SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Download to read offline
PEMBERANTAS KEMISKINAN & KECUKUPAN MODAL
          DI DUA DIMENSI BERBEDA
 MELALUI MODEL APEX BPR DAN GRAMEEN BANK
                                       Oleh:
                            Muhammad Khoirul Fuddin
                Mahasiswa Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang
                 E-mail/No. Hp: foeddin@yahoo.com/ 085649947747

                                        Abstract

      This research is based on two models of the object model of the Grameen Bank
that successfully implemented in rural communities of Bangladesh and APEX BPR
models have been suggested by the Central Bank of Indonesia. It is expected that these
two models can be reduced poverty in Indonesia. Conclusions can be drawn from this
study is that the level of poverty later in Indonesia in handling through lending
activities were not able to use only one in the same way. this is because, since this type
of poverty in rural and urban areas have differences. With the APEX BPR is felt more
appropriate to extend credit in the urban poor Grameen Bank model is more suitable to
be applied to extend credit in rural communities.

Keywords: poverty, apex bpr, and grameen bank

                                        Abstrak

      Penelitian ini didasarkan pada dua model dari model obyek dari Bank Grameen
yang berhasil diterapkan di masyarakat pedesaan di Bangladesh dan BPR APEX model
telah diusulkan oleh Bank Sentral Indonesia. Diharapkan kedua model dapat
mengurangi kemiskinan di Indonesia. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini
adalah bahwa tingkat kemiskinan kemudian di Indonesia dalam penanganan melalui
kegiatan pinjaman tidak dapat menggunakan hanya satu dengan cara yang sama. ini
karena, karena ini jenis kemiskinan di daerah pedesaan dan perkotaan memiliki
perbedaan. Dengan BPR APEX dirasakan lebih tepat untuk memperpanjang kredit
dalam model miskin perkotaan Grameen Bank lebih cocok diterapkan untuk
memperpanjang kredit di masyarakat pedesaan.

