SlideShare a Scribd company logo
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 162/PMK.03/2014
TENTANG
TATA CARA PENERBITAN SURAT KETERANGAN BEBAS PAJAK PERTAMBAHAN
NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN
ATAS BARANG MEWAH KEPADA PERWAKILAN NEGARA ASING
DAN BADAN INTERNASIONAL SERTA PEJABATNYA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 huruf a Peraturan Pemerintah
Nomor 47 Tahun 2013 tentang Pemberian Pembebasan Pajak Pertambahan
Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Kepada Perwakilan Negara Asing dan Badan Internasional serta Pejabatnya,
perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Penerbitan
Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah kepada Perwakilan Negara Asing dan
Badan Internasional serta Pejabatnya;
Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2013 tentang Pemberian Pembebasan
Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah Kepada Perwakilan Negara Asing dan Badan Internasional
serta Pejabatnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5425);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PENERBITAN
SURAT KETERANGAN BEBAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
KEPADA PERWAKILAN NEGARA ASING DAN BADAN INTERNASIONAL SERTA
PEJABATNYA.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Perwakilan Negara Asing adalah perwakilan diplomatik, dan/atau
perwakilan konsuler yang diakreditasikan kepada pemerintah Republik
Indonesia, termasuk perwakilan tetap/misi diplomatik yang diakreditasikan
kepada Sekretariat ASEAN, organisasi internasional yang diperlakukan
sebagai perwakilan diplomatik/konsuler, serta misi khusus, dan
berkedudukan di Indonesia.
2. Pejabat Perwakilan Negara Asing adalah kepala beserta staf Perwakilan
Negara Asing, kecuali staf yang merupakan Warga Negara Indonesia.
3. Badan Internasional adalah suatu badan Perwakilan Organisasi
Internasional di bawah Perserikatan Bangsa Bangsa, badan-badan di bawah
Perwakilan Negara Asing dan Organisasi/Lembaga Asing lainnya yang
melaksanakan kerjasama teknik yang bertempat dan berkedudukan di
Indonesia.
4. Pejabat Badan Internasional adalah Kepala, Pejabat/staf, dan tenaga ahli
Badan Internasional yang telah mendapatkan persetujuan dari Pemerintah
Indonesia untuk menjalankan tugas atau jabatan di Indonesia, kecuali staf
dan/atau tenaga ahli yang merupakan Warga Negara Indonesia.
Pasal 2
(1) Atas impor Barang Kena Pajak oleh:
a. Perwakilan Negara Asing serta Pejabat Perwakilan Negara Asing; dan
b. Badan Internasional serta Pejabat Badan Internasional,
dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
(2) Atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak kepada:
a. Perwakilan Negara Asing serta Pejabat Perwakilan Negara Asing; dan
b. Badan Internasional serta Pejabat Badan Internasional,
dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
(3) Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
adalah:
a. kendaraan bermotor; dan
b. selain kendaraan bermotor.
(4) Kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a adalah
kendaraan bermotor roda empat.
Pasal 3
Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2),
dapat diberikan atas penyerahan kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (4) oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rantai distribusi
kendaraan bermotor, yaitu importir, Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM),
industri perakitan, distributor, dealer, sub-dealer dan showroom.
Pasal 4
(1) Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah kepada Perwakilan Negara Asing serta
Pejabat Perwakilan Negara Asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1) huruf a dan Pasal 2 ayat (2) huruf a diberikan berdasarkan asas timbal
balik.
(2) Penerapan asas timbal balik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Menteri Luar Negeri.
(3) Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hanya dapat diberikan oleh Menteri Keuangan setelah mendapat
rekomendasi dari Menteri Luar Negeri atau pejabat yang ditunjuk.
(4) Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah kepada Perwakilan Negara Asing serta
Pejabat Perwakilan Negara Asing diberikan dengan mempertimbangkan
batas minimum pembelian barang atau jasa di luar Pajak Pertambahan Nilai
yang ditetapkan suatu negara (minimum purchase requirement) dari Menteri
Luar Negeri atau pejabat yang ditunjuk.
Pasal 5
(1) Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah kepada Badan Internasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b dan Pasal 2 ayat (2)
huruf b hanya diberikan kepada Badan Internasional yang:
a. tidak termasuk subjek Pajak Penghasilan sebagaimana diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Pajak Penghasilan;
dan
b. mendapatkan rekomendasi dari Menteri Sekretaris Negara atau pejabat
yang ditunjuk.
(2) Kerjasama teknik yang dilaksanakan oleh Badan Internasional yang dapat
diberikan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah meliputi bantuan-bantuan
berupa hibah/sumbangan dari luar negeri dalam kerangka kerjasama di
bidang teknik, ilmu pengetahuan, sosial, kebudayaan, dan ekonomi, tidak
termasuk di dalamnya kredit-kredit dan penanaman modal asing.
(3) Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah kepada Pejabat Badan Internasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b dan Pasal 2 ayat (2)
huruf b hanya diberikan kepada Pejabat Badan Internasional, dalam hal:
a. Badan Internasional tempat pejabat dimaksud bekerja memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a; dan
b. Pejabat dimaksud mendapatkan rekomendasi dari Menteri Sekretaris
Negara atau pejabat yang ditunjuk.
(4) Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah kepada Badan Internasional serta
Pejabat Badan Internasional diberikan dengan mempertimbangkan batas
minimum pembelian barang atau jasa di luar Pajak Pertambahan Nilai yang
ditetapkan suatu negara (minimum purchase requirement) dari Menteri
Sekretaris Negara atau pejabat yang ditunjuk.
Pasal 6
(1) Batasan jumlah impor kendaraan bermotor dalam keadaan jadi/completely
built up (CBU) untuk Perwakilan Negara Asing serta Pejabat Perwakilan
Negara Asing sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (1) huruf a, berlaku
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
pembebasan bea masuk dan cukai atas impor barang Perwakilan Negara
Asing beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia.
(2) Batasan jumlah perolehan kendaraan bermotor yang diproduksi/dirakit
dalam negeri dan perolehan dalam negeri kendaraan bermotor dalam
keadaan jadi/completely built up (CBU) untuk Perwakilan Negara Asing serta
Pejabat Perwakilan Negara Asing yang dapat diberikan pembebasan Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah, tidak melebihi batasan jumlah impor kendaraan bermotor
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Penerapan batasan jumlah impor kendaraan bermotor dalam keadaan jadi/
completely built up (CBU) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan jumlah
perolehan kendaraan bermotor yang diproduksi/dirakit dalam negeri dan
perolehan dalam negeri kendaraan bermotor dalam keadaan jadi/completely
built up (CBU) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh
Kementerian Luar Negeri.
(4) Perwakilan Negara Asing serta Pejabat Perwakilan Negara Asing dapat
diberikan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas impor kendaraan
bermotor dalam keadaan jadi/ completely built up (CBU), perolehan
kendaraan bermotor yang diproduksi/dirakit dalam negeri, dan/atau
perolehan dalam negeri kendaraan bermotor dalam keadaan jadi/completely
built up (CBU) dengan spesifikasi teknis yang berbeda dari ketentuan dalam
Pasal 2 ayat (4), setelah mendapat rekomendasi dari Menteri Luar Negeri
atau pejabat yang ditunjuk.
(5) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), batasan
perolehan kendaraan bermotor yang diproduksi/dirakit dalam negeri dan
perolehan dalam negeri kendaraan bermotor dalam keadaan jadi/ completely
built up (CBU) yang dapat diberikan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai
atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah,
dapat melebihi batasan jumlah impor dan perolehan kendaraan bermotor
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dalam hal dilaksanakan
berdasarkan asas timbal balik.
Pasal 7
(1) Batasan jumlah impor kendaraan bermotor dalam keadaan jadi/completely
built up (CBU) untuk Badan Internasional serta Pejabat Badan Internasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b, berlaku ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pembebasan bea
masuk dan cukai atas impor barang Badan Internasional beserta para
pejabatnya yang bertugas di Indonesia.
(2) Batasan jumlah perolehan kendaraan bermotor yang diproduksi/dirakit
