1. DOSEN : SAAD ABDUH, S.Kep, M.Kes
TUGAS : KMB II
OLEH :
KELOMPOK XII
SAMNIAH
NURMAYANTI
ROSNA DANI
1
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya hingga penulis dapat merampungkan pembuatan makalah
yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN DENGANSALURAN PERNAFASAN BAWAH
(ABSES PARU)”
Penyusun
mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah
mendukung dan memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini. Penyusun
menyadari bahwa dalam penulisan askep ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan karena faktor batasan pengetahuan penyusun, maka penyusun dengan
senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini ini.
Semoga hasil dari penyusunan makalah ini dapat dimanfaatkan bagi generasi
mendatang, khususnya mahasiswa D-III Akademi Keperawatan Pemerintah
Kabupaten Muna.
Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun makalah mengucapkan banyak
terima kasih.
Raha,
februari 2013
Penyusun
2
3. DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR...................................................................................
DAFTARISI..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang....................................................................................
B. Tujuan................................................................................................
C. Metode...............................................................................................
BABII KONSEP PENYAKIT ABSES PARU
A.Konsep penyakit ..................................................................................
B.konsep Askep ......................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................
B. Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
3
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Organ penting merupakan salah satu organ vital bagi kehidupan manusia.
Khususnya berfungsi pada sistem pernapasan manusia. Bertugas sebagai tempat
pertukaran oksigen yang dibutuhkan manusia dan mengeluarkan karbondioksida
yang merupakan hasil sisa proses pernapasan yang harus dikeluarkan dari tubuh,
sehingga kebutuhan tubuh akan oksigen tetap terpenuhi. Udara sangat penting
bagi manusia, tidak menhirup oksigen selama beberapa menit dapat menyebabkan
kematian. Itulah peranan penting paru-paru. Organ yang terletak di bawah tulang
rusuk ini memang mempunyai tugas yang berat, belum lagi semakin tercemarnya
udara yang kita hirup serta berbagai bibit penyakit yang berkeliaran di udara. Ini
semua dapat menimbulkan berbagai penyakit paru-paru
B. Tujuan
1. Mengetahui tentang definisi dari abses paru
2. Mengetahui Eteologi dari abses paru
3. Mengetahui klasifikasi dari abses paru
4. Mengetahui dampak terhadap berbagai sistem tubuh dari abses paru
5. Mengetahui patofisiologis dan penyimpangan KDM dari abses paru
6. Mengetahui tanda dan gejala dari abses paru
4
5. 7. Mengetahui Prosedur diagnostik dari abses paru
8. Mengetahui menejemen medik dari abses paru
9. Mengetahui Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, dan Evaluasi dengan masalah
pada sistem pernafasan bawah
C. Metode Penulisan
Dalam memperoleh data atau informasi yang digunakan untuk penulisan
makalah ini, penyusun mengambil dari internet yang relevan dan berbagai kajian
pustaka dengan topik penulisan askep ini sebagai dasar untuk mengetahui dan
memperkuat teori yang digunakan.
5
6. BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP PENYAKIT
a. Pengertian
Abses paru adalah suatu kavitas dalam jaringan paru yang berisi material
purulent berisikan sel radang akibat proses nekrotik parenkim paru oleh proses
terinfeksi. Bila diameter kavitas < 2 cm dan jumlahnya banyak (multiple small
abscesses) dinamakan “necrotising pneumonia”.
Abses besar atau abses kecil mempunyai manifestasi klinik berbeda namun
mempunyai predisposisi yang sama dan prinsip diferensial diagnosea sama pula.
Abses timbul karena aspirasi benda terinfeksi, penurunan mekanisme pertahanan
tubuh atau virulensi kuman yang tinggi.
Pada umumnya kasus Abses paru ini berhubungan dengan karies gigi, epilepsi
tak terkontrol, kerusakan paru sebelumnya dan penyalahgunaan alkohol. Pada
negara-negara maju jarang dijumpai kecuali penderita dengan gangguan respons
imun seperti penyalahgunaan obat, penyakit sistemik atau komplikasi dari paska
obstruksi. Pada beberapa studi didapatkan bahwa kuman aerob maupupn anaerob
dari koloni oropharing yang sering menjadi penyebab abses paru.
