SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
Community Health
VOLUME II  No 1 Januari 2014 Halaman 133 - 140
Konsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota
Denpasar
Desak Made Rari Niati Puspamika *1, Ni Ketut Sutiari 1
Alamat: PS Ilmu Kesehatan Masyarakat Fak. Kedokteran Universitas Udayana
Email: desakpuspamika@yahoo.co.id
*Penulis untuk berkorespondensi
Community Health 2014, II:1  133
Artikel Penelitian
PENDAHULUAN
Menurut Matheson dkk (2004), anak usia
sekolah adalah investasi suatu bangsa,
karena mereka adalah generasi penerus
bangsa. Kualitas bangsa di masa depan
ditentukan kualitas anak-anak saat ini.
Maka dari itu, di usia tersebut, anak harus
mendapatkan asupan nutrisi yang cukup
untuk aktivitas fisik serta mengoptimalkan
proses tumbuh kembangnya. Judarwanto
tahun 2005 dalam Septiarini (2008)
mengatakan, dalam masa tumbuh
kembang anak, pemberian nutrisi tidak
dapat selalu terlaksana secara sempurna,
sering timbulnya masalah terutama dalam
pemberian makanan yang tidak memenuhi
ABSTRAK
Pada era globalisasi sekarang, banyak makanan cepat saji yang ditawarkan
memiliki kandungan makanan tinggi lemak, kalori dan rendah serat. Minuman dengan
berbagai jenis dan rasa juga banyak ditawarkan yang mengandung kalori disetiap
sajiannya, sehingga anak lebih memilih mengonsumsinya dan air minum semakin
ditinggalkan. Akibat hal tersebut muncul berbagai penyakit degeneratif di perkotaan.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan konsumsi serat dan air di daerah
perkotaan yaitu Kota Denpasar tahun 2013 yang dilaksanakan pada bulan Februari –
Mei 2013 dengan penelitian cross-sectional. Jumlah sampel adalah 184 siswa kelas V
di 8 SD yang berada di Kota Denpasar dengan rentangan umur 9 – 12 tahun. Jumlah
sampel diambil secara Systematic Random Sampling. Data yang dikumpulkan yaitu
konsumsi serat dan air dengan metode SQ-FFQ dan recall 2x24 jam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dari 184 anak, hanya 7.1% anak yang
mengonsumsi serat ≥10 gr/hari. Rata-rata konsumsi serat 58.7% dari yang
dianjurkan. Sumber serat yang sering dikonsumsi yaitu kangkung, agar-agar, jagubg,
dan kubis dengan rata-rata konsumsi 3 – 5 kali perminggunya. Untuk konsumsi air,
memiliki rata-rata 3 gelas perharinya.
Orang tua diharapkan menjaga anaknya dengan mengontrol asupan dan
mencoba untuk menawarkan anaknya dengan makanan tinggi serat dan lebih memilih
air minum dibandingkan minuman lainnya. Sekolah diharapkan memberikan edukasi
tentang kesehatan bagi para muridnya sehingga memiliki pengaruh pada
pertumbuhannya.
Keywords: anak usia sekolah dasar, konsumsi serat, konsumsi air
Community Health 2014, II:1  134
kebutuhan anak. Keadaan tersebut
mengakibatkan adanya gangguan pada
sistem tubuh anak.
Diet tidak sehat seperti tingginya asupan
lemak dan gula masih menjadi penyebab
utama kekurangan gizi pada era globalisasi.
Kondisi tersebut semakin diperparah
dengan fakta bahwa, anak-anak dibiarkan
memilih sendiri makanan yang akan
dikonsumsinya karena terhambatnya
aktivitas orang tua yang sedang bekerja,
atau orang tua menyerahkan anaknya ke
pengasuh (Kumalasari, 2012). Pada usia
sekolah, kebanyakan anak telah
membentuk pola makanan dan asupan gizi
tertentu. Mereka yang mengonsumsi lebih
banyak makanan konsisten melakukannya,
sedangkan yang mengonsumsi sedikit
makanan, akan cenderung
mempertahankan asupan makanan yang
relatif kurang dari teman-temannya.
Perbedaan asupan antara laki-laki dan
perempuan meningkat secara bertahap
terlihat saat sudah menganjak umur 12
tahun. Anak laki-laki mengonsumsi
makanan lebih banyak, sehingga asupan
energi dan zat gizi, lebih banyak
dibandingkan anak perempuan. Menurut
Wolfe dkk (1993), anak yang berumur 10
tahun memiliki konsumsi snack harian
sebesar 33%, asupan protein 20%, asupan
lemak 33%, dan 40% asupan karbohidrat.
Selain itu menurut McPherson dkk (1990),
konsumsi snack berkontribusi sekitar
sepertiga dari total asupan anak-anak
(Haryanto, 2012).
Hasil penelitian Padmiari tahun 2004 dalam
Septiarini (2008), terhadap 80 anak SD di
Kota Denpasar, menyebutkan bahwa
sekitar 75% konsumsi energi anak berasal
dari makanan jajanan berupa; aneka
macam fast food, jajanan pasar, hingga
snack ringan. Sementara itu, hanya 25%
konsumsi energi berasal dari makanan
pokok berupa; nasi, sayuran, daging, dan
pelengkapnya. Data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan
bahwa prevalensi obesitas anak usia
sekolah 6 – 12 tahun yaitu sebesar 9.2%.
berdasarkan tempat tinggal, di perkotaan
lebih tinggi daripada di pedesaan (10.4%
dan 8.1%) (Haryanto, 2012).
Di antara berbagai zat dalam makanan,
serat merupakan zat non gizi paling banyak
dibahas manfaatnya terhadap kesehatan.
Menurut Jahari dan Sumarno (2002) dalam
Amalia, serat bukanlah zat yang dapat
diserap oleh usus, namun perannya sangat
penting dalam proses pencernaan. Serat
membantu melancarkan pencernaan dan
bahkan pada mereka yang menderita
kelebihan asupan gizi, serat dapat
mencegah atau mengurangi risiko akibat
kegemukan. Bagi anak usia sekolah, serat
juga penting karena akan memberikan
dampak kesehatan pada masa dewasanya,
guna mencegah penyakit degeneratif
seperti, jantung koroner, diabetes mellitus,
dan kanker usus besar.
Community Health 2014, II:1  135
Menurut Jahari dan Sumarno (2002),
sebanyak 80% penduduk Indonesia asupan
seratnya ≤15 gr/hari/orang, diantaranya
60% penduduk mengonsumsi serat ≤10
gr/hari/orang (Amalia, 2002). Dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Haryanto
(2012), konsumsi serat anak di Pulau Jawa
yang berusia 7 – 9 tahun memiliki rata-rata
5.7 gr dan usia 10 – 12 tahun sebesar 6.02
gr. Penelitian yang dilakukan oleh Jahari AB
pada tahun 2004, diketahui bahwa tingkat
asupan serat di DKI Jakarta masih rendah
yaitu 8 – 9 gr/hr (Sevita Utami, 2009).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Chaerul Amalia di Bogor (2002), asupan
serat anak SD yang berada di perkotaan
memiliki rata-rata 8.2 gr, selain itu
penelitian yang dilakukan oleh Ventura EE,
dkk dalam Kranz (2012), asupan serat pada
anak Latin yang mengalami obesitas,
memiliki rerata 5.2 gr/hari. Berdasarkan
data Riskesdas pada tahun 2007,
menunjukkan bahwa prevalensi nasional
konsumsi serat yang pada usia 10 – 14
tahun masih kurang dari 5 porsi/hari
selama 7 hari dalam seminggu.
METODE
Penelitian ini dilakukan pada 8 SD yang
berada di Kota Denpasar dan berlangsung
pada February sampai dengan Mei 2013.
Desain penelitian yaitu croos-sectional
