SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia. Di era
globalisasi sekarang ini dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem menuntut semua
manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah yang kini banyak
merebak di kalangan masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang
sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam
masyarakat dimana mereka berada.
Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti
konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan
dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik
positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak.
Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah. Seorang bidan harus siap fisik
maupun mental, karena tugas seorang bidan sangatlah berat. Bidan yang siap mengabdi di
kawasan pedesaan mempunyai tantangan yang besar dalam mengubah pola kehidupan
masyarakat yang mempunyai dampak negatif tehadap kesehatan masyarakat.. Tidak mudah
mengubah pola pikir ataupun sosial budaya masyarakat. Apalagi masalah proses persalinan
yang umum masih banyak menggunakan dukun beranak.
Ditambah lagi tantangan konkret yang dihadapi bidan di pedesaan adalah kemiskinan,
pendidikan rendah, dan budaya. Karena itu, kemampuan mengenali masalah dan mencari
solusi bersama masyarakat menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki bidan.
Untuk itu seorang bidan agar dapat melakukan pendekatan terhadap masyarakat perlu
mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan
penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma
dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.
1.2

Tujuan Makalah
Untuk mengetahui aspek sosial budaya yang berkaitan dengan peran seorang bidan.

1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Pra Perkawinan dan Perkawinan?
2. Bagaimana aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Kehamilan?
3. Bagaimana aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Kelahiran, Nifas dan Bayi Baru
Lahir?
4. Bagaimana pendekatan Melalui Budaya dan Kegiatan Kebudayaan Kaitannya dengan Peran
Seorang Bidan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Pra Perkawinan dan Perkawinan
2.1.1 Pra Perkawinan
Masa pra perkawinan adalah masa pasangan untuk mempersiapkan diri ke jenjang
perkawinan Pelayanan kebidanan diawali dengan pemeliharaan kesehatan para calon ibu.
Remaja wanita yang akan memasuki jenjang perkawinan perlu dijaga kondisi kesehatannya.
Kepada para remaja di beri pengertian tentang hubungan seksual yang sehat, kesiapan mental
dalam menghadapi kehamilan dan pengetahuan tentang proses kehamilan dan persalinan,
pemeliharaan kesehatan dalam masa pra dan pasca kehamilan.
Promosi kesehatan pada masa pra kehamilan disampaikan kepada kelompok remaja
wanita atau pada wanita yang akan menikah. Penyampaian nasehat tentang kesehatan pada
masa pranikah ini disesuaikan dengan tingkat intelektual para calon ibu dan keadaan sosial
budaya masyarakat. Nasehat yang di berikan menggunakan bahasa yang mudah di mengerti
karena informasi yang di berikan bersifat pribadi dan sensitif. Remaja yang tumbuh kembang
secara biologis diikuti oleh perkembangan psikologis dan sosialnya. Alam dan pikiran remaja
perlu diketahui. Remaja yang berjiwa muda memiliki sifat menantang, sesuatu yang dianggap
kaku dan kolot serta ingin akan kebebasan dapat menimbulkan konflik di dalam diri mereka.
Pendekatan keremajaan di dalam membina kesehatan diperlukan. Penyampaian pesan
kesehatan dilakukan melalui bahasa remaja dengan memperhatikan aspek sosial budaya
setempat.
Pemeriksaan kesehatan bagi remaja yang akan menikah dianjurkan. Tujuan dari
pemeriksaan tersebut adalah untuk mengetahui secara dini tentang kondisi kesehatan para
remaja. Bila ditemukan penyakit atau kelainan di dalam diri remaja, maka tindakan
pengobatan dapat segera dilakukan. Bila penyakit atau kelainan tersebut tidak diatasi maka
diupayakan agar remaja tersebut berupaya untuk menjaga agar masalahnya tidak bertambah
berat atau menular kepada pasangannya. Misalnya remaja yang menderita penyakit jantung,
bila hamil secara teratur harus memeriksakan kesehatannya kepada dokter. Remaja yang
menderita AIDS harus menjaga pasanganya agar tidak terkena virus HIV. Caranya adalah
agar menggunakan kondom saat besrsenggama, bila menikah. Upaya pemeliharaan kesehatan
bagi para calon ibu ini dapat dilakukan melalui kelompok atau kumpulan para remaja seperti
karang taruna, pramuka, organisaai wanita remaja dan sebagainya.
Promosi kesehatan pranikah merupakan suatu proses untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya yang ditujukan
pada masyarakat reproduktip pranikah
Bidan juga berperan dalam mencegah perkawinan dini pada pasangan pra nikah yang
masih menjadi masalah penting dalam kesehatan reproduksi perempuan di Indonesia. Data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) mencatat, anak perempuan yang menikah pertama kali
pada usia sangat muda, 10-14 tahun, cukup tinggi, jumlahnya 4,8 persen dari jumlah
perempuan usia 10-59 tahun. Sedangkan yang menikah dalam rentang usia 16-19 tahun
berjumlah 41,9 persen. Dengan demikian, hampir 50 persen perempuan Indonesia menikah
pertama kali pada usia di bawah 20 tahun. Provinsi dengan persentase perkawinan dini
tertinggi adalah Kalimantan Selatan (9 persen), Jawa Barat (7,5 persen), serta Kalimantan
Timur dan Kalimantan Tengah masing-masing 7 persen. Hal ini sangat berhubungan dengan
sosial budaya pada daerah tersebut yang mendukung perkawinan dini.
Usia perkawinan dini yang cukup tinggi pada perempuan mengindikasikan rentannya
posisi perempuan di masyarakat. Koordinator Kartini Network Nursyahbani Katjasungkana
menyebut dalam berbagai kesempatan, pernikahan dini menunjukkan posisi perempuan yang
lebih lemah secara ekonomi maupun budaya. Secara budaya, perempuan disosialisasikan
segera menikah sebagai tujuan hidupnya. Akibatnya, perempuan memiliki pilihan lebih
terbatas untuk mengembangkan diri sebagai individu utuh. Selain itu, segera menikahkan
anak perempuan artinya keluarga akan mendapat mas kawin yang berharga di masyarakat
setempat, seperti hewan ternak. Data Riskesdas memperlihatkan, perkawinan sangat muda
(10-14 tahun) banyak terjadi pada perempuan di pedesaan, berpendidikan rendah, berstatus
ekonomi termiskin, serta berasal dari kelompok buruh, petani, dan nelayan.
Sedangkan bagi perempuan, menikah artinya harus siap hamil pada usia sangat muda.
Bila disertai kekurangan energi dan protein, akan menimbulkan masalah kesehatan yang
dapat berakibat kematian bagi ibu saat melahirkan dan juga bayinya. Dan resiko hamil muda
sangat tinggi.
2.1.2 Perkawinan
Pekawinan bukan hanya sekedar hubungan antara suami dan istri. Perkawinan
memberikan buah untuk menghasilkan turunan. Bayi yang dilahirkan juga adalah bayi yang
sehat dan direncanakan. Kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh bidan sendiri antara lain
mempromosikan kesehatan agar peran serta ibu dalam upaya kesehatan ibu, anak dan
keluarga meningkat.
Pelayanan kesehatan ibu dan anak yang meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas, keluarga berencana, kesehatan reproduksi, pemeriksaan bayi, anak balita dan anak
prasekolah sehat. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak tersebut diyakini
memerlukan pengetahuan aspek sosial budaya dalam penerapannya kemudian melakukan
pendekatan-pendekatan untuk melakukan perubahan-perubahan terhadap kebiasaankebiasaan yang tidak mendukung peningkatan kesehatan ibu dan anak. Misalnya pola makan,
pacta dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup
besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola
makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan
anjuran terhadap beberapa makanan tertentu. Misalnya di Jawa Tengah adanya anggapan
bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang
makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Sementara di salah satu
daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi
makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan. Sikap seperti ini akan
berakibat buruk bagi ibu hamil karena akan membuat ibu dan anak kurang gizi.
2.2 Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Kehamilan
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan untuk
mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk
menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (ante
natal care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri.
Fakta di berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang
menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak
perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter. Masih banyaknya ibu-ibu
yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan ke bidan menyebabkan tidak
terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini baru
diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya sudah terlambat dapat
membawa akibat fatal yaitu kematian.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya
informasi. Selain dari kurangnya pengetahuan akan pentingnya perawatan kehamilan,
permasalahan-permasalahan pada kehamilan dan persalinan dipengaruhi juga oleh faktor
nikah pada usia muda yang masih banyak dijumpai di daerah pedesaan. Disamping itu,
dengan masih adanya preferensi terhadap jenis kelamin anak khususnya pada beberapa suku,
yang menyebabkan istri mengalami kehamilan yang berturut-turut dalam jangka waktu yang
relatif pendek, menyebabkan ibu mempunyai resiko tinggi saat melahirkan.
Contohnya di kalangan masyarakat pada suku bangsa nuaulu (Maluku) terdapat suatu
tradisi upacara kehamilan yang dianggap sebagai suatu peristiwa biasa, khususnya masa
kehamilan seorang perempuan pada bulan pertama hingga bulan kedelapan. Namun pada usia
saat kandungan telah mencapai Sembilan bulan, barulah mereka akan mengadakan suatu
upacara. Masyarakat nuaulu mempunyai anggapan bahwa pada saat usia kandungan seorang
perempuan telah mencapai Sembilan bulan, maka pada diri perempuan yang bersangkutan
banyak diliputi oleh pengaruh roh-roh jahat yang dapat menimbulkan berbagai bahaya gaib.
Dan tidak hanya dirinya sendiri juga anak yang dikandungannya, melainkan orang lain
disekitarnya, khususnya kaum laki-laki. Untuk menghindari pengaruh roh-roh jahat tersebut,
si perempuan hamil perlu diasingkan dengan menempatkannya di posuno. Masyarakat nuaulu
juga beranggapan bahwa pada kehidupan seorang anak manusia itu baru tercipta atau baru
dimulai sejak dalam kandungan yang telah berusia 9 bulan. Jadi dalam hal ini ( masa
kehamilan 1-8 bulan ) oleh mereka bukan dianggap merupakan suatu proses dimulainya
bentuk kehidupan.
Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah
gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan
terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang
ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenamya
sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan
ibu dan janin. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi
terutama di daerah pedesaan.
Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan
mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan
yang banyak. Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya
memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya
kecil dan mudah dilahirkan. Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan
laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Dan memang, selain
ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal ini sangat
mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi.
2.3

Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Kelahiran, Nifas dan Bayi Baru Lahir
Berdasarkan survei rumah tangga (SKRT) pada tahun 1986, angka kematian ibu
maternal berkisar 450 per 100.000 kelahiran hidup atau lebih dari 20.000 kematian
pertahunnya. Angka kematian ibu merupakan salah satu indikator kesehatan ibu yang
meliputi ibu dalam masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Angka tersebut dikatakan tinggi
bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Dari hasil penelitian di 12 rumah sakit,
dikatakan bahwa kehamilan merupakan penyebab utama kematian ibu maternal, yaitu sebesar
94,4% dengan penyebabnya, yaitu pendarahan, infeksi, dan toxaemia (*)%). Selain
menimbulkan kematian, ada penyebab lain yang dapat menambah resiko terjadinya kematian
yaitu Anemia gizi pada ibu hamil, dengan Hb kurang dari 11gr%.
Angka kematian balita masih didapatkan sebesar 10,6 per 1000 anak balita. Seperti
halnya dengan bayi sekitar 31% penyebab kematian balita adalah penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi, yaitu infeksi saluran pernafasan, polio, dan lain-lain.
Masih tingginya angka kematian ibu dan anak di Indonesia berkaitan erat dengan
faktor sosial budaya masyarakat, seperti tingkat pendidikan penduduk, khususnya wanita
dewasa yang masih rendah, keadaan sosial ekonomi yang belum memadai, tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang masih
rendah dan jauhnya lokasi tempat pelayanan kesehatan dari rumah-rumah penduduk
kebiasaan-kebiasaan dan adat istiadat dan perilaku masyarakat yang kurang menunjang dan
lain sebagainya.
Tingkat pendidikan terutama pada wanita dewasa yang masih rendah, mempunyai
pengaruh besar terhadap masih tingginya angka kematian bayi. Berdasarkan survei rumah
tangganya (SKRT) pada tahun 1985, tingkat buta huruf pada wanita dewasa adalah sebesar
25,7%. Rendahnya tingkat pendidikan dan buta huruf pada wanita menyebabkan ibu-ibu
tidak mengetahui tentang perawatan semasa hamil, kelahiran, perawatan bayi dan semasa
nifas, tidak mengetahui kapan ia harus datang ke pelayanan kesehatan, kontrol ulang, dan
sebagainya.
Kebiasaan-kebiasaan adat istiadat dan perilaku masyarakat sering kali merupakan
penghalang atau penghambat terciptanya pola hidup sehat di masyarakat. Perilaku, kebiasaan,
dan adat istiadat yang merugikan seperti misalnya:
Ibu hamil dilarang tidur siang karena takut bayinya besar dan akan sulit melahirkan,
Ibu menyusui dilarang makan makanan yang asin, misalnya: ikan asin, telur asin karena bisa
membuat ASI jadi asin
Ibu habis melahirkan dilarang tidur siang,
Bayi berusia 1 minggu sudah boleh diberikan nasi atau pisang agar mekoniumnya cepat
keluar,
Ibu post partum harus tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk karena takut darah
kotor naik ke mata,
Ibu yang mengalami kesulitan dalam melahirkan, rambutnya harus diuraikan dan persalinan
yang dilakukan di lantai, diharapkan ibu dapat dengan mudah melahirkan.
Bayi baru lahir yang sedang tidur harus ditemani dengan benda-benda tajam.
Tingkat kepercayaan masyarakat kepada petugas kesehatan, dibeberapa wilayah
masih rendah. Mereka masih percaya kepada dukun karena kharismatik dukun tersebut yang
sedemikian tinggi, sehingga ia lebih senang berobat dan meminta tolong kepada ibu dukun.
Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk
menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Data Survei Kesehatan Rumah
Tangga tahun 1992 rnenunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun beranak.
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktekpraktek persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan si ibu. Penelitian Iskandar dkk
(1996) menunjukkan beberapa tindakan/praktek yang membawa resiko infeksi seperti
"ngolesi" (membasahi vagina dengan minyak kelapa untuk memperlancar persalinan),
"kodok" (memasukkan tangan ke dalam vagina dan uterus untuk rnengeluarkan placenta)
atau "nyanda" (setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandardan kaki diluruskan ke
depan selama berjam-jam yang dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).
Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau anjuran masih diberlakukan juga
pada masa pasca persalinan. Pantangan ataupun anjuraan ini biasanya berkaitan dengan
proses pemulihan kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi
untuk memperbanyak produksi ASI; ada pula makanan tertentu yang dilarang karena
dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi. Secara tradisional, ada praktek-praktek yang
dilakukan oleh dukun beranak untuk mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu.
Misalnya mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula;
memasukkan
ramuan-ramuan seperti daun-daunan kedalam vagina dengan maksud untuk membersihkan
darah dan cairan yang keluar karena proses persalinan; atau memberi jamu tertentu untuk
memperkuat tubuh (Iskandar et al., 1996).
Ini adalah sedikit gambaran tentang aspek sosial budaya masyarakat yang berkaitan
dengan persalinan dan pasca persalinan, yang tentunya masih banyak terdapat aspek sosial
budaya yang mempengaruhi persalinan dan pasca persalinan sesuai dengan keanekaragaman
masyarakat di Indonesia.
2.4

Pendekatan Melalui Budaya dan Kegiatan Kebudayaan Kaitannya dengan Peran
Seorang Bidan
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan masyarakat,
mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status kesehatan
masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

1.

