SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Pencelupan Poliakrilat Dengan Zat Warna Basa

I. MAKSUD DAN TUJUAN
A. MAKSUD
Melakukan pemilihan zat warna, resep, skema proses, dan kondisi proses yang tepat
dalam pencelupan poliakrilat dengan zat warna basa untuk mendapatkan hasil celup yang
paling baik.
TUJUAN
Mencelup kain poliakrilat dalam zat warna basa dengan resep yang terbaik untuk
mendapatkan hasil celup yang sesuai target.
Menentukan pemilihan zat warna yang tepat, memilih resep yang terbaik, skema
proses, dan kondisi proses yang tepat dalam pencelupan poliakrilat dengan zat warna
basa.
Menganalisa dan mengevaluasi hasil pencelupan serat kapas dengan zat warna direk.
II. TEORI DASAR
A. PENDAHULUAN
Dalam pencelupan poliakrilat dengan zat warna basa, bahan diwarnai dengan zat
warna basa sehinggga diperoleh hasil celup yang rata dan mempunyai tahan luntur
tertentu. Dalam proses ini dilakukan pemilihan zat warna dan zat pembantu tekstil yang
sesuai dengan bahan yang akan dicelup, penentuan skema proses dan resep yang tepat,
perhitungan kebutuhan zat yang tepat, pelaksanaan proses pencelupan yang baik sesuai
skema proses sehingga proses dan hasil celupannya sesuai dengan target.
B. SERAT POLIAKRILAT
Pada umumnya serat-serat sintetik seperti poliakrilat mempunyai cirri-ciri mum
sebagai berikut :
Mempunyai daya serap yang rendah (hidrofob)
Mempunyai suhu leleh (titik leleh)
Mudah dibentuk atau distabilkan dengan panas
Menimbulkan listrik statik
Serat-serat poliakrilat selalu mengandung kopolimer yang sangat berguna dalam
mekanisme pencelupannya. Sebagai contoh serat acrilan 1656 mengandung kopolimer
bersifat basa yang mempunyai afinitas terhadap zat warna asam, sedangkan Courtelle
dan serat-serat poliakrilat yang lain mengandung kopolimer dengan gugusan negatif
sehingga serat poliakrilat tersebut mempunyai afinitas yang besar terhadap zat warna
basa atau zat warna kation meskipun serat-serat tersebut bersifat hidrofob.

Serat poliakrilat diklasifikasikan dalam dua kelompok besar yaitu :
Serat Modakrilat
Serat modakrilat mengandung lebih sedikit serat akrionitril dan lebih peka terhadap
pengerjaan panas serta tidak membantu pembakaran. Jenis serat seperti ini lebih
mendekati sifat wol dan sutera dalam hal kehangatan dan sifat pegangannya.
Serat Akrilat
Serat akrilat dibentuk paling sedikit 85% akrionitril, tetapi bahan bakunya telah
dicampur dengan bahan-bahan pengisi lainnya untuk memperbaiki daya celup dan
sifat lainnya. Sifat akrilat dalam bentuk staple transparan dan agak keriting.
Mempunyai kelebihan yaitu memberikan kehangatan dan kenyamanan pada
pemakainya. Benang akrilat dipasar dikenal dengan benang wol.

Sifat-sifat Poliakrilat :
Bersifat rua/mekar (bulky) dan apabila dipegang terasa halus dan lembut (soft).
Kekuatan kering 2 – 4,5 g/d ; kekuatana basah 1,5 – 2,5 g/d ; mulur 27 -48%.
Moisture regain 1 – 2,5 % sehingga mudah bersifat listrik static.
Suhu lunak 150-240 0C dan titik leleh 210-260 0C.
Elastic sehingga memberikan kebebasan pemakainya, menarik dan indah.
Panas yang tinggi akan menyebabkan serat mengkerut dan rusak.
Tahan terhadap asam-asam mineral, lemak, minyak, dan garam-garam mineral.
Tidak tahan alkali kuat (akan terhidrolisa) terutama dalam keadaan panas akan
merusak serat dengan cepat (menyebabkan kekuningan).
Ketahanan terhadap alkali lemah cukup baik.
Dengan api, serat akrilat cenderung menyala cepat (tidak meleleh dan terbakar seperti
nilon dan poliester).
C. ZAT WARNA BASA
Zat warna kation (basa) merupakan zat warna sintetik pertama yang ditemukan oleh
W.H. Perkin pada tahun 1856, sebagai zat warna Mauvein. Pada tahun tersebut W.H.
Perkin mereaksikan kondensasi senyawa anilin yang belum dimurnikan untuk membentuk
senyawa kwinin, senyawa ini terionkan dalam mediumnya dengan gugus kromofor yang
bersifat kation, sehingga sering disebut zat warna kation, yang dapat mencelup serat
protein, poliamida, dan poliakrilat berdasarkan ikatan elektrovalen atau ikatan ion.

Struktur / susunan molekul zat warna basa :
Zat warna basa sebagian molekulnya tersusun oleh senyawa alkil fenilamina yang
dapat membentuk garam dengan asam sebagai berikut :
R

NH2 + HCl

R

NH3+ + Cl-

Zat warna basa diperdagangkan dapat membentuk garam dengan asam klorida atau
oksalat sebagai asamnya, dan mungkin pula berbentuk garam seng klorida.

Sifat zat warna basa
Sifat utama zat warna basa adalah mempunyai kecerahan dan intensitas warna yang
tinggi. Sifat selanjutnya adalah :
Zat warna basa larut dalam alkohol dan asam asetat 3%, tetapi pada umumnya tidak
larut dalam air sehingga sering kali terbentuk gumpalan.
Dapat diendapkan dengan zat warna direk dan zat warna asam pada larutan yang
tidak encer.
Pada pendidihan yang lama akan menakibatkan penguraian sebagian zat warna yang
menghasilkan penurunan intensitas warna.
Ketahanan cuci zat warna sangat baik.
Ketahanan sinar tergantung pada gugus yang dikandung oleh serat, yang
mengandung gugus sulfonat ketahanan sinarnya lebih baik daripada yang
mengandung gugus karboksilat .
D. MEKANISME PROSES PENCELUPAN POLIAKRILAT DENGAN ZAT WARNA BASA
Jumlah zat warna yang dapat diikat oleh serat dibatasi oleh banyaknya tempat-tempat
yang dapat diisi oleh zat warna. Sebelum zat warna mencapai tempat-tempat tersebut,
maka zat warnaharus berpenetrasi pada serat. Serat akrilat terbentuk dari rantai-rantai
poliakrionitril.
Oleh karena itu, masuknya zat warna harus melalui antara rantai-rantau tersebut yang
disebut pori-pori. Pori-pori ini sangat kecil karena ikatan antara rantai-rantai sangat kuat,
maka dengan naiknya suhu gerakan kinetic dari rantai-rantai polimer cukup besar untuk
melampaui kekuatan ikatan antar rantai, sehingga pori-pori serat cukup besar untuk
dimasuki zat warna. Pembukaan pori-pori serat berlangsung diatas suhu 80 0C. zat
warmna basa masuk kedalam serat dan membentuk ikatan elektrovalen dengan tempattempat anion pada rantai polimer.
Mekanisme pencelupannya terdiri dari tiga tahap :
Tahap Ke-

