Dokumen tersebut merupakan draft peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang pengembangan kualitas sumber daya manusia Bank Perekonomian Rakyat dan Bank Perekonomian Rakyat Syariah. Draft peraturan ini mengatur tentang pengelolaan dan pengembangan SDM BPR dan BPRS secara berkelanjutan, termasuk penyediaan dana untuk pengembangan kualitas SDM sebesar minimal 3% dari total beban tenaga kerja tahun sebelumnya.
2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx
BPR SDM Pengembangan
1. - 1 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR … TAHUN …
TENTANG
PENGEMBANGAN KUALITAS SUMBER
DAYA MANUSIA
BANK PEREKONOMIAN RAKYAT DAN
BANK PEREKONOMIAN RAKYAT SYARIAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
ESA
DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA
KEUANGAN,
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN OTORITAS JASA
KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR … TAHUN …
TENTANG
PENGEMBANGAN KUALITAS
SUMBER DAYA MANUSIA BANK
PEREKONOMIAN RAKYAT DAN
BANK PEREKONOMIAN RAKYAT
SYARIAH
Menimbang:
a. bahwa untuk mendukung industri Bank
Perekonomian Rakyat atau Bank
Perekonomian Rakyat Syariah dengan
daya tahan yang baik atau resiliensi,
daya saing yang tinggi, dan kontribusi
yang optimal dalam memberikan
kemudahan akses keuangan kepada
usaha mikro, kecil dan menengah serta
masyarakat di daerah atau wilayahnya,
serta mampu mengantisipasi tren
perkembangan bisnis dan inovasi
teknologi informasi di era digital,
diperlukan sumber daya manusia yang
I. UMUM
Dalam rangka mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional dan
mendukung perkembangan usaha
yang bersifat dinamis, serta mampu
mengantisipasi tren perkembangan
inovasi teknologi informasi di era
digital, diperlukan industri BPR dan
BPRS dengan daya tahan yang baik
dan daya saing yang tinggi, sehingga
BPR dan BPRS dapat memberikan
kontribusi yang optimal dalam
memberikan kemudahan akses
keuangan kepada usaha mikro dan
2. - 2 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
berintegritas, kompeten, profesional,
dan berdaya saing tinggi, sehingga
pengembangan kualitas sumber daya
manusia menjadi prioritas;
b. bahwa untuk mendorong Bank
Perekonomian Rakyat atau Bank
Perekonomian Rakyat Syariah
melakukan berbagai pengembangan
kualitas terhadap sumber daya manusia
yang dimiliki, pengaturan terkait
sumber daya manusia Bank
Perekonomian Rakyat atau Bank
Perekonomian Rakyat Syariah saat ini
perlu dilakukan pembaruan ketentuan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
tentang Pengembangan Kualitas
Sumber Daya Manusia Bank
Perekonomian Rakyat dan Bank
Perekonomian Rakyat Syariah;
masyarakat di daerah atau
wilayahnya. Untuk mendukung hal
tersebut, diperlukan upaya
pengelolaan SDM secara
berkelanjutan mengingat SDM
merupakan aset paling penting dari
berbagai sumber daya yang dimiliki
oleh BPR dan BPRS serta berperan
siginifikan terhadap keberlanjutan
bisnis di tengah persaingan sektor
jasa keuangan di era digital. Agar
SDM yang dimiliki BPR dan BPRS
memiliki kualitas yang berintegritas,
kompeten, profesional, dan berdaya
saing, pengembangan kualitas SDM
BPR dan BPRS secara berkelanjutan
harus menjadi prioritas yang
dilakukan oleh BPR dan BPRS.
Salah satu upaya yang dapat
dilakukan oleh BPR dan BPRS dalam
rangka mendukung pengembangan
kualitas SDM BPR dan BPRS adalah
melalui penyediaan dana yang
direalisasikan oleh BPR dan BPRS
dalam rangka peningkatan
kompetensi kerja atau pengembangan
kompetensi lain di bidang teknis dan
non teknis. Selain itu, diperlukan
sistem dan prosedur yang digunakan
Mengingat:
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor
31, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3472)
sebagaimana telah diubah beberapa kali
3. - 3 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
terakhir dengan Undang-Undang Nomor
4 Tahun 2023 tentang Pengembangan
dan Penguatan Sektor Keuangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2023 Nomor 4, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6845);
2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4867)
sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Undang-Undang Nomor
4 Tahun 2023 tentang Pengembangan
dan Penguatan Sektor Keuangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2023 Nomor 4, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6845);
3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011
tentang Otoritas Jasa Keuangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5253) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2023 tentang Pengembangan dan
Penguatan Sektor Keuangan (Lembaran
sebagai pedoman bagi BPR dan BPRS
dalam menyusun strategi
pengembangan kualitas SDM BPR
dan BPRS secara berkelanjutan,
sehingga BPR dan BPRS dapat
berkompetisi dengan tetap
memperhatikan aspek kehati-hatian.
Sehubungan dengan hal tersebut,
serta memperhatikan keselarasan
dengan ketentuan terkini antara lain
ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai pengembangan
dan penguatan sektor keuangan,
diperlukan pembaruan pengaturan
mengenai pengembangan kualitas
SDM BPR dan BPRS.
