SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
BAB 2

                                   LANDASAN TEORITIS



   A. Landasan Teoritis Medis

   2.1 Defenisi

   Defenisi gastritis menurut para ahli,

   Gastritis adalah suatu iritasi atau infeksi yang menjadikan dinding lambung merah, bengkak,
berdarah, dan berparut ( Arief Mansjoer,1999 ).

   Gastritis merupakan peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan
berkembang dipenuhi bakteri ( Charlene J,2001 ).

   Menurut Hirlan (2007) secara sederhana, gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan
submukosa lambung yang bersifat akut dan kronik.

   Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah peradangan lokalatau
menyeluruh pada mukosa lambungyang berkembang bila mekanisme proteksi mukosa dipenuhi
dengan bakteri atau bahan iritan lain.

   Gastritis dibedakan oleh dua jenis yaitu :

   a. Gastritis akut
   b. Gastritis kronik

   2.2 Anatomi Fisiologi

   a. Anatomi
1. Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri dari bagian dalam dan bagian
   luar. Bagian dalam meliputi rongga mulut, palatum dan mandibularis. Sedangkan bagian
   luar yaitu gusi, bibir, gigi dan pipi.
2. Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan, juga
   merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan yang letaknya dibelakang
   rongga mulut dan rongga hidung.
3. Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung, panjangnya ±
   25 cm.
4. Lambung merupakan saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama didaerah
   gaster, yang berfungsi untuk mencerna makanan yang dikonsumsi.
5. Usus halus adalah saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan arbsopsi hasil
   pencernaan.
6. Usus besar memiliki panjang ± 1,5m dengan lebar 5 - 6 cm yang berfungsi menyerap air
   dari makanan.
7. Rektum merupakan penghubung intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga
   pelvis didepan os sakrum dan os koksigis.

   Seluruh saluran pencernaan dibatasi selaput lendir (membaran mukosa), dari bibir sampai
ujung akhir esofagus ditambah lapisan – lapisan epitalium.

    Selama dalam proses pencernaan, makanan dihancurkan menjadi zat – zat sederhana
yang dapat diserap dan digunakan sel jaringan tubuh. Berbagai perubahan sifat makanan
terjadi karena kerja berbagai enzim yang terkandung dalam berbagai cairan
pencernaan.Setiap jenis zat ini mempunyai tugas khusus.Menyaring dan bekerja atas satu
jenis makanan dan tidak mempunyai pengaruh terhadap jenis lainnya.

   Ptialin (Amilase ludah) misalnya bekerja hanya atas gula dan tepung sedangkan pepsin
hanya atas protein satu jenis cairan pencernaan misalnya cairan pankreas, dapat mengandung
beberapa enzim dan setiap enzim bekerja atas satu jenis makanan.

    Enzim ialah zat kimia yang menimbulkan perubahan gugusan kimia terhadap zat lain
tanpa enzim itu sendiri mengalami perubahan. Untuk dapat bekerja secara baik, berbagai
enzim tergantung adanya garam mineral dan kadar asam atau kadar alkali yang tepat. (
Evelyn C, 2009 ).

b. Fisiologi

    Sekresi getah lambung mulai terjadi pada orang makan. Bila melihat makanan dan
mencium makanan maka sekresi lambung akan terangsang. Rasa makan merangsang isi
lambung karena syaraf bekerja menimbulkan rangsangan kimiawi yang menyebabkan
dinding lambung melepas hormon yang disebut sekresi getah lambung.Getah lambung
dihalangi oleh syaraf simpatis yang dapat terjadi pada waktu gangguan seperti marah dan
rasa takut.
Lambung berfungsi menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan
   oleh peristaltik lambung dan getah lambung.

       Getah cerna lambung yang dihasilkan oleh oleh lambung, yaitu :

       1. Pepsin, fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton)
       2. Asam garam (HCl) fungsinya mengasamkan makanan sebagai antiseptic dan
          desinfektan dan membuat suasana asam pada pepsinogen menjadi pepsin.
       3. Renin, fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dari
          karsinogen (karsinogen dan protein susu).
       4. Lapisan lambung, jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak yang
          merangsang sekresi getah lambung. ( Syaifuddin,2006 )



   2.3 Etiologi

   a. Gastritis akut

   1. Obat analgesik – anti inflamsi terutama aspirin

   2. Bahan kimia seperti Lysol

   3. Merokok

   4. Alkohol

   5. Stress fisis (combustin, sepsis, trauma, gagal ginjal)

   6. Refluks usus – lambung

   7. Bakteri

   8. Makanan berbumbu

   9. Terlambat makan

   b. Gastritis kronik

Belum diketahui secara pasti, namun penyakit ini sering terdapat pada orang tua, peminum
alkohol berlebih, merokok ( merupakan predisposisi gastritis kronik) dapat terjadi juga pada
klien dengan anemiaperniosa, patogenesis berkaitan dengan mekanisme imunologik. Gastritis
kronik merupakan predisposisi timbulnya tukak lambung dan kanker. (Mansjoer Arief, 2007)
2.4 Patofisiologi

H.Pylori

       Stress                Obat analgesik, bahan kimia,                           H.Pylori


                             merokok, alkohol


rangsangan saraf simpatis       peningkatan sekresi mukus              menyerang sel permukaan


nervus vagus gaster             vasodilatasi mukosa gaster              respon kronis pada gaster


peningkatan HCl lambung                                             elastisitas lambung menurun


mual, muntah, anorexia                                                    kaku pada lambung


resiko tinggi kekurangan                                                           nyeri


volume cairan                                                                ansietas




                nyeri                                 sel mukosa lapisan lambung (hilang)


       perubahan kesehatan                          kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa


ketidaktahuan dalam pengobatan/penyakit                               perdarahan


       kurang pengetahuan                                             hipovolemia


                                                            resti kerusakan perfusi jaringan
2.5 Manifestasi Klinis


a. Perasaan penuh pada abdomen

b. Anorexia, nausea

c. Distress epigastrik yang tidak nyata

d. Nyeri ulu hati, nyeri ulkus peptic

e. Keluhan – keluhan anemia

f. Hematemesis dan melena pada gastritis kronis


2.6 Komplikasi


    a. Gastritis akut

1. Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena

2. Ulkus pepticum

3. Syock hemoragik

    b. Gastritis kronik

1. Perforasi

2. Gangguan penyerapan vitamin B12

3. Anemia

4. Ulkus pepticum

5. Kanker lambung


2.7 Pemeriksaan Diagnostik


a) Laboratorium hematologi dan biokimia terdapat peningkatan hitung jenis leukosit LED

   pada serangan berat

b) Pemeriksaan fungsi hepar diperlukan untuk mendeteksi adanya komplikasi
c) Analis dan kultur feses mungkin ditemukan eritrosit walaupun tanpa perdarahan rectum,

   dan adanya leukosit membuktikan terjadinya inflamasi dan infeksi

d) Foto polos abdomen menunjukkan dilatasi kolon dan gambaran perforasi pada kasus

   colitis yang fulminen


2.8 Penatalaksanaan Medis


a) Gastritis akut

1. Instruksikan klien untuk menghindari alkohol

2. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan

3. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral

4. Bila   peradarahan      terjadi,   lakukan   penatalaksanaan    untuk   hemoragik   saluran

   gastrointestinal

5. Untuk menetralisir asam digunakan jus lemon encer atau cuka encer

6. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat perforasi

7. Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi pylorus

b) Gastritis kronik

1. Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makanan lunak diberikan sedikit tapi

   lebih sering

2. Mengurangi stress

3. H. Pylori diatasi dengan antibiotik (seperti tetrasiklin ¼, amoxilin) dan gram bismuth

   (peptobismol)
B. Landasan Teoritis Keperawatan Keluarga


   2.1 Defenisi


   Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan keluarga, masyarakat yang

ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat, sehat

sebagai tujuannya dan melalui perawatan sebagai sasarannya.