dengan populasi penelitian siswa kelas V
SD/MI se-Kota Denpasar. Sampel dipilih
secara systematic random sampling. Besar
sampel didapat dengan rumus sampel
tunggal dengan jumlah 170.4 dan dilakukan
penambahan 8% untuk mengurangi
terjadinya drop out pada sampel, sehingga
didapat jumlah sampel total 184 anak.
Data penelitian ini dikumpulkan dengan
melakukan wawancara berpedoman pada
SQ-FFQ dan form Recall 2x24 jam.
Informasi tentang jenis, jumlah, dan
frekuensi serat didapatkan pada hasil
wawancara SQ-FFQ. Untuk gambaran
asupan serat anak sehari-hari didapatkan
dengan melakukan wawancara 2x24 jam.
Hari wawancara dalam metode recall 2x24
jam diambil tidak secara berurutan,
sehingga data asupan serat yang diperoleh
dapat menggambarkan konsumsi sampel
sehari-harinya. Konsumsi serat yang
dipakai patokan adalah ≥ 10 gr/hari, sesuai
dengan ketentuan Nordic Nutrition
Recommendations (NNRs).
Analisis statistik yang digunakan yaitu
dilakukan secara deskriptif dan frekuensi,
untuk menggambarkan asupan serat yang
dikonsumsi sampel serta sumber serat yang
sering dikonsumsi sampel.
HASIL
Karakteristik Sampel
Dari 184 sampel yang diteliti, sebanyak 94
anak berjenis kelamin laki-laki, dan sisanya
90 anak berjenis kelamin perempuan. Usia
sampel yaitu 11 tahun dengan persentase
60.9%, 10 tahun 22.3%, 12 tahun 16.3%,
dan anak berusia 9 tahun 0.5%.
Community Health 2014, II:1  136
Tabel 1. Karakteristik Umur dan Jenis Kelamin
Sampel
Karakteristik Sampel N %
Perempuan
Umur 9 1 1.1
10 24 26.7
11 56 62.2
12 9 10
Total 90 100
Laki-laki
Umur 10 17 18.1
11 57 60.6
12 20 21.3
Total 94 100
Sumber Serat yang Dikonsumsi
Hasil wawancara berdasarkan SQ-FFQ
untuk mengetahui jenis sumber serat yang
dikonsumsi, didapat 4 sumber serat yang
terbanyak dan paling sering dikonsumsi
oleh sampel.
Tabel 2. Sumber Serat yang Sering Dikonsumsi
Bahan makanan Sumber Serat f/minggu
Kangkung 5.5
Kubis 4.8
Agar-agar 3.8
Jagung 3.7
Tabel di atas menyebutkan bahwa
konsumsi sumber serat yang sering
dikonsumsi yaitu kangkung, kubis, agar-
agar, dan jagung dengan rata-rata
konsumsi ± 3 – 5 kali perminggu. Bentuk
olahan kangkung yang sering dibuat adalah
dengan menumisnya, untuk agar-agar,
anak-anak lebih sering mengonsumsi agar-
agar buatan rumah dengan merk agar-agar
yang mengandung pemanis. Untuk jagung,
bentuk olahan yang paling sering
dikonsumsi adalah dengan membeli jagung
bakar, dan kubis mengolahnya dengan
membuat sup.
Konsumsi Serat
Konsumsi serat digolongkan menjadi dua,
yaitu konsumsi kurang dengan nilai <10
gr/hari, dan konsumsi baik yaitu ≥10
gr/hari dengan batas sampai 50 gr/hari.
Berikut konsumsi serat berdasarkan umur
sampel.
Tabel 3. Tingkat Konsumsi Serat Anak
Umur
<10
gr/hari
≥10
gr/hari
n
9 1
(0.6%)
- 1
(0.5%)
10 40
(23.4%)
1
(7.7%)
41
(22.3%)
11 104
(60.8%)
9
(69.2%)
113
(61.4%)
12 26
(15.2%)
3
(23.1%)
29
(15.8%)
Total 171
(100%)
13
(100%)
184
(100%)
Konsumsi serat sesuai dengan yang
dianjurkan paling banyak berada pada
umur 11 tahun, yaitu 69.2%. Hasil rata-rata
konsumsi serat sampel masih 5.87 gr
(58.7%) dari konsumsi yang dianjurkan,
dengan nilai minimum konsumsi yaitu 0.55
gr dan maksimum 35.6 gr, sehingga
didapat standar deviasi 3.42 gr.
DISKUSI
Dari berbagai sumber serat yang
disebutkan oleh sampel, didapat 4 tersering
yang dikonsumsi yaitu, kangkung dengan
frekuensi konsumsi ± 5 kali/minggu dan
sebanyak 115 sampel yang mengonsumsi
sayur tersebut. Kangkung merupakan jenis
sayuran yang termasuk dalam kelompok
tinggi kandungan serat. Kadar serat tidak
Community Health 2014, II:1  137
larut sebesar 54.63% dari berat kering dan
total serat pangan sebesar 61.34%
(Muchtadi, 2004). Bentuk olahan yang
paling sering dilakukan adalah dengan
membuatnya menjadi tumis kangkung, hal
ini menurunkan kadar serat tidak
larut/serat kasar yang terkandung dalam
sayur tersebut menjadi 36.41% dan kadar
total serat menjadi 42.72%. Untuk
kandungan serat kasar yang terdapat pada
sayur kangkung yaitu sebesar 1 gr dalam
100 gr berat kangkung (Kusharto, 2006).
Sumber serat yang sering dikonsumsi
nomor dua adalah kubis, dengan konsumsi
rata-rata ± 4 kali/minggu dan yang
mengonsumsinya sebesar 57 anak.
Berdasarkan pada Kusharto dalam Serat
Makanan dan Perannya Bagi Kesehatan
(2006), menyatakan bahwa dalam 100 gr
kubis terdapat 0.9 gr serat kasar. Dikatakan
pula, jenis sayuran ini cocok dikonsumsi
oleh penderita diabetes mellitus karena
tidak terdapat komponen karbohidrat.
Dalam Muchtadi (2004), sayuran kubis
termasuk dalam kelompok sayuran rendah
serat, dengan kadar serat kasar 27.7% dari
berat kering dan serat larut sebesar 2.55%.
Namun cara memasak juga mempengaruhi
berat dari kadar serat pangan yang
dihasilkan. Seperti cara memasak kubis
dengan menumis dapat mengubah serat
kasar menjadi 24.29%, dengan cara
merebus akan meningkatkan kadar total
serat pangan menjadi 33.16%. Untuk serat
kasar, terjadi perubahan pada penumisan
4.77%, dan pada perebusan menjadi
4.57%. Muchtadi mengatakan bahwa,
mengolah dengan melakukan perebusan
memiliki nilai serat lebih tinggi
dibandingkan dengan cara memasak
lainnya, karena kemungkinan terjadinya
pelarutan komponen non-serat pada
sayuran dalam air perebusan lebih tinggi
bila dibandingkan dengan cara dikukus
ataupun ditumis. Pada sampel yang telah
diwawancarai, kubis paling sering dimasak
dengan cara merebusnya menjadi sup.
Untuk sumber serat yang dikonsumsi
selanjutnya adalah agar-agar. Agar-agar
merupakan hasil olahan yang berasal dari
rumput laut. Rumput laut merupakan salah
satu jenis tanaman laut yang kaya
polisakarida dengan kandungan serat
pangan cukup tinggi. Dalam Suwandi dkk
(2002), vegetable gum yang dikandung
oleh rumput laut merupakan senyawa
karbohidrat yang banyak mengandung
selulosa dan hemiselulosa yang tidak dapat
dicerna seluruhnya oleh enzim dalam
tubuh, sehingga dapat menjadi makanan
diet dengan sedikit kalori. Pada umumnya,
jenis rumput laut yang paling banyak
dipakai untuk bahan makanan adalah jenis
rumput laut Eucheuma cottonii. Tepung
rumput laut dari jenis ini memiliki total
serat pangan 84.88% pada suhu
pengeringan 50o
C dan serat tidak larut
9.7%, sehingga bentuk olahan dari rumput
laut merupakan makanan sumber serat
Community Health 2014, II:1  138
sangat tinggi, dibandingkan dengan
makanan lainnya (Chaidir, 2006).
Konsumsi tersering ke-empat adalah
jagung. Jagung termasuk dalam golongan
sumber karbohidrat dan memiliki
kandungan serat kasar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan nasi putih, yaitu