dalam negeri dan perolehan dalam negeri kendaraan bermotor dalam
keadaan jadi/ completely built up (CBU) yang dapat diberikan pembebasan
Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah, adalah:
a. 6 (enam) unit, untuk Badan Internasional dengan jumlah pejabat lebih
dari 5 (lima) orang;
b. sejumlah pejabatnya, untuk Badan Internasional dengan jumlah pejabat
5 (lima) orang atau kurang;
c. sesuai kebutuhan, untuk program/proyek kerjasama teknik yang
dilaksanakan oleh Badan Internasional;
d. 1 (satu) unit, untuk Pejabat Badan Internasional.
(3) Penerapan batasan jumlah impor kendaraan bermotor dalam keadaan
jadi/completely built up (CBU) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan
jumlah perolehan kendaraan bermotor yang diproduksi/dirakit dalam negeri
serta perolehan dalam negeri kendaraan bermotor dalam keadaan jadi/
completely built up (CBU) sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dilaksanakan oleh Kementerian Sekretariat Negara.
(4) Dalam rangka melaksanakan kerjasama teknik, Badan Internasional dapat
diberikan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas:
a. impor kendaraan bermotor dalam keadaan jadi/ completely built up (CBU);
b. perolehan kendaraan bermotor yang diproduksi/dirakit dalam negeri;
dan/atau
c. perolehan dalam negeri kendaraan bermotor dalam keadaan jadi/
completely built up (CBU),
dengan spesifikasi teknis yang berbeda dari ketentuan dalam Pasal 2 ayat
(4), setelah mendapat rekomendasi dari Menteri Sekretaris Negara atau
Pejabat yang ditunjuk.
Pasal 8
(1) Perwakilan Negara Asing dan Badan Internasional serta pejabatnya yang
memperoleh Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dibebaskan
dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah, harus memiliki Surat Keterangan
Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan.
(2) Dikecualikan dari ketentuan memiliki Surat Keterangan Bebas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), atas impor Barang Kena Pajak oleh Perwakilan
Negara Asing dan Badan Internasional serta pejabatnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).
Pasal 9
(1) Perwakilan Negara Asing dan Badan Internasional serta pejabatnya
mengajukan permohonan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah kepada Menteri
Luar Negeri atau Menteri Sekretaris Negara sebelum perolehan Barang Kena
Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak.
(2) Menteri Luar Negeri atau Menteri Sekretaris Negara atau Pejabat yang
ditunjuk menyampaikan:
a. permohonan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Badan
dan Orang Asing, dilampiri surat rekomendasi Menteri Luar Negeri atau
Menteri Sekretaris Negara disertai bukti-bukti pendukung, untuk
perolehan dalam negeri Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak;
b. permohonan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
dilampiri surat rekomendasi Menteri Luar Negeri atau Menteri Sekretaris
Negara, untuk impor Barang Kena Pajak.
(3) Bukti-bukti pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a paling
kurang:
a. Asli proforma invoice dan fotokopi Purchase Order atau dokumen lain yang
dapat dipersamakan; dan
b. Bukti-bukti pendukung yang dipersyaratkan oleh Kementerian Luar
Negeri atau Kementerian Sekretariat Negara.
(4) Selain bukti pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dalam hal
perolehan kendaraan bermotor, harus dilengkapi dengan Surat Pernyataan
Jumlah Kepemilikan Kendaraan Bermotor.
(5) Menteri Keuangan berdasarkan rekomendasi dari Menteri Luar Negeri atau
Menteri Sekretaris Negara dapat menerbitkan Surat Keterangan Bebas Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah.
(6) Perwakilan Negara Asing dan Badan Internasional serta pejabatnya:
a. yang memperoleh Barang Kena Pajak yang dibebaskan dari pengenaan
Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1), tidak memerlukan Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai
atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan.
b. yang memperoleh Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang
dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 3, harus memiliki Surat
Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang diterbitkan oleh Menteri
Keuangan.
(7) Impor Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
yang dapat diberikan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah impor
Barang Kena Pajak yang memperoleh pembebasan Bea Masuk dan
rekomendasi Menteri Luar Negeri atau Menteri Sekretaris Negara.
(8) Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas impor Barang Kena Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilaksanakan sepenuhnya oleh
Direktur Jenderal Bea dan Cukai sesuai dengan ketentuan kepabeanan yang
berlaku.
Pasal 10
(1) Kepala Kantor Pelayanan Pajak Badan dan Orang Asing melakukan
penelitian terhadap permohonan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2).
(2) Kepala Kantor Pelayanan Pajak Badan dan Orang Asing atas nama Direktur
Jenderal Pajak menerbitkan keputusan dalam jangka waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari sejak permohonan Surat Keterangan Bebas Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah diterima.
(3) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa:
a. Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dalam hal
permohonan dikabulkan sebagian atau seluruhnya; atau
b. Surat penolakan, dalam hal permohonan tidak dikabulkan dengan
disertai alasan penolakan.
Pasal 11
(1) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2)
terlampaui, Kepala Kantor Pelayanan Pajak Badan dan Orang Asing tidak
memberikan keputusan, permohonan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai
atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
dianggap dikabulkan.
(2) Atas permohonan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dianggap
dikabulkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Kantor Pelayanan
Pajak Badan dan Orang Asing atas nama Direktur Jenderal Pajak harus
menerbitkan Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah paling lama 5
(lima) hari kerja setelah jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berakhir.
Pasal 12
Penatausahaan dan bentuk Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai
atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 13
Ketentuan tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 231/KMK.03/2001 tentang Perlakuan Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Impor Barang
Kena Pajak yang Dibebaskan dari Pungutan Bea Masuk sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
70/PMK.011/2013, beserta perubahannya, tidak diberlakukan untuk impor
Barang Kena Pajak yang dilakukan oleh Perwakilan Negara Asing dan Badan
Internasional beserta pejabatnya.
Pasal 14
Permohonan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang telah diterima sebelum
berlakunya Peraturan Menteri ini, tetap diproses sesuai dengan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 25/KMK.01/1998 tentang Pemberian
Restitusi/Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penjualan atas
Barang Mewah kepada Perwakilan Negara Asing/Badan Internasional serta
Pejabat/Tenaga Ahlinya.
Pasal 15
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 25/KMK.01/1998 tentang Pemberian Restitusi/Pembebasan Pajak
Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Kepada
Perwakilan Negara Asing/Badan Internasional Serta Pejabat/Tenaga Ahlinya,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 16
Peraturan Menteri ini mulai berlaku setelah 90 (sembilan puluh) hari terhitung
sejak tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Agustus
2014
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
MUHAMAD CHATIB BASRI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 14 Agustus 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 1141
LAMPIRAN
PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 162/PMK.03/2014
.
TENTANG .
TATA CARA PENERBITAN SURAT KETERANGAN BEBAS
PAJAK PERTAMBAHAN NILAJ ATAU PAJAK
PERTAMBAHAN NILAJ DAN PAJAK PENJUALAN ATAS
BARANG MEWAH KEPADA PERWAKILAN NEGARA ASING
MENTER! KEUANGAN DAN BADAN INTERNASIONAL SERTA PEJABATNYA
REPUBLIK INDONESIA
PENATAUSAHAAN SURAT KETERANGAN BEBAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
ATAU PAJAI{ PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK
I. UMUM
. '
PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
1. Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah (PPN atau PPN dan PPnBM) yang terutang
atas Penyerahan Barang Kena Pajak danjatau Jasa Kena Pajak (BKP
dan/atau JKP) dapat dibebaskan dengan Surat Keterangan Bebas Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Badan dan Orang Asing atas nama Direktur Jenderal Pajak.
2. Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud
dalam angka 1 diperlukan untuk setiap kali Penyerahan Barang Kena
Pajak dan/ atau Jasa Kena Pajak.
3. Dalam hal permohonan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ditolak
seluruhnya, penolakan pembebasan PPN atau PPN dan PPnBM dilakukan
dengan menggunakan format surat dinas biasa dengan mencantumkan
alasan penolakan secara jelas.
II. PENATAUSAHAAN SURAT KETERANGAN BEBAS PAJAK PERTAMBAHAN
NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS
BARANG MEWAH
Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah atas penyerahan BKP
dan/atau JKP diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Badan
dan Orang Asing atas nama Direktur Jenderal Pajak kepada pemohon Surat
Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dan ditembuskan kepada:
1) Kepala KPP tempat PKP Penjual terdaftar;
2) Direktur Fasilitas Diplomatik Kementerian Luar Negeri/Kepala Biro
Kerjasama Teknik Luar Negeri Kementerian Sekretariat Negara;
·.I
·:
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 2 -
CONTOH BENTUK SURAT. KETERANGAN BEBAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG
MEWAH.
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
SURAT KETERANGAN BEBAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN
NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
Nomor : KET- ..............................................(1)
Kepala Kantor Pelayanan Pajak atas nama Direktur Jenderal Pajak dengan ini menerangkan
bahwa Perwakilan Negara Asing/Badan InternasionaljPejabat*:(2)
Nama Instansi
Alamat
Nama Pejabat
Jabatan
Sesuai dengan Surat Rekomendasi ...(3)...... nomor ...(4) ....., tanggal ...(S)....dan b�rdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2013 malm diberikan pembebasan Pajak Pertambahan
Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang atas
penyerahan Barang Kena Pajak danjatau Jasa Kena Pajak di bawah ini:(6)
Nama/Jenis
Harga PPnBM
No BKP dan/atau Kuantum
Jual PPN yang yang
JKP
Terutang (Rp) Terutang Keterangan
(Rp) (Rp)
-1- - 2 - -3- -4- -5- -6- -7-
Dalam hal transaksi menggunalcan valuta asing, nilai PPN dan nilai PPnBM yang dibebaskan
disesuailcan dengan leurs pada saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak.
Surat Keterangan ini agar diserahkan kepada:(7)
Nama
Alamat . .....................................................
NPWP
Demikian untuk dipergunakan seperlunya.
* coret yang tidak perlu
.........(8)............, .............. ..... .......... .......
a.n. Direktur Jenderal Pajak
Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Badan dan Orang Asing
..................(9)............................
NIP ........................................
··.�
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 3 -
III. PETUNJUK PENGISIAN SURAT KETERANGAN BEBAS PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK
PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH PENYERAHAN BKP DAN ATAU JKP.
1. Nomor Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah diisi sesuai
dengan tata cara penomoran yang berlaku.
2. Nama Instansi, Alamat, Nama Pejabat, dan Jabatan.
a. Nama Instansi
b. Alamat
c. Nama Pejabat
d. Jabatan
Diisi dengan nama Perwakilan Negara Asing atau
Badan Internasional
Diisi dengan alamat Perwakilan Negara Asing atau
Badan Internasional
Dalam hal permohonan
Perwakilan Negara Asing
diajukan
atau
oleh
Badan
Internasional, diisi dengan nama pimpinan
Perwakilan Negara Asing atau Badan ·
Internasional
Dalam hal permohonan diajukan oleh. pejabat
Perwakilan Negara Asing atau Badan
Internasional, diisi dengan nama pejabat yang
memohon pembebasan PPN atau PPN dan
PPnBM
Diisi dengan jabatan dari pejabat sebagaimana
dimaksud pada huruf c
3. Surat Rekomendasi, diisi dengan penerbit Surat Rekomendasi yaitu
Menteri Luar Negeri atau Menteri Sekretaris Negara.
4. Nomor, diisi dengan nomor Surat Rekomendasi.
5. Tanggal, diisi dengan tanggal Surat Rekomendasi.
6. Tabel pembebasan PPN atau PPN dan PPnBM.
Kolom 1 Diisi dengan nomor urut
Kolom 2 Diisi dengan nama atau jenis BKP dan/atau .JKP
yang atas penyerahannya diberikan pembebasan
PPN atau PPN dan PPnBM.
Dalam hal rincian nama dan jenis BKP dan/atau
JKP tidak dapat ditampung dalam satu lembar
Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai
atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah, maka dapat dibuat dalam
lampiran tersendiri yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Surat Keterangan Bebas
Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewahdan
setiap lampiran ditandatangani oleh Kepala Kantor·
Pelayanan Pajak serta dibubuhi cap Kantor
Pelayanan Pajak, sedangkan kolom (2) diberi
catatan "Rincian BKP dan/atau JKP terlampir"
.I
·,
Kolom 3
Kolom 4
Kolom 5
MENTEF�I I<EUANGAN
HEPUBLIK INDONESIA
- 4 -
. Contoh:
Daftar Rincian BKP dan/atau JKP yang dibebaskan
dari pengenaan PPN atau PPN dan PPnBM
berdasarkan surat keterangan bebas PPN atau PPN
dan PPnBM Nomor KET-....... Tanggal .............
No, NamajJenis Kuantum Harga
BKP/JKP Jual (Rp)
1. BKP A 1 buah 1.000.000
2. BKP B 2 unit 5.000.000
3. BKP C 3 pes 7.000.000
4. Dst
Total
... . ........ .. ........ ,..................
a.n. Direktur Jenderal Paja,k
Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Diisi dengan satuan jumlah BKP dan/atau JKP
dalam hal terdapat satuan pengukuran. seperti 1
buah, 1 bulan, atau 1 set.
Diisi dengan harga jual atau nilai penggantian
dalam satuan rupiah.
Dalam hal harga jual atau nilai penggantian dalam
valuta asing, diisi dengan nilai transaksi dalam
satuan rupiah yang telah dikonversi perdasarkan
kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada
saat surat keterangan bebas diterbitkan dan dalam
satuan mata uang asing tersebut.
Contoh:
- Harga Jual USD 2.000,00
Kurs Menteri Ket:tangan pada saat diterbitkan
surat keterangan bebas USD 1 = Rp10.000,00
Harga Jual menjadi sebesar Rp. 20.000.000,00
Penulisan pada kolom (4) menjadi:
Rp20.000.000,00 (USD 2.000,00)
Diisi dengan nilai PPN yang terutang dalam satuan
rupiah.
Dalam hal PPN dalam valuta asing, diisi dengan
nilai PPN yang telah dikonversi berdasarkan kurs
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada saat.
surat keterangan bebas diterbitkan dan dalam
satuan mata uang asing tersebut.
·
Contoh:
Kolom 6
Kolom 7
MENTER! I<EUANGAN
F�EPUBLII< INDONESIA
- 5 -
- Harga Jual USD 2.000,00
- Kurs Menteri Keuangan pada saat diterbitkan
Surat Keterangan Bebas USD 1 = Rp. 10.000,00
- Harga Jual menjadi sebesar Rp. 20.000.000,00
- PPN terutang yang dibebaskan sebesar
Rp 2.000.000,00
- Penulisan pada kolom · (5) menjadi
Rp2.000.000,00 (USD 200,00)
Diisi dengan nilai PPnBM dalam satuan rupiah.
Dalam hal PPnBM dalam valuta asing, diisi dengan
nilai PPnBM yang terutang dalam satuan rupiah
yang telah dikonversi berdasarkan kurs yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada saat Surat
Keterangan Bebas diterbitkan dan dalam satuan
mata uang asing tersebut.
Contoh :
- Harga Jual USD 2.000,00
Kurs Menteri Keuangan pada saat diterbitkan
Surat Keterangan Bebas USD 1 = Rp. 10.000,00
Harga Jual menjadi sebesar Rp20.000.000,00
PPnBM terutang yang dibebaskan sebesar Rp.
1.000.000,00
Penulisan pada kolom (6) menjadi
Rpl.OOO.OOO,OO (USD 100,00)
Diisi dengan keterangan nomor dan tanggal
dokumen pendukung seperti proforma invoice,
Purchase Order atau dokumen lain yang
dipersamakan, dan Surat · Pernyataan Jumlah
Kepemilikan Kendaraan Bermotor.
Sehingga bentuk keseluruhan Tabel dalam Surat Keterangan Bebas Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan · Atas
Barang Mewah menjadi sebagai berikut:
No. Nama/Jenis
Kuantum
1-Iarga Jual PPN yang PPnBM Keterangan
BKP (Rp) Terutang yang
danjatau (Rp) Terutang
JKP (Rp)
-1- -2- -3- -4- - 5-
- 6-
-7-
1 Nama BKP 1 unit 20.000.000 2.000.000 1.000.000 Sesuai dengan:
(USD 2.000) (USD 200) (USD 100) Invoice
No:....
Tanggal:....
Kurs USD 1 = Rp
10.000,-
Sesuai Keputusan
Menteri Keuangan
Nomor ............
Tanggal ..........
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 6 -
7. Nama, Alamat, dan NPWP dari Wajib Pajak yang menyerahkan BKP dan/
atau JKP.
Nama Diisi dengan nama Pengusaha Kena Pajak yang menyerahkan
BKP danjatau JKP
Alamat Diisi dengan alamat Pengusaha Kena Pajak yang menyerahkan
BKP danjatau JKP
NPWP Diisi dengan NPWP Pengusaha Kena Pajak yang menyerahkan
BKP danjatau JKP
8. Tempat dan Tanggal Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
Diisi tempat dan tanggal diterbitkannya Surat Keterangan Bebas Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah.
Contoh: Jakarta, 12 Agustus 20 14.
9. Pengesahan Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
Diisi dengan tanda tangan, nama dan NIP Kepala KPP Badan dan Orang
Asing serta dibubuhi cap KPP Badan dan Orang Asing.
MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
MUHAMAD CHATIB BASRI
.;