Pengertian
Molekul zat warna dalam larutan selalu bergerak pada

1 (difusi)

temperatur tinggi dan pergerakannya lebih cepat,
kemudian vahan tekstil dimasukkan kedalam larutan
Kedua molekul zat warna yang mempunyai tenaga cukup
besar dapat mengatasi gaya-gaya tolak dari

2 (adsorpsi)

permukaanserat, sehingga molekul zat warna dapat
terserap menempel pada permukaan serat
Penyerapan zat warna dari permukaan serat ke pusat serat

3 (fiksasi)

secara bersamaan sehingga zat warna yang terserap
dapat menyebar secara merata

Kesetimbangan pencelupan
Mekanisme pencelupan serat akrilat dengan zat warna kation adalah dengan reaksi
pertukaran ion antara kation zat warna dengan tempat-tempat anion pada serat.
Reaksinya sebagai berikut :
FSO3-H+ + D+

FSO3-D+ H

F

= serat akrilat dengan gugus ujung SO3H

D

= konsentrasi ion zat warna dalam larutan

H

= konsentrasi ion hidrogen dalamlarutan dengan satuan mol/liter larutan
III. PRAKTIKUM
A. ALAT DAN BAHAN
Mesin celup HT dyeing
Tabung rapid
1 buah gelas piala 600 ml
1 buah pengaduk kaca
1 buah gelas piala dan gelas ukur 100 ml
1 set kasa + kaki tiga + pembakar Bunsen
1 buah timbangan digital
1 buah termometer
1 lembar kain poliakrilat
Zat sesuai resep

B. DIAGRAM ALIR PRAKTEK
Diagram Alir Proses Pencelupan Poliakrilat Dengan Zat Warna Basa
Kain grey poliakrilat

Proses simultan penghilangan kanji, pemasakan, dan relaksasi
suhu 100 0C selama 20 menit
Penetralan pada suhu 60 0C selama 5 menit

Persiapan larutan celup

Proses pencelupan cara HT suhu 110 0C selama 30 menit

Pencucian sabun 80 0C selama 10 menit

Pengeringan dan evaluasi hasil celup (kerataan warna)

Kain poliakrilat berwarna
C. RESEP
a. Proses Simultan Relaksasi, Penghilangan kanji, dan Pemasakan
Na2CO3

= 1 g/L

Pembasah = 1 ml/l
Suhu

= 100 oC

Waktu

= 20 menit

Vlot

= 1 : 20

b. Penetralan
CH3COOH 30%

= 0,5 ml/l

Suhu

= 60 0C

Waktu

= 5 menit

Vlot

= 1:20

c. Pencelupan
Zw basa
Basacryl Red BG BASF

= 1%

Pembasah

= 1 ml/L

Perata kationik

= 1 ml/L

CH3COOH 30%

= 1 ml/L

CH3COONa

= 0,5 g/L

Vlot

= 1 : 20

Suhu

= 110 0C

Waktu

= 30 menit

Metode

= modifikasi

d. Pencucian
Sabun

= 1 g/L

Na2CO3

= 0,5 g/L

Suhu

= 80oC

Waktu

= 10 menit

Vlot

= 1 : 20
D. FUNGSI ZAT
Penghilangan kanji, pemasakan, dan relaksasi simultan
Pembasah

= mempercepat proses pembasahan kain oleh larutan proses pre
Treatmen, menurunkan tegangan permukaan larutan
memudahkan kerataan zat warna pada serat.

Na2CO3

= memberikan suasana alkali, menyabunkan kotoran dan minyak,
meningkatkan kerja pembasah

Pencelupan
Zw basa

= mewarnai serat poliakrilat

CH3COOH 30%

= mengatur pH larutan celup untuk menjaga kerusakan serat
selama proses pencelupan berlangsung

Perata kationik

= sebagai pesaing zat warna untuk mengisi tempat negative
didalam serat dan sebagai penghambat penyerapan zat warna

Pembasah

= mempercepat proses pembasahan kain oleh larutan celup,
menurunkan tegangan permukaan larutan celup,
memudahkan kerataan zat warna pada serat.

CH3COONa

= zat yang berfungsi untuk menyetabilkan pH (buffer) agar warna
celup yang dihasilkan lebih stabil atau rata.

Proses Pencucian
Sabun

= menghilangkan sisa zat warna yang ada dipermukaan serat dan
merupakan zat yang berfungsi sebagai pembasah,
mendispersikan kotoran padat yang tidak larut, dan
mengemulsikan kotoran cair yang tidak larut.

Na2CO3

= zat yang berfungsi agar proses saponifikasi lebih
sempurna, meningkatkan kerja zat pembasah,
menyabunkan kotoran dan minyak, mengaktifkan kerja
sabun.
E. SKEMA PROSES
Proses Pencelupan

Na2CO3
Pembasah
100 0C

Bahan

30 0C
10’

15’

20’

10’

Proses Iring

CH3COONa
CH3COOH 30%
Perata kationik
1100C

Pembasah
600C

Bahan
Zw basa
300c
10’ 10’

15’

20’

15’

30’

20’
Pencucian

Bahan
Sabun
80 0C

Na2CO3

30 0C
10 ‘

15’

10’

10’

F. PERHITUNGAN RESEP
1. Penghilangan kanji, pemasakan, dan relaksasi simultan
Berat awal

= 4,03 g

Jumlah larutan

= berat bahan x volt
= 4,03 g x 20
= 80,6 g
= 80,6 ml ( ρ air = 1 g/cm3 )

Pembasah

= 1 ml / 1000 ml x 80,6 ml
= 0,1 ml

Na2CO3

= 1 g / 1000 ml x 80,6 ml
= 0,1 g

2. Penetralan
Berat kain dianggap sama dengan berat kain pada proses pre treatment
Berat awal

= 6,47 g

Jumlah larutan

= berat bahan x volt
= 6,47 g x 20
= 129,4 g
= 129,4 ml ( ρ air = 1 g/cm3 )

Zat pemiksasi kationik

= 2 ml / 1000 ml x 129,4 ml
= 0,2588 ml
CH3COOH 30%

= 1 ml / 1000 ml x 129,4 ml
= 0,1294 ml

3. Pencucian
Berat awal kain proses pencucian dianggap sama dengan berat awal kain pada
proses pencelupan
Berat awal

= 6,47 g

Jumlah larutan

= berat bahan x volt
= 6,47 g x 30
= 194,1 g
= 194,1 ml ( ρ air = 1 g/cm3 )