   Menurut Depkes RI (1998), Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat dibawah satu

atap dalam keadaan saling bergantung.


   Baylon dan Maglaya (1989), Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena

hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan

lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.


   Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang

bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik,

mental emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga ( Sri Setyowati, 2008 ).


   Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya

hubungan darah, perkawinan dan adopsi. Mereka berinteraksi satu dengan lainnya, mempunyai

peran masing – masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Arita

Muwarni,Skep.Ns, 2008).
Dari pengertian tentang keluarga diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga

adalah :


   a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinanatau

       adopsi.

   b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama, atau jika terpisah mereka tetap memerhatikan

       satu sama lain

   c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing – masing mempunyai peran

       sosial yaitu sebagai suami, istri, anak, kakak dan adik

   d. Mempunyai tujuan mencipyakan dan mempertahankan budaya dan meningkatkan

       perkembangan fisik, psikologis dan sosial para anggotanya


   2.2 Ciri – ciri Keluarga Indonesia


   Adapun ciri – ciri keluarga Indonesia yaitu :


   a. Suami sebagai pengambil keputusan

   b. Merupakan suatu kesatuan yang utuh

   c. Berbentuk monogram

   d. Bertanggung jawab

   e. Pengambilan keputusan

   f. Meneruskan nilai – nilai budaya bangsa

   g. Ikatan kekeluargaan sangat erat

   h. Mempunyai semangat gotong royong
2.3 Tipe/Bentuk Keluarga


   a. Keluarga Inti ( Nuclear Family )

       Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak – anak.

   b. Keluarga Besar (Extended Family)

       Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan,

       saudara sepupu, paman, bibi,dsb.

   c. Keluarga Berantai (Serial Family)

       Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan

       merupakan satu keluarga inti.

   d. Keluarga Duda/Janda (Single Family)

       Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.

   e. Keluarga Berkomposisi (Composive)

       Adalah keluarga yang berpoligami dan hidup secara bersama.

   f. Keluarga Kabitas (Cahabitation)

       Adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.


       Keluarga Indonesia umumnya menganut tipe keluarga besar (Extended Family) karena

masyarakat Indonesiayang terdiri dari berbagai suku hidup dalam suatu komuniti dengan adat

istiadat yang sangat kuat.


       2.4 Peranan Keluarga


       Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan

yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.Peranan individu dalam

keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut :


a. Peranan Ayah

   Ayah sebagai suami dan ayah dari anak – anak, berperan sebagi pencari nafkah,

   pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota

   dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

b. Peranan Ibu

   Sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus

   rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak – anaknya, pelindung dan sebagai

   salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari

   lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah

   tambahan dalam keluarganya.

c. Peranan anak

   Anak    –     anak   melaksanakan   peranan   psikososial   sesuai   dengan    tingkat

   perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spritual (Arita Muwarni,Skep.Ns).


2.5 Fungsi Keluarga


Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut :


A. Fungsi biologis

1. Untuk meneruskan keturunan

2. Memelihara dan membesarkan anak

3. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

4. Memelihara dan merawat anggota keluarganya
B. Fungsi Psikologis

1. Memberi kasih sayang dan rasa aman

2. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga

3. Membina kedewasaan, kepribadian anggota keluarga

4. Memberikan identitas keluarga

C. Fungsi Sosialisasi

1. Membina sosialisasi pada anak

2. Memebentuk norma – norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak

3. Meneruskan nilai – nilai budaya keluarga

4. Memberikan identitas keluarga

D. Fungsi Ekonomi

1. Mencari sumber – sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga

2. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga

3. Menabung untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan keluarga dimasa yang akan

   datang misalnya pendidikan anak – anak, jaminan hari tua, dsb.

E. Fungsi Pendidikan

1. Menyekolahkan anak untuk membagikan pengetahuan, keterampilan dan membentuk

   perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki

2. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi

   peranannya sebagai orang dewasa

3. Mendidik anak sesuai dengan tingkat – tingkat perkembangannya
2.6 Alasan Keluarga Sebagai Unit Pelayanan ( Ruth B.Freeman,2005 )


      Adapun alasan keluarga sebagai unit pelayanan yaitu :


      a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut

          kehidupan bermasyarakat.

      b. Keluarga sebagai unit kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau

          memperbaiki masalah – masalah kesehatan dalam kelompoknya

      c. Masalah – masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apabila salah satu

          anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota

          keluarga lainnya.

      d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga

          tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para

          anggotanya.

      e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagi upaya

          kesehatan masyarakat.


      2.7 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan


      Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga

mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara.


      Freeman membagi 5 tugas yang harus dilakukan oleh keluarga, yaitu :


      a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya

      b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak

           dapat membantunya karena cacat dan karena usianya yang terlalu muda

       d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan lembaga –

           lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas kesehatan

           yang ada. (H.Zardin Ali,2010)

   C. Landasan Teoritis Proses Keperawatan Keluarga


   Proses keperawatan adalah metode rasional, sistematis dalam merencanakan dan memberikan

asuhan keperawatan dalam proses keperawatan ini ada 5 tahap, yaitu :


           2.1 Pengkajian Keluarga


   Pengkajian adalah pengumpulan, validasi dan organisasi data tentang kesehatan klien yaitu

data fisik, emosional, perkembangan, sosial intelektual dan spritual klienyang diperoleh dari

sumber – sumber yang berbeda yang merupakan dasar untuk kegiatan dan keputusan yang

diambil untuk tahap berikutnya.


   Pengumpulan data dasar untuk perawat kesehatan keluarga yaitu :


Struktur dan sifat keluarga, data anggota keluarga yang hidup dan yang mati, genogram, data

kesehatan keluarga, kebutuhan hidup sehari – hari, faktor sosial budaya, ekonomi, faktor

lingkungan fisiologis, derajat kesehatan masalah kesehatan spesifik.