4. - 4 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
Negara Republik Indonesia Tahun 2023
Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6845);
4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023
tentang Pengembangan dan Penguatan
Sektor Keuangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2023 Nomor
4, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6845);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN OTORITAS
JASA KEUANGAN TENTANG
PENGEMBANGAN KUALITAS SUMBER
DAYA MANUSIA BANK PEREKONOMIAN
RAKYAT DAN BANK PEREKONOMIAN
RAKYAT SYARIAH.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
ini, yang dimaksud dengan:
1. Bank Perekonomian Rakyat yang
selanjutnya disingkat BPR adalah jenis
bank konvensional yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas giral secara langsung.
2. Bank Perekonomian Rakyat Syariah
yang selanjutnya disebut BPRS adalah
jenis bank syariah yang dalam
Cukup jelas.
5. - 5 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas giral secara langsung.
3. Direksi adalah direksi bagi BPR dan
BPRS berbentuk badan hukum
perseroan terbatas, pengurus bagi BPR
dan BPRS berbentuk badan hukum
koperasi, atau direksi bagi BPR dan
BPRS yang belum menyesuaikan
bentuk badan hukum menjadi
perseroan terbatas atau koperasi.
4. Dewan Komisaris adalah dewan
komisaris bagi BPR dan BPRS
berbentuk badan hukum perseroan
terbatas, pengawas bagi BPR dan
BPRS berbentuk badan hukum
koperasi, serta komisaris atau dewan
pengawas bagi BPR dan BPRS yang
belum menyesuaikan bentuk badan
hukum menjadi perseroan terbatas
atau koperasi.
5. Sumber Daya Manusia yang
selanjutnya disingkat SDM adalah
anggota Direksi, anggota Dewan
Komisaris, pegawai tetap, dan/atau
pegawai tidak tetap pada BPR dan
BPRS, serta anggota dewan pengawas
syariah pada BPRS.
6. Sertifikasi Kompetensi Kerja adalah
proses pemberian sertifikat
6. - 6 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
kompetensi kerja yang dilakukan
secara sistematis dan objektif melalui
uji kompetensi sesuai Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia.
7. Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia yang selanjutnya disingkat
SKKNI adalah rumusan kemampuan
kerja yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan dan/atau
keahlian serta sikap kerja yang relevan
dengan pelaksanaan tugas dan syarat
jabatan yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
8. Lembaga Sertifikasi Profesi yang
selanjutnya disingkat LSP adalah
lembaga yang melaksanakan kegiatan
sertifikasi profesi yang telah memenuhi
syarat dan telah memperoleh lisensi
dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi.
9. Program Pemeliharaan Kompetensi
Kerja yang selanjutnya disebut dengan
Program Pemeliharaan adalah program
pengkinian kompetensi kerja bagi
anggota Direksi dan anggota Dewan
Komisaris BPR dan BPRS pemegang
Sertifikat Kompetensi Kerja.
Pasal 2
7. - 7 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
(1) BPR dan BPRS wajib melakukan
pengelolaan SDM dan pengembangan
kualitas SDM yang dimiliki secara
berkelanjutan.
(2) Pengelolaan SDM sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai dengan siklus kepegawaian
pada BPR dan BPRS.
(3) Pengembangan kualitas SDM
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan:
a. melalui peningkatan kompetensi
kerja SDM; dan
b. memperhatikan asas prioritas dan
pemerataan kompetensi kerja
SDM,
yang disesuaikan dengan visi,
misi, dan strategi bisnis BPR dan
BPRS.
Ayat (1)
Yang dimaksud “secara
berkelanjutan” adalah pengelolaan
SDM dan pengembangan kualitas
SDM yang dilaksanakan secara terus
menerus dengan sistematis,
terencana, dan objektif untuk
mengantisipasi perkembangan
perbankan dan sektor jasa keuangan
ke depan.
Ayat (2)
Siklus kepegawaian pada BPR atau
BPRS mencakup berbagai tahapan
yang dilalui SDM antara lain strategi
dan perencanaan, pemenuhan atau
rekrutmen, orientasi dan adaptasi
(onboard), budaya, pelatihan dan
pengembangan, manajemen kinerja
dan imbalan, pengembangan karier,
manajemen talenta atau suksesi,
pemberhentian dan program pensiun
(offboard).
Ayat (3)
Pengembangan kualitas SDM yang
disesuaikan dengan visi, misi, dan
strategi bisnis BPR dan BPRS antara
lain untuk:
8. - 8 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
a. mendukung pencapaian bisnis
BPR dan BPRS;
b. mengantisipasi tren
perkembangan bisnis dan
inovasi teknologi informasi
dengan mempersiapkan SDM
yang berwawasan digital; dan
c. menghadapi persaingan antar
SDM dan sumber daya manusia
di dunia usaha lainnya.
Pasal 3
(1) BPR dan BPRS wajib menyediakan
dana untuk pengembangan kualitas
SDM untuk setiap tahun buku.