2.
3.

4.
5.

Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya,
berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan
usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan
tugas, peran serta tanggung jawabnya.
Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan diperlukan
pendekatan-pendekatan khususnya sosial budaya, untuk itu sebagai tenaga kesehatan
khususnya calon bidan agar mengetahui dan mampu melaksanakan berbagai upaya untuk
meningkatkan peran aktif masyarakat agar masyarakat sadar pentingnya kesehatan.
Menurut Departemen Kesehatan RI, fungsi bidan di wilayah kerjanya adalah sebagai
berikut:
Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah, mengenai persalinan,
pelayanan keluarga berencana, dan pengayoman medis kontrasepsi.
Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan, dengan
melakukan penyuluhan kesehatan yang sesuai dengan permasalahan kesehatan setempat.
Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi.
Membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan.
Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral, dan lembaga swadaya masyarakat.
Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan ke fasilitas kesehatan lainnya.
Mendeteksi dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian kontrasepsi serta adanya
penyakit-penyakit lain dan berusaha mengatasi sesuai dengan kemampuannya.
Melihat dari luasnya fungsi bidan tersebut, aspek sosial-budaya perlu diperhatikan
oleh bidan. Sesuai kewenangan tugas bidan yang berkaitan dengan aspek sosial-budaya, telah
diuraikan dalam peraturan Menteri Kesehatan No. 363/Menkes/Per/IX/1980 yaitu: Mengenai
wilayah, struktur kemasyarakatan dan komposisi penduduk, serta sistem pemerintahan desa
dengan cara:
Menghubungi pamong desa untuk mendapatkan peta desa yang telah ada pembagian wilayah
pendukuhan/RK dan pembagian wilayah RT serta mencari keterangan tentang penduduk dari
masing-masing RT.
Mengenali struktur kemasyarakatan seperti LKMD, PKK, LSM, karang taruna, tokoh
masyarakat, kelompok pengajian, kelompok arisan, dan lain-lain.
Mempelajari data penduduk yang meliputi:
Jenis kelamin
Umur
Mata pencaharian
Pendidikan
Agama
Mempelajari peta desa
Mencatat jumlah KK, PUS, dan penduduk menurut jenis kelamin dan golongan.
Agar seluruh tugas dan fungsi bidan dapat dilaksanakan secara efektif, bidan harus
mengupayakan hubungan yang efektif dengan masyarakat. Salah satu kunci keberhasilan
hubungan yang efektif adalah komunikasi. Kegiatan bidan yang pertama kali harus dilakukan
bila datang ke suatu wilayah adalah mempelajari bahasa yang digunakan oleh masyarakat
setempat.
Kemudian seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang
meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan
sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan wilayah tersebut.
Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi melalui pendekatan
social dan budaya yang akurat. Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang di anugerahi
pikiran, perasaan dan kemauan secara naluriah memerlukan prantara budaya untuk
menyatakan rasa seninya, baik secara aktif dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam
kegiatan apresiatif. Dalam kegiatan apresiatif, yaitu mengadakan pendekatan terhadap
kesenian atau kebudayaan seolah kita memasuki suatu alam rasa yang kasat mata. Maka itu
dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian kita tidak cukup hanya bersimpati terhadap
kesenian itu, tetapi lebih dari itu yaitu secara empati. Melalui kegiatan-kegiatan kebudayaan
tradisional setempat bidan dapat berperan aktif untuk melakukan promosi kesehatan kepada
masyaratkat dengan melakukan penyuluhan kesehatan di sela-sela acara kesenian atau
kebudayaan tradisional tersebut. Misalnya: Dengan Kesenian wayang kulit melalui
pertunjukan ini diselipkan pesan-pesan kesehatan yang ditampilkan di awal pertunjukan dan
pada akhir pertunjukan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1

Kesimpulan
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan masyarakat,
mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status kesehatan
masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya.
Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya,
berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan
usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan
tugas, peran serta tanggung jawabnya.
Seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi
tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari,
pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
wilayah tersebut.
Melalui kegiatan-kegiatan kebudayaan tradisional setempat bidan dapat berperan aktif
untuk melakukan promosi kesehatan kepada masyaratkat dengan melakukan penyuluhan
kesehatan di sela-sela acara kesenian atau kebudayaan tradisional tersebut.
3.2

Saran
Bidan harus selalu menjaga hubungan yang efektif dengan masyarakat dengan selalu
mengadakan komunkasi efektif.

More Related Content

What's hot

Askeb faktor yg mempengaruhi kehamilan AKBID PARAMATA
Askeb faktor yg mempengaruhi kehamilan AKBID PARAMATAAskeb faktor yg mempengaruhi kehamilan AKBID PARAMATA
Askeb faktor yg mempengaruhi kehamilan AKBID PARAMATAOperator Warnet Vast Raha
 
antropologi dan kaebudayaan dasar
antropologi dan kaebudayaan dasarantropologi dan kaebudayaan dasar
antropologi dan kaebudayaan dasarhesti kusdianingrum
 
FAKTOR-FAKTOR FISIK YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN
FAKTOR-FAKTOR FISIK YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN FAKTOR-FAKTOR FISIK YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN
FAKTOR-FAKTOR FISIK YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN Erlina Wati
 
Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksiKesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksirandi_nawar
 
Faktor –faktor yang mempengaruhi kehamilan
Faktor –faktor yang mempengaruhi kehamilanFaktor –faktor yang mempengaruhi kehamilan
Faktor –faktor yang mempengaruhi kehamilanHetty Astri
 
Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,
Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,
Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,pjj_kemenkes
 
Sejarah dan Konsep Kesehatan Reproduksi
Sejarah dan Konsep Kesehatan Reproduksi Sejarah dan Konsep Kesehatan Reproduksi
Sejarah dan Konsep Kesehatan Reproduksi pjj_kemenkes
 
Faktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi
Faktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomiFaktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi
Faktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomipjj_kemenkes
 
Perspektif keperawatan anak i AKPER PEMKAB MUNA
Perspektif keperawatan anak i AKPER PEMKAB MUNA Perspektif keperawatan anak i AKPER PEMKAB MUNA
Perspektif keperawatan anak i AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
(Fix)budaya pada masa nifas
(Fix)budaya pada masa nifas(Fix)budaya pada masa nifas
(Fix)budaya pada masa nifasyusria izza
 
