Makalah ini membahas tentang beton sebagai salah satu bahan bangunan yang banyak digunakan. Ia menjelaskan komponen-komponen beton seperti semen, air, agregat, dan cara pembuatannya. Tujuan makalah ini adalah untuk mempelajari sifat-sifat dan pembuatan beton yang baik serta kriteria mutu beton untuk struktur bangunan.
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
Makalah Teknologi Bangunan
1. KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang teknik beton.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang teknik beton dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Kupang, November 2017
Penyusun
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang masih sangat banyak dipakai dalam
pembangunan fisik. Harganya yang relatif murah dan kemudahan dalam pelaksanaannya
membuat beton semakin tak tergantikan dalam dunia konstruksi. Namun selain
keuntungan yang dimilikinya beton juga memiliki beberapa kekurangan seperti tegangan
tarik yang rendah, daktibilitas rendah, dan keseragaman mutu yang bervariatif. Karena
kekurangan yang dimiliknya maka diperluakan pengetahuan yang cukup luas,antara lain
mengenai sifat bahan dasarnya, cara pembuatannya, cara evaluasi, dan variasi bahan
tambahnya agar dapat meningkatkan fungsi beton itu sendiri menjadi lebih maksimal.
Dalam pembuatannya, keseragaman kualitas beton sangat dipengaruhi oleh keseragaman
bahan dasar dan metode pelaksanaan. Pada prakteknya dilapangan, umumnya beton yang
disuplai oleh perusahaan pembuatan beton (ready mix) telah terjamin keseragaman bahan
dasarnya. Untuk mendapatkan kualitas dan keseragaman beton sesuai seperti yang
disyaratkan maka pelaksanakan pembuatan beton harus dilakukan dengan baik dan
sesuai dengan prosedur. Yang dimaksud dengan kualitas beton seperti yang disyaratkan
disini adalah kuat tekan beton pada umur ke-28 hari. Oleh karena sebab-sebab diatas
maka diperlukan adanya kontrol kualitas yang dapat mengetahui kemungkinan terjadinya
output yang tidak sesuai dengan yang disyaratkan sedini mungkin.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan pekerjaan konstruksi di lapangan akan menjadi
lebih optimal. Hal ini disebabkan karena pelaksana dapat memeriksa kuat tekan beton
terhadap persyaratan yang ada tanpa perlu menunggu waktu 28 hari dan memutuskan
melakukan kegiatan selanjutnya berdasar hasil tersebut. Hal ini dapat meningkatkaN
efisiensi kerja dari suatu kontraktor dengan signifikan yang tentu saja berimbas terhadap
peningkatan keuntungan yang didapatkan. Selain itu, karena output yang dihasilkan lebih
akurat maka quality control dan quality assurance terhadap pekerjaan beton menjadi
semakin meningkat.
A. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah tentang “Beton” adalah untuk memenuhi tugas dalam
mata kuliah Teknologi Bahan I, untuk mengetahui tentang sifat-sifat dari beton, untuk
mengetahui cara pembuatan beton yang baik, cara perawatan beton yang benar, agar kita
mengetahui mutu beton yang baik dalam struktur bangunan, serta penggunaan dalam
bidang teknik arsitektur.
B. Kegunaan Teoritis dan Praktis
Didalam menyusun makalah ini, penulis berharap nantinya makalah ini dapat berguna
bagi para pembacanya baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, penulis
berharap makalah ini dapat berguna bagi siapa saja, terutama yang bergelut di dalam
bidang engineering. Secara praktis, penulis berharap makalah ini dapat berguna dan
memberikan pengetahuan kepada para pembaca tentang beton.
C. Metode Penulisan
Di dalam menyusun makalah ini, penulis menggunakan dua metode penulisan, antara
lain: Metode deskriptif, sebagaimana ditunjukan oleh namanya, pembahasan ini
bertujuan untuk memberikan gambaran tentang beton, untuk mengetahui cara pembuatan
3. beton yang baik, cara pemeliharaan beton, agar kita mengetahui criteria / mutu beton
yang baik dalam struktur bangunan, penggunaan dalam bidang teknik arsitektur, serta
sifat-sifatnya. Penelitian kepustakaan, yakni penelitian yang dilakukan dengan
mengumpulkan keterangan dari buku-buku, internet dan bahan lainnya/sumber lainnya
yang ada hubungannya dengan beton.
