SlideShare a Scribd company logo
1 of 43
Faris Khoirul Anam, Lc., M.H.I.
www.fariskhoirulanam.com
• Thaharah (bersuci) adalah hal-hal yang
menjadikan shalat dapat dilakukan, atau
menghilangkan suatu pencegah yang
disebabkan adanya hadats atau najis.
• Rasulullah SAW bersabda:

‫ن‬‫فإ‬‫تنظفوا‬
‫نظيف‬‫سالم‬‫ال‬
.
(
‫حبان‬‫ابن‬‫اه‬‫و‬‫ر‬
)

‫يمإن‬‫ال‬‫لى‬‫ا‬‫تدعوا‬‫النظإفة‬
.
(
‫وسط‬ ‫أ‬
‫ال‬‫في‬‫اني‬‫ر‬‫الطب‬‫اه‬‫و‬‫ر‬
)
• Dua hadits ini berstatus dha’if, tapi saling
menguatkan satu dengan lainnya.
THAHARAH (BERSUCI)
Menghilangkan hadats dengan cara wudlu dan
mandi besar
Menghilangkan najis, misalnya istinja’/cebok
dengan menggunakan air, atau membasuh baju
yang terkena najis
Yang semakna dengan menghilangkan hadats,
seperti tayammum (karena sebenarnya hadats
tidak hilang dengan bertayammum)
Semakna dengan menghilangkan najis, seperti
istinja’ dengan batu (karena bekas najis pasti masih
ada)
Seperti menghilangkan hadats, misalnya mandi-
mandi sunnah.
Thaharah
dilakukan
dengan
salah satu
pekerjaan
dari 5 hal
berikut:
MACAM –MACAM THAHARAH
(BERSUCI)
Najis Mughallazhah (Najis Berat)
Yaitu najis anjing, babi
atau peranakan salah
satunya.
Cara
menghilangkannya:
setelah dihilangkan
benda najisnya, dibasuh
dengan 7 basuhan,
salah satunya dicampur
dengan tanah.
Najis Mukhaffafah (Najis Ringan)
• Disebut sebagai najis ringan jika memenuhi 4
syarat, yaitu:
1) merupakan air kencing
2) dari anak laki-laki (bukan bayi
perempuan)
3) umur anak laki-laki tersebut tidak lebih
dari 2 tahun.
4) tidak pernah makan selain susu (adapun
selain susu tapi bukan untuk makan,
maka tidak mengapa, seperti minum
minuman sebagai obat, dan sebagainya)
Jika salah satu syarat-syarat di atas tidak
terpenuhi maka dihukumi sebagai najis
mutawassithah (najis sedang).
Cara menghilangkan najis ringan/mukhaffafah adalah dengan dengan cara menghilangkan benda najis
(air kencing tersebut) serta sifat-sifatnya (bau, warna, dan rasa), kemudian memerciki air di tempat
najis tersebut, sekira air percikan lebih banyak dari air kencing, dan.
Najis Mutawassithah (Najis Sedang)
Yaitu seluruh najis selain
najis mughallazhah (berat)
dan najis mukhaffafah
(ringan). Najis
mutawassithah dibedakan
menjadi dua:
b. Najis hukmiyah
Najisyang tidak punya warna, tidak punya bau,
dan tidak punya rasa. Cara mensucikannya:
dengan mengalirkan air di tempat najis tersebut.
a. Najis ‘ainiyyah
Najis yang mempunyai warna, bau, dan rasa.
Cara menghilangkannya: dibasuh dengan air
hingga hilang warna, bau, dan rasanya.
Air suci dan
mensucikan (air
muthlaq/air murni)
Air murni tidak bisa lagi
digunakan untuk berwudlu
(tapi masih suci) jika:
Air tersebut
telah berubah
(di mana
perubahan itu
karena terkena
benda suci,
adapun jika
berubah karena
benda najis,
maka air
menjadi najis).
Air tersebut
berubah karena
benda yang bisa
larut, seperti
bubuk kopi. Jika
tidak larut,
seperti kayu,
maka masih
bisa digunakan
untuk bersesuci.
Air tersebut
benar-benar
telah berubah,
seperti menjadi
juice, teh, dan
lain-lain.
Seperti air sumur, air laut,
dan sebagainya. Air murni
bisa digunakan untuk
bersesuci. Namun, air
musyammas (panas
terkena matahari), atau air
yang sangat panas, atau air
yang sangat dingin, makruh
untuk digunakan bersesuci.
Air suci tapi tidak
mensucikan Air dihukumi musta’mal, jika
air tersebut memenuhi 3 hal:
Air tersebut
sedikit (yaitu
kurang dari 2
kolah/217
liter);
Air
tersebuttel
ah
digunakan
untuk
bersesuci
(seperti
untuk
wudlu,
mandi
besar, atau
menghilan
gkan najis);
Air tersebuttelah menetes dari
anggota tubuh yang dibasuh,
dan tidak dengan niat
mencibuk. Adapun jika
seseorang, misalnya, setelah
membasuh wajah berniat
mencibuk air lagi untuk
membasuh kedua tangannya,
kemudian air bekas basuhan
wajah yang ada di tangannya
menetes ketika mencibuk,
maka hal itu tidak menjadikan
air menjadi musta’mal, selagi
dia berniat untuk mencibuk).
Seperti air musta’mal, yaitu
air yang telah digunakan
untuk bersesuci (misalnya
wudlu, mandi wajib, dan
sebagainya) atau digunakan
untuk membasuh basuhan
wajib dalam wudlu atau
mandi wajib itu. Adapun
basuhan sunnah (seperti
basuhan ke-2 dan ke-3 dalam
wudlu) tidak menjadikan air
menjadi musta’mal.
Hukum Air Yang Terkena Najis
Jika air sedikit (yakni kurang dari 2
kolah/217 liter), maka hukum air yang
terkena najis tersebut menjadi najis,
walaupun air tidak berubah.
Jika air tersebut banyak (2 kolah/217
liter, atau lebih), maka air tersebut masih
dihukumi suci, kecuali jika menjadi
berubah warna, atau rasa, atau baunya,
maka air tersebut menjadi najis.
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: “Saya
mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Sesungguhnya ummatku itu akan dipanggil pada