More Related Content

What's hot

Pmk1350112014
Pmk1350112014Pmk1350112014
Pmk1350112014
Efry Ghani
 
P ph pasal 21
P ph pasal 21P ph pasal 21
P ph pasal 21
VeD VeD
 
Norma penghitungan khusus
Norma penghitungan khususNorma penghitungan khusus
Norma penghitungan khusus
karomah95
 
akutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMI
akutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMIakutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMI
akutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMI
noval dwi ridzkiana
 
Mat brev-a
Mat brev-aMat brev-a
Mat brev-a
Sidik Abdullah
 
P ph pasal 21 26
P ph pasal 21 26P ph pasal 21 26
P ph pasal 21 26
Ida Bagus Adi Putra
 
Uu 36-2008
Uu 36-2008Uu 36-2008
Uu 36-2008
Aulia Essad
 
Uu No 36 tahun 2008 PPH
Uu No 36 tahun 2008 PPHUu No 36 tahun 2008 PPH
Uu No 36 tahun 2008 PPH
Yesica Adicondro
 
Pph final pasal 4 ayat (2)
Pph final pasal 4 ayat (2)Pph final pasal 4 ayat (2)
Pph final pasal 4 ayat (2)
Aihi Kagamine
 
PPN objek
PPN objekPPN objek
PPN objek
karomah95
 
POJK NO3-POJK.02-2014-tentang-tata-cara-pelaksanaan-pungutan-oleh-otoritas-ja...
POJK NO3-POJK.02-2014-tentang-tata-cara-pelaksanaan-pungutan-oleh-otoritas-ja...POJK NO3-POJK.02-2014-tentang-tata-cara-pelaksanaan-pungutan-oleh-otoritas-ja...
POJK NO3-POJK.02-2014-tentang-tata-cara-pelaksanaan-pungutan-oleh-otoritas-ja...divasedana
 
Petunjuk pelaksanaan direktur jenderal imigrasi nomor f 314 il 02 10 tahun 19...
Petunjuk pelaksanaan direktur jenderal imigrasi nomor f 314 il 02 10 tahun 19...Petunjuk pelaksanaan direktur jenderal imigrasi nomor f 314 il 02 10 tahun 19...
Petunjuk pelaksanaan direktur jenderal imigrasi nomor f 314 il 02 10 tahun 19...
Bajang Perdana
 
Pp2002 11 ttg-pengadaan-pns
Pp2002 11 ttg-pengadaan-pnsPp2002 11 ttg-pengadaan-pns
Pp2002 11 ttg-pengadaan-pns
Nandang Sukmara
 
PPN Fasilitas
PPN  FasilitasPPN  Fasilitas
PPN Fasilitas
karomah95
 
Diskriminasi pemajakan atas bujka
Diskriminasi pemajakan atas bujkaDiskriminasi pemajakan atas bujka
Diskriminasi pemajakan atas bujkaCitasco
 
Pajak penghasilan pasal 23
Pajak penghasilan pasal 23Pajak penghasilan pasal 23
Pajak penghasilan pasal 23
Renhard Harve
 
Kepemenaker 1012004
Kepemenaker 1012004Kepemenaker 1012004
Kepemenaker 1012004
Ridwan Rezpectt
 
Petunjuk pengisian spt 1770 s
Petunjuk pengisian spt 1770 sPetunjuk pengisian spt 1770 s
Petunjuk pengisian spt 1770 s
tri wibowo
 
PMK Nomor 47/PMK.011/2010
PMK Nomor 47/PMK.011/2010PMK Nomor 47/PMK.011/2010
PMK Nomor 47/PMK.011/2010
Badan Kebijakan Fiskal
 

What's hot (19)

Pmk1350112014
Pmk1350112014Pmk1350112014
Pmk1350112014
 
P ph pasal 21
P ph pasal 21P ph pasal 21
P ph pasal 21
 
Norma penghitungan khusus
Norma penghitungan khususNorma penghitungan khusus
Norma penghitungan khusus
 
akutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMI
akutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMIakutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMI
akutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMI
 
Mat brev-a
Mat brev-aMat brev-a
Mat brev-a
 
P ph pasal 21 26
P ph pasal 21 26P ph pasal 21 26
P ph pasal 21 26
 
Uu 36-2008
Uu 36-2008Uu 36-2008
Uu 36-2008
 
Uu No 36 tahun 2008 PPH
Uu No 36 tahun 2008 PPHUu No 36 tahun 2008 PPH
Uu No 36 tahun 2008 PPH
 
Pph final pasal 4 ayat (2)
Pph final pasal 4 ayat (2)Pph final pasal 4 ayat (2)
Pph final pasal 4 ayat (2)
 
PPN objek
PPN objekPPN objek
PPN objek
 
POJK NO3-POJK.02-2014-tentang-tata-cara-pelaksanaan-pungutan-oleh-otoritas-ja...
POJK NO3-POJK.02-2014-tentang-tata-cara-pelaksanaan-pungutan-oleh-otoritas-ja...POJK NO3-POJK.02-2014-tentang-tata-cara-pelaksanaan-pungutan-oleh-otoritas-ja...
POJK NO3-POJK.02-2014-tentang-tata-cara-pelaksanaan-pungutan-oleh-otoritas-ja...
 
Petunjuk pelaksanaan direktur jenderal imigrasi nomor f 314 il 02 10 tahun 19...
Petunjuk pelaksanaan direktur jenderal imigrasi nomor f 314 il 02 10 tahun 19...Petunjuk pelaksanaan direktur jenderal imigrasi nomor f 314 il 02 10 tahun 19...
Petunjuk pelaksanaan direktur jenderal imigrasi nomor f 314 il 02 10 tahun 19...
 
