SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
129
EDUCATIONIST Vol. III No. 2 Juli 2009 ISSN : 1907 - 8838
Menumbuhkembangkan Daya dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah
Menengah Atas Melalui Pembelajaran Investigasi
Menumbuhkembangkan Daya dan Disposisi
Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui
Pembelajaran Investigasi
NCTM (1999) menyatakan, tujuan pembelajaran
matematika adalah mengembangkan:
kemampuan mengeksplorasi, menyusun
konjektur; dan menyusun alasan secara logis,
kemampuan menyelesaikan masalah non rutin;
kemampuan berkomunikasi secara matematis
dan menggunakan matematika sebagai alat
komunikasi, kemampuan menghubungkan
antar ide matematika dan antar matematika dan
aktivitas intelektual lainnya. Selanjutnya NCTM
(2003) menamakan kemampuan di atas dengan
mathematical power process atau daya matematis.
Kurikulum Matematika (2006) tidak mencantumkan
istilah daya matematis secara eksplisit. Namun,
secara implisit istilah daya matematis tercermin
dalam empat tujuan pertama pembelajaran
matematika yaitu: a) memahami konsep
matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan
masalah, (b) menggunakan penalaran pada pola
dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
membuat genaralisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika,
(c) memecahkan masalah; (d) mengomunikasikan
gagasan dengan symbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau
masalah, dan (e) memiliki sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan, sikap rasa
ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah. NCTM (2003) menamakan
tujuan kelima di atas dengan istilah mathematical
disposition atau disposisi matematis.
Polking (1998), mengemukakan beberapa
indikator disposisi matematis di antaranya
adalah: sifat rasa percaya diri dan tekun dalam
mengerjakan tugas matematik, memecahkan
masalah, berkomunikasi matematis, dan dalam
memberi alasan matematis; sifat fleksibel dalam
menyelidiki, dan berusaha mencari alternatif dalam
memecahkan masalah; menunjukkan minat,
ABSTRACT
This paper presents the findings from a posttest experimental control group design by using
group and individual investigation approaches conducted to investigate students’ mathematical
power and dispositions. The study involved 330 tenth grade students from three senior high
schools of high, medium, and low cluster. The instruments of the study were a Cognitive Field
Test adopted from Witkin, Moore, Goodenough and Cox, a mathematical power test, and a
mathematical disposition scale. The data were analyzed by using one path and two paths
ANOVA and Steefy test. The study found students’ mathematical power and disposition of
group investigation approach were better than that of individual investigation appeoach. Both
of them were classified as fairly good and better than that of conventional class. Moreover,
on mathematical power and dispositon, field dependent students was better than that of
field dependent students. Besides those findings, study found interaction between teaching
approach and school cluster on mathematical power and disposition, and between teaching
approach and cognitive field on mathematical power, but no interaction between teaching
approach and cognitive field on mathematical disposition.
Keywords: mathematical power, mathematical disposition, cognitive field, group and individual
investigation
Mumun Syaban
Universitas Langlangbuana, Bandung - Indonesia
130
EDUCATIONIST Vol. III No. 2 Juli 2009ISSN : 1907 - 8838
Mumun Syaban
dan rasa ingin tahu, sifat ingin memonitor dan
merefleksikan cara mereka berfikir; berusaha
mengaplikasikan matematika ke dalam situasi
lain, menghargai peran matematika dalam kultur
dan nilai, matematika sebagai alat dan bahasa.
Penulis lainnya, Kilpatrick, Swafford, dan Findell
(2001).menamakan disposisi matematis sebagai
productive disposition (disposisi produktif),
yakni pandangan terhadap matematika sebagai
sesuatu yang logis, dan mengahasilkan sesuatu
yang berguna. Serupa dengan pendapat Polking,
mereka merinci indikator disposisi matematis
sebagai berikut: menunjukkan gairah dalam
belajar matematika, menunjukkan perhatian yang
serius dalam belajar, menunjukkan kegigihan
dalam menghadapi permasalahan, menunjukkan
rasa percaya diri dalam belajar dan menyelesaikan
masalah, menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi,
serta kemampuan untuk berbagi dengan orang
lain.
Pada saat ini, daya dan disposisi matematis
siswa belum tercapai sepenuhnya. Hal tersebut
antara lain karena pembelajaran cenderung
berpusat pada guru yang menekankan pada
proses prosedural, tugas latihan yang mekanistik,
dan kurang memberi peluang kepada siswa
untuk mengembangkan kemampuan berfikir
matematis (Djohar, 2003, IMSTEP-JICA , 1999,
dan Marpaung, 2003). Padahal, pentingnya
mengembangkan kemampuan berfikir dan peran
guru sudah sejak lama dikemukakan oleh Polya
(1973) bahwa untuk mengajarkan cara berpikir,
guru tidak hanya memberikan informasi tapi
juga menempatkan diri sesuai kondisi siswa,
dan memahami apa yang terjadi dalam benak
siswa. Pendekatan pembelajaran matematika
yang mengakomodasi pendapat Polya di atas
terdapat dalam pembelajaran yang berpandangan
konstruktivisme.yaitu pembelajaran yang didisain
untuk membangun konsep/prinsip matematika
melalui proses asimilasi dan akomodasi. Menurut
Bruner (dalam Resnick dan Ford, 1981) salah satu
cara belajar memahami konsep, dalil, atau prinsip
matematika yang baik adalah dengan melakukan
sendiri penyusunan representasi dari konsep,
prinsip, atau dalil tersebut. Proses membangun
pemahaman sendiri seperti di atas antara lain
berlangsung dalam pembelajaran investigasi.
Evans (1987), mengemukakan bahwa
pembelajaran investigasi adalah pembelajaran
yang memberi kesempatan kepada siswa untuk
memikirkan, mengembangkan, menyelidiki hal-hal
menarik dan mengusik rasa keingintahuan mereka.
Siswa dihadapkan pada situasi yang penuh
pertanyaan yang dapat menimbulkan konfrontasi
intelektual dan mendorong terciptanya investigasi.
Beberapa aktivitas dalam pendekatan investigasi
adalah: 1) eksposisi guru dalam bentuk menyajikan
serangkaian pertanyaan yang menimbulkan
konfrontasi intelektual, membangkitkan rasa
ingin tahu, mendorong siswa untuk berfikir,
mengembangkan, dan menyelidiki sesuatu, 2)
diskusi di antara siswa, atau antara siswa dan guru;
3) melaksanakan kerja praktik; 4) pemantapan
dan tugas latihan; 5) pemecahan masalah; dan
6) kegiatan investigasi (investigational work).
Langkah-langkah pendekatan investigasi yang
hampir serupa dikemukakan Flenor (Iryanti, 2004)
yaitu: apersepsi, investigasi, diskusi, penerapan,
dan pengayaan. Dalam fase investigasi, guru
berperan selain sebagai fasilitator dan motivator
juga sebagai pengarah untuk membantu siswa
mengembangkan pertanyaan yang lebih terarah,
menggali pengetahuan siswa, dan mendorong
siswa untuk memperbaiki hasil yang dicapai.
Demikian pula Height, Talmagae dan Hart
(Iryanti, 2004) mengemukakan langkah-langkah
pendekatan investigasi, yang meliputi: pemberian
soal dan masalah terbuka atau tidak terstruktur
secara ketat, kemudian siswa diberi kesempatan
memilih jalan yang sesuai dengan pendapatnya.
Peran guru seperti di atas juga dikemukakan
Glasersfeld (Suparno, 1997), dan Nickson
(Hudojo, 1998) Menurut Glasersfeld (Suparno,
1997), mengajar adalah membantu siswa berpikir
secara benar dengan cara memberi kesempatan
berpikir sendiri. Guru berperan sebagai mediator
dan fasilitator yang membantu agar proses belajar
siswa berjalan dengan baik sehingga siswa mampu
mengkontruksi pengetahuannya. Pendapat serupa
dikemukakan Nickson (Hudojo, 1998), bahwa
dalam pembelajaran matematika tugas guru adalah
membantusiswauntukmembangunkonsep-konsep
matematika dengan kemampuannya sendiri melalui
proses internalisasi sehingga konsep itu terbangun
kembali melalui transformasi informasi dengan
pengetahuan sebelumnya sehingga membentuk
konsep baru.
Dari pendapat Glaserfeld dan Nickson di
atas, dapat dirangkumkan bahwa pembelajaran
matematika yang berpandangan konstrukvisme
mempunyai ciri-ciri antara lain: (1) siswa terlibat
aktif dalam belajar, (2) informasi dikaitkan
dengan pengetahuan yang telah dimiliki sehingga
131
EDUCATIONIST Vol. III No. 2 Juli 2009 ISSN : 1907 - 8838
Menumbuhkembangkan Daya dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah
Menengah Atas Melalui Pembelajaran Investigasi
membentuk skemata baru, sehingga pemahaman
terhadap informasi baru menjadi lebih kompleks;
(3) orientasi pembelajaran adalah investigasi
dan penemuan (Hudojo, 1998). Selanjutnya,
untuk berlangsungnya pembelajaran matematika
yang berpandangan konstruktivisme, Hudoyo
mengajukan saran sebagai berikut: (1) sediakan
pengalaman belajar dengan cara mengaitkan
pengetahuan yang sudah dimiliki siswa, (2)
integrasikan pembelajaran dengan situasi realistik
dan relevan dengan melibatkan pengalaman
konkret; (3) integrasikan pembelajaran yang
memungkinkan terjadinya interaksi dan kerjasama
siswa dengan siswa lain dan atau lingkungannya;
(4) manfaatkan berbagai media termasuk
komunikasi lisan dan tertulis; dan (5) libatkan siswa
secara emosional dan sosial sehingga matematika
menjadi menarik.
Salah satu variabel internal siswa yang perlu
dipertimbangan dalam pendekatan pembelajaran
manapun adalah gaya kognitif siswa yaitu
gaya belajar yang dipengaruhi oleh pandangan
perseptual dan intelektual siswa yang bersangkutan
(Slameto,1987). Witkin, Moore, Goodenough
dan Cox (1977) menggolongkan dua jenis gaya
kognitif yaitu yang bersifat global yang disebut
gaya kognitif Field Dependent (FD) dan yang
bersifat analitik yang disebut gaya kognitif Field
Independent (FI). Individu yang bergaya kognitif
FD cenderung terikat oleh keadaan sekitarnya
atau lingkungannya, sedang individu yang bergaya
kognitif FI mampu membedakan obyek-obyek dari
konteks sekitarnya Sesungguhnya, setiap orang
memiliki kedua macam gaya kognitif yaitu FD dan
FI, namun, salah satunya selalu lebih dominan.
Selain itu, gaya kognitif tersebut bersifat konsisten
dan dapat mempengaruhi hampir keseluruhan
aktivitas siswa yang berkaitan dengan aspek kogntif
maupun afektif. Dengan demikian, gaya kognitif