hari kiamat dalam keadaan bercahaya wajahnya
dan amat putih bersih tubuhnya dari sebab
bekas-bekasnya berwudhu. Maka dari itu,
barangsiapa yang dapat di antara engkau semua
hendak memperpanjang - yakni menambahkan -
bercahayanya, maka baiklah ia melakukannya -
dengan menyempurnakan berwudhu’ itu
sesempurna mungkin.” (Muttafaq 'alaih)
Dari Usman bin Affan r.a., ia berkata:
“Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Barangsiapa yang berwudhu lalu
memperbaguskan wudhu-nya - yakni
menyempurnakan sesempurna mungkin, maka
keluarlah kesalahan-kesalahannya sehingga
keluarnya itu sampai dari bawah kuku-
kukunya.” (Riwayat Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a. pula bahawasanya Rasulullah s.a.w.
bersabda:
“Sukakah engkau semua kalau saya tunjukkan akan sesuatu
amalan yang dapat melebur semua kesalahan dan dengan-
nya dapat pula menaikkan beberapa derajat?” Para sahabat
menjawab: “Baiklah, ya Rasulullah.” Beliau s.a.w. lalu
bersabda: “Yaitu menyempurnakan wudhu sekalipun
menemui beberapa hal yang tidak disenangi - seperti
terlampau dingin dan sebagainya, banyaknya
melangkahkan kaki untuk ke masjid dan menantikan shalat
sesudah melakukan shalat. Itulah yang disebut ribath. Itulah
yang disebut ribath - perjuangan menahan nafsu untuk
memperbanyak ketaatan pada Tuhan.” (Riwayat Muslim)
Dari Umar bin al-Khaththab r.a. dari Nabi s.a.w., beliau bersabda:
“Tiada seorangpun dari engkau semua yang berwudhu lalu ia
menyampaikan yakni menyempurnakan wudhunya, kemudian
mengucapkan: Asyhadu alla ilaha illallah wahdahu la syarika lah, wa
asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa rasuluh, melainkan
dibukakanlah untuknya pintu syurga yang delapan buah
banyaknya. la diperbolehkan masuk dari pintu mana pun juga
yang dikehendaki olehnya.” (Riwayat Muslim)
Imam Termidzi menambahkan ucapan di atas dengan: Alla-
hummaj'alni minat tawwabina waj'alni minal mutatthahhirin, -
artinya: Ya Allah, jadikanlah saya termasuk golongan orang-orang
yang bertaubat dan jadikanlah saya termasuk golongan orang-orang
yang bersuci.
Jarak Makkah – Hajar & Jarak Makkah - Bushra
Syarat-Syarat Wudlu, ada 15, yaitu:
1. Islam.
2. Tamyiz (sekira bisa cebok sendiri atau merawat diri sendiri).
3. Khusus perempuan harus bersih dari darah haid (darah datang
bulan) dan darah nifas (darah setelah melahirkan).
4. Bersih dari benda yang sekiranya bisa menghalangi sampainya
air ke kulit, seperti cat atau lem kayu.
5. Tidak ada benda di kulit yang bisa mengubah air, seperti sabun,
tinta, dsb.
6. Mengetahui bahwa hukum wudlu adalah wajib.
7. Tidak menganggap hal-hal fardlu dalam wudlu adalah sunnah,
seperti anggapan bahwa membasuh muka adalah sunnah,
padahal hukumnya wajib.
8. Menggunakan air yang suci mensucikan.
Lanjutan…
9. Menghilangkan najis yang terlihat oleh mata (‘ainiyyah).
10. Mengalirnya air di seluruh anggota wudlu yang wajib dibasuh, tidak
cukup dengan hanya mengusap menggunakan kain atau es.
11. Yakin bahwa dia wajib berwudlu.
12. Niat terus menerus sampai awal hingga akhir secara hukum (artinya,
tidak ada hal yang bisa membatalkan niat tersebut, seperti murtad /
keluar dari Islam, atau niat yang lain selain wudlu).
13. Tidak mengikat niat dengan sesuatu yang lain (murni niat untuk
wudlu).
14. dan 15. Wudlu harus dikerjakan ketika sudah masuk waktu shalat dan
terus menerus tanpa putus. Kedua syarat ini khusus bagi orang yang
selalu berhadats, seperti orang yang selalu keluar air kencingnya, atau
air madzinya, atau wanita yang ber-istihadloh (keluar darahnya bukan
karena haid atau nifas).
Rukun-Rukun Wudlu
1) Niat.
Dengan mengatakan dalam hati: “saya niat
wudlu untuk menghilangkan hadats, fardlu,
karena Allah SWT” (nawaitul wudlu-a li raf’il
hadatsil asghari fardlan lillaahi ta’aala).
Waktu niat adalah ketika awal kali membasuh
wajah.
2) Membasuh wajah.
Batas wajah yang wajib dibasuh adalah antara
tempat tumbuhnya rambut kepala, hingga
akhir dagu (batas memanjang), dan antara
dua telinga (batas melebar).
3) Membasuh dua tangan sekaligus kedua siku.
4) Mengusap sebagian kepala.
5) Membasuh kedua kaki sekaligus kedua mata
kaki.
6) Berurutan.
1. Melafadzkan niat dengan lisan.
2. Membaca Basmalah
(Bismillaahirrahmaanirahiim)
dan Ta’awwudz (A’uudzu
billaahi minasys
yaithoonirrojiim).
3. Bersiwak.
4. Membasuh kedua telapak
tangan.
5. Berkumur dan memasukkan air
ke dalam hidung.
6. Memulai basuhan wajah dari
bagian atas.
7. Mengusap kedua telinga
dengan air.
8. Menggosok anggota tubuh
dengan air.
9. Menyela-nyelai jari tangan
dan kaki.
10. Menggerakkan cincin yang
ada di jari tangan ketika
dibasuh.
11. Menghadap Kiblat.
12. Duduk tatkala berwudlu.
13. Menggunakan air secukupnya.