6
7. b. Etiologi
Pendapat dari Prof. dr. Hood Alsagaff (2006) tentang penyebab abses paru
sesuai dengan urutan frekuensi yang ditemukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya
adalah:
1. Infeksi yang timbul dari saluran nafas (aspirasi)
2. Sebagai penyulit dari beberapa tipe pneumonia tertentu
3. Perluasan abses subdiafragmatika
4. Berasal dari luka traumatik paru
5. Infark paru yang terinfeksi
Pravelensi
tertinggi
berasal
dari
infeksi
saluran
pernafasan,
mikroorganisme penyebab umumnya berupa campuran dari bermacam-macam
kuman yang berasal dari flora mulut, hidung, tenggorokan, termasuk kuman
aerob dan anaerob seperti Streptokok, Basil fusiform, Spirokaeta, Proteus, dan
lain-lain.
Finegold SM dan Fishman JA (1998) mendapatkan bahwa organisme
penyebab abses paru lebih dari 89% adalah kuman anaerob. Asher MI dan
Beadry PH (1990) mendapatkan bahwa pada anak-anak kuman penyebab abses
paru terbanyak adalah stapillococous aureus.
7
8. Kuman penyebab Abses Paru menurut Asher MI dan Beadry PH (1990)
antara lain adalah sebagai berikut:
1. Staphillococcus aereus: Haemophilus influenzae types B, C, F, and
nontypable;
Streptococcus
viridans
pneumoniae;
Alpha-hemolytic
streptococci; Neisseria sp; Mycoplasma pneumoniae
2. Kuman Aerob: Haemophilus aphropilus parainfluenzae; Streptococcus
group B intermedius; Klebsiella penumonia; Escherichia coli, freundii;
Pseudomonas pyocyanea, aeruginosa, denitrificans; Aerobacter aeruginosa
Candida; Rhizopus sp; Aspergillus fumigatus; Nocardia sp; Eikenella
corrodens; Serratia marcescens
3. Sedangkan kuman Anaerob: Peptostreptococcus constellatus intermedius,
saccharolyticu;s Veillonella sp alkalenscenens;
Bacteroidesmelaninogenicus
oralis,
fragilis,
corrodens,
distasonis,
vulgatus ruminicola, asaccharolyticus Fusobacterium necrophorum,
nucleatum Bifidobacterium sp.
c. Klasifikasi
Berdasarkan jenis kelamin, abses paru lebih sering terjadi pada laki-laki
karena sering mengkonsumsi alkohol dan merokok. Abses paru mungkin terjadi
lebih sering pada pasien usia lanjut karena terjadinya penurunan fungsi paru.
8
9. Namun, serangkaian kasus dari pusat perkotaan dengan prevalensi tinggi
alkoholisme melaporkan rata-rata penderita abses baru berusia 41 tahun.
Angka kejadian Abses Paru berdasarkan penelitian Asher et al tahun 1982
adalah 0,7 dari 100.000 penderita yang masuk rumah sakit hampir sama dengan
angka yang dimiliki oleh The Children’s Hospital of eastern ontario Kanada
sebesar 0,67 tiap 100.000 penderita anak-anak yang MRS. Dengan rasio jenis
kelamin laki-laki banding wanita adalah 1,6 : 1.
Angka kematian yang disebabkan oleh Abses paru terjadi penurunan dari 30 –
40 % pada era preantibiotika sampai 15 – 20 % pada era sekarang.
d. Patofisiologi Dan Penyimpangan KDM
a. Patofisiologi
Abses paru terjadi karena bakteri atau kuman yang masuk pada saluran
pernapasan sehingga terjadinya obstruksi dan daya tahan pada saluran
pernapasan terganggu.Bakteri dan kuman mengadakan miltiplikasi sehingga
terjadi peradangan pada bronkus dan menyebar ke parenkim paru
menyebabkan edema trakeal atau faringeal dan terjadi peningkatan produksi
secret (batuk produktif), sesak napas, dan penurunan kemampuan batuk
efektif sehingga timbul masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas.
