5. Bandura (1994 dalam Papalia, 2007):
Dengan membandingkan diri mereka dengan individu
lain yang sebaya, seorang anak dapat mengukur
kemampuan-kemampuannya secara lebih realistis
dan mendapatkan kesadaran yang lebih jelas
mengenai self-efficacy-nya
• Berbagai hubungan dengan teman sebaya :
Hubungan pertemanan (friendship)
Kelompok sosial yang lebih besar
Hubungan romantis
Peer Relationship
6. Ormrod (2007):
Peer relationship, terutama hubungan dengan teman dekat
(friendship), memberikan pengaruh dalam perkembangan
personal dan sosial anak-anak dan remaja, yaitu :
mempelajari dan melatih social skill
menawarkan dukungan sosial dan emosional
agen sosialisasi
• 3 golongan siswa dalam pergaulan :
Truly popular students
Rejected students
Neglected students
Peer Relationship
9. Tujuh Topik Motivasi Berprestasi
Motivasi ekstrinsik dan intrinsik
Atribusi
Mastery motivation
Self-efficacy
Goal setting, perencanaan, dan self
monitoring
Kecemasan
Strategi instruksional dan motivasi siswa
10. Motivasi ekstrinsik dan intrinsik
• Motivasi ekstrinsik melibatkan insentif dari luar,
seperti reward dan punishment
• Motivasi intrinsik dilandasi oleh faktor-faktor
internal seperti self-determination, rasa ingin tahu,
tantangan, dan usaha
Atribusi
Hal-hal yang diperkirakan merupakan penyebab
yang mendasari hasil yang muncul (Santrock, 2001)
Locus
Stability
Controllability
11. Mastery Motivation
Mastery vs Performance orientation
Self-efficacy
• Self-efficacy adalah kepercayaan bahwa seseorang dapat
menguasai situasi dan memberikan hasil yang positif
(Bandura, 1994, 1997, 1998, 2000 dalam Santrock, 2001).
Goal Setting, Perencanaan, dan Self-Monitoring
• Para peneliti menemukan bahwa self-efficacy dan prestasi
meningkat saat siswa menetapkan goal (tujuan) yang
spesifik, proximal, dan menantang (Bandura, 1997;
Schunk, 1997; Schunk & Ertmer, 2000 dalam Santrock,
2001)
12. Kecemasan
• Yang dimaksud dengan kecemasan adalah perasaan takut
dan khawatir yang tidak jelas dan sangat tidak
menyenangkan (Santrock, 2001)
Strategi Instruksional dan Motivasi Siswa
• Strategi mengajar yang penting adalah memonitor
pengharapan guru dan memastikan bahwa guru memiliki
pengharapan positif terhadap siswa berkemampuan
rendah.
• Kepercayaan siswa sendiri mengenai strategi
instruksional dan motivasional yang efektif juga harus
dipertimbangkan.
14. Vokasional
• Definisi Karier = serangkaian pengalaman yang
dominan dilakukan sepanjang hidup, jenjang
pekerjaan dan peran lain dalam bentuk
komitmen kerja dan pengembangan diri.
15. • Kematangan karier keputusan karier baik
• Alasan mengikuti perguruan tinggi (Wright,
1982)
Siswa SMA yg Matang Siswa SMA yg tidak Matang
Belum jelas apa yang akan
Kualifikasi profesional utk dilakukan, tetapi yakin bahwa
pekerjaan gelar akan membantu
mendapatkan pekerjaan
Betul-betul berminat pada Merasa terpaksa karena
pengetahuan terkait dituntut oleh lingkungan
Ingin menjadi mahasiswa dan
Menjadi mahasiswa untuk
sekaligus memberi waktu
menunda keputusan
untuk memikirkan masa depan
Menjadi mahasiswa untuk
menghindar dari menganggur
atau pekerjaan membosankan
16. Fase Perkembangan
Vokasional
(Sukadji, 2000)
• Fase fantasi (hingga usia 10th)
• Fase tentatif usia 11 sampai 17 tahun.
– Pada usia 11-12 tahun, pilihan dan perencanaan dilakukan
berdasarkan minat.
– Pada usia 13-14 tahun, anak mulai memilih berdasarkan
kapasitas yang dirasa ia miliki.
– Pada usia 15-16 tahun merupakan fase nilai (value).
– Selanjutnya, usia 17 tahun yang merupakan masa transisi ke
pertimbangan realitas.
• Fase realistis
– mencoba pekerjaan secara langsung / tdk langsung
17. Orientasi Masa Depan
Karier
• Gambaran seseorang tentang masa depan
• Dasar menetapkan tujuan, perencanaan,
membuat pilihan dan komitmen, serta
membantu seseorang menyelesaikan tugas
perkembangan
(Nurmi, dalam Palupi 2007)
18. Orientasi Masa Depan
Karier
Konstruk:
• Ekspektansi, harapan, dan kekhawatiran individu
• Seberapa jauh ekspektansi dan harapan diharapkan dapat
tercapai
• Pemikiran individu tentang faktor yang dapat mempengaruhi
masa depan (atribusi, kemampuan, usaha)
• Perasaan individu terhadap masa depannya (optimis, pesimis)
• Cara individu untuk mencapai tujuan
19. Orientasi Masa Depan
Karier
Faktor-faktor yg mempengaruhi:
• Faktor Individual
– Usia. Semakin bertambah usia, semakin berorientasi
pada masa depan
– Konsep diri dan penghargaan diri (self-esteem).
Konsep diri + lebih memiliki perencanaan dan evaluasi
mengenai masa depan
• Konteks Sosial
– Peran gender, SES, Interaksi Orang tua-anak
20. Faktor Pemilihan Karier
Faktor Internal
• Karakteristik Genetik
– Gender, Etnik, Fisik
• Karakteristik personal – psikologi
– Bakat, Minat, Kepribadian
• Karakteristik personal – sosiologi
– SES, gaya hidup
Faktor Eksternal
• Situasi Kerja, Situasi Sosial (prestise), Kebijakan ekonomi
21. Kompetensi Karier yang
Harus Dikembangkan di
SMA
• Pemahaman tentang pengaruh konsep diri yang positif
terhadap pengembangan karier
• Interpersonal dan social skills
• Memahami kaitan antara prestasi akademis, perencanaan,
pelatihan, dan penempatan karier
• Sikap positif terhadap belajar dan pekerjaan
• Kemampuan untuk mencari, mengevaluasi, dan memaknai
informasi karier
Source: National Career Development Guideliness: Local Handbook for
High School (1989); dalam Isaacson 1997
22. Kompetensi Karier yang
Harus Dikembangkan di
SMA
• Kemampuan untuk menyiapkan, mencari, mendapatkan,
menjaga, dan menekuni pekerjaan
• Kemampuan dalam pengambilan keputusan dan memilih
alternatif untuk tujuan pendidikan dan karier
• Pemahaman mengenai perubahan peran pada pria/wanita
dan bagaimana kaitannya dengan pemilihan karier
• Kemampuan terhadap eksplorasi karier dan perencanaan
Source: National Career Development Guideliness: Local Handbook for
High School (1989); dalam Isaacson 1997
24. • Aksi negatif (verbal maupun fisik) yang dilakukan oleh
seseorang secara sengaja dan mengakibatkan kecelakaan atau
ketidaknyamanan terhadap orang lain (Olweus, 1993).
• Bullying berulang kali, terus menerus dlm periode tertentu,
membuat korban cemas dan terintimidasi.
• Elemen bullying (Coloroso, 2003 dalam Andina, 2004):
– Adanya ketidakseimbangan kekuatan/kekuasaan,
– Adanya maksud atau tujuan untuk menyakiti orang lain,
– Adanya ancaman akan munculnya agresi kembali
DEFINISI
25. Menurut Olweus (1993):
• Bullying fisik
menonjok, memukul, mencekik, menendang,
menampar,menggigit, mencakar, serta merusak atau menghancurkan
pakaian maupun barang-barang milik korban.
• Bullying verbal
mengolok-olok orang lain, menghina, meremehan orang lain dan
juga mengkritik orang lain dengan kejam
• Relational bullying
perilaku mengucilkan orang lain merusak persahabatan,
menyebarkan gossip atau rumor, serta gesture tubuh yang
mengartikan permusuhan.
BENTUK-BENTUK
BULLYING
26. Karakteristik bullying yang dilakukan oleh anak
perempuan:
– Cenderung melakukan bullying terhadap anak perempuan
lain.
– Lebih sering bullying berkelompok dibandingkan dengan
anak laki-laki.
– Mengakibatkan luka psikologis pada korbannya
– Bertingkahlaku baik di depan orang dewasa namun sangat
kejam di kelompoknya.
– Sering memberikan komentar yang berkaitan degan
perilaku seksual dari anak perempuan lain yang tidak
disukainya.
Bullying berdasarkan
jenis kelamin
27. Karakteristik bullying yang dilakukan oleh anak
laki-laki:
– Cenderung melakukan bullying secara fisik.
– Menggunakan verbal bullying yang berkaitan
dengan orientasi seksual dan anggota keluarga,
– Cenderung melakukan bullying terhadap individu
yang lebih kecil dan lebih lemah.
– Terlibat dalam pemerasan dan pelecehan seksual.
Bullying berdasarkan
jenis kelamin
28. Referensi
Andina, Diajeng. (2004). Pemicu Perilaku Bullying pada Siswa SMA “Z”. Depok: Fakultas Psikologi UI.
Argaputri, Aida. (2005). Gambaran Self-esteem Remaja Pelaku Bullying. Depok: Fakultas Psikologi UI.
Ayuningtyas, Ambar Arum. (2005). Analisis Deskriptif Perilaku Bullying di Lingkungan Sekolah Dasar. Depok:
Fakultas Psikologi UI.
Olweus, D (1993). Bullying at school: what we know and what we can do. Oxford: Blackwell.
Ormrod, Jeanne Ellis. (2007). Educational Psychology : Developing Learners (4th ed.) . New Jersey : Prentice Hall
Palupi, Indah N. (2007). Hubungan Trait Kecemasan dan Keterlibatan dalam Organisasi Kemahasiswaan
dengan Orientasi Masa Depan Bidang Karir. Skripsi. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Papalia, Dianne, S. W. Olds, dan R. D. Feldman. (2007). Human Development (10th Ed). New York: McGraw Hill.
Putriani, Krisna. (2004). Pengaruh Tipe Bullying dan Gender Pelaku-Korbannya di SMA terhadap Persepsi Guru.
Depok: Fakultas Psikologi UI.
Rigby, Ken. (2008). Children and Bullying: How Parents and Educators Can Reduce Bulying at School. Oxford:
Blackwell. Pub.
Santrock, John W. (2001). Educational Psychology. Boston : McGraw-Hill
Santrock, John W. (2007). Adolescence (11th ed). Boston: McGraw Hill.