SlideShare a Scribd company logo
1 of 117
1
SDN Kotalama I Malang merupakan sekolah yang menggunakan Kurikulum Satuan Tingkat
Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2006-2007. Metode pembelajaran
yang biasa digunakan di SDN Kotalama I ini adalah metode ceramah dan bersifat klasikal.
Hasil observasi awal ditemukan kondisi tentang rendahnya penguasaan materi dan aktivitas
belajar siswa di dalam kelas cenderung ramai dan siswa tidak memperhatikan guru yang
sedang mengajar. Permasalahan ini dicoba diatasi dengan penerapan pendekatan
konstruktivistik melalui model pembelajaran kooperatif yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari dan menuntut keaktifan siswa. Kegiatan belajarnya dilakukan secara kelompok
oleh siswa untuk mengaplikasikan teori yang mereka peroleh dan untuk menemukan
konsep serta fakta yang diperoleh dari lingkungan sekitar mereka.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan : 1) penerapan pendekatan
konstruktivistik dengan model pembelajaran kooperatif pada pelajaran IPS kelas III pokok
bahasan lingkungan alam dan buatan. 2) peningkatan aktivitas siswa kelas III SDN Kotalama I
Malang. 3) peningkatan penguasaan materi kelas III SDN Kotalama I Malang.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas yang meliputi beberapa tahap
yaitu : perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini
dilaksanakan dalam dua siklus dan pengumpulan data diperoleh dari observasi, wawancara
dan tes. Data yang dianalisis pada penelitian ini berupa penguasaan materi yang diperoleh
melalui hasil penilaian proses belajar mengajar dan hasil penilaian terakhir pembelajaran
yang di dapat dari nilai post-test, dan aktivitas siswa diperoleh dari keaktifan siswa selama
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas III B SDN
Kotalama I Malang, dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa. Penelitian ini dilaksanakan
pada tahun ajaran 2008-2009. jenis data yang dipakai dalam penelitian ini berupa nilai IPS,
LKS, soal post-test sebanyak 15 soal, lembar observasi penguasaan materi siswa, lembar
observasi aktivitas siswa.
Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.
Penerapan pembelajaran kooperatif dapat dilaksanakan dengan baik sesuai rencana
pembelajaran, 2. Penerapan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan penguasaan
materi pada mata pelajaran IPS siswa kelas III SDN Kotalama I Kecamatan Kedungkandang
Kota Malang, 3. Penerapan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,4. Sesudah diterapkannya metode pembelajaran
kooperatif pada siklus I penguasaan materi siswa mendapat nilai rata-rata 67, sedangkan
penguasaan materi siswa lebih meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata 88,64.
2
Pembelajaran dengan metode kooperatif perlu diterapkan di kelas, karena dapat
meningkatkan penguasaan materi dan meningkatkan aktivitas siswa. Dengan dibentuk
kelompok, siswa dapat saling membantu dalam melakukan suatu kegiatan. Ide-ide yang
diutarakan siswa dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran yang tepat dan mudah
dipahami oleh siswa. Guru hendaknya mengembangkan potensi diri siswa dengan cara
mengemukakan pendapat, menyampaikan sanggahan dan lebih aktif dalam jalannya diskusi.
------------------------------------------]
Pendidikan merupakan upaya sadar yang mengangkat harkat dan martabat manusia.
Dengan pendidikan seseorang dapat mencapai keinginan dan cita-citanya, atau dengan kata
lain pendidikan merupakan faktor penting untuk mengatasi masalah kemiskinan dan
kebodohan yang selama ini melilit sebagian dari kehidupan bangsa kita. Penelitian ini
bertujuan : (1) Mendeskripsikan penerapan Pembelajaran Kooperatif model Numberd
Heads Together untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas
IV SDN Madyopuro 1. (2) Mendeskripsikan apakah penerapan model Kooperatif Numbeered
Heads Together dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam kelompok belajar pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV SDN Madyopuro 1 Keacamatan Kedungkandang
Kota Malang.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sedangkan
metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini termasuk Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus,masing- masing siklus terdiri dari:
(1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, (4) refleksi. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas IV SDN Madyopuro 1. Hasil dari penelitian ini siswa pada pra tindakan yang
menunjukkan bahwa rata-rata nilai hasil belajar yang dicapai siswa adalah 46,58 dengan 12
siswa (29,27 %) yang sudah mencapai ketuntasan dan 29 siswa (70,73 %) yang belum
mencapai ketuntasan, dapat meningkatkan kemampuan guru dalam merancang serta
mengelola pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa, peningkatan hasil belajar IPS
Siswa Kelas IV SDN Madyopuro 1 Setelah Melaksanakan Pembelajaran Kooperatif
Numbered Heads Together. Peningkatan Keaktifan siswa dalam kelompok pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial setelah penerapan Model Kooperatif Numbered Heads
Together siswa kelas IV SDN Madyopuro 1. Bagi guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial, disarankan untuk mencoba lebih semaksimal mungkin menerapkan model atau
pendekatan tertentu pada proses pembelajaran, yang dapat meningkatkan Hasil belajar dan
kemampuan berpikir siswa. Selain itu pendekatan seperti ini harus sering mungkin
digunakan meskipun pada materi yang berbeda. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk
menggunakan model yang sama dalam pengajaran di sekolah.
3
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN KEMBALI SECARA LISAN
ISI CERPEN MELALUI METODE COOPERATIVE SCRIPT
(PTK PADA SISWA KELAS IX SMP PUI CICURUG KOTA TASIKMALAYA TAHUN
AJARAN 2012-2013 )
Oleh,
RENI SETIAWATI
NIP. 10651031 200604 2 001
SMP PUI CICURUG KOTA TASIMALAYA
JALAN KOLONEL ABDULAH SALEH NO. 42 KOTA TASIKMALAYA
HALAMAN PENGESAHAN
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN KEMBALI SECARA LISAN
ISI CERPEN MELALUI METODE COOPERATIVE SCRIPT
4
(PTK PADA SISWA KELAS IX SMP PUI CICURUG KOTA TASIKMALAYA TAHUN
AJARAN 2012-2013 )
RENI SETIAWATI
NIP. 10651031 200604 2 001
Disyahkan oleh :
Kepala Sekolah SMP PUI Cicurug
Abubakar, S.Pd
NIP. 19600419 198603 1 009
ABSTRAK
Berbicara merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam proses belajar yang dialami
siswa. Dalam menceritakan kembali cerpen yang dibacakan biasa di lakukan di SMP PUI
Cicurug Kota Tasikmalaya dengan menggunakan metode cooperative script .
Adapaun tujuan penelitian ini adalah untuk menguji penggunaan pendekatan
kontektual dalam pembelajaran berbicara bahasa Indonesia di kelas IX. Metode penelitian
yang penulis gunakan untuk mencapai tujuan di atas adalah penelitian tindakan kelas.
Pelaksnaan penelitian ini dirancang dengan menggunakan dua siklus. Setiap siklus terdiri tiga
tahap yakni : ( 1). Perencanaan tindakan , (2) pelaksanaan tindakan disertai observasi , dan
(3) refleksi. Kedua siklus tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan. Dari
5
penelitian yang penulis analisis diperoleh melalui hasil proses belajar mengajar selama dua
siklus . penelitian ini dlaksanakan di kelas IX SMP PUI Cicurug Kota Tasikmalaya.
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicara
menunjukan peningktan mulai dari hasil tes formatif siklus I sampai setalah mendapat
perolehan yaitu melalui siklus II. Hal tersebut berarti penggunaan metode kooperative script
berhasil meningkatkan keterampilan berbiacara siswa.
Kata kunci : keterampilan berbicara , metode cooperative script
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam menceritakan kembali cerpen yang telah
didengar biasa dilakukan di SMP PUI Cicurug Kota Tasikmalaya, dengan menggunakan
model pembelajaran langsung. Ternyata hasil yang diperoleh dari rata-rata ulangan harian
hanya mencapai 55 . kriteria ketuntasan minimum ( KKM ) yang ditentukan untuk mata
pelajaran Bahasa Indonesia adalah 75. Artinya untuk kelas IX KKM tidak tercapai . Untuk
itu diperlukan usaha guru untuk memperbaiki proses pembelajaran yang akan datang,
sehingga hasil yang dicapai optimal.
Menceritakan kembali secara lisan satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh
siswa sekolah kelas IX. Kemampuan menceritakan kembalai sebuah cerpen merupakan salah
satu jenis kemampuan berbicara yang sangat penting bagi siswa dalam menjalani kehidupan
sehari – hari.
Pebelajaran menceritakan kembali secara lisan cerpen yang sudah diberikan dalam
pembelajaran tersebut, peneliti mengelompokan siswa yang terdiri dari dua orang siswa untuk
6
berpasangan. Satu siswa secara perorangan ditugasi untuk membacakan cerpen, dan satunya
lagi sebagai pendengar . siswa yang berperan sebagai pendengar menceriktakan kembali
cerpen yang telah dibacakan oleh temannya.
1
Hasil refleksi diperoleh data bahwa saelama proses pembelajaran, siswa banyak yang
mengeluh dan muncul rasa tidak percaya diri mereka merasa kesulitan dalam mendengarkan
cerpen yang di dengar. Ini merupaka gambaran kegagalan proses pembeljaran .salah satu
model pembelajaran yang dapat mengatasi kegagalan pembelajaran tersebut yaitu penulis
mencoba dengan menggunakan metode cooperative script yaitu secara berpasangan, siswa
bergantian membacakan cerpen , dan yang satu lagi mendengarkan,. Selanjutnya siswa yang
telah mendengarkan menceritakan kembali apa yang telah di dengar
Terdapat berbagai model pembelajaran yang dapat dipilih salah satunya adalah model
pembelajaran cooperative menurut Karli, Hilda dan Margaretha, S.Y. (2007: 70 )” Model
cooperative learning adalah salah satu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap
atau prilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja
sama yang tertur dalam kelompok.” Pada model pembelajaran cooperative terdapat berbagai
tipe diantaranya Student team achievement division ( STAD), Numberd head together (
NHT) tean games Taurnament (TGT), JIGSAW.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul penelitian tersebut , peneliti mengajukan pertanyaan sebagai
rumusan masalah.
Apakah melalui kemampuan menceritakan kembali secara lisan isi cerpen melalui
metode cooperative script dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa kelas IX SMP PUI
Cicurug Kota Tasikmalaya ?
C. Tujuan Penelitian
7
Tujuan penelitian yang akan dicapai adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam mendengar cerpen yang telah dibacakan melalui metode cooperative script. Sesuai
dengan rumusan masalah pada penelitian ini., maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah penggunaan metode cooperative script dalam menceritakan kembali
cerpen yang telah dibacakan dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa kelas IX SMP PUI
Kota Tasikmalaya.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi :
1. Guru
- Dapat meningkatkan kualitas PBM
- Dapat mieningkatkan keterampilan dalam menggunakan berbagai metode dan pendekatan
pembelajaran
2. Siswa
- Dapat meingkatkan kemampuan berbicara
- Dapat meningkatkan percaya diri, aktip dan kreatif dalam mengunakan metode
cooperative script
- Dapat meningkatkan suasana belajar yang menyenangkan
3. Sekolah
- Menumbuhkan budaya meneliti
- Sebagai masukan untuk guru dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa melalui
metode cooperative script
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
8
A. Kajian Teori
Langkah langkah pemberlajaran model belajar kooperatifr menurut Ibrahim
,Muslimin,et,al, (2000:10) adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Langkah langkah model pembelajaran
Fase Tingkah laku guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan
dan motivasi
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin di
capai pada pelajaran tersebut dan memotivasi.
Fase-2
Menyajikan informasi
Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan
demontrasi atau lewat bacaan
Fase-3
Mengorganisasikan
siswa dalam kelompok
kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisisi secara efisien
Fase-4
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok- kelompok belajar pada saat
mereka mengerjakan tugas - tugas mereka
Fase-5
evaluasi
4
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang yang telah
dipelajari atau masing - masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
Fase-6
Memberikan
penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya
maupun hasil belajar invidu dua kelompok
Sumber : Ibrahim, Muslimin ,et,al.(2000:10)
9
Roger dan Johnson (Lie, Anita,2003:31) menyatakan bahwa ada 5 unsur model pembelajaran
kerjasama yang harus diterapkan yaitu
1. Saling ketergantungan positif
Dalam interaksi kooperatif ini, guru memberikan motivasi kepada siswa
untuk menciptakan suasana belajar yang saling membutuhkan. Adanya interaksi yang saling
membutuhkan ini disebut saling ketergantungan positif.
2. Tanggung jawab perseorangan
Jika setiap tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model
pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk
melakukan yang terbaik. Pengajaran yang efektif dalam model pembelajaran cooperatif
learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing
anggota kelompok harus melaksakan tanggung jawab sendiri sendiri agar tugas selanjutnya
dalam kelompok dapat dilaksanakan
3. Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan pembelajaraan untuk membentuk sinergi
yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi adalah menghargai perbedaan,
memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing, masing.
4. Komunikasi antar anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai
keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu
mengajarkan cara – cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian
mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga tergantung kesediaan para
anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan
pendapat mereka.
10
5. Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa
bekerja sama lebih efektif.
Selanjutnya untuk memudahkan guru dalam pembentukan kelompok
kooperatif Lie, Anita (2001:41) menjelaskan tentan prosedur pembagian kelompok, yakni :
Kelompok heterogonitas bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender,
latang belakan sosio-ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis.dalam hal kekmapuan
akademis , kelompok pembelajaran kooperatif rearning bisasanya terjdiri dari satu orang
berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu lainnya dari
kelompok kemmpuan akademis kurang.
Menceritakan kembali cerpen, adalah salah satu kompetensi dasar yang harus
di capai oleh siswakelas IX, dalam kurikulum 2009 adalah menceritakan kembali secara lisan
isi cerpen.
Indikatornya adalah :
1. menceritakan kembali isi cerpen yang telah dibaca
2. teknik pembelajaran dengan melakukan tindakan yang menggunakan metode Cooperative
Script bertujuan agar siswa dapat dengan mudah, senang dan bergairah dalam memahami
cerpen.
Cerpen atau cerita pendek adalah cerita yang wujud fisiknya pendek. Cerita
pendek dapat dibaca sekitar 10 menit sampai setengah jam jumlah katanya sekitar 500-5000
kata ( KTSP 2006 : 69 ).
1. Tokoh cerita
“Tokoh cerita adalah pelukisan yang jelas tentang ditampilkan dalam sebuah cerita “ .
( Nurgiantoro , 2000 : 164 )
Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan tokoh cerita adalah pelukisan yang jelas, tentang siapa dan bagaimana
11
perwatakannya yang ditampilkan dalam sebuah cerita dan dapat memberikan gambaran yang
jelas kepada pembaca
2. Alur cerita
Nurgiantoro (2000: 142 ) menjelaskan alur cerita merupakan unsur waktu, baik
dikemukakan secara eksplisit atau inflisit. Alur cerita tidak harus disajikan secara urutan
waktu, runtut atau kronilogis yang mulai dengan peristiwa awal , kemudian disusul dengan
peristiwa tengah dan diakhiri dengan peristiwa akhir
3. Latar cerita
Nurgiantoro ,( 2000: 142) menjelaskan latar merupakan landasan tumpu yang
mengarah pada tempat, waktu, dan lingkungan sosial terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan.
4. Konflik
Nurgiantoro (2000 : 122) menjelaskan bahwa konflik mengacu pada pertarungan
antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan ada aksi dan reaksi.
Cooperative Script ( Dansereau Cs. ,1985)
Script Cooperative : metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan
bergantian secara lisan mengihtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
B. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori, maka hipotesis tindakan dalam
penelitian ini adalah penggunaan metode Cooperative script dapat meningkatkan ketuntasan
belajar siswa kelas IX SMP PUI Cicurug kota Tasikmalaya, pada materi menceritakan
kembali secara lisan cerpen yang dibacakan, maka siswa dapat menceritakan isi cerpen
dengan baik.
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP PUI Cicurug Kota
Tasikmalaya yang berjumlah 20 siswa terdiri dari 11 orang laki-laki dan 9 orang perempuan .
B. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP PUI Cicurug Kota Tasikmalaya yang beralamat di
jalan Kolonel Abdullah Saleh No. 42 Kota Tasikmalaya
C. Desain Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan model Kemmis , S & MC Taggart,R ( 1990 ) :
14 )
13
ALUR DALAM PTK
9
14
Sumber Kemmis,S & Mc Taggart,R (1990: 14)
Tim terdiri dari 3 orang ( 1 peneliti dan 2 orang observer ) . Anggaran tim dapat
dilihat pada tablel 3.1.
Tabel 3.1.
Daftar Tim
No Nama Mata pelajaran Keterangan
15
1 Reni Setiawati Bahasa Indonesia Peneliti
2 Hj. Ida Bahasa sunda Observer
3 Ina Sopiani Bahasa Inggris Observer
Pada penelitian tindakan kelas ini membahas materi menceritakamn kembali isi
cerpen yang telah didengar yang dilaksanakan 2 jam pelajaran 1 pertemuan indikator materi
dapat dilihat pada tablel 3.2.
Tabel 3.2
Materi dan Indikator Pembelajaran
No Materi / indikator Waktu siklus
1 Menentukan bagian – bagian cerita dengan panduan
tahap tahap dalam alur
2 jam 1
D. Rencana Tindakan
1. Rencana tindakan penelitian menggunakan metode ooperative script dalam tindakan
pembelajaran.
2. Langkah langkah penelitian ini adalah sebagai berikut
a. Menyususn instrumen pembelajaran
b. Menyusun instrument observasi
c. Mengadakan diskusi antar anggota
d. Sosialisasi kepada siswa
e. Melaksanakan tindakan dalam kegiatan pembelajaran
f. Melakukan refleksi
g. Menyusun strategi pembelajaran pada siklus 2 berdasar refleksi siklus I
h. Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II
i. Melakukan observasi
j. Melaksanakan refleksi pada siklus II
16
3. Monitoring
Kegiatan pada tahap ini adalah melakukan monitoring terhadap pelaksanaan tindakan
4. Refleksi
Refleksi dilakukan dengan cara mendiskusiskan masalah dalam kelas penelitian dan
menentukan adanya inplementasi tindakan
5. Data dan cara pengumpulan data
Sumber data dan penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP PUI Cicurug Kota Tasikmalaya
E. Jenis Instrumen Dan Cara Penggunaanya
Jenis instrument yang digunakan adalah ulangan harian, dengan masing-masing
ulangan harian soalnya sebanyak 5 butir soal berbentuk uraian ulangan harian dilaksanakan
setiap akhir siklus
F. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan 2 siklus . siklus I membahas indikator
menentukan bagian bagian cerita dengan panduan tahap tahap dalam alur dengan waktu yang
diperlukan 2 pertemuan. Setelah pembelajaran selesai dilanjutkan dengan ulangan harian
siklius I, setiap pembelajaran selesai dilaksanakan refleksi. Siklus II membahas indikator
menceritakan kembali secara lisan isi cerpen sesuai dengan alur aslinya dengan waktu yang
diperlukan 2 pertemuan. Setelah pembelajaran selesai dilanjutkan dengan ulangan harian
siklus 2. Setiap pembelajaran selesai dilaksanakan refleksi.
G. Cara Pengamatan (Monitoring)
Pengamatan (monitoring dilaksakan pada saat pembelajaran berlangsung. Peneliti
bersama 2 oran g observer berada di dakam kelas. Peneliti melaksanakan pembelajaran,
17
sedangkan 2 orang observer mengmati pelaksnaan pembelajaran,. Melalui lembar observasi,
observer mencatat segala kegiatan yang terjadi saat proses pembelajara n berlangsung. Hal itu
dimaksudkan sebagai bahan dalam melaksanakan refleksi.
H. Analisis Data Dan Refleksi
Analisis data diperoleh dari hasil ulangan harian untuk setiap siklus. Selanjutnya akan
dilihat apakah peningkatan dari siklus I ke siklus II. Refleksi dilaksanakan oleh peneliti
bersama 2 orang observer setiap selesai melaksanakan pe mbelajaran dan dilaksanakan di luar
jam pemlajaran
http://bindokotasmgmp.blogspot.com/2013/01/v-behaviorurldefaultvmlo_2732.html
Dari bahasa yang di bentuk menjadi sebuah kata lalu menjadi kalimat yang mempunyai
makna yang terkandung di dalamnya dan Ciri-Ciri yang Terkandung Dalam Gurindam 12
1. Rangkap
Di dalam setiap pasal di Gurindam mempunyai dua baris dalam serangkap atau beberapa
baris dalam serangkap. Setiap baris ke baris di dalam gurindam 12 membawa makna yang
lengkap dan saling berkesinambungan antara baris pertama terhadap baris berikutnya. Baris
pertama biasanya dikenali sebagai “syarat” dan baris kedua sebagai “jawab”. Baris pertama
atau “syarat” menyatakan suatu pikiran atau peristiwa sedangkan baris kedua atau “jawab”
menyatakan keterangan atau menjelaskan apa yang telah dinyatakan oleh baris atau ayat
pertama tadi.
2. Perkataan
Jumlah perkataan sebaris tidak tetap.
3. Suku Kata
Jumlah suku kata tidak tetap.
4. Rima
Rima akhir tidak tetap.
5. maksud dari setiap pasal gurindam
Gurindam termasuk ke dalam puisi lama yang banyak terdapat dalam masyarakat Melayu
Indonesia. Gurindam yang terkenal adalah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji (1809-
1872). Gurindam ini dinamakan Gurindam Dua Belas karena gurindam tersebut terdiri dari
dua belas pasal. Hampir semua lariknya mempunyai rima yang sama dalam satu bait
Pasal Pertama (1) Gurindam 12
Barang siapa tiada memegang agama
Segala-gala tiada boleh dibilang nama
18
• Maksudnya adalah setiap manusia harus memiliki agama karena agama sangat penting
bagi kehidupan manusia, orang yang tidak mempunyai agama akan buta arah menjalankan
hidupnya
Barang siapa mengenal yang empat
Maka yaitulah orang yang ma’rifat
• Untuk mencapai kesempurnaan didalam menjalani hidup, manusia harus mengenal empat
zat yang menjadikan manusia mula-mula
Barang siapa mengenal Allah SWT
Suruh dan tegaknya tiada ia menyalah
• Orang yang mengenal Allah SWT, harus melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-
Nya, tidak akan melanggar aturannya
Barang siapa mengenal diri
Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri
• Orang yang bergama tidak akan memiliki identitas diri dan tidak akan dekat dengan allah
swt.
Barang siapa mengenal dunia
Tahulah ia barang yang terpedaya
• Kita dapat mengetahui kebesaran Allah lewat manusia, makhluk ciptaan-Nya yang paling
sempurna. Manusia yang berorientasi pada kebahagiaan atau hanya mencari kebahagiaan di
dunia saja, sebenarnya ia akan tertipu dan menyadarinya bahwa di dunia itu hanya sesaat
Barang siapa mengenal akhirat
Tahulah ia dunia mudharat
• Di dunia ini kita hanya hidup sesaat, setelah kita wafat setiap manusia akan dimintakan
pertanggung jawabannya di akhirat nanti.
Pasal Kedua (2) Gurindam 12
Barang siapa mengenal yang tersebut
Tahulah ia makna takut
• Semakin seorang dekat dan mengetahui tentang agamanya pasti manusia tersebut akan
takut dan orang tersebut harus menjalani Perintah-perintah-Nya dan wajib kita laksanakan
Barang siapa meninggalkan sembahyang
Seperti rumah tiada bertiang
• Orang yang tidak sembahyang bagaikan rumah yang tidak mempunyai tiang, shalat
merupakan pegangan hidup
Barang siapa meninggalkan puasa
Tidaklah mendapat dua termasa
• Orang yang meninggalkan ibadah puasa akan kehilangan dunia dan akhirat, berarti Allah
tidak akan menjaga orang itu
Barang siapa meninggalkan zakat
19
Tiadalah hartanya beroleh berkat
• Harta dari orang yang tidak membayar zakat tidak diridhai oleh Allah
Barang siapa meninggalkan haji
Tiadalah ia menyempurnakan janji
• Orang yang tidak naik haji (apalagi jika ia mampu) tidak menyempurnakan janjinya sebagai
orang Islam
Pasal Ketiga (3) Gurindam 12
Apabila terpelihara mata
Sedikitlah cita-cita
• mata harus di pergunakan sebaik-baiknya jangan sampai kita meliahat apa yang dilarang
oleh allah swt
Apabila terpelihara kuping
Khabar yang jahat tiadalah damping
• Telinga harus dijauhkan dari segala macam bentuk gunjingan dan hasutan
Apabila terpelihara lidah
Niscaya dapat daripadanya faedah
• Orang yang menjaga omongannya akan mendapatkan manfaat.
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan
Daripada segala berat dan ringan
• Jangan mengambil barang yang bukan hak kita
Apabila perut terlalu penuh
Keluarlah fi’il yang tidak senonoh
• Nafsu harus dijaga supaya tidak melakukan perbuatan yang dilarang
Anggota tengah hendaklah ingat
Di situlah banyak orang yang hilang semangat
• Hidup harus dijalani penuh semangat
Hendaklah peliharakan kaki
Daripada berjalan yang membawa rugi
• Jangan merugikan diri dengan melakukan hal-hal yang mubajir dan maksiat. Melangkahlah
dijalan yang benar dan di ridhoi
Pasal keempat (4) Gurindam 12
Hati itu kerajaan di dalam tubuh
Jikalau zalim segala anggota tubuh pun rubuh
• Jagalah hati dari perbuatan yang di larang oleh agama
20
Apabila dengki sudah bertanah
Datanglah daripadanya beberapa anak panah
• Hati yang dengki hanya akan merugikan diri sendiri
Mengumpat dam memuji hendaklah pikir
Di situlah banyak orang yang tergelincir
• Berbicara harus dipikir supaya tidak celaka karenanya
Pekerjaan marah jangan dibela
Nanti hilang akal di kepala
• Amarah adalah perbuatan sia-sia, jaga lah amarah kita
Jika sedikitpun berbuat bohong
Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung
• Orang yang pernah berbohong, sedikit apa pun dustanya, akan terus tampak di mata
orang lain
Tanda orang yang amat celaka
Aib dirinya tiada ia sangka
• Orang yang paling celaka adalah orang yang tidak menyadari kesalahannya sendiri sampai
harus dikatakan oleh orang lain
Bakhil jangan diberi singgah
Itulah perompak yang amat gagah
• Sifat pelit akan menguras hartanya sendiri, berarti dengan menjadi dermawan justru harta
kita akan bertambah
Barang siapa yang sudah besar
Janganlah kelakuannya membuat kasar
• Jagalah setiap perbuatan kita
Barang siapa perkataan kotor
Mulutnya itu umpama ketor
• Kelakuan dan kata-kata hendaklah selalu halus dan bersih.
Di manakah salah diri
Jika tidak orang lain yang berperi
• Jika kita berbuat kesalahan kita harus minta maaf
Pekerjaan takbur jangan direpih
Sebelum mati didapat juga sepih
• Jangan mengambil pekerjaan yang haram
Pasal Kelima (5) Gurindam 12
Jika hendak mengenal orang berbangsa
Lihat kepada budi dan bahasa
• Orang yang mulia dan berbangsa dapat kita lihat dari perilaku dan tutur katanya
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia
Sangat memeliharakan yang sia-sia
21
• Orang yang bahagia adalah orang yang berhemat dan tidak melakukan perbuatan yang
sia-sia
Jika hendak mengenal orang mulia
Lihatlah kepada kelakuan dia
• Untuk mengetahui apakah orang itu mulia maka lihatlah sikapnya
Jika hendak mengenal orang yang berilmu
Bertanya dan belajar tiadalah jemu
• Orang yang pandai tidak pernah jemu untuk belajar dan memetik pelajaran dari hidupnya
di dunia
Jika hendak mengenal orang yang berakal
Di dalam dunia mengambil bekal
• Orang yang berakal adalah orang yang teleh mempersipkan bekal waktu hidp di dunia ini
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai
Lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai
• Jika ingin mengetahui sift baik dari seseorang maka lihatlah saat di bergaul dengan
masyarakat
Pasal Keenam (6) Gurindam 12
Cahari olehmu akan sahabat
Yang boleh dijadikan obat
• sahabat yang setia dan dapat membantu kita
Cahari olehmu akan guru
Yang boleh tahukan tiap seteru
• Carilah guru yang serba tahu dan tidak menyembunyikan hal-hal buruk
Cahari olehmu akan isteri
Yang boleh menyerahkan diri
• Istri yang patut diambil adalah istri yang berbakti
Cahari olehmu akan kawan
Pilih segala orang yang setiawan
• Carilah teman yang setia diasaat kita senang maupun susah
Cahari olehmu akan abdi
Yang ada baik sedikit budi
• pengikut, pembantu, budak yang baik untuk diambil adalah abdi yang berbudi.
Pasal Ketujuh (7) Gurindam 12
Apabila banyak berkata-kata
Di situlah jalan masuk dusta
• Orang yang banyak bicara memperbesar kemungkinan berdusta
22
Apabila banyak berlebih-lebihan suka
Itu tanda hampirkan duka
• Terlalu mengharapkan sesuatu akan menimbulkan kekecewaan yang mendalam saat
sesuatu itu tidak seperti yang diharapkan
Apabila kita kurang siasat
Itulah tanda pekerjaan hendak sesat
• Setiap pekerjaan harus ada persiapannya
Apabila anak tidak dilatih
Jika besar bapanya letih
• Anak yang tidak di didik semasa kecilnya akan menyebabkan saat anak itu sudah tumbuh
dewasa akan membangkan orang tua
Apabila banyak mencacat orang
Itulah tanda dirinya kurang
• Jangan suka menghina orang lain
Apabila orang yang banyak tidur
Sia-sia sajalah umur
• Pergunakan lah waktu sebaik-baiknya
Apabila mendengar akan kabar
Menerimanya itu hendaklah sabar
• Jika menerima kabar duka atau kabar yang kurang menyenangkan maka kita harus sabar
dan menerima dengan lapang dada
Apabila mendengar akan aduan
Membicarakannya itu hendaklah cemburuan
• Jangan mudah terpengaruh akan omongan orang lain
Apabila perkataan yang lemah lembut
Lekaslah segala orang mengikut
• Perkataan yang lemah-lembut akan lebih didengar orang daripada perkataan yang kasar
Apabila perkataan yang amat kasar
Lekaslah orang sekalian gusar
• Perkataan orang yang kasar membuat orang yang berada didekatnya resah
Apabila pekerjaan yang amat benar
Tidak boleh orang berbuat onar
• Orang yang benar jangan disalahkan (difitnah atau dikambinghitamkan).
Pasal Kedelapan (8) Gurindam 12
Barang siapa khianat akan dirinya
Apalagi kepada lainnya
• orang yang ingkar dan aniaya terhadap dirinya sendiri tidak dapat dipercaya
Kepada dirinya ia aniaya
23
Orang itu jangan engkau percaya
• jangan percaya terhadap orang yang suka menganiyaya orang lain
Lidah suka membenarkan dirinya
Daripada yang lain dapat kesalahannya
• Jangan suka menyalahkan orang lain, dan mengganggpa bahwa diri kita paling benar
Daripada memuji diri hendaklah sabar
Biar daripada orang datangnya kabar
• Pujian tidak usah dibuat sendiri tapi tunggulah datangnya dari orang lain
Orang yang suka menampakkan jasa
Setengah daripadanya syirik mengaku kuasa
• Jangan menginginkan imbalan dari setiap jasa yang telah kita perbuat
Kejahatan diri disembunyikan
Kebajikan diri diamkan
• Sifat-sifat jelek dalam diri kita jangan ditampakkan, begitu pula kebaikan-kebaikan yang
telah kita perbuat
Ke’aiban orang jangan dibuka
Ke’aiban diri hendaklah sangka
• Jangan membuka aib atau keburukan dari orang lain, kesalahan diri sendiri harus disadari
Pasal ke Sembilan (9) Gurindam 12
Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan
Bukannya manusia yaitulah syaitan
• Manusia yang sudah mengetahui bahwa pekerjaan yang di larang oleh allah swt, maka
manusia tersebut tidak dapat di katakan manusia
Kejahatan seorang perempuan tua
Itulah iblis punya penggawa
• Kejahatan seorang perempuan tua bagaikan pimpinan setan
Kepada segala hamba-hamba raja
Di situlah syaitan tempatnya manja
• Jangan menjilat pada raja
Kebanyakan orang yang muda-muda
Di situlah syaitan tempat bergoda
• Semasa muda jagalah iman kita jangan sampai tergoda oleh rayuan setan
Perkumpulan laki-laki dengan perempuan
Di situlah syaitan punya jamuan
• Jika terdapat seorang lelaki dan seorang perempuan maka disitu pulalah setan berada
untuk menggangu iman orang tersebut
Adapun orang tua yang hemat
Syaitan tak suka membuat sahabat
24
• Orang yang semasa mudanya tidak menyia-nyiakan waktu dan selalu melangkah di jalan
allah swt, maka setan akan menjauhi orang tersebut
Jika orang muda kuat berguru
Dengan syaitan jadi berseteru
• orang muda yang gemar belajar dijauhi oleh setan.
Pasal ke Sepuluh (10) Gurindam 12
Dengan bapa jangan derhaka
Supaya Allah tidak murka
• Jangan durharka terhadap bapa
Dengan ibu hendaklah hormat
Supaya badan dapat selamat
• Setiap anak harus hormat dan patuh terhadap ibunya karena surga di telapak kaki ibu dan
ibu mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan anaknya
Dengan anak janganlah lalai
Supaya boleh naik ke tengah balai
• Jagalah anak karena anak merupakan titipan tuhan
Dengan kawan hendaklah adil
Supaya tangannya jadi kapil
• Bersikap adilah sesama teman