Kata Kunci: kemiskinan, apex bpr, dan grameen bank



PENDAHULUAN                                     modal yang dimilik ioleh masing –
     Kemiskinan           merupakan             masing orang untuk mendirikan suatu
permasalahan yang serius bagi setiap            usaha dalam menopang perekonomian
negara. Banyak sekali faktor yang               per individu. Sebenarnya kekurangan
menyebabkan terjadinya kemiskinan               modal bias diantisipasi dengan adanya
suatu negara. Salah satu factor                 pemberian kredit yang diberikan oleh
penyebabnya adalah kurangnya jumlah             lembaga keuangan bank ataupun non
bank. Dengan adanya pemberian                 kecil yang memiliki usaha kecil lebih
kreditini diharapakan mulai tumbuh            tertarik kepada BPR atau pun lembaga
UMKM (Usaha Menengah Kecil Mikro)             keuangan lain bahkan kepada para
dikalangan       masyarakat     menengah      rentenir karena dengan adanya lembaga
kebawah sehingga mampu mengurangi             – lembaga tersebut pihak Usaha Kecil
jumlah angka kemiskinan dan pada              Mikro berpendapat bahwa akan lebih
akhirnya         meningkatkan          laju   cepat mendapatkan kredit tanpa adanya
pertumbuhan ekonomi suatu negara.             syarat atau sistem yang dianggap
       Kekurangan      modal      mungkin     memberatkan         walaupun       dengan
memang        bisa    dihindari    dengan     konsekuensi harus membayar dengan
pemberian kredit kepada masyarakat            tingkat suku bunga yang cukup tinggi.
kelas menengah kebawah. Apabila                      Ternyata persoalan ini tidak hanya
berbicara kredit maka hal yang paling         berhenti dari lembaga keuangan mana
banyak menjadi persoalan adalah resiko        yang dituju dalam menerima pinjaman
gagal bayar, pemberian kredit yang tepat      tetapi juga di sini terdapat suatufakta
dan proses pemberian termasuk syarat –        baru yang dapat menentukan tingkat
syarat yang yang harus dipenuhi oleh          keberhasilan      pinjaman     masyarakat
para peminjam. Jadi dalam prakteknya          miskin dalam Usaha Kecil Mikro.
kredit        mempunyai           berbagai    Persoalan baru yang muncul di sini
permasalahan,      antara    lain    yaitu:   adalah        terdapat       penggolongan
Pertama, dengan adanya pemberian              masyarakat miskin menurut wilayah
kredit kepada Usaha Kecil Mikro pihak         desa dan kota yang ada di Indonesia.
perbankan kurang bias memaksimalkan                  Bagi masyarakat miskin di kota
keuntungan karena biasanya Usaha Kecil        solusi dari kekurangan modal dalam
Mikro hanya meminjam dalam jumlah             Usaha Kecil Mikro mungkin bias
kecil.                                        diselesaikan dengan BPR yang ada di
       Kedua, terdapat resiko gagal bayar     wilayah kota, akan tetapi bagi
yang cukup tinggi apabila pihak lembaga       masyarakat miskin di wilayah desa BPR
keuangan salah menyalurkan kredit             mungkin masih kurang begitu optimal
kepada Usaha Kecil Mikro karena               dalam penyelesaian masalah kekurangan
biasanya Usha Kecil Mikro kurang              modal bagi Usaha Kecil Mikro.
mempunyai barang likuid yang bias                    Dilihat dari segi pendapatan
dijaminkan untuk memperoleh pinjaman.         ataupun tingkat pendidikan masyarakat
Ketiga,     biaya    administrasi     yang    miskin di daerah kota dan desa
dikenakan      oleh    pihak     keuangan     mempunyai perbedaan. Di sisi lain BPR
cenderung sama antara Usaha Kecil             dalam memenuhi kebutuhan kecukupan
Mikro dengan perusahaan – perusahaan          modal Usaha Kecil Mikro di kalangan
besar, sehingga pada akhirnya pihak           masyarakat miskin kota dirasa bisa
lembaga           keuangan         kurang     optimal dikarenakan syarat dan prosedur
memprioritaskan Usaha Kecil Mikro.            yang diajukan dirasa dapat dilpenuhi
Keempat, sistem atau tata cara kredit         oleh masyarakat miskin kota, sebaliknya
yang ada di bank umum biasanya                bagi masyarakat miskin desa syarat dan
dianggap terlalu menyulitkan pihak            prosedur yang diajukanoleh BPR
Usaha Kecil Mikro yang biasanya               mungkin akan sedikit menyulitkan.
mayoritas pemilikdari Usaha Kecil                    Solusi yang dirasa dapat mengatasi
Mikro adalah lulusan SLTA.                    permasalahan          tersebut      adalah
       Dengan adanya beberapa kendala         kekurangan modal yang terjadi pada
ini, biasanya para masyarakat menengah        Usaha Kecil Mikro bagi masyarakat
miskin desaa dalah dengan berlakunya         rumah yang tidak dilengkapi dengan
atau berdirinya Grameend Bank dimana         WC/ bersama - sama dengan rumah
syarat dan prosedur penjaman kredit          tangga lain; 5) Hidup dalam rumah tanpa
produktif memang benar – benar               listrik; 6) Tidak mendapatkan fasilitas air
dikhususkan kepada masyarakat desa.          bersih/ sumur/ mata air tidak terlindung/
      Dari paparan latar belakang di atas,   sungai/ air hujan; 7) Menggunakan kayu
maka penulis berusaha menganggkat            bakar, arang atau minyak tanah untuk
topik “Pemberantas Kemiskinan &              memasak; 8) Mengkonsumsi daging atau
Kecukupan Modal di Dua Dimensi               susu seminggu sekali; 9) Belanja satu set
Berbeda Melalui Model APEX BPR Dan           pakaian baru setahun sekali; 10) Makan
Grameen Bank”.Dengan adanya dua              hanya sekali atau dua kali sehari; 11)
sistem yang berbeda yang diterapkan          Tidak       mampu     membayar       biaya
kepada masyarakat miskin desa dan kota       kesehatan pada Puskesmas terdekat; 12)
ini    diharapkan    proses     pinjaman     Pendapatan keluarga kurang dari Rp.
kecukupan modal yang ada di Usaha            600.000,- per bulan; 13) Pendidikan
Kecil Mikro di kota dan desa dapat           Kepala Keluarga hanya setingkat
terpenuhi sehingga nantinya dapat            Sekolah Dasar; 13) Tidak memilik
menganggkat pertumbuhan ekonomi              tabungan/barang yang mudah dijual
secara     nasional      dan     semakin     dengan nilai Rp. 500.000,-(kendaraan,
mengecilkan angka kemiskinan yang ada        emas,ternak dll); 14) Mempekerjakan
di Indonesia.                                anak di bawah umur dan tidak mampu
                                             membiayai anak untuk sekolah.
KRITERIA          DAN         BATASAN               Ada satu kriteria tambahan lagi,
PENDUDUK MISKIN INDONESIA                    hanya tidak terdapat dalam leaflet bahan
      Sebelum      berlanjutan    tentang    sosialisasi Departemen Komunikasi dan
model APEXBPR dan Grameen Bank               Informatika tentang kriteria rumah
sebagai solusi pemberantas kemiskinan        tangga miskin, yaitu rumah tangga yang
& kecukupan modal di dua dimensi             tidak pernah menerima kredit usaha
berbeda yaitu antara masyarakat miskin       UMKM/ KUMKM setahun lalu.
kota dan desa, terlebih dahulu kita harus           Berdasarkan      kriteria      yang
mendefinisikan kriteria dan batasan          ditetapkan di atas, di sini penulis
miskin penduduk Indonesia.                   berusaha membatasi ruang lingkup
      BPS telah menetapkan 14 (empat         penelitiannya dari sudut pandang
belas) kriteria keluarga miskin, seperti     moneter yaitu kriteria penduduk miskin
yang     telah   disosialisasikan    oleh    dilihat dari rumah tangga yang tidak
Departemen         Komunikasi         dan    pernah atau belum mendapatkan kredit
Informatika (2005), rumah tangga yang        usaha UMKM/ KUMKM.
memiliki ciri rumah tangga miskin yang              Dengan adanya fokus terhadap
apabila memenuhi salah satu kriteria         kredit yang diberikan kepada keluarga
dikategorikan sebagai “miskin”. ciri         miskin diharapkan disini kemiskinan
tersebut yaitu: 1) Hidup dalam rumah         bisa dihindari dan diperbaiki secara
dengan ukuran lebih kecil dari 8 M2 per      efisien dan efektif. Karena dengan
orang; 2) Hidup dalam rumah dengan           memberikan bantuan dana kepada
lantai tanah atau lantai kayu berkualitas    kelompok miskin itu dirasa lebih
rendah/ bamboo; 3) Hidup dalam rumah         produktif dari pada bantuan yang
dengan dinding terbuat dari kayu             diterapkan oleh pemerintah saat ini yaitu
berkualitas rendah/ bambu/ rumbia/           BLT (Bantuan Langsung Tunai) yang
tembok tanpa diplester; 4) Hidup dalam       dirasa bukan solusi untuk mencegah
kemiskinan, tetapi sebaliknya malah        Berbeda dengan diberikannnya kredit di
mendorong masyarakat miskin untuk          sini masyarakat di dorong untuk
semakin bertindak konsumtif dengan         melakukan kegiatan produktif dan
bantuan yang diterimanya. Karena BLT       adanya tindakan monitoring dari kredit
tidak memberikan dampak kepada             yang diberikan sehingga dirasakan
masyarakat untuk semakin produktif,        bantuan kredit lebih pantas dan produktif
BLT     hanyalah    digunakan   untuk      bagi masyarakat miskin.
memenuhi kebutuhan sehari – hari.
Tabel 1. Jumlah Keluarga Mendapatkan Kredit Mikro/ Bantuan Modal Hasil Pendataan
         Keluarga 2011
                                     Keluarga mendapat                     Jumlah
  No Provinsi                          Bantuan modal                       Kepala
                          Ya          %            Tidak        %         Keluarga
  31 DKI Jakarta           61,547    3.52          1,686,839   96.48         1,748,38
  32 JawaBarat          1,001,968    8.54         10,734,361   91.46         6
                                                                            11,736,32
  33 JawaTengah         1,222,544    12.45         8,593,993   87.55        99,816,53
  34 DIYogyakarta          92,018    9.90           837,218    90.10         7 929,236
  35 JawaTimur            962,941    8.60         10,238,757   91.40        11,201,69
  51 Bali                  55,281    5.89           883,525    94.11        8 938,806
  36 Banten               313,792    12.49         2,198,161   87.51         2,511,95
 JAWABALI               3,710,091    9.54        35,172,854    90.46         3
                                                                            38,882,94
  11 Aceh                 112,410    10.09         1,001,280   89.91        51,113,69
  12 SumateraUtara         43,852    1.40          3,094,805   98.60         0
                                                                             3,138,65
  13 SumateraBarat        165,386    13.77         1,035,780   86.23         7
                                                                             1,201,16
  16 SumateraSelatan       61,188    3.11          1,905,336   96.89         6
                                                                             1,966,52
  18 Lampung               49,413    2.41          1,998,331   97.59         4
                                                                             2,047,74
