SlideShare a Scribd company logo
1 of 52
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
DENGAN ASFIKSIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 46 jiwa per 1000kelahiran hidup. Adapun Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia 2007yaitu 248 per 100.000 kelahiran hidup,
sedangkan Angka Kematian Bayi(AKB) yaitu 27 per 1000 kelahiran
hidup.(Standar WHO).
Menurut WHO, setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir
mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh
kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa BBL (usia dibawah 1 bulan). Setiap 6
menit terdapat satu bayi meninggal. Penyebab kematian BBL di indonesia adalah BBLR
29%, Asfiksia 27%, trauma lahir, Tetanus Neonatorum, infeksi lain dan kelainan kongenital
(JNPK-KR, 2008; h.145)
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, mengestimasikan
AKB di Indonesia dalam periode 5 tahun terakhir, yaitu tahun 2003-2007 sebesar 34 per
1.000 kelahiran hidup. Banyak faktor yang mempengaruhi angka kematian tersebut,
yaitu salah satunya asfiksia sebesar 37% yang merupakan penyebab kedua kematian bayi
baru lahir (Depkes.RI, 2008). Sementara target Millenium Development Goals (MDGs)
tahun 2015 adalah 32 / 1. 000 KH.
Kematian perinatal terbanyak disebabkan oleh asfiksia. Hal ini ditemukan baik
dilapangan maupun dirumah sakit rujukan di indonesia. Di Amerika diperkirakan 12.000 bayi
meninggal atau menderita kelainan akibat asfiksia perinatal. Retardasi mental dan
kelumpuhan syaraf sebanyak 20-40% merupakan akibat dari kejadian intrapartum
(Wiknjosastro, 2010; h.10)
Departemen Kesehatan menargetkan angka kematian ibu pada 2010 sekitar 226 orang
dan pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs) yang ke 5 pada tahun 2015
menjadi 102 orang per tahun. Serta Depkes telah mematok target penurunan AKB di
Indonesia dari rata-rata 36 meninggal per 1.000 kelahiran hidup menjadi 23 per 1.000
kelahiran hidup pada 2015. (www.tugaskuliah.info/2010)
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 di Provinsi
Lampung pada Tahun 2012 Angka Kematian Neonatal 27/ 1000 Kelahiran Hidup (KH),
Kematian Bayi 43/1000 KH dan Kematian Balita 30/1000 KH (SDKI 2012). Secara umum
Angka Kematian Anak menunjukkan penurunan yang lambat. Angka Kematian Neonatal
mengalami stagnasi 10 tahun terakhir yaitu 20/1.000 kelahiran hidup pada SDKI 2002
menjadi 19/1.000 pada SDKI 2007 dan SDKI 2012. Padahal kematian neonatal merupakan
proporsi yang besar dari kematian bayi (59%) dan balita (47%).
Sejak tahun 2008-2012, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Lampung mencatat 5.018
bayi meninggal. Pada tahun 2012, tercatat 1.120 balita meninggal, atau setiap hari ada tiga
balita yang meninggal di Lampung.
Pada Tahun 2012 di Provinsi Lampung terjadi 787 kasus kematian Perinatal, 110
kasus kematian neonatal, 159 kasus kematian bayi dan kasus kematian Balita sebanyak 64
kasus. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya bayi adalah kemampuan dan
keterampilan penolong persalinan, sesuai dengan pesan pertama kunci Making Pregnancy
Safer (MPS) yaitu setiap persalinan hendaknya ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. Faktor
lainnya karena kurangnya pengetahuan dan perilaku masyarakat yang tidak mengenali tanda
bahaya dan terlambat membawa ibu, bayi dan balita sakit ke fasilitas kesehatan
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab
utama kematian BBL adalah pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan
normal/dasar dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga professional. Untuk menurunkan
angka kematian BBL karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada BBL. Kemampuan dan
keterampilan ini digunakan setiap kali menolong persalinan.
(JNPK-KR, 2008; h.145)
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gagal
bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat
memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya. umumnya
akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan
gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi
kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Dewi.2010;hal.102).
Pada dasarnya penyebab asfiksia dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut
yaitu perdarahan, infeksi, kelahiran preterm/bayi berat lahir rendah, asfiksia, hipotermi,
perlukaan kelahiran dan lain-lain. Bahwa 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal
yaitu dalam bulan pertama kehidupan, kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir
sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup
bahkan kematian. Dua hal yang banyak menentukan penurunan kematian perinatal ialah
tingkat kesehatan serta gizi wanita dan mutu pelayanan kebidanan yang tinggi di seluruh
negeri. (Sarwono, 2011;h.59)
Dari hasil survey di BPS Desi Andriani.Amd.Keb, pada bulan Januari- Mei tahun
2013 diperoleh 192 ibu bersalin. Dari prasurvey yang dilakukan pada tanggal 22 Mei 2013
terdapat 28 bayi yang mengalami asfiksia pada bulan Januari-Mei. Oleh karena itu penulis
tertarik untuk melakukan study kasus yang berjudul : Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir
dengan asfiksia terhadap Bayi Ny. M di BPS Desi Andriani.Amd.Keb Teluk Betung Utara
Bandar Lampung.
B. Rumusan Masalah
“Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia di BPS Desi
Andriani Amd.Keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung pada tahun 2013?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia di BPS Desi
Andriani. Amd.Keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung pada tahun 2013?
2. Tujuan Khusus
a) Diketahuinya Pengkajian terhadap Bayi Baru Lahir dengan asfiksia di BPS Desi Andriani
Amd.keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung. .
b) Diketahuinya Identifikasi Masalah pada Bayi Baru Lahir dengan melakukan diagnosa di BPS
Desi Andriani Amd.keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung .
c) Diketahuinya Antisipasi Masalah Potensial yang terjadi pada Bayi Baru Lahir dengan
asfiksia di BPS Desi Andriani Amd.keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung.
d) Diketahuinya Kebutuhan Tindakan Segera yang diperlukan pada Bayi Baru Lahir dengan
asfiksia di BPS Desi Andriani Amd.keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung.
e) Diketahuinya Rencana Asuhan Komprehensif pada Bayi Baru Lahir dengan asfiksia di BPS
Desi Andriani Amd.keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung. .
f) Diketahuinya Pelaksanakan Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan asfiksia di BPS
Desi Andriani Amd.keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung. .
g) Diketahuinya Evaluasi terhadap Asuhan Kebidanan yang telah dilaksanakan kepada Bayi
Baru Lahir dengan asfiksia di BPS Desi Andriani Amd.keb Teluk Betung Utara Bandar
Lampung.
D. Ruang Lingkup
1. Sasaran
Sasaran dalam studi kasus kebidanan ini adalah Bayi Baru Lahir dengan asfiksia terhadap
bayi Ny.M
2. Tempat
Study kasus ini dilaksanakan di BPS Desi Andriani Amd.keb Teluk Betung Utara Bandar
Lampung.
3. Waktu
Waktu pelaksanaan studi kasus ini pada tanggal 22 Mei 2013 pukul 12:40 WIB.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi institusi pendidikan
Setelah disusunnya karya tulis ilmiah ini dapat di gunakan sebagai keefektifan proses belajar
dapat ditingkatkan. Serta lebih meningkatkan kemampuan, keterampilan dan pengetahuan
mahasiswa dalam hal penanganan kasus asfiksia. Serta kedepan dapat menerapkan dan
mengaplikasikan hasil dari studi yang telah didapat pada lahan kerja. Selain itu diharapkan
juga dapat menjadi sumber ilmu dan bacaan yang dapat memberi informasi terbaru
serta menjadi sumber refrensi yang dapat digunakan sebagai pelengkap dalam pembuatan
karya tulis ilmiah pada semester akhir berikutnya.
2. Bagi Penulis
Dapat digunakan untuk menambah pengetahuan tentang penatalaksanaan asfiksia dan dapat
digunakan sebagai bahan perbandingan antara teori yang di dapat di bangku kuliah dan
dilahan praktek.
3. Bagi Lahan Praktik
Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan keterampilan dalam
memberikan asuhan kebidanan, khususnya pada kasus Asfiksia dan di BPS dapat lebih
meningkatakan kualitas pelayanan secara komprehensif khususnya dalam menangani bayi
baru lahir dengan asfiksia, sehingga AKB dapat diturunkan.
F. Metodologi Dan Teknik Memperoleh Data
1. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam karya tulis ini adalah metode penelitian survey
deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara
obyektif. Metode ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang
sedang dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-
langkah pengumpulan data, klasifikasi, analisis data, membuat kesimpulan dan laporan
(Notoatmodjo, 2005;h.138).
2. Teknik Memperoleh Data
a. Data Primer
1) Wawancara
Suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan
keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau
bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (Notoatmodjo,2005; h.138)
Wawancara dilakukan dengan cara yaitu Auto anamnesa wawancara yang dilakukan secara
langsung kepada klien mengenai penyakitnya, dan Allo anamnesa dilakukan dengan cara
wawancara kepada keluarga atau orang lain mengenai penyakit klien (Sulistyawati, 2009).
2) Pengkajian Fisik
Pengkajian yang dapat dipandang sebagai bagian tahap pengkajian pada proses keperawatan
atau tahap pengkajian atau pemeriksaan klinis dari system pelayanan terintegrasi,yang
prinsipnya menggunakan cara-cara yang sama dengan pengkajian fisik yaitu inspeksi,
palpasi,perkusi dan auskultasi (Prihardjo,2006;h.2)
b. Data Sekunder
1) Studi Pustaka
Adalah metode pengumpulan data dengan mempelajari catatan tentang pasien yang ada
(Notoatmodjo,2005;h.63).
2) Studi Dokumentasi
Adalah semua bentuk dokumen baik yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan, yang
ada dibawah tanggung jawab instansi resmi, misalnya laporan, statistic, catatan-catatan
didalam kartu klinik (Notoatmodjo,2005;h.63).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI MEDIS
I. Teori Bayi Baru Lahir Normal
a. Pengertian bayi baru lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui
vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu
dengan berat badan antara 2500 gram sampai 4000 gram nilai apgar >7 dan tanpa cacat
bawaan (Rukiyah, 2010; hal. 2)
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh
dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri
dari kehidupan intrauteri kehidupan ekstrauteri.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37- 42 minggu dan berat
badannya 2500-4000 gram.
b. Ciri- ciri bayi baru lahir normal
1. Lahir aterm antara 37-42 minggu
2. Berat bdan 2500- 4000 gram
3. Panjang badan 48- 52 cm
4. Ligkar dada 30- 38 cm
5. Lingkar kepala 33-35 cm
6. Lingkar lengan 11- 12 cm
7. Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit
8. Pernafasan 40-60 x /menit
9. Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
10. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna
11. Kuku agak panjang dan lemas
12. Nilai APGAR>7
13. Gerak aktif
14. Bayi lahir langsung menangis kuat
15. Reflek rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut)
sudah terbentuk dengan baik.
16. Reflek sucking(isap dan menelan ) sudah terbentuk dengan baik
17. Reflek moro ( gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik
18. Reflek grasping ( menggenggam) sudah baik
19. Genitalia
a. Pada laki- laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada sokrotum dan penis
yang berlubang
b. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang , serta
adanya labia minora dan mayora
c. Tahapan Bayi Baru Lahir :
1. Tahap I :
Terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama kelahiran.Pada tahap ini di
gunakan system scoring apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu
2. Tahap II :
Disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan pengkajian selama 24 jam
pertama terhadap ada nya perubahan perilaku.
3. Tahap III :
Disebut tahap periodik, pengkajian di lakukan 24 jam pertama yang meliputi pemeriksaan
seluruh tubuh.
(Dewi,2010; h.1- 3)
d. Penanganan Bayi Baru Lahir Normal
1. Menilai bayi dengan cepat( dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi diatas perut ibu
dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek,
meletakkan bayi ditempat yang memungkinkan ).
2. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kotak kulit ibu-
bayi lakukan penyuntikan oksitosin im.
3. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira- kira 3 cm dari pusat bayi, melakukan urutan
pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan memasang klem 2 cm dari klem pertama
(kearah ibu).
4. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali
pusat diantara dua klem tersebut.
5. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau
selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.
6. Memberikan bayi kepada ibunya dan mengajurkan ibu utuk memeluk bayinya dan memulai
pemberian ASI jika ibu menghendakinya.(sarwono,2010; h.344)
II. Asfiksia Neonatorum
a. Definisi
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami
gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat
memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya. (
Dewi.2010; h.102)
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur,
sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat
buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 2010; h.421)
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah
lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia
setelah persalinan. Masalah ini mungkin saling berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat
atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan.(JNPK KR 2008; h. 146).
b. Etiologi dan Faktor Predisposisi
Penyebab terjadinya Asfiksia menurut (DepKes RI, 2009)
1. Faktor Ibu
a. Preeklamsia dan eklamsia.
b. Perdarahan abnormal (plasenta prervia atau plasenta).
c. Partus lama atau partus macet.
d. Demam selama persalinan.
e. Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV).
f. Kehamilan post matur.
g. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2. Faktor Bayi
a. Bayi Prematur (Sebelum 37 minggu kehamilan).
b. Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ektraksi vakum, forsef).
c. Kelainan kongenital.
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).
3. Faktor Tali Pusat
a. Lilitan tali pusat.
b. Tali pusat pendek.
c. Simpul tali pusat.
d. Prolapsus tali pusat.
c. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia)
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang,
sehingga aliran oksigen kejanin berkurang, akibatnya terjadi gawat janin.
1) Gangguan Sirkulasi Menuju Janin
a) Gangguan aliran pada tali pusat (lilitan tali pusat, simpul tali pusat, tekanan pada tali pusat,
ketuban telah pecah, kehamilan lewat waktu)
b) Pengaruh obat, karena narkosa saat persalinan.
2) Faktor Ibu
a) Gangguan his (tetania uteri/hipertonik)
b) Penurunan tekanan darah dapat mendadak (perdarahan pada plasenta previa dan solusio
plasenta)
c) Vasokontriksi arterial (hipertensi pada hamil dan gestosis preeklampsia-eklampsia)
d) Gangguan pertukaran nutrisi/O2 (solusio plasenta) (Manuaba, 2010; h.421)
d. Diagnosis
Untuk dapat mendiagnosa gawat janin dapat ditetapkan dengan
melakukan pemeriksaan sebagai berikut:
1) Denyut jantung janin
a. DJJ meningkat 160 kali permenit tingkat permulaan
b. Mungkin jumlah sama dengan normal, tetapi tidak teratur
c. Frekuensi denyut menurun <100 kali permenit, apalagi disertai irama yang tidak teratur.
d. Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukkan gawat janin, karena terjadi
rangsangan nervus X, sehingga peristaltik usus meningkat dan sfingter ani terbuka.
2) Mekonium dalam air ketuban
Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukkan gawat janin, karena terjadi
rangsangan nervus X, sehingga peristaltik usus meningkat dan sfingter ani terbuka (Manuaba,
2010; h.422)
3) Pernapasan
Awalnya hanya sedikit nafas. Sedikit napas ini dimaksudkan untuk mengembangkan paru,
tetapi bila paru mengembang saat kepala masih dijalan lahir, atau bila paru tidak
mengembang karena suatu hal, aktivitas singkat ini akan diikuti oleh henti napas komplet.
Kejadian ini disebut apnue primer ( drew.2009;h.9)
4) Usia Ibu
Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu sehingga kualitas sumber
daya manusia makin meningkat dan kesiapan untuk menyehatkan generasi penerus dapat
terjamin. Kehamilan di usia muda/remaja (dibawah usia 20 tahun) akan mengakibatkan rasa
takut terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan pada usia tersebut ibu mungkin
belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi ibu belum siap untuk hamil.
Begitu juga kehamilan di usia tua (diatas 35 tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap
kehamilan dan persalinannya serta alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil.
Umur muda (< 20 tahun) beresiko karena ibu belum siap secara medis (organ reproduksi)
maupun secara mental. Hasil penelitian menunjukan bahwa primiparitymerupakan faktor
resiko yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap mortalitas asfiksia, sedangkan umur
tua (> 35 tahun), secara fisik ibu mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan.
Keadaan tersebut memberikan predisposisi untuk terjadi perdarahan, plasenta previa,
rupture uteri, solutio plasenta yang dapat berakhir dengan terjadinya asfiksia bayi baru lahir
(Purnamaningrum, 2010).
5) Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang telah dilakukan ibu. Paritas 2-3 merupakan paritas
paling aman di tinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas lebih dari 4
mempunyai angka kematian maternal yang disebabkan perdarahan pasca persalinan lebih
tinggi. Paritas yang rendah (paritas satu), ketidak siapan ibu dalam menghadapi persalinan
yang pertama merupakan faktor penyebab ketidak mampuan ibu hamil dalam menangani
komplikasi yang terjadi dalam kehamilan, persalinan dan nifas (Winkjosastro, 2007).
Paritas 1 beresiko karena ibu belum siap secara medis (organ reproduksi) maupun secara
mental. Hasil penelitian menunjukan bahwa primiparity merupakan faktor resiko yang
mempunyai hubungan yang kuat terhadap mortalitas asfiksia, sedangkan paritas di atas 4,
secara fisik ibu mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan. Keadaan tersebut
memberikan predisposisi untuk terjadi perdarahan, plasenta previa, rupture uteri, solutio
plasenta yang dapat berakhir dengan terjadinya asfiksia bayi baru lahir (Purnamaningrum,
2010).
http://yulianasept.blogspot.com/2012/10/proposal-asfiksia.html,, tanggal 7 juni 2013 pukul
10.14
6) Lama persalinan
Menurut tinjauan teori beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu
melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen kejanin berkurang yang dapat
menyebabkan terjadi asfiksia pada bayi baru lahir yaitu partus lama atau partus macet dan
persalinan sulit, seperti letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vacuum dan
vorcep (JNPK-KR, 2008, h. 144)
Pada multigravida tahapannya sama namun waktunya lebih cepat untuk setiap fasenya. Kala
1 selesai apabila pembukaan servik telah lengkap, pada multigravida berlangsung kira-kira 13
jam, sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam. (sulistyawati, esti,2010; h.65)
e. Tanda dan gejala
1. Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)
Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis,sehingga memerlukan perbaikan
dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala yang yang muncul pada asfiksiam
berat adalah sebagai berikut:
1) Frekuensi jantung kecil, yaitu <40 per menit.
2) Tidak ada usaha napas
3) Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada
4) Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu
2. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)
Pada asfiksia sedang, tanda gejala yang muncul adalah sebagai berikut:
1) Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit
2) Usaha nafas lambat
3) Tonus otot biasanya dalam keadaan baik
4) Bayi masih bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan
5) Bayi tampak siannosis
3. Asfiksia ringan (nilai APGAR 7-10)
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah sebagai berikut:
1) Bayi tampak sianosis
2) Adanya retraksi sela iga
3) Bayi merintih
4) Adanya pernafasan cuping hidung
5) Bayi kurang aktifitas
(Dewi.2010; h.102)
f. Penilaian Asfikaia Pada Bayi Baru Lahir
1. Penilaian Awal
Penilaian awal dilakukan pada setiap BBL untuk menentukan apakah tindakan resusitasi
harus segera dimulai. Segera setelah lahir, dilakukan penilaian pada semua bayi dengan cara
petugas bertanya pada dirinya sendiri dan harus menjawab segera dalam waktu singkat.
1) Apakah bayi lahir cukup bulan ?
2) Apakah air ketuban jernih dan tidak bercampur mekonium ?
3) Apakah bayi bernafas adekuat atau menangis ?
4) Apakah tonus otot baik ?
Bila semua jawaban “Ya”, berarti bayi baik dan tidak memerlukan tindakan resusitasi. Pada
bayi ini segera dilakukan asuhan pada bayi normal. Bila salah satu atau lebih jawaban
“Tidak”, bayi memerlukan tindakan resusitasi. Segera dimulai dengan langkah awal
resusitasi.
2. Keputusan Resusitasi Bayi Baru Lahir
PENILAIAN Sebelum bayi lahir :
 Apakah kehamilan cukup bulan ?
Sebelum bayi lahir :
 Apakah airketuban jernih, tidak bercampur mekonium
(warna kehijauan) ?
Segera setelah bayi lahir (jika bayi cukup bulan) :
 Menilai apakah bayi menangis atau bernapas/megap-
megap ?
 Menilai apakah tonus aot baik ?
KEPUTUSAN Memutuskan bayi perlu resusitasi jika :
 Bayi tidak cukup bulan atau bayi megap-megap/tidak
bernapas dan atau tonus otot bayi tidak baik
 Air ketuban bercampur mekonium.
TINDAKAN Mulai lakukan resusitasi segera jika :
 Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-megap/tidak
bernapas dan tonus otot bayi tidak baik :
Lakukan tindakan resusitasi BBL
 Air ketuban bercampur mekonium :
Lakukan resusitasi sesuai dengan indikasinya
(JNPK-KR 2008; h.151)
Tabel 1. Penilaian asfiksia pada bayi baru lahir
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh
tiga tanda yang penting, yaitu:
a. Pernafasan
b.Denyut jantung
c. Warna
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan kita memulai
resusitasi atau untuk membuat keputusan mengenai jalannya
resusitasi.
(Saifuddin, 2009, hal: 349)
3. Hal penting dalam penilaian asfiksia
Aspek yang sangat penting dari resusitasi BBL adalah menilai bayi, menentukan tindakan
yang akan dilakukan dan ahirnya melaksanakan tindakan tersebut. Penilaian selanjutnya
adalah dasar untuk menentukan kesimpulan dan tindakan berikutnya. Upaya resusitasi yang
efektif dan efisien berlangsung melalui rangkaian tindakan, yaitu penilaian, pengambilan
keputusan dan selanjutnya tindakan lanjut. Rangkaian tindakan ini merupakan suatu siklus.
Misalnya pada saat-saat anda melakukan rangsangan taktil anda sekaligus menilai pernafasan
bayi. Atas dasar penilaian ini anda akan melakukan langkah berikutnya. Apabila penilaian
pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau bahwa pernafasan tidak adekuat,
anda sudah menentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan berikutnya, yaitu
memberikan ventilasi dengan tekanan positif (VTP). Sebaliknya apabila pernafasannya
normal, maka tindakan selanjutnya adalah menilai denyut jantung bayi. Segera setelah
memulai suatu tindakan anda harus menilai dampaknya pada bayi dan membuat kesimpulan
untuk tahap berikutnya.
Nilai APGAR pada umumnya dilaksanakan pada 1 menit dan 5 menit setelah bayi lahir, akan
tetapi penilaian bayi harus dimulai segera setelah bayi lahir. Apabila bayi memerlukan
intervensi berdasarkan pernafasan, denyut jantung, atau warna bayi, maka penilaian ini harus
dilakukan segera. Intervensi yang harus dilakukan jangan sampai terlambat karena menunggu
penilaian APGAR 1 menit. Keterlambatan tindakan sangat membahayakan, terutama pada
bayi yang mengalami depresi berat. Walaupun nilai APGAR tidak penting dalam
pengambilan keputusan pada awal resusitasi, tetapi dapat menolong dalam upaya penilaian
keadaan bayi dan penilaian efektivitas upaya resusitasi. Jadi nilai APGAR perlu dinilai dalam
1 menit dan 5 menit. Apabila nilai apgar <7 penilaian tambahan masih diperlukan, yaitu tiap
5 menit sampai 20 menit atau sampai 2 kali penilaian menunjukkan nilai 8 atau lebih.
Penilaian pada bayi yang terkait dengan penatalaksanaan resusitasi, dibuat berdasarkan
keadaan klinis. Penilaian awal harus dilakukan pada semua BBL. Penatalaksanaan
selanjutnya dilakukan menurut hasil penilaian tersebut. Penilaian berkala setelah setiap
langkah resusitasi harus dilakukan setiap 30 detik. Penatalaksanaan dilakukan terus menerus
berkesinambungan menurut siklus menilai, menentukan tindakan, melakukan tindakan,
kemudian menilai kembali (Saifuddin, 2009; h. 349)
Tiga point pengkajian klinis
1). Pernapasan
Observasi pergerakan dada dan masukan udara dengan cermat. Lakukan auskultasi jika
perlu. Kali adanya pola pernapasan abnormal, seperti pergerakan dada asimetris, napas
tersenggal, atau mendengur.
Tentukan apakah pernapsannya adekuat (frekuensi baik dan teratur), tidak adekuat (lambat
dan tidak teratur), atau tidak ada sama sekali.
2). Denyut jantung
Kaji frekuensi jantung dengan mengauskultasikan denyut aspeks atau merasakan
denyutan umbilicus.
Klasifikasikan menjadi >100 atau <100 kali permenit. Angka ini merupakan titik batas
yang mengindikasikan ada atau tidaknya hipoksia yang signifikan. Catatan : bayi dengan
frekuensi jantung <60, khususnya bayi tanpa frekuensi jantung, membutuhkan pendekatan
yang lebih darurat. Awalnya, curah jantung mungkin tidak mampu mencukupi perfusi arteri
koroner, sampai pada akhirnya tidak mampu sama sekali, walaupun dilakukan ventilasi.
3). Warna
Kaji bibir dan lidah bayi yang dapat berwarna biru atau merah muda. Sianosis perifer
(akrosianosis) merupakan hal yang normal pada beberapa jam pertama bahkan hari. Bayi
yang pucat mungkin mengalami syok atau anemia berat. Tentukan apakah bayi bewarna
merah mudah, biru atau pucat.
Ketiga observasi ini dikenal sebagai komponen skor APGAR. Dua komponen lainnya
adalah tonus dan respons terhadap rangsangan.
(David,dkk.2009; h.30-32)
a.Pemantauan Janin
1. Saat Bayi Sudah Lahir
a) Penilaian sekilas sesaat setelah bayi lahir
Sesaat setelah bayi lahir bidan melakukan penilaia sekilas untuk kesejahteraan bayi secara
umum. Aspek yang dinilai adalah warna kulit dan tangis bayi, jika warna kulit adalah
kemerahan dan bayi dapat menangis spontan, maka ini sudah cukup untuk dijadikan data
awal bahwa dalam kondisi baik.
b) Menit pertama kelahiran
Pertemuan sarec di swedia tahun 1985 menganjurkan penggunaan parameter penilaian bayi
baru lahir adalah dengan cara sederhana yang disebut dengan SIGTUNA (SIGTUNA score),
sesuai dengan nama terjadinya konsensus. Penilaian cara ini digunakan terutama untuk
tingkat pelayanan kesehatan dasar karena hanya menilai dua parameter yang penting, namun
cukup mewakili indikator kesejahteraan bayi baru lahir. Sesaat setelah bayi lahir bidan
memantau 2 tanda vital bayi sesuai dengan SIGTUNA score, yaitu upaya bayi untuk bernafas
dan frekuensi jantung (dihitung selama 6 detik, hasil dikalikan 10 sama dengan frekuensi
jantung satu menit).
Cara menentukan SIGTUNA score:
1) Nilai bayi sesaat setelah lahir (menit pertama) dengan kriteria penilaian seperti pada tabel.
2) Jumlahkan score yang didapat.
3) Kesimpulan dari total SIGTUNA score
4 : Asfiksia riangan atau tidak asfiksia.
2-3 : Asfiksia sedang.
1 : Asfiksia berat.
0 : Bayi lahir mati/fresh stillbirth.
2. Menit ke 5 sampai 10