       Untuk mengukur keadaan pasien/keluarga maka digunakan norma – norma kesehatan

pribadi maupun sosial dan kesanggupannya mengatasi masalah. Dibawah ini akan disebutkan

sifat – sifat keluarga dinamika atau tingkat kemampuan keluarga yang dapat membawa
perkembangan keluarga yang merupakan tahap penjajakan kedua pada tipologi masalah

keperawatan dalm keluarga yaitu :


       a. Ketidaksanggupan mengenal masalah disebabkan oleh :

          1. Ketidaktahuan tentang fakta

          2. Sifat dan falsafah hidup

       b. Ketidaksanggupan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat

          disebabkan karena :

          1. Tidak mengerti mengenai sifat, beratnya dan luasnya masalah

          2. Masalah tidak begitu menonjol

          3. Kurang pengetahuan mengenai berbagai jalan keluar yang dapat digunakan

          4. Rasa takut akibat tindakan yang berkaitan dengan sosial, ekonomi, fisik dan

              psikologis

       c. Ketidakmampuan merawat/menolong anggota keluarga yang sakit karena :

          1. Tidak mengetahui keadaan penyakit ( sifat, penyebaran, kompliksai, progonosis

              dan perawatan, pertumbuhan dan perkembangan anak )

          2. Kurang        pengetahuan   dan    keterampilan   dalam   melakukan   prosedur

              perawatan/pengobatan

       d. Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang bila mempengaruhi kesehatan

          dan pengembangan pribadi anggota keluarga karena :

          1. Sumber – sumber keluarga tidak seimbang/tidak cukup :

              -   Keuangan

              -   Tanggung jawab/wewenang anggota keluarga

              -   Fisik (isi rumah yang tidak teratur)
2. Kurang dapat meliputi keuangan / manfaat memelihara lingkungan dimasa yang

                 akan datang

           3. Ketidaktahuan tentang pentingnya hygienisanitasi

           4. Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit

       e. Ketidakmampuan menggunakan sumber dimasyarakat untuk memelihara kesehatan

           karena :

           a. Ketidaktahuan atau sadar bahwa fasilitas kesehatan tersedia

           b. Tidak memahami keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan

           2.2 Diagnosa Keperawatan


       Diagnosa keperawatan adalah proses yang menghasilkan pernyataan diagnostik

keperawatan atau gangguan status kesehatan klien baik aktual maupun potensial.


       Penetapan diagnosa keperawatan keluarga selalu mempertimbangkan faktor resiko, faktor

potensial terjadinya penyakit dan kemampuan keluarga dalam menghadapi masalah

kesehatannya, formula perumusan diagnosa keperawatan keluarga adalah problem, etiologi dan

sistem (PES) :


       a. Masalah (Problem, P) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar

           manusia yang dialami oleh keluarga atau keluarga (individu)

       b. Penyebab (Etiologi, E) adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah

           dengan mengacu pada lima tugas keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil

           keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan atau

           memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
c. Tanda (Sign, S) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh

             perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung yang mendukung masalah

             dan penyebab.

             Adapun diagnosa keperawatan yang timbul dari penyakit gastritis sebagai berikut :

      1. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi

      2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan nutrisi

         yang in adekuat

      3. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup dan

         kehilangan cairan berlebih karena muntah

      4. Kurang pengetahuan tentang pelaksanaan diet dan proses penyakit

      5. Ansietas berhubungan dengan pengobatan, perubahan status kesehatan


      Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosis keperawatan keluarga yang ditemukan

dengan menggunakan cara sebagai berikut :


  Skala untuk menentukan prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga Scoring Baylon ( Baylon&

                                             Maglaya)


NO                             Kriteria                                    Bobot

 1.      Sifat masalah                                                                 1

         Skala :

             -     Ancaman kesehatan                               2

             -     Tidak / kurang sehat                            3

             -     Krisis                                          1

 2.      Kemungkinan masalah untuk dapat diubah.                                       2
Skala :

             -     Dengan mudah                                   2

             -     Hanya sebagian                                 1

             -     Tidak dapat                                    0

 3.      Potensi masalah untuk dapat dicegah                                      1

         Skala :

             -     Tinggi                                         3

             -     Cukup                                          2

             -     Rendah                                         1

 4.      Menonjolnya masalah                                                      1

         Skala :

             -     Masalah berat segera ditangani                 2

             -     Masalah tidak perlu segera ditangani           1

             -     Masalah tidak perlu dirasakan                  0




Skoring :


      1. Tentukan skor untuk setiap kriteria

      2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dilakukan bobot


                   Skor                 bobot


            Angka tertinggi


      3. Jumlah skor untuk semua kriteria dengan skor tertinggi adalah 5 (lima) sama dengan

         seluruh bobot
2.3 perencanaan


         Setelah diagnosa keperawatan ditetapkan langkah berikutnya adalah perumusan

rencana Asuhan Keperawatan merupakan kesimpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk

dilaksanakan dalam menyelesaikan masalah/diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan.


         Syarat rencana Asuhan Keperawatan :


   a. Rencana asuhan keperawatan harus berdasarkan masalah yang telah disusun dfengan

       jelas dan benar

   b. Rencana tersebut harus realistis dan dapat dilaksanakan ( ada sarana metodologi dan

       sumber daya manusia )

   c. Rencana harus sesuai dengan falsafah dan tujuan serta kebijakan pemerintah dan institusi

       layanan kesehatan tersebut

   d. Rencana asuhan keperawatan harus dibuat bersama dengan keluarga karena keluarga

       sebagai objek dan subjek pelayanan

   e. Rencana dibuat secara tertulis agar dapat ditindaklanjuti oleh orang lain agar dapat

       berkesinambungan dengan mudah dievaluasi

   f. Rencana asuhan keperawatan dengan mudah difokuskan pada tindakan yang dapat

       dicegah / meringankan masalah yang dihadapi

   g. Rencana asuhan keperawatan dilaksanakan pada proses sistematis

   h. Rencana asuhan keperawatan terkait dengan masa yang akan datang dan masa lalu

   i. Rencana asuhan keperawatan terkait masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang

       telah diidentifikasi sebelumnya

   j. Rencana asuhan keperawatan merupakan strategi untuk mencapai tujuan
k. Rencana asuhan keperawatan merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus –

   menerus

   Adapun intervensi yang dilakukan adalah :

1. Diagnosa 1 : nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi

   Tujuan :Nyeri dapat berkurang/hilang.

   Kriteria Hasil :Nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat, skala

   nyeri menunjukkan angka 0.

   I/ :Kaji skala nyeri dan lokasi nyeri

   R/ : Dapat membantu melokalisasi nyeri

   I/ : Observasi TTV

   R/ : Mengontrol keadaan pasien

   I/ : Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman

   R/ : Untuk meningkatkan relaksasi

   I/ :Anjurkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam

   R/ : Meminimalisasi nyeri

   I/ :Lakukan kolaborasi dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi untuk mengurangi

   nyeri.

   R/ : Membantu mempercepat pengobatan

2. Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

   masukan nutrisi yang adekuat

   Tujuan : Gangguan nutrisi teratasi.

   Kriteria Hasil :Berat badan stabil, nilai laboratorium Albumin normal, tidak mual dan

   muntah BB dalam batas normal, bising usus normal.
I/ : Kaji intake makanan

   R/ : Pemasukan dan pengeluaran harus seimbang

   I/ : Timbang BB secara teratur

   R/ : Memberikan informasi tentang kebutuhan diet

   I/ : Berikan perawatan oral secara teratur

   R/ : Mulut yang bersih dapat meningkatkan selera makan

   I/ : Anjurkan klien makan sedikit tapi sering

   R/ : Makanan mempunyai efek penetralisir asam

   I/ : Berikan makanan dalam keadaan hangat

   R/ : Mengurangi distress saluran cerna

   I/ : Auskultasi bising usus

   R/ : Mengontrol bising usus

   I/ : Kaji makanan yang disukai

   R/ : Meningkatkan nafsu makan

3. Diagnosa 3 : resiko kekurangan cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup

   dan kehilangan cairan berlebih karena muntah.

   Tujuan       :Resti        gangguan      keseimbangan    cairan     tidak     terjadi.

   Kriteria Hasil :Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, elektrolit kembali normal,

   pengisian kapiler berwarna merah muda, tanda vital stabil, input dan output seimbang.

