1. 1
PROSES TERJADINYA GUNUNG WARNA-WARNI
Oleh: Muhammad Hendra, S.Pd
Guru SMK Negeri 2 Langsa
Kalau kita pelajari apa sebenarnya warna-warni itu maka kita
menemukan bahwa yang kita lihat itu bukanlah warna dalam arti
sesungguhnya, itu hanyalah perbedaan panjang gelombang atau perbedaan
frekuensi, misalnya warna biru memiliki panjang gelombang sekitar 4.500
angstrom atau 45 per sejuta centimeter. Maka kita tidak akan mampu melihat
gelombang tersebut dan juga tidak akan sanggup merasakan getaran
tersebut sebagai getaran. Sewaktu gelombang cahaya sampai ke mata kita,
sel-sel syaraf diselaput mata terangsang oleh bermacam getaran ini dengan
cara yang berlainan, sesuai gataran yang masuk. Lalu otak kita atau lebih
tepatnya pusat syaraf mata kita menterjemahkan berita dari syaraf ini dalam
bentuk tanggapan-tanggapan yang lalu kita sebut dengan warna.
Bagaimana dengan pegunungan yang selalu kita lihat berwarna
hijau? Sama saja pada hakikatnya. Gunung-gunung tersebut tidak memiliki
warna. Proses yang terjadi, dedaunan tumbuh-tumbuhan menyerap semua
panjang gelombang cahaya matahari, kecuali yang mempunyai panjang
gelombang tertentu (sekitar 5.000-an Angstrom). Cahaya matahari yang
mempunyai panjang gelombang sebesar itu lah yang kemudian dipantulkan
ke mata kita. Lalu mempengaruhi sel-sel mata kita, dan otak kita pun
bekerja. Lalu kita dapat menyebutnya dengan warna hijau, sesuai
kesepakatan kita bersama.
2. 2
WARNA biru yang terjadi pada alam
semesta dipicu karena matahari
memancarkan cahayanya ke atmosfer
bumi yang dominan menghamburkan
warna biru. Wajar jika kita sering
menyaksikan pemandangan laut dan
gunung berwarna biru pada siang hari.
Udara yang cukup tebal juga bisa
menjadi faktor warna gunung menjadi biru. Apalagi jika kita berdiri dari
kejauhan, udara tebal itu berada persis di antara gunung dan posisi kita
berdiri. (Sumber http://www.mediaindonesia.com/webtorial/pojokfisika/?ar_id
=Njc5OA)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
…ٌدُوس ُيبِابَرَغ َو اَهُنا َوْلَأ ٌفِلَت ُّْخم ٌُمْرح َو ٌيضِب ٌدَدُج ِالَبِجْال َِنم َو{72}
”….Dan diantara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang
beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. (QS. 35:27).”
(QS. Fathir: 27)
Ilmuwan geologi menetapkan bahwa perbedaan warna gunung
disebabkan oleh perbedaan materi yang menyusun bebatuannya. Maka,
gunung yang terdiri dari besi warnanya menjadi merah pekat, gunung yang
terdiri dari mangan warnanya menjadi hitam, dan gunung yang terdiri dari
logam warnanya menjadi kuning dan sebagainya.
Bukan itu saja, tapi juga disebabkan oleh apa yang disebut
dengan peleburan yang menembus beberapa tempat dan kedalaman yang
berbeda di atas permukaan bumi. Maka, proses ini akhirnya menghasilkan
materi dan warna gunung yang berbeda. Inilah pengetahuan yangtelah
ditetapkan berdasarkan pembahasan ilmuwan geologo akhir-akhir ini.
(sumber http://www.alsofwa.com/13139/217-mujizat-keajaiban-pada-
perbedaan-warna-gunung. html)
Kita melihat warna biru langit rendah cahaya ketika kita jauh dari
gunung, dan yang membuat gunung tampak biru. Dengan rendah cahaya
3. 3
langit, yang menutupi lapisan udara antara kita dan gunung. Semakin jauh
kita dari kaki gunung, maka warna biru cerah itu muncul.
Secara umum, Langit terlihat berwarna biru karena molekul udara
kecil oksigen dan nitrogen, molekul air, dan debu berinteraksi dengan
cahaya. Ukuran kecil dari partikel-partikel ini berarti bahwa cahaya frekuensi
tinggi (seperti, biru) jauh lebih mungkin untuk berinteraksi dari cahaya
frekuensi rendah (seperti merah).Interaksi menyebarkan cahaya biru ke
segala arah. Akibatnya, kita lebih cenderung melihat cahaya biru dibanding
warna lain. Jadi, langit terlihat biru.
Pegunungan gelap jauh mencerminkan sedikit cahaya ke mata
kita. Mata kita menerima cahaya lebih banyak dari sinar matahari
dihamburkan oleh molekul kecil antara kita dan gunung. Bahwa sinar
matahari yang tersebar adalah biru. Jadi, itu bukan hamburan cahaya yang
dipantulkan dari gunung yang membuat gunung tampak biru, melainkan
hamburan cahaya antara kita dan gunung.
(sumber http://nuell-auparay.blogspot.com/2012/04/mengapa-gunung-dari-
kejauhuan-berwarna.html)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan
binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan
jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-
hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun.
Quraish Shihab menterjemahkan ayat diatas sebagai berikut :
Demikian pula di antara manusia, binatang melata, unta, sapi
dan domba terdapat bermacam-macam bentuk, ukuran dan warnanya
pula. Hanya para ilmuwan yang mengetahui rahasia penciptaanlah yang
4. 4
dapat mencermati hasil ciptaan yang mengagumkan ini dan membuat
mereka tunduk kepada Sang Pencipta. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa
yang ditakuti orang-orang Mukmin, Maha Pengampun segala dosa siapa
pun yang berserah diri kepada-Nya. (1).
(1) Setelah memaparkan bahwa berbagai jenis buah-buahan
dan perbedaan warna pegunungan itu berasal dari suatu unsur yang
sama--yakni, buah-buahan berasal dari air dan gunung-gunung berasal
dari magma, ayat ini pun menyitir bahwa perbedaan bentuk dan warna
yang ada pada manusia, binatang-binatang melata dan hewan-hewan
ternak tidak tampak dari sperma-sperma yang menjadi cikal bakalnya.
Bahkan sekiranya kita menggunakan alat pembesar sekali pun, sperma-
sperma tersebut tampak tidak berbeda. Di sinilah sebenarnya letak rahasia
dan misteri gen dan plasma. Ayat ini pun mengisyaratkan bahwa faktor
genetislah yang menjadikan tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia tetap
memiliki ciri khasnya dan tidak berubah hanya disebabkan oleh habitat dan
makanannya. Maka sungguh benar jika ayat ini menyatakan bahwa para
ilmuwan yang menetahui rahasia-rahasia penciptaan sebagai sekelompok
manusia yang paling takut kepada Allah.
(sumber https ://docs.google.com/ document/d/
1PqqcHqw1aJIUXvXV0xGuUOYlUSNoV3hc8eh5CsAH36c / edit?pli=1)