Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
1. Bahasa dan Matematika: Pengalaman Observasi di Kelas PMRI
(Oleh: Tatag Yuli Eko Siswono, Guru SD Lab UNESA)
Bahasa merupakan sarana yang penting untuk mempelajari matematika. Seorang siswa
akan lebih mudah mempelajari matematika jika informasi yang disampaikan menggunakan
bahasa yang mudah dipahami. Bahkan mungkin saja siswa yang sedang belajar matematika
dapat sekaligus belajar bahasa. Contohnya ketika siswa kelas 1 MIN Jambangan, Surabaya
belajar penjumlahan 4 angka. Pada
awal
pembelajaran
guru
mengulangi
pelajaran
sebelumnya. Guru meminta siswa menjawab soal yang diberikan, yaitu berupa penjumlahan
4 angka. Siswa yang akan menjawab harus mengangkat tangan dan membisikkan
jawabannya kepada guru. Kegiatan siswa diminta untuk membuat cerita yang berkaitan
dengan penjumlahan kemudian mempresentasikannya di depan kelas.
Salah siswa yang mempresetasikan cerita adalah ulfah. Ulfah bercerita bahwa ibu
datang dari desa membawa 5 buah jeruk, bapak membawa 4 jeruk, nenek membawa 6 buah
pepaya dan kakek membawa 7 buah mangga. Ada berapa buah semuanya? 5+4+6+7=22.
Setelah kegiatan ini selesai, guru memberikan tugas untuk menuliskan cerita yang
telah diceritakan di kelas atau cerita lain yang berhubungan dengan penjumlahan. Pada hari
berikutnya siswa diminta untuk membacakannya di depan kelas.
Metode pembelajaran seperti ini melatih siswa untuk disiplin, berpikir kreatif dan
kritis. Jika dikaitkan dengan bahasa indonesia, tugas yang diberikan merupakan latihan
mengarang, menulis dan membaca.
Pembelajaran seperti ini menunujukkan
bahwa PMRI dapat mengintegrasikan
matematika dengan bahasa indonesia. Langkah seperti inimerupkan contoh penerapan
Kompetensi Lintas Kurrikulum dalam kurikulum berbasis kompetensi, yaitu kompetensi
menggunkan bahasa untuk memahami, mengembangkan dan mengkomunikasikan gagasan
dan informasi serta berrinteraksi dengan orang lain.
2. Mampukah Kita Menjadi Guru (Matematika) SD Yang Efektif ?
(Oleh : Neny Rahmawati S.Pd , guru SDPN Sabang dan Mahasiswa PascaSarjana UPI)
Sebagai seorang guru, tentulah pernah muncul pertanyaan “Mampukah Kita Menjadi
Guru (Matematika) SD Yang Efektif?” . Pertanyaan yang belum bisa terjawab, apalagi untuk
menerapkan dalam tugas keseharian sebagai pengajar di lembaga pendidikan Sekolah Dasar.
Pertanyaan ini muncul akibat perasaan mengganjal dalam benak guru. Guru cukup taat saat
melaksanakan tuga mengajarnya. Namun, terbesit pertanyaan, apakah siswa merasa senang
belajar matematika seperti ini? apakah mereka bosan dengan cara pengajaran seperti ini?
Apakah siswa termotivasi untuk lebih giat mempelajari matematika?
Beberapa hal yang perlu dipahami dalam perkembangan matematika adalah hakikat
ilmu pengetahuan, hakikat matematika, karakteristik anak, dan hakikat belajar mengajar.