14. Tidak berbicara ketika
berwudlu.
15. Tidak melebihi
basuhan lebih
dari 3 kali.
Hal-Hal yang Membatalkan Wudlu
Karena keturunan
• ibu, anak
perempuan,
saudari, bibi
saudari ayah, bibi
saudari ibu, anak
perempuannya
saudara laki-laki,
anak
perempuannya
saudari perempuan
Karena susuan
• ibu susuan, anak
perempuan
sesusuan, saudari
sesusuan, bibi
saudari ayah
sesusuan, bibi
saudari ibu
sesusuan, anak
perempuannya
saudara laki-laki
sesusuan, anak
perempuannya
saudara
perempuan
sesusuan
Karena pernikahan
• ibunya istri
(mertua
perempuan), anak
perempuannya
istri (anak
perempuan tiri),
istrinya ayah (ibu
tiri), istrinya anak
(menantu)
Asyhadu allaa ilaaha illallaah,
wahdahu laa syariika lahu, wa
asyhadu anna Muhammadan
‘abduhu wa Rasuuluhu.
Allahummaj’alnii minat
tawwabiina, waj’alnii minal
mutathahhiriina waj’alnii min
‘ibaadikash shalihiina.
Subhanakallahumma wa bi
hamdika. Asyhadu an laa
ilaaha illa Anta Astaghfiruka wa
atuubu ilaik.
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan
melainkan Allah semata, dan tidak ada
yang menyekutukanNya. Aku bersaksi
bahwa Nabi Muhammad adalah
hamba dan utusan-Nya. Ya Allah,
jadikanlah aku termasuk orang yang
bertaubat, dan jadikanlah aku
termasuk orang yang bersuci, dan
jadikanlah aku dari golongan hamba-
hamba-Mu yang shaleh. Maha suci
Engkau Ya Allah dan dengan memuji
Engkau. Aku bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan selain Engkau. Aku mohon
ampun kepada Engkau dan aku
bertaubat kepada Engkau.
MANDI WAJIB
Mati
Melahirkan (Wajib mandi walaupun melahirkan berupa gumpalan darah atau
gumpalan daging)
Nifas (darah yang keluar setelah melahirkan).
Haid (wajib mandi setelah darah berhenti)
Keluarnya air mani
Hubungan suami istri
PERBEDAAN ANTARA AIR MANI, MADZI, DAN WADI: Mani: berwarna putih, pekat, Jika masih basah baunya seperti
adonan roti, jika sudah kering baunya seperti putih telur. Madzi: berwarna putih samar dan lengket, keluar sebab
hasrat seksual, sebelum hasrat betul-betul sempurna. Wadi: berwarna putih tebal dan keruh, keluar setelah kencing,
atau ketika membawa barang bawaan yang berat. Hukumnya: Mani mewajibkan mandi, tidak membatalkan wudlu,
dan hukumnya suci.. Madzi dan Wadi hukumnya seperti air kencing (membatalkan wudlu dan hukumnya najis).
1) Niat
• Cara niat pada mandi wajib: niat dalam
hati, dan disunnahkan untuk diucapkan
dengan lisan, dengan mengatakan:
Nawaitul ghusla li raf’il hadatsil akbari
fardhan lillahi Ta’ala (Saya niat mandi
untuk menghilangkan hadas besar
fardhu karena Allah Ta’ala).
• Bagi perempuan yang haidh, dengan
berniat : Nawaitul ghusla li raf’i
hadatsil haidhi fardhan lillahi Ta’ala
(Saya niat mandi untuk menghilangkan
hadas haid fardhu karena Allah Ta’ala).
• Sedang bagi perempuan yang nifas,
dengan berniat: Nawaitul ghusla li raf’i
hadatsin nifasi fardhan lillahi Ta’ala
(Saya niat mandi untuk menghilangkan
hadas nifas fardhu karena Allah Ta’ala)
Waktu niat: Ketika pertama kali
membasuh badan.
• Jika wajib bagi seseorang untuk 2
mandi wajib sekaligus, seperti
mandi sehabis bersetubuh (jima’)
dan mandi karena keluar mani,
maka cukup dengan satu niatan
saja, misalnya dengan berniat, “aku
niat mandi wajib”.
• Jika wajib bagi seseorang mandi
wajib dan mandi sunnah, seperti
mandi sehabis bersetubuh dan
mandi untuk Shalat Jum’at, maka
dia diharuskan berniat untuk
kedua-duanya, dengan berniat,
“aku niat mandi wajib”, dan “aku
niat mandi sunnah sebelum Shalat
Jum’at”.
2) Meratakan air ke seluruh badan.
Karena itu orang yang mandi
wajib hendaknya selalu
memperhatikan bagian-
bagian tubuh yang
dikhawatirkan tidak terkena
air, seperti ketiak, lipatan-
lipatan perut, lobang telinga,
bagian dalam antara dua
pantat, lobang pusar, dan
sebagainya.
1) Membaca “Bismillahirrahmanir rahim”.
2) Wudhu sebelum mandi.
3) Menghadap kiblat.
4) Berdiri.
5) Menggosokkan tangan ke
seluruh tubuh.
6) Bersambung (tidak terputus-putus).
7) Mendahulukan bagian tubuh yang
kanan dari yang kiri.
Tayammum adalah
meratakan debu ke
wajah dan kedua lengan
tangan, dengan niat
tertentu.
1. Adanya halangan menggunakan
air untuk berwudlu, misalnya
karena bepergian atau sakit.
2. Telah masuk waktu shalat.
3. Berusaha mencari air (waktu
mencari air harus setelah
masuk waktu shalat).
4. Tidak bisa mendapatkan air,
atau berhasil mendapatkannya,
namun air tersebut diperlukan
untuk yang lain, misalnya untuk
minum.
5. Memakai tanah suci yang
berdebu. Bila debu tersebut
bercampur kapur, tepung, pasir,
atau sebagainya, maka tidak
bisa dipakai untuk tayammum.
1. Memindah debu (dari
tempatnya ke wajah dan kedua
tangan, artinya dengan tidak,
misalnya, menghadapkan
wajah atau kedua tangan di
tempat berhamburan debu
karena terpaan angin).