sebesar 1.65/100gr. Selain itu juga, jagung
termasuk dalam kelompok karbohidrat
tinggi serat selain beras merah (Kusharto,
2006). Menurut The Daily Meal, survei yang
dilakukan di Amerika Serikat terhadap 500
orang ibu yang memiliki dua anak,
menunjukkan bahwa sebanyak 83% anak
memiliki sayuran favorit dan jagung serta
brokoli berada pada peringkat konsumsi
yang tertinggi (Sompotan, 2012).
Berdasarkan data Riskesdas pada tahun
2007, menunjukkan bahwa prevalensi
nasional konsumsi serat yang di
sumbangkan oleh sayuran dan buah pada
usia 10 – 14 tahun masih kurang yaitu
kurang dari 5 porsi/hari selama 7 hari
dalam seminggu (Sevita Utami, 2009).
Pada penelitian yang dilakukan oleh
Carvalho, dkk pada anak di Brazil (2006),
dengan tidak mengonsumsi buah sehari-
hari terdapat hubungan dengan probabilitas
untuk mengonsumsi serat kurang dari
asupan serat yang dianjurkan. Menurut
penelitian Jahari dan Sumarno (2002),
bahan makanan penyumbang terbesar
berasal dari golongan serelia, terutama
beras giling dan jagung.
Konsumsi serat pada anak usia sekolah
memiliki banyak pengaruh untuk
pertumbuhan. Asupan serat berhubungan
positif dengan asupan energi dan
berbanding terbalik dengan asupan lemak.
Anak-anak yang asupan seratnya tinggi
mendapatkan asupan mineral dan vitamin
lebih banyak dibandingkan dengan anak-
anak yang mengonsumsi rendah serat
(Ruottinen et al., 2010).
Gambaran konsumsi serat dalam penelitian
ini menunjukkan bahwa sangat sedikit yang
mengonsumsi serat ≥10 gr/harinya. Dari
tabel 5.4, hanya 7.1% yang mengonsumsi
serat dengan kategori baik. Berdasarkan
umur sampel, yang mengonsumsi serat
≥10 gr/hari berada pada umur 12 tahun.
Rata-rata konsumsi serat hanya sebesar
58.7% dari yang dianjurkan, ini berarti
anak usia sekolah yang berada di Kota
Denpasar memiliki asupan serat yang
masih sangat kurang dari asupan yang
dianjurkan.
Dari beberapa contoh hasil penelitian
sebelumnya terhadap konsumsi serat pada
anak usia sekolah, ternyata sebagian besar
asupan serat anak masih kurang dari yang
dianjurkan oleh berbagai negara, seperti 25
– 35 gr/hari oleh USA Food and Drug
Administration (FDA), dan 20 – 25 gr/hari
oleh Ministry of Health and Welfare di
Jepang (Nakaji et al., 2002). Di Indonesia
menurut WNPG yaitu sebesar 10 – 13
gr/kkal perharinya. Menurut Nordic
Nutrition Recommendations (NNRs),
Community Health 2014, II:1  139
asupan serat sehari untuk anak usia
sekolah dianjurkan ≥ 10 gr, dan harus
meningkat setahap dengan peningkatan
usia selama masa remaja (25 – 35 gr/hari)
sebelum menginjak asupan rekomendasi
untuk dewasa (Ruottinen, et al., 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Jahari AB
pada tahun 2004, diketahui bahwa tingkat
asupan serat di DKI Jakarta masih rendah
yaitu 8 – 9 gr/hr (Sevita Utami, 2009).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Chaerul Amalia di Bogor (2002), asupan
serat anak SD yang berada di perkotaan
memiliki rata-rata 8.2 gr, selain itu
penelitian yang dilakukan oleh Ventura EE,
dkk dalam Kranz (2012), asupan serat pada
anak Latin yang mengalami obesitas,
memiliki rerata 5.2 gr/hari.
SIMPULAN
Didapat jenis konsumsi serat yang paling
banyak dikonsumsi dari 35 jenis sumber
serat oleh anak usia sekolah yang berada di
Kota Denpasar, yaitu sayur kangkung,
kubis, agar-agar, dan jagung, dengan rata-
rata konsumsi ± 3 – 5 kali/minggu.
Gambaran konsumsi serat sampel, hanya
7.1% yang mengonsumsi serat ≥10
gr/harinya dan konsumsi serat menurut
umur didapat anak yang berumur 11 tahun
lebih banyak mengonsumsi serat seperti
yang dianjurkan karena jumlahnya lebih
banyak dibandingkan dengan umur lainnya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini, peneliti ingin
mengucapkan terimakasih kepada Ni Ketut
Sutiari, S.K.M, M.Si dan Kadek Tresna Adhi
S.K.M, M.Kes, atas bantuan dan sarannya,
serta SD yang telah bersedia menjadi
sampel dari penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Amalia, C. (2002). Konsumsi Serat
pada Anak Usia Sekolah di Kota dan
Desa Bogor. Skripsi. Jurusan Gizi
Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga
Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
2. Chaidir, A. (2006). Kajian Rumput Laut
sebagai Sumber Serat Alternatif untuk
Minuman Berserat. Thesis. Program
Studi Teknologi Pascapanen.IPB, Bogor.
3. de Carvalho, É. B., Vitolo, M. R., Gama,
C. M., Lopez, F. A., Taddei, J. A. C., &
de Morais, M. B. (2006). Fiber intake,
constipation, and overweight among
adolescents living in Sao Paulo city.
Nutrition and Dietetic, 22(7), 744-749.
4. Haryanto, I. (2012). Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Obesitas (Z-score
> 2 IMT menurut Umur) pada Anak Usia
Sekolah Dasar (7 - 12 tahun) di Jawa
Timur Tahun 2010 (Analisis Data
Riskesdas 2010). Thesis. PS IKM, FKM.
Universitas Indonesia, Jakarta.
5. Kranz, S., Brauchla, M., Slavin, J. L., &
Miller, K. B. (2012). What Do We Know
about Dietary Fiber Intake in Children
and Health? The Effects of Fiber Intake
Community Health 2014, II:1  140
on Constipation, Obesity, and Diabetes
in Children. American Society for
Nutrition. Adv. Nutr, 3, 47-53.
6. Kumalasari, E. (2012). Diet untuk Anak.
In c. 1 (Ed.), Panduan Diet Sehat
Seimbang Bagi Pertumbuhan Anak.
Yogyakarta: Araska.
7. Kusharto, C. M. (2006). Serat Makanan
dan Perannya Bagi Kesehatan. Jurnal
Gizi dan pangan, 1(2), 45-54.
8. Muchtadi, D. (2004). Sayuran Sebagai
Sumber Serat Pangan untuk Mencegah
Timbulnya Penyakit Degeneratif. JTIP,
XII(1), 61-71.
9. Nakaji, S., Sugawara, K., Saito, D.,
Yoshioka, Y., MacAuley, D., Bradley, T.,
et al. (2002). Trends in dietary fiber
intake in Japan over the last century.
Eur J Nutr, 41(5), 222-227.
10. Ruottinen, S., Lagstrom, H. K.,
Niinikoski, H., Ronnemaa, T., Saarinen,
M., Pahkala, K. A., et al. (2010). Dietary
fiber does not displace energy but is
associated with decreased serum
cholesterol concentrations in healthy
children. AJCN, 91(61), 651-661.
11. Septiarini, C. (2008). Pengembangan
Metode Pemantauan dan Penilaian
Konsumsi Makanan Anak SD. Skripsi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia, Jakarta.
12. Sevita Utami, W. (2009). Hubungan
antara Aktivitas Fisik, kebiasaan
Konsumsi Serat, dan Faktor Lain
dengan Kejadian Obesitas pada SIswa
SD Islam Annajah, Jakarta Selatan
Tahun 2009 Skripsi. FKM. UI, Jakarta.
13. Sompotan, J. (2012). Jagung dan
Brokoli, Sayuran yang digemari Anak-
Anak. Retrieved from
http://okezone.com/read/2012/0718/299/665
064
Community Health
II:1 Januari 2014