(2) Dana untuk pengembangan kualitas
SDM sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dipergunakan untuk
mendukung peningkatan kompetensi
kerja SDM.
(3) Jumlah atau nominal penyediaan dana
untuk pengembangan kualitas SDM
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib disediakan BPR dan BPRS untuk
setiap tahun buku paling sedikit 3%
(tiga persen) dari total beban tenaga
kerja tahun sebelumnya.
(4) BPR dan BPRS wajib merealisasikan
penyediaan dana untuk
Ayat (1)
Dana untuk pengembangan kualitas
SDM mencakup semua dana yang
disediakan BPR dan BPRS yang
dicatatkan dalam laporan keuangan
BPR dan BPRS, antara lain terkait
dengan program sertifikasi, pelatihan,
pendidikan formal, pembimbingan,
dan/atau detasering (secondment),
termasuk juga antara lain biaya
perjalanan, konsumsi, pemeliharaan
aplikasi, handbook, modul,
lisensi/software subscription, dan e-
library/journal subscription, untuk
mendukung kegiatan pengembangan
kualitas SDM di bidang teknis
dan/atau non teknis.
9. - 9 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
pengembangan kualitas SDM untuk
setiap tahun buku.
(5) Dalam kondisi tertentu, BPR dan BPRS
dapat menyediakan dana untuk
pengembangan kualitas SDM
sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
kurang dari 3% (tiga persen)
berdasarkan persetujuan Otoritas Jasa
Keuangan.
(6) Otoritas Jasa Keuangan berwenang
memerintahkan BPR dan BPRS untuk:
a. menyediakan dana untuk
pengembangan kualitas SDM
sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) lebih besar dari 3% (tiga
persen);
b. menambahkan sisa dana
pengembangan SDM tahun buku
sebelumnya pada tahun buku
yang akan datang; dan/atau
c. mengikutsertakan SDM yang
melaksanakan aktifitas atau
fungsi kritikal dalam Sertifikasi
Kompetensi Kerja.
(7) BPR dan BPRS wajib melaksanakan
perintah Otoritas Jasa Keuangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (6).
Tidak termasuk dalam cakupan dana
untuk pengembangan kualitas SDM
yaitu belanja modal (capital
expenditure) yang dikeluarkan BPR
dan BPRS yang terkait dengan sarana
pendidikan yang akan dicatatkan
sebagai aset tetap BPR dan BPRS.
Yang dimaksud dengan “tahun buku”
adalah tahun yang dimulai dari bulan
Januari sampai dengan bulan
Desember.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “beban tenaga
kerja” sesuai dengan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan mengenai
pelaporan bank perkreditan rakyat
dan bank pembiayaan rakyat syariah
melalui sistem pelaporan otoritas jasa
keuangan.
Ayat (4)
Cukup jelas.
10. - 10 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan “kondisi
tertentu” adalah keadaan kahar atau
BPR dan BPRS ditetapkan sebagai
bank dalam penyehatan atau bank
dalam resolusi sehingga penyediaan
dana pengembangan kualitas SDM
BPR dan BPRS berdampak material
terhadap laba rugi atau permodalan
BPR dan BPRS.
Keadaan kahar yaitu keadaan
bencana yang tidak dapat dihindari
terdiri atas:
a. bencana alam;
b. bencana nonalam; dan/atau
c. bencana sosial,
yang dibenarkan oleh pejabat instansi
yang berwenang dari daerah setempat
dan/atau dapat diverifikasi
kebenarannya oleh Otoritas Jasa
Keuangan.
Ayat (6)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
11. - 11 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
Fungsi kritikal yaitu fungsi inti
dalam aktivitas operasional BPR
dan BPRS yang bersifat strategis
atau memiliki potensi risiko yang
dapat memengaruhi
perkembangan kegiatan usaha
BPR dan BPRS.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 4
Kewajiban pengembangan kualitas SDM
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1) dilakukan BPR dan BPRS dengan
mengikutsertakan SDM pada
pengembangan kompetensi di bidang
teknis dan/atau di bidang nonteknis
melalui:
a. Sertifikasi Kompetensi Kerja di bidang
BPR dan BPRS;
b. Sertifikasi Kompetensi Kerja selain di
bidang BPR dan BPRS; dan
peningkatan kompetensi lainnya.
Yang dimaksud dengan “kompetensi
di bidang teknis” adalah
pengetahuan, keterampilan, dan
sikap atau perilaku yang dapat
diamati, diukur, dan dikembangkan,
yang berkaitan dengan bidang teknis
dalam melakukan fungsi, pekerjaan,
atau jabatan pada BPR dan BPRS.
Yang dimaksud dengan “kompetensi
di bidang nonteknis“ adalah
pengetahuan, keterampilan, dan
sikap atau perilaku yang dapat
diamati, diukur, dan dikembangkan,
yang berkaitan dengan interaksi baik
secara intrapersonal maupun
interpersonal dalam melakukan
fungsi, pekerjaan, atau jabatan pada
12. - 12 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
BPR dan BPRS, termasuk untuk
memimpin dan/atau mengelola BPR
dan BPRS dan/atau unit organisasi
BPR dan BPRS.