Pasal ke-11 (sebelas) Gurindam 12
Hendaklah berjasa
Kepada yang sebangsa
• Bejasa lah bagi negara dan bangsa, optimalkan setiap kemampuan yang kita punya
sehingga kita bisa mengharumkan nama bangsa
Hendak jadi kepala
Buang perangai yang cela
• Jadilah pemimpin yang tidak mempunyai sikap tercela
Hendaklah memegang amanat
Buanglah khianat
• Jagalah setiap kepercayaan yang telah diberikan oleh orang lain
Hendak marah
Dahulukan hujjah
• Amarah sebaiknya ditahan untuk mendahulukan keperluan (hajat).
Hendak dimalui
Jangan memalui
• Jangan mendahulukan diri sendiri, berarti kita harus antri
Hendak ramai
25
Murahkan perangai
• Bila ingin disukai orang-orang, kita harus membentuk sikap yang menyenangkan
Pasal ke-12 (Dua Belas) Gurindam 12
Raja mufakat dengan menteri
Seperti kebun berpagarkan duri
• Hubungan raja dengan menteri adalah saling menjaga satu sama lain, dan harus
bekerjasama
Betul hati kepada raja
Tanda jadi sebarang kerja
• Raja yang baik atau raja yang mendapat petunjuk dari Allah adalah raja yang adil terhadap
rakyatnya
Hukum adil atas rakyat
Tanda raja beroleh inayat
• Hukum harus didasari oleh hak asasi manusia
Kasihkan orang yang berilmu
Tanda rahmat atas dirimu
• Orang yang berilmu akan dikaruniai oleh Allah dan dihormati orang lain
Hormat akan orang yang pandai
Tanda mengenal kasa dan cindai
• Hormatilah setiap manusia
Ingatkan dirinya mati
Itulah asal berbuat bakti
• Bila manusia mengingat kematiannya nanti, ia akan lebih berbakti pada Allah
Akhirat itu terlalu nyata
Kepada hati yang tidak buta
• . Orang yang tidak buta hatinya tahu kalau akhirat itu benar-benar ada.
Sebab efisien
-untuk memberikan tuntunan moral yang berbasis agama pada rakyatnya melalui karyanya .
Tanpa meningggalkan keindahannya sebagai karya sastra,
-untuk memberikan himbauan dan nasihat tentang ibadah, kewajiban raja, kewajiban anak,
kewajiban orang tua, budi pekerti, dan hidup bermasyarakat yang dapat dijadikan pedoman
hidup orang banyak
Sebab final
Agar syair gurindam ini bisa di aplikasikan untuk kehidupan sehari-hari
http://afriliansastra.blogspot.com/2011/02/menganalisi-gurindam-12-menggunakan.html
26
Gurindam adalah bentuk puisi lama yang berasal dari kesusastraan Tamil, yakni salah satu
daerah yang terletak di India Selatan.
Ciri-ciri Gurindam:
1. Tiap bait terdiri atas dua baris.
2. Terdiri atas 10-14 sukukata dalam tiap baris.
3. Bersajak a-a
4. Bait pertama merupakan sebab atau alasan, sedangkan bait kedua merupakan akibat
atau balasan.
5. Berisi nasihat, petuah, atau filsafat.
Contoh gurindam:
Jika kena penyakit kikir
Sanak saudara lari menyingkir
Kurang pikir, kurang siasat
Tentu dirimu kelak tersesat
Pikir dahulu sebelum berkata
Supaya terelak silang sengketa
A.PENGERTIAN
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.
Aturan- aturan itu antara lain :
1. Jumlah kata dalam 1 baris
2. Jumlah baris dalam 1 bait
3. Persajakan (rima)
4. Banyak suku kata tiap baris
5. Irama
Contoh Puisi LAMA:
Saat di meja makan pertama:
muncul seribu bayangan duka
banyak yang berlalu, pagi itu
orang masih mabuk dengan impiannya
27
Dari radio keluar berita-berita basi, naiknya harga-harga
Bukan itu yang disebut perubahan!
“dimanakah sebernarnya keindahan bersemayam?”
Saat di meja makan kedua :
kesepian menekan tiba-tiba
ada jerit dari lorong tak bertepi
maka hidup hanya sebuah perjalanan lurus, tak berjiwa
bukan pengembaraan, bukan petualangan
:meneruskan yang sudah ada
padahal hidup berjalan ke depan
B. MACAM-MACAM PUISI LAMA
1. MANTRA
Mantra adalah merupakan puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat Melayu pada
mulanya bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat dan
kepercayaan.
Contoh:
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
2.GURINDAM
Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (India)
CIRI-CIRI GURINDAM:
a. Sajak akhir berirama a – a ; b – b; c – c dst.
b. Berasal dari Tamil (India)
c. Isinya merupakan nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatui
sebab akibat.
Contoh :
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
28
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
3. SYAIR
Syair adalah puisi lama yang berasal dari Arab.
CIRI – CIRI SYAIR :
a. Setiap bait terdiri dari 4 baris
b. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
c. Bersajak a – a – a – a
d. Isi semua tidak ada sampiran
e. Berasal dari Arab
Contoh :
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Negeri bernama Pasir Luhur (a)
Tanahnya luas lagi subur (a)
Rakyat teratur hidupnya makmur (a)
Rukun raharja tiada terukur (a)
Raja bernama Darmalaksana (a)
Tampan rupawan elok parasnya (a)
Adil dan jujur penuh wibawa (a)
Gagah perkasa tiada tandingnya (a)
4.PANTUN
Pantun adalah puisi Melayu asli yang cukup mengakar dan membudaya dalam masyarakat.
CIRI – CIRI PANTUN :
1. Setiap bait terdiri 4 baris
29
2. Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
3. Baris 3 dan 4 merupakan isi
4. Bersajak a – b – a – b
5. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
6. Berasal dari Melayu (Indonesia)
Contoh :
Ada pepaya ada mentimun (a)
Ada mangga ada salak (b)
Daripada duduk melamun (a)
Mari kita membaca sajak (b)
MACAM-MACAM PANTUN
1. DILIHAT DARI BENTUKNYA
a. PANTUN BIASA
Pantun biasa sering juga disebut pantun saja.
Contoh :
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
2. SELOKA (PANTUN BERKAIT)
Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait
merupakan jalinan atas beberapa bait.
CIRI-CIRI SELOKA:
a. Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait
kedua.
b. Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait
ketiga
c. Dan seterusnya
Contoh :
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
30
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati bertimbal jalan,
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan,
Ke mana untung diserahkan
3. TALIBUN
Talibun adalah pantun jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya
6, 8, 10 dan seterusnya.
Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
Jika satiu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.
Jadi :
Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.
Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d
Contoh :
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
4. PANTUN KILAT ( KARMINA )
CIRI-CIRINYA :
a. Setiap bait terdiri dari 2 baris
b. Baris pertama merupakan sampiran
c. Baris kedua merupakan isi
d. Bersajak a – a
e. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
Contoh :
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
2. DILIHAT DARI ISINYA
31
2.1. PANTUN ANAK-ANAK
Contoh :
Elok rupanya si kumbang jati
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah datang
2.2. PANTUN ORANG MUDA
Contoh :
Tanam melati di rama-rama
Ubur-ubur sampingan dua
Sehidup semati kita bersama
Satu kubur kelak berdua
2.3. PANTUN ORANG TUA
Contoh :
Asam kandis asam gelugur
Kedua asam riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang
2.4. PANTUN JENAKA
Contoh :
Elok rupanya pohon belimbing
Tumbuh dekat pohon mangga
Elok rupanya berbini sumbing
Biar marah tertawa juga
2.5. PANTUN TEKA-TEKI
Contoh :
Kalau puan, puan cemara
Ambil gelas di dalam peti
Kalau tuan bijak laksana
Binatang apa tanduk di kaki
32
http://dahlanforum.wordpress.com/2010/01/11/puisi-lama-mantra-gurindam-syair-
pantun/
http://megasuryonop.blogspot.com/2012/03/puisi-lama-mantra-gurindam-syair-
pantun.html
1. BAHASA INDONESIA
(PENDIDIKAN DASAR) -
MEMBACA - MODEL
PEMBELAJARAN
Label Rs 372.414 HAR p
Abstrak Kata Kunci: Model Cooperative Script, Kemampuan
Menjelaskan Isi bacaan, SD
Berdasarkan observasi awal pada pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas III di SDN Bareng 4 Kota Malang, diketahui
bahwa terdapat beberapa permasalahan pada aspek
menjelaskan kembali isi bacaan di kelas III. Permasalahan
tersebut antara kain: (1) rendahnya rata-rata klasikal yang
belum mencapai Standar Kelulusan Minimal; (2) pada saat
pembelajaran guru tidak menggunakan model tertentu,
kegiatan siswa adalah membaca teks bacaan setelah itu
menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan bacaan.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan
penerapan model Cooperative Script untuk meningkatkan
kemampuan menjelaskan isi bacaan pada siswa kelas III
SDN Bareng 4 Kota Malang; (2) mendeskripsikan tingkat
keberhasilan model cooperative script untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menjelaskan isi bacaan pada siswa
kelas III SDN Bareng 4 Kota Malang.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara
kolaboratif antara peneliti dan guru. Langkah PTK ini
meliputi 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan observasi,
refleksi dan rencana perbaikan. Empat tahap tersebut
merupakan langkah berurutan dalam satu siklus dan
berhubungan dengan siklus berikutnya. Subyek penelitian ini
dengan jumlah 23 siswa. Instrumen yang digunakan adalah
pedoman observasi, wawancara, dan tes, sedangkan analisis
33
data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan deskriptif
kuantitatif.
Langkah model Cooperative Script yaitu: (1) siswa
berkelompok berpasangan; (2) guru membagikan wacana
kepada setiap kelompok; (3) guru dan siswa menetapkan
siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa
yang berperan sebagai pendengar; (4) pembicara
membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan
memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya; (5)
sementara penyimak/pengoreksi menunjukkan ide-ide pokok
yang kurang lengkap dan membantu mengingat/menghafal
ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya
atau dengan materi lainnya; (6) bertukar peran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model
Cooperative Script pada pembelajaran bahasa Indonesia telah
berhasil meningkatkan kemampuan menjelaskan isi bacaan
yang terus meningkat. Kemampuan siswa mengalami
peningkatan pada siklus II, yang paling tampak yaitu
sebagian besar siswa hasil belajarnya pada tes lisan
meningkat. Hasil belajar pada siklus I memperoleh
ketuntasan klasikal yang cukup baik. Pada siklus II
memperoleh ketuntasan klasikal yang meningkat jauh lebih
baik.
Berdasarkan temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
dengan penerapan model Cooperative Script dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menjelaskan isi
bacaan. Meskipun dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
diperlukan penelitian lebih lanjut khususnya yang berkaitan
dengan menjelaskan isi bacaan. Selain itu diperlukan adanya
variasi dalam pembelajaran dan cara menyajikan pelajran
yang kreatif dan inovatif dengan perencanaan yang lebih
matang.
http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=55218
eori Makna
A. Pendahuluan
Bahasa merupakan sistem komunikasi yang amat penting bagi manusia. Sebagai suatu
unsur yang dinamik, bahasa sentiasa dianalisis dan dikaji dengan menggunakan perbagai
pendekatan untuk mengkajinya. Antara pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji
34
bahasa ialah pendekatan makna. Filsafat Bahasa merupakan salah satu bidang yang
mempelajari tentang makna.
Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa
saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Beberapa ahli
mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan.
Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam
mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian.1[1] Dalam
hal ini Ferdinand de Saussure mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau
konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.2[2] Dengan kata lain, makna
merupakan istilah yang paling ambigu dan paling kontroversial dalam teori tentang bahasa.
Kekaburan itu sebenarnya dapat dikurangi jika kita mau mempersempit perhatian kita ke arah
makna kata saja. Banyak unsur bahasa lain –selain kata- yang dikatakan mempunyai makna
tertentu. Dari segi definisi semua morfem yang signifikan, dan begitu pula kombinasi tempat
morfem-morfem itu masuk dan berbagai makna itu memegang peranan masing-masing dalam
keseluruhan makna ujaran. Ahli-ahli dalam bidang ini membedakan makna leksikal dan
makna struktural, tetapi pemilihan istilah ini tidak menguntungkan, karena dengan demikian
seolah-olah secara implisit kosakata itu tidak mempunyai struktur. Istilah yang lebih baik
barangkali adalah makna leksikal dan makna gramatikal.
Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi :
1. maksud pembicara;
2. pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau
kelompok manusia;
3. hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran
dan semua hal yang ditunjukkannya,dan
4. cara menggunakan lambang-lambang bahasa.3[3]
Bloomfied mengemukakan bahwa makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus
dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya.
Terkait dengan hal tersebut, Aminuddin mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan
1[1] Mansoer Pateda, Semantik Leksikal (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 79.
2[2] Ibid., hlm. 2
3[3] Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 132.
35
antara bahsa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahsa sehingga dapat
saling dimengerti.4[4]
J.R. Firth dalam tulisannya cenderung mendukung agar makna atau fungsi dipecah
menjadi sejumlah fungsi komponen. Tiap fungsi dianggap sebagai penggunaan sesuatu
bentuk atau unsur bahasa dalam hubungan dengan sesuatu konteks. Dengan demikian, makna
itu harus dianggap sebagai paduan dari hubungan-hubungan yang bersifat kontekstual, dan
fonetik, tata bahasa, leksikografi dan semantik masing-masing menangani komponen
paduannya sendiri dalam konteks.5[5]
B. Perbedaan Makna
Setiap individu selalu memberi makna terhadap aspek-aspek yang dia temui di sekitarnya.
Mulai dari benda-benda yang secara kasat mata dapat disentuh atau dipegang sampai pada
sesuatu yang sifatnya imanen atau transenden. Mulai dari perlengkapan rumah tangga, rumah,
kendaraan, sampai pada relasi sosial seperti rasa cinta, kasih sayang, sampai kebencian dan
permusuhan di antara individu atau masyarakat.
Bagaimanapun individu secara kreatif melalui proses berfikir; mengurangi, menambahkan,
dan menghasilkan makna melalui proses perseptual terhadap objek makna yang dihadapinya.
Dalam memahami makna menurut Joseph DeVito, “Look for meaning in people, not in
words. Meaning change but words are relatively static, and share meanings, not only words,
through communication.”6[6]
Karena hakekatnya pembentukan makna ada pada individu, maka maka semua tindakan
sosial yang dilakukan individu memunculkan pembentukan makna dan pembentukan makna
dikonstruksi oleh setiap individu. Mungkin pembentukan itu sama, berhimpitan, bahkan
bertolak belakang. Sebagian besar sangat ditentukan oleh kapasitas dan kepentingan masing-
masing pihak dalam membentuk makna itu.
Masalahnya manakala sebuah makna itu dimiliki dan digunakan untuk mengendalikan
orang lain bahkan diakumulasikan untuk menananamkan makna terhadap orang lain, seorang
individu harus berhati-hati dengan konstruksi pemaknaan yang dimilikinya.Tengok kasus Bu
Prita. Akibat pemaknaan terhadap statemen atau kata-kata yang tersebar melalui internet,
4[4] Ibid., hlm. 50.
5[5] Stephen Ullman, Pengantar Semantik. Terj. Sumarsono (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011),
hlm. 66.
6[6] Ibid., hlm. 140.
36
sebuah lembaga rumah sakit sebagai lembaga pelayanan publik memaknai sebagai
penghinaan, negativitas citra, dan penyerangan. Padahal belum terbukti pula bahwa e-mail
yang disebar di kalangan pertemanan itu secara signifikan menimbulkan pengaruh tersebut.
Namun akibat konstruksi pemaknaan lembaga rumah sakit itu diterima dan dapat dijadikan
delik aduan hukum, maka seorang ibu menginap dalam rumah tahanan selama dua puluh hari.
Bahkan andai pidananya terbukti, kemungkinan hukumannya bisa lebih dari itu.
Kontras sekali dengan pemaknaan yang dilakukan masyarakat miskin, rendah akses
lembaga kesehatan, dan sudah tidak mampu lagi berfikir rasional untuk menyembuhkan
penyakitnya, seorang Dukun Cilik Ponari dianggap atau dimaknai sebagi individu yang
mampu menolong, menyembuhkan, dan menjawab permasalahan mereka. Andaipun mereka
tidak mendapatkannya, penyakit tetap, dan tidak dilayani secara baik, mereka tidak marah,
komplain, atau mengajukan ketidakpuasan pelayanan pada konsumen. Padahal yakin bahwa
hanya berapa peresen dari mereka yang “merasa” sembuh setelah berdukun pada Ponari.
Sebagian besar tidak ada perubahan yang berarti.
Hakekatnya semua diterima apa adanya. Kontrak sosial di antara kedua belah pihak tidak
harus diselesaikan oleh hukum formal, cukup rasionalisasi interpersonal bahwa berobat
kepada Ponari hanya sekedar usaha, barangkali bisa sembuh.
Pembentukan makna adalah berfikir, dan setiap individu memiliki kemampuan berfikir
sesuai dengan kemampuan serta kapasitas kognitif atau muatan informasi yang dimilikinya.
Oleh karena itu, makna tidak akan sama atas setiap individu walaupun objek yang
dihadapinya adalah sama. Pemaknaan terjadi karena cara dan proses berfikir adalah unik pada
setiap individu yang akan menghasilkan keragaman dalam pembentukan makna.
Keunikan berfikir sebagai proses pembentukan makna dalam diri individu ditentukan oleh
faktor-faktor dalam diri individu tersebut, seperti sistem nilai, kepercayaan, dan sikap.
Menurut Kaye, keunikan tersebut terlihat nyata ketika individu membangun komunikasi
dengan orang lain. Kaye berpendapat bahwa;7[7]
In a very real sense, communication is about thinking. More precisely, it is concerned with
the construction of meaning. Generally, people act toward others on the basis of how they
construe others’ dispositions and behaviour. These constructions (meaning) are, in turn,
influenced by individual value system, beliefs and attitudes.
R. Brown menjelaskan bahwa makna sebagai sebuah kecenderungan (disposisi) total
untuk menggunakan atau bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa. Terdapat banyak komponen
7[7] Ibid., hlm. 39-40.
37
dalam makna yang dibangkitkan suatu kata atau kalimat. Selanjutnya Mulyana menyatakan
bahwa, makna muncul dari hubungan khusus antara kata (sebagai simbol verbal) dan
manusia. Makna tidak melekat pada kata-kata namun kata-kata membangkitkan makna dalam
pikiran orang. Jadi, tidak ada hubungan langsung antara suatu objek dan simbol yang
digunakan untuk mempresentasikannya.8[8]
Teori lain yang menjelaskan perbedaan pembentukan makna dalam perilaku komunikasi
interpersonal yaitu Coordinated Management of Meaning Theory. Teori ini dikembangkan
Pearce dan Cronen pada tahun 1980 dengan asumsi bahwa:9[9]
Human beings live in communication
Human beings co-create a social reality
Information transactions depend on personal and interpersonal meaning.
Menurut Teori ini, makna bersifat personal dan interpersional. Makna personal yaitu
makna yang telah diperoleh ketika seseorang membawa pengalaman yang unik ke dalam
interaksi. Sementara makna interpersonal adalah hasil interaksi manakala dua orang setuju
terhadap interpretasi masing-masing pada sebuah interaksi itu. Makna personal dan
interpersonal diperoleh dalam sebuah percakapan dan seringkali makna itu tanpa didasarkan
pada banyak pemikiran.
Jika melihat pada asumsi-asumsi teori-teori tersebut, maka individu dalam rangka
membangun harmonisasi atau juga memecahkan konflik yang dihadapinya, maka berhati-hati
dengan makna personal yang akan diberikan kepada orang lain. Di lain pihak juga lebih
banyak belajar membangun makna interpersonal yang ditanamkan dan hasil kesepakatan
secara sosial. Andaikan Pihak Rumah Sakit yang mengadukan Bu Prita berhati-hati dalam
menanggapi e-mail Bu Prita dan Bu Prita juga menyebarkan kegundahannya dengan cara
yang berbeda, konflik ini tidak akan berkepanjangan. Andaikan pula dalam cerita Dukun
Ponari, masyarakat lebih banyak mendengar dan meminta pendapat tentang keampuha
sebuah “batu”, kemungkinan makna interpersonalnya akan berbeda. Mereka tidak akan
terjebak pada sebuah mitos dan kepercayaan yang merepotkan banyak orang. Wallahu’alam.
C. Pengertian Makna dalam Penggunaan Sehari-hari
Dalam pemakaian sehari-hari, kata “makna” digunakan dalam berbaga bidang maupun
konteks pemakaian. Apakah pengertian khusus kata makna tersebut serta perbedaannya
8[8] Ibid., hlm. 156.
9[9] Ibid., hlm. 113.
38
dengan ide, misalnya, tidak begitu diperhatika. Sebab itu, sudah sewajarnya bila makna juga
disejajarkan pengertiannya dengan arti, gagasan, konsep, pernyataan, pesan, informasi,
maksud, firasat, isi dan pikiran. Berbagai pengertian itu begitu saja disejajarkan dengan kata
makna karena keberadaannya memang tidak pernah dikenali secara cermat dan dipilahkan
secara tepat.
Dari sekian banyak pengertian yang diberikan tersebut, hanya arti yang paling dekat
pengertiannya dengan makna. Meskipun demikian, bukan berarti keduanya sinonim mutlak.
Disebut demikian karena arti adalah kata yang telah mencakup makna dan pengertian.10[10]
Pengertian gagasan pada dasarnya memiliki kesejajaran pengertian dengan pikiran maupunu
ide. Sebab itu, dalam bahasa inggris ketiga kata itu tercakup dalam kata thought. Lebih lanjut,
thought sebagai aktivitas mental meliputi baik konsep maupun pernyataan. Apabila konsep
berkaitan dengan olahan ingatan dan kesimpulan, maka istilah pernyataan berkaitan dengan
proposisi dan statemen.11[11]
Proposisi sebagai istilah juga diberi pengertian berbeda-beda. Sebagai gejala kejiwaan,
proposisi adalah isi konsep yang masih kasar yang akan melahirkan statemen. Sedangkan
Lyons lebih cenderung mengartikan proposisi sebagai perwujudan ekspresi dalam bentuk
kalimat, yang bisa benar atau salah. Selain itu batasan proposisi sebagai konfigurasi makna
yang menjelaskan isi komunikasi dari pembicaraan, terjadi dari predikator yang berkaitan
dengan satu argumen atau lebih. Sehubungan dengan hal ini, proposisi diartikan sebagai
pernyataan dasar yang masih berada dalam abstraksi pikiran penutur. Tatanan “saya lapar”
yang masih berada dalam pikiran adalah contoh proposisi, sedangkan perwujudannya dalam
kalimat, misalnya “Tadi pagi saya tidak sarapan, seharian saya belum makan”, dan sejumlah
wujud kalimat lain yang mewakili proposisi “saya lapar” adalah pernyataan atau
statemen.12[12]
Baik pernyataan, proposisi, maupun gagasan yang mencakup pengertian pikiran dan ide,
konsep, pesan dan maksud pada dasarnya berasal dari sender. Pesan atau massage disebut
berada pada sender karena pesan adalah isi komunikasi dalam sender yang diwadahi oleh
tatanan lambang kebahasaan secara individual. Apabila pesan itu sudah ditransmisikan lewat
10[10] Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: Gramedia, 1982), hlm. 15.
11[11] R.A. Hudson, Sociolinguistics (New York: Cambridge University Press, 1982), hlm. 75.
12[12] Aminuddin, Semantik: Pengantar Studi Tentang Makna (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2011), hlm. 51.
39
signal atau tanda, maka isi pesan itu disebut informasi. Permahaman informasi pada diri
penerima, bisa disebut dengan isi atau content. Menurut Lyons, kegiatan penyusunan pesan
tidak dapat dilepaskan dari enkoding, sedangkan usaha memahami pesan yang dilakukan oleh
penerima pesan disebut dekoding. Apabila dekoding gagal, informasi dan isi teta tinggal jadi
pesan yang ada pada si penutur. Dengan demikian, komunikasi itu pun belum berhasil.13[13]
D. Pengertian Makna sebagai Istilah
Sedangkan kata makna sebagai istilah mengacu pada pengertian yang sangat luas. Makna
ialah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh para
pemakai bahasa sehingga dapat saling mengerti. Dari batasan pengertian itu dapat diketahui
adanya tiga unsur pokok yang tercakup di dalamnya, yakni (1) makna adalah hasil hubungan
antara bahasa dengan dunia luar, (2) penentuan hubungan terjadi karena kesepakatan para
pemakai, serta (3) perwujudan makna itu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi
sehingga dapat saling mengerti.14[14] Dalam konteks ini terdapat tiga pandangan filosofis
yang berbeda-beda, yaitu realisme, nominalisme, dan konseptualisme. Realisme beranggapan
bahwa terhadap wujud dunia luar, manusia selalu memiliki jalan pikiran tertentu. Terhadap
dunia luar, manusia selalu memberikan gagasan tertentu. Sebab itu, pemaknaan antara
“makna kata” dengan “wujud yang dimaknai” selalu memiliki hubungan yang hakiki.
Pandangan bahwa antara “makna kata” dengan “wujud yang dimaknai” memiliki
hubungan yang hakiki, akhirnya menimbulkan klasifikasi makna kata yang dibedakan antara
yang kongkret, abstrak, tunggal, jamak, khusus, maupun universal. Penentuan bentuk
hubungan itu ternyata tidak selamanya mudah. Batasan antara benda kongkret dan abstrak,
khusus atau universal, seringkali sulit ditentukan. Selain itu, makna suatu kata, acuan atau
denotatumnya dapat berpindah-pindah. Kata mendung, misalnya, selain dapat diacukan pada
benda, juga dapat diacukan ke dalam “suasana sedih”. Pada sisi lain, referen yang sama
dapat ditunjuk oleh kata yang berbeda-beda. Sudin sebagai guru, ayah dari anak-anaknya,
suami maupun tetangga yang baik dapat disebut pak guru, bapak, mas, maupun sebutan
lainnya. Sebab itulah kaum nominalis menolak anggapan bahwa antara kata dengan wujud
luar terdapat hubungan.15[15]
13[13] John Lyons, Introduction to Theoretical Linguistics (London: Cambridgee at The University
Press, 1979), hlm. 36.
14[14] Ibid., hlm. 53.
15[15] Ibid., hlm. 111.
40
Dalam nominalisme, hubungan antara makna kata dengan dunia luar semata-mata bersifat
arbitrer meskipun sewenang-wenang penentuan hubungannya oleh para pemakai dilatari oleh
adanya konvensi. Sebab itulah, penunjukkan makna kata bukan bersifat perseorangan,
melainkan memiliki kebersamaan. Dari adanya fungsi simbolik bahasa yang tidak lagi diikat
oleh dunia yang diacu itulah, bahasa akhirnya juga lebih membuka peluang untuk dijadikan
media memahami realitas, bukan realitas yang dikaji untuk memahami bahasa.
Sedangkan dalam konseptualisme, pemaknaan sepenuhnya ditentukan oleh adanya sosiasi
dan konseptualisasi pemakai bahasa, lepas dari dunia luar yang diacunya. Pandangan itu
segera mengundang kritik. Seorang yang haus dan mendengar kata minum, dia pasti bukan
terus tidur atau berlari. Dalam asosiasi kesadarannya pastilah hadir tanggapan dunia luar yang
secara laras memiliki hubungan dengan “air yang dapat diminum”. Dengan demikian, kasus
bahwa makna kata dapat dilepaskan sepenuhnya dari dunia luar dan sepenuhnya tumbuh dari
asosiasi dan hasil konseptualisasi pemakai, tidak dapat berlaku umum. Kata bunga, misalnya,
meskipun referennya dapat dipindahkan dan dimaknai “gadis”, pergeseran itu juga tidak lepas
dari makna dasarnya. Meskipun demikian, untuk simbol seperti hujan, binatang jalang,
seperti yang terdapat dalam bari puisi Chairil misalnya, pandangan konseptualisme ini masih
tepat.16[16]
Selain hubungan antara makna dengan dunia luar, masalah lain yang timbul adalah,
benarlah bentuk kebahasaan menjadi unsur utama dalam mengemban makna. Pertanyaan itu
timbul karena kata berangkat misalnya, yang diucapkan oleh seorang siswa dan ayah yang
mau berangkat ke kantor kepada ibu, acuan maknanya berbeda. Kata berangkat yang
diucapkan seorang siswa kepada ibu di rumah mengacu pada pengertian “berangkat sekolah”,
sementara bagi sang ayah, mengacu pada pengertian “berangkat ke kantor”. Kasus lain,
misalnya kata kopi yang diucapkan di toko kelontong berarti “bubuk, sedangkan di kedai
berarti “minuman”.17[17]
Dari contoh di atas, secara sepintas dapat diambil kesimpulan, bahwa unsur pemakai dan
konteks sosial situasional juga ikut menentukan makna. Dalam kajian teori makna pun,
kenyataan seperti di atas, juga menimbulkan perbedaan pandangan dan pendekatan.
Sehubungan dengan masalah pandangan dan pendekatan itu, Alston menyebutkan ada tiga
pendekatan dalam teori makna yang masing-masing memiliki dasar pusat pandang berbeda-
16[16] Aminuddin, Semantik, hlm. 54.
17[17] Ibid., hlm. 54.
41
beda. Tiga bentuk pendekatan yang oleh Harman (1968) dianggap lebih tepat disikapi sebagai
tiga tataran makna, menurut Alston meliputi pendekatan (1) referensial, (2) ideasional dan (3)
behavioral.18[18]
E. Pengertian Makna dalam Pendekatan Referensial
teori referensial merupakan salah satu jenis teori makna yang mengenali atau
menidentifikasi makna suatu ungkapan dengan apa yang diacunya atau dengan hubungan
acuan itu. Istilah referen itu sendiri menurut Palmer(1976:30) “reference deals with the
relationship between the linguistic element, word, sentences, etc, and the nonlinguistic word
of experience” (hubungan antara unsur – unsur linguistic berupa kata – kata, kalimat –
kalimat dan dunia pengalaman yang non linguistik.
Referen atau acuan boleh saja benda, peristiwa, proses atau kenyataan. Referen adalah
sesuatu yang ditunjuk oleh lambang. Jadi, kalau seseorang mengatakan sungai, maka yang
ditunjuk oleh lambing tersebut yakni tanah yang berlubang lebar dan panjang tempat
mengalir air dari hulu ke danau atau laut. Kata sungai langsung dihubungkan dengan
acuannya. Tidak mungkin timbul asosiasi yang lain. Bagi mereka yang pernah melihat
sungai, atau pernah mandi di sungai, sudah barang tentu mudah memahami apa yang
dimaksud dengan sungai.
Dialektika peristiwa dan makna merupakan suatu dialektika inti dari makna wacana.
Untuk memaknai apa yng dilakukan pembicara, juga apa yang dinyatakan oleh kalimat.
Makna ujaran pada makna isi preposisi merupakan sisi obyektif dari makna, sedangkan
makna pengujar pada makna referensi kalimat dan kehendak yang diketahui pendengan
merupakan sisi subyektif dari makna.
Dialektika obyektif-subyektif tidaklah memberi penyelesaian makna, oleh karena itu tidak
menyelesaikan struktur wacana. Sisi obyektif wacana itu sendiri dapat diberikan dengan dua
cara. Kita dapat memaknai „apa‟ dan „tentang apa‟ wacana itu merupakan „referensi‟. Ini
merupakan perbedaan yang dapat langsung dihubungkan dengan perbedaan semiotik dan
semantic „mengacu‟ merupakan apa yang dilakukan kalimat pada situasi tertentu dan menurut
kegunaan tertentu, juga apa yang dilakukan pembicara ketika ia menerapkan kata – katanya
pada kenyataan.
Seseorang mengacu kepada sesuatu, pada saat tertentu merupakan peristiwa ujar. Tetapi
peristiwa ini, menerima strukturnya dari makna sebagai arti. Dengan cara ini dialektika
peristiwa dan makna menerima perkembangan baru dari dialektika arti dan referensi.
18[18] Ibid., hlm. 55.
42
Dialketika arti dan referensi inilah yang memberikan hubungan antara bahasa dan kondisi
ontologis yang ada di dunia.
Kita mengandaikan bahwa sesuatu berada dalam susunan, sehingga sesuatu itu bisa
diidentifikasi, tetapi kita memerlukan sebuah referensi. Pengendalian ini diperlukan, sehingga
kita harus menambahkan ketentuan – ketentuan yang spesifik jika kita ingin mengacu ke
sesuatu yang sifatnya fiktif. Kebermaknaan universal dari problem referensi sangatlah luas,
wacana mengacu kembali pada pembicaranya, pada saat yang sama hal itu mengacu kepada
dunia. Wacana dalam tindakan dan dalam kegunaan mengacu kembali dan datang lagi
menuju pembicara dan dunia. Ini merupakan criteria pokok dari bahasa sebagai wacana.
Teori referensial atau teori korespondensi merujuk pada segitiga makna (symbol,
reference, dan referent) yang dikemukakan oleh OR. Makna adalah hubungan antara
reference dan referent yang dinyatakan lewat simbol bunyi bahasa baik berupa kata ataupun
prase atau kalimat. Simbol bahasa dan rujukan atau referent tidak mempunyai hubungan
langsung. Teori ini menekankan hubungan langsung antara reference dengan referent yang
ada di alam nyata.
Jika kita memperhatikan ujaran dalam sebuah bahasa, misalnya “Ronald Reagan”, „Rudi
Hartono‟, „ Jakarta‟ atau frase nomen seperti “sang mantan wakil presiden RI 1983-1988‟,
„orang pertama yang berjalan dibulan‟, maka sudah pasti makna ujaran itu merujuk kepada
benda atau hal yang sama. Nah, itulah teori makna sesuai dengan teori referensi atau
korespodensi. Jika kita menerima bahwa makna sebuah ujaran adalah referennya, maka
setidak – tidaknya kita terikat pula pada pernyataan berikut ini.
1. Jika sebuah ujaran mempunyai makna, maka ujaran itu mempunyai referen.
2. Jika dua ujaran mempunyai referen yang sama, maka ujaran itu mempunyai makna yang
sama pula,
3. Apa saja yang benar dari referen sebuah ujaran adalah benar untuk maknanya.
Referensi
Dalam pendekatan referensial, makna diartikan sebagai label yang berada dalam kesadaran
manusia untuk menunjuk dunia luar. Sebagai label, makna itu hadir karena adanya kesadaran
