SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
LAPORAN
Pencelupan
Poliamida
dengan ZW
Asam
Praktikum Pencelupan 2
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Maret 2009
M. Rendi 07.K30022
Metha S 07.K30023
Nefeg L 07.K30024
Neng Helin 07.K30025
DOSEN:
Dede K, S.Teks., M.Si
Ir. Elly., Bk. Teks
Anna S.
Pencelupan Poliamida dengan ZW Asam | 2
I. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud : Memberikan warna pada kain nilon dengan zat warna asam menggunakan dengan
memvariasikan resep pencelupan untuk mendapatkan hasil celupan yang rata, tahan
luntur yang baik dan bersifat permanent.
Tujuan : Membandingkan hasil pencelupan dengan berbagai variasi celupan sehingga diperoleh
hasil celupan yang paling baik.
II. TEORI DASAR
A. NILON (Nilon “66”)
Nilon yang dibuat dari asam adipat COOH(CH2)4COOH dengan heksametilena diamina
H2N(CH2)6NH2 disebut nilon 66, sebab asam dan diaminanya masing-masing mempunyai 6 atom
karbon. Nilon sejenis dapat dibbuat pula, misalnya heksametilena diamina dengan asam sebasat
HOOC(CH2)8COOH yang dikenal dengan nilon 610.
Poliamida (nilon) lain yang dikenal sebagai nilon 6 dibuat dari kaprolaktan
Sejenis dengan nilon 6 dikenal dengan nilon 7 dan nilon 11. selain poliamida alifatik, akhir-akhir
ini diproduksi pula poliamida aromatic yang terutama mempunyai sifat lebih tahan panas
disbanding poliamida biasa.
Serat nilon dibuat dengan tujuan yang berbeda. Nilon untuk kepeluan industri mempunyai
kekuatan yang sangat tnggi dengan mulur yang kecil, sedang yang situnjukan pakaian mempunyai
kekutan yang lebih rendah sedang mulur yang lebih tinggi.
a. kekuatan dan mulur
Bergantung pada jenisnya nilon mempunyai kekutan dan mulur berkisar dari 8,8 gram per
denier dan 18 % sampai 4,3 gram per denier dan 45 %. Kekutan besahnya 80-90 % kekutan
kering.
b. Tahan gosokan dan tekukan
Nilon mempunyai tahan tekukan dan gosokan yang tinggi. Tahan gosokan nilon ± 4 – 5 kali
tahan gosokan wol.
c. Elastisitas
Nilon selain mempunyai mulur tinggi (22 %), juga mempunyai elastisitas yang tinggi.. pada
penarikan 8 % nilon elastisitas 100 %, dan pada penarikan sampai 16 %, nilon masih
mempunyai elastisitas 91 %.
d. Berat jenis
Berat jenis nilon 1,14.
e. Titik leleh
Nilon meleleh pada suhu 263 0
C dalam atmosfir nitrogen, dan diudara meleleh pada suhu
250 0
C. Oleh karena itu titik lelehnya tidak begitu tinggi apabila suhu seterika terlalu tinggi,
seratnya akan menempel. Apabila suhu seterika lebih dari 180 0
C serat nilon mulai lengket
dan apabila lebih dari 230 0
C serat nilon akan rusak. Nilon dalam pemanasan di udara pada
CH2-CH2-CH2-CH2-CH2
OC NH
Pencelupan Poliamida dengan ZW Asam | 3
suhu 150 0
C selama 5 jam akan merubah kekuning-kuningan, tapi masih agak lebih baik
dibandingkan dengan wol dan sutera. Apabila dibakar nilon akan meleleh dan tidak
membantu pembakaran.
f. Sifat Kimia
Nilon tahan tehadap pelarut-pelarut dalam pencucian kering. Nilon tahan terhadap asam-
asam encer, tapi dengan asam klorida peat mendidih selama bebarapa jam, aka terurai
menjadi asam adipat dan heksametilena diamonium hidroksida.
Nilon sangat tahan tehadap basa. Pengerjaan dengan laritan NaOH 10 % pada suhu 85 0
C
selama 10 jam hanya mengurangi kekuatan nilon sebanyak 5 %. Pelarut-pelarut yang biasa
untuk melarutkan nilon adalah asam formiat,kresol dan fenol.
g. Sifat biologi
Nilon tahan terhadap serangan jamur, bakteri dan serangga.
h. Moisture Regain
pada kondisi standard (HH 65 % dan suhu 21 0
C) moisture regain nilon 4,2 %.
i. Kilau
Sebelum penarikan nilon suram, tapi setelah penarikan seratnya berkilau dan cerah. Apabila
diinginkan serat yuang agak suram kedalam campuran polimerisasinya ditambahkan
titanium dioksida.
j. Pengaruh sinar
Nilon seperti serat tekstil lainnya akan terdegradai oleh pengaruh sianr tapi ketahanannya
masih jauh baik disbanding sutera. Dalam penyinaran selama lebih dari 16 minggu,
suteraberkurang kekuatannya 85 %, nion biasa 23 %, nilon agak suram 50 % dan kapas hanya
18 %.
k. Sifat listrik
nilon merupakan isolator yang baik, sehingga dapat menimbulkan listrik static.
Nilon dapat dicelup dengan zat warna yang dapat mencelup wol dan sutera seperti zat warna asam
dan kompleks logam. Zat warna basa juga dapat dipergunkan untu mencelup nilon tapi tahan luntur
warnanya terhadap sinar dan pencuciannya jelek. Sedangkan zat warna direk, belerang dan bejana
afinitasnya terhadap nilon kecil. Selain itu nilon dapat dicelup dengan baik mempergunakan zat warna
disperse maupun disperse reaktif.
B. Zat Warna Asam
Zat warna asam adalah zat warna yang pada proses pencelupannya mempergunakan asam untuk
membantu penyerapan zat warna, atau zat warna yang merupakan garam natrium asam-asam
