1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ENCHAPALITIS
Dosen Pengampu : Ns. Murniati, S.Kep.
Disusun Oleh :
1. Ade Bagus Sasongko (10/1558/PD/0003)
2. Adi Purnomo (121440124040001)
3. Afriyanti Retno Sari (121440124050002)
4. Agasira Wishang Kandha (121440124060003)
5. Agustin Setiyaningsih (121440124070004)
6. Aji Setyo Oetomo (121440124080005)
7. Amanatul Khudsiyah (121440124130010)
8. Aniatun Rokhimah (121540124150012)
9. Ayih Puspita Sari (121540124190016)
10. Budianto (121540124200017)
11. Danang Kukuh Pramono (121540124220019)
12. Dandung Kasmaran (121540124230020)
PRODI D3 KEPERAWATAN 3A
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANHARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2012
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di indonesia, penyakit ensefalitis merupakan penyakit yang paling sering
dialami anak kecil. Sebagaimana yang kita tahu Encephalitis adalah suatu
peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari encephalitis, kebanyakan darinya
disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-infeksi ini disebabkan oleh
virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang
menyebabkan peradangan dari otak.
Gejala-gejala dari encephalitis termasuk demam yang tiba-tiba, sakit kepala,
muntah, kepekaan penglihatan pada sinar, leher dan punggung yang kaku,
kebingungan, keadaan mengantuk, kecanggungan, gaya berjalan yang tidak mantap,
dan mudah terangsang. Kehilangan kesadaran , kemampuan reaksi yang buruk,
serangan-serangan, kelemahan otot, demensia berat yang tiba-tiba dan kehilangan
memori dapat juga ditemukan pada pasien-pasien dengan encephalitis.
B. TUJUAN
1. Mengetahui Definisi Encepalitis
2. Mengetahui Etiologi Encepalitis
3. Mengetahui Tanda Gejala Encepalitis
4. Mengetahui Patofisiologi Encepalitis
5. Mengetahui Komplikasi Encepalitis
6. Mengetahui Penatalaksanaan Encepalitis
7. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Encepalitis
8. Mengetahui Asuhan Keperawatan Encepalitis
3. BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Encephalitis adalah adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari
encephalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering
infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan
oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.
Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri
cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus.
B. Etiologi
a. Virus
b. Bakteri
c. Jamur
Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan Ensefalitis, misalnya
bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri penyebab
Ensefalitis adalah Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa
dan T. Pallidum. Encephalitis bakterial akut sering disebut encephalitis supuratif
akut (Mansjoer, 2000). Penyebab lain adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin
dari thypoid fever, campak dan chicken pox/cacar air. Penyebab encephalitis
yang terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus
langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi sistemik atau vaksinasi
terdahulu.
C. Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis)
1. Gejala klinis Encephalitis tidak spesifik, tergantung dari penyebab dan luas dari
daerah yang terkena infeksi. Umumnya didapatkan suhu yang mendadak naik,
sebelum kesadaran menurun, sering mengeluh nyeri kepala, muntah sering
ditemukan, lethargi, photofobi, kadang- kadang desertai kaku kuduk apabila
infeksi mengenai meningen.
2. Anak tampak irritabel, gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku. Dapat
disertai gangguan penglihatan, pendengaran, bicara, dan kejang. Kejang dapat
4. bersifat umum atau fokal atau hanya twitching saja. Kejang dapat berlangsung
berjam- jam, gejala serebrum yang beraneka ragam dapat timbul sendiri- sendiri
atau bersama- sama, misalnya paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya.
Kadang- kadang ditemukan sedikit peninggian jumlah sel, kadar protein atau
glukosa.
3. Elektroencefalografi (EEG) sering menunjukkan aktivitas listrik yang menurun.
4. Tanda dan gejala lain yang sering muncul yaitu:
a. Rigiditas nukal
b. Tanda kernis
c. Ataksia
d. Kelemahan otot
e. Diplopia
f. Konfusi
g. Irritabilitas
h. Koma
D. Patofisiologi
Virus masuk tubuh klien melalui kulit, saluran npas, dan saluran cerna. Setelah
masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa
cara:
1. Lokal : virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lender permukaan atau
organ tertentu.
2. Penyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam darah, kemudian
menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
3. Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di perukaan selaput
lender dan menyebar melalui system persarafan.
Setelah terjadi penyebaran ke otak terjadi manifestasi klinis ensefalitis. Masa
prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing,
muntah nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremitas, dan pucat. Suhu badan
meningkat, fotofobia, sakit kepala, muntah-muntah, letargi, kadang disertai kaku
kuduk apabila infeksi mengenai meningen.
Pada anak, tampak gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku. Dapat
disertai gangguan penglihatan, pendengaran, bicara, serta kejang. Gejala lain berupa
5. gelisah, rewel, perubahan perilaku, gangguan kesaadaran, kejang. Kadang-kadang
disertai tanda neurologis fokal berupa afassia, hemiparesis, hemiplagia, ataksia, dan
paralisis saraf otak.
E. Komplikasi
1. Akut :
Edema otak.
Status konvulsi.
2. Kronik :
Cerebral palsy.
Epilepsy.
F. Penatalaksanan
1. Pemeriksaan cairan serebrospinal : Warna jernih terdapat pleocytosis berkisar
antara 50- 2000 sel. Dimana sel limfosit merupakan sel yang dominan, protein
agak meningkat, sedangkan glukosa dalam batas normal.
2. Pemeriksaan EEG : Memperlihatkan proses inflamasi yang difuse “Bilateral”
dengan aktivitas rendah.
3. Pemeriksaan virus : Ditemukan virus pada CNS. Didapatkan kenaikan titer
antibodi yang spesifik terhadap virus penyebab.
4. Pengobatan pada encephalitis dilakukan dalam 2 cara:
a. Pengobatan penyebab : Diberikan apabila jenis virus diketahui., Herpes
encephalitis: adenosine arabinose 15mg/kgBB/hari selama 5 hari.
b. Pengobatan suportif : Sebagian besar pengobatan encephalitis adalah
pengobatan non spesifik yang bertujuan mempertahankan fungsi organ tubuh.
Pengobatan tersebut antara lain:
1. ABC ( Airway, Breathing, Circulation) harus dapat dipertahankan sebaik-
baiknya.
6. 2. Pemberian makanan secara adekuat baik secara interal maupun parenteral dengan
memperhatikan jumlah kalori, protein, keseimbangan cairan elektrolit dan
vitamin.
3. Obat- obatan yang lain apabila diperlukan harus diberikan agar keadaan umum
penderita tidak bertambah jelek. Misal: antipiretik paracetamol 10 mg/ kgBB/ X,
kompres dingin.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Lumbal pungsi (pemeriksaan CSS)
2. Cairan warna jernih d. Glukosa normal
3. Leukosit meningkat e. Tekanan Intra Kranial meningkat
4. Protein agak meningkat
5. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urin
6. Sukar oleh karena uremia berlangsung singkat
7. Dapat membantu mengidentifikasikan daerah pusat infeksi dan penyebab infeksi
8. CT Scan/ MRI
Membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran/ letak ventrikel, hematom, daerah
cerebral, hemoragic, atau tumor
9. EEG
a. Terlihat aktivitas listrik (gelombang) yang menurun, sosial dengan tingkat
kesadaran yang menurun
b. Gambaran EEG memperlihatkan proses inflamasi difu (aktivitas lambat
bilateral)
7. KASUS ENCEPHALITIS
A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS DATA
Nama : An. D
Umur : 2 tahun
Nama Ayah : Tn. S
Nama Ibu : Ny. S
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Pekerjaan Ibu : Wiraswasta
Alamat : Bangsri Jepara
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan Ayah : SD
Pendidikan Ibu : SMA
II. KELUHAN UTAMA
An. D badannya panas, kesadaran apatis.
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
8. Kira-kira 1 bulan sebelum masuk RS (masuk RS tanggal 10 November
2012), An. D batuk, pilek, panas nglemeng, muntah lebih dari 3 kali sehari @
¼ cangkir seperti yang diminum dan makan,mencret 3-4 x/hari, cair, ampas.
Kemudian sekitar 16 hari sebelum masuk RS An. D panas, batuk, kejang 1x /5
menit, sebelum dan sesudah kejang sadar, selama kejang tidak sadar.
Kemudian dibawa ke RS Mitra Keluarga bagian ICU. Setelah itu orang tua
minta dirawat di kariadi saja, hingga akhirnya An. D dirujuk ke RSDK.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
a. Penyakit waktu kecil
An. D belum pernah sakit yang serius sampai harus dirawat di rumah
sakit. An.D hanya sakit batuk pilek disertai panas serta diare.
b. Pernah dirawat di rumah sakit
Sebelum masuk dan dirawat di RSDK, An. D pernah dirawat di rumah
sakit karena penyakit diare saat umur 1 tahun.
c. Obat-obatan yang digunakan
An. D tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan tertentu, An. D minum
Bodrexin bila batuk dan pilek.
d. Tindakan operasi
An. DR belum pernah dilakukan tindakan operasi.
e. Kecelakaan
An. D tidak pernah mengalami
kecelakaan.
f. Imunisasi
An. D sudah lengkap mendapatkan imunisasi dasar
9. Usia 1 bulan : BCG
Usia 2-3 bulan : Hep. B I, II, III, Polio I, II dan DPT I, II
Usia 4 bulan : DPT III dan Polio III
Usia 9 bulan : Polio IV dan Campak
V. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
a. Pre Natal
Selama kehamilan Ny. S rutin memeriksakan kehamilan ke Puskesmas
terdekat. Setiap 1 bulan sekali, Ny. S mendapatkan imunisasi TT 1x. Ny. S
tidak pernah menderita sakit selama hamil, gizi Ny. S saat hamil baik, Ny. S
mendapatkan tablet tambah darah dan selalu diminum.
b. Intra Natal
An. D lahir ditolong bidan di Rumah Bersalin, spontan, langsung menangis,
berat badan lahir 3000 gram, panjang badan 50 cm, umur kehamilan 9 bulan.
c. Post Natal
An. D diasuh sendiri oleh orang tuanya, An. D mendapatkan ASI
eksklusif sampai usia 6 bulan dan disapih mulai usia 1,5 tahun, diberikan
susu formula (Dancow) diberikan makanan tambahan bubur susu.
VI. RIWAYAT SOSIAL
a. Yang Mengasuh
An. D diasuh sendiri oleh kedua orang tuanya, apabila ditinggal oleh
orang tuanya An. D dititipkan pada neneknya. Orang tuanya sangat
menyayangi An. D
b. Hubungan dengan anggota keluarga
Hubungan akrab dengan anggota keluarga yang lain, An. D mau bergaul
dengan siapa saja dirumah.
c. Hubungan dengan teman sebaya
An. D sering bermain dengan teman sebayanya, akrab bermain dengan
teman-teman bermain di rumah
d. Pembawaan secara umum
An. D kesadaran apatis, berbaring lemah diatas tempat tidur. Sebelum sakit An.
10. D aktif bermain dengan teman sebayanya.
e. Lingkungan rumah
An. D tinggal dipinggiran kota, dekat dengan fasilitas kesehatan
(Puskesmas).
VII. PENGKAJIAN NUTRISI
Berat badan : 12,4 kg
Tinggi badan : 90 cm
Kebiasaan pemberian makanan
Sebelum sakit, An. D biasa makan 3 x/hari (pagi, siang, malam) dengan menu
lengkap (nasi, lauk pauk dan sayur). An. D terbiasa minum susu Bendera di
rumah.
Setelah sakit, anak D tidak makan dengan menu nasi tetapi diet cair dan susu.
An. D tidak bisa makan seperti biasa, tetapi harus memerlukan bantuan perawat.
Diet khusus
Sebelum sakit, An. D tidak sedang menjalani diet khusus. Saat sakit, An. D harus
diberikan diet susu melalui NGT
VIII. POLA SEHARI-HARI
Pola istirahat atau tidur
An. D mempunyai kebiasaan tidur siang sekitar jam 14.00 WIB, kebiasaan tidur
malam jam 21.00 WIB. Saat ini An. D dalam keadaan apatis.
Pola kebersihan
An. D biasa mandi 2 x dalam sehari, gosok gigi 2 x dalam sehari dilakukan
dengan bantuan.
Saat ini An. D dalam keadaan lemah dan harus dibantu dalam kebersihan
tubuhnya.
Pola aktivitas bermain
11. Hb
Ht
: 8,8 gr%
: 26 %
Lekosit
Trombosit
: 10.600 I/U
: 470.000 I/U
Glukosa sewaktu : 129 mg/dl
Protein total
Albumin
: 7,9 gr/dl (6,4-8,2)
: 3,4 gr/dl (3,4-5,0)
Globulin
Bilirubin total
: 4,50 gr/dl (2,30-3,50)
: 0,45 mg/dl (0,00-1,00)
Bilirubin direct
Bilirubin indiret
: 0,05 mg/dl (0,00-0,30)
: 0,40 mg/dl (0,10-0,50)
SGPT (AST)
SGPT (ALT)
: 55 u/I (15-37) H
: 44 u/I (30-65)
Alkali fosfatase
Gamma GT
: 134,0 u/I (50,0-136,0)
: 42 u/I (5-85)
Urine lengkap
Warna : Kuning jernih
BJ : 1,05
Protein
Sedimen Epithel
: 7,00
: 1/2 Lpk
Lekosit
Eritrosit
: 2/3 Lpb
: 6/8 Lpb
Pemeriksaan LCS
An. D sering dan senang bermain dengan teman sebayanya dirumah. Saat ini
dirumah sakit An. D hanya berbaring di tempat tidur karena kondisi sedang sakit.
Pola eliminasi
An. D BAK (5-6/hari) dirumah, selama An. D sakit tetap kencing seperti
biasanya dengan bantuan di tempat tidur.
IX. DATA PENUNJANG
Hasil laboratorium tanggal 29 November 2004
12. Kultur
Hasil
: (+) sensitivitas
: Steril tidak ada pertumbuhan kuman
Feses
Konsistensi : Lunak
Makroskopis
Telur cacing
: Kuning
: -
Amoeba
Protein
: -
: (+)
Lemak
Karbohidrat
: (++)
: (+)
Feses konsentrasi tidak cukup, bakteri (++)
X. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan umum
Klien lemah, kesadaran apatis, infus ditangan kanan D5% untuk 5 tts/menit,
memakai sonde, turgor kulit kembali dengan cepat.
BB/TB/LL/LK/LD
12,4 kg, 90 cm, 16 cm, 46 cm, 45 cm.
Kepala
Mesosepal, rambut hitam, lurus, bersih, terdaapt luka dekubitus 1x1 cm derajat 3,
leher terdaapt kaku kuduk.
Mata
Anemis (-), sklera ikterik (-), keluar sekret, pupil isokhor 2 mm, reaksi pupil
terhadap cahaya (+)
Hidung
Kotor, sekret (-), tidak ada deviasi septum
Telinga
Kotor, sekret (-), bentuk simetris
Dada
Bentuk normal, pengembangan dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada.
Jantung
Tidak tampak ictus cordis, perkusi pekak, tidak ada pembesaran jantung, tidak
ada suara bising dan gallop.
Paru-paru
Pengembangan paru kanan-kiri simetris, sonor seluruh lapang pandang,
pernafasan vesikuler, terdapat suara tambahan stridor (penumpukan sekret).
13. Abdomen
Datar, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba pembesaran hati, perkusi tympani,
bising usus (+).
Punggung
Bentuk normal, tidak ada kelainan bentuk, bersih tidak ada luka/lesi dekubitus.
Genetalia
Bersih, normal, tidak ada penyakit kelamin, tidak ada hemoroid.
Ekstremitas
14. Akral hangat, tidak ada oedema, refleks fisiologis (+), reflek patolo gis (-),
gerakan tidak ada, tonus kedua ekstremitas hipertoni, spastik kedua ekstremitas,
rangsang meningen tidak ada.
Kulit
Bersih, elastis, turgor kembali cepat.
Tanda-tanda vital
Suhu : 38,8 o
C/rectal
Nadi : 120 x/menit, kuat, teratur
RR : 30 x/menit, teratur
ANALISA DATA
NO. DATA PROBLEM ETIOLOGI
1. DS : klien mengatakan badannya panas
dan kejang selama 1x/5 menit
DO : S: 38,8 o
C/rectal
Hipertermi
2. DS : klien mengatakan batuk pilek
DO : hidung tampak kotor
Pemeriksaan paru-paru : terdapat
suara tambahan stridor
RR : 30 x/menit
Ketidakefektifan Jalan
Napas
3. DS : klien mengatakan muntah lebih
dari 3 kali sehari
DO : IMT : BB/(TB)²
:15,31 kg/m
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
15. klien tampak lemah
hb : 8,8 gr%
ht : 26%
klien terpasang NGT
4. DS : klien mengatakan mencret 3-4
x/hari @ ¼ cangkir seperti yang
diminum dan makan
DO : pemeriksaan laboratorium feses :
konsistensi : lemak, makroskopis :
kuning
Berbentuk cair
Berampas
Gangguan Pola
Eliminasi : Diare