Sabun

= 1 g / 1000 ml x 194,1 ml
= 0,1944 g

Na2CO3

= 1 g / 1000 ml x 194,1 ml
= 0,1944 g

G. LANGKAH KERJA
Mempersiapkan alat-alat dan bahan untuk proses pencelupan
Menimbang bahan dan zat sesuai resep yang telah ditentukan
Membuat larutan induk zat warna direk dari 1 gram zat warna dalam 100 ml air
Membuat larutan pencelupan zat warna direk dalam 194,1 ml air yang telah ditambah
Na2CO3 dan pembasah
Memasukkan kain kedalamlarutan tersebut selama 10 menit dan diaduk
Menambahkan NaCl secara bertahap dan membiarkan suhunya naik hingga 70-90 0C
selama 30 menit
Melakukan proses pencelupan selama 30 menit pada suhu stabil 70-90 0C
Penurunan suhu selama 20 menit sampai suhu kamar 30 0C
Melakukan proses iring pada suhu 60 0C selama 10 menit
Pencucian pada suhu 60 0C selama 10 menit
IV. DATA PRAKTIKUM
1. Pencelupan Zat Warna Direk
Berat awal

= 6,47 g

Jumlah larutan

= 194,1 ml
ZW direk
Optisal Yellow ZRF 5GR

= 6,47 ml

Pembasah

= 0,1944 ml

Na2CO3

= 0,3888 g

NaCl

= 7,764 g

2. Proses Iring
Berat awal kain pada proses iring dianggap sama dengan berat awal kain pada proses
pencelupan
Berat awal

= 6,47 g

Jumlah larutan

= 129,4 ml

Zat pemiksasi kationik

= 0,2588 ml

CH3COOH 30%

= 0,1294 ml

3. Pencucian
Berat awal kain proses pencucian dianggap sama dengan berat awal kain pada
proses pencelupan
Berat awal

= 6,47 g

Jumlah larutan

= 194,1 ml

Sabun

= 0,1944 g

Na2CO3

= 0,1944 g

EVALUASI KAIN
 Tes uji warna kain hasil pencelupan secara visual
Setelah dilakukan proses pencelupan dengan mempertimbangkan pemilihan resep
dan zat pembantu yang tepat serta kondisi proses yang optimum, warna kain hasil
pencelupan dengan zat warna direk memberikan kerataan yang baik dan ketuaan
warna yang baik pula. Hal ini karena pemilihan resep, zat pembantu, dan kondisi
proses dilakukan sebaik mungkin.
KAIN KAPAS HASIL PENCELUPAN DENGAN ZAT WARNA DIREK
V. DISKUSI
Tujuan dari pencelupan kapas dengan zat warna direk ini adalah untuk menentukan
resep, zat pembantu, dan kondisi proses pencelupan yang tepat agar diperoleh hasil celup
yang sesuai target. Pada praktikum ini,praktikan harus menentukan dan memilih

resep

pencelupan yang paling baik, skema proses yang baik, pemilihan zat pembantu tekstil yang
tepat, dan kondisi proses yang optimum.
Pada proses pencelupan kain kapas ke dalam zat warna direk terjadi peristiwa
pelarutan zat warna dalam air yang telah ditambah zat pembantu yaitu Na2CO3 dan
pembasah kemudian memasukkan bahan tekstil (kain kapas) ke dalam larutan zat warna
sehingga terjadi penyerapan zat warna kedalam serat. Penyerapan zat warna kedalam serat
merupakan reaksi eksotermik dan reaksi kseimbangan.
Proses pencelupankain kapas dalam zat warna direk berlangsung pada suhu stabil
0

70-90 C selama 90 menit dengan pembagian waktu sebagai berikut :
Terjadi proses difusi zat warna dari fasa ruah ke dekat permukaan serat pada 10 menit
pertama kain direndam dalam larutan zat warna direk yang telah ditambah Na2CO3 dan
pembasah pada suhu kamar 300 C.
30 menit berikutnya terjadi proses adsorpsi zat warna ke permukaan serat, larutan zat
warna dan kain kapas dipanaskan diatas pembakar Bunsen agar suhu mengalami
kenaikan menuju suhu 900 C, pada fase ini juga ditambahkan garam (NaCl) secara
bertahap untuk membantu penyerapan zat warna agar optimal. Kenaikan suhu ini
bertujuan untuk mempercepat penyerapan zat warna pada kain.
30 menit berikutnya terjadi proses difusi dan fiksasi zat warna kedalam serat, larutan zat
warna dan kain kapas dipanaskan pada suhu stabil 900 C.
20 menit terakhir merupakan proses cooling down larutan zat warna dan kain kapas.

ALASAN PEMILIHAN RESEP, ZAT PEMBANTU, SKEMA, DAN KONDISI PROSES
PADA PENCELUPAN KAPAS DENGAN ZAT WARNA DIREK

Pada resep pencelupan digunakan vlot 1 : 30, alasannya digunakan vlot yang besar yaitu
1 : 30 karena molekul zat warna direk besar sehingga untuk melarutkannya dibutuhkan
keadaan yang encer. Vlot yang besar akan menyebabkan larutan pencelupan menjadi
lebih encer sehingga ruang gerak zat warna lebih luas. Penggunaan volt yang besar akan
menyebabkan hasil pencelupannya lebih rata dan warnanya lebih cerah. Namun, pada
penggunaan vlot yang besar maka akan banyak zat warna yang terdapat pada fase air
yang akhirnya menyebabkan laju penyerapan zat warna lambat atau berkurang.
Pada kondisi seperti ini peranan suhu proses sangat penting sekali. Dipilihnya suhu
proses 90 0C dengan tujuan untuk mengimbangi laju penyerapan zat warna yang lambat
akibat penggunaan vlot yang besar. Pada suhu tinggi laju penyerapan zat warna akan
semakin cepat tetapi akibatnya adalah afinitas zat warna akan turun karena reaksi fiksasi
zat warna dengan serat bersifat eksotherm. Sehingga pada akhir proses pencelupan
sebaiknya dilakukan penurunan suhu secara perlahan-lahan dengan tujuan untuk
menambah penyerapan zat warna direk. Sebaliknya, pada suhu proses yang rendah
kecepatan penyerapan zat warnanya menjadi lebih lambat.
Kekurangan dari penggunaan vlot yang besar adalah banyak zat warna yang terbuang
karena penyerapan zat warnanya hanya 50-60 % (penyerapan zat warna rendah), oleh
sebab itu dipilih zat pembantu tekstil yaitu NaCl untuk membantu mendorong penyerapan
zat warna direk kedalam serat.
Penggunaan NaCl dipilih sebanyak 40 g/L karena semakin banyak NaCl yang digunakan
dapat menyebabkan belang pada kain,sedangkan apabila NaCl yang digunakan sedikit
maka penyerapan zat warna kedalam serat rendah. Untuk memberikan hasil celup
dengan kerataan yang baik, proses penambahan NaCl sebaiknya dilakukan secara
bertahap dan kain harus diangkat dahulu pada saat pemasukan NaCl. Proses
pengadukan NaCl dalam larutan celup perlu dilakukan akan NaCl terhomogenisasi dalam
larutan celup. Rentang konsentrasi NaCl yang digunakan pada pencelupan zat warna
direk adalah 30 – 60 g/L dan praktikan memilih konsentrasi NaCl 40 g/L karena dianggap
akan memberikan hasil celup yang baik.
Untuk memperbaiki kelarutan zat warna direk yang molekulnya besar perlu ditambahkan
zat pembantu Na2CO3. Dengan ditambahkannya Na2CO3 akan menghidrolisis zat warna
sehingga molekulnya menjadi lebih kecil. Pemilihan konsentrasi Na2CO3 juga harus tepat.
Dalam resep dipilih konsentrasi Na2CO3 sebanyak 2 g/L. Hal ini karena semakin banyak
Na2CO3 yang ditambahkan pada larutan penelupan akan menyebabkan warna kain
menjadi lebih muda, tetapi warna kain juga bias menjadi lebih tua karena dalam suasana
alkali pori-pori serat selulosa akan lebih mengembang sehingga zat warna mudah masuk
kedalam serat karena zat warnanya mudah larut. Sebaliknya, apabila Na2CO3 yang
ditambahkan dalam larutan celup kurang maka zat warna sukar masuk kedalam serat
akibatnya hasil celupnya kurang rata.