Selain itu juga peradangan pada bronkus yang menyebar ke parenkim
paru dapat membentuk jaringan granulasi di paru.sehingga pembentukan pus
dan drainase tidak memadai menyebabkan jaringan efektif paru atau
9
10. kerusakan membran alveolar kapiler dan gangguan sesak napas, pengguanaan
otot bantu napas, pola napas tidak efektif sehingga timbul gangguan
pertukaran gas di paru.
Pembentukan pus dan drainase tidak memadai dapat menimbulkan
reaksi sistemis karena bakteri menyebabkan penurunan berat badan sedangkan
laju metabolisme meningkat, anoreksia dan intake nutrisi tidak adekuat
sehingga makin kurus sehingga timbul gangguan ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh.
b. Penyimpangan KDM
Adanya mikrorganisme penyebab infeksi
↓
Masuk ke perenkim paru
↓
inflamasi
↓
Lesi
↓
Lesi membentuk ruang
↓
Abses paru
10
11. e. Tanda Dan Gejala
Gejala klinis yang ada pada abses paru hampir sama dengan gejala pneumonia
pada umumnya yaitu:
1. Panas badan
Dijumpai berkisar 70% - 80% penderita abses paru. Kadang dijumpai dengan
temperatur > 400C.
2. Batuk, pada stadium awal non produktif. Bila terjadi hubungan rongga
abses dengan bronkus batuknya menjadi meningkat dengan bau busuk
yang khas (Foetor ex oroe)
3. Produksi sputum yang meningkat dan Foetor ex oero dijumpai berkisar 40
– 75% penderita abses paru.
4. Nyeri yang dirasakan di dalam dada
5. Batuk darah
6. Gejala tambahan lain seperti lelah, penurunan nafsu makan dan berat
badan.
Pada pemeriksaan dijumpai tanda-tanda proses konsolidasi seperti redup pada
perkusi, suara nafas yang meningkat, sering dijumpai adanya jari tabuh serta
takikardi.
11
12. f. Prosedur Diagnostik
1. Laboratorium
a. Pada pemeriksaan darah rutin. Ditentukan leukositosis, meningkat lebih
dari 12.000/mm3 bahkan pernah dilaporkan peningkatan sampai dengan
32.700/mm3. Laju endap darah ditemukan meningkat > 58 mm / 1 jam.
b. Pemeriksaan sputum dengan pengecatan gram tahan asam dan KOH
merupakan pemeriksaan awal untuk menentukan pemilihan antibiotik
secara tepat.
c. Pemeriksaan kultur bakteri dan test kepekaan antibiotika merupakan cara
terbaik dalam menegakkan diagnosa klinis dan etiologis serta tujuan
therapi.
d. Pemeriksaan AGD menunjukkan penurunan angka tekanan O2 dalam
darah arteri
2. Radiologi
Pada foto thorak terdapat kavitas dengan dinding tebal dengan tanda-tanda
konsolidasi disekelilingnya. Kavitas ini bisa multipel atau tunggal dengan
ukuran f 2 – 20 cm. Gambaran ini sering dijumpai pada paru kanan lebih dari
paru
kiri.
Bila terdapat hubungan dengan bronkus maka didalam kavitas terdapat Air
fluid level. Tetapi bila tidak ada hubungan maka hanya dijumpai tanda-tanda
konsolidasi. Sedangkan gambaran khas CT-Scan abses paru ialah berupa Lesi
12
13. dens bundar dengan kavitas berdinding tebal tidak teratur dan terletak di
daerah jaringan paru yang rusak.
Tampak bronkus dan pembuluh darah paru berakhir secara mendadak pada
dinding abses, tidak tertekan atau berpindah letak. Sisa-sisa pembuluh darah
paru dan bronkhus yang berada dalam abses dapat terlihat dengan CT-Scan,
juga sisa-sisa jaringan paru dapat ditemukan di dalam rongga abses.
