equity (GSAE) memperkuat hubungan pertumbuhan cash flow from operating
(ZΔCFO) dengan financial distress (YFINDIS) Badan Usaha Milik Negara.
63. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
• Desain penelitian ini menunjukkan proses pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan
secara terstruktur agar dicapai hasil yang obyektif, efisien dan efektif.
• Beberapa hal yang perlu dikemukakan dalam rancangan penelitian ini, yaitu : (a)
Penelitian ini termasuk sebagai jenis pengujian hipotesis untuk menguji apakan hipotesis
yang diajukan untuk menjawab permasalahan penelitian dapat diterima atau sesuai
dengan prediksi. (b) Penelitian ini melakukan pengujian hipotesis yang berbasis pada
kausalitas untuk menunjukkan tingkat signifikansi pengaruh variabel independent
terhadap variabel dependent baik secara langsung maupun secara tidak langsung melalui
variabel intervening. (c) Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data cross
section, data time series dan data panel atau pooled data yang menggunakan data
gabungan antara data cross section dengan data time series. (d) Sumber data pada
penelitian ini diperoleh dari 50 BUMN pada periode pengamatan 5 tahun terakhir (2013-
2017) sebagaimana lampiran-4. (e) Penelitian dilakukan dengan lingkungan yang riil yaitu
sesuai dengan kondisi operasional dan financial
64. 3.1 Desain Penelitian
• perusahaan. (f) Penelitian ini menggunakan unit analisis entitas BUMN
untuk mengkaji dan memahami berbagai aspek operasional BUMN,
terutama dalam hal organisasi dari perusahaan BUMN yang diteliti,
industry terkait, pasar modal yang menyajikan informasi terkait BUMN
tersebut, pemerintah melalui kantor kementerian BUMN sebagai
pemegang saham BUMN dan kantor kementerian teknis yang terkait. Hal
ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang lengkap terkait dengan
analisis permasalahan dan tujuan penelitian ini. (g) Penelitian ini
membutuhkan sumber daya berupa sistim informasi online sehingga
memudahkan perolehan data yang diperlukan, disamping kemudahan
akses untuk memperoleh informasi langsung dari personal kunci di masing-
masing BUMN yang menjadi unit analisis penelitian ini.
65. 3.2 Populasi, Sampel dan Metode Pengumpulan Data
• Populasi penelitian ini adalah keseluruhan BUMN yang masih beroperasi secara aktif, sedangkan
sampel ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu penetapan sampel
dengan memilih beberapa sampel tertentu yang dinilai sesuai dengan tujuan atau masalah
penelitian agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih representative atau mewakili populasi.
Sampel dipilih berdasarkan kriteria, yaitu: (a) BUMN yang menerima subsidi sebanyak 9 BUMN,
(b) BUMN yang menerima tambahan penyertaan modal negara tahun 2016 sebanyak 24 BUMN,
dan (c) BUMN yang mengalami kerugian semester 1 tahun 2017 sebanyak 24 BUMN. Sebanyak 7
BUMN terkelompok secara overlapping, yaitu 1 BUMN menerima subsidi dan menerima PMN, 2
BUMN menerima subsidi dan rugi, dan 4 BUMN menerima PMN dan rugi. Jumlah unit analisis
penelitian ini sebanyak 50 BUMN atau sekitar 43% dari jumlah populasi sebanyak 115 BUMN yang
dilaporkan pada tahun 2017 sebagaimana lampiran 9.
• Pengamatan dilakukan dalam kurung waktu 5 tahun terakhir (2013-2017), dengan alasan
memperoleh gambaran yang lebih lengkap dalam satu siklus rencana jangka panjang perusahaan
(RJPP), sehingga jumlah pengamatan pada penelitian ini sebanyak 250 BUMN-tahun (50 BUMN x
5 tahun = 250 BUMN-tahun).
• Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah melalui data sekunder berdasarkan
dokumen laporan keuangan BUMN dan dokumen lainnya yang terkait dengan variabel yang
digunakan pada penelitian ini. Dan sebagai kelengkapan analisis, maka pengumpulan data juga
menggunakan metode observasi dan wawancara terhadap personal kunci BUMN yang menjadi
unit analisis penelitian ini.
66. 3.3 Pengukuran Variabel
• Variabel dependent, variabel moderating, variabel intervening,
variabel independent, dan variabel control didefinisikan dan diukur
seperti berkut ini.
• Variabel dependent financial distress (YFINDIS)
• Variabel moderating government subsidy and equity (GSAEt)
• Variabel intervening pertumbuhan cash flow from operating
(ZΔCFOt)
• Variabel independent
67. Variabel dependent financial distress (YFINDIS)
Pengukuran financial distress pada penelitian ini mengadopsi pendekatan
marginal sebagai novelty pada pengkuran variabel dependent financial distress
dengan sebutan score marginal (SMg) sebagaimana diformulasikan pada sub bab 2.1
dan lampiran 6, yaitu:
SMg = 1 -
MR −MC
MR
2
atau
SMg = 1 -
Δ TR
Δ Q
−(
Δ TC
Δ Q
)
(
Δ TR
Δ Q
)
2
Dimana: SMg=score marginal, MR=marginal revenue, MC= marginal cost, ΔTR=
perubahan total revenue, ΔTC=perubahan total cost, ΔQ= perubahan kuantitas
penjualan.