Segera setelah bayi lahir, bidan mengobservasi keadaan bayi dengan berpatokan pada
APGAR score dari 5 menit hingga 10 menit (Sulistyawati,2010;h.209).
Tabel 2. Skala pengamatan APGAR score
Aspek
pengamatan
bayi baru
lahir
Skor
0 1 2
Appeareance
(Warna kulit)
Seluruh tubuh
bayi berwarna
kebiruan .atau
pucat
Warna kulit
tubuh normal,
tetapi tangan
dan kaki
berwarna
kebiruan
Warna kulit
seluruh tubuh
normal
Pulse
(Nadi)
Denyut
jantung tidak
ada
Denyut jantung
<100 kali
permenit
Denyut jantung
>100 kali
permenit
Grimace
(Respon
refleks)
Tidak ada
respon
terhadap
stimulasi
Wajah meringis
saat distimulasi
Meringis,
menarik, batuk
atau bersin saat
stimulasi
Activity
(Tonus otot)
Lemah, tidak
ada gerakan
Lengan dan
kaki dalam
posisi fleksi
dengan sedikit
gerakan
Bergerak aktif dan
spontan
Respiratory
(Pernafasan)
Tidak
bernafas,
pernafasan
lambat dan
tidak teratur
Menangis
lemah,
terdengar
seperti merintih
Menangis kuat,
pernafasan baik
dan teratur
(Sulistyawati, 2010; h.209)
b. Penatalaksanaan Asfiksia
1) Persiapan resusitasi BBL
a) Persiapan tempat resusitasi
Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi :
1. Gunakan ruang yang hangat dan terang
2. Tempat resusitasi hendaknya datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat misalnya meja,
dipan atau diatas lantai beralas tikar. Sebaiknya dekat pemancar panas dan tidak berangin
(jendela atau pintu yang terbuka)
Keterangan:
a. Ruang yang hangat akan mencegah bayi hipotermi.
b. Tempat resusitasi yang rata diperlukan untuk kemudahan pengaturan posisi kepala bayi.
c. Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60 watt atau lampu petromak. Nyalakan
lampu menjelang persalinan.
b) Persiapan alat resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain menyiapkan alat-alat persalinan juga disiapkan alat-alat
resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :
1. Kain ke-1 untuk mengeringkan bayi.
2. Kain ke-2 untuk menyelimuti bayi.
3. Kain ke-3 untuk ganjal bahu bayi.
4. Alat penghisap lender De Lee atau Bola karet.
5. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup.
6. Kotak alat resusitasi.
7. Sarung tangan.
8. Jam atau pencatat waktu.
Keterangan:
a. Kain yang digunakan sebaiknya bersih, kering, hangat dan dapat menyerap cairan misalnya
handuk, kain flannel, dll. Kalau tidak ada gunakan kain panjang atau sarung.
b. Kain ke-3 untuk ganjal bahu. Ganjal bahu bisa dibuat dari kain (kaos, selendang, handuk
kecil), digulung setinggi 3 cm dan bisa disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi agar
sedikit tengadah.
c. Bagian-bagian balon dan sungkup:
1) Pintu masuk udara dan tempat memasang reservoir O2
2) Pintu masuk O2
3) Pintu keluar O2
4) Susunan katup
5) Reservoir O2
6) Katup pelepas tekanan (pop-of valve)
7) Tempat memasang manometer (bagian ini mungkin tidak ada)
Keterangan:
a) Alat pengisap lendir Dee Lee adalah alat untuk menghisap lender khusus untuk BBL.
b) Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup merupakan alat yang sangat penting dalam
tindakan ventilasi pada resusitasi, siapkan sungkup dalam keadaan terpasang dan steril.
c) Tabung atau balon serta sungkup dan alat penghisap lender De Lee dalam keadaan steril,
disiapkan dalam kotak alat resusitasi.
c. Cara menyiapkan:
1) Kain ke-1:
Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan BBL yang basah oleh air ketuban segera
setelah lahir. Bagi bidan yang sudah biasa dan terlatih meletakkan bayi baru lahir diatas perut
ibu, sebelum persalinan akan menyediakan sehelai kain diatas perut ibu untuk mengeringkan
bayi. Hal ini dapat juga digunakan pada bayi asfiksia. Bila tali pusat sangat pendek, bayi
dapat diletakkan didekat perineum ibu sampai tali pusat telah diklem dan dipotong, kemudian
jika perlu lakukan tindakan resusitasi.
2) Kain ke-2:
Fungsi kain ke-2 adalah untuk menyelimuti BBL agar tetap kering dan hangat. Singkirkan
kain ke-1 yang basah sesudah dipakai mengeringkan bayi. Kain ke-2 ini diletakkan diatas
tempat resusitasi, digelar menutupi tempat yang rata.
3) Kain ke-3:
Fungsi kain ke-3 adalah untuk ganjal bahu bayi agar memudahkan dalam pengaturan posisi
kepala bayi. Kain digulung setebal kira-kira 3 cm diletakkan di bawah kain ke-2 yang
menutupi tempat resusitasi untuk mengganjal bahu.
4) Alat resusitasi:
Kotak alat resusitasi yang berisi alat pengisap lender Dee Lee dan alat resusitasi tabung atau
balon dan sungkup diletakkan dekat tempat resusitasi, maksudnya agar memudahkan diambil
sewaktu-waktu dibutuhkan untuk melakukan tindakan resusitasi BBL.
5) Sarung tangan.
6) Jam atau pencatat waktu
d. Persiapan Diri
Lindungi dari kemungkinan infeksi dengan cara:
1. Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek, masker, penutup kepala, kaca mata
dan sepatu tertutup)
2. Lepaskan perhiasan, cincin dan jam tangan sebelum mencuci tangan.
3. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran alkohol dan gliseril.
4. Keringkan dengan kain atau tisu bersih.
5. Selanjutnya gunakan sarung tangan sebelum menolong persalinan.
2) Tahap I: Langkah Awal
Tahap awal diselesaikan dalam waktu 30 detik. Langkah awal tersebut meliputi:
a) Jaga bayi tetap hangat
a) Letakkan bayi diatas kain yang ada diatas perut ibu
b) Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka, potong tali pusat
c) Pindahkan bayi keatas kain di tempat resusitasi yang datar, rata, keras, bersih, kering dan
hangat.
d) Jaga bayi tetap diselimuti dan dibawah pemancar panas.
b) Atur posisi bayi
1. Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong
2. Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan pengganjal bahu, sehingga kepala sedikit
ekstensi.
c) Isap lendir
Gunakan alat pengisap DeLee dengan cara sebagai berikut:
1. Isap lendir mulai dari mulut dulu, kemudian hidung
2. Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar, TIDAK pada waktu memasukan.
3. Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam (jangan lebih dari 5 cm kedalam mulut atau lebih
dari 3 cm dalam hidung), hal itu dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat
atau tiba-tiba berhenti bernafas.
d) Keringkan dan rangsang bayi
1. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan
2. Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk atau menyentil telapak kaki bayi atau dengan
menggosok punggung, dada, perut dan tungkai bayi dengan telapak tangan.
e) Atur kembali posisi bayi
1. Ganti kain yang telah basah dengan kain kering dibawahnya
2. Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada, agar bisa
memantau pernafasan bayi.
3. Atur kembali posisi bayi sehingga kepala sedikit ekstensi.
f) Lakukan penilaian bayi
Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, tidak bernafas atau megap-megap. Bila bayi
bernafas normal, lakukan asuhan pasca resusitasi. Tapi bila bayi tidak bernafas normal atau
megap-megap, mulai lakukan ventilasi bayi.
3) Tahap II: Ventilasi
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume udara ke
dalam paru-paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru bayi agar bisa
bernafas spontan dan teratur.
a) Pasang sungkup
Pasang sungkup dengan menutupi dagu, mulut dan hidung.
b) Ventilasi 2 kali
1. Lakukan peniupan / pompa dengan tekanan 30 cm air.
Tiupan awal tabung-sungkup / pompaan awal balon-sungkup sangat penting untuk membuka
alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan menguji apakah jalan nafas bayi terbuka.
2. Lihat apakah dada bayi mengembang.
Saat melakukan tiupan atau pompaan perhatikan apakah dada bayi mengembang.
Bila tidak mengembang:
a. Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor.
b. Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu.
c. Periksa cairan atau lendir dimulut. Bila ada lendir atau cairan lakukan penghisapan.
d. Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30 cm air (ulangan), bila dada mengembang, lakukan
tahap berikutnya.
c) Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
1. Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau pemompaan dengan balon dan sungkup
sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air sampai bayi mulai menangis dan
bernafas spontan
2. Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau pemompaan, setelah 30 detik lakukan
penilaian ualng nafas.
Jika bayi mulai bernafas spontan atau menangis, hentikan ventilasi bertahap:
a. Lihat dada apakah ada retraksi dinding dada bawah
b. Hitung frekuensi nafas permenit
Jika bernafas >40 per menit dan tidak ada retraksi berat:
a. Jangan ventilasi lagi
b. Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit pada dada ibu dan lanjutkan asuhan bayi baru
lahir.
c. Pantau setiap 15 menit untuk pernafasan dan kehangatan
d. Katakana pada ibu bahwa bayinya kemungkinan besar akan membaik.
3. Lanjutkan asuhan pasca resusitasi.
4. Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas, lanjutkan ventilasi.
d) Ventilasi setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang nafas.
1. Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air)
2. Hentikan ventilasi setiap 30 detik, lakukan penilaian bayi apakah bernafas, tidak bernafas
atau megap-megap:
a. Jika bayi sudah mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan asuhan
pasca resusitasi
b. Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik
kemudian lakukan penilaian ulang nafas tiap 30 detik.
e) Siapkan rujukan jika bayi belum bernafas spontan sesudah 2 menit resusitasi
f) Lanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi
5. Tahap III: Asuhan Pasca Resusitasi
Setelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pasca resusitasi yang merupakan perawatan
instensif selama 2 jam pertam. Penting sekali pada tahap ini dilakukan BBL dan pemantauan
sera intensif serta pencatatan.
a) Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi
1. Tidak dapat menyusu
2. Kejang
3. Mengantuk atau tidak sadar
4. Nafas cepat (>60 kali permenit)
5. Merintih
6. Retraksi dinding dada bawah
7. Sianosis sentral
b) Pemantauan dan perawatan tali pusat
1. Memantau perdarahan tali pusat
2. Menjelaskan perawatan tali pusat
c) Bila nafas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada ibunya
1. Meletakkan bayi di dada ibu (kulit ke kulit), menyelimuti keduanya
2. Membantu ibu untuk menyusui bayi dalam 1 jam pertama
3. Menganjurkan ibu untuk mengusap bayinya dengan kasih sayang
d) Pencegahan hipotermi
1. Membaringkan bayi dalam ruangan >250 C bersama ibunya
2. Mendekap bayi dengan lekatan kulit ke kulit sesering mungkin
3. Menunda memandikan bayi sampai dengan 6-24 jam
4. Menimbang berat badan terselimuti, kurangi berat selimut
5. Menjaga bayi tetap hangat selama pemeriksaan, buka selimut bayi sebagian-sebagian.
Asuhan pasca lahir (usia 2-24 jam setelah lahir)
Sesudah pemantauan 2 jam pasca resusitasi, bayi masih perlu asuhan pasca lahir lebih lanjut.
Asuhan pasca lahir dapat dilakukan dengan cara kunjungan rumah(kunjungan
BBL/ neonatus). Tujuan dari asuhan pasca lahir adalah untuk mengetahui kondisi lebih
lanjut dalam 24 jam pertama kesehatan bayi setelah mengalami tindakan resusitasi.
e) Pemberian vit-K
Memberikan suntikan vit-K di paha kiri anterolateral 1 mg intramuscular.
f) Pencegahan infeksi
1. Memberikan salep mata antibiotika
2. Memberikan imunisasi Hepatitis-B dipaha kanan 0,5 mL intramuscular, 1 jam setelah
pemberian vit K
3. Memberitahu ibu dan keluarga cara pencegahan infeksi bayi.
g) Pemeriksaan fisik
1. Mengukur panjang badan dan lingkar kepala bayi
2. Melihat dan meraba kepala bayi
3. Melihat mata bayi
4. Melihat mulut dan bibir bayi
5. Melihat dan meraba lengan dan tungkai, gerakan dan menghitung jumlah jari
6. Melihat alat kelamin dan menentukan jenis kelamin, adakah kelainan
7. Memastikan adakah lubang anus dan uretra, adakah kelainan
8. Memastikan adakah buang air besar dan buang air kecil
9. Melihat dan meraba tulang punggung bayi.
h) Rencana asuhan 24 jam
1. Pemberian ASI
2. Menilai BAB bayi
3. Menilai BAK
4. Kebutuhan istirahat/tidur
5. Menjaga kebersihan kulit bayi
6. Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi (rukiyah dan yulianti.2010;h.66)
i) Pencatatan dan pelaporan
j) Asuhan pasca lahir (JNPK-KR, 2008 h.148)
B. TINAJUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
1. Pengertian
Manajemen asuhan kebidanan atau sering disebut manajemen asuhan kebidanan adalah
suatu metode berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan
kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan.
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-
temuan, keterampilan, dalam rangkaian tahap-tahap yang logis untuk pengambiln suatu
keputusan yang berfokus terhadap klien.
kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan oleh Helen Varney dalam
buku Varney’s Midwifery, edisi ketiga tahun 1997, menggambarkan proses manajemen
asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berturut secara sistematis dan siklik.
Varney menjelaskan bahwa proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan
bidan pada tahun 1970-an. Proses ini memperkenalkan sebuah metode pengorganisasian
pemikiran dan tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien
maupun bagi tenaga kesehatan. Proses manajemen kebidanan ini terdiri dari tujuh langkah
yang berurutan, dan setiap langkah disempurnakan secara berkala. Proses dimulai dari
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ke-tujuh langkah tersebut membentuk
suau kerangka lenkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi setiap
langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih detail dan ini bias berubah
sesuai dengan kebutuhan klien. (Saminem, 2010; h. 39)
2. Langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney
a. Tahap pengumpulan data dasar (langkah I)
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yag berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:
Anamnesis, anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi, riwayat
kesehatan , riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, bio- psiko- sioso-spiritual, serta
pengetahuan klien.
a. Identitas
Identitas bayi didapat dari anamnesa yang dilakukan oleh bidan terhadap orang tua bayi
untuk memperoleh informasi tentang identitas bayi baru lahir, seperti umur bayi, jam
kelahiran bayi, jenis kelamin bayi dan anak keberapa.
b. Riwayat Antenatal
1) Data ini penting untuk diketahui oleh bidan sebagai data acuan untuk memprediksi apakah
terdapat penyulit pada kehamilan saat bayi masih dalam kandungan.
2) Kesehatan janin dikaji untuk mengetahui kondisi janin saat ini
3) Keluhan trismester 1, 2 dan 3 dikaji untuk mengetahui keluhan yang pernah dirasakan oleh
orang tua bayi saat hamil
4) Frekuensi ANC selama kehamilan trismester 1, 2 dan 3 dikaji untuk mengetahui seberapa
sering orang tua bayi pernah memeriksakan diri saat hamil
5) Pola nutrisi dikaji untuk mengetahui asupan nutrisi pada orang tua bayi
6) Perilaku kesehatan dikaji untuk mengetahui apakah orang tua bayi pernah merokok,
mengonsumsi alkohol, obat-obatan atau jamu selama hamil
c. Riwayat Proses Persalinan
1) Data ini penting untuk diketahui oleh bidan sebagai data acuan untuk memprediksi apakah
terdapat penyulit saat terjadinya proses kelahiran bayi.
2) Tempat lahir dikaji untuk mengetahui dimanakah bayi dilahirkan
3) Ditolong oleh dikaji untuk mengetahui siapakah yang menolong kelahiran bayi
4) Jenis persalinan dikaji untuk mengetahui bagaimana cara bayi dilahirkan
5) Lama persalinan dikaji untuk mengetahui seberapa lama proses persalinan
6) Tanggal lahir dikaji untuk mengetahui kapan bayi di
7) lahirkan dan pukul untuk mengetahui waktu bayi dilahirkan
8) BB dikaji untuk mengetahui berapakah berat badan bayi, PB dikaji untuk mengetahui
berapakah panjang badan bayi dan nilai apgar digunakan untuk menilai apakah bayi sudah
dalam keadaan normal atau tidak
9) Jenis kelamin dikaji untuk mengetahui apa jenis kelamin bayi
10) Cacat bawaan dikaji untuk mengetahui apakah bayi lahir dalam keadaan cacat atau tidak
11) Masa gestasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi lahir cukup bulan atau tidak
12) Resusitasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi telah dilakukan tindakan resusitasi atau tidak
a. Pola Kebutuhan Sehari-hari
Nutrisi dikaji untuk mengetahui apa saja yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
pasien. Nutrisi yang diberikan pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) juga akan
berbeda, sebab kapsitas lambung BBLR sangat kecil sehingga minum harus sering
diberikan tiap jam. Perhatikan juga apakah selama pemberian minum bayi menjadi cepat
lelah, menjadi biru atau perut menjadi besar/ kembung (Prawirohardjo,2009)
b. Pola eliminasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi telah BAK dan BAB. Pada bayi dengan
berat badan lahir rendah (BBLR) kita mengkaji pola eliminasi, sebab pada bayi BBLR
kebutuhan nutrisi yang diberikan berbeda dengan bayi yang berat badannya normal, oleh
sebab itu akan berpengaruh juga pada frekuensi BAB dan BAK nya setiap harinya.
c. Pola istirahat dikaji untuk mengetahui apakah kebutuhan istirahat bayi telah terpenuhi atau
tidak. Bayi yang mengalami berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki pola tidur yang lebih
banyak dari bayi normal, sebab nutrisi yang dikonsumsi sangat cukup dan memiliki frekuensi
yang ditetapkan setiap jam, sehingga bayi lebih sering tertidur nyenyak dengan nutrisi yang
cukup.
d. Personal hygine dikaji untuk mengetahui bagaimana kebersihan pada diri bayi. Pada bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR) personal hygine juga perlu dikaji sebab kebersihan
pada bayi sangat diutamakan untuk pencegahan infeksi.
C. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda- tanda vital, meliputi
a. Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi).
1) Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan cacatan terbaru serat cacatan sebelumnya). Pemeriksaan
fisik
a) Kepala :
bentuk simetris atau tidak, UUB dan UUK datar atau tidak, keadaan rambut bersih atau tidak, adakah
caput succedenum dan cephal hematome.
b) Wajah
terdapat odema atau tidak, kebersihan muka simetris atau tidak dan warna kemerahan
atau tidak
c) Mata
simetris atau tidak, adakah pembengkakan pada kelopak mata,konjungtiva merah muda
atau pucat, sklera putih atau tidak, adakah bulu mata atau tidak, adakah kotoran mata atau
tidak
d) Hidung
bentuk, lubang hidung, pernafasan cuping hidung, dan pengeluaran
e) Mulut
bentuk bibir, lidah, palatum, reflek rooting
f) Telinga
simetris atau tidak, lubang telinga, adakah cairan atau tidak
g) Leher
bendungan vena jugularis, pembesaran kelenjar tyroid, pembesaran kelenjar getah bening,
reflek menelan, kepala bebas berputar
h) Dada
bentuk dada, pengembangan rongga dada, suara jantung, suara paru-paru
i) Ketiak
kebersihan, pembesaran kelenjar limfe
j) Perut
bentuk simetris atau tidak, adakah bising usus, keadaan tali pusat, kembung,adakah benjolan,
adakah pembesaran hati
k) Punggung
fleksibilitas tulang punggung, tonjolan tulang punggung, lipatan bokong
l) Anus
adakah lubang anus atau tidak
m) Genetalia
adakah labia mayor dan labia minor, adakah klitoris dan orifisium uretra
n) Ekstermitas
pergerakan dan jari-jari tangan dan kaki
o) Neuro
reflek moro, rooting, glabela, gland, plantar, tonik leher, menghisap
p) Eliminasi
BAK dan BAB
a. Interpretasi data dasar (langkah II)
Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data- data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut
kemudian diinterpretasi sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Baik rumusan diagnosis maupun masalah, keduanya harus ditangani. Meskipun masalah
tidak dapat dartiakn sebagai diagnosis, tetapi tetap membutuhkan penanganan.
b. Identifikasi diagnosis/ masalah potensial dan antisipasi penanganannya (langkah III)
Pada langkah ketiga mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial
berdasarkan diagnosis/ masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan
bersiap- siap mencegah diagnosis masalah potensial I menjadi kenyataan. Langkah ini
penting dituntut untuk mampu menagntisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan
masalah potensial yang akan terjadi, tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar
masalah atau diagnosis tersebut tidak terjadi. Langhkah ini bersifat antisipasi yang rasional/
logis.
c. Tindakan segera atau kolaborasi (langkah IV)
Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan konsultassi atau penanganan
segera bersama anggota tim kaesehatn lain dengan kondisi klien. Langkah keempat
mencerminkan keseimangan proses manajemen kebidanan. Jadi, manajemen tidak hanya
berlangsung seama asuhan primer periodic atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama
wanita tersebut dalam dampingan bidan. Misalnya, pada waktu wanita tersebut dalam
persalinan.
d. Rencana asuhan menyeluruh (langkah V)
Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyuluruh yang ditentukan berdasarkan
langkah- langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelautan manajemen untuk masalah
atau diagnosis yang telah diidentikasi atau dantispasi atau diantisipasi. Pada langkah ini
informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi rencana asuhan yang menyuluruh tidak
hanya meliputi segala hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap
masalah yang terkait, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut.
Pedoman antisipasi ini mencakup perkiraan tentang hal yang akan terjadi berikutnya:
apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah bidan perlu merujuk klien bila ada
sejumlah masalah terkait sosial, ekonomi, kultural, atau psikososial.
e. Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman (langkakh VI)
Pada langkah keenam, rencana asuhan menyuluuh dilakua denangn efisien dan aman.
Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien
atau anggota tim kesehatan lainnya walua bidan tidak melakukan nya sendiri, namun ia
tetap memikul tangung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya (misalnya dengan
memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar terlaksana)
f. Evaluasi ( langkah VII)
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak
efektif untuk mengetahui faktor mana yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan
asuhan yang diberikan.
Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini
meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan banuan apkah benar- benar telah terpenuhi
sebagaimana diidentifkasi didalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. (Soepardan.2009; h.97)
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan
yang dimiliki bidan meliputi:
A. Landasan Hukum Kewenangan Bidan
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan (permenkes) nomor 1464/menkes/per/x/2010
tentang izin dan penyelenggaran praktik bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
7. Kewenangan normal:
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
2. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah
a. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter
b. Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan. Kewenangan ini
meliputi:
Pelayanan kesehatan ibu
a. Ruang lingkup:
1) Pelayanan konseling pada masa pra hamil
2) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
3) Pelayanan persalinan normal
4) Pelayanan ibu nifas normal
5) Pelayanan ibu menyusui
6) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
b. Kewenangan:
1) Episiotomi
2) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
3) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan rujukan
4) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
5) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
c. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI)
eksklusif
d. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum
e. Penyuluhan dan konseling
f. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
g. Pemberian surat keterangan kematian
h. Pemberian surat keterangan cuti bersalin
Pelayanan kesehatan anak
a. Ruang lingkup:
1) Pelayanan bayi baru lahir
2) Pelayanan bayi
3) Pelayanan anak balita
4) Pelayanan anak pra sekolah
b. Kewenangan:
a) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi,
inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa
neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat
b) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
c) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan rujukan
d) Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah
e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah
f) Pemberian konseling dan penyuluhan
g) Pemberian surat keterangan kelahiran
h) Pemberian surat keterangan kematian
Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, dengan
kewenangan:
a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana
b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom Selain kewenangan normal sebagaimana
tersebut di atas, khusus bagi bidan yang menjalankan program Pemerintah mendapat
kewenangan tambahan untuk melakukan pelayanan kesehatan yang meliputi:
a) Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan
pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit
b) Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu (dilakukan
di bawah supervisi dokter)
c) Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan
d) Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak usia
sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan
e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah
f) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
g) Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular
Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya
h) Pencegahan penyalah gunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA)
melalui informasi dan edukasi
Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah.
Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi,
penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan
memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta
pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA),
hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah mendapat pelatihan untuk pelayanan tersebut.
Selain itu, khusus di daerah (Kecamatan atau Kelurahan/Desa) yang belum ada dokter,
bidan juga diberikan kewenangan sementara untuk memberikan pelayanan kesehatan di
luar kewenangan normal, dengan syarat telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Kewenangan bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar
kewenangan normal tersebut berakhir dan tidak berlaku lagi jika di daerah tersebut sudah
terdapat tenaga dokter (http.www.hukum kewenangan bidan.com)
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR TERHADAP BAYI Ny.M SEGERASETELAH
LAHIRDENGAN ASFIKSIA DI BPS DESI ANDRIANI Amd.keb
BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013
1. PENGKAJIAN
Tanggal : 22 Mei 2013
Jam : 12.40 Wib
: BPS Desi Andriani Amd.Keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung
: Destiana Anjarsari
: 2010.637
A. DATA SUBJEKTIF
a) Biodata bayi
Nama : By. Ny. M
Jenis kelamin : laki-laki
Tanggal lahir/pukul : 22 Mei 2013/12.40 Wib
b) Biodata orang tua
Istri Suami
Nama : Ny. M Tn. U
Umur : 36 Tahun 40 tahun
Agama : Islam Islam
43
Suku : Jawa Lampung
Pendidikan :SD SMP
Pekerjan : IRT Swasta
amat : Jl.KH.Ahmad Dahlan Jl.KH.Ahmad Dahlan
gg.sanjan Bumi Waras gg.sanjan Bumi Waras
Teluk Betung Utara Teluk Betung Utara
Bandar Lampung Bandar Lampung
1) Riwayat antenatal
G4P2A1 Umur kehamilan 37 minggu 6 hari
Riwayat ANC : 4 kali
Imunisasi TT : Selama hamil ibu mendapatkan
imunisasi
TT 2 kali
Keluhan saat hamil : Tidak ada
2) Penyakit selama hamil
Diabetes melitus : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
