Dokumen tersebut membahas tentang pencelupan serat poliakrilat dengan zat warna basa untuk mendapatkan hasil celupan yang merata. Terdapat penjelasan tentang teori dasar pencelupan, mekanisme proses, resep, dan skema proses pencelupan poliakrilat dengan zat warna basa.
2. Pencelupan Poliakrilat Dengan Zat Warna Basa
I. MAKSUD DAN TUJUAN
A. MAKSUD
Melakukan pemilihan zat warna, resep, skema proses, dan kondisi proses yang tepat
dalam pencelupan poliakrilat dengan zat warna basa untuk mendapatkan hasil celup yang
paling baik.
TUJUAN
Mencelup kain poliakrilat dalam zat warna basa dengan resep yang terbaik untuk
mendapatkan hasil celup yang sesuai target.
Menentukan pemilihan zat warna yang tepat, memilih resep yang terbaik, skema
proses, dan kondisi proses yang tepat dalam pencelupan poliakrilat dengan zat warna
basa.
Menganalisa dan mengevaluasi hasil pencelupan serat kapas dengan zat warna direk.
II. TEORI DASAR
A. PENDAHULUAN
Dalam pencelupan poliakrilat dengan zat warna basa, bahan diwarnai dengan zat
warna basa sehinggga diperoleh hasil celup yang rata dan mempunyai tahan luntur
tertentu. Dalam proses ini dilakukan pemilihan zat warna dan zat pembantu tekstil yang
sesuai dengan bahan yang akan dicelup, penentuan skema proses dan resep yang tepat,
perhitungan kebutuhan zat yang tepat, pelaksanaan proses pencelupan yang baik sesuai
skema proses sehingga proses dan hasil celupannya sesuai dengan target.
B. SERAT POLIAKRILAT
Pada umumnya serat-serat sintetik seperti poliakrilat mempunyai cirri-ciri mum
sebagai berikut :
Mempunyai daya serap yang rendah (hidrofob)
Mempunyai suhu leleh (titik leleh)
Mudah dibentuk atau distabilkan dengan panas
Menimbulkan listrik statik
3. Serat-serat poliakrilat selalu mengandung kopolimer yang sangat berguna dalam
mekanisme pencelupannya. Sebagai contoh serat acrilan 1656 mengandung kopolimer
bersifat basa yang mempunyai afinitas terhadap zat warna asam, sedangkan Courtelle
dan serat-serat poliakrilat yang lain mengandung kopolimer dengan gugusan negatif
sehingga serat poliakrilat tersebut mempunyai afinitas yang besar terhadap zat warna
basa atau zat warna kation meskipun serat-serat tersebut bersifat hidrofob.
Serat poliakrilat diklasifikasikan dalam dua kelompok besar yaitu :
Serat Modakrilat
Serat modakrilat mengandung lebih sedikit serat akrionitril dan lebih peka terhadap
pengerjaan panas serta tidak membantu pembakaran. Jenis serat seperti ini lebih
mendekati sifat wol dan sutera dalam hal kehangatan dan sifat pegangannya.
Serat Akrilat
Serat akrilat dibentuk paling sedikit 85% akrionitril, tetapi bahan bakunya telah
dicampur dengan bahan-bahan pengisi lainnya untuk memperbaiki daya celup dan
sifat lainnya. Sifat akrilat dalam bentuk staple transparan dan agak keriting.
Mempunyai kelebihan yaitu memberikan kehangatan dan kenyamanan pada
pemakainya. Benang akrilat dipasar dikenal dengan benang wol.
Sifat-sifat Poliakrilat :
Bersifat rua/mekar (bulky) dan apabila dipegang terasa halus dan lembut (soft).
Kekuatan kering 2 – 4,5 g/d ; kekuatana basah 1,5 – 2,5 g/d ; mulur 27 -48%.
Moisture regain 1 – 2,5 % sehingga mudah bersifat listrik static.
Suhu lunak 150-240 0C dan titik leleh 210-260 0C.
Elastic sehingga memberikan kebebasan pemakainya, menarik dan indah.
Panas yang tinggi akan menyebabkan serat mengkerut dan rusak.
Tahan terhadap asam-asam mineral, lemak, minyak, dan garam-garam mineral.
Tidak tahan alkali kuat (akan terhidrolisa) terutama dalam keadaan panas akan
merusak serat dengan cepat (menyebabkan kekuningan).