pengamatan terhadap fakta dan penarikan kesimpulan yang keseluruhannya berlangsung
secara subjektif. Terdapatnya julukan simbolik dalam kesadaran individual itu, lebih lanjut
memungkinkan manusia untuk menyusun dan mengembangkan skema konsep. Kata pohon,
misalnya, berdasarkan kesadaran pengamatan dan penarikan kesimpulan, bukan hanya
menunjuk jenis tumbuh-tumbuhan, melainkan memperoleh julukan sebagai “ciptaan”,
“hidup”, “fana”.
43
Kesadaran pengamatan dan penarikan kesimpulan dalam pemberian julukan, dan
pemaknaan tersebut, berlangsung melalui bahasa. Akan tetapi, berbeda dengan bahasa
keseharian, bahasa yang digunakan di situ adalah bahasa perseorangan atau private language.
Dengan demikian, makna dalam skema konsep bisa berubah ke dunia absur yang mempribadi
dan terasing dari komunikasi keseharian.19[19]
Terdapat bahasa perseorangan yang mempribadi tersebut lebih lanjut menyebabkan
keberadaan makna sangat ditentukan oleh adanya nilai, motivasi, sikap, pandangan, maupun
minta secara individual. Apabila individu adalah juga pengendali institusi, julukan kata
pohon seperti “persatuan” maupun “kehidupan masyarakat” dapat disebarluaskan dan diakui
sebagai milik bersama. Akan tetapi, ada juga kemungkinan, ciri mempribadi itu justru tetap
ingin dipertahankan. Ciri demikian ditandai antara lain oleh adanya kata-kata khas yang
dimaknai secara khusus oleh dua orang yang berteman demikian akrap maupun pada kata-
kata tertentu yang digunakan dalam puisi.20[20]
Julukan dan makna hasil observasi atau kesadaran pengamatan individual, pada dasarnya
masih bertumpu pada makna hasil penunjukan dasar. Apa yang dilakukan individu itu
hanyalah menambahkan atau memberi konotasi. Apabila kata yang masih menunjukkan pada
makna dasar itu bersifat denotatif sehingga menghadirkan istilah makna denotatif, maka kata
yang diberi julukan lain itu mengandung makna konotatif, yakni tambahan makna lain
terhadap makna dasarnya. Penambahan itu pun sebenarnya bukan hanya khas terjadi dalam
kreasi sastra. Sesuai dengan keragaman nilai, motivasi, sikap, pandangan, maupun minat
setiap individu, fakta yang tergambarkan dalam kata akhirnya memperoleh julukan individual
sendiri-sendiri. Kata hujan misalnya, bagi seorang petani dapat diartikan “rahmat”, bagi
penjual es “kegagalan”, dan lain sebagainya.21[21]
Pemberian julukan dan pemaknaan yang tertumpu pada dunia luar itulah yang akhirnya
juga menjadi ciri lain dari pendekatan referensial. Selain itu, meletakkan makna sebagai hasil
kesadaran pengamatan individu dan terlepas dari konteks komunikasi, akhirnya juga
bertentangan dengan keberadaan bahasa sebagai sistem konvensi. Sebab itulah sangat tepat
apabila Jakobson maupun Posner mengungkapkan bahwa bentuk komunikasi dalam puisi
19[19] H. Gilbert Herman, “Three Levels of Meaning”, dalam Semantics: An Interdisciplinary
Reader in Philosophy Linguistics and Psychology (New York: Cambridge University Press, 1971), hlm.
56.
20[20] Ibid., hlm. 56.
21[21] Ibid., hlm. 56.
44
adalah bentuk komunikasi khas dan unik yang memiliki sistemnya sendiri yang bersifat
khusus pula.22[22]
F. Pengertian Makna dalam Pendekatan Ideasional
Dalam pendekatan ideasional, makna adalah gambaran gagasan dari suatu bentuk
kebahasan yang bersifat sewenang-wenang, tetapi memiliki konvensi sehingga dapat saling
mengerti. Gambaran kesatuan hubungan antara makna dengan bentuk kebahasaan itu secara
jelas dapat dikaji dalam perumusan Grice: X berarti P dan X memaknakan P seperti yang
dimiliki oleh P.X dalam konsep Grice adalah perangkat kalimat sebagai bentuk kebahasaan
yang telah memiliki satuan gagasan. Kalimat yang berbunyi, X memaknakan P seperti yang
dimiliki P memberikan gambaran tentang keharusan memaknai X sebagai P seperti yang
telah berada dalam konvensi bahwa P adalah P.23[23]
Meletakkan komponen semantik pada adanya satuan gagasan, bukan berarti pendekatan
ideasional mengabaikan makna pada aspek bunyi, kata dan frase. Jerrold J. Katz
mengungkapkan bahwa penanda semantis dari bunyi, kata dan frase sebagai unsur-unsur
pembangun kalimat, dapat langsung diidentifikasi lewat kalimat. Dengan mengidentifikasi
unsur-unsur kalimat itu sebagai satuan gagasan, diharapkan pemaknaan tidak langsung secara
lepas-lepas, tetapi sudah mengacu pada satuan makna yang dapat digunakan dalam
komunikasi. Sehubungan dengan kegiatan berfikir, manusia berpikir menggunakan bahasa
yang juga bisa digunakan dalam komunikasi. Sebab itulah, kegiatan pengolahan pesan lewat
bahasa atau enkoding, penyampaian pesan lewat bahasa atau koding, serta proses memahami
pesan atau dekoding, dapat berlangsung dalam garis linier seperti berikut.
DEKODING
KODING
ENKODING
22[22] Roland Posner, Rational Discourse and Poetic Communication: Methods of Linguistic
Literary, and Philosophical Analysis (Berlin: Mouton Publishers, 1982), hlm. 113. Lihat pula,
Aminuddin, Semantik, hlm. 57.
23[23] Aminuddin, Semantik, hlm. 58.
45
Komponen pembangun gagasan dalam enkode menurut Jerold Kats bisa saja tidak sama
persis dengan kode. Akan tetapi yang pasti, hubungan linier itu harus diikuti daru, yakni
lingkaran hubungan timbal balik antara penyampai dengan penerima pesan yang ditandai
oleh adanya “saling mengerti”. Grice juga menyebutkan bahwa suatu bentuk kebahasaan itu
dimaknai P oleh penutur adalah apabila pemaknaan P itu secara laras nantinya juga dimaknai
P oleh pendengarnya.24[24]
Dalam pendekatan ideasional, makna dianggap sebagai pemerkah ide yang memperoleh
bentuk lewat bahasa dan terwujud dalam kode. Dari adanya kegiatan “pembahasan pean” dan
“pengolahan ide”, maka dalam pendekatan ideasional, penguasaan aspek kognitif dan
rekognisi dari pemeran dalam kegiatan komunikasi, sangat penting. Aspek kognisi dan
rekognisi memiliki sasaran, baik pada aspek gramatik, hubungan antara aspek gramatik
dengan unsur semantis, maupun hubungan antara bahasa dengan dunia luar.25[25]
Dari uraian ini dapat diketahui bahwa bahasa memiliki kedudukan sentral. Dengan
demikian, kesalahan penggunaan bahasa dalam proses berpikira menyebabkan pesan yang
disampaikan tidak tepat. Sebaliknya, seandainya penggunaan bahasa dalam proses berpikir
sudah benar, tetapi kode yang diwujudkan mengandung kesalahan, informasi yang diterima
pun dapat menyipang. Pada sisi lain, meskipun pembahasan pesan dan kode sudah benar, bila
terjadi gangguan penerimaan, besar kemungkinan informasi yang diterima tidak sesuai
dengan pesan yang disampaikan.26[26]
G. Pengertian Makna dalam Pendekatan Behavioral
Pendekatan behavioral lebih menekankan pada keberadaan bahasa sebagai media dalam
mengolah pesan dan menyampaikan informasi. Keberatan dari pendekatan behavioral
terhadap dua pendekatan sebelumnya, salah satunya adalah, kedua pendekatan itu telah
mengabaikan konteks sosial dan situasional yang oleh kaum behavioral dianggap berperan
penting dalam menentukan makna. Kritik lain terhadap kedua pendekatan sebelumnya
adalah, pada objek utama kajian yang justru tidak pernah dapat diobservasi secara langsung.
Pernyataan dalam kajian ideasional yang berkaitan dengan keselarasan pemahaman antara
penutur dengan pendengar dalam memaknai kode misalnya, dalam pendekatan behavioral
dianggap kajian spekulaitf karena pengkaji tidak pernah mampu meneliti karakteristik idea
24[24] Ibid., hlm. 59.
25[25] Ibid., hlm. 60.
26[26] Ibid., hlm. 60.
46
atau pikiran penutur-pendengar, sejalan dengan aktivitas pengolahan pesan dan
pemahamannya. Sebab itulah, kajian makna yang bertolak dari pendekatan behavioral,
mengkaji makna dalam peristiwa ujaran yang berlangsung dalam situasi tertentu. Satuan
tuturan atau unit terkecil yang mengandung makna penuh dari keseluruhan “peristiwa ujaran”
yang berlangsung dalam “situasi tertentu” disebut “tindak tutur”.27[27]
Penentuan makna dalam “tindak tutur” menurut beberapa ahli harus bertolak dari berbagai
kondisi dan situasi yang melatari pemunculannya. Unit ujaran yang berbunyi “masuk!”
misalnya, dapat berarti “di dalam garis” bila muncul misalnya dalam permainan bulu tangkis,
“berhasil” bagi yang main lotere, dan lain sebagainya. Makna keseluruhan unit ujaran itu
dengan demikian harus disesuaikan dengan latar situasi dan bentuk interaksi sosial yang
mengondisinya.
H. Teori-Teori Tentang Makna
1. Teori Image Makna
Menurut teori ini makna diterangkan berdasarkan gambar yang terbayang dalam akal
penutur atau pendengar. Dalam pengaplikasiannya, teori ini menghadapi beberapa
masalah:28[28]
a. Bentuk gambar yang terbayang pada penutur dan pendengar.
b. Satu ungkapan mempunyai lebih dari satu gambar.
c. Satu gambar mempunyai lebih dari satu ungkapan.
d. gambar bergantung kepada pengalaman.
2. Teori Analisa Komponen
Teori ini pada awalnya digunakan oleh ahli antropologi dalam menentukan istilah
hubungan kekeluargaan. Teori ini diaplikasikan dalam linguistik untuk menjelaskan makna
perkataan. Menurut teori ini, makna perkataan dianalisis bukan secara satu unit, tetapi dalam
hubungan komponen yang kompleks. Komponen tersebut dinamakan sebagai komponen
semantik yang terdiri dari perbendaharaan kata suatu bahasa. Dalam pengaplikasiannya, teori
ini juga menghadapi masalah:
27[27] Dell Hymes, “Models of the Interaction of Language and Social Life”, dalam Directions in
Sociolinguistics (New York: Holt, Rinehart and Winston, 1972), hlm. 56.
28[28] http://luluvikar.wordpress.com/2010/12/29/makna-dan-teori-tentang-makna-tugas/
47
a. Komponen semantik untuk sesuatu perkataan mempunyai makna tersendiri dan perlu
diuraikan.
b. Uraian makna dalam teori ini tertumpu pada perkataan dan tidak pada tanda.
c. Makna yang tepat sulit diperoleh kerana terikat dengan ciri hiponim.29[29]
3. Teori Ideasional Ihwal Makna
Teori ini disandarkan pada Locke, Berceley, dan Hume. Mereka berpendapat bahwa
istilah “ide” digunakan untuk mengacu kepada representasi mental atau aktivitas mental
secara umum. Setiap ide selalu dipahami tentang sesuatu yang eksternal dan internal, nyata
atau imajiner. John Locke menganggap semua ide sebagai sensasi objek yang bisa
dibayangkan atau refleksi objek yang tidak dapat dibayangkan. David Hume berpendapat
bahwa pikiran adalah jenis entitas yang dibayangkan. Hume juga berpendapat bahwa setiap
kata-kata yang tidak dapat mengungkapkan pengalaman masa lalu adalah tidak berarti.30[30]
Berikut beberapa konsep dasar dari teori ini:31[31]
a. Makna itu ditempelkan saja kepada kata (terpisah dari kata). Makna datang dari tempat
lain yaitu dari pikiran dalam bentuk ide atau gagasan. Manusia memiliki sejumlah gagasan
yang tersembunyi, kecuali jika dikomunikasikan lewat bahasa. Jadi bahasa adalah penanda
gagasan.
b. Yang mendasari teori ini adalah asumsi bahwa bahasa adalah instrumen untuk
melaporkan pikiran yang terdiri atas antrian gagasan yang disadari. Gagasan ini bersifat
personal, maka diperlukan sistem bunyi dan penanda yang membangun pemahaman
intersubjektivitas. Bila seseorang menggunakan sistem tersebut, maka gagasannya akan
membangunkan gagasan yang sesuai pada orang lain.
c. Bahasa yang bersifat personal itu memiliki makna setelah dihubungkan dengan sensasi
personal, maka dari itu disebut private language. Maka makna bahasa menjadi sangat
pribadi, sehingga tidak dapat diajarkan pada orang lain. Bila demikian, ketika kita
berkomunikasi lewat bahasa, sesungguhnya sebagian dari makna yang kita sampaikan itu
tidak dapat dimengerti oleh lawan bicara.
4. Truth- Conditional Theory
29[29] Ibid.
30[30] Ibid.
31[31] Chaedar Alwasilah, Filsafat Bahasa dan Pendidikan (Bandung: Rosda, 2008), hlm. 60-62.
48
Teori ini mendefinisikan Makna sebagai kondisi dimana suatu ekspresi itu mungkin
saja benar atau juga salah. Teori ini dipelopori oleh Frege dan beberapa filusuf seperti Alfred
Tarski dan Donald Davidson. Gottlob Frege berpendapat bahwa nama yang ada setidaknya
memerlukan dua masalah dalam menjelaskan maknanya. Pertama, misalkan arti dari sebuah
nama dalam hal ini misalnya Sam, yang berarti seseorang di muka bumi ini yang bernama
Sam, namun jika objek dari nama itu tidak ada yaitu Pegasus, maka menurut teori ini bahwa
nama itu tidak berarti. Kedua, misalkan dua nama yang berbeda merujuk pada object yang
sama. Hesperus dan Phosphorus adala nama yang diberikan kepada benda-benda angkasa
yang berbeda, kemudian menunjukkan bahwa keduanya adalah sama (planet Venus). Jika
kedua kata itu berarti sama maka tidak akan menghasilkan kalimat yang berbeda dari makna
aslinya. Dengan kata lain, dua nama untuk orang yang sama akan memiliki pengertian yang
berbeda.
5. Referensi Teori Makna
Teori ini dikenal juga secar kolektif sebagai Eksternalism semantic, berpendapat
bahwa makna setara dengan hal-hal di dunia yang benar-benar berhubungan dengan tanda-
tanda. Ada dua sub sepsis dari eksternalism yaitu social dan lingkungan. Yang pertama
sangat erat hubungannya dengan Tyler Burge dan yang kedua dengan Hilary Putnam dan
Kripkeand Saul.32[32]
I. Macam-macam dan jenis Makna
1. Makna Emotif
Makna emotif menurut Sipley adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi
pembicara atau sikap pembicara mengenai atau terhadap sesuatu yang dipikirkan atau
dirasakan. Dicontohkan dengan kata kerbau dalam kalimat Engkau kerbau., kata itu tentunya
menimbulkan perasaan tidak enak bagi pendengar. Dengan kata lain,kata kerbau tadi
mengandung makna emosi. Kata kerbau dihubungkan dengan sikap atau poerilaku malas,
lamban, dan dianggapsebagai penghinaan. Orang yang dituju atau pendengarnya tentunya
akan merasa tersimggung atau merasa tidak nyaman. Bagi orang yang mendengarkan hal
tersebut sebagai sesuatu yang ditujukan kepadanya tentunya akan menimbulkan rasa ingin
melawan. Dengan demikian, makna emotif adalah makna dalam suatu kata atau kalimat yang
dapat menimbulkan pendengarnya emosi dan hal ini jelas berhubungan dengan perasaan.
Makna emotif dalam bahasa indonesia cenderung mengacu kepada hal-hal atau makna yang
32[32] http://luluvikar.wordpress.com/2010/12/29/makna-dan-teori-tentang-makna-tugas/
49
positif dan biasa muncul sebagai akibat dari perubahan tata nilai masyarakat terdapat suatu
perubahan nilai. 33[33]
2. Makna Konotatif
Makna konotatif berbeda dengan makna emotif karena makna konotatif cenderung
bersifat negatif, sedangkan makna emotif adalah makna yang bersifat positif. Makna
konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau
didengar. Misalnya, pada kalimat Anita menjadi bunga desa. Kata bunga dalam kalimat
tersebut bukan berarti sebagai bunga di taman melainkan menjadi idola di desanya sebagai
akibat kondisi fisiknya atau kecantikannya. Kata bunga yang ditambahkan dengan salah satu
unsur psikologis fisik atau sosial yang dapat dihubungkan dengan kedudukan yang khusus
dalam masyarakat, dapat menumbuhkan makna negatif.34[34]
3. Makna Kognitif
Makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna unsur bahasa
yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan, dan dapat
dijelaskan berdasarkan analisis komponenya. Kata pohon bermakna tumbuhan yang memiliki
batang dan daun denga bentuk yang tinggi besar dan kokoh. Inilah yang dimaksud dengan
makna kognitif karena lebih banyak dengan maksud pikiran.35[35]
4. Makna Referensial
Referen menurut Palmer adalah hubungan antara unsur-unsur linguistik berupa kata-
kata, kalimat-kalimat dan dunia pengalaman nonlinguistik. Referen atau acuan dapat
diartikan berupa benda, peristiwa, proses atau kenyataan. Referen adalah sesuatu
yangditunjuk oleh suatu lambang. Makna referensial mengisyaratkan tentang makna yamg
langsung menunjuk pada sesuatu, baik benda, gejala, kenyataan, peristiwa maupun
proses.36[36]
Makna referensial menurut uraian di atas dapat diartikan sebagai makna yang
langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata atau ujaran. Dapat juga
dikatakan bahwa makna referensial merupakan makna unsur bahasa yanga dekat
33[33] Mansoer Pateda, Semantik Leksikal (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 101.
34[34] http://luluvikar.wordpress.com/2010/12/29/makna-dan-teori-tentang-makna-tugas/
35[35] Ibid., hlm. 109.
36[36] Ibid., hlm. 125.
50
hubungannya dengan dunia luar bahasa, baik berupa objek konkret atau gagasan yang dapat
dijelaskan melalui analisis komponen.
5. Makna Piktorikal
Makna piktorikal menurut Shipley adalah makna yamg muncul akibat bayangan
pendengar ataupembaca terhadap kata yang didengar atau dibaca. Makna piktorikal
menghadapkan manusia dengan kenyataan terhadap perasaan yang timbul karena pemahaman
tentang makna kata yang diujarkan atau ditulis, misalnya kata kakus, pendengar atau pembaca
akan terbayang hal yang berhubungan dengan hal-hal yang berhubungan dengan kakus,
seperti kondisi yang berbau, kotoran, rasa jijik, bahkan timbul rasa mual karenanya.37[37]
http://jagadkawula.blogspot.com/2012/11/teori-makna.html
urindam(berasal dari bahasa Tamil”india”)
Yang berarti ”Perhiasan/Bunga”. Satu bait terdiri dari dua baris, memiliki irama
yang sama dan merupakan kesatuan utuh. Baris pertama merupakan syarat baris
kedua merupakan jawabannya. Gurindam berisi petuah/nasihat.
http://lusianasianturi.blogspot.com/2013/02/teori-puisi_9.html
Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul "
Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar IPA dengan Metode Pembelajaran Discovery
Pada Siswa Kelas V Di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun
Pelajaran 2007/2008 ".
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar helakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran discovery terhadap motivasi belajar
siswa mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 di Kecamatan Pagak
Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008?
2. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran
discovery mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 di Kecamatan
Pagak Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008?
C. Tujuan Penelitian Contoh Proposal PTK
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
37[37] Ibid., hlm. 122.
51
1. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran
discovery mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak
Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008.
2. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya
pembelajaran discovery mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04
Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008.
D. Manfaat Penelitian
Penulis mergharapkan dengan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
1. Guru
Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan materi IPA.
2. Siswa
Meningkatkan motivasi dan prestasi pada mata pelajaran-pelajaran IPA
3. Sekolah
Memberikan masukan bagi sekolah sebagai pedoman untuk mengambil kebijakan di sekolah
tersebut.
E. HipotesisTindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan adalah sebagai berikut:
1. Penerapan pembelajaran disvovery dapat meningkatkan motivasi belajar mata
pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 di Kecamatan Pagak Kabupaten
Malang Tahun pelajaran 2007/2008.
2. Penerapan pembelajaran discovery dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata
pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 di Kecamatan Pagak Kabupaten
Malang Tahun pelajaran 2007/2008
F. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah masalah peningkatan
motivasi dan prestasi belajar siswa.
2. Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada siswa kelas V
3. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak
Kabupaten Malang.
4. Dalam penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2007/2008.
5. Penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada kompetensi dasar menyimpulkan hasil
penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap.
G. Definisi Operasional
Variabel Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu
didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran penemuan (discovery) adalah :
Suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar
pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar anak dapat
belaiar sendiri
2. Motivasi belajar adalah:
Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk
52
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu
yang mendorong tingkah. lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
3. Prestasi belajar adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa
mengikuti pelajaran.
H. Kajian Pustaka
I. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitianti
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas(PTK) yang bersifat reflektif, partisipatif,
kolaboratif, dan spiral, bertujuan untuk melakukan perbaikan –perbaikan terhadap sistim,
cara kerja, proses, isi, dan kompetensi atau situasi pembelajaran. PTK yaitu suatu kegaitan
menguji cobakan suatu id eke dalam praktik atau situasi nyata dalam harapan kegiatan
tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar ( Riyanto,
2001)
b. Kehadiran Peneliti
Pada penelitian ini, peneliti sebagai guru dan merencanakan kegiatan berikut :
1. Menyusun angket untuk pembelajaran dan menyusun rencana program pembelajaran
2. Mengumpulkan data dengan cara mengamati kegiatan pembelajaran dan wawancara
untuk mengetahui proses pembelajaran yangdilakukan oleh guru kelas
3. Melaksanakan rencana program pembelajaran yang telah dibuat
4. Melaporkan hasil penelitian
c. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di…….
d. Data dan sumber
1. Data dalam penelitian ini adalah kemampuan berfikir siswa yang diperoleh dengan
mengamati munculnya pertanyaan dan jawaban yang muncul selama diskusi
berlangsung dan diklasifikasikan menjadi C1 – C 6. Data untuk hasil penelian
diperoleh berdasarkan nilai ulangan harian (test).
2. Sumber data penelitian adalah siswa kelas……. Sebagai obyek penelitian
e. Prosedur pengumpulan data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut
:
1. Wawancara
Wawancara awal dilakukan pada guru dan siswa untuk menentukan tindakan. Wawancara
dilakukan untuk mengetahui kondisi awal siswa
2. Angket
Angket merupakan data penunjang yang digunakan untuk mengumpulkan informasi terkait
dengan respon atau tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif
3. Observasi
Observasi dilaksanakan untuk memperoleh data kemampuan berpikir siswa yang terdiri dari
beberapa deskriptor yang ada selama pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan
53
dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Obsevasi dilakukan oleh 3 orang
observer.
4. Test
Test dilaksanakan setiap akhir siklus, hal ini dimaksudkan untuk mengukur hasil yang
diperoleh siswa setelah pemberian tindakan. Test tersebut berbentuk multiple choise agar
banyak materi tercakup
5. Catatan lapangan
Catatan lapangan digunakan sebagai pelengkap data penelitian sehingga diharapkan semua
data yang tidak termasuk dalam observasi dapat dikumpulkan pada penelitian ini
f. Analisis data
1. Kemampuan Berfikir
Kualitas pertanyaan dan jawaban siswa dianalisis dengan rubric. Kemudian untuk
mengetahui peningkatan skor kemampuan berfikir, pertanyaan dan janwaban yang telah
dinilai dengan rubric pada siklus I dibandingkan dengan pertanyaan dan jawaban yang telah
dinilai dengan rubric pada siklus II.
Rumus untuk mencari skor klasikal kemampuan bertanya siswa
Skor riil X 4
Skor maks
Keterangan:
Skor riil : skor total yang diperoleh siswa
Skor maksimal : Skor total yang seharusnya diperoleh siswa
4 : Skor maksimal dari tiap jawaban( pedoman penskoran lihat lampiran )
2. Hasil Belajar
Hasil belajar pada aspek kognetif dari hasil test dianalisis dengan teknik analisis evaluasi
untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa.
Caranya adalah dengan menganalisis hasil test formatif dengan menggunakan criteria
ketuntasan belajar. Secam Aswirara individu, siswa dianggap telah belajar tuntas apabila
daya serapnya mencapai 65 %, Secara kelompok dainggap tuntas jika telah belajar apabila
mencapai 85 % dari jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal 65 % (Dedikbud 2000
dalam Aswirda 2007)
g. Tahap-tahap penelitian Contoh Proposal PTK
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan proses pembelajaran yang dilakukan adalah
model pembelajaran kooperatif……… Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus .
Setiap siklus tediri dari perencanaan, tindakan, penerapan tindakan, observasi, refleksi.
Siklus I
1. Perencanaan
Sebelum melaksanakan tindakan maka perlu tindakan persiapan. Kegiatan pada tahap ini
adalah :
Penyusunan RPP dengan model pembelajaran yang direncanakan dalam PTK.
Penyusunan lembar masalah/lembar kerja siswa sesuai dengan indikator pembelajaran
yang ingin dicapai
Membuat soal test yang akan diadakan untuk mengetahui hasil pemebelajaran siswa.
Membentuk kelompok yang bersifat heterogen baik dari segi kemampuan akademis,
jenis kelamin,maupun etnis.
54
Memberikan penjelasan pada siswa mengenai teknik pelaksanaan model pembelajaran
yang akan dilaksanakan
2. Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Dalam
pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator selama pembelajaran, siswa dibimbing
untuk belajar IPA secara kooperatif learning dengan model……Adapun langkah –
langkah yang dilakukan adalah(sesuaikan dengan scenario pembelajaran)
Kegiatan penutup
Di akhir pelaksanaan pembelajaran pada tiap siklus, guru memberikan test secara tertulis
untuk mengevalausi hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Observasi
Pengamatan dilakukan selama proses proses pembelajaran berlangsung dan hendaknya
pengamat melakukan kolaborasi dalam pelaksanaannya.
4. Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh. Hasil analisis data yang telah ada
dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang ingin dicapai.
Refleksi daimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah atau belum terjadi, apa
yang dihasilkan,kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil
refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya unttuk menghasilkan
perbaikan pada siklus II
Silus II
Kegiatan pada siklus dua pada dasarnya sama dengan pada siklus I hanya saja perencanaan
kegiatan mendasarkan pada hasil refleksi pada siklus I sehingga lebih mengarah pada
perbaikan pada pelaksanaan siklus I.
DAFTAR RUJUKAN Contoh Proposal PTK
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Judul:
MENINGKATKAN KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA (KEM) DENGAN MENGGUNAKAN METODE
KLOS SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI
55
BAB I
PENDAHULUAN
PTK Bahasa Indonesia SMA
1.1 Latar Belakang Masalah
Berdasarkan pengalaman peneliti pembelajaran membaca baik yang dialami sendiri maupun
yang diketahui selama ini, model pembelajarannya selalu mengacu pada apa yang ada pada
buku paket. Teknik pengajaran membaca yang ada umumnya membaca pemahaman.
Banyak teknik pengajaran yang selama ini tidak dipergunakan untuk melatih keterampilan
membaca. Teknik-teknik itu antara lain teknik uji rumpang. Kenyataan yang terjadi di
samping kemampuan dan keterampilan yang kurang pada siswa, pengajaran membaca
selalu mengacu pada teknik yang ada pada buku tersebut. Dengan demikian para siswa
beranggapan pengajaran membaca tujuannya semata-mata menjawab pertanyaan, mencari
kata istilah yang sulit dan lain-lain. Hal ini dihadapi para siswa dengan proses yang amat lain.
PTK Bahasa Indonesia SMA
Perihal lain yang selalu muncul pada pembelajaran membaca yaitu guru Bahasa Indonesia
pada umumnya hanya mengutamakan penyelesaian target materi dalam kurikulum yang
orientasinya mengacu pada usaha meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan
soal-soal, walaupun hal ini tidak selalu benar sebab soal-soal sering kurang mengacu pada
keterampilan berbahasa baik keterampilan menyimak, berbicara,membaca, maupun
menulis.
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah kurangnya guru Bahasa Indonesia memahami
dan menguasai teknik pengajaran membaca. Belum lagi memilih bahan bacaan yang
seharusnya dalam pengajaran membaca guru dituntut mampu memilih bahan bacaan yang
sesuai dengan tujuan dan tingkat perkembangan siswa, kompetensi siswa, minat dan tingkat
kecakapan baca.
Peneliti berusaha mengungkap kecepatan efektif membaca ( KEM ) siswa, karena penulis
sangat prihatin dengan KEM siswa di negara kita. Kalau di negara-negara maju seperti
Amerika, seorang setara SMA di negara kita (Senior High School) dalam keadaan normal
sudah memiliki kecepatan membaca minimal kurang lebih 250 kata permenit, dengan
pemahaman isi bacaan minimal 70 %. Jika dihitung kecepatan efektif membacanya (KEM) =
56
250 kpm x 70 % = 175 kpm. (Harjasujana,200:88). Kalau di Amerika siswa setingkat SMA
memiliki KEM terendah ± 175 kpm, maka di Indonesia masih tidak sedikit siswa SMA KEM
tertinggi ± 175 kpm. Dari pengalaman peneliti membelajarkan siswa kelas XI IPA 2 SMA
Negeri 3 Sidoarjo, ternyata hal tersebut di atas juga terjadi. Dengan KEM ± 175 kpm, lalu
bagaimana bisa menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang diharapkan melalui
berbagai media cetak dalam waktu yang relatif singkat.
Berdasarkan uraian singkat di atas, peneliti mengambil tindakan, yaitu “Meningkatkan
Kecepatan Efektif Membaca Dengan Menggunakan Metode Klos Siswa Kelas XI IPA 2 SMA
Negeri 3 Sidoarjo”.
Peneliti memilih metode klos untuk meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM)
karena metode klos dapat dipakai untuk mengukur tingkat keterbacaan sebuah wacana dan
untuk melatih keterampilan dan kemampuan membaca
1.2 Perumusan dan Pemecahan Masalah
1.2.1 Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini diajukan rumusan masalah yaitu bagaimana penggunaan metode Klos
bisa meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) siswa kelas XI IPA 2 SMAN 3 Sidoarjo
1.2.2 Pemecahan Masalah
Dengan rendahnya Kecepatan Efektif Membaca Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Sidoarjo
Tahun Pelajaran 2006/2007 penulis mengambil tindakan yaitu meningkatkan Kecepatan
Efektif Membaca dengan menggunakan Metode Klos yang langkah-langkahnya sebagai
berikut : Tahap awal merupakan pra tindakan yaitu identifikasi metode klos dan Kecepatan
Efektif Membaca (KEM), langkah kedua pelaksanaan tindakan yang terdiri dari tiga siklus.
Siklus I penerapan metode klos, siklus II sebagai implementasi pelaksanaan metode klos,
dan siklus III sebagai pemantapan.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitan tindakan kelas ini adalah :
Untuk meningkatkan kecepatan efektif membaca (KEM) siswa kelas XI IPA 2 SMAN 3
Sidoarjo dengan menggunakan metode klos .
1.4 Lingkup Penelitian
57
Lingkup yang menjadi batasan materi dalam penelitian ini adalah Kecepatan Efektif
Membaca (KEM) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan kompetensi dasar membaca
cepat. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas XI IPA 2, SMA Negeri 3 Sidoarjo Tahun
Pelajaran 2006/2007.
1.5 Definisi Operasional
Kesamaan arti sangat diperlukan dalam penelitian. Sejalan dengan itu diperlukan
pendefinisian istilah sebagai berikut :
1.5.1 Kecepatan Efektif Membaca (KEM) PTK Bahasa Indonesia SMA
Kecepatan Efektif Membaca (KEM) adalah sebuah istilah untuk mencerminkan kemampuan
membaca yang sesungguhnya yang dicapai oleh pembaca, karena KEM merupakan
perpaduan antara kecepatan membaca dan kemampuan memahami bacaan. KEM dapat
ditentukan dengan jalan memperkalikan kecepatan membaca dengan prosentase
pemahaman isi bacaan (Harjasujana,2000:109).
1.5.2 Metode Klos
Metode Klos berasal dari kata ”Clozure” yaitu suatu istilah dari ilmu jiwa Gestalt, yang
mempunyai pengertian bahwa pada dasarnya orang melihat bagian-bagian itu sebagai suatu
keseluruhan. Dalam teknik klos, pembaca diminta untuk memahami wacana yang tidak
lengkap, karena bagian tertentu telah dihilangkan, akan tetapi pemahaman pembaca tetap
sempurna (Kamidjan,1996:66)
1.6 Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
Bagi siswa : hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan
berbahasa dan terjadi kemajuan belajar pada mata pelajaran lain
Bagi peneliti (guru) : dapat meningkatkan profesionalisme dan bisa digunakan untuk
pengembangan profesi dalam perolehan angka kredit untuk naik ke golongan IV b
Bagi guru lain : memberikan motivasi dan referensi model-model pembelajaran yang
inovatif.
Bagi sekolah : dengan adanya guru-guru (para peneliti) melakukan penelitian
tindakan kelas berarti proses pembelajaran di kelas sangat berkualitas sehingga
terjadi perubahan positif mengarah pada sekolah unggul.
BAB II
LANDASAN TEORI
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen
MenceritakanCerpen

