SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

SALINAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 163/PMK.05/2013
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PENERIMAAN DAN
PENGELUARAN NEGARA PADA AKHIR TAHUN ANGGARAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
169/PMK.05/2009, telah ditetapkan ketentuan mengenai
pedoman pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara
pada akhir tahun anggaran;
b. bahwa
dalam
rangka
penyempurnaan
ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a serta untuk
menjamin kelancaran pelaksanaan proses penerimaan dan
pembayaran penyempurnaan tagihan kepada negara, perlu
dilakukan pengaturan khusus administrasi penerimaan dan
pengeluaran negara pada akhir tahun anggaran;
c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 164 Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
Menteri Keuangan berwenang untuk mengatur ketentuan
mengenai
pedoman
pelaksanaan
penerimaan
dan
pengeluaran negara pada akhir tahun anggaran;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Keuangan tentang Pedoman Pelaksanaan
Penerimaan dan Pengeluaran Negara Pada Akhir Tahun
Anggaran;
Mengingat

: Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 103,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5423);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PEDOMAN
PELAKSANAAN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA
PADA AKHIR TAHUN ANGGARAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
selanjutnya disingkat APBN adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat.

2.

Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disingkat
BUN adalah pejabat yang diberi tugas untuk
melaksanakan fungsi BUN.

3.

Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara
yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku BUN
untuk menampung seluruh penerimaan negara dan
membayar seluruh pengeluaran negara.

4.

Rekening Kas Umum Negara yang selanjutnya disingkat
RKUN adalah rekening tempat penyimpanan uang negara
yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku BUN
untuk menampung seluruh penerimaan negara dan
membayar seluruh pengeluaran negara pada bank
sentral.

5.

Penerimaan Negara adalah uang yang masuk ke Kas
Negara.

6.

Pengeluaran Negara adalah uang yang keluar dari Kas
Negara.

7.

Kantor
Pelayanan
Perbendaharaan
Negara
yang
selanjutnya disingkat KPPN adalah instansi vertikal
Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berada di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan,
yang memperoleh kewenangan sebagai Kuasa BUN.

8.

Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah
pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran
kementerian negara/lembaga.

9.

Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat
KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA
untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung
jawab
penggunaan
anggaran
pada
negara/lembaga yang bersangkutan.

kementerian

10. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya
disebut DIPA adalah Dokumen pelaksanaan anggaran
yang digunakan sebagai acuan PA dalam melaksanakan
kegiatan pemerintahan sebagai pelaksanaan APBN.
11. Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat UP adalah
uang muka kerja dalam jumlah tertentu yang diberikan
kepada Bendahara Pengeluaran untuk membiayai
kegiatan operasional sehari-hari Satuan Kerja (Satker)
atau membiayai pengeluaran yang menurut sifat dan
tujuannya tidak mungkin dilakukan melalui mekanisme
pembayaran langsung.
12. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM
adalah dokumen yang diterbitkan oleh PA/KPA atau
pejabat lain yang ditunjuk untuk mencairkan dana yang
bersumber dari DIPA atau dokumen lain yang
dipersamakan.
13. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disebut
SP2D adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN
selaku Kuasa BUN untuk pelaksanaan pengeluaran atas
beban APBN berdasarkan SPM.
14. Bank Persepsi adalah bank umum yang ditunjuk oleh
Menteri Keuangan selaku BUN menjadi mitra KPPN untuk
menerima
Penerimaan
Negara
(tidak
termasuk
penerimaan negara yang berasal dari impor dan ekspor).
15. Bank Persepsi Mata Uang Asing adalah bank devisa yang
ditunjuk oleh BUN/Kuasa BUN Pusat untuk menerima
setoran Penerimaan Negara dalam mata uang asing.
16. Bank Devisa Persepsi adalah bank persepsi yang diberi
izin untuk menerima Penerimaan Negara yang berasal
dari impor dan ekspor.
17. Pos Persepsi adalah kantor pos yang ditunjuk oleh
Menteri Keuangan selaku BUN menjadi mitra KPPN untuk
menerima Penerimaan Negara (kecuali Penerimaan
Negara yang berasal dari impor dan ekspor).
18. Hari Kerja Terakhir adalah hari kerja terakhir tahun
anggaran berkenaan.
19. Dana Cadangan adalah dana yang belum dapat dicairkan
kepada pihak yang berhak sampai dengan akhir tahun
anggaran karena kelengkapan administrasinya belum
dipenuhi.
20. Surat Jaminan yang selanjutnya disebut Jaminan adalah
jaminan tertulis yang bersifat mudah dicairkan dan tidak
bersyarat (unconditional), yang dikeluarkan oleh bank
umum/Bank Pembangunan Daerah yang diserahkan oleh
penyedia
barang/jasa
kepada
Pejabat
Pembuat
Komitmen/Unit Layanan Pengadaan untuk
terpenuhinya kewajiban penyedia barang/jasa.

menjamin

BAB II
PENERIMAAN NEGARA
Pasal 2
(1)

Penerimaan Negara yang diterima mulai 6 (enam) hari
kerja sebelum akhir tahun anggaran oleh Bank
Persepsi/Bank Devisa Persepsi/Bank Persepsi Mata uang
Asing/Pos Persepsi setelah Pukul 15.00 waktu setempat
hari kerja sebelumnya sampai dengan Pukul 15.00 waktu
setempat hari kerja berkenaan, dilimpahkan ke rekening
SUBRKUN/RKUN pada Bank Indonesia paling lambat
Pukul 17.30 waktu setempat pada hari kerja berkenaan.

(2)

Khusus Penerimaan Negara berupa penerimaan PBB yang
diterima mulai 6 (enam) hari kerja sebelum akhir tahun
anggaran oleh Bank Persepsi setelah Pukul 15.00 waktu
setempat hari kerja sebelumnya sampai dengan Pukul
15.00 waktu setempat hari kerja berkenaan, dilimpahkan
ke rekening Bank Operasional III paling lambat Pukul
16.30 waktu setempat pada hari kerja berkenaan.
Pasal 3

Atas Penerimaan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,
Bank Persepsi/Bank Devisa Persepsi/Bank Persepsi Mata Uang
Asing/Pos Persepsi menyampaikan Laporan Harian Penerimaan
ke KPPN mitra kerjanya/Direktorat Pengelolaan Kas Negara
paling lambat Pukul 18.00 waktu setempat pada hari kerja
berkenaan.
Pasal 4
Penerimaan Negara yang diterima Bank Persepsi/Bank Devisa
Persepsi/Bank Persepsi Mata Uang Asing/Pos Persepsi setelah
Pukul 15.00 waktu setempat pada Hari Kerja Terakhir sampai
dengan tanggal 31 Desember Pukul 24.00 waktu setempat pada
tahun anggaran berkenaan, dibukukan sebagai penerimaan
tahun anggaran berkenaan.
Pasal 5
(1)

Penerimaan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4,
dilimpahkan ke rekening SUBRKUN KPPN/RKUN pada hari
kerja pertama tahun anggaran berikutnya.