E. Rumusan Masalah
1. Apa saja sifat-sifat dari beton ?
2. Bagaimana cara pembuatan beton yang baik?
3. Apa saja kriteria beton yang bermutu baik untuk digunakan dalam struktur bangunan?
4. Bagaimana cara pemeliharaan beton agar tahan lama?
4. BAB 2
PEMBAHASAN
A. Beton
Beton adalah campuran antara Semen, Agregat Kasar (Kerikil atau Split), Agregat
Halus (Pasir), dan Air (4 komponen dasar dari beton). Bisa juga ditambahkan dengan
Additive sebagai komponen ke 5, yaitu bahan tambah berupa cairan Kimia yang
memiliki fungsi yang bermacam-macam, seperti mempercepat pengerasan beton,
memperlambat, dan lainnya
Keempat komponen dasar ini dicampur sedemikian rupa dengan perbandingan yang
bermacam-macam, disesuaikan dengan target mutu Kekuatan Beton yang kita
inginkan. Mutu atau kekuatan Beton ini maksudnya adalah kekuatan Beton dalam
menerima Gaya Tekan sampai beton tersebut mengalami Pecah (crash). Pengukuran
mutu beton ini dapat diketahui dengan beberapa macam Alat, seperti Mesin
Penetration Test (di Laboratorium) atau dengan alat sederhana Hammer Test.
Komposisi Bahan Baku yang berbeda-beda akan mempengaruhi sifat beton yang
dihasilkan nantinya. Contoh gampangnya saja, akan lebih kuat mutu beton dengan
Jumlah Semen yang lebih banyak. Namun komposisi Pasir dan Kerikil juga cukup
menentukan dalam menghasilkan sebuah Beton dengan mutu yang baik. Termasuk
juga kadar lumpur/tanah yang ada pada Agregat juga mempengaruhi mutu beton,
semakin banyak kadar lumpur/tanah akan semakin jelek mutu beton tersebut.
B. Semen
1. Pengertian
Semen adalah zat yang digunakan untuk merekat batu, bata, batako, maupun
bahan bangunan lainnya. Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum
(bahasa Latin), yang artinya "memotong menjadi bagian-bagian kecil tak
beraturan". Meski sempat populer pada zamannya, nenek moyang semen made in
Napoli ini tak berumur panjang. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar
abad pertengahan (tahun 1100-1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat
menghilang dari peredaran.
2. Sejarah
Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu
kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu
raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil,
berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan
di Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda menggunakan ketan
sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal alam sebagaimana peradaban di
Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno yang dijumpai di
Pulau Buton. Benar atau tidak, cerita, legenda tadi menunjukkan dikenalnya
fungsi semen sejak zaman dahulu. Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang,
5. perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu
kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan pada zaman Kerajaan Romawi,
tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai
pozzuolana.
3. Langkah Utama Produksi Semen
1. Penggalian/Quarrying:Terdapat dua jenis material yang penting bagi produksi
semen: yang pertama adalah yang kaya akan kapur atau material yang
mengandung kapur (calcareous materials) seperti batu gamping, kapur, dll.,
dan yang kedua adalah yang kaya akan silika atau material mengandung tanah
liat (argillaceous materials) seperti tanah liat. Batu gamping dan tanah liat
dikeruk atau diledakkan dari penggalian dan kemudian diangkut ke alat
penghancur.
2. Penghancuran: Penghancur bertanggung jawab terhadap pengecilan ukuran
primer bagi material yang digali.
3. Pencampuran Awal: Material yang dihancurkan melewati alat analisis on-line
untuk menentukan komposisi tumpukan bahan.
4. Penghalusan dan Pencampuran Bahan Baku: Sebuah belt conveyor
mengangkut tumpukan yang sudah dicampur pada tahap awal ke penampung,
dimana perbandingan berat umpan disesuaikan dengan jenis klinker yang
diproduksi. Material kemudian digiling sampai kehalusan yang diinginkan.