More Related Content

What's hot

Ptk eri-marlina-lengkap
Ptk eri-marlina-lengkapPtk eri-marlina-lengkap
Ptk eri-marlina-lengkapnasrun gayo
 
Iis listiani iryanti (037108095)
Iis listiani iryanti  (037108095)Iis listiani iryanti  (037108095)
Iis listiani iryanti (037108095)Ajir d'Kuvagaa
 
Contoh proposal ptk dan artikel ilmiah
Contoh proposal ptk dan artikel ilmiahContoh proposal ptk dan artikel ilmiah
Contoh proposal ptk dan artikel ilmiahSuaidin -Dompu
 
Proposal Yang Telah Diseminarkan
Proposal Yang Telah DiseminarkanProposal Yang Telah Diseminarkan
Proposal Yang Telah DiseminarkanMuhammad Syafrullah
 
Modul plpg PTK KIMIA
Modul plpg PTK KIMIAModul plpg PTK KIMIA
Modul plpg PTK KIMIAEKO SUPRIYADI
 
Rendi bku guru ict
Rendi bku guru ictRendi bku guru ict
Rendi bku guru ictrendy petir
 
Meningkatkan partisipasi siswa kelas x
Meningkatkan partisipasi siswa kelas xMeningkatkan partisipasi siswa kelas x
Meningkatkan partisipasi siswa kelas xfadhyl_bagenda
 
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA Kimia
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA KimiaArtikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA Kimia
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA KimiaM Wahyudi Haidar
 
76484559 proposal-penelitian-biologi
76484559 proposal-penelitian-biologi76484559 proposal-penelitian-biologi
76484559 proposal-penelitian-biologielisabethringo
 
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...Alfan Fazan Jr.
 
Artikel PTK.pdf
Artikel PTK.pdfArtikel PTK.pdf
Artikel PTK.pdfjayaitnay
 
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discoveryProposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discoveryMuhammad Syafrullah
 
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelasContoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelasMuh Yusuf Manguluang
 

What's hot (20)

Ptk eri-marlina-lengkap
Ptk eri-marlina-lengkapPtk eri-marlina-lengkap
Ptk eri-marlina-lengkap
 
Iis listiani iryanti (037108095)
Iis listiani iryanti  (037108095)Iis listiani iryanti  (037108095)
Iis listiani iryanti (037108095)
 
16. kimia (ptk)
16. kimia (ptk)16. kimia (ptk)
16. kimia (ptk)
 
Proposal skripsi
Proposal skripsiProposal skripsi
Proposal skripsi
 
Tesis bab 3 revisi
Tesis bab 3 revisiTesis bab 3 revisi
Tesis bab 3 revisi
 
Contoh proposal ptk dan artikel ilmiah
Contoh proposal ptk dan artikel ilmiahContoh proposal ptk dan artikel ilmiah
Contoh proposal ptk dan artikel ilmiah
 
Bab 1 5 jadi
Bab 1 5 jadiBab 1 5 jadi
Bab 1 5 jadi
 
Proposal Yang Telah Diseminarkan
Proposal Yang Telah DiseminarkanProposal Yang Telah Diseminarkan
Proposal Yang Telah Diseminarkan
 
Analisis Skripsi
Analisis SkripsiAnalisis Skripsi
Analisis Skripsi
 
Seminar proposal
Seminar proposalSeminar proposal
Seminar proposal
 
Modul plpg PTK KIMIA
Modul plpg PTK KIMIAModul plpg PTK KIMIA
Modul plpg PTK KIMIA
 
Rendi bku guru ict
Rendi bku guru ictRendi bku guru ict
Rendi bku guru ict
 
Contoh proposal biologi smu
Contoh proposal biologi smuContoh proposal biologi smu
Contoh proposal biologi smu
 
Meningkatkan partisipasi siswa kelas x
Meningkatkan partisipasi siswa kelas xMeningkatkan partisipasi siswa kelas x
Meningkatkan partisipasi siswa kelas x
 
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA Kimia
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA KimiaArtikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA Kimia
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA Kimia
 
76484559 proposal-penelitian-biologi
76484559 proposal-penelitian-biologi76484559 proposal-penelitian-biologi
76484559 proposal-penelitian-biologi
 
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...
 