(2)

Khusus untuk Penerimaan Negara berupa penerimaan PBB,
dilimpahkan ke rekening Bank Operasional III pada hari
kerja pertama tahun anggaran berikutnya.
Pasal 6
Dalam rangka pemenuhan target Penerimaan Negara, Direktorat
Jenderal Perbendaharaan, Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat
Jenderal Anggaran, dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
melakukan intensifikasi kegiatan monitoring dan evaluasi atas
pelaksanaan ketentuan Penerimaan Negara oleh Bank Persepsi/
Bank Devisa Persepsi/Bank Persepsi Mata Uang Asing/Pos
Persepsi.
BAB III
PENGELUARAN NEGARA
Pasal 7
(1)

Permintaan pembayaran untuk tagihan pihak ketiga atas
kontrak yang prestasi pekerjaannya belum mencapai 100%
(seratus persen), harus dilampiri asli Jaminan.

(2)

Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) minimal
sebesar nilai pekerjaan yang belum diselesaikan.

(3)

Dalam hal pelaksanaan pekerjaan tidak diselesaikan/tidak
dapat diselesaikan 100% (seratus persen) sampai dengan
berakhirnya masa kontrak, Kepala KPPN berwenang
mengajukan klaim pencairan Jaminan untuk untung Kas
Negara.

(4)

Besarnya klaim sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
sebesar persentase pekerjaan yang tidak diselesaikan/tidak
dapat
diselesaikan,
ditambah
sanksi
dengan
memperhatikan ketentuan yang berlaku.
Pasal 8

(1)

Klaim pencairan jaminan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (4) tanpa memperhitungkan pajak yang telah
disetorkan ke Kas Negara melalui potongan SPM.

(2)

Dalam hal besarnya klaim pencairan Jaminan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdapat kelebihan pembayaran
pajak melalui potongan SPM, penyelesaian kelebihan
pembayaran pajak tersebut dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan.
Pasal 9

(1)

Dalam rangka pembayaran gaji bulan Januari tahun
anggaran berikutnya, PPSPM mengajukan SPM-LS Gaji ke
KPPN paling lambat pada tanggal 10 Desember tahun
anggaran berkenaan.

(2)

KPPN menerbitkan SP2D dalam rangka pembayaran gaji
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertanggal hari kerja
pertama tahun anggaran berikutnya.
Pasal 10
(1)

Pembayaran honorarium dan vakasi bulan Desember tahun
anggaran berkenaan dapat dibayarkan pada bulan
Desember tahun anggaran berkenaan dengan melampirkan
Surat
Pernyataan
Tanggung
Jawab
Mutlak
yang
ditandatangani oleh KPA.

(2)

Pembayaran uang makan dan uang lembur Pegawai Negeri
Sipil bulan Desember dapat dibayarkan pada tahun
anggaran berkenaan dengan uang persediaan.
Pasal 11

(1)

Batas waktu pengajuan SPM atas beban anggaran
kementerian negara/lembaga oleh PPSPM kepada KPPN
diatur sebagai berikut:
a. Untuk SPM-UP, SPM TUP dan SPM GUP harus sudah
diterima KPPN paling lambat 5 (lima) hari kerja pertama
pada bulan Desember tahun anggaran berkenaan.
b. SPM-LS harus sudah diterima KPPN paling lambat 4
(hari) hari kerja sebelum Hari Kerja Terakhir.
c. SPM-GUP Nihil, SPM PTUP, Surat Perintah Pengesahan
Pendapatan dan Belanja Badan Layanan Umum
triwulan IV, Surat Perintah Pengesahan Hibah
Langsung, SPM pengesahan lainnya atau dokumen yang
dipersamakan, harus sudah diterima KPPN paling
lambat 5 (lima) hari kerja setelah tahun anggaran
berkenaan berakhir.

(2)

Dalam kondisi tertentu Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan dapat memberikan pengecualian
diluar batas waktu pengajuan SPM sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
Pasal 12

(1)

Batas waktu pengajuan SPM atas Beban Anggaran
Bendahara Umum Negara diatur sebagai berikut:
a. PPSPM menyampaikan SPM atas beban tahun anggaran
berkenaan ke KPPN paling lambat Pukul 15.00 WIB
pada Hari Kerja Terakhir;
b. SPM untuk dana transfer harus sudah diterima KPPN
paling lambat 4 (empat) hari kerja sebelum Hari Kerja
Terakhir pada jam kerja;
c. SPM untuk pembayaran kewajiban utang luar negeri
disampaikan ke KPPN paling lambat 4 (empat) hari kerja
sebelum tanggal valuta; dan
d. SPM untuk pembayaran kewajiban utang dalam negeri
disampaikan ke KPPN paling lambat 2 (dua) hari kerja
sebelum tanggal valuta;
(2)

SPM Pensiun untuk bulan Januari tahun anggaran
berikutnya harus sudah diterima KPPN paling lambat 4
(empat) hari kerja sebelum Hari Kerja Terakhir pada jam
kerja.

(3)

Dalam kondisi tertentu Direktur Jenderal Perbendaharaan
dapat memberikan pengecualian diluar batas waktu
pengajuan SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 13

(1)

Atas pengajuan SPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 dan Pasal 12, KPPN menerbitkan SP2D sesuai ketentuan
mekanisme penerbitan SP2D sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan mengenai tata cara
pembayaran dalam rangka pelaksanaan APBN.

(2)

Batas waktu penyelesaian penerbitan SP2D oleh KPPN atas
pengajuan SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan
dengan
Peraturan
Direktur
Jenderal
Perbendaharaan.
Pasal 14

(1)

Sisa dana UP/TUP tahun anggaran berkenaan yang masih
berada pada kas Bendahara Pengeluaran dan Bendahara
Pengeluaran Pembantu baik tunai maupun yang masih ada
di dalam rekening bank/pos harus disetorkan ke Kas
Negara paling lambat Hari Kerja Terakhir.