Ketahanan terhadap alkali lemah cukup baik.
Dengan api, serat akrilat cenderung menyala cepat (tidak meleleh dan terbakar seperti
nilon dan poliester).
4. C. ZAT WARNA BASA
Zat warna kation (basa) merupakan zat warna sintetik pertama yang ditemukan oleh
W.H. Perkin pada tahun 1856, sebagai zat warna Mauvein. Pada tahun tersebut W.H.
Perkin mereaksikan kondensasi senyawa anilin yang belum dimurnikan untuk membentuk
senyawa kwinin, senyawa ini terionkan dalam mediumnya dengan gugus kromofor yang
bersifat kation, sehingga sering disebut zat warna kation, yang dapat mencelup serat
protein, poliamida, dan poliakrilat berdasarkan ikatan elektrovalen atau ikatan ion.
Struktur / susunan molekul zat warna basa :
Zat warna basa sebagian molekulnya tersusun oleh senyawa alkil fenilamina yang
dapat membentuk garam dengan asam sebagai berikut :
R
NH2 + HCl
R
NH3+ + Cl-
Zat warna basa diperdagangkan dapat membentuk garam dengan asam klorida atau
oksalat sebagai asamnya, dan mungkin pula berbentuk garam seng klorida.
Sifat zat warna basa
Sifat utama zat warna basa adalah mempunyai kecerahan dan intensitas warna yang
tinggi. Sifat selanjutnya adalah :
Zat warna basa larut dalam alkohol dan asam asetat 3%, tetapi pada umumnya tidak
larut dalam air sehingga sering kali terbentuk gumpalan.
Dapat diendapkan dengan zat warna direk dan zat warna asam pada larutan yang
tidak encer.
Pada pendidihan yang lama akan menakibatkan penguraian sebagian zat warna yang
menghasilkan penurunan intensitas warna.
Ketahanan cuci zat warna sangat baik.
Ketahanan sinar tergantung pada gugus yang dikandung oleh serat, yang
mengandung gugus sulfonat ketahanan sinarnya lebih baik daripada yang
mengandung gugus karboksilat .
5. D. MEKANISME PROSES PENCELUPAN POLIAKRILAT DENGAN ZAT WARNA BASA
Jumlah zat warna yang dapat diikat oleh serat dibatasi oleh banyaknya tempat-tempat
yang dapat diisi oleh zat warna. Sebelum zat warna mencapai tempat-tempat tersebut,
maka zat warnaharus berpenetrasi pada serat. Serat akrilat terbentuk dari rantai-rantai
poliakrionitril.
Oleh karena itu, masuknya zat warna harus melalui antara rantai-rantau tersebut yang
disebut pori-pori. Pori-pori ini sangat kecil karena ikatan antara rantai-rantai sangat kuat,
maka dengan naiknya suhu gerakan kinetic dari rantai-rantai polimer cukup besar untuk
melampaui kekuatan ikatan antar rantai, sehingga pori-pori serat cukup besar untuk
dimasuki zat warna. Pembukaan pori-pori serat berlangsung diatas suhu 80 0C. zat
warmna basa masuk kedalam serat dan membentuk ikatan elektrovalen dengan tempattempat anion pada rantai polimer.
Mekanisme pencelupannya terdiri dari tiga tahap :
Tahap Ke-
Pengertian
Molekul zat warna dalam larutan selalu bergerak pada
1 (difusi)
temperatur tinggi dan pergerakannya lebih cepat,
kemudian vahan tekstil dimasukkan kedalam larutan
Kedua molekul zat warna yang mempunyai tenaga cukup
besar dapat mengatasi gaya-gaya tolak dari
2 (adsorpsi)
permukaanserat, sehingga molekul zat warna dapat
terserap menempel pada permukaan serat
Penyerapan zat warna dari permukaan serat ke pusat serat
3 (fiksasi)
secara bersamaan sehingga zat warna yang terserap
dapat menyebar secara merata
Kesetimbangan pencelupan
Mekanisme pencelupan serat akrilat dengan zat warna kation adalah dengan reaksi
pertukaran ion antara kation zat warna dengan tempat-tempat anion pada serat.