Kondisi proses lain yang penting untuk diperhatikan adalah pemilihan waktu proses yang
tepat. Agar proses difusi berlangsung secara sempurna perlu titetapkan waktu celup yang
tidak terlalu singkat, karena apabila waktu pencelupannya kurang akan menyebabkan
terjadinya proses pencelupan cincin yang tahan lunturnya lebih rendah dari pencelupan
normal. Pada proses ini, praktikan memilih waktu proses pencelupan 90 menit karena
dengan memperhatikan factor-faktor lain yang telah dijelaskan diatas, praktikan
menganggap 90 menit adalah waktu yang tepat dalam pencelupan kapas dengan zat
warna direk.
Factor lain yang perlu diperhatikan dalam pencelupan untukmenghasilkan kerataan celup
yang baik adalah adanya gerakan fisika saat proses pencelupan berlangsung. Gerakan
fisika berupa pengadukan harus dilakukan secara kontinyu dan intensif. Pada saat prose
berlangsung, praktikan melakukan pengadukan secara intensif sehingga kerataan kain
hasil celupnya baik.
Setelah proses pencelupan, praktikan melakukan proses iring karena dianggap proses ini
penting pada pencelupan zat warna direk. Zat warna direk yang molekulnya besar
kemudian diberikan perlakuan seperti pada saat pencelupan (sudah dijelaskan pada poinpoin diatas) akan menyebabkan molekulnya menjadi kecil. Pada saat selesai pencelupan
molekul ini harus kembali menjadi molekul yang besar agar zat warna tidak mudah keluar
dari serat. Proses iring ini dapat berlangsung dengan baik dengan penambahan zat
pemiksasi kationik, dimana zat pemiksasi kationik ini akan berikatan dengan zat warna
direk dalam serat sehingga ukurannya menjadi besar akibatnya tahan luntur hasil
celupannya menjadi baik.
Agar proses iringnya merata perlu ditambahkan CH3COOH 30% untuk memperbaiki
kelarutan zat pemiksasi kationik. Penggunaan zat pemiksasi kationik dengan CH3COOH
sebaiknya 1 : 2. Kondisi proses iring sendiri berlangsung pada suhu 60 0C selama 10
menit. Kondisi proses ini juga berlaku pada proses pencucian, praktikan memilih
menggunakan konsentrasi sabun dengan Na2CO3 1 : 1 karena penggunaan Na2CO3
hanya berperan untuk mengaktifkan kerja sabun dan memberikan suasana alkali pada
pencucian.
VI. KESIMPULAN
Perlu dilakukan pemilihan resep, zat pembantu, skema proses, dan kondisi proses yang
tepat untuk mendapatkan kain hasil celup yang sesuai target.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil celup adalah konsentrasi resep yang digunakan
dan kondisi proses meliputi liquor ratio, suhu, dan waktu proses.
Hasil celup akan memberikan kerataan warna dan ketahanan luntur yang baik apabila
digunakan pemilihan resep dan kondisi proses yang tepat.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Dede Karyana,S.Teks, MSi. 2005. Bahan Ajar Praktikum Pencelupan 1 (Pencelupan
Serat kapas, Wol, dan Sutra). Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung
Isminingsih ,S.Teks, MSi. 1979. Pengantar Kimia Zat Warna. Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil. Bandung

Ir. Rasjid Djufri, MSc, dkk. 1976. Teknologi Pengelantangan Pencelupan Dan
Pencapan. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung

More Related Content

What's hot (8)

Celup cdp zw kationik
Celup cdp   zw kationikCelup cdp   zw kationik
Celup cdp zw kationik
 
Lap 2.cap pigmen nonrepeat tc
Lap 2.cap pigmen nonrepeat tcLap 2.cap pigmen nonrepeat tc
Lap 2.cap pigmen nonrepeat tc
 
Laporan simultan pada kain kapas by benkur
Laporan simultan pada kain kapas by benkurLaporan simultan pada kain kapas by benkur
Laporan simultan pada kain kapas by benkur
 
Hand out cetak saring Kria Tekstil Part 2
Hand out cetak saring Kria Tekstil Part 2Hand out cetak saring Kria Tekstil Part 2
Hand out cetak saring Kria Tekstil Part 2
 
Lap 11.poliester cdp
Lap 11.poliester cdpLap 11.poliester cdp
Lap 11.poliester cdp
 
Bu Ainur - Proses Pengelantangan H2O2
Bu Ainur - Proses Pengelantangan H2O2Bu Ainur - Proses Pengelantangan H2O2
Bu Ainur - Proses Pengelantangan H2O2
 
Proses pemasakan
Proses pemasakanProses pemasakan
Proses pemasakan
 
Scouring
ScouringScouring
Scouring
 

Viewers also liked

Viewers also liked (14)

Celup poliester disperse pengaruh p h
Celup poliester   disperse pengaruh p hCelup poliester   disperse pengaruh p h
Celup poliester disperse pengaruh p h
 
Uas basaqq
Uas basaqqUas basaqq
Uas basaqq
 
Diseminación de información independiente de medicamentos / Martín Cañás - Fu...
Diseminación de información independiente de medicamentos / Martín Cañás - Fu...Diseminación de información independiente de medicamentos / Martín Cañás - Fu...
Diseminación de información independiente de medicamentos / Martín Cañás - Fu...
 
Lap 8. poliakrilat basa
Lap 8. poliakrilat basaLap 8. poliakrilat basa
Lap 8. poliakrilat basa
 
Medical system1
Medical system1Medical system1
Medical system1
 
Boletín de Información Farmacoterapéutica Independiente: Lecciones Aprendidas...
Boletín de Información Farmacoterapéutica Independiente: Lecciones Aprendidas...Boletín de Información Farmacoterapéutica Independiente: Lecciones Aprendidas...
Boletín de Información Farmacoterapéutica Independiente: Lecciones Aprendidas...
 