Implikasinya terhadap pembelajaran matematika di SD haruslah:
Memberikan kesempatan kepada siswa menemukan kembali konsep – konsep
matematika dibawah bimbingan guru
Tidak lagi diajarkan secara mekanistik
Dapat disajikan sedemikian rupa sehingga siswa membangun sendiri gagasannya
tenatng konsep
Disajikan daalm konsep “kehidupan” anak
Memunculkan aktivitas siswa seperti berinteraksi dengan siswa
Menyajikan evaluasi dalam bentuk pertanyaan terbuka
Kesimpulannya, penulis mengajak para guru untuk optimis melakukan perubahan
pembelajaran matematika. Janganlah memasung keinginan siswa yang hanya menjadi
operator buku paket, akan lebih baik
jika mengembalikan fitrah siswa yang memilik
kesempatan berimajinasi dan rasa ingin tahu yang tinggi. Bebagai cara dapat dikembangkan
diantaranya banyak membaca referensi yang membahas perkembangan pembelajaran
matematika khusunya SD, diskusi dengan sesame guru, atau dapat melakuakn studi banding
ke sekolah – sekolah yang terlibat dalam proyek pengembangan PMRI.
Ingatlah “lebih baik buat satu perubahan daripada tidak sama sekali”
Pengalaman Pada Uji-coba PMRI Di MIN Kota Bandung
3. (Oleh : Onis Aisyah, S.Pd.I, Guru MIN Cicendo Bandung)
Untuk menerapkan sesuatu yang baru terhadap siswa tidaklah mudah seperti
membalikkan kedua telapak tangan. Ibu Onis mencoba mengaplikasikan salah satu
pendekatan yang memberikan nuansa baru dalam pembelajaran matematika di sekolahnya
yaitu melalui pendekatan PMRI. Pendekatan PMRI adalah salah satu pendekatan yang
dikembangkan untuk semakin mendekatkan siswa dengan matematika. Saat pertama kali
menerapkan pendekatan tersebut, Ibu Onis mendapatkan beberapa hambatan dan kendala
yang dihadapi. Sebagai contoh, ketika anak disuruh untuk bercerita didepan kelas atau
mengemukakan pendapat yang berbeda dengan yang lain, para murid masih merasa kesulitan.
Namun Ibu Onis menyadari bahwa semua itu membutuhkan bimbingan dan pembiasaan.
Terlepas dari hambatan dan kendala yang dihadapi, Ibu Onis dalam uji-cobanya
mendapatkan hal yang menyenangkan hatinya, yaitu ketika mengajarkan pengurangan.
Pembelajaran dimulai dengan sebuah cerita dan pada kesimpulannya melibatkan angka dan
operasi pengurangan sebagai berikut : 23 – 8 = …. , dari pertanyaan tersebut muncul
beberapa jawaban dan cara yang dikemukakan oleh siswa. Ada siswa yang menggunakan
sempoa untuk melakukan pengurangan, ada juga yang membilang secara mundur,
menggunakan lembar buku untuk menghitung, mencari halaman 23 lalu membuka mundur 8
halaman sehingga diperoleh angka 15, ada siswa yang menggunakan pengurangan bersusun
kebawah dengan meminjam sepuluh dari angka puluhan untuk ditambah keangka satuannya
dan ada pula siswa yang menghitung dengan menyusun ke bawah tanpa meminjam 10, seperti
:
23
{ 3 + 5 = 8, 8 – 8 = kosong } { 20 – 5 = 15 }
_ 8__ _
15
Penemuan-penemuan seperti itu sempat mengagetkan Ibu Onis, padahal sebelumnya
tidak terpikir bahwa mereka akan menemukan cara-cara seperti yang mereka kemukakan. Ibu
Onis juga mengatakan bahwa dari uji-coba PMRI yang telah dilaksanakan terasa begitu
banyak perubahan dalam pembelajaran matematika. Siswa mulai berani mengemukakan
pendapat meskipun dalam bahasa yang sederhana dan menghargai perbedaan pendapat. Dan
siswa mulai senang belajar matematika.
Ditulis kembali oleh : (Dessy Rahmawati, Annisa Rohmah, Faridatul Lail)
Sumber : Buletin PMRI Edisi IV-April 2004