2. Niat. Dengan berniat: “saya
niat bertayammum agar bisa
mengerjakan shalat” (nawaitut
tayammuma li ibaahatis
shalaati). Waktu niat adalah
mulai dari memindah debu
hingga mengusapkannya ke
wajah.
3. Mengusap wajah.
4. Mengusap kedua tangan
sekaligus kedua siku.
5. Berurutan.
1. Membaca
“Bismillahirrahmanirra
him”.
2. Mendahulukan
mengusap tangan
kanan dari tangan kiri.
3. Bersambung (artinya,
antara tiap-tiap
pengusapan tidak
berhenti).
1. Semua yang membatalkan wudlu.
2. Sebelum melaksanakan shalat, melihat air.
3. Murtad (keluar dari Islam).
Berakal (tidak gila)
Baligh
Islam
Seseorang dihukumi baligh jika didapati salah satu tanda:
1. Jika seseorang telah berumur 15 tahun qamariyyah/hijriyyah (meskipun belum bermimpi basah).
2. Atau bermimpi basah (sampai keluar air mani), baik dialami oleh laki-laki maupun perempuan yang telah
berumur 9 tahun qamariyyah/hijriyyah (bulan Arab).
3. Atau telah keluar haid, bagi wanita yang telah berumur 9 tahun qamariyyah/hijriyyah (bulan Arab).
1. Telah masuk waktu shalat.
2. Menghadap kiblat.
3. Suci dari hadats kecil dan hadats besar.
4. Suci dari najis, baik yang ada di baju, badan,
atau tempat shalat.
5. Menutup aurat.
Jika auratnya tersingkap ketika shalat,
kemudian langsung ditutupi, maka shalatnya
tetap sah. Adapun jika ditunda-tunda atau
tidak segera ditutupi, maka shalatnya batal.
6. Mengetahui kefardluan/kewajiban hukum
shalat. Jika dia bingung, shalat yang
dikerjakannya wajib atau sunnah, maka
shalatnya tidak sah.
7. Tidak menganggap hal yang wajib sebagai hal
yang sunnah. Misalnya dengan menganggap
hukum takbiratul ihram adalah sunnah,
padahal hukum sebenarnya adalah wajib.
1. Rukun Qauliyah (Rukun Ucapan): ada 5.
Dinamakan rukun ucapan karena orang yang shalat
harus melafadzkannya dalam lisan sekira dia bisa
mendengarnya sendiri. Kelima rukun ucapan itu
adalah: takbiratul ihram, membaca surat Al
Fatihah, tasyahhud akhir, shalawat kepada Nabi
Muhammad SAW ketika tasyahhud akhir, dan
salam.
2. Rukun Fi’liyyah (Rukun Perbuatan): ada 6, yaitu:
berdiri, ruku’, i’tidal (berdiri setelah ruku’), sujud,
duduk diantara dua sujud, duduk tasyahhud akhir.
3. Rukun Ma’nawi (bukan merupakan ucapan
ataupun perbuatan): ada 1, yaitu mengurutkan
urutan rukun-rukun sesuai urutannya.
4. Rukun Qalbiyyah (ada di hati): ada 1, yaitu niat.
Udzur shalat adalah
halangan-halangan yang
memperbolehkan
seseorang mengakhirkan
shalat dengan tanpa
berdosa. Udzur shalat ada
4, yaitu:
1. Tidur.
Tidur menjadi udzur shalat jika sesorang tidur sebelum waktu
shalat. Adapun jika dia tidur setelah masuk waktu shalat, maka
tidurnya tersebut tidak menjadi alasan dia boleh mengakhirkan
shalat. Kecuali jika telah menjadi kebiasaannya untuk bangun
sebelum waktu shalat habis, atau telah berpesan kepada orang
yang dipercayainya untuk membangunkannya sebelum habis
waktu shalat.
2. Lupa
Lupa menjadi udzur shalat jika sebabnya adalah perkara yang
boleh. Adapun jika sebabnya adalah perkara yang makruh atau
yang haram, maka tidak dianggap sebagai udzur shalat.
3. Men-jama’ (mengumpulkan dua shalat)
Artinya: mendahulukan shalat dari waktunya, atau
mengakhirkannya, karena di-jama’ (digabungkan dengan shalat
yang lain), dengan alasan bepergian atau sakit. Contoh: Shalat
Dzuhur dan Ashar dikerjakan pada waktu Dzuhur
(taqdim/mendahulukan), atau Dzuhur dan Ashar dikerjakan pada
waktu Ashar (ta’khir/mengakhirkan), dengan syarat-syarat
tertentu.
4. Dipaksa
Termasuk udzur shalat adalah apabila seseorang dipaksa dengan
disertai ancaman untuk melakukan shalat di luar waktunya,
dengan syarat-syarat tertentu.
1. Berkata dengan sengaja.
2. Mengerjakan sesuatu yang banyak
(yang bukan pekerjaan shalat).
3. Hadats besar (misalnya: keluar
darah haid) atau hadats kecil
(misalnya: kentut).
4. Kejatuhan najis.
5. Terbuka auratnya.
6. Mengubah niat.
7. Membelakangi kiblat.
8. Makan.
9. Minum.
10. Berdehem (kecuali karena terpaksa).
11. Murtad (keluar dari Islam).
1. Mulai terbitnya matahari hingga naik seukuran tombak (sekitar 16
menit).
2. Ketika matahari tepat di atas kepala/tepat di tengah langit, hingga
bergeser sedikit (waktunya sebentar saja).
3. Sejak langit menguning di sore hari hingga matahari terbenam.
4. Setelah melakukan Shalat Subuh hingga matahari terbit
5. Setelah melakukan Shalat Ashar hingga matahari terbenam.
Namun ada pengecualian, di mana shalat tidak diharamkan
untuk dilakukan pada di lima waktu tersebut, yaitu:
• Shalat Qadla
• Shalat Sunnah yang didahului oleh sebab, seperti: shalat sunnah setelah
wudlu, shalat tahiyyat masjid, dan sebagainya.
• Shalat sunnah yang sebabnya bersamaan, seperti: shalat Kusuf (Gerhana
Matahari), shalat khusuf (Gerhana Bulan).
BIODATA PEMATERI