Karya ilmiah
Karya ilmiahKarya ilmiah
Karya ilmiah
 
Lap 11.poliester cdp
Lap 11.poliester cdpLap 11.poliester cdp
Lap 11.poliester cdp
 
PPT Prncernaan
PPT PrncernaanPPT Prncernaan
PPT Prncernaan
 
2 cijeungjing
2 cijeungjing2 cijeungjing
2 cijeungjing
 
Materi 1
Materi 1Materi 1
Materi 1
 
Celup poliester dg zw disperse net
Celup poliester dg zw disperse   netCelup poliester dg zw disperse   net
Celup poliester dg zw disperse net
 
A presentation Tarek masud
A presentation Tarek masudA presentation Tarek masud
A presentation Tarek masud
 
Celup poliester dispersi cara ht
Celup poliester dispersi cara htCelup poliester dispersi cara ht
Celup poliester dispersi cara ht
 

Similar to Uas basaq

PENCELUPAN KAIN KAPAS SECARA BATCHING (CPB) DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGIN
PENCELUPAN KAIN KAPAS SECARA BATCHING (CPB) DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGINPENCELUPAN KAIN KAPAS SECARA BATCHING (CPB) DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGIN
PENCELUPAN KAIN KAPAS SECARA BATCHING (CPB) DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGINaji indras
 

Similar to Uas basaq (20)

Uas basaqq
Uas basaqqUas basaqq
Uas basaqq
 
Celup akrilat basa
Celup akrilat   basaCelup akrilat   basa
Celup akrilat basa
 
Celup akrilat basa
Celup akrilat   basaCelup akrilat   basa
Celup akrilat basa
 
Celup poliester disperse pengaruh p h
Celup poliester   disperse pengaruh p hCelup poliester   disperse pengaruh p h
Celup poliester disperse pengaruh p h
 
Celup poliester dispersi cara ht
Celup poliester dispersi cara htCelup poliester dispersi cara ht
Celup poliester dispersi cara ht
 
Lap 3.cap pigmen repeat kapas
Lap 3.cap pigmen repeat kapasLap 3.cap pigmen repeat kapas
Lap 3.cap pigmen repeat kapas
 
Celup poliester disperse carrier
Celup poliester   disperse carrierCelup poliester   disperse carrier
Celup poliester disperse carrier
 
Celup poliester disperse pengaruh hs
Celup poliester   disperse pengaruh hsCelup poliester   disperse pengaruh hs
Celup poliester disperse pengaruh hs
 
Celup poliester disperse pengaruh hs
Celup poliester   disperse pengaruh hsCelup poliester   disperse pengaruh hs
Celup poliester disperse pengaruh hs
 
Karya ilmiah
Karya ilmiahKarya ilmiah
Karya ilmiah
 
Celup nilon asam
Celup nilon   asamCelup nilon   asam
Celup nilon asam
 
Celup cdp zw kationik
Celup cdp   zw kationikCelup cdp   zw kationik
Celup cdp zw kationik
 
PENCELUPAN KAIN KAPAS SECARA BATCHING (CPB) DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGIN
PENCELUPAN KAIN KAPAS SECARA BATCHING (CPB) DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGINPENCELUPAN KAIN KAPAS SECARA BATCHING (CPB) DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGIN
PENCELUPAN KAIN KAPAS SECARA BATCHING (CPB) DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGIN
 
Lap 6.cap krep kapas rayon
Lap 6.cap krep kapas rayonLap 6.cap krep kapas rayon
Lap 6.cap krep kapas rayon
 
Lap 6.cap krep kapas rayon
Lap 6.cap krep kapas rayonLap 6.cap krep kapas rayon
Lap 6.cap krep kapas rayon
 
Celup poliester dispersi cara ht
Celup poliester dispersi cara htCelup poliester dispersi cara ht
Celup poliester dispersi cara ht
 
Celup cdp zw kationik
Celup cdp   zw kationikCelup cdp   zw kationik
Celup cdp zw kationik
 
Identifikasi protein
Identifikasi proteinIdentifikasi protein
Identifikasi protein
 
Lap 8. cap bo
Lap 8. cap boLap 8. cap bo
Lap 8. cap bo
 
Lap 8. cap bo
Lap 8. cap boLap 8. cap bo
Lap 8. cap bo
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Uas basaq