Reaksinya sebagai berikut :
FSO3-H+ + D+
FSO3-D+ H
F
= serat akrilat dengan gugus ujung SO3H
D
= konsentrasi ion zat warna dalam larutan
H
= konsentrasi ion hidrogen dalamlarutan dengan satuan mol/liter larutan
6. III. PRAKTIKUM
A. ALAT DAN BAHAN
Mesin celup HT dyeing
Tabung rapid
1 buah gelas piala 600 ml
1 buah pengaduk kaca
1 buah gelas piala dan gelas ukur 100 ml
1 set kasa + kaki tiga + pembakar Bunsen
1 buah timbangan digital
1 buah termometer
1 lembar kain poliakrilat
Zat sesuai resep
B. DIAGRAM ALIR PRAKTEK
Diagram Alir Proses Pencelupan Poliakrilat Dengan Zat Warna Basa
Kain grey poliakrilat
Proses simultan penghilangan kanji, pemasakan, dan relaksasi
suhu 100 0C selama 20 menit
Penetralan pada suhu 60 0C selama 5 menit
Persiapan larutan celup
Proses pencelupan cara HT suhu 110 0C selama 30 menit
Pencucian sabun 80 0C selama 10 menit
Pengeringan dan evaluasi hasil celup (kerataan warna)
Kain poliakrilat berwarna
7. C. RESEP
a. Proses Simultan Relaksasi, Penghilangan kanji, dan Pemasakan
Na2CO3
= 1 g/L
Pembasah = 1 ml/l
Suhu
= 100 oC
Waktu
= 20 menit
Vlot
= 1 : 20
b. Penetralan
CH3COOH 30%
= 0,5 ml/l
Suhu
= 60 0C
Waktu
= 5 menit
Vlot
= 1:20
c. Pencelupan
Zw basa
Basacryl Red BG BASF
= 1%
Pembasah
= 1 ml/L
Perata kationik
= 1 ml/L
CH3COOH 30%
= 1 ml/L
CH3COONa
= 0,5 g/L
Vlot
= 1 : 20
Suhu
= 110 0C
Waktu
= 30 menit
Metode
= modifikasi
d. Pencucian
Sabun
= 1 g/L
Na2CO3
= 0,5 g/L
Suhu
= 80oC
Waktu
= 10 menit
Vlot
= 1 : 20
8. D. FUNGSI ZAT
Penghilangan kanji, pemasakan, dan relaksasi simultan
Pembasah
= mempercepat proses pembasahan kain oleh larutan proses pre
Treatmen, menurunkan tegangan permukaan larutan
memudahkan kerataan zat warna pada serat.
Na2CO3
= memberikan suasana alkali, menyabunkan kotoran dan minyak,
meningkatkan kerja pembasah
Pencelupan
Zw basa
= mewarnai serat poliakrilat
CH3COOH 30%
= mengatur pH larutan celup untuk menjaga kerusakan serat
selama proses pencelupan berlangsung
Perata kationik
= sebagai pesaing zat warna untuk mengisi tempat negative
didalam serat dan sebagai penghambat penyerapan zat warna
Pembasah
= mempercepat proses pembasahan kain oleh larutan celup,
menurunkan tegangan permukaan larutan celup,
memudahkan kerataan zat warna pada serat.
CH3COONa
= zat yang berfungsi untuk menyetabilkan pH (buffer) agar warna
celup yang dihasilkan lebih stabil atau rata.
Proses Pencucian
Sabun
= menghilangkan sisa zat warna yang ada dipermukaan serat dan
merupakan zat yang berfungsi sebagai pembasah,
mendispersikan kotoran padat yang tidak larut, dan
mengemulsikan kotoran cair yang tidak larut.
Na2CO3
= zat yang berfungsi agar proses saponifikasi lebih
sempurna, meningkatkan kerja zat pembasah,
menyabunkan kotoran dan minyak, mengaktifkan kerja
sabun.