More Related Content

Similar to Fikih Praktis dan Praktik.pptx

Similar to Fikih Praktis dan Praktik.pptx (20)

Thaharah
ThaharahThaharah
Thaharah
 
THAHARAH (pengertian) untuk SMP.pptx
THAHARAH (pengertian) untuk SMP.pptxTHAHARAH (pengertian) untuk SMP.pptx
THAHARAH (pengertian) untuk SMP.pptx
 
ATH-THAHARAH.pptx
ATH-THAHARAH.pptxATH-THAHARAH.pptx
ATH-THAHARAH.pptx
 
Ppt bab v ( thaharoh )
Ppt bab v ( thaharoh )Ppt bab v ( thaharoh )
Ppt bab v ( thaharoh )
 
Presentasi Fiqh 2
Presentasi Fiqh   2Presentasi Fiqh   2
Presentasi Fiqh 2
 
Thaharah
ThaharahThaharah
Thaharah
 
macam_macam_air_dan_hukumnya___pptx.pptx
macam_macam_air_dan_hukumnya___pptx.pptxmacam_macam_air_dan_hukumnya___pptx.pptx
macam_macam_air_dan_hukumnya___pptx.pptx
 
Presentasi Power Point Thaharah
Presentasi Power Point ThaharahPresentasi Power Point Thaharah
Presentasi Power Point Thaharah
 
Cara berwudhu nabi Muhammad SAW
Cara berwudhu nabi Muhammad SAWCara berwudhu nabi Muhammad SAW
Cara berwudhu nabi Muhammad SAW
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Materi Thaharah.ppt
Materi Thaharah.pptMateri Thaharah.ppt
Materi Thaharah.ppt
 
MAKALAH THOHARAH
MAKALAH THOHARAHMAKALAH THOHARAH
MAKALAH THOHARAH
 
Bab i taharah
Bab i taharahBab i taharah
Bab i taharah
 
1. materi tentang thaharah
1. materi tentang thaharah1. materi tentang thaharah
1. materi tentang thaharah
 
THAHARAH.ppt.pptx
THAHARAH.ppt.pptxTHAHARAH.ppt.pptx
THAHARAH.ppt.pptx
 
materi pesantren kilat fiqih THAHARAH.ppt
materi pesantren kilat fiqih THAHARAH.pptmateri pesantren kilat fiqih THAHARAH.ppt
materi pesantren kilat fiqih THAHARAH.ppt
 
THAHARAH.ppt
THAHARAH.pptTHAHARAH.ppt
THAHARAH.ppt
 
THAHARAH dalam pandangan ajaranIslam.ppt
THAHARAH dalam pandangan ajaranIslam.pptTHAHARAH dalam pandangan ajaranIslam.ppt
THAHARAH dalam pandangan ajaranIslam.ppt
 
THAHARAH.ppt
THAHARAH.pptTHAHARAH.ppt
THAHARAH.ppt
 
Modul thaharah-kelompok
Modul thaharah-kelompokModul thaharah-kelompok
Modul thaharah-kelompok
 

Recently uploaded

Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaYogaJanuarR
 
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIHAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIdillaayuna
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)ErhaSyam
 
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxPENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxmuhammadarsyad77
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanIqbaalKamalludin1
 
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptxHukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptxAudyNayaAulia
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptAlMaliki1
 
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum ViktimologiSaktaPrwt
 
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANBENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANharri34
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaIndra Wardhana
 

Recently uploaded (10)

Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
 
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIHAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
 
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxPENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
 
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptxHukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
 
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
 
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANBENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
 