(2)

Bendahara Pengeluaran melakukan penyetoran sisa dana
UP/TUP
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1),
menggunakan Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) dan
disetorkan melalui Bank/Pos Persepsi mitra kerja KPPN
berkenaan.
BAB IV
PENGELOLAAN KAS
Pasal 15

(1)

Dalam hal saldo RKUN tidak mencukupi untuk membayar
Pengeluaran Negara pada akhir tahun anggaran dan/atau
awal tahun anggaran berikutnya, Direktur Jenderal
Perbendaharaan dapat memindahbukukan dana dari
rekening pemerintah lainnya ke RKUN sebagai dana
talangan.

(2)

Pemindahbukuan dana dari rekening pemerintah lainnya ke
RKUN sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dicatat sebagai
transaksi non anggaran.
Pasal 16
(1)

Untuk perencanaan kebutuhan dana pada akhir tahun
anggaran diatur sebagai berikut:
a.

Direktorat Jenderal Anggaran.
1. membuat perkiraan Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP); dan
2. membuat perkiraan belanja Pemerintah Pusat
(Belanja Kementerian Negara/Lembaga dan Belanja
Subsidi) dan Dana Investasi Pemerintah.

b. Direktorat
Jenderal
penerimaan pajak.
c.

Pajak

membuat

perkiraan

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai membuat perkiraan
penerimaan Bea dan Cukai.

d. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang:
1. membuat perkiraan penerimaan Hibah, penerbitan
Surat Berharga Negara (SBN) dan penarikan
Pinjaman Dalam Negeri dan Luar Negeri; dan
2. membuat perkiraan pembayaran Kewajiban Utang
Dalam Negeri dan Luar Negeri.
e.

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan membuat
perkiraan pembayaran Transfer ke Daerah.

(2)

Perkiraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat
untuk 10 (sepuluh) hari kerja sampai dengan Hari Kerja
Terakhir.

(3)

Perkiraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat
Pengelolaan Kas Negara paling lambat 15 (lima belas) hari
kerja sebelum Hari Kerja Terakhir.

(4)

Terhadap perencanaan kebutuhan dana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan pemutakhiran.

(5)

Pemutakhiran sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan jika terdapat perubahan dan/atau tambahan
informasi terbaru serta disampaikan kepada Direktorat
Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Pengelolaan Kas
Negara segera melalui sarana komunikasi tercepat.
Pasal 17

(1)

Untuk perencanaan kebutuhan dana pada awal tahun
anggaran berikutnya diatur sebagai berikut:
a.

Direktorat Jenderal Anggaran:
1. membuat perkiraan Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) bulan Januari tahun anggaran
berikutnya; dan
2. membuat perkiraan belanja Pemerintah Pusat
(Belanja Kementerian Negara/Lembaga dan Belanja
Subsidi) untuk bulan Januari tahun anggaran
berikutnya.

b Direktorat Jenderal Pajak membuat perkiraan penerimaan
pajak bulan Januari tahun anggaran berikutnya.
c. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai membuat perkiraan
penerimaan Bea dan Cukai bulan Januari tahun
anggaran berikutnya.
d. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang:
1. membuat perkiraan penerbitan Surat Berharga Negara
(SBN) bulan Januari tahun anggaran berikutnya; dan
2. membuat perkiraan pembayaran Kewajiban Utang
Dalam Negeri dan Luar Negeri untuk bulan Januari
tahun anggaran berikutnya.
e. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan membuat
perkiraan pembayaran Transfer ke Daerah bulan Januari
tahun anggaran berikutnya.
(2) Perkiraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat
Pengelolaan Kas Negara paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja
sebelum hari kerja pertama pada tahun anggaran
berikutnya.
(3) Terhadap perencanaan kebutuhan dana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan pemutakhiran.
(4) Pemutakhiran sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan jika terdapat perubahan dan/atau tambahan
informasi terbaru serta disampaikan ke Direktorat Jenderal
Perbendaharaan c.q. Direktorat Pengelolaan Kas Negara
segera melalui sarana komunikasi tercepat.
Pasal 18
(1) Pengeluaran Negara atas beban Bagian Anggaran BUN yang
dapat disimpan dalam Dana Cadangan terdiri dari:
a. Belanja Subsidi;
b. Penyertaan Modal Negara; dan
c. Dana Bagi Hasil.
(2) Dana Cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
disimpan dalam rekening Menteri Keuangan pada:
a. Bank Indonesia; dan/atau
b. Bank Umum.
Pasal 19
(1) Dalam rangka penyimpanan Dana Cadangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf b, Direktur Jenderal
Perbendaharaan membentuk Tim Penilai untuk menilai bank
penyimpan Dana Cadangan.
(2) Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibentuk
paling lambat pada awal bulan Desember tahun anggaran
berkenaan.
(3) Tim Penilai melaporkan hasil penilaian bank paling lambat
pada akhir minggu pertama bulan Desember tahun anggaran
berkenaan.
(4) Pembukaan rekening pada bank umum untuk penempatan
Dana Cadangan dilakukan paling lambat pada akhir minggu
kedua bulan Desember tahun anggaran berkenaan.
Pasal 20
(1) Pengiriman Laporan Kas Posisi harian oleh KPPN kepada
Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan mulai
enam hari kerja sebelum akhir tahun anggaran sampai
dengan Hari Kerja Terakhir, dilakukan pada hari berkenaan.
(2) Atas transaksi Penerimaan Negara setelah Pukul 15.00 waktu
setempat Hari Kerja Terakhir sampai dengan Pukul 24.00
waktu setempat tanggal 31 Desember tahun anggaran
berkenaan, KPPN menyampaikan koreksi Laporan Kas Posisi
harian Hari Kerja Terakhir atau Laporan Kas Posisi tanggal 31
Desember pada hari kerja pertama bulan Januari tahun
anggaran berikutnya.
BAB V
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 21
Dalam hal terdapat penerbitan dan/atau revisi DIPA di akhir
tahun anggaran, upload DIPA Petikan oleh Direktorat Jenderal
Anggaran dilakukan paling lambat Pukul 10.00 WIB pada Hari
Kerja Terakhir.
Pasal 22
Ketentuan lebih lanjut mengenai langkah-langkah dalam
menghadapi akhir tahun anggaran tiap tahunnya diatur dengan
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri
Keuangan
Nomor
169/PMK.05/2009
tentang
Pedoman
Pelaksanaan Penerimaan dan Pengeluaran Negara Pada Akhir
Tahun Anggaran, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 24
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 18 November 2013
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
MUHAMAD CHATIB BASRI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 18 November 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 1353