Tuberculosis : Tidak ada
HIV/AIDS : Tidak ada
3) Kebiasaan
Minum obat / jamu : Tidak pernah
Merokok : Tidak pernah
4) Komplikasi
Hyperemesis : Tidak pernah
Perdarahan : Tidak pernah
Preeklamsia : Tidak pernah
Eklamsia : Tidak pernah
Infeksi : Tidak pernah
B. DATA OBJEKTIF
Tonus otot : Lemah
Warna kulit : Kebiruan
Usaha bernafas : Megap –Megap
C. DATA PENUNJANG
a) Komplikasi janin
IUGR : Tidak Ada
Polihidramnion : Tidak Ada
Oligohidramnion : Tidak Ada
Gameli : Tidak Ada
b) Riwayat intranatal
Lahir tanggal : 22 Mei 2013
:12.40 Wib dengan penilain bayi merintih,warna kulit kebiruan dan tonus otot lemah
n : Spontan
Penolong : Bidan
Lama persalinan : 13 jam 20 menit
Kala I : 12 jam 35 menit
Kala II : 45 menit
Kala III : 10 menit
Kala IV : 2 Jam
c) Komplikasi ibu
Hipertensi : Tidak ada
Partus lama : Ya
Penggunaan obat : Tidak ada
Infeksi : Tidak ada
KPD : Tidak ada
Perdarahan : Tiadak ada
d) Komplikasi janin
Premature : Tidak ada
Malposisi : Tidak ada
Gawat janin : Ya
Ketuban campur meconium : Ya
Lilitan tali pusat : Tidak ada
Keadaan bayi baru lahir : Tonus otot lemah, warna kulit kebiruan,
bernafas megap – megap
Bayi Ny. M sesuai masa kehamilan post asfiksia normal
A. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Pernafasan : 48 x/menit
b. Suhu : 36,80c
c. Kulit
Warna :Kemerahan
Turgor : Elastis
d. Denyut jantung : 128 x/menit
e. Tonus otot : Positif (+)
f. Gerakan : Aktif
g. Tali pusat : Tidak ada perdarahan tali pusat
h. Ekstremitas : Normal, tidak ada kelainan
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Ubun-ubun besar : Datar
Ubun-ubun kecil : Datar
Rambut : Terdapat sisa-sisa darah dan lendir
Caput succedaneum : Ada
Cephal hematoma : Tidak ada
b. Muka : Simetris antara kanan dan kiri,
tidak ada oedema
c. Mata
Simetris : Simetris antara kanan dan kiri
Kelopak mata : Tidak oedema
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih
d. Hidung : Simetris antara kanan dan kiri
Lubang : Ada kanan & kiri, bersih tidak ada sekret
e. Mulut
Bentuk : Simetris kanan dan kiri
Labioskisis : Tidak ada
Palatoskizis : Tidak ada
f. Telinga
Simetreis : Simetris antara kanan dan kiri
Lubang : Ada lubang telinga kanan dan kiri, bersih
tidak ada serumen
g. Dada
Bentuk : Simetris antara kanan dan kiri
Puting susu : Menonjol, simetris antara kanan dan kiri
Auskultasi : Tidak ada wezing maupun ronchi
h. Abdomen
Tali pusat : Tidak ada perdarahan tali pusat
Bising usus : Ada
Benjolan : Tida ada
i. Punggung
Fleksibiltas tulang punggung : Ada
Tonjolan tulang punggung : Tidak ada
j. Anus : Ada lubang
k. Genetalia
Laki-laki
Lubang penis : Ada, di sentralis
Skrotum : Ada,sebalah kanan dan kiri
l. Tungkai dan kaki
Gerakan : Aktif
Jumlah jari : Lengkap, jari kanan dan kiri 5
3. Antopometri
a. BB : 3700 gram
b. PB : 50cm
c. LK : 35cm
d. LD : 36 cm
e. Lila : 11 cm
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Pada Bayi segera setelah lahir pada
By. Ny. M Dengan Asfiksia Di BPS Desi Andriani Amd.Keb. Ditemukan hasil sebagai
berikut:
A.PENGKAJIAN DATA
1. Pada pengkajian dilakukan untuk pengumpulan data dasar tentang keadaan pasien. Pada studi
kasus ini penulis melakukan pengkajian terhadap bayi baru lahir yaitu By.Ny.M Umur 0 Hari
Dengan Asfiksia, dengan hasil sebagai berikut:
1. Umur ibu
a. Menurut Tinjauan Teori
Umur muda (< 20 tahun) beresiko karena ibu belum siap secara medis (organ reproduksi)
maupun secara mental. Hasil penelitian menunjukan bahwa primiparitas merupakan faktor
resiko yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap mortalitas asfiksia, sedangkan umur
tua (> 35 tahun), secara fisik ibu mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan.
Keadaan tersebut memberikan predisposisi untuk terjadi perdarahan, plasenta previa, rupture
uteri, solutio plasenta yang dapat berakhir dengan terjadinya asfiksia bayi baru lahir
b. Menurut Tinjauan Kasus
Pada kasus asfiksia terhadap By. Ny.M, umur Ny.M adalah 36 tahun
c. Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan toeri dan tinjauan kasus, karena pada tinjauan
teori factor resiko terjadinya asfiksia adalah ibu dengan usia kurang dari 20 tahun dan lebih
dari 35 tahun, sedangkan umur Ny.M adalah 36 tahun
2. Masa Gestasi
a. Menurut Tinjauan teori
Menurut tinjauan teori beberapa keadaan yang dapat menyebabkan asfiksia yaitu kehamilan
postmatur atau lahir sesudah 42 minggu kehamilan dan bayi premature atau lahir sebelum
usia kehamilan 37 minggu (JNPK-KR, 2008, hal: 144)
b. Menurut Tinjauan Kasus
Pada hasil tinjauan kasus usia kehamilan Ny.M pada saat melahirkan adalah 37 minggu 6
hari.
c. Pembahasan
Terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus, dimana usia kehamilan ibu
masih dalam batas normal dan bukan merupakan penyebab bayi mengalami asfiksia yaitu 37
minggu 6 hari, kemungkinan asfiksia pada bayi disebabkan oleh factor factor lain.
3. Riwayat Kesehatan
a. Menurut Tinjauan Teori
Menurut tinjauan teori beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu
melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen kejanin berkurang, sehingga dapat
menyebabkan asfiksia, yaitu Infeksi berat seperti malaria, sifilis, TBC dan HIV (JNPK-KR,
2008, hal: 144).
b. Menurut Tinjauan Kasus
Riwayat kesehatan sekarang, NY.M tidak sedang menderita penyakit menular atau penyakit
keturunan
c. Pembahasan
Antara tinjauan teori dan tinjauan kasus terjadi kesenjangan, karena pada tinjauan kasus
Ny.M tidak menderita infeksi yang menjadi salah satu factor pemicu terjadinya asfiksia pada
bayi, kemungkinan asfiksia yang terjadi pada bayi diakibatkan oleh ketuban bercampur
mekonium dan sedikit serta partus lama.
4. Pengaruh obat
a. Menurut Tijauan teori
Beberapa faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia)
Pengaruh obat, karena narkoba saat persalinan.
b. Menurut tinjauan kasus
Ibu tidak pernah mengkonsumsi obat – obatan atupun jamu selama kehamilan.
c. Pembahasan
Antara tinjauan teori dan tinjauan kasus terjadi kesenjangan karena pada Ny. M tidak
mengkonsumsi obat –obatan yang memicu terjadinya asfiksia.
5. Keadaan ibu
a. Menurut tinjauan teori
Menurut tinjauan teori penyebab asfiksia adalah salah satunya keadaan ibu yang mengalami
preeklamsia dan eklamsia yang memicu terjadinya asfiksia.
b. Menurut tinjauan kasus
Menurut tinjauan kasus pada Ny. M tidak mengalami preeklamsia dan eklamsia.
c. Pembahasan
Antara tinjauan teori dan tinjauan kasus terjadi kesenjangan karena pada Ny.M tidak
mengalami preeklamsia dan eklamsia yang dapat menyebabakan asfiksia.
6. Lama persalinan.
a. Menurut Tinjauan Teori
Menurut tinjauan teori beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu
melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen kejanin berkurang yang dapat
menyebabkan terjadi asfiksia pada bayi baru lahir yaitu partus lama atau partus macet dan
persalinan sulit, seperti letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vacuum dan
vorcep (JNPK-KR, 2008, hal : 144)
b. Menurut Tinjauan Kasus
Lama persalinan : 13 jam 20 menit pada kala I dan kala II.
c. Pembahasan
Terjadi kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus, karena menurut asuhan
persalinan normal partus lama merupakan salah satu factor penyebab terjadinya asfiksia pada
bayi dan pada kasus Ny.M terjadi partus lama dimana lama persalinannya yaitu 13 jam 20
menit pada kala I dan kala II, sehingga terjadi pengurangan pasokan oksigen kejanin.
Karenanya timbulah asfiksia saat bayi lahir.
7. Paritas
a. Menurut Tinjauan Teori
Hasil penelitian menunjukan bahwa primiparitas merupakan faktor resiko yang mempunyai
hubungan yang kuat terhadap mortalitas asfiksia, sedangkan paritas di atas 4, secara fisik ibu
mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan. Keadaan tersebut memberikan
predisposisi untuk terjadi perdarahan, plasenta previa, rupture uteri, solutio plasenta yang
dapat berakhir dengan terjadinya asfiksia bayi baru lahir
b. Menurut Tinjauan Kasus
Ny.M mengatakan ini kehamilan keempat, pernah melahirkan dua kali dan pernah keguguran
satu kali.
c. Pembahasan
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus terjadi kesenjangan, dimana pada tinjauan kasus
jumlah paritas ibu bukan merupakan salah satu factor penyebab bahaya kematian janin yaitu
tidak lebih dari 4, kemungkinan asfiksia yang terjadi pada janin disebabkan oleh ketuban
bercampur mekonium dan sedikit serta partus lama.
8. Lilitan Tali Pusat
a. Menurut Tinjauan Teori
Menurut tinjauan teori faktor yang dapat menimbulkan asfiksia yaitu gangguan aliran pada
tali pusat seperti lilitan tali pusat, simpul tali pusat dan tekanan pada tali pusat (Manuaba,
2010, hal: 421)
b. Menurut Tinjauan Kasus
By.Ny M tidak terdapat lilitan tali pusat.
c. Pembahasan
Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus terjadi kesenjangan, dimana By.Ny.M tidak mengalami
lilitan tali pusat, kemungkinan bayi asfiksia diakibatkan karena ketuban bercampur
mekonium dan sedikit serta partus lama
9. Ketuban
a. Menurut TinjauanTeori
Menurut tinjauan teori salah satu faktor penyebab asfiksia adalah air ketuban bercampur
mekonium(warna kehijauan) (JNPK KR, 2008).
b. Menurut Tinjauan Kasus
Pada Ny.M air ketuban bercampur mekonium dan sedikit
c. pembahasan
Jadi pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terjadi kesenjangan karena air ketuban ibu
bercampur mekonium dan sedikit yang merupakan factor penyebab bayi mengalami asfiksia.
B. Identifikasi Masalah, Diagnosa danKebutuhan
1. Diagnosa kebidanan
a) Menurut Tinjauan Teori Pada langkah ini mengidentifikasi terhadap diagnosis atau masalah
berdasarkan interpretasi yang benar atas data- data yang telah dikumpulkan. Data dasar
tersebut kemudian dinterpretasi sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang
spesifik. Baik rumusan diagnosis maupun masalah keduanya harus ditangani. (soepardan; h.
99).
Data subjektif : informasi tentang identitas bayi baru lahir, seperti umur bayi, jam kelahiran
bayi, jenis kelamin bayi dan anak keberapa.
Data objektif : keadaan yang lebih pasti dilihat dari pasien yang dikaji.
b) Menurut Tinjauan Kasus.
Pada kasus By.Ny.M didapatkan diagnose kebidanan “Bayi Baru Lahir Cukup Bulan Sesuai
Masa Kehamilan Segera Setelah Lahir Dengan Asfiksia”.
Data subjektif : bayi lahir pada tanggal 22 Mei 2013 pukul 12:40wib, usia kehamilan 37
minggu 6 hari,
Data objektif : warna kulit kebiruan, tonus otot lemah dan usaha bernafas megap-megap.
c) Pembahasan
Jadi pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan, karena pada
tinjauan kasus diagnose didapatkan dari data subjektif dan data objektif sesuai dengan teori
yang disampaikan oleh (JNPK KR, 2008)., dimana untuk menegakkan diagnose didapatkan
berdasarkan hasil pengkajian, baik data subjektif ataupun objektif.
2. Masalah
a. Menurut Tinjauan Teori
Pada teori, terdapat masalah pada bayi baru lahir dengan asfiksia adalah bayi baru lahir yang
mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir
( Dewi.2010; h.102)
b. Menurut Tinjauan Kasus
Pada kasus dikatakan masalah pada bayi yaitu bayi bernafas yaitu megap-megap.
c. Pembahasan
Jadi pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan, karena pada kasus
salah satu masalah yang ada pada bayi adalah bernafas megap-megap, sama seperti yang ada
pada teori yang disampaikan oleh (Dewi.2010;h.102) yaitu terdapat masalah pada bayi baru
lahir dengan asfiksia adalah pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau
pernafasan tidak adekuat.
3. Kebutuhan
a. Menurut Tinjauan Teori
Menurut teori pada kasus asfiksia dilakukan tindakan resusitasi yang dimulai dengan langkah
awal resusitasi yaitu JAIKAP (JNPK-KR, 2008)
b. Menurut Tinjauan Kasus
Dalam kasus asfiksia pada bayi baru lahir terhadap By.Ny.M diperlukan tindakan resusitasi
yaitu JAIKAP.
c. Pembahasan
Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tersebut tidak ditemukan kesenjangan, karena
kebutuhan yang diperlukan oleh bayi sesuai dengan teori pada yang ada pada asuhan
persalinan normal, yaitu JAIKAP.
C. Antisipasi Masalah Potensial
a) Menurut Tinjauan Teori
Pada langkah ini mengidentifikasikan masalah potensial berdasarkan diagnosa atau masalah
yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan
dilakukan pencegahan (Soepardan, 2009; hal. 99)
b) Menurut Tinjauan Kasus
Pada By.Ny.M dengan asfiksia yang mungkin terjadi jika tidak tertangani adalah henti nafas.
c) Pembahasan
Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tersebut tidak didapatkan kesenjangan, dimana pada
kasusnya Awalnya hanya sedikit nafas. Sedikit napas ini dimaksudkan untuk
mengembangkan paru, tetapi bila paru mengembang saat kepala masih dijalan lahir, atau bila
paru tidak mengembang karena suatu hal, aktivitas singkat ini akan diikuti oleh henti napas
komplet. Kejadian ini disebut apnue primer ( drew.2009;h.9)
D. Tindakan Segera
a. Menurut Tinjauan Teori
Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data- data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut
kemudian diinterpretasi sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Baik rumusan diagnosis maupun masalah, keduanya harus ditangani. Meskipun masalah
tidak dapat diartikan sebagai diagnosis, tetapi tetap membutuhkan penanganan.
b. Menurut Tinjauan Kasus
Pada kasus tersebut ditemukan indikasi untuk melakukan tindakan segera berupa tindakan
resusitasi dengan alasan terdapat potensi terjadinya apnea jika asfiksia pada bayi tidak
tertangani dengan baik
c. Pembahasan
Jadi tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus, karena pada
kasusnya tindakan segera berupa tindakan resusitasi dilakukan untuk mengantisipasi masalah
potensial yang mungkin terjadi pada bayi berupa henti nafas.
E. Rencana Asuhan
a. Menurut tinjauan teori
Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyuluruh yang ditentukan berdasarkan
langkah- langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelautan manajemen untuk masalah
atau diagnosis yang telah diidentikasi atau antispasi atau diantisipasi. Pada langkah ini
informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi rencana asuhan yang menyuluruh tidak
hanya meliputi segala hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap
masalah yang terkait, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut.
Pedoman antisipasi ini mencakup perkiraan tentang hal yang akan terjadi berikutnya:
apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah bidan perlu merujuk klien bila ada
sejumlah masalah terkait sosial, ekonomi, kultural, atau psikososial.
1. Langkah awal resusitasi
a) Jaga bayi tetap hangat
b) Atur posisi bayi
c) Isap lendir
d) Keringkan bayi dan rangsang bayi
e) Atur posisi bayi kembali
f) Lakukan penilaian bayi
2. Lakukan tindakan pasca resusitasi
Setelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pasca resusitasi yang merupakan perawatan
instensif selama 2 jam pertam. Penting sekali pada tahap ini dilakukan BBL dan pemantauan
sera intensif serta pencatatan.
a) Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi
b) Pemantauan dan perawatan tali pusat
c) Bila nafas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada ibunya
d) Pencegahan hipotermi
Sesudah pemantauan 2 jam pasca resusitasi, bayi masih perlu asuhan pasca lahir lebih lanjut.
Asuhan pasca lahir dapat dilakukan dengan cara kunjungan rumah(kunjungan
BBL/ neonatus). Tujuan dari asuhan pasca lahir adalah untuk mengetahui kondisi lebih
lanjut dalam 24 jam pertama kesehatan bayi setelah mengalami tindakan resusitasi.
e) Pemberian vit-K
f) Pencegahan infeksi
g) Pemeriksaan fisik
h) Pencatatan dan pelaporan
i) Asuhan pasca lahir
j) Pemberian ASI
k) Menilai BAB bayi
l) Menilai BAK
m) Kebutuhan istirahat/tidur
n) Menjaga kebersihan kulit bayi
o) Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi (rukiyah dan yulianti.2010;h.66)
b. Menurut tinauan kasus.
1) Lakukan langkah awal resusitasi
a) Jaga kehangtan bayi
b) Atur posisi bayi
c) Isap lendir
d) Keringkan bayi dan rangsang bayi
e) Atur pposisi bayi kembali
f) Lakukan penilaian bayi
2) Lakukan tindakan pasca resusitasi
Setelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pasca resusitasi yang merupakan perawatan
instensif selama 2 jam pertam. Penting sekali pada tahap ini dilakukan BBL dan pemantauan
sera intensif serta pencatatan.
a. Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi
b. Pemantauan dan perawatan tali pusat
c. Bila nafas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada ibunya
d. Pencegahan hipotermi
Sesudah pemantauan 2 jam pasca resusitasi, bayi masih perlu asuhan pasca lahir lebih lanjut.
Asuhan pasca lahir dapat dilakukan dengan cara kunjungan rumah(kunjungan
BBL/ neonatus). Tujuan dari asuhan pasca lahir adalah untuk mengetahui kondisi lebih
lanjut dalam 24 jam pertama kesehatan bayi setelah mengalami tindakan resusitasi.
e. Pemberian vit-K
f. Pencegahan infeksi
g. Pemeriksaan fisik
h. Pencatatan dan pelaporan
i. Asuhan pasca lahir
j. Pemberian ASI
k. Menilai BAB bayi
l. Menilai BAK
m. Kebutuhan istirahat/tidur
n. Menjaga kebersihan kulit bayi
o. Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi (rukiyah dan yulianti.2010;h.66)
c. Pembahasan
Jadi pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan, karena sesuai dengan
teori asuhan persalinan normal, rencana yang diberikan dimulai dari langkah awal resusitasi
dan asuhan pasca resusitasi.
F. Pelaksanaan
1. Tinjauan Teori
Pada langkah keenam, rencana asuhan menyuluruh dilakukan dengan efisien dan aman.
Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien
atau anggota tim kesehatan lainnya walau bidan tidak melakukan nya sendiri, namun ia
tetap memikul tangung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya (misalnya dengan
memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar terlaksana).
2. Menurut Tinjauan Kasus
a) Menjaga bayi tetap hangat dengan segera meletakkan bayi diatas perut ibu, lalu menyelimuti
dengan kain untuk mencegah terjadi hipotermi sampai menutupi kepala. Lalu melakukan
pemotongan tali pusat dengan klem pertama yang berjarak 3 cm dari pusat dan klem kedua
berjarak 2 cm dari klem pertama, kemudian memotong dengan gunting tali pusat dan segera
mengikat dengan benang tali pusat. lalu segera meletakkan bayi ke meja resusitasi.
b) Membaringkan bayi terlentang dengan kepala dekat dengan penolong, lalu mengganjal bahu
dengan kain yang dilipat setebal 2-3 cm, lalu memposisikan kepala bayi sedikit ekstensi, agar
jalan nafas terbuka.
c) Dengan menggunakan pengisap lendir Slem seher, melakukan pengisapan lendir yang
dimulai dari bagian mulut sedalam 5 cm dan dilanjutkan dengan bagian hidung sedalam 3
cm, lalu menghisap lendir sambil menarik slem seher kearah luar.
d) Mengeringkan bayi mulai dari bagian muka, kepala lalu bagian tubuh yang lainnya dengan
sedikit tekanan, sambil melakukan rangsangan taktil dengan menggosok bagian punggung
bayi dan menyentil telapak kaki bayi.
e) Mengganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang telah disiapkan
kemudian menyelimuti bayi dengan kain tersebut dengan menutupi bagian kepala dan
membuka bagian dada agar pemantauan pernafasan bayi dapat dilanjutkan. Lalu mengatur
kembali posisi bayi dengan sedikit ekstensi, agar jalan nafas bayi tetap terbuka.
f) Menilai bayi dengan melihat apakah telah bernafas normal, megap-megap atau tidak
bernafas.
g) Menilai adanya tanda-tanda bahaya pada bayi, seperti warna kulit kebiruan, bayi lemah,
adanya retraksi dinding dada, nafas <40 kali permenit atau >60 kali permenit, nadi <120 kali
permenit atau >160 kali permenit, bayi kuning.
h) Melihat apakah terjadi perdarahan pada tali pusat atau tidak dan merawatan tali pusat
dengan yang baik, yaitu dengan selalu menjaga agar tali pusat tetap bersih, kering dan tidak
lembab serta tidak membubuhi apapun pada tali pusat.
i) Melakukan pencegahan hipotermi, dengan meletakkan bayi pada suhu >250C, tidak
memandikkan bayi <6-24 jam setelah lahir, memakaikan bedong dengan menutupi seluruh
tubuh bayi sampai bagian kepala
j) Menyuntikan Vit-K1 dengan dosis 1 mg, di 1/3 paha kiri bagian luar bayi secara IM, untuk
mencegah terjadinya perdarahan intrakranial.
k) Memberikan salep mata gentamycin pada kedua mata bayi, dari arah dalam keluar untuk
mencegah terjadinya infeksi pada mata bayi.
l) Melakukan pemeriksaan antropometri, dengan mengukur BB, TB, LL, LK, LD dan
pemeriksaan fisik secara head to toe.
m)Melakukan pemantauan kondisi bayi setelah 2 jam pasca tindakan resusitasi, untuk melihat
apakah kondisi bayi telah membaik atau tidak.
n) Melakukan pemantauan kondisi bayi 24 jam/ 1 hari pasca tindakan resusitasi, untuk melihat
kondisi bayi dan untuk melihat kebiasaan bayi.
3. Pembahasan
Jadi terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus, dimana pada asuhan
persalinan normal dikatakan pelaksanaan resusitasi setelah JAIKAP namun pada
penatalaksanaan kasus tidak dilakukan VTP karena penatalaksanaan yang dilakukan telah
berhasil hanya dengan langkah awal resusitasi yaitu JAIKAP, sehingga dilanjutkan dengan
asuhan pasca resusitasi pada bayi.
G. Evaluasi
1. Menurut Tinjauan Teori
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak
efektif untuk mengetahui faktor mana yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan
asuhan yang diberikan.
Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini
meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apkah benar- benar telah terpenuhi
sebagaimana diidentifkasi didalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya.
2. Menurut Tinjauan Kasus
a. Bayi telah diselimuti dengan kain dan tali pusat telah dipotong
b. Kepala bayi telah diatur dalam posisi sedikit ekstensi dan jalan nafas telah terbuka
c. Pengisapan lendir telah dilakukan dengan slem seher dimulai dari mulut dan dilanjutkan pada
hidung.
d. Bayi telah dikeringkan dari sisa-sisa darah dan lendir serta bayi telah dirangsang taktil.
e. Kepala bayi telah diatur kembali dalam posisi sedikit ekstensi.
f. Bayi telah bernafas normal, Bayi dalam kondisi baik, warna kulit kemerahan, tonus otot baik,
tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada perdarahan talipusat
g. Pencegahan hipotermi telah dilakukan.
h. Penyuntukan Vit- K1 telah dilakukan.
i. Pencegahan infeksi telah dilakukan.
j. Hasil pemeriksaan:
BB: 3700 gram
TB: 50 cm
LD: 36 cm
LK: 35 cm
LL: 11 cm
Kepala berbentuk simetris, UUB datar, UUK datar, rambut terdapat sisa-sisa darah dan
lendir, tidak ada caput succedenum dan cephal hematome
Wajah simetris, dan tidak ada oedema
Kelopak mata tidak oedema, konjungtiva merah muda, sklera putih
Hidung bentuk simetris, terdapat lubang hidung, tidak terdapat pernafasan cuping hidung
ataupun pengeluaran.
Bentuk bibir simetris, tidak ada labioskizis dan palatosizis
Telinga simetris dan terdapat lubang telinga
Dada simetris, terdapat pengembangan rongga dada, bunyi jantung lup-dup dan bunyi paru-
paru normal, tidak ada mengi
Perut simetris, terdapat bising usus, tidak ada perdarahan tali pusat, tidak terdapat benjolan
Terdapat fleksibilitas tulang punggung serta tidak ada tonjolan tulang punggung
Terdapat lubang anus
Genetalia terdapat penis, ada lubang uretra, skrotum lengkap.
Pergerakan kaki dan tangan lemah, jari-jari tangan dan kaki lengkap.
k. Pemantauan kondisi bayi telah dilakukan:
Keadaan umum bayi baik
RR: 48 kali permenit
N : 128 kali permenit
T : 36,80 C
Terdapat reflek menghisap
3. Pembahasan
Pada evaluasi kasus asfiksia pada By.Ny.M tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori
dan tinjauan kasus, karena pada teori yang disampaikan oleh nurhayati langkah evaluasi
dilakukan untuk mengevaluasi keefektifan dari asuhan dan pada kasusnya evaluasi dilakukan
dengan hasil yang baik.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir yaitu By.Ny.M Umur 0
Hari dengan Asfiksia di BPS Desi Andriani.Amd, Keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung
Tahun 2013”. Maka penulis dapat menyimpulkan kasus tersebut sebagai berikut:
1. Didapatkan hasil dari pengkajian terhadap By.Ny.M yaitu bayi baru lahir secara pervaginam,
lahir pada tanggal 22 mei 2013, pukul 12:40 wib, warna kulit kebiruan, tonus otot lemah,
usaha bernafas megap-megap.
2. Didapatkan diagnosa dari hasil pengkajian terhadap By.Ny.M yaitu “Bayi baru lahir cukup
bulan sesuai masa kehamilan segera setelah lahir, dengan asfiksia”, masalah yang muncul
pada kasus ini yaitu bayi baru lahir pervaginam dengan
warna kulit kebiruan, tonus otot lemah, dan usaha bernafas megap-megap serta
kebutuhan yaitu langkah awal resusitasi
3. Didapatkan diagnosa potensial yang mungkin terjadi apabila masalah pada By.Ny.M tidak
teratasi berupa henti nafas
4. Telah dilaksanakan antisipasi sebagaimana dijelaskan dalam teori yaitu langkah awal
resusitasi berupa JAIKAP untuk mencegah terjadinya diagnosa potensial yaitu terjadinya
henti nafas.
5. Didapatkan rencana asuhan kebidanan yang diberikan pada By.Ny.M dengan asfiksia yaitu
tindakan langkah awal resusitasi, dan asuhan pasca resusitasi.
6. Tindakan asuhan kebidanan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat yaitu
dengan tindakan resusitasi, namun hanya sampai pada langkah awal resusitasi yaitu JAIKAP
dan dilanjutkan dengan asuhan pasca resusitasi.
7. Hasil evaluasi terhadap By.Ny.M yaitu bayi telah menangis kuat, warna kulit kemerahan serta
tonus otot sudah baik.
B. SARAN
1. Bagi insrtitusi pendidikan
Diharapkan dengan disusunnya karya tulis ilmiah ini keefektifan proses belajar dapat
ditingkatkan. Serta lebih meningkatkan kemampuan, keterampilan dan pengetahuan
mahasiswa dalam hal penanganan kasus asfiksia. Serta kedepan dapat menerapkan dan
mengaplikasikan hasil dari studi yang telah didapat pada lahan kerja. Selain itu diharapkan
juga dapat menjadi sumber ilmu dan bacaan yang dapat memberi informasi terbaru
serta menjadi sumber refrensi yang dapat digunakan sebagai pelengkap dalam pembuatan
karya tulis ilmiah pada semester akhir berikutnya.
2. Bagi penulis
Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang penatalaksanaan asfiksia dan dapat
digunakan sebagai bahan perbandingan antara teori yang di dapat di bangku kuliah dan
dilahan praktek.
3. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan
keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan, khususnya pada kasus Asfiksia
danDengan adanya karya tulis ilmiah ini diharapkan di BPS dapat lebih meningkatakan
kualitas pelayanan secara komprehensif khususnya dalam menangani bayi baru lahir
dengan asfiksia, sehingga AKB dapat diturunkan.
DAFTAR PUSTAKA
Drew, David dan Philip Jevon, Maregaret Raby; alih bahasa,Dian Ramadhani. 2008.editor edisi
bahasa Indonesia, Sari Isnaeni. – Jakarta : EGC
Dewi, Vivian Nanny lia.2011.AsuhanNeonates BayidanAnakBalita.Jakarta :SalembaMedika
Notoatmodjo Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
KR, JNPK.2008. Asuhanpersalinan normal. Jakarta :TIM
Soepardan,Suryani.2009.Konsepkebidanan.Jakarta : EGC
Saminem.2010. Dokumentasi Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Sulistyawati Ari dan Esti Nugraheni. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.Jakarta:
Salemba Medika
Prawirohardjo, sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : PT bina Pustaka
Rukiyah, Ai yeyeh, LiaYulianti. 2010. Asuhan Neonates BayidanBalita. Jakarta
:Salembamedika
Manuaba, Ida Bagus Gede.2010.ilmu kebidananpenyakitkandungandan KB.Jakarta : EGC
Sulistyawati,Ari.EstiNugraha .2010. AsuhanKebidananpadaIbuBersalin.Jakarta
:SalembaMedika
Prawirohardjo, Sarwono.2011. IlmuKebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmukebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmubedahkebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka
http://www.Hukum Kewenangan Bidan.com
http://yulianasept. Blogspot.com/2012/10/proposal-asfiksia,html