Fikih Praktis dan Praktik.pptx

  • 1. Faris Khoirul Anam, Lc., M.H.I. www.fariskhoirulanam.com
  • 2. • Thaharah (bersuci) adalah hal-hal yang menjadikan shalat dapat dilakukan, atau menghilangkan suatu pencegah yang disebabkan adanya hadats atau najis. • Rasulullah SAW bersabda:  ‫ن‬‫فإ‬‫تنظفوا‬ ‫نظيف‬‫سالم‬‫ال‬ . ( ‫حبان‬‫ابن‬‫اه‬‫و‬‫ر‬ )  ‫يمإن‬‫ال‬‫لى‬‫ا‬‫تدعوا‬‫النظإفة‬ . ( ‫وسط‬ ‫أ‬ ‫ال‬‫في‬‫اني‬‫ر‬‫الطب‬‫اه‬‫و‬‫ر‬ ) • Dua hadits ini berstatus dha’if, tapi saling menguatkan satu dengan lainnya. THAHARAH (BERSUCI)
  • 3. Menghilangkan hadats dengan cara wudlu dan mandi besar Menghilangkan najis, misalnya istinja’/cebok dengan menggunakan air, atau membasuh baju yang terkena najis Yang semakna dengan menghilangkan hadats, seperti tayammum (karena sebenarnya hadats tidak hilang dengan bertayammum) Semakna dengan menghilangkan najis, seperti istinja’ dengan batu (karena bekas najis pasti masih ada) Seperti menghilangkan hadats, misalnya mandi- mandi sunnah. Thaharah dilakukan dengan salah satu pekerjaan dari 5 hal berikut: MACAM –MACAM THAHARAH (BERSUCI)
  • 4.
  • 5. Najis Mughallazhah (Najis Berat) Yaitu najis anjing, babi atau peranakan salah satunya. Cara menghilangkannya: setelah dihilangkan benda najisnya, dibasuh dengan 7 basuhan, salah satunya dicampur dengan tanah.
  • 6. Najis Mukhaffafah (Najis Ringan) • Disebut sebagai najis ringan jika memenuhi 4 syarat, yaitu: 1) merupakan air kencing 2) dari anak laki-laki (bukan bayi perempuan) 3) umur anak laki-laki tersebut tidak lebih dari 2 tahun. 4) tidak pernah makan selain susu (adapun selain susu tapi bukan untuk makan, maka tidak mengapa, seperti minum minuman sebagai obat, dan sebagainya) Jika salah satu syarat-syarat di atas tidak terpenuhi maka dihukumi sebagai najis mutawassithah (najis sedang). Cara menghilangkan najis ringan/mukhaffafah adalah dengan dengan cara menghilangkan benda najis (air kencing tersebut) serta sifat-sifatnya (bau, warna, dan rasa), kemudian memerciki air di tempat najis tersebut, sekira air percikan lebih banyak dari air kencing, dan.
  • 7. Najis Mutawassithah (Najis Sedang) Yaitu seluruh najis selain najis mughallazhah (berat) dan najis mukhaffafah (ringan). Najis mutawassithah dibedakan menjadi dua: b. Najis hukmiyah Najisyang tidak punya warna, tidak punya bau, dan tidak punya rasa. Cara mensucikannya: dengan mengalirkan air di tempat najis tersebut. a. Najis ‘ainiyyah Najis yang mempunyai warna, bau, dan rasa. Cara menghilangkannya: dibasuh dengan air hingga hilang warna, bau, dan rasanya.
  • 8.
  • 9. Air suci dan mensucikan (air muthlaq/air murni) Air murni tidak bisa lagi digunakan untuk berwudlu (tapi masih suci) jika: Air tersebut telah berubah (di mana perubahan itu karena terkena benda suci, adapun jika berubah karena benda najis, maka air menjadi najis). Air tersebut berubah karena benda yang bisa larut, seperti bubuk kopi. Jika tidak larut, seperti kayu, maka masih bisa digunakan untuk bersesuci. Air tersebut benar-benar telah berubah, seperti menjadi juice, teh, dan lain-lain. Seperti air sumur, air laut, dan sebagainya. Air murni bisa digunakan untuk bersesuci. Namun, air musyammas (panas terkena matahari), atau air yang sangat panas, atau air yang sangat dingin, makruh untuk digunakan bersesuci.
  • 10. Air suci tapi tidak mensucikan Air dihukumi musta’mal, jika air tersebut memenuhi 3 hal: Air tersebut sedikit (yaitu kurang dari 2 kolah/217 liter); Air tersebuttel ah digunakan untuk bersesuci (seperti untuk wudlu, mandi besar, atau menghilan gkan najis); Air tersebuttelah menetes dari anggota tubuh yang dibasuh, dan tidak dengan niat mencibuk. Adapun jika seseorang, misalnya, setelah membasuh wajah berniat mencibuk air lagi untuk membasuh kedua tangannya, kemudian air bekas basuhan wajah yang ada di tangannya menetes ketika mencibuk, maka hal itu tidak menjadikan air menjadi musta’mal, selagi dia berniat untuk mencibuk). Seperti air musta’mal, yaitu air yang telah digunakan untuk bersesuci (misalnya wudlu, mandi wajib, dan sebagainya) atau digunakan untuk membasuh basuhan wajib dalam wudlu atau mandi wajib itu. Adapun basuhan sunnah (seperti basuhan ke-2 dan ke-3 dalam wudlu) tidak menjadikan air menjadi musta’mal.
  • 11. Hukum Air Yang Terkena Najis Jika air sedikit (yakni kurang dari 2 kolah/217 liter), maka hukum air yang terkena najis tersebut menjadi najis, walaupun air tidak berubah. Jika air tersebut banyak (2 kolah/217 liter, atau lebih), maka air tersebut masih dihukumi suci, kecuali jika menjadi berubah warna, atau rasa, atau baunya, maka air tersebut menjadi najis.
  • 12.
  • 13. Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya ummatku itu akan dipanggil pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya wajahnya dan amat putih bersih tubuhnya dari sebab bekas-bekasnya berwudhu. Maka dari itu, barangsiapa yang dapat di antara engkau semua hendak memperpanjang - yakni menambahkan - bercahayanya, maka baiklah ia melakukannya - dengan menyempurnakan berwudhu’ itu sesempurna mungkin.” (Muttafaq 'alaih)
  • 14. Dari Usman bin Affan r.a., ia berkata: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa yang berwudhu lalu memperbaguskan wudhu-nya - yakni menyempurnakan sesempurna mungkin, maka keluarlah kesalahan-kesalahannya sehingga keluarnya itu sampai dari bawah kuku- kukunya.” (Riwayat Muslim)
  • 15. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sukakah engkau semua kalau saya tunjukkan akan sesuatu amalan yang dapat melebur semua kesalahan dan dengan- nya dapat pula menaikkan beberapa derajat?” Para sahabat menjawab: “Baiklah, ya Rasulullah.” Beliau s.a.w. lalu bersabda: “Yaitu menyempurnakan wudhu sekalipun menemui beberapa hal yang tidak disenangi - seperti terlampau dingin dan sebagainya, banyaknya melangkahkan kaki untuk ke masjid dan menantikan shalat sesudah melakukan shalat. Itulah yang disebut ribath. Itulah yang disebut ribath - perjuangan menahan nafsu untuk memperbanyak ketaatan pada Tuhan.” (Riwayat Muslim)