More Related Content

What's hot

Pengelolaan keuangan nkri
Pengelolaan keuangan nkriPengelolaan keuangan nkri
Pengelolaan keuangan nkri
abd_
ย 
Permenkeu171 pmk-02-2013 dipa
Permenkeu171 pmk-02-2013 dipaPermenkeu171 pmk-02-2013 dipa
Permenkeu171 pmk-02-2013 dipa
yunussetyawan07
ย 
UU No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
UU No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan NegaraUU No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
UU No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
atambua
ย 
Uu 2004 nomor 1 perbendaharaan negara
Uu 2004 nomor 1 perbendaharaan negaraUu 2004 nomor 1 perbendaharaan negara
Uu 2004 nomor 1 perbendaharaan negara
Mystic333
ย 
Peran bpk
Peran bpkPeran bpk
Peran bpk
abd_
ย 
Modul keuangan negara
Modul keuangan negaraModul keuangan negara
Modul keuangan negara
kppnpelaihari
ย 

What's hot (20)

Uu no.1 thn 2004
Uu no.1 thn 2004Uu no.1 thn 2004
Uu no.1 thn 2004
ย 
Pengelolaan keuangan nkri
Pengelolaan keuangan nkriPengelolaan keuangan nkri
Pengelolaan keuangan nkri
ย 
Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan NegaraUndang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
ย 
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Lay...
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Lay...Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Lay...
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Lay...
ย 
Undang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Undang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi KhususUndang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Undang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
ย 
Permenkeu171 pmk-02-2013 dipa
Permenkeu171 pmk-02-2013 dipaPermenkeu171 pmk-02-2013 dipa
Permenkeu171 pmk-02-2013 dipa
ย 
Hukum Keuangan Negara - 2
Hukum Keuangan Negara - 2Hukum Keuangan Negara - 2
Hukum Keuangan Negara - 2
ย 
Hukum Keuangan Negara
Hukum Keuangan NegaraHukum Keuangan Negara
Hukum Keuangan Negara
ย 
Hukum Keuangan Negara - 1
Hukum Keuangan Negara - 1Hukum Keuangan Negara - 1
Hukum Keuangan Negara - 1
ย 
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARAPEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA
ย 
Perdirjen 42 pb 2013
Perdirjen 42 pb 2013 Perdirjen 42 pb 2013
Perdirjen 42 pb 2013
ย 
Makalah BPK dan Kekuasaan Kehakiman
Makalah BPK dan Kekuasaan KehakimanMakalah BPK dan Kekuasaan Kehakiman
Makalah BPK dan Kekuasaan Kehakiman
ย 
UU No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
UU No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan NegaraUU No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
UU No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
ย 
Uu 2004 nomor 1 perbendaharaan negara
Uu 2004 nomor 1 perbendaharaan negaraUu 2004 nomor 1 perbendaharaan negara
Uu 2004 nomor 1 perbendaharaan negara
ย 
Prinsip dan azas pkn
Prinsip dan azas pknPrinsip dan azas pkn
Prinsip dan azas pkn
ย 
Peran bpk
Peran bpkPeran bpk
Peran bpk
ย 
Modul keuangan negara
Modul keuangan negaraModul keuangan negara
Modul keuangan negara
ย 
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi PemerintahPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
ย 
Pengelolaan Keuangan Negara
Pengelolaan Keuangan NegaraPengelolaan Keuangan Negara
Pengelolaan Keuangan Negara
ย 
Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah
Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2008 tentang Investasi PemerintahPeraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah
Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah
ย 

Similar to Pmk 163-pmk.05-2013

per_13_pb_2018.pdf
per_13_pb_2018.pdfper_13_pb_2018.pdf
per_13_pb_2018.pdf
DodiArifin
ย 
Proses Bisnis KPPN dan Proses Bisnis Seksi Pencairan Dana.docx
Proses Bisnis KPPN dan Proses Bisnis Seksi Pencairan Dana.docxProses Bisnis KPPN dan Proses Bisnis Seksi Pencairan Dana.docx
Proses Bisnis KPPN dan Proses Bisnis Seksi Pencairan Dana.docx
Muhammad Rafi Kambara
ย 
Pertemuan 7
Pertemuan 7Pertemuan 7
Pertemuan 7
Efry Ghani
ย 
Perbup No 88 Thn 2018, Tentang Batas Pengajuan Uang Persediaan.pdf
Perbup No 88 Thn 2018, Tentang  Batas Pengajuan Uang Persediaan.pdfPerbup No 88 Thn 2018, Tentang  Batas Pengajuan Uang Persediaan.pdf
Perbup No 88 Thn 2018, Tentang Batas Pengajuan Uang Persediaan.pdf
LennyD1
ย 
Pp no. 8 tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah
Pp no. 8 tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintahPp no. 8 tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah
Pp no. 8 tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah
Dyp The Magna
ย 
PMK 190_PMK.05_2012 Pembayaran APBN.pptx
PMK 190_PMK.05_2012 Pembayaran APBN.pptxPMK 190_PMK.05_2012 Pembayaran APBN.pptx
PMK 190_PMK.05_2012 Pembayaran APBN.pptx
BobiSituang
ย 
3 skb-nomor--459kmk031999-dan-nomor--kep-264ket091999-tentang-perubahan-atas-...
3 skb-nomor--459kmk031999-dan-nomor--kep-264ket091999-tentang-perubahan-atas-...3 skb-nomor--459kmk031999-dan-nomor--kep-264ket091999-tentang-perubahan-atas-...
3 skb-nomor--459kmk031999-dan-nomor--kep-264ket091999-tentang-perubahan-atas-...
Eksanto Santo
ย 
Pp nomor 45 tahun 2013 ttg SERAGAM SEKOLAH
Pp nomor 45 tahun 2013 ttg SERAGAM SEKOLAHPp nomor 45 tahun 2013 ttg SERAGAM SEKOLAH
Pp nomor 45 tahun 2013 ttg SERAGAM SEKOLAH
SMK Negeri 2 Tamiang Layang
ย 

Similar to Pmk 163-pmk.05-2013 (20)

per_13_pb_2018.pdf
per_13_pb_2018.pdfper_13_pb_2018.pdf
per_13_pb_2018.pdf
ย 
Proses Bisnis KPPN dan Proses Bisnis Seksi Pencairan Dana.docx
Proses Bisnis KPPN dan Proses Bisnis Seksi Pencairan Dana.docxProses Bisnis KPPN dan Proses Bisnis Seksi Pencairan Dana.docx
Proses Bisnis KPPN dan Proses Bisnis Seksi Pencairan Dana.docx
ย 
PERATURAN MENKEU RI No 118/PMK.03/2016 ttg Pelaksanaan Undang-undang No 11 Ta...
PERATURAN MENKEU RI No 118/PMK.03/2016 ttg Pelaksanaan Undang-undang No 11 Ta...PERATURAN MENKEU RI No 118/PMK.03/2016 ttg Pelaksanaan Undang-undang No 11 Ta...
PERATURAN MENKEU RI No 118/PMK.03/2016 ttg Pelaksanaan Undang-undang No 11 Ta...
ย 
Pertemuan 7
Pertemuan 7Pertemuan 7
Pertemuan 7
ย 
Perbup No 88 Thn 2018, Tentang Batas Pengajuan Uang Persediaan.pdf
Perbup No 88 Thn 2018, Tentang  Batas Pengajuan Uang Persediaan.pdfPerbup No 88 Thn 2018, Tentang  Batas Pengajuan Uang Persediaan.pdf
Perbup No 88 Thn 2018, Tentang Batas Pengajuan Uang Persediaan.pdf
ย 
Pp no. 8 tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah
Pp no. 8 tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintahPp no. 8 tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah
Pp no. 8 tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah
ย 
Pmk 32 2014
Pmk 32 2014Pmk 32 2014
Pmk 32 2014
ย 
Peraturan Menteri Keuangan No. 32/PMK.05/2014
Peraturan Menteri Keuangan No. 32/PMK.05/2014 Peraturan Menteri Keuangan No. 32/PMK.05/2014
Peraturan Menteri Keuangan No. 32/PMK.05/2014
ย 
196~pmk.05~2018 per
196~pmk.05~2018 per196~pmk.05~2018 per
196~pmk.05~2018 per
ย 
85 pmk.03 2019
85 pmk.03 201985 pmk.03 2019
85 pmk.03 2019
ย 
Pajak rokok
Pajak rokokPajak rokok
Pajak rokok
ย 
147~PMK.05~2021Per.pdf
147~PMK.05~2021Per.pdf147~PMK.05~2021Per.pdf
147~PMK.05~2021Per.pdf
ย 
168 pmk.05-2015-bantuan-pemerintah
168 pmk.05-2015-bantuan-pemerintah168 pmk.05-2015-bantuan-pemerintah
168 pmk.05-2015-bantuan-pemerintah
ย 
Pmk no 190 thun 2012
Pmk no 190 thun 2012Pmk no 190 thun 2012
Pmk no 190 thun 2012
ย 
UU No.1 Tahun 2004
UU No.1 Tahun 2004UU No.1 Tahun 2004
UU No.1 Tahun 2004
ย 
PMK 190_PMK.05_2012 Pembayaran APBN.pptx
PMK 190_PMK.05_2012 Pembayaran APBN.pptxPMK 190_PMK.05_2012 Pembayaran APBN.pptx
PMK 190_PMK.05_2012 Pembayaran APBN.pptx
ย 
3 skb-nomor--459kmk031999-dan-nomor--kep-264ket091999-tentang-perubahan-atas-...
3 skb-nomor--459kmk031999-dan-nomor--kep-264ket091999-tentang-perubahan-atas-...3 skb-nomor--459kmk031999-dan-nomor--kep-264ket091999-tentang-perubahan-atas-...
3 skb-nomor--459kmk031999-dan-nomor--kep-264ket091999-tentang-perubahan-atas-...
ย 
UU no.11 th_2016 Pengampunan Pajak
UU no.11 th_2016 Pengampunan PajakUU no.11 th_2016 Pengampunan Pajak
UU no.11 th_2016 Pengampunan Pajak
ย 
UU_17_2003 Keuangan Negara
UU_17_2003 Keuangan NegaraUU_17_2003 Keuangan Negara
UU_17_2003 Keuangan Negara
ย 
Pp nomor 45 tahun 2013 ttg SERAGAM SEKOLAH
Pp nomor 45 tahun 2013 ttg SERAGAM SEKOLAHPp nomor 45 tahun 2013 ttg SERAGAM SEKOLAH
Pp nomor 45 tahun 2013 ttg SERAGAM SEKOLAH
ย 

More from Erny Anggrahini

Perdirjen 01 2014
Perdirjen 01 2014Perdirjen 01 2014
Perdirjen 01 2014
Erny Anggrahini
ย 
Prosedur konversi validasi pada aplikasi trpnbp
Prosedur konversi validasi pada aplikasi trpnbpProsedur konversi validasi pada aplikasi trpnbp
Prosedur konversi validasi pada aplikasi trpnbp
Erny Anggrahini
ย 
Pengelolaan penerimaan negara bukan pajak
Pengelolaan penerimaan negara bukan pajak Pengelolaan penerimaan negara bukan pajak
Pengelolaan penerimaan negara bukan pajak
Erny Anggrahini
ย 
Contoh perhitungan sewa rumdin
Contoh perhitungan sewa rumdinContoh perhitungan sewa rumdin
Contoh perhitungan sewa rumdin
Erny Anggrahini
ย 
JUKNIS PENGEMBALIAN PENERIMAAN NEGARA
JUKNIS PENGEMBALIAN PENERIMAAN NEGARAJUKNIS PENGEMBALIAN PENERIMAAN NEGARA
JUKNIS PENGEMBALIAN PENERIMAAN NEGARA
Erny Anggrahini
ย 

More from Erny Anggrahini (14)

PP 171 Tahun 2021
PP 171 Tahun 2021PP 171 Tahun 2021
PP 171 Tahun 2021
ย 
Standar Akuntansi Pemerintah.pdf
Standar Akuntansi Pemerintah.pdfStandar Akuntansi Pemerintah.pdf
Standar Akuntansi Pemerintah.pdf
ย 
SAPP
SAPPSAPP
SAPP
ย 
gambaran umum SAIBA
gambaran umum SAIBAgambaran umum SAIBA
gambaran umum SAIBA
ย 
Read me: Manual silabi modul bendahara pengeluaran
Read me: Manual silabi modul bendahara pengeluaranRead me: Manual silabi modul bendahara pengeluaran
Read me: Manual silabi modul bendahara pengeluaran
ย 
Pedoman Penggunaan Aplikasi TRPNBP versi 4.2
Pedoman Penggunaan Aplikasi TRPNBP versi 4.2Pedoman Penggunaan Aplikasi TRPNBP versi 4.2
Pedoman Penggunaan Aplikasi TRPNBP versi 4.2
ย 
Surat Direktur PKN No. 00345 pb3_2015
Surat Direktur PKN No. 00345 pb3_2015Surat Direktur PKN No. 00345 pb3_2015
Surat Direktur PKN No. 00345 pb3_2015
ย 
Perdirjen 01 2014
Perdirjen 01 2014Perdirjen 01 2014
Perdirjen 01 2014
ย 
Perdirjen 01 2014
Perdirjen 01 2014Perdirjen 01 2014
Perdirjen 01 2014
ย 
Perdirjen 01 2014
Perdirjen 01 2014Perdirjen 01 2014
Perdirjen 01 2014
ย 
Prosedur konversi validasi pada aplikasi trpnbp
Prosedur konversi validasi pada aplikasi trpnbpProsedur konversi validasi pada aplikasi trpnbp
Prosedur konversi validasi pada aplikasi trpnbp
ย 
Pengelolaan penerimaan negara bukan pajak
Pengelolaan penerimaan negara bukan pajak Pengelolaan penerimaan negara bukan pajak
Pengelolaan penerimaan negara bukan pajak
ย 
Contoh perhitungan sewa rumdin
Contoh perhitungan sewa rumdinContoh perhitungan sewa rumdin
Contoh perhitungan sewa rumdin
ย 
JUKNIS PENGEMBALIAN PENERIMAAN NEGARA
JUKNIS PENGEMBALIAN PENERIMAAN NEGARAJUKNIS PENGEMBALIAN PENERIMAAN NEGARA
JUKNIS PENGEMBALIAN PENERIMAAN NEGARA
ย 

Recently uploaded

kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121
tubagus30
ย 
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotecAbortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
ย 
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get CytotecAbortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
ย 
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh CityAbortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
jaanualu31
ย 
Sistem Informasi Akuntansi Perusahaan Sosro
Sistem Informasi Akuntansi Perusahaan SosroSistem Informasi Akuntansi Perusahaan Sosro
Sistem Informasi Akuntansi Perusahaan Sosro
mohhmamedd
ย 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
langkahgontay88
ย 
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanianpresentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
HALIABUTRA1
ย 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
MunawwarahDjalil
ย 
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah okebsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
galuhmutiara
ย 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
Frida Adnantara
ย 

Recently uploaded (18)

kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121
ย 
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.pptsejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
ย 
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotecAbortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
ย 
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get CytotecAbortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
ย 
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdfSlide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
ย 
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.pptPresentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
ย 
Memahami Terkait Perilaku Konsumen untuk bisnis
Memahami Terkait Perilaku Konsumen untuk bisnisMemahami Terkait Perilaku Konsumen untuk bisnis
Memahami Terkait Perilaku Konsumen untuk bisnis
ย 
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh CityAbortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
ย 
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaanReview Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
ย 
Sistem Informasi Akuntansi Perusahaan Sosro
Sistem Informasi Akuntansi Perusahaan SosroSistem Informasi Akuntansi Perusahaan Sosro
Sistem Informasi Akuntansi Perusahaan Sosro
ย 
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsung
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsungSaham dan hal-hal yang berhubungan langsung
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsung
ย 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
ย 
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanianpresentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
ย 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
ย 
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah okebsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
ย 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
ย 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
ย 
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.pptKarakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
ย 

Pmk 163-pmk.05-2013

  • 1. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.05/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA PADA AKHIR TAHUN ANGGARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 169/PMK.05/2009, telah ditetapkan ketentuan mengenai pedoman pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara pada akhir tahun anggaran; b. bahwa dalam rangka penyempurnaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a serta untuk menjamin kelancaran pelaksanaan proses penerimaan dan pembayaran penyempurnaan tagihan kepada negara, perlu dilakukan pengaturan khusus administrasi penerimaan dan pengeluaran negara pada akhir tahun anggaran; c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 164 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Menteri Keuangan berwenang untuk mengatur ketentuan mengenai pedoman pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara pada akhir tahun anggaran; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan dan Pengeluaran Negara Pada Akhir Tahun Anggaran; Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5423);
  • 2. MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA PADA AKHIR TAHUN ANGGARAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disingkat APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. 2. Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disingkat BUN adalah pejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan fungsi BUN. 3. Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku BUN untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara. 4. Rekening Kas Umum Negara yang selanjutnya disingkat RKUN adalah rekening tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku BUN untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara pada bank sentral. 5. Penerimaan Negara adalah uang yang masuk ke Kas Negara. 6. Pengeluaran Negara adalah uang yang keluar dari Kas Negara. 7. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara yang selanjutnya disingkat KPPN adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan, yang memperoleh kewenangan sebagai Kuasa BUN. 8. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran kementerian negara/lembaga. 9. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung
  • 3. jawab penggunaan anggaran pada negara/lembaga yang bersangkutan. kementerian 10. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disebut DIPA adalah Dokumen pelaksanaan anggaran yang digunakan sebagai acuan PA dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan sebagai pelaksanaan APBN. 11. Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat UP adalah uang muka kerja dalam jumlah tertentu yang diberikan kepada Bendahara Pengeluaran untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari Satuan Kerja (Satker) atau membiayai pengeluaran yang menurut sifat dan tujuannya tidak mungkin dilakukan melalui mekanisme pembayaran langsung. 12. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah dokumen yang diterbitkan oleh PA/KPA atau pejabat lain yang ditunjuk untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA atau dokumen lain yang dipersamakan. 13. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disebut SP2D adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa BUN untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM. 14. Bank Persepsi adalah bank umum yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan selaku BUN menjadi mitra KPPN untuk menerima Penerimaan Negara (tidak termasuk penerimaan negara yang berasal dari impor dan ekspor). 15. Bank Persepsi Mata Uang Asing adalah bank devisa yang ditunjuk oleh BUN/Kuasa BUN Pusat untuk menerima setoran Penerimaan Negara dalam mata uang asing. 16. Bank Devisa Persepsi adalah bank persepsi yang diberi izin untuk menerima Penerimaan Negara yang berasal dari impor dan ekspor. 17. Pos Persepsi adalah kantor pos yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan selaku BUN menjadi mitra KPPN untuk menerima Penerimaan Negara (kecuali Penerimaan Negara yang berasal dari impor dan ekspor). 18. Hari Kerja Terakhir adalah hari kerja terakhir tahun anggaran berkenaan. 19. Dana Cadangan adalah dana yang belum dapat dicairkan kepada pihak yang berhak sampai dengan akhir tahun anggaran karena kelengkapan administrasinya belum dipenuhi. 20. Surat Jaminan yang selanjutnya disebut Jaminan adalah jaminan tertulis yang bersifat mudah dicairkan dan tidak bersyarat (unconditional), yang dikeluarkan oleh bank umum/Bank Pembangunan Daerah yang diserahkan oleh penyedia barang/jasa kepada Pejabat Pembuat
  • 4. Komitmen/Unit Layanan Pengadaan untuk terpenuhinya kewajiban penyedia barang/jasa. menjamin BAB II PENERIMAAN NEGARA Pasal 2 (1) Penerimaan Negara yang diterima mulai 6 (enam) hari kerja sebelum akhir tahun anggaran oleh Bank Persepsi/Bank Devisa Persepsi/Bank Persepsi Mata uang Asing/Pos Persepsi setelah Pukul 15.00 waktu setempat hari kerja sebelumnya sampai dengan Pukul 15.00 waktu setempat hari kerja berkenaan, dilimpahkan ke rekening SUBRKUN/RKUN pada Bank Indonesia paling lambat Pukul 17.30 waktu setempat pada hari kerja berkenaan. (2) Khusus Penerimaan Negara berupa penerimaan PBB yang diterima mulai 6 (enam) hari kerja sebelum akhir tahun anggaran oleh Bank Persepsi setelah Pukul 15.00 waktu setempat hari kerja sebelumnya sampai dengan Pukul 15.00 waktu setempat hari kerja berkenaan, dilimpahkan ke rekening Bank Operasional III paling lambat Pukul 16.30 waktu setempat pada hari kerja berkenaan. Pasal 3 Atas Penerimaan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Bank Persepsi/Bank Devisa Persepsi/Bank Persepsi Mata Uang Asing/Pos Persepsi menyampaikan Laporan Harian Penerimaan ke KPPN mitra kerjanya/Direktorat Pengelolaan Kas Negara paling lambat Pukul 18.00 waktu setempat pada hari kerja berkenaan. Pasal 4 Penerimaan Negara yang diterima Bank Persepsi/Bank Devisa Persepsi/Bank Persepsi Mata Uang Asing/Pos Persepsi setelah Pukul 15.00 waktu setempat pada Hari Kerja Terakhir sampai dengan tanggal 31 Desember Pukul 24.00 waktu setempat pada tahun anggaran berkenaan, dibukukan sebagai penerimaan tahun anggaran berkenaan. Pasal 5 (1) Penerimaan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dilimpahkan ke rekening SUBRKUN KPPN/RKUN pada hari kerja pertama tahun anggaran berikutnya. (2) Khusus untuk Penerimaan Negara berupa penerimaan PBB, dilimpahkan ke rekening Bank Operasional III pada hari kerja pertama tahun anggaran berikutnya.
  • 5. Pasal 6 Dalam rangka pemenuhan target Penerimaan Negara, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Anggaran, dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melakukan intensifikasi kegiatan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan ketentuan Penerimaan Negara oleh Bank Persepsi/ Bank Devisa Persepsi/Bank Persepsi Mata Uang Asing/Pos Persepsi. BAB III PENGELUARAN NEGARA Pasal 7 (1) Permintaan pembayaran untuk tagihan pihak ketiga atas kontrak yang prestasi pekerjaannya belum mencapai 100% (seratus persen), harus dilampiri asli Jaminan. (2) Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) minimal sebesar nilai pekerjaan yang belum diselesaikan. (3) Dalam hal pelaksanaan pekerjaan tidak diselesaikan/tidak dapat diselesaikan 100% (seratus persen) sampai dengan berakhirnya masa kontrak, Kepala KPPN berwenang mengajukan klaim pencairan Jaminan untuk untung Kas Negara. (4) Besarnya klaim sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebesar persentase pekerjaan yang tidak diselesaikan/tidak dapat diselesaikan, ditambah sanksi dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku. Pasal 8 (1) Klaim pencairan jaminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) tanpa memperhitungkan pajak yang telah disetorkan ke Kas Negara melalui potongan SPM. (2) Dalam hal besarnya klaim pencairan Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat kelebihan pembayaran pajak melalui potongan SPM, penyelesaian kelebihan pembayaran pajak tersebut dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan. Pasal 9 (1) Dalam rangka pembayaran gaji bulan Januari tahun anggaran berikutnya, PPSPM mengajukan SPM-LS Gaji ke KPPN paling lambat pada tanggal 10 Desember tahun anggaran berkenaan. (2) KPPN menerbitkan SP2D dalam rangka pembayaran gaji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertanggal hari kerja pertama tahun anggaran berikutnya.
  • 6. Pasal 10 (1) Pembayaran honorarium dan vakasi bulan Desember tahun anggaran berkenaan dapat dibayarkan pada bulan Desember tahun anggaran berkenaan dengan melampirkan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak yang ditandatangani oleh KPA. (2) Pembayaran uang makan dan uang lembur Pegawai Negeri Sipil bulan Desember dapat dibayarkan pada tahun anggaran berkenaan dengan uang persediaan. Pasal 11 (1) Batas waktu pengajuan SPM atas beban anggaran kementerian negara/lembaga oleh PPSPM kepada KPPN diatur sebagai berikut: a. Untuk SPM-UP, SPM TUP dan SPM GUP harus sudah diterima KPPN paling lambat 5 (lima) hari kerja pertama pada bulan Desember tahun anggaran berkenaan. b. SPM-LS harus sudah diterima KPPN paling lambat 4 (hari) hari kerja sebelum Hari Kerja Terakhir. c. SPM-GUP Nihil, SPM PTUP, Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja Badan Layanan Umum triwulan IV, Surat Perintah Pengesahan Hibah Langsung, SPM pengesahan lainnya atau dokumen yang dipersamakan, harus sudah diterima KPPN paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah tahun anggaran berkenaan berakhir. (2) Dalam kondisi tertentu Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dapat memberikan pengecualian diluar batas waktu pengajuan SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 12 (1) Batas waktu pengajuan SPM atas Beban Anggaran Bendahara Umum Negara diatur sebagai berikut: a. PPSPM menyampaikan SPM atas beban tahun anggaran berkenaan ke KPPN paling lambat Pukul 15.00 WIB pada Hari Kerja Terakhir; b. SPM untuk dana transfer harus sudah diterima KPPN paling lambat 4 (empat) hari kerja sebelum Hari Kerja Terakhir pada jam kerja; c. SPM untuk pembayaran kewajiban utang luar negeri disampaikan ke KPPN paling lambat 4 (empat) hari kerja sebelum tanggal valuta; dan d. SPM untuk pembayaran kewajiban utang dalam negeri
  • 7. disampaikan ke KPPN paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal valuta; (2) SPM Pensiun untuk bulan Januari tahun anggaran berikutnya harus sudah diterima KPPN paling lambat 4 (empat) hari kerja sebelum Hari Kerja Terakhir pada jam kerja. (3) Dalam kondisi tertentu Direktur Jenderal Perbendaharaan dapat memberikan pengecualian diluar batas waktu pengajuan SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 13 (1) Atas pengajuan SPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 12, KPPN menerbitkan SP2D sesuai ketentuan mekanisme penerbitan SP2D sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai tata cara pembayaran dalam rangka pelaksanaan APBN. (2) Batas waktu penyelesaian penerbitan SP2D oleh KPPN atas pengajuan SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan. Pasal 14 (1) Sisa dana UP/TUP tahun anggaran berkenaan yang masih berada pada kas Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Pengeluaran Pembantu baik tunai maupun yang masih ada di dalam rekening bank/pos harus disetorkan ke Kas Negara paling lambat Hari Kerja Terakhir. (2) Bendahara Pengeluaran melakukan penyetoran sisa dana UP/TUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menggunakan Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) dan disetorkan melalui Bank/Pos Persepsi mitra kerja KPPN berkenaan. BAB IV PENGELOLAAN KAS Pasal 15 (1) Dalam hal saldo RKUN tidak mencukupi untuk membayar Pengeluaran Negara pada akhir tahun anggaran dan/atau awal tahun anggaran berikutnya, Direktur Jenderal Perbendaharaan dapat memindahbukukan dana dari rekening pemerintah lainnya ke RKUN sebagai dana talangan. (2) Pemindahbukuan dana dari rekening pemerintah lainnya ke RKUN sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dicatat sebagai transaksi non anggaran.
  • 8.
  • 9. Pasal 16 (1) Untuk perencanaan kebutuhan dana pada akhir tahun anggaran diatur sebagai berikut: a. Direktorat Jenderal Anggaran. 1. membuat perkiraan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP); dan 2. membuat perkiraan belanja Pemerintah Pusat (Belanja Kementerian Negara/Lembaga dan Belanja Subsidi) dan Dana Investasi Pemerintah. b. Direktorat Jenderal penerimaan pajak. c. Pajak membuat perkiraan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai membuat perkiraan penerimaan Bea dan Cukai. d. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang: 1. membuat perkiraan penerimaan Hibah, penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dan penarikan Pinjaman Dalam Negeri dan Luar Negeri; dan 2. membuat perkiraan pembayaran Kewajiban Utang Dalam Negeri dan Luar Negeri. e. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan membuat perkiraan pembayaran Transfer ke Daerah. (2) Perkiraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat untuk 10 (sepuluh) hari kerja sampai dengan Hari Kerja Terakhir. (3) Perkiraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Pengelolaan Kas Negara paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sebelum Hari Kerja Terakhir. (4) Terhadap perencanaan kebutuhan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan pemutakhiran. (5) Pemutakhiran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan jika terdapat perubahan dan/atau tambahan informasi terbaru serta disampaikan kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Pengelolaan Kas Negara segera melalui sarana komunikasi tercepat. Pasal 17 (1) Untuk perencanaan kebutuhan dana pada awal tahun anggaran berikutnya diatur sebagai berikut:
  • 10. a. Direktorat Jenderal Anggaran: 1. membuat perkiraan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) bulan Januari tahun anggaran berikutnya; dan 2. membuat perkiraan belanja Pemerintah Pusat (Belanja Kementerian Negara/Lembaga dan Belanja Subsidi) untuk bulan Januari tahun anggaran berikutnya. b Direktorat Jenderal Pajak membuat perkiraan penerimaan pajak bulan Januari tahun anggaran berikutnya. c. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai membuat perkiraan penerimaan Bea dan Cukai bulan Januari tahun anggaran berikutnya. d. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang: 1. membuat perkiraan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) bulan Januari tahun anggaran berikutnya; dan 2. membuat perkiraan pembayaran Kewajiban Utang Dalam Negeri dan Luar Negeri untuk bulan Januari tahun anggaran berikutnya. e. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan membuat perkiraan pembayaran Transfer ke Daerah bulan Januari tahun anggaran berikutnya. (2) Perkiraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Pengelolaan Kas Negara paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sebelum hari kerja pertama pada tahun anggaran berikutnya. (3) Terhadap perencanaan kebutuhan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan pemutakhiran. (4) Pemutakhiran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan jika terdapat perubahan dan/atau tambahan informasi terbaru serta disampaikan ke Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Pengelolaan Kas Negara segera melalui sarana komunikasi tercepat. Pasal 18 (1) Pengeluaran Negara atas beban Bagian Anggaran BUN yang dapat disimpan dalam Dana Cadangan terdiri dari: a. Belanja Subsidi; b. Penyertaan Modal Negara; dan c. Dana Bagi Hasil. (2) Dana Cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
  • 11. disimpan dalam rekening Menteri Keuangan pada: a. Bank Indonesia; dan/atau b. Bank Umum. Pasal 19 (1) Dalam rangka penyimpanan Dana Cadangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf b, Direktur Jenderal Perbendaharaan membentuk Tim Penilai untuk menilai bank penyimpan Dana Cadangan. (2) Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibentuk paling lambat pada awal bulan Desember tahun anggaran berkenaan. (3) Tim Penilai melaporkan hasil penilaian bank paling lambat pada akhir minggu pertama bulan Desember tahun anggaran berkenaan. (4) Pembukaan rekening pada bank umum untuk penempatan Dana Cadangan dilakukan paling lambat pada akhir minggu kedua bulan Desember tahun anggaran berkenaan. Pasal 20 (1) Pengiriman Laporan Kas Posisi harian oleh KPPN kepada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan mulai enam hari kerja sebelum akhir tahun anggaran sampai dengan Hari Kerja Terakhir, dilakukan pada hari berkenaan. (2) Atas transaksi Penerimaan Negara setelah Pukul 15.00 waktu setempat Hari Kerja Terakhir sampai dengan Pukul 24.00 waktu setempat tanggal 31 Desember tahun anggaran berkenaan, KPPN menyampaikan koreksi Laporan Kas Posisi harian Hari Kerja Terakhir atau Laporan Kas Posisi tanggal 31 Desember pada hari kerja pertama bulan Januari tahun anggaran berikutnya. BAB V KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 21 Dalam hal terdapat penerbitan dan/atau revisi DIPA di akhir tahun anggaran, upload DIPA Petikan oleh Direktorat Jenderal Anggaran dilakukan paling lambat Pukul 10.00 WIB pada Hari Kerja Terakhir.
  • 12. Pasal 22 Ketentuan lebih lanjut mengenai langkah-langkah dalam menghadapi akhir tahun anggaran tiap tahunnya diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 23 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 169/PMK.05/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan dan Pengeluaran Negara Pada Akhir Tahun Anggaran, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 24 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 18 November 2013 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. MUHAMAD CHATIB BASRI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 18 November 2013 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 1353