More Related Content

What's hot

Askeb nifas dengan sc
Askeb nifas dengan scAskeb nifas dengan sc
Askeb nifas dengan sc
heri damanik
 
04. slide adaptasi neonatus
04. slide adaptasi neonatus04. slide adaptasi neonatus
04. slide adaptasi neonatus
Joni Iswanto
 
Asuhan kebidanan pada anak fisiologis
Asuhan kebidanan pada anak fisiologisAsuhan kebidanan pada anak fisiologis
Asuhan kebidanan pada anak fisiologis
neng elis
 
Kala IV Persalinan
Kala IV PersalinanKala IV Persalinan
Kala IV Persalinan
Indah Widi
 

What's hot (20)

Soap imunisasi BCG dan Polio 1
Soap imunisasi BCG dan Polio 1Soap imunisasi BCG dan Polio 1
Soap imunisasi BCG dan Polio 1
 
Askeb nifas dengan sc
Askeb nifas dengan scAskeb nifas dengan sc
Askeb nifas dengan sc
 
Kunjungan ulang hamil
Kunjungan ulang hamilKunjungan ulang hamil
Kunjungan ulang hamil
 
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamil
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu HamilPemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamil
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamil
 
Kunjungan neonatus &amp; bbl (yona)
Kunjungan neonatus &amp; bbl (yona)Kunjungan neonatus &amp; bbl (yona)
Kunjungan neonatus &amp; bbl (yona)
 
Otonomi kebidanan
Otonomi kebidananOtonomi kebidanan
Otonomi kebidanan
 
04. slide adaptasi neonatus
04. slide adaptasi neonatus04. slide adaptasi neonatus
04. slide adaptasi neonatus
 
Contoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikContoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etik
 
Asuhan kebidanan pada anak fisiologis
Asuhan kebidanan pada anak fisiologisAsuhan kebidanan pada anak fisiologis
Asuhan kebidanan pada anak fisiologis
 
Aspek Sosial Budaya Persalinan
Aspek Sosial Budaya PersalinanAspek Sosial Budaya Persalinan
Aspek Sosial Budaya Persalinan
 
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campakaskeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
 
4. asuhan sayang ibu
4. asuhan sayang ibu4. asuhan sayang ibu
4. asuhan sayang ibu
 
Pemeriksaan Kunjungan Ulang Kehamilan
Pemeriksaan Kunjungan Ulang KehamilanPemeriksaan Kunjungan Ulang Kehamilan
Pemeriksaan Kunjungan Ulang Kehamilan
 
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamil
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu HamilPemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamil
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamil
 
Kala IV Persalinan
Kala IV PersalinanKala IV Persalinan
Kala IV Persalinan
 
Contoh soal asuhan kebidanan iii
Contoh soal asuhan kebidanan iiiContoh soal asuhan kebidanan iii
Contoh soal asuhan kebidanan iii
 
Faktor –faktor yang mempengaruhi kehamilan
Faktor –faktor yang mempengaruhi kehamilanFaktor –faktor yang mempengaruhi kehamilan
Faktor –faktor yang mempengaruhi kehamilan
 
Kb 1 konsep dasar kegawatdaruratan maternal neonatal
Kb 1 konsep dasar kegawatdaruratan maternal neonatalKb 1 konsep dasar kegawatdaruratan maternal neonatal
Kb 1 konsep dasar kegawatdaruratan maternal neonatal
 
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
 
KB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan Medis
KB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan MedisKB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan Medis
KB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan Medis
 

Viewers also liked (10)

Kti fidartin
Kti fidartinKti fidartin
Kti fidartin
 
Konsep Dasar Standar Mutu Pelayanan Kebidanan
Konsep Dasar Standar Mutu Pelayanan Kebidanan Konsep Dasar Standar Mutu Pelayanan Kebidanan
Konsep Dasar Standar Mutu Pelayanan Kebidanan
 
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBL
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBLPenatalaksanaan Asfiksia Pada BBL
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBL
 
Pendahuluan asfiksia berat
Pendahuluan asfiksia beratPendahuluan asfiksia berat
Pendahuluan asfiksia berat
 
Tinja dan Kesehatan.ppt
Tinja dan Kesehatan.pptTinja dan Kesehatan.ppt
Tinja dan Kesehatan.ppt
 
Penyebaran penyakit melalui tinja Koass IKM Jepara 2014
Penyebaran penyakit melalui tinja Koass IKM Jepara 2014Penyebaran penyakit melalui tinja Koass IKM Jepara 2014
Penyebaran penyakit melalui tinja Koass IKM Jepara 2014
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti dian sefrina
Kti dian sefrinaKti dian sefrina
Kti dian sefrina
 
Penyakit menular akibat polusi air
Penyakit menular akibat polusi airPenyakit menular akibat polusi air
Penyakit menular akibat polusi air
 
Pendokumentasian asuhan kebidanan bayi baru lahir patologi pada bayi ny
Pendokumentasian asuhan kebidanan bayi baru lahir patologi pada bayi nyPendokumentasian asuhan kebidanan bayi baru lahir patologi pada bayi ny
Pendokumentasian asuhan kebidanan bayi baru lahir patologi pada bayi ny
 

Similar to Askeb bbl dg asfiksia

Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hariAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Operator Warnet Vast Raha
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hariAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Operator Warnet Vast Raha
 
Proposal_D4_Pengaruh_aplikasi_kehamilan-56999800.docx
Proposal_D4_Pengaruh_aplikasi_kehamilan-56999800.docxProposal_D4_Pengaruh_aplikasi_kehamilan-56999800.docx
Proposal_D4_Pengaruh_aplikasi_kehamilan-56999800.docx
ELISSANTIKA2
 

Similar to Askeb bbl dg asfiksia (20)

Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hariAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hariAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
 
Dahlia
DahliaDahlia
Dahlia
 
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
 
Kti akbid paramata 3
Kti akbid paramata 3Kti akbid paramata 3
Kti akbid paramata 3
 
Kti akbid paramata 2
Kti akbid paramata 2Kti akbid paramata 2
Kti akbid paramata 2
 
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR ...
 