   I/ : Kaji tanda dan gejala dehidrasi
R/ : Menunjukkan kehilangan cairan berlebiahan

   I/ : Observasi TTV

   R/ : Mengontrol keadaan pasien

   I/ : Ukur intake dan out

   R/ : Menghitung balance cairan

   I/ : Anjurkan klien untuk minum ± 1500-2500ml

   R/ : Memenuhi cairan

   I/ : Observasi kulit dan membran mukosa

   R/ : Mengetahui cairan yang hilang

   I/ : Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infus.

   R/ : Mempertahankan penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan

4. Diagnosa 4 : kurang pengetahuan tentang pelaksanaan diet dan proses penyakit

   Tujuan :Kurang pengetahuan teratasi.

   Kriteria Hasil :Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala,

   perawatan, pencegahan dan pengobatan.

   I/ : Kaji tingkat pengetahuan klien

   R/ : Mengetahui tingkat pengetahuan klien

   I/ : Beri pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang penyakit

   R/ : Membantu pengobatan klien

   I/ : Beri kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya

   R/ : Menambah wawasan keluarga maupun klien tentang pengobatan

   I/ : Beritahu tentang pentingnya obat-obatan untuk kesembuhan klien

   R/ : Mempercepat pemulihan
5. Diagnosa 5 : ansietas berhubungan dengan pengobatan, perubahan status kesehatan

      Tujuan : Rileks dan ansietas menurun sampai tingkat dapat ditangani

      Kriteria Hasil : Menunjukkan pemecahan masalah dan penggunaan sumber efektif

      I/ : awasi respon fisiologis, misalnya : takipnea, pusing, sakit kepala

      R/ : indikasi derajat takut yang dialami pasien

      I/ : berikan informasi akurat, nyata tentang apa yang dilakukan

      R/ : melibatkan pasien dalam rencana asuhan dan menurunkan ansietas

      I/ : berikan lingkungan yang tenang untuk istirahat

      R/ : memindahkan pasien dari stressor luar meningkatkan relaksasi

      I/ : tunjukkan teknik relaksasi, misalnya : nafas dalam

      R/ : belajar untuk rileks dalam membantu menurunkan takut dan ansietas

      I/ : dorong dan dukung pasien dalam evaluasi pola hidup

      R/ : perubahan mungkin perlu untuk menghindari berulangnya kondisi ulkus

          2.4 Implementasi


         Pelaksanaan adalah mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan kedalam kegiatan

selama tahap pelaksanaan, perawat merumuskan, mengumpulkan datadan validasi rencana

asuhan keperawatan.


          2.5 Evaluasi


         Evaluasi adalah mengkaji respon klien terhadap intervensi keperawatan dan

selanjutnya membandingkan respon dengan standart yang telah ditentukan sebelumnya.Kegiatan

evaluasi meliputi mengkaji kemajuan status kesehatan keluarga, membandingkan respon
keluarga dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan masalah dan pencapaian tujuan

keperawatan.


          Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional


S : hal – hal yang dikemukakan keluarga secara subjektif setelah dilakukan intervensi

keperawatan, misalnya keluarga mengatakan nyerinya berkurang


O : hal – hal yang ditemukan oleh perawat secara objektif, setelah dilakukan intervensi

keperawatan, misalnya berat badan naik 1 kg dalam 1 bulan


A : analisa dari yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang terkait dengan diagnosis


P : perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga


          Hasil evaluasi yang didapat pada teoritis adalah :


    -   Nyeri berkurang

    -   Nutrisi yang adekuat

    -   Keseimbangan haluaran dan masukan cairan

    -   Kurang pengetahuan sudah teratasi

    -   Ansietas menurun
GASTRITIS

More Related Content

What's hot (14)

Askep gastritis
Askep gastritisAskep gastritis
Askep gastritis
 
pbl 3b Nyeri uluhati
pbl 3b Nyeri uluhatipbl 3b Nyeri uluhati
pbl 3b Nyeri uluhati
 
Nyeri Ulu Hati
Nyeri Ulu HatiNyeri Ulu Hati
Nyeri Ulu Hati
 
Laporan modul 3 BAB berdarah
Laporan modul 3 BAB berdarahLaporan modul 3 BAB berdarah
Laporan modul 3 BAB berdarah
 
Tugas busugijati ulkus peptikum
Tugas busugijati ulkus peptikumTugas busugijati ulkus peptikum
Tugas busugijati ulkus peptikum
 
Askep Cholitis ulseratif dan Peritonitis
Askep Cholitis ulseratif dan PeritonitisAskep Cholitis ulseratif dan Peritonitis
Askep Cholitis ulseratif dan Peritonitis
 
Askep gastritis
Askep gastritisAskep gastritis
Askep gastritis
 
Makalah Gangguan Sistem Pencernaan
Makalah Gangguan Sistem PencernaanMakalah Gangguan Sistem Pencernaan
Makalah Gangguan Sistem Pencernaan
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
Askep gastritis 3
Askep gastritis 3Askep gastritis 3
Askep gastritis 3
 
Askep gastritis
Askep gastritisAskep gastritis
Askep gastritis
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
Askep peritonitis
Askep peritonitisAskep peritonitis
Askep peritonitis
 

Viewers also liked

Granada moisés
Granada moisésGranada moisés
Granada moisésmjluquino
 
Effimune – product pipeline review – 2012
Effimune – product pipeline review – 2012Effimune – product pipeline review – 2012
Effimune – product pipeline review – 2012Rose088
 
Prezentacja1
Prezentacja1Prezentacja1
Prezentacja1jerzyas1
 
Georges Djohy: Dynamiques sociopolitiques d’adaptation des éleveurs transhuma...
Georges Djohy: Dynamiques sociopolitiques d’adaptation des éleveurs transhuma...Georges Djohy: Dynamiques sociopolitiques d’adaptation des éleveurs transhuma...
Georges Djohy: Dynamiques sociopolitiques d’adaptation des éleveurs transhuma...AfricaAdapt
 
Journée du bibimbap barrère bergeron
Journée du bibimbap barrère bergeronJournée du bibimbap barrère bergeron
Journée du bibimbap barrère bergeronKimchicom
 
Trésors littéraires grecs
Trésors littéraires grecsTrésors littéraires grecs
Trésors littéraires grecsPezou
 

Viewers also liked (9)

Relax
RelaxRelax
Relax
 
Granada moisés
Granada moisésGranada moisés
Granada moisés
 
Swaziland2012#1
Swaziland2012#1Swaziland2012#1
Swaziland2012#1
 
Effimune – product pipeline review – 2012
Effimune – product pipeline review – 2012Effimune – product pipeline review – 2012
Effimune – product pipeline review – 2012
 
Prezentacja1
Prezentacja1Prezentacja1
Prezentacja1
 
Georges Djohy: Dynamiques sociopolitiques d’adaptation des éleveurs transhuma...
Georges Djohy: Dynamiques sociopolitiques d’adaptation des éleveurs transhuma...Georges Djohy: Dynamiques sociopolitiques d’adaptation des éleveurs transhuma...
Georges Djohy: Dynamiques sociopolitiques d’adaptation des éleveurs transhuma...
 
Ppt2003
Ppt2003Ppt2003
Ppt2003
 
Journée du bibimbap barrère bergeron
Journée du bibimbap barrère bergeronJournée du bibimbap barrère bergeron
Journée du bibimbap barrère bergeron
 
Trésors littéraires grecs
Trésors littéraires grecsTrésors littéraires grecs
Trésors littéraires grecs
 

Similar to GASTRITIS (20)

Askep gastritis
Askep gastritisAskep gastritis
Askep gastritis
 
Askep gastritis
Askep gastritisAskep gastritis
Askep gastritis
 
Gastritis
GastritisGastritis
Gastritis
 
Gastritis April 2015.ppt
Gastritis April 2015.pptGastritis April 2015.ppt
Gastritis April 2015.ppt
 
Asuhan keperawatan dispepsia
Asuhan keperawatan dispepsiaAsuhan keperawatan dispepsia
Asuhan keperawatan dispepsia
 
Uji gea AKPER PEMKAB MUNA
Uji gea AKPER PEMKAB MUNA Uji gea AKPER PEMKAB MUNA
Uji gea AKPER PEMKAB MUNA
 
Mekanisme mual dan muntah
Mekanisme mual dan muntahMekanisme mual dan muntah
Mekanisme mual dan muntah
 
Eliminasi fekal
Eliminasi fekalEliminasi fekal
Eliminasi fekal
 
Qqqqqooooooooytre
QqqqqooooooooytreQqqqqooooooooytre
Qqqqqooooooooytre
 
Askep gastritis 3
Askep gastritis 3Askep gastritis 3
Askep gastritis 3
 
173625893 sap-gastroenteritis
173625893 sap-gastroenteritis173625893 sap-gastroenteritis
173625893 sap-gastroenteritis
 
173625893 sap-gastroenteritis
173625893 sap-gastroenteritis173625893 sap-gastroenteritis
173625893 sap-gastroenteritis
 
SAP Gastroenteritis/ Diare
SAP Gastroenteritis/ DiareSAP Gastroenteritis/ Diare
SAP Gastroenteritis/ Diare
 
Askep gastritis
Askep gastritisAskep gastritis
Askep gastritis
 
Makalah gastritis (2)
Makalah gastritis (2)Makalah gastritis (2)
Makalah gastritis (2)
 
358159676-Colic-Abdomen-ppt.pptx
358159676-Colic-Abdomen-ppt.pptx358159676-Colic-Abdomen-ppt.pptx
358159676-Colic-Abdomen-ppt.pptx
 
Makalah gastritis (3)
Makalah gastritis (3)Makalah gastritis (3)
Makalah gastritis (3)
 
Askep app n kdm AKPER PEMDA MUNA
Askep app n kdm AKPER PEMDA MUNA Askep app n kdm AKPER PEMDA MUNA
Askep app n kdm AKPER PEMDA MUNA
 
Patofisiologi Penyakit Peptic Ulcer.pdf
Patofisiologi Penyakit Peptic Ulcer.pdfPatofisiologi Penyakit Peptic Ulcer.pdf
Patofisiologi Penyakit Peptic Ulcer.pdf
 
Lp dispepsia
Lp dispepsiaLp dispepsia
Lp dispepsia
 

More from heri damanik

Penyuluhan personal higin makanan bergizi
Penyuluhan personal higin makanan bergiziPenyuluhan personal higin makanan bergizi
Penyuluhan personal higin makanan bergiziheri damanik
 
Asuhan keperawatan komunitas masyarakat urban
Asuhan keperawatan komunitas masyarakat urbanAsuhan keperawatan komunitas masyarakat urban
Asuhan keperawatan komunitas masyarakat urbanheri damanik
 
Asuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansia
Asuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansiaAsuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansia
Asuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansiaheri damanik
 
Asuhan keperawatan ante partum pada ny t bab 1 5,kehamilan
Asuhan keperawatan ante partum pada ny t bab 1 5,kehamilanAsuhan keperawatan ante partum pada ny t bab 1 5,kehamilan
Asuhan keperawatan ante partum pada ny t bab 1 5,kehamilanheri damanik
 
Askep komunitas penyakit menular
Askep komunitas penyakit menularAskep komunitas penyakit menular
Askep komunitas penyakit menularheri damanik
 
Rematoid artritis lansia
Rematoid artritis lansiaRematoid artritis lansia
Rematoid artritis lansiaheri damanik
 
Prosedur pengambilan sample
Prosedur pengambilan sampleProsedur pengambilan sample
Prosedur pengambilan sampleheri damanik
 
Pengkajian katarak
Pengkajian katarakPengkajian katarak
Pengkajian katarakheri damanik
 
4a florence nightingale
4a florence nightingale4a florence nightingale
4a florence nightingaleheri damanik
 
Proposal terapi aktivitas kelompok
Proposal terapi aktivitas kelompokProposal terapi aktivitas kelompok
Proposal terapi aktivitas kelompokheri damanik
 
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestin
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinSistem pencernaan atau sistem gastroinstestin
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinheri damanik
 

More from heri damanik (20)

Penyuluhan personal higin makanan bergizi
Penyuluhan personal higin makanan bergiziPenyuluhan personal higin makanan bergizi
Penyuluhan personal higin makanan bergizi
 
Hiv aids smu
Hiv aids smuHiv aids smu
Hiv aids smu
 
Dm bab 1 5
Dm bab 1 5Dm bab 1 5
Dm bab 1 5
 
Asuhan keperawatan komunitas masyarakat urban
Asuhan keperawatan komunitas masyarakat urbanAsuhan keperawatan komunitas masyarakat urban
Asuhan keperawatan komunitas masyarakat urban
 
Asuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansia
Asuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansiaAsuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansia
Asuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansia
 
Asuhan keperawatan ante partum pada ny t bab 1 5,kehamilan
Asuhan keperawatan ante partum pada ny t bab 1 5,kehamilanAsuhan keperawatan ante partum pada ny t bab 1 5,kehamilan
Asuhan keperawatan ante partum pada ny t bab 1 5,kehamilan
 
Askep komunitas penyakit menular
Askep komunitas penyakit menularAskep komunitas penyakit menular
Askep komunitas penyakit menular
 
Askep ge bab 1 5
Askep ge bab 1 5Askep ge bab 1 5
Askep ge bab 1 5
 
Rematoid artritis lansia
Rematoid artritis lansiaRematoid artritis lansia
Rematoid artritis lansia
 
Uks
UksUks
Uks
 
Bab i1
Bab i1Bab i1
Bab i1
 
Riset keperawatan
Riset keperawatanRiset keperawatan
Riset keperawatan
 
Prosedur pengambilan sample
Prosedur pengambilan sampleProsedur pengambilan sample
Prosedur pengambilan sample
 
Puskesmas
PuskesmasPuskesmas
Puskesmas
 
Pengkajian
PengkajianPengkajian
Pengkajian
 
Pengkajian katarak
Pengkajian katarakPengkajian katarak
Pengkajian katarak
 
4a florence nightingale
4a florence nightingale4a florence nightingale
4a florence nightingale
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
Proposal terapi aktivitas kelompok
Proposal terapi aktivitas kelompokProposal terapi aktivitas kelompok
Proposal terapi aktivitas kelompok
 
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestin
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinSistem pencernaan atau sistem gastroinstestin
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestin
 

GASTRITIS

  • 1. BAB 2 LANDASAN TEORITIS A. Landasan Teoritis Medis 2.1 Defenisi Defenisi gastritis menurut para ahli, Gastritis adalah suatu iritasi atau infeksi yang menjadikan dinding lambung merah, bengkak, berdarah, dan berparut ( Arief Mansjoer,1999 ). Gastritis merupakan peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan berkembang dipenuhi bakteri ( Charlene J,2001 ). Menurut Hirlan (2007) secara sederhana, gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung yang bersifat akut dan kronik. Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah peradangan lokalatau menyeluruh pada mukosa lambungyang berkembang bila mekanisme proteksi mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. Gastritis dibedakan oleh dua jenis yaitu : a. Gastritis akut b. Gastritis kronik 2.2 Anatomi Fisiologi a. Anatomi
  • 2. 1. Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri dari bagian dalam dan bagian luar. Bagian dalam meliputi rongga mulut, palatum dan mandibularis. Sedangkan bagian luar yaitu gusi, bibir, gigi dan pipi. 2. Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan, juga merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan yang letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung. 3. Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung, panjangnya ± 25 cm. 4. Lambung merupakan saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama didaerah gaster, yang berfungsi untuk mencerna makanan yang dikonsumsi. 5. Usus halus adalah saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan arbsopsi hasil pencernaan. 6. Usus besar memiliki panjang ± 1,5m dengan lebar 5 - 6 cm yang berfungsi menyerap air dari makanan. 7. Rektum merupakan penghubung intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis didepan os sakrum dan os koksigis. Seluruh saluran pencernaan dibatasi selaput lendir (membaran mukosa), dari bibir sampai ujung akhir esofagus ditambah lapisan – lapisan epitalium. Selama dalam proses pencernaan, makanan dihancurkan menjadi zat – zat sederhana yang dapat diserap dan digunakan sel jaringan tubuh. Berbagai perubahan sifat makanan terjadi karena kerja berbagai enzim yang terkandung dalam berbagai cairan pencernaan.Setiap jenis zat ini mempunyai tugas khusus.Menyaring dan bekerja atas satu jenis makanan dan tidak mempunyai pengaruh terhadap jenis lainnya. Ptialin (Amilase ludah) misalnya bekerja hanya atas gula dan tepung sedangkan pepsin hanya atas protein satu jenis cairan pencernaan misalnya cairan pankreas, dapat mengandung beberapa enzim dan setiap enzim bekerja atas satu jenis makanan. Enzim ialah zat kimia yang menimbulkan perubahan gugusan kimia terhadap zat lain tanpa enzim itu sendiri mengalami perubahan. Untuk dapat bekerja secara baik, berbagai enzim tergantung adanya garam mineral dan kadar asam atau kadar alkali yang tepat. ( Evelyn C, 2009 ). b. Fisiologi Sekresi getah lambung mulai terjadi pada orang makan. Bila melihat makanan dan mencium makanan maka sekresi lambung akan terangsang. Rasa makan merangsang isi lambung karena syaraf bekerja menimbulkan rangsangan kimiawi yang menyebabkan dinding lambung melepas hormon yang disebut sekresi getah lambung.Getah lambung dihalangi oleh syaraf simpatis yang dapat terjadi pada waktu gangguan seperti marah dan rasa takut.
  • 3. Lambung berfungsi menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh peristaltik lambung dan getah lambung. Getah cerna lambung yang dihasilkan oleh oleh lambung, yaitu : 1. Pepsin, fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton) 2. Asam garam (HCl) fungsinya mengasamkan makanan sebagai antiseptic dan desinfektan dan membuat suasana asam pada pepsinogen menjadi pepsin. 3. Renin, fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dari karsinogen (karsinogen dan protein susu). 4. Lapisan lambung, jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak yang merangsang sekresi getah lambung. ( Syaifuddin,2006 ) 2.3 Etiologi a. Gastritis akut 1. Obat analgesik – anti inflamsi terutama aspirin 2. Bahan kimia seperti Lysol 3. Merokok 4. Alkohol 5. Stress fisis (combustin, sepsis, trauma, gagal ginjal) 6. Refluks usus – lambung 7. Bakteri 8. Makanan berbumbu 9. Terlambat makan b. Gastritis kronik Belum diketahui secara pasti, namun penyakit ini sering terdapat pada orang tua, peminum alkohol berlebih, merokok ( merupakan predisposisi gastritis kronik) dapat terjadi juga pada klien dengan anemiaperniosa, patogenesis berkaitan dengan mekanisme imunologik. Gastritis kronik merupakan predisposisi timbulnya tukak lambung dan kanker. (Mansjoer Arief, 2007)
  • 4. 2.4 Patofisiologi H.Pylori Stress Obat analgesik, bahan kimia, H.Pylori merokok, alkohol rangsangan saraf simpatis peningkatan sekresi mukus menyerang sel permukaan nervus vagus gaster vasodilatasi mukosa gaster respon kronis pada gaster peningkatan HCl lambung elastisitas lambung menurun mual, muntah, anorexia kaku pada lambung resiko tinggi kekurangan nyeri volume cairan ansietas nyeri sel mukosa lapisan lambung (hilang) perubahan kesehatan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa ketidaktahuan dalam pengobatan/penyakit perdarahan kurang pengetahuan hipovolemia resti kerusakan perfusi jaringan
  • 5. 2.5 Manifestasi Klinis a. Perasaan penuh pada abdomen b. Anorexia, nausea c. Distress epigastrik yang tidak nyata d. Nyeri ulu hati, nyeri ulkus peptic e. Keluhan – keluhan anemia f. Hematemesis dan melena pada gastritis kronis 2.6 Komplikasi a. Gastritis akut 1. Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena 2. Ulkus pepticum 3. Syock hemoragik b. Gastritis kronik 1. Perforasi 2. Gangguan penyerapan vitamin B12 3. Anemia 4. Ulkus pepticum 5. Kanker lambung 2.7 Pemeriksaan Diagnostik a) Laboratorium hematologi dan biokimia terdapat peningkatan hitung jenis leukosit LED pada serangan berat b) Pemeriksaan fungsi hepar diperlukan untuk mendeteksi adanya komplikasi
  • 6. c) Analis dan kultur feses mungkin ditemukan eritrosit walaupun tanpa perdarahan rectum, dan adanya leukosit membuktikan terjadinya inflamasi dan infeksi d) Foto polos abdomen menunjukkan dilatasi kolon dan gambaran perforasi pada kasus colitis yang fulminen 2.8 Penatalaksanaan Medis a) Gastritis akut 1. Instruksikan klien untuk menghindari alkohol 2. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan 3. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral 4. Bila peradarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemoragik saluran gastrointestinal 5. Untuk menetralisir asam digunakan jus lemon encer atau cuka encer 6. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat perforasi 7. Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi pylorus b) Gastritis kronik 1. Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makanan lunak diberikan sedikit tapi lebih sering 2. Mengurangi stress 3. H. Pylori diatasi dengan antibiotik (seperti tetrasiklin ¼, amoxilin) dan gram bismuth (peptobismol)
  • 7. B. Landasan Teoritis Keperawatan Keluarga 2.1 Defenisi Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan keluarga, masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat, sehat sebagai tujuannya dan melalui perawatan sebagai sasarannya. Menurut Depkes RI (1998), Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Baylon dan Maglaya (1989), Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga ( Sri Setyowati, 2008 ). Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan dan adopsi. Mereka berinteraksi satu dengan lainnya, mempunyai peran masing – masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Arita Muwarni,Skep.Ns, 2008).
  • 8. Dari pengertian tentang keluarga diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah : a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinanatau adopsi. b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama, atau jika terpisah mereka tetap memerhatikan satu sama lain c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing – masing mempunyai peran sosial yaitu sebagai suami, istri, anak, kakak dan adik d. Mempunyai tujuan mencipyakan dan mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial para anggotanya 2.2 Ciri – ciri Keluarga Indonesia Adapun ciri – ciri keluarga Indonesia yaitu : a. Suami sebagai pengambil keputusan b. Merupakan suatu kesatuan yang utuh c. Berbentuk monogram d. Bertanggung jawab e. Pengambilan keputusan f. Meneruskan nilai – nilai budaya bangsa g. Ikatan kekeluargaan sangat erat h. Mempunyai semangat gotong royong
  • 9. 2.3 Tipe/Bentuk Keluarga a. Keluarga Inti ( Nuclear Family ) Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak – anak. b. Keluarga Besar (Extended Family) Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi,dsb. c. Keluarga Berantai (Serial Family) Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti. d. Keluarga Duda/Janda (Single Family) Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian. e. Keluarga Berkomposisi (Composive) Adalah keluarga yang berpoligami dan hidup secara bersama. f. Keluarga Kabitas (Cahabitation) Adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga. Keluarga Indonesia umumnya menganut tipe keluarga besar (Extended Family) karena masyarakat Indonesiayang terdiri dari berbagai suku hidup dalam suatu komuniti dengan adat istiadat yang sangat kuat. 2.4 Peranan Keluarga Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
  • 10. Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut : a. Peranan Ayah Ayah sebagai suami dan ayah dari anak – anak, berperan sebagi pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. b. Peranan Ibu Sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak – anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. c. Peranan anak Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spritual (Arita Muwarni,Skep.Ns). 2.5 Fungsi Keluarga Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut : A. Fungsi biologis 1. Untuk meneruskan keturunan 2. Memelihara dan membesarkan anak 3. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga 4. Memelihara dan merawat anggota keluarganya
  • 11. B. Fungsi Psikologis 1. Memberi kasih sayang dan rasa aman 2. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga 3. Membina kedewasaan, kepribadian anggota keluarga 4. Memberikan identitas keluarga C. Fungsi Sosialisasi 1. Membina sosialisasi pada anak 2. Memebentuk norma – norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak 3. Meneruskan nilai – nilai budaya keluarga 4. Memberikan identitas keluarga D. Fungsi Ekonomi 1. Mencari sumber – sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga 2. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga 3. Menabung untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang misalnya pendidikan anak – anak, jaminan hari tua, dsb. E. Fungsi Pendidikan 1. Menyekolahkan anak untuk membagikan pengetahuan, keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki 2. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa 3. Mendidik anak sesuai dengan tingkat – tingkat perkembangannya
  • 12. 2.6 Alasan Keluarga Sebagai Unit Pelayanan ( Ruth B.Freeman,2005 ) Adapun alasan keluarga sebagai unit pelayanan yaitu : a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan bermasyarakat. b. Keluarga sebagai unit kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah – masalah kesehatan dalam kelompoknya c. Masalah – masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya. d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya. e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagi upaya kesehatan masyarakat. 2.7 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara. Freeman membagi 5 tugas yang harus dilakukan oleh keluarga, yaitu : a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
  • 13. c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat membantunya karena cacat dan karena usianya yang terlalu muda d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan lembaga – lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas kesehatan yang ada. (H.Zardin Ali,2010) C. Landasan Teoritis Proses Keperawatan Keluarga Proses keperawatan adalah metode rasional, sistematis dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan dalam proses keperawatan ini ada 5 tahap, yaitu : 2.1 Pengkajian Keluarga Pengkajian adalah pengumpulan, validasi dan organisasi data tentang kesehatan klien yaitu data fisik, emosional, perkembangan, sosial intelektual dan spritual klienyang diperoleh dari sumber – sumber yang berbeda yang merupakan dasar untuk kegiatan dan keputusan yang diambil untuk tahap berikutnya. Pengumpulan data dasar untuk perawat kesehatan keluarga yaitu : Struktur dan sifat keluarga, data anggota keluarga yang hidup dan yang mati, genogram, data kesehatan keluarga, kebutuhan hidup sehari – hari, faktor sosial budaya, ekonomi, faktor lingkungan fisiologis, derajat kesehatan masalah kesehatan spesifik. Untuk mengukur keadaan pasien/keluarga maka digunakan norma – norma kesehatan pribadi maupun sosial dan kesanggupannya mengatasi masalah. Dibawah ini akan disebutkan sifat – sifat keluarga dinamika atau tingkat kemampuan keluarga yang dapat membawa
  • 14. perkembangan keluarga yang merupakan tahap penjajakan kedua pada tipologi masalah keperawatan dalm keluarga yaitu : a. Ketidaksanggupan mengenal masalah disebabkan oleh : 1. Ketidaktahuan tentang fakta 2. Sifat dan falsafah hidup b. Ketidaksanggupan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat disebabkan karena : 1. Tidak mengerti mengenai sifat, beratnya dan luasnya masalah 2. Masalah tidak begitu menonjol 3. Kurang pengetahuan mengenai berbagai jalan keluar yang dapat digunakan 4. Rasa takut akibat tindakan yang berkaitan dengan sosial, ekonomi, fisik dan psikologis c. Ketidakmampuan merawat/menolong anggota keluarga yang sakit karena : 1. Tidak mengetahui keadaan penyakit ( sifat, penyebaran, kompliksai, progonosis dan perawatan, pertumbuhan dan perkembangan anak ) 2. Kurang pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan prosedur perawatan/pengobatan d. Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang bila mempengaruhi kesehatan dan pengembangan pribadi anggota keluarga karena : 1. Sumber – sumber keluarga tidak seimbang/tidak cukup : - Keuangan - Tanggung jawab/wewenang anggota keluarga - Fisik (isi rumah yang tidak teratur)
  • 15. 2. Kurang dapat meliputi keuangan / manfaat memelihara lingkungan dimasa yang akan datang 3. Ketidaktahuan tentang pentingnya hygienisanitasi 4. Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit e. Ketidakmampuan menggunakan sumber dimasyarakat untuk memelihara kesehatan karena : a. Ketidaktahuan atau sadar bahwa fasilitas kesehatan tersedia b. Tidak memahami keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan 2.2 Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah proses yang menghasilkan pernyataan diagnostik keperawatan atau gangguan status kesehatan klien baik aktual maupun potensial. Penetapan diagnosa keperawatan keluarga selalu mempertimbangkan faktor resiko, faktor potensial terjadinya penyakit dan kemampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatannya, formula perumusan diagnosa keperawatan keluarga adalah problem, etiologi dan sistem (PES) : a. Masalah (Problem, P) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau keluarga (individu) b. Penyebab (Etiologi, E) adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu pada lima tugas keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan atau memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