Pp2002 11 ttg-pengadaan-pns
Pp2002 11 ttg-pengadaan-pnsPp2002 11 ttg-pengadaan-pns
Pp2002 11 ttg-pengadaan-pns
 
PPN Fasilitas
PPN  FasilitasPPN  Fasilitas
PPN Fasilitas
 
Diskriminasi pemajakan atas bujka
Diskriminasi pemajakan atas bujkaDiskriminasi pemajakan atas bujka
Diskriminasi pemajakan atas bujka
 
Pajak penghasilan pasal 23
Pajak penghasilan pasal 23Pajak penghasilan pasal 23
Pajak penghasilan pasal 23
 
Kepemenaker 1012004
Kepemenaker 1012004Kepemenaker 1012004
Kepemenaker 1012004
 
Petunjuk pengisian spt 1770 s
Petunjuk pengisian spt 1770 sPetunjuk pengisian spt 1770 s
Petunjuk pengisian spt 1770 s
 
PMK Nomor 47/PMK.011/2010
PMK Nomor 47/PMK.011/2010PMK Nomor 47/PMK.011/2010
PMK Nomor 47/PMK.011/2010
 

Similar to 162 pmk 03_2014 b_ebas pajak asing

Uu nomor 10 tahun 1995
Uu nomor 10 tahun 1995Uu nomor 10 tahun 1995
Uu nomor 10 tahun 1995
angga223
 
PP No 2 Tahun 2009 (Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, Dan Cukai Serta Pengawa...
PP No 2 Tahun 2009 (Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, Dan Cukai Serta Pengawa...PP No 2 Tahun 2009 (Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, Dan Cukai Serta Pengawa...
PP No 2 Tahun 2009 (Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, Dan Cukai Serta Pengawa...
Hendie Cahya Maladewa
 
32 pmk0102019 induk
32 pmk0102019 induk32 pmk0102019 induk
32 pmk0102019 induk
KantorHukum1
 
Salinan PP Nomor 22 Tahun 2024 (DHE).pdf
Salinan PP Nomor 22 Tahun 2024 (DHE).pdfSalinan PP Nomor 22 Tahun 2024 (DHE).pdf
Salinan PP Nomor 22 Tahun 2024 (DHE).pdf
CI kumparan
 
Pp 10 2012 kawasan bebas
Pp 10 2012 kawasan bebasPp 10 2012 kawasan bebas
Pp 10 2012 kawasan bebas
karomah95
 
Pp nomor 46 tahun 2013
Pp nomor 46 tahun 2013Pp nomor 46 tahun 2013
Pp nomor 46 tahun 2013
Cahyo Priyatno
 
Pp no.46 2013
Pp no.46 2013Pp no.46 2013
Pp no.46 2013
Pradhana Radya
 
Hukum Pajak Kel 1 Materi 4.pptx
Hukum Pajak Kel 1 Materi 4.pptxHukum Pajak Kel 1 Materi 4.pptx
Hukum Pajak Kel 1 Materi 4.pptx
MSULTHANALVI1
 
Pmk 97 tahun 2010
Pmk 97 tahun 2010Pmk 97 tahun 2010
Pmk 97 tahun 2010
Adi Kuntarto
 
Rencana pelaksanaan pembelajaran 22
Rencana pelaksanaan pembelajaran 22Rencana pelaksanaan pembelajaran 22
Rencana pelaksanaan pembelajaran 22
Dede Azis Nagara
 
Pajak Penjualan Barang Mewah
Pajak Penjualan Barang MewahPajak Penjualan Barang Mewah
Pajak Penjualan Barang Mewah
Juwita W'tio
 
Angka pengenal impor
Angka pengenal imporAngka pengenal impor
Angka pengenal impor
indrakarmaka
 
Bab 5 pajak penghasilan pasal 22 & pasal 24
Bab 5 pajak penghasilan pasal 22 & pasal 24Bab 5 pajak penghasilan pasal 22 & pasal 24
Bab 5 pajak penghasilan pasal 22 & pasal 24
Sidik Abdullah
 
PPh Pasal 22
PPh Pasal 22PPh Pasal 22
PPh Pasal 22
Nur Aisyah Zera Datu
 
Peraturan menteri keuangan nomor 107
Peraturan menteri keuangan nomor 107Peraturan menteri keuangan nomor 107
Peraturan menteri keuangan nomor 107
Pradhana Radya
 
Makalah pph 24 isi
Makalah pph 24 isiMakalah pph 24 isi
Makalah pph 24 isi
anisa_13
 
Pp nomor 36_tahun_2017_0
Pp nomor 36_tahun_2017_0Pp nomor 36_tahun_2017_0
Pp nomor 36_tahun_2017_0
vera siagian
 
PENGAJUAN PEMBEBASAN PAJAK.pdf
PENGAJUAN PEMBEBASAN PAJAK.pdfPENGAJUAN PEMBEBASAN PAJAK.pdf
PENGAJUAN PEMBEBASAN PAJAK.pdf
yudaboyz
 
Bab 7 pajak penghasilan pasal 25 fisal
Bab 7 pajak penghasilan pasal 25 fisalBab 7 pajak penghasilan pasal 25 fisal
Bab 7 pajak penghasilan pasal 25 fisal
Sidik Abdullah
 

Similar to 162 pmk 03_2014 b_ebas pajak asing (20)

Uu nomor 10 tahun 1995
Uu nomor 10 tahun 1995Uu nomor 10 tahun 1995
Uu nomor 10 tahun 1995
 
Pph psl 22
Pph psl 22Pph psl 22
Pph psl 22
 
PP No 2 Tahun 2009 (Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, Dan Cukai Serta Pengawa...
PP No 2 Tahun 2009 (Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, Dan Cukai Serta Pengawa...PP No 2 Tahun 2009 (Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, Dan Cukai Serta Pengawa...
PP No 2 Tahun 2009 (Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, Dan Cukai Serta Pengawa...
 
32 pmk0102019 induk
32 pmk0102019 induk32 pmk0102019 induk
32 pmk0102019 induk
 
Salinan PP Nomor 22 Tahun 2024 (DHE).pdf
Salinan PP Nomor 22 Tahun 2024 (DHE).pdfSalinan PP Nomor 22 Tahun 2024 (DHE).pdf
Salinan PP Nomor 22 Tahun 2024 (DHE).pdf
 
Pp 10 2012 kawasan bebas
Pp 10 2012 kawasan bebasPp 10 2012 kawasan bebas
Pp 10 2012 kawasan bebas
 
Pp nomor 46 tahun 2013
Pp nomor 46 tahun 2013Pp nomor 46 tahun 2013
Pp nomor 46 tahun 2013
 
Pp no.46 2013
Pp no.46 2013Pp no.46 2013
Pp no.46 2013
 
Hukum Pajak Kel 1 Materi 4.pptx
Hukum Pajak Kel 1 Materi 4.pptxHukum Pajak Kel 1 Materi 4.pptx
Hukum Pajak Kel 1 Materi 4.pptx
 
Pmk 97 tahun 2010
Pmk 97 tahun 2010Pmk 97 tahun 2010
Pmk 97 tahun 2010
 
Rencana pelaksanaan pembelajaran 22
Rencana pelaksanaan pembelajaran 22Rencana pelaksanaan pembelajaran 22
Rencana pelaksanaan pembelajaran 22
 
Pajak Penjualan Barang Mewah
Pajak Penjualan Barang MewahPajak Penjualan Barang Mewah
Pajak Penjualan Barang Mewah
 
Angka pengenal impor
Angka pengenal imporAngka pengenal impor
Angka pengenal impor
 
Bab 5 pajak penghasilan pasal 22 & pasal 24
Bab 5 pajak penghasilan pasal 22 & pasal 24Bab 5 pajak penghasilan pasal 22 & pasal 24
Bab 5 pajak penghasilan pasal 22 & pasal 24
 
PPh Pasal 22
PPh Pasal 22PPh Pasal 22
PPh Pasal 22
 
Peraturan menteri keuangan nomor 107
Peraturan menteri keuangan nomor 107Peraturan menteri keuangan nomor 107
Peraturan menteri keuangan nomor 107
 
Makalah pph 24 isi
Makalah pph 24 isiMakalah pph 24 isi
Makalah pph 24 isi
 
Pp nomor 36_tahun_2017_0
Pp nomor 36_tahun_2017_0Pp nomor 36_tahun_2017_0
Pp nomor 36_tahun_2017_0
 