Kti akbid raha
Kti akbid rahaKti akbid raha
Kti akbid raha
 
132 231-1-sm
132 231-1-sm132 231-1-sm
132 231-1-sm
 
Hubungan asfiksia dengan bayi baru lahir
Hubungan asfiksia dengan bayi baru lahirHubungan asfiksia dengan bayi baru lahir
Hubungan asfiksia dengan bayi baru lahir
 
INC FISOL SHANTI.doc
INC FISOL SHANTI.docINC FISOL SHANTI.doc
INC FISOL SHANTI.doc
 
Bab 1 3
Bab 1 3Bab 1 3
Bab 1 3
 
Bab 1 3
Bab 1 3Bab 1 3
Bab 1 3
 
Bab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anak
Bab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anakBab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anak
Bab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anak
 
c. Merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Bayi Ny “N” dengan BBLR di Ruan...
c.	Merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Bayi Ny “N” dengan BBLR di Ruan...c.	Merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Bayi Ny “N” dengan BBLR di Ruan...
c. Merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Bayi Ny “N” dengan BBLR di Ruan...
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...
 
Proposal_D4_Pengaruh_aplikasi_kehamilan-56999800.docx
Proposal_D4_Pengaruh_aplikasi_kehamilan-56999800.docxProposal_D4_Pengaruh_aplikasi_kehamilan-56999800.docx
Proposal_D4_Pengaruh_aplikasi_kehamilan-56999800.docx
 

More from Chiyapuri

Fitriani pemasangan infus
Fitriani pemasangan infusFitriani pemasangan infus
Fitriani pemasangan infus
Chiyapuri
 

More from Chiyapuri (20)

sistem reproduksi wanita (2)
sistem reproduksi wanita (2)sistem reproduksi wanita (2)
sistem reproduksi wanita (2)
 
Ikd sistem reproduksi pria 2
Ikd sistem reproduksi  pria 2Ikd sistem reproduksi  pria 2
Ikd sistem reproduksi pria 2
 
sistem reproduksi pria
sistem reproduksi priasistem reproduksi pria
sistem reproduksi pria
 
Ilmu Kesehatan Dasar sistem reproduksi wanita 1
Ilmu Kesehatan Dasar  sistem reproduksi wanita 1Ilmu Kesehatan Dasar  sistem reproduksi wanita 1
Ilmu Kesehatan Dasar sistem reproduksi wanita 1
 
Ppt askeb bumil dg anemia berat
Ppt askeb bumil dg anemia beratPpt askeb bumil dg anemia berat
Ppt askeb bumil dg anemia berat
 
GCS
GCS GCS
GCS
 
PPT Teori Kebidanan
PPT Teori KebidananPPT Teori Kebidanan
PPT Teori Kebidanan
 
PPT SOAP Bumil Postmatur
PPT SOAP Bumil PostmaturPPT SOAP Bumil Postmatur
PPT SOAP Bumil Postmatur
 
PPT Rencana Asuhan Bayi Usia 2-6 hari
PPT Rencana Asuhan Bayi Usia 2-6 hariPPT Rencana Asuhan Bayi Usia 2-6 hari
PPT Rencana Asuhan Bayi Usia 2-6 hari
 
PPT Perubahan Fisiologi BBL
PPT Perubahan Fisiologi BBLPPT Perubahan Fisiologi BBL
PPT Perubahan Fisiologi BBL
 
PPT Perdarahan Tali Pusat
PPT Perdarahan Tali PusatPPT Perdarahan Tali Pusat
PPT Perdarahan Tali Pusat
 
PPT Omfakokel
PPT OmfakokelPPT Omfakokel
PPT Omfakokel
 
PPT Kematian Bayi Mendadak, Infeksi Bayi
PPT Kematian Bayi Mendadak, Infeksi BayiPPT Kematian Bayi Mendadak, Infeksi Bayi
PPT Kematian Bayi Mendadak, Infeksi Bayi
 
PPT Hernia Diafragmatika
PPT Hernia DiafragmatikaPPT Hernia Diafragmatika
PPT Hernia Diafragmatika
 
PPT Gizi Balita
PPT Gizi Balita PPT Gizi Balita
PPT Gizi Balita
 
PPT Asuhan BBL Patol (hipotermi, hipertermi, dehidrasi, asfiksia)
PPT Asuhan BBL Patol (hipotermi, hipertermi, dehidrasi, asfiksia)PPT Asuhan BBL Patol (hipotermi, hipertermi, dehidrasi, asfiksia)
PPT Asuhan BBL Patol (hipotermi, hipertermi, dehidrasi, asfiksia)
 
PPT Gizi Bayi
PPT Gizi Bayi PPT Gizi Bayi
PPT Gizi Bayi
 
PPT ASKEB LTA dg Usia Lebih Tua
PPT ASKEB LTA dg Usia Lebih TuaPPT ASKEB LTA dg Usia Lebih Tua
PPT ASKEB LTA dg Usia Lebih Tua
 
Fitriani pemasangan infus
Fitriani pemasangan infusFitriani pemasangan infus
Fitriani pemasangan infus
 
Ppt kdpk
Ppt kdpkPpt kdpk
Ppt kdpk
 

Recently uploaded

RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RambuIntanKondi
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
khalid1276
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 

Recently uploaded (20)

Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptxFarmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAPROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
 