  52 NusaTenggaraBa       136,763    9.71          1,271,813   90.29         4
                                                                             1,408,57
  61 rat
     KalimantanBarat       50,446    4.38          1,101,541   95.62         6
                                                                             1,151,98
  63 KalimantanSelata      42,316    4.10           989,755    95.90         7
                                                                             1,032,07
  71 n
     SulawesiUtara         96,754    15.39          531,725    84.61         1 628,479
 73 SulawesiSelatan       189,167    9.46          1,810,005   90.54         1,999,17
 19 BangkaBelitung          9,924    2.85           337,862    97.15         2 347,786
 75 Gorontalo              79,992    27.92          206,540    72.08           286,532
 76 SulawesiBarat          25,986    9.30           253,330    90.70           279,306
 LUARJAWABALII          1,063,597    6.41        15,538,103    93.59        16,601,69
 14 Riau                   48,856    4.12          1,137,719   95.88        01,186,57
 15 Jambi                  54,918    6.71           763,315    93.29         5 818,233
 17 Bengkulu               28,727    6.19           435,475    93.81           464,202
 53 NusaTenggaraTi        203,439    19.03          865,739    80.97         1,069,17
 62 mur
     KalimantanTeng        14,823    2.76           523,069    97.24         8 537,892
 64 ah
     KalimantanTimu        52,674    6.76           726,497    93.24           779,171
 72 rSulawesiTengah        89,415    13.23          586,275    86.77           675,690
  74 SulawesiTenggar       50,126    9.34           486,394    90.66           536,520
  81 aMaluku                6,865    2.07           324,019    97.93           330,884
  91 Papua                  5,099    0.82           617,173    99.18           622,272
  82 MalukuUtara            9,004    3.45           252,310    96.55           261,314
  92 PapuaBarat             4,188    2.07           198,135    97.93           202,323
  21 KepulauanRiau         29,717    6.73           412,043    93.27           441,760
 LUARJAWABALIII           597,851    7.54         7,328,163    92.46         7,926,01
 NASIONAL               5,371,539    8.47        58,039,120    91.53         4
                                                                            63,410,64
                                                                            9
UMKM DI INDONESIA                          UMKM tidak memiliki informasi
       Usaha Mikro, Kecil dan Menengah     keuangan       yang     transparan      dan
(UMKM) memiliki peranan penting            terorganisir yang menyebabkan pemberi
dalam perekonomian di Indonesia.           kredit    memiliki     kesulitan     dalam
UMKM memiliki proporsi sebesar             memperoleh informasi mengenai kondisi
99,99% dari total keseluruhan pelaku       keuangan dan usaha dari UMKM. Hal
usaha di Indonesia atau sebanyak 52,76     tersebut dapat menyebabkan bank
juta unit (BPS,2009). Data Badan Pusat     kesulitan dalam meminimalisir risiko
Statistik (BPS) tahun 2009 tersebut juga   default atas kredit yang dapat disalurkan
menunjukkan bahwa UMKM terbukti            kepada UMKM. Hal ini dibuktikan oleh
berkontribusi sebesar 56,92% dari total    hasil penelitian di beberapa negara,
Produk      Domestik      Bruto   (PDB)    seperti Brazil, Peru, dan sejumlah negara
Indonesia atau setara dengan Rp1.213,25    di Afrika Selatan (Cravo, 2010; Falkena
Triliun. Selain itu, UMKM memiliki         dan Herrero, 2008).
kemampuan menyerap tenaga kerja                   Dari sisi penawaran kredit,
(menyerap 97,3% dari total angkatan        penelitian yang dilakukan oleh Ali
kerja yang bekerja) dan memiliki jumlah    (2008) menyebutkan bahwa keengganan
yang besar dari total unit usaha di        bank dalam memberikan kredit terhadap
Indonesia serta kontribusi yang cukup      UMKM terutama disebabkan oleh
besar terhadap investasi di Indonesia      keterbatasan aset yang dapat dijadikan
yaitu sebesar Rp222,74 Triliun atau        sebagai         jaminan        (collateral),
51,80% dari total investasi pada tahun     ketidakpastian bisnis di masa depan,
2008.                                      lemahnya manajemen keuangan, dan
       Pengembangan UMKM semakin           kurangnya track record.
gencar dilakukan pemerintah dan pihak             Adapun pengelolaan UMKM di
lainnya untuk meningkatkan kinerja         Indonesia      dilakukan      di    bawah
sektor      ini.      Upaya     mencapai   Kemenkop dan UMKM. Dalam rangka
pengembangan UMKM ini salah satunya        mewujudkan pengembangan UMKM di
dilakukan      melalui     pengembangan    Indonesia, Kemenkop dan UMKM
UMKM yang dalam pelaksanaan                memiliki beberapa strategi. Di dalam
mengacu pada ASEAN Policy Blue Print       rencana strategis Kemenkop dan UMKM
for SME Development (APBSD) 2004-          tahun 2010 – 2014, dijelaskan bahwa
2014. Dalam APBSD, pengembangan            arah kebijakan yang dikeluarkan
UMKM dilaksanakan melalui lima             memiliki beberapa fokus yang berkaitan
program yaitu program pengembangan         dengan UMKM, yaitu peningkatan iklim
kewirausahaan, peningkatan kemampuan       usaha yang kondusif (pengembangan
pemasaran, akses kepada keuangan,          peraturan dan perundang-undangan yang
akses kepada teknologi dan kebijakan       memudahkan, pembentukan forum dan
yang kondusif.                             peningkatan koordinasi antar lembaga
       Akan      tetapi,   pengembangan    yang berkaitan dengan UMKM,
UMKM ini masih menghadapi kendala          peningkatan kemampuan dan kualitas
terutama dalam mengakses biaya dari        aparat, pengembangan model teknologi
sektor perbankan. Kendala UMKM             untuk mendukung UMKM, dan lain-
terhadap kredit perbankan ini bisa         lain), peningkatan akses terhadap sumber
ditinjau dari sisi permintaan dan          daya produktif (penguatan permodalan
panawaran. Dari sisi permintaan,           UMKM, pengupayaan penurunan suku
UMKM memiliki karakteristik yang           bunga      pinjaman      bagi     UMKM,
cukup unik dimana pada umumnya             restrukturisasi    usaha,      peningkatan
produktivitas dan mutu, pemberdayaan         koperasi secara berkesinambungan.
lembaga pengembangan bisnis, fasilitas       Peraturan ini kemudian mengalami revisi
investasi UMKM, dan pengembangan             dalam hal jangka waktu kredit,
sistem bisnis), pengembangan produk          retstrukturisasi, dan plafon pinjaman
dan pemasaran (pemanfaatan ilmu dan          dengan         dikeluarkannya      PMK
teknologi, penguatan jaringan usaha          No.10/PMK.05/2009. Contoh lainnya
dalam dan luar negeri, dan fasilitasi        adalah       keberadaan       perusahaan
promosi), dan peningkatan daya saing         penjaminan kredit seperti Asuransi
SDM (pengembangan kewirausahaan,             Kredit Indonesia (Askrindo) dan
manajerial,    keahlian     teknis,    dan   Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo)
kemampuan dasar).                            yang bertujuan untuk meningkatkan
       Selain fokus strategi tersebut,       akses UMKM terhadap kredit dengan
kebijakan Kemenkop dan UMKM juga             memberikan jasa penjaminan. Selain itu,
dimaksudkan        untuk      mendukung      saat ini sedang dalam pembahasan
manajemen dan pelaksanaan tugas teknis       adalah      pembentukan       Perusahaan
lainnya, meningkatkan sarana dan             Penjaminan Kredit Daerah (PPKD).
prasarana aparatur kementerian, dan                 Usaha Kecil dan Menengah,
mengembangkan program dan kegiatan           termasuk mikro, di Indonesia saat ini
yang berkaitan dengan pengembangan           mempunyai kontribusi yang besar
UMKM. Di samping program-program             terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
yang dijalankan oleh Kemenkop dan            dan        perekonomian        Indonesia.
UMKM, beberapa lembaga lain di               Keberdayaannya menghadapi krisis dan
Indonesia juga melakukan usaha untuk         kontribusinya terhadap perekonomian
membantu perkembangan UMKM.                  negara menjadikan UMKM sebagai
Sebagai contoh, Bank Indonesia               subyek banyak pihak.
memiliki kebijakan untuk meningkatkan               UMKM di Indonesia pada tataran
fungsi intermediasi perbankan yang           kebijakan dan pelaksanaan menghadapi
salahsatunya bertujuan untuk membantu        banyak permasalahan. Permasalahan
akses     pendanaan     bagi     UMKM.       pertama timbul karena pendefinisian
Kebijakan ini tertuang baik dari sisi        yang berbeda antar lembaga pemerintah.
penawaran       maupun        permintaan.    Perbedaan inilah yang “mungkin”
Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor         menyebabkan kebijaksanaan pemerintah
6/25/PBI/2004      dan     SE       Nomor    terhadap UMKM terkesan bersifat ad
6/44/DPNP mengenai rencana bisnis            hoc. Dari beragam definisi, yang paling
bank umum dalam menyalurkan kredit           terukur adalah definisi UMKM versi
pada      UMKM        bertujuan      untuk   Bank Indonesia, yakni: 1) Menunjuk
mengetahui sejauh mana komitmen bank         maksimum aset dimiliki; 2) Menunjuk
dalam pemberian kredit bagi UMKM. Di         maksimum hasil penjualan; 3) Dimiliki
sisi permintaan, program Bank Indonesia      oleh WNI; 4) Tidak berafiliasi dengan
difokuskan pada penguatan lembaga            badan usaha menengah atau besar; 5)
pendamping UMKM dalam bentuk                 Berbadan hukum.
kegiatan pelatihan dan penelitian.                  Permasalahan kedua, definisi yang
Kementerian Keuangan (Kemenkeu)              berbeda       mengakibatkan      UMKM
melalui Peraturan Menteri Keuangan           kesulitan mendapatkan informasi dan
(PMK)        No.      135/PMK/.05/2008       akses pada banyak hal secara
mengeluarkan program penjaminan              operasional. Misalnya kesulitan dalam
Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang               pemasaran, ketidakadaan kepercayaan
tujuannya mengembangkan UMKM dan             lembaga karena ketiadaan bentuk badan
hukum,      tidak    memiliki    laporan    MODEL APEX BPR
keuangan, tidak memiliki agunan,                   Terminologi Apex yang dalam
ketidakmampuan membuat proposal             bahasa Yunani berarti “pengayom”
kredit yang komprehensif.                   secara harfiah memberikan amanat
       Kategorisasi persoalan pembiayaan    kepada lembaga yang ditunjuk untuk
UMKM berdasarkan hasil observasi tim        bertindak        sebagai Apex, menjadi
peneliti terhadap UMKM di Indonesia         pengayom bagi lembaga - lembaga
menunjukkan bahwa untuk dapat               yang menjadi anggotanya. Menurut
menjadi bankable, paling tidak terdapat     praktek umum (common practice) yang
enam aspek lain selain aspek                berlaku di negara-negara lain, fungsi