organik dimana anionnya merupakan komponen yang berwarna.
Zat warna asam mempunyai afinitas terhadap serat protein dan poliamida misalnya wol dan nylon.
Beberapa zat warna asam akan mencelup juga serat-serat selulosa karena bentuk dan dasar
molekulnya hampir serupa.
Struktur kimia zat warna asam
Struktur kimia zat warna asam menyerupai zat warna direk, merupakan senyawa yang mengandung
gugusan-gugusan sulfonat atau karboksilat, sebagai gugus pelarut.
Pencelupan Poliamida dengan ZW Asam | 4
Menurut kimiawinya zat warna asam dapat digolongkan sebagai berikut :
.Golongan 1
Yakni zat warna asam derivat trifenilmetan misalnya Xylene Blue VS ( C.I. Acid Blue )
.Golongan 2
Yakni zat warna asam derivat Xanten misalnya Lissamine Rhodamine B ( C.I. Acid Red 52 )
.Golongan 3
Yakni zat warna asam yang merupakan senyawa-senyawa nitroaromatik, misalnya Naphtol Yellow
1 ( C.I. Acid Yellow 1 )
.Golongan 4
Yakni zat warna asam yang merupakan senyawa-senyawa Azo misalnya Azo-Garanine 2G ( C.I.
Acid Red 1 )
CNaO3S
SO3Na
+
N(C2H5)2
N(C2H5)2
O
+
N (C2H5)2C
(C2H5)2 N
SO3Na
SO3Na
ONa
NO2
NaO3S
NO2
NH.CO.CH3CH
SO3NaSO3Na
N=N
Pencelupan Poliamida dengan ZW Asam | 5
.Golongan 5
Yakni zat warna asam yang mempunyai inti pirazplon, misalnya Tartrazine
.Golongan 6
Yakni zat warna asam derivat antrakwinon, misalnya Solvay Blue B ( C.I. Acid Blue 45 )
Menurut cara pemakaiannya zat warna asam dapat digolongkan sebagai berikut :
.Golongan 1 ( LEVELLING )
Yakni zat warna asam yang memerlukan asam kuat dalam pencelupannya misalnya dengan asam
formiat atau asam sulfat agar pH larutan celup dapat mencapai 3,5 - 4,5 sehingga penyarapan zat
warna lebih besar. Zat warna golongan ini sering disebut zat warna asam terdispersi molekuler
atau zat warna asam celupan rata, yang pada umumnya mempunyai ketahanan sinar yang baik
tetapi ketahanan cucinya kurang.
.Golongan 2 (SUPER MILING )
Yakni zat warna asam yang memerlukan asam lemah dalam pencelupannya, misalnya asam
asetat, untuk memperoleh pH antara 5,2 – 6,2. Penambahan elektrolit kedalam larutan celup
akan memperbesar penyerapan hingga sukar memperoleh celupan rata. Zat warna ini mempunyai
sifat lebih mudah membentuk larutan koloidal.
.Golongan 3 ( MILLING )
Yakni zat warna asam yang tidak memerlukan panambahan asam dalam pencelupannya. Pada
temperatur rendah zat warna ini terdispersi koloidal, meskipun pada temperatur mendidih akan
terdispersi molekuler.
Zat warna ini sering disebut zat warna asam milling, zat warna asam celupan netral atau zat
warna asam berkatahanan baik
III. PRAKTIKUM
1. Alat dan Bahan
 Beaker 500 ml & pengaduk kaca
 Termometer
 Pipet volume 1 ml & 10 ml
 Gelas ukur 100 ml
 Gelas piala 100 ml
 Timbangan digital
 Bunsen, kaki tiga, kasa
 Kain Poliamida
C
NC
N=N SO3NaHO. C
N=NNaO3S
COOH
NH2O
NH2 O OH
NaO3S
SO3Na
Pencelupan Poliamida dengan ZW Asam | 6
2. Diagram alir praktek
3. Resep
a. Heat Setting
180 o
C ; 1 menit
b. Proses Pencelupan
Zat yang dipakai Resep 1 Resep 2 Resep 3 Resep 4
ZW asam (%)
(Super Milling)
1 1 2 2
Asam asetat 30% (ml/L) 2 3 3 4
Perata anionik (ml/L) 1 1 1 2
Vlot 1 : 30
Suhu ; Waktu 90 0
C ; 20 menit
c. Pencucian Sabun
* Sabun : 1 ml/L
* Na2CO3 : 0,5 g/L
* Vlot 1 : 20
* 80 o
C ; 10 menit
4. Fungsi Zat
 ZW asam : untuk mewarnai bahan
 CH3COOH : memberi suasana asam pada proses pencelupan.
 Perata : untuk menghambat penyerapan zat warna agar pendistribusiannya menjadi
rata.
 Sabun : untuk menghilangkan zat warna yang menempel pada permukaan serat
sehingga daya tahan luntur hasil pencelupan tinggi.
 Na2CO3 : beri suasana alkali pada proses pencucian
Poliamida bersih
Heat setting (180 0
C ; 1 ‘)
Pencelupan Exhaust
Pencucian
Pengeringan
Evaluasi
Pencelupan Poliamida dengan ZW Asam | 7
5. Perhitungan resep
 Proses Pencelupan
 RESEP 1
Berat bahan = 3,03 g
ZW asam = 1 % x 3,03 g = 0,0303 g
(diencerkan 1 g dalam 100 ml)  dipipet 3,03 ml
Volume larutan = 30 x 3,03 g ≈ 90,9 ml
As.asetat 30% = 2 ml/L x 90,9 ml = 0,2 ml
Perata anionik = 1 ml/L x 90,9 ml = 0,1 ml
 RESEP 2
Berat bahan = 3,03 g
ZW asam = 1 % x 3,03 g = 0,0303 g
(diencerkan 1 g dalam 100 ml)  dipipet 3,03 ml
Volume larutan = 30 x 3,03 g ≈ 90,9 ml
As.asetat 30% = 3 ml/L x 90,9 ml = 0,3 ml
Perata anionik = 1 ml/L x 90,9 ml = 0,1 ml
 RESEP 3
Berat bahan = 3,11 g
ZW asam = 2 % x 3,11 g = 0,0622 g
(diencerkan 1 g dalam 100 ml)  dipipet 6,22 ml
Volume larutan = 30 x 3,11 g ≈ 93,3 ml
As.asetat 30% = 3 ml/L x 93,3 ml = 0,3 ml
Perata anionik = 1 ml/L x 93,3 ml = 0,1 ml
 RESEP 4
Berat bahan = 3,14 g
ZW asam = 2 % x 3,14 g = 0,0628 g
(diencerkan 1 g dalam 100 ml)  dipipet 6,28 ml
Volume larutan = 30 x 3,14 g ≈ 94,2 ml
As.asetat 30% = 4 ml/L x 94,2 ml = 0,4 ml