PENGAJUAN PEMBEBASAN PAJAK.pdf
PENGAJUAN PEMBEBASAN PAJAK.pdfPENGAJUAN PEMBEBASAN PAJAK.pdf
PENGAJUAN PEMBEBASAN PAJAK.pdf
 
Bab 7 pajak penghasilan pasal 25 fisal
Bab 7 pajak penghasilan pasal 25 fisalBab 7 pajak penghasilan pasal 25 fisal
Bab 7 pajak penghasilan pasal 25 fisal
 

162 pmk 03_2014 b_ebas pajak asing

  • 1. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT KETERANGAN BEBAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH KEPADA PERWAKILAN NEGARA ASING DAN BADAN INTERNASIONAL SERTA PEJABATNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2013 tentang Pemberian Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Kepada Perwakilan Negara Asing dan Badan Internasional serta Pejabatnya, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah kepada Perwakilan Negara Asing dan Badan Internasional serta Pejabatnya; Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2013 tentang Pemberian Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Kepada Perwakilan Negara Asing dan Badan Internasional serta Pejabatnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5425); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT KETERANGAN BEBAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH KEPADA PERWAKILAN NEGARA ASING DAN BADAN INTERNASIONAL SERTA PEJABATNYA. Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Perwakilan Negara Asing adalah perwakilan diplomatik, dan/atau
  • 2. perwakilan konsuler yang diakreditasikan kepada pemerintah Republik Indonesia, termasuk perwakilan tetap/misi diplomatik yang diakreditasikan kepada Sekretariat ASEAN, organisasi internasional yang diperlakukan sebagai perwakilan diplomatik/konsuler, serta misi khusus, dan berkedudukan di Indonesia. 2. Pejabat Perwakilan Negara Asing adalah kepala beserta staf Perwakilan Negara Asing, kecuali staf yang merupakan Warga Negara Indonesia. 3. Badan Internasional adalah suatu badan Perwakilan Organisasi Internasional di bawah Perserikatan Bangsa Bangsa, badan-badan di bawah Perwakilan Negara Asing dan Organisasi/Lembaga Asing lainnya yang melaksanakan kerjasama teknik yang bertempat dan berkedudukan di Indonesia. 4. Pejabat Badan Internasional adalah Kepala, Pejabat/staf, dan tenaga ahli Badan Internasional yang telah mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Indonesia untuk menjalankan tugas atau jabatan di Indonesia, kecuali staf dan/atau tenaga ahli yang merupakan Warga Negara Indonesia. Pasal 2 (1) Atas impor Barang Kena Pajak oleh: a. Perwakilan Negara Asing serta Pejabat Perwakilan Negara Asing; dan b. Badan Internasional serta Pejabat Badan Internasional, dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. (2) Atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak kepada: a. Perwakilan Negara Asing serta Pejabat Perwakilan Negara Asing; dan b. Badan Internasional serta Pejabat Badan Internasional, dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. (3) Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah: a. kendaraan bermotor; dan b. selain kendaraan bermotor. (4) Kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a adalah kendaraan bermotor roda empat. Pasal 3 Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), dapat diberikan atas penyerahan kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rantai distribusi kendaraan bermotor, yaitu importir, Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), industri perakitan, distributor, dealer, sub-dealer dan showroom.
  • 3. Pasal 4 (1) Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah kepada Perwakilan Negara Asing serta Pejabat Perwakilan Negara Asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a dan Pasal 2 ayat (2) huruf a diberikan berdasarkan asas timbal balik. (2) Penerapan asas timbal balik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri Luar Negeri. (3) Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diberikan oleh Menteri Keuangan setelah mendapat rekomendasi dari Menteri Luar Negeri atau pejabat yang ditunjuk. (4) Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah kepada Perwakilan Negara Asing serta Pejabat Perwakilan Negara Asing diberikan dengan mempertimbangkan batas minimum pembelian barang atau jasa di luar Pajak Pertambahan Nilai yang ditetapkan suatu negara (minimum purchase requirement) dari Menteri Luar Negeri atau pejabat yang ditunjuk. Pasal 5 (1) Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah kepada Badan Internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b dan Pasal 2 ayat (2) huruf b hanya diberikan kepada Badan Internasional yang: a. tidak termasuk subjek Pajak Penghasilan sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Pajak Penghasilan; dan b. mendapatkan rekomendasi dari Menteri Sekretaris Negara atau pejabat yang ditunjuk. (2) Kerjasama teknik yang dilaksanakan oleh Badan Internasional yang dapat diberikan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah meliputi bantuan-bantuan berupa hibah/sumbangan dari luar negeri dalam kerangka kerjasama di bidang teknik, ilmu pengetahuan, sosial, kebudayaan, dan ekonomi, tidak termasuk di dalamnya kredit-kredit dan penanaman modal asing. (3) Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah kepada Pejabat Badan Internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b dan Pasal 2 ayat (2) huruf b hanya diberikan kepada Pejabat Badan Internasional, dalam hal: a. Badan Internasional tempat pejabat dimaksud bekerja memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a; dan b. Pejabat dimaksud mendapatkan rekomendasi dari Menteri Sekretaris Negara atau pejabat yang ditunjuk. (4) Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah kepada Badan Internasional serta
  • 4. Pejabat Badan Internasional diberikan dengan mempertimbangkan batas minimum pembelian barang atau jasa di luar Pajak Pertambahan Nilai yang ditetapkan suatu negara (minimum purchase requirement) dari Menteri Sekretaris Negara atau pejabat yang ditunjuk. Pasal 6 (1) Batasan jumlah impor kendaraan bermotor dalam keadaan jadi/completely built up (CBU) untuk Perwakilan Negara Asing serta Pejabat Perwakilan Negara Asing sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (1) huruf a, berlaku ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pembebasan bea masuk dan cukai atas impor barang Perwakilan Negara Asing beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia. (2) Batasan jumlah perolehan kendaraan bermotor yang diproduksi/dirakit dalam negeri dan perolehan dalam negeri kendaraan bermotor dalam keadaan jadi/completely built up (CBU) untuk Perwakilan Negara Asing serta Pejabat Perwakilan Negara Asing yang dapat diberikan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, tidak melebihi batasan jumlah impor kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Penerapan batasan jumlah impor kendaraan bermotor dalam keadaan jadi/ completely built up (CBU) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan jumlah perolehan kendaraan bermotor yang diproduksi/dirakit dalam negeri dan perolehan dalam negeri kendaraan bermotor dalam keadaan jadi/completely built up (CBU) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh Kementerian Luar Negeri. (4) Perwakilan Negara Asing serta Pejabat Perwakilan Negara Asing dapat diberikan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas impor kendaraan bermotor dalam keadaan jadi/ completely built up (CBU), perolehan kendaraan bermotor yang diproduksi/dirakit dalam negeri, dan/atau perolehan dalam negeri kendaraan bermotor dalam keadaan jadi/completely built up (CBU) dengan spesifikasi teknis yang berbeda dari ketentuan dalam Pasal 2 ayat (4), setelah mendapat rekomendasi dari Menteri Luar Negeri atau pejabat yang ditunjuk. (5) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), batasan perolehan kendaraan bermotor yang diproduksi/dirakit dalam negeri dan perolehan dalam negeri kendaraan bermotor dalam keadaan jadi/ completely built up (CBU) yang dapat diberikan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dapat melebihi batasan jumlah impor dan perolehan kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dalam hal dilaksanakan berdasarkan asas timbal balik. Pasal 7 (1) Batasan jumlah impor kendaraan bermotor dalam keadaan jadi/completely built up (CBU) untuk Badan Internasional serta Pejabat Badan Internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b, berlaku ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pembebasan bea masuk dan cukai atas impor barang Badan Internasional beserta para