Huruf a
Sertifikasi Kompetensi Kerja di
bidang BPR dan BPRS yaitu
sertifikasi kompetensi kerja sesuai
dengan SKKNI dan Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia
bagi BPR dan BPRS yang telah
ditetapkan oleh instansi yang
berwenang.
Huruf b
Sertifikasi Kompetensi Kerja
selain di bidang BPR dan BPRS
yaitu sertifikasi lain yang
berkaitan dengan aktivitas di
sektor perbankan baik dalam
bentuk program sertifikasi
internasional maupun domestik
antara lain di bidang manajemen
risiko, perencanaan keuangan,
teknologi informasi, audit, dan
keuangan syariah.
Huruf c
Peningkatan kompetensi lainnya
yaitu pengembangan kualitas
SDM melalui peningkatan
13. - 13 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
kompetensi SDM selain sertifikasi
kompetensi, antara lain melalui
program pendidikan formal
berkelanjutan, pendidikan
kepemimpinan, komunikasi, dan
keterampilan interpersonal
lainnya, pembimbingan,
pemagangan dan program lainnya
yang mendukung operasional BPR
dan BPRS.
Pasal 5
(1) Pengembangan kualitas SDM dapat
dilakukan dengan cara:
a. dilaksanakan oleh BPR dan BPRS;
b. dilaksanakan oleh BPR dan BPRS
bekerja sama dengan pihak lain;
dan/atau
c. mengikutsertakan SDM pada:
1) Sertifikasi Kompetensi Kerja;
2) sosialisasi, lokakarya, dan
seminar;
3) pendidikan formal; dan/atau
4) program pengembangan
kompetensi lain di bidang
teknis dan/atau non teknis;
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan
“dilaksanakan oleh BPR dan
BPRS” adalah pelaksanaan
pengembangan kualitas SDM
dengan sumber daya BPR dan
BPRS sendiri. Sebagai contoh
pelaksanaan pelatihan (in house
training) dengan tenaga pengajar
dari SDM BPR dan BPRS sendiri
atau tenaga pengajar eksternal.
Huruf b
Yang dimaksud dengan
“dilaksanakan oleh BPR dan BPRS
bekerja sama dengan pihak lain”
adalah pelaksanaan
14. - 14 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
yang diselenggarakan oleh pihak
lain.
(2) Pengembangan kualitas SDM
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara daring dan/atau
luring.
pengembangan kualitas SDM
dilakukan BPR dan BPRS dengan
pihak di luar BPR dan BPRS,
antara lain BPR atau BPRS
dengan BPR atau BPRS lain,
dengan bank umum, dengan
lembaga jasa keuangan nonbank,
dan/atau dengan institusi lain.
Institusi lain antara lain otoritas,
kampus, konsultan, asosiasi
industri, lembaga sertifikasi, dan
lembaga pendidikan.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 6
(1) BPR dan BPRS menyusun rencana
pengembangan kualitas SDM dalam
rencana bisnis BPR dan BPRS.
(2) BPR dan BPRS menyampaikan
realisasi rencana pengembangan
kualitas SDM sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dalam laporan realisasi
dan pengawasan rencana bisnis BPR
dan BPRS.
Ayat (1)
Format dan tata cara penyampaian
rencana pengembangan kualitas SDM
dalam rencana bisnis sesuai dengan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
mengenai rencana bisnis bank
perkreditan rakyat dan bank
pembiayaan rakyat syariah.
15. - 15 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
(3) BPR dan BPRS wajib
mengadministrasikan realisasi
program pengembangan kualitas SDM.
Ayat (2)
Format dan tata cara penyampaian
realisasi rencana pengembangan
kualitas SDM dalam laporan realisasi
dan pengawasan rencana bisnis
sesuai dengan Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan mengenai rencana
bisnis bank perkreditan rakyat dan
bank pembiayaan rakyat syariah.
Ayat (3)
Pengadministrasian realisasi program
pengembangan kualitas SDM
dilakukan antara lain terhadap:
a. bukti dan/atau dokumen
pelaksanaan Sertifikasi
Kompetensi Kerja di bidang BPR
dan BPRS, Sertifikasi
Kompetensi Kerja selain di
bidang BPR dan BPRS, dan
pelaksanaan peningkatan
kompetensi lainnya, termasuk
dokumen Program
Pemeliharaan;
b. daftar SDM yang mengikuti
program pengembangan kualitas
SDM; dan
c. bukti pembayaran jika terdapat
biaya dalam pelaksanaan
16. - 16 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
program pengembangan kualitas
SDM.
Pasal 7
(1) BPR dan BPRS yang melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1), Pasal 3 ayat (1),
Pasal 3 ayat (3), Pasal 3 ayat (4), Pasal
3 ayat (7), dan/atau Pasal 6 ayat (3),
dikenai sanksi administratif berupa
teguran tertulis.
(2) Dalam hal BPR dan BPRS telah dikenai
sanksi administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dan belum
memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), Pasal
3 ayat (1), Pasal 3 ayat (3), Pasal 3 ayat
(4), Pasal 3 ayat (7), dan/atau Pasal 6
ayat (3), BPR dan BPRS dikenai sanksi
administratif berupa:
a. penurunan tingkat kesehatan BPR
dan BPRS; dan/atau
b. penghentian sementara sebagian
kegiatan usaha.