Lokalisasi abses paru umumnya 75% berada di lobus bawah paru kanan
bawah.
3. Bronkoskopi
Fungsi Bronkoskopi selain diagnostik juga untuk melakukan therapi drainase
bila kavitas tidak berhubungan dengan bronkus.
g. Menejemen Medik
Penatalaksanaan Abses paru harus berdasarkkan pemeriksaan mikrobiologi
dan data penyakit dasar penderita serta kondisi yang mempengaruhi berat
ringannya infeksi paru. Ada beberapa modalitas terapi yang diberikan pada abses
paru :
1. MedikaMentosa
Pada era sebelum antibiotika tingkat kematian mencapai 33%, pada era
antibiotika maka tingkat kematian dan prognosa abses paru menjadi lebih
13
14. baik. Pilihan pertama antibiotika adalah golongan Penicillin, pada saat ini
dijumpai peningkatan abses paru yang disebabkan oleh kuman anaerobs (lebih
dari 35% kuman gram negatif anaerob).
Maka bisa dipikirkan untuk memilih kombinasi antibiotika antara golongan
penicillin G dengan clindamycin atau dengan Metronidazole, atau kombinasi
clindamycin dan Cefoxitin. Alternatif lain adalah kombinasi Imipenem
dengan ß Lactamase inhibitase pada penderita dengan pneumonia nosokomial
yang berkembang menjadi Abses paru.
Waktu pemberian antibiotika tergantung dari gejala klinis dan respon
radiologis penderita. Penderita diberikan terapi 2-3 minggu setelah bebas
gejala atau adanya resolusi kavitas, jadi diberikan antibiotika minimal 2-3
minggu.
2. Drainage
Drainase postural dan fisiotherapi dada 2-5 kali seminggu selama 15 menit
diperlukan untuk mempercepat proses resolusi Abses paru. Pada penderita
Abses paru yang tidak berhubungan dengan bronkus maka perlu
dipertimbangkan drainase melalui bronkoskopi.
3. Bedah
Reseksi segmen paru yang nekrosis diperlukan bila:
1. Respon yang rendah terhadap therapi antibiotika.
14
15. 2. Abses yang besar sehingga mengganggu proses ventilasi perfusi
3. Infeksi paru yang berulang
4. Adanya gangguan drainase karena obstruksi
15
16. B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata
Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status, suku/bangsa,
diagnosa, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no. medical record, dan
alamat.
Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, alamat, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, dan
hubungan dengan klien.
Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
RSMRS
-
Kaji apakah klien sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat
penyakit yang sama ketika klien masuk rumah sakit.
Keluhan utama : Nyeri
Riwayat keluhan utama
P
: adanya punumpukan cairan nanah dalam dada
Q
: hilang timbul
R
: pada bagian dada
S
: 3 (0-5)
T
: saat beraktifitas
Riwayat kesehatan dahulu
16
17. -
Kaji apakah klien pernah menderita riwayat
penyakit
yang sama
sebelumnya.
-
Kaji apakah klien pernah mengalami riwayat alergi obat-obatan ataupun
makanan
1. aktifitas atau istirahat
Gejala:klien tidak mampu melakukan aktifitas karena badany terasa lemah
Tanda:klien Nampak lemah
2. sirkulasi
Tanda:takikardi.
3. Pernapasan
Gejala:klien mengatakan sulit bernafas dan batuk .
Tanda:
klien Nampak sesak napas
batuk produktif dengan sputum kuning kehijauan dan berbau
amis.
4. integritas ego
Gejala :
klien mengatakan stress pada penyakitnya.
Tanda:
gelisah
5. nyeri atau kenyamanan
17
18. Gejala:
klien mengatakan nyeri pada dadanya.
Tanda:
klien memegang daerah yang nyeri
klien memegang daerah yang nyeri
6. makanan atau cairan
Gejala:
klien mengatakan nafsucmakanya menurun dan mual.
