1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap lembaga, organisasi ataupun kelompok manusia memiliki aturan atau tata
tertib, begitu juga dengan sekolah sebagai lembaga pendidikan. Tata tertib sekolah
diperlukan agar siswa baik secara individu maupun secara kelompok, dapat mengikuti
pelajaran di sekolah dengan baik. Proses pembelajaran di sekolah akan berjalan
dengan baik apabila setiap komponen pendidikan, khususnya siswa mematuhi tata
tertib yang berlaku di sekolah.
Tata tertib siswa merupakan salah satu aspek pendidikan yang penting artinya
dalam usaha membina dan memupuk kedisiplinan siswa. Siswa di katakan disiplin
apabila mereka telah mengikuti tata tertib yang ada. Kedisiplinan siswa akan sangat
bermanfaat bagi perkembangan kemampuan siswa baik kemampuan keilmuan
maupun kemampuan dalam tindakan serta tanggung jawab dalam tindakannya. Hal
ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Soetopo (2001 : 18) yang
mengatakan: “disiplin siswa mempunyai dua macam tujuan yaitu (1) membantu siswa
agar mampu berdiri sendiri dan (2) membantu siswa agar mengatasi, mencegah
timbulnya problem-problem disiplin agar mau berusaha menciptakan situasi yang
2. baik dalam kegiatan belajar mengajar, dimana mereka mentaati segala peraturan yang
2
telah ditetapkan.”
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa disiplin siswa sangat berarti dalam
memberikan bantuan kepada siswa agar senantiasa mentaati segala peraturan yang
ditetapkan di sekolah, sehingga pada gilirannya mereka akan mampu berdiri sendiri.
Salah satu upaya untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif
adalah terciptanya kesadaran siswa mentaati peraturan yang ditetapkan dan berlaku di
sekolah, namun demikian kadang kala sekolah masih mendapat gangguan, hambatan
ataupun tantangan yang bersumber dari luar pendidikan maupun dalam lingkungan
pendidikan dapat berupa manusia, kendaraan, sarana komunikasi yang mengglobal,
budaya suasana politik, gangguan alam dan sebagainya. Gangguan dari dalam berupa
individu-individu tertentu yang bertindak dan berbuat mempengaruhi komponen
pendidikan kearah yang negatif, misalnya salah satu siswa mengajak membolos dapat
mempengaruhi komponen pendidikan yang lain.
Sehubungan dengan kedisiplinan di atas konsep Islam dijelaskan bahwa disiplin
itu sangat penting dalam kehidupan manusia sebagaimana tersebut dalam Al-qur’an.
3.
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan nasehat-menasehati
supaya mentaati kebenaran, nasehat-menasehati supaya menepati kesabaran” (Q.S
3
Al-Ashar/103: 1-3) (Departemen Agama RI, 2006 : 601).
Ayat diatas menerangkan bahwa manusia yang tidak dapat menggunakan waktu
dengan sebaik-baiknya termasuk golongan yang merugi, dengan demikian perlu
untuk menegakkan kedisiplinan.
Demikian juga seharusnya bagi proses pendidikan sebagaimana ditegaskan dalam
Tap MPR Nomor II/1993 bahwa tujuan pendidikan nasional adalah: “Untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri,
maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin (Tap MPR Nomor II/MPR/1993).
Dari pernyataan di atas jelaslah bahwa salah satu tujuan pendidikan nasional
adalah berdisiplin. Disiplin itu berkaitan erat dengan sikap mental dan perilaku
seseorang yang dipengaruhi oleh faktor internal seperti faktor jasmaniah, psikologis
dan kelelahan. Disisi lain prilaku seseorang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
eksternal seperti faktor guru, orang tua dan masyarakat. Dalam proses pendidikan
agar pembelajaran itu berlangsung secara efekif dan efesien salah satu faktor yang
4. menunjang keberhasilan itu adalah dengan adanya sikap disiplin, khususnya
4
kedisiplinan siswa dalam belajar baik di sekolah, di rumah maupun di perpustakaan.
