2. • Secara normal, makanan & cairan masuk
kedalam mulut, dikunyah (jika padat)
didorong ke faring oleh lidah dan ditelan
dengan adanya refleks otomatis, dari esofagus
kedalam lambung. Pencernaan berawal
dimulut dan berakhir diusus kecil walaupun
cairan akan melanjutkannya sampai
direabsorpsi di kolon.
5. - Sistem pencernaan merupakan saluran
dengan panjang 9 m dari mulut sampai ke
anus
- Saluran pencernaan terdiri dari:
-Mulut
-usus halus
-Pharynx
-usus besar
-Esofagus
-anus
-gaster
5
6. 1. Mulut
Gigi berfungsi untuk menghancurkan
makanan pada awal proses pencernaan.
Mengunyah dengan baik dapat mencegah
terjadinya luka parut pada permukaan saluran
pencernaan. Setelah dikunyah lidah
mendorong gumpalan makanan ke dalam
faring, dimana makanan bergerak ke esofagus
bagian atas dan kemudian kebawah ke dalam
lambung.
7. • Struktur dari oral cavity :
- bibir
- pipi
- palatum durum dan mole
- lidah
• Mulut menerima makanan dan mulai mencerna
secara mekanik partikel2 makanan dan
mencampurnya dengan saliva.
7
8.
9. • Kelenjar ludah
terdiri dari 3 pasang yang mensekresi ± 1 lt saliva
/hari :
1. Kelenjar parotis
2. Kelenjar submandibularis
3. Kelenjar sublingual
• Gigi---> organ untuk mastikasi/ mengunyah
10. 2.PHARYNX :
•
Berbentuk tabung yang membawa makanan dari
mulut ke esophagus dengan proses menelan.
3. ESOPHAGUS :
•
Saluran yang berjalan dari Pharynx sampai ke gaster
Esofagus adalah sebuah tube yang panjang.
Sepertiga bagian atas adalah terdiri dari otot
yang bertulang dan sisanya adalah otot yang
licin. Permukaannya diliputi selaput mukosa yang
mengeluarkan sekret mukoid yang berguna
untuk perlindungan.
10
11. 4. LAMBUNG
• Ukuran dan letak bervariasi
- saat lambung kosong, ukuran sebesar sosis
- kapasitas lambung orang dewasa : 1-1,5 lt
• Lokasi : bagian atas dari rongga abdomen,
di bawah hati dan diafragma.
12. Gumpalan makanan memasuki
lambung, dengan bagian porsi terbesar
dari saluran pencernaan. Pergerakan
makanan melalui lambung dan usus
dimungkinkan dengan adanya
peristaltik, yaitu gerakan konstraksi dan
relaksasi secara bergantian dari otot yang
mendorong substansi makanan dalam
gerakan menyerupai gelombang.
13. Pada saat makanan bergerak ke arah
spingter pylorus pada ujung distal
lambung, gelombang peristaltik
meningkat. Kini gumpalan lembek
makanan telah menjadi substansi yang
disebut chyme. Chyme ini dipompa melalui
spingter pylorus kedalam duodenum. Ratarata waktu yang diperlukan untuk
mengosongkan kembali lambung setelah
makan adalah 2 sampai 6 jam.
14. 5. Usus kecil
Usus kecil (halus) mempunyai tiga
bagian :
o Duodenum, yang berhubungan
langsung dengan lambung
o Jejenum atau bagian tengah dan
o Ileum
15. 6. Usus besar (kolon)
Kolon orang dewasa, panjangnya ± 125
– 150 cm atau 50 –60 inch, terdir dari :
Þ Sekum, yang berhubungan langsung
dengan usus kecil
Þ Kolon, terdiri dari kolon
asenden, transversum, desenden dan
sigmoid.
Þ Rektum, 10 – 15 cm / 4 – 6 inch.
16.
17. Þ Rektum, 10 – 15 cm / 4 – 6 inch.
Fisiologi usus besar yaitu bahwa usus besar tidak
ikut serta dalam pencernaan/absorpsi makanan.
Bila isi usus halus mencapai sekum, maka semua
zat makanan telah diabsorpsi dan sampai isinya
cair (disebut chyme). Selama perjalanan didalam
kolon (16 – 20 jam) isinya menjadi makin padat
karena air diabsorpsi dan sampai di rektum feses
bersifat padat – lunak.
18. Fungsi utama usus besar (kolon) adalah :
Menerima chyme dari lambung dan
mengantarkannya ke arah bagian selanjutnya
untuk mengadakan absorpsi / penyerapan baik
air, nutrien, elektrolit dan garam empedu.
Mengeluarkan mukus yang berfungsi sebagai
protektif sehingga akan melindungi dinding usus
dari aktifitas bakteri dan trauma asam yang
dihasilkan feses.
Sebagai tempat penyimpanan sebelum feses
dibuang.
19. 6. Anus / anal / orifisium eksternal
Panjangnya ± 2,5 – 5 cm atau 1 – 2
inch, mempunyai dua spinkter yaitu
internal (involunter) dan eksternal
(volunter)
20. Fisiologi Defekasi
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan
rektum. Hal ini juga disebut bowel movement.
Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat
bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2
atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga
bervariasi setiap orang. Ketika gelombang
peristaltik mendorong feses kedalam kolon
sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam
rektum dirangsang dan individu menjadi sadar
terhadap kebutuhan untuk defekasi.
21. Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi
yaitu :
1. Refleks defekasi instrinsik
Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan
dinding rektum memberi suatu signal yang menyebar
melalui pleksus mesentrikus untuk memulai
gelombang peristaltik pada kolon desenden, kolon
sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini
menekan feses kearah anus. Begitu gelombang
peristaltik mendekati anus, spingter anal interna
tidak menutup dan bila spingter eksternal tenang
maka feses keluar.