(3) Dalam hal BPR dan BPRS telah dikenai
sanksi administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dan belum
memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), Pasal
Cukup jelas.
17. - 17 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
3 ayat (1), Pasal 3 ayat (3), Pasal 3 ayat
(4), Pasal 3 ayat (7), dan/atau Pasal 6
ayat (3), pihak utama BPR dan BPRS
dapat dikenai sanksi administratif
berupa larangan sebagai pihak utama
sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan mengenai penilaian kembali
bagi pihak utama lembaga jasa
keuangan.
BAB II SISTEM DAN PROSEDUR PENGEMBANGAN KUALITAS SDM BPR DAN BPRS
Pasal 8
(1) BPR dan BPRS wajib memiliki sistem
dan/atau prosedur pengembangan
kualitas SDM BPR dan BPRS secara
berkelanjutan.
(2) Sistem dan/atau prosedur
pengembangan kualitas SDM
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit mencakup:
a. perencanaan dan analisis
kebutuhan program
pengembangan kulitas SDM BPR
dan BPRS;
b. rancangan dan pengembangan
program pengembangan kualitas
SDM BPR dan BPRS;
c. pelaksanaan program
pengembangan kualitas SDM BPR
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Bentuk atau metode dari sistem
dan/atau prosedur didasarkan atas
kebijakan internal BPR dan BPRS.
Sistem dan/atau prosedur diperlukan
agar BPR dan BPRS dapat
menetapkan tindakan yang
diperlukan sehingga pelaksanaan
pengembangan kualitas SDM dapat
berjalan sesuai rencana, mengatasi
kesenjangan kompetensi yang ada,
dan sejalan dengan visi, misi, dan
strategi bisnis BPR dan BPRS.
Huruf a
18. - 18 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
dan BPRS, termasuk metode
pelaksanaan program
pengembangan kualitas SDM BPR
dan BPRS; dan
d. evaluasi pelaksanaan dan
pemantauan realisasi program
pengembangan kualitas SDM BPR
dan BPRS.
(3) BPR dan BPRS yang melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikenai sanksi
administratif berupa teguran tertulis.
(4) Dalam hal BPR dan BPRS telah dikenai
sanksi administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan belum
memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), BPR dan BPRS
dikenai sanksi administratif berupa:
a. penurunan tingkat kesehatan BPR
dan BPRS; dan/atau
b. penghentian sementara sebagian
kegiatan usaha.
(5) Dalam hal BPR dan BPRS telah dikenai
sanksi administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), dan belum
memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), pihak utama
BPR dan BPRS dapat dikenai sanksi
administratif berupa larangan sebagai
Perencanaan dan analisis
kebutuhan disusun dengan
menilai dan mengidentifikasi
kesenjangan atau kebutuhan
kompetensi SDM BPR dan BPRS
yang perlu ditingkatkan.
Kebutuhan kompetensi SDM
antara lain disusun untuk jangka
panjang dan memenuhi
kebutuhan kompetensi SDM saat
ini. Dalam mengidentifikasi
kesenjangan atau kebutuhan
kompetensi SDM, BPR dan BPRS
memperhatikan antara lain
standar kompetensi SDM BPR dan
BPRS sesuai dengan SKKNI dan
Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia yang berlaku bagi BPR
dan BPRS yang telah ditetapkan
oleh instansi yang berwenang.
Huruf b
Rancangan dan pengembangan
program disusun dengan
menentukan rencana atau bentuk
program pengembangan kualitas
SDM BPR dan BPRS, termasuk
tujuan, metode, dan evaluasi
program.
Huruf c
19. - 19 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
pihak utama sesuai dengan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan mengenai
penilaian kembali bagi pihak utama
lembaga jasa keuangan.
Pelaksanaan program
pengembangan kualitas SDM
berdasarkan rancangan dan
pengembangan program yang
telah disusun atau kebutuhan
lainnya antara lain
mempertimbangkan waktu,
tempat, anggaran dan metode
(daring atau luring).
Huruf d
Evaluasi pelaksanaan dan
pemantauan realisasi program
pengembangan kualitas SDM BPR
dan BPRS antara lain untuk
mengukur pengaruh pelaksanaan
program pada peningkatan
kualitas SDM. Hasil evaluasi
antara lain berupa kesimpulan
dan saran perbaikan program
pengembangan kualitas SDM ke
depan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
20. - 20 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
Ayat (5)
Cukup jelas.
BAB III SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA
Pasal 9
BPR atau BPRS wajib memiliki anggota
Direksi dan anggota Dewan Komisaris yang
seluruhnya memiliki Sertifikat Kompetensi
Kerja yang diterbitkan oleh LSP.
Kewajiban memiliki Sertifikat
Kompetensi Kerja bagi anggota
Direksi dan anggota Dewan Komisaris
BPR dan BPRS sesuai dengan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
mengenai bank perkreditan rakyat
dan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan mengenai bank
pembiayaan rakyat syariah.
