SlideShare a Scribd company logo
1 of 33
M I C R O B I A L I N F L U E N C E D C O R R O S I O N
( M I C )
I N D R A M U LYA N A
( 1 9 0 6 4 3 2 5 8 5 )
PA S C A S A R J A N A T E K N I K M AT E R I A L D A N M E TA L U R G I
U N I V E R S I TA S I N D O N E S I A
AGENDA
• DEFINISI
• PENGARUH BAKTERI DALAM MIC
• MEKANISME MIC
• PENCEGAHAN MIC
• JURNAL REVIEW
• KESIMPULAN
DEFINISI MIC
• Proses korosi yang disebabkan karena adanya pengaruh
mikroorganisme yang menyebabkan lingkungan
tersebut bersifat korosif sehingga berpengaruh
terhadap degradasi material.
• MIC pertama kali ditemukan pada timbal (Pb) oleh J.H.
Garrett 100 tahun yang lalu.
• Jenis mikroorganisme yang terlibat bergantung kepada
tipe material dan lingkungan.
• MIC selalu terjadi akibat interaksi antar koloni
mikroorganisme yang di dalamnya terdiri dari beberapa
tipe bakteri.
DEFINISI MIC
• MIC sering ditemui pada proses:
• Industri minyak dan gas,
• Pemipaan & pemurnian,
• Sintesis petrokimia
• Power production
• Fermentasi,
• Pengolahan air limbah,
• Transportasi air minum,
• Pembuatan pulp dan kertas
MEKANISME MIC
• Berdasarkan Pope dan Morris (1995), mekanisme yang
berpotensi terlibat dalam MIC adalah :
1. Cathodic depolarization
2. Formation of occluded area on metal surface
3. Fixing the anodic site
4. Underdeposit acid attack
MEKANISME MIC
1. Cathodic depolarization
MEKANISME MIC
1. Cathodic depolarization
– Diproposed oleh Wolzgen Kuhr dan Van der Vulgt (1934)
– Reaksi yang terjadi :
• 8H2O→ 8OH- + 8H+ (disosiasi air)
• 4Fe→ 4Fe2+ + 8e- (reaksi di anoda)
• 8H+ + 8e- → 8H (reaksi di katoda)
• SO42- + 8H → S2- + 4H2O (depolarisasi katodik oleh Bakteri SRB)
• Fe2+ + S2- → FeS (produk korosi 1)
• 3 Fe2+ + 6OH- → 3 Fe(OH)2 (produk korosi 2)
• Reaksi total : 4Fe + SO42- + 4 H2O → FeS + 3 Fe(OH)2 + 2OH-
MEKANISME MIC
2. Formation of occluded area on metal surface
– Berdasarkan pengamatan bahwa bakteri membentuk koloni dilokasi
terjadinya korosi.
– Pembentukan koloni dipengaruhi oleh kondisi metalurgi dari logam
seperti roughness, corrosion sites, inclusions atau surface charge.
– Koloni dari bakteri akan membentuk lapisan sticky polymer yang
cenderung menarik koloni bakteri lainnya untuk mengumpul.
– Kondisi lingkungan dibawah lapisan polimer ini akan sangat berbeda
dengan kondisi dilingkungan sekitar sehingga crevice, perbedaan kadar
oksigen dan perbedaan konsentrasi ion dapat menyebabkan korosi
MEKANISME MIC
3. Fixing the anodic site
– Lebih dari 90% dari kerusakan MIC terjadi dalam bentuk pitting.
– Hal ini dikarenakan, mikroorganisme cenderung bertempat tinggal
tetap dilokasi koloninya.
– Dibawah koloni ini, mikroorganisme menginisiasi terbentuknya pitting
baru
4. Underdeposit acid attack
– Hal ini didasarkan pada produk korosi kebanyakan adalah acid dan
acetic acid.
– Jika terdapat acetic acid dengan konsentrasi yang cukup tinggi maka
BAKTERI MIC
• Pengelompokkan bakteri berdasarkan
ketersediaan oksigen:
• Aerob : Hidup pada lingkungan
yang ada oksigen;
Contohnya bakteri penitrat dan
bakteri pengoksidasi belerang
menjadi sulfat (SOB) - Thiobacillus
• Anaerob : Hidup pada lingkungan
yang rendah / tidak ada Oksigen
Contohnya Sulphate Reducing
Bacteria/ SRB (Desulphovibrio,
Desulphotomaculum dan
Desulphomonas), Iron Bacteria
Thiobacillu
s
SRB
BAKTERI MIC
• MIC biasanya terjadi akibat interaksi antara mikoorganisme yang
berbeda.
• Interaksi antara acid-producing bacteria (APB) dan sulfate-reducing
bacteria (SRB)
Iliustrasi
interaksi antara
APB dan SRB
(Rodney Towers,
2000)
BAKTERI MIC
• APB adalah bakteri aerob, membutuhkan oksigen sebagai
nutrisi
• APB menghasilkan low molecular weight organic acid,
alcohol dan aldehydes
• Organic acid merupakan sumber nutrisi SRB, sehingga SRB
dapat dengan baik tumbuh pada lingkungan tersebut
• Ketika SRB mulai menghasilkan hydrogen sulfida (HSO42-),
maka lingkungan akan menjadi asam.
• Pitting akan terbentuk dimana lapisan iron sulfida (FeS)
akan menjadi katodik dan base metal menjadi anodik.
BAKTERI MIC
BAKTERI MIC
• Pengaruh Lain dari bakteri terhadap lingkungan :
• Slime forming (perusak lapisan pasivasi pada stainless steel)
• Acid producing
• Sulfate reducing
• Nitrate reducing
• Iron oxidizing
• Iron reducing (gallionella)
*Tiap kelompok terdiri dari ratusan jenis bakteri
BAKTERI MIC
• Korosi akibat interaksi antara mikroorganisme MIC
PENCEGAHAN MIC
• Material selection – penggunaan komposit
• Protective coating – mengurangi kontak logam dan lingkungan
• Sistem design and operation – sistem yang bersih, kontrol
kandungan air, menghindari desain deadleg
• Chemical treatment (membunuh bakteri, kontrol kandungan
oksigen, mengatur pH)
• Judul :
Microbiologically influenced corrosion (MIC) in stainless
steel heat exchanger
• Sumber :
E. Huttunen-Saarivirta et, al, Department of Materials
Science, Tampere University of Technology, Finland
• Publisher :
Applied Surface Science, Elsevier (2012)
REVIEW/CASE STUDY JURNAL
REVIEW/CASE STUDY JURNAL
TUJUAN PENELITIAN
• Tujuan penelitian :
Mengamati MIC yang terjadi pada stainless steel heat
exchanger melalui investigasi mikrostruktur base material
dan produk korosi MIC pada stainless steel heat exchanger
HEAT EXCHANGER
Adalah equipment yang digunakan untuk mengalirkan energi
panas antara dua atau lebih fluida atau permukaan padat yang
memiliki perbedaan temperatur.
Aplikasi Heat Exchanger adalah sebagai pemanas / pendingin
suatu sistem
Penelitian ini dibatasi pada pengamatan produk korosi yang
terjadi dari sebuah Shell and Tube Heat Exchanger setelah 36
bulan pemakaian (fluida : fresh water dari cooling tower)
HEAT EXCHANGER
Adalah equipment yang digunakan untuk mengalirkan energi
panas antara dua atau lebih fluida atau permukaan padat yang
memiliki perbedaan temperatur.
Aplikasi Heat Exchanger adalah sebagai pemanas / pendingin
suatu sistem
Penelitian ini dibatasi pada pengamatan produk korosi yang
terjadi dari sebuah Shell and Tube Heat Exchanger setelah 36
bulan pemakaian (fluida : fresh water dari cooling tower)
HEAT EXCHANGER
METODE PENELITIAN
• Melakukan failure analysis terhadap HE setelah pemakaian 36
bulan
• Medium fresh water
• Inlet temperature : 45 °C; Outlet temperature : 75 °C
• Material : Stainless Steel 304
• Metode Pengamatan :
• Inspeksi visual
• XRD : menentukan fasa yang terbentuk
• Optical Microscope : pengamatan struktur mikro
• SEM & EDS
• Vickers Hardness test
HASIL - VISUAL
–Visual inspeksi menunjukkan bahwa penetrasi korosi tertinggi
mencapai 6,2 mm
–Rata-rata penetrasi : 2 - 4 mm
HASIL - XRD
–Mengkonfirmasi Fasa dari material
HASIL - OPTICAL MICROSCOPE
HASIL - SEM
a. Area terkorosi
b. Biofilm yang terbentuk
c. Bakteri dipermukaan (rod
shaped)
d. Bakteri dipermukaan (rod
shaped)
e. Lapisan oksida di
permukaan
f. Lapisan oksida di
permukaan
Perkiraan bakteri :
HASIL - SEM & EDS
POTONGAN MELINTANG
Zone 1 Porous structure, terdiri dari oksigen
dan besi, tidak ada Cr
Zone 2 Porous structure, terdiri dari sulfur,
oksigen, dan besi dengan sedikit Cr (komposisi
heterogen)
Zone 3 Produk korosi, terdiri dari banyak sulfur,
oksigen, Cr, dan iron (komposisi homogen)
Zone 4 Produk korosi, terdiri dari oksigen, Cr,
sedikit sulfur
HASIL - HARDNESS TEST (VICKERS)
Location Corroded Area Non-Corroded Area
Near Surface 199 165
Center 186 158
Near Bottom 183 173
DISKUSI - PROPOSED MECHANISM
• Pembentukan
lapisan film oleh
bakteri MIC
• Perubahan
konsentrasi
oksigen
• Proses pasivasi
terhambat
• Korosi terjadi
sesuai reaksi :
Cr 2+ + 3H2O → Cr(OH)3 + 3H+
Cr → Cr3+ + 3e-
Fe2+ + 2OH- → Fe(OH)2
Fe → Fe2+ + 2e-
KESIMPULAN
• Dari hasil failure analysis ditemukan bahwa rod-shaped
bacteria terlibat dalam MIC yang terjadi heat exchanger.
• Produk korosi ditutupi oleh lapisan shell dimana terjadi
perbedaan konsentrasi oksigen yang memicu terjadinya
korosi.
• Proses pasivasi dari Stainless Stell terhambat akibat
adanya lapisan film yang dibentuk oleh Bakteri
REFERENSI
• Callister Jr, William D. Fundamentals of Material Science and
Engineering. John Wiley & Sons Inc., 2005
• Denny A. Jones, Principles and preventions of Corrosion, Prentice-Hall.
1996
• Fontana Mars, Corrosion Engineering, McGraw-Hill, 1987
• E. Huttunen-Saarivirta, Microbiologically Influenced Corrosion (MIC) in
Stainless Steel Heat Exchanger, Applied Surface Science, Elsevier, 2012
• Sten B. Axelsen and Trond Rogne, Do microorganisms “eat” metal?,
SINTEF Materials Technology.
TERIMA KASIH

More Related Content

Similar to Tugas Review Jurnal Indra M_mic.ppt

jenis-jenis korosi by rafi dwi rachmani
jenis-jenis korosi by rafi dwi rachmanijenis-jenis korosi by rafi dwi rachmani
jenis-jenis korosi by rafi dwi rachmaniRafi Dwi Rachmani
 
Makalah proses manufaktur
Makalah proses manufakturMakalah proses manufaktur
Makalah proses manufaktursurya kelana
 
Makalah proses manufaktur
Makalah proses manufakturMakalah proses manufaktur
Makalah proses manufaktursurya kelana
 
Pertemuan 12_KOROSI.pptx
Pertemuan 12_KOROSI.pptxPertemuan 12_KOROSI.pptx
Pertemuan 12_KOROSI.pptxWindiAmilia
 
Kel 1 laporan inhibitor korosi (autosaved)
Kel 1 laporan inhibitor korosi (autosaved)Kel 1 laporan inhibitor korosi (autosaved)
Kel 1 laporan inhibitor korosi (autosaved)XINYOUWANZ
 
Bahan anorganik dan mikroba pendegradasinya
Bahan anorganik dan mikroba pendegradasinyaBahan anorganik dan mikroba pendegradasinya
Bahan anorganik dan mikroba pendegradasinyaSMPN 4 Kerinci
 
Anabolisme dan Kemosintesis
Anabolisme dan KemosintesisAnabolisme dan Kemosintesis
Anabolisme dan Kemosintesisaminginanjarp1
 
SOAL HOTS KELAS XII.docx
SOAL HOTS KELAS XII.docxSOAL HOTS KELAS XII.docx
SOAL HOTS KELAS XII.docxErvanberwulo
 
Korosi kuliah5
Korosi kuliah5Korosi kuliah5
Korosi kuliah5politenik
 
Makalah korosi alim abror (13504241062)
Makalah korosi alim abror (13504241062)Makalah korosi alim abror (13504241062)
Makalah korosi alim abror (13504241062)Aliem Sgralhtobat
 
Proses Metalurgi.ppt
Proses Metalurgi.pptProses Metalurgi.ppt
Proses Metalurgi.pptDiniJuliaa
 

Similar to Tugas Review Jurnal Indra M_mic.ppt (20)

jenis-jenis korosi by rafi dwi rachmani
jenis-jenis korosi by rafi dwi rachmanijenis-jenis korosi by rafi dwi rachmani
jenis-jenis korosi by rafi dwi rachmani
 
Makalah proses manufaktur
Makalah proses manufakturMakalah proses manufaktur
Makalah proses manufaktur
 
Makalah proses manufaktur
Makalah proses manufakturMakalah proses manufaktur
Makalah proses manufaktur
 
K o r o s i
K o r o s iK o r o s i
K o r o s i
 
Laju korosi
Laju korosiLaju korosi
Laju korosi
 
Pertemuan 12_KOROSI.pptx
Pertemuan 12_KOROSI.pptxPertemuan 12_KOROSI.pptx
Pertemuan 12_KOROSI.pptx
 
Redoks
RedoksRedoks
Redoks
 
Presentasi up (rabu 6 maret) final
Presentasi up (rabu 6 maret) finalPresentasi up (rabu 6 maret) final
Presentasi up (rabu 6 maret) final
 
Kel 1 laporan inhibitor korosi (autosaved)
Kel 1 laporan inhibitor korosi (autosaved)Kel 1 laporan inhibitor korosi (autosaved)
Kel 1 laporan inhibitor korosi (autosaved)
 
Bahan anorganik dan mikroba pendegradasinya
Bahan anorganik dan mikroba pendegradasinyaBahan anorganik dan mikroba pendegradasinya
Bahan anorganik dan mikroba pendegradasinya
 
Anabolisme dan Kemosintesis
Anabolisme dan KemosintesisAnabolisme dan Kemosintesis
Anabolisme dan Kemosintesis
 
76
7676
76
 
SOAL HOTS KELAS XII.docx
SOAL HOTS KELAS XII.docxSOAL HOTS KELAS XII.docx
SOAL HOTS KELAS XII.docx
 
Chemical oxygen demand
Chemical oxygen demandChemical oxygen demand
Chemical oxygen demand
 
Korosi kuliah5
Korosi kuliah5Korosi kuliah5
Korosi kuliah5
 
materi korosi.pptx
materi korosi.pptxmateri korosi.pptx
materi korosi.pptx
 
Makalah korosi alim abror (13504241062)
Makalah korosi alim abror (13504241062)Makalah korosi alim abror (13504241062)
Makalah korosi alim abror (13504241062)
 
Korosi 2
Korosi 2Korosi 2
Korosi 2
 
Seminar hasil
Seminar hasilSeminar hasil
Seminar hasil
 
Proses Metalurgi.ppt
Proses Metalurgi.pptProses Metalurgi.ppt
Proses Metalurgi.ppt
 

Recently uploaded

Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 

Recently uploaded (6)

Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 

Tugas Review Jurnal Indra M_mic.ppt

  • 1. M I C R O B I A L I N F L U E N C E D C O R R O S I O N ( M I C ) I N D R A M U LYA N A ( 1 9 0 6 4 3 2 5 8 5 ) PA S C A S A R J A N A T E K N I K M AT E R I A L D A N M E TA L U R G I U N I V E R S I TA S I N D O N E S I A
  • 2. AGENDA • DEFINISI • PENGARUH BAKTERI DALAM MIC • MEKANISME MIC • PENCEGAHAN MIC • JURNAL REVIEW • KESIMPULAN
  • 3. DEFINISI MIC • Proses korosi yang disebabkan karena adanya pengaruh mikroorganisme yang menyebabkan lingkungan tersebut bersifat korosif sehingga berpengaruh terhadap degradasi material. • MIC pertama kali ditemukan pada timbal (Pb) oleh J.H. Garrett 100 tahun yang lalu. • Jenis mikroorganisme yang terlibat bergantung kepada tipe material dan lingkungan. • MIC selalu terjadi akibat interaksi antar koloni mikroorganisme yang di dalamnya terdiri dari beberapa tipe bakteri.
  • 4. DEFINISI MIC • MIC sering ditemui pada proses: • Industri minyak dan gas, • Pemipaan & pemurnian, • Sintesis petrokimia • Power production • Fermentasi, • Pengolahan air limbah, • Transportasi air minum, • Pembuatan pulp dan kertas
  • 5. MEKANISME MIC • Berdasarkan Pope dan Morris (1995), mekanisme yang berpotensi terlibat dalam MIC adalah : 1. Cathodic depolarization 2. Formation of occluded area on metal surface 3. Fixing the anodic site 4. Underdeposit acid attack
  • 6. MEKANISME MIC 1. Cathodic depolarization
  • 7. MEKANISME MIC 1. Cathodic depolarization – Diproposed oleh Wolzgen Kuhr dan Van der Vulgt (1934) – Reaksi yang terjadi : • 8H2O→ 8OH- + 8H+ (disosiasi air) • 4Fe→ 4Fe2+ + 8e- (reaksi di anoda) • 8H+ + 8e- → 8H (reaksi di katoda) • SO42- + 8H → S2- + 4H2O (depolarisasi katodik oleh Bakteri SRB) • Fe2+ + S2- → FeS (produk korosi 1) • 3 Fe2+ + 6OH- → 3 Fe(OH)2 (produk korosi 2) • Reaksi total : 4Fe + SO42- + 4 H2O → FeS + 3 Fe(OH)2 + 2OH-
  • 8. MEKANISME MIC 2. Formation of occluded area on metal surface – Berdasarkan pengamatan bahwa bakteri membentuk koloni dilokasi terjadinya korosi. – Pembentukan koloni dipengaruhi oleh kondisi metalurgi dari logam seperti roughness, corrosion sites, inclusions atau surface charge. – Koloni dari bakteri akan membentuk lapisan sticky polymer yang cenderung menarik koloni bakteri lainnya untuk mengumpul. – Kondisi lingkungan dibawah lapisan polimer ini akan sangat berbeda dengan kondisi dilingkungan sekitar sehingga crevice, perbedaan kadar oksigen dan perbedaan konsentrasi ion dapat menyebabkan korosi
  • 9. MEKANISME MIC 3. Fixing the anodic site – Lebih dari 90% dari kerusakan MIC terjadi dalam bentuk pitting. – Hal ini dikarenakan, mikroorganisme cenderung bertempat tinggal tetap dilokasi koloninya. – Dibawah koloni ini, mikroorganisme menginisiasi terbentuknya pitting baru 4. Underdeposit acid attack – Hal ini didasarkan pada produk korosi kebanyakan adalah acid dan acetic acid. – Jika terdapat acetic acid dengan konsentrasi yang cukup tinggi maka
  • 10. BAKTERI MIC • Pengelompokkan bakteri berdasarkan ketersediaan oksigen: • Aerob : Hidup pada lingkungan yang ada oksigen; Contohnya bakteri penitrat dan bakteri pengoksidasi belerang menjadi sulfat (SOB) - Thiobacillus • Anaerob : Hidup pada lingkungan yang rendah / tidak ada Oksigen Contohnya Sulphate Reducing Bacteria/ SRB (Desulphovibrio, Desulphotomaculum dan Desulphomonas), Iron Bacteria Thiobacillu s SRB
  • 11. BAKTERI MIC • MIC biasanya terjadi akibat interaksi antara mikoorganisme yang berbeda. • Interaksi antara acid-producing bacteria (APB) dan sulfate-reducing bacteria (SRB) Iliustrasi interaksi antara APB dan SRB (Rodney Towers, 2000)
  • 12. BAKTERI MIC • APB adalah bakteri aerob, membutuhkan oksigen sebagai nutrisi • APB menghasilkan low molecular weight organic acid, alcohol dan aldehydes • Organic acid merupakan sumber nutrisi SRB, sehingga SRB dapat dengan baik tumbuh pada lingkungan tersebut • Ketika SRB mulai menghasilkan hydrogen sulfida (HSO42-), maka lingkungan akan menjadi asam. • Pitting akan terbentuk dimana lapisan iron sulfida (FeS) akan menjadi katodik dan base metal menjadi anodik.
  • 14. BAKTERI MIC • Pengaruh Lain dari bakteri terhadap lingkungan : • Slime forming (perusak lapisan pasivasi pada stainless steel) • Acid producing • Sulfate reducing • Nitrate reducing • Iron oxidizing • Iron reducing (gallionella) *Tiap kelompok terdiri dari ratusan jenis bakteri
  • 15. BAKTERI MIC • Korosi akibat interaksi antara mikroorganisme MIC
  • 16. PENCEGAHAN MIC • Material selection – penggunaan komposit • Protective coating – mengurangi kontak logam dan lingkungan • Sistem design and operation – sistem yang bersih, kontrol kandungan air, menghindari desain deadleg • Chemical treatment (membunuh bakteri, kontrol kandungan oksigen, mengatur pH)
  • 17. • Judul : Microbiologically influenced corrosion (MIC) in stainless steel heat exchanger • Sumber : E. Huttunen-Saarivirta et, al, Department of Materials Science, Tampere University of Technology, Finland • Publisher : Applied Surface Science, Elsevier (2012) REVIEW/CASE STUDY JURNAL
  • 19. TUJUAN PENELITIAN • Tujuan penelitian : Mengamati MIC yang terjadi pada stainless steel heat exchanger melalui investigasi mikrostruktur base material dan produk korosi MIC pada stainless steel heat exchanger
  • 20. HEAT EXCHANGER Adalah equipment yang digunakan untuk mengalirkan energi panas antara dua atau lebih fluida atau permukaan padat yang memiliki perbedaan temperatur. Aplikasi Heat Exchanger adalah sebagai pemanas / pendingin suatu sistem Penelitian ini dibatasi pada pengamatan produk korosi yang terjadi dari sebuah Shell and Tube Heat Exchanger setelah 36 bulan pemakaian (fluida : fresh water dari cooling tower)
  • 21. HEAT EXCHANGER Adalah equipment yang digunakan untuk mengalirkan energi panas antara dua atau lebih fluida atau permukaan padat yang memiliki perbedaan temperatur. Aplikasi Heat Exchanger adalah sebagai pemanas / pendingin suatu sistem Penelitian ini dibatasi pada pengamatan produk korosi yang terjadi dari sebuah Shell and Tube Heat Exchanger setelah 36 bulan pemakaian (fluida : fresh water dari cooling tower)
  • 23. METODE PENELITIAN • Melakukan failure analysis terhadap HE setelah pemakaian 36 bulan • Medium fresh water • Inlet temperature : 45 °C; Outlet temperature : 75 °C • Material : Stainless Steel 304 • Metode Pengamatan : • Inspeksi visual • XRD : menentukan fasa yang terbentuk • Optical Microscope : pengamatan struktur mikro • SEM & EDS • Vickers Hardness test
  • 24. HASIL - VISUAL –Visual inspeksi menunjukkan bahwa penetrasi korosi tertinggi mencapai 6,2 mm –Rata-rata penetrasi : 2 - 4 mm
  • 25. HASIL - XRD –Mengkonfirmasi Fasa dari material
  • 26. HASIL - OPTICAL MICROSCOPE
  • 27. HASIL - SEM a. Area terkorosi b. Biofilm yang terbentuk c. Bakteri dipermukaan (rod shaped) d. Bakteri dipermukaan (rod shaped) e. Lapisan oksida di permukaan f. Lapisan oksida di permukaan Perkiraan bakteri :
  • 28. HASIL - SEM & EDS POTONGAN MELINTANG Zone 1 Porous structure, terdiri dari oksigen dan besi, tidak ada Cr Zone 2 Porous structure, terdiri dari sulfur, oksigen, dan besi dengan sedikit Cr (komposisi heterogen) Zone 3 Produk korosi, terdiri dari banyak sulfur, oksigen, Cr, dan iron (komposisi homogen) Zone 4 Produk korosi, terdiri dari oksigen, Cr, sedikit sulfur
  • 29. HASIL - HARDNESS TEST (VICKERS) Location Corroded Area Non-Corroded Area Near Surface 199 165 Center 186 158 Near Bottom 183 173
  • 30. DISKUSI - PROPOSED MECHANISM • Pembentukan lapisan film oleh bakteri MIC • Perubahan konsentrasi oksigen • Proses pasivasi terhambat • Korosi terjadi sesuai reaksi : Cr 2+ + 3H2O → Cr(OH)3 + 3H+ Cr → Cr3+ + 3e- Fe2+ + 2OH- → Fe(OH)2 Fe → Fe2+ + 2e-
  • 31. KESIMPULAN • Dari hasil failure analysis ditemukan bahwa rod-shaped bacteria terlibat dalam MIC yang terjadi heat exchanger. • Produk korosi ditutupi oleh lapisan shell dimana terjadi perbedaan konsentrasi oksigen yang memicu terjadinya korosi. • Proses pasivasi dari Stainless Stell terhambat akibat adanya lapisan film yang dibentuk oleh Bakteri
  • 32. REFERENSI • Callister Jr, William D. Fundamentals of Material Science and Engineering. John Wiley & Sons Inc., 2005 • Denny A. Jones, Principles and preventions of Corrosion, Prentice-Hall. 1996 • Fontana Mars, Corrosion Engineering, McGraw-Hill, 1987 • E. Huttunen-Saarivirta, Microbiologically Influenced Corrosion (MIC) in Stainless Steel Heat Exchanger, Applied Surface Science, Elsevier, 2012 • Sten B. Axelsen and Trond Rogne, Do microorganisms “eat” metal?, SINTEF Materials Technology.