Tanda:
penurunan berat badan.
porsi makan tidak dihabiskan.
7.
Neurosensori
Tanda:
perubahan mental.
8. Keamanan
Gejala:
klien mengatakan demam
Tanda:
peningkatan suhu tubuh
18
19. 9. seksualitas
Gejala:
penurunan minat melakukan hubungan seks
10. hygiene
Gejala:
klien mengatakan tidak mampu melakukan perawatan diri
Tanda:
klien Nampak kusam
11. penyuluhan dan pembelajaran
Gejala:
klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya dan
penangananya
Tanda:
klien kurang mengetahui tentang penyakitnya.
klien Nampak bingung bila ditanya tentang penyakitnya
b. klasifikasi data
Data subjektif
i.
klien mengatakan sulit
bernafas dan batuk
ii.
Klien Nampak memegang dadanya saat nyeri
19
20. iii.
klien mengatakan nyeri pada dadanya
iv.
Klien mengatakan nafsu makanya menurun dan mual
v.
klien mengatakan stress pada penyakitnya
vi.
klienmengatakan kurang mampu melakukan perawatan diri karena badanya
lemah
Data objekti
-
Nampak sesak nafas
-
batuk produktif dengan sputum kuning kehijauan dan bau amis
-
suhu tubuh meningkat
-
nampak meringis
-
penurunan berat badan
-
klien Nampak lemah
-
klien Nampak kusam
-
porsi makan tidak dihabiskan
20
21. b. .Analisa data
Syimptom
Etiologi
DS:klien mengatakan sulit
bernafas dan batuk
Adanya faktor penyebab
(abses paru)
↓
DO:-Nampak sesak nafas
-batuk produktif dengan
sputum
kuningn
kehijauan dan bau amis
problem
Ketidak efektifan
Bersihan jalan
nafas
Inflamasi paru
↓
Adaya edema trakea
(faringel)
↓
Peningkatan produksi
sekret
↓
Ketidak efektifan jalan
nafas
DS:- klien mengatakan nyeri
pada dada
DO:-
Klien
(abses paru)
Nampak
memegang dadanya saat
nyeri
-nampak meringis
Adanya faktor penyebab
Gangguan
rasa
nyaman nyeri
↓
Inflamasi parenkim paru
↓
Adanya abses paru dekat
21
22. - skala : 3 (0-5)
pleura
↓
terjadi pergesekan antara
pleura parietaldan visceral
saat respirasi
↓
impuls diteruskan di
korteks cerebri
↓
nyeri dipersepsikan
DS:-
klien
mengatakan
demam
Adanya faktor penyebab
Hipertermi
(abses paru)
↓
Do:- suhu tubuh meningkat
Adanya infeksi perenkim
paru
↓
Inflamasi perenkim paru
↓
terjadi reaksi tubuh
terhadap infeksi
↓
22
23. Peningkatan suhu tubuh
↓
Gangguan keseimbangan
suhu tubuh (hipertermi)
DS:
-
Klien
mengatakan
nafsu
makanya
menurun dan mual
Faktor penyebab
↓
Adanya sputum yang
Nutrisi
dari
kurang
kebutuhan
tubuh
berbau amis dan rasa
sputum saat batuk
DO:- penurunan berat badan
produktif
↓
-porsi
makan
dihabiskan
tidak
Anoreksia dan mual
↓
Intake tidak adekuat
↓
Nutrisi kurang dari
23
24. kebutuhan tubuh
DS:-klien mengatakan stress
pada penyakitnya
Adanya faktor penyebeb
ansietas
↓
Perubahan status
DO:- gelisah
-perubahan
mental(bingung)
kesehatan
↓
Klien kurang terpapar
informasi tentang
penyakitnya
↓
Kurang pengetahuan
↓
Ansietas
c. Prioritas Masalah
24
25. 1.bersihan jalan nafas tidak efektif
2.gangguan rasa nyaman nyeri
3.hipertermi
4.gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. ansietas
B. Diagnosa keperawatan
1.bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sputum
2.gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya abses paru
3.hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
4.nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
5. ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
25
26. C. intervensi
Dx
1.