More Related Content

What's hot

Perencanaan gizi seimbang melalui edukasi gizi berdasarkan pugs
Perencanaan gizi seimbang melalui edukasi gizi berdasarkan pugsPerencanaan gizi seimbang melalui edukasi gizi berdasarkan pugs
Perencanaan gizi seimbang melalui edukasi gizi berdasarkan pugs
HusHa Hatimah
 
Makalah gizi seimbang pada anak
Makalah gizi seimbang pada anakMakalah gizi seimbang pada anak
Makalah gizi seimbang pada anak
asep nababan
 
Laporan tahap 1 metpen
Laporan tahap 1 metpenLaporan tahap 1 metpen
Laporan tahap 1 metpen
Griya Nugroho
 

What's hot (20)

Gizi anak sekolah dasar
Gizi anak sekolah dasar Gizi anak sekolah dasar
Gizi anak sekolah dasar
 
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRSTmakalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST
 
Cinta Pangan Lokal
Cinta Pangan LokalCinta Pangan Lokal
Cinta Pangan Lokal
 
Perencanaan gizi seimbang melalui edukasi gizi berdasarkan pugs
Perencanaan gizi seimbang melalui edukasi gizi berdasarkan pugsPerencanaan gizi seimbang melalui edukasi gizi berdasarkan pugs
Perencanaan gizi seimbang melalui edukasi gizi berdasarkan pugs
 
Proposal Penelitian
Proposal PenelitianProposal Penelitian
Proposal Penelitian
 
Gizi seimbang anak dengan stunting
Gizi seimbang anak dengan stuntingGizi seimbang anak dengan stunting
Gizi seimbang anak dengan stunting
 
Makalah gizi seimbang pada anak
Makalah gizi seimbang pada anakMakalah gizi seimbang pada anak
Makalah gizi seimbang pada anak
 
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
 
Makanan sehat SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makanan sehat SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Makanan sehat SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makanan sehat SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
 
Gizi dalam kesehatan, asbstrak buku.
Gizi dalam kesehatan, asbstrak buku.Gizi dalam kesehatan, asbstrak buku.
Gizi dalam kesehatan, asbstrak buku.
 
Gizi buruk bikin kerja otak tak maksimal
Gizi buruk bikin kerja otak tak maksimalGizi buruk bikin kerja otak tak maksimal
Gizi buruk bikin kerja otak tak maksimal
 
Laporan tahap 1 metpen
Laporan tahap 1 metpenLaporan tahap 1 metpen
Laporan tahap 1 metpen
 
Obesiti
ObesitiObesiti
Obesiti
 
Beban ganda-masalah-gizi
Beban ganda-masalah-giziBeban ganda-masalah-gizi
Beban ganda-masalah-gizi
 
Modul 2 kb 4
Modul 2 kb 4Modul 2 kb 4
Modul 2 kb 4
 
Masalah gizi ganda
Masalah gizi gandaMasalah gizi ganda
Masalah gizi ganda
 
Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...
Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...
Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...
 
Konsumsi pangan dan gizi
Konsumsi pangan dan gizi Konsumsi pangan dan gizi
Konsumsi pangan dan gizi
 
86071312 52175609-ba-b-ii-akbid
86071312 52175609-ba-b-ii-akbid86071312 52175609-ba-b-ii-akbid
86071312 52175609-ba-b-ii-akbid
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 

Similar to Konsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota Denpasar

STUNTING DAN INTERVENSI.pptx
STUNTING DAN INTERVENSI.pptxSTUNTING DAN INTERVENSI.pptx
STUNTING DAN INTERVENSI.pptx
mursal sigli
 
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
Operator Warnet Vast Raha
 
Laporan tahap 1 metpen
Laporan tahap 1 metpenLaporan tahap 1 metpen
Laporan tahap 1 metpen
Griya Nugroho
 
Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja
Perilaku Gizi Seimbang Pada RemajaPerilaku Gizi Seimbang Pada Remaja
Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja
Sii AQyuu
 

Similar to Konsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota Denpasar (20)

Resti_Gizi Seimbang dan Keamanan Pangan.pptx
Resti_Gizi Seimbang dan Keamanan Pangan.pptxResti_Gizi Seimbang dan Keamanan Pangan.pptx
Resti_Gizi Seimbang dan Keamanan Pangan.pptx
 
BAB 1-5.pdf
BAB 1-5.pdfBAB 1-5.pdf
BAB 1-5.pdf
 
PPT STUNTING.pptx
PPT STUNTING.pptxPPT STUNTING.pptx
PPT STUNTING.pptx
 
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
 
STUNTING DAN INTERVENSI.pptx
STUNTING DAN INTERVENSI.pptxSTUNTING DAN INTERVENSI.pptx
STUNTING DAN INTERVENSI.pptx
 
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
 
PPT-Bid4-3-Juli-2018.pdf
PPT-Bid4-3-Juli-2018.pdfPPT-Bid4-3-Juli-2018.pdf
PPT-Bid4-3-Juli-2018.pdf
 
Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...
Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...
Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...
 
Gizi Seimbang dan Protein Cegah Masalah Gizi.pptx
Gizi Seimbang dan Protein Cegah Masalah Gizi.pptxGizi Seimbang dan Protein Cegah Masalah Gizi.pptx
Gizi Seimbang dan Protein Cegah Masalah Gizi.pptx
 
Gizi PGS dan Anemia
Gizi PGS dan AnemiaGizi PGS dan Anemia
Gizi PGS dan Anemia
 
stunting.pptx
stunting.pptxstunting.pptx
stunting.pptx
 
Standar kantin sehat sekolah
Standar kantin sehat sekolahStandar kantin sehat sekolah
Standar kantin sehat sekolah
 
Laporan tahap 1 metpen
Laporan tahap 1 metpenLaporan tahap 1 metpen
Laporan tahap 1 metpen
 
kajian bab 2 LITERATURE REVIEW
kajian bab 2 LITERATURE REVIEWkajian bab 2 LITERATURE REVIEW
kajian bab 2 LITERATURE REVIEW
 
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
 
Gizi dan Kesehatan kuliah Gizi dan Kesehatan
Gizi dan Kesehatan kuliah Gizi dan KesehatanGizi dan Kesehatan kuliah Gizi dan Kesehatan
Gizi dan Kesehatan kuliah Gizi dan Kesehatan
 
4 gizi pada anak usia sekolah dan remaja
4   gizi pada anak usia sekolah dan remaja4   gizi pada anak usia sekolah dan remaja
4 gizi pada anak usia sekolah dan remaja
 
Materi dan Pedoman Kader Remaja Dinkes 2023 (1).pptx
Materi dan Pedoman Kader Remaja Dinkes 2023 (1).pptxMateri dan Pedoman Kader Remaja Dinkes 2023 (1).pptx
Materi dan Pedoman Kader Remaja Dinkes 2023 (1).pptx
 
Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja
Perilaku Gizi Seimbang Pada RemajaPerilaku Gizi Seimbang Pada Remaja
Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja
 
MENU BERGIZI BAGI BADUTA DAN BALITA DALAM UPAYA PENCEGAHAN STUNTING (1).pptx
MENU BERGIZI BAGI BADUTA DAN BALITA DALAM UPAYA PENCEGAHAN STUNTING (1).pptxMENU BERGIZI BAGI BADUTA DAN BALITA DALAM UPAYA PENCEGAHAN STUNTING (1).pptx
MENU BERGIZI BAGI BADUTA DAN BALITA DALAM UPAYA PENCEGAHAN STUNTING (1).pptx
 

More from Sii AQyuu

GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/I
GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/IGAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/I
GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/I
Sii AQyuu
 
EFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN STATUS BESI REMAJA WANITA
EFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN  STATUS BESI REMAJA WANITAEFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN  STATUS BESI REMAJA WANITA
EFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN STATUS BESI REMAJA WANITA
Sii AQyuu
 
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
Sii AQyuu
 
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
Sii AQyuu
 
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITASANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
Sii AQyuu
 
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
Sii AQyuu
 
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
Sii AQyuu
 
CARA PRAKTIS PENDUGAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI
CARA PRAKTIS PENDUGAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANICARA PRAKTIS PENDUGAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI
CARA PRAKTIS PENDUGAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI
Sii AQyuu
 
Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...
Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...
Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...
Sii AQyuu
 
DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...
DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...
DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...
Sii AQyuu
 
Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP
Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTPHubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP
Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP
Sii AQyuu
 
Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...
Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...
Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...
Sii AQyuu
 
FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...
FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...
FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...
Sii AQyuu
 
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
Sii AQyuu
 
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...
Sii AQyuu
 
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
Sii AQyuu
 
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
Sii AQyuu
 
HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...
HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...
HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...
Sii AQyuu
 
Poltekkes malang obesitas dan fertilitas
Poltekkes malang obesitas dan fertilitasPoltekkes malang obesitas dan fertilitas
Poltekkes malang obesitas dan fertilitas
Sii AQyuu
 

More from Sii AQyuu (20)

SINDROM METABOLIK
SINDROM METABOLIKSINDROM METABOLIK
SINDROM METABOLIK
 
GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/I
GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/IGAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/I
GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/I
 
EFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN STATUS BESI REMAJA WANITA
EFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN  STATUS BESI REMAJA WANITAEFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN  STATUS BESI REMAJA WANITA
EFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN STATUS BESI REMAJA WANITA
 
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
 
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
 
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITASANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
 
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
 
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
 
CARA PRAKTIS PENDUGAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI
CARA PRAKTIS PENDUGAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANICARA PRAKTIS PENDUGAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI
CARA PRAKTIS PENDUGAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI
 
Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...
Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...
Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...
 
DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...
DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...
DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...
 
Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP
Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTPHubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP
Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP
 
Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...
Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...
Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...
 
FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...
FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...
FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...
 
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
 
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...
 
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
 
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
 
HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...
HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...
HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...
 
Poltekkes malang obesitas dan fertilitas
Poltekkes malang obesitas dan fertilitasPoltekkes malang obesitas dan fertilitas
Poltekkes malang obesitas dan fertilitas
 

Recently uploaded

PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 

Recently uploaded (20)

7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 

Konsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota Denpasar

  • 1. Community Health VOLUME II  No 1 Januari 2014 Halaman 133 - 140 Konsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota Denpasar Desak Made Rari Niati Puspamika *1, Ni Ketut Sutiari 1 Alamat: PS Ilmu Kesehatan Masyarakat Fak. Kedokteran Universitas Udayana Email: desakpuspamika@yahoo.co.id *Penulis untuk berkorespondensi Community Health 2014, II:1  133 Artikel Penelitian PENDAHULUAN Menurut Matheson dkk (2004), anak usia sekolah adalah investasi suatu bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan kualitas anak-anak saat ini. Maka dari itu, di usia tersebut, anak harus mendapatkan asupan nutrisi yang cukup untuk aktivitas fisik serta mengoptimalkan proses tumbuh kembangnya. Judarwanto tahun 2005 dalam Septiarini (2008) mengatakan, dalam masa tumbuh kembang anak, pemberian nutrisi tidak dapat selalu terlaksana secara sempurna, sering timbulnya masalah terutama dalam pemberian makanan yang tidak memenuhi ABSTRAK Pada era globalisasi sekarang, banyak makanan cepat saji yang ditawarkan memiliki kandungan makanan tinggi lemak, kalori dan rendah serat. Minuman dengan berbagai jenis dan rasa juga banyak ditawarkan yang mengandung kalori disetiap sajiannya, sehingga anak lebih memilih mengonsumsinya dan air minum semakin ditinggalkan. Akibat hal tersebut muncul berbagai penyakit degeneratif di perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan konsumsi serat dan air di daerah perkotaan yaitu Kota Denpasar tahun 2013 yang dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2013 dengan penelitian cross-sectional. Jumlah sampel adalah 184 siswa kelas V di 8 SD yang berada di Kota Denpasar dengan rentangan umur 9 – 12 tahun. Jumlah sampel diambil secara Systematic Random Sampling. Data yang dikumpulkan yaitu konsumsi serat dan air dengan metode SQ-FFQ dan recall 2x24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dari 184 anak, hanya 7.1% anak yang mengonsumsi serat ≥10 gr/hari. Rata-rata konsumsi serat 58.7% dari yang dianjurkan. Sumber serat yang sering dikonsumsi yaitu kangkung, agar-agar, jagubg, dan kubis dengan rata-rata konsumsi 3 – 5 kali perminggunya. Untuk konsumsi air, memiliki rata-rata 3 gelas perharinya. Orang tua diharapkan menjaga anaknya dengan mengontrol asupan dan mencoba untuk menawarkan anaknya dengan makanan tinggi serat dan lebih memilih air minum dibandingkan minuman lainnya. Sekolah diharapkan memberikan edukasi tentang kesehatan bagi para muridnya sehingga memiliki pengaruh pada pertumbuhannya. Keywords: anak usia sekolah dasar, konsumsi serat, konsumsi air
  • 2. Community Health 2014, II:1  134 kebutuhan anak. Keadaan tersebut mengakibatkan adanya gangguan pada sistem tubuh anak. Diet tidak sehat seperti tingginya asupan lemak dan gula masih menjadi penyebab utama kekurangan gizi pada era globalisasi. Kondisi tersebut semakin diperparah dengan fakta bahwa, anak-anak dibiarkan memilih sendiri makanan yang akan dikonsumsinya karena terhambatnya aktivitas orang tua yang sedang bekerja, atau orang tua menyerahkan anaknya ke pengasuh (Kumalasari, 2012). Pada usia sekolah, kebanyakan anak telah membentuk pola makanan dan asupan gizi tertentu. Mereka yang mengonsumsi lebih banyak makanan konsisten melakukannya, sedangkan yang mengonsumsi sedikit makanan, akan cenderung mempertahankan asupan makanan yang relatif kurang dari teman-temannya. Perbedaan asupan antara laki-laki dan perempuan meningkat secara bertahap terlihat saat sudah menganjak umur 12 tahun. Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak, sehingga asupan energi dan zat gizi, lebih banyak dibandingkan anak perempuan. Menurut Wolfe dkk (1993), anak yang berumur 10 tahun memiliki konsumsi snack harian sebesar 33%, asupan protein 20%, asupan lemak 33%, dan 40% asupan karbohidrat. Selain itu menurut McPherson dkk (1990), konsumsi snack berkontribusi sekitar sepertiga dari total asupan anak-anak (Haryanto, 2012). Hasil penelitian Padmiari tahun 2004 dalam Septiarini (2008), terhadap 80 anak SD di Kota Denpasar, menyebutkan bahwa sekitar 75% konsumsi energi anak berasal dari makanan jajanan berupa; aneka macam fast food, jajanan pasar, hingga snack ringan. Sementara itu, hanya 25% konsumsi energi berasal dari makanan pokok berupa; nasi, sayuran, daging, dan pelengkapnya. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas anak usia sekolah 6 – 12 tahun yaitu sebesar 9.2%. berdasarkan tempat tinggal, di perkotaan lebih tinggi daripada di pedesaan (10.4% dan 8.1%) (Haryanto, 2012). Di antara berbagai zat dalam makanan, serat merupakan zat non gizi paling banyak dibahas manfaatnya terhadap kesehatan. Menurut Jahari dan Sumarno (2002) dalam Amalia, serat bukanlah zat yang dapat diserap oleh usus, namun perannya sangat penting dalam proses pencernaan. Serat membantu melancarkan pencernaan dan bahkan pada mereka yang menderita kelebihan asupan gizi, serat dapat mencegah atau mengurangi risiko akibat kegemukan. Bagi anak usia sekolah, serat juga penting karena akan memberikan dampak kesehatan pada masa dewasanya, guna mencegah penyakit degeneratif seperti, jantung koroner, diabetes mellitus, dan kanker usus besar.
  • 3. Community Health 2014, II:1  135 Menurut Jahari dan Sumarno (2002), sebanyak 80% penduduk Indonesia asupan seratnya ≤15 gr/hari/orang, diantaranya 60% penduduk mengonsumsi serat ≤10 gr/hari/orang (Amalia, 2002). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Haryanto (2012), konsumsi serat anak di Pulau Jawa yang berusia 7 – 9 tahun memiliki rata-rata 5.7 gr dan usia 10 – 12 tahun sebesar 6.02 gr. Penelitian yang dilakukan oleh Jahari AB pada tahun 2004, diketahui bahwa tingkat asupan serat di DKI Jakarta masih rendah yaitu 8 – 9 gr/hr (Sevita Utami, 2009). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Chaerul Amalia di Bogor (2002), asupan serat anak SD yang berada di perkotaan memiliki rata-rata 8.2 gr, selain itu penelitian yang dilakukan oleh Ventura EE, dkk dalam Kranz (2012), asupan serat pada anak Latin yang mengalami obesitas, memiliki rerata 5.2 gr/hari. Berdasarkan data Riskesdas pada tahun 2007, menunjukkan bahwa prevalensi nasional konsumsi serat yang pada usia 10 – 14 tahun masih kurang dari 5 porsi/hari selama 7 hari dalam seminggu. METODE Penelitian ini dilakukan pada 8 SD yang berada di Kota Denpasar dan berlangsung pada February sampai dengan Mei 2013. Desain penelitian yaitu croos-sectional dengan populasi penelitian siswa kelas V SD/MI se-Kota Denpasar. Sampel dipilih secara systematic random sampling. Besar sampel didapat dengan rumus sampel tunggal dengan jumlah 170.4 dan dilakukan penambahan 8% untuk mengurangi terjadinya drop out pada sampel, sehingga didapat jumlah sampel total 184 anak. Data penelitian ini dikumpulkan dengan melakukan wawancara berpedoman pada SQ-FFQ dan form Recall 2x24 jam. Informasi tentang jenis, jumlah, dan frekuensi serat didapatkan pada hasil wawancara SQ-FFQ. Untuk gambaran asupan serat anak sehari-hari didapatkan dengan melakukan wawancara 2x24 jam. Hari wawancara dalam metode recall 2x24 jam diambil tidak secara berurutan, sehingga data asupan serat yang diperoleh dapat menggambarkan konsumsi sampel sehari-harinya. Konsumsi serat yang dipakai patokan adalah ≥ 10 gr/hari, sesuai dengan ketentuan Nordic Nutrition Recommendations (NNRs). Analisis statistik yang digunakan yaitu dilakukan secara deskriptif dan frekuensi, untuk menggambarkan asupan serat yang dikonsumsi sampel serta sumber serat yang sering dikonsumsi sampel. HASIL Karakteristik Sampel Dari 184 sampel yang diteliti, sebanyak 94 anak berjenis kelamin laki-laki, dan sisanya 90 anak berjenis kelamin perempuan. Usia sampel yaitu 11 tahun dengan persentase 60.9%, 10 tahun 22.3%, 12 tahun 16.3%, dan anak berusia 9 tahun 0.5%.
  • 4. Community Health 2014, II:1  136 Tabel 1. Karakteristik Umur dan Jenis Kelamin Sampel Karakteristik Sampel N % Perempuan Umur 9 1 1.1 10 24 26.7 11 56 62.2 12 9 10 Total 90 100 Laki-laki Umur 10 17 18.1 11 57 60.6 12 20 21.3 Total 94 100 Sumber Serat yang Dikonsumsi Hasil wawancara berdasarkan SQ-FFQ untuk mengetahui jenis sumber serat yang dikonsumsi, didapat 4 sumber serat yang terbanyak dan paling sering dikonsumsi oleh sampel. Tabel 2. Sumber Serat yang Sering Dikonsumsi Bahan makanan Sumber Serat f/minggu Kangkung 5.5 Kubis 4.8 Agar-agar 3.8 Jagung 3.7 Tabel di atas menyebutkan bahwa konsumsi sumber serat yang sering dikonsumsi yaitu kangkung, kubis, agar- agar, dan jagung dengan rata-rata konsumsi ± 3 – 5 kali perminggu. Bentuk olahan kangkung yang sering dibuat adalah dengan menumisnya, untuk agar-agar, anak-anak lebih sering mengonsumsi agar- agar buatan rumah dengan merk agar-agar yang mengandung pemanis. Untuk jagung, bentuk olahan yang paling sering dikonsumsi adalah dengan membeli jagung bakar, dan kubis mengolahnya dengan membuat sup. Konsumsi Serat Konsumsi serat digolongkan menjadi dua, yaitu konsumsi kurang dengan nilai <10 gr/hari, dan konsumsi baik yaitu ≥10 gr/hari dengan batas sampai 50 gr/hari. Berikut konsumsi serat berdasarkan umur sampel. Tabel 3. Tingkat Konsumsi Serat Anak Umur <10 gr/hari ≥10 gr/hari n 9 1 (0.6%) - 1 (0.5%) 10 40 (23.4%) 1 (7.7%) 41 (22.3%) 11 104 (60.8%) 9 (69.2%) 113 (61.4%) 12 26 (15.2%) 3 (23.1%) 29 (15.8%) Total 171 (100%) 13 (100%) 184 (100%) Konsumsi serat sesuai dengan yang dianjurkan paling banyak berada pada umur 11 tahun, yaitu 69.2%. Hasil rata-rata konsumsi serat sampel masih 5.87 gr (58.7%) dari konsumsi yang dianjurkan, dengan nilai minimum konsumsi yaitu 0.55 gr dan maksimum 35.6 gr, sehingga didapat standar deviasi 3.42 gr. DISKUSI Dari berbagai sumber serat yang disebutkan oleh sampel, didapat 4 tersering yang dikonsumsi yaitu, kangkung dengan frekuensi konsumsi ± 5 kali/minggu dan sebanyak 115 sampel yang mengonsumsi sayur tersebut. Kangkung merupakan jenis sayuran yang termasuk dalam kelompok tinggi kandungan serat. Kadar serat tidak
  • 5. Community Health 2014, II:1  137 larut sebesar 54.63% dari berat kering dan total serat pangan sebesar 61.34% (Muchtadi, 2004). Bentuk olahan yang paling sering dilakukan adalah dengan membuatnya menjadi tumis kangkung, hal ini menurunkan kadar serat tidak larut/serat kasar yang terkandung dalam sayur tersebut menjadi 36.41% dan kadar total serat menjadi 42.72%. Untuk kandungan serat kasar yang terdapat pada sayur kangkung yaitu sebesar 1 gr dalam 100 gr berat kangkung (Kusharto, 2006). Sumber serat yang sering dikonsumsi nomor dua adalah kubis, dengan konsumsi rata-rata ± 4 kali/minggu dan yang mengonsumsinya sebesar 57 anak. Berdasarkan pada Kusharto dalam Serat Makanan dan Perannya Bagi Kesehatan (2006), menyatakan bahwa dalam 100 gr kubis terdapat 0.9 gr serat kasar. Dikatakan pula, jenis sayuran ini cocok dikonsumsi oleh penderita diabetes mellitus karena tidak terdapat komponen karbohidrat. Dalam Muchtadi (2004), sayuran kubis termasuk dalam kelompok sayuran rendah serat, dengan kadar serat kasar 27.7% dari berat kering dan serat larut sebesar 2.55%. Namun cara memasak juga mempengaruhi berat dari kadar serat pangan yang dihasilkan. Seperti cara memasak kubis dengan menumis dapat mengubah serat kasar menjadi 24.29%, dengan cara merebus akan meningkatkan kadar total serat pangan menjadi 33.16%. Untuk serat kasar, terjadi perubahan pada penumisan 4.77%, dan pada perebusan menjadi 4.57%. Muchtadi mengatakan bahwa, mengolah dengan melakukan perebusan memiliki nilai serat lebih tinggi dibandingkan dengan cara memasak lainnya, karena kemungkinan terjadinya pelarutan komponen non-serat pada sayuran dalam air perebusan lebih tinggi bila dibandingkan dengan cara dikukus ataupun ditumis. Pada sampel yang telah diwawancarai, kubis paling sering dimasak dengan cara merebusnya menjadi sup. Untuk sumber serat yang dikonsumsi selanjutnya adalah agar-agar. Agar-agar merupakan hasil olahan yang berasal dari rumput laut. Rumput laut merupakan salah satu jenis tanaman laut yang kaya polisakarida dengan kandungan serat pangan cukup tinggi. Dalam Suwandi dkk (2002), vegetable gum yang dikandung oleh rumput laut merupakan senyawa karbohidrat yang banyak mengandung selulosa dan hemiselulosa yang tidak dapat dicerna seluruhnya oleh enzim dalam tubuh, sehingga dapat menjadi makanan diet dengan sedikit kalori. Pada umumnya, jenis rumput laut yang paling banyak dipakai untuk bahan makanan adalah jenis rumput laut Eucheuma cottonii. Tepung rumput laut dari jenis ini memiliki total serat pangan 84.88% pada suhu pengeringan 50o C dan serat tidak larut 9.7%, sehingga bentuk olahan dari rumput laut merupakan makanan sumber serat