  • 16. Dari Umar bin al-Khaththab r.a. dari Nabi s.a.w., beliau bersabda: “Tiada seorangpun dari engkau semua yang berwudhu lalu ia menyampaikan yakni menyempurnakan wudhunya, kemudian mengucapkan: Asyhadu alla ilaha illallah wahdahu la syarika lah, wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa rasuluh, melainkan dibukakanlah untuknya pintu syurga yang delapan buah banyaknya. la diperbolehkan masuk dari pintu mana pun juga yang dikehendaki olehnya.” (Riwayat Muslim) Imam Termidzi menambahkan ucapan di atas dengan: Alla- hummaj'alni minat tawwabina waj'alni minal mutatthahhirin, - artinya: Ya Allah, jadikanlah saya termasuk golongan orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah saya termasuk golongan orang-orang yang bersuci.
  • 17. Jarak Makkah – Hajar & Jarak Makkah - Bushra
  • 18.
  • 19. Syarat-Syarat Wudlu, ada 15, yaitu: 1. Islam. 2. Tamyiz (sekira bisa cebok sendiri atau merawat diri sendiri). 3. Khusus perempuan harus bersih dari darah haid (darah datang bulan) dan darah nifas (darah setelah melahirkan). 4. Bersih dari benda yang sekiranya bisa menghalangi sampainya air ke kulit, seperti cat atau lem kayu. 5. Tidak ada benda di kulit yang bisa mengubah air, seperti sabun, tinta, dsb. 6. Mengetahui bahwa hukum wudlu adalah wajib. 7. Tidak menganggap hal-hal fardlu dalam wudlu adalah sunnah, seperti anggapan bahwa membasuh muka adalah sunnah, padahal hukumnya wajib. 8. Menggunakan air yang suci mensucikan.
  • 20. Lanjutan… 9. Menghilangkan najis yang terlihat oleh mata (‘ainiyyah). 10. Mengalirnya air di seluruh anggota wudlu yang wajib dibasuh, tidak cukup dengan hanya mengusap menggunakan kain atau es. 11. Yakin bahwa dia wajib berwudlu. 12. Niat terus menerus sampai awal hingga akhir secara hukum (artinya, tidak ada hal yang bisa membatalkan niat tersebut, seperti murtad / keluar dari Islam, atau niat yang lain selain wudlu). 13. Tidak mengikat niat dengan sesuatu yang lain (murni niat untuk wudlu). 14. dan 15. Wudlu harus dikerjakan ketika sudah masuk waktu shalat dan terus menerus tanpa putus. Kedua syarat ini khusus bagi orang yang selalu berhadats, seperti orang yang selalu keluar air kencingnya, atau air madzinya, atau wanita yang ber-istihadloh (keluar darahnya bukan karena haid atau nifas).
  • 21. Rukun-Rukun Wudlu 1) Niat. Dengan mengatakan dalam hati: “saya niat wudlu untuk menghilangkan hadats, fardlu, karena Allah SWT” (nawaitul wudlu-a li raf’il hadatsil asghari fardlan lillaahi ta’aala). Waktu niat adalah ketika awal kali membasuh wajah. 2) Membasuh wajah. Batas wajah yang wajib dibasuh adalah antara tempat tumbuhnya rambut kepala, hingga akhir dagu (batas memanjang), dan antara dua telinga (batas melebar). 3) Membasuh dua tangan sekaligus kedua siku. 4) Mengusap sebagian kepala. 5) Membasuh kedua kaki sekaligus kedua mata kaki. 6) Berurutan.
  • 22. 1. Melafadzkan niat dengan lisan. 2. Membaca Basmalah (Bismillaahirrahmaanirahiim) dan Ta’awwudz (A’uudzu billaahi minasys yaithoonirrojiim). 3. Bersiwak. 4. Membasuh kedua telapak tangan. 5. Berkumur dan memasukkan air ke dalam hidung. 6. Memulai basuhan wajah dari bagian atas. 7. Mengusap kedua telinga dengan air. 8. Menggosok anggota tubuh dengan air. 9. Menyela-nyelai jari tangan dan kaki. 10. Menggerakkan cincin yang ada di jari tangan ketika dibasuh. 11. Menghadap Kiblat. 12. Duduk tatkala berwudlu. 13. Menggunakan air secukupnya. 14. Tidak berbicara ketika berwudlu. 15. Tidak melebihi basuhan lebih dari 3 kali.
  • 24. Karena keturunan • ibu, anak perempuan, saudari, bibi saudari ayah, bibi saudari ibu, anak perempuannya saudara laki-laki, anak perempuannya saudari perempuan Karena susuan • ibu susuan, anak perempuan sesusuan, saudari sesusuan, bibi saudari ayah sesusuan, bibi saudari ibu sesusuan, anak perempuannya saudara laki-laki sesusuan, anak perempuannya saudara perempuan sesusuan Karena pernikahan • ibunya istri (mertua perempuan), anak perempuannya istri (anak perempuan tiri), istrinya ayah (ibu tiri), istrinya anak (menantu)
  • 25. Asyhadu allaa ilaaha illallaah, wahdahu laa syariika lahu, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa Rasuuluhu. Allahummaj’alnii minat tawwabiina, waj’alnii minal mutathahhiriina waj’alnii min ‘ibaadikash shalihiina. Subhanakallahumma wa bi hamdika. Asyhadu an laa ilaaha illa Anta Astaghfiruka wa atuubu ilaik. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah semata, dan tidak ada yang menyekutukanNya. Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang yang bertaubat, dan jadikanlah aku termasuk orang yang bersuci, dan jadikanlah aku dari golongan hamba- hamba-Mu yang shaleh. Maha suci Engkau Ya Allah dan dengan memuji Engkau. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Aku mohon ampun kepada Engkau dan aku bertaubat kepada Engkau.
  • 27. Mati Melahirkan (Wajib mandi walaupun melahirkan berupa gumpalan darah atau gumpalan daging) Nifas (darah yang keluar setelah melahirkan). Haid (wajib mandi setelah darah berhenti) Keluarnya air mani Hubungan suami istri PERBEDAAN ANTARA AIR MANI, MADZI, DAN WADI: Mani: berwarna putih, pekat, Jika masih basah baunya seperti adonan roti, jika sudah kering baunya seperti putih telur. Madzi: berwarna putih samar dan lengket, keluar sebab hasrat seksual, sebelum hasrat betul-betul sempurna. Wadi: berwarna putih tebal dan keruh, keluar setelah kencing, atau ketika membawa barang bawaan yang berat. Hukumnya: Mani mewajibkan mandi, tidak membatalkan wudlu, dan hukumnya suci.. Madzi dan Wadi hukumnya seperti air kencing (membatalkan wudlu dan hukumnya najis).
  • 28. 1) Niat • Cara niat pada mandi wajib: niat dalam hati, dan disunnahkan untuk diucapkan dengan lisan, dengan mengatakan: Nawaitul ghusla li raf’il hadatsil akbari fardhan lillahi Ta’ala (Saya niat mandi untuk menghilangkan hadas besar fardhu karena Allah Ta’ala). • Bagi perempuan yang haidh, dengan berniat : Nawaitul ghusla li raf’i hadatsil haidhi fardhan lillahi Ta’ala (Saya niat mandi untuk menghilangkan hadas haid fardhu karena Allah Ta’ala). • Sedang bagi perempuan yang nifas, dengan berniat: Nawaitul ghusla li raf’i hadatsin nifasi fardhan lillahi Ta’ala (Saya niat mandi untuk menghilangkan hadas nifas fardhu karena Allah Ta’ala) Waktu niat: Ketika pertama kali membasuh badan. • Jika wajib bagi seseorang untuk 2 mandi wajib sekaligus, seperti mandi sehabis bersetubuh (jima’) dan mandi karena keluar mani, maka cukup dengan satu niatan saja, misalnya dengan berniat, “aku niat mandi wajib”. • Jika wajib bagi seseorang mandi wajib dan mandi sunnah, seperti mandi sehabis bersetubuh dan mandi untuk Shalat Jum’at, maka dia diharuskan berniat untuk kedua-duanya, dengan berniat, “aku niat mandi wajib”, dan “aku niat mandi sunnah sebelum Shalat Jum’at”.