Untuk menegakkan sikap disiplin belajar di sekolah perlu ditunjang oleh
seperangkat aturan atau ketentuan yang mengikat, baik guru maupun siswa. Ketaatan
atau kepatuhan siswa menjalankan tata tertib dalam belajar tidak akan terasa
memberatkan bila dilaksanakan dengan kesadaran akan kepentingan dan manfaatnya,
kemauan dan kesedihannya mematuhi disiplin.
Disiplin itu datang dari dalam diri siswa itu sendiri, akan tetapi dalam keadaan
diri seseorang belum memiliki kesadaran untuk mematuhi tata tertib, yang sering
memberatkan atau tidak mengetahui manfaat dan kegunaannya, maka perlu tindakan
memaksa dari luar atau dari orang yang bertanggung jawab dalam melaksanakan dan
mewujudkan sikap disiplin.
Berdasarkan pengamatan semantara di sekolah SD 09 KEPAHIANG, tingkat
kedisiplinan siswa masih dianggap rendah. Hal ini terbukti jika guru tidak mengajar
di kelas maka siswanya sering kali ribut, terkadang ada beberapa siswa yang tidak
mengerjakan tugas atau PR yang diberikan oleh guru, dan bahkan ada siswa yang
membolos sekolah. Disisi lain kondisi latar belakang siswa beraneka ragam, maka
untuk menjawab pertanyaan tersebut diperlukan suatu penelitian yang cermat
sehingga akan diketahui data yang empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kedisiplinan belajar siswa.
5. Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik menjadikan
penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar dalam
5
bidang studi Pendidikan Agama Islam di SD 09 KEPAHIANG.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis
mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut;
1. Kurangnya minat belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam.
2. Kurangnya kemampuan guru untuk mendisain pembelajaran Agama Islam agar
menjadi lebih menarik perhatian siswa.
3. Kurangnya kesadaran siswa dalam menerapkan nilai Agama Islam dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Kurangnya kemauan siswa dalam beribadah kepada Allah swt sebagai wujud dari
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Dari empat masalah di atas peneliti memfokuskan diri hanya pada masalah
kurangnya minat belajar siswa yang mempengaruhi bagian dari kedisiplinan belajar.
6. 6
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
a. Faktor apakah yang mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa dalam bidang
studi Pendidikan Agama Islam di SD 09 KEPAHIANG?
b. Bagaimana tingkat kedisiplinan belajar siswa dalam Pendidikan Agama Islam
di SD 09 KEPAHIANG?
D. Batasan Masalah
Penelitian ini akan penulis laksanakan di SD 09 KEPAHIANG. Adapun yang
akan menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar, meliputu:
a. Faktor internal yaitu faktor jasmanish, psikologis, dan faktor kelelahan.
b. Faktor eksternal yaitu faktor keluarga, faktor sekolah atau guru dan faktor
lingkungan.
b. Kedisiplinan belajar siswa yaitu:
a. Keaktifan siswa hadir dalam mengikuti pelajaran Agama
b. Ketepatan waktu belajar sesuai dengan jadwal.
c. Keaktifan dan keseriusan siswa dalam belajar
d. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru agama.
7. 7
e. Memelihara ketertiban dan keamanan dalam belajar.
f. Kehadiran di sekolah sesuai dengan jadwal masuk sekolah.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa
dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam di SD 09 KEPAHIANG.
b. Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan belajar siswa dalam Pendidikan
Agama Islam di SD 09 KEPAHIANG.
Manfaat dari penelitian ini adalah:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan yang berguna antara
lain:
1. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam membentuk kedisiplin belajar siswa
dalam Pendidikan Agama Islam di SD 09 KEPAHIANG.
2. Sebagai umpan balik bagi guru dalam menentukan langkah-langkah baru untuk
meningkatkan kedisiplinan belajar siswa dalam bidang studi Pendidikan Agama
Islam di SD 09 KEPAHIANG.
3 .Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD 09 KEPAHIANG.
8. 4. memberikan gambaran suatu hasil pengajaran khususnya Pendidikan Agama
8
Islam di SD 09 KEPAHIANG.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika merupakan isi yang ada didalam penelitian yang akan dilakukan.