Power point real kesehatan kbkr dalam budaya indonesia
Power point real kesehatan kbkr dalam budaya indonesiaPower point real kesehatan kbkr dalam budaya indonesia
Power point real kesehatan kbkr dalam budaya indonesiaWahyu Yaghnajayanti
 
Power Point 'Makalah Tugas Bu Ayu'
Power Point 'Makalah Tugas Bu Ayu'Power Point 'Makalah Tugas Bu Ayu'
Power Point 'Makalah Tugas Bu Ayu'chakaixing
 
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)Kiki Kino
 
Faktor fisiologis yang mempengaruhi kehamilan
Faktor fisiologis yang mempengaruhi kehamilanFaktor fisiologis yang mempengaruhi kehamilan
Faktor fisiologis yang mempengaruhi kehamilanpjj_kemenkes
 
Askep keluarga pada balita
Askep keluarga pada balitaAskep keluarga pada balita
Askep keluarga pada balitaRahmat Ramadhani
 

What's hot (20)

Askeb faktor yg mempengaruhi kehamilan AKBID PARAMATA
Askeb faktor yg mempengaruhi kehamilan AKBID PARAMATAAskeb faktor yg mempengaruhi kehamilan AKBID PARAMATA
Askeb faktor yg mempengaruhi kehamilan AKBID PARAMATA
 
antropologi dan kaebudayaan dasar
antropologi dan kaebudayaan dasarantropologi dan kaebudayaan dasar
antropologi dan kaebudayaan dasar
 
FAKTOR-FAKTOR FISIK YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN
FAKTOR-FAKTOR FISIK YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN FAKTOR-FAKTOR FISIK YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN
FAKTOR-FAKTOR FISIK YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN
 
ASPEK SOSIAL BUDAYA KEHAMILAN
ASPEK SOSIAL BUDAYA KEHAMILANASPEK SOSIAL BUDAYA KEHAMILAN
ASPEK SOSIAL BUDAYA KEHAMILAN
 
Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksiKesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi
 
Faktor –faktor yang mempengaruhi kehamilan
Faktor –faktor yang mempengaruhi kehamilanFaktor –faktor yang mempengaruhi kehamilan
Faktor –faktor yang mempengaruhi kehamilan
 
Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,
Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,
Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,
 
Sejarah dan Konsep Kesehatan Reproduksi
Sejarah dan Konsep Kesehatan Reproduksi Sejarah dan Konsep Kesehatan Reproduksi
Sejarah dan Konsep Kesehatan Reproduksi
 
Makalah keperawatan anak
Makalah keperawatan anakMakalah keperawatan anak
Makalah keperawatan anak
 
Faktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi
Faktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomiFaktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi
Faktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi
 
Nia makalah promkes remaja
Nia makalah promkes remajaNia makalah promkes remaja
Nia makalah promkes remaja
 
Perspektif keperawatan anak i AKPER PEMKAB MUNA
Perspektif keperawatan anak i AKPER PEMKAB MUNA Perspektif keperawatan anak i AKPER PEMKAB MUNA
Perspektif keperawatan anak i AKPER PEMKAB MUNA
 
(Fix)budaya pada masa nifas
(Fix)budaya pada masa nifas(Fix)budaya pada masa nifas
(Fix)budaya pada masa nifas
 
Makalah pentingya kesehatan anak
Makalah pentingya kesehatan anakMakalah pentingya kesehatan anak
Makalah pentingya kesehatan anak
 
Power point real kesehatan kbkr dalam budaya indonesia
Power point real kesehatan kbkr dalam budaya indonesiaPower point real kesehatan kbkr dalam budaya indonesia
Power point real kesehatan kbkr dalam budaya indonesia
 
Power Point 'Makalah Tugas Bu Ayu'
Power Point 'Makalah Tugas Bu Ayu'Power Point 'Makalah Tugas Bu Ayu'
Power Point 'Makalah Tugas Bu Ayu'
 
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
 
Faktor fisiologis yang mempengaruhi kehamilan
Faktor fisiologis yang mempengaruhi kehamilanFaktor fisiologis yang mempengaruhi kehamilan
Faktor fisiologis yang mempengaruhi kehamilan
 
Askep keluarga pada balita
Askep keluarga pada balitaAskep keluarga pada balita
Askep keluarga pada balita
 
Kedkomunitas juliandi
Kedkomunitas juliandiKedkomunitas juliandi
Kedkomunitas juliandi
 

Viewers also liked

3B_Textilmatutino_Tarea3_FerreiraAyusto‏
3B_Textilmatutino_Tarea3_FerreiraAyusto‏3B_Textilmatutino_Tarea3_FerreiraAyusto‏
3B_Textilmatutino_Tarea3_FerreiraAyusto‏Florencia Capri
 
Anemo Nurse 2015 - Macrì - PBM e il reparto, realtà a confronto
Anemo Nurse 2015 - Macrì - PBM e il reparto, realtà a confrontoAnemo Nurse 2015 - Macrì - PBM e il reparto, realtà a confronto
Anemo Nurse 2015 - Macrì - PBM e il reparto, realtà a confrontoanemo_site
 
Curriculum development slides
Curriculum development slidesCurriculum development slides
Curriculum development slidesDrolly Claravall
 
Anemo Nurse 2015 - Roscitano - Monitoraggio postoperatorio: come dare logica ...
Anemo Nurse 2015 - Roscitano - Monitoraggio postoperatorio: come dare logica ...Anemo Nurse 2015 - Roscitano - Monitoraggio postoperatorio: come dare logica ...
Anemo Nurse 2015 - Roscitano - Monitoraggio postoperatorio: come dare logica ...anemo_site
 
Anemo Nurse 2015 - Rondinelli - Il razionale del recupero perioperatorio di s...
Anemo Nurse 2015 - Rondinelli - Il razionale del recupero perioperatorio di s...Anemo Nurse 2015 - Rondinelli - Il razionale del recupero perioperatorio di s...
Anemo Nurse 2015 - Rondinelli - Il razionale del recupero perioperatorio di s...anemo_site
 
Birtud 101111154117-phpapp02
Birtud 101111154117-phpapp02Birtud 101111154117-phpapp02
Birtud 101111154117-phpapp02Gina Ibatan
 
Organizadores gráficos
Organizadores gráficosOrganizadores gráficos
Organizadores gráficosCarla Marcillo
 
Anemo Nurse 2015 - Beverina - Ambulatorio trasfusionale: l'inizio della PBM
Anemo Nurse 2015 - Beverina - Ambulatorio trasfusionale: l'inizio della PBMAnemo Nurse 2015 - Beverina - Ambulatorio trasfusionale: l'inizio della PBM
Anemo Nurse 2015 - Beverina - Ambulatorio trasfusionale: l'inizio della PBManemo_site
 
Entornos virtuales de enseñanza aprendizaje
Entornos virtuales de enseñanza aprendizajeEntornos virtuales de enseñanza aprendizaje
Entornos virtuales de enseñanza aprendizajemariameche23
 
Anemo Nurse 2015 - Landriscina - Coordinatrice del sangue: una realtà necessa...
Anemo Nurse 2015 - Landriscina - Coordinatrice del sangue: una realtà necessa...Anemo Nurse 2015 - Landriscina - Coordinatrice del sangue: una realtà necessa...
Anemo Nurse 2015 - Landriscina - Coordinatrice del sangue: una realtà necessa...anemo_site
 
