4. Prolog
Kematianku tak lebih seperti saat seorang penyair menuliskan tanda titik pada akhir kalimat
sajaknya. Atau seperti listrik mendadak mati.
Hening. Begitu Sunyi. Begitu Sepi. Aku tak relevan lagi.
Mungkin ini hanya imajinasi, tetapi aku mendengar cericit burung. Mungkin mereka tengah
merubung dan mengangsir permukaan laut, sementara aku tenggelam ke dalam laut mengikuti
sentakan yang besi yang memberati kaki. Burung-burung itu mencelupkan kepala kedalam laut
dan menjenggukku, mengucapkan selamat jalan sembari mencoba menjaga agar aku bisa
mencapai dasar laut dengan tenang
6. BIRU
LAUT
SEYEGAN, 1991
DI SEBUAH TEMPAT, DIDALAM GELAP, 1998
CIPUTAT, 1991
DI SEBUAH TEMPAT, DI DALAM KEJI, 1998
BELANGGUAN, 1993
DI SEBUAH TEMPAT, DI DALAM LAKNAT, 1998
TERMINAL BUNGURASIH, 1993
DI SEBUAH TEMPAT DI DALAM KIAMAT, 1998
RUMAH SUSUN KLENDER, JAKARTA, 1996
DI SEBUAH TEMPAT, DI DALAM KELAM, 1998