entrepeneurship yang harus dibenahi.        lembaga Apex dititikberatkan pada
Posisi UMKM pertama kali, meski tidak       peran dalam penyatuan/ pengumpulan
selalu, berada pada zona potensial,         dana (pooling of funds), pemberian
kemudian naik pada posisi feasible.         bantuan         keuangan           (financial
Pergeseran ini terjadi ketika UMKM          assistance) dan dukungan teknis
mulai meningkatkan kualitas produksi,       (technical support).
misalnya adanya quality control , dan              Berdasarkan pembelajaran selama
mulai menggunakan sistem pemasaran.         beberapa waktu, diketahui pula bahwa
Pada tabel di bawah ini, tampak bahwa       bentuk paling ideal lembaga Apex
untuk menjadi UMKM yang bankable            adalah bank umum atau unit bank
enam aspek harus dipunyai dengan            umum,       karena           (i)      mampu
penekanan pada aspek entrepreneurship,      menjalankan fungsi - fungsi Apex,
produk, produksi/operasi, pemasaran dan     terutama terkait dengan penyediaan
legal. Adanya lembaga pemeringkat           fasilitas/ akses kepada                sistem
seharusnya bisa membantu mempercepat        pembayaran; (ii) memiliki kemampuan
assessment dan kekurangan aspek dari        manajerial yang lebih unggul dalam
yang sebelumnya implisit, menjadi           pengelolaan dana,         (iii) memiliki
eksplisit dengan adanya penilaian           kemampuan permodalan yang relatif
lembaga pemeringkat misalnya terhadap       kuat, dan (iv) memiliki instrumen yang
ketidakadaan aspek keuangan dan             lengkap dalam rangka pengelolaan
permodalan.                                 dana yang terkumpul.
       Permasalahan ketiga          yang           Namun      demikian,       hal yang
dihadapi UMKM adalah persoalan              paling utama           yang mendasari
struktural pendirian dan pengoperasian      kerjasama Apex ini adalah komitmen
badan usaha, hal ini berbeda dengan         bank umum untuk mengayomi BPR
persoalan usaha besar yang lebih            dan kemudian secara bersama-sama
merupakan persoalan skala usaha. Jika       mengarahkan tujuan             akhir pada
kita lihat kembali struktur unit usaha,     peningkatan jumlah          UMKM yang
terlihat bahwa UMKM adalah sektor           terlayani dengan suku bunga yang
yang labor intensive bukan capital          relatif rendah/terjangkau.
intensive , sehingga tidak membutuhkan             Faktor       penting            dalam
modal dalam skala yang besar.               mendukung                        percepatan
Kebutuhan pembiayaan lebih bersifat         pertumbuhan ekonomi adalah dengan
pada pembiayaan jangka pendek (modal        mengoptimalkan kontribusi              sektor
kerja) dengan siklus yang tetap dan         keuangan termasuk perbankan dalam
berulang-ulang        tergantung     dari   membuka akses              layanan jasa
industrinya.                                keuangan, terutama dalam bentuk
                                            pembiayaan, seluas mungkin kepada
pelaku usaha terutama UMKM. Untuk           untuk       mengutamakan pembiayaan
itu, perlu upaya untuk mendorong            usaha mikro dan kecil.
pemanfaatan sektor keuangan dalam                 Melalui kerjasama Apex BPR,
perekonomian        masyarakat.       Hal   bank umum dan BPR diharapkan
tersebut yang menjadi esensi kebijakan      dapat saling bahu membahu dengan
inklusi keuangan (financial inclusion)      mengoptimalkan kekuatan dalam
yang tercakup dalam sebuah “Strategi        pembiayaan UMKM. Bank umum
Nasional Inklusi Keuangan”.                 yang memiliki sumber dana relatif
      Sektor UMKM sebagai unit bisnis       lebih besar dan dukungan teknologi
yang mendominasi dunia usaha di             yang      memadai diharapkan          dapat
Indonesia (mencapai 99,91%), belum          menjalin sinergi dengan BPR yang
seluruhnya memperoleh pembiayaan            memiliki keunggulan pengalaman dan
perbankan. Tercatat sebesar + 60%           sebaran jaringan kantor untuk dapat
UMKM dari total 51,3 juta unit UMKM         melayani UMKM yang tersebar di
belum     terhubung      pada     layanan   berbagai pelosok negeri.
perbankan. Sejalan dengan jumlah                  Adapun       manfaat      kerjasama
tersebut, porsi kredit UMKM terhadap        Apex BPR yaitu bagi Bank Umum: 1)
total kredit perbankan hanya sebesar        Menjadikan jaringan kantor BPR sebagai
21,5% (ini didasarkan pada pengertian       kepanjangan tangan Bank Umum
UMKM menurut UU No.20 Tahun 2008            untuk melayani wilayah dan masyarakat
yang tidak memasukkan kredit untuk          yang belum terlayani, antara lain
keperluan konsumsi dalam definisi           melalui      linkage     program;        2)
kredit UMKM). Porsi ini jauh lebih          Menciptakan produk dan jasa bersama
kecil nilainya dibandingkan pangsa          untuk menjangkau dan melayani
kredit MKM menurut plafon yang              nasabah       yang    lebih     luas;    3)
mencapai 53,2%         dari total kredit    Memanfaatkan           pooling        funds
perbankan.                                  (idlefunds) BPR sebagai sumber dana
      Untuk itu, perlu sinergi yang         kelolaan; dan 4) Memiliki peluang
terarah antara bank umum dan BPR            untuk menghasilkan fee based income
dalam upaya peningkatan kontribusi          dari pemanfaatan transaksi oleh BPR
pembiayaan perbankan kepada usaha           melalui jaringan ATM bank umum.
MKM dalam kerjasama Apex BPR.                     Adapun manfaat bagi BPR yaitu:
Melalui format kerjasama        ini, bank   1) Memiliki lembaga pengayom yang
umum dan BPR diharapkan dapat saling        dapat memberikan dukungan financial
mendukung dengan mengoptimalkan             (khususnya dalam kondisi kekurangan
keunggulan sumber daya yang dimiliki        likuiditas/ mismatch) maupun bantuan
masing - masing pihak, dengan fokus         teknis kepada BPR; 2) Menjadikan Apex
yang mengarah pada pemberdayaan             sebagai lembaga yang menyediakan
sektor UMKM.                                jasa sistem pembayaran khususnya
      Daya tarik dan potensi sektor         dalam rangka pemindahan dan antar
UMKM yang besar menarik minat bank          nasabah sesama anggota Apex; 3)
umum untuk        mengarahkan strategi      Melakukan          kerjasama         dalam
bisnisnya pada       pembiayaan retail      pemanfaatan produk/ jasa berbasis
khususnya       UMKM. Kondisi ini           teknologi informasi (seperti ATM) dan
mendorong persaingan yang ketat             pemasaran produk/jasa lainnya; 4)
dengan BPR         yang      sejak awal     Memperoleh layanan - layanan lainnya
keberadaannya mengemban amanat              dari       Apex       dalam         rangka
                                            pengembangan            kapasitas       dan
kompetensi      SDM BPR,        seperti    Begitu pula - perbankan juga tidak
pendampingan dan pelatihan.                melayani kebutuhan para wanita terlebih
      Sedangkan        manfaat     bagi    lagi apabila - mereka miskin dan buta
masyarakat miskin kota yaitu: 1)           huruf (Pandu Suharto, 1991A2,1996 -
Membantu bagi pemenuhan kredit             4).
produksi     yang    dibutuhkan    bagi           Alasan tidak maunya perbankan
masyarakat miskin perkotaan dalam          melayani kebutuhan kredit masyarakat
pemberdayaan UMKM; 2) Penerimaan           kecil atau orang-orang miskin adalah 1)
dana kredit dan pelayanan yang di dapat    orang-orang miskin tidak mempunyai
oleh masyarakat miskin lebih meningkat     barang-barang atau kekayaan yang
karena BPR telah mendapatkan bantuan       dapat dijadikan agunan pinjamannya;
dana dan transformasi teknologi dari       2)mereka      tidak,    dapat    mengisi
Bank     Umum;      3)    Bertambahnya     formulir-formulir yang rumit karena
informasi yang dimiliki oleh masyarakat    sebagian terbesar dari mereka tidak dapat
terutama dalam masalah pembiayaan          membaca dan menulis; 3) perbankan
kredit UMKM                                tidak suka melayani kebutuhan kredit
                                           yang      kecil-kecil    yang     banyak
MODEL GRAMEEN BANK                         jumlahnya       sehingga      memerlukan
       Grameen Bank atau Bank Desa         banyak pekerjaan dan mengandung
adalah model perbankan yang berasal        resiko yang tinggi; dan 4) perbankan
dari Bangladesh yang didirikan oleh        takut bunga pinjaman yang diterima
Muhammad Yunus yang profesinya             tidak dapat menutup biaya pelayanan
sebagai pengajar ilmu ekonomi di           pinjaman kecil yang: banyak jumlahnya
Universitas Chittagong Bangladesh. Latar   (Thoha, M, 2000: 16).
belakang berdirinya bank tersebut                 Proyek Grameen Bank mulai
dikarenakan ketidak puasan atas sistem     dilaksanakan di Bangladesh tahun 1976
perbankan dan perkreditan yang ada di      tepatnya di desa Jobra. Tujuannya untuk
negaranya maupun di dunia yang pada        memenuhi, kebutuhan kredit orang-orang
dasarnya perbankan tidak ingin             miskin di desa tersebut. Setelah Grameen
berhubungan dengan : a) orang miskin,      Bank berhasil diterapkan di desa Jobra,
b) orang buta huruf dan c) kaum wanita     maka Muhammad Yunus mengajak
(Pandu Suharto, 1991: 38, 1996: 4).        bekerjasama para pimpinan bank untuk
       Meskipun perbankan di Bangladesh    mengadakan uji coba Grameen Bank ke
memberikan kredit kepada masyarakat,       daerah lainnya di Bangladesh selama 3
namun bank-bank tersebut hanya             tahun. Disini dia akan nembuktikan
melayani orang-orang kaya. Ini nampak      bahwa orang-orang yang sangat miskin
dari ketentuan dan peraturannya yang       adalah "bank able_". Ajakan ini
hanya dapat dipenuhi oleh golongan         .diterima oleh para pimpinan. bank-bank
tersebut. Seperti menyangkut masalah       dan mereka menentukan daerah Tangail
jaminan     kredit,   persyaratan    ini   sebagai daerah operasi proyek Grameen
merupakan prinsip yang fundamental         Bank. Setelah 3 tahun uji coba dilakukan
dalam pemberiari kredit, Disamping itu     dengan penuh ketekunan, maka pada
semua transaksi harus didukung dengan      akhir tahun 1982 Muhammad Yunus dan
dokumen' tertulis. Padahal sebagian-       timnya berhasil mendirikan pusat
besar penduduk (80 persen) negara          Grameen Bank di 745 desa di daerah
Bangladesh adalah buta huruf, maka         Tangail dengan jumiah debitur mencapai
jelaslah      perbankan         bukanlah   24.177 orang dan pinjaman yang telah
dimaksudkan untuk melayani mereka.         diberikan sebesar. Taka 95.578.000 atau,
sekitar US$ 4 juta, dengan tingkat        perkreditan Grameen Bank adalah kredit
pengembaliannya lebih dari 99 persen.     yang diberikan kepada orang-orang
Disamping itu dana tabungan kelompok      miskin adalah penting. Hal ini
yang dapat dihimpun sebesar Taka          disebabkan kredit tersebut dapat
8.143.000 atau sekitar US$ 325.000.       membantu mereka dalam peningkatan
Dengan demikian orang-orang miskin di     pendapatan, dan merekapun mempunyai
Tangail telah membuktikan bahwa .         kemampuan untuk mengembalikan kredit
mereka adalah "bank able". Setelah uji    tersebut.
cobs selama 3 tahun di Tangail, proyek           Dengan begitu langkah yang dapat
Grameen Bank menjadi program kredit       dilakukan guna membantu masyarakat
pedesaan untuk orangorang sangat miskin   miskin keluar dari kemiskinan adalah
yang efektif dan efisien. Keberhasilan    penyediaan sumber permodalan yang
tersebut menjadikan perbankan di          dapat dimanfaatkan oleh mereka
Bangladesh tidak mau mengabaikan          dengan cara rasional dan komersial,
program untuk orang-orang miskin yang     tetapi dengan persyaratan dan prosedur
telah berhasil melalui ujian yang berat   yang disesuaikan dengan kondisi mereka.
dan pemerintah Bangladesh sangat          Ternyata pemberian pinjaman Grameen
terkesan dengan apa yang telah dicapai    Bank tanpa agunan tersebut dapat
oleh      program     tersebut   (Pandu   dikembalikan dengan tingkat yang
Suharto,1991: 4445).                      sangat tinggi yaitu sebesar 98 %.
      Setelah keberhasilan di Tangail,           Asumsi yang menyatakan bahwa
maka proyek Grameen Bank selanjutnya      orang miskin ' tidak punya ketrampilan,
dikembangkan di empat distrik, yaitu      kurang motivasi, tidak mempunyai
Chittagong, Dhaka, Rangpur dan            pandangan ke depan serta tidak
Patuakhali dengan bantuan dana. dari      mempunyai         ketrampilan       untuk
International Fund for Agricultural       menyelesaikan masalah mereka sendiri
Development (IFAD) sebesar.US$ 3,4        dikritik oleh pendiri Grameen Bank dan
juta,     yang     disalurkan   melalui   Fugelsang (dalam Djumilah Zein,
Bangladesh Bank. Disamping itu,           1996). Menurut Fugelsang orang
Bangladesh Bank juga memberi kucuran      miskin      punyai     berbagai    macam
dana dalam jumlah yang sama dengan        ketrampilan yaitu : a) listening skill, b)
dana yang diberikan IFAD.                 memory skill, c) survival skill, d)
      Tepat tanggal 1 September 1983,     resources utilization skill, dan e)
proyek Grameen Bank diresmikan            occupation skill. Meskipun demikian
menjadi      bank    melalui   ordonasi   tidak berarti bahwa pelatihan untuk
Pemerintah dengan nama Grameen Bank       meningkatkan ketrampilan bare atau
(Bank Desa). . Disini pemerintah          lainnya tidak penting. Tetapi akan lebih
menyediakan 60 persen dari modal dasar    mudah        bila     pengembangan        '
yang disetor sedangkan 40 persen dari     dilaksanakan bila didasarkan pada
modal berasal dari peminjam, yaitu para   ketrampilan yang sudah mereka miliki.
anggota. Pada scat proyek Grameen Bank           Adapun prinsip-prinsip Grameen
diresmikan. menjadi Grameen Bank,:        Bank meliputi empat belas butir (Pandu
daerah .operasinya telah mencapai 5       Suharto, 1996:7-8) yaitu: 1) Hanya orang
buah distrik di Bangladesh, :yang         yang sangat miskin dan memenuhi
meliputi 1.025 desa dengan cabang         kriteria yang telah ditetapkan pihak Bank
sudah mencapai 77 unit.                   dapat menjadi nasabah dan memperoleb
      Menurut Pandu Suharto (1996:6-      pinjaman. Kriteria orang miskin di
8), falsafah dasar dari program           Bangladesh adalah bila memiliki tanah
seluas kurang dan 0,5 acre (sekitar 2036     menerima angsuran pinjaman dan
m2) dais kekayaan lain yang dimiliki         menghimpun Dana Tabungan Kelompok
nilainya kurang dari nilai 1 acre (sekitar   dan Dana Darurat untuk disimpan di
4072 m2) tanah yang berkualitas sedang;      bank. Semua urusan pinjaman dibahas
2) Pinjaman diberikan tanpa agunan atau      pula dengan petugas bank dalam rapat
penjamin; 3) Prosedur pinjaman dibuat        tersebut.
sederhana; 4) Pinjaman diberikan untuk             Adapun menurut            David S.
kegiatan produktif; 5) Pinjaman yang         Gibbons,       dalam       Djumilah    Zain
diberikan adalah relatif kecil dengan        (1996:45), faktor - faktor yang melatar
angsuran mingguan selama satu tahun; 6)      belakangi keberhasilan GB adalah
Peminjam        diorganisasikan     dalam    sebagai berikut: Pertama, adanya
kelompok yang terdiri dari 5 orang; 7)       hubungan yang erat, Dikembangkannya
Pinjaman diberikan secara berturutan,        hubungan yang erat antara GB dengan
yaitu mula-mula 2 orang anggota yang         anggota yang dibina dan antara sesama
paling membutuhkan diberi prioritas          anggota binaan itu sendiri.
pertama untuk menerima pinjaman,                   Kedua, kontrol dan solidaritas
kemudian menyusul dua anggota lainnya        kelompok.        Adanya        pembentukan
menerima pinjamannya dan yang terakhir       Kelompok yang beranggotakan 5 orang
menerima pinjaman adalah anggota             per kelompok dan bergabung dengan
kelima. Penentuannya ditetapkan sendiri      kelompok-kelompok lain pada rembug
oleh kelompok; 8) Pengawasan dilakukan       pusat, maka tercipta system kontrol
dalam      penggunaan     pinjaman;     9)   diantara anggota kelompok yang
Peminjam diberi kemungkinan meminjam         berfungsi       meminimalkan        peluang
kembali setelah pinjamannya tunas; 10)       terjadinya pelanggaran terhadap aturan
Setiap peminjam dipotong 5% untak Dana       yang      telah      ditetapkan    bersama.
Tabungan Kelompok, dan setiap minggu         Kesungguhan dalam mendekati rumah
anggota menabung I Taka' (kira-kira          tangga miskin Dalam membentuk
Rp.50,-) yang dimasukkan kedalam             kelompok          tidak       diperbolehkan
Dana Tabungan Kelompok; 11) Setiap           mencampurkan antara rumah tangga
anggota membayar sejumlah uang               miskin dengan yang tidak miskin.
sebesar 25% dari bunga yang dibayar          Dengan demikian dalam membentuk
untuk disetor kedalam Dana Darurat.          kelompok binaan GB diperoleh rumah
Pada dasarnya dana ini merupakan dana        tangga yang benar-benar sangat miskin.
untuk asuransi terhadap . kemacetan          Adapun strategi yang sangat bermanfaat
pinjaman, kematian, cacat tubuh dan          bagi GB dalam mencapai kelompok
kecelakaan; 12) Bunga pinjaman sebesar       miskin adalah memulai kegiatan dengan
16 persen yang ditarik menjelang akhir       menetapkan wanita sebagai binaan. Di
mass pinjaman sebagai dua angsuran           masyarakat miskin Bangladesh, sangat
terakhir; 13) Sejumlah kelompok di desa      sulit menarik minat wanita supaya
yang sama terdiri dari 6 sampai 8            membentuk kelompok dan mengajukan
kelompok mengadakan rapat mingguan           pinjaman kepada Grameen Bank (GB).
bersama. Pertemuan atau rapat ini            Adapun penyebabnya adalah tantangan
dikenal sebagai rapat pusat atau             dari tokoh masyarakat dan masyarakat
"center"; 14) Semua transaksi Grameen        mengenai kemudaratan wanita bila
Bank      dengan     anggota    kelompok     memperoleh          pinjaman,      sehingga
dilaksanakan      pada     waktu     rapat   menghambat          proses     pembentukan
mingguan dari pusat. Petugas Grameen         kelompok. Dan ternyata hanya wanita
Bank menghadiri rapat tersebut untuk.        yang kondisinya sangat miskin saja yang
berani membentuk kelompok untuk                     Keempat, manajer GB mampu
memperoleh pinjaman. Pembentukan              menciptakan kesan yang baik di
kelompok memerlukan waktu yang cukup          lingkungannya. Manager GB yang
longgar Proses pembentukan kelompok,          berada di kantor cabang barn mula-mula
merupakan kekuatan GB. Namun                  bekerja sendiri tanpa ada yang
diperlukan waktu yang cukup lama              membantu.
karena calon-calon anggota belum saling             Grameen       bank      mempunyai
mengenal. Sehingga perlu sating               multifungsi bagi masyarakat miskin desa
mengenal dan penilaian sate dengan            apabila penerapannya dilakukan secara
yang lain, baru kemudian mereka               maksimal. Fungsi pertama adalah di sini
bersepakat      membentuk       kelompok.     Grameen      Bank      berfungsi    untuk
Kemudian .petugas. GB memberi                 memberikan fasilitas kredit produktif
pelatihan (latihan wajib kumpul) dan          bagi masyarakat desa dengan cara
memberi penilaian terhadap mereka             menggunakan sistem metode yang
tentang     lulus     tidaknya.     Setelah   mengadopsi keuangan perbankan dan
dinyatakan lulus orang miskin merasa          sistem arisan yang dianggap cocok
mendapat pengakuan dan kehormatan             dengan perilaku dan sifat masyarakat
yang selama ini tidak pernah mereka           desa. Bukan hanya ini yang membuat
rasakan. Hal ini menimbulkan rasa             Grameen Bank dilirik oleh masyarakat
percaya diri dan rasa mempunyai               desa adalah, Grameen Bank memberikan
kemampuan untuk meningkatkan taraf            pinjman tanpa aditetapkan agunan.
hidup melalui usaha secara mandiri.                 Fungsi kedua adalah dengan
Sebagai         konsekuensinya          GB    adanya           Grameen            Bank,
memerlukan waktu yang cukup lama              selaindiberikannya kredit disini Grameen
untuk mengembangkan anggotanya.               Bank memberikan pelatihan dan
      Ketiga, ketekunan dan kesabaran         pengetahuan kepada masyarakt desa.
sebagai modal GB. Setiap melakukan            Dengan adanya pelatihan ini maka
kegiatannya      dilokasi     baru,     GB    diharapkan masyarakat desa sudah mulai
melaksanakan         program-programnya       mengerti tentang dunia perbankan yang
secara hati-hati dan tidak terburu-buru.      selama ini masyarakat desa menganggap
Strateginya, untuk setiap pembukaan           bahwa dunia dunia perbankan khususnya
kantor cabang baru, manager bersama           bank merupakan lembaga perbankan
calon manager mendatangi daerah               yang terlalu berbelit – belit dan banyak
tersebut, melakukan pendekatan dengan         aturan dalam memenuhi kebutuhan kredit
pimpinan formal dan non formal serta          masyarakat miskin desa.
mengenalkan       tujuan    GB.      Untuk          Dengan adanya Grameen Bank ini,
keperluan . ini, GB memerlukan waktu 4        duharapkan nantinya perekonomian
minggu,        selanjutnya       diadakan     masyarakat desa menjadi berkembang
pertemuan resmi dengan seluruh lapisan        pesat dan produktif serta masyarakat desa
masyarakat di daerah tersebut untuk           diharapkan supaya tidak awam lagi
diberi penjelasan mengenai berbagai hal       terhadap      perkembangan       lembaga
yang berkaitan dengan tujuan dan              perbankan yang ada di Indonesia.
kegiatan      GB.     GB      memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk            LEVEL BANK CORPORATION
mempertimbangkan keberadaannya di             (LBC)
wilayah      tersebut     dan     biasanya          LBC (Level Bank Corporation)
masyarakat menerimanya tanpa ada              merupakan gagasan dari peneliti dalam
unsur tekanan                                 mengatasi kecukupan modal, terutama
modal kerja/ usaha dalam mengatasi           LBC.     Kecukupan       jumlah    modal
berbagai tingkat kemiskinan di Indonesia     pinjaman yang sering berbeda di
baik di daerah pedesaan ataupun kota.        kalangan perkotaan dan desa bisa diatasi
        Indonesia sebenarnya mempunyai       dengan adopsi dari Grameen Bank dan
koperasi sebagai wadah dalam mengatasi       APEX BPR.
tingkat kecukupan modal. Tetapi apabila              Sementara persaingan yang dapat
dikaji lebih jauh ternyata kesejahteraan     membunuh salah satu dari lembaga
yang diberikan oleh keperasi hanya           perbankan atau badan usaha yang
memprioritaskan kepada para anggota          bersaing dapat dihindari dengan metode
koperasi, sehingga bagi masyarakat yang      pembagian saluran kredit. Dimana pada
bukan      anggota     koperasi    masih     masyarakat pedesaan lebih disarankan
mempunyai beberapa kendala. Di               pada model Grameen Bank karena lebih
samping itu koperasi lebih familiar pada     dikarenakan masyarakat desa sebagian
golongan masyarakat pedesaan atau            besar masih kurang pengetahuan tentang
golongan tertentu. Sebagian besar            dunia perbankan, memiliki rasa gotong
masyarakat lebih cenderung memilih           royong tinggi bersifat kekeluargaan dan
bank sebagai salah satu pemberi              jumlah pinjaman yang nominalnya relitif
kecukupan modal.                             kecil       dibandingkan       masyarakat
        Akan tetapi dalam perbankan,         perkotaan.
kita sering mendengar adanya beberapa                Sementara bagi warga kota lebih
permasalahan seperti kredit macet dan        di dasarkan kepada APEX BPR dikarena
asimetri informasi sehingga tidak semua      masyarakat kota sebagian besar bersifat
individu dapat meminjam modal di             individual,     memiliki      kemampuan
lembaga perbankan, terutama bagi             perbankan jauh lebih baik daripada
kelompok masyarakat miskin yang              masyarakat desa dan pada umumnya
kurang mengerti tentang tata cara            mengajukan jumlah pinjaman jauh lebih
meminjam di lembaga perbankan yang           besar daripada masyarakat desa.
cukup rumit bagi sebagian orang.                     Dengan adanya LBC pada dunia
        LBC (Level Bank Corporation)         perbankan di Indonesia diharapkan
muncul       sebagai    jawaban       atas   membawa         angin      segar     bagi
permasalahan di atas, dimana di sini LBC     pengembangan dunia perbankan yang
merupakan transformasi dari Grameen          ada di Indonesia dan diharapakan dapat
Bank, APEX BPR serta koperasi yang           menjadi obat bagi           permasalahan
merupakan badan usaha asli milik             kecukupan mdal di daerah desa dan kota
Indonesia. LBC tidak hanya mengatasi         dalam mengatasi kemiskinan yang ada di
kekurangan modal yang ada di Indonesia       Indonesia.
baik itu di pedesaan ataupun perkotaan.      PENUTUP
Akan tetapi di sini LBC juga                       Perbankan Indonesia merupakan
memberikan pendidikan tentang dunia          suatu lembaga penting dan vital dalam
perbankan terutama bagi individu             memberantas kemiskinan. Peran lembaga
pedesaan yang masih sangat awam akan         perbakan lebih difokuskan bagaimana
dunia perbankan.                             cara memberantas kemiskinan dengan
        LBC membawa gaya modern              memberikan kredit kepada lapangan
perbankan dengan tidak meninggalkan          usaha kecil yang terdapat di Indonesia.
ruh yang terdapat pada koperasi.             Usaha kecil yang terdapat di Indonesia
Kerjasama, gotong royong, dan tanggung       identik dengan masyarakat miskin yang
renteng yang merupakan ciri utama            kekurangan modal sehingga usaha
bangsa Indonesia melekat kuat dalam          kecilnya sendiri kurang dapat berjalan
dan tumbuh dengan baik. Hal ini              lembaga penyedia kredit bagi masyarakat
merupakan suatu permasalahan tersendiri      miskin desa diperlukannya sebuah aturan
bagi usaha kecil tersebut karena pihak       untuk mengatur kegiatan perkreditan
perbankan      biasanya     hanya     akan   tersebut.
memberikan kredit terhadap individu                Perlunya dikaji lebih lanjut
yang mempunyai record yang bagus.            mengenai penggolongan kemiskinan di
      Tidak hanya berhenti sampai disini     Indonesia, mengingat setiap periodenya
saja, tetapi permasalahan selanjutnya        pendapatan, jumlah warga miskin selalu
adalah apabila kredit ini hanya disalurkan   berubah – ubah sesuai dengan keadaan
begitu saja secara random, ditakutkan        ekonomi suatu negara. Tujuan dari
kredit yang diberikan tidak tepat guna. Di   pengkajian ini tidak lain adalah supaya
sini ada perbedaan tentang kondisi           sasaran    yang     diharapkan       dalam
kemiskinan di pedesaan dan perkotaan,        pengajuan kredit bisa tepat sasaran.
dimana mempunyai kondisi yang                      Perlu ada lembaga khusus yang
berbeda jika dilihat dari kebutuhan          menangani permasalahan ini dengan
modal, pendidikan, kelembagaan dan           serius, menginagt model yang akan
jenis usaha kecil yang ada. Di daerah        diterapkan nantinya merupakan model
pedesaan disarankan mampu mengadopsi         baru yang belum pernah diterapkan
sistem model Grameen Bank karena             sebelumnya di Indonesia.
dengan adanya sistem ini masyarakat
desa tidak hanya diberkan kredit ringan
tanpa agunan yang bersifat tanggung                    DAFTAR PUSTAKA
renteng      tetapi     juga     diberikan
pengetahuan mendasar tentang sistem
perbankan yang selama ini mayoritas          Adiatman, P.S; 1999. Peranan Kredit
penduduk desa kurang mengerti apa itu               Sebagai Piranti Pengentasan
perbankan.                                          Kemiskinan             (Replikasi
      Sedangkan            penanggulangan           Grameen Bank di Indonesia),
kemiskinan dan bantuan modal kredit                 Skripsi, Jakarta: Sekolah Tinggi
produktif bagi masyarakat miskin kota di            Ilrnu     Ekonomi       Perbanas,
sini penulis menggunakan model APEX                 Jurusan Manajemen Keuangan.
BPR, dimana model tersebut merupakan
gabungan dari perbankan umum dan             Chotim,       Erna      Ermawati      dan
BPR yang ada di daerah tersebut. Dengan                Tharnrin,Juni    (ed.). 1997.
adanya APEX BPR diharapkan modal                       Diskusi Ahli: Pemberdayaan &
yang disalurkan dalam pemberian kredit                 Replikasi    Aspek     Finansial
dapat dengan tepat dan bertambah                       Usaha Kecil Di Indonesia.
volume penyalurannya kepada masyrakat                  Yayasan AKATIGA, PEP-LIPI,
miskin kota yang berbeda dengan                        Yayasan Mitra Usaha dan The
masyarakat miskin desa.                                Asian Foundation. Bandung.
      Dengan adanya penanggulangan
kekurangan modal di wilayah desa             Dede Haeruddin (Pyn), 1999. Aneka
ataupun kota bagi perkreditan yang                  Skim Kredit Untuk Modal
diajukan oleh usaha kecil bagi                      Usaha. Yayasaan Bhakti
masyarakat miskin, dimana di sini APEX              Kencana. Jakarta.
BPR ditujukan sebagai lembaga penyedia
kredit bagi masyarat miskin kota,            Firmansyah (2000). Implikasi Model
sedangkan Grameen Bank sebagai                       Grameen Bank di Kabupaten
Magetan,   dalam   bukunya                  Indonesia. Cetakan Pertama.
        "Pemberdayaan Usaha Kecil                   Jakarta.
        Melalui Grameen Bank" (Pny.
        Mahmud Thoha), PEP - LIPL                   , dan Hafid, A. 1997.
        Jakarta_                                    Pelaksanaan Pola Grameen
                                                    Bank di Bangladesh dan
Gunardi, Harry Seldadyo Dkk, 1994.                  Malaysia, dalam Danusaputro,
         Kredit Untuk Rakyat. Akatiga.              et al., "Monetisasi Pedesaan:
         Bandung.                                   Bunga     Rampai      Keuangan
Rasahan, C.A. dan Syukur, M (1997),                 Pedesaan, Edisi Kedua, Institut
         Karya Usaha Mandiri, Arah                  Bankir Indonesia, Jakarta.
         Baru Menjangkau Golongan
         Termlskin di Pedesaan, dalam      Supramono, Gatot, 1996.. Perbankan
         Danusaputro, M.,et.al., (1997),          Dan Masalah Kredit "Suatu
         Monetisasi Pedesaan: Bunga               Tinjauan Yuridis". Cetakan
         Rampai Keuangan Pedesaan,                Kedua. Penerbit Djambatan.
         Edisi Kedua, Jakarta: Institut           Jakarta.
         Bankir Indonesia.
                                           Thoha,     Mahmud     (Peny),     2000.
Sudaryanto, Tahlim, 1999. Perspektif                Pemberdayaan Usaha Kecil
         Pembangunan Ekonomi                        Melalui Model Grameen Bank.
         Pedesaan Dalam Era. Pasar                  Puslitbang   Ekonomi        dan
         Bebas. Seminar Nasional                    Pembangunan - LIPI, Jakarta
         Pembangunan Pertanian Dan
         Pedesaan Dalam. Era Otonomi       Zain, Djumilah, 1993. Kaji Tindak
         Daerah. Bogor, 16 - 17                   Lembaga Keuangan Pedesaan
         November 1999. Pusat                     Untuk Membantu Masyarakat
         Penelitian Sosial Ekonomi                Miskin di Kabupaten Malang
         Pertanian Badan Penelitian dan           dan Kabupaten Blitar, Usulan
         Pengembangan Pertanian.                  Penelitian, Malang. Lembaga
         Bogor.                                   Penelitian         Universitas
Suharto, Pandu, 1989. Grameen Bank, "             Brawijaya.
         Sebuah Model Bank Untuk
         Orang miskin di Bangladesh".               1996. Strategi Pengentasan
         Lembaga           Pengembangan             Kemiskinan Melalui Bantuan
         Perbankan Indonesia (LPPI),                Modal Bagi Rumah Tangga
         Jakarta.                                   Miskin di Pedesaan, Laporan
                                                    Penelitian.    Jawa    Timur.
        1996. Petunjuk Pelaksanaan                  Malang. Lembaga Penelitian
        Sistem Perkreditan Grameen                  Universitas Brawijaya.
        Bank di Indonesia. Jakarta:
        Yayasan Mitra Usaha, tidak                  , 1998. Strategi Pengentasan
        dipublikasikan.                             Kemiskinan Melalui Bantuan
        , 1996. 100 Tahun BPR Di                    Modal Bagi Rumah Tangga
        Indonesia 1895 - 1995.                      Miskin di Pedesaan,
        InfoBank. Cetakan Pertama.                  Rangkuman Hasil Penelitian.
        Jakarta.                                    Jawa Timur. Malang. Lembaga
        , 2012. APEX Bank. Bank                     Penelitian Universitas
Brawijaya.

1998. Pemberdayan Keluarga
Miskin Melalui Pemberian
Kredit Model Grameen Bank.
Makalah Seminar di LIPI,
Jakarta 13 Oktober 1998.

More Related Content

Viewers also liked

Prinsip – prinsip ekonomi dan metodologi ilmu ekonomi
Prinsip – prinsip ekonomi dan metodologi ilmu ekonomiPrinsip – prinsip ekonomi dan metodologi ilmu ekonomi
Prinsip – prinsip ekonomi dan metodologi ilmu ekonomiMuhammad Khoirul Fuddin
 
Mekanisme penyesuaian dalam neraca pembayaran fix
Mekanisme penyesuaian dalam neraca pembayaran fixMekanisme penyesuaian dalam neraca pembayaran fix
Mekanisme penyesuaian dalam neraca pembayaran fixMuhammad Khoirul Fuddin
 

Viewers also liked (20)

Pasar Persaingan Sempurna
Pasar Persaingan SempurnaPasar Persaingan Sempurna
Pasar Persaingan Sempurna
 
Prinsip – prinsip ekonomi dan metodologi ilmu ekonomi
Prinsip – prinsip ekonomi dan metodologi ilmu ekonomiPrinsip – prinsip ekonomi dan metodologi ilmu ekonomi
Prinsip – prinsip ekonomi dan metodologi ilmu ekonomi
 
Pasar monopoli
Pasar monopoliPasar monopoli
Pasar monopoli
 
Eksternalitas
EksternalitasEksternalitas
Eksternalitas
 
Teori produksi
Teori produksiTeori produksi
Teori produksi
 
Monopoli
MonopoliMonopoli
Monopoli
 
Neraca pembayaran indonesia
Neraca pembayaran indonesiaNeraca pembayaran indonesia
Neraca pembayaran indonesia
 