Anemo Nurse 2015 - Destrebecq - Infermieristica, ricerca e clinica
Anemo Nurse 2015 - Destrebecq - Infermieristica, ricerca e clinicaAnemo Nurse 2015 - Destrebecq - Infermieristica, ricerca e clinica
Anemo Nurse 2015 - Destrebecq - Infermieristica, ricerca e clinicaanemo_site
 
Boca SEMIOLOGIA EDGAR COTA
Boca SEMIOLOGIA EDGAR COTABoca SEMIOLOGIA EDGAR COTA
Boca SEMIOLOGIA EDGAR COTAEdgar Cota
 

Viewers also liked (19)

3B_Textilmatutino_Tarea3_FerreiraAyusto‏
3B_Textilmatutino_Tarea3_FerreiraAyusto‏3B_Textilmatutino_Tarea3_FerreiraAyusto‏
3B_Textilmatutino_Tarea3_FerreiraAyusto‏
 
Anemo Nurse 2015 - Macrì - PBM e il reparto, realtà a confronto
Anemo Nurse 2015 - Macrì - PBM e il reparto, realtà a confrontoAnemo Nurse 2015 - Macrì - PBM e il reparto, realtà a confronto
Anemo Nurse 2015 - Macrì - PBM e il reparto, realtà a confronto
 
LinkOOO
LinkOOOLinkOOO
LinkOOO
 
Curriculum development slides
Curriculum development slidesCurriculum development slides
Curriculum development slides
 
Senior Project
Senior ProjectSenior Project
Senior Project
 
Anemo Nurse 2015 - Roscitano - Monitoraggio postoperatorio: come dare logica ...
Anemo Nurse 2015 - Roscitano - Monitoraggio postoperatorio: come dare logica ...Anemo Nurse 2015 - Roscitano - Monitoraggio postoperatorio: come dare logica ...
Anemo Nurse 2015 - Roscitano - Monitoraggio postoperatorio: come dare logica ...
 
Sosbud 1
Sosbud 1Sosbud 1
Sosbud 1
 
Sosbud 2
Sosbud 2Sosbud 2
Sosbud 2
 
Sosbud 7
Sosbud 7Sosbud 7
Sosbud 7
 
Anemo Nurse 2015 - Rondinelli - Il razionale del recupero perioperatorio di s...
Anemo Nurse 2015 - Rondinelli - Il razionale del recupero perioperatorio di s...Anemo Nurse 2015 - Rondinelli - Il razionale del recupero perioperatorio di s...
Anemo Nurse 2015 - Rondinelli - Il razionale del recupero perioperatorio di s...
 
Skala
SkalaSkala
Skala
 
Birtud 101111154117-phpapp02
Birtud 101111154117-phpapp02Birtud 101111154117-phpapp02
Birtud 101111154117-phpapp02
 
Organizadores gráficos
Organizadores gráficosOrganizadores gráficos
Organizadores gráficos
 
Anemo Nurse 2015 - Beverina - Ambulatorio trasfusionale: l'inizio della PBM
Anemo Nurse 2015 - Beverina - Ambulatorio trasfusionale: l'inizio della PBMAnemo Nurse 2015 - Beverina - Ambulatorio trasfusionale: l'inizio della PBM
Anemo Nurse 2015 - Beverina - Ambulatorio trasfusionale: l'inizio della PBM
 
Products and solutions by Capital Safety
Products and solutions by Capital SafetyProducts and solutions by Capital Safety
Products and solutions by Capital Safety
 
Entornos virtuales de enseñanza aprendizaje
Entornos virtuales de enseñanza aprendizajeEntornos virtuales de enseñanza aprendizaje
Entornos virtuales de enseñanza aprendizaje
 
Anemo Nurse 2015 - Landriscina - Coordinatrice del sangue: una realtà necessa...
Anemo Nurse 2015 - Landriscina - Coordinatrice del sangue: una realtà necessa...Anemo Nurse 2015 - Landriscina - Coordinatrice del sangue: una realtà necessa...
Anemo Nurse 2015 - Landriscina - Coordinatrice del sangue: una realtà necessa...
 
Anemo Nurse 2015 - Destrebecq - Infermieristica, ricerca e clinica
Anemo Nurse 2015 - Destrebecq - Infermieristica, ricerca e clinicaAnemo Nurse 2015 - Destrebecq - Infermieristica, ricerca e clinica
Anemo Nurse 2015 - Destrebecq - Infermieristica, ricerca e clinica
 
Boca SEMIOLOGIA EDGAR COTA
Boca SEMIOLOGIA EDGAR COTABoca SEMIOLOGIA EDGAR COTA
Boca SEMIOLOGIA EDGAR COTA
 

Similar to Sosbud 3

KEHAMILAN PADA REMAJA, KEL 2 JIGSAW.pptx
KEHAMILAN PADA REMAJA, KEL 2 JIGSAW.pptxKEHAMILAN PADA REMAJA, KEL 2 JIGSAW.pptx
KEHAMILAN PADA REMAJA, KEL 2 JIGSAW.pptxFerrafadkhulil
 
Akalah promosi kesehatan upaya promosi kesehatan pranikah
Akalah promosi kesehatan upaya promosi kesehatan pranikahAkalah promosi kesehatan upaya promosi kesehatan pranikah
Akalah promosi kesehatan upaya promosi kesehatan pranikahWarnet Raha
 
kel 1 masalah kebidanan komunitas.pptx
kel 1 masalah kebidanan komunitas.pptxkel 1 masalah kebidanan komunitas.pptx
kel 1 masalah kebidanan komunitas.pptxRahmiAdawiyah
 
Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi pjj_kemenkes
 
Masalah Kebidanan Komunitas
Masalah Kebidanan KomunitasMasalah Kebidanan Komunitas
Masalah Kebidanan KomunitasDiandr
 
edukasi 1000 HPK.pdf
edukasi 1000 HPK.pdfedukasi 1000 HPK.pdf
edukasi 1000 HPK.pdfssuser73c502
 
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN.pptx
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN.pptxFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN.pptx
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN.pptxsheyllanovreitagusti
 
Konsep kesehatan reproduksi
Konsep kesehatan reproduksiKonsep kesehatan reproduksi
Konsep kesehatan reproduksiAsih Astuti
 
penyuluhan pernikahan dini.docx
penyuluhan pernikahan dini.docxpenyuluhan pernikahan dini.docx
penyuluhan pernikahan dini.docxayniyahantibar
 
Peran Keluarga dan Masyarakat dalam Kehamilan hingga BBL
Peran Keluarga dan Masyarakat dalam Kehamilan hingga BBLPeran Keluarga dan Masyarakat dalam Kehamilan hingga BBL
Peran Keluarga dan Masyarakat dalam Kehamilan hingga BBLAstriYuliaSariLubis1
 
PPT kehamilan usia dini.ppt
PPT kehamilan usia dini.pptPPT kehamilan usia dini.ppt
PPT kehamilan usia dini.pptAnikSuryanti2
 
Konsep keperawatan maternitas AKPER PEMKAB MUNA
Konsep keperawatan maternitas AKPER PEMKAB MUNA Konsep keperawatan maternitas AKPER PEMKAB MUNA
Konsep keperawatan maternitas AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Konsep keperawatan maternitas AKPER PEMKAB MUNA
Konsep keperawatan maternitas AKPER PEMKAB MUNA Konsep keperawatan maternitas AKPER PEMKAB MUNA
Konsep keperawatan maternitas AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
5. MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI,DUKUNGAN DAN LAYANAN (2).pdf
5. MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI,DUKUNGAN DAN LAYANAN (2).pdf5. MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI,DUKUNGAN DAN LAYANAN (2).pdf
5. MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI,DUKUNGAN DAN LAYANAN (2).pdfWaliputriWarmadewi
 

Similar to Sosbud 3 (20)

KEHAMILAN PADA REMAJA, KEL 2 JIGSAW.pptx
KEHAMILAN PADA REMAJA, KEL 2 JIGSAW.pptxKEHAMILAN PADA REMAJA, KEL 2 JIGSAW.pptx
KEHAMILAN PADA REMAJA, KEL 2 JIGSAW.pptx
 
Akalah promosi kesehatan upaya promosi kesehatan pranikah
Akalah promosi kesehatan upaya promosi kesehatan pranikahAkalah promosi kesehatan upaya promosi kesehatan pranikah
Akalah promosi kesehatan upaya promosi kesehatan pranikah
 
kel 1 masalah kebidanan komunitas.pptx
kel 1 masalah kebidanan komunitas.pptxkel 1 masalah kebidanan komunitas.pptx
kel 1 masalah kebidanan komunitas.pptx
 
Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi
 
Yuyun
YuyunYuyun
Yuyun
 
Masalah Kebidanan Komunitas
Masalah Kebidanan KomunitasMasalah Kebidanan Komunitas
Masalah Kebidanan Komunitas
 
edukasi 1000 HPK.pdf
edukasi 1000 HPK.pdfedukasi 1000 HPK.pdf
edukasi 1000 HPK.pdf
 
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN.pptx
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN.pptxFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN.pptx
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN.pptx
 
Konsep kesehatan reproduksi
Konsep kesehatan reproduksiKonsep kesehatan reproduksi
Konsep kesehatan reproduksi
 
penyuluhan pernikahan dini.docx
penyuluhan pernikahan dini.docxpenyuluhan pernikahan dini.docx
penyuluhan pernikahan dini.docx
 
Tugas biologi (bahaya kehamilan dini)
Tugas biologi (bahaya kehamilan dini)Tugas biologi (bahaya kehamilan dini)
Tugas biologi (bahaya kehamilan dini)
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Buku saku kespro
Buku saku kesproBuku saku kespro
Buku saku kespro
 
Peran Keluarga dan Masyarakat dalam Kehamilan hingga BBL
Peran Keluarga dan Masyarakat dalam Kehamilan hingga BBLPeran Keluarga dan Masyarakat dalam Kehamilan hingga BBL
Peran Keluarga dan Masyarakat dalam Kehamilan hingga BBL
 
PPT kehamilan usia dini.ppt
PPT kehamilan usia dini.pptPPT kehamilan usia dini.ppt
PPT kehamilan usia dini.ppt
 
Konsep kep.maternitas AKPER PEMKAB MUNA
Konsep kep.maternitas AKPER PEMKAB MUNA Konsep kep.maternitas AKPER PEMKAB MUNA
Konsep kep.maternitas AKPER PEMKAB MUNA
 
Konsep keperawatan maternitas AKPER PEMKAB MUNA
Konsep keperawatan maternitas AKPER PEMKAB MUNA Konsep keperawatan maternitas AKPER PEMKAB MUNA
Konsep keperawatan maternitas AKPER PEMKAB MUNA
 
Konsep kep.maternitas AKPER PEMKAB MUNA
Konsep kep.maternitas AKPER PEMKAB MUNA Konsep kep.maternitas AKPER PEMKAB MUNA
Konsep kep.maternitas AKPER PEMKAB MUNA
 
Konsep keperawatan maternitas AKPER PEMKAB MUNA
Konsep keperawatan maternitas AKPER PEMKAB MUNA Konsep keperawatan maternitas AKPER PEMKAB MUNA
Konsep keperawatan maternitas AKPER PEMKAB MUNA
 
5. MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI,DUKUNGAN DAN LAYANAN (2).pdf
5. MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI,DUKUNGAN DAN LAYANAN (2).pdf5. MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI,DUKUNGAN DAN LAYANAN (2).pdf
5. MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI,DUKUNGAN DAN LAYANAN (2).pdf
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Sosbud 3

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia. Di era globalisasi sekarang ini dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah yang kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah. Seorang bidan harus siap fisik maupun mental, karena tugas seorang bidan sangatlah berat. Bidan yang siap mengabdi di kawasan pedesaan mempunyai tantangan yang besar dalam mengubah pola kehidupan masyarakat yang mempunyai dampak negatif tehadap kesehatan masyarakat.. Tidak mudah mengubah pola pikir ataupun sosial budaya masyarakat. Apalagi masalah proses persalinan yang umum masih banyak menggunakan dukun beranak. Ditambah lagi tantangan konkret yang dihadapi bidan di pedesaan adalah kemiskinan, pendidikan rendah, dan budaya. Karena itu, kemampuan mengenali masalah dan mencari solusi bersama masyarakat menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki bidan. Untuk itu seorang bidan agar dapat melakukan pendekatan terhadap masyarakat perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut. 1.2 Tujuan Makalah Untuk mengetahui aspek sosial budaya yang berkaitan dengan peran seorang bidan. 1.3 Rumusan Masalah 1. Bagaimana aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Pra Perkawinan dan Perkawinan? 2. Bagaimana aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Kehamilan? 3. Bagaimana aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Kelahiran, Nifas dan Bayi Baru Lahir? 4. Bagaimana pendekatan Melalui Budaya dan Kegiatan Kebudayaan Kaitannya dengan Peran Seorang Bidan? BAB II PEMBAHASAN 2.1 Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Pra Perkawinan dan Perkawinan 2.1.1 Pra Perkawinan Masa pra perkawinan adalah masa pasangan untuk mempersiapkan diri ke jenjang perkawinan Pelayanan kebidanan diawali dengan pemeliharaan kesehatan para calon ibu. Remaja wanita yang akan memasuki jenjang perkawinan perlu dijaga kondisi kesehatannya. Kepada para remaja di beri pengertian tentang hubungan seksual yang sehat, kesiapan mental
  • 2. dalam menghadapi kehamilan dan pengetahuan tentang proses kehamilan dan persalinan, pemeliharaan kesehatan dalam masa pra dan pasca kehamilan. Promosi kesehatan pada masa pra kehamilan disampaikan kepada kelompok remaja wanita atau pada wanita yang akan menikah. Penyampaian nasehat tentang kesehatan pada masa pranikah ini disesuaikan dengan tingkat intelektual para calon ibu dan keadaan sosial budaya masyarakat. Nasehat yang di berikan menggunakan bahasa yang mudah di mengerti karena informasi yang di berikan bersifat pribadi dan sensitif. Remaja yang tumbuh kembang secara biologis diikuti oleh perkembangan psikologis dan sosialnya. Alam dan pikiran remaja perlu diketahui. Remaja yang berjiwa muda memiliki sifat menantang, sesuatu yang dianggap kaku dan kolot serta ingin akan kebebasan dapat menimbulkan konflik di dalam diri mereka. Pendekatan keremajaan di dalam membina kesehatan diperlukan. Penyampaian pesan kesehatan dilakukan melalui bahasa remaja dengan memperhatikan aspek sosial budaya setempat. Pemeriksaan kesehatan bagi remaja yang akan menikah dianjurkan. Tujuan dari pemeriksaan tersebut adalah untuk mengetahui secara dini tentang kondisi kesehatan para remaja. Bila ditemukan penyakit atau kelainan di dalam diri remaja, maka tindakan pengobatan dapat segera dilakukan. Bila penyakit atau kelainan tersebut tidak diatasi maka diupayakan agar remaja tersebut berupaya untuk menjaga agar masalahnya tidak bertambah berat atau menular kepada pasangannya. Misalnya remaja yang menderita penyakit jantung, bila hamil secara teratur harus memeriksakan kesehatannya kepada dokter. Remaja yang menderita AIDS harus menjaga pasanganya agar tidak terkena virus HIV. Caranya adalah agar menggunakan kondom saat besrsenggama, bila menikah. Upaya pemeliharaan kesehatan bagi para calon ibu ini dapat dilakukan melalui kelompok atau kumpulan para remaja seperti karang taruna, pramuka, organisaai wanita remaja dan sebagainya. Promosi kesehatan pranikah merupakan suatu proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya yang ditujukan pada masyarakat reproduktip pranikah Bidan juga berperan dalam mencegah perkawinan dini pada pasangan pra nikah yang masih menjadi masalah penting dalam kesehatan reproduksi perempuan di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) mencatat, anak perempuan yang menikah pertama kali pada usia sangat muda, 10-14 tahun, cukup tinggi, jumlahnya 4,8 persen dari jumlah perempuan usia 10-59 tahun. Sedangkan yang menikah dalam rentang usia 16-19 tahun berjumlah 41,9 persen. Dengan demikian, hampir 50 persen perempuan Indonesia menikah pertama kali pada usia di bawah 20 tahun. Provinsi dengan persentase perkawinan dini tertinggi adalah Kalimantan Selatan (9 persen), Jawa Barat (7,5 persen), serta Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah masing-masing 7 persen. Hal ini sangat berhubungan dengan sosial budaya pada daerah tersebut yang mendukung perkawinan dini. Usia perkawinan dini yang cukup tinggi pada perempuan mengindikasikan rentannya posisi perempuan di masyarakat. Koordinator Kartini Network Nursyahbani Katjasungkana menyebut dalam berbagai kesempatan, pernikahan dini menunjukkan posisi perempuan yang lebih lemah secara ekonomi maupun budaya. Secara budaya, perempuan disosialisasikan segera menikah sebagai tujuan hidupnya. Akibatnya, perempuan memiliki pilihan lebih terbatas untuk mengembangkan diri sebagai individu utuh. Selain itu, segera menikahkan anak perempuan artinya keluarga akan mendapat mas kawin yang berharga di masyarakat setempat, seperti hewan ternak. Data Riskesdas memperlihatkan, perkawinan sangat muda (10-14 tahun) banyak terjadi pada perempuan di pedesaan, berpendidikan rendah, berstatus ekonomi termiskin, serta berasal dari kelompok buruh, petani, dan nelayan. Sedangkan bagi perempuan, menikah artinya harus siap hamil pada usia sangat muda. Bila disertai kekurangan energi dan protein, akan menimbulkan masalah kesehatan yang
  • 3. dapat berakibat kematian bagi ibu saat melahirkan dan juga bayinya. Dan resiko hamil muda sangat tinggi. 2.1.2 Perkawinan Pekawinan bukan hanya sekedar hubungan antara suami dan istri. Perkawinan memberikan buah untuk menghasilkan turunan. Bayi yang dilahirkan juga adalah bayi yang sehat dan direncanakan. Kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh bidan sendiri antara lain mempromosikan kesehatan agar peran serta ibu dalam upaya kesehatan ibu, anak dan keluarga meningkat. Pelayanan kesehatan ibu dan anak yang meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, keluarga berencana, kesehatan reproduksi, pemeriksaan bayi, anak balita dan anak prasekolah sehat. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak tersebut diyakini memerlukan pengetahuan aspek sosial budaya dalam penerapannya kemudian melakukan pendekatan-pendekatan untuk melakukan perubahan-perubahan terhadap kebiasaankebiasaan yang tidak mendukung peningkatan kesehatan ibu dan anak. Misalnya pola makan, pacta dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu. Misalnya di Jawa Tengah adanya anggapan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan. Sikap seperti ini akan berakibat buruk bagi ibu hamil karena akan membuat ibu dan anak kurang gizi. 2.2 Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Kehamilan Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (ante natal care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri. Fakta di berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter. Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan ke bidan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini baru diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi. Selain dari kurangnya pengetahuan akan pentingnya perawatan kehamilan, permasalahan-permasalahan pada kehamilan dan persalinan dipengaruhi juga oleh faktor nikah pada usia muda yang masih banyak dijumpai di daerah pedesaan. Disamping itu, dengan masih adanya preferensi terhadap jenis kelamin anak khususnya pada beberapa suku, yang menyebabkan istri mengalami kehamilan yang berturut-turut dalam jangka waktu yang relatif pendek, menyebabkan ibu mempunyai resiko tinggi saat melahirkan. Contohnya di kalangan masyarakat pada suku bangsa nuaulu (Maluku) terdapat suatu tradisi upacara kehamilan yang dianggap sebagai suatu peristiwa biasa, khususnya masa kehamilan seorang perempuan pada bulan pertama hingga bulan kedelapan. Namun pada usia saat kandungan telah mencapai Sembilan bulan, barulah mereka akan mengadakan suatu upacara. Masyarakat nuaulu mempunyai anggapan bahwa pada saat usia kandungan seorang perempuan telah mencapai Sembilan bulan, maka pada diri perempuan yang bersangkutan banyak diliputi oleh pengaruh roh-roh jahat yang dapat menimbulkan berbagai bahaya gaib.