  • 6. Community Health 2014, II:1  138 sangat tinggi, dibandingkan dengan makanan lainnya (Chaidir, 2006). Konsumsi tersering ke-empat adalah jagung. Jagung termasuk dalam golongan sumber karbohidrat dan memiliki kandungan serat kasar yang lebih tinggi dibandingkan dengan nasi putih, yaitu sebesar 1.65/100gr. Selain itu juga, jagung termasuk dalam kelompok karbohidrat tinggi serat selain beras merah (Kusharto, 2006). Menurut The Daily Meal, survei yang dilakukan di Amerika Serikat terhadap 500 orang ibu yang memiliki dua anak, menunjukkan bahwa sebanyak 83% anak memiliki sayuran favorit dan jagung serta brokoli berada pada peringkat konsumsi yang tertinggi (Sompotan, 2012). Berdasarkan data Riskesdas pada tahun 2007, menunjukkan bahwa prevalensi nasional konsumsi serat yang di sumbangkan oleh sayuran dan buah pada usia 10 – 14 tahun masih kurang yaitu kurang dari 5 porsi/hari selama 7 hari dalam seminggu (Sevita Utami, 2009). Pada penelitian yang dilakukan oleh Carvalho, dkk pada anak di Brazil (2006), dengan tidak mengonsumsi buah sehari- hari terdapat hubungan dengan probabilitas untuk mengonsumsi serat kurang dari asupan serat yang dianjurkan. Menurut penelitian Jahari dan Sumarno (2002), bahan makanan penyumbang terbesar berasal dari golongan serelia, terutama beras giling dan jagung. Konsumsi serat pada anak usia sekolah memiliki banyak pengaruh untuk pertumbuhan. Asupan serat berhubungan positif dengan asupan energi dan berbanding terbalik dengan asupan lemak. Anak-anak yang asupan seratnya tinggi mendapatkan asupan mineral dan vitamin lebih banyak dibandingkan dengan anak- anak yang mengonsumsi rendah serat (Ruottinen et al., 2010). Gambaran konsumsi serat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sangat sedikit yang mengonsumsi serat ≥10 gr/harinya. Dari tabel 5.4, hanya 7.1% yang mengonsumsi serat dengan kategori baik. Berdasarkan umur sampel, yang mengonsumsi serat ≥10 gr/hari berada pada umur 12 tahun. Rata-rata konsumsi serat hanya sebesar 58.7% dari yang dianjurkan, ini berarti anak usia sekolah yang berada di Kota Denpasar memiliki asupan serat yang masih sangat kurang dari asupan yang dianjurkan. Dari beberapa contoh hasil penelitian sebelumnya terhadap konsumsi serat pada anak usia sekolah, ternyata sebagian besar asupan serat anak masih kurang dari yang dianjurkan oleh berbagai negara, seperti 25 – 35 gr/hari oleh USA Food and Drug Administration (FDA), dan 20 – 25 gr/hari oleh Ministry of Health and Welfare di Jepang (Nakaji et al., 2002). Di Indonesia menurut WNPG yaitu sebesar 10 – 13 gr/kkal perharinya. Menurut Nordic Nutrition Recommendations (NNRs),
  • 7. Community Health 2014, II:1  139 asupan serat sehari untuk anak usia sekolah dianjurkan ≥ 10 gr, dan harus meningkat setahap dengan peningkatan usia selama masa remaja (25 – 35 gr/hari) sebelum menginjak asupan rekomendasi untuk dewasa (Ruottinen, et al., 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Jahari AB pada tahun 2004, diketahui bahwa tingkat asupan serat di DKI Jakarta masih rendah yaitu 8 – 9 gr/hr (Sevita Utami, 2009). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Chaerul Amalia di Bogor (2002), asupan serat anak SD yang berada di perkotaan memiliki rata-rata 8.2 gr, selain itu penelitian yang dilakukan oleh Ventura EE, dkk dalam Kranz (2012), asupan serat pada anak Latin yang mengalami obesitas, memiliki rerata 5.2 gr/hari. SIMPULAN Didapat jenis konsumsi serat yang paling banyak dikonsumsi dari 35 jenis sumber serat oleh anak usia sekolah yang berada di Kota Denpasar, yaitu sayur kangkung, kubis, agar-agar, dan jagung, dengan rata- rata konsumsi ± 3 – 5 kali/minggu. Gambaran konsumsi serat sampel, hanya 7.1% yang mengonsumsi serat ≥10 gr/harinya dan konsumsi serat menurut umur didapat anak yang berumur 11 tahun lebih banyak mengonsumsi serat seperti yang dianjurkan karena jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan umur lainnya. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada Ni Ketut Sutiari, S.K.M, M.Si dan Kadek Tresna Adhi S.K.M, M.Kes, atas bantuan dan sarannya, serta SD yang telah bersedia menjadi sampel dari penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Amalia, C. (2002). Konsumsi Serat pada Anak Usia Sekolah di Kota dan Desa Bogor. Skripsi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga Fakultas Pertanian IPB, Bogor. 2. Chaidir, A. (2006). Kajian Rumput Laut sebagai Sumber Serat Alternatif untuk Minuman Berserat. Thesis. Program Studi Teknologi Pascapanen.IPB, Bogor. 3. de Carvalho, É. B., Vitolo, M. R., Gama, C. M., Lopez, F. A., Taddei, J. A. C., & de Morais, M. B. (2006). Fiber intake, constipation, and overweight among adolescents living in Sao Paulo city. Nutrition and Dietetic, 22(7), 744-749. 4. Haryanto, I. (2012). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Obesitas (Z-score > 2 IMT menurut Umur) pada Anak Usia Sekolah Dasar (7 - 12 tahun) di Jawa Timur Tahun 2010 (Analisis Data Riskesdas 2010). Thesis. PS IKM, FKM. Universitas Indonesia, Jakarta. 5. Kranz, S., Brauchla, M., Slavin, J. L., & Miller, K. B. (2012). What Do We Know about Dietary Fiber Intake in Children and Health? The Effects of Fiber Intake
  • 8. Community Health 2014, II:1  140 on Constipation, Obesity, and Diabetes in Children. American Society for Nutrition. Adv. Nutr, 3, 47-53. 6. Kumalasari, E. (2012). Diet untuk Anak. In c. 1 (Ed.), Panduan Diet Sehat Seimbang Bagi Pertumbuhan Anak. Yogyakarta: Araska. 7. Kusharto, C. M. (2006). Serat Makanan dan Perannya Bagi Kesehatan. Jurnal Gizi dan pangan, 1(2), 45-54. 8. Muchtadi, D. (2004). Sayuran Sebagai Sumber Serat Pangan untuk Mencegah Timbulnya Penyakit Degeneratif. JTIP, XII(1), 61-71. 9. Nakaji, S., Sugawara, K., Saito, D., Yoshioka, Y., MacAuley, D., Bradley, T., et al. (2002). Trends in dietary fiber intake in Japan over the last century. Eur J Nutr, 41(5), 222-227. 10. Ruottinen, S., Lagstrom, H. K., Niinikoski, H., Ronnemaa, T., Saarinen, M., Pahkala, K. A., et al. (2010). Dietary fiber does not displace energy but is associated with decreased serum cholesterol concentrations in healthy children. AJCN, 91(61), 651-661. 11. Septiarini, C. (2008). Pengembangan Metode Pemantauan dan Penilaian Konsumsi Makanan Anak SD. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta. 12. Sevita Utami, W. (2009). Hubungan antara Aktivitas Fisik, kebiasaan Konsumsi Serat, dan Faktor Lain dengan Kejadian Obesitas pada SIswa SD Islam Annajah, Jakarta Selatan Tahun 2009 Skripsi. FKM. UI, Jakarta. 13. Sompotan, J. (2012). Jagung dan Brokoli, Sayuran yang digemari Anak- Anak. Retrieved from http://okezone.com/read/2012/0718/299/665 064 Community Health II:1 Januari 2014