SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
1 
Membangun Budaya ‘Unggul’ dan ‘Memimpin’ 
dengan Spirit Fastabiqul Khairât 
Umat Islam harus memiliki keunggulan dan memanfaatkannya untuk menjadi pemimpin umat manusia. Itulah – antara lain – spirit (ruh) yang bisa kita tangkap dari firman Allah dalam QS Āli ‘Imrân/3: 110, 
مُرُ 
ْ 
خْرِجَتْ لِلنَاسِ تَأ 
ُ 
مَّةٍ أ 
ُ 
كُنتُمْ خَيَْْ أ ونَ بِالْمَعْرُوفِ 
وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِّنُونَ بِالَلِّ هْلُ 
َ 
وَلَوْ آمَّنَ أ 
الْكِتَابِ لَكََنَ خَيًْْا لَهُم كْثََُهُمُ 
َ 
مِّّنْهُمُ الْمُؤْمِّنُونَ وَأ 
الْفَاسِقُونَ 
“Kamu sekalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” 
Oleh karena itu, Allah mengingatkan diri kita dengan sebuah perintah, 
وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِِّهَا 
ٍ 
وَلِكُُ قُوا فَاسْتَبِ يََْْاتِ الْْ يْنَ مَّا 
َ 
أ 
تِ بِكُمُ الَلُّ جََِيعًا 
ْ 
تَكُونُوا يَأ شََْءٍ 
ِ 
إِنَ الَلَّ عََلَٰ كُُ 
قَدِيرٌ 
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berkompetisilah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS al-Baqarah/2: 148). 
Ada seorang sahabat saya yang selalu mengingat diri saya: “Hidup adalah fungsi dari waktu. Ia terus saja berjalan, tidak ada delay. Maka tataplah ‘jam’ yang melekat di dindingmu, adakah ia pernah menunggumu?”
2 
Dia ceritakan sebuah kisah tentang seorang lelaki surgawi yang tak mau menunggu, ia selalu bersemangat untuk menjadi yang terdepan – pertama dan utama – dalam berbuat kebaikan (al-khair). Dalam suatu kesempatan, Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam memaparkan profil penghuni surga tanpa azab dan hisab mulai dari para nabi hingga dirinya (Nabi Muhammad s.a.w.) sendiri di hadapan para sahabatnya. Di saat itu, para sahabat pun sudah mulai kasak-kusuk, menduga-duga, gusar, seperti apakah gerangan figur ‘istimewa’ tersebut? 
Ketika itu Nabi s.a.w. bertanya kepada para sahabatnya, “Apa yang kalian bicarakan?”, maka setelah mereka memberitahukan, Sang Nabi s.a.w. pun bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang tidak melakukan ruqyah, tidak meramal yang buruk-buruk dan kepada Rabbnya mereka bertawakkal.” 
Tiba-tiba saja, seorang lelaki bangkit dan berkata, “Berdoalah kepada Allah agar Dia menjadikan aku termasuk golongan mereka”. Setelah itu, ada lagi lelaki yang bangkit, untuk kedua kalinya dengan permintaan yang sama, “Berdoalah kepada Allah agar Dia menjadikan aku termasuk golongan mereka”, Rasulullah s.a.w. pun menjawab, “Engkau sudah didahului ‘Ukasyah”. Sebagaimana yang telah diceritakan oleh Abu Hurairah r.a., 
“Saya mendengar Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ada satu rombongan dari umatku yang akan masuk surga, jumlah mereka tujuh puluh ribu, wajah mereka bersinar seperti rembulan di malam purnama, " lalu ‘Ukasyah bin Mihshan al-Asadi mengangkat namirah (semacam kain wool) yang ia kenakan seraya berkata; "Wahai Rasulullah, do'akanlah aku agar termasuk dari mereka,"
3 
maka beliau bersabda: "Ya Allah, jadikanlah ia termasuk dari mereka, " kemudian seorang laki-laki dari Anshar bangun dan berkata; "Wahai Rasulullah, do'akanlah aku agar termasuk dari mereka, " maka beliau bersabda: "Engkau telah didahului Ukasyah." (HR Bukhari dari Abu Hurairah, Shahîh al-Bukhâriy, juz VII, hal. 189, hadis no. 5811)) 
Yah, pemuda yang pertama kali bangkit adalah ‘Ukasyah bin Mihsan. ‘Ukasyah tidak perlu menunggu untuk menjadi yang kedua. Karena keberaniannya pada kesempatan yang pertama, permohonannya di ‘amini’ oleh Rasulullah s.a.w.. Seperti api yang menyala-nyala, seperti itulah semangat ‘Ukasyah yang selalu hadir di awal kesempatan, dan tak pernah mau hadir di akhir kesempatan. Inilah ruh (spirit) para sahabat Rasulullah s.a.w., mereka memiliki satu budaya yang sudah lama kita tinggalkan. Budaya fastabiqul khairât, berkompetisi dalam kebaikan, untuk menjadi yang pertama dan utama dalam hal kebaikan. Sebagaimana firman Allah: 
ولَـٰئِكَ يسَُارِعُونَ فِِ الَْْيَْْاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ 
ُ 
أ 
“Mereka itu bergegas segera dalam meraih kebaikan, Dan merekalah orang-orang yang terdahulu memerolehnya,” (QS al-Mu’minûn/23: 61). 
Ketika turun ayat tentang hijab, tanpa membuang tempo, para shahabiyah pun langsung mengambil kain-kain mereka dan melilitkan ke seluruh tubuhnya. Para shahabiyah yang berada di pasar-pasar lantas tidak langsung pulang ke rumah. Mereka memilih untuk bersembunyi di balik batu-batu besar, menunggu malam yang sepi barulah mereka pulang ke rumah. Lagi-lagi, ini adalah bukti, bahwa ‘para wanita’ dari sahabat-sahabat Rasulullah pun adalah orang-orang yang memiliki budaya fastabiqul khairât, budaya tak mau menunggu dan selalu berkompetisi dalam ketaatan. 
Ironis! ‘Kini’ dalam masyarakat kita kondisinya sudah ssangat berbeda, kalau pun budaya kompetisi ini masih ‘ada’ dan ‘tersisa’, yang lebih digandrungi adalah budaya kompetisi dalam ranah keduniaan, yang seringkali tak mengindahkan batas-batas ketentuan syari’at Islam. Manusia ‘ini’ tengah terbuai untuk selalu berlomba-lomba dalam memerkaya diri, mempercantik rupa, menggagah-gagahkan sikap, mengejar jabatan, mencicil gelar demi gelar apa pun (termasuk gelar-gelar ‘formal’ akademis) dan menumpuk atribut-atribut keduniaan lainnya, tanpa mengindahkan rambu- rambu yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Na’ûdzu billâhi min dzâlik! 
Ingatlah pesan Rasulullah s.a.w. kepada umatnya:
4 
“Bahwasanya Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam pernah mengutus Abu ‘Ubaidah bin al-Jarrah ke Bahrain untuk mengambil jizyahnya. Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam membuat perjanjian damai dengan penduduk Bahrain, beliau mengangkat Al- ‘Ala` bin al-Hadlrami sebagai pemimpin mereka. Lalu Abu 'Ubaidah datang dengan membawa harta dari Bahrain, kaum Anshar pun mendengar kedatangan Abu 'Ubaidah, lalu mereka shalat shubuh bersama Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam, seusai shalat beliau beranjak pergi, namun mereka menghadang beliau, maka Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam tersenyum saat melihat mereka, setelah itu beliau bersabda: "Aku kira kalian mendengar bahwa Abu 'Ubaidah datang membawa sesuatu." Mereka menjawab: 'Benar, wahai Rasulullah.' Beliau bersabda: 'Bergembiralah dan berharaplah terhadap sesuatu yang dapat memudahkan kalian, demi Allah bukan kemiskinan yang aku takutkan pada kalian, tapi aku takut dunia dibentangkan untuk kalian seperti halnya dibentangkan pada orang
5 
sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba meraihnya sebagaimana mereka berlomba-lomba, lalu dunia itu membinasakan kalian seperti halnya mereka binasa.” (HR Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy, juz IV, hal. 117, hadis no. 3158, dan HR Muslim, Shahîh Muslim, juz VIII, hal. 212, hadis no. 7614, dari ‘Amr bin ‘Auf al-Anshari) 
Kita – umat Islam – tidak dilarang untuk menggapai dunia seisinya. Tetapi jangan pernah lupa untuk apa perolehan itu. Karena ‘rumah’ akherat selalu menanti kehadiran kita. Jikalau pun kita telah dan tengah memeroleh ‘dunia’, maka teruslah melangkah sebagai orang yang sadar bahwa diri kita tengah dititipi amanah, berjalanlah sambil merunduk, indahkan titipan itu dengan keihklasan dan niat pengabdian (ibadah) kepada Allah. Ingatlah selalu dengan ruh (spirit) fastabiqul khairât, agar diri kita menjadi orang-orang yang terpilih. 
Dalam QS Fâthir /35: 32, Allah menggambarkan purwarupa atau prototipe kita – manusia -- menjadi tiga jenis, 
وْرَثْنَا الْكِتَابَ الََِّينَ اصْطَفَيْنَا مِّنْ عِبَادِنَا 
َ 
ثُمَ أ فَمِنْهُمْ 
ظَالِمٌ لَِِّفْسِهِ وَمِّنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمِّنْهُمْ سَابِقٌ بِالَْْيَْْاتِ بِإِذْنِ 
الَلِّ ذَ لِكَ هُوَ الْفَ لُْْ الْكَبِيُْ 
“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba kami, lalu diantara mereka ada yang mezalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada pula yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar,” 
Jenis pertama adalah: “mereka yang disebut sebagai manusia yang zalim”. Keburukan mereka lebih banyak daripada kebaikan yang mereka ukir. Mereka menghabiskan usia pada perkara-perkara yang Allah tidak ridhai.” Inilah karakteristik orang-orang kafir. 
Jenis yang kedua adalah: “mereka yang berada dalam posisi pertengahan”. Dalam makna, di satu waktu mereka melakukan keburukan, tetapi di waktu lain mereka pun melakukan kebaikan. Merekalah orang yang ‘ibadah’ (ketaatan)-nya jalan, ‘keburukan’ (kemaksiatan)-nya pun jalan. Ketaatan dan kemaksiatanya seiring-sejalan.” Inilah karakteristik orang- orang munafik.
6 
Dan jenis yang ketiga adalah: “mereka yang selalu membangun budaya fastabiqul khairât”, senantiasa berkompetisi dalam ketaatan. Inilah karakteristik orang-orang yang beriman, yang pernah ditunjukkan oleh para sahabat Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Karena budaya fastabiqul khairât inilah para sahabat Nabi s.a.w. pantas dikatakan sebagai “khairu ummah” atau generasi yang terbaik. Mereka tidak pernah melewatkan momentum untuk menjalankan ketaatan kepada Allah. Tak rela melepaskan kesempatan untuk mengisi setiap desahan nafas dalam ketaatan kepada Allah. Mereka selalu memaksimalkan setiap pintu kebaikan yang Allah bukakan. 
Nah, sejenak kita menengok purwarupa di atas, kita perlu bertanya kepada diri kita masing-masing: “apakah diri kita telah, tengah dan akan selalu menjadi manusia jenis ketiga? Jawabnya ‘tentu’ kembali kepada diri kita masing-masing. “Bersedia dan beranikah kita memulai dengan segala risikonya?” 
Kini, saatnya kita berkontemplasi, alangkah berbedanya ghîrah/semangat beribadah para sahabat Rasulullah s.a.w. yang ditunjukkan dalam ayat di atas dengan mayoritas umat (yang mengaku) Islam sekarang ini. Terlalu sering ‘umat Islam (dan bukan tidak mungkin juga telah, tengah dan akan selalu terjadi pada diri kita) tidak memiliki semangat untuk ber- fastabiqul khairât- berkompteisi dalam kebaikan. Kita seolah telah merasa cukup dan baik-baik saja berada di luar arena, menjadi penonton atau bahkan komentator, pengeritik kompetisi yang tengah berlangsung, yang ditunjukkan dengan berbagai kebaikan yang dilakukan oleh orang lain yang kini tengah unggul dan memimpin ‘dunia’. Sementara diri kita (baca: umat Islam) tengah terpuruh menjadi yang ‘tengah’ dipimpin dengan arahan mereka yang seringkali berseberangan dengan ruh (spirit) Islam. 
Terkadang kita ‘puas’ memosisikan diri sebagai komentator dan kritikus tanpa terlibat dalam perlombaan meraih untuk ridha Allah. Sebuah peran yang teramat melelahkan, membuang-buang waktu. Benar-benar akan sebuah musibah jika kita kehilangan kesempatan dalam ketaatan kepada Allah, lantas kita tenang-tenang saja dan tak mau berupaya untuk ber- fastabiqul khairât, seperti ‘Ukasyah yang dengan gagah berani untuk ‘bangkit’ menjadi yang pertama dan utama. 
Mari kita mulai berbenah diri untuk menjadi ‘Sang Pemenang’ dengan ruh (spirit) fastabiqul khairât, dan jangan pernah merasa puas dengan hanya menjadi penonton. Marilah kita bangun budaya ‘kita’ (baca umat Islam) yang telah lama kita tinggalkan: ”Budaya Fastabiqul Khairât.” 
Mari kita berdoa: “Semoga Allah selalu meridhai setiap langkah kita.”
7 
Āmîn Yâ Mujîbas Sâilîn.

More Related Content

What's hot

Membongkar kedok sufi
Membongkar kedok sufiMembongkar kedok sufi
Membongkar kedok sufiHelmon Chan
 
mereka yang menggenggam bara api
mereka yang menggenggam bara apimereka yang menggenggam bara api
mereka yang menggenggam bara apiR&R Darulkautsar
 
Ajaran Syiah
Ajaran SyiahAjaran Syiah
Ajaran Syiahaswajanu
 
Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)
Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)
Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)BahRum Subagia
 
Iltizam (Komitmen) dalam dakwah
Iltizam (Komitmen) dalam dakwahIltizam (Komitmen) dalam dakwah
Iltizam (Komitmen) dalam dakwahMuhammad Jamhuri
 
Sirah Nabawiyah 108: Bendera (Perang) Pertama
Sirah Nabawiyah 108: Bendera (Perang) PertamaSirah Nabawiyah 108: Bendera (Perang) Pertama
Sirah Nabawiyah 108: Bendera (Perang) PertamaAbuNailah
 
Sirah Nabawiyah 92: Karakter Umum Dakwah Fase Makkah
Sirah Nabawiyah 92: Karakter Umum Dakwah Fase MakkahSirah Nabawiyah 92: Karakter Umum Dakwah Fase Makkah
Sirah Nabawiyah 92: Karakter Umum Dakwah Fase MakkahAbuNailah
 
76 karakter2 yahudi dalam al-Qur'an
76 karakter2 yahudi dalam al-Qur'an76 karakter2 yahudi dalam al-Qur'an
76 karakter2 yahudi dalam al-Qur'anSultan Aziansyah
 
Sirah nabawiyah muhammad said ramadhan al butti
Sirah nabawiyah   muhammad said ramadhan al buttiSirah nabawiyah   muhammad said ramadhan al butti
Sirah nabawiyah muhammad said ramadhan al buttiAnggit T A W
 
Makalah dorongan mencari rizki yang halal
Makalah dorongan mencari rizki yang halalMakalah dorongan mencari rizki yang halal
Makalah dorongan mencari rizki yang halalzaida.masruroh
 
Sirah Nabawiyah: Masa kenabian dan kerasulan sampai hijrah
Sirah Nabawiyah: Masa kenabian dan kerasulan sampai hijrahSirah Nabawiyah: Masa kenabian dan kerasulan sampai hijrah
Sirah Nabawiyah: Masa kenabian dan kerasulan sampai hijrahPAUSIL ABU
 
Sirah Nabawiyah 83: Kelanjutan Dakwah di Yatsrib
Sirah Nabawiyah 83: Kelanjutan Dakwah di YatsribSirah Nabawiyah 83: Kelanjutan Dakwah di Yatsrib
Sirah Nabawiyah 83: Kelanjutan Dakwah di YatsribAbuNailah
 
Perlunya al qur'an-diturunkan
Perlunya al qur'an-diturunkanPerlunya al qur'an-diturunkan
Perlunya al qur'an-diturunkanSultan Aziansyah
 
Bahaya syiah terhadap negara 1.0
Bahaya syiah terhadap negara 1.0Bahaya syiah terhadap negara 1.0
Bahaya syiah terhadap negara 1.0mohdasrimohdhasim
 
Meneladani akhlaq rasulullah
Meneladani akhlaq rasulullahMeneladani akhlaq rasulullah
Meneladani akhlaq rasulullahSofyan Siroj
 
Pentingnya Niat dan Ngaji
Pentingnya Niat dan NgajiPentingnya Niat dan Ngaji
Pentingnya Niat dan NgajiErwin Wahyu
 
BUKU: Menyingkap aqidah Syiah Kecil
BUKU: Menyingkap aqidah Syiah KecilBUKU: Menyingkap aqidah Syiah Kecil
BUKU: Menyingkap aqidah Syiah KecilMarina Nawia
 

What's hot (20)

Membongkar kedok sufi
Membongkar kedok sufiMembongkar kedok sufi
Membongkar kedok sufi
 
mereka yang menggenggam bara api
mereka yang menggenggam bara apimereka yang menggenggam bara api
mereka yang menggenggam bara api
 
Menjadi murabbi sukses
Menjadi murabbi suksesMenjadi murabbi sukses
Menjadi murabbi sukses
 
Menjadi Murabbi Sukses
Menjadi Murabbi SuksesMenjadi Murabbi Sukses
Menjadi Murabbi Sukses
 
Ajaran Syiah
Ajaran SyiahAjaran Syiah
Ajaran Syiah
 
Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)
Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)
Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)
 
Jalan dakwah
Jalan dakwahJalan dakwah
Jalan dakwah
 
Iltizam (Komitmen) dalam dakwah
Iltizam (Komitmen) dalam dakwahIltizam (Komitmen) dalam dakwah
Iltizam (Komitmen) dalam dakwah
 
Sirah Nabawiyah 108: Bendera (Perang) Pertama
Sirah Nabawiyah 108: Bendera (Perang) PertamaSirah Nabawiyah 108: Bendera (Perang) Pertama
Sirah Nabawiyah 108: Bendera (Perang) Pertama
 
Sirah Nabawiyah 92: Karakter Umum Dakwah Fase Makkah
Sirah Nabawiyah 92: Karakter Umum Dakwah Fase MakkahSirah Nabawiyah 92: Karakter Umum Dakwah Fase Makkah
Sirah Nabawiyah 92: Karakter Umum Dakwah Fase Makkah
 
76 karakter2 yahudi dalam al-Qur'an
76 karakter2 yahudi dalam al-Qur'an76 karakter2 yahudi dalam al-Qur'an
76 karakter2 yahudi dalam al-Qur'an
 
Sirah nabawiyah muhammad said ramadhan al butti
Sirah nabawiyah   muhammad said ramadhan al buttiSirah nabawiyah   muhammad said ramadhan al butti
Sirah nabawiyah muhammad said ramadhan al butti
 
Makalah dorongan mencari rizki yang halal
Makalah dorongan mencari rizki yang halalMakalah dorongan mencari rizki yang halal
Makalah dorongan mencari rizki yang halal
 
Sirah Nabawiyah: Masa kenabian dan kerasulan sampai hijrah
Sirah Nabawiyah: Masa kenabian dan kerasulan sampai hijrahSirah Nabawiyah: Masa kenabian dan kerasulan sampai hijrah
Sirah Nabawiyah: Masa kenabian dan kerasulan sampai hijrah
 
Sirah Nabawiyah 83: Kelanjutan Dakwah di Yatsrib
Sirah Nabawiyah 83: Kelanjutan Dakwah di YatsribSirah Nabawiyah 83: Kelanjutan Dakwah di Yatsrib
Sirah Nabawiyah 83: Kelanjutan Dakwah di Yatsrib
 
Perlunya al qur'an-diturunkan
Perlunya al qur'an-diturunkanPerlunya al qur'an-diturunkan
Perlunya al qur'an-diturunkan
 
Bahaya syiah terhadap negara 1.0
Bahaya syiah terhadap negara 1.0Bahaya syiah terhadap negara 1.0
Bahaya syiah terhadap negara 1.0
 
Meneladani akhlaq rasulullah
Meneladani akhlaq rasulullahMeneladani akhlaq rasulullah
Meneladani akhlaq rasulullah
 
Pentingnya Niat dan Ngaji
Pentingnya Niat dan NgajiPentingnya Niat dan Ngaji
Pentingnya Niat dan Ngaji
 
BUKU: Menyingkap aqidah Syiah Kecil
BUKU: Menyingkap aqidah Syiah KecilBUKU: Menyingkap aqidah Syiah Kecil
BUKU: Menyingkap aqidah Syiah Kecil
 

Similar to Membangun budaya ungguم dan memimpin

3 wasiat Rasulullah.pdf
3 wasiat Rasulullah.pdf3 wasiat Rasulullah.pdf
3 wasiat Rasulullah.pdfirfantaju
 
04 KARAKTERISTIK JAMAAH DAKWAH.pptx
04 KARAKTERISTIK JAMAAH DAKWAH.pptx04 KARAKTERISTIK JAMAAH DAKWAH.pptx
04 KARAKTERISTIK JAMAAH DAKWAH.pptxBudiPrasetyo203326
 
DAKWAH ISLAM KAFFAH DAN BERJAMAAH.pptx
DAKWAH ISLAM KAFFAH DAN BERJAMAAH.pptxDAKWAH ISLAM KAFFAH DAN BERJAMAAH.pptx
DAKWAH ISLAM KAFFAH DAN BERJAMAAH.pptxAhmadyassin33
 
Metafisika 3.b
Metafisika 3.bMetafisika 3.b
Metafisika 3.bSyafrizal
 
kuliah_IV _hakikat_manusia_menurut_islam_ok.ppt
kuliah_IV _hakikat_manusia_menurut_islam_ok.pptkuliah_IV _hakikat_manusia_menurut_islam_ok.ppt
kuliah_IV _hakikat_manusia_menurut_islam_ok.pptKalmaAlmira
 
Psikologi Perkembangan Manusia Menurut Islam
Psikologi Perkembangan Manusia Menurut IslamPsikologi Perkembangan Manusia Menurut Islam
Psikologi Perkembangan Manusia Menurut Islamikbarmuhyi
 
Jangan memandang rendah (revisi)
Jangan memandang rendah (revisi)Jangan memandang rendah (revisi)
Jangan memandang rendah (revisi)Muhsin Hariyanto
 
KARAKTERISTIK JAMAAH DAKWAH.pptx
KARAKTERISTIK JAMAAH DAKWAH.pptxKARAKTERISTIK JAMAAH DAKWAH.pptx
KARAKTERISTIK JAMAAH DAKWAH.pptxMuhammad Billah
 
TULISAN TERAKHIR HASAN AL BANNA SEBELUM DIBUNUH
TULISAN TERAKHIR HASAN AL BANNA SEBELUM DIBUNUHTULISAN TERAKHIR HASAN AL BANNA SEBELUM DIBUNUH
TULISAN TERAKHIR HASAN AL BANNA SEBELUM DIBUNUHandri zulfikar
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiMuhsin Hariyanto
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiMuhsin Hariyanto
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiMuhsin Hariyanto
 
29 Karakteristik Jamaah Dakwah - Nasihat Ustadz.pptx
29 Karakteristik Jamaah Dakwah - Nasihat Ustadz.pptx29 Karakteristik Jamaah Dakwah - Nasihat Ustadz.pptx
29 Karakteristik Jamaah Dakwah - Nasihat Ustadz.pptxahmad jazuli
 
Akhlaq muslim sejati
Akhlaq muslim sejatiAkhlaq muslim sejati
Akhlaq muslim sejatiSlight Hope
 
Contoh contoh kemusyrikan yang membudaya
Contoh contoh kemusyrikan yang membudayaContoh contoh kemusyrikan yang membudaya
Contoh contoh kemusyrikan yang membudayaandriishaq
 
Kompilasi khutbah-jumat-1
Kompilasi khutbah-jumat-1Kompilasi khutbah-jumat-1
Kompilasi khutbah-jumat-1Azwir Azwir
 
Metode shahih menegakkan khilafah
Metode shahih menegakkan khilafah Metode shahih menegakkan khilafah
Metode shahih menegakkan khilafah Edy Supriyono
 
Tanggung jawab pemuda islam
Tanggung jawab pemuda islamTanggung jawab pemuda islam
Tanggung jawab pemuda islamAl Faruuq
 

Similar to Membangun budaya ungguم dan memimpin (20)

3 wasiat Rasulullah.pdf
3 wasiat Rasulullah.pdf3 wasiat Rasulullah.pdf
3 wasiat Rasulullah.pdf
 
04 KARAKTERISTIK JAMAAH DAKWAH.pptx
04 KARAKTERISTIK JAMAAH DAKWAH.pptx04 KARAKTERISTIK JAMAAH DAKWAH.pptx
04 KARAKTERISTIK JAMAAH DAKWAH.pptx
 
DAKWAH ISLAM KAFFAH DAN BERJAMAAH.pptx
DAKWAH ISLAM KAFFAH DAN BERJAMAAH.pptxDAKWAH ISLAM KAFFAH DAN BERJAMAAH.pptx
DAKWAH ISLAM KAFFAH DAN BERJAMAAH.pptx
 
Metafisika 3.b
Metafisika 3.bMetafisika 3.b
Metafisika 3.b
 
kuliah_IV _hakikat_manusia_menurut_islam_ok.ppt
kuliah_IV _hakikat_manusia_menurut_islam_ok.pptkuliah_IV _hakikat_manusia_menurut_islam_ok.ppt
kuliah_IV _hakikat_manusia_menurut_islam_ok.ppt
 
Psikologi Perkembangan Manusia Menurut Islam
Psikologi Perkembangan Manusia Menurut IslamPsikologi Perkembangan Manusia Menurut Islam
Psikologi Perkembangan Manusia Menurut Islam
 
Jangan memandang rendah (revisi)
Jangan memandang rendah (revisi)Jangan memandang rendah (revisi)
Jangan memandang rendah (revisi)
 
KARAKTERISTIK JAMAAH DAKWAH.pptx
KARAKTERISTIK JAMAAH DAKWAH.pptxKARAKTERISTIK JAMAAH DAKWAH.pptx
KARAKTERISTIK JAMAAH DAKWAH.pptx
 
TULISAN TERAKHIR HASAN AL BANNA SEBELUM DIBUNUH
TULISAN TERAKHIR HASAN AL BANNA SEBELUM DIBUNUHTULISAN TERAKHIR HASAN AL BANNA SEBELUM DIBUNUH
TULISAN TERAKHIR HASAN AL BANNA SEBELUM DIBUNUH
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
 
29 Karakteristik Jamaah Dakwah - Nasihat Ustadz.pptx
29 Karakteristik Jamaah Dakwah - Nasihat Ustadz.pptx29 Karakteristik Jamaah Dakwah - Nasihat Ustadz.pptx
29 Karakteristik Jamaah Dakwah - Nasihat Ustadz.pptx
 
Akhlaq muslim sejati
Akhlaq muslim sejatiAkhlaq muslim sejati
Akhlaq muslim sejati
 
Contoh contoh kemusyrikan yang membudaya
Contoh contoh kemusyrikan yang membudayaContoh contoh kemusyrikan yang membudaya
Contoh contoh kemusyrikan yang membudaya
 
Al ummah
Al ummahAl ummah
Al ummah
 
Kompilasi khutbah-jumat-1
Kompilasi khutbah-jumat-1Kompilasi khutbah-jumat-1
Kompilasi khutbah-jumat-1
 
Metode shahih menegakkan khilafah
Metode shahih menegakkan khilafah Metode shahih menegakkan khilafah
Metode shahih menegakkan khilafah
 
Membaca zaman
Membaca zamanMembaca zaman
Membaca zaman
 
Tanggung jawab pemuda islam
Tanggung jawab pemuda islamTanggung jawab pemuda islam
Tanggung jawab pemuda islam
 

More from Muhsin Hariyanto

Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahMuhsin Hariyanto
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanMuhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMuhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabulMuhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamMuhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifMuhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 

Membangun budaya ungguم dan memimpin

  • 1. 1 Membangun Budaya ‘Unggul’ dan ‘Memimpin’ dengan Spirit Fastabiqul Khairât Umat Islam harus memiliki keunggulan dan memanfaatkannya untuk menjadi pemimpin umat manusia. Itulah – antara lain – spirit (ruh) yang bisa kita tangkap dari firman Allah dalam QS Āli ‘Imrân/3: 110, مُرُ ْ خْرِجَتْ لِلنَاسِ تَأ ُ مَّةٍ أ ُ كُنتُمْ خَيَْْ أ ونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِّنُونَ بِالَلِّ هْلُ َ وَلَوْ آمَّنَ أ الْكِتَابِ لَكََنَ خَيًْْا لَهُم كْثََُهُمُ َ مِّّنْهُمُ الْمُؤْمِّنُونَ وَأ الْفَاسِقُونَ “Kamu sekalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” Oleh karena itu, Allah mengingatkan diri kita dengan sebuah perintah, وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِِّهَا ٍ وَلِكُُ قُوا فَاسْتَبِ يََْْاتِ الْْ يْنَ مَّا َ أ تِ بِكُمُ الَلُّ جََِيعًا ْ تَكُونُوا يَأ شََْءٍ ِ إِنَ الَلَّ عََلَٰ كُُ قَدِيرٌ “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berkompetisilah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS al-Baqarah/2: 148). Ada seorang sahabat saya yang selalu mengingat diri saya: “Hidup adalah fungsi dari waktu. Ia terus saja berjalan, tidak ada delay. Maka tataplah ‘jam’ yang melekat di dindingmu, adakah ia pernah menunggumu?”
  • 2. 2 Dia ceritakan sebuah kisah tentang seorang lelaki surgawi yang tak mau menunggu, ia selalu bersemangat untuk menjadi yang terdepan – pertama dan utama – dalam berbuat kebaikan (al-khair). Dalam suatu kesempatan, Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam memaparkan profil penghuni surga tanpa azab dan hisab mulai dari para nabi hingga dirinya (Nabi Muhammad s.a.w.) sendiri di hadapan para sahabatnya. Di saat itu, para sahabat pun sudah mulai kasak-kusuk, menduga-duga, gusar, seperti apakah gerangan figur ‘istimewa’ tersebut? Ketika itu Nabi s.a.w. bertanya kepada para sahabatnya, “Apa yang kalian bicarakan?”, maka setelah mereka memberitahukan, Sang Nabi s.a.w. pun bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang tidak melakukan ruqyah, tidak meramal yang buruk-buruk dan kepada Rabbnya mereka bertawakkal.” Tiba-tiba saja, seorang lelaki bangkit dan berkata, “Berdoalah kepada Allah agar Dia menjadikan aku termasuk golongan mereka”. Setelah itu, ada lagi lelaki yang bangkit, untuk kedua kalinya dengan permintaan yang sama, “Berdoalah kepada Allah agar Dia menjadikan aku termasuk golongan mereka”, Rasulullah s.a.w. pun menjawab, “Engkau sudah didahului ‘Ukasyah”. Sebagaimana yang telah diceritakan oleh Abu Hurairah r.a., “Saya mendengar Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ada satu rombongan dari umatku yang akan masuk surga, jumlah mereka tujuh puluh ribu, wajah mereka bersinar seperti rembulan di malam purnama, " lalu ‘Ukasyah bin Mihshan al-Asadi mengangkat namirah (semacam kain wool) yang ia kenakan seraya berkata; "Wahai Rasulullah, do'akanlah aku agar termasuk dari mereka,"
  • 3. 3 maka beliau bersabda: "Ya Allah, jadikanlah ia termasuk dari mereka, " kemudian seorang laki-laki dari Anshar bangun dan berkata; "Wahai Rasulullah, do'akanlah aku agar termasuk dari mereka, " maka beliau bersabda: "Engkau telah didahului Ukasyah." (HR Bukhari dari Abu Hurairah, Shahîh al-Bukhâriy, juz VII, hal. 189, hadis no. 5811)) Yah, pemuda yang pertama kali bangkit adalah ‘Ukasyah bin Mihsan. ‘Ukasyah tidak perlu menunggu untuk menjadi yang kedua. Karena keberaniannya pada kesempatan yang pertama, permohonannya di ‘amini’ oleh Rasulullah s.a.w.. Seperti api yang menyala-nyala, seperti itulah semangat ‘Ukasyah yang selalu hadir di awal kesempatan, dan tak pernah mau hadir di akhir kesempatan. Inilah ruh (spirit) para sahabat Rasulullah s.a.w., mereka memiliki satu budaya yang sudah lama kita tinggalkan. Budaya fastabiqul khairât, berkompetisi dalam kebaikan, untuk menjadi yang pertama dan utama dalam hal kebaikan. Sebagaimana firman Allah: ولَـٰئِكَ يسَُارِعُونَ فِِ الَْْيَْْاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ ُ أ “Mereka itu bergegas segera dalam meraih kebaikan, Dan merekalah orang-orang yang terdahulu memerolehnya,” (QS al-Mu’minûn/23: 61). Ketika turun ayat tentang hijab, tanpa membuang tempo, para shahabiyah pun langsung mengambil kain-kain mereka dan melilitkan ke seluruh tubuhnya. Para shahabiyah yang berada di pasar-pasar lantas tidak langsung pulang ke rumah. Mereka memilih untuk bersembunyi di balik batu-batu besar, menunggu malam yang sepi barulah mereka pulang ke rumah. Lagi-lagi, ini adalah bukti, bahwa ‘para wanita’ dari sahabat-sahabat Rasulullah pun adalah orang-orang yang memiliki budaya fastabiqul khairât, budaya tak mau menunggu dan selalu berkompetisi dalam ketaatan. Ironis! ‘Kini’ dalam masyarakat kita kondisinya sudah ssangat berbeda, kalau pun budaya kompetisi ini masih ‘ada’ dan ‘tersisa’, yang lebih digandrungi adalah budaya kompetisi dalam ranah keduniaan, yang seringkali tak mengindahkan batas-batas ketentuan syari’at Islam. Manusia ‘ini’ tengah terbuai untuk selalu berlomba-lomba dalam memerkaya diri, mempercantik rupa, menggagah-gagahkan sikap, mengejar jabatan, mencicil gelar demi gelar apa pun (termasuk gelar-gelar ‘formal’ akademis) dan menumpuk atribut-atribut keduniaan lainnya, tanpa mengindahkan rambu- rambu yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Na’ûdzu billâhi min dzâlik! Ingatlah pesan Rasulullah s.a.w. kepada umatnya:
  • 4. 4 “Bahwasanya Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam pernah mengutus Abu ‘Ubaidah bin al-Jarrah ke Bahrain untuk mengambil jizyahnya. Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam membuat perjanjian damai dengan penduduk Bahrain, beliau mengangkat Al- ‘Ala` bin al-Hadlrami sebagai pemimpin mereka. Lalu Abu 'Ubaidah datang dengan membawa harta dari Bahrain, kaum Anshar pun mendengar kedatangan Abu 'Ubaidah, lalu mereka shalat shubuh bersama Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam, seusai shalat beliau beranjak pergi, namun mereka menghadang beliau, maka Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam tersenyum saat melihat mereka, setelah itu beliau bersabda: "Aku kira kalian mendengar bahwa Abu 'Ubaidah datang membawa sesuatu." Mereka menjawab: 'Benar, wahai Rasulullah.' Beliau bersabda: 'Bergembiralah dan berharaplah terhadap sesuatu yang dapat memudahkan kalian, demi Allah bukan kemiskinan yang aku takutkan pada kalian, tapi aku takut dunia dibentangkan untuk kalian seperti halnya dibentangkan pada orang
  • 5. 5 sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba meraihnya sebagaimana mereka berlomba-lomba, lalu dunia itu membinasakan kalian seperti halnya mereka binasa.” (HR Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy, juz IV, hal. 117, hadis no. 3158, dan HR Muslim, Shahîh Muslim, juz VIII, hal. 212, hadis no. 7614, dari ‘Amr bin ‘Auf al-Anshari) Kita – umat Islam – tidak dilarang untuk menggapai dunia seisinya. Tetapi jangan pernah lupa untuk apa perolehan itu. Karena ‘rumah’ akherat selalu menanti kehadiran kita. Jikalau pun kita telah dan tengah memeroleh ‘dunia’, maka teruslah melangkah sebagai orang yang sadar bahwa diri kita tengah dititipi amanah, berjalanlah sambil merunduk, indahkan titipan itu dengan keihklasan dan niat pengabdian (ibadah) kepada Allah. Ingatlah selalu dengan ruh (spirit) fastabiqul khairât, agar diri kita menjadi orang-orang yang terpilih. Dalam QS Fâthir /35: 32, Allah menggambarkan purwarupa atau prototipe kita – manusia -- menjadi tiga jenis, وْرَثْنَا الْكِتَابَ الََِّينَ اصْطَفَيْنَا مِّنْ عِبَادِنَا َ ثُمَ أ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لَِِّفْسِهِ وَمِّنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمِّنْهُمْ سَابِقٌ بِالَْْيَْْاتِ بِإِذْنِ الَلِّ ذَ لِكَ هُوَ الْفَ لُْْ الْكَبِيُْ “Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba kami, lalu diantara mereka ada yang mezalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada pula yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar,” Jenis pertama adalah: “mereka yang disebut sebagai manusia yang zalim”. Keburukan mereka lebih banyak daripada kebaikan yang mereka ukir. Mereka menghabiskan usia pada perkara-perkara yang Allah tidak ridhai.” Inilah karakteristik orang-orang kafir. Jenis yang kedua adalah: “mereka yang berada dalam posisi pertengahan”. Dalam makna, di satu waktu mereka melakukan keburukan, tetapi di waktu lain mereka pun melakukan kebaikan. Merekalah orang yang ‘ibadah’ (ketaatan)-nya jalan, ‘keburukan’ (kemaksiatan)-nya pun jalan. Ketaatan dan kemaksiatanya seiring-sejalan.” Inilah karakteristik orang- orang munafik.
  • 6. 6 Dan jenis yang ketiga adalah: “mereka yang selalu membangun budaya fastabiqul khairât”, senantiasa berkompetisi dalam ketaatan. Inilah karakteristik orang-orang yang beriman, yang pernah ditunjukkan oleh para sahabat Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Karena budaya fastabiqul khairât inilah para sahabat Nabi s.a.w. pantas dikatakan sebagai “khairu ummah” atau generasi yang terbaik. Mereka tidak pernah melewatkan momentum untuk menjalankan ketaatan kepada Allah. Tak rela melepaskan kesempatan untuk mengisi setiap desahan nafas dalam ketaatan kepada Allah. Mereka selalu memaksimalkan setiap pintu kebaikan yang Allah bukakan. Nah, sejenak kita menengok purwarupa di atas, kita perlu bertanya kepada diri kita masing-masing: “apakah diri kita telah, tengah dan akan selalu menjadi manusia jenis ketiga? Jawabnya ‘tentu’ kembali kepada diri kita masing-masing. “Bersedia dan beranikah kita memulai dengan segala risikonya?” Kini, saatnya kita berkontemplasi, alangkah berbedanya ghîrah/semangat beribadah para sahabat Rasulullah s.a.w. yang ditunjukkan dalam ayat di atas dengan mayoritas umat (yang mengaku) Islam sekarang ini. Terlalu sering ‘umat Islam (dan bukan tidak mungkin juga telah, tengah dan akan selalu terjadi pada diri kita) tidak memiliki semangat untuk ber- fastabiqul khairât- berkompteisi dalam kebaikan. Kita seolah telah merasa cukup dan baik-baik saja berada di luar arena, menjadi penonton atau bahkan komentator, pengeritik kompetisi yang tengah berlangsung, yang ditunjukkan dengan berbagai kebaikan yang dilakukan oleh orang lain yang kini tengah unggul dan memimpin ‘dunia’. Sementara diri kita (baca: umat Islam) tengah terpuruh menjadi yang ‘tengah’ dipimpin dengan arahan mereka yang seringkali berseberangan dengan ruh (spirit) Islam. Terkadang kita ‘puas’ memosisikan diri sebagai komentator dan kritikus tanpa terlibat dalam perlombaan meraih untuk ridha Allah. Sebuah peran yang teramat melelahkan, membuang-buang waktu. Benar-benar akan sebuah musibah jika kita kehilangan kesempatan dalam ketaatan kepada Allah, lantas kita tenang-tenang saja dan tak mau berupaya untuk ber- fastabiqul khairât, seperti ‘Ukasyah yang dengan gagah berani untuk ‘bangkit’ menjadi yang pertama dan utama. Mari kita mulai berbenah diri untuk menjadi ‘Sang Pemenang’ dengan ruh (spirit) fastabiqul khairât, dan jangan pernah merasa puas dengan hanya menjadi penonton. Marilah kita bangun budaya ‘kita’ (baca umat Islam) yang telah lama kita tinggalkan: ”Budaya Fastabiqul Khairât.” Mari kita berdoa: “Semoga Allah selalu meridhai setiap langkah kita.”
  • 7. 7 Āmîn Yâ Mujîbas Sâilîn.