  • 16. c. Tanda (Sign, S) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung yang mendukung masalah dan penyebab. Adapun diagnosa keperawatan yang timbul dari penyakit gastritis sebagai berikut : 1. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan nutrisi yang in adekuat 3. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup dan kehilangan cairan berlebih karena muntah 4. Kurang pengetahuan tentang pelaksanaan diet dan proses penyakit 5. Ansietas berhubungan dengan pengobatan, perubahan status kesehatan Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosis keperawatan keluarga yang ditemukan dengan menggunakan cara sebagai berikut : Skala untuk menentukan prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga Scoring Baylon ( Baylon& Maglaya) NO Kriteria Bobot 1. Sifat masalah 1 Skala : - Ancaman kesehatan 2 - Tidak / kurang sehat 3 - Krisis 1 2. Kemungkinan masalah untuk dapat diubah. 2
  • 17. Skala : - Dengan mudah 2 - Hanya sebagian 1 - Tidak dapat 0 3. Potensi masalah untuk dapat dicegah 1 Skala : - Tinggi 3 - Cukup 2 - Rendah 1 4. Menonjolnya masalah 1 Skala : - Masalah berat segera ditangani 2 - Masalah tidak perlu segera ditangani 1 - Masalah tidak perlu dirasakan 0 Skoring : 1. Tentukan skor untuk setiap kriteria 2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dilakukan bobot Skor bobot Angka tertinggi 3. Jumlah skor untuk semua kriteria dengan skor tertinggi adalah 5 (lima) sama dengan seluruh bobot
  • 18. 2.3 perencanaan Setelah diagnosa keperawatan ditetapkan langkah berikutnya adalah perumusan rencana Asuhan Keperawatan merupakan kesimpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan masalah/diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan. Syarat rencana Asuhan Keperawatan : a. Rencana asuhan keperawatan harus berdasarkan masalah yang telah disusun dfengan jelas dan benar b. Rencana tersebut harus realistis dan dapat dilaksanakan ( ada sarana metodologi dan sumber daya manusia ) c. Rencana harus sesuai dengan falsafah dan tujuan serta kebijakan pemerintah dan institusi layanan kesehatan tersebut d. Rencana asuhan keperawatan harus dibuat bersama dengan keluarga karena keluarga sebagai objek dan subjek pelayanan e. Rencana dibuat secara tertulis agar dapat ditindaklanjuti oleh orang lain agar dapat berkesinambungan dengan mudah dievaluasi f. Rencana asuhan keperawatan dengan mudah difokuskan pada tindakan yang dapat dicegah / meringankan masalah yang dihadapi g. Rencana asuhan keperawatan dilaksanakan pada proses sistematis h. Rencana asuhan keperawatan terkait dengan masa yang akan datang dan masa lalu i. Rencana asuhan keperawatan terkait masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang telah diidentifikasi sebelumnya j. Rencana asuhan keperawatan merupakan strategi untuk mencapai tujuan
  • 19. k. Rencana asuhan keperawatan merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus – menerus Adapun intervensi yang dilakukan adalah : 1. Diagnosa 1 : nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi Tujuan :Nyeri dapat berkurang/hilang. Kriteria Hasil :Nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat, skala nyeri menunjukkan angka 0. I/ :Kaji skala nyeri dan lokasi nyeri R/ : Dapat membantu melokalisasi nyeri I/ : Observasi TTV R/ : Mengontrol keadaan pasien I/ : Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman R/ : Untuk meningkatkan relaksasi I/ :Anjurkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam R/ : Meminimalisasi nyeri I/ :Lakukan kolaborasi dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi untuk mengurangi nyeri. R/ : Membantu mempercepat pengobatan 2. Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan nutrisi yang adekuat Tujuan : Gangguan nutrisi teratasi. Kriteria Hasil :Berat badan stabil, nilai laboratorium Albumin normal, tidak mual dan muntah BB dalam batas normal, bising usus normal.
  • 20. I/ : Kaji intake makanan R/ : Pemasukan dan pengeluaran harus seimbang I/ : Timbang BB secara teratur R/ : Memberikan informasi tentang kebutuhan diet I/ : Berikan perawatan oral secara teratur R/ : Mulut yang bersih dapat meningkatkan selera makan I/ : Anjurkan klien makan sedikit tapi sering R/ : Makanan mempunyai efek penetralisir asam I/ : Berikan makanan dalam keadaan hangat R/ : Mengurangi distress saluran cerna I/ : Auskultasi bising usus R/ : Mengontrol bising usus I/ : Kaji makanan yang disukai R/ : Meningkatkan nafsu makan 3. Diagnosa 3 : resiko kekurangan cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup dan kehilangan cairan berlebih karena muntah. Tujuan :Resti gangguan keseimbangan cairan tidak terjadi. Kriteria Hasil :Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, elektrolit kembali normal, pengisian kapiler berwarna merah muda, tanda vital stabil, input dan output seimbang. I/ : Kaji tanda dan gejala dehidrasi
  • 21. R/ : Menunjukkan kehilangan cairan berlebiahan I/ : Observasi TTV R/ : Mengontrol keadaan pasien I/ : Ukur intake dan out R/ : Menghitung balance cairan I/ : Anjurkan klien untuk minum ± 1500-2500ml R/ : Memenuhi cairan I/ : Observasi kulit dan membran mukosa R/ : Mengetahui cairan yang hilang I/ : Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infus. R/ : Mempertahankan penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan 4. Diagnosa 4 : kurang pengetahuan tentang pelaksanaan diet dan proses penyakit Tujuan :Kurang pengetahuan teratasi. Kriteria Hasil :Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perawatan, pencegahan dan pengobatan. I/ : Kaji tingkat pengetahuan klien R/ : Mengetahui tingkat pengetahuan klien I/ : Beri pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang penyakit R/ : Membantu pengobatan klien I/ : Beri kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya R/ : Menambah wawasan keluarga maupun klien tentang pengobatan I/ : Beritahu tentang pentingnya obat-obatan untuk kesembuhan klien R/ : Mempercepat pemulihan
  • 22. 5. Diagnosa 5 : ansietas berhubungan dengan pengobatan, perubahan status kesehatan Tujuan : Rileks dan ansietas menurun sampai tingkat dapat ditangani Kriteria Hasil : Menunjukkan pemecahan masalah dan penggunaan sumber efektif I/ : awasi respon fisiologis, misalnya : takipnea, pusing, sakit kepala R/ : indikasi derajat takut yang dialami pasien I/ : berikan informasi akurat, nyata tentang apa yang dilakukan R/ : melibatkan pasien dalam rencana asuhan dan menurunkan ansietas I/ : berikan lingkungan yang tenang untuk istirahat R/ : memindahkan pasien dari stressor luar meningkatkan relaksasi I/ : tunjukkan teknik relaksasi, misalnya : nafas dalam R/ : belajar untuk rileks dalam membantu menurunkan takut dan ansietas I/ : dorong dan dukung pasien dalam evaluasi pola hidup R/ : perubahan mungkin perlu untuk menghindari berulangnya kondisi ulkus 2.4 Implementasi Pelaksanaan adalah mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan kedalam kegiatan selama tahap pelaksanaan, perawat merumuskan, mengumpulkan datadan validasi rencana asuhan keperawatan. 2.5 Evaluasi Evaluasi adalah mengkaji respon klien terhadap intervensi keperawatan dan selanjutnya membandingkan respon dengan standart yang telah ditentukan sebelumnya.Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemajuan status kesehatan keluarga, membandingkan respon
  • 23. keluarga dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan masalah dan pencapaian tujuan keperawatan. Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional S : hal – hal yang dikemukakan keluarga secara subjektif setelah dilakukan intervensi keperawatan, misalnya keluarga mengatakan nyerinya berkurang O : hal – hal yang ditemukan oleh perawat secara objektif, setelah dilakukan intervensi keperawatan, misalnya berat badan naik 1 kg dalam 1 bulan A : analisa dari yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang terkait dengan diagnosis P : perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga Hasil evaluasi yang didapat pada teoritis adalah : - Nyeri berkurang - Nutrisi yang adekuat - Keseimbangan haluaran dan masukan cairan - Kurang pengetahuan sudah teratasi - Ansietas menurun