  • 1.
  • 2. Pencelupan Poliakrilat Dengan Zat Warna Basa I. MAKSUD DAN TUJUAN A. MAKSUD Melakukan pemilihan zat warna, resep, skema proses, dan kondisi proses yang tepat dalam pencelupan poliakrilat dengan zat warna basa untuk mendapatkan hasil celup yang paling baik. TUJUAN Mencelup kain poliakrilat dalam zat warna basa dengan resep yang terbaik untuk mendapatkan hasil celup yang sesuai target. Menentukan pemilihan zat warna yang tepat, memilih resep yang terbaik, skema proses, dan kondisi proses yang tepat dalam pencelupan poliakrilat dengan zat warna basa. Menganalisa dan mengevaluasi hasil pencelupan serat kapas dengan zat warna direk. II. TEORI DASAR A. PENDAHULUAN Dalam pencelupan poliakrilat dengan zat warna basa, bahan diwarnai dengan zat warna basa sehinggga diperoleh hasil celup yang rata dan mempunyai tahan luntur tertentu. Dalam proses ini dilakukan pemilihan zat warna dan zat pembantu tekstil yang sesuai dengan bahan yang akan dicelup, penentuan skema proses dan resep yang tepat, perhitungan kebutuhan zat yang tepat, pelaksanaan proses pencelupan yang baik sesuai skema proses sehingga proses dan hasil celupannya sesuai dengan target. B. SERAT POLIAKRILAT Pada umumnya serat-serat sintetik seperti poliakrilat mempunyai cirri-ciri mum sebagai berikut : Mempunyai daya serap yang rendah (hidrofob) Mempunyai suhu leleh (titik leleh) Mudah dibentuk atau distabilkan dengan panas Menimbulkan listrik statik
  • 3. Serat-serat poliakrilat selalu mengandung kopolimer yang sangat berguna dalam mekanisme pencelupannya. Sebagai contoh serat acrilan 1656 mengandung kopolimer bersifat basa yang mempunyai afinitas terhadap zat warna asam, sedangkan Courtelle dan serat-serat poliakrilat yang lain mengandung kopolimer dengan gugusan negatif sehingga serat poliakrilat tersebut mempunyai afinitas yang besar terhadap zat warna basa atau zat warna kation meskipun serat-serat tersebut bersifat hidrofob. Serat poliakrilat diklasifikasikan dalam dua kelompok besar yaitu : Serat Modakrilat Serat modakrilat mengandung lebih sedikit serat akrionitril dan lebih peka terhadap pengerjaan panas serta tidak membantu pembakaran. Jenis serat seperti ini lebih mendekati sifat wol dan sutera dalam hal kehangatan dan sifat pegangannya. Serat Akrilat Serat akrilat dibentuk paling sedikit 85% akrionitril, tetapi bahan bakunya telah dicampur dengan bahan-bahan pengisi lainnya untuk memperbaiki daya celup dan sifat lainnya. Sifat akrilat dalam bentuk staple transparan dan agak keriting. Mempunyai kelebihan yaitu memberikan kehangatan dan kenyamanan pada pemakainya. Benang akrilat dipasar dikenal dengan benang wol. Sifat-sifat Poliakrilat : Bersifat rua/mekar (bulky) dan apabila dipegang terasa halus dan lembut (soft). Kekuatan kering 2 – 4,5 g/d ; kekuatana basah 1,5 – 2,5 g/d ; mulur 27 -48%. Moisture regain 1 – 2,5 % sehingga mudah bersifat listrik static. Suhu lunak 150-240 0C dan titik leleh 210-260 0C. Elastic sehingga memberikan kebebasan pemakainya, menarik dan indah. Panas yang tinggi akan menyebabkan serat mengkerut dan rusak. Tahan terhadap asam-asam mineral, lemak, minyak, dan garam-garam mineral. Tidak tahan alkali kuat (akan terhidrolisa) terutama dalam keadaan panas akan merusak serat dengan cepat (menyebabkan kekuningan). Ketahanan terhadap alkali lemah cukup baik. Dengan api, serat akrilat cenderung menyala cepat (tidak meleleh dan terbakar seperti nilon dan poliester).
  • 4. C. ZAT WARNA BASA Zat warna kation (basa) merupakan zat warna sintetik pertama yang ditemukan oleh W.H. Perkin pada tahun 1856, sebagai zat warna Mauvein. Pada tahun tersebut W.H. Perkin mereaksikan kondensasi senyawa anilin yang belum dimurnikan untuk membentuk senyawa kwinin, senyawa ini terionkan dalam mediumnya dengan gugus kromofor yang bersifat kation, sehingga sering disebut zat warna kation, yang dapat mencelup serat protein, poliamida, dan poliakrilat berdasarkan ikatan elektrovalen atau ikatan ion. Struktur / susunan molekul zat warna basa : Zat warna basa sebagian molekulnya tersusun oleh senyawa alkil fenilamina yang dapat membentuk garam dengan asam sebagai berikut : R NH2 + HCl R NH3+ + Cl- Zat warna basa diperdagangkan dapat membentuk garam dengan asam klorida atau oksalat sebagai asamnya, dan mungkin pula berbentuk garam seng klorida. Sifat zat warna basa Sifat utama zat warna basa adalah mempunyai kecerahan dan intensitas warna yang tinggi. Sifat selanjutnya adalah : Zat warna basa larut dalam alkohol dan asam asetat 3%, tetapi pada umumnya tidak larut dalam air sehingga sering kali terbentuk gumpalan. Dapat diendapkan dengan zat warna direk dan zat warna asam pada larutan yang tidak encer. Pada pendidihan yang lama akan menakibatkan penguraian sebagian zat warna yang menghasilkan penurunan intensitas warna. Ketahanan cuci zat warna sangat baik. Ketahanan sinar tergantung pada gugus yang dikandung oleh serat, yang mengandung gugus sulfonat ketahanan sinarnya lebih baik daripada yang mengandung gugus karboksilat .
  • 5. D. MEKANISME PROSES PENCELUPAN POLIAKRILAT DENGAN ZAT WARNA BASA Jumlah zat warna yang dapat diikat oleh serat dibatasi oleh banyaknya tempat-tempat yang dapat diisi oleh zat warna. Sebelum zat warna mencapai tempat-tempat tersebut, maka zat warnaharus berpenetrasi pada serat. Serat akrilat terbentuk dari rantai-rantai poliakrionitril. Oleh karena itu, masuknya zat warna harus melalui antara rantai-rantau tersebut yang disebut pori-pori. Pori-pori ini sangat kecil karena ikatan antara rantai-rantai sangat kuat, maka dengan naiknya suhu gerakan kinetic dari rantai-rantai polimer cukup besar untuk melampaui kekuatan ikatan antar rantai, sehingga pori-pori serat cukup besar untuk dimasuki zat warna. Pembukaan pori-pori serat berlangsung diatas suhu 80 0C. zat warmna basa masuk kedalam serat dan membentuk ikatan elektrovalen dengan tempattempat anion pada rantai polimer. Mekanisme pencelupannya terdiri dari tiga tahap : Tahap Ke- Pengertian Molekul zat warna dalam larutan selalu bergerak pada 1 (difusi) temperatur tinggi dan pergerakannya lebih cepat, kemudian vahan tekstil dimasukkan kedalam larutan Kedua molekul zat warna yang mempunyai tenaga cukup besar dapat mengatasi gaya-gaya tolak dari 2 (adsorpsi) permukaanserat, sehingga molekul zat warna dapat terserap menempel pada permukaan serat Penyerapan zat warna dari permukaan serat ke pusat serat 3 (fiksasi) secara bersamaan sehingga zat warna yang terserap dapat menyebar secara merata Kesetimbangan pencelupan Mekanisme pencelupan serat akrilat dengan zat warna kation adalah dengan reaksi pertukaran ion antara kation zat warna dengan tempat-tempat anion pada serat. Reaksinya sebagai berikut : FSO3-H+ + D+ FSO3-D+ H F = serat akrilat dengan gugus ujung SO3H D = konsentrasi ion zat warna dalam larutan H = konsentrasi ion hidrogen dalamlarutan dengan satuan mol/liter larutan