  • 4. Dan tidak hanya dirinya sendiri juga anak yang dikandungannya, melainkan orang lain disekitarnya, khususnya kaum laki-laki. Untuk menghindari pengaruh roh-roh jahat tersebut, si perempuan hamil perlu diasingkan dengan menempatkannya di posuno. Masyarakat nuaulu juga beranggapan bahwa pada kehidupan seorang anak manusia itu baru tercipta atau baru dimulai sejak dalam kandungan yang telah berusia 9 bulan. Jadi dalam hal ini ( masa kehamilan 1-8 bulan ) oleh mereka bukan dianggap merupakan suatu proses dimulainya bentuk kehidupan. Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenamya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan. Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan. Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi. 2.3 Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Kelahiran, Nifas dan Bayi Baru Lahir Berdasarkan survei rumah tangga (SKRT) pada tahun 1986, angka kematian ibu maternal berkisar 450 per 100.000 kelahiran hidup atau lebih dari 20.000 kematian pertahunnya. Angka kematian ibu merupakan salah satu indikator kesehatan ibu yang meliputi ibu dalam masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Angka tersebut dikatakan tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Dari hasil penelitian di 12 rumah sakit, dikatakan bahwa kehamilan merupakan penyebab utama kematian ibu maternal, yaitu sebesar 94,4% dengan penyebabnya, yaitu pendarahan, infeksi, dan toxaemia (*)%). Selain menimbulkan kematian, ada penyebab lain yang dapat menambah resiko terjadinya kematian yaitu Anemia gizi pada ibu hamil, dengan Hb kurang dari 11gr%. Angka kematian balita masih didapatkan sebesar 10,6 per 1000 anak balita. Seperti halnya dengan bayi sekitar 31% penyebab kematian balita adalah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, yaitu infeksi saluran pernafasan, polio, dan lain-lain. Masih tingginya angka kematian ibu dan anak di Indonesia berkaitan erat dengan faktor sosial budaya masyarakat, seperti tingkat pendidikan penduduk, khususnya wanita dewasa yang masih rendah, keadaan sosial ekonomi yang belum memadai, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang masih rendah dan jauhnya lokasi tempat pelayanan kesehatan dari rumah-rumah penduduk kebiasaan-kebiasaan dan adat istiadat dan perilaku masyarakat yang kurang menunjang dan lain sebagainya. Tingkat pendidikan terutama pada wanita dewasa yang masih rendah, mempunyai pengaruh besar terhadap masih tingginya angka kematian bayi. Berdasarkan survei rumah tangganya (SKRT) pada tahun 1985, tingkat buta huruf pada wanita dewasa adalah sebesar 25,7%. Rendahnya tingkat pendidikan dan buta huruf pada wanita menyebabkan ibu-ibu tidak mengetahui tentang perawatan semasa hamil, kelahiran, perawatan bayi dan semasa
  • 5. nifas, tidak mengetahui kapan ia harus datang ke pelayanan kesehatan, kontrol ulang, dan sebagainya. Kebiasaan-kebiasaan adat istiadat dan perilaku masyarakat sering kali merupakan penghalang atau penghambat terciptanya pola hidup sehat di masyarakat. Perilaku, kebiasaan, dan adat istiadat yang merugikan seperti misalnya: Ibu hamil dilarang tidur siang karena takut bayinya besar dan akan sulit melahirkan, Ibu menyusui dilarang makan makanan yang asin, misalnya: ikan asin, telur asin karena bisa membuat ASI jadi asin Ibu habis melahirkan dilarang tidur siang, Bayi berusia 1 minggu sudah boleh diberikan nasi atau pisang agar mekoniumnya cepat keluar, Ibu post partum harus tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk karena takut darah kotor naik ke mata, Ibu yang mengalami kesulitan dalam melahirkan, rambutnya harus diuraikan dan persalinan yang dilakukan di lantai, diharapkan ibu dapat dengan mudah melahirkan. Bayi baru lahir yang sedang tidur harus ditemani dengan benda-benda tajam. Tingkat kepercayaan masyarakat kepada petugas kesehatan, dibeberapa wilayah masih rendah. Mereka masih percaya kepada dukun karena kharismatik dukun tersebut yang sedemikian tinggi, sehingga ia lebih senang berobat dan meminta tolong kepada ibu dukun. Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1992 rnenunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun beranak. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktekpraktek persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan si ibu. Penelitian Iskandar dkk (1996) menunjukkan beberapa tindakan/praktek yang membawa resiko infeksi seperti "ngolesi" (membasahi vagina dengan minyak kelapa untuk memperlancar persalinan), "kodok" (memasukkan tangan ke dalam vagina dan uterus untuk rnengeluarkan placenta) atau "nyanda" (setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandardan kaki diluruskan ke depan selama berjam-jam yang dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan). Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau anjuran masih diberlakukan juga pada masa pasca persalinan. Pantangan ataupun anjuraan ini biasanya berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI; ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi. Secara tradisional, ada praktek-praktek yang dilakukan oleh dukun beranak untuk mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu. Misalnya mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula; memasukkan ramuan-ramuan seperti daun-daunan kedalam vagina dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses persalinan; atau memberi jamu tertentu untuk memperkuat tubuh (Iskandar et al., 1996). Ini adalah sedikit gambaran tentang aspek sosial budaya masyarakat yang berkaitan dengan persalinan dan pasca persalinan, yang tentunya masih banyak terdapat aspek sosial budaya yang mempengaruhi persalinan dan pasca persalinan sesuai dengan keanekaragaman masyarakat di Indonesia. 2.4 Pendekatan Melalui Budaya dan Kegiatan Kebudayaan Kaitannya dengan Peran Seorang Bidan Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya.
  • 6. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4. 5. Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya. Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan diperlukan pendekatan-pendekatan khususnya sosial budaya, untuk itu sebagai tenaga kesehatan khususnya calon bidan agar mengetahui dan mampu melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan peran aktif masyarakat agar masyarakat sadar pentingnya kesehatan. Menurut Departemen Kesehatan RI, fungsi bidan di wilayah kerjanya adalah sebagai berikut: Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah, mengenai persalinan, pelayanan keluarga berencana, dan pengayoman medis kontrasepsi. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan, dengan melakukan penyuluhan kesehatan yang sesuai dengan permasalahan kesehatan setempat. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi. Membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan. Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral, dan lembaga swadaya masyarakat. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan ke fasilitas kesehatan lainnya. Mendeteksi dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian kontrasepsi serta adanya penyakit-penyakit lain dan berusaha mengatasi sesuai dengan kemampuannya. Melihat dari luasnya fungsi bidan tersebut, aspek sosial-budaya perlu diperhatikan oleh bidan. Sesuai kewenangan tugas bidan yang berkaitan dengan aspek sosial-budaya, telah diuraikan dalam peraturan Menteri Kesehatan No. 363/Menkes/Per/IX/1980 yaitu: Mengenai wilayah, struktur kemasyarakatan dan komposisi penduduk, serta sistem pemerintahan desa dengan cara: Menghubungi pamong desa untuk mendapatkan peta desa yang telah ada pembagian wilayah pendukuhan/RK dan pembagian wilayah RT serta mencari keterangan tentang penduduk dari masing-masing RT. Mengenali struktur kemasyarakatan seperti LKMD, PKK, LSM, karang taruna, tokoh masyarakat, kelompok pengajian, kelompok arisan, dan lain-lain. Mempelajari data penduduk yang meliputi: Jenis kelamin Umur Mata pencaharian Pendidikan Agama Mempelajari peta desa Mencatat jumlah KK, PUS, dan penduduk menurut jenis kelamin dan golongan. Agar seluruh tugas dan fungsi bidan dapat dilaksanakan secara efektif, bidan harus mengupayakan hubungan yang efektif dengan masyarakat. Salah satu kunci keberhasilan hubungan yang efektif adalah komunikasi. Kegiatan bidan yang pertama kali harus dilakukan bila datang ke suatu wilayah adalah mempelajari bahasa yang digunakan oleh masyarakat setempat. Kemudian seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut. Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi melalui pendekatan social dan budaya yang akurat. Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang di anugerahi pikiran, perasaan dan kemauan secara naluriah memerlukan prantara budaya untuk
  • 7. menyatakan rasa seninya, baik secara aktif dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif. Dalam kegiatan apresiatif, yaitu mengadakan pendekatan terhadap kesenian atau kebudayaan seolah kita memasuki suatu alam rasa yang kasat mata. Maka itu dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian kita tidak cukup hanya bersimpati terhadap kesenian itu, tetapi lebih dari itu yaitu secara empati. Melalui kegiatan-kegiatan kebudayaan tradisional setempat bidan dapat berperan aktif untuk melakukan promosi kesehatan kepada masyaratkat dengan melakukan penyuluhan kesehatan di sela-sela acara kesenian atau kebudayaan tradisional tersebut. Misalnya: Dengan Kesenian wayang kulit melalui pertunjukan ini diselipkan pesan-pesan kesehatan yang ditampilkan di awal pertunjukan dan pada akhir pertunjukan. BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya. Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya. Seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut. Melalui kegiatan-kegiatan kebudayaan tradisional setempat bidan dapat berperan aktif untuk melakukan promosi kesehatan kepada masyaratkat dengan melakukan penyuluhan kesehatan di sela-sela acara kesenian atau kebudayaan tradisional tersebut. 3.2 Saran Bidan harus selalu menjaga hubungan yang efektif dengan masyarakat dengan selalu mengadakan komunkasi efektif.