  • 29. 2) Meratakan air ke seluruh badan. Karena itu orang yang mandi wajib hendaknya selalu memperhatikan bagian- bagian tubuh yang dikhawatirkan tidak terkena air, seperti ketiak, lipatan- lipatan perut, lobang telinga, bagian dalam antara dua pantat, lobang pusar, dan sebagainya.
  • 30. 1) Membaca “Bismillahirrahmanir rahim”. 2) Wudhu sebelum mandi. 3) Menghadap kiblat. 4) Berdiri. 5) Menggosokkan tangan ke seluruh tubuh. 6) Bersambung (tidak terputus-putus). 7) Mendahulukan bagian tubuh yang kanan dari yang kiri.
  • 31. Tayammum adalah meratakan debu ke wajah dan kedua lengan tangan, dengan niat tertentu.
  • 32. 1. Adanya halangan menggunakan air untuk berwudlu, misalnya karena bepergian atau sakit. 2. Telah masuk waktu shalat. 3. Berusaha mencari air (waktu mencari air harus setelah masuk waktu shalat). 4. Tidak bisa mendapatkan air, atau berhasil mendapatkannya, namun air tersebut diperlukan untuk yang lain, misalnya untuk minum. 5. Memakai tanah suci yang berdebu. Bila debu tersebut bercampur kapur, tepung, pasir, atau sebagainya, maka tidak bisa dipakai untuk tayammum.
  • 33. 1. Memindah debu (dari tempatnya ke wajah dan kedua tangan, artinya dengan tidak, misalnya, menghadapkan wajah atau kedua tangan di tempat berhamburan debu karena terpaan angin). 2. Niat. Dengan berniat: “saya niat bertayammum agar bisa mengerjakan shalat” (nawaitut tayammuma li ibaahatis shalaati). Waktu niat adalah mulai dari memindah debu hingga mengusapkannya ke wajah. 3. Mengusap wajah. 4. Mengusap kedua tangan sekaligus kedua siku. 5. Berurutan.
  • 34. 1. Membaca “Bismillahirrahmanirra him”. 2. Mendahulukan mengusap tangan kanan dari tangan kiri. 3. Bersambung (artinya, antara tiap-tiap pengusapan tidak berhenti).
  • 35. 1. Semua yang membatalkan wudlu. 2. Sebelum melaksanakan shalat, melihat air. 3. Murtad (keluar dari Islam).
  • 36. Berakal (tidak gila) Baligh Islam Seseorang dihukumi baligh jika didapati salah satu tanda: 1. Jika seseorang telah berumur 15 tahun qamariyyah/hijriyyah (meskipun belum bermimpi basah). 2. Atau bermimpi basah (sampai keluar air mani), baik dialami oleh laki-laki maupun perempuan yang telah berumur 9 tahun qamariyyah/hijriyyah (bulan Arab). 3. Atau telah keluar haid, bagi wanita yang telah berumur 9 tahun qamariyyah/hijriyyah (bulan Arab).
  • 37. 1. Telah masuk waktu shalat. 2. Menghadap kiblat. 3. Suci dari hadats kecil dan hadats besar. 4. Suci dari najis, baik yang ada di baju, badan, atau tempat shalat. 5. Menutup aurat. Jika auratnya tersingkap ketika shalat, kemudian langsung ditutupi, maka shalatnya tetap sah. Adapun jika ditunda-tunda atau tidak segera ditutupi, maka shalatnya batal. 6. Mengetahui kefardluan/kewajiban hukum shalat. Jika dia bingung, shalat yang dikerjakannya wajib atau sunnah, maka shalatnya tidak sah. 7. Tidak menganggap hal yang wajib sebagai hal yang sunnah. Misalnya dengan menganggap hukum takbiratul ihram adalah sunnah, padahal hukum sebenarnya adalah wajib.
  • 38. 1. Rukun Qauliyah (Rukun Ucapan): ada 5. Dinamakan rukun ucapan karena orang yang shalat harus melafadzkannya dalam lisan sekira dia bisa mendengarnya sendiri. Kelima rukun ucapan itu adalah: takbiratul ihram, membaca surat Al Fatihah, tasyahhud akhir, shalawat kepada Nabi Muhammad SAW ketika tasyahhud akhir, dan salam. 2. Rukun Fi’liyyah (Rukun Perbuatan): ada 6, yaitu: berdiri, ruku’, i’tidal (berdiri setelah ruku’), sujud, duduk diantara dua sujud, duduk tasyahhud akhir. 3. Rukun Ma’nawi (bukan merupakan ucapan ataupun perbuatan): ada 1, yaitu mengurutkan urutan rukun-rukun sesuai urutannya. 4. Rukun Qalbiyyah (ada di hati): ada 1, yaitu niat.
  • 39. Udzur shalat adalah halangan-halangan yang memperbolehkan seseorang mengakhirkan shalat dengan tanpa berdosa. Udzur shalat ada 4, yaitu: 1. Tidur. Tidur menjadi udzur shalat jika sesorang tidur sebelum waktu shalat. Adapun jika dia tidur setelah masuk waktu shalat, maka tidurnya tersebut tidak menjadi alasan dia boleh mengakhirkan shalat. Kecuali jika telah menjadi kebiasaannya untuk bangun sebelum waktu shalat habis, atau telah berpesan kepada orang yang dipercayainya untuk membangunkannya sebelum habis waktu shalat. 2. Lupa Lupa menjadi udzur shalat jika sebabnya adalah perkara yang boleh. Adapun jika sebabnya adalah perkara yang makruh atau yang haram, maka tidak dianggap sebagai udzur shalat. 3. Men-jama’ (mengumpulkan dua shalat) Artinya: mendahulukan shalat dari waktunya, atau mengakhirkannya, karena di-jama’ (digabungkan dengan shalat yang lain), dengan alasan bepergian atau sakit. Contoh: Shalat Dzuhur dan Ashar dikerjakan pada waktu Dzuhur (taqdim/mendahulukan), atau Dzuhur dan Ashar dikerjakan pada waktu Ashar (ta’khir/mengakhirkan), dengan syarat-syarat tertentu. 4. Dipaksa Termasuk udzur shalat adalah apabila seseorang dipaksa dengan disertai ancaman untuk melakukan shalat di luar waktunya, dengan syarat-syarat tertentu.
  • 40. 1. Berkata dengan sengaja. 2. Mengerjakan sesuatu yang banyak (yang bukan pekerjaan shalat). 3. Hadats besar (misalnya: keluar darah haid) atau hadats kecil (misalnya: kentut). 4. Kejatuhan najis. 5. Terbuka auratnya. 6. Mengubah niat. 7. Membelakangi kiblat. 8. Makan. 9. Minum. 10. Berdehem (kecuali karena terpaksa). 11. Murtad (keluar dari Islam).
  • 41. 1. Mulai terbitnya matahari hingga naik seukuran tombak (sekitar 16 menit). 2. Ketika matahari tepat di atas kepala/tepat di tengah langit, hingga bergeser sedikit (waktunya sebentar saja). 3. Sejak langit menguning di sore hari hingga matahari terbenam. 4. Setelah melakukan Shalat Subuh hingga matahari terbit 5. Setelah melakukan Shalat Ashar hingga matahari terbenam. Namun ada pengecualian, di mana shalat tidak diharamkan untuk dilakukan pada di lima waktu tersebut, yaitu: • Shalat Qadla • Shalat Sunnah yang didahului oleh sebab, seperti: shalat sunnah setelah wudlu, shalat tahiyyat masjid, dan sebagainya. • Shalat sunnah yang sebabnya bersamaan, seperti: shalat Kusuf (Gerhana Matahari), shalat khusuf (Gerhana Bulan).
  • 42.