Analisis Sensitifitas
Penelitian ini dilengkap dengan analisis sensistifitas melalui pengukuran berbeda
terhadap financial distress, dengan meengunakan pengukuran dari penelitian sebelumnya
sebagaimana lampiran 12 berikut ini.
a) Altman (1968), public company atau perusahaan terbuka:
Z = 1.2*X1 + 1.4*X2 + 3.3*X3 + 0.6*X4 + 1.0*X6
b) Springate (1978):
Z = 1.03A + 3.07B + 0.66C + 0.4D
68. Variabel moderating government subsidy and equity (GSAEt)
Variabel ini diukur dengan menggunakan formula Price-Gap sebagaimana
yang digunakan oleh Doug Koplow (2009), yaitu :
GSAE =
Biaya Penyediaan − Nilai Penjualan
Biaya penyediaan
Dimana: biaya penyediaan adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan mulai proses
produksi sampai dengan produk tersebut diterima konsumen; nilai penjualan adalah
69. Variabel intervening pertumbuhan cash flow from operating (ZΔCFOt)
Pengukurannya variabel ini dilakukan berdasarkan hasil perhitungan cash
flow from operating yang disajikan pada laporan keuangan akhir tahun sebagaimana
digunakan pada penelitian Chen et al. (2010), dengan perhitungan :
ZΔCFOt =
CFO (t)−CFO (t−1)
CFO (t−1)
Dimana: CFOt = (Saldo awal cash) + (Jumlah penerimaan cash yang berasal dari
kegiatan operasi termasuk jumlah penerimaan piutang lancar) – (saldo akhir cash
pada akhir perode), atau CFOt = Jumlah pengeluaran untuk kegiatan operasional
perusahaan termasuk pembayaran utang jangka panjang yang jatuh tempo.
70. Variabel independent
Variabel independent pertumbuhan investasi (X1ΔCAPEXt)
Pertumbuhan investasi (X1ΔCAPEXt), yaitu sebagai variabel independent
yang menunjukkan besarnya pengeluaran investasi suatu periode tertentu atau
dikenal dengan capital expenditure periode t.
Variabel ini diukur dengan menggunakan formula sebagaimana pada
penelitian Chen et al. (2010), yaitu :
X1ΔCAPEXt =
Aset tetap (t)−Aset tetap (t−1)
Aset tetap (t−1)
Variabel independent pertumbuhan Working Capital (X2ΔWCt)
Pertumbuhan Working Capital (X2ΔWCt), yaitu perubahan working capital
antara waktu, sedangkan working capital sebagai selisih antara asset lancar dengan
utang lancar yang menggambarkan modal kerja bersih yang dimiliki perusahaan
periode t.
Pengukuran variabel ini dilakukan berdasarkan perhitungan yang digunakan
pada penelitian Brigham and Daves (2007) , yaitu :
X2ΔWCt =
Working Capital (t)−Working Capital (t−1)
Working Capital (t−1)
71. Variabel independent pertumbuhan Retained Earning (X3ΔREt)
Pertumbuhan Retained Earning (X3ΔREt), yaitu perubahan retained earning
antara waktu, sedangkan reatained earning merupakan bagian laba yang tidak
dibagikan kepada pemegang saham, dan dapat digunakan oleh perusahaan untuk
memperkuat kebutuhan financial baik untuk pembiayaan operasional maupun untuk
pengembangan atau investasi periode t.
Pengukuran variabel ini dilakukan dengan menggunakan formula
sebagaimana pada penelitian Brigham and Daves (2007), yaitu :
X3ΔREt =
Retained Earning (t)−Retained Earning (t−1)
Retained Earning (t−1)
Variabel independent pertumbuhan Earning Before Intrest and Tax (X4ΔEBITt)
Pertumbuhan Earning Before Intrest and Tax (X4EBITt), yaitu perubahan
EBIT antara waktu, sedangkan EBIT menunjukkan pencapaian profitabilitas
operasional perusahaan sebelum diperhitungan beban dan pendapatan lainnya diluar
operasi dan beban pajak periode t.
Pengukuran variabel ini dilakukan dengan menggunakan formula
sebagaimana pada penelitian Brigham and Daves (2007), yaitu :
X4ΔEBITt =
EBIT (t)−EBIT (t−1)
EBIT (t−1)
72. Variabel independent pertumbuhan contribution margin (X5ΔCMt)
Pertumbuhan contribution margin (X5ΔCMt), yaitu perubahan contributtion margin
antara waktu, sedangkan contribution margin menunjukkan selisih antara total penjualan
dengan total biaya variabel atau selisih antara harga rata-rata dengan biaya variabel perunit
periode t.
Pengukuran variabel ini diukur dengan menggunakan formula sebagaimana pada
penelitian Ramadan (2015), yaitu :
X5ΔCMt =
CM (t)−CM (t−1)
CM (t−1)
Dimana: Contribution margin dihitung berdasarkan selisih antara harga atau tarif rata-rata
perunit dikurangi dengan biaya variable perunit.