diduga akan mempengaruhi startegi siswa dalam
memahami pelajaran atau dalam cara belajarnya
Namun, tidak berarti bahwa gaya kognitif yang lebih
unggul dari gaya kognitif lainnya. Pengetahuan
terhadap kecendrungan gaya kognitif seseorang
dimaksudkan untuk membantu siswa dalam
keberhasilan belajarnya.
Hasil studi Grieve dan Davis (Slameto,
1991) menunjukkan bahwa, seorang siswa yang
lebih dominan memiliki gaya kognitif FD ternyata
lebih menyukai belajar dengan cara penemuan
(discovery). Sedangkan siswa yang dominan
memiliki gaya kognitif FI lebih menyukai belajar
dengan menerima (expository). Selain itu, siswa
bergaya kognitif FI, cenderung bekerja secara
independent dan kurang menyukai cara belajar
berkelompok. Sedangkan siswa-siswa FD lebih
menyukai belajar melalui diskusi kelompok.
Pendekatan Investigasi Kelompok (Group
Investigation) yang dipelopori oleh Thelen (Joyce,
Wei dan Calhoun, 2000), selanjutnya diperluas dan
diperbaiki oleh Sharan dari Universitas Tel Aviv
(Nurhadi & Senduk, 2003). Thelen mengemukakan,
keunggulan pendekatan investigasi kelompok
di antaranya adalah: mampu menciptakan cara
belajar siswa yang lebih aktif, menumbuhkan
motivasi belajar mandiri dalam diri siswa, dapat
menumbuhkan minat dan kreativitas siswa,
memupuk cara berpikir analitis dan divergen, dan
dapat meningkatkan kepedulian antar anggota
kelompok dalam belajar.
Berdasarkan telaahan terhadap pentingnya
pemilikan daya dan disposisi matematis,
kesenjangan antara harapan dan kenyataan
tentangkeduanya sertabeberapahasilstudidiatas,
mendorong peneliti melakukan suatu eksperimen
tentang pengaruh pembelajaran investigasi dan
gaya kognitif terhadap pengembangan daya dan
disposisi matematis siswa SMA.
Metode
Penelitian ini bertujuan menganalisa secara
mendalam peranan pendekatan investigasi
kelompok, investigasi individual, kluster sekolah,
dan kemampuan awal matematika siswa terhadap
pengembangan daya dan disposisi matematis
siswa. Selain itu, penelitian ini juga bermaksud
memeriksaeksistensiinteraksiantarapembelajaran
dan kluster sekolah dan pembelajaran terhadap
daya dan disposisi matematis dan interaksi antara
pembelajaran dan gaya kognitif siswa terhadap
daya dan disposisi matematis siswa.
Sesuai dengan tujuan di atas maka
penelitian ini dirancang dalam bentuk eksperimen
dengan disain kelompok kontrol dan postes saja.
Eksperimen dilakukan pada tiga kelas sepuluh (X)
dari tiga SMA, masing-masing kelas menerapkan
pendekatan investigasi kelompok, investigasi
individual, dan konventional.
Dengan demikian disain penelitian ini adalah:
X1 O
X2 O
O
132
EDUCATIONIST Vol. III No. 2 Juli 2009ISSN : 1907 - 8838
Mumun Syaban
Pemilihan sampel dilakukan sebagai berikut.
Mula-mula dipilih masing-masing satu SMA dari
peringkat tinggi, satu dari peringkat sedang dan
satu dari peringkat kurang. Pada tiap sekolah
terpilih dipilih masing-masing tiga kelas sepuluh (X)
masing-masing satu kelas dengan pembelajaran
investigasi kelompok (X1), satu kelas dengan
investigasi individual (X2) dan satu kelas dengan
konventional Semua siswa pada kesembian kelas
tersebut menjadi subyek sampel penelitian ini.
Pada akhir pembelajaran, setiap kelas diberi diberi
Tes daya matematis dan skala disposisi matematis
(O) .
Sebelum pembelajaran dimulai, seluruh
subyek diberi Embeded Group Figures Test
yang diadopsi dari Oltman, Raskin dan Witkin
yang diterjemahkan oleh Lusiana, Joni, Ardhana,
dan Degeng, (1995). Tes tersebut untuk
mengelompokkan siswa ke dalam kelompok gaya
kognitif field dependent (FD), dan gaya kognitif
field independent (FI). Selain tes tersebut, juga
diberikan tes awal matematika (PAM) berbentuk
pilihan ganda beralasan dengan lima pilihan. Tes ini
memuat materi prasyarat dari pembelajaran yang
akan dilaksanakan. Tujuan tes ini adalah untuk
menetapkan dapatkah eksperimen dilaksanakan
segera atau haruskah memberikan pembelajaran
remedial lebih dulu. Pada akhir pembelajaran,
kepada seluruh siswa diberikan tes daya matematik
(DAMAT), dan skala diaposisi matematik (DISMAT).
Tes DAMAT disusun dalam bentuk uraian terdiri
dari 15 butir tes yang meliputi pemecahan masalah,
koneksi, komunikasi, dan penalaran matematis.
Berikut ini disajikan tiga butir tes dari 15 butir tes
Daya Matematis (DAMAT) dalam penelitian ini.
Butir 1 (mengukur pemecahan masalah
matematis)
Seorang anak menyusun bola berwarna putih
dan hitam dengan pola seperti pada gambar di
bawah ini. Tiap bola mempunyai diameter yang
sama yaitu sebesar dua satuan panjang.
Pola: 1 2 3 4 dan
seterusnya.
Pertanyaan:
a. Berapa volume semua bola pada pola ke-
10? Bagaimana cara menghitungnya?
b. Berapa selisih valume bola putih dan
bola hitam pada pola ke -10? Bagaimana cara
menghitungnya?
c. Berapa volume semua bola pada ke-n?
Bagaimana cara menghitungnya?
Butir 2 (mengukur komunikasi matematis)
Perhatikan gambar di bawah ini
a.	 Lengkapi gambar dengan unsur-unsur
yang relevan:
b.	 Kemudian susun suatu soal ceritera yang
sesuai dengan gambar.
Butir 3. (mengukur penalaran generalisasi)
Perhatikan gambar di bawah ini
Dari gambar di atas diketahui panjang A1 B1
= 10 cm. Tentukan jumlah panjang garis A1B1 +
A2B2 + A3B3 + A4B4 + A5B5 + . ………Sifat apa
yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan
tersebut? Berikan penjelasan.
Skala disposisi matematis terdiri dari 44
pernyataan yang disusun dalam bentuk skala
Likert dalam lima pilihan. Butir-butir pernyataan
meliputi aspek-aspek: semangat belajar, perhatian,
kegigihan, percaya diri, rasa ingin tahu, dan berbagi
dengan orang lain. Selanjutnya data dianalisis
menggunakan program Microsoft Excel XP (2000)
dan SPSS versi 12.0 for Windows (2002), . ANOVA
satu jalur dan ANOVA dua jalur, dan uji Scheffe
(Ruseffendi, H.E.T. (2001).
Pembelajaran pada kelas investigasi
kelompok dan individual diawali dengan pemberian
masalah yang menarik minat siswa untuk
menyelesaikannya. Kemudian guru mengajukan
pertanyaan yang mendorong siswa mengajukan
pertanyaan lain yang investigatif, mencari alternatif
A1
B1
A2 A3 A4 A5
B2
B3
B4
B5
C1
0
30
133
EDUCATIONIST Vol. III No. 2 Juli 2009 ISSN : 1907 - 8838
Menumbuhkembangkan Daya dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah
Menengah Atas Melalui Pembelajaran Investigasi
pemecahan masalah tepat, melaksanakan
investigasi, membuat dan menguji hipotesis, dan
mendiskusikannya.. Pada kegiatan akhir siswa
merangkum, mepresentasikan temuan mereka,
dan memberikan penjelasan konsep-konsep yang
ditemukan. Pada investigasi kelompok semua
kegiatan di atas dilaksanakan dalam kelompok
kecil siswa, sedang pada investigasi individual
kegiatan dilaksanakan secara individu.
Hasil dan Pembahasan
Hasil tes Pengetahuan Awal Matematika
(PAM), Daya Matematis (DAMAT) dan Disposisi
Matematis (DISMAT) berdasarkan kluster sekolah
dan pembelajaran disajikan pada Tabel 1.
Berdasarkan data pada Tabel 1, ditinjau
secara keseluruhan dan berdasarkan peringkat
sekolah, pada ketiga jenis pembelajaran tidak
terdapat perbedaan PAM siswa, dan kualitas
kemampuan tersebut tergolong sedang. Dengan
demikian eksperimen dapat dilaksanakan tanpa
memberikan pembelajaran remedi terlebih dahulu.
Selain itu, studi menemukan secara
keseluruhan daya matematis siswa yang mendapat
pembelajaran investigasi kelompok (20.54 dari
28) lebih baik dari yang mendapat pembelajaran
investigas individu (19.17 dari 28) yang keduanya
tergolong cukup dan lebih baik dari daya matematis
siswa yang dengan pembelajaran konvensional
(17.78 dari 28) yang tergolong sedang. Temuan
serupa terjadi pada sekolah peringkat tinggi
dan peringkat sedang siswa yang mendapat
pembelajaran investigasi kelompok (23.92 dan
20.89 dari 28) dan lebih baik dari yang dengan
pembelajaraninvestigasiindividual(22.12dan19.47
dari 28) yang tergolong cukup, dan keduanya lebih
baik dari yang dengan pembelajaran konvensional
(17.85 dan 18.02 dari 28) yang tergolong sedang.
Namun pada peringkat sekolah rendah daya
matematis siswa dengan pembelajaran investigasi
kelompok,dan individual dan konvensional tidak
berbeda dan tergolong sedang (berturut-turut
17.05, 17.00, dan 17.43 dari 28). Temuan tersebut
melukiskan bahwa pembelajaran investigasi lebih
unggul dari pembelajaran konvensional dalam
Tabel 1: Rerata dan Simpangan Baku Tes PAM, DAMAT dan DISMAT
Berdasarkan Peringkat Sekolah dan Jenis Pembelajaran
Peringkat
sekolah
Pembel. dan
jumlah siswa
PAM DAMAT DISMAT
Rerata SD Rerata SD Rerata SD
Tinggi Investigasi
Kelompok (36)
14.39 3,15 23.92 2.99 154.31 13.23
Investigasi
Individual (33)
14.09 3,18 22.12 0.61 148.31 11.64
Konvensional
(33)
14.52 4,07 17.85 4.06 136.05 11.84
Sub total (102) 14,33 3,45 20.54 3.85 146.46 14.37
Sedang Investigasi
Kelompok (35)
13.37 .2,85 20.89 2.89 142.29 29.69
Investigasi
Individual (38)
13.82 3,22 19.47 3.12 139.67 13.43
Konvensional (44) 13.41 .2,77 18.02 2.41 115.76 26.67
Sub total (117) 13,54 2,91 19.17 3.35 131.46 27.03
Rendah Investigasi
Kelompok (39)
13.18 .2,33 17.05 1.97 146.71 22.98
Investigasi
Individual (35)
13.31 1.86 17.00 1.75 135.2 9.37
Konvensional (37) 13.30 2.73 17.43 2.30 106.25 12.53
Sub total (111) 13,26 2,32 17.18 2.94 129.61 23.63
Gabungan Invest Kelomp
(110)
13.64 2.81 20.54 3.85 147.79 23.23
Investigasi
Individual (106)
13.74 2.82 19.17 3.35 140.90 12.72
Konvensional
(114)
13.79 3.20 17.78 2.94 118.55 22.41
Total (330) 13,71 2,94 19.15 3.57 135.47 23.72
Catatan: Skor ideal untuk PAM adalah 30, DAMAT 28, dan DISMAT 215
134
EDUCATIONIST Vol. III No. 2 Juli 2009ISSN : 1907 - 8838
Mumun Syaban
mengembangkan daya matematis untuk siswa
sekolah peringkat tinggi dan sedang.
Analisis terhadap DAMAT berdasarkan
pembelajaran dan gaya kognitif siswa tercantum
pada Tabel 2. dan Diagram 1
kan daya matematis siswa melalui pembelajaran
investigasi dari pada pembelajaran konvensional
(Gambar 1).
Gambar 1: Diagram Daya matematis siswa
berdasarkan gaya kognitif dan peringkat sekolah
16
16.5
17
17.5
18
18.5
19
19.5
20
20.5
21
1 2 3 4
FI
FD
Eksperimen
Gaya
Kognitif
n Rerata
Simpangan
baku
Investigasi
Kelompok
FI 69 20.86 3.98
FD 41 20.00 3.63
Sub total 110 20.54 3.85
Investigasi
Individual
FI 60 20.00 3.47
FD 46 18.09 2.87
Sub-total 106 19.17 3.35
Konvensional FI 65 17.63 3.09
FD 49 17.98 2.74
Total 114 17.78 2.94