Tujuan
Tupan:setelah
diberikan
selama
a.berikan
tikep kepada
7
Tupan:
nafas
angsur
nafas alami
b.
b.berikan minum hangat
cairan
memobilisasi
tikep kanul sesuai resep
2
c.memberikan
dan
bantuan
hari d.kolaborasi dengan tim pernafasan bagi pasien agar
jalan medis dalam pemberian bernafas dengan baik
berangsur- obat
membaik antibiotic,ekspetoran
d.antibiotik
mikroorganisme
-klien
dan
dapat
dengan
dapat
membunuh
dengan criteria:
bernafas
dapat
setelah c.beri o2 dengan nasal mengeluarkan secret
diberikan
bersihan
klien untuk melancarkan bersihan jalan
jalan
nafas efektif
Rasional
petunjuk a.dengan batuk efektifdapat
hari batuk efektif
bersihan
selama
intervensi
penyakit
ekspetoran
mengencerkan dahak
26
27. baik
-.sputum berkurang
2
Tupan:setelah
diberikan
selama
a.ajarkan
5
menghilangkan
nyeri
Tupen:
b.anjurkan
dan
nafas b tehnik relaksasi dan nafas
dalam mengurangi nyeri
tikep
2
hari c.atur
posisi
yang c.posisi
berkurang nyaman pada klien
dengan kriteria
-klien
perhatian
tehnik
setelah dalam
diberikan
dapat
pasien pada nyeri
relaksasi
nyeri
distraksi
tikep distraksi Pada klien
dapat hilang
selama
tehnik a.tehnik
dapat
memberikan
rasa
kenyamanan pada klien
tidak d.kolaborasi
mengeluh nyeri
nyaman
dengan
medis dalam pemberian d.analgesik dapat menekan
27
28. -wajah
klien obat analgesik
pusat nyeri
tenang
3.
Tupan:setelah
diberikan
a.
berikan
kompres a.kompres
tikep mandi hangat
dapat
selama 2 hari suhu
tubuh
obat anti piretik
dengan
dapat
mengurangi demam
setelah
diberikan
selama
membantu
medis dalam pemberian b.antipiretik
Tupen:
hangat
mengurangi demam
kembali b.kolaborasi
normal
mndi
tikep
1
hari
peningkatan
suhu
tubuh
angsur
berangsurmenurun
28
30. Tupan:setelah
diberikan
selama
a.bina hubungan saling a.hubungan saling percaya
tikep percaya antara pasien menurunkan
2
aansietas
hari dan perawat
klien
dapat
teratasi
b.bantu
Tupen:
pasien
untuk b.mengungkapkan perasaan
setelah mengungkap
diberikan
selama
tikep kecemasanya
1
dapat
c.penjelasan
tentang
penjelasan penyakit dan kesembuhan
dengan kriteria
tentang
-klien tidak gelisah
dengan kesembuhanya
tidak
mengurangi
secara kecemasan
hari sportif
ansietas berkurang c.berikan
-klien
kecemasan
penyakitnya dapat
mengurangi
kecemasan
d.berikan
pujian
dapat
bingung dan tidak
memberikan motifasi dan
stres
mengurangi
atau
menghilangkan kecemasan
1. Implementasi dan Evaluasi
30
31. Diagnosa
Implementasi
Evaluasi
a.memberikan petunjuk kepada S : klien mengatakan pola
Bersihan
jalan klien untuk batuk efektif
nafas
nafas tidak efektif hasil :
berhubungan
angsur membaik
-
Klien kooperatif
O
dengan
peningkatan
hasil :
:
b.memberikan minum hangat
sputum
berangsur-
-
saat bernafas
produksi
sputum berkurang
A
Klien merasa lega
tampak
:
masalah
sebagian
teratasi
P : persepsi di lanjutkan
c.memberikan o2 dengan nasal
kanul sesuai resep
hasil :
-
Klien dapat bernafas
secara efektif
d.berkolaborasi
dengan
tim
medis dalam pemberian obat
antibiotic,ekspetoran
hasil :
-
Gliseril guayakolat
31
32. Gangguan
