Makalah ini membahas tentang myopia (rabun jauh), meliputi pengertian, etiologi, gejala, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan medis. Myopia disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik dan lingkungan, dan gejalanya adalah kaburnya penglihatan pada objek jauh. Pada myopia patologi dapat terjadi komplikasi seperti degenerasi retina. Penatalaksanaannya meliputi kac
1. KATA PENGANTAR
Puji dan syukur di panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
bimbingan dan penyertaan-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu melalui kesempatan ini Penulis menyampaikan terima kasih
semua pihak dan teman yang membantu dalam penyelesaian penugasan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan penulisan dan pemikiran kelompok dalam membuat makalah ini, oleh karena
itu masukan kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan makalah ini
menjadi lebih baik.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan,30 November 2013
Penulis
2. DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I. Pendahuluan
1.1.Latar Belakang 4
1.2.Tujuan 4
1.3.Manfaat 5
Bab II.Tinjauan Teori
2.1.Pengertian
2.2.Etiologi
2.3.Tanda dan Gejala
2.4.Pathofisilogi
2.5.Pathway
2.6.Pemeriksaan Penunjang
2.7.Penatalaksanaan Medis
2.8.Pendidikan Kesehatan
Bab III. Konsep Dasar Keperawatan
3.1.Pengkajian
3.2.Diagnosa Keperawatan
3.3.Intervensi
3.4.Implementasi
3.5.Evaluasi
Bab IV. Penutup
4.1.Kesimpulan
4.2.Saran
Daftar Pustaka
3. BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
1.2.
Tujuan
1.3.
Manfaat
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang berlebihan
atau kerusakan refraksi mata sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan di depan retina (bintik
kuning) dimana sistem akomodasi berkurang. Pasien dengan myopia akan menyatakan melihat
lebih jelas bila dekat sedangkan melihat jauh kabur atau pasien adalah rabun jauh. Pasien miopia
mempunyai pungtum remotum (titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang dekat sehingga mata
selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia
konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap maka penderita akan terlihat juling ke dalam atau
esotropia.
Mata minus / myopia / short sighred eye adalah : keadaan pada mata dimana cahaya/benda yang
jauh
letaknya
jatuh/difokuskan
didepan
retina/selpaut
jala/bintik
kuning
Myopia merupakan mata dengan daya lensa positif yang lebih kuat sehingga sinar yang sejajar
atau datang dari tak terhingga difokuskan didepan retina. Kelainan ini diperbaiki dengan lensa
negatif sehingga bayangan benda tergeser ke belakang dan diatur dan tepat jatuh diretina
(Mansjoer, 2002).
4. Myopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang datang dari jarak
tak
terhingga
oleh
mata
dalam
keadaan
tidak
berakomodasi
dibiaskan pada satu titik di depan retina.
Terdapat dua teori utama tentang terjadinya pemanjangan sumbu bola mata pada myopia yaitu :
Teori biologik menganggap pemanjangan sumbu bola mata sebagai akibat kelainan
pertumbuhan retina(overgrowth).
Teori mekanik mengemukakan penekanan (stress) sklera sebagai penyebab pemanjangan
tersebut.
Myopia yaitu keadaan di mana mata terasa kabur apabila melihat objek-objek yang letaknya
jauh, tapi mata mampu melihat objek yang dekat.Pada rabun jauh (myopia) penderita selalu
berusaha memicingkan matanya agar dapat melihat lebih jelas objek-objek yang jauh
letaknya.Hal ini adalah ciri khas utama dari penderita myopia.
Myopia paling banyak terjadi pada usia anak-anak dan ditemukan secara tak sengaja pada saat
skrining pemeriksaan mata di sekolah. Pada umumnya memang hal ini disebabkan oleh
keturunan.Selain karena faktor keturunan, myopia juga bisa disebabkan oleh faktor
kelengkungan kornea maupun kelainan bentuk lensa mata.
Ciri khas lain dari myopia ini adalah sifatnya yang progresif hingga pada usia remaja (hal ini
dikarenakan faktor panjang sumbu bola mata yang bertambah seiring pertumbuhan anak) dan
kemudian progresifitasnya menurun pada usia dewasa muda. Pertambahan derajat myopia
membutuhkan kaca mata yang makin berat kekuatannya, karena itu pada masa usia dini
dianjurkan agar pemeriksaan diulang tiap 6 bulan.
Tipe/Bentuk myopia yaitu :
a.
Myopia Axial
Dalam hal ini, terjadinya myopia akibat panjang sumbu bola mata (diameter Antero-posterior),
dengan kelengkungan kornea dan lensa normal, refraktif power normal dan tipe mata ini lebih
besar dari normal.
b. Myopia Kurvatura
Dalam hal ini terjadinya myopia diakibatkan oleh perubahan darikelengkungan kornea atau
perubahan kelengkungan dari pada lensa seperti yang terjadi pada katarak intumesen dimana
lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat, dimana ukuran bola mata normal.
5. c.
Perubahan Index Refraksi
Perubahan indeks refraksi atau myopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan
seperti yang terjadi pada penderita Diabetes Melitussehingga pembiasan lebih kuat.
d. Perubahan Posisi Lensa
Pergerakan lensa yang lebih ke anterior setelah operasi glaucomaberhubungan dengan terjadinya
myopia
Myopia dikategorikan berbahaya apabila berpotensi untuk menimbulkan kebutaan bagi
penderitanya, karena tidak bisa diatasi dengan pemberian kacamata.Myopia berbahaya ini
dibarengi dengan kerapuhan dari selaput jala (retina) yang makin lama makin menipis dari waktu
ke waktu.
Pada puncaknya proses penipisan ini menimbulkan perobekan pada selaput jala (retina), yang
membutuhkan tindakan bedah sedini mungkin untuk pemulihannya. Tingkat keberhasilan
pemulihan
penglihatan
akibat
hal
ini
sangat
tergantung
pada
kecepatan
tindakan
penanggulangannya.
2.2.
Etiologi
Pertengahan tahun 1900 SM, para dokter ahli mata dan ahli pemeriksa mata (ahli kacamata)
percaya bahwa miopia menjadi hereditas utama.Di antara peneliti-peneliti dan para professional
peduli mata, mereka mengatakan bahwa miopia sekarang telah menjadi sebuah kombinasi
genetik dan merupakan salah satu faktor lingkungan.
Ada
2
mekanisme
dasar
yang
dipercaya
menjadi
penyebab
myopia
yaitu:
Hilangnya bentuk mata (juga diketahui sebagai hilangnya pola mata), terjadi ketika kualitas
gambar dalam retina berkurang.
Berkurangnya titik fokus mata, terjadi ketika titik fokus cahaya berada di depan atau di belakang
retina. Myopia Terjadi karena bola mata tumbuh terlalu panjang saat bayi.Dikatakan pula,
semakin dini mata seseorang terkena sinar terang secara langsung, maka semakin besar
kemungkinan mengalami miopi.Ini karena organ mata sedang berkembang dengan cepat pada
tahun-tahun awal kehidupan.akibatnya para penderita miopi umumnya merasa bayangan benda
yang dilihatnya jatuh tidak tepat pada retina matanya, melainkan didepannya (Curtin, 2002).
6. 2.3.
Tanda dan Gejala
Pasien miopi mempunyai pangtum remotum (titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang dekat
sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan
astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan telihat juling ke
dalam atau esotropia (Ilyas, 2003).
Gejala miopi terbagi menjadi dua yaitu :
a.
Gejala subjektif :
1) Akibat sinar dari suatu objek jauh difokuskan di depan retina, maka penderita miopia hanya
dapat melihat jelas pada waktu melihat dekat, sedangkan pengglihatan jauh akan kabur.
2) Keluhan astenopia, seperti sakit kepala yang dengan sedikit koreksi dari miopinya dapat
disembuhkan.
3)
Kecendrungan penderita untuk menyipitkan mata waktu melihat jauh untuk mendapatkan
efek “pinhole” agar dapat melihat dengan lebih jelas.
4) Penderita miopia biasanya suka membaca dekat, sebab mudah melakukannya tanpa usaha
(Slone, 1979).
b. Gejala objektif :
1) Miopi simplex :
Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif lebar.Kadangkadang bola mata ditemukan agak menonjol.
2) Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai kresen
miopi yang ringan disekitar papil saraf optik.
Miopi Patologi :
Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopi simple.
Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kalainan-kelainan pada :
a) Korpus vitreum
b) Papiler saraf optic
c) Makula
d) Retina terutama pada bagian temporal
e) Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina.
7. 2.4.
Pathofisiologi
Terjadinya elongasi sumbu yang berlebihan pada myopia patologi masih belum diketahui.Sama
halnya terhadap hubungan antara elongasi dan komplikasi penyakit ini, seperti degenerasi
chorioretina, ablasio retina dan glaucoma.Columbre dan rekannya, tentang penilaian
perkembangan mata anak ayam yang di dalam pertumbuhan normalnya, tekanan intraokular
meluas ke rongga mata dimana sklera berfungsi sebagai penahannya.Jika kekuatan yang
berlawanan ini merupakan penentu pertumbuhan ocular post natal pada mata manusia, dan tidak
ada bukti yang menentangnya maka dapat pula disimpulkan dua mekanisme patogenesa terhadap
elongasi berlebihan pada myopia. Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk :
1) Myopia stasioner, myopia yang menetap setelah dewasa.
2)
Myopia progresif, myopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah
panjangnya bola mata.
3) Myopia maligna, myopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasi retina
dan kebutaan atau sama dengan myopia pernisiosa sama dengan myopia maligna sama
dengan myopia degenerative.
4) Myopia degenertif atau myopia maligna biasanya bila myopia lebih dari 6 dioptri disertai
kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma
postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi karioretina.
Atrofi retina berjalan kemudian setelah terjadinya atrofi sclera dan kadang-kadang terjadi
rupture membrane Bruch yang dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya
neovaskularisasi subretina. Pada myopia dapat terjadi bercak Fuch berupa biperplasi pigmen
epitel dan perdarahan, atropi lapis sensoris retina luar, dan dewasa akan terjadi degenerasi
papil saraf optic (Sidarta, 2005).
2.5.
Pemeriksaan Penunjang
1) Foto fundus / retina
2) Pemeriksaan lapang pandang / campimetri / perimetri
3) Pemeriksaan kwalitas retina (E.R.G = electro retino gram)
8. Pemeriksaan kelainan otak / brain berkaitan dengan kelainan mata (E.E.G = electro –
4)
encefalogram).
5) EVP (evoked potential examination)
6) USG (ultrasonografi) bola mata dan keliling organ mata misal pada tumor, panjang bola
mata, kekentalan benda kaca (vitreous).
7) Retinometri (maksimal kemungkinan tajam penglihatan mata yang tersisa).
8) CT scan dengan kontras / MRI. VI. Penatalaksanaan
2.6.
Penatalaksanaan Medis
1) Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Kacamata, kontak lensa, dan operasi refraksi adalah beberapa pilihan
untuk mengobati
gejala-gejala visual pada pada penderita myopia.Dalam ilmu keratotology kontak lensa yang
digunakan adalah adalah kontak lensa yang keras atau kaku untuk pemerataan kornea yang
berfungsi untuk mengurangi miopia.
Latihan pergerakan mata dan teknik relaksasi
Para pelaksana dan penganjur terapi alternatif ini sering merekomendasikan latihan
pergerakan mata dan teknik relaksasi seperti cara menahan (pencegahan). Akan tetapi,
kemanjuran dari latihan ini dibantah oleh para ahli pengetahuan dan para praktisi peduli
mata.Pada tahun 2005, dilakukan peninjauan ilmiah pada beberapa subjek.Dari peninjauan
tersebut disimpulkan bahwa tidak ada bukti-bukti (fakta) ilmiah yang menyatakan bahwa
latihan pergerakan mata adalah pengobatan myopia yang efektif.
Terapi dengan menggunakan laser dengan bantuan keratomilesis (LASIK) atau operasi lasik
mata, yang telah populer dan banyak digunakan para ahli bedah untuk mengobati
miopia.Dalam prosedurnya dilakukan pergantian ukuran kornea mata dan dirubahnya tingkat
miopia dengan menggunakan sebuah laser. Selain lasik digunakan juga terapi lain yaitu
Photorefractive Keratotomy (PRK) untuk jangka pendek, tetapi ini menggunakan konsep yang
sama yaitu dengan pergantian kembali kornea mata tetapi menggunakan prosedur yang
9. berbeda. Selain itu ada juga pengobatan yang dilakukan tanpa operasi yaitu orthokeratologi
dan pemotongan jaringan kornea mata. Orang-orang dengan miopia rendah akan lebih baik
bila menggunakan teknik ini. Orthokeratologi menggunakan kontak lensa secara berangsurangsur dan pergantian sementara lekukan kornea.Pemotongan jaringan kornea mata
menggunakan bahan-bahan plastik yang ditanamkan ke dalam kornea mata untuk mengganti
kornea yang rusak (Lee dan Bailey, www.allaboutvision.com/conditions/myopia.Htm,2006).
2) Penatalaksanaan Farmakologi
Obat yang digunakan untuk penderita miopia adalah obat tetes mata untuk mensterilisasi kotoran
yang masuk ke dalam mata.Obat-obat tradisional pun banyak digunakan ada penderita myopia.
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
3.1.
Pengkajian
1. Pengkajian Fisik Penglihatan
a.
Pengkajian Ketajaman Penglihatan
Dilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan kartu Snellen.
- Pasien duduk dengan dengan jarak 6 meter dari kartu Snellen dengan satu mata ditutup.
- Pasien diminta membaca huruf yang tertulis pada kartu, mulai dari baris paling atas kebawah dan
tentukan baris terakhir yang masih dapat dibaca seluruhnya dengan benar.
Penilaiannya : Tajam pengelihatan normal adalah 6/6. Berarti pasien dapat membaca seluruh
huruf dalam kartu Snellen dengan benar.
b. Pengkajian Gerakan Mata
Salah satu mata pasien di tutup dengan karton atau tangan pemeriksa, dan pasien di minta
memfokuskan mata yang tidak tertutup pada satu benda diam sementara mata yang di tutup
karton/tangan tetap terbuka. Kemudian karton atau tangan tiba-tiba di singkirkan, dan akan
nampak gerakan abnormal mata.
c.
Pengkajian Lapang Pandang
10. Pemeriksa dan pasien duduk dengan jarak 1 sampai 2 kaki, saling berhadapan. Pasien di minta
menutup salah satu mata dengan karton, tanpa menekan, sementara ia harus memandang hidung
pemeriksa. Pasien di minta tetap melirik pada hidung pemeriksa dan menghitung jumlah jari
yang ada di medan superior dan inferior lirikan temporal dan nasal. Jari pemeriksa di gerakkan
dari posisi luar terjauh ke tengah dalam bidang vertical, horizontal dan oblik. Medan nasal,
temporal, superior dan inferior di kaji dengan memasukkan benda dalam penglihatan dari
berbagai titik perifer. Pada setiap manuver, pasien memberi informasi kepada pemeriksa saat
ketika benda mulai dapat terlihat sementara mempertahankan arah lirikannya ke depan.
2. Pemeriksaan Fisik Mata
a) Kelopak Mata, harus terletak merata pada permukaan mata
b) Bulu Mata, posisi dan distribusinya
c) Sistem lakrimal, struktur dan fungsi pembentukan dan drainase air mata.
d) Pemeriksaan Mata Anterior, sclera dan konjungtiva bulbaris diinspeksi secara bersama.
e) Pemeriksaan Kornea, normalnya kornea tampak halus dengan pantulan cahaya seperti cermin,
terang, simetris dan tunggal.
3.2.
Diagnosa Keperawatan
1)
Gangguan persepsi diri berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/gangguan status
organ indera.
2)
Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan (nyeri pada kepala,
kelelahan pada mata).
3) Kurang pengetahuan/informasi tentang kondisi, prognosis dan pengobatan.
3.3.
Intervensi
Diagnosa I:
Gangguan persepsi diri berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/perubahan status
organ indera.
1. Kaji derajat dan durasi gangguan visual
Rasional : Meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi klien
11. 2. Orientasikan klien pada lingkungan yang baru
Rasional : Memberikan peningkatan kenyamanan, kekeluargaan serta kepercayaan klien-perawat
3. Dorong klien mengekspresikan perasaan tentang gangguan penglihatan
Rasional : meningkatkan kepercayaan klien-perawat dan penerimaan diri
4. Lakukan tindakan untuk membantu klien menangani gangguan penglihatannya
Rasional : Menurunkan kemungkinan bahaya yang akan tejadi sehubungan dengan gangguan
penglihatan
Diagnosa II :
Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan (nyeri pada kepala,
kelelahan pada mata.)
1. Orientasikan klien pada lingkungan yang baru
Rasional : Membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan keamanan
2. Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya
Rasional : Memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya dan mengurangi ansietas
3. Beritahu klien tentang tindakan pengobatan yang akan dilakukan.
Rasional : Mengurangi ansietas klien
Diagnosa III :
Kurang pengetahuan/informasi tentang kondisi, prognosis dan pengobatan
1. Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis dan pengobatan
Rasional : Meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi klien.
2. Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya serta pengobatan yang akan dilakukan
Rasional : Memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya.
3. Anjurkan klien menghindari membaca terlalu lama dan membaca dengan posisi tidur, menonton
TV dengan jarak terlalu dekat.
Rasional : Membaca terlalu lama dan membaca dengan posisi tidur, menonton TV dengan jarak
terlalu dekat dapat mengakibatkan kelelahan pada mata
3.4.
Implementasi
12. Dilakukan pada satu mata secara bergantian, biasanya dimulai dari mata kanan lalu mata
kiri.Dilakukan setelah tajam penglihatan dilakukan dan diketahui terdapat kelainan refraksi.
Caranya adalah :
1. Pasien duduk dengan jarak 6 meter dari karti snellen.
2. Satu mata ditutup, dengan mata yang terbuka pasien diminta membaca dari baris terkecil yang
masih bisa terbaca.
3. Pada mata yang terbuka letakkan lensa negatif (-) 0,50 untuk menghilangkan akomodasi pada
saat pemeriksaan.
3.5.
Evaluasi
1. Menyatakan penerimaan diri sehubungan dengan perubahan sensori
2. Mampu memakai metode koping untuk menghilang ansietas
3. Menyatakan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan pengobatan
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
4.2.
Saran
Makalah Referat MIOPIA Rabun Jauh
13. articles health
Miopia (minus) dapat diklasifikasikan sebagai miopia simpleks dan miopia patologis.Miopia
simpleks biasanya ringan dan miopia patalogis hampir selalu progresif.Keadaan ini biasanya
diturunkan orang tua pada anaknya.
Miopia tinggi adalah salah satu penyebab kebutaan pada usia dibawah 40 tahun. Miopia tinggi
adalah miopia dengan ukuran 6 dioptri atau lebih.Penderita dengan minus diatas 6 dioptri
mempunyai risiko 3-4 kali lebih besar untuk terjadinya komplikasi pada mata.
Sekitar lima juta penduduk Inggris menderita rabun dekat dan 200.00 diantaranya menderita
miopia tinggi. Pada beberapa orang, miopia tinggi dapat menyebabkan kerusakan retina atau
ablasio.Miopia tinggi juga berkaitan dengan katarak dan glaukoma.
Myopia
Miopia tinggi atau miopia degeneratif kronik dapat terjadi dalam suatu keluarga (bersifat
familial). Sebuah penelitian yang dilakukan pada 15 keluarga di Hongkong yang kemungkinan
genetik menderita miopia tinggi pada 2 generasi terakhir didapatkan hasil bahwa lokus
autosomal dominan yang berkaitan dengan miopia tinggi adalah kromosom 18p.
Operasi laser untuk mengoreksi masalah penglihatan sudah dimulai sejak awal tahun 1990an.
Photorefractive Keratotomy (PRK) adalah salah satu tindakan yang dilakukan untuk mengoreksi
miopia ringan sampai sedang.Untuk miopia tinggi digunakan metode Laser in-situ
keratomileusis (LASIK).
Sebuah penelitian yang yang dilakukan oleh Miquel H dan Ankara University dan dipublikasikan
pada bulan Januari 2008 oleh American Journal of Ophthalmology menemukan bahwa operasi
LASIK yang dilakukan pada pasien miopia >10 dioptri aman dan efektif untuk jangka lama.
Penelitian yang dilakukan oleh Lindstrom, Hardten dan Chu tentang LASIK untuk penanganan
miopia ringan, sedang dan tinggi mendapatkan hasil awal bahwa LASIK untuk penanganan
miopia ringan, sedang dan tinggi dengan atau tanpa astigmatisme memberikan hasil yang
memjanjikan, meskipun memerlukan follow yang lama. Oleh karena kelainan refraksi adalah
14. kelainan pada mata yang sering dijumpai, maka penulis tertarik menulis referat tentang kelaianan
refraksi khususnya tentang miopia tinggi.
Definisi
Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki mata tanpa
akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina. Dalam keadaan ini objek yang jauh
tidak dapat dilihat secara teliti karena sinar yang datang saling bersilangan pada badan kaca,
ketika sinar tersebut sampai di retina sinar-sinar ini menjadi divergen,membentuk lingkaran yang
difus dengan akibat bayangan yang kabur. Miopia tinggi adalah miopia dengan ukuran 6 dioptri
atau lebih.
Pengobatan pasien dengan miopia adalah dengan memberikan kaca mata sferis negatif terkecil
yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Bila pasien dikoreksi dengan -3,0
memberikan tajam penglihatan 6/6, dan demikian juga bila diberi -3.25, maka sebaiknya
diberikan lensa koreksi -3,0 agar untuk memberikan istirahat mata dengan baik sesudah
dikoreksi.
Pemanjangan bola mata yang biasa terjadi pada penderita miopia terbatas pada kutub posterior,
sedang setengah bagian depan bola mata relatif normal. Bola mata membesar secara nyata dan
menonjol kebagian posterior, segmen posterior sklera menipis dan pada keadaan ekstrim dapat
menjadi seperempat dari ketebalan normal.
Hubungan antara miopia dan kenaikan tekanan bola mata telah banyak menjadi bahan
publikasi.Tekanan intraokuli mempunyai peranan penting pada pertumbuhan dan perkembangan
bola mata. Mata mempunyai respon terhadap peningkatan tekanan intraokuli dengan cara
bertambahnya ukuran bola mata terutama diameter aksial dengan akibat berkembangnya suatu
miopia.
Tekanan bola mata rata-rata pada penderita miopia secara nyata mempunyai tendensi lebih tinggi
dari mata emetrop dan hipermetrop. Prevalensi miopia diantara penderita glaukoma bervariasi,
Gorin G menyatakan 38%, Huet Jf 25%, tetapi Davenport melaporkan 7,4% diantara 1500
penderita glaukoma. Miopia tinggi dapat menjadi predisposisi terhadap glaukoma sudut terbuka.
Adanya degenerasi latis semata-mata tidak cukup memberi alasan untuk memberikan terapi
profilaksis.Riwayat ablasio retina pada keluarga, ablasio retina di mata yang lain, miopia tinggi
dan afakia adalah faktor-faktor risiko terjadinya ablasio retina pada mata dengan degenerasi latis,
dan mungkin diindikasikan terapi profilaksis dengan bedah beku atau fotokoagulasi laser.
Miopia maligna adalah miopia yang berjalan progresif yang dapat mengakibatkan ablasio retina
dan kebutaan.Miopia maligna biasanya bila mopia lebih dari 6 dioptri disertai kelainan pada
fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum yang terletak
pada
bagian
temporal
papil
disertai
dengan
atrofi
korioretina.
Atrofi retina berjalan kemudian setelah terjadinya atrofi sklera dan kadang kadang terjadi ruptur
membran Bruch yang dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi
15. subretina. Dapat juga ditemukan bercak Fuch erupa hiperplasi pigmen epitel dan perdarahan,
atrofi lapis sensoris retina luar, dan lebih lanjut akan terjadi degenerasi papil saaraf optik. Miopia
maligna dapat ditemukan pada semua umur dan terjadi sejak lahir.Pada anak-anak diagnosis
sudah dapat dibuat jika terdapat peningkatan beratnya miopia dalam waktu yang relatif pendek.
Etiologi dari miopia maligna sampai saat ini belum jelas.Biasanya faktor utama untuk
menentukan tipe miopia adalah kelemahan dan ketidakmampuan sklera untuk mempertahankan
tekanan
intraokular
tanpa
kontraksi
dan
relaksasi.
Umumnya perubahan fundus disebabkan oleh kontraksi tetapi perubahan ini lebih dipengaruhi
oleh kelainan perkembangan genetik yang mempengaruhi seluruh segmen posterior
mata.Perubahan yang terjadi tidak begitu berbeda dengan miopia simpleks.Miopia maligna
berhubungan dengan penyakit sistemik seperti Marfan’s syndrome, prematur retinopati, Ehler’sDanlos sindrom dan albinisme.
Apa itu Rabun Jauh
Myopia berasal dari bahasa Yunani yang ertinya “Pandangan Dekat” (”nearsightedness”). Ini kerana
kerosakan mata yang menghasilkan fokus pandangan di depan retina.
16. Individu yang mempunyai Myopia boleh melihat benda dari jarak dekat dengan jelas.Namun pada jarak
jauh benda nampak kabur sehingga membuat kepala menjadi pening.Jika anak anda merasa pening
ketika melihat tulisan di papan tulis di dalam kelasnya dan pandangannya kabur, kemungkinan
dia mempunyai Myopia.
Para optometris, umumnya mengatasi masalah Myopia dengan penggunaan lensa (corrective lenses)
seperti kacamata atau kanta sentuh (contact lenses). Boleh juga diatasi dengan rawatan laser seperti
LASIK. Kanta cekung digunakan untuk membetulkan Myopia.
Myopia terbahagi dalam 3 peringkat:
17. 1. Myopia Rendah : 0 – -3.00D
2. Myopia sederhana : -3.00D – -4.00D
3. Myopia Tinggi : lebih -5.00D
Di negara-negara seperti Cina, India, dan Malaysia, 41% dari orang dewasa menderita Myopia hingga 1.00.
Sering membaca dengan jarak yang terlalu dekat menggunakan cahaya yang terlalu malap boleh
menyebabkan anak-anak mendapat myopia. Begitu juga berbagai pekerjaan yang mengharuskan
melihat benda dari jarak dekat seperti menjahit.Sebaliknya bermain atau olah raga di luar selama 2-3
jam dengan sinaran cahaya matahari (seelok-eloknya pagi) boleh mengurangkan
kemungkinan mendapat Myopia.
Para peneliti Australia menyimpulkan bahwa paparan pada sinar
matahari bermanfaat untuk membatasi pertumbuhan bola mata yang boleh menyebabkan Myopia atau
Rabun Jauh.Mereka membandingkan anak-anak dari negara maju seperti Australia dan Singapura. Anakanak Singapura yang rata-rata hanya menghabiskan waktu 30 minit di luar rumah ternyata 90%
mengidap Myopia sehingga perlu memakai kacamata baik secara tetap atau pun sementara waktu.
Sementara anak-anak Australia yang menghabiskan waktu 2-3 jam untuk bermain di luar rumah hanya
20% yang menderita Myopia. Sinaran matahari di luar rumah boleh menambah dopamine pada mata
yang dapat mencegah Myopia.
18. Antara simptom-simptom rabun jauh adalah:
penglihatan kabur atau terpaksa mengecilkan mata untuk melihat objek jauh
keletihan pada mata
sakit kepala (jarang)
Jadi pencegahan penyakit Myopia dapat dilakukan sebagai berikut:
Jangan membaca terlalu dekat (minima sepanjang siku anda)
Membacalah di ruangan yang cukup terang
Jangan membaca sambil berbaring
Hindari menonton TV/main play station terlalu dekat secara terus menerus
Hindari memakai komputer dengan monitor terlampau dekat. Sekali-sekali pandanglah ke
tempat yang jauh.
Bermainlah di luar rumah selama 2-3 jam setiap hari dan lihat obyek yang jauh
Berolahragalah agar otot-otot anda termasuk mata jadi kuat
Makanlah makanan yang bermanfaat bagi mata anda seperti vitamin A, Beta Karotin, dan
sebagainya.
http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2125789-pengertian-rabun-dekat-hipermetropi/