Artikel PTK.pdf
Artikel PTK.pdfArtikel PTK.pdf
Artikel PTK.pdf
 
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discoveryProposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
 
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelasContoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
 

Viewers also liked

Proposal & buklet zis imuska 1431 h
Proposal & buklet zis imuska 1431 hProposal & buklet zis imuska 1431 h
Proposal & buklet zis imuska 1431 himuska
 
Brochure qurban pak kumis1432h
Brochure qurban pak kumis1432hBrochure qurban pak kumis1432h
Brochure qurban pak kumis1432hLAZISMU
 
Buklet zis imuska 1431 h
Buklet zis imuska 1431 hBuklet zis imuska 1431 h
Buklet zis imuska 1431 himuska
 
Multimedia Pembelajaran
Multimedia  PembelajaranMultimedia  Pembelajaran
Multimedia PembelajaranYahya Electone
 
LAZISMU profile | Lembaga Zakat Nasional
LAZISMU profile  | Lembaga Zakat NasionalLAZISMU profile  | Lembaga Zakat Nasional
LAZISMU profile | Lembaga Zakat NasionalLAZISMU
 
Strategi dan kiat praktis menerjemahkan teks berbahasa arab
Strategi dan kiat praktis menerjemahkan teks berbahasa arabStrategi dan kiat praktis menerjemahkan teks berbahasa arab
Strategi dan kiat praktis menerjemahkan teks berbahasa arabsugeng iskandar
 

Viewers also liked (8)

Proposal & buklet zis imuska 1431 h
Proposal & buklet zis imuska 1431 hProposal & buklet zis imuska 1431 h
Proposal & buklet zis imuska 1431 h
 
Penerjemahan sastra
Penerjemahan sastraPenerjemahan sastra
Penerjemahan sastra
 
Proposal masjid
Proposal masjidProposal masjid
Proposal masjid
 
Brochure qurban pak kumis1432h
Brochure qurban pak kumis1432hBrochure qurban pak kumis1432h
Brochure qurban pak kumis1432h
 
Buklet zis imuska 1431 h
Buklet zis imuska 1431 hBuklet zis imuska 1431 h
Buklet zis imuska 1431 h
 
Multimedia Pembelajaran
Multimedia  PembelajaranMultimedia  Pembelajaran
Multimedia Pembelajaran
 
LAZISMU profile | Lembaga Zakat Nasional
LAZISMU profile  | Lembaga Zakat NasionalLAZISMU profile  | Lembaga Zakat Nasional
LAZISMU profile | Lembaga Zakat Nasional
 
Strategi dan kiat praktis menerjemahkan teks berbahasa arab
Strategi dan kiat praktis menerjemahkan teks berbahasa arabStrategi dan kiat praktis menerjemahkan teks berbahasa arab
Strategi dan kiat praktis menerjemahkan teks berbahasa arab
 

Similar to MenceritakanCerpen

Artikel pak tama ips
Artikel pak tama   ipsArtikel pak tama   ips
Artikel pak tama ipsayu suciati
 
Penerapan model pembelajaran_inkuiri_untuk_meningkatkan_pemahaman_siswa_tenta...
Penerapan model pembelajaran_inkuiri_untuk_meningkatkan_pemahaman_siswa_tenta...Penerapan model pembelajaran_inkuiri_untuk_meningkatkan_pemahaman_siswa_tenta...
Penerapan model pembelajaran_inkuiri_untuk_meningkatkan_pemahaman_siswa_tenta...Lim Leh Hong
 
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BE...
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BE...PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BE...
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BE...sinupid
 
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesiaUsaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesiaOperator Warnet Vast Raha
 
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN K...
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN K...UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN K...
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN K...dina suci
 
Apriyanti Arifin makalah proceeding SeNdiMat II PPPPTK Matematika, Kamis 27 N...
Apriyanti Arifin makalah proceeding SeNdiMat II PPPPTK Matematika, Kamis 27 N...Apriyanti Arifin makalah proceeding SeNdiMat II PPPPTK Matematika, Kamis 27 N...
Apriyanti Arifin makalah proceeding SeNdiMat II PPPPTK Matematika, Kamis 27 N...Apriyanti Arifin
 
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014Kornea Situraja
 
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014Kornea Situraja
 
Jurnal Pendidikan Kornea Vol.1 No.1
Jurnal Pendidikan Kornea Vol.1 No.1Jurnal Pendidikan Kornea Vol.1 No.1
Jurnal Pendidikan Kornea Vol.1 No.1Kornea Situraja
 
Contoh artikel Tes
Contoh artikel TesContoh artikel Tes
Contoh artikel Tesanggadiyan
 

Similar to MenceritakanCerpen (20)

Artikel pak tama ips
Artikel pak tama   ipsArtikel pak tama   ips
Artikel pak tama ips
 
Penerapan model pembelajaran_inkuiri_untuk_meningkatkan_pemahaman_siswa_tenta...
Penerapan model pembelajaran_inkuiri_untuk_meningkatkan_pemahaman_siswa_tenta...Penerapan model pembelajaran_inkuiri_untuk_meningkatkan_pemahaman_siswa_tenta...
Penerapan model pembelajaran_inkuiri_untuk_meningkatkan_pemahaman_siswa_tenta...
 
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BE...
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BE...PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BE...
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BE...
 
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesiaUsaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
 
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN K...
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN K...UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN K...
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN K...
 
JURNAL
JURNAL JURNAL
JURNAL
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Karil nurnisa
Karil nurnisaKaril nurnisa
Karil nurnisa
 
Implementasi pbl
Implementasi pblImplementasi pbl
Implementasi pbl
 
Apriyanti Arifin makalah proceeding SeNdiMat II PPPPTK Matematika, Kamis 27 N...
Apriyanti Arifin makalah proceeding SeNdiMat II PPPPTK Matematika, Kamis 27 N...Apriyanti Arifin makalah proceeding SeNdiMat II PPPPTK Matematika, Kamis 27 N...
Apriyanti Arifin makalah proceeding SeNdiMat II PPPPTK Matematika, Kamis 27 N...
 
Nht 4
Nht 4Nht 4
Nht 4
 
100771167 karya-ilmiah 2
100771167 karya-ilmiah 2100771167 karya-ilmiah 2
100771167 karya-ilmiah 2
 
100771167 karya-ilmiah 2
100771167 karya-ilmiah 2100771167 karya-ilmiah 2
100771167 karya-ilmiah 2
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
 
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
 
Jurnal Pendidikan Kornea Vol.1 No.1
Jurnal Pendidikan Kornea Vol.1 No.1Jurnal Pendidikan Kornea Vol.1 No.1
Jurnal Pendidikan Kornea Vol.1 No.1
 
Artikel
ArtikelArtikel
Artikel
 
Contoh artikel Tes
Contoh artikel TesContoh artikel Tes
Contoh artikel Tes
 

More from mujahidah khilafah (Shintia Minandar)

More from mujahidah khilafah (Shintia Minandar) (20)

Drama sebagai teater
Drama sebagai teaterDrama sebagai teater
Drama sebagai teater
 
Rpp drama sebagai teater
Rpp drama sebagai teaterRpp drama sebagai teater
Rpp drama sebagai teater
 
hubungan bahasa dengan Retorika
hubungan bahasa dengan Retorikahubungan bahasa dengan Retorika
hubungan bahasa dengan Retorika
 
Jurnal semantik-nan-cantik
Jurnal semantik-nan-cantikJurnal semantik-nan-cantik
Jurnal semantik-nan-cantik
 
draft penting implikatur
draft penting implikaturdraft penting implikatur
draft penting implikatur
 
Shinmin
ShinminShinmin
Shinmin
 
Proposal menulis karya ilmiah shintia M
Proposal menulis karya ilmiah shintia MProposal menulis karya ilmiah shintia M
Proposal menulis karya ilmiah shintia M
 
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaan
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaanHubungan antara ilmu dengan kebudayaan
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaan
 
Mahkota dewa atau phaleria papuana atau phaleriae fructus
Mahkota dewa atau phaleria papuana atau phaleriae fructusMahkota dewa atau phaleria papuana atau phaleriae fructus
Mahkota dewa atau phaleria papuana atau phaleriae fructus
 
Kisi kisi
Kisi kisiKisi kisi
Kisi kisi
 
Paper peserta diskusi
Paper peserta diskusiPaper peserta diskusi
Paper peserta diskusi
 
Bab vi
Bab viBab vi
Bab vi
 
Tugas kel pk dudung
Tugas kel pk dudungTugas kel pk dudung
Tugas kel pk dudung
 
Print peserta
Print pesertaPrint peserta
Print peserta
 
Kriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data
Kriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan dataKriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data
Kriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data
 
1105113581 shintia bu char
1105113581 shintia bu char1105113581 shintia bu char
1105113581 shintia bu char
 
Istilah variabel dapat diartikan bermacam
Istilah variabel dapat diartikan bermacamIstilah variabel dapat diartikan bermacam
Istilah variabel dapat diartikan bermacam
 
Studi bahasa sebagai sistem tanda
Studi bahasa sebagai sistem tandaStudi bahasa sebagai sistem tanda
Studi bahasa sebagai sistem tanda
 