  • 5. pejabatnya yang bertugas di Indonesia. (2) Batasan jumlah perolehan kendaraan bermotor yang diproduksi/dirakit dalam negeri dan perolehan dalam negeri kendaraan bermotor dalam keadaan jadi/ completely built up (CBU) yang dapat diberikan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, adalah: a. 6 (enam) unit, untuk Badan Internasional dengan jumlah pejabat lebih dari 5 (lima) orang; b. sejumlah pejabatnya, untuk Badan Internasional dengan jumlah pejabat 5 (lima) orang atau kurang; c. sesuai kebutuhan, untuk program/proyek kerjasama teknik yang dilaksanakan oleh Badan Internasional; d. 1 (satu) unit, untuk Pejabat Badan Internasional. (3) Penerapan batasan jumlah impor kendaraan bermotor dalam keadaan jadi/completely built up (CBU) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan jumlah perolehan kendaraan bermotor yang diproduksi/dirakit dalam negeri serta perolehan dalam negeri kendaraan bermotor dalam keadaan jadi/ completely built up (CBU) sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilaksanakan oleh Kementerian Sekretariat Negara. (4) Dalam rangka melaksanakan kerjasama teknik, Badan Internasional dapat diberikan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas: a. impor kendaraan bermotor dalam keadaan jadi/ completely built up (CBU); b. perolehan kendaraan bermotor yang diproduksi/dirakit dalam negeri; dan/atau c. perolehan dalam negeri kendaraan bermotor dalam keadaan jadi/ completely built up (CBU), dengan spesifikasi teknis yang berbeda dari ketentuan dalam Pasal 2 ayat (4), setelah mendapat rekomendasi dari Menteri Sekretaris Negara atau Pejabat yang ditunjuk. Pasal 8 (1) Perwakilan Negara Asing dan Badan Internasional serta pejabatnya yang memperoleh Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, harus memiliki Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan. (2) Dikecualikan dari ketentuan memiliki Surat Keterangan Bebas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), atas impor Barang Kena Pajak oleh Perwakilan Negara Asing dan Badan Internasional serta pejabatnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). Pasal 9
  • 6. (1) Perwakilan Negara Asing dan Badan Internasional serta pejabatnya mengajukan permohonan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah kepada Menteri Luar Negeri atau Menteri Sekretaris Negara sebelum perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak. (2) Menteri Luar Negeri atau Menteri Sekretaris Negara atau Pejabat yang ditunjuk menyampaikan: a. permohonan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Badan dan Orang Asing, dilampiri surat rekomendasi Menteri Luar Negeri atau Menteri Sekretaris Negara disertai bukti-bukti pendukung, untuk perolehan dalam negeri Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak; b. permohonan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dilampiri surat rekomendasi Menteri Luar Negeri atau Menteri Sekretaris Negara, untuk impor Barang Kena Pajak. (3) Bukti-bukti pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a paling kurang: a. Asli proforma invoice dan fotokopi Purchase Order atau dokumen lain yang dapat dipersamakan; dan b. Bukti-bukti pendukung yang dipersyaratkan oleh Kementerian Luar Negeri atau Kementerian Sekretariat Negara. (4) Selain bukti pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dalam hal perolehan kendaraan bermotor, harus dilengkapi dengan Surat Pernyataan Jumlah Kepemilikan Kendaraan Bermotor. (5) Menteri Keuangan berdasarkan rekomendasi dari Menteri Luar Negeri atau Menteri Sekretaris Negara dapat menerbitkan Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. (6) Perwakilan Negara Asing dan Badan Internasional serta pejabatnya: a. yang memperoleh Barang Kena Pajak yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), tidak memerlukan Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan. b. yang memperoleh Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 3, harus memiliki Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan. (7) Impor Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) yang dapat diberikan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak
  • 7. Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah impor Barang Kena Pajak yang memperoleh pembebasan Bea Masuk dan rekomendasi Menteri Luar Negeri atau Menteri Sekretaris Negara. (8) Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas impor Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilaksanakan sepenuhnya oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai sesuai dengan ketentuan kepabeanan yang berlaku. Pasal 10 (1) Kepala Kantor Pelayanan Pajak Badan dan Orang Asing melakukan penelitian terhadap permohonan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2). (2) Kepala Kantor Pelayanan Pajak Badan dan Orang Asing atas nama Direktur Jenderal Pajak menerbitkan keputusan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah diterima. (3) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa: a. Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dalam hal permohonan dikabulkan sebagian atau seluruhnya; atau b. Surat penolakan, dalam hal permohonan tidak dikabulkan dengan disertai alasan penolakan. Pasal 11 (1) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) terlampaui, Kepala Kantor Pelayanan Pajak Badan dan Orang Asing tidak memberikan keputusan, permohonan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dianggap dikabulkan. (2) Atas permohonan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dianggap dikabulkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Kantor Pelayanan Pajak Badan dan Orang Asing atas nama Direktur Jenderal Pajak harus menerbitkan Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah paling lama 5 (lima) hari kerja setelah jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berakhir. Pasal 12 Penatausahaan dan bentuk Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran, yang merupakan bagian tidak
  • 8. terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 13 Ketentuan tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 231/KMK.03/2001 tentang Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Impor Barang Kena Pajak yang Dibebaskan dari Pungutan Bea Masuk sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 70/PMK.011/2013, beserta perubahannya, tidak diberlakukan untuk impor Barang Kena Pajak yang dilakukan oleh Perwakilan Negara Asing dan Badan Internasional beserta pejabatnya. Pasal 14 Permohonan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang telah diterima sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, tetap diproses sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 25/KMK.01/1998 tentang Pemberian Restitusi/Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penjualan atas Barang Mewah kepada Perwakilan Negara Asing/Badan Internasional serta Pejabat/Tenaga Ahlinya. Pasal 15 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 25/KMK.01/1998 tentang Pemberian Restitusi/Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Kepada Perwakilan Negara Asing/Badan Internasional Serta Pejabat/Tenaga Ahlinya, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 16 Peraturan Menteri ini mulai berlaku setelah 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 13 Agustus 2014 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd.
  • 9. MUHAMAD CHATIB BASRI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 14 Agustus 2014 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 1141
  • 10. LAMPIRAN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.03/2014 . TENTANG . TATA CARA PENERBITAN SURAT KETERANGAN BEBAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAJ ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAJ DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH KEPADA PERWAKILAN NEGARA ASING MENTER! KEUANGAN DAN BADAN INTERNASIONAL SERTA PEJABATNYA REPUBLIK INDONESIA PENATAUSAHAAN SURAT KETERANGAN BEBAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAI{ PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK I. UMUM . ' PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH 1. Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPN atau PPN dan PPnBM) yang terutang atas Penyerahan Barang Kena Pajak danjatau Jasa Kena Pajak (BKP dan/atau JKP) dapat dibebaskan dengan Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak Badan dan Orang Asing atas nama Direktur Jenderal Pajak. 2. Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud dalam angka 1 diperlukan untuk setiap kali Penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau Jasa Kena Pajak. 3. Dalam hal permohonan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ditolak seluruhnya, penolakan pembebasan PPN atau PPN dan PPnBM dilakukan dengan menggunakan format surat dinas biasa dengan mencantumkan alasan penolakan secara jelas. II. PENATAUSAHAAN SURAT KETERANGAN BEBAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah atas penyerahan BKP dan/atau JKP diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Badan dan Orang Asing atas nama Direktur Jenderal Pajak kepada pemohon Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dan ditembuskan kepada: 1) Kepala KPP tempat PKP Penjual terdaftar; 2) Direktur Fasilitas Diplomatik Kementerian Luar Negeri/Kepala Biro Kerjasama Teknik Luar Negeri Kementerian Sekretariat Negara; ·.I ·:
  • 11. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - CONTOH BENTUK SURAT. KETERANGAN BEBAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT KETERANGAN BEBAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH Nomor : KET- ..............................................(1) Kepala Kantor Pelayanan Pajak atas nama Direktur Jenderal Pajak dengan ini menerangkan bahwa Perwakilan Negara Asing/Badan InternasionaljPejabat*:(2) Nama Instansi Alamat Nama Pejabat Jabatan Sesuai dengan Surat Rekomendasi ...(3)...... nomor ...(4) ....., tanggal ...(S)....dan b�rdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2013 malm diberikan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang atas penyerahan Barang Kena Pajak danjatau Jasa Kena Pajak di bawah ini:(6) Nama/Jenis Harga PPnBM No BKP dan/atau Kuantum Jual PPN yang yang JKP Terutang (Rp) Terutang Keterangan (Rp) (Rp) -1- - 2 - -3- -4- -5- -6- -7- Dalam hal transaksi menggunalcan valuta asing, nilai PPN dan nilai PPnBM yang dibebaskan disesuailcan dengan leurs pada saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak. Surat Keterangan ini agar diserahkan kepada:(7) Nama Alamat . ..................................................... NPWP Demikian untuk dipergunakan seperlunya. * coret yang tidak perlu .........(8)............, .............. ..... .......... ....... a.n. Direktur Jenderal Pajak Kepala Kantor Pelayanan Pajak Badan dan Orang Asing ..................(9)............................ NIP ........................................ ··.�
  • 12. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 3 - III. PETUNJUK PENGISIAN SURAT KETERANGAN BEBAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH PENYERAHAN BKP DAN ATAU JKP. 1. Nomor Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah diisi sesuai dengan tata cara penomoran yang berlaku. 2. Nama Instansi, Alamat, Nama Pejabat, dan Jabatan. a. Nama Instansi b. Alamat c. Nama Pejabat d. Jabatan Diisi dengan nama Perwakilan Negara Asing atau Badan Internasional Diisi dengan alamat Perwakilan Negara Asing atau Badan Internasional Dalam hal permohonan Perwakilan Negara Asing diajukan atau oleh Badan Internasional, diisi dengan nama pimpinan Perwakilan Negara Asing atau Badan · Internasional Dalam hal permohonan diajukan oleh. pejabat Perwakilan Negara Asing atau Badan Internasional, diisi dengan nama pejabat yang memohon pembebasan PPN atau PPN dan PPnBM Diisi dengan jabatan dari pejabat sebagaimana dimaksud pada huruf c 3. Surat Rekomendasi, diisi dengan penerbit Surat Rekomendasi yaitu Menteri Luar Negeri atau Menteri Sekretaris Negara. 4. Nomor, diisi dengan nomor Surat Rekomendasi. 5. Tanggal, diisi dengan tanggal Surat Rekomendasi. 6. Tabel pembebasan PPN atau PPN dan PPnBM. Kolom 1 Diisi dengan nomor urut Kolom 2 Diisi dengan nama atau jenis BKP dan/atau .JKP yang atas penyerahannya diberikan pembebasan PPN atau PPN dan PPnBM. Dalam hal rincian nama dan jenis BKP dan/atau JKP tidak dapat ditampung dalam satu lembar Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, maka dapat dibuat dalam lampiran tersendiri yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewahdan setiap lampiran ditandatangani oleh Kepala Kantor· Pelayanan Pajak serta dibubuhi cap Kantor Pelayanan Pajak, sedangkan kolom (2) diberi catatan "Rincian BKP dan/atau JKP terlampir" .I ·,
  • 13. Kolom 3 Kolom 4 Kolom 5 MENTEF�I I<EUANGAN HEPUBLIK INDONESIA - 4 - . Contoh: Daftar Rincian BKP dan/atau JKP yang dibebaskan dari pengenaan PPN atau PPN dan PPnBM berdasarkan surat keterangan bebas PPN atau PPN dan PPnBM Nomor KET-....... Tanggal ............. No, NamajJenis Kuantum Harga BKP/JKP Jual (Rp) 1. BKP A 1 buah 1.000.000 2. BKP B 2 unit 5.000.000 3. BKP C 3 pes 7.000.000 4. Dst Total ... . ........ .. ........ ,.................. a.n. Direktur Jenderal Paja,k Kepala Kantor Pelayanan Pajak Diisi dengan satuan jumlah BKP dan/atau JKP dalam hal terdapat satuan pengukuran. seperti 1 buah, 1 bulan, atau 1 set. Diisi dengan harga jual atau nilai penggantian dalam satuan rupiah. Dalam hal harga jual atau nilai penggantian dalam valuta asing, diisi dengan nilai transaksi dalam satuan rupiah yang telah dikonversi perdasarkan kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada saat surat keterangan bebas diterbitkan dan dalam satuan mata uang asing tersebut. Contoh: - Harga Jual USD 2.000,00 Kurs Menteri Ket:tangan pada saat diterbitkan surat keterangan bebas USD 1 = Rp10.000,00 Harga Jual menjadi sebesar Rp. 20.000.000,00 Penulisan pada kolom (4) menjadi: Rp20.000.000,00 (USD 2.000,00) Diisi dengan nilai PPN yang terutang dalam satuan rupiah. Dalam hal PPN dalam valuta asing, diisi dengan nilai PPN yang telah dikonversi berdasarkan kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada saat. surat keterangan bebas diterbitkan dan dalam satuan mata uang asing tersebut. · Contoh:
  • 14. Kolom 6 Kolom 7 MENTER! I<EUANGAN F�EPUBLII< INDONESIA - 5 - - Harga Jual USD 2.000,00 - Kurs Menteri Keuangan pada saat diterbitkan Surat Keterangan Bebas USD 1 = Rp. 10.000,00 - Harga Jual menjadi sebesar Rp. 20.000.000,00 - PPN terutang yang dibebaskan sebesar Rp 2.000.000,00 - Penulisan pada kolom · (5) menjadi Rp2.000.000,00 (USD 200,00) Diisi dengan nilai PPnBM dalam satuan rupiah. Dalam hal PPnBM dalam valuta asing, diisi dengan nilai PPnBM yang terutang dalam satuan rupiah yang telah dikonversi berdasarkan kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada saat Surat Keterangan Bebas diterbitkan dan dalam satuan mata uang asing tersebut. Contoh : - Harga Jual USD 2.000,00 Kurs Menteri Keuangan pada saat diterbitkan Surat Keterangan Bebas USD 1 = Rp. 10.000,00 Harga Jual menjadi sebesar Rp20.000.000,00 PPnBM terutang yang dibebaskan sebesar Rp. 1.000.000,00 Penulisan pada kolom (6) menjadi Rpl.OOO.OOO,OO (USD 100,00) Diisi dengan keterangan nomor dan tanggal dokumen pendukung seperti proforma invoice, Purchase Order atau dokumen lain yang dipersamakan, dan Surat · Pernyataan Jumlah Kepemilikan Kendaraan Bermotor. Sehingga bentuk keseluruhan Tabel dalam Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan · Atas Barang Mewah menjadi sebagai berikut: No. Nama/Jenis Kuantum 1-Iarga Jual PPN yang PPnBM Keterangan BKP (Rp) Terutang yang danjatau (Rp) Terutang JKP (Rp) -1- -2- -3- -4- - 5- - 6- -7- 1 Nama BKP 1 unit 20.000.000 2.000.000 1.000.000 Sesuai dengan: (USD 2.000) (USD 200) (USD 100) Invoice No:.... Tanggal:.... Kurs USD 1 = Rp 10.000,- Sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor ............ Tanggal ..........
  • 15. MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 6 - 7. Nama, Alamat, dan NPWP dari Wajib Pajak yang menyerahkan BKP dan/ atau JKP. Nama Diisi dengan nama Pengusaha Kena Pajak yang menyerahkan BKP danjatau JKP Alamat Diisi dengan alamat Pengusaha Kena Pajak yang menyerahkan BKP danjatau JKP NPWP Diisi dengan NPWP Pengusaha Kena Pajak yang menyerahkan BKP danjatau JKP 8. Tempat dan Tanggal Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Diisi tempat dan tanggal diterbitkannya Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Contoh: Jakarta, 12 Agustus 20 14. 9. Pengesahan Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Diisi dengan tanda tangan, nama dan NIP Kepala KPP Badan dan Orang Asing serta dibubuhi cap KPP Badan dan Orang Asing. MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. MUHAMAD CHATIB BASRI .;