Adapun sistematika Skipsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini merupakan landasan teori yang digunakan dalam penyusunan penelitian yang
berkaitan dengan definisi konsep, definisi operasi, indikator, hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang jenis penelitian, populasi dan sampel, variable penelitian,
tehnik pengumpulan data, dan tehnik analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang gambaran umum objek penelitian, penyajian data, analisis data,
pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran.
9. 9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Disiplin
Menurut Suharsimi (2003 :114) “disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan
dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan di mana aturan
tersebut diterapkan oleh orang yang bersangkutan maupun berasal dari luar.
Sedangkan menurut Mulyasa (2009:191) disiplin adalah suatu keadaan tertib, ketika
orang-orang yang tergabung dalam suatu system tunduk pada peraturan-peraturan
yang ada dengan senang hati. Dalam Dictionary of education (1973: 186)
dikemukakan bahwa discipline (school) adalah the maintenance of conditions
conducive to the efficient achievement of the school’s functions.
Berdasarkan definisi tersebut, disiplin sekolah dapat diartikan sebagai keadaan
tertib keadaan tertib, ketika guru, kepala sekolah dan staf, serta peserta didik yang
tergabung dalam sekolah tunduk kepada peraturan yang telah ditetapkan dengan
senag hati.
Atas dasar komitmen (kesepakatan) yang telah dibuat bersama, maka apabila
seseornag atau sekelompk orang melanggar atau berbuat sesuatu diluar komitmen
tersebut berarti dia tidak konsekuen, dengan kata lain dia tidak disiplin. Sebagai
contoh konkret dapat ditemukan disini misalnya sekelompok orang (organisasi) telah
10. menetapkan jam sekolah 07.30 WIB dan pulang pada pukul 12.45 WIB maka jika ada
10
siswa yang tidak mematuhi jam tersebut, berarti dia tidak disiplin waktu.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat penulis simpulkan bahwa kedisiplinan
belajar siswa adalah tingkat kepatuhan seseorang terhadap peraturan-peraturan yang
berlaku didukung oleh guru dan stafnya.
B. Pengartian Disiplin Belajar
Disiplin yang dikaitkan dengan belajar dapat diartikan bahwa disiplin yang
dimaksud adalah disiplin belajar. Berdasarkan definisi disiplin sebelumnya, disiplin
belajar dapat diartikan sebagai pengendalian diri siswa terhadap bentuk-bentuk aturan
baik tertulis maupun tidak tertulis yang telah diterapkan oleh siswa yang
bersangkutan maupun berasal dari luar serta bentuk kesadaran akan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai pelajar.
Kedisiplinan berasal dari kata sifat yaitu disiplin yang diberi imbuan Ke-an.
Menurut Prijadaminto (2004 : 5-6) “Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan
terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai
ketaatan pada Tuhan, Keteraturan, dan ketertiban dalam memperoleh ilmu”.
Menurut Slameto (2010: 67) “Agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin
baik di sekolah, di rumah, dan di perpustakaan”. Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa disiplin belajar adalah pengendalian diri mahasiswa terhadap
11. bentuk-bentuk aturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang telah diterapkan oleh
mahasiswa yang bersangkutan maupun berasal dari luar serta bentuk kesadaran akan
tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelajar, baik disiplin di rumah maupun di
kampus dengan tidak melakukan sesuatu yang dapat merugikan tujuan dari proses
11
belajarnya.
C. Dampak Kedisiplinan Belajar bagi Sekolah
Sekolah merupakan organisasi sebagai wadah kerja sama sekelompok orang
untuk mencapai tujuan (Dipdikbud, 2009:14). Sekolah sebagai organisasi kerjasama
bermakna sekolah merupakan suatu lembaga yang mempunyai dimensi-dimensi
manajerial fungsional dan sosial. Sedangkan sekolah wadah kerjasama bermakna
bahwa “sekolah merupakan tempat dimana proses pendidikan terjadi untuk mencapai
suatu tujuan yaitu membantu siswa untuk mencapai tingkat kedewasaan”.
Sebagai lembaga pendidikan sekolah memiliki tugas dan fungsi edukatif yang
mempunyai dimendi mendidik, mengajar danmelath atau dengan kata lainsekolah
merupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar dan melatih. Oleh karena itu
perluadanya siswa dengan siswa itu sendiri, dengan demikianakan mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan.
Disiplin dan kepatuhan terhadap tatat tertib sekolah, yang dilaksanakan
mempunyai dampak secara langsung pada kualitas dan hasil pelaksnaan belajar
mengajar disekolah.
12. Untuk melaksanakan tata tertib sekolah perlu adanya kesadaran dan kepatuhan
12
setiap siswa. Adapun tata tertib tersebut adalah sebagai berikut:
1. Siswa harus hadir setiap hari sekolah yaitu jam 07.30-12.45
2. Siswa yang tidak hadir harus meminta izin kepada wali kelas dengan
diketahui oleh wali atau orang tua murid.
3. Siswa harus memakai pakaian seragam pada hari-hari yang telah ditentukan.
4. Siswa tidak boleh membawa senjata api dan senjata tajam.
5. Siswa wajib mengikuti pelajaran semuanya setiap hari.
6. Siswa harus menjaga kebersihan, kemananan, kerapian, keindahan dan
kedisiplinan kelas.
7. Bagi siswa yang melanggar tata tertib kelas, siswa akan beri hukuman yang
sesuai dengan kesalahannya.
Dalam pelaksanaan tata tertib berdasarkan uraian diatas faktor guru memegang
peranan penting dan strategis. Guru dalam fungsinya sebagai pendidik, pembimbing,
pengajar dan motivator bagi siswa, pada dasarnya merupakan suatu faktor eksternal.
Seorang guru yang benar-benar memainkan peranannya sebagai motivator belajar
menurut Slameto akan menimbulkan 4 hal dalam proses belajar mengajar di sekolah :
1. Membangkitkan dorongan kepada siswa apa yang dapat dilakukan untuk
belajar.
2. Memberikan kejelasan kepada siswa apa yang dapat dilakukan pada akhir
pelajaran.
13. 3. Memberikan rangsangan kepada siswa untuk berprestasi yang lebih baik di
13
kemudian hari
4. Membentuk kebiasaan belajar yang baik (Slameto, 2010:101).
D. Usaha-Usaha Membentuk Disiplin Belajar Siswa
Untuk membentuk para siswa menjadi siswa-siswi yang berdisiplin yang baik,
tidaklahcukup dengan diberikan tata tertib sekolahsaja akan tetapi perlu adanya usaha
atau cara lain untuk meningkatkan usaha belajar pada siswa tersebut, sehingga usaha
itu membuat siswa sadar akan pentingnya disiplin belajar, khususnya ketika belajar
disekolah. Sebagaimana Ny. Roestiyah N.K. mengelompokkan usaha-usaha lain
tersebut yaitu :
a. Usaha umum artinya dapat dijalankan setiap saat tidak tergantung tempat dan
waktu, sebagai berikut:
1. Contoh pendidik/ tauladan
2. Kebiasaan
3. Pengajaran/ penerangan/ penjelasan
4. Permainan
5. Pekerjaan
6. Pemberian tugas
7. Pengawasan
8. Kontrol terus menerus
14. b. Usaha-usaha yang menyenangkan sebagai tanggapan terhadap prestasi yang
14
baik, seperti:
1. Penghargaan berupa kata-kata pujian
2. Hadiah yaitu berupa benda atau angka-angka
c. Usaha-usaha yang tidak menyenangkan, berupa:
1. Perintah
2. Peringatan/ ancaman
3. Larangan
4. Kecaman
5. Hukuman (Roestiyah, 1989:56).
Untuk memperoleh gambaran yang jelas, berikut ini penulis paparkan usaha-usaha
membentuk disiplin belajar siswa secara umum sebagai berikut:
a. Contoh teladan dari guru
Contoh dari guru sangat dibutuhkan untuk mendorong siswa bersikao
disiplin. Bila para guru selalu mentaati peraturan sekolah kemungkinan besar
para siswa akan mentaati peraturan sekolah tersebut, atau sebaliknya bila guru
tidak disiplin kemungkinan besa tidak akan disiplin. Oleh sebab itu sebelum
guru mendisiplin siswanya maka seharusnya para guru mendisiplinkan dirinya
sendiri. Hal ini sesuai dengan keinginan N.A Amentembun yang
mengungkapkan bahwa “Sebab salah satu kriteria kepemimpinanseseorang
15. guru adalah kemampuannya dalam membina disiplin kelasnya (NA
15
Amentimbun, 1990:96).
b. Kebiasaan
Membiasakan siswa untuk mentaati tata tertib sekolah secara terus
menerusakan menyebabkan parasiswa dengan sendirinya terlatih disiplin
belajar di kelas, sehingga dapat menciptakan suasana belajar di kelas tertib
dan aman karena “disiplin kelas adalah keadaan tertib di mana guru dan murid
tergabung dalam suatu kelas tunduk pada tata tertib yang telah ditetapkan
dengan denang hati”.
c. Pengajaran/ penerangan/ penjelasan
Di sekolah setiap pengajaran mempunyai nilai baik dan nilai praktis
maupun nilai formal.menurut Ny. Roestiyah, N.K nilai aformal dari
pengajaran yaitu :
1. Melatih pengamatan
2. Berfikir kritis
3. Melatih pantasi
4. Melatih ingatan
5. Melatih perasaan
6. Melatih kemauan (Roestiyah, 1989:59).
16. Sehingga latihan yang diperoleh diharapkan siswa dapat membentuk disiplin
16
belajar yang baik serta kepribadian yang mantap.
d. Kontrol
Tertib sekolah tidak dapat berjalan sebagaimana diharapakan tanpa adanya
kontrol yang terus menerus, dengan kontrol dapatdiketahui apakah siswa melanggar
tata tertib sekolah atau tidak, maka apabila ada yang melanggar dapat diberi
peringatan atau teguran bila perlu diberi hukuman.
Adapun tujuan diadakan kontrol terus menerus adalahs sebagai berikut:
1. dapat menjalankan tata tertib yang baik
2. dapat memperbaiki yang kurang baik
3. dapat mengaktifkan atau meningkatkan semangat yang malas.
e. Penghargaan
Penghargaan mempunyai nilai yang positif karena dapat memberikan dorongan
kepada siswa sehingga para siswa mau berbuat sesuatu, akan tetapi perlu diingat
bahwa memberikan hadiah yang berlebihan akan mengakibatkan siswa menjadi
manja.
f. Hukuman
Hukuman adalah tindakan yang paling akhir diambil apabila teguran dan
peringatan belum mampu untuk mencegah anak melakukan pelanggaran-pelanggaran,
17. maka dalam hal ini kita berikan hukuman atau strap kepada siswa. Mengenai
hukuman yang diberikan kepada siswa oleh seseorang guru tersebut yangbersifat
17
pedagogis.
Di samping usaha-usaha tersebut masih banyak usaha-usaha untuk meningkatkan
disiplin belajar siswa sebagimana dijelaskan diatas.
E. Factor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Belajar Siswa
Belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan perilaku baik
pengetahuan, sikap dan tingkah laku kea rah kemajuan. Belajar sebagai proses atau
aktivitas diisyaratkan oleh banyak faktor. Terdapat banyak sekali faktor – faktor yang
mempengaruhi belajar.
Slameto (2010: 54) mengklasifikasikan factor-faktor yang mempengaruhi belajar
menjadi dua yaitu factor intern dan factor ekstern. Factor intern adalah factor yang
ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan factor ekstern adalah factor
yang ada di luar individu. Untuk lebih jelasnya penulis uraikan sebagai berikut:
a) Faktor Internal
Slameto membagi faktor yang dapat dipengaruhi belajar ada tiga macam yaitu
“jasmaniah, psikologis, dan kelelahan”. Faktor jasmaniah antara lainialah kesehatan
fisik atau cacat tubuh. Proses belajar seorang sangat tergantung dengan kesehatannya,
18. dia tidak belajar dengan baik jika kesehatannya terganggu, cepat lelah, mudah pusing,
18
kurang gairah dan lelah daya ingatannya.
Sedangkan faktor psikologis yaitu intelegensi, perhatian, bakat, minat dan motif,
kematangan dan kesiapan. Adapun faktor keelahan dapat dibedakan atas dua macam
yaitu kelelahan jasmani dan rohani, keduanya dapat mempengaruhi belajar.
a. Faktor Eksternal
Faktor eksternal ini adalah faktor yang berasal dari luar yang dapat
mempengaruhi belajar. Faktor ini adalah keluarga, sekolah dan masyarakat.
Faktor keluarga ini antara lain ialah cara dan sikap orang tua terhadap anak, atau
sikap anak terhadap orang tuanya. Hubungan antara keluarga, suasana rumah tangga
dan keadaan ekonomis erta tingkat kesibukan keluarga.
Adapun faktor sekolah meliputi : metode mengajar, kurikulum, hubungan guru
dan siswa, siswa dengan siswa, dan lain sebagainya.
F. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Di dalam UUSPN No. 2/1989 pasal 39 ayat (2) ditegaskan bahwa isi kurikulum
setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat, antara lain Pendidikan
agama. Dan dalam penjelasanya dinyatakan bahwa Pendidikan Agama merupakan
usaha untuk memperkuat iman dan ketakwaan terhadaap Tuhna Yang Maha Esa
19. sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan
memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan
19
antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.
Di dalam GBPP PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa Pendidikan Agama
Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami,
menghayati, dan mengamalkan Agama Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, atau latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama
lain dalam hubunganan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakatun untuk
mewujudkan persatuan nasional (Muhaimin, 2004:75-76).
G. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam
Di dalam GBPP mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kurikulum 1999, tujuan
PAI tersebut lebih dipersingkat lagi yaitu: “agar siswa memahami, menghayati,
meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi manusia muslim yang
beriman, bertakwa, kepada Allah Swt dan berakhlak mulia”. Rumusan tujuan PAI ini
mengandung pengertian bahwa proses Pendidikan Agama Islam yang dilalui dan
dialami oleh siswa di sekolah dimulai dari tahapan kognisi, yaitu pengetahuan dan
pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran
agama Islam, untuk selanjutnya menuju ke tahapan afeksi, yaitu terjadinya proses
internalisasi ajaran dan nilai yang terkandung dalam diri siswa, dalam arti menghayati
dan menyakininya (Muhaimin, 2004:78-79).
20. Fungsi Pendidikan Agama Islam, antara lain untuk membimbing dan
mengarahkan manusia agar mampu mengemban amanah dari Allah Swt, yaitu
menjalankan tugas-tugas hidupnya dimuka bumi baik sebagai abdullah (hamba Allah
yang harus tunduk dan taat atas segala aturan kehendaknya dan mengabdi hanya
kepadanya), maupun sebagai khalifah di bumi yang menyangkut tugas kekhalifahan
terhadap diri sendiri, dalam keluarga/rumah tangga, terhadap masyarakat dan
20
kekhalifahan terhadap alam.
H. Kerangk Berfikir
Disiplin belajar merupakan komponen pokok dalam pencapaian tujuan
pendidikan dan pengajaran terutama bagi seorang siswa yang sedang mengalami
kegiatan belajar. Sedangkan faktor yang mempengaruhi dari belajar siswa sangat
berpengaruh bagi perubahan dalam individu sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar.
Oleh karena itu didalam proses belajar mengajar perlu adanya disiplin belajar yang
tinggi karena tanpa adanya disiplin maka proses belajar mengajar tidak akan tercapai
dengan baik.
Dengan demikian jika seseorang siswa memiliki disiplin belajar yang tinggi
maka siswa selalu termotivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh, sehingga dapat
menghasilkan prestasi belajar yang baik, maka disiplin belajar dirumah erat
hubungannya dengan kedisiplinan belajar disekolahnya seperti digambarkan sebagai
berikut;
21. 21
t
Tingkat kedisiplinan [Y] Faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar
siswa
Siswa [X]
Keterangan;
Y=Tingkat kedisiplinan
X=factor-faktor yang melatarbelakangi belajar siswa
=Pengaruh pelaksanaan agama islam terhdap siswa
I. Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah kesimpulan sementara yang sebenarnya masih
memerlukan pembuktian, Hipotesis bertujuan mengarahkan kesimpulan yang akan
diambil dalam pelaksanaan penelitian, hipotesis yang digunakan terdiri dari dua
macam yaitu Hipotesis –Nol (Ho), maksudnya adalah hipotesis yang mengarah pada
kesimpulan yang sebanding antara variabel yang digunakan dan hipotesis alternatif
22. (Ha) yang mengarah pada kesimpulan yang berbanding terbalik antara variabel yang
22
digunakan.
Dalam penelitian ini Hipotesisnya sebagai berikut :
Ho : Adanya pengaruh antara tingkat kedisiplinan terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam bidang Pendidikan Agama Islam pada siswa SD 09
KEPAHIANG
Ha : Tidak ada pengaruh yang signitifikan antara tingkat kedisplinan dan faktor-faktor
yang mempengaruhi dalam bidang Pendidikan Agama Islam pada
siswa SD 09 KEPAHIANG.
23. 23
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisis deskriptif dan
korelasional. Metode kuantitatif adalah metode yang dilakukan untuk mengumpulkan
data yang bersifat kuantitatif, seperti angket, kuestionaire tertutup, dan interview
terstruktur.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain.
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek
atau obyek (Sugiono, 2009: 17).
Populasi dalam penelitan ini adalah seluruh siswa SD 09 KEPAHIANG, yang
terdiri dari kelas I, II, dan III.
24. 24
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar, dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambildari populasi itu.
Untuk menentukan sampel diambil 20% dari jumlah populasi. Menurut Winarno
Surakhmad yang menyatakan bahwa untuk populasi 100 hingga 1000 dapat diambil
15% hingga 50% dari populasinya (Winarso Surahmad, 1982 :100).
Dengan dasar inilah penulis ambil sampel sebanyak 20% yang dianggap
mewakili populasi, penulis mengambil dari kelas I, II dan III secara random.
C. Definisi Operasional Variabel
Suatu pengertian yang menjelaskan tentang variable (factor tidak tetap) yakni
objek yang sedang diteliti dalam bentuk yang nyata dan spesifik, “Devinisi
operasional merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur.
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar (variabel X) di ukur
melalui angket :
1. Faktor interen yaitu : faktor jasmaniah, psikologis dan kelelahan.
25. 25
2. Faktor eksternal yaitu: faktor keluarga, guru dan lingkungan.
b. Kedisiplinan belajar siswa(Variabel Y) di ukur melalui angket, observasi,
wawancara dan documentasi:
Indikator-indikatornya:
1. Keaktipan siswa hadir dalam mengikuti pelajaran pendidikan Agama
Islam.
2. Kedisiplinan waktu belajar.
3. Keaktifan dan keseriusan siswa dalam belajar.
4. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru agama.
5. Memelihara kemananan dan ketertiban.
6. Tidak pernah bolos
D. Uji Validitas dan Reliabilitas
Sehubungan dengan alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
angket, maka sebelum angket disebarkan terlebih dahulu diuji coba untuk mengetahui
apakah angket yang digunakan sudah memenuhi syarat atau belum. Untuk itu
diperlukan uji validitas dan reliabilitas.
a. Uji validitas
Menurut scarvia B. Anderson dikutip oleh Suharsimi, mengatakan “ bahwa
sebuah tes dikatakan valid apabila tersebut mengukur apa yang di ukur.” .
26. Untuk menganalisa tingkat validitas item angket yang digunakan dalam
penelitian ini penulis menggunakan analisa statistic dengan teknis korelasi product
26
moment dengan rumus program SPSS versi 16:
r x y =
Keterangan :
r x y = Angkat indeks korelasi product moment “r”.
xy = jumlah hasil perkalian antaraskor x dan skor y.
x2 = jumlah seluruh x2
y2 = jumlah seluruh y2
(Sugiono, statistic untuk penelitian, Bandung : Alfabeta,2004)
b. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas angket ini menggunakan internal consistency dilakukan
dengan cara mencoba instrument cukup sekali saja, kemudian hasil analisis dapat
digunakan untuk memprediksi reliabilitas intrumen pengujian reliabilitas instrument
dilakukan dengan rumus korelasi teknik belah dua dari Spearmen Brown.
27. 27
Rumus Spermen Brown ;
r1 1 =
Keterangan :
r1 1 = Reliabilitas internal seluruh instrument
rb = korelasi product moment antara belajan pertama dan belahan kedua.
E. Tenik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapat data yang
memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiono,2007:308).
Tenik pengumpulan data yang peneliti gunakan antara lain: angket, observasi,
wawancara, documentasi. Angket digunakan untuk mengumpulkan data pada variable
X berupa factor internal dan factor eksternal yang mempengaruhi kedisiplinan belajar
siswa.
a. Angket
Angket atau kuesioner pada penelitian ini tunjukkan kepada siswa
kelas I, II dan III SD 09 KEPAHIANG, pada penelitian ini angket disusun
28. dalam bentuk angket tertutup yang disusun dengan skala Likert yaitu
responden tidak diberikan kesempatan menjawab diluar jawaban yang ada
diangket dan masing-masing item mempunyai skor yang berbeda sebagai
28
berikut :
Sugiono (2009: 135).
a. Jawaban A = sangat setuju
b. Jawaban B = setuju
c. Jawaban C = Netral
d. Jawaban D = tidak setuju
e. Jawaban E = sangat tidak setuju
Lay Out Angket
Tabel 3
Nilai
Kedisiplinan
belajar siswa
(variabel Y )
Kedisiplian
belajar
siswa
1. Keaktifan siswa hadir
2. Kedisiplinan waktu belajar
3. Keaktifan dan keseeriusan
siswa dalam belajar
1
2
4
29. 29
4. Melaksanakan tugas yang
diberikan guru agama
5. Melaksanakan keamanan dan
ketertiban
6. Tidak pernah bolos
9
13
14
Faktor-faktor
yang
mempengarhi
kedisiplinan
belajar (variabel
X)
Faktor-faktor
yang
mempengar
uhi
kedispilinan
belajar
siswa
1. Faktor intern : Jasmani,
psikologis, kelelahan
2. Faktor eksternal : faktor
keluarga, guru, lingkunngan
1-3
1-4
Angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kedisiplinan yang ditujukan kepada siswa sebagai sampel penelitian.
30. 30
b. Observasi
Sutrisno Hadi (1986) yang dikutip oleh Sugiono (2009:203)
menyatakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu
proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua
diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data tentang prilaku manusia,
proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu
besar.
c. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah mendasarkan diri pada laporan
tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan
dan keyakinan pribadi.
Wawancara dilakukan kepada guru dan siswa, kepada guru di
tanyakan tentang pelaksanakan tugas yang diberikan oleh guru agama,
memelihara keamanan dan ketertiban, dan tentang tidak pernah bolosnya
siswa.
31. 31
d. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mengambil data tentang nilai raport mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan mencakup analisis deskriptif terhadap dua
variable diatas. Setelah data disajikan dalam bentuk tabel maka data di
interprestasikan dengan analisa pemahaman, untuk mengukur frekuensi jawaban
responden, penulis menggunakan rumus prosentase yaitu :
100%
f
P
N
Keterangan :
P = Angka Prosentase
f = Frekuensi yang di cari
iN = Number of casses (jumlah frekuensi) (Anas Sudijono, 2010 :40).
Untuk mengetahui tingkat penguasaan data angket dianalisis secara kuantitatif
dengan persentase. Penetapan patokan tingkat kedisiplinan belajar bidang Pendidikan
Agama Islam dengan perhitungan persentase seperti tampak dalam table di bawah ini
:
32. 32
Interval persentase
tingkat kedisiplinan
Nilai ubah skala lima Keterangan
0 – 4 E – A
85 % - 100 % 4 A Baik sekali
75 % - 84 % 3 B Biak
60 % - 74 % 2 C Cukup
40 % - 54 % 1 D Kurang
0 % - 39 % 0 E Gagal
( Purwanto, 1992: 103 )
Selanjutnya dilakukan analisis korelasional pada data variable (X dan Y) di atas
dengan korelasi product moment. Rumus korelasi yang digunakan adalah dengan
menggunakan program SPSS versi 16.