9. E. SKEMA PROSES
Proses Pencelupan
Na2CO3
Pembasah
100 0C
Bahan
30 0C
10’
15’
20’
10’
Proses Iring
CH3COONa
CH3COOH 30%
Perata kationik
1100C
Pembasah
600C
Bahan
Zw basa
300c
10’ 10’
15’
20’
15’
30’
20’
10. Pencucian
Bahan
Sabun
80 0C
Na2CO3
30 0C
10 ‘
15’
10’
10’
F. PERHITUNGAN RESEP
1. Penghilangan kanji, pemasakan, dan relaksasi simultan
Berat awal
= 4,03 g
Jumlah larutan
= berat bahan x volt
= 4,03 g x 20
= 80,6 g
= 80,6 ml ( ρ air = 1 g/cm3 )
Pembasah
= 1 ml / 1000 ml x 80,6 ml
= 0,1 ml
Na2CO3
= 1 g / 1000 ml x 80,6 ml
= 0,1 g
2. Penetralan
Berat kain dianggap sama dengan berat kain pada proses pre treatment
Berat awal
= 6,47 g
Jumlah larutan
= berat bahan x volt
= 6,47 g x 20
= 129,4 g
= 129,4 ml ( ρ air = 1 g/cm3 )
Zat pemiksasi kationik
= 2 ml / 1000 ml x 129,4 ml
11. = 0,2588 ml
CH3COOH 30%
= 1 ml / 1000 ml x 129,4 ml
= 0,1294 ml
3. Pencucian
Berat awal kain proses pencucian dianggap sama dengan berat awal kain pada
proses pencelupan
Berat awal
= 6,47 g
Jumlah larutan
= berat bahan x volt
= 6,47 g x 30
= 194,1 g
= 194,1 ml ( ρ air = 1 g/cm3 )
Sabun
= 1 g / 1000 ml x 194,1 ml
= 0,1944 g
Na2CO3
= 1 g / 1000 ml x 194,1 ml
= 0,1944 g
G. LANGKAH KERJA
Mempersiapkan alat-alat dan bahan untuk proses pencelupan
Menimbang bahan dan zat sesuai resep yang telah ditentukan
Membuat larutan induk zat warna direk dari 1 gram zat warna dalam 100 ml air
Membuat larutan pencelupan zat warna direk dalam 194,1 ml air yang telah ditambah
Na2CO3 dan pembasah
Memasukkan kain kedalamlarutan tersebut selama 10 menit dan diaduk
Menambahkan NaCl secara bertahap dan membiarkan suhunya naik hingga 70-90 0C
selama 30 menit
Melakukan proses pencelupan selama 30 menit pada suhu stabil 70-90 0C
Penurunan suhu selama 20 menit sampai suhu kamar 30 0C
Melakukan proses iring pada suhu 60 0C selama 10 menit
Pencucian pada suhu 60 0C selama 10 menit
IV. DATA PRAKTIKUM
1. Pencelupan Zat Warna Direk
Berat awal
= 6,47 g
Jumlah larutan
= 194,1 ml
12. ZW direk
Optisal Yellow ZRF 5GR
= 6,47 ml
Pembasah
= 0,1944 ml
Na2CO3
= 0,3888 g
NaCl
= 7,764 g
2. Proses Iring
Berat awal kain pada proses iring dianggap sama dengan berat awal kain pada proses
pencelupan
Berat awal
= 6,47 g
Jumlah larutan
= 129,4 ml
Zat pemiksasi kationik
= 0,2588 ml
CH3COOH 30%
= 0,1294 ml
3. Pencucian
Berat awal kain proses pencucian dianggap sama dengan berat awal kain pada
proses pencelupan
Berat awal
= 6,47 g
Jumlah larutan
= 194,1 ml
Sabun
= 0,1944 g
Na2CO3
= 0,1944 g
EVALUASI KAIN
Tes uji warna kain hasil pencelupan secara visual
Setelah dilakukan proses pencelupan dengan mempertimbangkan pemilihan resep
dan zat pembantu yang tepat serta kondisi proses yang optimum, warna kain hasil
pencelupan dengan zat warna direk memberikan kerataan yang baik dan ketuaan
warna yang baik pula. Hal ini karena pemilihan resep, zat pembantu, dan kondisi
proses dilakukan sebaik mungkin.
KAIN KAPAS HASIL PENCELUPAN DENGAN ZAT WARNA DIREK
13. V. DISKUSI
Tujuan dari pencelupan kapas dengan zat warna direk ini adalah untuk menentukan
resep, zat pembantu, dan kondisi proses pencelupan yang tepat agar diperoleh hasil celup
yang sesuai target. Pada praktikum ini,praktikan harus menentukan dan memilih
resep
pencelupan yang paling baik, skema proses yang baik, pemilihan zat pembantu tekstil yang
tepat, dan kondisi proses yang optimum.