Variabel penelitian
Variabel penelitianVariabel penelitian
Variabel penelitian
 
Cover
CoverCover
Cover
 

MenceritakanCerpen

  • 1. 1 SDN Kotalama I Malang merupakan sekolah yang menggunakan Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2006-2007. Metode pembelajaran yang biasa digunakan di SDN Kotalama I ini adalah metode ceramah dan bersifat klasikal. Hasil observasi awal ditemukan kondisi tentang rendahnya penguasaan materi dan aktivitas belajar siswa di dalam kelas cenderung ramai dan siswa tidak memperhatikan guru yang sedang mengajar. Permasalahan ini dicoba diatasi dengan penerapan pendekatan konstruktivistik melalui model pembelajaran kooperatif yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan menuntut keaktifan siswa. Kegiatan belajarnya dilakukan secara kelompok oleh siswa untuk mengaplikasikan teori yang mereka peroleh dan untuk menemukan konsep serta fakta yang diperoleh dari lingkungan sekitar mereka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan : 1) penerapan pendekatan konstruktivistik dengan model pembelajaran kooperatif pada pelajaran IPS kelas III pokok bahasan lingkungan alam dan buatan. 2) peningkatan aktivitas siswa kelas III SDN Kotalama I Malang. 3) peningkatan penguasaan materi kelas III SDN Kotalama I Malang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas yang meliputi beberapa tahap yaitu : perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan pengumpulan data diperoleh dari observasi, wawancara dan tes. Data yang dianalisis pada penelitian ini berupa penguasaan materi yang diperoleh melalui hasil penilaian proses belajar mengajar dan hasil penilaian terakhir pembelajaran yang di dapat dari nilai post-test, dan aktivitas siswa diperoleh dari keaktifan siswa selama melaksanakan kegiatan pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas III B SDN Kotalama I Malang, dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2008-2009. jenis data yang dipakai dalam penelitian ini berupa nilai IPS, LKS, soal post-test sebanyak 15 soal, lembar observasi penguasaan materi siswa, lembar observasi aktivitas siswa. Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Penerapan pembelajaran kooperatif dapat dilaksanakan dengan baik sesuai rencana pembelajaran, 2. Penerapan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan penguasaan materi pada mata pelajaran IPS siswa kelas III SDN Kotalama I Kecamatan Kedungkandang Kota Malang, 3. Penerapan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,4. Sesudah diterapkannya metode pembelajaran kooperatif pada siklus I penguasaan materi siswa mendapat nilai rata-rata 67, sedangkan penguasaan materi siswa lebih meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata 88,64.
  • 2. 2 Pembelajaran dengan metode kooperatif perlu diterapkan di kelas, karena dapat meningkatkan penguasaan materi dan meningkatkan aktivitas siswa. Dengan dibentuk kelompok, siswa dapat saling membantu dalam melakukan suatu kegiatan. Ide-ide yang diutarakan siswa dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran yang tepat dan mudah dipahami oleh siswa. Guru hendaknya mengembangkan potensi diri siswa dengan cara mengemukakan pendapat, menyampaikan sanggahan dan lebih aktif dalam jalannya diskusi. ------------------------------------------] Pendidikan merupakan upaya sadar yang mengangkat harkat dan martabat manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat mencapai keinginan dan cita-citanya, atau dengan kata lain pendidikan merupakan faktor penting untuk mengatasi masalah kemiskinan dan kebodohan yang selama ini melilit sebagian dari kehidupan bangsa kita. Penelitian ini bertujuan : (1) Mendeskripsikan penerapan Pembelajaran Kooperatif model Numberd Heads Together untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas IV SDN Madyopuro 1. (2) Mendeskripsikan apakah penerapan model Kooperatif Numbeered Heads Together dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam kelompok belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV SDN Madyopuro 1 Keacamatan Kedungkandang Kota Malang. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sedangkan metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus,masing- masing siklus terdiri dari: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, (4) refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Madyopuro 1. Hasil dari penelitian ini siswa pada pra tindakan yang menunjukkan bahwa rata-rata nilai hasil belajar yang dicapai siswa adalah 46,58 dengan 12 siswa (29,27 %) yang sudah mencapai ketuntasan dan 29 siswa (70,73 %) yang belum mencapai ketuntasan, dapat meningkatkan kemampuan guru dalam merancang serta mengelola pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa, peningkatan hasil belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Madyopuro 1 Setelah Melaksanakan Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together. Peningkatan Keaktifan siswa dalam kelompok pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial setelah penerapan Model Kooperatif Numbered Heads Together siswa kelas IV SDN Madyopuro 1. Bagi guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, disarankan untuk mencoba lebih semaksimal mungkin menerapkan model atau pendekatan tertentu pada proses pembelajaran, yang dapat meningkatkan Hasil belajar dan kemampuan berpikir siswa. Selain itu pendekatan seperti ini harus sering mungkin digunakan meskipun pada materi yang berbeda. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk menggunakan model yang sama dalam pengajaran di sekolah.
  • 3. 3 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN KEMBALI SECARA LISAN ISI CERPEN MELALUI METODE COOPERATIVE SCRIPT (PTK PADA SISWA KELAS IX SMP PUI CICURUG KOTA TASIKMALAYA TAHUN AJARAN 2012-2013 ) Oleh, RENI SETIAWATI NIP. 10651031 200604 2 001 SMP PUI CICURUG KOTA TASIMALAYA JALAN KOLONEL ABDULAH SALEH NO. 42 KOTA TASIKMALAYA HALAMAN PENGESAHAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN KEMBALI SECARA LISAN ISI CERPEN MELALUI METODE COOPERATIVE SCRIPT
  • 4. 4 (PTK PADA SISWA KELAS IX SMP PUI CICURUG KOTA TASIKMALAYA TAHUN AJARAN 2012-2013 ) RENI SETIAWATI NIP. 10651031 200604 2 001 Disyahkan oleh : Kepala Sekolah SMP PUI Cicurug Abubakar, S.Pd NIP. 19600419 198603 1 009 ABSTRAK Berbicara merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam proses belajar yang dialami siswa. Dalam menceritakan kembali cerpen yang dibacakan biasa di lakukan di SMP PUI Cicurug Kota Tasikmalaya dengan menggunakan metode cooperative script . Adapaun tujuan penelitian ini adalah untuk menguji penggunaan pendekatan kontektual dalam pembelajaran berbicara bahasa Indonesia di kelas IX. Metode penelitian yang penulis gunakan untuk mencapai tujuan di atas adalah penelitian tindakan kelas. Pelaksnaan penelitian ini dirancang dengan menggunakan dua siklus. Setiap siklus terdiri tiga tahap yakni : ( 1). Perencanaan tindakan , (2) pelaksanaan tindakan disertai observasi , dan (3) refleksi. Kedua siklus tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan. Dari
  • 5. 5 penelitian yang penulis analisis diperoleh melalui hasil proses belajar mengajar selama dua siklus . penelitian ini dlaksanakan di kelas IX SMP PUI Cicurug Kota Tasikmalaya. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicara menunjukan peningktan mulai dari hasil tes formatif siklus I sampai setalah mendapat perolehan yaitu melalui siklus II. Hal tersebut berarti penggunaan metode kooperative script berhasil meningkatkan keterampilan berbiacara siswa. Kata kunci : keterampilan berbicara , metode cooperative script BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam menceritakan kembali cerpen yang telah didengar biasa dilakukan di SMP PUI Cicurug Kota Tasikmalaya, dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Ternyata hasil yang diperoleh dari rata-rata ulangan harian hanya mencapai 55 . kriteria ketuntasan minimum ( KKM ) yang ditentukan untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah 75. Artinya untuk kelas IX KKM tidak tercapai . Untuk itu diperlukan usaha guru untuk memperbaiki proses pembelajaran yang akan datang, sehingga hasil yang dicapai optimal. Menceritakan kembali secara lisan satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa sekolah kelas IX. Kemampuan menceritakan kembalai sebuah cerpen merupakan salah satu jenis kemampuan berbicara yang sangat penting bagi siswa dalam menjalani kehidupan sehari – hari. Pebelajaran menceritakan kembali secara lisan cerpen yang sudah diberikan dalam pembelajaran tersebut, peneliti mengelompokan siswa yang terdiri dari dua orang siswa untuk
  • 6. 6 berpasangan. Satu siswa secara perorangan ditugasi untuk membacakan cerpen, dan satunya lagi sebagai pendengar . siswa yang berperan sebagai pendengar menceriktakan kembali cerpen yang telah dibacakan oleh temannya. 1 Hasil refleksi diperoleh data bahwa saelama proses pembelajaran, siswa banyak yang mengeluh dan muncul rasa tidak percaya diri mereka merasa kesulitan dalam mendengarkan cerpen yang di dengar. Ini merupaka gambaran kegagalan proses pembeljaran .salah satu model pembelajaran yang dapat mengatasi kegagalan pembelajaran tersebut yaitu penulis mencoba dengan menggunakan metode cooperative script yaitu secara berpasangan, siswa bergantian membacakan cerpen , dan yang satu lagi mendengarkan,. Selanjutnya siswa yang telah mendengarkan menceritakan kembali apa yang telah di dengar Terdapat berbagai model pembelajaran yang dapat dipilih salah satunya adalah model pembelajaran cooperative menurut Karli, Hilda dan Margaretha, S.Y. (2007: 70 )” Model cooperative learning adalah salah satu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau prilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang tertur dalam kelompok.” Pada model pembelajaran cooperative terdapat berbagai tipe diantaranya Student team achievement division ( STAD), Numberd head together ( NHT) tean games Taurnament (TGT), JIGSAW. B. Rumusan Masalah Berdasarkan judul penelitian tersebut , peneliti mengajukan pertanyaan sebagai rumusan masalah. Apakah melalui kemampuan menceritakan kembali secara lisan isi cerpen melalui metode cooperative script dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa kelas IX SMP PUI Cicurug Kota Tasikmalaya ? C. Tujuan Penelitian
  • 7. 7 Tujuan penelitian yang akan dicapai adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mendengar cerpen yang telah dibacakan melalui metode cooperative script. Sesuai dengan rumusan masalah pada penelitian ini., maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan metode cooperative script dalam menceritakan kembali cerpen yang telah dibacakan dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa kelas IX SMP PUI Kota Tasikmalaya. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi : 1. Guru - Dapat meningkatkan kualitas PBM - Dapat mieningkatkan keterampilan dalam menggunakan berbagai metode dan pendekatan pembelajaran 2. Siswa - Dapat meingkatkan kemampuan berbicara - Dapat meningkatkan percaya diri, aktip dan kreatif dalam mengunakan metode cooperative script - Dapat meningkatkan suasana belajar yang menyenangkan 3. Sekolah - Menumbuhkan budaya meneliti - Sebagai masukan untuk guru dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa melalui metode cooperative script BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
  • 8. 8 A. Kajian Teori Langkah langkah pemberlajaran model belajar kooperatifr menurut Ibrahim ,Muslimin,et,al, (2000:10) adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Langkah langkah model pembelajaran Fase Tingkah laku guru Fase-1 Menyampaikan tujuan dan motivasi Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin di capai pada pelajaran tersebut dan memotivasi. Fase-2 Menyajikan informasi Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bacaan Fase-3 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok kelompok belajar Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisisi secara efisien Fase-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok- kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas - tugas mereka Fase-5 evaluasi 4 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang yang telah dipelajari atau masing - masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Fase-6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar invidu dua kelompok Sumber : Ibrahim, Muslimin ,et,al.(2000:10)
  • 9. 9 Roger dan Johnson (Lie, Anita,2003:31) menyatakan bahwa ada 5 unsur model pembelajaran kerjasama yang harus diterapkan yaitu 1. Saling ketergantungan positif Dalam interaksi kooperatif ini, guru memberikan motivasi kepada siswa untuk menciptakan suasana belajar yang saling membutuhkan. Adanya interaksi yang saling membutuhkan ini disebut saling ketergantungan positif. 2. Tanggung jawab perseorangan Jika setiap tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajaran yang efektif dalam model pembelajaran cooperatif learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksakan tanggung jawab sendiri sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok dapat dilaksanakan 3. Tatap muka Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan pembelajaraan untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing, masing. 4. Komunikasi antar anggota Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara – cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga tergantung kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
  • 10. 10 5. Evaluasi proses kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama lebih efektif. Selanjutnya untuk memudahkan guru dalam pembentukan kelompok kooperatif Lie, Anita (2001:41) menjelaskan tentan prosedur pembagian kelompok, yakni : Kelompok heterogonitas bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latang belakan sosio-ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis.dalam hal kekmapuan akademis , kelompok pembelajaran kooperatif rearning bisasanya terjdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemmpuan akademis kurang. Menceritakan kembali cerpen, adalah salah satu kompetensi dasar yang harus di capai oleh siswakelas IX, dalam kurikulum 2009 adalah menceritakan kembali secara lisan isi cerpen. Indikatornya adalah : 1. menceritakan kembali isi cerpen yang telah dibaca 2. teknik pembelajaran dengan melakukan tindakan yang menggunakan metode Cooperative Script bertujuan agar siswa dapat dengan mudah, senang dan bergairah dalam memahami cerpen. Cerpen atau cerita pendek adalah cerita yang wujud fisiknya pendek. Cerita pendek dapat dibaca sekitar 10 menit sampai setengah jam jumlah katanya sekitar 500-5000 kata ( KTSP 2006 : 69 ). 1. Tokoh cerita “Tokoh cerita adalah pelukisan yang jelas tentang ditampilkan dalam sebuah cerita “ . ( Nurgiantoro , 2000 : 164 ) Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan tokoh cerita adalah pelukisan yang jelas, tentang siapa dan bagaimana
  • 11. 11 perwatakannya yang ditampilkan dalam sebuah cerita dan dapat memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca 2. Alur cerita Nurgiantoro (2000: 142 ) menjelaskan alur cerita merupakan unsur waktu, baik dikemukakan secara eksplisit atau inflisit. Alur cerita tidak harus disajikan secara urutan waktu, runtut atau kronilogis yang mulai dengan peristiwa awal , kemudian disusul dengan peristiwa tengah dan diakhiri dengan peristiwa akhir 3. Latar cerita Nurgiantoro ,( 2000: 142) menjelaskan latar merupakan landasan tumpu yang mengarah pada tempat, waktu, dan lingkungan sosial terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. 4. Konflik Nurgiantoro (2000 : 122) menjelaskan bahwa konflik mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan ada aksi dan reaksi. Cooperative Script ( Dansereau Cs. ,1985) Script Cooperative : metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengihtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari. B. Hipotesis Tindakan Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penggunaan metode Cooperative script dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa kelas IX SMP PUI Cicurug kota Tasikmalaya, pada materi menceritakan kembali secara lisan cerpen yang dibacakan, maka siswa dapat menceritakan isi cerpen dengan baik.
  • 12. 12 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP PUI Cicurug Kota Tasikmalaya yang berjumlah 20 siswa terdiri dari 11 orang laki-laki dan 9 orang perempuan . B. Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP PUI Cicurug Kota Tasikmalaya yang beralamat di jalan Kolonel Abdullah Saleh No. 42 Kota Tasikmalaya C. Desain Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan model Kemmis , S & MC Taggart,R ( 1990 ) : 14 )
  • 14. 14 Sumber Kemmis,S & Mc Taggart,R (1990: 14) Tim terdiri dari 3 orang ( 1 peneliti dan 2 orang observer ) . Anggaran tim dapat dilihat pada tablel 3.1. Tabel 3.1. Daftar Tim No Nama Mata pelajaran Keterangan
  • 15. 15 1 Reni Setiawati Bahasa Indonesia Peneliti 2 Hj. Ida Bahasa sunda Observer 3 Ina Sopiani Bahasa Inggris Observer Pada penelitian tindakan kelas ini membahas materi menceritakamn kembali isi cerpen yang telah didengar yang dilaksanakan 2 jam pelajaran 1 pertemuan indikator materi dapat dilihat pada tablel 3.2. Tabel 3.2 Materi dan Indikator Pembelajaran No Materi / indikator Waktu siklus 1 Menentukan bagian – bagian cerita dengan panduan tahap tahap dalam alur 2 jam 1 D. Rencana Tindakan 1. Rencana tindakan penelitian menggunakan metode ooperative script dalam tindakan pembelajaran. 2. Langkah langkah penelitian ini adalah sebagai berikut a. Menyususn instrumen pembelajaran b. Menyusun instrument observasi c. Mengadakan diskusi antar anggota d. Sosialisasi kepada siswa e. Melaksanakan tindakan dalam kegiatan pembelajaran f. Melakukan refleksi g. Menyusun strategi pembelajaran pada siklus 2 berdasar refleksi siklus I h. Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II i. Melakukan observasi j. Melaksanakan refleksi pada siklus II
  • 16. 16 3. Monitoring Kegiatan pada tahap ini adalah melakukan monitoring terhadap pelaksanaan tindakan 4. Refleksi Refleksi dilakukan dengan cara mendiskusiskan masalah dalam kelas penelitian dan menentukan adanya inplementasi tindakan 5. Data dan cara pengumpulan data Sumber data dan penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP PUI Cicurug Kota Tasikmalaya E. Jenis Instrumen Dan Cara Penggunaanya Jenis instrument yang digunakan adalah ulangan harian, dengan masing-masing ulangan harian soalnya sebanyak 5 butir soal berbentuk uraian ulangan harian dilaksanakan setiap akhir siklus F. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan dilaksanakan 2 siklus . siklus I membahas indikator menentukan bagian bagian cerita dengan panduan tahap tahap dalam alur dengan waktu yang diperlukan 2 pertemuan. Setelah pembelajaran selesai dilanjutkan dengan ulangan harian siklius I, setiap pembelajaran selesai dilaksanakan refleksi. Siklus II membahas indikator menceritakan kembali secara lisan isi cerpen sesuai dengan alur aslinya dengan waktu yang diperlukan 2 pertemuan. Setelah pembelajaran selesai dilanjutkan dengan ulangan harian siklus 2. Setiap pembelajaran selesai dilaksanakan refleksi. G. Cara Pengamatan (Monitoring) Pengamatan (monitoring dilaksakan pada saat pembelajaran berlangsung. Peneliti bersama 2 oran g observer berada di dakam kelas. Peneliti melaksanakan pembelajaran,
  • 17. 17 sedangkan 2 orang observer mengmati pelaksnaan pembelajaran,. Melalui lembar observasi, observer mencatat segala kegiatan yang terjadi saat proses pembelajara n berlangsung. Hal itu dimaksudkan sebagai bahan dalam melaksanakan refleksi. H. Analisis Data Dan Refleksi Analisis data diperoleh dari hasil ulangan harian untuk setiap siklus. Selanjutnya akan dilihat apakah peningkatan dari siklus I ke siklus II. Refleksi dilaksanakan oleh peneliti bersama 2 orang observer setiap selesai melaksanakan pe mbelajaran dan dilaksanakan di luar jam pemlajaran http://bindokotasmgmp.blogspot.com/2013/01/v-behaviorurldefaultvmlo_2732.html Dari bahasa yang di bentuk menjadi sebuah kata lalu menjadi kalimat yang mempunyai makna yang terkandung di dalamnya dan Ciri-Ciri yang Terkandung Dalam Gurindam 12 1. Rangkap Di dalam setiap pasal di Gurindam mempunyai dua baris dalam serangkap atau beberapa baris dalam serangkap. Setiap baris ke baris di dalam gurindam 12 membawa makna yang lengkap dan saling berkesinambungan antara baris pertama terhadap baris berikutnya. Baris pertama biasanya dikenali sebagai “syarat” dan baris kedua sebagai “jawab”. Baris pertama atau “syarat” menyatakan suatu pikiran atau peristiwa sedangkan baris kedua atau “jawab” menyatakan keterangan atau menjelaskan apa yang telah dinyatakan oleh baris atau ayat pertama tadi. 2. Perkataan Jumlah perkataan sebaris tidak tetap. 3. Suku Kata Jumlah suku kata tidak tetap. 4. Rima Rima akhir tidak tetap. 5. maksud dari setiap pasal gurindam Gurindam termasuk ke dalam puisi lama yang banyak terdapat dalam masyarakat Melayu Indonesia. Gurindam yang terkenal adalah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji (1809- 1872). Gurindam ini dinamakan Gurindam Dua Belas karena gurindam tersebut terdiri dari dua belas pasal. Hampir semua lariknya mempunyai rima yang sama dalam satu bait Pasal Pertama (1) Gurindam 12 Barang siapa tiada memegang agama Segala-gala tiada boleh dibilang nama
  • 18. 18 • Maksudnya adalah setiap manusia harus memiliki agama karena agama sangat penting bagi kehidupan manusia, orang yang tidak mempunyai agama akan buta arah menjalankan hidupnya Barang siapa mengenal yang empat Maka yaitulah orang yang ma’rifat • Untuk mencapai kesempurnaan didalam menjalani hidup, manusia harus mengenal empat zat yang menjadikan manusia mula-mula Barang siapa mengenal Allah SWT Suruh dan tegaknya tiada ia menyalah • Orang yang mengenal Allah SWT, harus melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan- Nya, tidak akan melanggar aturannya Barang siapa mengenal diri Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri • Orang yang bergama tidak akan memiliki identitas diri dan tidak akan dekat dengan allah swt. Barang siapa mengenal dunia Tahulah ia barang yang terpedaya • Kita dapat mengetahui kebesaran Allah lewat manusia, makhluk ciptaan-Nya yang paling sempurna. Manusia yang berorientasi pada kebahagiaan atau hanya mencari kebahagiaan di dunia saja, sebenarnya ia akan tertipu dan menyadarinya bahwa di dunia itu hanya sesaat Barang siapa mengenal akhirat Tahulah ia dunia mudharat • Di dunia ini kita hanya hidup sesaat, setelah kita wafat setiap manusia akan dimintakan pertanggung jawabannya di akhirat nanti. Pasal Kedua (2) Gurindam 12 Barang siapa mengenal yang tersebut Tahulah ia makna takut • Semakin seorang dekat dan mengetahui tentang agamanya pasti manusia tersebut akan takut dan orang tersebut harus menjalani Perintah-perintah-Nya dan wajib kita laksanakan Barang siapa meninggalkan sembahyang Seperti rumah tiada bertiang • Orang yang tidak sembahyang bagaikan rumah yang tidak mempunyai tiang, shalat merupakan pegangan hidup Barang siapa meninggalkan puasa Tidaklah mendapat dua termasa • Orang yang meninggalkan ibadah puasa akan kehilangan dunia dan akhirat, berarti Allah tidak akan menjaga orang itu Barang siapa meninggalkan zakat
  • 19. 19 Tiadalah hartanya beroleh berkat • Harta dari orang yang tidak membayar zakat tidak diridhai oleh Allah Barang siapa meninggalkan haji Tiadalah ia menyempurnakan janji • Orang yang tidak naik haji (apalagi jika ia mampu) tidak menyempurnakan janjinya sebagai orang Islam Pasal Ketiga (3) Gurindam 12 Apabila terpelihara mata Sedikitlah cita-cita • mata harus di pergunakan sebaik-baiknya jangan sampai kita meliahat apa yang dilarang oleh allah swt Apabila terpelihara kuping Khabar yang jahat tiadalah damping • Telinga harus dijauhkan dari segala macam bentuk gunjingan dan hasutan Apabila terpelihara lidah Niscaya dapat daripadanya faedah • Orang yang menjaga omongannya akan mendapatkan manfaat. Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan Daripada segala berat dan ringan • Jangan mengambil barang yang bukan hak kita Apabila perut terlalu penuh Keluarlah fi’il yang tidak senonoh • Nafsu harus dijaga supaya tidak melakukan perbuatan yang dilarang Anggota tengah hendaklah ingat Di situlah banyak orang yang hilang semangat • Hidup harus dijalani penuh semangat Hendaklah peliharakan kaki Daripada berjalan yang membawa rugi • Jangan merugikan diri dengan melakukan hal-hal yang mubajir dan maksiat. Melangkahlah dijalan yang benar dan di ridhoi Pasal keempat (4) Gurindam 12 Hati itu kerajaan di dalam tubuh Jikalau zalim segala anggota tubuh pun rubuh • Jagalah hati dari perbuatan yang di larang oleh agama
  • 20. 20 Apabila dengki sudah bertanah Datanglah daripadanya beberapa anak panah • Hati yang dengki hanya akan merugikan diri sendiri Mengumpat dam memuji hendaklah pikir Di situlah banyak orang yang tergelincir • Berbicara harus dipikir supaya tidak celaka karenanya Pekerjaan marah jangan dibela Nanti hilang akal di kepala • Amarah adalah perbuatan sia-sia, jaga lah amarah kita Jika sedikitpun berbuat bohong Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung • Orang yang pernah berbohong, sedikit apa pun dustanya, akan terus tampak di mata orang lain Tanda orang yang amat celaka Aib dirinya tiada ia sangka • Orang yang paling celaka adalah orang yang tidak menyadari kesalahannya sendiri sampai harus dikatakan oleh orang lain Bakhil jangan diberi singgah Itulah perompak yang amat gagah • Sifat pelit akan menguras hartanya sendiri, berarti dengan menjadi dermawan justru harta kita akan bertambah Barang siapa yang sudah besar Janganlah kelakuannya membuat kasar • Jagalah setiap perbuatan kita Barang siapa perkataan kotor Mulutnya itu umpama ketor • Kelakuan dan kata-kata hendaklah selalu halus dan bersih. Di manakah salah diri Jika tidak orang lain yang berperi • Jika kita berbuat kesalahan kita harus minta maaf Pekerjaan takbur jangan direpih Sebelum mati didapat juga sepih • Jangan mengambil pekerjaan yang haram Pasal Kelima (5) Gurindam 12 Jika hendak mengenal orang berbangsa Lihat kepada budi dan bahasa • Orang yang mulia dan berbangsa dapat kita lihat dari perilaku dan tutur katanya Jika hendak mengenal orang yang berbahagia Sangat memeliharakan yang sia-sia
  • 21. 21 • Orang yang bahagia adalah orang yang berhemat dan tidak melakukan perbuatan yang sia-sia Jika hendak mengenal orang mulia Lihatlah kepada kelakuan dia • Untuk mengetahui apakah orang itu mulia maka lihatlah sikapnya Jika hendak mengenal orang yang berilmu Bertanya dan belajar tiadalah jemu • Orang yang pandai tidak pernah jemu untuk belajar dan memetik pelajaran dari hidupnya di dunia Jika hendak mengenal orang yang berakal Di dalam dunia mengambil bekal • Orang yang berakal adalah orang yang teleh mempersipkan bekal waktu hidp di dunia ini Jika hendak mengenal orang yang baik perangai Lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai • Jika ingin mengetahui sift baik dari seseorang maka lihatlah saat di bergaul dengan masyarakat Pasal Keenam (6) Gurindam 12 Cahari olehmu akan sahabat Yang boleh dijadikan obat • sahabat yang setia dan dapat membantu kita Cahari olehmu akan guru Yang boleh tahukan tiap seteru • Carilah guru yang serba tahu dan tidak menyembunyikan hal-hal buruk Cahari olehmu akan isteri Yang boleh menyerahkan diri • Istri yang patut diambil adalah istri yang berbakti Cahari olehmu akan kawan Pilih segala orang yang setiawan • Carilah teman yang setia diasaat kita senang maupun susah Cahari olehmu akan abdi Yang ada baik sedikit budi • pengikut, pembantu, budak yang baik untuk diambil adalah abdi yang berbudi. Pasal Ketujuh (7) Gurindam 12 Apabila banyak berkata-kata Di situlah jalan masuk dusta • Orang yang banyak bicara memperbesar kemungkinan berdusta
  • 22. 22 Apabila banyak berlebih-lebihan suka Itu tanda hampirkan duka • Terlalu mengharapkan sesuatu akan menimbulkan kekecewaan yang mendalam saat sesuatu itu tidak seperti yang diharapkan Apabila kita kurang siasat Itulah tanda pekerjaan hendak sesat • Setiap pekerjaan harus ada persiapannya Apabila anak tidak dilatih Jika besar bapanya letih • Anak yang tidak di didik semasa kecilnya akan menyebabkan saat anak itu sudah tumbuh dewasa akan membangkan orang tua Apabila banyak mencacat orang Itulah tanda dirinya kurang • Jangan suka menghina orang lain Apabila orang yang banyak tidur Sia-sia sajalah umur • Pergunakan lah waktu sebaik-baiknya Apabila mendengar akan kabar Menerimanya itu hendaklah sabar • Jika menerima kabar duka atau kabar yang kurang menyenangkan maka kita harus sabar dan menerima dengan lapang dada Apabila mendengar akan aduan Membicarakannya itu hendaklah cemburuan • Jangan mudah terpengaruh akan omongan orang lain Apabila perkataan yang lemah lembut Lekaslah segala orang mengikut • Perkataan yang lemah-lembut akan lebih didengar orang daripada perkataan yang kasar Apabila perkataan yang amat kasar Lekaslah orang sekalian gusar • Perkataan orang yang kasar membuat orang yang berada didekatnya resah Apabila pekerjaan yang amat benar Tidak boleh orang berbuat onar • Orang yang benar jangan disalahkan (difitnah atau dikambinghitamkan). Pasal Kedelapan (8) Gurindam 12 Barang siapa khianat akan dirinya Apalagi kepada lainnya • orang yang ingkar dan aniaya terhadap dirinya sendiri tidak dapat dipercaya Kepada dirinya ia aniaya
  • 23. 23 Orang itu jangan engkau percaya • jangan percaya terhadap orang yang suka menganiyaya orang lain Lidah suka membenarkan dirinya Daripada yang lain dapat kesalahannya • Jangan suka menyalahkan orang lain, dan mengganggpa bahwa diri kita paling benar Daripada memuji diri hendaklah sabar Biar daripada orang datangnya kabar • Pujian tidak usah dibuat sendiri tapi tunggulah datangnya dari orang lain Orang yang suka menampakkan jasa Setengah daripadanya syirik mengaku kuasa • Jangan menginginkan imbalan dari setiap jasa yang telah kita perbuat Kejahatan diri disembunyikan Kebajikan diri diamkan • Sifat-sifat jelek dalam diri kita jangan ditampakkan, begitu pula kebaikan-kebaikan yang telah kita perbuat Ke’aiban orang jangan dibuka Ke’aiban diri hendaklah sangka • Jangan membuka aib atau keburukan dari orang lain, kesalahan diri sendiri harus disadari Pasal ke Sembilan (9) Gurindam 12 Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan Bukannya manusia yaitulah syaitan • Manusia yang sudah mengetahui bahwa pekerjaan yang di larang oleh allah swt, maka manusia tersebut tidak dapat di katakan manusia Kejahatan seorang perempuan tua Itulah iblis punya penggawa • Kejahatan seorang perempuan tua bagaikan pimpinan setan Kepada segala hamba-hamba raja Di situlah syaitan tempatnya manja • Jangan menjilat pada raja Kebanyakan orang yang muda-muda Di situlah syaitan tempat bergoda • Semasa muda jagalah iman kita jangan sampai tergoda oleh rayuan setan Perkumpulan laki-laki dengan perempuan Di situlah syaitan punya jamuan • Jika terdapat seorang lelaki dan seorang perempuan maka disitu pulalah setan berada untuk menggangu iman orang tersebut Adapun orang tua yang hemat Syaitan tak suka membuat sahabat
  • 24. 24 • Orang yang semasa mudanya tidak menyia-nyiakan waktu dan selalu melangkah di jalan allah swt, maka setan akan menjauhi orang tersebut Jika orang muda kuat berguru Dengan syaitan jadi berseteru • orang muda yang gemar belajar dijauhi oleh setan. Pasal ke Sepuluh (10) Gurindam 12 Dengan bapa jangan derhaka Supaya Allah tidak murka • Jangan durharka terhadap bapa Dengan ibu hendaklah hormat Supaya badan dapat selamat • Setiap anak harus hormat dan patuh terhadap ibunya karena surga di telapak kaki ibu dan ibu mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan anaknya Dengan anak janganlah lalai Supaya boleh naik ke tengah balai • Jagalah anak karena anak merupakan titipan tuhan Dengan kawan hendaklah adil Supaya tangannya jadi kapil • Bersikap adilah sesama teman Pasal ke-11 (sebelas) Gurindam 12 Hendaklah berjasa Kepada yang sebangsa • Bejasa lah bagi negara dan bangsa, optimalkan setiap kemampuan yang kita punya sehingga kita bisa mengharumkan nama bangsa Hendak jadi kepala Buang perangai yang cela • Jadilah pemimpin yang tidak mempunyai sikap tercela Hendaklah memegang amanat Buanglah khianat • Jagalah setiap kepercayaan yang telah diberikan oleh orang lain Hendak marah Dahulukan hujjah • Amarah sebaiknya ditahan untuk mendahulukan keperluan (hajat). Hendak dimalui Jangan memalui • Jangan mendahulukan diri sendiri, berarti kita harus antri Hendak ramai