22. 2. Refleks defekasi parasimpatis
Ketika serat saraf dalam rektum
dirangsang, signal diteruskan ke spinal cord
(sakral 2 – 4) dan kemudian kembali ke kolon
desenden, kolon sigmoid dan rektum. Sinyal –
sinyal parasimpatis ini meningkatkan
gelombang peristaltik, melemaskan spingter
anus internal dan meningkatkan refleks
defekasi instrinsik. Spingter anus individu
duduk ditoilet atau bedpan, spingter anus
eksternal tenang dengan sendirinya.
23. Pengeluaran feses dibantu oleh
kontraksi otot-otot perut dan
diaphragma yang akan meningkatkan
tekanan abdominal dan oleh kontraksi
muskulus levator ani pada dasar
panggul yang menggerakkan feses
melalui saluran anus.
24. Defekasi normal dipermudah dengan refleksi
paha yang meningkatkan tekanan di dalam
perut dan posisi duduk yang meningkatkan
tekanan kebawah kearah rektum.
Jika refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi
dihambat secara sengaja dengan
mengkontraksikan muskulus spingter
eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi
secara berulang dapat menghasilkan rektum
meluas untuk menampung kumpulan feses.
25. Susunan feses terdiri dari :
1. Bakteri yang umumnya sudah mati
2. Lepasan epitelium dari usus
3. Sejumlah kecil zat nitrogen terutama
musin (mucus)
4. Garam terutama kalsium fosfat
5. Sedikit zat besi dari selulosa
6. Sisa zat makanan yang tidak dicerna
dan air (100 ml)
26. Faktor-faktor yang mempengaruhi Eliminasi fecal
1. Usia dan perkembangan : mempengaruhi karakter feses, kontrol
2. Diet
3. Pemasukan cairan. Normalnya : 2000 – 3000 ml/hari
4. Aktifitas fisik : Merangsang peristaltik usus, sehingga peristaltik
usus meningkat.
5. Faktor psikologik
6. Kebiasaan
7. Posisi
8. Nyeri
9. Kehamilan : menekan rektum
10.Operasi & anestesi
11. Obat-obatan
12. Test diagnostik : Barium enema dapat menyebabkan konstipasi
13. Kondisi patologis
14. Iritans
27. Masalah eliminasi fecal :
1. Konstipasi
Konstipasi merupakan gejala, bukan
penyakit yaitu menurunnya frekuensi
BAB disertai dengan pengeluaran
feses yang sulit, keras, dan mengejan.
BAB yang keras dapat menyebabkan
nyeri rektum. Kondisi ini terjadi
karena feses berada di intestinal lebih
lama, sehingga banyak air diserap.
28. Penyebabnya :
Kebiasaan BAB tidak teratur, seperti sibuk, bermain, pindah
tempat, dan lain-lain
Diet tidak sempurna/adekuat : kurang serat (daging, telur), tidak
ada gigi, makanan lemak dan cairan kurang
Meningkatnya stress psikologik
Kurang olahraga / aktifitas : berbaring lama.
Obat-obatan : kodein, morfin, anti kolinergik, zat besi.
Penggunaan obat pencahar/laksatif menyebabkan tonus otot
intestinal kurang sehingga refleks BAB hilang.
Usia, peristaltik menurun dan otot-otot elastisitas perut
menurun sehingga menimbulkan konstipasi.
Penyakit-penyakit : Obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan
pada spinal cord dan tumor.
29. 2. Impaction
Impaction merupakan akibat konstipasi yang
tidak teratur, sehingga tumpukan feses yang
keras di rektum tidak bisa dikeluarkan.
Impaction berat, tumpukan feses sampai pada
kolon sigmoid.
Penyebabnya pasien dalam keadaan
lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi
berulang dan pemeriksaan yang dapat
menimbulkan konstipasi.
Tandanya : tidak
BAB, anoreksia, kembung/kram dan nyeri
rektum.
30. 3. Diare
Diare merupakan BAB sering dengan
cairan dan feses yang tidak berbentuk. Isi
intestinal melewati usus halus dan kolon
sangat cepat. Iritasi di dalam kolon
merupakan faktor tambahan yang
menyebabkan meningkatkan sekresi
mukosa. Akibatnya feses menjadi encer
sehingga pasien tidak dapat mengontrol
dan menahan BAB.
31. 4. Inkontinensia fecal
Yaitu suatu keadaan tidak mampu
mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB
encer dan jumlahnya banyak. Umumnya
disertai dengan gangguan fungsi spingter
anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal
cord dan tumor spingter anal eksternal. Pada
situasi tertentu secara mental pasien sadar
akan kebutuhan BAB tapi tidak sadar secara
fisik. Kebutuhan dasar pasien tergantung
pada perawat.
32. 5. Flatulens
Yaitu menumpuknya gas pada lumen
intestinal, dinding usus meregang dan
distended, merasa penuh, nyeri dan kram.
Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa)
atau anus (flatus). Hal-hal yang menyebabkan
peningkatan gas di usus adalah pemecahan
makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas
metan, pembusukan di usus yang
menghasilkan CO2.
Makanan penghasil gas seperti bawang dan
kembang kol.
33. 6. Hemoroid
Yaitu dilatasi pembengkakan vena pada
dinding rektum (bisa internal atau eksternal).
Hal ini terjadi pada defekasi yang
keras, kehamilan, gagal jantung dan penyakit
hati menahun. Perdarahan dapat terjadi
dengan mudah jika dinding pembuluh darah
teregang. Jika terjadi infla-masi dan
pengerasan, maka pasien merasa panas dan
gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh
pasien, karena saat BAB menimbulkan nyeri.
Akibatnya pasien mengalami konstipasi.