Pasal 10
(1) Sertifikat Kompetensi Kerja bagi
anggota Direksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ditetapkan
dalam 2 (dua) tingkat berdasarkan
total aset BPR dan BPRS, yaitu
Sertifikat Kompetensi Kerja tingkat 1
dan Sertifikat Kompetensi Kerja
tingkat 2.
(2) Sertifikat Kompetensi Kerja bagi
anggota Dewan Komisaris
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ditetapkan dalam 1 (satu) tingkat dan
Ayat (1)
Perbedaan antara Sertifikat
Kompetensi Kerja tingkat 1 dan
Sertifikat Kompetensi Kerja tingkat 2,
antara lain ditetapkan berdasarkan
cakupan unit kompetensi pada
SKKNI, yaitu jumlah unit kompetensi
tingkat 2 lebih banyak dibandingkan
dengan tingkat 1.
Ayat (2)
Cakupan dan jumlah unit kompetensi
bagi anggota Dewan Komisaris
21. - 21 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
tidak memperhitungkan total aset BPR
dan BPRS.
berbeda dengan cakupan dan jumlah
unit kompetensi bagi anggota Direksi.
Pasal 11
(1) Sertifikat Kompetensi Kerja tingkat 1
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 ayat (1) wajib dimiliki oleh anggota
Direksi BPR dan BPRS dengan total
aset kurang dari
Rp300.000.000.000,00 (tiga ratus
miliar rupiah).
(2) Sertifikat Kompetensi Kerja tingkat 2
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 ayat (1) wajib dimiliki oleh anggota
Direksi BPR dan BPRS dengan total
aset paling sedikit
Rp300.000.000.000,00 (tiga ratus
miliar rupiah).
Ayat (1)
Kepemilikan Kompetensi Kerja tingkat
1 dapat dibuktikan dengan memiliki
Sertifikat Kompetensi Kerja tingkat 1
atau tidak memiliki Sertifikat
Kompetensi Kerja tingkat 1 namun
memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja
tingkat 2.
Ayat (2)
Kepemilikan Kompetensi Kerja tingkat
2 dapat diperoleh anggota Direksi
BPR dan BPRS dengan menambah
jumlah unit kompetensi yang
dipersyaratkan pada Sertifikat
Kompetensi Kerja tingkat 2 sesuai
dengan SKKNI yang tidak tercakup
pada unit kompetensi untuk
memperoleh Sertifikasi Kompetensi
Kerja tingkat 1.
Pasal 12
(1) Dalam hal BPR dan BPRS mengalami
peningkatan total aset menjadi paling
sedikit Rp300.000.000.000,00 (tiga
ratus miliar rupiah) dalam jangka
Ayat (1)
Kewajiban memiliki Sertifikat
Kompetensi Kerja tingkat 2 dimulai
sejak bulan ke-7 (tujuh).
22. - 22 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
waktu 6 (enam) bulan berturut-turut,
anggota Direksi BPR dan BPRS wajib
memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja
tingkat 2.
(2) Anggota Direksi BPR dan BPRS wajib
memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja
tingkat 2 paling lambat 12 (dua belas)
bulan sejak total aset BPR dan BPRS
memenuhi kriteria sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(3) Bagi BPR yang melakukan perubahan
usaha menjadi BPRS, batas waktu
pemenuhan Sertifikat Kompetensi
Kerja tingkat 2 bagi anggota Direksi
BPRS dilaksanakan sesuai dengan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
mengenai bank pembiayaan rakyat
syariah.
(4) Bagi BPR dan BPRS hasil
penggabungan, peleburan, dan/atau
pengambilalihan, batas waktu
pemenuhan Sertifikat Kompetensi
Kerja tingkat 2 bagi anggota Direksi
BPR dan BPRS dilaksanakan sesuai
dengan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan mengenai penggabungan,
peleburan, dan pengambilalihan bank
pembiayaan rakyat dan bank
pembiayaan rakyat syariah.
Ayat (2)
Perhitungan jangka waktu kewajiban
memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja
tingkat 2 dimulai pada bulan
berikutnya dari laporan bulan ke
enam hingga 12 (dua belas) bulan
kemudian.
Contoh:
Berdasarkan laporan bulanan yang
disampaikan oleh BPR atau BPRS
kepada Otoritas Jasa Keuangan
diketahui bahwa sejak bulan Januari
2024 sampai dengan bulan Juni
2024, BPR atau BPRS memiliki total
aset diatas Rp300.000.000,00 (tiga
ratus miliar rupiah). Berdasarkan
laporan bulanan BPR atau BPRS
bulan Juni 2024 yang diterima pada
bulan Juli 2024, anggota Direksi BPR
dan BPRS wajib memiliki Sertifikat
Kompetensi Kerja tingkat 2 sejak
akhir bulan Juli 2024 hingga paling
lambat akhir bulan Juni 2025.