Askeb bbl dg asfiksia

  • 1. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 46 jiwa per 1000kelahiran hidup. Adapun Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia 2007yaitu 248 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi(AKB) yaitu 27 per 1000 kelahiran hidup.(Standar WHO). Menurut WHO, setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa BBL (usia dibawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat satu bayi meninggal. Penyebab kematian BBL di indonesia adalah BBLR 29%, Asfiksia 27%, trauma lahir, Tetanus Neonatorum, infeksi lain dan kelainan kongenital (JNPK-KR, 2008; h.145) Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, mengestimasikan AKB di Indonesia dalam periode 5 tahun terakhir, yaitu tahun 2003-2007 sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Banyak faktor yang mempengaruhi angka kematian tersebut, yaitu salah satunya asfiksia sebesar 37% yang merupakan penyebab kedua kematian bayi baru lahir (Depkes.RI, 2008). Sementara target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 adalah 32 / 1. 000 KH. Kematian perinatal terbanyak disebabkan oleh asfiksia. Hal ini ditemukan baik dilapangan maupun dirumah sakit rujukan di indonesia. Di Amerika diperkirakan 12.000 bayi meninggal atau menderita kelainan akibat asfiksia perinatal. Retardasi mental dan kelumpuhan syaraf sebanyak 20-40% merupakan akibat dari kejadian intrapartum (Wiknjosastro, 2010; h.10) Departemen Kesehatan menargetkan angka kematian ibu pada 2010 sekitar 226 orang dan pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs) yang ke 5 pada tahun 2015
  • 2. menjadi 102 orang per tahun. Serta Depkes telah mematok target penurunan AKB di Indonesia dari rata-rata 36 meninggal per 1.000 kelahiran hidup menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada 2015. (www.tugaskuliah.info/2010) Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 di Provinsi Lampung pada Tahun 2012 Angka Kematian Neonatal 27/ 1000 Kelahiran Hidup (KH), Kematian Bayi 43/1000 KH dan Kematian Balita 30/1000 KH (SDKI 2012). Secara umum Angka Kematian Anak menunjukkan penurunan yang lambat. Angka Kematian Neonatal mengalami stagnasi 10 tahun terakhir yaitu 20/1.000 kelahiran hidup pada SDKI 2002 menjadi 19/1.000 pada SDKI 2007 dan SDKI 2012. Padahal kematian neonatal merupakan proporsi yang besar dari kematian bayi (59%) dan balita (47%). Sejak tahun 2008-2012, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Lampung mencatat 5.018 bayi meninggal. Pada tahun 2012, tercatat 1.120 balita meninggal, atau setiap hari ada tiga balita yang meninggal di Lampung. Pada Tahun 2012 di Provinsi Lampung terjadi 787 kasus kematian Perinatal, 110 kasus kematian neonatal, 159 kasus kematian bayi dan kasus kematian Balita sebanyak 64 kasus. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya bayi adalah kemampuan dan keterampilan penolong persalinan, sesuai dengan pesan pertama kunci Making Pregnancy Safer (MPS) yaitu setiap persalinan hendaknya ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. Faktor lainnya karena kurangnya pengetahuan dan perilaku masyarakat yang tidak mengenali tanda bahaya dan terlambat membawa ibu, bayi dan balita sakit ke fasilitas kesehatan Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab utama kematian BBL adalah pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan normal/dasar dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga professional. Untuk menurunkan angka kematian BBL karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada BBL. Kemampuan dan keterampilan ini digunakan setiap kali menolong persalinan. (JNPK-KR, 2008; h.145)
  • 3. Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya. umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Dewi.2010;hal.102). Pada dasarnya penyebab asfiksia dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut yaitu perdarahan, infeksi, kelahiran preterm/bayi berat lahir rendah, asfiksia, hipotermi, perlukaan kelahiran dan lain-lain. Bahwa 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan, kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian. Dua hal yang banyak menentukan penurunan kematian perinatal ialah tingkat kesehatan serta gizi wanita dan mutu pelayanan kebidanan yang tinggi di seluruh negeri. (Sarwono, 2011;h.59) Dari hasil survey di BPS Desi Andriani.Amd.Keb, pada bulan Januari- Mei tahun 2013 diperoleh 192 ibu bersalin. Dari prasurvey yang dilakukan pada tanggal 22 Mei 2013 terdapat 28 bayi yang mengalami asfiksia pada bulan Januari-Mei. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan study kasus yang berjudul : Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia terhadap Bayi Ny. M di BPS Desi Andriani.Amd.Keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung. B. Rumusan Masalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia di BPS Desi Andriani Amd.Keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung pada tahun 2013? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia di BPS Desi Andriani. Amd.Keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung pada tahun 2013? 2. Tujuan Khusus
  • 4. a) Diketahuinya Pengkajian terhadap Bayi Baru Lahir dengan asfiksia di BPS Desi Andriani Amd.keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung. . b) Diketahuinya Identifikasi Masalah pada Bayi Baru Lahir dengan melakukan diagnosa di BPS Desi Andriani Amd.keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung . c) Diketahuinya Antisipasi Masalah Potensial yang terjadi pada Bayi Baru Lahir dengan asfiksia di BPS Desi Andriani Amd.keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung. d) Diketahuinya Kebutuhan Tindakan Segera yang diperlukan pada Bayi Baru Lahir dengan asfiksia di BPS Desi Andriani Amd.keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung. e) Diketahuinya Rencana Asuhan Komprehensif pada Bayi Baru Lahir dengan asfiksia di BPS Desi Andriani Amd.keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung. . f) Diketahuinya Pelaksanakan Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan asfiksia di BPS Desi Andriani Amd.keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung. . g) Diketahuinya Evaluasi terhadap Asuhan Kebidanan yang telah dilaksanakan kepada Bayi Baru Lahir dengan asfiksia di BPS Desi Andriani Amd.keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung. D. Ruang Lingkup 1. Sasaran Sasaran dalam studi kasus kebidanan ini adalah Bayi Baru Lahir dengan asfiksia terhadap bayi Ny.M 2. Tempat Study kasus ini dilaksanakan di BPS Desi Andriani Amd.keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung. 3. Waktu Waktu pelaksanaan studi kasus ini pada tanggal 22 Mei 2013 pukul 12:40 WIB. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi institusi pendidikan Setelah disusunnya karya tulis ilmiah ini dapat di gunakan sebagai keefektifan proses belajar dapat ditingkatkan. Serta lebih meningkatkan kemampuan, keterampilan dan pengetahuan mahasiswa dalam hal penanganan kasus asfiksia. Serta kedepan dapat menerapkan dan mengaplikasikan hasil dari studi yang telah didapat pada lahan kerja. Selain itu diharapkan
  • 5. juga dapat menjadi sumber ilmu dan bacaan yang dapat memberi informasi terbaru serta menjadi sumber refrensi yang dapat digunakan sebagai pelengkap dalam pembuatan karya tulis ilmiah pada semester akhir berikutnya. 2. Bagi Penulis Dapat digunakan untuk menambah pengetahuan tentang penatalaksanaan asfiksia dan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan antara teori yang di dapat di bangku kuliah dan dilahan praktek. 3. Bagi Lahan Praktik Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan, khususnya pada kasus Asfiksia dan di BPS dapat lebih meningkatakan kualitas pelayanan secara komprehensif khususnya dalam menangani bayi baru lahir dengan asfiksia, sehingga AKB dapat diturunkan. F. Metodologi Dan Teknik Memperoleh Data 1. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan penulis dalam karya tulis ini adalah metode penelitian survey deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara obyektif. Metode ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah- langkah pengumpulan data, klasifikasi, analisis data, membuat kesimpulan dan laporan (Notoatmodjo, 2005;h.138). 2. Teknik Memperoleh Data a. Data Primer 1) Wawancara Suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (Notoatmodjo,2005; h.138) Wawancara dilakukan dengan cara yaitu Auto anamnesa wawancara yang dilakukan secara langsung kepada klien mengenai penyakitnya, dan Allo anamnesa dilakukan dengan cara wawancara kepada keluarga atau orang lain mengenai penyakit klien (Sulistyawati, 2009). 2) Pengkajian Fisik
  • 6. Pengkajian yang dapat dipandang sebagai bagian tahap pengkajian pada proses keperawatan atau tahap pengkajian atau pemeriksaan klinis dari system pelayanan terintegrasi,yang prinsipnya menggunakan cara-cara yang sama dengan pengkajian fisik yaitu inspeksi, palpasi,perkusi dan auskultasi (Prihardjo,2006;h.2) b. Data Sekunder 1) Studi Pustaka Adalah metode pengumpulan data dengan mempelajari catatan tentang pasien yang ada (Notoatmodjo,2005;h.63). 2) Studi Dokumentasi Adalah semua bentuk dokumen baik yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan, yang ada dibawah tanggung jawab instansi resmi, misalnya laporan, statistic, catatan-catatan didalam kartu klinik (Notoatmodjo,2005;h.63). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI MEDIS I. Teori Bayi Baru Lahir Normal a. Pengertian bayi baru lahir Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan antara 2500 gram sampai 4000 gram nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah, 2010; hal. 2) Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauteri kehidupan ekstrauteri. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37- 42 minggu dan berat badannya 2500-4000 gram. b. Ciri- ciri bayi baru lahir normal 1. Lahir aterm antara 37-42 minggu
  • 7. 2. Berat bdan 2500- 4000 gram 3. Panjang badan 48- 52 cm 4. Ligkar dada 30- 38 cm 5. Lingkar kepala 33-35 cm 6. Lingkar lengan 11- 12 cm 7. Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit 8. Pernafasan 40-60 x /menit 9. Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup 10. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna 11. Kuku agak panjang dan lemas 12. Nilai APGAR>7 13. Gerak aktif 14. Bayi lahir langsung menangis kuat 15. Reflek rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik. 16. Reflek sucking(isap dan menelan ) sudah terbentuk dengan baik 17. Reflek moro ( gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik 18. Reflek grasping ( menggenggam) sudah baik 19. Genitalia a. Pada laki- laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada sokrotum dan penis yang berlubang b. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang , serta adanya labia minora dan mayora c. Tahapan Bayi Baru Lahir : 1. Tahap I : Terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama kelahiran.Pada tahap ini di gunakan system scoring apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu 2. Tahap II :
  • 8. Disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap ada nya perubahan perilaku. 3. Tahap III : Disebut tahap periodik, pengkajian di lakukan 24 jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh. (Dewi,2010; h.1- 3) d. Penanganan Bayi Baru Lahir Normal 1. Menilai bayi dengan cepat( dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi ditempat yang memungkinkan ). 2. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kotak kulit ibu- bayi lakukan penyuntikan oksitosin im. 3. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira- kira 3 cm dari pusat bayi, melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan memasang klem 2 cm dari klem pertama (kearah ibu). 4. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat diantara dua klem tersebut. 5. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. 6. Memberikan bayi kepada ibunya dan mengajurkan ibu utuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.(sarwono,2010; h.344) II. Asfiksia Neonatorum a. Definisi Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya. ( Dewi.2010; h.102) Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 2010; h.421)
  • 9. Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia setelah persalinan. Masalah ini mungkin saling berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan.(JNPK KR 2008; h. 146). b. Etiologi dan Faktor Predisposisi Penyebab terjadinya Asfiksia menurut (DepKes RI, 2009) 1. Faktor Ibu a. Preeklamsia dan eklamsia. b. Perdarahan abnormal (plasenta prervia atau plasenta). c. Partus lama atau partus macet. d. Demam selama persalinan. e. Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV). f. Kehamilan post matur. g. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. 2. Faktor Bayi a. Bayi Prematur (Sebelum 37 minggu kehamilan). b. Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ektraksi vakum, forsef). c. Kelainan kongenital. d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan). 3. Faktor Tali Pusat a. Lilitan tali pusat. b. Tali pusat pendek. c. Simpul tali pusat. d. Prolapsus tali pusat. c. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia)
  • 10. Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen kejanin berkurang, akibatnya terjadi gawat janin. 1) Gangguan Sirkulasi Menuju Janin a) Gangguan aliran pada tali pusat (lilitan tali pusat, simpul tali pusat, tekanan pada tali pusat, ketuban telah pecah, kehamilan lewat waktu) b) Pengaruh obat, karena narkosa saat persalinan. 2) Faktor Ibu a) Gangguan his (tetania uteri/hipertonik) b) Penurunan tekanan darah dapat mendadak (perdarahan pada plasenta previa dan solusio plasenta) c) Vasokontriksi arterial (hipertensi pada hamil dan gestosis preeklampsia-eklampsia) d) Gangguan pertukaran nutrisi/O2 (solusio plasenta) (Manuaba, 2010; h.421) d. Diagnosis Untuk dapat mendiagnosa gawat janin dapat ditetapkan dengan melakukan pemeriksaan sebagai berikut: 1) Denyut jantung janin a. DJJ meningkat 160 kali permenit tingkat permulaan b. Mungkin jumlah sama dengan normal, tetapi tidak teratur c. Frekuensi denyut menurun <100 kali permenit, apalagi disertai irama yang tidak teratur. d. Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukkan gawat janin, karena terjadi rangsangan nervus X, sehingga peristaltik usus meningkat dan sfingter ani terbuka. 2) Mekonium dalam air ketuban Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukkan gawat janin, karena terjadi rangsangan nervus X, sehingga peristaltik usus meningkat dan sfingter ani terbuka (Manuaba, 2010; h.422) 3) Pernapasan Awalnya hanya sedikit nafas. Sedikit napas ini dimaksudkan untuk mengembangkan paru, tetapi bila paru mengembang saat kepala masih dijalan lahir, atau bila paru tidak mengembang karena suatu hal, aktivitas singkat ini akan diikuti oleh henti napas komplet. Kejadian ini disebut apnue primer ( drew.2009;h.9)
  • 11. 4) Usia Ibu Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu sehingga kualitas sumber daya manusia makin meningkat dan kesiapan untuk menyehatkan generasi penerus dapat terjamin. Kehamilan di usia muda/remaja (dibawah usia 20 tahun) akan mengakibatkan rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan pada usia tersebut ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi ibu belum siap untuk hamil. Begitu juga kehamilan di usia tua (diatas 35 tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan dan persalinannya serta alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil. Umur muda (< 20 tahun) beresiko karena ibu belum siap secara medis (organ reproduksi) maupun secara mental. Hasil penelitian menunjukan bahwa primiparitymerupakan faktor resiko yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap mortalitas asfiksia, sedangkan umur tua (> 35 tahun), secara fisik ibu mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan. Keadaan tersebut memberikan predisposisi untuk terjadi perdarahan, plasenta previa, rupture uteri, solutio plasenta yang dapat berakhir dengan terjadinya asfiksia bayi baru lahir (Purnamaningrum, 2010). 5) Paritas Paritas adalah jumlah persalinan yang telah dilakukan ibu. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman di tinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas lebih dari 4 mempunyai angka kematian maternal yang disebabkan perdarahan pasca persalinan lebih tinggi. Paritas yang rendah (paritas satu), ketidak siapan ibu dalam menghadapi persalinan yang pertama merupakan faktor penyebab ketidak mampuan ibu hamil dalam menangani komplikasi yang terjadi dalam kehamilan, persalinan dan nifas (Winkjosastro, 2007). Paritas 1 beresiko karena ibu belum siap secara medis (organ reproduksi) maupun secara mental. Hasil penelitian menunjukan bahwa primiparity merupakan faktor resiko yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap mortalitas asfiksia, sedangkan paritas di atas 4, secara fisik ibu mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan. Keadaan tersebut memberikan predisposisi untuk terjadi perdarahan, plasenta previa, rupture uteri, solutio plasenta yang dapat berakhir dengan terjadinya asfiksia bayi baru lahir (Purnamaningrum, 2010). http://yulianasept.blogspot.com/2012/10/proposal-asfiksia.html,, tanggal 7 juni 2013 pukul 10.14
  • 12. 6) Lama persalinan Menurut tinjauan teori beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen kejanin berkurang yang dapat menyebabkan terjadi asfiksia pada bayi baru lahir yaitu partus lama atau partus macet dan persalinan sulit, seperti letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vacuum dan vorcep (JNPK-KR, 2008, h. 144) Pada multigravida tahapannya sama namun waktunya lebih cepat untuk setiap fasenya. Kala 1 selesai apabila pembukaan servik telah lengkap, pada multigravida berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam. (sulistyawati, esti,2010; h.65) e. Tanda dan gejala 1. Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3) Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis,sehingga memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala yang yang muncul pada asfiksiam berat adalah sebagai berikut: 1) Frekuensi jantung kecil, yaitu <40 per menit. 2) Tidak ada usaha napas 3) Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada 4) Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu 2. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6) Pada asfiksia sedang, tanda gejala yang muncul adalah sebagai berikut: 1) Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit 2) Usaha nafas lambat 3) Tonus otot biasanya dalam keadaan baik 4) Bayi masih bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan 5) Bayi tampak siannosis 3. Asfiksia ringan (nilai APGAR 7-10) Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah sebagai berikut: 1) Bayi tampak sianosis 2) Adanya retraksi sela iga 3) Bayi merintih
  • 13. 4) Adanya pernafasan cuping hidung 5) Bayi kurang aktifitas (Dewi.2010; h.102) f. Penilaian Asfikaia Pada Bayi Baru Lahir 1. Penilaian Awal Penilaian awal dilakukan pada setiap BBL untuk menentukan apakah tindakan resusitasi harus segera dimulai. Segera setelah lahir, dilakukan penilaian pada semua bayi dengan cara petugas bertanya pada dirinya sendiri dan harus menjawab segera dalam waktu singkat. 1) Apakah bayi lahir cukup bulan ? 2) Apakah air ketuban jernih dan tidak bercampur mekonium ? 3) Apakah bayi bernafas adekuat atau menangis ? 4) Apakah tonus otot baik ? Bila semua jawaban “Ya”, berarti bayi baik dan tidak memerlukan tindakan resusitasi. Pada bayi ini segera dilakukan asuhan pada bayi normal. Bila salah satu atau lebih jawaban “Tidak”, bayi memerlukan tindakan resusitasi. Segera dimulai dengan langkah awal resusitasi. 2. Keputusan Resusitasi Bayi Baru Lahir PENILAIAN Sebelum bayi lahir :  Apakah kehamilan cukup bulan ? Sebelum bayi lahir :  Apakah airketuban jernih, tidak bercampur mekonium (warna kehijauan) ? Segera setelah bayi lahir (jika bayi cukup bulan) :  Menilai apakah bayi menangis atau bernapas/megap- megap ?  Menilai apakah tonus aot baik ? KEPUTUSAN Memutuskan bayi perlu resusitasi jika :  Bayi tidak cukup bulan atau bayi megap-megap/tidak bernapas dan atau tonus otot bayi tidak baik  Air ketuban bercampur mekonium. TINDAKAN Mulai lakukan resusitasi segera jika :  Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-megap/tidak bernapas dan tonus otot bayi tidak baik : Lakukan tindakan resusitasi BBL
  • 14.  Air ketuban bercampur mekonium : Lakukan resusitasi sesuai dengan indikasinya (JNPK-KR 2008; h.151) Tabel 1. Penilaian asfiksia pada bayi baru lahir Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda yang penting, yaitu: a. Pernafasan b.Denyut jantung c. Warna Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan kita memulai resusitasi atau untuk membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. (Saifuddin, 2009, hal: 349) 3. Hal penting dalam penilaian asfiksia Aspek yang sangat penting dari resusitasi BBL adalah menilai bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan ahirnya melaksanakan tindakan tersebut. Penilaian selanjutnya adalah dasar untuk menentukan kesimpulan dan tindakan berikutnya. Upaya resusitasi yang efektif dan efisien berlangsung melalui rangkaian tindakan, yaitu penilaian, pengambilan keputusan dan selanjutnya tindakan lanjut. Rangkaian tindakan ini merupakan suatu siklus. Misalnya pada saat-saat anda melakukan rangsangan taktil anda sekaligus menilai pernafasan bayi. Atas dasar penilaian ini anda akan melakukan langkah berikutnya. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau bahwa pernafasan tidak adekuat, anda sudah menentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan berikutnya, yaitu memberikan ventilasi dengan tekanan positif (VTP). Sebaliknya apabila pernafasannya normal, maka tindakan selanjutnya adalah menilai denyut jantung bayi. Segera setelah memulai suatu tindakan anda harus menilai dampaknya pada bayi dan membuat kesimpulan untuk tahap berikutnya. Nilai APGAR pada umumnya dilaksanakan pada 1 menit dan 5 menit setelah bayi lahir, akan tetapi penilaian bayi harus dimulai segera setelah bayi lahir. Apabila bayi memerlukan intervensi berdasarkan pernafasan, denyut jantung, atau warna bayi, maka penilaian ini harus dilakukan segera. Intervensi yang harus dilakukan jangan sampai terlambat karena menunggu
  • 15. penilaian APGAR 1 menit. Keterlambatan tindakan sangat membahayakan, terutama pada bayi yang mengalami depresi berat. Walaupun nilai APGAR tidak penting dalam pengambilan keputusan pada awal resusitasi, tetapi dapat menolong dalam upaya penilaian keadaan bayi dan penilaian efektivitas upaya resusitasi. Jadi nilai APGAR perlu dinilai dalam 1 menit dan 5 menit. Apabila nilai apgar <7 penilaian tambahan masih diperlukan, yaitu tiap 5 menit sampai 20 menit atau sampai 2 kali penilaian menunjukkan nilai 8 atau lebih. Penilaian pada bayi yang terkait dengan penatalaksanaan resusitasi, dibuat berdasarkan keadaan klinis. Penilaian awal harus dilakukan pada semua BBL. Penatalaksanaan selanjutnya dilakukan menurut hasil penilaian tersebut. Penilaian berkala setelah setiap langkah resusitasi harus dilakukan setiap 30 detik. Penatalaksanaan dilakukan terus menerus berkesinambungan menurut siklus menilai, menentukan tindakan, melakukan tindakan, kemudian menilai kembali (Saifuddin, 2009; h. 349) Tiga point pengkajian klinis 1). Pernapasan Observasi pergerakan dada dan masukan udara dengan cermat. Lakukan auskultasi jika perlu. Kali adanya pola pernapasan abnormal, seperti pergerakan dada asimetris, napas tersenggal, atau mendengur. Tentukan apakah pernapsannya adekuat (frekuensi baik dan teratur), tidak adekuat (lambat dan tidak teratur), atau tidak ada sama sekali. 2). Denyut jantung Kaji frekuensi jantung dengan mengauskultasikan denyut aspeks atau merasakan denyutan umbilicus. Klasifikasikan menjadi >100 atau <100 kali permenit. Angka ini merupakan titik batas yang mengindikasikan ada atau tidaknya hipoksia yang signifikan. Catatan : bayi dengan frekuensi jantung <60, khususnya bayi tanpa frekuensi jantung, membutuhkan pendekatan yang lebih darurat. Awalnya, curah jantung mungkin tidak mampu mencukupi perfusi arteri koroner, sampai pada akhirnya tidak mampu sama sekali, walaupun dilakukan ventilasi. 3). Warna Kaji bibir dan lidah bayi yang dapat berwarna biru atau merah muda. Sianosis perifer (akrosianosis) merupakan hal yang normal pada beberapa jam pertama bahkan hari. Bayi
  • 16. yang pucat mungkin mengalami syok atau anemia berat. Tentukan apakah bayi bewarna merah mudah, biru atau pucat. Ketiga observasi ini dikenal sebagai komponen skor APGAR. Dua komponen lainnya adalah tonus dan respons terhadap rangsangan. (David,dkk.2009; h.30-32) a.Pemantauan Janin 1. Saat Bayi Sudah Lahir a) Penilaian sekilas sesaat setelah bayi lahir Sesaat setelah bayi lahir bidan melakukan penilaia sekilas untuk kesejahteraan bayi secara umum. Aspek yang dinilai adalah warna kulit dan tangis bayi, jika warna kulit adalah kemerahan dan bayi dapat menangis spontan, maka ini sudah cukup untuk dijadikan data awal bahwa dalam kondisi baik. b) Menit pertama kelahiran Pertemuan sarec di swedia tahun 1985 menganjurkan penggunaan parameter penilaian bayi baru lahir adalah dengan cara sederhana yang disebut dengan SIGTUNA (SIGTUNA score), sesuai dengan nama terjadinya konsensus. Penilaian cara ini digunakan terutama untuk tingkat pelayanan kesehatan dasar karena hanya menilai dua parameter yang penting, namun cukup mewakili indikator kesejahteraan bayi baru lahir. Sesaat setelah bayi lahir bidan memantau 2 tanda vital bayi sesuai dengan SIGTUNA score, yaitu upaya bayi untuk bernafas dan frekuensi jantung (dihitung selama 6 detik, hasil dikalikan 10 sama dengan frekuensi jantung satu menit). Cara menentukan SIGTUNA score: 1) Nilai bayi sesaat setelah lahir (menit pertama) dengan kriteria penilaian seperti pada tabel. 2) Jumlahkan score yang didapat. 3) Kesimpulan dari total SIGTUNA score 4 : Asfiksia riangan atau tidak asfiksia. 2-3 : Asfiksia sedang. 1 : Asfiksia berat. 0 : Bayi lahir mati/fresh stillbirth. 2. Menit ke 5 sampai 10
