Dokumen tersebut membahas tantangan dan dampak penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) terhadap peran apoteker. SJSN diharapkan dapat memenuhi hak kesehatan masyarakat namun peran apoteker sebagai tenaga kesehatan belum diakui sepenuhnya dan praktik kefarmasiannya belum dimasukkan dalam skema SJSN. Dokumen menyerukan agar peran apoteker dalam pelayanan kesehatan diakui dan dilibatkan
1. Tantangan dan Dampak SJSN
terhadap Apoteker
Disampaikan oleh @finaasilmy dalam Diskusi Advokat BEM KMFA 2013
25 September 2013
2. Negara harus bebaskan biaya pendidikan
Negara harus bebaskan biaya kesehatan
Negara harus ciptakan pekerjaan
Negara harus adil tidak memihak
itulah tugas Negara. itulah gunanya Negara.
itulah artinya Negara, tempat kita bersandar
dan berharap… (Negara – Iwan Fals)
Disampaikan oleh @finaasilmy dalam Diskusi Advokat BEM KMFA 2013
25 September 2013
3. “Setiap orang mempunyai hak yang sama
dalam memperoleh akses atas sumber daya di
bidang kesehatan” (UU Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan, pasal 5 ayat 1).
Maka kesehatan rakyat adalah hak
konstitusional yang pemenuhan haknya
adalah tanggung jawab negara.
Disampaikan oleh @finaasilmy dalam Diskusi Advokat BEM KMFA 2013
25 September 2013
4. SJSN : Solusi pemenuhan hak
kesehatan rakyat?
Disampaikan oleh @finaasilmy dalam Diskusi Advokat BEM KMFA 2013
25 September 2013
5. SJSN?
• Sistem Jaminan Sosial yang berdasar pada
asuransi sosial mencakup seluruh penduduk
dengan prinsip ekuitas (kesamaan hak)
• Dalam UU SJSN Pasal 22 :
• Pelayanan kesehatan yg dimaksud mencakup
pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif, termasuk obat dan bahan medis
habis pakai.
Disampaikan oleh @finaasilmy dalam Diskusi Advokat BEM KMFA 2013
25 September 2013
8. Konsekuensi penerapan jaminan kesehatan
berbasis asuransi adalah bahwa akan terjadi
pengendalian yang ketat terhadap terapi,
termasuk terapi farmasi.
Disampaikan oleh @finaasilmy dalam Diskusi Advokat BEM KMFA 2013
25 September 2013
10. Sasaran UU 36/2009 dan PP 51/2009
• Ter-selenggara-nya proses farmasi sebagai
• peristiwa pelayanan kesehatan
• Obat memiliki dimensi utama sebagai produk
kesehatan , yang memiliki manfaat kesehatan
sekaligus resiko kesehatan yang tinggi,
disamping resiko ekonomi.
• Apoteker mempunyai tugas dan jabatan
sebagai tenaga kesehatan dan pelaku utama
dari Praktik Kefarmasian
Disampaikan oleh @finaasilmy dalam Diskusi Advokat BEM KMFA 2013
25 September 2013
11. • Intervensi kesehatan masyarakat, asuhan
kefarmasian, penggunaan obat yang rasional dan
pengelolaan pasokan obat yg efektif merupakan
komponen penting dari sistem pelayanan
kesehatan untuk menjamin efikasi, keamanan,
dan mutu obat.
• Apoteker dengan kompetensi yg dimilikinya
mempunyai kemampuan utk meningkatkan hasil
terapi dan kualitas hidup pasien
• Pergeseran orientasi ke arah asuhan kefarmasian
merupakan faktor penting dari poses ini.
Disampaikan oleh @finaasilmy dalam Diskusi Advokat BEM KMFA 2013
25 September 2013
12. 60 % biaya Rumah Sakit adalah OBAT
SJSN ?
Apoteker ? Cost effectiveness ?
Disampaikan oleh @finaasilmy dalam Diskusi Advokat BEM KMFA 2013
25 September 2013
13. Prinsip Cost Effectiveness
harga yang rendah
efikasi yang baik
Pool / Cakupan kepesertaan yang luas
Disampaikan oleh @finaasilmy dalam Diskusi Advokat BEM KMFA 2013
25 September 2013
14. Apa yang (sebenarnya) terjadi?
• Dr. Drs. Chazali H. Situmorang, Apt, M,Sc,PH
sbg Ketua DJSN menyatakan :
“ Apoteker adalah tenaga kesehatan tetapi
bukan kategori jenis tenaga medis. Tenaga
medis adalah dokter dan dokter gigi. Apoteker
tidak berhubungan langsung dengan pasien
terkait dalam proses penyembuhan
penyakitnya.”