Total FI 194 19.51 3.78
FD 136 18.63 3.18
Total 330 19.15 3.57
Catatan: Skor ideal tes DAMAT: 28.
Tabel 2: Rerata DAMAT berdasarkan Pembelajaran
dan Gaya Kognitif
Secara keseluruhan dan pada tiap pendekatan
pembelajaran, banyaknya siswa dengan gaya
kognitif Field Independent (FI: 69, 60, 65, 194),
lebih banyak dari pada yang Field Dependent (FD:
41, 46, 49, 136). Pada Tabel 2. dan Diagram 1
siswa dengan gaya kognitif Field Independent
(FI) pada kelas investigasi kelompok, individual,
dan keseluruhan mencapai daya matematik
(20.86, 20.00, 19.51, batang biru kel.1 dan kel. 2)
yang lebih baik dibandingkan siswa dengan gaya
kognitif Field Dependent (FD) (20.00, 18.09, 18.63,
batang merah, kel.1 dan kel. 2 ) .Sedangkan pada
pembelajaran konvensional daya matematis siswa
yang mempunyai gaya kognitif FD sedikit lebih baik
daripada siswa yang mempunyai gaya kognitif FI
(17.98, 17.63, batang merah dan batang biru pada
kel.3) Temuan ini menunjukkan gaya kognitif FI
berhasil lebih baik dalam menumbuhkembang-
Gambar 2: Diagram Interaksi antara peringkat
sekolah, dan pembelajaran terhadap daya
matematis siswa
Sekolah Tinggi Sekolah Sedang Sekolah Rendah
Level_Sekolah
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
22.00
23.00
24.00
EstimatedMarginalMeans
Eksperimen
Eks(1)
Eks(2)
Kontrol
Estimated Marginal Means of Damat
Hasil analisis mengenai interaksi antar
variabel terhadap daya dan diposisi matematis
tersaji pada Gambar 2, dan Gambar 3, Gambar 4,
dan Gambar 5. Pada Gambar 2, daya matematis
siswa pada peringkat sekolah tinggi dan sedang
dengan pemebalajaran investigasi lebih baik dari
pada yang dengan pembelajaran konvensional,
Namun pada sekolah peringkat rendah
pembelajaran konvensional sedikit lebih unggul.
Hasil tersebut menunjukkan terdapat interaksi
antara peringkat sekolah dan pembelajaran
terhadap daya matematis siswa. Demikian pula
pada Gambar 2, daya matematis siswa FI dalam
pendekatan investigasi kelompok dan individual
lebih baik dari pada yang dicapai oleh siswa FD.
Namun pada kelas konvensional siswa FD lebih
baik dari siswa FI dalam daya matematisnya. Hasil
tersebut menunjukkan terdapat interaksi antara
pembelajaran dan gaya kognitif siswa (Gambar 3).
Gambar 3: Interaksi pendekatan pembelajaran, dan
gaya kognitif terhadap daya matematik
Eks(1) Eks(2) Kelas Kontrol
Eksperimen
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
EstimatedMarginalMeans
Gaya_Kognitif
FI
FD
Estimated Marginal Means of DAMAT
135
EDUCATIONIST Vol. III No. 2 Juli 2009 ISSN : 1907 - 8838
Menumbuhkembangkan Daya dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah
Menengah Atas Melalui Pembelajaran Investigasi
Eks(1) Eks(2) Kontrol
Eksperimen
100.00
110.00
120.00
130.00
140.00
150.00
160.00
EstimatedMarginalMeans
Level_Sekolah
Sekolah Tinggi
Sekolah
Sedang
Sekolah
Rendah
Estimated Marginal Means of DISMAT
Selain terhadap daya matematis, studi
menemukan pula keunggulan pendekatan
investigasi dari konvensional terhadap pencapaian
disposisi matematik. Pada Tabel 1, disposisi
matematis siswa yang mendapat pembelajaran
investigasi kelompok dan individual pada seluruh
sekolah (147.79, 140.90 dari 215 ) dan pada tiap
peringkat sekolah (154.31, 148.31 dari 215) dan
(142.29, 139.67, dari 215), dan (146.71, 135.2
dari 215) lebih baik dari pada disposisi matematis
siswa pada kelas konvensional (118.55, 136.05,
115.76, dan 106.25, dari 215).
Kesimpulan
Secara keseluruhan daya matematis siswa
tergolong cukup baik. Secara lebih rinci, daya
matematis siswa yang mendapat pembelajaran
investigasi kelompok lebih baik dari yang mendapat
investigasi individual,. keduanya tergolong cukup
baik dan lebih baik dari daya matematis siswa
yang mendapat pembelajaran konvensional yang
tergolong sedang. Ditinjau dari peringkat sekolah,
makin tinggi peringkat sekolah makin tinggi
pula daya matematis siswa, dan pada sekolah
peringkat tinggi dan peringkat sedang, siswa
yang mendapat investigasi kelompok mencapai
daya matematis lebih baik dari yang mendapat
investigasi individual dan keduanya lebih baik dari
yang mendapat konvensional. Temuan lainnya
yaitu secara keseluruhan dan pada tiap jenis
pembelajaran, jumlah siswa dengan gaya kognitif
Field Independent (FI) lebih banyak dari yang Field
Dependent (FD). Pada pembelajaran investigasi,
daya matematis siswa FI lebih baik dari siswa FD,
sedang pada kelas konvensional daya matematis
Gambar 4: Diagram Interaksi antara pembelajaran
dan peringkat sekolah terhadap disposisi matematis
Gambar 5: Diagram Interaksi antara pembelajaran
dan gaya kodnitif sekolah terhadap disposisi
matematis
Temuan tersebut menunjukkan pendekatan
investigasi mampu menumbuh kembangkan
disposisi matematis siswa. Selain dari itu,
pada pembelajaran investigasi individual dan
konvensional disposisi matematis siswa level
sekolah tinggi lebih baik daripada siswa pada
level sekolah sedang dan rendah, tetapi pada
pembelajaran investigasi kelompok disposisi
matematis siswa pada level sekolah rendah lebih
baik daripada level sekolah sedang. Dengan kata
lain terdapat interaksi antara model pembelajaran
dengan peringkat sekolah dalam disposisi
matematis (Gambar 4).
Namun bila ditinjau dari gaya kognitif, disposisi
mathematis siswa dengan Field Independent (FI)
dan Field Dependent (FD) tidak berbeda secara
signifikan.. Hal ini menunjukkan tidak terdapat
interaksi anatara pembelajaran dan gaya kognitif
terhadap disposisi matematis (Gambar 5 dan
Gambar 6).
Eks(1) Eks(2) Kontrol
Eksperimen
100.00
110.00
120.00
130.00
140.00
150.00
160.00
EstimatedMarginalMeans
Level_Sekolah
Sekolah Tinggi
Sekolah
Sedang
Sekolah
Rendah
Estimated Marginal Means of DISMAT
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
1 2 3 4
FI
FD
Gambar 6: DISMAT Berdasarkan Gaya Kognitif
136
EDUCATIONIST Vol. III No. 2 Juli 2009ISSN : 1907 - 8838
Mumun Syaban
siswa FD sedikit lebih baik dari siswa FI. Temuan
tersebut menunjukkan bahwa peringkat sekolah,
gaya kognitif FI, dan pembelajaran investigasi
sebagai prediktor yang baik untuk pencapaian
daya matematik siswa. Selanjutnya di antara
ketiga prediktor di atas, pembelajaran investigasi
memberikan peranan terbesar, kemudian diikuti
berturut-turut oleh peringkat sekolah dan gaya
kognitif FI siswa.
Seperti pada daya matematis, makin tinggi
peringkat sekolah maka makin tinggi pula disposisi
matematis siswa. Secara keseluruhan dan pada
tiap peringkat sekolah, disposisi matematis siswa
yang mendapat investigasi kelompok dan individual
lebih baik dari siswa yang mendapat pembelajaran
konvensional. Namun tidak terdapat perbedaan
disposisi matematis antara siswa dengan FI
dan siswa dengan FD. Hal ini menyimpulkan
pembelajaran investigasi merupakan prediktor yang
lebih baik dari peringkat sekolah untuk pencapaian
disposisi matematis siswa.
Kesimpulan lain dari penelitian ini adalah
terdapat interaksi antara peringkat sekolah dan
pembelajaran investigasi terhadap pencapaian
daya matematis siswa, dan disposisi matematis.
Implikasi dan Saran
Penerapan pendekatan investigasi dapat
diimplementasikan di Sekolah Menengah Atas
(SMA)sebagaisuatualternatifprosespembelajaran
matematika untuk meningkatkan daya dan
disposisi matematis siswa. khususnya sekolah
peringkat tinggi dan sedang. Untuk itu disarankan
guru mengubah paradigma pembelajaran ke
arah pandangan kontruktivisma yang mendorong
siswa lebih aktif menginvestigasi konsep dan
menyelesaikan masalah matematis.
Jenis gaya kognitif siswa mempengaruhi
pencapaian daya dan disposisi matematis siswa.
Oleh karena itu disarankan guru memahami
jenis gaya kognitif siswanya, sehingga dapat
merancang pembelajaran yang lebih efektif
sesuai kecenderungan gaya koginitf siswanya.
Penerapan modifikasi pembelajaran investigasi
dan pembelajaran inovatif lainnya dapat
meningkatkan kreativitas guru dalam menyiapkan
bahan ajar. Dengan demikian diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan profesional guru
dalam mengembangkan pikiran kreatif dan inovatif
dalam mengelola pembelajaran matematika.
Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat
SMA, MA, SMALB, SMK dan MAK. Jakarta:
Sekretariat Jenderal Departemen Pendidikan
Nasional Republik Indonesia.
Djohar, M.S. 2003. Pendidikan Strategis, Alternatif
untuk Pendidikan Masa Depan menuji
Masyarakat Madani. Bandung: Tarsito.
Evans, J. R. 1987. Investigations. The State of The
Art of Mathematics in School. January, pp 27
– 30.
IMSTEP-JICA 1999. Monitoring Report on Current
Practice on Mathematics and Science
Teaching and Learning. Bandung: IMSTEP-
JICA
Iryanti, P. 2004. Strategi Pembelajaran Matematika
SMA Sesuai Kurikulum 2004. Yogyakarta:
Pusat Pengembangan Penataran Guru
Matematika.
Joyce, B., Weil M., dan Calhoun E. 2000. Model of
Teaching. Sydney: Allyn & Bacon.
Kilpatrick, J.,Swafford, J.,& Findell, B. 2001. Adding
It Up: Helping Children Learn Mathematics.
Washington, DC: National Academy Press.
Marpaung, Y. 2003. Perubahan Paradigma
Pembelajaran Matematika di Sekolah.
Makalah disajikan pada Seminar Nasional
Pendidikan Matematika di Universitas Sanata
Dharma, tanggal 27—28 Maret 2003.
NCTM. 1989. Curriculum and Evaluation Standards
for School Mathematics. Reston, VA: Authur.
NCTM. 2000. Principles and Standards for School
Mathematics. Reston, VA: NCTM.
Polking J. 1998. Response To NCTM’s Round 4
Questions [Online] Tersedia: pada http://www.
ams.org/government/argrpt4.html.
Ruseffendi, H.E.T. 2001. Dasar-Dasar Penelitian
Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya.
Semarang: IKIP Semarang Press.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sumarmo, U. 2002. Daya dan Disposisi Matematik:
Apa,MengapadanBagaimanaDikembangkan
pada Siswa Sekolah Dasar dan Menengah.
Makalah disajikan pada Seminar Sehari di
Jurusan Matematika ITB, Oktober 2002.
Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam
Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Vui, T. 2001. Mathematical Investigation. Makalah
disajikan pada Seameo Recsam, Penang,
Malaysia, 26 February – 7 April 2001.
Witkin, H.A, Moore, C.A, Goodenough, D.R., dan
Cox. P.W. 1977. Field Dependent and Field
Independent Cognitive Styles and Their
EducationalImplication.ReviewofEducational
Research. 1(47): 1--64.

More Related Content

What's hot

contoh Jurnal Matematika
contoh Jurnal Matematikacontoh Jurnal Matematika
contoh Jurnal Matematikaimam syafii
 
Jurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaJurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaNurmalianis Anis
 
Unit 5 konstruktivisme
Unit 5 konstruktivismeUnit 5 konstruktivisme
Unit 5 konstruktivismeAminah Rahmat
 
53662192 konstruktivisme-dalam-p-p-sains
53662192 konstruktivisme-dalam-p-p-sains53662192 konstruktivisme-dalam-p-p-sains
53662192 konstruktivisme-dalam-p-p-sainsNurilza Salleh
 
Peningkatkan hasil belajar_matematika_melalui_mode
Peningkatkan hasil belajar_matematika_melalui_modePeningkatkan hasil belajar_matematika_melalui_mode
Peningkatkan hasil belajar_matematika_melalui_modeAgunk Wahyudi
 
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialBab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialAri Sanjaya
 
5117 11181-1-sm
5117 11181-1-sm5117 11181-1-sm
5117 11181-1-smFppi Unila
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaranNurul Hilal
 
MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI OPTIMALISASI KECERDASAN LOGIK...
MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI OPTIMALISASI KECERDASAN LOGIK...MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI OPTIMALISASI KECERDASAN LOGIK...
MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI OPTIMALISASI KECERDASAN LOGIK...Ta'allum: Jurnal Pendidikan Islam
 
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...maritje
 
Unit 9 Modul 1 Konstruktivisme V2
Unit 9  Modul 1  Konstruktivisme V2Unit 9  Modul 1  Konstruktivisme V2
Unit 9 Modul 1 Konstruktivisme V2一世 一生
 

What's hot (20)

Tugas seminar proposal .1
Tugas seminar proposal .1Tugas seminar proposal .1
Tugas seminar proposal .1
 
contoh Jurnal Matematika
contoh Jurnal Matematikacontoh Jurnal Matematika
contoh Jurnal Matematika
 
Jurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaJurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematika
 
157 423-1-pb
157 423-1-pb157 423-1-pb
157 423-1-pb
 
Unit 5 konstruktivisme
Unit 5 konstruktivismeUnit 5 konstruktivisme
Unit 5 konstruktivisme
 
53662192 konstruktivisme-dalam-p-p-sains
53662192 konstruktivisme-dalam-p-p-sains53662192 konstruktivisme-dalam-p-p-sains
53662192 konstruktivisme-dalam-p-p-sains
 
PROPOSAL
PROPOSALPROPOSAL
PROPOSAL
 
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
 
Peningkatkan hasil belajar_matematika_melalui_mode
Peningkatkan hasil belajar_matematika_melalui_modePeningkatkan hasil belajar_matematika_melalui_mode
Peningkatkan hasil belajar_matematika_melalui_mode
 
Artikel
ArtikelArtikel
Artikel
 
1 st, Try
1 st, Try1 st, Try
1 st, Try
 
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialBab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
 
Esei
EseiEsei
Esei
 
5117 11181-1-sm
5117 11181-1-sm5117 11181-1-sm
5117 11181-1-sm
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaran
 
Model pembelajaran
Model pembelajaranModel pembelajaran
Model pembelajaran
 
9. supardi 248 262
9. supardi 248 2629. supardi 248 262
9. supardi 248 262
 
MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI OPTIMALISASI KECERDASAN LOGIK...
MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI OPTIMALISASI KECERDASAN LOGIK...MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI OPTIMALISASI KECERDASAN LOGIK...
MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI OPTIMALISASI KECERDASAN LOGIK...
 
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...
 
Unit 9 Modul 1 Konstruktivisme V2
Unit 9  Modul 1  Konstruktivisme V2Unit 9  Modul 1  Konstruktivisme V2
Unit 9 Modul 1 Konstruktivisme V2
 

Similar to 08 mumun syaban

Matriks pembelajaran inquiry
Matriks pembelajaran inquiryMatriks pembelajaran inquiry
Matriks pembelajaran inquiryRisky Hasibuan
 
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinciContoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinciMaryanto Sumringah SMA 9 Tebo
 
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbing
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri TerbimbingPembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbing
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbingsrilinda_w
 
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah
Peningkatan kemampuan pemecahan masalahPeningkatan kemampuan pemecahan masalah
Peningkatan kemampuan pemecahan masalahLukman
 
Tugas hesti cepriana
Tugas hesti ceprianaTugas hesti cepriana
Tugas hesti ceprianaBunda Dewi
 
Berpikir kreatif+open ended
Berpikir kreatif+open endedBerpikir kreatif+open ended
Berpikir kreatif+open endedDini Safitri
 
Resume landasan pendidikan dan pembelajaran matematika
Resume landasan pendidikan dan pembelajaran matematikaResume landasan pendidikan dan pembelajaran matematika
Resume landasan pendidikan dan pembelajaran matematikaMas Becak
 
Tajuk 4; konstruktivisme vs latih tubi
Tajuk 4; konstruktivisme vs latih tubiTajuk 4; konstruktivisme vs latih tubi
Tajuk 4; konstruktivisme vs latih tubiArachnis Flosaeris
 
20140305 yp01-stl01
20140305 yp01-stl0120140305 yp01-stl01
20140305 yp01-stl01Fppi Unila
 
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis MasalahLaporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis MasalahNailul Hasibuan
 
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...guestf6b63af
 
118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdf
118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdf118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdf
118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdfslbputraberlian
 
Tesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based LearningTesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based Learningguestf6b63af
 
Pengaruh efektifitas pembelajaran dengan menggunanakan media animasi flash te...
Pengaruh efektifitas pembelajaran dengan menggunanakan media animasi flash te...Pengaruh efektifitas pembelajaran dengan menggunanakan media animasi flash te...
Pengaruh efektifitas pembelajaran dengan menggunanakan media animasi flash te...Edah Rossansen
 
Artikel ff78f36adf773c182704824e300c97f7
Artikel ff78f36adf773c182704824e300c97f7Artikel ff78f36adf773c182704824e300c97f7
Artikel ff78f36adf773c182704824e300c97f7gusty_21
 
JURNAL RISET PENDIDIKAN MTK.pptx
JURNAL RISET PENDIDIKAN MTK.pptxJURNAL RISET PENDIDIKAN MTK.pptx
JURNAL RISET PENDIDIKAN MTK.pptxdika410943
 

Similar to 08 mumun syaban (20)

Matriks pembelajaran inquiry
Matriks pembelajaran inquiryMatriks pembelajaran inquiry
Matriks pembelajaran inquiry
 
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinciContoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
 
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbing
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri TerbimbingPembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbing
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbing
 
JURNAL IBNU.docx
JURNAL IBNU.docxJURNAL IBNU.docx
JURNAL IBNU.docx
 
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah
Peningkatan kemampuan pemecahan masalahPeningkatan kemampuan pemecahan masalah
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah
 
Tugas Desain Pembelajaran
Tugas Desain PembelajaranTugas Desain Pembelajaran
Tugas Desain Pembelajaran
 
Tugas hesti cepriana
Tugas hesti ceprianaTugas hesti cepriana
Tugas hesti cepriana
 
Berpikir kreatif+open ended
Berpikir kreatif+open endedBerpikir kreatif+open ended
Berpikir kreatif+open ended
 
Resume landasan pendidikan dan pembelajaran matematika
Resume landasan pendidikan dan pembelajaran matematikaResume landasan pendidikan dan pembelajaran matematika
Resume landasan pendidikan dan pembelajaran matematika
 
Tajuk 4; konstruktivisme vs latih tubi
Tajuk 4; konstruktivisme vs latih tubiTajuk 4; konstruktivisme vs latih tubi
Tajuk 4; konstruktivisme vs latih tubi
 
20140305 yp01-stl01
20140305 yp01-stl0120140305 yp01-stl01
20140305 yp01-stl01
 
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis MasalahLaporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
 
Makalah dppm
Makalah dppmMakalah dppm
Makalah dppm
 
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
 
118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdf
118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdf118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdf
118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdf
 
Tesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based LearningTesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based Learning
 
Pengaruh efektifitas pembelajaran dengan menggunanakan media animasi flash te...
Pengaruh efektifitas pembelajaran dengan menggunanakan media animasi flash te...Pengaruh efektifitas pembelajaran dengan menggunanakan media animasi flash te...
Pengaruh efektifitas pembelajaran dengan menggunanakan media animasi flash te...
 
Artikel ff78f36adf773c182704824e300c97f7
Artikel ff78f36adf773c182704824e300c97f7Artikel ff78f36adf773c182704824e300c97f7
Artikel ff78f36adf773c182704824e300c97f7
 
JURNAL RISET PENDIDIKAN MTK.pptx
JURNAL RISET PENDIDIKAN MTK.pptxJURNAL RISET PENDIDIKAN MTK.pptx
JURNAL RISET PENDIDIKAN MTK.pptx
 
Verifikasi Startium
Verifikasi Startium Verifikasi Startium
Verifikasi Startium
 

More from Fppi Unila

Skripsi isti 06301241046
Skripsi isti 06301241046Skripsi isti 06301241046
Skripsi isti 06301241046Fppi Unila
 
Novita yuanari 07301244091
Novita yuanari 07301244091Novita yuanari 07301244091
Novita yuanari 07301244091Fppi Unila
 
Disposisi matematis
Disposisi matematisDisposisi matematis
Disposisi matematisFppi Unila
 
Bab i%2 c v%2c daftar pustaka
Bab i%2 c v%2c daftar pustakaBab i%2 c v%2c daftar pustaka
Bab i%2 c v%2c daftar pustakaFppi Unila
 
7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pb7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pbFppi Unila
 
4947 9540-1-pb
4947 9540-1-pb4947 9540-1-pb
4947 9540-1-pbFppi Unila
 
3351 6492-1-pb
3351 6492-1-pb3351 6492-1-pb
3351 6492-1-pbFppi Unila
 
2531 5071-1-pb
2531 5071-1-pb2531 5071-1-pb
2531 5071-1-pbFppi Unila
 
2132 4233-1-pb
2132 4233-1-pb2132 4233-1-pb
2132 4233-1-pbFppi Unila
 
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...Fppi Unila
 
Unimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajar
Unimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajarUnimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajar
Unimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajarFppi Unila
 
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011Fppi Unila
 
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematikaProsiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematikaFppi Unila
 
Prosiding 15-januari-2014
Prosiding 15-januari-2014Prosiding 15-januari-2014
Prosiding 15-januari-2014Fppi Unila
 
Prosiding semnas u_pgri_2011
Prosiding semnas u_pgri_2011Prosiding semnas u_pgri_2011
Prosiding semnas u_pgri_2011Fppi Unila
 

More from Fppi Unila (20)

Skripsi isti 06301241046
Skripsi isti 06301241046Skripsi isti 06301241046
Skripsi isti 06301241046
 
Novita yuanari 07301244091
Novita yuanari 07301244091Novita yuanari 07301244091
Novita yuanari 07301244091
 
Ipi288304
Ipi288304Ipi288304
Ipi288304
 
Ipi288264
Ipi288264Ipi288264
Ipi288264
 
Ipi183134
Ipi183134Ipi183134
Ipi183134
 
Halaman depan
Halaman depanHalaman depan
Halaman depan
 
Disposisi matematis
Disposisi matematisDisposisi matematis
Disposisi matematis
 
Bab i%2 c v%2c daftar pustaka
Bab i%2 c v%2c daftar pustakaBab i%2 c v%2c daftar pustaka
Bab i%2 c v%2c daftar pustaka
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pb7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pb
 
4947 9540-1-pb
4947 9540-1-pb4947 9540-1-pb
4947 9540-1-pb
 
3351 6492-1-pb
3351 6492-1-pb3351 6492-1-pb
3351 6492-1-pb
 
2531 5071-1-pb
2531 5071-1-pb2531 5071-1-pb
2531 5071-1-pb
 
2132 4233-1-pb
2132 4233-1-pb2132 4233-1-pb
2132 4233-1-pb
 
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
 
Unimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajar
Unimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajarUnimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajar
Unimed proceeding-31183-prosiding semnas 2010-pengembangan kemandirian belajar
 
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011
 
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematikaProsiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
Prosiding seminar-nasional-pendidikan-matematika
 
Prosiding 15-januari-2014
Prosiding 15-januari-2014Prosiding 15-januari-2014
Prosiding 15-januari-2014
 
Prosiding semnas u_pgri_2011
Prosiding semnas u_pgri_2011Prosiding semnas u_pgri_2011
Prosiding semnas u_pgri_2011
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024RoseMia3
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfAkhyar33
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxSaujiOji
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptannanurkhasanah2
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptAlfandoWibowo2
 

Recently uploaded (20)

Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 

08 mumun syaban

  • 1. 129 EDUCATIONIST Vol. III No. 2 Juli 2009 ISSN : 1907 - 8838 Menumbuhkembangkan Daya dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Investigasi Menumbuhkembangkan Daya dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Investigasi NCTM (1999) menyatakan, tujuan pembelajaran matematika adalah mengembangkan: kemampuan mengeksplorasi, menyusun konjektur; dan menyusun alasan secara logis, kemampuan menyelesaikan masalah non rutin; kemampuan berkomunikasi secara matematis dan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi, kemampuan menghubungkan antar ide matematika dan antar matematika dan aktivitas intelektual lainnya. Selanjutnya NCTM (2003) menamakan kemampuan di atas dengan mathematical power process atau daya matematis. Kurikulum Matematika (2006) tidak mencantumkan istilah daya matematis secara eksplisit. Namun, secara implisit istilah daya matematis tercermin dalam empat tujuan pertama pembelajaran matematika yaitu: a) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, (b) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat genaralisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (c) memecahkan masalah; (d) mengomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan (e) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, sikap rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. NCTM (2003) menamakan tujuan kelima di atas dengan istilah mathematical disposition atau disposisi matematis. Polking (1998), mengemukakan beberapa indikator disposisi matematis di antaranya adalah: sifat rasa percaya diri dan tekun dalam mengerjakan tugas matematik, memecahkan masalah, berkomunikasi matematis, dan dalam memberi alasan matematis; sifat fleksibel dalam menyelidiki, dan berusaha mencari alternatif dalam memecahkan masalah; menunjukkan minat, ABSTRACT This paper presents the findings from a posttest experimental control group design by using group and individual investigation approaches conducted to investigate students’ mathematical power and dispositions. The study involved 330 tenth grade students from three senior high schools of high, medium, and low cluster. The instruments of the study were a Cognitive Field Test adopted from Witkin, Moore, Goodenough and Cox, a mathematical power test, and a mathematical disposition scale. The data were analyzed by using one path and two paths ANOVA and Steefy test. The study found students’ mathematical power and disposition of group investigation approach were better than that of individual investigation appeoach. Both of them were classified as fairly good and better than that of conventional class. Moreover, on mathematical power and dispositon, field dependent students was better than that of field dependent students. Besides those findings, study found interaction between teaching approach and school cluster on mathematical power and disposition, and between teaching approach and cognitive field on mathematical power, but no interaction between teaching approach and cognitive field on mathematical disposition. Keywords: mathematical power, mathematical disposition, cognitive field, group and individual investigation Mumun Syaban Universitas Langlangbuana, Bandung - Indonesia
  • 2. 130 EDUCATIONIST Vol. III No. 2 Juli 2009ISSN : 1907 - 8838 Mumun Syaban dan rasa ingin tahu, sifat ingin memonitor dan merefleksikan cara mereka berfikir; berusaha mengaplikasikan matematika ke dalam situasi lain, menghargai peran matematika dalam kultur dan nilai, matematika sebagai alat dan bahasa. Penulis lainnya, Kilpatrick, Swafford, dan Findell (2001).menamakan disposisi matematis sebagai productive disposition (disposisi produktif), yakni pandangan terhadap matematika sebagai sesuatu yang logis, dan mengahasilkan sesuatu yang berguna. Serupa dengan pendapat Polking, mereka merinci indikator disposisi matematis sebagai berikut: menunjukkan gairah dalam belajar matematika, menunjukkan perhatian yang serius dalam belajar, menunjukkan kegigihan dalam menghadapi permasalahan, menunjukkan rasa percaya diri dalam belajar dan menyelesaikan masalah, menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi, serta kemampuan untuk berbagi dengan orang lain. Pada saat ini, daya dan disposisi matematis siswa belum tercapai sepenuhnya. Hal tersebut antara lain karena pembelajaran cenderung berpusat pada guru yang menekankan pada proses prosedural, tugas latihan yang mekanistik, dan kurang memberi peluang kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir matematis (Djohar, 2003, IMSTEP-JICA , 1999, dan Marpaung, 2003). Padahal, pentingnya mengembangkan kemampuan berfikir dan peran guru sudah sejak lama dikemukakan oleh Polya (1973) bahwa untuk mengajarkan cara berpikir, guru tidak hanya memberikan informasi tapi juga menempatkan diri sesuai kondisi siswa, dan memahami apa yang terjadi dalam benak siswa. Pendekatan pembelajaran matematika yang mengakomodasi pendapat Polya di atas terdapat dalam pembelajaran yang berpandangan konstruktivisme.yaitu pembelajaran yang didisain untuk membangun konsep/prinsip matematika melalui proses asimilasi dan akomodasi. Menurut Bruner (dalam Resnick dan Ford, 1981) salah satu cara belajar memahami konsep, dalil, atau prinsip matematika yang baik adalah dengan melakukan sendiri penyusunan representasi dari konsep, prinsip, atau dalil tersebut. Proses membangun pemahaman sendiri seperti di atas antara lain berlangsung dalam pembelajaran investigasi. Evans (1987), mengemukakan bahwa pembelajaran investigasi adalah pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk memikirkan, mengembangkan, menyelidiki hal-hal menarik dan mengusik rasa keingintahuan mereka. Siswa dihadapkan pada situasi yang penuh pertanyaan yang dapat menimbulkan konfrontasi intelektual dan mendorong terciptanya investigasi. Beberapa aktivitas dalam pendekatan investigasi adalah: 1) eksposisi guru dalam bentuk menyajikan serangkaian pertanyaan yang menimbulkan konfrontasi intelektual, membangkitkan rasa ingin tahu, mendorong siswa untuk berfikir, mengembangkan, dan menyelidiki sesuatu, 2) diskusi di antara siswa, atau antara siswa dan guru; 3) melaksanakan kerja praktik; 4) pemantapan dan tugas latihan; 5) pemecahan masalah; dan 6) kegiatan investigasi (investigational work). Langkah-langkah pendekatan investigasi yang hampir serupa dikemukakan Flenor (Iryanti, 2004) yaitu: apersepsi, investigasi, diskusi, penerapan, dan pengayaan. Dalam fase investigasi, guru berperan selain sebagai fasilitator dan motivator juga sebagai pengarah untuk membantu siswa mengembangkan pertanyaan yang lebih terarah, menggali pengetahuan siswa, dan mendorong siswa untuk memperbaiki hasil yang dicapai. Demikian pula Height, Talmagae dan Hart (Iryanti, 2004) mengemukakan langkah-langkah pendekatan investigasi, yang meliputi: pemberian soal dan masalah terbuka atau tidak terstruktur secara ketat, kemudian siswa diberi kesempatan memilih jalan yang sesuai dengan pendapatnya. Peran guru seperti di atas juga dikemukakan Glasersfeld (Suparno, 1997), dan Nickson (Hudojo, 1998) Menurut Glasersfeld (Suparno, 1997), mengajar adalah membantu siswa berpikir secara benar dengan cara memberi kesempatan berpikir sendiri. Guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik sehingga siswa mampu mengkontruksi pengetahuannya. Pendapat serupa dikemukakan Nickson (Hudojo, 1998), bahwa dalam pembelajaran matematika tugas guru adalah membantusiswauntukmembangunkonsep-konsep matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep itu terbangun kembali melalui transformasi informasi dengan pengetahuan sebelumnya sehingga membentuk konsep baru. Dari pendapat Glaserfeld dan Nickson di atas, dapat dirangkumkan bahwa pembelajaran matematika yang berpandangan konstrukvisme mempunyai ciri-ciri antara lain: (1) siswa terlibat aktif dalam belajar, (2) informasi dikaitkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sehingga
  • 3. 131 EDUCATIONIST Vol. III No. 2 Juli 2009 ISSN : 1907 - 8838 Menumbuhkembangkan Daya dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Investigasi membentuk skemata baru, sehingga pemahaman terhadap informasi baru menjadi lebih kompleks; (3) orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan (Hudojo, 1998). Selanjutnya, untuk berlangsungnya pembelajaran matematika yang berpandangan konstruktivisme, Hudoyo mengajukan saran sebagai berikut: (1) sediakan pengalaman belajar dengan cara mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa, (2) integrasikan pembelajaran dengan situasi realistik dan relevan dengan melibatkan pengalaman konkret; (3) integrasikan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi dan kerjasama siswa dengan siswa lain dan atau lingkungannya; (4) manfaatkan berbagai media termasuk komunikasi lisan dan tertulis; dan (5) libatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga matematika menjadi menarik. Salah satu variabel internal siswa yang perlu dipertimbangan dalam pendekatan pembelajaran manapun adalah gaya kognitif siswa yaitu gaya belajar yang dipengaruhi oleh pandangan perseptual dan intelektual siswa yang bersangkutan (Slameto,1987). Witkin, Moore, Goodenough dan Cox (1977) menggolongkan dua jenis gaya kognitif yaitu yang bersifat global yang disebut gaya kognitif Field Dependent (FD) dan yang bersifat analitik yang disebut gaya kognitif Field Independent (FI). Individu yang bergaya kognitif FD cenderung terikat oleh keadaan sekitarnya atau lingkungannya, sedang individu yang bergaya kognitif FI mampu membedakan obyek-obyek dari konteks sekitarnya Sesungguhnya, setiap orang memiliki kedua macam gaya kognitif yaitu FD dan FI, namun, salah satunya selalu lebih dominan. Selain itu, gaya kognitif tersebut bersifat konsisten dan dapat mempengaruhi hampir keseluruhan aktivitas siswa yang berkaitan dengan aspek kogntif maupun afektif. Dengan demikian, gaya kognitif diduga akan mempengaruhi startegi siswa dalam memahami pelajaran atau dalam cara belajarnya Namun, tidak berarti bahwa gaya kognitif yang lebih unggul dari gaya kognitif lainnya. Pengetahuan terhadap kecendrungan gaya kognitif seseorang dimaksudkan untuk membantu siswa dalam keberhasilan belajarnya. Hasil studi Grieve dan Davis (Slameto, 1991) menunjukkan bahwa, seorang siswa yang lebih dominan memiliki gaya kognitif FD ternyata lebih menyukai belajar dengan cara penemuan (discovery). Sedangkan siswa yang dominan memiliki gaya kognitif FI lebih menyukai belajar dengan menerima (expository). Selain itu, siswa bergaya kognitif FI, cenderung bekerja secara independent dan kurang menyukai cara belajar berkelompok. Sedangkan siswa-siswa FD lebih menyukai belajar melalui diskusi kelompok. Pendekatan Investigasi Kelompok (Group Investigation) yang dipelopori oleh Thelen (Joyce, Wei dan Calhoun, 2000), selanjutnya diperluas dan diperbaiki oleh Sharan dari Universitas Tel Aviv (Nurhadi & Senduk, 2003). Thelen mengemukakan, keunggulan pendekatan investigasi kelompok di antaranya adalah: mampu menciptakan cara belajar siswa yang lebih aktif, menumbuhkan motivasi belajar mandiri dalam diri siswa, dapat menumbuhkan minat dan kreativitas siswa, memupuk cara berpikir analitis dan divergen, dan dapat meningkatkan kepedulian antar anggota kelompok dalam belajar. Berdasarkan telaahan terhadap pentingnya pemilikan daya dan disposisi matematis, kesenjangan antara harapan dan kenyataan tentangkeduanya sertabeberapahasilstudidiatas, mendorong peneliti melakukan suatu eksperimen tentang pengaruh pembelajaran investigasi dan gaya kognitif terhadap pengembangan daya dan disposisi matematis siswa SMA. Metode Penelitian ini bertujuan menganalisa secara mendalam peranan pendekatan investigasi kelompok, investigasi individual, kluster sekolah, dan kemampuan awal matematika siswa terhadap pengembangan daya dan disposisi matematis siswa. Selain itu, penelitian ini juga bermaksud memeriksaeksistensiinteraksiantarapembelajaran dan kluster sekolah dan pembelajaran terhadap daya dan disposisi matematis dan interaksi antara pembelajaran dan gaya kognitif siswa terhadap daya dan disposisi matematis siswa. Sesuai dengan tujuan di atas maka penelitian ini dirancang dalam bentuk eksperimen dengan disain kelompok kontrol dan postes saja. Eksperimen dilakukan pada tiga kelas sepuluh (X) dari tiga SMA, masing-masing kelas menerapkan pendekatan investigasi kelompok, investigasi individual, dan konventional. Dengan demikian disain penelitian ini adalah: X1 O X2 O O
  • 4. 132 EDUCATIONIST Vol. III No. 2 Juli 2009ISSN : 1907 - 8838 Mumun Syaban Pemilihan sampel dilakukan sebagai berikut. Mula-mula dipilih masing-masing satu SMA dari peringkat tinggi, satu dari peringkat sedang dan satu dari peringkat kurang. Pada tiap sekolah terpilih dipilih masing-masing tiga kelas sepuluh (X) masing-masing satu kelas dengan pembelajaran investigasi kelompok (X1), satu kelas dengan investigasi individual (X2) dan satu kelas dengan konventional Semua siswa pada kesembian kelas tersebut menjadi subyek sampel penelitian ini. Pada akhir pembelajaran, setiap kelas diberi diberi Tes daya matematis dan skala disposisi matematis (O) . Sebelum pembelajaran dimulai, seluruh subyek diberi Embeded Group Figures Test yang diadopsi dari Oltman, Raskin dan Witkin yang diterjemahkan oleh Lusiana, Joni, Ardhana, dan Degeng, (1995). Tes tersebut untuk mengelompokkan siswa ke dalam kelompok gaya kognitif field dependent (FD), dan gaya kognitif field independent (FI). Selain tes tersebut, juga diberikan tes awal matematika (PAM) berbentuk pilihan ganda beralasan dengan lima pilihan. Tes ini memuat materi prasyarat dari pembelajaran yang akan dilaksanakan. Tujuan tes ini adalah untuk menetapkan dapatkah eksperimen dilaksanakan segera atau haruskah memberikan pembelajaran remedial lebih dulu. Pada akhir pembelajaran, kepada seluruh siswa diberikan tes daya matematik (DAMAT), dan skala diaposisi matematik (DISMAT). Tes DAMAT disusun dalam bentuk uraian terdiri dari 15 butir tes yang meliputi pemecahan masalah, koneksi, komunikasi, dan penalaran matematis. Berikut ini disajikan tiga butir tes dari 15 butir tes Daya Matematis (DAMAT) dalam penelitian ini. Butir 1 (mengukur pemecahan masalah matematis) Seorang anak menyusun bola berwarna putih dan hitam dengan pola seperti pada gambar di bawah ini. Tiap bola mempunyai diameter yang sama yaitu sebesar dua satuan panjang. Pola: 1 2 3 4 dan seterusnya. Pertanyaan: a. Berapa volume semua bola pada pola ke- 10? Bagaimana cara menghitungnya? b. Berapa selisih valume bola putih dan bola hitam pada pola ke -10? Bagaimana cara menghitungnya? c. Berapa volume semua bola pada ke-n? Bagaimana cara menghitungnya? Butir 2 (mengukur komunikasi matematis) Perhatikan gambar di bawah ini a. Lengkapi gambar dengan unsur-unsur yang relevan: b. Kemudian susun suatu soal ceritera yang sesuai dengan gambar. Butir 3. (mengukur penalaran generalisasi) Perhatikan gambar di bawah ini Dari gambar di atas diketahui panjang A1 B1 = 10 cm. Tentukan jumlah panjang garis A1B1 + A2B2 + A3B3 + A4B4 + A5B5 + . ………Sifat apa yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan tersebut? Berikan penjelasan. Skala disposisi matematis terdiri dari 44 pernyataan yang disusun dalam bentuk skala Likert dalam lima pilihan. Butir-butir pernyataan meliputi aspek-aspek: semangat belajar, perhatian, kegigihan, percaya diri, rasa ingin tahu, dan berbagi dengan orang lain. Selanjutnya data dianalisis menggunakan program Microsoft Excel XP (2000) dan SPSS versi 12.0 for Windows (2002), . ANOVA satu jalur dan ANOVA dua jalur, dan uji Scheffe (Ruseffendi, H.E.T. (2001). Pembelajaran pada kelas investigasi kelompok dan individual diawali dengan pemberian masalah yang menarik minat siswa untuk menyelesaikannya. Kemudian guru mengajukan pertanyaan yang mendorong siswa mengajukan pertanyaan lain yang investigatif, mencari alternatif A1 B1 A2 A3 A4 A5 B2 B3 B4 B5 C1 0 30
  • 5. 133 EDUCATIONIST Vol. III No. 2 Juli 2009 ISSN : 1907 - 8838 Menumbuhkembangkan Daya dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Investigasi pemecahan masalah tepat, melaksanakan investigasi, membuat dan menguji hipotesis, dan mendiskusikannya.. Pada kegiatan akhir siswa merangkum, mepresentasikan temuan mereka, dan memberikan penjelasan konsep-konsep yang ditemukan. Pada investigasi kelompok semua kegiatan di atas dilaksanakan dalam kelompok kecil siswa, sedang pada investigasi individual kegiatan dilaksanakan secara individu. Hasil dan Pembahasan Hasil tes Pengetahuan Awal Matematika (PAM), Daya Matematis (DAMAT) dan Disposisi Matematis (DISMAT) berdasarkan kluster sekolah dan pembelajaran disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan data pada Tabel 1, ditinjau secara keseluruhan dan berdasarkan peringkat sekolah, pada ketiga jenis pembelajaran tidak terdapat perbedaan PAM siswa, dan kualitas kemampuan tersebut tergolong sedang. Dengan demikian eksperimen dapat dilaksanakan tanpa memberikan pembelajaran remedi terlebih dahulu. Selain itu, studi menemukan secara keseluruhan daya matematis siswa yang mendapat pembelajaran investigasi kelompok (20.54 dari 28) lebih baik dari yang mendapat pembelajaran investigas individu (19.17 dari 28) yang keduanya tergolong cukup dan lebih baik dari daya matematis siswa yang dengan pembelajaran konvensional (17.78 dari 28) yang tergolong sedang. Temuan serupa terjadi pada sekolah peringkat tinggi dan peringkat sedang siswa yang mendapat pembelajaran investigasi kelompok (23.92 dan 20.89 dari 28) dan lebih baik dari yang dengan pembelajaraninvestigasiindividual(22.12dan19.47 dari 28) yang tergolong cukup, dan keduanya lebih baik dari yang dengan pembelajaran konvensional (17.85 dan 18.02 dari 28) yang tergolong sedang. Namun pada peringkat sekolah rendah daya matematis siswa dengan pembelajaran investigasi kelompok,dan individual dan konvensional tidak berbeda dan tergolong sedang (berturut-turut 17.05, 17.00, dan 17.43 dari 28). Temuan tersebut melukiskan bahwa pembelajaran investigasi lebih unggul dari pembelajaran konvensional dalam Tabel 1: Rerata dan Simpangan Baku Tes PAM, DAMAT dan DISMAT Berdasarkan Peringkat Sekolah dan Jenis Pembelajaran Peringkat sekolah Pembel. dan jumlah siswa PAM DAMAT DISMAT Rerata SD Rerata SD Rerata SD Tinggi Investigasi Kelompok (36) 14.39 3,15 23.92 2.99 154.31 13.23 Investigasi Individual (33) 14.09 3,18 22.12 0.61 148.31 11.64 Konvensional (33) 14.52 4,07 17.85 4.06 136.05 11.84 Sub total (102) 14,33 3,45 20.54 3.85 146.46 14.37 Sedang Investigasi Kelompok (35) 13.37 .2,85 20.89 2.89 142.29 29.69 Investigasi Individual (38) 13.82 3,22 19.47 3.12 139.67 13.43 Konvensional (44) 13.41 .2,77 18.02 2.41 115.76 26.67 Sub total (117) 13,54 2,91 19.17 3.35 131.46 27.03 Rendah Investigasi Kelompok (39) 13.18 .2,33 17.05 1.97 146.71 22.98 Investigasi Individual (35) 13.31 1.86 17.00 1.75 135.2 9.37 Konvensional (37) 13.30 2.73 17.43 2.30 106.25 12.53 Sub total (111) 13,26 2,32 17.18 2.94 129.61 23.63 Gabungan Invest Kelomp (110) 13.64 2.81 20.54 3.85 147.79 23.23 Investigasi Individual (106) 13.74 2.82 19.17 3.35 140.90 12.72 Konvensional (114) 13.79 3.20 17.78 2.94 118.55 22.41 Total (330) 13,71 2,94 19.15 3.57 135.47 23.72 Catatan: Skor ideal untuk PAM adalah 30, DAMAT 28, dan DISMAT 215
  • 6. 134 EDUCATIONIST Vol. III No. 2 Juli 2009ISSN : 1907 - 8838 Mumun Syaban mengembangkan daya matematis untuk siswa sekolah peringkat tinggi dan sedang. Analisis terhadap DAMAT berdasarkan pembelajaran dan gaya kognitif siswa tercantum pada Tabel 2. dan Diagram 1 kan daya matematis siswa melalui pembelajaran investigasi dari pada pembelajaran konvensional (Gambar 1). Gambar 1: Diagram Daya matematis siswa berdasarkan gaya kognitif dan peringkat sekolah 16 16.5 17 17.5 18 18.5 19 19.5 20 20.5 21 1 2 3 4 FI FD Eksperimen Gaya Kognitif n Rerata Simpangan baku Investigasi Kelompok FI 69 20.86 3.98 FD 41 20.00 3.63 Sub total 110 20.54 3.85 Investigasi Individual FI 60 20.00 3.47 FD 46 18.09 2.87 Sub-total 106 19.17 3.35 Konvensional FI 65 17.63 3.09 FD 49 17.98 2.74 Total 114 17.78 2.94 Total FI 194 19.51 3.78 FD 136 18.63 3.18 Total 330 19.15 3.57 Catatan: Skor ideal tes DAMAT: 28. Tabel 2: Rerata DAMAT berdasarkan Pembelajaran dan Gaya Kognitif Secara keseluruhan dan pada tiap pendekatan pembelajaran, banyaknya siswa dengan gaya kognitif Field Independent (FI: 69, 60, 65, 194), lebih banyak dari pada yang Field Dependent (FD: 41, 46, 49, 136). Pada Tabel 2. dan Diagram 1 siswa dengan gaya kognitif Field Independent (FI) pada kelas investigasi kelompok, individual, dan keseluruhan mencapai daya matematik (20.86, 20.00, 19.51, batang biru kel.1 dan kel. 2) yang lebih baik dibandingkan siswa dengan gaya kognitif Field Dependent (FD) (20.00, 18.09, 18.63, batang merah, kel.1 dan kel. 2 ) .Sedangkan pada pembelajaran konvensional daya matematis siswa yang mempunyai gaya kognitif FD sedikit lebih baik daripada siswa yang mempunyai gaya kognitif FI (17.98, 17.63, batang merah dan batang biru pada kel.3) Temuan ini menunjukkan gaya kognitif FI berhasil lebih baik dalam menumbuhkembang- Gambar 2: Diagram Interaksi antara peringkat sekolah, dan pembelajaran terhadap daya matematis siswa Sekolah Tinggi Sekolah Sedang Sekolah Rendah Level_Sekolah 17.00 18.00 19.00 20.00 21.00 22.00 23.00 24.00 EstimatedMarginalMeans Eksperimen Eks(1) Eks(2) Kontrol Estimated Marginal Means of Damat Hasil analisis mengenai interaksi antar variabel terhadap daya dan diposisi matematis tersaji pada Gambar 2, dan Gambar 3, Gambar 4, dan Gambar 5. Pada Gambar 2, daya matematis siswa pada peringkat sekolah tinggi dan sedang dengan pemebalajaran investigasi lebih baik dari pada yang dengan pembelajaran konvensional, Namun pada sekolah peringkat rendah pembelajaran konvensional sedikit lebih unggul. Hasil tersebut menunjukkan terdapat interaksi antara peringkat sekolah dan pembelajaran terhadap daya matematis siswa. Demikian pula pada Gambar 2, daya matematis siswa FI dalam pendekatan investigasi kelompok dan individual lebih baik dari pada yang dicapai oleh siswa FD. Namun pada kelas konvensional siswa FD lebih baik dari siswa FI dalam daya matematisnya. Hasil tersebut menunjukkan terdapat interaksi antara pembelajaran dan gaya kognitif siswa (Gambar 3). Gambar 3: Interaksi pendekatan pembelajaran, dan gaya kognitif terhadap daya matematik Eks(1) Eks(2) Kelas Kontrol Eksperimen 17.00 18.00 19.00 20.00 21.00 EstimatedMarginalMeans Gaya_Kognitif FI FD Estimated Marginal Means of DAMAT
  • 7. 135 EDUCATIONIST Vol. III No. 2 Juli 2009 ISSN : 1907 - 8838 Menumbuhkembangkan Daya dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Investigasi Eks(1) Eks(2) Kontrol Eksperimen 100.00 110.00 120.00 130.00 140.00 150.00 160.00 EstimatedMarginalMeans Level_Sekolah Sekolah Tinggi Sekolah Sedang Sekolah Rendah Estimated Marginal Means of DISMAT Selain terhadap daya matematis, studi menemukan pula keunggulan pendekatan investigasi dari konvensional terhadap pencapaian disposisi matematik. Pada Tabel 1, disposisi matematis siswa yang mendapat pembelajaran investigasi kelompok dan individual pada seluruh sekolah (147.79, 140.90 dari 215 ) dan pada tiap peringkat sekolah (154.31, 148.31 dari 215) dan (142.29, 139.67, dari 215), dan (146.71, 135.2 dari 215) lebih baik dari pada disposisi matematis siswa pada kelas konvensional (118.55, 136.05, 115.76, dan 106.25, dari 215). Kesimpulan Secara keseluruhan daya matematis siswa tergolong cukup baik. Secara lebih rinci, daya matematis siswa yang mendapat pembelajaran investigasi kelompok lebih baik dari yang mendapat investigasi individual,. keduanya tergolong cukup baik dan lebih baik dari daya matematis siswa yang mendapat pembelajaran konvensional yang tergolong sedang. Ditinjau dari peringkat sekolah, makin tinggi peringkat sekolah makin tinggi pula daya matematis siswa, dan pada sekolah peringkat tinggi dan peringkat sedang, siswa yang mendapat investigasi kelompok mencapai daya matematis lebih baik dari yang mendapat investigasi individual dan keduanya lebih baik dari yang mendapat konvensional. Temuan lainnya yaitu secara keseluruhan dan pada tiap jenis pembelajaran, jumlah siswa dengan gaya kognitif Field Independent (FI) lebih banyak dari yang Field Dependent (FD). Pada pembelajaran investigasi, daya matematis siswa FI lebih baik dari siswa FD, sedang pada kelas konvensional daya matematis Gambar 4: Diagram Interaksi antara pembelajaran dan peringkat sekolah terhadap disposisi matematis Gambar 5: Diagram Interaksi antara pembelajaran dan gaya kodnitif sekolah terhadap disposisi matematis Temuan tersebut menunjukkan pendekatan investigasi mampu menumbuh kembangkan disposisi matematis siswa. Selain dari itu, pada pembelajaran investigasi individual dan konvensional disposisi matematis siswa level sekolah tinggi lebih baik daripada siswa pada level sekolah sedang dan rendah, tetapi pada pembelajaran investigasi kelompok disposisi matematis siswa pada level sekolah rendah lebih baik daripada level sekolah sedang. Dengan kata lain terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan peringkat sekolah dalam disposisi matematis (Gambar 4). Namun bila ditinjau dari gaya kognitif, disposisi mathematis siswa dengan Field Independent (FI) dan Field Dependent (FD) tidak berbeda secara signifikan.. Hal ini menunjukkan tidak terdapat interaksi anatara pembelajaran dan gaya kognitif terhadap disposisi matematis (Gambar 5 dan Gambar 6). Eks(1) Eks(2) Kontrol Eksperimen 100.00 110.00 120.00 130.00 140.00 150.00 160.00 EstimatedMarginalMeans Level_Sekolah Sekolah Tinggi Sekolah Sedang Sekolah Rendah Estimated Marginal Means of DISMAT 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 1 2 3 4 FI FD Gambar 6: DISMAT Berdasarkan Gaya Kognitif
  • 8. 136 EDUCATIONIST Vol. III No. 2 Juli 2009ISSN : 1907 - 8838 Mumun Syaban siswa FD sedikit lebih baik dari siswa FI. Temuan tersebut menunjukkan bahwa peringkat sekolah, gaya kognitif FI, dan pembelajaran investigasi sebagai prediktor yang baik untuk pencapaian daya matematik siswa. Selanjutnya di antara ketiga prediktor di atas, pembelajaran investigasi memberikan peranan terbesar, kemudian diikuti berturut-turut oleh peringkat sekolah dan gaya kognitif FI siswa. Seperti pada daya matematis, makin tinggi peringkat sekolah maka makin tinggi pula disposisi matematis siswa. Secara keseluruhan dan pada tiap peringkat sekolah, disposisi matematis siswa yang mendapat investigasi kelompok dan individual lebih baik dari siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. Namun tidak terdapat perbedaan disposisi matematis antara siswa dengan FI dan siswa dengan FD. Hal ini menyimpulkan pembelajaran investigasi merupakan prediktor yang lebih baik dari peringkat sekolah untuk pencapaian disposisi matematis siswa. Kesimpulan lain dari penelitian ini adalah terdapat interaksi antara peringkat sekolah dan pembelajaran investigasi terhadap pencapaian daya matematis siswa, dan disposisi matematis. Implikasi dan Saran Penerapan pendekatan investigasi dapat diimplementasikan di Sekolah Menengah Atas (SMA)sebagaisuatualternatifprosespembelajaran matematika untuk meningkatkan daya dan disposisi matematis siswa. khususnya sekolah peringkat tinggi dan sedang. Untuk itu disarankan guru mengubah paradigma pembelajaran ke arah pandangan kontruktivisma yang mendorong siswa lebih aktif menginvestigasi konsep dan menyelesaikan masalah matematis. Jenis gaya kognitif siswa mempengaruhi pencapaian daya dan disposisi matematis siswa. Oleh karena itu disarankan guru memahami jenis gaya kognitif siswanya, sehingga dapat merancang pembelajaran yang lebih efektif sesuai kecenderungan gaya koginitf siswanya. Penerapan modifikasi pembelajaran investigasi dan pembelajaran inovatif lainnya dapat meningkatkan kreativitas guru dalam menyiapkan bahan ajar. Dengan demikian diharapkan dapat mengembangkan kemampuan profesional guru dalam mengembangkan pikiran kreatif dan inovatif dalam mengelola pembelajaran matematika. Daftar Pustaka Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SMA, MA, SMALB, SMK dan MAK. Jakarta: Sekretariat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Djohar, M.S. 2003. Pendidikan Strategis, Alternatif untuk Pendidikan Masa Depan menuji Masyarakat Madani. Bandung: Tarsito. Evans, J. R. 1987. Investigations. The State of The Art of Mathematics in School. January, pp 27 – 30. IMSTEP-JICA 1999. Monitoring Report on Current Practice on Mathematics and Science Teaching and Learning. Bandung: IMSTEP- JICA Iryanti, P. 2004. Strategi Pembelajaran Matematika SMA Sesuai Kurikulum 2004. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika. Joyce, B., Weil M., dan Calhoun E. 2000. Model of Teaching. Sydney: Allyn & Bacon. Kilpatrick, J.,Swafford, J.,& Findell, B. 2001. Adding It Up: Helping Children Learn Mathematics. Washington, DC: National Academy Press. Marpaung, Y. 2003. Perubahan Paradigma Pembelajaran Matematika di Sekolah. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika di Universitas Sanata Dharma, tanggal 27—28 Maret 2003. NCTM. 1989. Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, VA: Authur. NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: NCTM. Polking J. 1998. Response To NCTM’s Round 4 Questions [Online] Tersedia: pada http://www. ams.org/government/argrpt4.html. Ruseffendi, H.E.T. 2001. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sumarmo, U. 2002. Daya dan Disposisi Matematik: Apa,MengapadanBagaimanaDikembangkan pada Siswa Sekolah Dasar dan Menengah. Makalah disajikan pada Seminar Sehari di Jurusan Matematika ITB, Oktober 2002. Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Vui, T. 2001. Mathematical Investigation. Makalah disajikan pada Seameo Recsam, Penang, Malaysia, 26 February – 7 April 2001. Witkin, H.A, Moore, C.A, Goodenough, D.R., dan Cox. P.W. 1977. Field Dependent and Field Independent Cognitive Styles and Their EducationalImplication.ReviewofEducational Research. 1(47): 1--64.