Pada proses pencelupan kain kapas ke dalam zat warna direk terjadi peristiwa
pelarutan zat warna dalam air yang telah ditambah zat pembantu yaitu Na2CO3 dan
pembasah kemudian memasukkan bahan tekstil (kain kapas) ke dalam larutan zat warna
14. sehingga terjadi penyerapan zat warna kedalam serat. Penyerapan zat warna kedalam serat
merupakan reaksi eksotermik dan reaksi kseimbangan.
Proses pencelupankain kapas dalam zat warna direk berlangsung pada suhu stabil
0
70-90 C selama 90 menit dengan pembagian waktu sebagai berikut :
Terjadi proses difusi zat warna dari fasa ruah ke dekat permukaan serat pada 10 menit
pertama kain direndam dalam larutan zat warna direk yang telah ditambah Na2CO3 dan
pembasah pada suhu kamar 300 C.
30 menit berikutnya terjadi proses adsorpsi zat warna ke permukaan serat, larutan zat
warna dan kain kapas dipanaskan diatas pembakar Bunsen agar suhu mengalami
kenaikan menuju suhu 900 C, pada fase ini juga ditambahkan garam (NaCl) secara
bertahap untuk membantu penyerapan zat warna agar optimal. Kenaikan suhu ini
bertujuan untuk mempercepat penyerapan zat warna pada kain.
30 menit berikutnya terjadi proses difusi dan fiksasi zat warna kedalam serat, larutan zat
warna dan kain kapas dipanaskan pada suhu stabil 900 C.
20 menit terakhir merupakan proses cooling down larutan zat warna dan kain kapas.
ALASAN PEMILIHAN RESEP, ZAT PEMBANTU, SKEMA, DAN KONDISI PROSES
PADA PENCELUPAN KAPAS DENGAN ZAT WARNA DIREK
Pada resep pencelupan digunakan vlot 1 : 30, alasannya digunakan vlot yang besar yaitu
1 : 30 karena molekul zat warna direk besar sehingga untuk melarutkannya dibutuhkan
keadaan yang encer. Vlot yang besar akan menyebabkan larutan pencelupan menjadi
lebih encer sehingga ruang gerak zat warna lebih luas. Penggunaan volt yang besar akan
menyebabkan hasil pencelupannya lebih rata dan warnanya lebih cerah. Namun, pada
penggunaan vlot yang besar maka akan banyak zat warna yang terdapat pada fase air
yang akhirnya menyebabkan laju penyerapan zat warna lambat atau berkurang.
Pada kondisi seperti ini peranan suhu proses sangat penting sekali. Dipilihnya suhu
proses 90 0C dengan tujuan untuk mengimbangi laju penyerapan zat warna yang lambat
akibat penggunaan vlot yang besar. Pada suhu tinggi laju penyerapan zat warna akan
semakin cepat tetapi akibatnya adalah afinitas zat warna akan turun karena reaksi fiksasi
zat warna dengan serat bersifat eksotherm. Sehingga pada akhir proses pencelupan
sebaiknya dilakukan penurunan suhu secara perlahan-lahan dengan tujuan untuk
menambah penyerapan zat warna direk. Sebaliknya, pada suhu proses yang rendah
kecepatan penyerapan zat warnanya menjadi lebih lambat.
15. Kekurangan dari penggunaan vlot yang besar adalah banyak zat warna yang terbuang
karena penyerapan zat warnanya hanya 50-60 % (penyerapan zat warna rendah), oleh
sebab itu dipilih zat pembantu tekstil yaitu NaCl untuk membantu mendorong penyerapan
zat warna direk kedalam serat.
Penggunaan NaCl dipilih sebanyak 40 g/L karena semakin banyak NaCl yang digunakan
dapat menyebabkan belang pada kain,sedangkan apabila NaCl yang digunakan sedikit
maka penyerapan zat warna kedalam serat rendah. Untuk memberikan hasil celup
dengan kerataan yang baik, proses penambahan NaCl sebaiknya dilakukan secara
bertahap dan kain harus diangkat dahulu pada saat pemasukan NaCl. Proses
pengadukan NaCl dalam larutan celup perlu dilakukan akan NaCl terhomogenisasi dalam
larutan celup. Rentang konsentrasi NaCl yang digunakan pada pencelupan zat warna
direk adalah 30 – 60 g/L dan praktikan memilih konsentrasi NaCl 40 g/L karena dianggap
akan memberikan hasil celup yang baik.
Untuk memperbaiki kelarutan zat warna direk yang molekulnya besar perlu ditambahkan
zat pembantu Na2CO3. Dengan ditambahkannya Na2CO3 akan menghidrolisis zat warna
sehingga molekulnya menjadi lebih kecil. Pemilihan konsentrasi Na2CO3 juga harus tepat.
Dalam resep dipilih konsentrasi Na2CO3 sebanyak 2 g/L. Hal ini karena semakin banyak
Na2CO3 yang ditambahkan pada larutan penelupan akan menyebabkan warna kain
menjadi lebih muda, tetapi warna kain juga bias menjadi lebih tua karena dalam suasana
alkali pori-pori serat selulosa akan lebih mengembang sehingga zat warna mudah masuk
kedalam serat karena zat warnanya mudah larut. Sebaliknya, apabila Na2CO3 yang
ditambahkan dalam larutan celup kurang maka zat warna sukar masuk kedalam serat
akibatnya hasil celupnya kurang rata.
Kondisi proses lain yang penting untuk diperhatikan adalah pemilihan waktu proses yang
tepat. Agar proses difusi berlangsung secara sempurna perlu titetapkan waktu celup yang
tidak terlalu singkat, karena apabila waktu pencelupannya kurang akan menyebabkan
terjadinya proses pencelupan cincin yang tahan lunturnya lebih rendah dari pencelupan
normal. Pada proses ini, praktikan memilih waktu proses pencelupan 90 menit karena
dengan memperhatikan factor-faktor lain yang telah dijelaskan diatas, praktikan
menganggap 90 menit adalah waktu yang tepat dalam pencelupan kapas dengan zat
warna direk.
Factor lain yang perlu diperhatikan dalam pencelupan untukmenghasilkan kerataan celup
yang baik adalah adanya gerakan fisika saat proses pencelupan berlangsung. Gerakan
16. fisika berupa pengadukan harus dilakukan secara kontinyu dan intensif. Pada saat prose
berlangsung, praktikan melakukan pengadukan secara intensif sehingga kerataan kain
hasil celupnya baik.
Setelah proses pencelupan, praktikan melakukan proses iring karena dianggap proses ini
penting pada pencelupan zat warna direk. Zat warna direk yang molekulnya besar
kemudian diberikan perlakuan seperti pada saat pencelupan (sudah dijelaskan pada poinpoin diatas) akan menyebabkan molekulnya menjadi kecil. Pada saat selesai pencelupan
molekul ini harus kembali menjadi molekul yang besar agar zat warna tidak mudah keluar
dari serat. Proses iring ini dapat berlangsung dengan baik dengan penambahan zat
pemiksasi kationik, dimana zat pemiksasi kationik ini akan berikatan dengan zat warna
direk dalam serat sehingga ukurannya menjadi besar akibatnya tahan luntur hasil
celupannya menjadi baik.
Agar proses iringnya merata perlu ditambahkan CH3COOH 30% untuk memperbaiki
kelarutan zat pemiksasi kationik. Penggunaan zat pemiksasi kationik dengan CH3COOH
sebaiknya 1 : 2. Kondisi proses iring sendiri berlangsung pada suhu 60 0C selama 10
menit. Kondisi proses ini juga berlaku pada proses pencucian, praktikan memilih
menggunakan konsentrasi sabun dengan Na2CO3 1 : 1 karena penggunaan Na2CO3
hanya berperan untuk mengaktifkan kerja sabun dan memberikan suasana alkali pada
pencucian.
VI. KESIMPULAN
Perlu dilakukan pemilihan resep, zat pembantu, skema proses, dan kondisi proses yang
tepat untuk mendapatkan kain hasil celup yang sesuai target.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil celup adalah konsentrasi resep yang digunakan
dan kondisi proses meliputi liquor ratio, suhu, dan waktu proses.
Hasil celup akan memberikan kerataan warna dan ketahanan luntur yang baik apabila
digunakan pemilihan resep dan kondisi proses yang tepat.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Dede Karyana,S.Teks, MSi. 2005. Bahan Ajar Praktikum Pencelupan 1 (Pencelupan
Serat kapas, Wol, dan Sutra). Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung
17. Isminingsih ,S.Teks, MSi. 1979. Pengantar Kimia Zat Warna. Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil. Bandung
Ir. Rasjid Djufri, MSc, dkk. 1976. Teknologi Pengelantangan Pencelupan Dan
Pencapan. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung