SlideShare a Scribd company logo
1 of 42
BAB I 
PENDAHULUAN 
ii 
A. Latar belakang 
Berdasarkan pengalaman peneliti dilapangan ketika melakukan 
Program Pengalaman Lapangan (PPL) terdapat banyak siswa yang memperoleh 
nilai rendah. Tidak semua siswa bisa memperoleh hasil belajar yang baik, ada 
siswa yang memperoleh nilai sedang, dan ada yang memperoleh nilai buruk. 
Banyak faktor yang mempengaruhi individu, baik yang bersumber dari dalam 
dirinya (faktor internal) ataupun yang berasal dari luar dirinya (faktor eksternal). 
Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam individu siswa 
meliputi kesehatan, inteligensi, minat, bakat, motif, dan lain-lain. Sedangkan 
faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar siswa atau lingkungan yang 
meliputi faktor keluarga, metode mengajar guru, disiplin sekolah, interaksi guru 
dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa, teman bergaul, dan lain-lain. Salah 
satu faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor 
sosial yaitu pada interaksi sosial siswa dilingkungan sekolah. Secara pengertian 
umum, interaksi sosial berlangsung antara satu individu dengan individu yang 
lain, individu dengan suatu kelompok, serta interaksi sosial antar kelompok 
sosial. Interaksi sosial siswa di sekolah meliputi interaksi siswa dengan guru, dan 
interaksi siswa dengan siswa. 
Secara garis besar kemampuan siswa dalam berinteraksi sosial 
dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu siswa yang dapat
dikategorikan sebagai siswa yang bisa berinteraksi sosial dengan baik atau 
pandai bergaul dan sebaliknya yaitu siswa yang mengalami kesulitan bergaul 
atau individu yang tidak bisa berinteraksi sosial dengan baik. Siswa yang bisa 
berinteraksi sosial dengan baik biasanya dapat mengatasi berbagai persoalan di 
dalam pergaulan. Mereka tidak mengalami kesulitan untuk menjalani hubungan 
dengan teman baru, berkomunikasi secara efektif dengan orang lain, terlibat 
dalam pembicaraan yang menyenangkan, dan dapat mengakhiri pembicaraan 
tanpa mengecewakan atau menyakiti orang lain. Dalam pertemuan formal, 
mereka dapat mengemukakan pendapat, memberi penghargaan atau dukungan 
terhadap pendapat orang lain, dan mereka dapat juga mengemukakan kritik tanpa 
menyakiti orang lain. Sebaliknya, siswa yang tidak bisa berinteraksi sosial 
dengan baik merasa kesulitan untuk memulai berbicara, terutama dengan orang-orang 
yang belum dikenal, mereka merasa canggung dan tidak dapat terlibat 
dalam pembicaraan yang menyenangkan. Dalam hubungan formal, mereka 
kurang atau bahkan tidak berani mengemukakan pendapat, pujian, keluhan dan 
ii 
sebagainya. 
Interaksi sosial siswa yang baik akan menciptakan hubungan yang 
harmonis. Bentuk-bentuk interaksi sosial yang baik dapat dilihat dengan adanya 
suatu kerjasama, saling menghormati dan saling menghargai. Kerjasama 
semakin tercipta tatkala ditemukan suatu permasalahan dalam proses 
pembelajaran disekolah. Siswa akan dengan senang hati saling berdiskusi dan 
saling membantu dalam memecahkan masalah kesulitan belajar yang 
dihadapinya. Interaksi sosial yang baik diantara siswa juga dapat menciptakan
sikap saling menghargai dan terciptanya suasana yang nyaman dalam belajar 
serta akan mendorong siswa untuk berprestasi di lingkungan sekolah. 
Sebaliknya interaksi sosial siswa yang tidak baik, ditandai dengan 
hubungan antar siswa diliputi rasa kebencian, dan kurangnya kerjasama diantara 
siswa. Bentuk-bentuk interaksi sosial yang tidak baik dapat kita lihat dimana 
siswa saling membenci, saling menjatuhkan, dan terbentuknya kelompok teman 
sebaya dimana masing-masing kelompok saling menyerang atau saling 
menjatuhkan sehingga akan menciptakan hubungan yang kurang harmonis 
diantara siswa. Interaksi sosial yang tidak baik di lingkungan sekolah juga akan 
menciptakan suasana belajar yang kurang nyaman atau kondusif. Hal semacam ini 
akan menghambat kemajuan siswa dalam proses pembelajaran karena kurangnya 
kerjasama, komunikasi, dan siswa kurang menghargai siswa yang lain sehingga 
sering menimbulkan suasana belajar yang selalu gaduh, tegang, sering ribut, 
timbulnya pertengkaran, perkelahian, dan sebagainya, lingkungan seperti ini akan 
menyebabkan siswa terganggu dalam proses pembelajaran yang pada akhirnya 
akan mempengaruhi sikapnya terhadap pembelajaran. 
Faktor-faktor terbentuknya Interaksi Sosial 
Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor,antara 
lain adalah faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Faktor-faktor ini dapat 
berjalan sendiri-sendiri atau terjadi secara bersamaan. 
ii 
1) Faktor imitasi 
Merupakan aktifitas dimana individu melakukan peniruan terhadap 
tingkah laku yang disaksiskannya yang dilakukan orang lain pada saat 
menghadapi situasi tertentu.
ii 
2) Faktor sugesti 
Berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau suatu sikap 
yang berasal dari dirinya ynag kemudian diterima oleh fihak lain. Jadi proses ini 
mirip dengan proses imitasi hanya saja titik tolaknya berbeda. Berlangsungnya 
sugesti dapat terjadi karena fihak yang menerima dilanda oleh emosi yang 
sedemikian rupa sehingga menghambat daya fikirnya yang rasional. 
3) Faktor Identifikasi 
Sebenarnya merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan 
dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. 
Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, oleh karena kepribadian 
seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini. Proses identifikasi dapat 
berlangsung dengan sendirinya (secara tidak sadar), maupun dengan disengaja 
oleh karena seringkali seseorang memerlukan tipe-tipe ideal tertentu di dalam 
proses kehidupan. 
4 Faktor Simpati 
Merupakan suatu proses dimana seseorang tertarik pada pihak lain. Didalam 
proses ini perasaan memegang peran yang sangat penting, walaupun dorongan 
utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk 
bekerjasama dengasnnya. 
JENIS-JENIS INTERAKSI 
Dalam setiap interaksi senantiasa di dalamnya mengimplikasikan adanya 
kominikasi antarpribadi. Demikian pula sebaliknya, setiap komunikasi antar
pribadi senantias mengandung interaksi. Adalah sulit untuk memisahkan antar 
keduanya. Atas dasar itu, maka setidaknya ada tiga jenis yaitu: 
ii 
a. Interaksi verbal 
Interaksi verbal adalah interaksi yang terjadi bila 2 orang atau lebih 
melakukan kontak satu sama lain dengan menggunakan alat-alat artikulasi atau 
pembicaraan. Prosesnya terjadi dalam bentuk saling bertukar [ercakapan satu sam 
lain. 
b. Interaksi fisik 
Interaksi fisik adalah interaksi yang terjadi manakala dua orang atau lebih 
melakukan kontak dengan menggunakan bahasa-bahasa tubuh. Misalnya: ekspresi 
wajah, posisi tubuh, gerak-gerik tubuh, dan kontak. 
c. Interaksi emosional 
Interaksi yang terjadi manakala individu melakukan kontak satu sama lain 
dengan melakukan curahan perasaan 
.Pendidikan karakter 
Pendidikan Karakter adalah pendidikan yang berkaitan dengan suatu sistem 
yang mengarah pada terjadinya perubahan yang baik dan karakter yang berkaitan 
dengan sikap seseorang.Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas 
adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, 
tabiat, temperamen, watak”. Dengan demikian karakter mengacu kepada 
serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan 
keterampilan (skills).
Secara etimologis karakter berasal dari bahasa Yunani, Charassein yang 
artinya ‘mengukir’.Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. 
Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan 
kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika 
pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat 
diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi 
ii 
tertentu. (Singh dan Agwan, 2000) 
Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki 
perbedaan yang signifikan.Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang 
terjadi tanpa ada lagi pemikiran karena sudah tertanam dalam pikiran, dan 
dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan. Kebiasaan yang 
dilakukan secara berulang-ulang yang didahului dengan kesadaran dan 
pemahaman akan menjadi karakter seseorang (Abdullah Munir, 2010) 
Menurut Simon Philips dalam Quari (2010:10), karakter adalah kumpulan 
tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan 
perilaku yang ditampilkan. Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, 
atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan 
yang diterima dari lingkungan. Dari pendapat di atas dipahami bahwa 
karakter itu berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi ‘positif’, bukan netral. 
Jadi, ‘orang berkarakter’ adalah orang yang mempunyai kualitas moral (tertentu) 
positif.Dengan demikian, pendidikan karakter, secara implisit mengandung arti 
membangun sifat atau pola perilaku yang didasari atau berkaitan dengan dimensi 
moral yang positif atau baik, bukan yang negatif atau buruk.
Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber 
dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga 
disebut sebagai the golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang 
pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar diantaranya cinta kepada 
Allah dan ciptaann-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan 
santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan 
pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati, toleransi, 
cinta damai, dan cinta persatuan. Dengan demikian diharapkan melalui 
pendidikan karakter dapat dibangun wawasan kebangsaan serta mendorong 
inovasi dan kreasi siswa. Di samping itu nilai-nilai yang perlu dibangun dalam 
diri generasi penerus bangsa secara nasional yakni kejujuran, kerja keras, 
menghargai perbedaan, kerja sama, toleransi, dan disiplin. 
Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian 
seseorang melalui pendidikan budi pekeri, yang hasilnya terlihat dalam tindakan 
nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, 
menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya (Thomas Lickona, 1991 
dalam Ratna Megawangi, 2007: 83). Menurut Aristoteles karakter erat kaitannya 
dengan habit atau kebiasaan yang kerap dimanifestasikan dalam tingkah laku 
(Megawangi, Ibid)Kahn (2010), menyatakan terdapat empat jenis pendidikan 
karakter yang selama ini dilaksanakan dalam proses pendidikan: 
 Pendidikan karakter berbasis nilai religius, yang merupakan kebenaran 
ii 
wahyu Tuhan (konservasi moral);
 Pendidikan karakter berbasis nilai budaya , antara lain yang berupa budi 
pekerti, Pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para 
pemimpin bangsa (konservasi lingkungan); 
 Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan); 
 Pendidikan karakter berbasis potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil proses 
skesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan 
kualitas pendidikan (konservasi humanis). 
 . Pendidikan karakter adalah sebuah system yang menanamkan nilai – nilai 
karakter pada peserta didik,yang mengandung komponen pengetahuan, 
kesadaran individu, tekad serta adanya kemauan dan tindakan untuk 
melaksanakan nilai- nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, 
sesame manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan 
ii 
kamil. 
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan 
karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara 
sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia 
yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, 
lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, 
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, 
budaya, dan adat istiadat. 
Faktor- Faktor Pendidikan Karakter 
1. Faktor lingkungan dalam konteks pendidikan karakter memiliki peran 
yang sangat peting karena perubahan perilaku peserta didik sebagai hasil
dari proses pendidikan karakter sangat ditentunkan oleh faktor lingkungan 
ini. Dengan kata lain pembentukan dan rekayasa lingkungan yang 
mencakup diantaranya lingkungan fisik dan budaya sekolah, manajemen 
sekolah, kurikulum, pendidik, dan metode mengajar. Pembentukan 
karakter melalui rekasyasa faktor lingkungan dapat dilakukan melalui 
ii 
strategi : 
1. Keteladanan 
2. Intervensi 
3. Pembiasaan yang dilakukan secara Konsisten 
4. Penguatan. 
Dengan kata lain perkembangan dan pembentukan karakter memerlukan 
pengembangan keteladanan yang ditularkan, intervensi melalui proses 
pembelajaran, pelatihan, pembiasaan terus-menerus dalam jangka panjang yang 
dilakukan secara konsisten dan penguatan serta harus dibarengi dengan nilai-nilai 
luhur 
Pilar – Pilar Pendidikan Karakter 
1. Pendidikan kara kter didasarkan pada enam nilai-nilai etis bahwa setiap 
orang dapat menyetujui – nilai-nilai yang tidak mengandung politis, 
religius, atau bias budaya. Beberapa hal di bawah ini yang dapat kita 
jelaskan untuk membantu siswa memahami Enam Pilar Pendidikan 
Berkarakter, yaitu sebagai berikut : 
1. Trustworthiness (Kepercayaan)
Jujur, jangan menipu, menjiplak atau mencuri, jadilah handal – 
melakukan apa yang anda katakan anda akan melakukannya, minta keberanian 
untuk melakukan hal yang benar, bangun reputasi yang baik, patuh – berdiri 
ii 
dengan keluarga, teman dan negara. 
2. Recpect (Respek) 
Bersikap toleran terhadap perbedaan, gunakan sopan santun, bukan 
bahasa yang buruk, pertimbangkan perasaan orang lain, jangan 
mengancam, memukul atau menyakiti orang lain, damailah dengan 
kemarahan, hinaan dan perselisihan 
3. Responsibility (Tanggungjawab) 
Selalu lakukan yang terbaik, gunakan kontrol diri, disiplin, berpikirlah 
sebelum bertindak – mempertimbangkan konsekuensi, bertanggung jawab atas 
pilihan anda. 
4. Fairness (Keadilan) 
Bermain sesuai aturan, ambil seperlunya dan berbagi, berpikiran terbuka; 
mendengarkan orang lain, jangan mengambil keuntungan dari orang lain, jangan 
menyalahkan orang lain sembarangan. 
5. Caring (Peduli) 
Bersikaplah penuh kasih sayang dan menunjukkan anda peduli, ungkapkan 
rasa syukur, maafkan orang lain, membantu orang yang membutuhkan.
ii 
6. Citizenship (Kewarganegaraan) 
Menjadikan sekolah dan masyarakat menjadi lebih baik, bekerja sama, 
melibatkan diri dalam urusan masyarakat, menjadi tetangga yang baik, mentaati 
hukum dan aturan, menghormati otoritas, melindungi lingkungan hidup. 
. Tujuan, Fungsi dan Media Pendidikan karakter & Nilai-nilai Pembentuk 
Karakter. 
Tujuan, Fungsi dan Media Pendidikan karakter 
karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, 
Pendidikan kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, 
berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan 
teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha 
Esa berdasarkan Pancasila 
Pendidikan karakter berfungsi untuk: 
1. mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan 
berperilaku baik 
2. memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur 
3. meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. 
Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup 
keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, 
pemerintah, dunia usaha, dan media massa. 
4. Nilai-nilai Pembentuk Karakter 
Satuan pendidikan sebenarnya selama ini sudah mengembangkan dan 
melaksanakan nilai-nilai pembentuk karakter melalui program operasional satuan
pendidikan masing-masing. Hal ini merupakan prakondisi pendidikan karakter 
pada satuan pendidikan yang untuk selanjutnya pada saat ini diperkuat dengan 18 
nilai hasil kajian empirik Pusat Kurikulum. Nilai prakondisi (the existing values) 
yang dimaksud antara lain takwa, bersih, rapih, nyaman, dan santun. 
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah 
teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan 
ii 
pendidikan nasional, yaitu: 
1. Jujur 
2. Toleransi 
3. Disiplin 
4. Kerja keras 
5. Kreatif 
6. Mandiri 
7. Demokratis 
8. Rasa Ingin Tahu 
9. Semangat Kebangsaan 
10. Cinta Tanah Air 
11. Menghargai Prestasi 
12. Bersahabat/Komunikatif 
13. Cinta Damai 
14. Gemar Membaca 
15. Peduli Lingkungan 
16. Peduli Sosial
ii 
17. Tanggung Jawab 
18. Religious 
Beberapa Pendekatan Dalam Pendidikan Karakter 
1. Pendekatan perkembangan moral kognitif 
Bertujuan membimbing seseorang dalam mengembangkan pertimbangan 
moralnya berdasarkan pada suatu pola yang disebut peringkat artinya dalam 
pendekatan ini dapat diketahui bahwa ia mematuhi peraturan moral (yang semula 
lantaran takut hukuman namun selanjutnya karena ia memiliki kesadaran yang 
berasaskan prinsip moral universal) 
2. Pendekatan analisis nilai 
Focus utama dalam pendekatan ini adalah membimbing peserta didik agar 
ia dapat berpikir agar dapat berpikir logis dan sistematis dalam menyelesaikan 
suatu masalah yang mengandung nilai-nilai. Pendekatan ini memerlukan seorang 
guru yang mampu fakta persoalan yang relevan. 
3. Pendekatan perilaku social merupakan respon atas stimulus pendekatan ini 
dapat digambarkan dengan model S-R atau suatu kaitan (stimulus respon)tingkah 
laku seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali. Pendekatan ini dipelopori oleh 
J. B. Skinner, yang akhirnya memunculkan subaliran 
4. Pendekatan kognitif 
Menekankan bahwa tingkah laku merupakan proses mental, yang 
menunjukan bahwa individu atau organism aktif dalam menangkap, menilai, 
membandingkan dalam menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi.
Pendekatan kognitif sebenernya merupakan aplikasi atau pelaksanaan dari teori 
perkembangan kognitif . Teori piaget memberikan banyak konsep dalam bidang 
psikologi perkembangan yang berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan. 
Menurut piaget kemampuan kognitif adalah kemampuan seseorang dalam 
merepresentasikan dunia berdasarkan kenyataan yang dilihat dan dirasakan. Piaget 
membuat skema dan membaginya ke dalam 4 pireode sebagai berikut 
a. periode sensori motor (usia 0-2 tahun) 
b. periode pra operasional (usia 2-7 tahun) 
c. periode operasional konkret (usia 7-11 tahun) 
d. Periode Operasional Formal (usia 11 tahun sampai dewasa) 
ii 
5. Pendekatan Afektif 
Pendekatan afektif atau pendekatan sikap yang digunakan sebagai salah satu 
pendekatan dalam pendidikan karakter memiliki konsep yang menjelaskan bahwa 
belajar dipandang sebagai upaya sedar seorang individu untuk memperoleh 
perubahan perilaku secara keseluruhan, baik perubahan dalam aspek konitif, 
afektif, dan psikomotor. 
Strategi guru berkomunikasi terhadap peerta didik 
Dari hasil kualitatif cara guru berkomunikasi trhadap peserta didik, yang 
dilakukan dikelas, ditemukan bahwa strategi yang dilakuanya dalam 
berkomunikasi dengan peserta didik yaitu dengan cara mengajak peserta didik 
untuk berpikir tentang materi yang akan disampaikan agar mengajak peserta didik 
tersebut tidak hanya diam mendengarkan guru akan tetapi juga ikut 
berkomunikasi dengan guru dan peserta didik yang lainya.
Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa komponen, salah satu nya 
terdapat pendidik dan peserta didik serta tujuan yang ingin di capai pada proses 
pembelajaran tertentu. Untuk menjalankan proses pembelajaran yang optimal 
pendidik harus menganalisis peserta didiknya terlebih dahulu yang meliputi 
karakteristik umum, karakteristik akademik, maupun karakteristik uniknya 
yang dapat mempengaruhi kemampuan, intelektual, dan proses belajarnya. 
Dengan memahami karakteristik umum peserta didik, pendidik akan dapat 
merancang pembelajaran yang kondusif yang akan dilaksanakan. Rancangan 
pembelajaran yang kondusif akan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa 
sehingga mampu meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang diinginkan. 
ii 
B. RUMUSAN MASALAH 
1. Apa itu intraksi ? 
2. Apa itu pendidikan karakter ? 
3. Bagaimana interaksi sosial terhadap karakter peserta didik ? 
4. Bagaimana tujuan dan fungsi pendidikan karakter ? 
C. TUJUAN PENELITIAN 
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: “untuk mengetahui 
kamampuan tentang interaksi sosial terhadap karakter peserta didik disekolah”.
ii 
D. MANFAAT PENELITIAN 
a. Sebagai bahan masukan untuk megetahui tentag pengaruh interaksi 
sosial terhadap karakter peserta didik dikelas x . 
b. Sebagai bahan informasi bagi penelitian yang relevan dengan obyek 
penelitian ini . 
c. Dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam rangka penyususnan 
kebijakan yang berhubungan tentang pengaruh interaksi sosial 
terhadap karakter peserta didik dikelas MAN Kota Baru Raha.
BAB II 
KAJIAN PUSTAKA 
ii 
A. Pengertian Interaksi Sosial 
Homans (2004: 87), mendefinisikan interaksi sebagai suatu 
kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap 
individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu 
tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya. 
Konsep yang dikemukakan oleh Homans ini mengandung 
pengertian bahwa interaksi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh 
seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan 
individu lain yang menjadi pasangannya. 
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang 
menyangkut hubungan antarindividu, individu (seseorang) dengan 
kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya interkasi sosial 
maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Proses sosial adalah 
suatu interaksi atau hubungan timbal balik atau saling mempengaruhi 
antar manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya didalam 
amasyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, proses sosial diartikan sebagai 
cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan kelompok-kelompok 
sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan bentuk 
hubungan sosial.
ii 
Syarat Terjadinya Interaksi Sosial 
Syarat terjadinya interaksi sosial terdiri atas kontak sosial dan komunikasi 
sosial. Kontak sosial tidak hanya dengan bersentuhan fisik. Dengan 
perkembangan tehnologi manusia dapat berhubungan tanpa bersentuhan, misalnya 
melalui telepon, telegrap dan lain-lain. Komunikasi dapat diartikan jika seseorang 
dapat memberi arti pada perilaku orang lain atau perasaan-perasaan yang ingin 
disampaikan oleh orang tersebut. 
Sumber-Sumber Interaksi Sosial 
Proses interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat bersumber dari faktor 
imitasi, sugesti, simpati, identifikasi dan empati. 
1. Imitasi merupakan suatu tindakan sosial seseorang untuk meniru sikap, 
tindakan, atau tingkah laku dan penampilan fisik seseorang. 
2. Sugesti merupakan rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan 
seseorang kepada orang lain sehingga ia melaksanakan apa yang 
disugestikan tanpa berfikir rasional. 
3. Simpati merupakan suatu sikap seseorang yang merasa tertarik kepada 
orang lain karena penampilan,kebijaksanaan atau pola pikirnya sesuai 
dengan nilai-nilai yang dianut oleh orang yang menaruh simpati. 
4. Identifikasi merupakan keinginan sama atau identik bahkan serupa 
dengan orang lain yang ditiru (idolanya) 
5. Empati merupakan proses ikut serta merasakan sesuatu yang dialami 
oleh orang lain. Proses empati biasanya ikut serta merasakan penderitaan 
orang lain.
ii 
B. Pengertian karakter 
Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi 
dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. 
Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang 
baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria 
manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang 
baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai 
sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan 
bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks 
pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai 
luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka 
membina kepribadian generasi muda. 
Sedangkan menurut ahli psikologi, Singh dan Agwan, (2000: 47) 
karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan 
tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter 
seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana 
individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu 
Pendidikan karakter adalah sebuah system yang menanamkan nilai – 
nilai karakter pada peserta didik,yang mengandung komponen pengetahuan, 
kesadaran individu, tekad serta adanya kemauan dan tindakan untuk 
melaksanakan nilai- nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, 
sesame manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan 
kamil.
Menurut Akhmad Sudrajat kita mesti mengerti makna dari karakter itu 
sendiri terlebih dahulu . Pengertian Karakter menurut Depdiknas adalah 
bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personlitas, sifat, tabiat, 
temperamen, dan watak. Sementara itu yang disebut dengan berkarakter ialah 
berkepribadian , berperilaku, bersifat, bertabiat dan berwatak. 
Pendapat Tadzkirotun Musfiroh (2008). Menurutnya karakter mengacu 
pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), 
dan keterampilan (skills). Makna karakter itu sendiri sebenarnya berasal dari 
bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan pada 
aplikasi nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku sehingga orang 
yang tidak jujur , kejam, rakus dan berperilaku jelek. Sebaliknya orang yang 
perilakunya sesuai dengan kaidah moral dinamakan berkarakter mulia. Seseorang 
dianggap memiliki karakter mulia apabila ia mempunyai pengetahuan yang 
mendalam tentang potensi dirinya adalah terpupuknya sikap terpuji, seperti penuh 
reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kratif –inovatif, mandiri, 
hidup sehat, bertanggung jawab dll. Dengan demikian karakter atau karakteristik 
adalah realisasi perkembangan positif dalam hal intelektual, emosional, social, 
ii 
etika dan perilaku . 
Menurut David Elkind dan Freddy sweet, Ph.D. (2004) pendidikan 
karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh guru yang mampu 
mempengaruhi karakter peserta didik,Guru membantu membentuk watak peserta 
didik agar senantisa positif .
Adapun T. ramli (2003) menyatakan bahwasannya pendidikan karakter 
memiliki esensi yang sama dengan pendidikan moral atau akhlak. Dalam konteks 
pendidikan di Indonesia pendidikan karakter ialah pendidikan nilai yakni 
penanaman nilai-nilai luhur yang di gali dari budaya bangsa Indonesia. pijakan 
utama yang harus dijadikan sebagai landasan dalam menerapkan pendidikan 
karakter ialah nilai moral universal yang dapat digali dari agama. Ada beberapa 
nilai karakter dasar yang disepakati oleh para pakar untuk diajarkan kepada 
peserta didik, yakni rasa cinta kepada Tuhan yang maha esa dan ciptaannya, 
tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, mampu 
bekerjsama, percaya diri, kreatif, mau bekerja keras, pantang menyerah, adil serta 
memiliki sifat kepimpinan, baik, rendah hati, toleransi, cinta damai dan cinta 
persatuan. Guru harus berusaha menumbuhkan nilai nilai tersebut melalui spirit 
keteladanan yang nyata, bukan sekedar pengejaran dan wacana. 
Beberapa Pendekatan Dalam Pendidikan Karakter 
1. Pendekatan perkembangan moral kognitif 
Bertujuan membimbing seseorang dalam mengembangkan pertimbangan 
moralnya berdasarkan pada suatu pola yang disebut peringkat artinya dalam 
pendekatan ini dapat diketahui bahwa ia mematuhi peraturan moral (yang 
semula lantaran takut hukuman namun selanjutnya karena ia memiliki 
kesadaran yang berasaskan prinsip moral universal) 
ii
ii 
2. Pendekatan analisis nilai 
Focus utama dalam pendekatan ini adalah membimbing peserta didik agar ia 
dapat berpikir agar dapat berpikir logis dan sistematis dalam menyelesaikan 
suatu masalah yang mengandung nilai-nilai. Pendekatan ini memerlukan 
seorang guru yang mampu fakta persoalan yang relevan. 
3. Pendekatan perilaku social merupakan respon atas stimulus pendekatan ini 
dapat digambarkan dengan model S-R atau suatu kaitan (stimulus 
respon)tingkah laku seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali. Pendekatan 
ini dipelopori oleh J. B. Skinner, yang akhirnya memunculkan subaliran 
4. Pendekatan kognitif 
Menekankan bahwa tingkah laku merupakan proses mental, yang 
menunjukan bahwa individu atau organism aktif dalam menangkap, menilai, 
membandingkan dalam menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. 
Pendekatan kognitif sebenernya merupakan aplikasi atau pelaksanaan dari 
teori perkembangan kognitif . Teori piaget memberikan banyak konsep dalam 
bidang psikologi perkembangan yang berpengaruh terhadap perkembangan 
kecerdasan. 
Menurut piaget kemampuan kognitif adalah kemampuan seseorang dalam 
merepresentasikan dunia berdasarkan kenyataan yang dilihat dan dirasakan. 
Piaget membuat skema dan membaginya ke dalam 4 pireode sebagai berikut 
a. periode sensori motor (usia 0-2 tahun) 
b. periode pra operasional (usia 2-7 tahun) 
c. periode operasional konkret (usia 7-11 tahun)
d. Periode Operasional Formal (usia 11 tahun sampai dewasa) 
ii 
5. Pendekatan Afektif 
Pendekatan afektif atau pendekatan sikap yang digunakan sebagai salah satu 
pendekatan dalam pendidikan karakter memiliki konsep yang menjelaskan 
bahwa belajar dipandang sebagai upaya sedar seorang individu untuk 
memperoleh perubahan perilaku secara keseluruhan, baik perubahan dalam 
aspek konitif, afektif, dan psikomotor. 
Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur 
universal (Ratna Megawangi, 2003), yaitu pertama: karakter cinta Tuhan dan 
segenap ciptaan-Nya; kedua: kemandirian dan tanggungjawab; 
ketiga: kejujuran/amanah, diplomatis; keempat: hormat dan santun; 
kelima:dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama; 
keenam: percaya diri dan pekerja keras; ketujuh: kepemimpinan dan keadilan; 
kedelapan: baik dan rendah hati, dan; kesembilan: karakter toleransi, 
kedamaian, dan kesatuan. 
Pilar-pilar karakter ini baiknya ditumbuhkembangkan pada anak sejak 
usia dini. Karena usia dini adalah masa keemasan (golden age) dimana 50% 
variabilitas kecerdasan seseorang mulai terbentuk pada usianya yang baru 
menginjak 4 tahun. Selanjutnya peningkatan kecerdasan sebesar 30% terjadi 
ketika anak berusia 8 tahun. 20% sisanya terbentuk hingga anak memasuki 
usia pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Dari sini kita lihat bahwa 
lingkungan rumah dan keluarga sebagai sumber belajar pertama tentu
memegang peran yang sangat penting dalam proses pembentukan karakter 
ii 
anak. 
Pengertian Karakteristik Peserta Didik 
Menurut Piuas Partanto, Dahlan (1994) Karakteristik berasal dari kata 
karakter dengan arti tabiat/watak, pembawaan atau kebiasaan yang dimiliki oleh 
individu yang relatif tetap. 
Menurut Moh. Uzer Usman (1989) Karakteristik adalah mengacu kepada 
karakter dan gaya hidup seseorang serta nilai-nilai yang berkembang secara 
teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan mudah di perhatikan 
Menurut Sudirman (1990) Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola 
kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan 
dari lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya. 
Menurut Hamzah. B. Uno (2007) Karakteristik siswa adalah aspek-aspek 
atau kualitas perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, 
gaya belajar kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang dimiliki. 
Siswa atau anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari 
seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan pendidikan. Anak didik 
adalah unsur penting dalam kegiatan interaksi edukatif karena sebagai pokok 
persoalan dalam semua aktifitas pembelajaran (Saiful Bahri Djamarah, 2000) 
Menurut kelompok kami karakteristik umum peserta didik ialah 
karakter/gaya hidup individu secara umum (yang dipengaruhi oleh usia, gender,
latar belakang) yang telah dibawa sejak lahir dan dari lingkungan sosialnya untuk 
ii 
menantukan kualitas hidupnya. 
Karakteristik Umum Peserta Didik dari Segi Usia 
Fase- Fase Perkembangan Manusia 
1. Permulaan kehidupan (konsepsi) 
2. Fase prenatal (dalam kandungan) 
3. Proses kelahiran (± 0-9 bulan) 
4. Masa bayi/anak balita (± 0-1 tahun) 
5. Masa kanak-kanak (± 1-5 tahun) 
6. Masa anak-anak (± 5-12 tahun) 
7. Masa remaja (± 12-18 tahun) 
8. Masa dewasa awal (± 18-25 tahun) 
9. Masa dewasa (± 25-45) 
10. Masa dewasa akhir (± 45- 55) 
11. Masa akhir kehidupan (± 55 tagu ke atas 
Menurut Kurnia (2007) : Karakteristik atau kepribadian seseorang 
dapat berkembang secara bertahap. Berikut ini adalah krakteristik 
perkembangan pada masa anak samapai masa puber 
peserta didik dirumuskan dalam Pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 tahun 
2003 tentang Sisdiknas, yakni “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”1. 
Dalam konsep tersebut mengandung 5 konsep, yakni interaksi, peserta didik, 
pendidik, sumber belajar dan lingkungan belajar. Marilah kita kaji dengan 
cermat satu per satu. Dalam kamus Lengkap Bahasa Indonesia Populer, kata 
interaksi mengandung arti pengaruh timbal balik, saling mempengaruhi satu 
sama lain, saling manarik, saling menerima dan memberi2. 
Peserta didik menurut pasal 1 butir 4 UU nomor 20 tahun 2003 tentang 
Sisdiknas, adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri 
melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis 
pendidikan tertentu. Sementara itu dalam pasal 1 butir 6 UU Nomor 20 Tahun 
2003 tentang Sisdiknas, pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi 
sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur, 
fasilitator, dan sebutan lain dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam 
ii 
menyelenggarakan pendidikan3 
Sumber belajar atau learning resources, secara umum diartikan 
sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan oleh peserta didik dan pendidik 
dalam proses belajar dan pembelajaran. Jika dikelompokkan, sumber belajar 
dapat berupa sumber belajar tertulis/cetakan, terekam, tersiar, jaringan, dan 
lingkungan (alam, sosial, budaya, spiritual). Lingkungan belajar adalah 
lingkungan yang menjadi latar terjadinya proses belajar seperti di kelas,
perpustakaan, sekolah, tempat kursus, warnet, keluarga, masyarakat, dan alam 
ii 
semesta. 
Dari pengertian di atas kita mengetahui ciri utama pembelajaran 
adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa. Ini 
menunjukkan bahwa unsur kesengajaan dari pihak di luar individu yang 
melakukan proses belajar, dalam hal ini pendidik secara perorangan atau 
secara kolektif dalam suatu sistem, merupakan ciri utama dari konsep 
pembelajaran. Perlu diingat bahwa tidak semua proses belajar terjadi dengan 
sengaja. Di samping itu, ciri lain dari pembelajaran adalah adanya interaksi 
yang sengaja diprogramkan. Interaksi tersebut terjadi antara peserta didik 
yang belajar dengan lingkungan belajarnya, baik dengan pendidik, peserta 
didik lainnya, media, dan atau sumber belajar lainnya. 
Ciri lain dari pembelajaran adalah adanya komponen-komponen yang 
saling berkaitan satu sama lain. Komponen-komponen tersebut adalah tujuan, 
materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran. Tujuan pembelajaran menjadi 
mengacu pada kemampuan atau kompetensi yang diharapkan dimiliki peserta 
didik setelah mengikuti suatu pembelajaran tertentu. Materi pembelajaran 
adalah segala sesuatu yang dibahas dalam pembelajaran dalam rangka 
mencaAqidah Akhlak tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan pembelajaran 
mengacu pada penggunaan pendekatan, strategi, metode, dan teknik dan 
media dalam rangka membangun proses belajar antara lain membahas materi 
dan melakukan pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat 
dicaAqidah Akhlak secara optimal. Proses pembelajaran dalam arti yang luas
merupakan jantungnya dari pendidikan untuk mengembangkan kemampuan, 
membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka 
ii 
pencerdasan kehidupan bangsa4. 
Karakteristik Umum Peserta Didik dari Segi Gender 
Bebrapa para ahli mengatakan bahwa perbedaan gender dalam kaitannya 
dengan kognisi dan prestasi mungkin bersifat situasional. Perbedaan itu bervariasi 
menurut waktu dan tempat (Biklen &Pollard, 2001) dan mungkin berinteraksi 
dengan ras dan kelas sosial (Pollard, 1998). Penulis Boys and Girls Learn 
Differently mengatakan bahwa perbedaan antara anak laki-laki dan anak 
perempuan memang ada akibat perbedaan dalam otak mereka. 
 Perbedaan Anak Perempuan dengan Anak Laki-Laki 
Menurut Diane (1995, 1996), ada beberapa perbedaan anak perempuan 
dan anak laki-laki, anak perempuan menunjukkan kinerja yang lebih baik 
di bidang seni bahasa, pemahaman bacaan, dan komunikasi tertulis dan 
lisan. Sedangkan anak laki-laki terlihat sedikit unggul di bidang 
matematika dan penalaran matematis. 
Menurut Ormrod (2000) : 
Fitur Anak 
Perempuan 
Anak Laki-Laki Implikasi untuk 
Pendidikan 
Kemampuan 
Kognitif 
Lebih baik dalam 
tugas-tugas 
Lebih baik dalam 
keterampilan 
Berharap anak laki-laki 
dan perempuan
verbal visual-spasial memiliki kemampuan 
ii 
kognitif yang sama 
Fisik Sebelum 
pubertas 
kapabilitasnya 
sama 
Setelah pubertas, 
lebih unggul 
dalam hal tinggi 
badan dan 
kekuatan otot 
Mengasusmsikan kedua 
gender memiliki 
potendi untuk 
mengembangkan 
berbagai keterampilan 
fisik dan motorik 
Motivasi Peduli pada 
prestasi sekolah, 
tetapi kurang 
berani 
mengambil 
resiko 
Usaha yang besar 
di subjek-subjek 
“stereotipikal laki-laki” 
Mendorong kedua 
gender unggul disemua 
subjek. Menghindari 
stereotip 
Self-Esteem Cenderung 
melihat diriny 
sendiri lebih 
kompeten di 
bidang hubungan 
interpersonal 
Lebih memiliki 
rasa percaya diri 
untuk 
mrngrndalikan 
dan mengatasi 
masalah. 
Lebih menilai 
kinerjanya sendiri 
secara positif 
Menunjukkan kepada 
semua siswa bahwa 
mereka bisa berhasil di 
bidang-bidang yang 
kontrastereotip
ii 
Aspirasi 
Karier 
Hubungan 
Interpersonal 
Memiliki 
ekspektasi jangka 
panjang yang 
lebih tinggi untuk 
dirinya sendiri 
Menunjukkan otang-orang 
yang sukses 
dalam karier di semua 
bidang sekaligus dalam 
keluarga 
Cenderung lebih 
afiliatif dan lebih 
banyak membentuk 
hubungan dekat. 
Nyaman berada di 
situasi yang 
kompetitif dan 
menyukai 
lingkungan yang 
kooperatif 
Cenderung 
menunjukkan agresi 
fisik yang lebih 
tinggi 
Mengajari kedua 
gender cara-cara 
berinteraksi 
dengan baik dan 
memeberikan 
lingkungan yang 
kooperatif untuk 
mengakomodasi 
kecenderungan 
afiliatif anak 
perempuan. 
Karakteristik Umum Peserta Didik dari Segi Latar Belakang 
 Budaya, Etnis, Ras 
Budaya mengacu pada bagaimana anggota-anggota suatu 
kelompok memikirkan tentang tidakan sosial dan resolusi masalah. 
Sedangkan etnis mengacu pada kelompok-kelompok yang memiliki
warisan budaya yang sama. Ras mengacu pada kelompok-kelompok yang 
memiliki cciri-ciri sifat biologis yang sama. 
Budaya menggambarkan istilah way of life kelompok secara 
keseluruhan termasuk sejarah, tradisi, sikap dan nilai-nilai. Budaya adalah 
bagiamana anggota-anggota suatu kelompok berpikir dan cara yang 
mereka lakukan untuk mengatasi masalah dalam kehidupan kolektif. 
Budaya adalah sesuatu yang dipelajari dan selalu berubah, tidak pernah 
ii 
statis. 
Etnis mengacu pada kelompok yang memiliki bahasa dan identitas 
yang sama. Misalnya orang-orang yang memiliki suku yang sama, 
keturunan jawa, padang, melayu, batak, dll meskipun dalam satu 
kebangsaan Indonesia. Ras adalah istilah yang diberikan kepada 
kelompok-kelompok yang memilki ciri-ciri biologis yang sama.
BAB III 
METODOLOGI PENELITIAN 
ii 
A. Jenis penelitian 
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu suatu penelitian yang 
dituntut menggunakan informasi mulai dari pengumpulan data.penjelasan 
terhadap data tersebut, serta penaikan kesimpulan dari hasilnya ( Arikunto, 2006: 
12) 
B. Lokasi penelitian 
Lokasi penelitian dilakukan di MAN Kota Baru di Raha siswa siswi kelas x 
C. subjek dan objek penelitian 
adapun subjek dan objek penelitian yang dimaksud adalah orang yang akan 
memberikan informasi mengenai permasalahan yang ditelitisedangkan objek 
peneltian adalah permasalahan yang ada dalam sebuah penelitian ( Ridwan 2009 : 
56 ). 
D. Data dan sumber data 
Dalam penelitian ini, verifikasi data dilakukan selama penelitian 
berlangsung dan verifikasi data akan peneliti hentikan apabila data yang diperoleh 
sudah jenuh. Selanjutnya peneliti akan menarik keputusan atau kesimpulan 
berdasarkan data yang diperoleh sesuai dengan hasil kualitatif yang telah dipilih 
di MAN Kota Baru Raha.
ii 
E. Metode 
Metode ini digunakan dalam penelitian ini adalah mtode deskritif dengan 
pendekatan kualitatif menurut Saebani ( 2008: 90 ) didefenisikan sebagai 
metode yang dipergunakan untuk menggambarkan berbagai gejala dan 
fakta yang terdapat dalam kehidupan sosial secara mendalam.selanjutnya 
Dermadi ( 2011:7). 
Penelitin deskritif berkaitan dengan pengumpulan data untuk memberikan 
gambaran atau penegasan suatu konsep atau gejala, juga menjawab 
pertanyaan – pertanyaan sehubungan dengan suatu subjek penelitian pada 
saat ini. 
Informan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang, yang terdiri dari 
dua orang guru mata pelajaran sosiologi kelas x dan siswa siswi kelas x 
MAN Kota Baru di Raha. 
F. Tehnik pengumpulan data 
Tehnik yang digunakan dalam pengambilan data dilakukan dengan 
cara kualitatif. 
Data yang diperoleh dari hasil kualitatif dengan informan seta hasil 
observasi tentang interaksi soial peserta didik dalam proses pebelajaran 
sosiologi kelas x MAN Kota Baru di Raha.
ii 
G. Analisis data 
Data dianalisis dengan menggunakan tehnik analisis data seperti 
yang dikemukakan oleh Miles Huberman ( dalam sugiyono ,2009:183) 
yaitu dengan langkah- langkah sebagai berikut: 
Reduksi Data 
Mereduksi data berarti mengurangi data atau merangkum data. 
Dalam penelitian ,semua data peneliti dikumpul dari hasil kualitatif di 
MAN Kota Baru Raha akan dipilih hal – hal yang pokok saja berdasarkan 
fokus penelitian. 
Penyajia data 
Setelah merangkum data, proses selanjutnya adalah melakukan 
penyajian data dengan tujuan untuk memudahkan peneliti untuk 
mengorganisasikan data berdasarkan fokus penelitian. 
kesimpulan yang diperoleh sebagai hasil penelitian dianalisis kembali 
dengan pengujian keabsahan data sebagai berikut: 
Kredibilitas 
Kredibilitas bertujuan agar peneliti lebih mudah dalam melakukan 
penelitian dan memperoleh data yang lebih akurat mengenai interaksi 
peserta didik dalam proses pembelajaran sosiologi kelas x MAN Kota 
Baru Raha.
ii 
Transferbilitas 
Taransferbilitas bertujuan agar hasil penelitian yang diperoleh 
dapat diaplikasikan oleh pemakai peneliti 
Kesimpulan 
Berdasarkan hasil penelitian tentang hasil interaksi sosial terhadap 
karakter peserta didik di MAN Kota Baru Raha bentuk interaksi sosial 
yang dilakukan guru dengan peserta didik yaitu dengan memberikan 
pertanyaan, mendatangi murid yang terbilang pasif agar murid tersebut 
terpancing kektifanya dalam proses pembelajaran. 
Interaksi sosial kelompok belajar yang satu dengan kelompok 
belajar yang lain, yaitu interaksi sosial yang dilakukan kelompok belajar 
yang satu dengan kelompok belajar yang lain dengan saling bertanya 
dengan menanggapi agar peserta didik tersebut lebih aktif ketika proses 
pembelajaran sehingga kemudian terjadilah diskusi antar kelompok 
tersebut untuk menyampai kesimpula dari prtanyaan. 
Pendidikan karakter adalah sebuah system yang menanamkan nilai 
– nilai karakter pada peserta didik,yang mengandung komponen 
pengetahuan, kesadaran individu, tekad serta adanya kemauan dan 
tindakan untuk melaksanakan nilai- nilai, baik terhadap Tuhan Yang 
Maha Esa, diri sendiri, sesame manusia, lingkungan, maupun bangsa, 
sehingga akan terwujud insan kamil.
Pendidikan Karakter adalah pendidikan yang berkaitan dengan suatu sistem 
yang mengarah pada terjadinya perubahan yang baik dan karakter yang 
berkaitan dengan sikap seseorang.Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa 
Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, 
personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Dengan demikian karakter 
mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi 
ii 
(motivations), dan keterampilan (skills). 
Saran 
Adapun saran dari proposal ini yaitu Sehubungan dengan 
penelitian yang dilakukan, maka peneliti memberikan saran yang berkaitan 
dengan usaha peningkatan minat belajar bagi siswa sebaiknya menerapkan 
model pembelajaran Group Investigation
DAFTAR PUSTAKA 
Passimaulia,2003.analisis kemampuan keuangan koperasi unit desa(KUD) Moono 
ii 
jaya.skripsi,kendri 
http://id.wikipedia.Tithie ae./ PengertianPendidikanKarakter.htm 
Blog at WordPress.com. The Retro-Fitted Theme 
Anonim. http://www.psychologymania.com/2012/06/pengertian-perkembangan-sosial. 
html diakses tanggal 1/3/2014 pukul 13.30 
Asrori, Muhammad. 2005. Perkembangan Peserta Didik. Malang: Wineka Media 
Sunarto dan B. Agung Hartono. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: 
Rineka Cipta 
Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah 
Pertama . Jakarta 
Anonim. http://www.psychologymania.com/2012/06/pengertian-perkembangan-sosial. 
html diakses tanggal 1/3/2014 pukul 13.30 
Bambang Marhijanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Populer, Surabaya: 
Bintang Timur, 1995, hal 269 
 Modul Psikologi Perkembangan, Universitas Negeri Jakarta, 2004 
 Richard I. Arends, Learning To Teach, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008 
 http://www.scribd.com/doc/86538676/Karakteristik-Peserta-Didik-Dalam- 
Proses-Pembelajaran 
 http://guru-ina.blogspot.com/2012/03/karakteristik-siswa.html 
 http://onnyrudianto.wordpress.com/2011/07/24/beberapa-karakter-peserta-didik/
PENGARUH INTERAKSI SOSIAL 
KARAKTER PESERTA DIDIK DIKELAS X MAN KOTA 
BARU DI RAHA 
PROPOSAL 
Ditulis Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat 
Dalam Mengikuti Seminar Proposal 
OLEH: 
WA HANIA 
STAMBUK: 21115064 
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 
UNIVERSITAS MUHAMMADIYA KENDARI 
2014 
ii
HALAMAN PERSETUJUAN 
Telah disetujui dan dipertahankan dihadapan panitia penguji 
proposal pada program studi konsentrasi pendidikan luar sekolah jurusan 
sosiologi fakultas keguruan dan ilmu dan pendidikan univeritas 
ii 
muhammadiyah kendari. 
NAMA : WA HANIA 
NIM : 21115064 
Pembimbing I pembimbing II 
Drs H. Muh Natsir, M.si Irwan Alimudin. S.pd.,M.pd 
Mengetahui: 
Dekan fakultas keguruan dan ilmu pendidikan 
Universitas Muhammadiya 
Drs.H. Muh. Natsir,M.Si 
NIP: 19640828 199303 1 002
KATA PENGANTAR 
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan 
limpahan rahmat dan Hidayah-Nya jualah sehingga proposal ini yang berjudul 
‘’Pengaruh Interaksi Sosial Terhadap Karakter Peserta Didik Dikelas X Man Kota 
Baru Raha’’ dapat tersusun dan dapat terselesaikan, walaupun dalam bentuk yang 
ii 
sangat sederhana. 
Dalam penulisan proposal ini sejak awal hinngga selesai penyusunannya, 
penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Namun hal tesebut dapat 
diselesaikan berkat bimbingan arahan dan petunjuk dari berbagai pihak. Untuk itu 
penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan terutama diajukan 
kepada Bapak Drs. H. Muh.Natsir, M.si sebagai pembimbing pertama dan Bapak 
Irwan Alimudin, Spd.,M.pd sebagai pembimbing kedua, yang telah banyak 
meluangkan waktunya untuk mengarahkan dan membimbing penulis sehingga 
proposal ini dapat tersusun sebagaimana adanya. 
Demikian ucapan terima kasih dan penghargaan disampaikan kepada 
semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil, 
semoga bantuan yang telah diterima mendapat imbalan pahala dari Allah SWT. 
Dan penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi para pembaca 
yang cinta akan ilmu pengetahuan. Amin 
Kendari, November 2014 
Penulis
DAFTAR ISI 
HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i 
HALAMAN PESERTUJUAN PEMBIMBING………………………… ii 
KATA PENGANTAR…………………………………………………… iii 
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iv 
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… v 
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….… 1 
A. Latar Belakang………………………………………………............... 1 
B. Rumusan Masalah………………………………………….................. 15 
C. Tujuan Penelitian………………………………………….................... 15 
D. Manfaat Penlitian…………………………………………................... 16 
BAB II KAJIAN TEORI…………………………………………………... 17 
A. pengertian dari interaksi………………………………………............ 17. 
B. pengertian pendidikan karakter………………………………………... 19 
C. peranan peserata didik………………………………………………… 22 
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………….... 32 
A. Jenis Penelitian……………………………………………………… 32 
B. waktu dan Tempat Penelitian………………………………………….. 32 
C. tehnik Pengumpuln Data……………………………………………… 32 
D. Tehnik Analisis Data………………………………………………… 32 
E. Penyajian Data………………………………………………………… 33 
DAFTAR PUSTAKA 
LAMPIRAN 
ii
DAFTAR LAMPIAN 
Lampiran 1. Kisi – kisi instrument penelitian…………………………………..44 
Lampiran 2. Panduan wawancara untuk peranan……………………………45 
ii

More Related Content

What's hot

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial dan Pengaruh terhadap Tingkah Laku
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial dan Pengaruh terhadap Tingkah LakuFaktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial dan Pengaruh terhadap Tingkah Laku
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial dan Pengaruh terhadap Tingkah Laku
AndhinaFitrianitaPutri
 
Psikologi Perkembangan
Psikologi PerkembanganPsikologi Perkembangan
Psikologi Perkembangan
Ali Murfhy
 
perbezaan individu dalam pembelajaran dan sifat pelajar yang berjaya
perbezaan individu dalam pembelajaran dan sifat pelajar yang berjayaperbezaan individu dalam pembelajaran dan sifat pelajar yang berjaya
perbezaan individu dalam pembelajaran dan sifat pelajar yang berjaya
Emiey Mieysagie
 
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
rayn mboeik
 

What's hot (20)

4.1 karakteristik peserta didik
4.1 karakteristik peserta didik4.1 karakteristik peserta didik
4.1 karakteristik peserta didik
 
4.2 faktor faktor yang mempengaruhi potensi peserta didik
4.2 faktor faktor yang mempengaruhi potensi peserta didik4.2 faktor faktor yang mempengaruhi potensi peserta didik
4.2 faktor faktor yang mempengaruhi potensi peserta didik
 
Nelli ppd
Nelli ppdNelli ppd
Nelli ppd
 
Ppt ppd
Ppt ppdPpt ppd
Ppt ppd
 
Sosialisasi dan pembentukan kepribadian
Sosialisasi dan pembentukan kepribadianSosialisasi dan pembentukan kepribadian
Sosialisasi dan pembentukan kepribadian
 
Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...
Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...
Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...
 
032
032032
032
 
Perkembangan afektif
Perkembangan afektifPerkembangan afektif
Perkembangan afektif
 
Materi 1 karakteristik peserta didik
Materi 1 karakteristik peserta didikMateri 1 karakteristik peserta didik
Materi 1 karakteristik peserta didik
 
KOMUNIKASI DAN INTERAKSI SOSIAL Dinamika sosio budaya dalam hubungan interper...
KOMUNIKASI DAN INTERAKSI SOSIAL Dinamika sosio budaya dalam hubungan interper...KOMUNIKASI DAN INTERAKSI SOSIAL Dinamika sosio budaya dalam hubungan interper...
KOMUNIKASI DAN INTERAKSI SOSIAL Dinamika sosio budaya dalam hubungan interper...
 
Interaksi sosial
Interaksi sosialInteraksi sosial
Interaksi sosial
 
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial dan Pengaruh terhadap Tingkah Laku
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial dan Pengaruh terhadap Tingkah LakuFaktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial dan Pengaruh terhadap Tingkah Laku
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial dan Pengaruh terhadap Tingkah Laku
 
Psikologi Perkembangan
Psikologi PerkembanganPsikologi Perkembangan
Psikologi Perkembangan
 
Pendidikan Karakter
Pendidikan KarakterPendidikan Karakter
Pendidikan Karakter
 
Resume ppd kb 4
Resume ppd kb 4Resume ppd kb 4
Resume ppd kb 4
 
KOMUNIKASI DAN INTERAKSI SOSIAL komunikasi dan konsep diri
KOMUNIKASI DAN INTERAKSI SOSIAL komunikasi dan konsep diriKOMUNIKASI DAN INTERAKSI SOSIAL komunikasi dan konsep diri
KOMUNIKASI DAN INTERAKSI SOSIAL komunikasi dan konsep diri
 
perbezaan individu dalam pembelajaran dan sifat pelajar yang berjaya
perbezaan individu dalam pembelajaran dan sifat pelajar yang berjayaperbezaan individu dalam pembelajaran dan sifat pelajar yang berjaya
perbezaan individu dalam pembelajaran dan sifat pelajar yang berjaya
 
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
 
Proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian
Proses sosialisasi dan pembentukan kepribadianProses sosialisasi dan pembentukan kepribadian
Proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian
 
Tugas sosiologi
Tugas sosiologiTugas sosiologi
Tugas sosiologi
 

Similar to Proposal penelitian

Perkembangan sosial anak usia sd
Perkembangan sosial anak usia sdPerkembangan sosial anak usia sd
Perkembangan sosial anak usia sd
Shinta Nz
 
Pertemuan 9 Perkembangan Peserta Didik
Pertemuan 9 Perkembangan Peserta DidikPertemuan 9 Perkembangan Peserta Didik
Pertemuan 9 Perkembangan Peserta Didik
monichaSihombing
 
Sosialisasi dan-pembentukan-kepribadian
Sosialisasi dan-pembentukan-kepribadianSosialisasi dan-pembentukan-kepribadian
Sosialisasi dan-pembentukan-kepribadian
Fathur Marah
 
Perkembangan hubungan sosial dan prose...
Perkembangan hubungan sosial                                        dan prose...Perkembangan hubungan sosial                                        dan prose...
Perkembangan hubungan sosial dan prose...
Dedi Yulianto
 
perkembangan peserta didik
perkembangan peserta didikperkembangan peserta didik
perkembangan peserta didik
Srie Hartono
 
Perkembangan kanak kanak.assgmen hj yem
Perkembangan kanak kanak.assgmen hj yemPerkembangan kanak kanak.assgmen hj yem
Perkembangan kanak kanak.assgmen hj yem
masriyah91
 

Similar to Proposal penelitian (20)

Perkembangan sosial anak usia sd
Perkembangan sosial anak usia sdPerkembangan sosial anak usia sd
Perkembangan sosial anak usia sd
 
Pendidikan di Sekolah dalam Membentuk Karakter Peserta Didik
Pendidikan di Sekolah dalam Membentuk Karakter Peserta DidikPendidikan di Sekolah dalam Membentuk Karakter Peserta Didik
Pendidikan di Sekolah dalam Membentuk Karakter Peserta Didik
 
Diri sosial
Diri sosialDiri sosial
Diri sosial
 
Pertemuan 9 Perkembangan Peserta Didik
Pertemuan 9 Perkembangan Peserta DidikPertemuan 9 Perkembangan Peserta Didik
Pertemuan 9 Perkembangan Peserta Didik
 
PPT PBPD Kelompok 7.pptx
PPT PBPD Kelompok 7.pptxPPT PBPD Kelompok 7.pptx
PPT PBPD Kelompok 7.pptx
 
Self & self esteem
Self & self esteemSelf & self esteem
Self & self esteem
 
Sosialisasi dan-pembentukan-kepribadian
Sosialisasi dan-pembentukan-kepribadianSosialisasi dan-pembentukan-kepribadian
Sosialisasi dan-pembentukan-kepribadian
 
.Mka lah psikoper zachura,,
.Mka lah psikoper zachura,, .Mka lah psikoper zachura,,
.Mka lah psikoper zachura,,
 
Landasan psikologi pendidikan 2
Landasan psikologi pendidikan 2Landasan psikologi pendidikan 2
Landasan psikologi pendidikan 2
 
Sosiologi interaksi sosial
Sosiologi  interaksi sosialSosiologi  interaksi sosial
Sosiologi interaksi sosial
 
Modul star IPS KELAS X SMK bab 1 5 bab
Modul star IPS KELAS X SMK bab 1   5 babModul star IPS KELAS X SMK bab 1   5 bab
Modul star IPS KELAS X SMK bab 1 5 bab
 
Tugas makalah
Tugas makalahTugas makalah
Tugas makalah
 
Perkembangan hubungan sosial dan prose...
Perkembangan hubungan sosial                                        dan prose...Perkembangan hubungan sosial                                        dan prose...
Perkembangan hubungan sosial dan prose...
 
Interaksi Sosial Dalam Hubungan Antar Manusia
Interaksi Sosial Dalam Hubungan Antar Manusia Interaksi Sosial Dalam Hubungan Antar Manusia
Interaksi Sosial Dalam Hubungan Antar Manusia
 
Sosialisasi dan Kepribadian
Sosialisasi  dan KepribadianSosialisasi  dan Kepribadian
Sosialisasi dan Kepribadian
 
ANAK DIDIK DAN ASPEK-ASPEKNYA (ILMU PENDIDIKAN)
ANAK DIDIK DAN ASPEK-ASPEKNYA (ILMU PENDIDIKAN)ANAK DIDIK DAN ASPEK-ASPEKNYA (ILMU PENDIDIKAN)
ANAK DIDIK DAN ASPEK-ASPEKNYA (ILMU PENDIDIKAN)
 
perkembangan peserta didik
perkembangan peserta didikperkembangan peserta didik
perkembangan peserta didik
 
Profil perkembangan masa remaja akhir (sma)
Profil perkembangan masa remaja akhir (sma)Profil perkembangan masa remaja akhir (sma)
Profil perkembangan masa remaja akhir (sma)
 
Perkembangan kanak kanak.assgmen hj yem
Perkembangan kanak kanak.assgmen hj yemPerkembangan kanak kanak.assgmen hj yem
Perkembangan kanak kanak.assgmen hj yem
 
Pgsd 3 a-6
Pgsd 3 a-6Pgsd 3 a-6
Pgsd 3 a-6
 

More from Septian Muna Barakati

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Proposal penelitian

  • 1. BAB I PENDAHULUAN ii A. Latar belakang Berdasarkan pengalaman peneliti dilapangan ketika melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL) terdapat banyak siswa yang memperoleh nilai rendah. Tidak semua siswa bisa memperoleh hasil belajar yang baik, ada siswa yang memperoleh nilai sedang, dan ada yang memperoleh nilai buruk. Banyak faktor yang mempengaruhi individu, baik yang bersumber dari dalam dirinya (faktor internal) ataupun yang berasal dari luar dirinya (faktor eksternal). Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam individu siswa meliputi kesehatan, inteligensi, minat, bakat, motif, dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar siswa atau lingkungan yang meliputi faktor keluarga, metode mengajar guru, disiplin sekolah, interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa, teman bergaul, dan lain-lain. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor sosial yaitu pada interaksi sosial siswa dilingkungan sekolah. Secara pengertian umum, interaksi sosial berlangsung antara satu individu dengan individu yang lain, individu dengan suatu kelompok, serta interaksi sosial antar kelompok sosial. Interaksi sosial siswa di sekolah meliputi interaksi siswa dengan guru, dan interaksi siswa dengan siswa. Secara garis besar kemampuan siswa dalam berinteraksi sosial dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu siswa yang dapat
  • 2. dikategorikan sebagai siswa yang bisa berinteraksi sosial dengan baik atau pandai bergaul dan sebaliknya yaitu siswa yang mengalami kesulitan bergaul atau individu yang tidak bisa berinteraksi sosial dengan baik. Siswa yang bisa berinteraksi sosial dengan baik biasanya dapat mengatasi berbagai persoalan di dalam pergaulan. Mereka tidak mengalami kesulitan untuk menjalani hubungan dengan teman baru, berkomunikasi secara efektif dengan orang lain, terlibat dalam pembicaraan yang menyenangkan, dan dapat mengakhiri pembicaraan tanpa mengecewakan atau menyakiti orang lain. Dalam pertemuan formal, mereka dapat mengemukakan pendapat, memberi penghargaan atau dukungan terhadap pendapat orang lain, dan mereka dapat juga mengemukakan kritik tanpa menyakiti orang lain. Sebaliknya, siswa yang tidak bisa berinteraksi sosial dengan baik merasa kesulitan untuk memulai berbicara, terutama dengan orang-orang yang belum dikenal, mereka merasa canggung dan tidak dapat terlibat dalam pembicaraan yang menyenangkan. Dalam hubungan formal, mereka kurang atau bahkan tidak berani mengemukakan pendapat, pujian, keluhan dan ii sebagainya. Interaksi sosial siswa yang baik akan menciptakan hubungan yang harmonis. Bentuk-bentuk interaksi sosial yang baik dapat dilihat dengan adanya suatu kerjasama, saling menghormati dan saling menghargai. Kerjasama semakin tercipta tatkala ditemukan suatu permasalahan dalam proses pembelajaran disekolah. Siswa akan dengan senang hati saling berdiskusi dan saling membantu dalam memecahkan masalah kesulitan belajar yang dihadapinya. Interaksi sosial yang baik diantara siswa juga dapat menciptakan
  • 3. sikap saling menghargai dan terciptanya suasana yang nyaman dalam belajar serta akan mendorong siswa untuk berprestasi di lingkungan sekolah. Sebaliknya interaksi sosial siswa yang tidak baik, ditandai dengan hubungan antar siswa diliputi rasa kebencian, dan kurangnya kerjasama diantara siswa. Bentuk-bentuk interaksi sosial yang tidak baik dapat kita lihat dimana siswa saling membenci, saling menjatuhkan, dan terbentuknya kelompok teman sebaya dimana masing-masing kelompok saling menyerang atau saling menjatuhkan sehingga akan menciptakan hubungan yang kurang harmonis diantara siswa. Interaksi sosial yang tidak baik di lingkungan sekolah juga akan menciptakan suasana belajar yang kurang nyaman atau kondusif. Hal semacam ini akan menghambat kemajuan siswa dalam proses pembelajaran karena kurangnya kerjasama, komunikasi, dan siswa kurang menghargai siswa yang lain sehingga sering menimbulkan suasana belajar yang selalu gaduh, tegang, sering ribut, timbulnya pertengkaran, perkelahian, dan sebagainya, lingkungan seperti ini akan menyebabkan siswa terganggu dalam proses pembelajaran yang pada akhirnya akan mempengaruhi sikapnya terhadap pembelajaran. Faktor-faktor terbentuknya Interaksi Sosial Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor,antara lain adalah faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Faktor-faktor ini dapat berjalan sendiri-sendiri atau terjadi secara bersamaan. ii 1) Faktor imitasi Merupakan aktifitas dimana individu melakukan peniruan terhadap tingkah laku yang disaksiskannya yang dilakukan orang lain pada saat menghadapi situasi tertentu.
  • 4. ii 2) Faktor sugesti Berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau suatu sikap yang berasal dari dirinya ynag kemudian diterima oleh fihak lain. Jadi proses ini mirip dengan proses imitasi hanya saja titik tolaknya berbeda. Berlangsungnya sugesti dapat terjadi karena fihak yang menerima dilanda oleh emosi yang sedemikian rupa sehingga menghambat daya fikirnya yang rasional. 3) Faktor Identifikasi Sebenarnya merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, oleh karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini. Proses identifikasi dapat berlangsung dengan sendirinya (secara tidak sadar), maupun dengan disengaja oleh karena seringkali seseorang memerlukan tipe-tipe ideal tertentu di dalam proses kehidupan. 4 Faktor Simpati Merupakan suatu proses dimana seseorang tertarik pada pihak lain. Didalam proses ini perasaan memegang peran yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerjasama dengasnnya. JENIS-JENIS INTERAKSI Dalam setiap interaksi senantiasa di dalamnya mengimplikasikan adanya kominikasi antarpribadi. Demikian pula sebaliknya, setiap komunikasi antar
  • 5. pribadi senantias mengandung interaksi. Adalah sulit untuk memisahkan antar keduanya. Atas dasar itu, maka setidaknya ada tiga jenis yaitu: ii a. Interaksi verbal Interaksi verbal adalah interaksi yang terjadi bila 2 orang atau lebih melakukan kontak satu sama lain dengan menggunakan alat-alat artikulasi atau pembicaraan. Prosesnya terjadi dalam bentuk saling bertukar [ercakapan satu sam lain. b. Interaksi fisik Interaksi fisik adalah interaksi yang terjadi manakala dua orang atau lebih melakukan kontak dengan menggunakan bahasa-bahasa tubuh. Misalnya: ekspresi wajah, posisi tubuh, gerak-gerik tubuh, dan kontak. c. Interaksi emosional Interaksi yang terjadi manakala individu melakukan kontak satu sama lain dengan melakukan curahan perasaan .Pendidikan karakter Pendidikan Karakter adalah pendidikan yang berkaitan dengan suatu sistem yang mengarah pada terjadinya perubahan yang baik dan karakter yang berkaitan dengan sikap seseorang.Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Dengan demikian karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills).
  • 6. Secara etimologis karakter berasal dari bahasa Yunani, Charassein yang artinya ‘mengukir’.Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi ii tertentu. (Singh dan Agwan, 2000) Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan.Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan. Kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang yang didahului dengan kesadaran dan pemahaman akan menjadi karakter seseorang (Abdullah Munir, 2010) Menurut Simon Philips dalam Quari (2010:10), karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan. Dari pendapat di atas dipahami bahwa karakter itu berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi ‘positif’, bukan netral. Jadi, ‘orang berkarakter’ adalah orang yang mempunyai kualitas moral (tertentu) positif.Dengan demikian, pendidikan karakter, secara implisit mengandung arti membangun sifat atau pola perilaku yang didasari atau berkaitan dengan dimensi moral yang positif atau baik, bukan yang negatif atau buruk.
  • 7. Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai the golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar diantaranya cinta kepada Allah dan ciptaann-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan. Dengan demikian diharapkan melalui pendidikan karakter dapat dibangun wawasan kebangsaan serta mendorong inovasi dan kreasi siswa. Di samping itu nilai-nilai yang perlu dibangun dalam diri generasi penerus bangsa secara nasional yakni kejujuran, kerja keras, menghargai perbedaan, kerja sama, toleransi, dan disiplin. Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekeri, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya (Thomas Lickona, 1991 dalam Ratna Megawangi, 2007: 83). Menurut Aristoteles karakter erat kaitannya dengan habit atau kebiasaan yang kerap dimanifestasikan dalam tingkah laku (Megawangi, Ibid)Kahn (2010), menyatakan terdapat empat jenis pendidikan karakter yang selama ini dilaksanakan dalam proses pendidikan:  Pendidikan karakter berbasis nilai religius, yang merupakan kebenaran ii wahyu Tuhan (konservasi moral);
  • 8.  Pendidikan karakter berbasis nilai budaya , antara lain yang berupa budi pekerti, Pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa (konservasi lingkungan);  Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan);  Pendidikan karakter berbasis potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil proses skesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan (konservasi humanis).  . Pendidikan karakter adalah sebuah system yang menanamkan nilai – nilai karakter pada peserta didik,yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai- nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesame manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan ii kamil. Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Faktor- Faktor Pendidikan Karakter 1. Faktor lingkungan dalam konteks pendidikan karakter memiliki peran yang sangat peting karena perubahan perilaku peserta didik sebagai hasil
  • 9. dari proses pendidikan karakter sangat ditentunkan oleh faktor lingkungan ini. Dengan kata lain pembentukan dan rekayasa lingkungan yang mencakup diantaranya lingkungan fisik dan budaya sekolah, manajemen sekolah, kurikulum, pendidik, dan metode mengajar. Pembentukan karakter melalui rekasyasa faktor lingkungan dapat dilakukan melalui ii strategi : 1. Keteladanan 2. Intervensi 3. Pembiasaan yang dilakukan secara Konsisten 4. Penguatan. Dengan kata lain perkembangan dan pembentukan karakter memerlukan pengembangan keteladanan yang ditularkan, intervensi melalui proses pembelajaran, pelatihan, pembiasaan terus-menerus dalam jangka panjang yang dilakukan secara konsisten dan penguatan serta harus dibarengi dengan nilai-nilai luhur Pilar – Pilar Pendidikan Karakter 1. Pendidikan kara kter didasarkan pada enam nilai-nilai etis bahwa setiap orang dapat menyetujui – nilai-nilai yang tidak mengandung politis, religius, atau bias budaya. Beberapa hal di bawah ini yang dapat kita jelaskan untuk membantu siswa memahami Enam Pilar Pendidikan Berkarakter, yaitu sebagai berikut : 1. Trustworthiness (Kepercayaan)
  • 10. Jujur, jangan menipu, menjiplak atau mencuri, jadilah handal – melakukan apa yang anda katakan anda akan melakukannya, minta keberanian untuk melakukan hal yang benar, bangun reputasi yang baik, patuh – berdiri ii dengan keluarga, teman dan negara. 2. Recpect (Respek) Bersikap toleran terhadap perbedaan, gunakan sopan santun, bukan bahasa yang buruk, pertimbangkan perasaan orang lain, jangan mengancam, memukul atau menyakiti orang lain, damailah dengan kemarahan, hinaan dan perselisihan 3. Responsibility (Tanggungjawab) Selalu lakukan yang terbaik, gunakan kontrol diri, disiplin, berpikirlah sebelum bertindak – mempertimbangkan konsekuensi, bertanggung jawab atas pilihan anda. 4. Fairness (Keadilan) Bermain sesuai aturan, ambil seperlunya dan berbagi, berpikiran terbuka; mendengarkan orang lain, jangan mengambil keuntungan dari orang lain, jangan menyalahkan orang lain sembarangan. 5. Caring (Peduli) Bersikaplah penuh kasih sayang dan menunjukkan anda peduli, ungkapkan rasa syukur, maafkan orang lain, membantu orang yang membutuhkan.
  • 11. ii 6. Citizenship (Kewarganegaraan) Menjadikan sekolah dan masyarakat menjadi lebih baik, bekerja sama, melibatkan diri dalam urusan masyarakat, menjadi tetangga yang baik, mentaati hukum dan aturan, menghormati otoritas, melindungi lingkungan hidup. . Tujuan, Fungsi dan Media Pendidikan karakter & Nilai-nilai Pembentuk Karakter. Tujuan, Fungsi dan Media Pendidikan karakter karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, Pendidikan kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila Pendidikan karakter berfungsi untuk: 1. mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik 2. memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur 3. meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa. 4. Nilai-nilai Pembentuk Karakter Satuan pendidikan sebenarnya selama ini sudah mengembangkan dan melaksanakan nilai-nilai pembentuk karakter melalui program operasional satuan
  • 12. pendidikan masing-masing. Hal ini merupakan prakondisi pendidikan karakter pada satuan pendidikan yang untuk selanjutnya pada saat ini diperkuat dengan 18 nilai hasil kajian empirik Pusat Kurikulum. Nilai prakondisi (the existing values) yang dimaksud antara lain takwa, bersih, rapih, nyaman, dan santun. Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan ii pendidikan nasional, yaitu: 1. Jujur 2. Toleransi 3. Disiplin 4. Kerja keras 5. Kreatif 6. Mandiri 7. Demokratis 8. Rasa Ingin Tahu 9. Semangat Kebangsaan 10. Cinta Tanah Air 11. Menghargai Prestasi 12. Bersahabat/Komunikatif 13. Cinta Damai 14. Gemar Membaca 15. Peduli Lingkungan 16. Peduli Sosial
  • 13. ii 17. Tanggung Jawab 18. Religious Beberapa Pendekatan Dalam Pendidikan Karakter 1. Pendekatan perkembangan moral kognitif Bertujuan membimbing seseorang dalam mengembangkan pertimbangan moralnya berdasarkan pada suatu pola yang disebut peringkat artinya dalam pendekatan ini dapat diketahui bahwa ia mematuhi peraturan moral (yang semula lantaran takut hukuman namun selanjutnya karena ia memiliki kesadaran yang berasaskan prinsip moral universal) 2. Pendekatan analisis nilai Focus utama dalam pendekatan ini adalah membimbing peserta didik agar ia dapat berpikir agar dapat berpikir logis dan sistematis dalam menyelesaikan suatu masalah yang mengandung nilai-nilai. Pendekatan ini memerlukan seorang guru yang mampu fakta persoalan yang relevan. 3. Pendekatan perilaku social merupakan respon atas stimulus pendekatan ini dapat digambarkan dengan model S-R atau suatu kaitan (stimulus respon)tingkah laku seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali. Pendekatan ini dipelopori oleh J. B. Skinner, yang akhirnya memunculkan subaliran 4. Pendekatan kognitif Menekankan bahwa tingkah laku merupakan proses mental, yang menunjukan bahwa individu atau organism aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan dalam menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi.
  • 14. Pendekatan kognitif sebenernya merupakan aplikasi atau pelaksanaan dari teori perkembangan kognitif . Teori piaget memberikan banyak konsep dalam bidang psikologi perkembangan yang berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan. Menurut piaget kemampuan kognitif adalah kemampuan seseorang dalam merepresentasikan dunia berdasarkan kenyataan yang dilihat dan dirasakan. Piaget membuat skema dan membaginya ke dalam 4 pireode sebagai berikut a. periode sensori motor (usia 0-2 tahun) b. periode pra operasional (usia 2-7 tahun) c. periode operasional konkret (usia 7-11 tahun) d. Periode Operasional Formal (usia 11 tahun sampai dewasa) ii 5. Pendekatan Afektif Pendekatan afektif atau pendekatan sikap yang digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam pendidikan karakter memiliki konsep yang menjelaskan bahwa belajar dipandang sebagai upaya sedar seorang individu untuk memperoleh perubahan perilaku secara keseluruhan, baik perubahan dalam aspek konitif, afektif, dan psikomotor. Strategi guru berkomunikasi terhadap peerta didik Dari hasil kualitatif cara guru berkomunikasi trhadap peserta didik, yang dilakukan dikelas, ditemukan bahwa strategi yang dilakuanya dalam berkomunikasi dengan peserta didik yaitu dengan cara mengajak peserta didik untuk berpikir tentang materi yang akan disampaikan agar mengajak peserta didik tersebut tidak hanya diam mendengarkan guru akan tetapi juga ikut berkomunikasi dengan guru dan peserta didik yang lainya.
  • 15. Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa komponen, salah satu nya terdapat pendidik dan peserta didik serta tujuan yang ingin di capai pada proses pembelajaran tertentu. Untuk menjalankan proses pembelajaran yang optimal pendidik harus menganalisis peserta didiknya terlebih dahulu yang meliputi karakteristik umum, karakteristik akademik, maupun karakteristik uniknya yang dapat mempengaruhi kemampuan, intelektual, dan proses belajarnya. Dengan memahami karakteristik umum peserta didik, pendidik akan dapat merancang pembelajaran yang kondusif yang akan dilaksanakan. Rancangan pembelajaran yang kondusif akan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga mampu meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang diinginkan. ii B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa itu intraksi ? 2. Apa itu pendidikan karakter ? 3. Bagaimana interaksi sosial terhadap karakter peserta didik ? 4. Bagaimana tujuan dan fungsi pendidikan karakter ? C. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: “untuk mengetahui kamampuan tentang interaksi sosial terhadap karakter peserta didik disekolah”.
  • 16. ii D. MANFAAT PENELITIAN a. Sebagai bahan masukan untuk megetahui tentag pengaruh interaksi sosial terhadap karakter peserta didik dikelas x . b. Sebagai bahan informasi bagi penelitian yang relevan dengan obyek penelitian ini . c. Dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam rangka penyususnan kebijakan yang berhubungan tentang pengaruh interaksi sosial terhadap karakter peserta didik dikelas MAN Kota Baru Raha.
  • 17. BAB II KAJIAN PUSTAKA ii A. Pengertian Interaksi Sosial Homans (2004: 87), mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Konsep yang dikemukakan oleh Homans ini mengandung pengertian bahwa interaksi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan antarindividu, individu (seseorang) dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya interkasi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Proses sosial adalah suatu interaksi atau hubungan timbal balik atau saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya didalam amasyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, proses sosial diartikan sebagai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan bentuk hubungan sosial.
  • 18. ii Syarat Terjadinya Interaksi Sosial Syarat terjadinya interaksi sosial terdiri atas kontak sosial dan komunikasi sosial. Kontak sosial tidak hanya dengan bersentuhan fisik. Dengan perkembangan tehnologi manusia dapat berhubungan tanpa bersentuhan, misalnya melalui telepon, telegrap dan lain-lain. Komunikasi dapat diartikan jika seseorang dapat memberi arti pada perilaku orang lain atau perasaan-perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Sumber-Sumber Interaksi Sosial Proses interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat bersumber dari faktor imitasi, sugesti, simpati, identifikasi dan empati. 1. Imitasi merupakan suatu tindakan sosial seseorang untuk meniru sikap, tindakan, atau tingkah laku dan penampilan fisik seseorang. 2. Sugesti merupakan rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan seseorang kepada orang lain sehingga ia melaksanakan apa yang disugestikan tanpa berfikir rasional. 3. Simpati merupakan suatu sikap seseorang yang merasa tertarik kepada orang lain karena penampilan,kebijaksanaan atau pola pikirnya sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh orang yang menaruh simpati. 4. Identifikasi merupakan keinginan sama atau identik bahkan serupa dengan orang lain yang ditiru (idolanya) 5. Empati merupakan proses ikut serta merasakan sesuatu yang dialami oleh orang lain. Proses empati biasanya ikut serta merasakan penderitaan orang lain.
  • 19. ii B. Pengertian karakter Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda. Sedangkan menurut ahli psikologi, Singh dan Agwan, (2000: 47) karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu Pendidikan karakter adalah sebuah system yang menanamkan nilai – nilai karakter pada peserta didik,yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai- nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesame manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan kamil.
  • 20. Menurut Akhmad Sudrajat kita mesti mengerti makna dari karakter itu sendiri terlebih dahulu . Pengertian Karakter menurut Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personlitas, sifat, tabiat, temperamen, dan watak. Sementara itu yang disebut dengan berkarakter ialah berkepribadian , berperilaku, bersifat, bertabiat dan berwatak. Pendapat Tadzkirotun Musfiroh (2008). Menurutnya karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Makna karakter itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan pada aplikasi nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku sehingga orang yang tidak jujur , kejam, rakus dan berperilaku jelek. Sebaliknya orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral dinamakan berkarakter mulia. Seseorang dianggap memiliki karakter mulia apabila ia mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang potensi dirinya adalah terpupuknya sikap terpuji, seperti penuh reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kratif –inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab dll. Dengan demikian karakter atau karakteristik adalah realisasi perkembangan positif dalam hal intelektual, emosional, social, ii etika dan perilaku . Menurut David Elkind dan Freddy sweet, Ph.D. (2004) pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh guru yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik,Guru membantu membentuk watak peserta didik agar senantisa positif .
  • 21. Adapun T. ramli (2003) menyatakan bahwasannya pendidikan karakter memiliki esensi yang sama dengan pendidikan moral atau akhlak. Dalam konteks pendidikan di Indonesia pendidikan karakter ialah pendidikan nilai yakni penanaman nilai-nilai luhur yang di gali dari budaya bangsa Indonesia. pijakan utama yang harus dijadikan sebagai landasan dalam menerapkan pendidikan karakter ialah nilai moral universal yang dapat digali dari agama. Ada beberapa nilai karakter dasar yang disepakati oleh para pakar untuk diajarkan kepada peserta didik, yakni rasa cinta kepada Tuhan yang maha esa dan ciptaannya, tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, mampu bekerjsama, percaya diri, kreatif, mau bekerja keras, pantang menyerah, adil serta memiliki sifat kepimpinan, baik, rendah hati, toleransi, cinta damai dan cinta persatuan. Guru harus berusaha menumbuhkan nilai nilai tersebut melalui spirit keteladanan yang nyata, bukan sekedar pengejaran dan wacana. Beberapa Pendekatan Dalam Pendidikan Karakter 1. Pendekatan perkembangan moral kognitif Bertujuan membimbing seseorang dalam mengembangkan pertimbangan moralnya berdasarkan pada suatu pola yang disebut peringkat artinya dalam pendekatan ini dapat diketahui bahwa ia mematuhi peraturan moral (yang semula lantaran takut hukuman namun selanjutnya karena ia memiliki kesadaran yang berasaskan prinsip moral universal) ii
  • 22. ii 2. Pendekatan analisis nilai Focus utama dalam pendekatan ini adalah membimbing peserta didik agar ia dapat berpikir agar dapat berpikir logis dan sistematis dalam menyelesaikan suatu masalah yang mengandung nilai-nilai. Pendekatan ini memerlukan seorang guru yang mampu fakta persoalan yang relevan. 3. Pendekatan perilaku social merupakan respon atas stimulus pendekatan ini dapat digambarkan dengan model S-R atau suatu kaitan (stimulus respon)tingkah laku seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali. Pendekatan ini dipelopori oleh J. B. Skinner, yang akhirnya memunculkan subaliran 4. Pendekatan kognitif Menekankan bahwa tingkah laku merupakan proses mental, yang menunjukan bahwa individu atau organism aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan dalam menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Pendekatan kognitif sebenernya merupakan aplikasi atau pelaksanaan dari teori perkembangan kognitif . Teori piaget memberikan banyak konsep dalam bidang psikologi perkembangan yang berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan. Menurut piaget kemampuan kognitif adalah kemampuan seseorang dalam merepresentasikan dunia berdasarkan kenyataan yang dilihat dan dirasakan. Piaget membuat skema dan membaginya ke dalam 4 pireode sebagai berikut a. periode sensori motor (usia 0-2 tahun) b. periode pra operasional (usia 2-7 tahun) c. periode operasional konkret (usia 7-11 tahun)
  • 23. d. Periode Operasional Formal (usia 11 tahun sampai dewasa) ii 5. Pendekatan Afektif Pendekatan afektif atau pendekatan sikap yang digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam pendidikan karakter memiliki konsep yang menjelaskan bahwa belajar dipandang sebagai upaya sedar seorang individu untuk memperoleh perubahan perilaku secara keseluruhan, baik perubahan dalam aspek konitif, afektif, dan psikomotor. Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal (Ratna Megawangi, 2003), yaitu pertama: karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; kedua: kemandirian dan tanggungjawab; ketiga: kejujuran/amanah, diplomatis; keempat: hormat dan santun; kelima:dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama; keenam: percaya diri dan pekerja keras; ketujuh: kepemimpinan dan keadilan; kedelapan: baik dan rendah hati, dan; kesembilan: karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan. Pilar-pilar karakter ini baiknya ditumbuhkembangkan pada anak sejak usia dini. Karena usia dini adalah masa keemasan (golden age) dimana 50% variabilitas kecerdasan seseorang mulai terbentuk pada usianya yang baru menginjak 4 tahun. Selanjutnya peningkatan kecerdasan sebesar 30% terjadi ketika anak berusia 8 tahun. 20% sisanya terbentuk hingga anak memasuki usia pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Dari sini kita lihat bahwa lingkungan rumah dan keluarga sebagai sumber belajar pertama tentu
  • 24. memegang peran yang sangat penting dalam proses pembentukan karakter ii anak. Pengertian Karakteristik Peserta Didik Menurut Piuas Partanto, Dahlan (1994) Karakteristik berasal dari kata karakter dengan arti tabiat/watak, pembawaan atau kebiasaan yang dimiliki oleh individu yang relatif tetap. Menurut Moh. Uzer Usman (1989) Karakteristik adalah mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang serta nilai-nilai yang berkembang secara teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan mudah di perhatikan Menurut Sudirman (1990) Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya. Menurut Hamzah. B. Uno (2007) Karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang dimiliki. Siswa atau anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan pendidikan. Anak didik adalah unsur penting dalam kegiatan interaksi edukatif karena sebagai pokok persoalan dalam semua aktifitas pembelajaran (Saiful Bahri Djamarah, 2000) Menurut kelompok kami karakteristik umum peserta didik ialah karakter/gaya hidup individu secara umum (yang dipengaruhi oleh usia, gender,
  • 25. latar belakang) yang telah dibawa sejak lahir dan dari lingkungan sosialnya untuk ii menantukan kualitas hidupnya. Karakteristik Umum Peserta Didik dari Segi Usia Fase- Fase Perkembangan Manusia 1. Permulaan kehidupan (konsepsi) 2. Fase prenatal (dalam kandungan) 3. Proses kelahiran (± 0-9 bulan) 4. Masa bayi/anak balita (± 0-1 tahun) 5. Masa kanak-kanak (± 1-5 tahun) 6. Masa anak-anak (± 5-12 tahun) 7. Masa remaja (± 12-18 tahun) 8. Masa dewasa awal (± 18-25 tahun) 9. Masa dewasa (± 25-45) 10. Masa dewasa akhir (± 45- 55) 11. Masa akhir kehidupan (± 55 tagu ke atas Menurut Kurnia (2007) : Karakteristik atau kepribadian seseorang dapat berkembang secara bertahap. Berikut ini adalah krakteristik perkembangan pada masa anak samapai masa puber peserta didik dirumuskan dalam Pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, yakni “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta
  • 26. didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”1. Dalam konsep tersebut mengandung 5 konsep, yakni interaksi, peserta didik, pendidik, sumber belajar dan lingkungan belajar. Marilah kita kaji dengan cermat satu per satu. Dalam kamus Lengkap Bahasa Indonesia Populer, kata interaksi mengandung arti pengaruh timbal balik, saling mempengaruhi satu sama lain, saling manarik, saling menerima dan memberi2. Peserta didik menurut pasal 1 butir 4 UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Sementara itu dalam pasal 1 butir 6 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam ii menyelenggarakan pendidikan3 Sumber belajar atau learning resources, secara umum diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan oleh peserta didik dan pendidik dalam proses belajar dan pembelajaran. Jika dikelompokkan, sumber belajar dapat berupa sumber belajar tertulis/cetakan, terekam, tersiar, jaringan, dan lingkungan (alam, sosial, budaya, spiritual). Lingkungan belajar adalah lingkungan yang menjadi latar terjadinya proses belajar seperti di kelas,
  • 27. perpustakaan, sekolah, tempat kursus, warnet, keluarga, masyarakat, dan alam ii semesta. Dari pengertian di atas kita mengetahui ciri utama pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa. Ini menunjukkan bahwa unsur kesengajaan dari pihak di luar individu yang melakukan proses belajar, dalam hal ini pendidik secara perorangan atau secara kolektif dalam suatu sistem, merupakan ciri utama dari konsep pembelajaran. Perlu diingat bahwa tidak semua proses belajar terjadi dengan sengaja. Di samping itu, ciri lain dari pembelajaran adalah adanya interaksi yang sengaja diprogramkan. Interaksi tersebut terjadi antara peserta didik yang belajar dengan lingkungan belajarnya, baik dengan pendidik, peserta didik lainnya, media, dan atau sumber belajar lainnya. Ciri lain dari pembelajaran adalah adanya komponen-komponen yang saling berkaitan satu sama lain. Komponen-komponen tersebut adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran. Tujuan pembelajaran menjadi mengacu pada kemampuan atau kompetensi yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah mengikuti suatu pembelajaran tertentu. Materi pembelajaran adalah segala sesuatu yang dibahas dalam pembelajaran dalam rangka mencaAqidah Akhlak tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan pembelajaran mengacu pada penggunaan pendekatan, strategi, metode, dan teknik dan media dalam rangka membangun proses belajar antara lain membahas materi dan melakukan pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicaAqidah Akhlak secara optimal. Proses pembelajaran dalam arti yang luas
  • 28. merupakan jantungnya dari pendidikan untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka ii pencerdasan kehidupan bangsa4. Karakteristik Umum Peserta Didik dari Segi Gender Bebrapa para ahli mengatakan bahwa perbedaan gender dalam kaitannya dengan kognisi dan prestasi mungkin bersifat situasional. Perbedaan itu bervariasi menurut waktu dan tempat (Biklen &Pollard, 2001) dan mungkin berinteraksi dengan ras dan kelas sosial (Pollard, 1998). Penulis Boys and Girls Learn Differently mengatakan bahwa perbedaan antara anak laki-laki dan anak perempuan memang ada akibat perbedaan dalam otak mereka.  Perbedaan Anak Perempuan dengan Anak Laki-Laki Menurut Diane (1995, 1996), ada beberapa perbedaan anak perempuan dan anak laki-laki, anak perempuan menunjukkan kinerja yang lebih baik di bidang seni bahasa, pemahaman bacaan, dan komunikasi tertulis dan lisan. Sedangkan anak laki-laki terlihat sedikit unggul di bidang matematika dan penalaran matematis. Menurut Ormrod (2000) : Fitur Anak Perempuan Anak Laki-Laki Implikasi untuk Pendidikan Kemampuan Kognitif Lebih baik dalam tugas-tugas Lebih baik dalam keterampilan Berharap anak laki-laki dan perempuan
  • 29. verbal visual-spasial memiliki kemampuan ii kognitif yang sama Fisik Sebelum pubertas kapabilitasnya sama Setelah pubertas, lebih unggul dalam hal tinggi badan dan kekuatan otot Mengasusmsikan kedua gender memiliki potendi untuk mengembangkan berbagai keterampilan fisik dan motorik Motivasi Peduli pada prestasi sekolah, tetapi kurang berani mengambil resiko Usaha yang besar di subjek-subjek “stereotipikal laki-laki” Mendorong kedua gender unggul disemua subjek. Menghindari stereotip Self-Esteem Cenderung melihat diriny sendiri lebih kompeten di bidang hubungan interpersonal Lebih memiliki rasa percaya diri untuk mrngrndalikan dan mengatasi masalah. Lebih menilai kinerjanya sendiri secara positif Menunjukkan kepada semua siswa bahwa mereka bisa berhasil di bidang-bidang yang kontrastereotip
  • 30. ii Aspirasi Karier Hubungan Interpersonal Memiliki ekspektasi jangka panjang yang lebih tinggi untuk dirinya sendiri Menunjukkan otang-orang yang sukses dalam karier di semua bidang sekaligus dalam keluarga Cenderung lebih afiliatif dan lebih banyak membentuk hubungan dekat. Nyaman berada di situasi yang kompetitif dan menyukai lingkungan yang kooperatif Cenderung menunjukkan agresi fisik yang lebih tinggi Mengajari kedua gender cara-cara berinteraksi dengan baik dan memeberikan lingkungan yang kooperatif untuk mengakomodasi kecenderungan afiliatif anak perempuan. Karakteristik Umum Peserta Didik dari Segi Latar Belakang  Budaya, Etnis, Ras Budaya mengacu pada bagaimana anggota-anggota suatu kelompok memikirkan tentang tidakan sosial dan resolusi masalah. Sedangkan etnis mengacu pada kelompok-kelompok yang memiliki
  • 31. warisan budaya yang sama. Ras mengacu pada kelompok-kelompok yang memiliki cciri-ciri sifat biologis yang sama. Budaya menggambarkan istilah way of life kelompok secara keseluruhan termasuk sejarah, tradisi, sikap dan nilai-nilai. Budaya adalah bagiamana anggota-anggota suatu kelompok berpikir dan cara yang mereka lakukan untuk mengatasi masalah dalam kehidupan kolektif. Budaya adalah sesuatu yang dipelajari dan selalu berubah, tidak pernah ii statis. Etnis mengacu pada kelompok yang memiliki bahasa dan identitas yang sama. Misalnya orang-orang yang memiliki suku yang sama, keturunan jawa, padang, melayu, batak, dll meskipun dalam satu kebangsaan Indonesia. Ras adalah istilah yang diberikan kepada kelompok-kelompok yang memilki ciri-ciri biologis yang sama.
  • 32. BAB III METODOLOGI PENELITIAN ii A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu suatu penelitian yang dituntut menggunakan informasi mulai dari pengumpulan data.penjelasan terhadap data tersebut, serta penaikan kesimpulan dari hasilnya ( Arikunto, 2006: 12) B. Lokasi penelitian Lokasi penelitian dilakukan di MAN Kota Baru di Raha siswa siswi kelas x C. subjek dan objek penelitian adapun subjek dan objek penelitian yang dimaksud adalah orang yang akan memberikan informasi mengenai permasalahan yang ditelitisedangkan objek peneltian adalah permasalahan yang ada dalam sebuah penelitian ( Ridwan 2009 : 56 ). D. Data dan sumber data Dalam penelitian ini, verifikasi data dilakukan selama penelitian berlangsung dan verifikasi data akan peneliti hentikan apabila data yang diperoleh sudah jenuh. Selanjutnya peneliti akan menarik keputusan atau kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh sesuai dengan hasil kualitatif yang telah dipilih di MAN Kota Baru Raha.
  • 33. ii E. Metode Metode ini digunakan dalam penelitian ini adalah mtode deskritif dengan pendekatan kualitatif menurut Saebani ( 2008: 90 ) didefenisikan sebagai metode yang dipergunakan untuk menggambarkan berbagai gejala dan fakta yang terdapat dalam kehidupan sosial secara mendalam.selanjutnya Dermadi ( 2011:7). Penelitin deskritif berkaitan dengan pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau penegasan suatu konsep atau gejala, juga menjawab pertanyaan – pertanyaan sehubungan dengan suatu subjek penelitian pada saat ini. Informan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang, yang terdiri dari dua orang guru mata pelajaran sosiologi kelas x dan siswa siswi kelas x MAN Kota Baru di Raha. F. Tehnik pengumpulan data Tehnik yang digunakan dalam pengambilan data dilakukan dengan cara kualitatif. Data yang diperoleh dari hasil kualitatif dengan informan seta hasil observasi tentang interaksi soial peserta didik dalam proses pebelajaran sosiologi kelas x MAN Kota Baru di Raha.
  • 34. ii G. Analisis data Data dianalisis dengan menggunakan tehnik analisis data seperti yang dikemukakan oleh Miles Huberman ( dalam sugiyono ,2009:183) yaitu dengan langkah- langkah sebagai berikut: Reduksi Data Mereduksi data berarti mengurangi data atau merangkum data. Dalam penelitian ,semua data peneliti dikumpul dari hasil kualitatif di MAN Kota Baru Raha akan dipilih hal – hal yang pokok saja berdasarkan fokus penelitian. Penyajia data Setelah merangkum data, proses selanjutnya adalah melakukan penyajian data dengan tujuan untuk memudahkan peneliti untuk mengorganisasikan data berdasarkan fokus penelitian. kesimpulan yang diperoleh sebagai hasil penelitian dianalisis kembali dengan pengujian keabsahan data sebagai berikut: Kredibilitas Kredibilitas bertujuan agar peneliti lebih mudah dalam melakukan penelitian dan memperoleh data yang lebih akurat mengenai interaksi peserta didik dalam proses pembelajaran sosiologi kelas x MAN Kota Baru Raha.
  • 35. ii Transferbilitas Taransferbilitas bertujuan agar hasil penelitian yang diperoleh dapat diaplikasikan oleh pemakai peneliti Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang hasil interaksi sosial terhadap karakter peserta didik di MAN Kota Baru Raha bentuk interaksi sosial yang dilakukan guru dengan peserta didik yaitu dengan memberikan pertanyaan, mendatangi murid yang terbilang pasif agar murid tersebut terpancing kektifanya dalam proses pembelajaran. Interaksi sosial kelompok belajar yang satu dengan kelompok belajar yang lain, yaitu interaksi sosial yang dilakukan kelompok belajar yang satu dengan kelompok belajar yang lain dengan saling bertanya dengan menanggapi agar peserta didik tersebut lebih aktif ketika proses pembelajaran sehingga kemudian terjadilah diskusi antar kelompok tersebut untuk menyampai kesimpula dari prtanyaan. Pendidikan karakter adalah sebuah system yang menanamkan nilai – nilai karakter pada peserta didik,yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai- nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesame manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan kamil.
  • 36. Pendidikan Karakter adalah pendidikan yang berkaitan dengan suatu sistem yang mengarah pada terjadinya perubahan yang baik dan karakter yang berkaitan dengan sikap seseorang.Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Dengan demikian karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi ii (motivations), dan keterampilan (skills). Saran Adapun saran dari proposal ini yaitu Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, maka peneliti memberikan saran yang berkaitan dengan usaha peningkatan minat belajar bagi siswa sebaiknya menerapkan model pembelajaran Group Investigation
  • 37. DAFTAR PUSTAKA Passimaulia,2003.analisis kemampuan keuangan koperasi unit desa(KUD) Moono ii jaya.skripsi,kendri http://id.wikipedia.Tithie ae./ PengertianPendidikanKarakter.htm Blog at WordPress.com. The Retro-Fitted Theme Anonim. http://www.psychologymania.com/2012/06/pengertian-perkembangan-sosial. html diakses tanggal 1/3/2014 pukul 13.30 Asrori, Muhammad. 2005. Perkembangan Peserta Didik. Malang: Wineka Media Sunarto dan B. Agung Hartono. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama . Jakarta Anonim. http://www.psychologymania.com/2012/06/pengertian-perkembangan-sosial. html diakses tanggal 1/3/2014 pukul 13.30 Bambang Marhijanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Populer, Surabaya: Bintang Timur, 1995, hal 269  Modul Psikologi Perkembangan, Universitas Negeri Jakarta, 2004  Richard I. Arends, Learning To Teach, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008  http://www.scribd.com/doc/86538676/Karakteristik-Peserta-Didik-Dalam- Proses-Pembelajaran  http://guru-ina.blogspot.com/2012/03/karakteristik-siswa.html  http://onnyrudianto.wordpress.com/2011/07/24/beberapa-karakter-peserta-didik/
  • 38. PENGARUH INTERAKSI SOSIAL KARAKTER PESERTA DIDIK DIKELAS X MAN KOTA BARU DI RAHA PROPOSAL Ditulis Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Mengikuti Seminar Proposal OLEH: WA HANIA STAMBUK: 21115064 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYA KENDARI 2014 ii
  • 39. HALAMAN PERSETUJUAN Telah disetujui dan dipertahankan dihadapan panitia penguji proposal pada program studi konsentrasi pendidikan luar sekolah jurusan sosiologi fakultas keguruan dan ilmu dan pendidikan univeritas ii muhammadiyah kendari. NAMA : WA HANIA NIM : 21115064 Pembimbing I pembimbing II Drs H. Muh Natsir, M.si Irwan Alimudin. S.pd.,M.pd Mengetahui: Dekan fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Muhammadiya Drs.H. Muh. Natsir,M.Si NIP: 19640828 199303 1 002
  • 40. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat dan Hidayah-Nya jualah sehingga proposal ini yang berjudul ‘’Pengaruh Interaksi Sosial Terhadap Karakter Peserta Didik Dikelas X Man Kota Baru Raha’’ dapat tersusun dan dapat terselesaikan, walaupun dalam bentuk yang ii sangat sederhana. Dalam penulisan proposal ini sejak awal hinngga selesai penyusunannya, penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Namun hal tesebut dapat diselesaikan berkat bimbingan arahan dan petunjuk dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan terutama diajukan kepada Bapak Drs. H. Muh.Natsir, M.si sebagai pembimbing pertama dan Bapak Irwan Alimudin, Spd.,M.pd sebagai pembimbing kedua, yang telah banyak meluangkan waktunya untuk mengarahkan dan membimbing penulis sehingga proposal ini dapat tersusun sebagaimana adanya. Demikian ucapan terima kasih dan penghargaan disampaikan kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil, semoga bantuan yang telah diterima mendapat imbalan pahala dari Allah SWT. Dan penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang cinta akan ilmu pengetahuan. Amin Kendari, November 2014 Penulis
  • 41. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i HALAMAN PESERTUJUAN PEMBIMBING………………………… ii KATA PENGANTAR…………………………………………………… iii DAFTAR ISI……………………………………………………………… iv DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… v BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….… 1 A. Latar Belakang………………………………………………............... 1 B. Rumusan Masalah………………………………………….................. 15 C. Tujuan Penelitian………………………………………….................... 15 D. Manfaat Penlitian…………………………………………................... 16 BAB II KAJIAN TEORI…………………………………………………... 17 A. pengertian dari interaksi………………………………………............ 17. B. pengertian pendidikan karakter………………………………………... 19 C. peranan peserata didik………………………………………………… 22 BAB III METODE PENELITIAN……………………………………….... 32 A. Jenis Penelitian……………………………………………………… 32 B. waktu dan Tempat Penelitian………………………………………….. 32 C. tehnik Pengumpuln Data……………………………………………… 32 D. Tehnik Analisis Data………………………………………………… 32 E. Penyajian Data………………………………………………………… 33 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ii
  • 42. DAFTAR LAMPIAN Lampiran 1. Kisi – kisi instrument penelitian…………………………………..44 Lampiran 2. Panduan wawancara untuk peranan……………………………45 ii