Young & Hot ℂall Girls Patna 8250077686 WhatsApp Number Best Rates of Patna ℂ...
Tugas klp kak rusli
1. BLOK 4 SEDIAAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKALAH
ANALISIS MUTU DENGAN STANDARISASI SIMPLISIA
OLEH KELOMPOK X :
KARTINI EKA F.R 15120210010
AINUN SAKINAH 15120210020
AMELIA S 15120210030
INTAN ZULFITRI 15120210040
WIWIEK WIDYARTI 15120210050
FITRIYANTI DJUMAATI 15120210060
SRIDA MITRA AYU 15120210070
NURMI 15120210080
DWI REZKI AMALIAH 15120210090
NAURAH NAZHIFAH HAERY 15120210100
DOSEN PEMATERI : Apt. RUSLI, S.Si., M.Si.
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Analisis mutu dengan Standarisasi Simplisia” ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih
kepada Dosen mata kuliah tersebut yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai pentingnya peranan ilmu
Standarisasi simplisia dalam berbagai bidang yang meliputi bidang industri
farmasi, di laboratorium, di puskesmas atau klinik, rumah sakit / apotek, dan
BPOM serta dalam bidang penelitian.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat dengan menambah
pengetahuan dan pengalaman serta wawasan bagi para pembaca. Untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
kami juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Makassar, oktober 2021
Penyusun
3. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan tanaman obat sebagai obat herbal diperlukan
standardisasi produk, hal ini bertujuan untuk menjamin obat herbal tersebut
layak untuk dikonsumsi. Standardisasi dalam kefarmasian merupakan
serangkaian parameter prosedur dan cara pengukuran yang hasilnya
merupakan unsur-unsur terkait paradigma mutu kefarmasian, mutunya
memenuhi syarat standar (kimia, biologi dan farmasi), termasuk jaminan
(batas-batas) stabilitas sebagai produk kefarmasian umumnya.
Salah satu cara untuk mengendalikan mutu simplisia yaitu dengan
melakukan standarisasi simplisia. Standarisasi diperlukan agar dapat
diperoleh bahan baku yang seragam yang akhirnya dapat menjamin efek
farmakologi tanaman tersebut (BPOM, 2005). Pemerintahan RI melalui
Depkes-BPOM mulai mengintensifkan pembuatan standart dan acuan
standardisasi bahan obat alam. Persyaratan mutu simplisia dan ekstrak
sejumlah tanaman tertera dalam buku Farmakope Herbal Indonesia (FHI),
Ekstra Farmakope Indonesia, atau Materia Medika Indonesia. Materia
Medika Indonesia (MMI) yang dikeluarkan oleh Direktorat Pengawasan Obat
Tradisional yang memuat persyaratan baku mutu bahan alam meliputi
standardisasi simplisia dan ekstrak baik secara kualitatif (macam-macam
senyawa metabolit sekunder) maupun kuantitatif (jumlah kadar senyawa
metabolit sekunder). Standardisasi diperlukan agar dapat diperoleh bahan
baku yang seragam yang akhirnya menjamin efek farmakologi tanaman
tersebut. Standarisasi tanaman segar dilakukan untuk mengkarakterisasi
dan mengidentifikasi tanaman tersebut agar dapat dibedakan dari tanaman
lainnya. Standardisasi bahan baku obat tradisional, baik berupa simplisia
maupun ekstrak merupakan titik awal yang menentukan kualitas suatu
produk. Hal tersebut di dukung oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, tentang fitofarmaka, yang berarti diperlukan adanya pengendalian
4. mutu simplisia yang akan digunakan untuk bahan baku obat atau sediaan
galenik (BPOM RI, 2005).
5. Standarisasi Simplisia :
A. Penetapan Susut Pengeringan
Susut pengeringan adalah persentase senyawa yang menghilang
selama proses pemanasan (tidak hanya menggambarkan air yang hilang,
tetapi juga senyawa menguap lain yang hilang). Pengukuran sisa zat
dilakukan dengan pengeringan pada temperature 105ºC selama 30 menit atau
sampai berat konstan dan dinyatakan dalam persen.
Perhitungan Susut Pengeringan
Timbang seksama 1 sampai 2 g simplisia dalam botol timbang dangkal
tertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu penetapan dan ditara.
Ratakan bahan dalam botol timbang dengan menggoyangkan botol, hingga
merupakan lapisan setebal lebih kurang 5 sampai 10 mm, masukkan dalam
ruang pengering, buka tutupnya, keringkan pada suhu penetapan hingga
bobot tetap. sebelum setiap pengeringan, biarkan botol dalam keadaan
tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu ruang.
Presentase susut pengeringan dihitung dengan Rumus :
susut pengeringan =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 −𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
x 100%
B. Penetapan Kadar Abu Total
Bahan uji ditimbang dan dimasukkan dalam krus porselin yang telah
dipijar dan ditara. Krus porselin dipijar pada suhu 600°C kemudian didinginkan
dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap
bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes RI, 2000).
PERHITUNGAN
Rumus Kadar abu total(%) = berat abu total x 100%
berat bahan uji
C. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam
Abu yang diperoleh dari hasil penetapan kadar abu total dididihkan
dalam 25 mL asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut
6. dalam asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring, dipijar sampai bobot
tetap, kemudiaan didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam
asam dihitung terhadap bahan yang dikeringkan di udara (Depkes RI, 2000).
PERHITUNGAN
Rumus Kadar abu tidak larut asam =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑎𝑠𝑎𝑚
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑢𝑗𝑖
× 100%
D. Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Air
Bahan uji dimaserasi selama 24 jam dengan 100 mL air-kloroform (2,5
mL kloroform dalam akuades sampai 100 mL) dalam labu bersumbat sambil
sesekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam,
kemudian disaring. Filtrat sebanyak 20 mL diuapkan sampai kering dalam
cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa
dipanaskan pada suhu 105°C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari
yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara
(Depkes RI, 2000).
E. Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Etanol
PERSYARATAN
• Pada uji kadar sari larut etanol pelarut yang digunakan adalah etanol karena
etanol merupakan pelarut universal, pelarut ini dapat melarutkan hampir
semua senyawa organik yang ada pada simplisia
• Kadar sari larut etanol menggunakan suhu 78˚C karena suhu tersebut
merupakan titik didih etanol
• Memiliki standar batas jumlah kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol
Bahan uji dimaserasi selama 24 jam dengan 100 mL etanol 95%
dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama,
kemudian dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring. Filtrat diuapkan
sebanyak 20 mL sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata
yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105°C sampai
7. bobot tetap. Kadar dalam persen sari larut dalam etanol 95% dihitung terhadap
bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes RI, 2000).
Kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol (g/g)
(W1−W2 )
(W1−W0)
x
100
20
x 100%
Keterangan :
W0 = Berat cawan kosong,
W1 = Berat cawan + sampel yang digunakan,
W2 = Berat cawan + hasil pengeringan
INTERPRETASI
Contoh soal pada hasil penelitian Triandy, T (2020) :
Uraian Kadar ekstrak
Kadar sari larut air 44,28%
Kadar sari larut etanol 15,09%
Kadar sari larut air pada ekstrak dan serbuk memiliki nilai lebih tinggi
(44,28%) dibandingkan dengan kadar sari larut etanol (15,09%).
Hal ini dimungkinkan kandungan senyawa metabolit sekunder paling
banyak adalah bersifat polar yang terdapat pada daun ketapang dibandingkan
senyawa metabolit sekunder bersifat semi polar, sehingga senyawa-senyawa
tersebut akan mudah larut dalam air dibandingkan dalam etanol.
8. DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Hal. 3-30.
Depkes RI, 2020, Farmakope Indonesia Ed. 6, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.