rasa a.mengajarkan tehnik distraksi S : klien mengatakan nyeri
nyaman
nyeri Pada klien
berhubungan
dengan
abses paru
adanya
berkurang saat batuk
hasil :
-
O : klien nampak tenang
Klien kooperatif
b.meng
anjurkan
saat batuk, skala 2 (0-5)
tehnik A
:
masalah
sebagain
relaksasi dan nafas dalam
teratasi
hasil :
P : intervensi dilanjutkan
-
Klien kooperatif
c.mengatur
posisi
yang
nyaman pada klien
hasil :
-
Klien
merasa
nyaman
d.berkolaborasi dengan medis
dalam pemberian obat
analgesic
hasil :
-
Ketorolac
32
33. Hipertermi
a. memberikan kompres mandi S
berhubungan
hangat
-
klien
mengatakan
panasnya sudah menurun
dengan proses hasil :
inflamasi
:
O : suhu tubuh 37 derajad
Klien
merasa A : masalah teratasi
nyaman
P
:
intevensi
di
pertahankan
b.berkolaborasi dengan medis
dalam pemberian obat anti
piretik
hasil :
Nutrisi
dari
tubuh
kurang a.memantau
kebiasaan
diit S :klien mengatakan nafsu
kebutuhan pasien
makanya membaik
hasil :
-
O
:
porsi
makan
di
klien makan secara habiskan
teratur
b.memberikan
A : masalah teratasi
makanan P
:
intervensi
di
berfariasi dan sesuai dengan pertahankan
kesukan klien
hasil :
-
klien nampak makan
33
34. Ansietas
a.membina hubungan saling S : klien mengatakan sudah
berhubungan
percaya antara pasien dan tidak
cemas
lagidengan
dengan kurangnya perawat
penyakinya
pengetahuan
O : klien nampak tenang
hasil :
-
klien
nampak A : masalah teratasi
percaya diri
P
:
intervensi
di
pertahankan
b.membantu
pasien
mengungkap
untuk
kecemasanya
secara sportif
hasil :
-
klien
nampak
terbuka
dengan
penyakitnya
c.memberikan
penjelasan
tentang penyakitnya dengan
kesembuhanya
hasil :
34
35. -
klienkooperativ
BAB III
PENUTUP
B. kesimpulan
Abses paru adalah suatu kavitas dalam jaringan paru yang berisi material
purulent berisikan sel radang akibat proses nekrotik parenkim paru oleh proses
terinfeksi. Bila diameter kavitas < 2 cm dan jumlahnya banyak (multiple small
abscesses) dinamakan “necrotising pneumonia”.
35
36. Pada umumnya kasus Abses paru ini berhubungan dengan karies gigi, epilepsi
tak terkontrol, kerusakan paru sebelumnya dan penyalahgunaan alkohol. Pada
negara-negara maju jarang dijumpai kecuali penderita dengan gangguan respons
imun seperti penyalahgunaan obat, penyakit sistemik atau komplikasi dari paska
obstruksi. Pada beberapa studi didapatkan bahwa kuman aerob maupupn anaerob
dari koloni oropharing yang sering menjadi penyebab abses paru
C. saran
Dalam penulisan askep ini masih kurang dari kesempurnaan karena kurangnya
referensi yang kami dapatkan. Jadi, kritik dan saran yang sifatnya membangun
khususnya dari dosen pembimbing maupun dari rekan-rekan pembaca sangat
kami harapkan untuk kesempurnaan askep ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, Marilynn E; 1999; Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien; Edisi ke-3 Penerbit
buku kedokteran EGC, Jakarta
2. Finegold SM, Fishman JA; 1998; Empyema and lung Abcess; in Fishman’s
Pulmonary Diseases and Disorders 3rded; Philadelphia
36