Variabel independent pertumbuhan equity (X6ΔEQt)
Pertumbuhan equity (X6ΔEQt), yaitu tingkat pertumbuhan modal pemilik baik karena
pertambahan profitabilitas maupun dari tambahan setoran modal pemilik periode t.
Pengukuran variabel ini dilakukan dengan menggunakan formula sebagaimana pada
Brigham and Daves (2007), yaitu :
X6ΔEQt =
Equity (t) − Equity (t−1)
Equity (t−1)
73. Variabel independent tingkat efisiensi atau produktivitas operasi (X7EFSOt)
Tingkat efisiensi atau produktivitas operasi (X7EFSOt), yaitu tingkat
perbandingan antara nilai pendapatan operasi (output) dengan jumlah aset operasi
yang digunakan dalam proses operasional (input) periode t.
Variabel ini diukur dengan menggunakan formula sebagaimana digunakan
pada penelitian Warrad dan Omari (2015), yaitu :
X7EFSOt =
Nilai Pendapatan operasi (output )
Asset operasi (input )
Variabel independent real activities earning management (X8RAEMt)
Real activities earning management (X8RAEMt), yaitu variabel independent
yang menunjukkan tindakan manajemen laba yang berbasis aktivitas perusahaan
periode t. Real Earnings Management didefinisikan sebagai tindakan-tindakan
manajemen yang menyimpang dari praktik bisnis yang normal yang dilakukan
dengan tujuan utama untuk mencapai target laba (Cohen and Zarowin, 2008;
Roychowdhury, 2006). Real activities earnings management dapat dilakukan
dengan 3 cara yaitu manipulasi penjualan, produksi yang berlebihan
(overproduction), dan penurunan discretionary expenditures.
74. Pengukuran variabel real activities yang digunakan pada penelitian ini,
adalah sebagaimana dalam Roychowdhury (2006) pada persamaan (1) sampai
persamaan (5 berikut ini.
Persamaan (1): Cash flow operasi (CFO),
CFOt/At-1 = α0 + α1 (1/At-1) + β1 (St/At-1) + β2 (ΔSt/At-1) + et
Persamaan (2): Cost of good sold (COGS),
COGSt/At-1 = α0 + α1 (1/At-1) + β (St/At-1) + et
Persamaan (3): Perubahan inventory (ΔINV),
ΔINVt/At-1 = α0 + α1 (1/At-1) + β1 (ΔSt/At-1) + β2 (ΔSt-1/At-1) + et
Persamaan (4): Production (PROD),
PRODt/At-1 = α0 + α1 (1/At-1) + β1 (St/At-1) + β2 (ΔSt/At-1) + B3 (ΔSt-
1/At-1) + et
Persamaan (5): Discretionary expense (DISEXP),
DEXPt/At-1 = α0 + α1 (1/At-1) + β (St-1/At-1) + et
Prosedure pengukuran variabel ini diawali dengan menggunakan persamaan
(1) sampai dengan persamaan (5), kemudian dihitung residual atau abnormal dari
kelima persamaan tersebut (ACFO, ACOGS, AΔINV, APROD, dan ADEXP)
sebagaimana pada penelitian Cohen et al. (2008) dalam Roychowdhury (2006)
berikut ini.
X8RAEMt = AREALt = ACFOt + ACOGSt + AΔINVt+ APRODt +
ADEXPt
Dimana : AREAL atau X8RAEMt = abnormal atau residual dari real activities;
ACFO = abnormal atau residual cash flow operating; ACOGS = abnormal atau
residual biaya pokok penjualan; AΔINV = abnormal atau residual perubahan nilai
inventory; APROD = abnormal atau residual biaya produksi; ADEXP = abnormal
atau residual discretionary expense; At = total assets akhir tahun t; St : sales periode
t.
75. Variabel independent Accruals earning management (X9ACEMt)
Accruals earning management (X9ACEMt), yaitu variabel independent yang
menunjukkan tindakan manajemen laba yang berbasis pada transaksi accruals
periode t.
Pengukuran variabel accruals earning management pada penelitian ini,
adalah menggunakan formula pengukuran total accruals sebagaimana Habib (2004),
Baharuddin dan Setyanugraha (2008) berikut ini,
X9ACEM = ACEM = (ΔCA – ΔCash) – (ΔCL – ΔSTD) – Depreciation
Dimana: ACEM adalah total accrruals; ΔCA adalah perubahan dalam current
assets; ΔCL adalah perubahan dalam current liabilities; ΔCash adalah perubahan
dalam cash dan cash equivalents. ΔSTD adalah debt yang termasuk dalam current
liabilities.
Variabel control ukuran perusahaan (X10SIZEt)
Ukuran perusahaan (X10SIZEt), yaitu kapasistas operasional yang
direpleksikan oleh nilai kekayaan atau aset yang dimiliki perusahaan periode t.
Variabel ini diukur dengan menggunakan formula sebagaimana digunakan
pada penelitian Ramadan (2015), yaitu :
X10SIZEt = Log (Total Assetst)
Beberapa penelitian sebelumnya yang menggunakan variable ukuran
perusahaan atau firm size untuk penelitian yang berkaitan dengan tingkat
keberhasilan atau kesulitan keuangan perusahaan.
76. Variabel control tingkat leverage (X11LEVt)
Tingkat leverage (X11LEVt), yaitu tingkat perbadingan antara jumlah hutang
jangka panjang (debt capital) dengan jumlah ekuitas (equity capital) yang dimiliki
perusahan periode t.
Pengukuran variabel leverage adalah menggunakan formula struktur kapital
sebagaimana dalam Gitman dan Zutter (2010) dan penelitian Chen et al. (2010),
berikut ini.
X11LEVt =
Debt Capital (t)
Total capital (t)
Dimana : debt capital adalah long-term debt; total capital adalah debt capital
ditambah equity capital.
Formula struktur kapital ini, adalah relevan dengan praktek pendanaan
perbankan pada BUMN seperti proyek pembangunan ketenagalistrikan dan lainnya,
dengan komposisi debt capital dan equity capital pada perbandingan 65%:35%
sampai dengan 70%:30%.
77. 3.4 Analisis Data
• Secara substansial penelitian ini merupakan suatu konsep baru dalam
pengukuran variabel dependent financial distress yang berlandaskan
pada teori dan hasil penelitian sebelumnya untuk mengkaji faktor
yang terkait dengan kesulitan keuangan atau financial distress yang
dialami oleh BUMN. Dan untuk menguji hipotesis yang diajukan pada
penelitian ini, maka model analisis yang digunakan adalah
sebagaimana persamaan regresi berikut.
78. Model 1: Menguji hipotesis variabel yang mempengaruhi cash flow from operating
(H1 sampai dengan H9), dengan model persamaan berikut ini.
ZΔCFOt = β0 + β1 X1ΔCAPEXt + β2 X2ΔWCt + β3 X3ΔREt + β4 X4ΔEBITt +
β5 X5ΔCMt + β6 X6ΔEQt + β7 X7EFSOt + β8 X8RAEMt +
β9 X9ACEMt + β10 X10SIZEt + β11 X11LEVt + et …………….……(1)
Model 2: Menguji hipotesis variabel yang mempengaruhi financial distress (H10
sampai dengan H18), dengan model persamaan berikut ini.
YFINDISt = β0 + β1 X1ΔCAPEXt + β2 X2ΔWCt + β3 X3ΔREt + β4 X4ΔEBITt +
β5 X5ΔCMt + β6 X6ΔEQt + β7 X7EFSOt + β8 X8RAEMt +
β9 X9 ACEMt + β10 X10SIZEt + β11 X11LEVt + β12 ZΔCFOt +
et .,……………………………………………………………….(2)
Model 3: Menguji hipotesis pengaruh cash flow from operating dan government
subsidy and equity (H19 dan H20), dengan model persamaan berikut ini.
YFINDISt = β0 + β1 ZΔCFOt + β2 (ZΔCFOt x GSAEt) + β3 X10SIZEt +
β4 X11LEVt + et ………………………………………………..(3)
79. Dimana:
YFINDISt = financial distress berdasarkan score marginal (SMg) periode t
GSAEt = government subsidy and equity pada periode t
ZΔCFOt = pertumbuhan cash flow from operating pada periode t
GSAEt x ZΔCFOt = interaksi variabel GSAEt dengan variabel ZΔCFOt periode t
X1ΔCAPEXt = pertumbuhan capital expenditure pada periode t
X2ΔWCt = pertumbuhan working capital pada periode t
X3 ΔREt = pertumbuhan retained earning pada periode t
X4ΔEBITt = pertumbuhan earning before interest and tax paada periode t
X5ΔCMt = pertumbuhan contribution margin periode t
X6ΔEQt = pertumbuhan equity pada periode t
X7EFSOt = tingkat efisiensi atau produktivitas operasi pada periode t
X8RAEMt = real activities earning management pada periode t
X9ACEMt = accruals earning management pada periode t
X10SIZEt = ukuran perusahaan pada periode t
X11LEVt = tingkat leverage pada periode t
β0 : konstanta
β1 … β12 : koefisien regresi
et = error periode t
80.
81.
82. SEJARAH SINGKAT KAJIAN FINANCIAL DISTRESS (Lampiran: 11)
• Prediksi financial distress sebagaimana Gamayuni (2009) diawali oleh Beaver (1966),
kemudian diteruskan oleh Edward Altman (1968), Altman, et.al. (1977). Penelitian Beaver
dan Altman tersebut dilatarbelakangi oleh kejadian kebangkrutan banyak perusahaan di
negara asal mereka, Amerika Serikat pada tahun 1960-an.
• Model penelitian tentang prediksi kebangkrutan terus dikembangkan baik di negara
Amerika Serikat maupun di negara-negara lain, misalnya Springate Model oleh Gordon
L.V. Springate (1978) dari Kanada, Datastream’s model oleh Marais (UK, 1979), Fulmer
Model (US, 1984), Ca-score (Kanada, 1987), model logistical regression oleh Ohlson
(1980), model artificial neural network oleh Thomaidis et al. (1998), Hsieh et al. (2006),
Platt and Platt (2002) dan lain-lainnya.
• Model prediksi kebangkrutan terus mengalami perkembangan baik dalam hal bentuk
model, formula, sistim analisis, dan sampel. Sampel yang digunakan antaralain
perusahaan manufaktur dan perbankan. Penelitian semacam ini di Indonesia dilakukan
terutama setelah munculnya perusahaan-perusahaan bermasalah akibat krisis ekonomi
dan moneter di tahun 1990-an.
• Penelitian financial distress menggunakan dua kelompok perusahaan, yaitu perusahaan
yang mengalami financial distress, dan perusahaan yang sehat, tetapi definisi perusahaan
dinyatakan bangkrut berbeda antara satu dengan lainnya.
83. SEJARAH SINGKAT KAJIAN FINANCIAL DISTRESS (Lampiran: 11)
• Analisis financial distress sejak pertama kali dikemukakan oleh Beaver (1966)
sampai saat ini secara umum menggunakan tiga model analisis, yaitu: (a) model
multiple discriminant analysis atau MDA, digunakan oleh Beaver (1966), Edward
Altman (1968), Gordon L.V. Springate (1978), Fulmer Model (US, 1984), dan Ca-
score (1987). (b) Model logistic, digunakan oleh Ohlson (1980, Thomaidis et al.
(1998), Platt and Platt (2002), Almilia dan Kristiaji (2003), Angelina (2004), Berg
(2005), Brahmana (2005), dan Hsieh et al. (2006), (c) Model berdasarkan score
Altman (1968), score Springate (1978), score Fulmer Model (1984), dan Ca-score
(1987), digunakan pada penelitian seperti: Wilopo (2001), Adnan dan Taufik
(2001), Aryati dan Manao (2002).
• Model Analisis Diskriminan ditandai dengan ciri khusus yaitu data variabel
dependen yang harus berupa data kategori, sedangkan data independen berupa
data non kategori. Diskriminan adalah teknik untuk menganalisis data yang
memiliki variabel dependen dalam bentuk kategori dan variabel independen
dalam bentuk metric, dengan model berikut ini.
Y1 = X1 + X2 + X3 + … + Xn
• Dimana : Variabel Independen (X1 dan seterusnya) adalah data metrik, yaitu data
berskala interval atau rasio; Variabel Dependen (Y1) adalah data kategorikal atau
nominal (misalnya: perusahaan sehat 1 dan bangkrut 2). Jika data kategorikal
84. SEJARAH SINGKAT KAJIAN FINANCIAL DISTRESS (Lampiran: 11)
• tersebut hanya terdiri dari 2 kategoeri, disebut “Two-Groups Discriminant Analysis”, dan
bila lebih dari 2 kategori disebut “Multiple Discriminant Analysis”.
• Model regresi logit mirip dengan regresi linear, dengan asumsi data variabel bebas (X)
dalam bentuk interval atau skala rasio keuangan, dan variabel dependen (Y) dalam skala
nominal bersifat dikotomi dengan kategori perusahaan sehat dan perusahaan tidak sehat
(gagal), yang diberi nilai masing-masing 0 dan 1 (Gamayuni, 2009).
Logit (Pi) = Ln [Pi/(1-Pi)] = β0+β1X1+β2X2+⋯+βnXn
• Dimana: Pi = perusahaan sehat (Y=0), dan perusahaan gagal (Y=1)
• Pengukuran variabel financial distress penelitian cenderung sama seperti dimaksud
diatas, yaitu dengan nilai 0 atau 1, tetapi terjadi perbedaan dalam penentuan batasan
atau definisi kelompok perusahaan yang mengalami financial distress, seperti berikut ini:
(a) Altman, Marco dan Varetto (1994) dan Yang, Platt dan Platt (1999), menggunakan
model neural network untuk membedakan perusahaan yang gagal dan tidak gagal; (b)
Lau (1987) dan Hill et al. (1996), menggunakan indikator perusahaan yang mengalami
financial distress, yaitu adanya pemberhentian tenaga kerja atau menghilangkan
pembayaran dividen; (c) Asquith, Gertner dan Scharfstein (1991), menggunakan indicator
interest coverage ratio untuk mendefinisikan perusahaan yang mengalami financial
distress; (d) Whitaker (1999), mengukur financial distress dengan menggunakan indikator
adanya arus kas yang lebih kecil dari utang jangka panjang yang jatuh tempo saat ini; dan
(e) John, Lang dan Netter (1992), mendefinisikan financial distress sebagai perubahan
harga ekuitas, (Gamayuni, 2009).
85. SEJARAH SINGKAT KAJIAN FINANCIAL DISTRESS (Lampiran: 11)
• Melengkapi model analisis financial distress dimaksudi diatas, maka
penelitian ini mengisi celah penelitian sebelumnya dan sebagai novelty
pengukuran financial distress menggunakan score marginal atau SMg.
Pendekatan score marginal atau SMg berbasis teori marginal yang
merupakan aplikasi dari kalkulus diferensial yang digunakan pada berbagai
teori dan temuan ilmiah, seperti pada fungsi turunan analisis
keseimbangan fungsi permintaan dan penawaran, analisis penentuan harga
dan kuantitas optimal bidang pemasaran, teori biaya, teori produksi, teori
utilitatas, dan keputusan manajemen perusahaan yang menghasilkan
keuntungan maksimum, kerugian minimum, dan biaya minimum pada
berbagai struktur pasar. Penelitian ini tidak memisahkan kelompok
perusahaan yang mengalami financial distress dan perusahaan sehat,
tetapi secara umum perusahaan dengan level score marginal masing-
masing perusahaan. Sambil menunggu penyelesaian penelitian ini, maka
proposal model penelitian telah dipublikasi melalui jurnal internasional
dengan link https://doi.org/10.9734/ajeba/2019/v11i330131 . Selanjutnya,
hasil penelitian akan dipublikasi setelah proses ujian disertasi Program
Doktor Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Trisakti, Jakarta.
90. Data menurut skala pengukuran
1) Data nominal: data yang diberikan pada objek yang tidak menggambarkan
kedudukan objek tersebut terhadap objek lainnya. Biasanya digunakan sebagai
kode, mis : jenis kelamin 1 untuk pria dan 0 untuk wanita
2) Data ordinal: data yang tersusun sesuai urutan dengan besarnya karakteristik
yang dimiliki. Mis: nilai 86-100 prestasi A, nilai 71-85 prestasi B, dst.
3) Data interval: ciri data ini sama dengan data ordinal, tetapi urutan kategori data
mempunyai jarak yang sama. Mis: 1-5 kategori A, 6-10 kategori B, dst.
4) Data rasio: data menunjukkan nilai yang sebenarnya dari objek yang diukur,
terdapat angka nol maka pada data ini dapat dibuat perkalian atau pembagian.
Mis: A nilai 50, B nilai 75, C nilai 2 kali A atau 100, dst.
91. Altman menggunakan model Neural Network
dalam menentukan Perusahaan yg mengalami FD
• Artificial Neural Networks Gholizadeh et at. (2011) memprediksi kesulitan
keuangan perusahaan dengan menggunakan artificial neural networks dan
faktor internal yang mempengaruhi perusahaan (variabel keuangan mikro).
Hasil penelitian Gholizadeh et at. (2011) menWljukkan bahwa penggunaan
faktor mikro ekonomi dapat memainkan peran penting dalam memprediksi
financial distress. Artificial neural networks digunakan dalam berbagai
kebutuhan seperti sistem militer, peralatan rumah tangga otomatis,
perbankan, elektronik, industri, pertahanan, kesehatan, audio dan video,
robot, telekomunikasi, dan sistem transportasi. Artificial neural networks
ini menjadi populer di masa depan dengan menggunakan komputer
kecepatan tinggi dan komputasi algoritma yang belajar lebih cepat
(Gholizadeh et al., 2011).
92. Altman menggunakan model Neural Network dalam
menentukan Perusahaan yg mengalami FD
• Artificial Neural Network atau jaringan saraf tiruan adalah system komputasi dimana
arsitektur dan komputasi diilhami dari pengetahuan tentang sel saraf dalam otak. ANN
merupakan model yang meniru cara kerja jaringan neural biologis.
• Artificial Neural Network merupakan cabang ilmu multi disiplin yang meniru cara kerja
otak manusia. Salah satu struktur yang ditiru adalah bentuk neuronnya (sel saraf).
Jaringan saraf tiruan ANN dapat menyelesaikan persoalan rumit/tidak mungkin jika
diselesaikan dengan menggunakan komputasi kovensional.
• Dengan melakukan proses belajar jaringan saraf tiruan dapat mengatur dirinya untuk
menghasilkan suatu respon yang konsisten terhadap rangkaian masukkan. Jaringan saraf
tiruan dirancang dan dilatih untuk memiliki kemampuan seperti manusia.
• Setiap neuron dapat memiliki beberapa masukan dan mempunnyai satu keluaran. Jalur
masukan pada suatu neuron bisa berisi data mentah atau data hasil olahan neuron
sebelumnya. Sedangkan hasil keluaran suatu neutron dapat berupa hasil akhir atau
berupa bahan masukkan bagi neutron berikutnya.
93. Pengukuran FD penelitian sebelumnya
Analisis financial distress pertama kali dikemukakan oleh Beaver (1966)
sampai saat ini secara umum menggunakan tiga model analisis, yaitu:
a) Model multiple discriminant analysis atau MDA, digunakan oleh Beaver
(1966), Edward Altman (1968), Gordon L.V. Springate (1978), Fulmer
Model (US, 1984), dan Ca-score (1987).
b) Model logistic, digunakan oleh Ohlson (1980, Thomaidis et al. (1998),
Platt and Platt (2002), Almilia dan Kristiaji (2003), Angelina (2004), Berg
(2005), Brahmana (2005), dan Hsieh et al. (2006),
c) Model regresi linear, menggunakan score penelitian sebelumnya dari:
Altman (1968), score Springate (1978), score Fulmer Model (1984), dan
Ca-score (1987), digunakan pada penelitian seperti: Wilopo (2001),
Adnan dan Taufik (2001), Aryati dan Manao (2002).
94. Multiple Discriminant Analysis (MDA)
• Model Analisis Diskriminan ditandai dengan ciri khusus yaitu data variabel
dependen yang harus berupa data kategori, sedangkan data independen
berupa data non kategori. Diskriminan adalah teknik untuk menganalisis
data yang memiliki variabel dependen dalam bentuk kategori dan variabel
independen dalam bentuk metric, dengan model berikut ini.
Y1 = X1 + X2 + X3 + … + Xn
• Dimana : Variabel Independen (X1 dan seterusnya) adalah data metrik,
yaitu data berskala interval atau rasio; Variabel Dependen (Y1) adalah data
kategorikal atau nominal (misalnya: perusahaan sehat 1 dan bangkrut 2).
Jika data kategorikal tersebut hanya terdiri dari 2 kategoeri, disebut “Two-
Groups Discriminant Analysis”, dan bila lebih dari 2 kategori disebut
“Multiple Discriminant Analysis”.
95. Model regresi logit
• Model regresi logit mirip dengan regresi linear, dengan asumsi data
variabel bebas (X) dalam bentuk interval atau skala rasio keuangan,
dan variabel dependen (Y) dalam skala nominal bersifat dikotomi (dua
bgaian) dengan kategori perusahaan sehat dan perusahaan tidak
sehat (gagal), yang diberi nilai masing-masing 0 dan 1 (Gamayuni,
2009).
Logit (Pi) = Ln [Pi/(1-Pi)] = β0+β1X1+β2X2+⋯+βnXn
• Dimana: Pi = perusahaan sehat (Y=0), dan perusahaan gagal (Y=1)
96. Pengukuran FD Penelitian sebelumnya
• Pengukuran variabel financial distress penelitian cenderung sama seperti dimaksud
diatas, yaitu dengan nilai 0 atau 1, tetapi terjadi perbedaan dalam penentuan batasan
atau definisi kelompok perusahaan yang mengalami financial distress, seperti berikut ini:
a) Altman, Marco dan Varetto (1994) dan Yang, Platt dan Platt (1999), menggunakan
model neural network untuk membedakan perusahaan yang gagal dan tidak gagal;
b) Lau (1987) dan Hill et al. (1996), menggunakan indikator perusahaan yang mengalami
financial distress, yaitu adanya pemberhentian tenaga kerja atau menghilangkan
pembayaran dividen;
c) Asquith, Gertner dan Scharfstein (1991), menggunakan indicator interest coverage
ratio untuk mendefinisikan perusahaan yang mengalami financial distress;
d) Whitaker (1999), mengukur financial distress dengan menggunakan indikator adanya
arus kas yang lebih kecil dari utang jangka panjang yang jatuh tempo saat ini; dan
e) (John, Lang dan Netter (1992), mendefinisikan financial distress sebagai perubahan
harga ekuitas, (Gamayuni, 2009).
97. Novelty Penelitian ini
• Melengkapi model analisis financial distress dimaksudi diatas, maka
penelitian ini mengisi celah penelitian sebelumnya dan sebagai novelty
pengukuran financial distress menggunakan score marginal atau SMg.
• Pendekatan score marginal atau SMg berbasis teori marginal yang
merupakan aplikasi dari kalkulus diferensial yang digunakan pada berbagai
teori dan temuan ilmiah, seperti pada fungsi turunan analisis
keseimbangan fungsi permintaan dan penawaran, analisis penentuan harga
dan kuantitas optimal bidang pemasaran, teori biaya, teori produksi, teori
utilitatas, dan keputusan manajemen perusahaan yang menghasilkan
keuntungan maksimum, kerugian minimum, dan biaya minimum pada
berbagai struktur pasar.
• Penelitian ini tidak memisahkan kelompok perusahaan yang mengalami
financial distress dan perusahaan sehat, tetapi secara umum perusahaan
dengan level score marginal masing-masing perusahaan.
98. 5- MENGEMBANGKAN PENGUKURAN BARU FD SEBAGAI NOVELTY
• Pengukuran variabel financial distress dengan score marginal dapat mengisi celah atau
gap penelitian sebelumnya yang selama ini hanya menggunakan pengukuran yang relatif
sederhana seperti disebutkan diatas, yaitu pengukuran financial distress menggunakan
kategori 1 dan 2 pada model multiple discriminant analysis , menggunakan kategori
dikotomi 0 dan 1 pada model regresi logistic, dan menggunakan score yang diperoleh
dari penelitian sebelumnya pada model regresi linear berganda, misalnya, menggunakan
pengukuran financial distress berbasis pada score Altman (1968), score Sprigate (1978),
score Fulmer (1984), CA-score (1987), dan score Plat and Plat (2002).
• Dibanding dengan pengukuran financial distress pada penelitian sebelumnya, maka yang
menjadi kekhususan atau originalitas pada pengukuran financial distress penelitian ini,
yaitu: (a) score marginal menggunakan data rasio yang bersumber dari laporan
keuangan, (b) score marginal tidak memisahkan kategori perusahaan sehat dengan
perusahaan yang mengalami financial distress, dan (c) hasil akhir penelitian
menunjukkan prediksi financial distress dengan nilai score marginal maksimum satu
untuk perusahaan dengan kondisi terbaik, mendekati satu bermakna mendekati optimal,
dan seterusnya bila nilai score marginal mendekati nol maka perusahaan cenderung
mengalami financial distress sebagaimana lampiran 6.
99. 5- MENGEMBANGKAN PENGUKURAN BARU FD SEBAGAI NOVELTY
• Keunggulan pendekatan SMg atau score marginal ini, yaitu menyempurnakan dan
mengembangkan pengukuran financial distress yang dapat mengisi celah atau
gap yang menjadi kelemahan penelitian sebelumnya, terutama dalam hal: (a)
data kualitatif skala nominal terlalu sederhana dibanding kompleksitas yang
dihadapi perusahaan yang mengalami financial distress, (b) tidak terjadi
keseragaman dalam mendefinisikan atau menentukan batasan sebagai
perusahaan yang mengalami financial distress, (c) model penelitiaan sebelumnya
kurang memperhatikan variasi perusahaan yang mengalami financial distress,
tetapi secara umum memberikan nilai dengan kategori 0 atau 1, (d) penelitian
sebelumnya tidak dapat dilakukan bila hanya satu kelompok perusahaan, karena
data variabel dependent tidak bervariasi, misalnya keseluruhan sampel berasal
dari kelompok yang sama yaitu perusahaan yang mengalami financial distress
(semuanya nilai= 0 atau 1), (e) pengukuran dengan score berdasarkan hasil
penelitian sebelumnya seperi score Almant dan lainnya adalah kurang realistis
karena data yang digunakan kurang relevan dengan kondisi bisnis dan insdustri
saat ini.
100. 6- KONTRIBSI PENELITIAN FD TERHADAP BUMN
• Hasil perhitungan prediksi score marginal seperti dimaksud diatas, dapat dimanfaatkan
untuk berbagai kepentingan internal BUMN, terutama dalam hal: (a) perencanaan
korporasi dengan target capaian score marginal tertentu yang semakin meningat dari
waktu ke waktu; (b) menilai keberhasilan manajemen perusahaan dalam mencapai
kinerja score marginal yang diprogramkan; (c) membandingkan tingkat keberhasila
capaian score marginal antara BUMN; (d) sebagai instrument pengawasan kinerja
manajemen BUMN agar lebih fokus pada strategi dan kebijakan terhadap variable kunci
untuk meningkatkan kinerja perusahaan dengan score marginal yang lebih baik dimsa
yang akan dating; dan (e) menjadi standar penilaian perusahaan sebagai perusahaan
sehat atau kemungkinan mengalami financial distress berdasarkan besaran score
marginal.
• Sedangkan manfaat lainnya dari penelitian ini, yaitu dapat dikembangkan
implementasinya pada konteks yang lebih luas, seperti: (a) BUMN lainnya diluar
penelitian ini, (b) perusahaan yang listed di Bursa Efek, (c) kelompok perusahaan
menurut sektor yang lebih spesifik misalnya sektor manufacture, sektor perbankan,
sektor jasa, dan lainnya, (d) usaha kecil dan menegah, dan (e) koperasi.
101. Pengukuran SMg
Maka pada akhirnya, perhitungan score marginal (SMg) secara lebih operasional
diformulasikan menjadi:
SMg = 1 -
ΔTR
ΔQ
−(
ΔTC
ΔQ
)
(
ΔTR
ΔQ
)
2
Dimana: SMg=score marginal, MR=marginal revenue, MC= marginal cost, ΔTR=
perubahan total revenue, ΔTC=perubahan total cost, ΔQ= perubahan kuantitas penjualan.
102. Kondisi Optimal Perusahaan
• Kondisi optimal perusahaan dicapai bila SMg mendekati satu dan
yang terbaik adalah SMg=1
• Sebaliknya semakin kecil SMg cenderuung mengalami kesulitan
keuangan
• Pendekatan optimal kondisi perusahaan dicapai bila MR=MC atau
MR-MC = 1 atau MR/MC = 1
• Kondisi optimal digambarkan dalam analisis grafik dan pendekatan
mathematis berikut.
104. Pendekatan matahematis
2. Pendekatn matematis
Kondisi optimal dicapai pada tingkat harga tertentu dan kuantitas penjualan
tertentu dengan syarat marginal revenue sama dengan marginal cost. Secara
matematis dapat dibuktikan dengan contoh keuntungan maksimum dan kerugian
miimum berikut ini.
(a) Keuntungan maksimum
Revenue:
P = 100
TR = PQ
TR = 100 Q
MR = 100
Cost :
TC = 100 + 2Q2
MC = 4Q
Maksimum keuntungan dicapai dengan syarat MR = MC
MR = MC
100 = 4 Q
Q = 25
105. Keuntungan:
π = TR – TC
π = 100 Q – (100 + 2Q2
)
π = 100 Q – 100 - 2Q2
Penjulan sebanyak Q = 25, maka keuntungan maksimum sebesar Rp 1150 dengan
perhitungan::
π = 100 (25) – 100 – 2(25)2
π = 2500 – 100 – 1250
π = 1150 (keuntunagn maksimum)
Penjualan lebih besar dari 25 satuan atau Q = 26, maka keuntungan sebesar Rp 1148
atau tidak maksimum dengan perhitungan:
π = 100 (26) – 100 – 2(26)2
π = 2600 - 100 – 1352
π = 1148 (keuntunagn tidak maksimum)
Penjualan lebih kecil dari 25 satuan atau Q = 24, maka keuntungan sebesar Rp 1148
atau tidak maksimum dengan perhitungan:
π = 100 (24) – 100 – 2(24)2
π = 2400 - 100 - 1152
π = 1148 (keuntunagn tidak maksimum)