Disampaikan oleh @finaasilmy dalam Diskusi Advokat BEM KMFA 2013
25 September 2013
15. • Dalam Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013
tentang Jaminan Kesehatan, yang dihitung dalam
proporsi reimbursement yang dilakukan oleh BPJS
terhadap klaim dari pelayanan kesehatan hanyalah
porsi harga obat, penggunaan alat medis dan jasa
dokter saja. Sementara universal coverage (kesehatan
semesta) menuntut sinergitas antara pelaku kesehatan
baik itu dokter, apoteker, perawat maupun tenaga
kesehatan lainnya.
• Pemerintah menganak-tirikan apoteker dalam
penyusunan skema Pemberi Layanan Kesehatan
Tingkat Pertama (PPKI), tidak memasukkan praktik
kefarmasian dan jasa apoteker dalam sistem kapitasi.
Disampaikan oleh @finaasilmy dalam Diskusi Advokat BEM KMFA 2013
25 September 2013
16. Padahal, 50 persen obat yang beredar saat ini
digunakan secara tidak bertanggungjawab !!
Disampaikan oleh @finaasilmy dalam Diskusi Advokat BEM KMFA 2013
25 September 2013
17. Dampak Lain
• Dari sisi industri farmasi akan banyak terjadi
rasionalisasi dalam praktik bisnis, terutama
terkait dengan biaya promosi. Persaingan tidak
sehat dengan cara berlomba-lomba memberikan
kickback (komisi) kepada penulis resep
(prescriber) otomatis akan terkikis. Persaingan
antar pabrik farmasi lebih pada kualitas produk
dan harga bersaing kepada penyelenggara
jaminan sosial nasional. Pada titik inilah akan
banyak industri farmasi yang akan goyang,
terutama industri farmasi kecil.
Disampaikan oleh @finaasilmy dalam Diskusi Advokat BEM KMFA 2013
25 September 2013
18. • Di Farmasi komunitas, dengan sistem provider
terseleksi maka hampir bisa dipastikan tidak
semua apotek yang ada akan ditunjuk sebagai
penyedia layanan farmasi dalam satu wilayah
atau kota. Pengalaman dalam seleksi provider
oleh PT. Askes (Persero), bila akses masih
memungkinkan dan mudah ke apotek yang
ditunjuk maka jumlah optimal adalah 1 (satu)
apotek untuk satu kota kecil.
Disampaikan oleh @finaasilmy dalam Diskusi Advokat BEM KMFA 2013
25 September 2013
19. Apa yang harus kita lakukan?
• Pengawalan kebijakan SJSN dengan
mendorong pemerintah untuk lebih
memerhatikan peran apoteker.
• Menuntut Pemerintah untuk merealisasikan
dan memasukkan peran apoteker sebagai
tenaga medis di SJSN
• Bersama tenaga kesehatan lain ikut
bekerjasama menciptakan pelayanan
kesehatan yg merata
Disampaikan oleh @finaasilmy dalam Diskusi Advokat BEM KMFA 2013
25 September 2013
20. Kesimpulan
• SJSN, bagaimanapun punya sisi positif dan negatif. Prinsip
asuransi yang dianut perlu ditinjau ulang agar tidak
merugikan pihak tertentu.
• Realisasi SJSN tidak hanya ditinjau dari kesiapan BPJS dan
berapa premi yang cukup, tapi juga kesiapan banyak pihak
dalam merealisasikan pelayanan kesehatan yang merata.
• Apoteker adalah tenaga kesehatan yang bertanggung jawab
dalam praktik kefarmasian, maka apoteker pun terlibat
dalam pelayanan kesehatan di SJSN.
• Industri farmasi perlu banyak berbenah demi persiapan
menuju SJSN
• Jasa apoteker dalam SJSN dapat dilakukan dengan konsep
jasa berbasis kompetensi.
Disampaikan oleh @finaasilmy dalam Diskusi Advokat BEM KMFA 2013
25 September 2013