5. Pembakaran dan Pendinginan Klinker: Campuran bahan baku yang sudah
tercampur rata diumpankan ke pre-heater, yang merupakan alat penukar panas
yang terdiri dari serangkaian siklon ketika terjadi perpindahan panas antara
umpan campuran bahan baku dengan gas panas dari kiln yang berlawanan
arah. Kalsinasi parsial terjadi pada pre‐ heater ini dan berlanjut dalam kiln,
ketika bahan baku berubah menjadi agak cair dengan sifat seperti semen. Pada
kiln yang bersuhu 1350-1400 °C, bahan berubah menjadi bongkahan padat
berukuran kecil yang dikenal dengan sebutan klinker, kemudian dialirkan ke
pendingin klinker, tempat udara pendingin akan menurunkan suhu klinker
hingga mencapai 100 °C.
6. Penghalusan Akhir: Dari silo klinker, klinker dipindahkan ke penampung
klinker dengan dilewatkan timbangan pengumpan, yang akan mengatur
perbandingan aliran bahan terhadap bahan-bahan aditif. Pada tahap ini,
ditambahkan gipsum ke klinker dan diumpankan ke mesin penggiling akhir.
Campuran klinker dan gipsum untuk semen jenis 1 dan campuran klinker,
gipsum dan posolan untuk semen jenis P dihancurkan dalam sistem tertutup
dalam penggiling akhir untuk mendapatkan kehalusan yang dikehendaki.
Semen kemudian dialirkan dengan pipa menuju silo semen.
C. Air
Dalam pembuatan beton, air merupakan salah satu faktor penting, karena air bereaksi
dengan semen akan menjadi pasta pengikat agregat. Air berpengaruh terhadap kuat
tekan beton, karena kelebihan air akan menyebabkan penurunan pada kekuatan beton
6. itu sendiri. Selain itu kelebihan air akan mengakibatkan beton mengalami bleeding,
yaitu air bersama-sama semen akan bergerak ke atas permukaan adukan beton segar
yang baru saja dituang. Hal ini akan menyebabkan kurangnya lekatan beton antara
lapis permukaan (akibat bleeding) dengan beton lapisan di bawahnya. Kurangnya
lekatan antar dua lapisan tersebut merupakan area yang lemah. Air pada campuran
beton akan berpengaruh terhadap sifat workability adukan beton, besar kecilnya nilai
susut beton, kelangsungan reaksi dengan semen portland sehingga dihasilkan
kekuatan selang beberapa waktu, dan peranan air sangat mendukung perawatan
adukan beton diperlukan untuk menjamin pengerasan yang baik. Air untuk pembuatan
beton minimal memenuhi syarat sebagai air minum yaitu tawar, tidak berbau, bila
dihembuskan dengan udara tidak keruh dan lain-lain, tetapi tidak berarti air yang
digunakan untuk pembuatan beton harus memenuhi syarat sebagai air minum.
Penggunaan air untuk beton sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut ini,
(Tjokrodimulyo, 2007):
1) Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2 gr/ltr.
2) Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik)
lebih dari 15 gr/ltr.
3) Tidak mengandung Klorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/ltr.
D. Agregat
1. Pengertian
Agregat merupakan material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah dan
kerak tungku besi, yang dipakai secara bersama-sama dengan suatu media
pengikat untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau adukan. Agregat
merupakan komponen utama dari struktur perkerasan perkerasan jalan, yaitu 90%
– 95% agregat berdasarkan persentase berat, atau 75 –85% agregat berdasarkan
persentase volume. Dengan demikian kualitas perkerasan jalan ditentukan juga
dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain.