  • 17. Segera setelah bayi lahir, bidan mengobservasi keadaan bayi dengan berpatokan pada APGAR score dari 5 menit hingga 10 menit (Sulistyawati,2010;h.209). Tabel 2. Skala pengamatan APGAR score Aspek pengamatan bayi baru lahir Skor 0 1 2 Appeareance (Warna kulit) Seluruh tubuh bayi berwarna kebiruan .atau pucat Warna kulit tubuh normal, tetapi tangan dan kaki berwarna kebiruan Warna kulit seluruh tubuh normal Pulse (Nadi) Denyut jantung tidak ada Denyut jantung <100 kali permenit Denyut jantung >100 kali permenit Grimace (Respon refleks) Tidak ada respon terhadap stimulasi Wajah meringis saat distimulasi Meringis, menarik, batuk atau bersin saat stimulasi Activity (Tonus otot) Lemah, tidak ada gerakan Lengan dan kaki dalam posisi fleksi dengan sedikit gerakan Bergerak aktif dan spontan Respiratory (Pernafasan) Tidak bernafas, pernafasan lambat dan tidak teratur Menangis lemah, terdengar seperti merintih Menangis kuat, pernafasan baik dan teratur
  • 18. (Sulistyawati, 2010; h.209) b. Penatalaksanaan Asfiksia 1) Persiapan resusitasi BBL a) Persiapan tempat resusitasi Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi : 1. Gunakan ruang yang hangat dan terang 2. Tempat resusitasi hendaknya datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat misalnya meja, dipan atau diatas lantai beralas tikar. Sebaiknya dekat pemancar panas dan tidak berangin (jendela atau pintu yang terbuka) Keterangan: a. Ruang yang hangat akan mencegah bayi hipotermi. b. Tempat resusitasi yang rata diperlukan untuk kemudahan pengaturan posisi kepala bayi. c. Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60 watt atau lampu petromak. Nyalakan lampu menjelang persalinan. b) Persiapan alat resusitasi Sebelum menolong persalinan, selain menyiapkan alat-alat persalinan juga disiapkan alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu : 1. Kain ke-1 untuk mengeringkan bayi. 2. Kain ke-2 untuk menyelimuti bayi. 3. Kain ke-3 untuk ganjal bahu bayi. 4. Alat penghisap lender De Lee atau Bola karet. 5. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup. 6. Kotak alat resusitasi. 7. Sarung tangan. 8. Jam atau pencatat waktu. Keterangan: a. Kain yang digunakan sebaiknya bersih, kering, hangat dan dapat menyerap cairan misalnya handuk, kain flannel, dll. Kalau tidak ada gunakan kain panjang atau sarung.
  • 19. b. Kain ke-3 untuk ganjal bahu. Ganjal bahu bisa dibuat dari kain (kaos, selendang, handuk kecil), digulung setinggi 3 cm dan bisa disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi agar sedikit tengadah. c. Bagian-bagian balon dan sungkup: 1) Pintu masuk udara dan tempat memasang reservoir O2 2) Pintu masuk O2 3) Pintu keluar O2 4) Susunan katup 5) Reservoir O2 6) Katup pelepas tekanan (pop-of valve) 7) Tempat memasang manometer (bagian ini mungkin tidak ada) Keterangan: a) Alat pengisap lendir Dee Lee adalah alat untuk menghisap lender khusus untuk BBL. b) Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup merupakan alat yang sangat penting dalam tindakan ventilasi pada resusitasi, siapkan sungkup dalam keadaan terpasang dan steril. c) Tabung atau balon serta sungkup dan alat penghisap lender De Lee dalam keadaan steril, disiapkan dalam kotak alat resusitasi. c. Cara menyiapkan: 1) Kain ke-1: Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan BBL yang basah oleh air ketuban segera setelah lahir. Bagi bidan yang sudah biasa dan terlatih meletakkan bayi baru lahir diatas perut ibu, sebelum persalinan akan menyediakan sehelai kain diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi. Hal ini dapat juga digunakan pada bayi asfiksia. Bila tali pusat sangat pendek, bayi dapat diletakkan didekat perineum ibu sampai tali pusat telah diklem dan dipotong, kemudian jika perlu lakukan tindakan resusitasi. 2) Kain ke-2: Fungsi kain ke-2 adalah untuk menyelimuti BBL agar tetap kering dan hangat. Singkirkan kain ke-1 yang basah sesudah dipakai mengeringkan bayi. Kain ke-2 ini diletakkan diatas tempat resusitasi, digelar menutupi tempat yang rata. 3) Kain ke-3:
  • 20. Fungsi kain ke-3 adalah untuk ganjal bahu bayi agar memudahkan dalam pengaturan posisi kepala bayi. Kain digulung setebal kira-kira 3 cm diletakkan di bawah kain ke-2 yang menutupi tempat resusitasi untuk mengganjal bahu. 4) Alat resusitasi: Kotak alat resusitasi yang berisi alat pengisap lender Dee Lee dan alat resusitasi tabung atau balon dan sungkup diletakkan dekat tempat resusitasi, maksudnya agar memudahkan diambil sewaktu-waktu dibutuhkan untuk melakukan tindakan resusitasi BBL. 5) Sarung tangan. 6) Jam atau pencatat waktu d. Persiapan Diri Lindungi dari kemungkinan infeksi dengan cara: 1. Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek, masker, penutup kepala, kaca mata dan sepatu tertutup) 2. Lepaskan perhiasan, cincin dan jam tangan sebelum mencuci tangan. 3. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran alkohol dan gliseril. 4. Keringkan dengan kain atau tisu bersih. 5. Selanjutnya gunakan sarung tangan sebelum menolong persalinan. 2) Tahap I: Langkah Awal Tahap awal diselesaikan dalam waktu 30 detik. Langkah awal tersebut meliputi: a) Jaga bayi tetap hangat a) Letakkan bayi diatas kain yang ada diatas perut ibu b) Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka, potong tali pusat c) Pindahkan bayi keatas kain di tempat resusitasi yang datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat. d) Jaga bayi tetap diselimuti dan dibawah pemancar panas. b) Atur posisi bayi 1. Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong 2. Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan pengganjal bahu, sehingga kepala sedikit ekstensi.
  • 21. c) Isap lendir Gunakan alat pengisap DeLee dengan cara sebagai berikut: 1. Isap lendir mulai dari mulut dulu, kemudian hidung 2. Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar, TIDAK pada waktu memasukan. 3. Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam (jangan lebih dari 5 cm kedalam mulut atau lebih dari 3 cm dalam hidung), hal itu dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau tiba-tiba berhenti bernafas. d) Keringkan dan rangsang bayi 1. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan 2. Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk atau menyentil telapak kaki bayi atau dengan menggosok punggung, dada, perut dan tungkai bayi dengan telapak tangan. e) Atur kembali posisi bayi 1. Ganti kain yang telah basah dengan kain kering dibawahnya 2. Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada, agar bisa memantau pernafasan bayi. 3. Atur kembali posisi bayi sehingga kepala sedikit ekstensi. f) Lakukan penilaian bayi Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, tidak bernafas atau megap-megap. Bila bayi bernafas normal, lakukan asuhan pasca resusitasi. Tapi bila bayi tidak bernafas normal atau megap-megap, mulai lakukan ventilasi bayi. 3) Tahap II: Ventilasi Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume udara ke dalam paru-paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru bayi agar bisa bernafas spontan dan teratur. a) Pasang sungkup Pasang sungkup dengan menutupi dagu, mulut dan hidung. b) Ventilasi 2 kali 1. Lakukan peniupan / pompa dengan tekanan 30 cm air. Tiupan awal tabung-sungkup / pompaan awal balon-sungkup sangat penting untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan menguji apakah jalan nafas bayi terbuka.
  • 22. 2. Lihat apakah dada bayi mengembang. Saat melakukan tiupan atau pompaan perhatikan apakah dada bayi mengembang. Bila tidak mengembang: a. Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor. b. Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu. c. Periksa cairan atau lendir dimulut. Bila ada lendir atau cairan lakukan penghisapan. d. Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30 cm air (ulangan), bila dada mengembang, lakukan tahap berikutnya. c) Ventilasi 20 kali dalam 30 detik 1. Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau pemompaan dengan balon dan sungkup sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air sampai bayi mulai menangis dan bernafas spontan 2. Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau pemompaan, setelah 30 detik lakukan penilaian ualng nafas. Jika bayi mulai bernafas spontan atau menangis, hentikan ventilasi bertahap: a. Lihat dada apakah ada retraksi dinding dada bawah b. Hitung frekuensi nafas permenit Jika bernafas >40 per menit dan tidak ada retraksi berat: a. Jangan ventilasi lagi b. Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit pada dada ibu dan lanjutkan asuhan bayi baru lahir. c. Pantau setiap 15 menit untuk pernafasan dan kehangatan d. Katakana pada ibu bahwa bayinya kemungkinan besar akan membaik. 3. Lanjutkan asuhan pasca resusitasi. 4. Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas, lanjutkan ventilasi. d) Ventilasi setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang nafas. 1. Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air) 2. Hentikan ventilasi setiap 30 detik, lakukan penilaian bayi apakah bernafas, tidak bernafas atau megap-megap:
  • 23. a. Jika bayi sudah mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan asuhan pasca resusitasi b. Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian lakukan penilaian ulang nafas tiap 30 detik. e) Siapkan rujukan jika bayi belum bernafas spontan sesudah 2 menit resusitasi f) Lanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi 5. Tahap III: Asuhan Pasca Resusitasi Setelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pasca resusitasi yang merupakan perawatan instensif selama 2 jam pertam. Penting sekali pada tahap ini dilakukan BBL dan pemantauan sera intensif serta pencatatan. a) Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi 1. Tidak dapat menyusu 2. Kejang 3. Mengantuk atau tidak sadar 4. Nafas cepat (>60 kali permenit) 5. Merintih 6. Retraksi dinding dada bawah 7. Sianosis sentral b) Pemantauan dan perawatan tali pusat 1. Memantau perdarahan tali pusat 2. Menjelaskan perawatan tali pusat c) Bila nafas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada ibunya 1. Meletakkan bayi di dada ibu (kulit ke kulit), menyelimuti keduanya 2. Membantu ibu untuk menyusui bayi dalam 1 jam pertama 3. Menganjurkan ibu untuk mengusap bayinya dengan kasih sayang d) Pencegahan hipotermi 1. Membaringkan bayi dalam ruangan >250 C bersama ibunya 2. Mendekap bayi dengan lekatan kulit ke kulit sesering mungkin 3. Menunda memandikan bayi sampai dengan 6-24 jam 4. Menimbang berat badan terselimuti, kurangi berat selimut
  • 24. 5. Menjaga bayi tetap hangat selama pemeriksaan, buka selimut bayi sebagian-sebagian. Asuhan pasca lahir (usia 2-24 jam setelah lahir) Sesudah pemantauan 2 jam pasca resusitasi, bayi masih perlu asuhan pasca lahir lebih lanjut. Asuhan pasca lahir dapat dilakukan dengan cara kunjungan rumah(kunjungan BBL/ neonatus). Tujuan dari asuhan pasca lahir adalah untuk mengetahui kondisi lebih lanjut dalam 24 jam pertama kesehatan bayi setelah mengalami tindakan resusitasi. e) Pemberian vit-K Memberikan suntikan vit-K di paha kiri anterolateral 1 mg intramuscular. f) Pencegahan infeksi 1. Memberikan salep mata antibiotika 2. Memberikan imunisasi Hepatitis-B dipaha kanan 0,5 mL intramuscular, 1 jam setelah pemberian vit K 3. Memberitahu ibu dan keluarga cara pencegahan infeksi bayi. g) Pemeriksaan fisik 1. Mengukur panjang badan dan lingkar kepala bayi 2. Melihat dan meraba kepala bayi 3. Melihat mata bayi 4. Melihat mulut dan bibir bayi 5. Melihat dan meraba lengan dan tungkai, gerakan dan menghitung jumlah jari 6. Melihat alat kelamin dan menentukan jenis kelamin, adakah kelainan 7. Memastikan adakah lubang anus dan uretra, adakah kelainan 8. Memastikan adakah buang air besar dan buang air kecil 9. Melihat dan meraba tulang punggung bayi. h) Rencana asuhan 24 jam 1. Pemberian ASI 2. Menilai BAB bayi 3. Menilai BAK 4. Kebutuhan istirahat/tidur 5. Menjaga kebersihan kulit bayi 6. Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi (rukiyah dan yulianti.2010;h.66)
  • 25. i) Pencatatan dan pelaporan j) Asuhan pasca lahir (JNPK-KR, 2008 h.148) B. TINAJUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN 1. Pengertian Manajemen asuhan kebidanan atau sering disebut manajemen asuhan kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan. Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan- temuan, keterampilan, dalam rangkaian tahap-tahap yang logis untuk pengambiln suatu keputusan yang berfokus terhadap klien. kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi ketiga tahun 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berturut secara sistematis dan siklik. Varney menjelaskan bahwa proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada tahun 1970-an. Proses ini memperkenalkan sebuah metode pengorganisasian pemikiran dan tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses manajemen kebidanan ini terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, dan setiap langkah disempurnakan secara berkala. Proses dimulai dari pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ke-tujuh langkah tersebut membentuk suau kerangka lenkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih detail dan ini bias berubah sesuai dengan kebutuhan klien. (Saminem, 2010; h. 39) 2. Langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney a. Tahap pengumpulan data dasar (langkah I) Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua sumber yag berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:
  • 26. Anamnesis, anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan , riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, bio- psiko- sioso-spiritual, serta pengetahuan klien. a. Identitas Identitas bayi didapat dari anamnesa yang dilakukan oleh bidan terhadap orang tua bayi untuk memperoleh informasi tentang identitas bayi baru lahir, seperti umur bayi, jam kelahiran bayi, jenis kelamin bayi dan anak keberapa. b. Riwayat Antenatal 1) Data ini penting untuk diketahui oleh bidan sebagai data acuan untuk memprediksi apakah terdapat penyulit pada kehamilan saat bayi masih dalam kandungan. 2) Kesehatan janin dikaji untuk mengetahui kondisi janin saat ini 3) Keluhan trismester 1, 2 dan 3 dikaji untuk mengetahui keluhan yang pernah dirasakan oleh orang tua bayi saat hamil 4) Frekuensi ANC selama kehamilan trismester 1, 2 dan 3 dikaji untuk mengetahui seberapa sering orang tua bayi pernah memeriksakan diri saat hamil 5) Pola nutrisi dikaji untuk mengetahui asupan nutrisi pada orang tua bayi 6) Perilaku kesehatan dikaji untuk mengetahui apakah orang tua bayi pernah merokok, mengonsumsi alkohol, obat-obatan atau jamu selama hamil c. Riwayat Proses Persalinan 1) Data ini penting untuk diketahui oleh bidan sebagai data acuan untuk memprediksi apakah terdapat penyulit saat terjadinya proses kelahiran bayi. 2) Tempat lahir dikaji untuk mengetahui dimanakah bayi dilahirkan 3) Ditolong oleh dikaji untuk mengetahui siapakah yang menolong kelahiran bayi 4) Jenis persalinan dikaji untuk mengetahui bagaimana cara bayi dilahirkan 5) Lama persalinan dikaji untuk mengetahui seberapa lama proses persalinan 6) Tanggal lahir dikaji untuk mengetahui kapan bayi di 7) lahirkan dan pukul untuk mengetahui waktu bayi dilahirkan 8) BB dikaji untuk mengetahui berapakah berat badan bayi, PB dikaji untuk mengetahui berapakah panjang badan bayi dan nilai apgar digunakan untuk menilai apakah bayi sudah dalam keadaan normal atau tidak 9) Jenis kelamin dikaji untuk mengetahui apa jenis kelamin bayi
  • 27. 10) Cacat bawaan dikaji untuk mengetahui apakah bayi lahir dalam keadaan cacat atau tidak 11) Masa gestasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi lahir cukup bulan atau tidak 12) Resusitasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi telah dilakukan tindakan resusitasi atau tidak a. Pola Kebutuhan Sehari-hari Nutrisi dikaji untuk mengetahui apa saja yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien. Nutrisi yang diberikan pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) juga akan berbeda, sebab kapsitas lambung BBLR sangat kecil sehingga minum harus sering diberikan tiap jam. Perhatikan juga apakah selama pemberian minum bayi menjadi cepat lelah, menjadi biru atau perut menjadi besar/ kembung (Prawirohardjo,2009) b. Pola eliminasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi telah BAK dan BAB. Pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) kita mengkaji pola eliminasi, sebab pada bayi BBLR kebutuhan nutrisi yang diberikan berbeda dengan bayi yang berat badannya normal, oleh sebab itu akan berpengaruh juga pada frekuensi BAB dan BAK nya setiap harinya. c. Pola istirahat dikaji untuk mengetahui apakah kebutuhan istirahat bayi telah terpenuhi atau tidak. Bayi yang mengalami berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki pola tidur yang lebih banyak dari bayi normal, sebab nutrisi yang dikonsumsi sangat cukup dan memiliki frekuensi yang ditetapkan setiap jam, sehingga bayi lebih sering tertidur nyenyak dengan nutrisi yang cukup. d. Personal hygine dikaji untuk mengetahui bagaimana kebersihan pada diri bayi. Pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) personal hygine juga perlu dikaji sebab kebersihan pada bayi sangat diutamakan untuk pencegahan infeksi. C. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda- tanda vital, meliputi a. Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi). 1) Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan cacatan terbaru serat cacatan sebelumnya). Pemeriksaan fisik a) Kepala : bentuk simetris atau tidak, UUB dan UUK datar atau tidak, keadaan rambut bersih atau tidak, adakah caput succedenum dan cephal hematome. b) Wajah
  • 28. terdapat odema atau tidak, kebersihan muka simetris atau tidak dan warna kemerahan atau tidak c) Mata simetris atau tidak, adakah pembengkakan pada kelopak mata,konjungtiva merah muda atau pucat, sklera putih atau tidak, adakah bulu mata atau tidak, adakah kotoran mata atau tidak d) Hidung bentuk, lubang hidung, pernafasan cuping hidung, dan pengeluaran e) Mulut bentuk bibir, lidah, palatum, reflek rooting f) Telinga simetris atau tidak, lubang telinga, adakah cairan atau tidak g) Leher bendungan vena jugularis, pembesaran kelenjar tyroid, pembesaran kelenjar getah bening, reflek menelan, kepala bebas berputar h) Dada bentuk dada, pengembangan rongga dada, suara jantung, suara paru-paru i) Ketiak kebersihan, pembesaran kelenjar limfe j) Perut bentuk simetris atau tidak, adakah bising usus, keadaan tali pusat, kembung,adakah benjolan, adakah pembesaran hati k) Punggung fleksibilitas tulang punggung, tonjolan tulang punggung, lipatan bokong l) Anus adakah lubang anus atau tidak m) Genetalia adakah labia mayor dan labia minor, adakah klitoris dan orifisium uretra n) Ekstermitas pergerakan dan jari-jari tangan dan kaki
  • 29. o) Neuro reflek moro, rooting, glabela, gland, plantar, tonik leher, menghisap p) Eliminasi BAK dan BAB a. Interpretasi data dasar (langkah II) Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data- data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasi sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Baik rumusan diagnosis maupun masalah, keduanya harus ditangani. Meskipun masalah tidak dapat dartiakn sebagai diagnosis, tetapi tetap membutuhkan penanganan. b. Identifikasi diagnosis/ masalah potensial dan antisipasi penanganannya (langkah III) Pada langkah ketiga mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/ masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap- siap mencegah diagnosis masalah potensial I menjadi kenyataan. Langkah ini penting dituntut untuk mampu menagntisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi, tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis tersebut tidak terjadi. Langhkah ini bersifat antisipasi yang rasional/ logis. c. Tindakan segera atau kolaborasi (langkah IV) Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan konsultassi atau penanganan segera bersama anggota tim kaesehatn lain dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan keseimangan proses manajemen kebidanan. Jadi, manajemen tidak hanya berlangsung seama asuhan primer periodic atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut dalam dampingan bidan. Misalnya, pada waktu wanita tersebut dalam persalinan. d. Rencana asuhan menyeluruh (langkah V) Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyuluruh yang ditentukan berdasarkan langkah- langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelautan manajemen untuk masalah atau diagnosis yang telah diidentikasi atau dantispasi atau diantisipasi. Pada langkah ini
  • 30. informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi rencana asuhan yang menyuluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut. Pedoman antisipasi ini mencakup perkiraan tentang hal yang akan terjadi berikutnya: apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah bidan perlu merujuk klien bila ada sejumlah masalah terkait sosial, ekonomi, kultural, atau psikososial. e. Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman (langkakh VI) Pada langkah keenam, rencana asuhan menyuluuh dilakua denangn efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya walua bidan tidak melakukan nya sendiri, namun ia tetap memikul tangung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya (misalnya dengan memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar terlaksana) f. Evaluasi ( langkah VII) Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan. Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan banuan apkah benar- benar telah terpenuhi sebagaimana diidentifkasi didalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. (Soepardan.2009; h.97) Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi: A. Landasan Hukum Kewenangan Bidan Berdasarkan peraturan menteri kesehatan (permenkes) nomor 1464/menkes/per/x/2010 tentang izin dan penyelenggaran praktik bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi: 7. Kewenangan normal: a. Pelayanan kesehatan ibu b. Pelayanan kesehatan anak c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana 2. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah
  • 31. a. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter b. Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan. Kewenangan ini meliputi: Pelayanan kesehatan ibu a. Ruang lingkup: 1) Pelayanan konseling pada masa pra hamil 2) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal 3) Pelayanan persalinan normal 4) Pelayanan ibu nifas normal 5) Pelayanan ibu menyusui 6) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan b. Kewenangan: 1) Episiotomi 2) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II 3) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan rujukan 4) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil 5) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas c. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) eksklusif d. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum e. Penyuluhan dan konseling f. Bimbingan pada kelompok ibu hamil g. Pemberian surat keterangan kematian h. Pemberian surat keterangan cuti bersalin Pelayanan kesehatan anak a. Ruang lingkup: 1) Pelayanan bayi baru lahir 2) Pelayanan bayi 3) Pelayanan anak balita 4) Pelayanan anak pra sekolah b. Kewenangan:
  • 32. a) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat b) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk c) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan rujukan d) Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah f) Pemberian konseling dan penyuluhan g) Pemberian surat keterangan kelahiran h) Pemberian surat keterangan kematian Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, dengan kewenangan: a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas, khusus bagi bidan yang menjalankan program Pemerintah mendapat kewenangan tambahan untuk melakukan pelayanan kesehatan yang meliputi: a) Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit b) Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu (dilakukan di bawah supervisi dokter) c) Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan d) Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah f) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas g) Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya h) Pencegahan penyalah gunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi
  • 33. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah. Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah mendapat pelatihan untuk pelayanan tersebut. Selain itu, khusus di daerah (Kecamatan atau Kelurahan/Desa) yang belum ada dokter, bidan juga diberikan kewenangan sementara untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal, dengan syarat telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kewenangan bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal tersebut berakhir dan tidak berlaku lagi jika di daerah tersebut sudah terdapat tenaga dokter (http.www.hukum kewenangan bidan.com) BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR TERHADAP BAYI Ny.M SEGERASETELAH LAHIRDENGAN ASFIKSIA DI BPS DESI ANDRIANI Amd.keb BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 1. PENGKAJIAN Tanggal : 22 Mei 2013 Jam : 12.40 Wib : BPS Desi Andriani Amd.Keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung : Destiana Anjarsari : 2010.637 A. DATA SUBJEKTIF a) Biodata bayi Nama : By. Ny. M Jenis kelamin : laki-laki
  • 34. Tanggal lahir/pukul : 22 Mei 2013/12.40 Wib b) Biodata orang tua Istri Suami Nama : Ny. M Tn. U Umur : 36 Tahun 40 tahun Agama : Islam Islam 43 Suku : Jawa Lampung Pendidikan :SD SMP Pekerjan : IRT Swasta amat : Jl.KH.Ahmad Dahlan Jl.KH.Ahmad Dahlan gg.sanjan Bumi Waras gg.sanjan Bumi Waras Teluk Betung Utara Teluk Betung Utara Bandar Lampung Bandar Lampung 1) Riwayat antenatal G4P2A1 Umur kehamilan 37 minggu 6 hari Riwayat ANC : 4 kali Imunisasi TT : Selama hamil ibu mendapatkan imunisasi TT 2 kali Keluhan saat hamil : Tidak ada 2) Penyakit selama hamil Diabetes melitus : Tidak ada Hepatitis : Tidak ada Tuberculosis : Tidak ada HIV/AIDS : Tidak ada 3) Kebiasaan Minum obat / jamu : Tidak pernah Merokok : Tidak pernah 4) Komplikasi Hyperemesis : Tidak pernah Perdarahan : Tidak pernah Preeklamsia : Tidak pernah Eklamsia : Tidak pernah Infeksi : Tidak pernah B. DATA OBJEKTIF
  • 35. Tonus otot : Lemah Warna kulit : Kebiruan Usaha bernafas : Megap –Megap C. DATA PENUNJANG a) Komplikasi janin IUGR : Tidak Ada Polihidramnion : Tidak Ada Oligohidramnion : Tidak Ada Gameli : Tidak Ada b) Riwayat intranatal Lahir tanggal : 22 Mei 2013 :12.40 Wib dengan penilain bayi merintih,warna kulit kebiruan dan tonus otot lemah n : Spontan Penolong : Bidan Lama persalinan : 13 jam 20 menit Kala I : 12 jam 35 menit Kala II : 45 menit Kala III : 10 menit Kala IV : 2 Jam c) Komplikasi ibu Hipertensi : Tidak ada Partus lama : Ya Penggunaan obat : Tidak ada Infeksi : Tidak ada KPD : Tidak ada Perdarahan : Tiadak ada d) Komplikasi janin Premature : Tidak ada Malposisi : Tidak ada Gawat janin : Ya Ketuban campur meconium : Ya Lilitan tali pusat : Tidak ada Keadaan bayi baru lahir : Tonus otot lemah, warna kulit kebiruan, bernafas megap – megap Bayi Ny. M sesuai masa kehamilan post asfiksia normal A. DATA OBJEKTIF 1. Pemeriksaan umum a. Pernafasan : 48 x/menit b. Suhu : 36,80c c. Kulit
  • 36. Warna :Kemerahan Turgor : Elastis d. Denyut jantung : 128 x/menit e. Tonus otot : Positif (+) f. Gerakan : Aktif g. Tali pusat : Tidak ada perdarahan tali pusat h. Ekstremitas : Normal, tidak ada kelainan 2. Pemeriksaan fisik a. Kepala Ubun-ubun besar : Datar Ubun-ubun kecil : Datar Rambut : Terdapat sisa-sisa darah dan lendir Caput succedaneum : Ada Cephal hematoma : Tidak ada b. Muka : Simetris antara kanan dan kiri, tidak ada oedema c. Mata Simetris : Simetris antara kanan dan kiri Kelopak mata : Tidak oedema Konjungtiva : Merah muda Sklera : Putih d. Hidung : Simetris antara kanan dan kiri Lubang : Ada kanan & kiri, bersih tidak ada sekret e. Mulut Bentuk : Simetris kanan dan kiri Labioskisis : Tidak ada Palatoskizis : Tidak ada f. Telinga Simetreis : Simetris antara kanan dan kiri Lubang : Ada lubang telinga kanan dan kiri, bersih tidak ada serumen
  • 37. g. Dada Bentuk : Simetris antara kanan dan kiri Puting susu : Menonjol, simetris antara kanan dan kiri Auskultasi : Tidak ada wezing maupun ronchi h. Abdomen Tali pusat : Tidak ada perdarahan tali pusat Bising usus : Ada Benjolan : Tida ada i. Punggung Fleksibiltas tulang punggung : Ada Tonjolan tulang punggung : Tidak ada j. Anus : Ada lubang k. Genetalia Laki-laki Lubang penis : Ada, di sentralis Skrotum : Ada,sebalah kanan dan kiri l. Tungkai dan kaki Gerakan : Aktif Jumlah jari : Lengkap, jari kanan dan kiri 5 3. Antopometri a. BB : 3700 gram b. PB : 50cm c. LK : 35cm d. LD : 36 cm e. Lila : 11 cm BAB IV PEMBAHASAN
  • 38. Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Pada Bayi segera setelah lahir pada By. Ny. M Dengan Asfiksia Di BPS Desi Andriani Amd.Keb. Ditemukan hasil sebagai berikut: A.PENGKAJIAN DATA 1. Pada pengkajian dilakukan untuk pengumpulan data dasar tentang keadaan pasien. Pada studi kasus ini penulis melakukan pengkajian terhadap bayi baru lahir yaitu By.Ny.M Umur 0 Hari Dengan Asfiksia, dengan hasil sebagai berikut: 1. Umur ibu a. Menurut Tinjauan Teori Umur muda (< 20 tahun) beresiko karena ibu belum siap secara medis (organ reproduksi) maupun secara mental. Hasil penelitian menunjukan bahwa primiparitas merupakan faktor resiko yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap mortalitas asfiksia, sedangkan umur tua (> 35 tahun), secara fisik ibu mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan. Keadaan tersebut memberikan predisposisi untuk terjadi perdarahan, plasenta previa, rupture uteri, solutio plasenta yang dapat berakhir dengan terjadinya asfiksia bayi baru lahir b. Menurut Tinjauan Kasus Pada kasus asfiksia terhadap By. Ny.M, umur Ny.M adalah 36 tahun c. Pembahasan Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan toeri dan tinjauan kasus, karena pada tinjauan teori factor resiko terjadinya asfiksia adalah ibu dengan usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, sedangkan umur Ny.M adalah 36 tahun 2. Masa Gestasi a. Menurut Tinjauan teori Menurut tinjauan teori beberapa keadaan yang dapat menyebabkan asfiksia yaitu kehamilan postmatur atau lahir sesudah 42 minggu kehamilan dan bayi premature atau lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu (JNPK-KR, 2008, hal: 144) b. Menurut Tinjauan Kasus Pada hasil tinjauan kasus usia kehamilan Ny.M pada saat melahirkan adalah 37 minggu 6 hari. c. Pembahasan
  • 39. Terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus, dimana usia kehamilan ibu masih dalam batas normal dan bukan merupakan penyebab bayi mengalami asfiksia yaitu 37 minggu 6 hari, kemungkinan asfiksia pada bayi disebabkan oleh factor factor lain. 3. Riwayat Kesehatan a. Menurut Tinjauan Teori Menurut tinjauan teori beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen kejanin berkurang, sehingga dapat menyebabkan asfiksia, yaitu Infeksi berat seperti malaria, sifilis, TBC dan HIV (JNPK-KR, 2008, hal: 144). b. Menurut Tinjauan Kasus Riwayat kesehatan sekarang, NY.M tidak sedang menderita penyakit menular atau penyakit keturunan c. Pembahasan Antara tinjauan teori dan tinjauan kasus terjadi kesenjangan, karena pada tinjauan kasus Ny.M tidak menderita infeksi yang menjadi salah satu factor pemicu terjadinya asfiksia pada bayi, kemungkinan asfiksia yang terjadi pada bayi diakibatkan oleh ketuban bercampur mekonium dan sedikit serta partus lama. 4. Pengaruh obat a. Menurut Tijauan teori Beberapa faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia) Pengaruh obat, karena narkoba saat persalinan. b. Menurut tinjauan kasus Ibu tidak pernah mengkonsumsi obat – obatan atupun jamu selama kehamilan. c. Pembahasan Antara tinjauan teori dan tinjauan kasus terjadi kesenjangan karena pada Ny. M tidak mengkonsumsi obat –obatan yang memicu terjadinya asfiksia. 5. Keadaan ibu a. Menurut tinjauan teori Menurut tinjauan teori penyebab asfiksia adalah salah satunya keadaan ibu yang mengalami preeklamsia dan eklamsia yang memicu terjadinya asfiksia. b. Menurut tinjauan kasus
  • 40. Menurut tinjauan kasus pada Ny. M tidak mengalami preeklamsia dan eklamsia. c. Pembahasan Antara tinjauan teori dan tinjauan kasus terjadi kesenjangan karena pada Ny.M tidak mengalami preeklamsia dan eklamsia yang dapat menyebabakan asfiksia. 6. Lama persalinan. a. Menurut Tinjauan Teori Menurut tinjauan teori beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen kejanin berkurang yang dapat menyebabkan terjadi asfiksia pada bayi baru lahir yaitu partus lama atau partus macet dan persalinan sulit, seperti letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vacuum dan vorcep (JNPK-KR, 2008, hal : 144) b. Menurut Tinjauan Kasus Lama persalinan : 13 jam 20 menit pada kala I dan kala II. c. Pembahasan Terjadi kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus, karena menurut asuhan persalinan normal partus lama merupakan salah satu factor penyebab terjadinya asfiksia pada bayi dan pada kasus Ny.M terjadi partus lama dimana lama persalinannya yaitu 13 jam 20 menit pada kala I dan kala II, sehingga terjadi pengurangan pasokan oksigen kejanin. Karenanya timbulah asfiksia saat bayi lahir. 7. Paritas a. Menurut Tinjauan Teori Hasil penelitian menunjukan bahwa primiparitas merupakan faktor resiko yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap mortalitas asfiksia, sedangkan paritas di atas 4, secara fisik ibu mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan. Keadaan tersebut memberikan predisposisi untuk terjadi perdarahan, plasenta previa, rupture uteri, solutio plasenta yang dapat berakhir dengan terjadinya asfiksia bayi baru lahir b. Menurut Tinjauan Kasus Ny.M mengatakan ini kehamilan keempat, pernah melahirkan dua kali dan pernah keguguran satu kali. c. Pembahasan
  • 41. Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus terjadi kesenjangan, dimana pada tinjauan kasus jumlah paritas ibu bukan merupakan salah satu factor penyebab bahaya kematian janin yaitu tidak lebih dari 4, kemungkinan asfiksia yang terjadi pada janin disebabkan oleh ketuban bercampur mekonium dan sedikit serta partus lama. 8. Lilitan Tali Pusat a. Menurut Tinjauan Teori Menurut tinjauan teori faktor yang dapat menimbulkan asfiksia yaitu gangguan aliran pada tali pusat seperti lilitan tali pusat, simpul tali pusat dan tekanan pada tali pusat (Manuaba, 2010, hal: 421) b. Menurut Tinjauan Kasus By.Ny M tidak terdapat lilitan tali pusat. c. Pembahasan Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus terjadi kesenjangan, dimana By.Ny.M tidak mengalami lilitan tali pusat, kemungkinan bayi asfiksia diakibatkan karena ketuban bercampur mekonium dan sedikit serta partus lama 9. Ketuban a. Menurut TinjauanTeori Menurut tinjauan teori salah satu faktor penyebab asfiksia adalah air ketuban bercampur mekonium(warna kehijauan) (JNPK KR, 2008). b. Menurut Tinjauan Kasus Pada Ny.M air ketuban bercampur mekonium dan sedikit c. pembahasan Jadi pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terjadi kesenjangan karena air ketuban ibu bercampur mekonium dan sedikit yang merupakan factor penyebab bayi mengalami asfiksia. B. Identifikasi Masalah, Diagnosa danKebutuhan 1. Diagnosa kebidanan a) Menurut Tinjauan Teori Pada langkah ini mengidentifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data- data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian dinterpretasi sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang
  • 42. spesifik. Baik rumusan diagnosis maupun masalah keduanya harus ditangani. (soepardan; h. 99). Data subjektif : informasi tentang identitas bayi baru lahir, seperti umur bayi, jam kelahiran bayi, jenis kelamin bayi dan anak keberapa. Data objektif : keadaan yang lebih pasti dilihat dari pasien yang dikaji. b) Menurut Tinjauan Kasus. Pada kasus By.Ny.M didapatkan diagnose kebidanan “Bayi Baru Lahir Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan Segera Setelah Lahir Dengan Asfiksia”. Data subjektif : bayi lahir pada tanggal 22 Mei 2013 pukul 12:40wib, usia kehamilan 37 minggu 6 hari, Data objektif : warna kulit kebiruan, tonus otot lemah dan usaha bernafas megap-megap. c) Pembahasan Jadi pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan, karena pada tinjauan kasus diagnose didapatkan dari data subjektif dan data objektif sesuai dengan teori yang disampaikan oleh (JNPK KR, 2008)., dimana untuk menegakkan diagnose didapatkan berdasarkan hasil pengkajian, baik data subjektif ataupun objektif. 2. Masalah a. Menurut Tinjauan Teori Pada teori, terdapat masalah pada bayi baru lahir dengan asfiksia adalah bayi baru lahir yang mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir ( Dewi.2010; h.102) b. Menurut Tinjauan Kasus Pada kasus dikatakan masalah pada bayi yaitu bayi bernafas yaitu megap-megap. c. Pembahasan Jadi pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan, karena pada kasus salah satu masalah yang ada pada bayi adalah bernafas megap-megap, sama seperti yang ada pada teori yang disampaikan oleh (Dewi.2010;h.102) yaitu terdapat masalah pada bayi baru lahir dengan asfiksia adalah pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak adekuat. 3. Kebutuhan a. Menurut Tinjauan Teori
  • 43. Menurut teori pada kasus asfiksia dilakukan tindakan resusitasi yang dimulai dengan langkah awal resusitasi yaitu JAIKAP (JNPK-KR, 2008) b. Menurut Tinjauan Kasus Dalam kasus asfiksia pada bayi baru lahir terhadap By.Ny.M diperlukan tindakan resusitasi yaitu JAIKAP. c. Pembahasan Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tersebut tidak ditemukan kesenjangan, karena kebutuhan yang diperlukan oleh bayi sesuai dengan teori pada yang ada pada asuhan persalinan normal, yaitu JAIKAP. C. Antisipasi Masalah Potensial a) Menurut Tinjauan Teori Pada langkah ini mengidentifikasikan masalah potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan (Soepardan, 2009; hal. 99) b) Menurut Tinjauan Kasus Pada By.Ny.M dengan asfiksia yang mungkin terjadi jika tidak tertangani adalah henti nafas. c) Pembahasan Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tersebut tidak didapatkan kesenjangan, dimana pada kasusnya Awalnya hanya sedikit nafas. Sedikit napas ini dimaksudkan untuk mengembangkan paru, tetapi bila paru mengembang saat kepala masih dijalan lahir, atau bila paru tidak mengembang karena suatu hal, aktivitas singkat ini akan diikuti oleh henti napas komplet. Kejadian ini disebut apnue primer ( drew.2009;h.9) D. Tindakan Segera a. Menurut Tinjauan Teori Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data- data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasi sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Baik rumusan diagnosis maupun masalah, keduanya harus ditangani. Meskipun masalah tidak dapat diartikan sebagai diagnosis, tetapi tetap membutuhkan penanganan.
  • 44. b. Menurut Tinjauan Kasus Pada kasus tersebut ditemukan indikasi untuk melakukan tindakan segera berupa tindakan resusitasi dengan alasan terdapat potensi terjadinya apnea jika asfiksia pada bayi tidak tertangani dengan baik c. Pembahasan Jadi tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus, karena pada kasusnya tindakan segera berupa tindakan resusitasi dilakukan untuk mengantisipasi masalah potensial yang mungkin terjadi pada bayi berupa henti nafas. E. Rencana Asuhan a. Menurut tinjauan teori Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyuluruh yang ditentukan berdasarkan langkah- langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelautan manajemen untuk masalah atau diagnosis yang telah diidentikasi atau antispasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi rencana asuhan yang menyuluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut. Pedoman antisipasi ini mencakup perkiraan tentang hal yang akan terjadi berikutnya: apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah bidan perlu merujuk klien bila ada sejumlah masalah terkait sosial, ekonomi, kultural, atau psikososial. 1. Langkah awal resusitasi a) Jaga bayi tetap hangat b) Atur posisi bayi c) Isap lendir d) Keringkan bayi dan rangsang bayi e) Atur posisi bayi kembali f) Lakukan penilaian bayi 2. Lakukan tindakan pasca resusitasi Setelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pasca resusitasi yang merupakan perawatan instensif selama 2 jam pertam. Penting sekali pada tahap ini dilakukan BBL dan pemantauan sera intensif serta pencatatan.
  • 45. a) Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi b) Pemantauan dan perawatan tali pusat c) Bila nafas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada ibunya d) Pencegahan hipotermi Sesudah pemantauan 2 jam pasca resusitasi, bayi masih perlu asuhan pasca lahir lebih lanjut. Asuhan pasca lahir dapat dilakukan dengan cara kunjungan rumah(kunjungan BBL/ neonatus). Tujuan dari asuhan pasca lahir adalah untuk mengetahui kondisi lebih lanjut dalam 24 jam pertama kesehatan bayi setelah mengalami tindakan resusitasi. e) Pemberian vit-K f) Pencegahan infeksi g) Pemeriksaan fisik h) Pencatatan dan pelaporan i) Asuhan pasca lahir j) Pemberian ASI k) Menilai BAB bayi l) Menilai BAK m) Kebutuhan istirahat/tidur n) Menjaga kebersihan kulit bayi o) Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi (rukiyah dan yulianti.2010;h.66) b. Menurut tinauan kasus. 1) Lakukan langkah awal resusitasi a) Jaga kehangtan bayi b) Atur posisi bayi c) Isap lendir d) Keringkan bayi dan rangsang bayi e) Atur pposisi bayi kembali f) Lakukan penilaian bayi 2) Lakukan tindakan pasca resusitasi Setelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pasca resusitasi yang merupakan perawatan instensif selama 2 jam pertam. Penting sekali pada tahap ini dilakukan BBL dan pemantauan sera intensif serta pencatatan.
  • 46. a. Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi b. Pemantauan dan perawatan tali pusat c. Bila nafas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada ibunya d. Pencegahan hipotermi Sesudah pemantauan 2 jam pasca resusitasi, bayi masih perlu asuhan pasca lahir lebih lanjut. Asuhan pasca lahir dapat dilakukan dengan cara kunjungan rumah(kunjungan BBL/ neonatus). Tujuan dari asuhan pasca lahir adalah untuk mengetahui kondisi lebih lanjut dalam 24 jam pertama kesehatan bayi setelah mengalami tindakan resusitasi. e. Pemberian vit-K f. Pencegahan infeksi g. Pemeriksaan fisik h. Pencatatan dan pelaporan i. Asuhan pasca lahir j. Pemberian ASI k. Menilai BAB bayi l. Menilai BAK m. Kebutuhan istirahat/tidur n. Menjaga kebersihan kulit bayi o. Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi (rukiyah dan yulianti.2010;h.66) c. Pembahasan Jadi pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan, karena sesuai dengan teori asuhan persalinan normal, rencana yang diberikan dimulai dari langkah awal resusitasi dan asuhan pasca resusitasi. F. Pelaksanaan 1. Tinjauan Teori Pada langkah keenam, rencana asuhan menyuluruh dilakukan dengan efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya walau bidan tidak melakukan nya sendiri, namun ia tetap memikul tangung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya (misalnya dengan memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar terlaksana).
  • 47. 2. Menurut Tinjauan Kasus a) Menjaga bayi tetap hangat dengan segera meletakkan bayi diatas perut ibu, lalu menyelimuti dengan kain untuk mencegah terjadi hipotermi sampai menutupi kepala. Lalu melakukan pemotongan tali pusat dengan klem pertama yang berjarak 3 cm dari pusat dan klem kedua berjarak 2 cm dari klem pertama, kemudian memotong dengan gunting tali pusat dan segera mengikat dengan benang tali pusat. lalu segera meletakkan bayi ke meja resusitasi. b) Membaringkan bayi terlentang dengan kepala dekat dengan penolong, lalu mengganjal bahu dengan kain yang dilipat setebal 2-3 cm, lalu memposisikan kepala bayi sedikit ekstensi, agar jalan nafas terbuka. c) Dengan menggunakan pengisap lendir Slem seher, melakukan pengisapan lendir yang dimulai dari bagian mulut sedalam 5 cm dan dilanjutkan dengan bagian hidung sedalam 3 cm, lalu menghisap lendir sambil menarik slem seher kearah luar. d) Mengeringkan bayi mulai dari bagian muka, kepala lalu bagian tubuh yang lainnya dengan sedikit tekanan, sambil melakukan rangsangan taktil dengan menggosok bagian punggung bayi dan menyentil telapak kaki bayi. e) Mengganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang telah disiapkan kemudian menyelimuti bayi dengan kain tersebut dengan menutupi bagian kepala dan membuka bagian dada agar pemantauan pernafasan bayi dapat dilanjutkan. Lalu mengatur kembali posisi bayi dengan sedikit ekstensi, agar jalan nafas bayi tetap terbuka. f) Menilai bayi dengan melihat apakah telah bernafas normal, megap-megap atau tidak bernafas. g) Menilai adanya tanda-tanda bahaya pada bayi, seperti warna kulit kebiruan, bayi lemah, adanya retraksi dinding dada, nafas <40 kali permenit atau >60 kali permenit, nadi <120 kali permenit atau >160 kali permenit, bayi kuning. h) Melihat apakah terjadi perdarahan pada tali pusat atau tidak dan merawatan tali pusat dengan yang baik, yaitu dengan selalu menjaga agar tali pusat tetap bersih, kering dan tidak lembab serta tidak membubuhi apapun pada tali pusat. i) Melakukan pencegahan hipotermi, dengan meletakkan bayi pada suhu >250C, tidak memandikkan bayi <6-24 jam setelah lahir, memakaikan bedong dengan menutupi seluruh tubuh bayi sampai bagian kepala
  • 48. j) Menyuntikan Vit-K1 dengan dosis 1 mg, di 1/3 paha kiri bagian luar bayi secara IM, untuk mencegah terjadinya perdarahan intrakranial. k) Memberikan salep mata gentamycin pada kedua mata bayi, dari arah dalam keluar untuk mencegah terjadinya infeksi pada mata bayi. l) Melakukan pemeriksaan antropometri, dengan mengukur BB, TB, LL, LK, LD dan pemeriksaan fisik secara head to toe. m)Melakukan pemantauan kondisi bayi setelah 2 jam pasca tindakan resusitasi, untuk melihat apakah kondisi bayi telah membaik atau tidak. n) Melakukan pemantauan kondisi bayi 24 jam/ 1 hari pasca tindakan resusitasi, untuk melihat kondisi bayi dan untuk melihat kebiasaan bayi. 3. Pembahasan Jadi terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus, dimana pada asuhan persalinan normal dikatakan pelaksanaan resusitasi setelah JAIKAP namun pada penatalaksanaan kasus tidak dilakukan VTP karena penatalaksanaan yang dilakukan telah berhasil hanya dengan langkah awal resusitasi yaitu JAIKAP, sehingga dilanjutkan dengan asuhan pasca resusitasi pada bayi. G. Evaluasi 1. Menurut Tinjauan Teori Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan. Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apkah benar- benar telah terpenuhi sebagaimana diidentifkasi didalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. 2. Menurut Tinjauan Kasus a. Bayi telah diselimuti dengan kain dan tali pusat telah dipotong b. Kepala bayi telah diatur dalam posisi sedikit ekstensi dan jalan nafas telah terbuka
  • 49. c. Pengisapan lendir telah dilakukan dengan slem seher dimulai dari mulut dan dilanjutkan pada hidung. d. Bayi telah dikeringkan dari sisa-sisa darah dan lendir serta bayi telah dirangsang taktil. e. Kepala bayi telah diatur kembali dalam posisi sedikit ekstensi. f. Bayi telah bernafas normal, Bayi dalam kondisi baik, warna kulit kemerahan, tonus otot baik, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada perdarahan talipusat g. Pencegahan hipotermi telah dilakukan. h. Penyuntukan Vit- K1 telah dilakukan. i. Pencegahan infeksi telah dilakukan. j. Hasil pemeriksaan: BB: 3700 gram TB: 50 cm LD: 36 cm LK: 35 cm LL: 11 cm Kepala berbentuk simetris, UUB datar, UUK datar, rambut terdapat sisa-sisa darah dan lendir, tidak ada caput succedenum dan cephal hematome Wajah simetris, dan tidak ada oedema Kelopak mata tidak oedema, konjungtiva merah muda, sklera putih Hidung bentuk simetris, terdapat lubang hidung, tidak terdapat pernafasan cuping hidung ataupun pengeluaran. Bentuk bibir simetris, tidak ada labioskizis dan palatosizis Telinga simetris dan terdapat lubang telinga Dada simetris, terdapat pengembangan rongga dada, bunyi jantung lup-dup dan bunyi paru- paru normal, tidak ada mengi Perut simetris, terdapat bising usus, tidak ada perdarahan tali pusat, tidak terdapat benjolan Terdapat fleksibilitas tulang punggung serta tidak ada tonjolan tulang punggung Terdapat lubang anus Genetalia terdapat penis, ada lubang uretra, skrotum lengkap. Pergerakan kaki dan tangan lemah, jari-jari tangan dan kaki lengkap. k. Pemantauan kondisi bayi telah dilakukan:
  • 50. Keadaan umum bayi baik RR: 48 kali permenit N : 128 kali permenit T : 36,80 C Terdapat reflek menghisap 3. Pembahasan Pada evaluasi kasus asfiksia pada By.Ny.M tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus, karena pada teori yang disampaikan oleh nurhayati langkah evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi keefektifan dari asuhan dan pada kasusnya evaluasi dilakukan dengan hasil yang baik. BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Setelah melakukan “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir yaitu By.Ny.M Umur 0 Hari dengan Asfiksia di BPS Desi Andriani.Amd, Keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung Tahun 2013”. Maka penulis dapat menyimpulkan kasus tersebut sebagai berikut: 1. Didapatkan hasil dari pengkajian terhadap By.Ny.M yaitu bayi baru lahir secara pervaginam, lahir pada tanggal 22 mei 2013, pukul 12:40 wib, warna kulit kebiruan, tonus otot lemah, usaha bernafas megap-megap. 2. Didapatkan diagnosa dari hasil pengkajian terhadap By.Ny.M yaitu “Bayi baru lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan segera setelah lahir, dengan asfiksia”, masalah yang muncul pada kasus ini yaitu bayi baru lahir pervaginam dengan warna kulit kebiruan, tonus otot lemah, dan usaha bernafas megap-megap serta kebutuhan yaitu langkah awal resusitasi 3. Didapatkan diagnosa potensial yang mungkin terjadi apabila masalah pada By.Ny.M tidak teratasi berupa henti nafas
  • 51. 4. Telah dilaksanakan antisipasi sebagaimana dijelaskan dalam teori yaitu langkah awal resusitasi berupa JAIKAP untuk mencegah terjadinya diagnosa potensial yaitu terjadinya henti nafas. 5. Didapatkan rencana asuhan kebidanan yang diberikan pada By.Ny.M dengan asfiksia yaitu tindakan langkah awal resusitasi, dan asuhan pasca resusitasi. 6. Tindakan asuhan kebidanan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat yaitu dengan tindakan resusitasi, namun hanya sampai pada langkah awal resusitasi yaitu JAIKAP dan dilanjutkan dengan asuhan pasca resusitasi. 7. Hasil evaluasi terhadap By.Ny.M yaitu bayi telah menangis kuat, warna kulit kemerahan serta tonus otot sudah baik. B. SARAN 1. Bagi insrtitusi pendidikan Diharapkan dengan disusunnya karya tulis ilmiah ini keefektifan proses belajar dapat ditingkatkan. Serta lebih meningkatkan kemampuan, keterampilan dan pengetahuan mahasiswa dalam hal penanganan kasus asfiksia. Serta kedepan dapat menerapkan dan mengaplikasikan hasil dari studi yang telah didapat pada lahan kerja. Selain itu diharapkan juga dapat menjadi sumber ilmu dan bacaan yang dapat memberi informasi terbaru serta menjadi sumber refrensi yang dapat digunakan sebagai pelengkap dalam pembuatan karya tulis ilmiah pada semester akhir berikutnya. 2. Bagi penulis Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang penatalaksanaan asfiksia dan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan antara teori yang di dapat di bangku kuliah dan dilahan praktek. 3. Bagi Lahan Praktik Diharapkan Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan, khususnya pada kasus Asfiksia danDengan adanya karya tulis ilmiah ini diharapkan di BPS dapat lebih meningkatakan kualitas pelayanan secara komprehensif khususnya dalam menangani bayi baru lahir dengan asfiksia, sehingga AKB dapat diturunkan.
  • 52. DAFTAR PUSTAKA Drew, David dan Philip Jevon, Maregaret Raby; alih bahasa,Dian Ramadhani. 2008.editor edisi bahasa Indonesia, Sari Isnaeni. – Jakarta : EGC Dewi, Vivian Nanny lia.2011.AsuhanNeonates BayidanAnakBalita.Jakarta :SalembaMedika Notoatmodjo Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta KR, JNPK.2008. Asuhanpersalinan normal. Jakarta :TIM Soepardan,Suryani.2009.Konsepkebidanan.Jakarta : EGC Saminem.2010. Dokumentasi Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC Sulistyawati Ari dan Esti Nugraheni. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.Jakarta: Salemba Medika Prawirohardjo, sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT bina Pustaka Rukiyah, Ai yeyeh, LiaYulianti. 2010. Asuhan Neonates BayidanBalita. Jakarta :Salembamedika Manuaba, Ida Bagus Gede.2010.ilmu kebidananpenyakitkandungandan KB.Jakarta : EGC Sulistyawati,Ari.EstiNugraha .2010. AsuhanKebidananpadaIbuBersalin.Jakarta :SalembaMedika Prawirohardjo, Sarwono.2011. IlmuKebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmukebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmubedahkebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka http://www.Hukum Kewenangan Bidan.com http://yulianasept. Blogspot.com/2012/10/proposal-asfiksia,html