Ayat (3)
Contoh 1:
BPRS A memiliki aset kurang dari
Rp300.000.000.000,00 (tiga ratus
miliar rupiah). Direksi BPRS A efektif
23. - 23 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
(5) Kepemilikan sertifikasi Kompetensi
Kerja tingkat 2 sebagaimana dimaksud
pada Pasal 10 ayat (1) tetap berlaku
bagi anggota Direksi BPR dan BPRS
yang mengalami penurunan total aset
BPR dan BPRS.
menjabat per 1 Januari 2024. Aset
BPRS A per 1 September 2024
mengalami kenaikan menjadi
Rp300.000.000.000,00 (tiga ratus
miliar rupiah) selama 6 (enam) bulan
berturut-turut yaitu sampai dengan
tanggal 1 Maret 2025. Kewajiban
Direksi untuk memenuhi Sertifikat
Kompetensi Kerja tingkat 2 sebagai
berikut:
a. Berdasarkan Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan yang mengatur
mengenai BPRS, Direksi yang
bersangkutan wajib memiliki
sertifikat kompetensi kerja
tingkat 2 paling lambat 24 (dua
puluh empat) bulan sejak 1
Januari 2025 yaitu 1 Januari
2026.
b. Berdasarkan Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan ini, Direksi yang
bersangkutan wajib memiliki
sertifikat kompetensi kerja
tingkat 2 paling lambat 12 (dua
belas) bulan sejak 1 Maret 2025
yaitu pada tanggal 1 Maret 2026.
Bagi anggota Direksi BPRS, batas
waktu untuk memenuhi kewajiban
sertifikasi dapat dipilih yang sisa
24. - 24 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
waktunya paling lama yaitu
berdasarkan ketentuan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan, yaitu tanggal
1 Maret 2026.
Contoh 2:
BPRS B memiliki aset kurang dari
Rp300.000.000.000,00 (tiga ratus
miliar rupiah). Direksi BPRS B efektif
menjabat per 1 Januari 2024. Aset
BPRS B per 1 Februari 2024
mengalami kenaikan menjadi
Rp300.000.000.000,00 (tiga ratus
miliar rupiah) selama 6 (enam) bulan
berturut-turut yaitu sampai dengan
tanggal 1 Agustus 2024. Kewajiban
Direksi untuk memenuhi Sertifikat
Kompetensi Kerja tingkat 2 sebagai
berikut:
a. Berdasarkan Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan yang mengatur
mengenai BPRS, Direksi yang
bersangkutan wajib memiliki
sertifikat kompetensi kerja
tingkat 2 paling lambat 24 (dua
puluh empat) bulan sejak 1
Januari 2024 yaitu pada tanggal
1 Januari 2026.
b. Berdasarkan Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan ini, Direksi yang
25. - 25 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
bersangkutan wajib memiliki
sertifikat kompetensi kerja
tingkat 2 paling lambat 12 (dua
belas) bulan sejak tanggal 1
Agustus 2017 yaitu tanggal 1
Agustus 2025.
Batas waktu untuk memenuhi
kewajiban sertifikasi dipilih yang sisa
waktunya paling lama yaitu
berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan yang mengatur mengenai
BPRS yaitu tanggal 1 Januari 2026.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 13
(1) BPR dan BPRS yang melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 dikenai sanksi
administratif sesuai dengan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan mengenai
bank perkreditan rakyat dan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan mengenai
bank pembiayaan rakyat syariah.
Cukup jelas.
26. - 26 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
(2) BPR dan BPRS yang melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 ayat (1), Pasal 11 ayat
(2), dan/atau Pasal 12 ayat (1),
dan/atau anggota Direksi dan/atau
anggota Dewan Komisaris yang
melanggar ketentuan sebagaimna
dimaksud Pasal 12 ayat (2), dikenai
sanksi administratif berupa teguran
tertulis.
(3) Dalam hal BPR dan BPRS dan/atau
anggota Direksi dan/atau anggota
Dewan Komisaris telah dikenai sanksi
administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), dan belum memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 ayat (1), Pasal 11 ayat
(2), Pasal 12 ayat (1), dan/atau Pasal
12 ayat (2), BPR dan BPRS dikenai
sanksi administratif berupa:
a. penurunan tingkat kesehatan BPR
dan BPRS; dan/atau
b. penghentian sementara sebagian
kegiatan usaha.
(4) Dalam hal BPR dan BPRS dan/atau
anggota Direksi dan/atau anggota
Dewan Komisaris telah dikenai sanksi
administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), dan belum memenuhi
27. - 27 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 ayat (1), Pasal 11 ayat
(2), Pasal 12 ayat (1), dan/atau Pasal
12 ayat (2), pihak utama BPR dan
BPRS dapat dikenai sanksi
administratif berupa larangan sebagai
pihak utama sesuai dengan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan mengenai
penilaian kembali bagi pihak utama
lembaga jasa keuangan.
BAB IV LSP SEKTOR PERBANKAN
Pasal 14
LSP sektor perbankan menetapkan
persyaratan untuk menjadi penyelenggara
pemeliharaan kompetensi dan/atau
kriteria masing-masing bentuk kegiatan
yang diakui sebagai pemeliharaan
kompetensi.