2. Fungsi
Fungsi agregat adalah sebagai material pengisi dan biasanya menempati sekitar
75 % dari isi total beton, karena itu pengaruhnya besar terhadap sifat dan daya
tahan beton.[1] Misalnya ketahanan beton terhadap pengaruh pembekuan-
pencairan, keadaan basah–kering, pemanasan–pendinginan dan abarasi–kerusakan
akibat reaksi kimia.[1] Mengingat bahwa agregat menempati jumlah yang cukup
besar dari volume beton dan sangat mempengaruhi sifat beton, maka perlu kiranya
material ini diberi perhatian yang lebih detail.[1] Disamping itu dapat mengurangi
penyusutan akibat pengerasan beton dan juga mempengaruhi koefisien pemuaian
akibat panas.[1] Pemilihan jenis agregat yang akan digunakan tergantung pada
mutu agregat, ketersediannya di lokasi, harga serta jenis konstruksi yang akan
menggunakannya.
7. 3. Klasifikasi Agregat
a. Agregat Ringan adalah agregat yang dalam keadaan kering dan gembur
mempunyai berat 1100 kg/m3 atau kurang.
b. Agregat Halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi _alami_ bantuan
atau pasir yang dihasilkan oleh inustri pemecah batu dan mempunyai ukuran
butir terbesar 5,0 mm.
c. Agregat Kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari bantuan atau
berupabatu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir ntara 5-40 mm. Agregat Kasar, adalah agregat dengan ukuran
butiran butiran lebih lebih besar besar dari dari saringan saringan No.88 (2,36
mm)
d. Bahan Pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang minimum 75%
lolos saringan no. 30 (0,06 mm)
4. Sifat Agregat
Sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan jalan
memikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca. Yang menentukan
kualitas agregat sebagai material perkerasan jalan adalah:
gradasi
kebersihan
kekerasan
ketahanan agregat
bentuk butir
tekstur permukaan
porositas
kemampuan untuk menyerap air
berat jenis, da
daya kelekatan terhadap aspal.
E. Bahan tambahan (Aditif)
Selain semen, agregat, dan air, kadang-kadang pembuatan beton juga menggunakan
bahan mineral tertentu yang ditambahkan ke adukan. Istilah bahan tambahan mineral
ini dikenal sebagai additive atau zat aditif, yaitu bahan-bahan mineral yang sengaja
ditambahkan pada campuran beton untuk merubah sifat dan karakteristiknya sesuai
keinginan. Tujuan utama dari pemakaian zat aditif yaitu untuk memperbaiki
kemampuan kuat tekan yang dimiliki oleh beton tersebut.
Zat aditif juga biasanya dimanfaatkan pada campuran beton untuk memperbaiki daya
kinerja, mengurangi panas hidrasi, dan menghemat biaya pekerjaan beton. Beberapa
orang juga menggunakannya untuk mengurangi ketahanan beton terhadap sulfat dan
meningkatkan ketahanan beton terhadap alkali-silika sehingga beton pun menjadi
lebih awet. Tidak lupa, fungsi dari penambahan zat-zat aditif ini biasanya
dimanfaatkan juga untuk mengurangi porositas dan daya serap air di dalam beton
serta mengurangi tingkat penyusutan beton.
8. 1. Fly Ash
Di Indonesia, fly ash dikenal sebagai abu terbang batubara. Pengertian fly ash
menurut ASTM C.168 adalah partikel butiran halus yang dihasilkan dari residu
pembakaran batubara atau bubuk batubara. Ada 2 macam fly ash, di mana yang
pertama ialah abu terbang normal yang diperoleh dari pembakaran batubara
antrasit/batubara bitomios. Sedangkan yang kedua yakni abu terbang kelas C yang
didapatkan dari batubara lignite/batubara subbitemeus. Perbedaan mendasar antara
kedua fly ash ini yaitu abu terbang kelas C mengandung kapur/lime mencapai 10
persen daripada beratnya.
2. Slag
Hasil residu dari pembakaran tanur yang tinggi disebut slag. Berdasarkan ASTM
C.989 yang berjudul Standard Specification for Ground Granulated Blast Furnance
Slag for Use in Concrete and Mortar mendefinisikan slag sebagai material non-metal
berbentuk halus yang dihasilkan dari pembakaran lalu didinginkan dengan
mencelupkannya ke dalam air. Peran slag di antaranya memperkuat beton, menaikkan
rasio antara kuat tekan dan kelenturan, mengurangi variasi kuat tekan, meningkatkan
daya tahan, dan mencegah terjadinya porositas.
3. Silica Fume
Dikutip dari ASTM C.1240-95 yang berjudul Specification for Silica Fume for Use in
Hydraulic Cement Concrete and Mortar, silica fume adalah material halus yang
diciptakan dari tanur tinggi atau sisa produksi silicon/alloy besi silicon, di mana
mempunyai kandungan silica yang lebih banyak. Kegunaan utama dari zat aditif yang
satu ini yakni guna memperoleh beton yang berkualitas tinggi dan memiliki
kemampuan yang baik dalam menopang kuat tekan. Oleh karena itu, silica fume
sering ditambahkan dalam pembuatan adukan beton untuk kolom struktur, dinding
geser, elemen pre-cast, beton pra tegang, dan lain-lain.
4. Pozzollan
Pozzollan merupakan bahan tambahan mineral yang biasanya diaplikasikan sebagai
penghalus gradiasi. Prinsip kerja dari pozzollan yakni memperhalus perbedaan pada
campuran beton dengan memberikan bahan-bahan yang belum ada/kurang di dalam
agregat. Dengan kata lain, fungsi dari zat aditif pozzollan ini adalah meningkatkan
kualitas beton, mengurangi permeabilitas, dan menghemat anggaran biaya yang
dibutuhkan.
F. Proses pengerjaan beton
1. Persiapan
a) Semua peralatan untuk pengadukan dan pengangkutan beton harus bersih.
9. b) Ruang yang akan diisi dengan beton harus bebas dari kotoran-kotoran yang
mengganggu.
c) Untuk memudahkan pembukaan acuan, permukaan dalam acuan boleh dilapisi
dengan bahan khusus, antara lain lapisan minyak mineral, lapisan bahan kimia
(form release agent) atau lembaran polyurenthene.
d) Pasangan dinding bata yang berhubungan langsung dengan beton harus dibasahi
air sampai jenuh.
e) Tulangan harus dalam keadaan bersih dan bebas dari segala lapisan penutup
yang dapat merusak beton atau mengurangi lekatan antara beton dengan
tulangan.
f) Air yang terdapat pada ruang yang akan diisi beton harus dibuang, kecuali
apabila penuangan dilakukan dengan tremi atau telah seijin pengawas ahli,
g) Semua kotoran, serpihan beton dan material lain yang menempel pada
permukaan beton yang telah mengeras harus dibuang sebelum beton yang baru
dituangkan pada permukaan beton yang telah mengeras tersebut.
2. Penakaran
a) Beton yang mempunyai kekuatan tekan (f’c) lebih besar atau sama dengan 20
MPa proporsi penakarannya harus didasarkan atas penakaran berat.
b) Beton yang mempunyai tekan (f’c) lebih kecil dari 20 MPa proporsi
penakarannya boleh menggunakan teknik penakaran volume. Tekniknya harus
didasarkan atas penakaran berat yang dikonversikan kedalam penakaran volume
untuk setiap campuran bahan penyusunannya.
3. Pengadukan
Ø Pasir dengan semen dicampur (dalam keadaan kering) dengan komposisi
tertentu, diatas tempat yang datar dan kedap air.
Ø Pencampuran dilakukan sampai didapatkan warna yang homogen.
Ø Tambahkan kerikil, kemudian lakukan pencampuran lagi.
Ø Alat Bantu yang digunakan dapat berupa sekop, cangkul, ataupun alat gali
lainnya.
Ø Buat lubang di tengah adukan, tambahkan kira-kira 75% dari kebutuhan air.
Ø Aduk hingga rata dan tambahkan sedikit-demi sedikit air yang tersisa.
10. 4. Pengadukan
Secara umum, pengadukan dengan mesin harus dilakukan menggunakan mesin-
mesin yang telah disetujui penggunaannya (PB,1989:27). Mesin pengaduk harus
diputar sesuai dengan kecepatan yang direkomendasikan oleh pabrik pembuatnya.
Setelah pencampuran seluruh bahan dalam batching, harus dilakukan pengadukan
kembali minimal selama 1.5 menit, kecuali bila dapat dibuktikan bahwa
pengadukan yang lebih pendek mampu memberikan hasil yang memuaskan dan
memenuhi pengujian keseragaman pengadukan yang ditetapkan dalam ASTM
C.94. Waktu pengadukan minimal untuk campuran beton yang volumenya lebih
kecil atau sama dengan 1 m³ adalah 1,5 menit,dan ditambah selama 0,5 menit
untuk penambahan 1 m³ beton serta pengadukan ditambahkan selama 1,5 menit
setelah semua bahan tercampur. Waktu pengadukan ini akan berpengaruh pada
mutu beton. Jika terlalu sebentar percampuran bahan kurang merata, sehingga
pengikatan antara bahan-bahan beton akan berkurang. Sebaliknya, pengadukan
yang terlalu lama akan mengakibatkan :
(1). Naiknya suhu beton,
(2). Keausan pada agregat sehingga agregat pecah,
(3). Terjadinya kehilangan air sehingga penambahan air diperlukan,
(4). Bertambahnya nilai slump dan,
(5). Menurunnya kekuatan beton.
Selama proses pengadukan, kekentalan campuran beton harus diawasi terus dengan
cara memeriksa nilai slump yang disesuaikan dengan jarak pengangkutan.
Pengontrolan dan pencatatan data selama pengadukan harus dilakukan, meliputi :
(1). Waktu dan tanggal pengadukan dan pengecoran, (2). Proporsi bahan yang
digunakan, (3). Jumlah batch adukan yang dihasilkan, dan (4). Lokasi akhir
pengecoran. Mesin atau alat pengaduk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu alat
aduk yang mobile (dapat dipindah-pindahkan) dan mempunyai kapasitas yang kecil
(dinamakan mixer atau molen), serta alat aduk stasioner yang biasanya mempunyai
kapasitas besar (dinamakan batching plant).
5. Pemadatan
Pemadatan dilakukan segera setelah beton dituang. Kebutuhan akan alat pemadat
disesuaikan dengan kapasitas pengecoran dan tingkat kesulitan pengerjaan.
Pemadatan dilakukan sebelum terjadinya initial setting time pada beton. Dalam
praktik di lapangan, pengindikasian initial setting dilakukan dengan cara menusuk
beton tersebut dengan tongkat tanpa kekuatan. Jika masih dapat ditusuk sedalam 10
cm, berarti setting time belum tercapai. Pemadatan dimaksudkan untuk
menghilangkan rongga-rongga udara yang terdapat dalam beton segar. Dari
Gambar 9.5 terlihat bahwa bertambahnya kandungan udara dalam beton akan
menyababkan kekuatan tekan beton berkurang.
11. 6. Perawatan
Perawatan ini dilakukan setelah beton mencapai final setting, artinya beton telah
mengeras. Perawatan ini dilakukan, agar proses hidrasi selanjutnya tidak
mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi, beton akan mengalami keretakan karena
kehilangan air yang begitu cepat. Perawatan dilakukan minimal selama 7 (tujuh)
hari dan beton berkekuatan awal tinggi minimal selama 3 (tiga) hari serta harus
dipertahankan dalam kondisi lembab, kecuali dilakukan dengan perawatan yang
dipercepat (PB,1989:29). Perawatan ini tidak hanya dimaksudkan untuk
mendapatkan kekuatan tekan beton yang tinggi tapi juga dimaksudkan untuk
memperbaiki mutu dari keawetan beton, kekedapan terhadap air, ketahanan
terhadap aus, serta stabilitas dari dimensi struktur.
a) Perawatan Yang Dipercepat
Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan atmosferik, pemanasan
dan pelembaban atau proses lain yang dapat diterima, boleh digunakan untuk
mencapai kekuatan tekan dan mengurangi waktu perawatan. Perawatan ini harus
mampu menghasilkan kekuatan tekan sesuai dengan rencana, dan prosesnya
harus mampu menghasilkan beton yang tegar. Untuk cuaca yang panas perlu
diperhatikan bahan-bahan penyusunnya, cara produksi, penanganan dan
pengangkutan, penuangan, perlindungan dan perawatan untuk mencegah suhu
beton atau penguapan air yang berlebihan sehingga dapat mengurangi kekuatan
tekannya dan mempengaruhi kekuatan struktur.
b) Macam Perawatan
Perawatan beton ini dapat dilakukan dengan pembahasan atau penguapan
(steam) serta dengan menggunakan membran. Pemilihan cara mana yang
digunakan semata-mata mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan.
a. Perawatan Dengan Pembasahan
1. Menaruh beton segar dalam ruangan yang lembab.
2. Menaruh beton segar dalam genangan air.
3. Menaruh beton segar dalam air.
4. Menyelimuti permukaan beton dengan air.
5. Menyelimuti permukaan beton dengan karung basah.
6. Menyirami permukaan beton secara kontinyu.
7. Melapisi permukaan beton dengan air dengan melakukan compound
b. Perawatan Dengan Penguapan
12. Perawatan dengan uap dapat dibagi menjadi dua, yaitu perawatan dengan
tekanan rendah dan perawatan dengan tekanan tinggi. Perawatan tekanan
rendah berlangsung selama 10-12 jam pada suhu 40°-55°C, sedangkan
penguapan dengan suhu tinggi dilaksanakan selama 10-16 jam pada suhu
65°-95°C, dengan suhu akhir 40°-55°C. Sebelum perawatan dengan
penguapan dilakukan, beton harus dipertahankan pada suhu 10°-30°C
selama beberapa jam. Perawatan dengan penguapan berguna pada daerah
yang mempunyai musim singin. Perawatan ini harus diikuti dengan
perawatan dengan pembahasan setelah lebih dari 24 jam, minimal selama
umur 7 hari, agar kekuatan tekan dapat tercapai sesuai dengan rencana pada
umur 28 hari.
c. Perawatan Dengan Membran
Membran yang digunakan untuk perawatan merupakan penghalang fisik
untuk menghalangi penguapan air. Bahan yang digunakan harus kering
dalam waktu 4 jam (sesuai final setting time), dan membentuk selembar film
yang kontinyu, melekat dan tidak bergabung, tidak beracun, tidak selip,
bebas dari lubang-lubang halus dan tidak membahayakan beton. Lembaran
plastik atau lembaran lain yang kedapa air dapat digunakan dengan sangat
efesien. Perawatan dengan menggunakan membran sangat berguna untuk
perawatan pada lapisan perkerasan beton (rigid pavement). Cara ini harus
dilaksanakan sesegera mungkin setelah waktu pengikatan beton. Perawatan
dengan cara ini dapat juga dilakukan setelah atau sebelum perawatan dengan
pembahasan.
d. Perawatan Lainnya
Perawatan pada beton lainnya yang dapat dilakukan adalah perawatan
dengan menggunakan sinar infra merah, yaitu dengan melakukan
penyinaran selama 2-4 jam pada suhu 90°C. hal tersebut dilakukan untuk
mempercepat penguapan air pada beton mutu tinggi. Selain itu ada pula
perawatan hidrotermal (dengan memanaskan cetakan untuk beton-beton pra-
cetak selama 4 jam pada suhu 65°C) dan perawatan dengan karbonisasi.
13. BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengenalan atas sifat-sifat fisik dan mekanik akan sangat membantu dalam
menentukan jenis-jenis mutu beton untuk tujuan pengunaan tertentu. Diharapkan
dengan memahami sifat-sifat beton dan jenis-jenis mutu beton, cara pembuatan,
pemeliharaan, standar dalam struktur bangunan untuk penggunaan tertentu khususnya
dalam bidang teknik arsitektur akan semakin membantu dalam pembangunan
dibidang teknik arsitektur
B. Saran
Untuk menghindari kegagalan struktur beton, seperti keruntuhan yang diakibatkan
oleh gempa yang akhir ini sering terjadi. Maka kualitas beton perlu direncanakan
mengikuti standart, agar bisa diperoleh suatu struktur kolom sesuai dengan yang
disyaratkan, maka perlu mempergunakan mutu beton yang lebih tinggi. Mutu beton
yang lebih tidak hanya memperoleh suatu struktur kolom beton bertulang yang kuat,
tetapi juga menghasilkan suatu struktur kolom yang sangat efisien.