  • 6. III. PRAKTIKUM A. ALAT DAN BAHAN Mesin celup HT dyeing Tabung rapid 1 buah gelas piala 600 ml 1 buah pengaduk kaca 1 buah gelas piala dan gelas ukur 100 ml 1 set kasa + kaki tiga + pembakar Bunsen 1 buah timbangan digital 1 buah termometer 1 lembar kain poliakrilat Zat sesuai resep B. DIAGRAM ALIR PRAKTEK Diagram Alir Proses Pencelupan Poliakrilat Dengan Zat Warna Basa Kain grey poliakrilat Proses simultan penghilangan kanji, pemasakan, dan relaksasi suhu 100 0C selama 20 menit Penetralan pada suhu 60 0C selama 5 menit Persiapan larutan celup Proses pencelupan cara HT suhu 110 0C selama 30 menit Pencucian sabun 80 0C selama 10 menit Pengeringan dan evaluasi hasil celup (kerataan warna) Kain poliakrilat berwarna
  • 7. C. RESEP a. Proses Simultan Relaksasi, Penghilangan kanji, dan Pemasakan Na2CO3 = 1 g/L Pembasah = 1 ml/l Suhu = 100 oC Waktu = 20 menit Vlot = 1 : 20 b. Penetralan CH3COOH 30% = 0,5 ml/l Suhu = 60 0C Waktu = 5 menit Vlot = 1:20 c. Pencelupan Zw basa Basacryl Red BG BASF = 1% Pembasah = 1 ml/L Perata kationik = 1 ml/L CH3COOH 30% = 1 ml/L CH3COONa = 0,5 g/L Vlot = 1 : 20 Suhu = 110 0C Waktu = 30 menit Metode = modifikasi d. Pencucian Sabun = 1 g/L Na2CO3 = 0,5 g/L Suhu = 80oC Waktu = 10 menit Vlot = 1 : 20
  • 8. D. FUNGSI ZAT Penghilangan kanji, pemasakan, dan relaksasi simultan Pembasah = mempercepat proses pembasahan kain oleh larutan proses pre Treatmen, menurunkan tegangan permukaan larutan memudahkan kerataan zat warna pada serat. Na2CO3 = memberikan suasana alkali, menyabunkan kotoran dan minyak, meningkatkan kerja pembasah Pencelupan Zw basa = mewarnai serat poliakrilat CH3COOH 30% = mengatur pH larutan celup untuk menjaga kerusakan serat selama proses pencelupan berlangsung Perata kationik = sebagai pesaing zat warna untuk mengisi tempat negative didalam serat dan sebagai penghambat penyerapan zat warna Pembasah = mempercepat proses pembasahan kain oleh larutan celup, menurunkan tegangan permukaan larutan celup, memudahkan kerataan zat warna pada serat. CH3COONa = zat yang berfungsi untuk menyetabilkan pH (buffer) agar warna celup yang dihasilkan lebih stabil atau rata. Proses Pencucian Sabun = menghilangkan sisa zat warna yang ada dipermukaan serat dan merupakan zat yang berfungsi sebagai pembasah, mendispersikan kotoran padat yang tidak larut, dan mengemulsikan kotoran cair yang tidak larut. Na2CO3 = zat yang berfungsi agar proses saponifikasi lebih sempurna, meningkatkan kerja zat pembasah, menyabunkan kotoran dan minyak, mengaktifkan kerja sabun.
  • 9. E. SKEMA PROSES Proses Pencelupan Na2CO3 Pembasah 100 0C Bahan 30 0C 10’ 15’ 20’ 10’ Proses Iring CH3COONa CH3COOH 30% Perata kationik 1100C Pembasah 600C Bahan Zw basa 300c 10’ 10’ 15’ 20’ 15’ 30’ 20’
  • 10. Pencucian Bahan Sabun 80 0C Na2CO3 30 0C 10 ‘ 15’ 10’ 10’ F. PERHITUNGAN RESEP 1. Penghilangan kanji, pemasakan, dan relaksasi simultan Berat awal = 4,03 g Jumlah larutan = berat bahan x volt = 4,03 g x 20 = 80,6 g = 80,6 ml ( ρ air = 1 g/cm3 ) Pembasah = 1 ml / 1000 ml x 80,6 ml = 0,1 ml Na2CO3 = 1 g / 1000 ml x 80,6 ml = 0,1 g 2. Penetralan Berat kain dianggap sama dengan berat kain pada proses pre treatment Berat awal = 6,47 g Jumlah larutan = berat bahan x volt = 6,47 g x 20 = 129,4 g = 129,4 ml ( ρ air = 1 g/cm3 ) Zat pemiksasi kationik = 2 ml / 1000 ml x 129,4 ml
  • 11. = 0,2588 ml CH3COOH 30% = 1 ml / 1000 ml x 129,4 ml = 0,1294 ml 3. Pencucian Berat awal kain proses pencucian dianggap sama dengan berat awal kain pada proses pencelupan Berat awal = 6,47 g Jumlah larutan = berat bahan x volt = 6,47 g x 30 = 194,1 g = 194,1 ml ( ρ air = 1 g/cm3 ) Sabun = 1 g / 1000 ml x 194,1 ml = 0,1944 g Na2CO3 = 1 g / 1000 ml x 194,1 ml = 0,1944 g G. LANGKAH KERJA Mempersiapkan alat-alat dan bahan untuk proses pencelupan Menimbang bahan dan zat sesuai resep yang telah ditentukan Membuat larutan induk zat warna direk dari 1 gram zat warna dalam 100 ml air Membuat larutan pencelupan zat warna direk dalam 194,1 ml air yang telah ditambah Na2CO3 dan pembasah Memasukkan kain kedalamlarutan tersebut selama 10 menit dan diaduk Menambahkan NaCl secara bertahap dan membiarkan suhunya naik hingga 70-90 0C selama 30 menit Melakukan proses pencelupan selama 30 menit pada suhu stabil 70-90 0C Penurunan suhu selama 20 menit sampai suhu kamar 30 0C Melakukan proses iring pada suhu 60 0C selama 10 menit Pencucian pada suhu 60 0C selama 10 menit IV. DATA PRAKTIKUM 1. Pencelupan Zat Warna Direk Berat awal = 6,47 g Jumlah larutan = 194,1 ml
  • 12. ZW direk Optisal Yellow ZRF 5GR = 6,47 ml Pembasah = 0,1944 ml Na2CO3 = 0,3888 g NaCl = 7,764 g 2. Proses Iring Berat awal kain pada proses iring dianggap sama dengan berat awal kain pada proses pencelupan Berat awal = 6,47 g Jumlah larutan = 129,4 ml Zat pemiksasi kationik = 0,2588 ml CH3COOH 30% = 0,1294 ml 3. Pencucian Berat awal kain proses pencucian dianggap sama dengan berat awal kain pada proses pencelupan Berat awal = 6,47 g Jumlah larutan = 194,1 ml Sabun = 0,1944 g Na2CO3 = 0,1944 g EVALUASI KAIN  Tes uji warna kain hasil pencelupan secara visual Setelah dilakukan proses pencelupan dengan mempertimbangkan pemilihan resep dan zat pembantu yang tepat serta kondisi proses yang optimum, warna kain hasil pencelupan dengan zat warna direk memberikan kerataan yang baik dan ketuaan warna yang baik pula. Hal ini karena pemilihan resep, zat pembantu, dan kondisi proses dilakukan sebaik mungkin. KAIN KAPAS HASIL PENCELUPAN DENGAN ZAT WARNA DIREK
  • 13. V. DISKUSI Tujuan dari pencelupan kapas dengan zat warna direk ini adalah untuk menentukan resep, zat pembantu, dan kondisi proses pencelupan yang tepat agar diperoleh hasil celup yang sesuai target. Pada praktikum ini,praktikan harus menentukan dan memilih resep pencelupan yang paling baik, skema proses yang baik, pemilihan zat pembantu tekstil yang tepat, dan kondisi proses yang optimum. Pada proses pencelupan kain kapas ke dalam zat warna direk terjadi peristiwa pelarutan zat warna dalam air yang telah ditambah zat pembantu yaitu Na2CO3 dan pembasah kemudian memasukkan bahan tekstil (kain kapas) ke dalam larutan zat warna