Penetapan persyaratan oleh LSP
sektor perbankan dilaksanakan
sesuai dengan standar yang berlaku
terkait dengan praktek sertifikasi
(best practice).
Pasal 15
(1) LSP sektor perbankan yang
menyelenggarakan Sertifikasi
Kompetensi Kerja di sektor perbankan
wajib menjaga kualitas uji kompetensi
Sertifikasi Kompetensi Kerja di sektor
perbankan.
(2) LSP sektor perbankan yang melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud
Ayat (1)
Untuk menjaga kualitas uji
kompetensi Sertifikasi Kompetensi
Kerja di sektor perbankan, LSP sektor
perbankan melakukan paling sedikit:
a. peninjauan secara berkala
terhadap metode, materi uji
28. - 28 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
pada ayat (1) dikenai sanksi
administratif sesuai dengan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan mengenai
penatalaksanaan lembaga sertifikasi
profesi di sektor jasa keuangan.
kompetensi, dan asesor yang
ditugaskan; dan
b. pengkinian materi uji kompetensi
yang sesuai dengan
perkembangan aspek bidang
Sertifikasi Kompetensi Kerja di
sektor perbankan terkini yang
selaras dengan kebutuhan dan
perkembangan perbankan ke
depan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
BAB V PEMANTAUAN
Pasal 16
(1) BPR dan BPRS wajib:
a. melakukan pemantauan untuk
memastikan anggota Direksi dan
anggota Dewan Komisaris BPR
dan BPRS memiliki Sertifikasi
Kompetensi Kerja, termasuk
mengikuti Program Pemeliharaan
secara berkala; dan
b. melakukan pemantauan terhadap
SDM yang mengikuti program
pengembangan kualitas SDM
sebagaimana dimaksud pada
Pasal 4.
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “sejak
berlakunya Sertifikat Kompetensi
Kerja” adalah sejak tanggal
diterbitkan atau sejak tanggal
perpanjangan terakhir Sertifikat
Kompetensi Kerja.
29. - 29 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
(2) Jangka waktu Program Pemeliharaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dilaksanakan dalam masa
berlakunya Sertifikat Kompetensi
Kerja sebagai salah satu persyaratan
perpanjangan masa berlaku Sertifikat
Kompetensi Kerja.
(3) Program Pemeliharaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a wajib
diikuti oleh anggota Direksi dan
anggota Dewan Komisaris BPR dan
BPRS paling sedikit 1 (satu) kali dalam
3 (tiga) tahun sejak berlakunya
Sertifikat Kompetensi Kerja.
Pasal 17
(1) BPR dan BPRS yang melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 ayat (1) dan/atau
anggota Direksi dan/atau anggota
Dewan Komisaris yang melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 ayat (3), dikenai sanksi
administratif berupa teguran tertulis.
(2) Dalam hal BPR dan BPRS dan/atau
anggota Direksi dan/atau anggota
Dewan Komisaris telah dikenai sanksi
administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dan belum memenuhi
Cukup jelas.
30. - 30 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 ayat (1) dan/atau Pasal
16 ayat (3), BPR dan BPRS dikenai
sanksi administratif berupa:
a. penurunan tingkat kesehatan BPR
dan BPRS; dan/atau
b. penghentian sementara sebagian
kegiatan usaha.
BAB VI KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 18
BPR dan BPRS yang belum memiliki sistem
dan/atau prosedur pengembangan kualitas
SDM atau telah memiliki sistem dan/atau
prosedur pengembangan kualitas SDM
namun belum memenuhi cakupan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 pada
saat berlakunya Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan ini, diberikan jangka waktu
paling lama 6 (enam) bulan sejak Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan ini berlaku untuk
memenuhi kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8.
Cukup jelas.
Pasal 19
Kewajiban anggota Direksi dan/atau
anggota Dewan Komisaris mengikuti
Program Pemeliharaan sebagaimana
dimaksud pada Pasal 16 ayat (3) mulai
31. - 31 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
berlaku sejak tanggal berakhirnya
Sertifikat Kompetensi Kerja anggota Direksi
dan/atau anggota Dewan Komisaris BPR
dan BPRS.
BAB VII KETENTUAN PENUTUP
Pasal 20
Pada saat Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan ini mulai berlaku:
a. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 44/POJK.03/2015 tentang
Sertifikasi Kompetensi Kerja bagi
Anggota Direksi dan Anggota Dewan
Komisaris Bank Perkreditan Rakyat
dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 397, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
nomor 5815); dan
b. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 47/POJK.03/2017 tentang
Kewajiban Penyediaan dana
Pendidikan dan Pelatihan untuk
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Bank Perkreditan Rakyat dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 153, Tambahan
Cukup jelas.
32. - 32 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6096),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 21
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini
mulai berlaku sejak Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan ini diundangkan.
Cukup jelas.
Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal …
KETUA DEWAN KOMISIONER
OTORITAS JASA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA,
MAHENDRA SIREGAR
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal …
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA NOMOR ...
33. - 33 -
Draft Peraturan
Tanggapan Usulan Perubahan
Batang Tubuh Penjelasan
REPUBLIK INDONESIA,
YASONNA H. LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA TAHUN ... NOMOR