Perata anionik = 2 ml/L x 94,2 ml = 0,2 ml
 Proses Cuci Reduksi
Berat bahan = (3,03 + 3,03 + 3,11 + 3,14) g
= 12,24 g
Volume larutan = 20 x 12,24 g ≈ 244,8 ml
Sabun = 1 ml/L x 244,8 ml = 0,25 ml
Na2CO3 = 0,5 ml/L x 244,8 ml = 0,12 ml
Pencelupan Poliamida dengan ZW Asam | 8
6. Skema Proses
Proses Pencelupan
Proses Pencucian
7. Cara kerja
1) Timbang bahan dan kebutuhan zat
2) Masukkan perata anionik, asam (sebagian dari yang dibutuhkan) serta bahan dalam gelas
ukur 100 ml, lalu aduk-aduk agar pembasahan merata selama 10 menit
3) Masukkan ZW dalam larutan celup sambil mengangkat bahan agar ZW tidak langsung
mengenai bahan.
4) Panaskan larutan celup secara perlahan dan kelajuan suhu tetap sedemikian hingga
mencapai suhu 60 0
C selama 20 menit.
5) Saat mencapai suhu 60 0
C, masukkan asam (sebagian yang lain sehingga jumlah asam
yang dimasukkan sama dengan kebutuhan berdasarkan resep).
6) Aduk larutan agar pewarnaan merata, dengan tetap pertahankan suhu 60 0
C selama 10
menit.
7) Panaskan larutan celup secara perlahan dan kelajuan suhu tetap sedemikian hingga
mencapai suhu 90 0
C selama 20 menit.
8) Aduk larutan agar pewarnaan merata, dengan tetap pertahankan suhu 90 0
C selama 20
menit.
9) Matikan pemanas, biarkan larutan mendingin selama 5 menit.
10) Bilas, lalu lakukan prose pencucian pada suhu 80 0
C selama 10 menit.
11) Keringkan
12) Evaluasi.
80 0
C
30 0
C
20 menit 10 menit 5 menit
Sabun
Na2CO3
Perata
Asam
90 0
C
30 0
C
10 I
60 0
C
20 I
10 I
20 I
20 I
5 I
ZW Asam
Pencelupan Poliamida dengan ZW Asam | 9
IV. DATA PRAKTIKUM
A. Resep 1
Pencelupan Poliamida dengan ZW Asam | 10
B. Resep 2
Pencelupan Poliamida dengan ZW Asam | 11
C. Resep 3
Pencelupan Poliamida dengan ZW Asam | 12
D. Resep 4
Pencelupan Poliamida dengan ZW Asam | 13
V. DISKUSI
 Pada proses awal pencelupan, bahan dimasukkan dalam larutan yang telah berisi asam
sebagian dari kebutuhan dan perata, tanpa zat warna dan tanpa pemanasan. Fungsinya
adalah agar asam mengaktifkan terlebih dahulu gugus kation serat. Lalu perata
berikatan secara ionik dengan gugus tersebut.
 Zat warna dimasukkan setelah 10 menit lalu pemanasan baru dimulai dengan laju
penyerapan yang masih kecil. Karena ikatan yang terbentuk nantinya antara serat
dengan zat warna adalah ikatan kimia – ionik, maka kerataan hasil pencelupan harus
dari awal proses. Untuk itu laju kenaikan suhu pun juga harus perlahan, agar tidak
terjadi belang.
 Pada saat mencapai suhu 60 0
C, dimasukkan sisa asam sehingga jumlah asam terpenuhi
sesuai kebutuhan agar pengaktifan gugus kationik pada serat meningkat, sehingga
penyerapan dapat lebih optimal. Dengan catatan bahwa pada penyerapan antara suhu
30 0
C sampai 60 0
C sudah rata.
 Kain hasil pencelupan secara berurutan dari yang terbaik adalah: resep 3, resep 4,
resep 2, dan terakhir resep 1.
 Kain hasil pencelupan resep 3 lebih baik dari pada resep 4, karena jumlah perata anionik
pada resep 4 lebih banyak, sehingga penyerapan zat warna berkurang. Adapun pada
praktikum perata anionik dimasukkan terlebih dahulu agar mengisi gugus kationik pada
serat akibat suasana asam, lalu kemudian diisi oleh zat warna.
Ny – H2 + H2 (pengasaman)  Ny – H2
+
------------ perata –
(ikatan ionik)
Ny – H2
+
------------ perata –
 Ny – H2
+
------------ SO3
-
- D (perata digantikan ZW)
Fungsinya adalah untuk menghambat penyerapan zat warna, dengan adanya proses
subtitusi ikatan ionik antara serat dengan perata yang menjadi antara serat dengan zat
warna. Namun, ketika perata ini terlalu banyak, maka penyerapan zat warna pun tidak
optimal.
 Kain hasil pencelupan resep 4 lebih baik dari pada resep 2 karena jumlah zat warna
yang digunakan pada resep 2 lebih sedikit, yakni setengahnya. Oleh karena itu jumlah
zat warna yang terserappun lebih sedikit. Sehingga hasil celup menjadi lebih muda.
 Kain hasil pencelupan resep 2 lebih baik dari pada resep 1 karena jumlah asam asetat
yang digunakan pada resep 1 lebih sedikit. Adapun fungsi asam asetat itu sendiri dalam
proses pencelupan adalah untuk mengaktifkan serat agar memiliki gugus kation
sehingga mampu berpenetrasi dan berikatan dengan zat warna melalui ikatan ionik.
Penyerapan
ZW
Grafik laju
penyerapan ZW
Kenaikan suhu60
0
C
Pencelupan Poliamida dengan ZW Asam | 14
Ketika jumlah asam yang digunakan lebih sedikit maka gugus kation pada serat pun
berkurang sehingga penyerapan zat wana juga berkurang.
VI. KESIMPULAN
 Kain hasil pencelupan yang terbaik adalah dari resep 3
VII. PUSTAKA
Djufri, Rasyid. 1976. Teknologi pengelantangan, pencelupan dan pencapan. Bandung:
Institut Teknologi Tekstil
Buku referensi Pencelupan dari Institut Teknologi Tekstil. Bandung.
www.chem.is.try.org

More Related Content

What's hot

Senyawa metabolit sekunder
Senyawa metabolit sekunderSenyawa metabolit sekunder
Senyawa metabolit sekundermiomadre
 
Laporan praktikum bioKIMIA
Laporan praktikum bioKIMIALaporan praktikum bioKIMIA
Laporan praktikum bioKIMIARaden Saputra
 
spektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-visspektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-visHafifa Marza
 
LAPORAN asidi alkalimetri
LAPORAN asidi alkalimetriLAPORAN asidi alkalimetri
LAPORAN asidi alkalimetriqlp
 
laporan anaisis spektroskopi percobaan 2
laporan anaisis spektroskopi percobaan 2  laporan anaisis spektroskopi percobaan 2
laporan anaisis spektroskopi percobaan 2 mila_indriani
 
Sistem penomoran benang
Sistem penomoran benangSistem penomoran benang
Sistem penomoran benangSholihin GPaa
 
Laporan praktikum denaturasi protein (Biokimia)
Laporan praktikum denaturasi protein (Biokimia)Laporan praktikum denaturasi protein (Biokimia)
Laporan praktikum denaturasi protein (Biokimia)JFF Channel
 
Laporan Mikrobiologi - Sanitasi Lingkungan
Laporan Mikrobiologi -  Sanitasi LingkunganLaporan Mikrobiologi -  Sanitasi Lingkungan
Laporan Mikrobiologi - Sanitasi LingkunganRukmana Suharta
 
pre formulasi Ciprofloxacin tab
pre formulasi Ciprofloxacin tabpre formulasi Ciprofloxacin tab
pre formulasi Ciprofloxacin tabMaranata Gultom
 
Annes : Analisis Gravimetri
Annes : Analisis GravimetriAnnes : Analisis Gravimetri
Annes : Analisis GravimetriAn Nes Niwayatul
 
Penetapan Refraksi Molar
Penetapan Refraksi MolarPenetapan Refraksi Molar
Penetapan Refraksi MolarAnanda Ghifari
 
Kimia analisa instrument
Kimia analisa instrumentKimia analisa instrument
Kimia analisa instrumentFadilah Nur
 

What's hot (20)

Senyawa metabolit sekunder
Senyawa metabolit sekunderSenyawa metabolit sekunder
Senyawa metabolit sekunder
 
Weighting sutera
Weighting suteraWeighting sutera
Weighting sutera
 
Simultan polyester
Simultan polyesterSimultan polyester
Simultan polyester
 
Laporan praktikum bioKIMIA
Laporan praktikum bioKIMIALaporan praktikum bioKIMIA
Laporan praktikum bioKIMIA
 
spektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-visspektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-vis
 
Kromatografi lapis tipis (klt)
Kromatografi lapis tipis (klt)Kromatografi lapis tipis (klt)
Kromatografi lapis tipis (klt)
 
LAPORAN asidi alkalimetri
LAPORAN asidi alkalimetriLAPORAN asidi alkalimetri
LAPORAN asidi alkalimetri
 
Laporan praktikum media
Laporan praktikum mediaLaporan praktikum media
Laporan praktikum media
 
Ppt dekantasi
Ppt dekantasiPpt dekantasi
Ppt dekantasi
 
laporan anaisis spektroskopi percobaan 2
laporan anaisis spektroskopi percobaan 2  laporan anaisis spektroskopi percobaan 2
laporan anaisis spektroskopi percobaan 2
 
Sistem penomoran benang
Sistem penomoran benangSistem penomoran benang
Sistem penomoran benang
 
Laporan praktikum denaturasi protein (Biokimia)
Laporan praktikum denaturasi protein (Biokimia)Laporan praktikum denaturasi protein (Biokimia)
Laporan praktikum denaturasi protein (Biokimia)
 
Laporan Mikrobiologi - Sanitasi Lingkungan
Laporan Mikrobiologi -  Sanitasi LingkunganLaporan Mikrobiologi -  Sanitasi Lingkungan
Laporan Mikrobiologi - Sanitasi Lingkungan
 
Tc 1
Tc 1Tc 1
Tc 1
 
pre formulasi Ciprofloxacin tab
pre formulasi Ciprofloxacin tabpre formulasi Ciprofloxacin tab
pre formulasi Ciprofloxacin tab
 
Annes : Analisis Gravimetri
Annes : Analisis GravimetriAnnes : Analisis Gravimetri
Annes : Analisis Gravimetri
 
Penetapan Refraksi Molar
Penetapan Refraksi MolarPenetapan Refraksi Molar
Penetapan Refraksi Molar
 
Kimia analisa instrument
Kimia analisa instrumentKimia analisa instrument
Kimia analisa instrument
 
Laporan analisis gravimetri
Laporan analisis gravimetri Laporan analisis gravimetri
Laporan analisis gravimetri
 
Berat Jenis dan Rapat Jenis
Berat Jenis dan Rapat JenisBerat Jenis dan Rapat Jenis
Berat Jenis dan Rapat Jenis
 

Similar to Celup nilon asam (20)

Celup nilon asam
Celup nilon   asamCelup nilon   asam
Celup nilon asam
 
Karya ilmiah
Karya ilmiahKarya ilmiah
Karya ilmiah
 
Celup akrilat basa
Celup akrilat   basaCelup akrilat   basa
Celup akrilat basa
 
Celup akrilat basa
Celup akrilat   basaCelup akrilat   basa
Celup akrilat basa
 
Celup akrilat basa
Celup akrilat   basaCelup akrilat   basa
Celup akrilat basa
 
Karya ilmiah
Karya ilmiahKarya ilmiah
Karya ilmiah
 
Karya ilmiah
Karya ilmiahKarya ilmiah
Karya ilmiah
 
Celup poliester dispersi cara ht
Celup poliester dispersi cara htCelup poliester dispersi cara ht
Celup poliester dispersi cara ht
 
Uas basaqq
Uas basaqqUas basaqq
Uas basaqq
 
Uas basaqq
Uas basaqqUas basaqq
Uas basaqq
 
Uas basaq
Uas basaqUas basaq
Uas basaq
 
Uas basaq
Uas basaqUas basaq
Uas basaq
 
Celup cdp zw kationik
Celup cdp   zw kationikCelup cdp   zw kationik
Celup cdp zw kationik
 
Identifikasi protein
Identifikasi proteinIdentifikasi protein
Identifikasi protein
 
Lap 4.cap naftol
Lap 4.cap naftolLap 4.cap naftol
Lap 4.cap naftol
 
Celup cdp zw kationik
Celup cdp   zw kationikCelup cdp   zw kationik
Celup cdp zw kationik
 
Lap 8. poliakrilat basa
Lap 8. poliakrilat basaLap 8. poliakrilat basa
Lap 8. poliakrilat basa
 
Celup cdp zw kationik
Celup cdp   zw kationikCelup cdp   zw kationik
Celup cdp zw kationik
 
Celup cdp zw kationik
Celup cdp   zw kationikCelup cdp   zw kationik
Celup cdp zw kationik
 
Celup cdp zw kationik
Celup cdp   zw kationikCelup cdp   zw kationik
Celup cdp zw kationik
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Celup nilon asam

  • 1. LAPORAN Pencelupan Poliamida dengan ZW Asam Praktikum Pencelupan 2 Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Maret 2009 M. Rendi 07.K30022 Metha S 07.K30023 Nefeg L 07.K30024 Neng Helin 07.K30025 DOSEN: Dede K, S.Teks., M.Si Ir. Elly., Bk. Teks Anna S.
  • 2. Pencelupan Poliamida dengan ZW Asam | 2 I. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud : Memberikan warna pada kain nilon dengan zat warna asam menggunakan dengan memvariasikan resep pencelupan untuk mendapatkan hasil celupan yang rata, tahan luntur yang baik dan bersifat permanent. Tujuan : Membandingkan hasil pencelupan dengan berbagai variasi celupan sehingga diperoleh hasil celupan yang paling baik. II. TEORI DASAR A. NILON (Nilon “66”) Nilon yang dibuat dari asam adipat COOH(CH2)4COOH dengan heksametilena diamina H2N(CH2)6NH2 disebut nilon 66, sebab asam dan diaminanya masing-masing mempunyai 6 atom karbon. Nilon sejenis dapat dibbuat pula, misalnya heksametilena diamina dengan asam sebasat HOOC(CH2)8COOH yang dikenal dengan nilon 610. Poliamida (nilon) lain yang dikenal sebagai nilon 6 dibuat dari kaprolaktan Sejenis dengan nilon 6 dikenal dengan nilon 7 dan nilon 11. selain poliamida alifatik, akhir-akhir ini diproduksi pula poliamida aromatic yang terutama mempunyai sifat lebih tahan panas disbanding poliamida biasa. Serat nilon dibuat dengan tujuan yang berbeda. Nilon untuk kepeluan industri mempunyai kekuatan yang sangat tnggi dengan mulur yang kecil, sedang yang situnjukan pakaian mempunyai kekutan yang lebih rendah sedang mulur yang lebih tinggi. a. kekuatan dan mulur Bergantung pada jenisnya nilon mempunyai kekutan dan mulur berkisar dari 8,8 gram per denier dan 18 % sampai 4,3 gram per denier dan 45 %. Kekutan besahnya 80-90 % kekutan kering. b. Tahan gosokan dan tekukan Nilon mempunyai tahan tekukan dan gosokan yang tinggi. Tahan gosokan nilon ± 4 – 5 kali tahan gosokan wol. c. Elastisitas Nilon selain mempunyai mulur tinggi (22 %), juga mempunyai elastisitas yang tinggi.. pada penarikan 8 % nilon elastisitas 100 %, dan pada penarikan sampai 16 %, nilon masih mempunyai elastisitas 91 %. d. Berat jenis Berat jenis nilon 1,14. e. Titik leleh Nilon meleleh pada suhu 263 0 C dalam atmosfir nitrogen, dan diudara meleleh pada suhu 250 0 C. Oleh karena itu titik lelehnya tidak begitu tinggi apabila suhu seterika terlalu tinggi, seratnya akan menempel. Apabila suhu seterika lebih dari 180 0 C serat nilon mulai lengket dan apabila lebih dari 230 0 C serat nilon akan rusak. Nilon dalam pemanasan di udara pada CH2-CH2-CH2-CH2-CH2 OC NH
  • 3. Pencelupan Poliamida dengan ZW Asam | 3 suhu 150 0 C selama 5 jam akan merubah kekuning-kuningan, tapi masih agak lebih baik dibandingkan dengan wol dan sutera. Apabila dibakar nilon akan meleleh dan tidak membantu pembakaran. f. Sifat Kimia Nilon tahan tehadap pelarut-pelarut dalam pencucian kering. Nilon tahan terhadap asam- asam encer, tapi dengan asam klorida peat mendidih selama bebarapa jam, aka terurai menjadi asam adipat dan heksametilena diamonium hidroksida. Nilon sangat tahan tehadap basa. Pengerjaan dengan laritan NaOH 10 % pada suhu 85 0 C selama 10 jam hanya mengurangi kekuatan nilon sebanyak 5 %. Pelarut-pelarut yang biasa untuk melarutkan nilon adalah asam formiat,kresol dan fenol. g. Sifat biologi Nilon tahan terhadap serangan jamur, bakteri dan serangga. h. Moisture Regain pada kondisi standard (HH 65 % dan suhu 21 0 C) moisture regain nilon 4,2 %. i. Kilau Sebelum penarikan nilon suram, tapi setelah penarikan seratnya berkilau dan cerah. Apabila diinginkan serat yuang agak suram kedalam campuran polimerisasinya ditambahkan titanium dioksida. j. Pengaruh sinar Nilon seperti serat tekstil lainnya akan terdegradai oleh pengaruh sianr tapi ketahanannya masih jauh baik disbanding sutera. Dalam penyinaran selama lebih dari 16 minggu, suteraberkurang kekuatannya 85 %, nion biasa 23 %, nilon agak suram 50 % dan kapas hanya 18 %. k. Sifat listrik nilon merupakan isolator yang baik, sehingga dapat menimbulkan listrik static. Nilon dapat dicelup dengan zat warna yang dapat mencelup wol dan sutera seperti zat warna asam dan kompleks logam. Zat warna basa juga dapat dipergunkan untu mencelup nilon tapi tahan luntur warnanya terhadap sinar dan pencuciannya jelek. Sedangkan zat warna direk, belerang dan bejana afinitasnya terhadap nilon kecil. Selain itu nilon dapat dicelup dengan baik mempergunakan zat warna disperse maupun disperse reaktif. B. Zat Warna Asam Zat warna asam adalah zat warna yang pada proses pencelupannya mempergunakan asam untuk membantu penyerapan zat warna, atau zat warna yang merupakan garam natrium asam-asam organik dimana anionnya merupakan komponen yang berwarna. Zat warna asam mempunyai afinitas terhadap serat protein dan poliamida misalnya wol dan nylon. Beberapa zat warna asam akan mencelup juga serat-serat selulosa karena bentuk dan dasar molekulnya hampir serupa. Struktur kimia zat warna asam Struktur kimia zat warna asam menyerupai zat warna direk, merupakan senyawa yang mengandung gugusan-gugusan sulfonat atau karboksilat, sebagai gugus pelarut.
  • 4. Pencelupan Poliamida dengan ZW Asam | 4 Menurut kimiawinya zat warna asam dapat digolongkan sebagai berikut : .Golongan 1 Yakni zat warna asam derivat trifenilmetan misalnya Xylene Blue VS ( C.I. Acid Blue ) .Golongan 2 Yakni zat warna asam derivat Xanten misalnya Lissamine Rhodamine B ( C.I. Acid Red 52 ) .Golongan 3 Yakni zat warna asam yang merupakan senyawa-senyawa nitroaromatik, misalnya Naphtol Yellow 1 ( C.I. Acid Yellow 1 ) .Golongan 4 Yakni zat warna asam yang merupakan senyawa-senyawa Azo misalnya Azo-Garanine 2G ( C.I. Acid Red 1 ) CNaO3S SO3Na + N(C2H5)2 N(C2H5)2 O + N (C2H5)2C (C2H5)2 N SO3Na SO3Na ONa NO2 NaO3S NO2 NH.CO.CH3CH SO3NaSO3Na N=N
  • 5. Pencelupan Poliamida dengan ZW Asam | 5 .Golongan 5 Yakni zat warna asam yang mempunyai inti pirazplon, misalnya Tartrazine .Golongan 6 Yakni zat warna asam derivat antrakwinon, misalnya Solvay Blue B ( C.I. Acid Blue 45 ) Menurut cara pemakaiannya zat warna asam dapat digolongkan sebagai berikut : .Golongan 1 ( LEVELLING ) Yakni zat warna asam yang memerlukan asam kuat dalam pencelupannya misalnya dengan asam formiat atau asam sulfat agar pH larutan celup dapat mencapai 3,5 - 4,5 sehingga penyarapan zat warna lebih besar. Zat warna golongan ini sering disebut zat warna asam terdispersi molekuler atau zat warna asam celupan rata, yang pada umumnya mempunyai ketahanan sinar yang baik tetapi ketahanan cucinya kurang. .Golongan 2 (SUPER MILING ) Yakni zat warna asam yang memerlukan asam lemah dalam pencelupannya, misalnya asam asetat, untuk memperoleh pH antara 5,2 – 6,2. Penambahan elektrolit kedalam larutan celup akan memperbesar penyerapan hingga sukar memperoleh celupan rata. Zat warna ini mempunyai sifat lebih mudah membentuk larutan koloidal. .Golongan 3 ( MILLING ) Yakni zat warna asam yang tidak memerlukan panambahan asam dalam pencelupannya. Pada temperatur rendah zat warna ini terdispersi koloidal, meskipun pada temperatur mendidih akan terdispersi molekuler. Zat warna ini sering disebut zat warna asam milling, zat warna asam celupan netral atau zat warna asam berkatahanan baik III. PRAKTIKUM 1. Alat dan Bahan  Beaker 500 ml & pengaduk kaca  Termometer  Pipet volume 1 ml & 10 ml  Gelas ukur 100 ml  Gelas piala 100 ml  Timbangan digital  Bunsen, kaki tiga, kasa  Kain Poliamida C NC N=N SO3NaHO. C N=NNaO3S COOH NH2O NH2 O OH NaO3S SO3Na
  • 6. Pencelupan Poliamida dengan ZW Asam | 6 2. Diagram alir praktek 3. Resep a. Heat Setting 180 o C ; 1 menit b. Proses Pencelupan Zat yang dipakai Resep 1 Resep 2 Resep 3 Resep 4 ZW asam (%) (Super Milling) 1 1 2 2 Asam asetat 30% (ml/L) 2 3 3 4 Perata anionik (ml/L) 1 1 1 2 Vlot 1 : 30 Suhu ; Waktu 90 0 C ; 20 menit c. Pencucian Sabun * Sabun : 1 ml/L * Na2CO3 : 0,5 g/L * Vlot 1 : 20 * 80 o C ; 10 menit 4. Fungsi Zat  ZW asam : untuk mewarnai bahan  CH3COOH : memberi suasana asam pada proses pencelupan.  Perata : untuk menghambat penyerapan zat warna agar pendistribusiannya menjadi rata.  Sabun : untuk menghilangkan zat warna yang menempel pada permukaan serat sehingga daya tahan luntur hasil pencelupan tinggi.  Na2CO3 : beri suasana alkali pada proses pencucian Poliamida bersih Heat setting (180 0 C ; 1 ‘) Pencelupan Exhaust Pencucian Pengeringan Evaluasi
  • 7. Pencelupan Poliamida dengan ZW Asam | 7 5. Perhitungan resep  Proses Pencelupan  RESEP 1 Berat bahan = 3,03 g ZW asam = 1 % x 3,03 g = 0,0303 g (diencerkan 1 g dalam 100 ml)  dipipet 3,03 ml Volume larutan = 30 x 3,03 g ≈ 90,9 ml As.asetat 30% = 2 ml/L x 90,9 ml = 0,2 ml Perata anionik = 1 ml/L x 90,9 ml = 0,1 ml  RESEP 2 Berat bahan = 3,03 g ZW asam = 1 % x 3,03 g = 0,0303 g (diencerkan 1 g dalam 100 ml)  dipipet 3,03 ml Volume larutan = 30 x 3,03 g ≈ 90,9 ml As.asetat 30% = 3 ml/L x 90,9 ml = 0,3 ml Perata anionik = 1 ml/L x 90,9 ml = 0,1 ml  RESEP 3 Berat bahan = 3,11 g ZW asam = 2 % x 3,11 g = 0,0622 g (diencerkan 1 g dalam 100 ml)  dipipet 6,22 ml Volume larutan = 30 x 3,11 g ≈ 93,3 ml As.asetat 30% = 3 ml/L x 93,3 ml = 0,3 ml Perata anionik = 1 ml/L x 93,3 ml = 0,1 ml  RESEP 4 Berat bahan = 3,14 g ZW asam = 2 % x 3,14 g = 0,0628 g (diencerkan 1 g dalam 100 ml)  dipipet 6,28 ml Volume larutan = 30 x 3,14 g ≈ 94,2 ml As.asetat 30% = 4 ml/L x 94,2 ml = 0,4 ml Perata anionik = 2 ml/L x 94,2 ml = 0,2 ml  Proses Cuci Reduksi Berat bahan = (3,03 + 3,03 + 3,11 + 3,14) g = 12,24 g Volume larutan = 20 x 12,24 g ≈ 244,8 ml Sabun = 1 ml/L x 244,8 ml = 0,25 ml Na2CO3 = 0,5 ml/L x 244,8 ml = 0,12 ml
  • 8. Pencelupan Poliamida dengan ZW Asam | 8 6. Skema Proses Proses Pencelupan Proses Pencucian 7. Cara kerja 1) Timbang bahan dan kebutuhan zat 2) Masukkan perata anionik, asam (sebagian dari yang dibutuhkan) serta bahan dalam gelas ukur 100 ml, lalu aduk-aduk agar pembasahan merata selama 10 menit 3) Masukkan ZW dalam larutan celup sambil mengangkat bahan agar ZW tidak langsung mengenai bahan. 4) Panaskan larutan celup secara perlahan dan kelajuan suhu tetap sedemikian hingga mencapai suhu 60 0 C selama 20 menit. 5) Saat mencapai suhu 60 0 C, masukkan asam (sebagian yang lain sehingga jumlah asam yang dimasukkan sama dengan kebutuhan berdasarkan resep). 6) Aduk larutan agar pewarnaan merata, dengan tetap pertahankan suhu 60 0 C selama 10 menit. 7) Panaskan larutan celup secara perlahan dan kelajuan suhu tetap sedemikian hingga mencapai suhu 90 0 C selama 20 menit. 8) Aduk larutan agar pewarnaan merata, dengan tetap pertahankan suhu 90 0 C selama 20 menit. 9) Matikan pemanas, biarkan larutan mendingin selama 5 menit. 10) Bilas, lalu lakukan prose pencucian pada suhu 80 0 C selama 10 menit. 11) Keringkan 12) Evaluasi. 80 0 C 30 0 C 20 menit 10 menit 5 menit Sabun Na2CO3 Perata Asam 90 0 C 30 0 C 10 I 60 0 C 20 I 10 I 20 I 20 I 5 I ZW Asam
  • 9. Pencelupan Poliamida dengan ZW Asam | 9 IV. DATA PRAKTIKUM A. Resep 1
  • 10. Pencelupan Poliamida dengan ZW Asam | 10 B. Resep 2
  • 11. Pencelupan Poliamida dengan ZW Asam | 11 C. Resep 3
  • 12. Pencelupan Poliamida dengan ZW Asam | 12 D. Resep 4
  • 13. Pencelupan Poliamida dengan ZW Asam | 13 V. DISKUSI  Pada proses awal pencelupan, bahan dimasukkan dalam larutan yang telah berisi asam sebagian dari kebutuhan dan perata, tanpa zat warna dan tanpa pemanasan. Fungsinya adalah agar asam mengaktifkan terlebih dahulu gugus kation serat. Lalu perata berikatan secara ionik dengan gugus tersebut.  Zat warna dimasukkan setelah 10 menit lalu pemanasan baru dimulai dengan laju penyerapan yang masih kecil. Karena ikatan yang terbentuk nantinya antara serat dengan zat warna adalah ikatan kimia – ionik, maka kerataan hasil pencelupan harus dari awal proses. Untuk itu laju kenaikan suhu pun juga harus perlahan, agar tidak terjadi belang.  Pada saat mencapai suhu 60 0 C, dimasukkan sisa asam sehingga jumlah asam terpenuhi sesuai kebutuhan agar pengaktifan gugus kationik pada serat meningkat, sehingga penyerapan dapat lebih optimal. Dengan catatan bahwa pada penyerapan antara suhu 30 0 C sampai 60 0 C sudah rata.  Kain hasil pencelupan secara berurutan dari yang terbaik adalah: resep 3, resep 4, resep 2, dan terakhir resep 1.  Kain hasil pencelupan resep 3 lebih baik dari pada resep 4, karena jumlah perata anionik pada resep 4 lebih banyak, sehingga penyerapan zat warna berkurang. Adapun pada praktikum perata anionik dimasukkan terlebih dahulu agar mengisi gugus kationik pada serat akibat suasana asam, lalu kemudian diisi oleh zat warna. Ny – H2 + H2 (pengasaman)  Ny – H2 + ------------ perata – (ikatan ionik) Ny – H2 + ------------ perata –  Ny – H2 + ------------ SO3 - - D (perata digantikan ZW) Fungsinya adalah untuk menghambat penyerapan zat warna, dengan adanya proses subtitusi ikatan ionik antara serat dengan perata yang menjadi antara serat dengan zat warna. Namun, ketika perata ini terlalu banyak, maka penyerapan zat warna pun tidak optimal.  Kain hasil pencelupan resep 4 lebih baik dari pada resep 2 karena jumlah zat warna yang digunakan pada resep 2 lebih sedikit, yakni setengahnya. Oleh karena itu jumlah zat warna yang terserappun lebih sedikit. Sehingga hasil celup menjadi lebih muda.  Kain hasil pencelupan resep 2 lebih baik dari pada resep 1 karena jumlah asam asetat yang digunakan pada resep 1 lebih sedikit. Adapun fungsi asam asetat itu sendiri dalam proses pencelupan adalah untuk mengaktifkan serat agar memiliki gugus kation sehingga mampu berpenetrasi dan berikatan dengan zat warna melalui ikatan ionik. Penyerapan ZW Grafik laju penyerapan ZW Kenaikan suhu60 0 C
  • 14. Pencelupan Poliamida dengan ZW Asam | 14 Ketika jumlah asam yang digunakan lebih sedikit maka gugus kation pada serat pun berkurang sehingga penyerapan zat wana juga berkurang. VI. KESIMPULAN  Kain hasil pencelupan yang terbaik adalah dari resep 3 VII. PUSTAKA Djufri, Rasyid. 1976. Teknologi pengelantangan, pencelupan dan pencapan. Bandung: Institut Teknologi Tekstil Buku referensi Pencelupan dari Institut Teknologi Tekstil. Bandung. www.chem.is.try.org