  • 14. sehingga terjadi penyerapan zat warna kedalam serat. Penyerapan zat warna kedalam serat merupakan reaksi eksotermik dan reaksi kseimbangan. Proses pencelupankain kapas dalam zat warna direk berlangsung pada suhu stabil 0 70-90 C selama 90 menit dengan pembagian waktu sebagai berikut : Terjadi proses difusi zat warna dari fasa ruah ke dekat permukaan serat pada 10 menit pertama kain direndam dalam larutan zat warna direk yang telah ditambah Na2CO3 dan pembasah pada suhu kamar 300 C. 30 menit berikutnya terjadi proses adsorpsi zat warna ke permukaan serat, larutan zat warna dan kain kapas dipanaskan diatas pembakar Bunsen agar suhu mengalami kenaikan menuju suhu 900 C, pada fase ini juga ditambahkan garam (NaCl) secara bertahap untuk membantu penyerapan zat warna agar optimal. Kenaikan suhu ini bertujuan untuk mempercepat penyerapan zat warna pada kain. 30 menit berikutnya terjadi proses difusi dan fiksasi zat warna kedalam serat, larutan zat warna dan kain kapas dipanaskan pada suhu stabil 900 C. 20 menit terakhir merupakan proses cooling down larutan zat warna dan kain kapas. ALASAN PEMILIHAN RESEP, ZAT PEMBANTU, SKEMA, DAN KONDISI PROSES PADA PENCELUPAN KAPAS DENGAN ZAT WARNA DIREK Pada resep pencelupan digunakan vlot 1 : 30, alasannya digunakan vlot yang besar yaitu 1 : 30 karena molekul zat warna direk besar sehingga untuk melarutkannya dibutuhkan keadaan yang encer. Vlot yang besar akan menyebabkan larutan pencelupan menjadi lebih encer sehingga ruang gerak zat warna lebih luas. Penggunaan volt yang besar akan menyebabkan hasil pencelupannya lebih rata dan warnanya lebih cerah. Namun, pada penggunaan vlot yang besar maka akan banyak zat warna yang terdapat pada fase air yang akhirnya menyebabkan laju penyerapan zat warna lambat atau berkurang. Pada kondisi seperti ini peranan suhu proses sangat penting sekali. Dipilihnya suhu proses 90 0C dengan tujuan untuk mengimbangi laju penyerapan zat warna yang lambat akibat penggunaan vlot yang besar. Pada suhu tinggi laju penyerapan zat warna akan semakin cepat tetapi akibatnya adalah afinitas zat warna akan turun karena reaksi fiksasi zat warna dengan serat bersifat eksotherm. Sehingga pada akhir proses pencelupan sebaiknya dilakukan penurunan suhu secara perlahan-lahan dengan tujuan untuk menambah penyerapan zat warna direk. Sebaliknya, pada suhu proses yang rendah kecepatan penyerapan zat warnanya menjadi lebih lambat.
  • 15. Kekurangan dari penggunaan vlot yang besar adalah banyak zat warna yang terbuang karena penyerapan zat warnanya hanya 50-60 % (penyerapan zat warna rendah), oleh sebab itu dipilih zat pembantu tekstil yaitu NaCl untuk membantu mendorong penyerapan zat warna direk kedalam serat. Penggunaan NaCl dipilih sebanyak 40 g/L karena semakin banyak NaCl yang digunakan dapat menyebabkan belang pada kain,sedangkan apabila NaCl yang digunakan sedikit maka penyerapan zat warna kedalam serat rendah. Untuk memberikan hasil celup dengan kerataan yang baik, proses penambahan NaCl sebaiknya dilakukan secara bertahap dan kain harus diangkat dahulu pada saat pemasukan NaCl. Proses pengadukan NaCl dalam larutan celup perlu dilakukan akan NaCl terhomogenisasi dalam larutan celup. Rentang konsentrasi NaCl yang digunakan pada pencelupan zat warna direk adalah 30 – 60 g/L dan praktikan memilih konsentrasi NaCl 40 g/L karena dianggap akan memberikan hasil celup yang baik. Untuk memperbaiki kelarutan zat warna direk yang molekulnya besar perlu ditambahkan zat pembantu Na2CO3. Dengan ditambahkannya Na2CO3 akan menghidrolisis zat warna sehingga molekulnya menjadi lebih kecil. Pemilihan konsentrasi Na2CO3 juga harus tepat. Dalam resep dipilih konsentrasi Na2CO3 sebanyak 2 g/L. Hal ini karena semakin banyak Na2CO3 yang ditambahkan pada larutan penelupan akan menyebabkan warna kain menjadi lebih muda, tetapi warna kain juga bias menjadi lebih tua karena dalam suasana alkali pori-pori serat selulosa akan lebih mengembang sehingga zat warna mudah masuk kedalam serat karena zat warnanya mudah larut. Sebaliknya, apabila Na2CO3 yang ditambahkan dalam larutan celup kurang maka zat warna sukar masuk kedalam serat akibatnya hasil celupnya kurang rata. Kondisi proses lain yang penting untuk diperhatikan adalah pemilihan waktu proses yang tepat. Agar proses difusi berlangsung secara sempurna perlu titetapkan waktu celup yang tidak terlalu singkat, karena apabila waktu pencelupannya kurang akan menyebabkan terjadinya proses pencelupan cincin yang tahan lunturnya lebih rendah dari pencelupan normal. Pada proses ini, praktikan memilih waktu proses pencelupan 90 menit karena dengan memperhatikan factor-faktor lain yang telah dijelaskan diatas, praktikan menganggap 90 menit adalah waktu yang tepat dalam pencelupan kapas dengan zat warna direk. Factor lain yang perlu diperhatikan dalam pencelupan untukmenghasilkan kerataan celup yang baik adalah adanya gerakan fisika saat proses pencelupan berlangsung. Gerakan
  • 16. fisika berupa pengadukan harus dilakukan secara kontinyu dan intensif. Pada saat prose berlangsung, praktikan melakukan pengadukan secara intensif sehingga kerataan kain hasil celupnya baik. Setelah proses pencelupan, praktikan melakukan proses iring karena dianggap proses ini penting pada pencelupan zat warna direk. Zat warna direk yang molekulnya besar kemudian diberikan perlakuan seperti pada saat pencelupan (sudah dijelaskan pada poinpoin diatas) akan menyebabkan molekulnya menjadi kecil. Pada saat selesai pencelupan molekul ini harus kembali menjadi molekul yang besar agar zat warna tidak mudah keluar dari serat. Proses iring ini dapat berlangsung dengan baik dengan penambahan zat pemiksasi kationik, dimana zat pemiksasi kationik ini akan berikatan dengan zat warna direk dalam serat sehingga ukurannya menjadi besar akibatnya tahan luntur hasil celupannya menjadi baik. Agar proses iringnya merata perlu ditambahkan CH3COOH 30% untuk memperbaiki kelarutan zat pemiksasi kationik. Penggunaan zat pemiksasi kationik dengan CH3COOH sebaiknya 1 : 2. Kondisi proses iring sendiri berlangsung pada suhu 60 0C selama 10 menit. Kondisi proses ini juga berlaku pada proses pencucian, praktikan memilih menggunakan konsentrasi sabun dengan Na2CO3 1 : 1 karena penggunaan Na2CO3 hanya berperan untuk mengaktifkan kerja sabun dan memberikan suasana alkali pada pencucian. VI. KESIMPULAN Perlu dilakukan pemilihan resep, zat pembantu, skema proses, dan kondisi proses yang tepat untuk mendapatkan kain hasil celup yang sesuai target. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil celup adalah konsentrasi resep yang digunakan dan kondisi proses meliputi liquor ratio, suhu, dan waktu proses. Hasil celup akan memberikan kerataan warna dan ketahanan luntur yang baik apabila digunakan pemilihan resep dan kondisi proses yang tepat. VII. DAFTAR PUSTAKA Dede Karyana,S.Teks, MSi. 2005. Bahan Ajar Praktikum Pencelupan 1 (Pencelupan Serat kapas, Wol, dan Sutra). Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung
  • 17. Isminingsih ,S.Teks, MSi. 1979. Pengantar Kimia Zat Warna. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung Ir. Rasjid Djufri, MSc, dkk. 1976. Teknologi Pengelantangan Pencelupan Dan Pencapan. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung