SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Download to read offline
1 
Larangan Mencukur Rambut dan Memotong Kuku 
Bagi Shâhibul Qurbân 
Beberapa kali penulis ditanya tentang maksud larangan mencukur rambut dan memotong kuku bagi shâhibul qurbân sejak tanggal 1 Dzulhijjah hingga penyembelihan hewan qurban yang diawali pelaksanaannya pada tanggal 10 Dzulhijjah. 
Karena hingga saat ini kontroversi tentang masalah itu masih ada di masyarakat, maka dalam tulisan ini penulis berkeinginan untuk memaparkan diskusi para ulama di seputar masalah ini. 
Konon, Al-Lajnah Ad-Dâimah (Komisi Fatwa di Saudi Arabia) pernah juga ditanya tentang masalah ini, “Katanya ada hadits yang menjelaskan bahwa siapa yang ingin berqurban atau keluarga yang diniatkan pahala untuk berqurban, maka ia tidak boleh mencukur bulu, rambut kepala dan juga memotong kuku sampai ia berqurban. Apakah larangan ini berlaku umum untuk seluruh anggota keluarga (yang diniatkan dalam pahala qurban), baik dewasa atau anak-anak? Ataukah larangan ini berlaku untuk yang sudah dewasa saja, tidak termasuk anak-anak? 
Para ulama yang terhimpun dalam Al-Lajnah Ad-Dâimah itu menjawab. Kami tidak mengetahui lafazh hadits sebagaimana yang penanya sebutkan. Lafazh yang kami tahu sebagaimana shahih dari Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam diriwayatkan oleh al-Jama’ah kecuali al-Bukhari, yaitu dari Ummu Salamah radhiyallâhu ‘anha, 
“Dari ummu Salamah, bahwa Nabi s.a.w. bersabda: Jika kalian telah menyaksikan hilal Dzulhijjah (maksudnya telah memasuki satu Dzulhijah, pen.) dan kalian ingin berqurban, maka hendaklah dia [Shâhibul Qurbân] membiarkan (artinya tidak memotong) rambut dan kukunya.” (Hadits Riwayat Muslim, Shahîh Muslim, VI/83, hadits nomor 5234; Hadits Riwayat Ibnu Hibban, Shahîh Ibni Hibbân, 13/237, hadits nomor 5916; Hadits Riwayat Abu Ya’la, Musnad Abî Ya’lâ, XII/340, hadits nomor 6910; Hadits Riwayat ad-Daruquthni, Sunan ad-Dâruquthnî, V/501, hadits nomor 4745; Hadits Riwayat al-Baihaqi, As-Sunan al-Kubrâ li al-Bayhaqî, IX/266, hadits nomor 91191; Hadits Riwayat Abu ‘Awanah, Mustakhraj Abî ‘Awânah, VIII/465, hadits nomor 6264 dan Hadits Riwayat ath-Thabrani, Al-Mu’jam al-Kabîr li ath-Thabrânî, XVII/205, hadits nomor 19362). 
Dalam lafazh lainnya dinyatakan,
2 
“Siapa saja yang ingin berqurban dan apabila telah memasuki awal Dzulhijah (1 Dzulhijah), maka janganlah ia memotong rambut dan kukunya sampai ia berqurban.” (Hadits Riwayat Muslim dari Ummu Salamah, Shahîh Muslim, VI/83, hadits nomor 5236; Hadits Riwayat Abu Dawud, Sunan Abî Dâwud, III/51, 2793; Hadits Riwayat Abu ‘Awanah, Mustakhraj Abî ‘Awânah, VIII/465, hadits nomor 6267; Hadits Riwayat Ath-Thahawi, Syarh Musykil al-Atsâr, 14/133, hadits nomor 5513 dan Hadits Riwayat Al-Baihaqi, Syu’ab al-Îmân, IX/445, hadits nomor 6948) 
Hadits ini secara tekstual menunjukkan ‘terlarang’nya memotong rambut dan kuku bagi orang yang ingin berqurban setelah memasuki 10 hari awal bulan Dzulhijah (mulai dari tanggal 1 Dzulhijah, pen.), dan tidak tepat dipahami sebagai larangan untuk memotong bulu (rambut) dan kuku hewan qurban, Rambut dan kuku yang dilarang untuk dipotong dalam hadis di atas adalah rambut dan kuku shâhibul qurbân, bukan rambut dan kuku hewan qurban. Karena dhâmir (kata ganti) yang digunakan dalam kalimat ‘شَعْرِهِ ’ dan ‘أَظْفَارِهِ ’ adalah kata ganti tunggal untuk jenis mudzakkar (laki-laki), yaitu kata ganti ‘ه’. Dan huruf ‘ه’ ini adalah kata ganti yang kembali kepada pemilik hewan qurban, bukan hewan qurbannya. 
Hadits pertama menunjukkan perintah untuk tidak memotong (rambut dan kuku). Asal perintah di sini menunjukkan wajibnya hal ini. Kami pun tidak mengetahui ada dalil yang memalingkan dari hukum asal yang wajib ini. Sedangkan riwayat kedua adalah larangan memotong (rambut dan kuku). Asal larangan di sini menunjukkan terlarangnya hal ini, yaitu terlarang memotong (rambut dan kuku). Kami pun tidak mengetahui ada dalil yang memalingkan dari hukum asal yang melarang hal ini. 
Secara jelas pula, hadits ini khusus bagi orang yang ingin berqurban. Adapun anggota keluarga yang diikutkan dalam pahala qurban, baik yang sudah dewasa atau belum, maka mereka tidak terlarang memotong bulu, rambut dan kuku. Meraka (selain yang berniat qurban) dihukumi sebagaimana hukum asal yaitu boleh memotong rambut dan kulit dan kami tidak mengetahui adanya dalil yang memalingkan dari hukum asal ini. 
Fatwa ini ditandatangani oleh Syaikh ‘Abdul ‘Azîz bin Baz sebagai Ketua, Syaikh ‘Abdur Razzâq ‘Afîfî sebagai Wakil Ketua, Syaikh ‘Abdullâh bin Mani’ dan Syaikh ‘Abdullah bin Ghadyan sebagai Anggota. [Fatwa Al-Lajnah Ad Dâ-imah lil Buhûts ‘Ilmiyyah wal Iftâ’, soal ketiga dari Fatwa no. 1407, 11/426-427, Darul Iftâ’]
3 
Penjelasan Larangan Memotong Rambut dan Kuku (An-Nawawi, Syarh Shahîh Muslim, VI/472) 
Para ulama berselisih pendapat mengenai orang yang akan memasuki 10 hari awal Dzulhijah dan berniat untuk berqurban. 
Pendapat Pertama 
Sa’id bin al-Musayyib, Rabi’ah, Imam Ahmad, Ishaq, Dawud dan sebagian murid-murid Imam Asy-Syafi’i mengatakan bahwa larangan memotong rambut dan kuku (bagi shâhibul qurbân) dihukumi haram sampai diadakan penyembelihan qurban pada waktu penyembelihan qurban. Secara zhâhir (tekstual), pendapat pertama ini melarang memotong rambut dan kuku bagi Shâhibul Qurbân berlaku sampai hewan qurbannya disembelih. Misalnya, hewan qurbannya akan disembelih pada hari tasyriq pertama (11 Dzulhijah), maka larangan tersebut berlaku sampai tanggal tersebut. 
Pendapat pertama yang menyatakan haram mendasarinya pada hadits larangan Shâhibul Qurbân memotong rambut dan kuku yang telah disebutukan dalam Fatwa Lajnah ad-Dâimah di atas. 
Pendapat Kedua 
Pendapat ini adalah pendapat Imam asy-Syafi’i dan murid-muridnya. Pendapat kedua ini menyakan bahwa larangan tersebut adalah makrûh, yaitu makrûh tanzîh, dan bukan harâm. 
Pendapat kedua menyatakannya makrûh dan bukan haram berdasarkan hadits ‘Aisyah r.a. yang menyatakan bahwa Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam pernah berqurban dan beliau tidak melarang apa yang Allah halalkan hingga beliau menyembelih hadyu (qurbannya di Makkah). Artinya di sini, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam tidak melakukan sebagaimana orang yang ihram yang tidak memotong rambut dan kukunya. Ini adalah anggapan dari pendapat kedua. Sehingga hadits di atas dipahami makrûh. 
Pendapat Ketiga 
Yaitu pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam Malik dalam salah satu pendapatnya menyatakan tidak makrûh sama sekali. 
Imam Malik dalam salah satu pendapat menyatakan bahwa larangan ini makrûh. Pendapat beliau lainnya mengatakan bahwa hal ini diharamkan dalam qurban yang sifatnya sunnah dan bukan pada qurban yang wajib.
4 
Ketika kita berpijak pada kaedah ushul fiqih yang menyatakan: “pada dsasarnya setiap larangan itu menunjukkan haram, sebelum adanya keterangan yang memalingkan ( الأصل في النهي التحريم إلا لقرينة ) (Zakaria bin Ghulam Qadir, Ushûlul Fiqh ‘Alâ Manhaj Ahlil Hadîts, I/86), maka pendapat yang lebih kuat adalah pendapat pertama, berdasarkan larangan yang disebutkan dalam hadits di atas, dan pendapat ini dianggap sebagai pendapat yang lebih hati-hati. Adapun pendapat ketiga adalah pendapat yang sangat-sangat lemah karena bertentangan dengan hadits larangan. Sedangkan pendapat yang memakruhkan juga dinilai kurang tepat, karena sebenarnya hadits ‘Aisyah r.a. hanya memaksudkan bahwa Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam melakukan perkara yang sifatnya keseharian yaitu memakai pakaian berjahit dan memakai harum-haruman, yang seperti ini tidak dibolehkan untuk orang yang ihram. Namun untuk memotong rambut adalah sesuatu yang jarang dilakukan (bukan kebiasaan keseharian) sehingga beliau masih tetap tidak memotong rambutnya ketika hendak berqurban. 
Sendainya kita berpendapat bahwa larangan itu bermakna ‘makrûh’ (tidak sampai pada derajat harâm), ketika kita mengamalkan hadits ini, dengan tidak memotong rambut dan kuku, maka perbuatan kita ini pun bisa dinyatakan sebagai perbuatan yang mulia. Wallâhu A’lamu bish-Shawâb. 
Apa yang dimaksud rambut yang tidak boleh dipotong? 
Yang dimaksud dengan larangan mencabut kuku dan rambut di sini menurut ulama Syafi’iyah adalah dengan cara memotong, memecahkan atau cara lainnya. Larangan di sini termasuk mencukur habis, memendekkannya, mencabutnya, membakarnya, atau memotongnya dengan bara api. Rambut yang dilarang dipotong tersebut termasuk bulu ketiak, kumis, bulu kemaluan, rambut kepala dan juga rambut yang ada di badan. 
Hikmah Larangan 
Menurut ulama Syafi’iyah, hikmah larangan di sini adalah agar rambut dan kuku tadi tetap ada hingga qurban disembelih, supaya makin banyak dari anggota tubuh ini terbebas dari api neraka. 
Ada pula ulama yang mengatakan bahwa hikmah dari larangan ini adalah agar tasyabbuh (menyerupai) orang yang muhrim (berihram). Namun hikmah yang satu ini dianggap kurang tepat menurut ulama Syafi’iyah karena orang yang berqurban beda dengan yang muhrim. Orang berqurban masih boleh mendekati isterinya dan masih diperbolehkan menggunakan harum-haruman, pakaian berjahit dan selain itu, berbeda halnya orang yang muhrim (berihram). 
(Dikutip dan diselaraskan dari berbagai sumber)

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Tugasan usul fiqh2
Tugasan usul fiqh2Tugasan usul fiqh2
Tugasan usul fiqh2
 
Hadis dhaif
Hadis dhaifHadis dhaif
Hadis dhaif
 
Fiqih - Syar'u man qablana
Fiqih - Syar'u man qablanaFiqih - Syar'u man qablana
Fiqih - Syar'u man qablana
 
ikhtilaf, Sebab Ikhtilaf ahlu ra’yi & ahlu hadis
ikhtilaf, Sebab Ikhtilaf ahlu ra’yi & ahlu hadisikhtilaf, Sebab Ikhtilaf ahlu ra’yi & ahlu hadis
ikhtilaf, Sebab Ikhtilaf ahlu ra’yi & ahlu hadis
 
Hadis Dhaif
Hadis DhaifHadis Dhaif
Hadis Dhaif
 
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
 
kekuatan hukum hadist
kekuatan hukum hadistkekuatan hukum hadist
kekuatan hukum hadist
 
Presentation psi
Presentation psiPresentation psi
Presentation psi
 
Rambu rambu dan kerangka dalam memahami sunnah nabawiyyah
Rambu rambu dan kerangka dalam memahami sunnah nabawiyyahRambu rambu dan kerangka dalam memahami sunnah nabawiyyah
Rambu rambu dan kerangka dalam memahami sunnah nabawiyyah
 
Manhaj menganalisa sunnah nabi
Manhaj menganalisa sunnah nabiManhaj menganalisa sunnah nabi
Manhaj menganalisa sunnah nabi
 
Ushul Fiqh - Syara man Qoblana
Ushul Fiqh - Syara man QoblanaUshul Fiqh - Syara man Qoblana
Ushul Fiqh - Syara man Qoblana
 
Quran, Sunnah, Ijma, Qiyas
Quran, Sunnah, Ijma, QiyasQuran, Sunnah, Ijma, Qiyas
Quran, Sunnah, Ijma, Qiyas
 
An-Nahyu (Ushul Fiqih B)
An-Nahyu (Ushul Fiqih B)An-Nahyu (Ushul Fiqih B)
An-Nahyu (Ushul Fiqih B)
 
Usul fiqh, nasakh.
Usul fiqh, nasakh.Usul fiqh, nasakh.
Usul fiqh, nasakh.
 
Hadis sebagai sumber ajaran islam
Hadis sebagai sumber ajaran islamHadis sebagai sumber ajaran islam
Hadis sebagai sumber ajaran islam
 
Al rf
Al rfAl rf
Al rf
 
Sampainya hadiah bacaan al
Sampainya hadiah bacaan alSampainya hadiah bacaan al
Sampainya hadiah bacaan al
 
Presentasi Ushul Fiqh 5 (Quran Sunnah)
Presentasi Ushul Fiqh 5 (Quran Sunnah)Presentasi Ushul Fiqh 5 (Quran Sunnah)
Presentasi Ushul Fiqh 5 (Quran Sunnah)
 
Tajassus
TajassusTajassus
Tajassus
 
7777777777
77777777777777777777
7777777777
 

Viewers also liked

Viewers also liked (7)

Equal Opportunity Representative course
Equal Opportunity Representative courseEqual Opportunity Representative course
Equal Opportunity Representative course
 
Programa 11
Programa 11Programa 11
Programa 11
 
Tecnologia grupo
Tecnologia grupoTecnologia grupo
Tecnologia grupo
 
Ontario Student Transcript - RO
Ontario Student Transcript - ROOntario Student Transcript - RO
Ontario Student Transcript - RO
 
Slideshare1
Slideshare1Slideshare1
Slideshare1
 
Segovia
SegoviaSegovia
Segovia
 
DogForAll2
DogForAll2DogForAll2
DogForAll2
 

Similar to Larangan mencukur rambut dan memotong kuku bagi shohibul qurban alaihi wa sallam

Similar to Larangan mencukur rambut dan memotong kuku bagi shohibul qurban alaihi wa sallam (20)

Perempuan dikhitan, wajibkah
Perempuan dikhitan, wajibkahPerempuan dikhitan, wajibkah
Perempuan dikhitan, wajibkah
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Hadith Daif
Hadith DaifHadith Daif
Hadith Daif
 
Contoh hadis ahad
Contoh hadis ahadContoh hadis ahad
Contoh hadis ahad
 
Pengertian fiqh
Pengertian fiqhPengertian fiqh
Pengertian fiqh
 
Pengertian fiqh
Pengertian fiqhPengertian fiqh
Pengertian fiqh
 
30 kesalahan sholat di masyarakat
30 kesalahan sholat di masyarakat30 kesalahan sholat di masyarakat
30 kesalahan sholat di masyarakat
 
Tidak boleh membahayakan orang lain
Tidak boleh membahayakan orang lainTidak boleh membahayakan orang lain
Tidak boleh membahayakan orang lain
 
Kuliah Mingguan: Fiqh Wanita (Siri 3)
Kuliah Mingguan: Fiqh Wanita (Siri 3)Kuliah Mingguan: Fiqh Wanita (Siri 3)
Kuliah Mingguan: Fiqh Wanita (Siri 3)
 
METODOLOGI MAZHAB ZAHIRI
METODOLOGI MAZHAB ZAHIRIMETODOLOGI MAZHAB ZAHIRI
METODOLOGI MAZHAB ZAHIRI
 
HADITS NASEHAT.pptx
HADITS NASEHAT.pptxHADITS NASEHAT.pptx
HADITS NASEHAT.pptx
 
Terjemahan Hadits Arba'in an-Nawawiyah
Terjemahan Hadits Arba'in an-NawawiyahTerjemahan Hadits Arba'in an-Nawawiyah
Terjemahan Hadits Arba'in an-Nawawiyah
 
Fiqih Ikhtilaf Pesantren Lansia.pptx
Fiqih Ikhtilaf Pesantren Lansia.pptxFiqih Ikhtilaf Pesantren Lansia.pptx
Fiqih Ikhtilaf Pesantren Lansia.pptx
 
pengantar studi islam
pengantar studi islampengantar studi islam
pengantar studi islam
 
Sumber-sumber Hukum Islam
Sumber-sumber Hukum IslamSumber-sumber Hukum Islam
Sumber-sumber Hukum Islam
 
Sumber Hukum Islam
Sumber Hukum IslamSumber Hukum Islam
Sumber Hukum Islam
 
Agama (2)
Agama (2)Agama (2)
Agama (2)
 
Makalah khitan adat muna
Makalah  khitan adat munaMakalah  khitan adat muna
Makalah khitan adat muna
 
Makalah khitan adat muna
Makalah  khitan adat munaMakalah  khitan adat muna
Makalah khitan adat muna
 
Makalah katoba adat muna
Makalah  katoba  adat munaMakalah  katoba  adat muna
Makalah katoba adat muna
 

More from Muhsin Hariyanto

Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahMuhsin Hariyanto
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanMuhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMuhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabulMuhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamMuhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifMuhsin Hariyanto
 
Ketika kresna menghormat gatotkaca
Ketika kresna menghormat gatotkacaKetika kresna menghormat gatotkaca
Ketika kresna menghormat gatotkacaMuhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 
Ketika kresna menghormat gatotkaca
Ketika kresna menghormat gatotkacaKetika kresna menghormat gatotkaca
Ketika kresna menghormat gatotkaca
 

Larangan mencukur rambut dan memotong kuku bagi shohibul qurban alaihi wa sallam

  • 1. 1 Larangan Mencukur Rambut dan Memotong Kuku Bagi Shâhibul Qurbân Beberapa kali penulis ditanya tentang maksud larangan mencukur rambut dan memotong kuku bagi shâhibul qurbân sejak tanggal 1 Dzulhijjah hingga penyembelihan hewan qurban yang diawali pelaksanaannya pada tanggal 10 Dzulhijjah. Karena hingga saat ini kontroversi tentang masalah itu masih ada di masyarakat, maka dalam tulisan ini penulis berkeinginan untuk memaparkan diskusi para ulama di seputar masalah ini. Konon, Al-Lajnah Ad-Dâimah (Komisi Fatwa di Saudi Arabia) pernah juga ditanya tentang masalah ini, “Katanya ada hadits yang menjelaskan bahwa siapa yang ingin berqurban atau keluarga yang diniatkan pahala untuk berqurban, maka ia tidak boleh mencukur bulu, rambut kepala dan juga memotong kuku sampai ia berqurban. Apakah larangan ini berlaku umum untuk seluruh anggota keluarga (yang diniatkan dalam pahala qurban), baik dewasa atau anak-anak? Ataukah larangan ini berlaku untuk yang sudah dewasa saja, tidak termasuk anak-anak? Para ulama yang terhimpun dalam Al-Lajnah Ad-Dâimah itu menjawab. Kami tidak mengetahui lafazh hadits sebagaimana yang penanya sebutkan. Lafazh yang kami tahu sebagaimana shahih dari Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam diriwayatkan oleh al-Jama’ah kecuali al-Bukhari, yaitu dari Ummu Salamah radhiyallâhu ‘anha, “Dari ummu Salamah, bahwa Nabi s.a.w. bersabda: Jika kalian telah menyaksikan hilal Dzulhijjah (maksudnya telah memasuki satu Dzulhijah, pen.) dan kalian ingin berqurban, maka hendaklah dia [Shâhibul Qurbân] membiarkan (artinya tidak memotong) rambut dan kukunya.” (Hadits Riwayat Muslim, Shahîh Muslim, VI/83, hadits nomor 5234; Hadits Riwayat Ibnu Hibban, Shahîh Ibni Hibbân, 13/237, hadits nomor 5916; Hadits Riwayat Abu Ya’la, Musnad Abî Ya’lâ, XII/340, hadits nomor 6910; Hadits Riwayat ad-Daruquthni, Sunan ad-Dâruquthnî, V/501, hadits nomor 4745; Hadits Riwayat al-Baihaqi, As-Sunan al-Kubrâ li al-Bayhaqî, IX/266, hadits nomor 91191; Hadits Riwayat Abu ‘Awanah, Mustakhraj Abî ‘Awânah, VIII/465, hadits nomor 6264 dan Hadits Riwayat ath-Thabrani, Al-Mu’jam al-Kabîr li ath-Thabrânî, XVII/205, hadits nomor 19362). Dalam lafazh lainnya dinyatakan,
  • 2. 2 “Siapa saja yang ingin berqurban dan apabila telah memasuki awal Dzulhijah (1 Dzulhijah), maka janganlah ia memotong rambut dan kukunya sampai ia berqurban.” (Hadits Riwayat Muslim dari Ummu Salamah, Shahîh Muslim, VI/83, hadits nomor 5236; Hadits Riwayat Abu Dawud, Sunan Abî Dâwud, III/51, 2793; Hadits Riwayat Abu ‘Awanah, Mustakhraj Abî ‘Awânah, VIII/465, hadits nomor 6267; Hadits Riwayat Ath-Thahawi, Syarh Musykil al-Atsâr, 14/133, hadits nomor 5513 dan Hadits Riwayat Al-Baihaqi, Syu’ab al-Îmân, IX/445, hadits nomor 6948) Hadits ini secara tekstual menunjukkan ‘terlarang’nya memotong rambut dan kuku bagi orang yang ingin berqurban setelah memasuki 10 hari awal bulan Dzulhijah (mulai dari tanggal 1 Dzulhijah, pen.), dan tidak tepat dipahami sebagai larangan untuk memotong bulu (rambut) dan kuku hewan qurban, Rambut dan kuku yang dilarang untuk dipotong dalam hadis di atas adalah rambut dan kuku shâhibul qurbân, bukan rambut dan kuku hewan qurban. Karena dhâmir (kata ganti) yang digunakan dalam kalimat ‘شَعْرِهِ ’ dan ‘أَظْفَارِهِ ’ adalah kata ganti tunggal untuk jenis mudzakkar (laki-laki), yaitu kata ganti ‘ه’. Dan huruf ‘ه’ ini adalah kata ganti yang kembali kepada pemilik hewan qurban, bukan hewan qurbannya. Hadits pertama menunjukkan perintah untuk tidak memotong (rambut dan kuku). Asal perintah di sini menunjukkan wajibnya hal ini. Kami pun tidak mengetahui ada dalil yang memalingkan dari hukum asal yang wajib ini. Sedangkan riwayat kedua adalah larangan memotong (rambut dan kuku). Asal larangan di sini menunjukkan terlarangnya hal ini, yaitu terlarang memotong (rambut dan kuku). Kami pun tidak mengetahui ada dalil yang memalingkan dari hukum asal yang melarang hal ini. Secara jelas pula, hadits ini khusus bagi orang yang ingin berqurban. Adapun anggota keluarga yang diikutkan dalam pahala qurban, baik yang sudah dewasa atau belum, maka mereka tidak terlarang memotong bulu, rambut dan kuku. Meraka (selain yang berniat qurban) dihukumi sebagaimana hukum asal yaitu boleh memotong rambut dan kulit dan kami tidak mengetahui adanya dalil yang memalingkan dari hukum asal ini. Fatwa ini ditandatangani oleh Syaikh ‘Abdul ‘Azîz bin Baz sebagai Ketua, Syaikh ‘Abdur Razzâq ‘Afîfî sebagai Wakil Ketua, Syaikh ‘Abdullâh bin Mani’ dan Syaikh ‘Abdullah bin Ghadyan sebagai Anggota. [Fatwa Al-Lajnah Ad Dâ-imah lil Buhûts ‘Ilmiyyah wal Iftâ’, soal ketiga dari Fatwa no. 1407, 11/426-427, Darul Iftâ’]
  • 3. 3 Penjelasan Larangan Memotong Rambut dan Kuku (An-Nawawi, Syarh Shahîh Muslim, VI/472) Para ulama berselisih pendapat mengenai orang yang akan memasuki 10 hari awal Dzulhijah dan berniat untuk berqurban. Pendapat Pertama Sa’id bin al-Musayyib, Rabi’ah, Imam Ahmad, Ishaq, Dawud dan sebagian murid-murid Imam Asy-Syafi’i mengatakan bahwa larangan memotong rambut dan kuku (bagi shâhibul qurbân) dihukumi haram sampai diadakan penyembelihan qurban pada waktu penyembelihan qurban. Secara zhâhir (tekstual), pendapat pertama ini melarang memotong rambut dan kuku bagi Shâhibul Qurbân berlaku sampai hewan qurbannya disembelih. Misalnya, hewan qurbannya akan disembelih pada hari tasyriq pertama (11 Dzulhijah), maka larangan tersebut berlaku sampai tanggal tersebut. Pendapat pertama yang menyatakan haram mendasarinya pada hadits larangan Shâhibul Qurbân memotong rambut dan kuku yang telah disebutukan dalam Fatwa Lajnah ad-Dâimah di atas. Pendapat Kedua Pendapat ini adalah pendapat Imam asy-Syafi’i dan murid-muridnya. Pendapat kedua ini menyakan bahwa larangan tersebut adalah makrûh, yaitu makrûh tanzîh, dan bukan harâm. Pendapat kedua menyatakannya makrûh dan bukan haram berdasarkan hadits ‘Aisyah r.a. yang menyatakan bahwa Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam pernah berqurban dan beliau tidak melarang apa yang Allah halalkan hingga beliau menyembelih hadyu (qurbannya di Makkah). Artinya di sini, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam tidak melakukan sebagaimana orang yang ihram yang tidak memotong rambut dan kukunya. Ini adalah anggapan dari pendapat kedua. Sehingga hadits di atas dipahami makrûh. Pendapat Ketiga Yaitu pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam Malik dalam salah satu pendapatnya menyatakan tidak makrûh sama sekali. Imam Malik dalam salah satu pendapat menyatakan bahwa larangan ini makrûh. Pendapat beliau lainnya mengatakan bahwa hal ini diharamkan dalam qurban yang sifatnya sunnah dan bukan pada qurban yang wajib.
  • 4. 4 Ketika kita berpijak pada kaedah ushul fiqih yang menyatakan: “pada dsasarnya setiap larangan itu menunjukkan haram, sebelum adanya keterangan yang memalingkan ( الأصل في النهي التحريم إلا لقرينة ) (Zakaria bin Ghulam Qadir, Ushûlul Fiqh ‘Alâ Manhaj Ahlil Hadîts, I/86), maka pendapat yang lebih kuat adalah pendapat pertama, berdasarkan larangan yang disebutkan dalam hadits di atas, dan pendapat ini dianggap sebagai pendapat yang lebih hati-hati. Adapun pendapat ketiga adalah pendapat yang sangat-sangat lemah karena bertentangan dengan hadits larangan. Sedangkan pendapat yang memakruhkan juga dinilai kurang tepat, karena sebenarnya hadits ‘Aisyah r.a. hanya memaksudkan bahwa Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam melakukan perkara yang sifatnya keseharian yaitu memakai pakaian berjahit dan memakai harum-haruman, yang seperti ini tidak dibolehkan untuk orang yang ihram. Namun untuk memotong rambut adalah sesuatu yang jarang dilakukan (bukan kebiasaan keseharian) sehingga beliau masih tetap tidak memotong rambutnya ketika hendak berqurban. Sendainya kita berpendapat bahwa larangan itu bermakna ‘makrûh’ (tidak sampai pada derajat harâm), ketika kita mengamalkan hadits ini, dengan tidak memotong rambut dan kuku, maka perbuatan kita ini pun bisa dinyatakan sebagai perbuatan yang mulia. Wallâhu A’lamu bish-Shawâb. Apa yang dimaksud rambut yang tidak boleh dipotong? Yang dimaksud dengan larangan mencabut kuku dan rambut di sini menurut ulama Syafi’iyah adalah dengan cara memotong, memecahkan atau cara lainnya. Larangan di sini termasuk mencukur habis, memendekkannya, mencabutnya, membakarnya, atau memotongnya dengan bara api. Rambut yang dilarang dipotong tersebut termasuk bulu ketiak, kumis, bulu kemaluan, rambut kepala dan juga rambut yang ada di badan. Hikmah Larangan Menurut ulama Syafi’iyah, hikmah larangan di sini adalah agar rambut dan kuku tadi tetap ada hingga qurban disembelih, supaya makin banyak dari anggota tubuh ini terbebas dari api neraka. Ada pula ulama yang mengatakan bahwa hikmah dari larangan ini adalah agar tasyabbuh (menyerupai) orang yang muhrim (berihram). Namun hikmah yang satu ini dianggap kurang tepat menurut ulama Syafi’iyah karena orang yang berqurban beda dengan yang muhrim. Orang berqurban masih boleh mendekati isterinya dan masih diperbolehkan menggunakan harum-haruman, pakaian berjahit dan selain itu, berbeda halnya orang yang muhrim (berihram). (Dikutip dan diselaraskan dari berbagai sumber)