  • 25. 25 Murahkan perangai • Bila ingin disukai orang-orang, kita harus membentuk sikap yang menyenangkan Pasal ke-12 (Dua Belas) Gurindam 12 Raja mufakat dengan menteri Seperti kebun berpagarkan duri • Hubungan raja dengan menteri adalah saling menjaga satu sama lain, dan harus bekerjasama Betul hati kepada raja Tanda jadi sebarang kerja • Raja yang baik atau raja yang mendapat petunjuk dari Allah adalah raja yang adil terhadap rakyatnya Hukum adil atas rakyat Tanda raja beroleh inayat • Hukum harus didasari oleh hak asasi manusia Kasihkan orang yang berilmu Tanda rahmat atas dirimu • Orang yang berilmu akan dikaruniai oleh Allah dan dihormati orang lain Hormat akan orang yang pandai Tanda mengenal kasa dan cindai • Hormatilah setiap manusia Ingatkan dirinya mati Itulah asal berbuat bakti • Bila manusia mengingat kematiannya nanti, ia akan lebih berbakti pada Allah Akhirat itu terlalu nyata Kepada hati yang tidak buta • . Orang yang tidak buta hatinya tahu kalau akhirat itu benar-benar ada. Sebab efisien -untuk memberikan tuntunan moral yang berbasis agama pada rakyatnya melalui karyanya . Tanpa meningggalkan keindahannya sebagai karya sastra, -untuk memberikan himbauan dan nasihat tentang ibadah, kewajiban raja, kewajiban anak, kewajiban orang tua, budi pekerti, dan hidup bermasyarakat yang dapat dijadikan pedoman hidup orang banyak Sebab final Agar syair gurindam ini bisa di aplikasikan untuk kehidupan sehari-hari http://afriliansastra.blogspot.com/2011/02/menganalisi-gurindam-12-menggunakan.html
  • 26. 26 Gurindam adalah bentuk puisi lama yang berasal dari kesusastraan Tamil, yakni salah satu daerah yang terletak di India Selatan. Ciri-ciri Gurindam: 1. Tiap bait terdiri atas dua baris. 2. Terdiri atas 10-14 sukukata dalam tiap baris. 3. Bersajak a-a 4. Bait pertama merupakan sebab atau alasan, sedangkan bait kedua merupakan akibat atau balasan. 5. Berisi nasihat, petuah, atau filsafat. Contoh gurindam: Jika kena penyakit kikir Sanak saudara lari menyingkir Kurang pikir, kurang siasat Tentu dirimu kelak tersesat Pikir dahulu sebelum berkata Supaya terelak silang sengketa A.PENGERTIAN Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain : 1. Jumlah kata dalam 1 baris 2. Jumlah baris dalam 1 bait 3. Persajakan (rima) 4. Banyak suku kata tiap baris 5. Irama Contoh Puisi LAMA: Saat di meja makan pertama: muncul seribu bayangan duka banyak yang berlalu, pagi itu orang masih mabuk dengan impiannya
  • 27. 27 Dari radio keluar berita-berita basi, naiknya harga-harga Bukan itu yang disebut perubahan! “dimanakah sebernarnya keindahan bersemayam?” Saat di meja makan kedua : kesepian menekan tiba-tiba ada jerit dari lorong tak bertepi maka hidup hanya sebuah perjalanan lurus, tak berjiwa bukan pengembaraan, bukan petualangan :meneruskan yang sudah ada padahal hidup berjalan ke depan B. MACAM-MACAM PUISI LAMA 1. MANTRA Mantra adalah merupakan puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat Melayu pada mulanya bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat dan kepercayaan. Contoh: Assalammu’alaikum putri satulung besar Yang beralun berilir simayang Mari kecil, kemari Aku menyanggul rambutmu Aku membawa sadap gading Akan membasuh mukamu 2.GURINDAM Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (India) CIRI-CIRI GURINDAM: a. Sajak akhir berirama a – a ; b – b; c – c dst. b. Berasal dari Tamil (India) c. Isinya merupakan nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatui sebab akibat. Contoh : Kurang pikir kurang siasat (a) Tentu dirimu akan tersesat (a)
  • 28. 28 Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b ) Bagai rumah tiada bertiang ( b ) Jika suami tiada berhati lurus ( c ) Istri pun kelak menjadi kurus ( c ) 3. SYAIR Syair adalah puisi lama yang berasal dari Arab. CIRI – CIRI SYAIR : a. Setiap bait terdiri dari 4 baris b. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata c. Bersajak a – a – a – a d. Isi semua tidak ada sampiran e. Berasal dari Arab Contoh : Pada zaman dahulu kala (a) Tersebutlah sebuah cerita (a) Sebuah negeri yang aman sentosa (a) Dipimpin sang raja nan bijaksana (a) Negeri bernama Pasir Luhur (a) Tanahnya luas lagi subur (a) Rakyat teratur hidupnya makmur (a) Rukun raharja tiada terukur (a) Raja bernama Darmalaksana (a) Tampan rupawan elok parasnya (a) Adil dan jujur penuh wibawa (a) Gagah perkasa tiada tandingnya (a) 4.PANTUN Pantun adalah puisi Melayu asli yang cukup mengakar dan membudaya dalam masyarakat. CIRI – CIRI PANTUN : 1. Setiap bait terdiri 4 baris
  • 29. 29 2. Baris 1 dan 2 sebagai sampiran 3. Baris 3 dan 4 merupakan isi 4. Bersajak a – b – a – b 5. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata 6. Berasal dari Melayu (Indonesia) Contoh : Ada pepaya ada mentimun (a) Ada mangga ada salak (b) Daripada duduk melamun (a) Mari kita membaca sajak (b) MACAM-MACAM PANTUN 1. DILIHAT DARI BENTUKNYA a. PANTUN BIASA Pantun biasa sering juga disebut pantun saja. Contoh : Kalau ada jarum patah Jangan dimasukkan ke dalam peti Kalau ada kataku yang salah Jangan dimasukan ke dalam hati 2. SELOKA (PANTUN BERKAIT) Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait. CIRI-CIRI SELOKA: a. Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait kedua. b. Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait ketiga c. Dan seterusnya Contoh : Lurus jalan ke Payakumbuh, Kayu jati bertimbal jalan
  • 30. 30 Di mana hati tak kan rusuh, Ibu mati bapak berjalan Kayu jati bertimbal jalan, Turun angin patahlah dahan Ibu mati bapak berjalan, Ke mana untung diserahkan 3. TALIBUN Talibun adalah pantun jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya. Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi. Jika satiu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi. Jadi : Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c. Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d Contoh : Kalau anak pergi ke pekan Yu beli belanak pun beli sampiran Ikan panjang beli dahulu Kalau anak pergi berjalan Ibu cari sanak pun cari isi Induk semang cari dahulu 4. PANTUN KILAT ( KARMINA ) CIRI-CIRINYA : a. Setiap bait terdiri dari 2 baris b. Baris pertama merupakan sampiran c. Baris kedua merupakan isi d. Bersajak a – a e. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata Contoh : Dahulu parang, sekarang besi (a) Dahulu sayang sekarang benci (a) 2. DILIHAT DARI ISINYA
  • 31. 31 2.1. PANTUN ANAK-ANAK Contoh : Elok rupanya si kumbang jati Dibawa itik pulang petang Tidak terkata besar hati Melihat ibu sudah datang 2.2. PANTUN ORANG MUDA Contoh : Tanam melati di rama-rama Ubur-ubur sampingan dua Sehidup semati kita bersama Satu kubur kelak berdua 2.3. PANTUN ORANG TUA Contoh : Asam kandis asam gelugur Kedua asam riang-riang Menangis mayat di pintu kubur Teringat badan tidak sembahyang 2.4. PANTUN JENAKA Contoh : Elok rupanya pohon belimbing Tumbuh dekat pohon mangga Elok rupanya berbini sumbing Biar marah tertawa juga 2.5. PANTUN TEKA-TEKI Contoh : Kalau puan, puan cemara Ambil gelas di dalam peti Kalau tuan bijak laksana Binatang apa tanduk di kaki
  • 32. 32 http://dahlanforum.wordpress.com/2010/01/11/puisi-lama-mantra-gurindam-syair- pantun/ http://megasuryonop.blogspot.com/2012/03/puisi-lama-mantra-gurindam-syair- pantun.html 1. BAHASA INDONESIA (PENDIDIKAN DASAR) - MEMBACA - MODEL PEMBELAJARAN Label Rs 372.414 HAR p Abstrak Kata Kunci: Model Cooperative Script, Kemampuan Menjelaskan Isi bacaan, SD Berdasarkan observasi awal pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas III di SDN Bareng 4 Kota Malang, diketahui bahwa terdapat beberapa permasalahan pada aspek menjelaskan kembali isi bacaan di kelas III. Permasalahan tersebut antara kain: (1) rendahnya rata-rata klasikal yang belum mencapai Standar Kelulusan Minimal; (2) pada saat pembelajaran guru tidak menggunakan model tertentu, kegiatan siswa adalah membaca teks bacaan setelah itu menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan bacaan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan penerapan model Cooperative Script untuk meningkatkan kemampuan menjelaskan isi bacaan pada siswa kelas III SDN Bareng 4 Kota Malang; (2) mendeskripsikan tingkat keberhasilan model cooperative script untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menjelaskan isi bacaan pada siswa kelas III SDN Bareng 4 Kota Malang. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dan guru. Langkah PTK ini meliputi 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan observasi, refleksi dan rencana perbaikan. Empat tahap tersebut merupakan langkah berurutan dalam satu siklus dan berhubungan dengan siklus berikutnya. Subyek penelitian ini dengan jumlah 23 siswa. Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi, wawancara, dan tes, sedangkan analisis
  • 33. 33 data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan deskriptif kuantitatif. Langkah model Cooperative Script yaitu: (1) siswa berkelompok berpasangan; (2) guru membagikan wacana kepada setiap kelompok; (3) guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar; (4) pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya; (5) sementara penyimak/pengoreksi menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya; (6) bertukar peran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model Cooperative Script pada pembelajaran bahasa Indonesia telah berhasil meningkatkan kemampuan menjelaskan isi bacaan yang terus meningkat. Kemampuan siswa mengalami peningkatan pada siklus II, yang paling tampak yaitu sebagian besar siswa hasil belajarnya pada tes lisan meningkat. Hasil belajar pada siklus I memperoleh ketuntasan klasikal yang cukup baik. Pada siklus II memperoleh ketuntasan klasikal yang meningkat jauh lebih baik. Berdasarkan temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model Cooperative Script dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menjelaskan isi bacaan. Meskipun dapat meningkatkan hasil belajar siswa, diperlukan penelitian lebih lanjut khususnya yang berkaitan dengan menjelaskan isi bacaan. Selain itu diperlukan adanya variasi dalam pembelajaran dan cara menyajikan pelajran yang kreatif dan inovatif dengan perencanaan yang lebih matang. http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=55218 eori Makna A. Pendahuluan Bahasa merupakan sistem komunikasi yang amat penting bagi manusia. Sebagai suatu unsur yang dinamik, bahasa sentiasa dianalisis dan dikaji dengan menggunakan perbagai pendekatan untuk mengkajinya. Antara pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji
  • 34. 34 bahasa ialah pendekatan makna. Filsafat Bahasa merupakan salah satu bidang yang mempelajari tentang makna. Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Beberapa ahli mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian.1[1] Dalam hal ini Ferdinand de Saussure mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.2[2] Dengan kata lain, makna merupakan istilah yang paling ambigu dan paling kontroversial dalam teori tentang bahasa. Kekaburan itu sebenarnya dapat dikurangi jika kita mau mempersempit perhatian kita ke arah makna kata saja. Banyak unsur bahasa lain –selain kata- yang dikatakan mempunyai makna tertentu. Dari segi definisi semua morfem yang signifikan, dan begitu pula kombinasi tempat morfem-morfem itu masuk dan berbagai makna itu memegang peranan masing-masing dalam keseluruhan makna ujaran. Ahli-ahli dalam bidang ini membedakan makna leksikal dan makna struktural, tetapi pemilihan istilah ini tidak menguntungkan, karena dengan demikian seolah-olah secara implisit kosakata itu tidak mempunyai struktur. Istilah yang lebih baik barangkali adalah makna leksikal dan makna gramatikal. Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi : 1. maksud pembicara; 2. pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia; 3. hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya,dan 4. cara menggunakan lambang-lambang bahasa.3[3] Bloomfied mengemukakan bahwa makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. Terkait dengan hal tersebut, Aminuddin mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan 1[1] Mansoer Pateda, Semantik Leksikal (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 79. 2[2] Ibid., hlm. 2 3[3] Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 132.
  • 35. 35 antara bahsa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahsa sehingga dapat saling dimengerti.4[4] J.R. Firth dalam tulisannya cenderung mendukung agar makna atau fungsi dipecah menjadi sejumlah fungsi komponen. Tiap fungsi dianggap sebagai penggunaan sesuatu bentuk atau unsur bahasa dalam hubungan dengan sesuatu konteks. Dengan demikian, makna itu harus dianggap sebagai paduan dari hubungan-hubungan yang bersifat kontekstual, dan fonetik, tata bahasa, leksikografi dan semantik masing-masing menangani komponen paduannya sendiri dalam konteks.5[5] B. Perbedaan Makna Setiap individu selalu memberi makna terhadap aspek-aspek yang dia temui di sekitarnya. Mulai dari benda-benda yang secara kasat mata dapat disentuh atau dipegang sampai pada sesuatu yang sifatnya imanen atau transenden. Mulai dari perlengkapan rumah tangga, rumah, kendaraan, sampai pada relasi sosial seperti rasa cinta, kasih sayang, sampai kebencian dan permusuhan di antara individu atau masyarakat. Bagaimanapun individu secara kreatif melalui proses berfikir; mengurangi, menambahkan, dan menghasilkan makna melalui proses perseptual terhadap objek makna yang dihadapinya. Dalam memahami makna menurut Joseph DeVito, “Look for meaning in people, not in words. Meaning change but words are relatively static, and share meanings, not only words, through communication.”6[6] Karena hakekatnya pembentukan makna ada pada individu, maka maka semua tindakan sosial yang dilakukan individu memunculkan pembentukan makna dan pembentukan makna dikonstruksi oleh setiap individu. Mungkin pembentukan itu sama, berhimpitan, bahkan bertolak belakang. Sebagian besar sangat ditentukan oleh kapasitas dan kepentingan masing- masing pihak dalam membentuk makna itu. Masalahnya manakala sebuah makna itu dimiliki dan digunakan untuk mengendalikan orang lain bahkan diakumulasikan untuk menananamkan makna terhadap orang lain, seorang individu harus berhati-hati dengan konstruksi pemaknaan yang dimilikinya.Tengok kasus Bu Prita. Akibat pemaknaan terhadap statemen atau kata-kata yang tersebar melalui internet, 4[4] Ibid., hlm. 50. 5[5] Stephen Ullman, Pengantar Semantik. Terj. Sumarsono (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 66. 6[6] Ibid., hlm. 140.
  • 36. 36 sebuah lembaga rumah sakit sebagai lembaga pelayanan publik memaknai sebagai penghinaan, negativitas citra, dan penyerangan. Padahal belum terbukti pula bahwa e-mail yang disebar di kalangan pertemanan itu secara signifikan menimbulkan pengaruh tersebut. Namun akibat konstruksi pemaknaan lembaga rumah sakit itu diterima dan dapat dijadikan delik aduan hukum, maka seorang ibu menginap dalam rumah tahanan selama dua puluh hari. Bahkan andai pidananya terbukti, kemungkinan hukumannya bisa lebih dari itu. Kontras sekali dengan pemaknaan yang dilakukan masyarakat miskin, rendah akses lembaga kesehatan, dan sudah tidak mampu lagi berfikir rasional untuk menyembuhkan penyakitnya, seorang Dukun Cilik Ponari dianggap atau dimaknai sebagi individu yang mampu menolong, menyembuhkan, dan menjawab permasalahan mereka. Andaipun mereka tidak mendapatkannya, penyakit tetap, dan tidak dilayani secara baik, mereka tidak marah, komplain, atau mengajukan ketidakpuasan pelayanan pada konsumen. Padahal yakin bahwa hanya berapa peresen dari mereka yang “merasa” sembuh setelah berdukun pada Ponari. Sebagian besar tidak ada perubahan yang berarti. Hakekatnya semua diterima apa adanya. Kontrak sosial di antara kedua belah pihak tidak harus diselesaikan oleh hukum formal, cukup rasionalisasi interpersonal bahwa berobat kepada Ponari hanya sekedar usaha, barangkali bisa sembuh. Pembentukan makna adalah berfikir, dan setiap individu memiliki kemampuan berfikir sesuai dengan kemampuan serta kapasitas kognitif atau muatan informasi yang dimilikinya. Oleh karena itu, makna tidak akan sama atas setiap individu walaupun objek yang dihadapinya adalah sama. Pemaknaan terjadi karena cara dan proses berfikir adalah unik pada setiap individu yang akan menghasilkan keragaman dalam pembentukan makna. Keunikan berfikir sebagai proses pembentukan makna dalam diri individu ditentukan oleh faktor-faktor dalam diri individu tersebut, seperti sistem nilai, kepercayaan, dan sikap. Menurut Kaye, keunikan tersebut terlihat nyata ketika individu membangun komunikasi dengan orang lain. Kaye berpendapat bahwa;7[7] In a very real sense, communication is about thinking. More precisely, it is concerned with the construction of meaning. Generally, people act toward others on the basis of how they construe others’ dispositions and behaviour. These constructions (meaning) are, in turn, influenced by individual value system, beliefs and attitudes. R. Brown menjelaskan bahwa makna sebagai sebuah kecenderungan (disposisi) total untuk menggunakan atau bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa. Terdapat banyak komponen 7[7] Ibid., hlm. 39-40.
  • 37. 37 dalam makna yang dibangkitkan suatu kata atau kalimat. Selanjutnya Mulyana menyatakan bahwa, makna muncul dari hubungan khusus antara kata (sebagai simbol verbal) dan manusia. Makna tidak melekat pada kata-kata namun kata-kata membangkitkan makna dalam pikiran orang. Jadi, tidak ada hubungan langsung antara suatu objek dan simbol yang digunakan untuk mempresentasikannya.8[8] Teori lain yang menjelaskan perbedaan pembentukan makna dalam perilaku komunikasi interpersonal yaitu Coordinated Management of Meaning Theory. Teori ini dikembangkan Pearce dan Cronen pada tahun 1980 dengan asumsi bahwa:9[9] Human beings live in communication Human beings co-create a social reality Information transactions depend on personal and interpersonal meaning. Menurut Teori ini, makna bersifat personal dan interpersional. Makna personal yaitu makna yang telah diperoleh ketika seseorang membawa pengalaman yang unik ke dalam interaksi. Sementara makna interpersonal adalah hasil interaksi manakala dua orang setuju terhadap interpretasi masing-masing pada sebuah interaksi itu. Makna personal dan interpersonal diperoleh dalam sebuah percakapan dan seringkali makna itu tanpa didasarkan pada banyak pemikiran. Jika melihat pada asumsi-asumsi teori-teori tersebut, maka individu dalam rangka membangun harmonisasi atau juga memecahkan konflik yang dihadapinya, maka berhati-hati dengan makna personal yang akan diberikan kepada orang lain. Di lain pihak juga lebih banyak belajar membangun makna interpersonal yang ditanamkan dan hasil kesepakatan secara sosial. Andaikan Pihak Rumah Sakit yang mengadukan Bu Prita berhati-hati dalam menanggapi e-mail Bu Prita dan Bu Prita juga menyebarkan kegundahannya dengan cara yang berbeda, konflik ini tidak akan berkepanjangan. Andaikan pula dalam cerita Dukun Ponari, masyarakat lebih banyak mendengar dan meminta pendapat tentang keampuha sebuah “batu”, kemungkinan makna interpersonalnya akan berbeda. Mereka tidak akan terjebak pada sebuah mitos dan kepercayaan yang merepotkan banyak orang. Wallahu’alam. C. Pengertian Makna dalam Penggunaan Sehari-hari Dalam pemakaian sehari-hari, kata “makna” digunakan dalam berbaga bidang maupun konteks pemakaian. Apakah pengertian khusus kata makna tersebut serta perbedaannya 8[8] Ibid., hlm. 156. 9[9] Ibid., hlm. 113.
  • 38. 38 dengan ide, misalnya, tidak begitu diperhatika. Sebab itu, sudah sewajarnya bila makna juga disejajarkan pengertiannya dengan arti, gagasan, konsep, pernyataan, pesan, informasi, maksud, firasat, isi dan pikiran. Berbagai pengertian itu begitu saja disejajarkan dengan kata makna karena keberadaannya memang tidak pernah dikenali secara cermat dan dipilahkan secara tepat. Dari sekian banyak pengertian yang diberikan tersebut, hanya arti yang paling dekat pengertiannya dengan makna. Meskipun demikian, bukan berarti keduanya sinonim mutlak. Disebut demikian karena arti adalah kata yang telah mencakup makna dan pengertian.10[10] Pengertian gagasan pada dasarnya memiliki kesejajaran pengertian dengan pikiran maupunu ide. Sebab itu, dalam bahasa inggris ketiga kata itu tercakup dalam kata thought. Lebih lanjut, thought sebagai aktivitas mental meliputi baik konsep maupun pernyataan. Apabila konsep berkaitan dengan olahan ingatan dan kesimpulan, maka istilah pernyataan berkaitan dengan proposisi dan statemen.11[11] Proposisi sebagai istilah juga diberi pengertian berbeda-beda. Sebagai gejala kejiwaan, proposisi adalah isi konsep yang masih kasar yang akan melahirkan statemen. Sedangkan Lyons lebih cenderung mengartikan proposisi sebagai perwujudan ekspresi dalam bentuk kalimat, yang bisa benar atau salah. Selain itu batasan proposisi sebagai konfigurasi makna yang menjelaskan isi komunikasi dari pembicaraan, terjadi dari predikator yang berkaitan dengan satu argumen atau lebih. Sehubungan dengan hal ini, proposisi diartikan sebagai pernyataan dasar yang masih berada dalam abstraksi pikiran penutur. Tatanan “saya lapar” yang masih berada dalam pikiran adalah contoh proposisi, sedangkan perwujudannya dalam kalimat, misalnya “Tadi pagi saya tidak sarapan, seharian saya belum makan”, dan sejumlah wujud kalimat lain yang mewakili proposisi “saya lapar” adalah pernyataan atau statemen.12[12] Baik pernyataan, proposisi, maupun gagasan yang mencakup pengertian pikiran dan ide, konsep, pesan dan maksud pada dasarnya berasal dari sender. Pesan atau massage disebut berada pada sender karena pesan adalah isi komunikasi dalam sender yang diwadahi oleh tatanan lambang kebahasaan secara individual. Apabila pesan itu sudah ditransmisikan lewat 10[10] Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: Gramedia, 1982), hlm. 15. 11[11] R.A. Hudson, Sociolinguistics (New York: Cambridge University Press, 1982), hlm. 75. 12[12] Aminuddin, Semantik: Pengantar Studi Tentang Makna (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011), hlm. 51.
  • 39. 39 signal atau tanda, maka isi pesan itu disebut informasi. Permahaman informasi pada diri penerima, bisa disebut dengan isi atau content. Menurut Lyons, kegiatan penyusunan pesan tidak dapat dilepaskan dari enkoding, sedangkan usaha memahami pesan yang dilakukan oleh penerima pesan disebut dekoding. Apabila dekoding gagal, informasi dan isi teta tinggal jadi pesan yang ada pada si penutur. Dengan demikian, komunikasi itu pun belum berhasil.13[13] D. Pengertian Makna sebagai Istilah Sedangkan kata makna sebagai istilah mengacu pada pengertian yang sangat luas. Makna ialah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling mengerti. Dari batasan pengertian itu dapat diketahui adanya tiga unsur pokok yang tercakup di dalamnya, yakni (1) makna adalah hasil hubungan antara bahasa dengan dunia luar, (2) penentuan hubungan terjadi karena kesepakatan para pemakai, serta (3) perwujudan makna itu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga dapat saling mengerti.14[14] Dalam konteks ini terdapat tiga pandangan filosofis yang berbeda-beda, yaitu realisme, nominalisme, dan konseptualisme. Realisme beranggapan bahwa terhadap wujud dunia luar, manusia selalu memiliki jalan pikiran tertentu. Terhadap dunia luar, manusia selalu memberikan gagasan tertentu. Sebab itu, pemaknaan antara “makna kata” dengan “wujud yang dimaknai” selalu memiliki hubungan yang hakiki. Pandangan bahwa antara “makna kata” dengan “wujud yang dimaknai” memiliki hubungan yang hakiki, akhirnya menimbulkan klasifikasi makna kata yang dibedakan antara yang kongkret, abstrak, tunggal, jamak, khusus, maupun universal. Penentuan bentuk hubungan itu ternyata tidak selamanya mudah. Batasan antara benda kongkret dan abstrak, khusus atau universal, seringkali sulit ditentukan. Selain itu, makna suatu kata, acuan atau denotatumnya dapat berpindah-pindah. Kata mendung, misalnya, selain dapat diacukan pada benda, juga dapat diacukan ke dalam “suasana sedih”. Pada sisi lain, referen yang sama dapat ditunjuk oleh kata yang berbeda-beda. Sudin sebagai guru, ayah dari anak-anaknya, suami maupun tetangga yang baik dapat disebut pak guru, bapak, mas, maupun sebutan lainnya. Sebab itulah kaum nominalis menolak anggapan bahwa antara kata dengan wujud luar terdapat hubungan.15[15] 13[13] John Lyons, Introduction to Theoretical Linguistics (London: Cambridgee at The University Press, 1979), hlm. 36. 14[14] Ibid., hlm. 53. 15[15] Ibid., hlm. 111.
  • 40. 40 Dalam nominalisme, hubungan antara makna kata dengan dunia luar semata-mata bersifat arbitrer meskipun sewenang-wenang penentuan hubungannya oleh para pemakai dilatari oleh adanya konvensi. Sebab itulah, penunjukkan makna kata bukan bersifat perseorangan, melainkan memiliki kebersamaan. Dari adanya fungsi simbolik bahasa yang tidak lagi diikat oleh dunia yang diacu itulah, bahasa akhirnya juga lebih membuka peluang untuk dijadikan media memahami realitas, bukan realitas yang dikaji untuk memahami bahasa. Sedangkan dalam konseptualisme, pemaknaan sepenuhnya ditentukan oleh adanya sosiasi dan konseptualisasi pemakai bahasa, lepas dari dunia luar yang diacunya. Pandangan itu segera mengundang kritik. Seorang yang haus dan mendengar kata minum, dia pasti bukan terus tidur atau berlari. Dalam asosiasi kesadarannya pastilah hadir tanggapan dunia luar yang secara laras memiliki hubungan dengan “air yang dapat diminum”. Dengan demikian, kasus bahwa makna kata dapat dilepaskan sepenuhnya dari dunia luar dan sepenuhnya tumbuh dari asosiasi dan hasil konseptualisasi pemakai, tidak dapat berlaku umum. Kata bunga, misalnya, meskipun referennya dapat dipindahkan dan dimaknai “gadis”, pergeseran itu juga tidak lepas dari makna dasarnya. Meskipun demikian, untuk simbol seperti hujan, binatang jalang, seperti yang terdapat dalam bari puisi Chairil misalnya, pandangan konseptualisme ini masih tepat.16[16] Selain hubungan antara makna dengan dunia luar, masalah lain yang timbul adalah, benarlah bentuk kebahasaan menjadi unsur utama dalam mengemban makna. Pertanyaan itu timbul karena kata berangkat misalnya, yang diucapkan oleh seorang siswa dan ayah yang mau berangkat ke kantor kepada ibu, acuan maknanya berbeda. Kata berangkat yang diucapkan seorang siswa kepada ibu di rumah mengacu pada pengertian “berangkat sekolah”, sementara bagi sang ayah, mengacu pada pengertian “berangkat ke kantor”. Kasus lain, misalnya kata kopi yang diucapkan di toko kelontong berarti “bubuk, sedangkan di kedai berarti “minuman”.17[17] Dari contoh di atas, secara sepintas dapat diambil kesimpulan, bahwa unsur pemakai dan konteks sosial situasional juga ikut menentukan makna. Dalam kajian teori makna pun, kenyataan seperti di atas, juga menimbulkan perbedaan pandangan dan pendekatan. Sehubungan dengan masalah pandangan dan pendekatan itu, Alston menyebutkan ada tiga pendekatan dalam teori makna yang masing-masing memiliki dasar pusat pandang berbeda- 16[16] Aminuddin, Semantik, hlm. 54. 17[17] Ibid., hlm. 54.
  • 41. 41 beda. Tiga bentuk pendekatan yang oleh Harman (1968) dianggap lebih tepat disikapi sebagai tiga tataran makna, menurut Alston meliputi pendekatan (1) referensial, (2) ideasional dan (3) behavioral.18[18] E. Pengertian Makna dalam Pendekatan Referensial teori referensial merupakan salah satu jenis teori makna yang mengenali atau menidentifikasi makna suatu ungkapan dengan apa yang diacunya atau dengan hubungan acuan itu. Istilah referen itu sendiri menurut Palmer(1976:30) “reference deals with the relationship between the linguistic element, word, sentences, etc, and the nonlinguistic word of experience” (hubungan antara unsur – unsur linguistic berupa kata – kata, kalimat – kalimat dan dunia pengalaman yang non linguistik. Referen atau acuan boleh saja benda, peristiwa, proses atau kenyataan. Referen adalah sesuatu yang ditunjuk oleh lambang. Jadi, kalau seseorang mengatakan sungai, maka yang ditunjuk oleh lambing tersebut yakni tanah yang berlubang lebar dan panjang tempat mengalir air dari hulu ke danau atau laut. Kata sungai langsung dihubungkan dengan acuannya. Tidak mungkin timbul asosiasi yang lain. Bagi mereka yang pernah melihat sungai, atau pernah mandi di sungai, sudah barang tentu mudah memahami apa yang dimaksud dengan sungai. Dialektika peristiwa dan makna merupakan suatu dialektika inti dari makna wacana. Untuk memaknai apa yng dilakukan pembicara, juga apa yang dinyatakan oleh kalimat. Makna ujaran pada makna isi preposisi merupakan sisi obyektif dari makna, sedangkan makna pengujar pada makna referensi kalimat dan kehendak yang diketahui pendengan merupakan sisi subyektif dari makna. Dialektika obyektif-subyektif tidaklah memberi penyelesaian makna, oleh karena itu tidak menyelesaikan struktur wacana. Sisi obyektif wacana itu sendiri dapat diberikan dengan dua cara. Kita dapat memaknai „apa‟ dan „tentang apa‟ wacana itu merupakan „referensi‟. Ini merupakan perbedaan yang dapat langsung dihubungkan dengan perbedaan semiotik dan semantic „mengacu‟ merupakan apa yang dilakukan kalimat pada situasi tertentu dan menurut kegunaan tertentu, juga apa yang dilakukan pembicara ketika ia menerapkan kata – katanya pada kenyataan. Seseorang mengacu kepada sesuatu, pada saat tertentu merupakan peristiwa ujar. Tetapi peristiwa ini, menerima strukturnya dari makna sebagai arti. Dengan cara ini dialektika peristiwa dan makna menerima perkembangan baru dari dialektika arti dan referensi. 18[18] Ibid., hlm. 55.
  • 42. 42 Dialketika arti dan referensi inilah yang memberikan hubungan antara bahasa dan kondisi ontologis yang ada di dunia. Kita mengandaikan bahwa sesuatu berada dalam susunan, sehingga sesuatu itu bisa diidentifikasi, tetapi kita memerlukan sebuah referensi. Pengendalian ini diperlukan, sehingga kita harus menambahkan ketentuan – ketentuan yang spesifik jika kita ingin mengacu ke sesuatu yang sifatnya fiktif. Kebermaknaan universal dari problem referensi sangatlah luas, wacana mengacu kembali pada pembicaranya, pada saat yang sama hal itu mengacu kepada dunia. Wacana dalam tindakan dan dalam kegunaan mengacu kembali dan datang lagi menuju pembicara dan dunia. Ini merupakan criteria pokok dari bahasa sebagai wacana. Teori referensial atau teori korespondensi merujuk pada segitiga makna (symbol, reference, dan referent) yang dikemukakan oleh OR. Makna adalah hubungan antara reference dan referent yang dinyatakan lewat simbol bunyi bahasa baik berupa kata ataupun prase atau kalimat. Simbol bahasa dan rujukan atau referent tidak mempunyai hubungan langsung. Teori ini menekankan hubungan langsung antara reference dengan referent yang ada di alam nyata. Jika kita memperhatikan ujaran dalam sebuah bahasa, misalnya “Ronald Reagan”, „Rudi Hartono‟, „ Jakarta‟ atau frase nomen seperti “sang mantan wakil presiden RI 1983-1988‟, „orang pertama yang berjalan dibulan‟, maka sudah pasti makna ujaran itu merujuk kepada benda atau hal yang sama. Nah, itulah teori makna sesuai dengan teori referensi atau korespodensi. Jika kita menerima bahwa makna sebuah ujaran adalah referennya, maka setidak – tidaknya kita terikat pula pada pernyataan berikut ini. 1. Jika sebuah ujaran mempunyai makna, maka ujaran itu mempunyai referen. 2. Jika dua ujaran mempunyai referen yang sama, maka ujaran itu mempunyai makna yang sama pula, 3. Apa saja yang benar dari referen sebuah ujaran adalah benar untuk maknanya. Referensi Dalam pendekatan referensial, makna diartikan sebagai label yang berada dalam kesadaran manusia untuk menunjuk dunia luar. Sebagai label, makna itu hadir karena adanya kesadaran pengamatan terhadap fakta dan penarikan kesimpulan yang keseluruhannya berlangsung secara subjektif. Terdapatnya julukan simbolik dalam kesadaran individual itu, lebih lanjut memungkinkan manusia untuk menyusun dan mengembangkan skema konsep. Kata pohon, misalnya, berdasarkan kesadaran pengamatan dan penarikan kesimpulan, bukan hanya menunjuk jenis tumbuh-tumbuhan, melainkan memperoleh julukan sebagai “ciptaan”, “hidup”, “fana”.
  • 43. 43 Kesadaran pengamatan dan penarikan kesimpulan dalam pemberian julukan, dan pemaknaan tersebut, berlangsung melalui bahasa. Akan tetapi, berbeda dengan bahasa keseharian, bahasa yang digunakan di situ adalah bahasa perseorangan atau private language. Dengan demikian, makna dalam skema konsep bisa berubah ke dunia absur yang mempribadi dan terasing dari komunikasi keseharian.19[19] Terdapat bahasa perseorangan yang mempribadi tersebut lebih lanjut menyebabkan keberadaan makna sangat ditentukan oleh adanya nilai, motivasi, sikap, pandangan, maupun minta secara individual. Apabila individu adalah juga pengendali institusi, julukan kata pohon seperti “persatuan” maupun “kehidupan masyarakat” dapat disebarluaskan dan diakui sebagai milik bersama. Akan tetapi, ada juga kemungkinan, ciri mempribadi itu justru tetap ingin dipertahankan. Ciri demikian ditandai antara lain oleh adanya kata-kata khas yang dimaknai secara khusus oleh dua orang yang berteman demikian akrap maupun pada kata- kata tertentu yang digunakan dalam puisi.20[20] Julukan dan makna hasil observasi atau kesadaran pengamatan individual, pada dasarnya masih bertumpu pada makna hasil penunjukan dasar. Apa yang dilakukan individu itu hanyalah menambahkan atau memberi konotasi. Apabila kata yang masih menunjukkan pada makna dasar itu bersifat denotatif sehingga menghadirkan istilah makna denotatif, maka kata yang diberi julukan lain itu mengandung makna konotatif, yakni tambahan makna lain terhadap makna dasarnya. Penambahan itu pun sebenarnya bukan hanya khas terjadi dalam kreasi sastra. Sesuai dengan keragaman nilai, motivasi, sikap, pandangan, maupun minat setiap individu, fakta yang tergambarkan dalam kata akhirnya memperoleh julukan individual sendiri-sendiri. Kata hujan misalnya, bagi seorang petani dapat diartikan “rahmat”, bagi penjual es “kegagalan”, dan lain sebagainya.21[21] Pemberian julukan dan pemaknaan yang tertumpu pada dunia luar itulah yang akhirnya juga menjadi ciri lain dari pendekatan referensial. Selain itu, meletakkan makna sebagai hasil kesadaran pengamatan individu dan terlepas dari konteks komunikasi, akhirnya juga bertentangan dengan keberadaan bahasa sebagai sistem konvensi. Sebab itulah sangat tepat apabila Jakobson maupun Posner mengungkapkan bahwa bentuk komunikasi dalam puisi 19[19] H. Gilbert Herman, “Three Levels of Meaning”, dalam Semantics: An Interdisciplinary Reader in Philosophy Linguistics and Psychology (New York: Cambridge University Press, 1971), hlm. 56. 20[20] Ibid., hlm. 56. 21[21] Ibid., hlm. 56.
  • 44. 44 adalah bentuk komunikasi khas dan unik yang memiliki sistemnya sendiri yang bersifat khusus pula.22[22] F. Pengertian Makna dalam Pendekatan Ideasional Dalam pendekatan ideasional, makna adalah gambaran gagasan dari suatu bentuk kebahasan yang bersifat sewenang-wenang, tetapi memiliki konvensi sehingga dapat saling mengerti. Gambaran kesatuan hubungan antara makna dengan bentuk kebahasaan itu secara jelas dapat dikaji dalam perumusan Grice: X berarti P dan X memaknakan P seperti yang dimiliki oleh P.X dalam konsep Grice adalah perangkat kalimat sebagai bentuk kebahasaan yang telah memiliki satuan gagasan. Kalimat yang berbunyi, X memaknakan P seperti yang dimiliki P memberikan gambaran tentang keharusan memaknai X sebagai P seperti yang telah berada dalam konvensi bahwa P adalah P.23[23] Meletakkan komponen semantik pada adanya satuan gagasan, bukan berarti pendekatan ideasional mengabaikan makna pada aspek bunyi, kata dan frase. Jerrold J. Katz mengungkapkan bahwa penanda semantis dari bunyi, kata dan frase sebagai unsur-unsur pembangun kalimat, dapat langsung diidentifikasi lewat kalimat. Dengan mengidentifikasi unsur-unsur kalimat itu sebagai satuan gagasan, diharapkan pemaknaan tidak langsung secara lepas-lepas, tetapi sudah mengacu pada satuan makna yang dapat digunakan dalam komunikasi. Sehubungan dengan kegiatan berfikir, manusia berpikir menggunakan bahasa yang juga bisa digunakan dalam komunikasi. Sebab itulah, kegiatan pengolahan pesan lewat bahasa atau enkoding, penyampaian pesan lewat bahasa atau koding, serta proses memahami pesan atau dekoding, dapat berlangsung dalam garis linier seperti berikut. DEKODING KODING ENKODING 22[22] Roland Posner, Rational Discourse and Poetic Communication: Methods of Linguistic Literary, and Philosophical Analysis (Berlin: Mouton Publishers, 1982), hlm. 113. Lihat pula, Aminuddin, Semantik, hlm. 57. 23[23] Aminuddin, Semantik, hlm. 58.
  • 45. 45 Komponen pembangun gagasan dalam enkode menurut Jerold Kats bisa saja tidak sama persis dengan kode. Akan tetapi yang pasti, hubungan linier itu harus diikuti daru, yakni lingkaran hubungan timbal balik antara penyampai dengan penerima pesan yang ditandai oleh adanya “saling mengerti”. Grice juga menyebutkan bahwa suatu bentuk kebahasaan itu dimaknai P oleh penutur adalah apabila pemaknaan P itu secara laras nantinya juga dimaknai P oleh pendengarnya.24[24] Dalam pendekatan ideasional, makna dianggap sebagai pemerkah ide yang memperoleh bentuk lewat bahasa dan terwujud dalam kode. Dari adanya kegiatan “pembahasan pean” dan “pengolahan ide”, maka dalam pendekatan ideasional, penguasaan aspek kognitif dan rekognisi dari pemeran dalam kegiatan komunikasi, sangat penting. Aspek kognisi dan rekognisi memiliki sasaran, baik pada aspek gramatik, hubungan antara aspek gramatik dengan unsur semantis, maupun hubungan antara bahasa dengan dunia luar.25[25] Dari uraian ini dapat diketahui bahwa bahasa memiliki kedudukan sentral. Dengan demikian, kesalahan penggunaan bahasa dalam proses berpikira menyebabkan pesan yang disampaikan tidak tepat. Sebaliknya, seandainya penggunaan bahasa dalam proses berpikir sudah benar, tetapi kode yang diwujudkan mengandung kesalahan, informasi yang diterima pun dapat menyipang. Pada sisi lain, meskipun pembahasan pesan dan kode sudah benar, bila terjadi gangguan penerimaan, besar kemungkinan informasi yang diterima tidak sesuai dengan pesan yang disampaikan.26[26] G. Pengertian Makna dalam Pendekatan Behavioral Pendekatan behavioral lebih menekankan pada keberadaan bahasa sebagai media dalam mengolah pesan dan menyampaikan informasi. Keberatan dari pendekatan behavioral terhadap dua pendekatan sebelumnya, salah satunya adalah, kedua pendekatan itu telah mengabaikan konteks sosial dan situasional yang oleh kaum behavioral dianggap berperan penting dalam menentukan makna. Kritik lain terhadap kedua pendekatan sebelumnya adalah, pada objek utama kajian yang justru tidak pernah dapat diobservasi secara langsung. Pernyataan dalam kajian ideasional yang berkaitan dengan keselarasan pemahaman antara penutur dengan pendengar dalam memaknai kode misalnya, dalam pendekatan behavioral dianggap kajian spekulaitf karena pengkaji tidak pernah mampu meneliti karakteristik idea 24[24] Ibid., hlm. 59. 25[25] Ibid., hlm. 60. 26[26] Ibid., hlm. 60.
  • 46. 46 atau pikiran penutur-pendengar, sejalan dengan aktivitas pengolahan pesan dan pemahamannya. Sebab itulah, kajian makna yang bertolak dari pendekatan behavioral, mengkaji makna dalam peristiwa ujaran yang berlangsung dalam situasi tertentu. Satuan tuturan atau unit terkecil yang mengandung makna penuh dari keseluruhan “peristiwa ujaran” yang berlangsung dalam “situasi tertentu” disebut “tindak tutur”.27[27] Penentuan makna dalam “tindak tutur” menurut beberapa ahli harus bertolak dari berbagai kondisi dan situasi yang melatari pemunculannya. Unit ujaran yang berbunyi “masuk!” misalnya, dapat berarti “di dalam garis” bila muncul misalnya dalam permainan bulu tangkis, “berhasil” bagi yang main lotere, dan lain sebagainya. Makna keseluruhan unit ujaran itu dengan demikian harus disesuaikan dengan latar situasi dan bentuk interaksi sosial yang mengondisinya. H. Teori-Teori Tentang Makna 1. Teori Image Makna Menurut teori ini makna diterangkan berdasarkan gambar yang terbayang dalam akal penutur atau pendengar. Dalam pengaplikasiannya, teori ini menghadapi beberapa masalah:28[28] a. Bentuk gambar yang terbayang pada penutur dan pendengar. b. Satu ungkapan mempunyai lebih dari satu gambar. c. Satu gambar mempunyai lebih dari satu ungkapan. d. gambar bergantung kepada pengalaman. 2. Teori Analisa Komponen Teori ini pada awalnya digunakan oleh ahli antropologi dalam menentukan istilah hubungan kekeluargaan. Teori ini diaplikasikan dalam linguistik untuk menjelaskan makna perkataan. Menurut teori ini, makna perkataan dianalisis bukan secara satu unit, tetapi dalam hubungan komponen yang kompleks. Komponen tersebut dinamakan sebagai komponen semantik yang terdiri dari perbendaharaan kata suatu bahasa. Dalam pengaplikasiannya, teori ini juga menghadapi masalah: 27[27] Dell Hymes, “Models of the Interaction of Language and Social Life”, dalam Directions in Sociolinguistics (New York: Holt, Rinehart and Winston, 1972), hlm. 56. 28[28] http://luluvikar.wordpress.com/2010/12/29/makna-dan-teori-tentang-makna-tugas/
  • 47. 47 a. Komponen semantik untuk sesuatu perkataan mempunyai makna tersendiri dan perlu diuraikan. b. Uraian makna dalam teori ini tertumpu pada perkataan dan tidak pada tanda. c. Makna yang tepat sulit diperoleh kerana terikat dengan ciri hiponim.29[29] 3. Teori Ideasional Ihwal Makna Teori ini disandarkan pada Locke, Berceley, dan Hume. Mereka berpendapat bahwa istilah “ide” digunakan untuk mengacu kepada representasi mental atau aktivitas mental secara umum. Setiap ide selalu dipahami tentang sesuatu yang eksternal dan internal, nyata atau imajiner. John Locke menganggap semua ide sebagai sensasi objek yang bisa dibayangkan atau refleksi objek yang tidak dapat dibayangkan. David Hume berpendapat bahwa pikiran adalah jenis entitas yang dibayangkan. Hume juga berpendapat bahwa setiap kata-kata yang tidak dapat mengungkapkan pengalaman masa lalu adalah tidak berarti.30[30] Berikut beberapa konsep dasar dari teori ini:31[31] a. Makna itu ditempelkan saja kepada kata (terpisah dari kata). Makna datang dari tempat lain yaitu dari pikiran dalam bentuk ide atau gagasan. Manusia memiliki sejumlah gagasan yang tersembunyi, kecuali jika dikomunikasikan lewat bahasa. Jadi bahasa adalah penanda gagasan. b. Yang mendasari teori ini adalah asumsi bahwa bahasa adalah instrumen untuk melaporkan pikiran yang terdiri atas antrian gagasan yang disadari. Gagasan ini bersifat personal, maka diperlukan sistem bunyi dan penanda yang membangun pemahaman intersubjektivitas. Bila seseorang menggunakan sistem tersebut, maka gagasannya akan membangunkan gagasan yang sesuai pada orang lain. c. Bahasa yang bersifat personal itu memiliki makna setelah dihubungkan dengan sensasi personal, maka dari itu disebut private language. Maka makna bahasa menjadi sangat pribadi, sehingga tidak dapat diajarkan pada orang lain. Bila demikian, ketika kita berkomunikasi lewat bahasa, sesungguhnya sebagian dari makna yang kita sampaikan itu tidak dapat dimengerti oleh lawan bicara. 4. Truth- Conditional Theory 29[29] Ibid. 30[30] Ibid. 31[31] Chaedar Alwasilah, Filsafat Bahasa dan Pendidikan (Bandung: Rosda, 2008), hlm. 60-62.
  • 48. 48 Teori ini mendefinisikan Makna sebagai kondisi dimana suatu ekspresi itu mungkin saja benar atau juga salah. Teori ini dipelopori oleh Frege dan beberapa filusuf seperti Alfred Tarski dan Donald Davidson. Gottlob Frege berpendapat bahwa nama yang ada setidaknya memerlukan dua masalah dalam menjelaskan maknanya. Pertama, misalkan arti dari sebuah nama dalam hal ini misalnya Sam, yang berarti seseorang di muka bumi ini yang bernama Sam, namun jika objek dari nama itu tidak ada yaitu Pegasus, maka menurut teori ini bahwa nama itu tidak berarti. Kedua, misalkan dua nama yang berbeda merujuk pada object yang sama. Hesperus dan Phosphorus adala nama yang diberikan kepada benda-benda angkasa yang berbeda, kemudian menunjukkan bahwa keduanya adalah sama (planet Venus). Jika kedua kata itu berarti sama maka tidak akan menghasilkan kalimat yang berbeda dari makna aslinya. Dengan kata lain, dua nama untuk orang yang sama akan memiliki pengertian yang berbeda. 5. Referensi Teori Makna Teori ini dikenal juga secar kolektif sebagai Eksternalism semantic, berpendapat bahwa makna setara dengan hal-hal di dunia yang benar-benar berhubungan dengan tanda- tanda. Ada dua sub sepsis dari eksternalism yaitu social dan lingkungan. Yang pertama sangat erat hubungannya dengan Tyler Burge dan yang kedua dengan Hilary Putnam dan Kripkeand Saul.32[32] I. Macam-macam dan jenis Makna 1. Makna Emotif Makna emotif menurut Sipley adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara mengenai atau terhadap sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan. Dicontohkan dengan kata kerbau dalam kalimat Engkau kerbau., kata itu tentunya menimbulkan perasaan tidak enak bagi pendengar. Dengan kata lain,kata kerbau tadi mengandung makna emosi. Kata kerbau dihubungkan dengan sikap atau poerilaku malas, lamban, dan dianggapsebagai penghinaan. Orang yang dituju atau pendengarnya tentunya akan merasa tersimggung atau merasa tidak nyaman. Bagi orang yang mendengarkan hal tersebut sebagai sesuatu yang ditujukan kepadanya tentunya akan menimbulkan rasa ingin melawan. Dengan demikian, makna emotif adalah makna dalam suatu kata atau kalimat yang dapat menimbulkan pendengarnya emosi dan hal ini jelas berhubungan dengan perasaan. Makna emotif dalam bahasa indonesia cenderung mengacu kepada hal-hal atau makna yang 32[32] http://luluvikar.wordpress.com/2010/12/29/makna-dan-teori-tentang-makna-tugas/
  • 49. 49 positif dan biasa muncul sebagai akibat dari perubahan tata nilai masyarakat terdapat suatu perubahan nilai. 33[33] 2. Makna Konotatif Makna konotatif berbeda dengan makna emotif karena makna konotatif cenderung bersifat negatif, sedangkan makna emotif adalah makna yang bersifat positif. Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau didengar. Misalnya, pada kalimat Anita menjadi bunga desa. Kata bunga dalam kalimat tersebut bukan berarti sebagai bunga di taman melainkan menjadi idola di desanya sebagai akibat kondisi fisiknya atau kecantikannya. Kata bunga yang ditambahkan dengan salah satu unsur psikologis fisik atau sosial yang dapat dihubungkan dengan kedudukan yang khusus dalam masyarakat, dapat menumbuhkan makna negatif.34[34] 3. Makna Kognitif Makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan, dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponenya. Kata pohon bermakna tumbuhan yang memiliki batang dan daun denga bentuk yang tinggi besar dan kokoh. Inilah yang dimaksud dengan makna kognitif karena lebih banyak dengan maksud pikiran.35[35] 4. Makna Referensial Referen menurut Palmer adalah hubungan antara unsur-unsur linguistik berupa kata- kata, kalimat-kalimat dan dunia pengalaman nonlinguistik. Referen atau acuan dapat diartikan berupa benda, peristiwa, proses atau kenyataan. Referen adalah sesuatu yangditunjuk oleh suatu lambang. Makna referensial mengisyaratkan tentang makna yamg langsung menunjuk pada sesuatu, baik benda, gejala, kenyataan, peristiwa maupun proses.36[36] Makna referensial menurut uraian di atas dapat diartikan sebagai makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata atau ujaran. Dapat juga dikatakan bahwa makna referensial merupakan makna unsur bahasa yanga dekat 33[33] Mansoer Pateda, Semantik Leksikal (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 101. 34[34] http://luluvikar.wordpress.com/2010/12/29/makna-dan-teori-tentang-makna-tugas/ 35[35] Ibid., hlm. 109. 36[36] Ibid., hlm. 125.
  • 50. 50 hubungannya dengan dunia luar bahasa, baik berupa objek konkret atau gagasan yang dapat dijelaskan melalui analisis komponen. 5. Makna Piktorikal Makna piktorikal menurut Shipley adalah makna yamg muncul akibat bayangan pendengar ataupembaca terhadap kata yang didengar atau dibaca. Makna piktorikal menghadapkan manusia dengan kenyataan terhadap perasaan yang timbul karena pemahaman tentang makna kata yang diujarkan atau ditulis, misalnya kata kakus, pendengar atau pembaca akan terbayang hal yang berhubungan dengan hal-hal yang berhubungan dengan kakus, seperti kondisi yang berbau, kotoran, rasa jijik, bahkan timbul rasa mual karenanya.37[37] http://jagadkawula.blogspot.com/2012/11/teori-makna.html urindam(berasal dari bahasa Tamil”india”) Yang berarti ”Perhiasan/Bunga”. Satu bait terdiri dari dua baris, memiliki irama yang sama dan merupakan kesatuan utuh. Baris pertama merupakan syarat baris kedua merupakan jawabannya. Gurindam berisi petuah/nasihat. http://lusianasianturi.blogspot.com/2013/02/teori-puisi_9.html Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul " Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar IPA dengan Metode Pembelajaran Discovery Pada Siswa Kelas V Di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun Pelajaran 2007/2008 ". B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar helakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran discovery terhadap motivasi belajar siswa mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 di Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008? 2. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran discovery mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 di Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008? C. Tujuan Penelitian Contoh Proposal PTK Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 37[37] Ibid., hlm. 122.
  • 51. 51 1. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran discovery mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008. 2. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran discovery mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008. D. Manfaat Penelitian Penulis mergharapkan dengan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi : 1. Guru Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan materi IPA. 2. Siswa Meningkatkan motivasi dan prestasi pada mata pelajaran-pelajaran IPA 3. Sekolah Memberikan masukan bagi sekolah sebagai pedoman untuk mengambil kebijakan di sekolah tersebut. E. HipotesisTindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan adalah sebagai berikut: 1. Penerapan pembelajaran disvovery dapat meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 di Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008. 2. Penerapan pembelajaran discovery dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 di Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008 F. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: 1. Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah masalah peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa. 2. Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada siswa kelas V 3. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak Kabupaten Malang. 4. Dalam penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2007/2008. 5. Penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada kompetensi dasar menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap. G. Definisi Operasional Variabel Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut: 1. Metode pembelajaran penemuan (discovery) adalah : Suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar anak dapat belaiar sendiri 2. Motivasi belajar adalah: Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk
  • 52. 52 memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah. lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. 3. Prestasi belajar adalah: Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran. H. Kajian Pustaka I. Metode Penelitian a. Jenis Penelitianti Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas(PTK) yang bersifat reflektif, partisipatif, kolaboratif, dan spiral, bertujuan untuk melakukan perbaikan –perbaikan terhadap sistim, cara kerja, proses, isi, dan kompetensi atau situasi pembelajaran. PTK yaitu suatu kegaitan menguji cobakan suatu id eke dalam praktik atau situasi nyata dalam harapan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar ( Riyanto, 2001) b. Kehadiran Peneliti Pada penelitian ini, peneliti sebagai guru dan merencanakan kegiatan berikut : 1. Menyusun angket untuk pembelajaran dan menyusun rencana program pembelajaran 2. Mengumpulkan data dengan cara mengamati kegiatan pembelajaran dan wawancara untuk mengetahui proses pembelajaran yangdilakukan oleh guru kelas 3. Melaksanakan rencana program pembelajaran yang telah dibuat 4. Melaporkan hasil penelitian c. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di……. d. Data dan sumber 1. Data dalam penelitian ini adalah kemampuan berfikir siswa yang diperoleh dengan mengamati munculnya pertanyaan dan jawaban yang muncul selama diskusi berlangsung dan diklasifikasikan menjadi C1 – C 6. Data untuk hasil penelian diperoleh berdasarkan nilai ulangan harian (test). 2. Sumber data penelitian adalah siswa kelas……. Sebagai obyek penelitian e. Prosedur pengumpulan data Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara awal dilakukan pada guru dan siswa untuk menentukan tindakan. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi awal siswa 2. Angket Angket merupakan data penunjang yang digunakan untuk mengumpulkan informasi terkait dengan respon atau tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif 3. Observasi Observasi dilaksanakan untuk memperoleh data kemampuan berpikir siswa yang terdiri dari beberapa deskriptor yang ada selama pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan
  • 53. 53 dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Obsevasi dilakukan oleh 3 orang observer. 4. Test Test dilaksanakan setiap akhir siklus, hal ini dimaksudkan untuk mengukur hasil yang diperoleh siswa setelah pemberian tindakan. Test tersebut berbentuk multiple choise agar banyak materi tercakup 5. Catatan lapangan Catatan lapangan digunakan sebagai pelengkap data penelitian sehingga diharapkan semua data yang tidak termasuk dalam observasi dapat dikumpulkan pada penelitian ini f. Analisis data 1. Kemampuan Berfikir Kualitas pertanyaan dan jawaban siswa dianalisis dengan rubric. Kemudian untuk mengetahui peningkatan skor kemampuan berfikir, pertanyaan dan janwaban yang telah dinilai dengan rubric pada siklus I dibandingkan dengan pertanyaan dan jawaban yang telah dinilai dengan rubric pada siklus II. Rumus untuk mencari skor klasikal kemampuan bertanya siswa Skor riil X 4 Skor maks Keterangan: Skor riil : skor total yang diperoleh siswa Skor maksimal : Skor total yang seharusnya diperoleh siswa 4 : Skor maksimal dari tiap jawaban( pedoman penskoran lihat lampiran ) 2. Hasil Belajar Hasil belajar pada aspek kognetif dari hasil test dianalisis dengan teknik analisis evaluasi untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa. Caranya adalah dengan menganalisis hasil test formatif dengan menggunakan criteria ketuntasan belajar. Secam Aswirara individu, siswa dianggap telah belajar tuntas apabila daya serapnya mencapai 65 %, Secara kelompok dainggap tuntas jika telah belajar apabila mencapai 85 % dari jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal 65 % (Dedikbud 2000 dalam Aswirda 2007) g. Tahap-tahap penelitian Contoh Proposal PTK Berdasarkan observasi awal yang dilakukan proses pembelajaran yang dilakukan adalah model pembelajaran kooperatif……… Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus . Setiap siklus tediri dari perencanaan, tindakan, penerapan tindakan, observasi, refleksi. Siklus I 1. Perencanaan Sebelum melaksanakan tindakan maka perlu tindakan persiapan. Kegiatan pada tahap ini adalah : Penyusunan RPP dengan model pembelajaran yang direncanakan dalam PTK. Penyusunan lembar masalah/lembar kerja siswa sesuai dengan indikator pembelajaran yang ingin dicapai Membuat soal test yang akan diadakan untuk mengetahui hasil pemebelajaran siswa. Membentuk kelompok yang bersifat heterogen baik dari segi kemampuan akademis, jenis kelamin,maupun etnis.
  • 54. 54 Memberikan penjelasan pada siswa mengenai teknik pelaksanaan model pembelajaran yang akan dilaksanakan 2. Pelaksanaan Tindakan Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator selama pembelajaran, siswa dibimbing untuk belajar IPA secara kooperatif learning dengan model……Adapun langkah – langkah yang dilakukan adalah(sesuaikan dengan scenario pembelajaran) Kegiatan penutup Di akhir pelaksanaan pembelajaran pada tiap siklus, guru memberikan test secara tertulis untuk mengevalausi hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 3. Observasi Pengamatan dilakukan selama proses proses pembelajaran berlangsung dan hendaknya pengamat melakukan kolaborasi dalam pelaksanaannya. 4. Refleksi Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh. Hasil analisis data yang telah ada dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang ingin dicapai. Refleksi daimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah atau belum terjadi, apa yang dihasilkan,kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya unttuk menghasilkan perbaikan pada siklus II Silus II Kegiatan pada siklus dua pada dasarnya sama dengan pada siklus I hanya saja perencanaan kegiatan mendasarkan pada hasil refleksi pada siklus I sehingga lebih mengarah pada perbaikan pada pelaksanaan siklus I. DAFTAR RUJUKAN Contoh Proposal PTK Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Judul: MENINGKATKAN KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA (KEM) DENGAN MENGGUNAKAN METODE KLOS SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI
  • 55. 55 BAB I PENDAHULUAN PTK Bahasa Indonesia SMA 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan pengalaman peneliti pembelajaran membaca baik yang dialami sendiri maupun yang diketahui selama ini, model pembelajarannya selalu mengacu pada apa yang ada pada buku paket. Teknik pengajaran membaca yang ada umumnya membaca pemahaman. Banyak teknik pengajaran yang selama ini tidak dipergunakan untuk melatih keterampilan membaca. Teknik-teknik itu antara lain teknik uji rumpang. Kenyataan yang terjadi di samping kemampuan dan keterampilan yang kurang pada siswa, pengajaran membaca selalu mengacu pada teknik yang ada pada buku tersebut. Dengan demikian para siswa beranggapan pengajaran membaca tujuannya semata-mata menjawab pertanyaan, mencari kata istilah yang sulit dan lain-lain. Hal ini dihadapi para siswa dengan proses yang amat lain. PTK Bahasa Indonesia SMA Perihal lain yang selalu muncul pada pembelajaran membaca yaitu guru Bahasa Indonesia pada umumnya hanya mengutamakan penyelesaian target materi dalam kurikulum yang orientasinya mengacu pada usaha meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal, walaupun hal ini tidak selalu benar sebab soal-soal sering kurang mengacu pada keterampilan berbahasa baik keterampilan menyimak, berbicara,membaca, maupun menulis. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah kurangnya guru Bahasa Indonesia memahami dan menguasai teknik pengajaran membaca. Belum lagi memilih bahan bacaan yang seharusnya dalam pengajaran membaca guru dituntut mampu memilih bahan bacaan yang sesuai dengan tujuan dan tingkat perkembangan siswa, kompetensi siswa, minat dan tingkat kecakapan baca. Peneliti berusaha mengungkap kecepatan efektif membaca ( KEM ) siswa, karena penulis sangat prihatin dengan KEM siswa di negara kita. Kalau di negara-negara maju seperti Amerika, seorang setara SMA di negara kita (Senior High School) dalam keadaan normal sudah memiliki kecepatan membaca minimal kurang lebih 250 kata permenit, dengan pemahaman isi bacaan minimal 70 %. Jika dihitung kecepatan efektif membacanya (KEM) =
  • 56. 56 250 kpm x 70 % = 175 kpm. (Harjasujana,200:88). Kalau di Amerika siswa setingkat SMA memiliki KEM terendah ± 175 kpm, maka di Indonesia masih tidak sedikit siswa SMA KEM tertinggi ± 175 kpm. Dari pengalaman peneliti membelajarkan siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Sidoarjo, ternyata hal tersebut di atas juga terjadi. Dengan KEM ± 175 kpm, lalu bagaimana bisa menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang diharapkan melalui berbagai media cetak dalam waktu yang relatif singkat. Berdasarkan uraian singkat di atas, peneliti mengambil tindakan, yaitu “Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca Dengan Menggunakan Metode Klos Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Sidoarjo”. Peneliti memilih metode klos untuk meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) karena metode klos dapat dipakai untuk mengukur tingkat keterbacaan sebuah wacana dan untuk melatih keterampilan dan kemampuan membaca 1.2 Perumusan dan Pemecahan Masalah 1.2.1 Perumusan Masalah Dalam penelitian ini diajukan rumusan masalah yaitu bagaimana penggunaan metode Klos bisa meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) siswa kelas XI IPA 2 SMAN 3 Sidoarjo 1.2.2 Pemecahan Masalah Dengan rendahnya Kecepatan Efektif Membaca Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Sidoarjo Tahun Pelajaran 2006/2007 penulis mengambil tindakan yaitu meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca dengan menggunakan Metode Klos yang langkah-langkahnya sebagai berikut : Tahap awal merupakan pra tindakan yaitu identifikasi metode klos dan Kecepatan Efektif Membaca (KEM), langkah kedua pelaksanaan tindakan yang terdiri dari tiga siklus. Siklus I penerapan metode klos, siklus II sebagai implementasi pelaksanaan metode klos, dan siklus III sebagai pemantapan. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitan tindakan kelas ini adalah : Untuk meningkatkan kecepatan efektif membaca (KEM) siswa kelas XI IPA 2 SMAN 3 Sidoarjo dengan menggunakan metode klos . 1.4 Lingkup Penelitian
  • 57. 57 Lingkup yang menjadi batasan materi dalam penelitian ini adalah Kecepatan Efektif Membaca (KEM) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan kompetensi dasar membaca cepat. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas XI IPA 2, SMA Negeri 3 Sidoarjo Tahun Pelajaran 2006/2007. 1.5 Definisi Operasional Kesamaan arti sangat diperlukan dalam penelitian. Sejalan dengan itu diperlukan pendefinisian istilah sebagai berikut : 1.5.1 Kecepatan Efektif Membaca (KEM) PTK Bahasa Indonesia SMA Kecepatan Efektif Membaca (KEM) adalah sebuah istilah untuk mencerminkan kemampuan membaca yang sesungguhnya yang dicapai oleh pembaca, karena KEM merupakan perpaduan antara kecepatan membaca dan kemampuan memahami bacaan. KEM dapat ditentukan dengan jalan memperkalikan kecepatan membaca dengan prosentase pemahaman isi bacaan (Harjasujana,2000:109). 1.5.2 Metode Klos Metode Klos berasal dari kata ”Clozure” yaitu suatu istilah dari ilmu jiwa Gestalt, yang mempunyai pengertian bahwa pada dasarnya orang melihat bagian-bagian itu sebagai suatu keseluruhan. Dalam teknik klos, pembaca diminta untuk memahami wacana yang tidak lengkap, karena bagian tertentu telah dihilangkan, akan tetapi pemahaman pembaca tetap sempurna (Kamidjan,1996:66) 1.6 Manfaat Hasil Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : Bagi siswa : hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berbahasa dan terjadi kemajuan belajar pada mata pelajaran lain Bagi peneliti (guru) : dapat meningkatkan profesionalisme dan bisa digunakan untuk pengembangan profesi dalam perolehan angka kredit untuk naik ke golongan IV b Bagi guru lain : memberikan motivasi dan referensi model-model pembelajaran yang inovatif. Bagi sekolah : dengan adanya guru-guru (para peneliti) melakukan penelitian tindakan kelas berarti proses pembelajaran di kelas sangat berkualitas sehingga terjadi perubahan positif mengarah pada sekolah unggul. BAB II LANDASAN TEORI