Wolff-Parkinson-White syndrome (WPW) adalah gangguan sistem konduksi jantung yang disebabkan oleh adanya jalur listrik tambahan antara atrium dan ventrikel, menyebabkan aktivasi ventrikel lebih awal dari yang seharusnya. WPW dapat menyebabkan takikardia dan diagnosa didasarkan pada pemeriksaan EKG.
1. 1. BADRIN ISHAQ
2. MARETHA FITRIANA
3. MICHAEL EKA
4. RINA SEPTIANI
5. SHOFWATUL ANAM
2. Wolff-Parkinson-White syndrome (WPW) adalah
salah satu gangguan beberapa sistem konduksi dari
jantung.
Wolff-Parkinson-White sindrom adalah suatu kondisi
yang menyebabkan Takikardia dari jantung
(detak jantung cepat). Ada jalur listrik yang abnormal di
dalam jantung yang merupakan penyebab dari kondisi
ini.
3. WPW
WPW disebabkan oleh adanya abnormal jalur konduksi
listrik aksesori antara atrium dan ventrikel . Sinyal listrik
yang merambat ini jalur normal (dikenal sebagai Bundle
of Kent) dapat merangsang ventrikel berkontraksi
sebelum waktunya,
Pada Sindrom Wolff-Parkinson-White (WPW) atau
Sindrome pre-eksitas, aktivasi ventrikel oleh impuls dari
atrium yang muncul lebih awal dari yang diharapkan
melalui jalur konduksi atrioventrikuler normal. Impuls
tersebut dihantarkan melalui Accessory Pathway atau
disebut jalur pintas (bypass) terhadap nodus AV.
4. ACCESSORY PATHWAY
AP (Accessory Pathway) merupakan sebuah
jaringan yang memungkinkan atrium dan ventrikel
memiliki hubungan selain melalui AV node.
Karena AP tidak memiliki decremental properties
(sifat memperlambat rambatan konduksi), AP
sering disebut dengan jalurcepat/bypass.
5. LOKASI AP
AP bisa terdapat dimana saja sepanjang annulus
atrioventrukuler.
Letak AP terbagi atas 3 bagian :
1. Bagian kiri : Bagian kiri terbagi lagi menjadi anterolateral
kiri, lateral kiri dan posterior kiri
2. Bagian kanan: Bagian kanan terbagi menjadi; anterior
kanan, posterior kanan, lateral kanan.
3. Bagian Septum : Jarak pada septum dibagi menjadi:
anteroseptum dan posteroseptum yang bisa disebelah
kiri atau kanan lalu terakhir jarak septum tengah.
6. Sindrom WPW merupakan bawaan sejak lahir di
alam, yang berarti bahwa itu hadir sejak lahir,
namun efek dari denyut jantung yang cepat
mungkin tidak muncul sampai seseorang berada
dalam usia remaja atau awal 20 thn.
7. EKG PADA WPW
Irama : Teratur
HR : 60 – 100 x/menit
Gel P : Normal
PR Interval : Kurang dari 20 s
QRS Complex : lebih dari 0,12 s dan terdapat
gelombang delta pada kompleks QRS
8. Gambar preexcitation dari EKG dengan jalur aksesori nyata yang
mengarah pertemuan pola EKG WPW. Seperti yang terlihat di
sini, konduksi listrik dari atrium ke ventrikel dapat terjadi
melalui nodal AV (yang normal) dan jalur tambahan secara
bersamaan. Ini mengarah pada penciptaan gelombang delta,
terlihat di EKG dan ditandai dengan anak panah.
9. GEJALA WPW
Biasanya pada pasien WPW dapat menyebabkan kejadian
dadakan dari kecepatan jantung yang tinggi dengan palpitasi
Nyeri dada yang khas mulai terjadi secara mendadak sering kali
sewaktu olahraga, hal ini terjadi hanya beberapa detik atau
bertahan hingga beberapa jam
Detak jantung yang cepat dapat menyebabkan pingsan atau gagal
jantung
Serangan ini mulai dan berakhir tiba-tiba (paroksismal)
Terkadang tidak timbul gejala
Sesak napas
10. Individu dengan Wolff-Parkinson-White
syndromes juga harus menghindari kafein,
alkohol dan produk tembakau, karena zat ini
akan memberikan kontribusi bagi detak
jantung lebih cepat.
11. WOLFF-PARKINSON-WHITE
SYNDROME DAPAT DIDIAGNOSIS
DENGAN TES BERIKUT:
Kontinyu rawat EKG pemantauan (seperti dengan
monitor Holter)
EKG (elektrokardiogram)
Sebuah tes disebut studi elektrofisiologi (EPS)
dilakukan dengan menggunakan kateter yang
berulir ke jantung dari infus ditempatkan di
femoral. Ini dapat membantu mengidentifikasi
lokasi dari jalur listrik tambahan.
12. PROGNOSIS
Kateter ablasi menyembuhkan gangguan ini
pada kebanyakan pasien. Tingkat
keberhasilan untuk prosedur ini berkisar
antara 85 dan 95%. Tingkat keberhasilan
akan bervariasi tergantung pada lokasi dan
jumlah jalur ekstra.
13. KOMPLIKASI
1. Komplikasi dari operasi
2. Gagal Jantung
3. Efek samping dari obat-obatan
4. Dengan pasien yang terkena Atrial fibrilasi
apabila terdapat AP maka dapat menyebabkan
VF, sehingga dapat menimbulkan kematian dan
membutuhkan kardioversi.
14. Data pasien:
NAMA : NY. IDA FARIDA
MR : 2013 – 34 – 32 - 93
TTL : 09 – 12 - 1970
UMUR : 43 THN
GENDER : WANITA
DIAGNOSA : WPW
15. Ruang Rawat : GP II Lt. 4
Tanggal Tindakan : 26 Februari 2013
Diagnosa : WPW
Prosedur : Proablasi
Rencana : EPSL + ABLASI
DR. Pengirim : DR. Dicky. A Hanafi
16. DATA DASAR MEDIS ( LABOLATORIUM )
Keluhan Utama : Berdebar – debar
Riwayat Penyakit : Pasien mengeluh berdebar – debar sejak
1 minggu ini, memberat dalam 1 hari terakhir.
Disertai nyeri dada dan panas didada, lokasi
pindah – pindah, dada terasa penuh tidak
tembus punggung, punggung tidak menjalar.
Kemudian berobat di RS Budi Mulya
disarankan ke RJNHK. 6 bulan yang lalu
pernah nyeri dada namun hilang sendiri dan
pasien juga mengeluh demam. Pasien baru ke
PJNHK belum pernah berobat jantung
sebelumnya.
18. Foto Rotgen : CTR 50 % , Sag Ao dilatasi , PO normal,
Kaoyorks (-), Iorfilrat (-).
Laboratorium : HB 13,4 Ier 17 Gds 11,6 Ca 2,29
Ieu 9570 Bleu 8 Na 138 Ce 102
Ket 39 Cr 0,87 U 2,6 Ng 2,2
Diagnosis : - Obs palpitasi
- WPW syndrome type B
- Hipertensi II
- HHD
Terapi : Hipokalemia
19. ECHOKARDOIGRAFI
Fungsi sistoloki LV normal, EF 66 %
Global normokinetik
Disfungsi diastolik, gangguan relaksasi
Katup –katup normal
Kontraktilitas RV baik
20. PELETAKAN KATETER
RVA di RV arah apex menggunakan 6 F melalui
Femoralis, menggunakan kateter Quadripolar
HIS di AV node ( Tricuspid annulus bagian superior),
dapat dilihat antara atrial dan venntrikel (septum)
menggunakan 7 F melalui Femoralis, menggunakan
kateter Quadripolar
HRA di Dinding Atrium kanan menggunakan 6 F melalui
Femoralis, menggunakan kateter Quadripolar
CORONARIUS SINUS di ujung distal kateter untuk
descending SC, untuk menentukan letak AP
menggunakan 6 F melalui Jugularis, menggunakan kateter
Dekapolar
23. PERSIAPAN ALAT DAN PASIEN
Persiapan pasien Persiapan alat
Inform Consent Mesin Flouroscopy
EP Monitor & komputer system
Puasa 6 jam sebelum tindakan Stimulator & Amplifer
Obat- obatan anti Arrhytmia Junction Box
sudah dihentikan sebelum Catheter
tindakan sesuai aturan
Pasang folley kateter Peralatan tambahan :
Dinamap & Oximetri
IV access External defibrilator
Cukur daerah inguinalis, TPM & Peralatn CPR/ Trolley
jugularis dan subclavia Emergency
Sryringe Pump
Instrumen steril
25. Gambar di atas merupakan gambaran ketika ventrikel dengan menggunakan incremental
pacing dengan stimulus 450 ms dan terjadi konduksi retrograde yaitu di pacing di ventrikel
dengan diikuti gelombang A dan gambarannya capture dengan ciri gelombang QRS di
ECG lebar (berdepolarisasi), dan irama pacing sama dengan irama di ECG.
26. Pada incremental pacing, saat pacing di ventrikel dengan
WP measurement
stimulus 240 ms, gel. V diikuti dengan gel A (retrograde),
(Retrograde) pada tetapi ketika pacing dengan stimulus 230 ms, gel V sudah
pacing Ventrikel tidak diikuti dengan gel A dan ini disebut Winckebach point.
27. Metode Pacing dengan decremental pacing, S1 450 ms dan S2 210 ms
(gambar kiri) dan gambar kanan S1 450 ms dan S2 200 ms. Pada keadaan
V ERP diatas dapat dikatakan V ERP karena ketika di beri stimulus S1 450 ms S2
210 ms ventrikel masih capture dan masih diikuti dgn gel. A, tetapi pada
stimulus S1 450 ms S2 200 gel. V tidak diikuti depolarisasi QRS yang lebar (no
capture) tdk diikuti gel .A
28. Secara Antegrade pacing di atrium dimulai dengan stimulus
WP measurement
270 ms, disaat pada stimulus 250 ms, 240 ms, 230 ms sudah
(Antegrade) pada
terdapat blok karena ada spike dan sudah tidak
pacing Atrium
terdepolarisasi.
29. Metode Pacing dengan decremental pacing pada
pacing Atrial S1 450 dan S2 210 (gambar kiri) dan
gambar kanan S1 450 dan S2 250. Pada keadaan
A ERP diatas dapat dikatakan A ERP karena ketika di beri
stimulus S1 450 ms S2 210 ms Atrial masih
capture dan masih diikuti dgn gel. V, tetapi pada
stimulus S1 450 ms da S2 250 gel. A tidak diikuti
depolarisasi Atrial (no capture).
30. Dari gambar diatas, terlihat bahwa atrium di
MENGHITUNG
SNRT
pacing 450 ms kemudian kita hitung dari
irama akhir pacing sampai timbul irama
intrinsiknya. Yaitu 651 ms. Dengan nilai
normal < 1500 ms.
31. MENGHITUNG Dari gambar diatas, terlihat bahwa atrium di
SNRT pacing 350 ms kemudian kita hitung dari
irama akhir pacing sampai timbul irama
intrinsiknya. Yaitu 663 ms. Dengan nilai
normal < 1500 ms.
32. Metode decremental pacing dengan S1 450 ms dan
S2 250 ms tercetus takhiaritmia yaitu SVT dengan
ciri ( pada awalnya dengan pacing di atrial diikuti
ventrikel, namun setelah pacing terjadi reentry
potensial di HIS (gelombang HIS terlebih dahulu
muncul lalu V lalu A).
33. Dengan metode Burst pacing yang digunakan
untuk memicu tachyarrhytmia ataupun
menghentikan tachyarrhytmia /overdrive pacing
dengan pacing di ventrikel dengan stimulus 270 ms
maka SVT diberhentikan.
34.
35. DARI GAMBARAN DI ATAS DI DAPAT
BASIC INTERVALNYA SEBAGAI BERIKUT:
A-H Interval : 72 ms (60-125 ms)
H-V Interval : 42 ms (35-55 ms)
P-R Interval : 145 ms (120-200 ms)
QRS : 65 ms (60-120 ms)
QT Interval : 302 ms ( 320-420 ms)
R-R Interval : 542 ms
QTc : 410 ms
36. NORMAL BASIC INTERVAL
A-H Interval : 60-125 ms
H-V Interval : 35-55 ms
P-R Interval : 120-200 ms
P-A Interval : 24-45 ms
QRS : 60-120 ms
Q-T Interval : 320-420 ms
37. Pada gambaran gelombang pertama terjadi Sinus
lalu kemudian pada beat ke 4 terjadi PVC , lalu
beat ke 5 muncul junctional, kemudian induce
(tercetus) SVT.
38. KESIMPULAN
WPW adalah konduksi abnormal yang disebabkan oleh
jalur tambahan dalam sistem konduksi antara atrium dan
ventrikel
Pada WPW aktivasi ventrikel oleh impuls dari atrium yang
muncul lebih awal dari yang diharapkan melalui jalur
konduksi atrioventrikuler normal. Impuls tersebut
dihantarkan melalui Accessory Pathway atau disebut jalur
pintas (bypass) terhadap nodus AV
Dalam kasus WPW dapat dilakukan sebuah tes yang
disebut studi elektrofisiologi (EPS) dilakukan dengan
menggunakan kateter yang berulir ke jantung dari infus
ditempatkan di femoral. Ini dapat membantu
mengidentifikasi lokasi dari jalur listrik tambahan