Pengantar Teori - Teori Kurs
Pengantar Teori - Teori KursPengantar Teori - Teori Kurs
Pengantar Teori - Teori Kurs
 
Kebijakan perdagangan internasional (2)
Kebijakan perdagangan internasional (2)Kebijakan perdagangan internasional (2)
Kebijakan perdagangan internasional (2)
 
Oligopoli
OligopoliOligopoli
Oligopoli
 
Integrasi Ekonomi Internasional
Integrasi Ekonomi InternasionalIntegrasi Ekonomi Internasional
Integrasi Ekonomi Internasional
 
Pengertian Ekonomi Internasional
Pengertian Ekonomi InternasionalPengertian Ekonomi Internasional
Pengertian Ekonomi Internasional
 
Pasar persaingan sempurna
Pasar persaingan sempurnaPasar persaingan sempurna
Pasar persaingan sempurna
 
Mekanisme pasar dalam islam
Mekanisme pasar dalam islamMekanisme pasar dalam islam
Mekanisme pasar dalam islam
 
Teori perdagangan Internasional (1)
Teori perdagangan Internasional (1)Teori perdagangan Internasional (1)
Teori perdagangan Internasional (1)
 
Pasar Valuta Asing dan Kurs
Pasar Valuta Asing dan Kurs Pasar Valuta Asing dan Kurs
Pasar Valuta Asing dan Kurs
 
Mekanisme penyesuaian dalam neraca pembayaran fix
Mekanisme penyesuaian dalam neraca pembayaran fixMekanisme penyesuaian dalam neraca pembayaran fix
Mekanisme penyesuaian dalam neraca pembayaran fix
 
Teori perdagangan internasional modern
Teori perdagangan internasional modernTeori perdagangan internasional modern
Teori perdagangan internasional modern
 
Tatanan Pelaku dan Regulasinya
Tatanan Pelaku dan RegulasinyaTatanan Pelaku dan Regulasinya
Tatanan Pelaku dan Regulasinya
 
Silabus Pengantar Ekonomi Mikro
Silabus Pengantar Ekonomi MikroSilabus Pengantar Ekonomi Mikro
Silabus Pengantar Ekonomi Mikro
 

Similar to 8. fudin

Koperasi amartha microfinance
Koperasi amartha microfinanceKoperasi amartha microfinance
Koperasi amartha microfinancexero9
 
Peran bank perkredittan rakyat dalam sektor mikro (
Peran  bank perkredittan rakyat dalam sektor mikro (Peran  bank perkredittan rakyat dalam sektor mikro (
Peran bank perkredittan rakyat dalam sektor mikro (stmt trisakti
 
Metpen2
Metpen2Metpen2
Metpen2stiemb
 
Lkm & pemberdayaan ekonomi
Lkm & pemberdayaan ekonomiLkm & pemberdayaan ekonomi
Lkm & pemberdayaan ekonomiSrie Maryati
 
Suplemets for micro, small and medium business enterprises
Suplemets for micro, small and medium business enterprisesSuplemets for micro, small and medium business enterprises
Suplemets for micro, small and medium business enterprisesSetiono Winardi
 
Suplements for micro, medium and small business enterprises
Suplements for micro, medium and small business enterprisesSuplements for micro, medium and small business enterprises
Suplements for micro, medium and small business enterprisesSetiono Winardi
 
Buletin swadesa edisi 2
Buletin swadesa edisi 2Buletin swadesa edisi 2
Buletin swadesa edisi 2ALI YASIN
 
Pendekar perempuan
Pendekar perempuanPendekar perempuan
Pendekar perempuanBadawi Mozl
 
Implementasi pemberdayaan masyarakat
Implementasi pemberdayaan masyarakatImplementasi pemberdayaan masyarakat
Implementasi pemberdayaan masyarakatJacob Breemer
 
Business coaching for micro, small and medium
Business coaching for micro, small and mediumBusiness coaching for micro, small and medium
Business coaching for micro, small and mediumSetiono Winardi
 
Dirut BRI - Rakor Menteri Anggota TKPK
Dirut BRI - Rakor Menteri Anggota TKPKDirut BRI - Rakor Menteri Anggota TKPK
Dirut BRI - Rakor Menteri Anggota TKPKkhoiril anwar
 

Similar to 8. fudin (20)

Words
WordsWords
Words
 
Potensi Pasar Kredit untuk UMKM di Jawa Timur
Potensi Pasar Kredit untuk UMKM di Jawa TimurPotensi Pasar Kredit untuk UMKM di Jawa Timur
Potensi Pasar Kredit untuk UMKM di Jawa Timur
 
Koperasi amartha microfinance
Koperasi amartha microfinanceKoperasi amartha microfinance
Koperasi amartha microfinance
 
Peran bank perkredittan rakyat dalam sektor mikro (
Peran  bank perkredittan rakyat dalam sektor mikro (Peran  bank perkredittan rakyat dalam sektor mikro (
Peran bank perkredittan rakyat dalam sektor mikro (
 
1. Microfinance.ppt
1. Microfinance.ppt1. Microfinance.ppt
1. Microfinance.ppt
 
Metpen2
Metpen2Metpen2
Metpen2
 
L K M S B M T
L K M S B M TL K M S B M T
L K M S B M T
 
RESIKO KREDIT MACET
RESIKO KREDIT MACETRESIKO KREDIT MACET
RESIKO KREDIT MACET
 
MEKAR Newsletter ed.08
MEKAR Newsletter ed.08MEKAR Newsletter ed.08
MEKAR Newsletter ed.08
 
Lkm & pemberdayaan ekonomi
Lkm & pemberdayaan ekonomiLkm & pemberdayaan ekonomi
Lkm & pemberdayaan ekonomi
 
Suplemets for micro, small and medium business enterprises
Suplemets for micro, small and medium business enterprisesSuplemets for micro, small and medium business enterprises
Suplemets for micro, small and medium business enterprises
 
Suplements for micro, medium and small business enterprises
Suplements for micro, medium and small business enterprisesSuplements for micro, medium and small business enterprises
Suplements for micro, medium and small business enterprises
 
Buletin swadesa edisi 2
Buletin swadesa edisi 2Buletin swadesa edisi 2
Buletin swadesa edisi 2
 
COKELAT 11_LR
COKELAT 11_LRCOKELAT 11_LR
COKELAT 11_LR
 
PROPOSAL PENGARUH (2).pdf
PROPOSAL PENGARUH (2).pdfPROPOSAL PENGARUH (2).pdf
PROPOSAL PENGARUH (2).pdf
 
Pendekar perempuan
Pendekar perempuanPendekar perempuan
Pendekar perempuan
 
Implementasi pemberdayaan masyarakat
Implementasi pemberdayaan masyarakatImplementasi pemberdayaan masyarakat
Implementasi pemberdayaan masyarakat
 
Business coaching for micro, small and medium
Business coaching for micro, small and mediumBusiness coaching for micro, small and medium
Business coaching for micro, small and medium
 
Dirut BRI - Rakor Menteri Anggota TKPK
Dirut BRI - Rakor Menteri Anggota TKPKDirut BRI - Rakor Menteri Anggota TKPK
Dirut BRI - Rakor Menteri Anggota TKPK
 
Lkd mapan
Lkd mapanLkd mapan
Lkd mapan
 

8. fudin

  • 1. PEMBERANTAS KEMISKINAN & KECUKUPAN MODAL DI DUA DIMENSI BERBEDA MELALUI MODEL APEX BPR DAN GRAMEEN BANK Oleh: Muhammad Khoirul Fuddin Mahasiswa Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang E-mail/No. Hp: foeddin@yahoo.com/ 085649947747 Abstract This research is based on two models of the object model of the Grameen Bank that successfully implemented in rural communities of Bangladesh and APEX BPR models have been suggested by the Central Bank of Indonesia. It is expected that these two models can be reduced poverty in Indonesia. Conclusions can be drawn from this study is that the level of poverty later in Indonesia in handling through lending activities were not able to use only one in the same way. this is because, since this type of poverty in rural and urban areas have differences. With the APEX BPR is felt more appropriate to extend credit in the urban poor Grameen Bank model is more suitable to be applied to extend credit in rural communities. Keywords: poverty, apex bpr, and grameen bank Abstrak Penelitian ini didasarkan pada dua model dari model obyek dari Bank Grameen yang berhasil diterapkan di masyarakat pedesaan di Bangladesh dan BPR APEX model telah diusulkan oleh Bank Sentral Indonesia. Diharapkan kedua model dapat mengurangi kemiskinan di Indonesia. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah bahwa tingkat kemiskinan kemudian di Indonesia dalam penanganan melalui kegiatan pinjaman tidak dapat menggunakan hanya satu dengan cara yang sama. ini karena, karena ini jenis kemiskinan di daerah pedesaan dan perkotaan memiliki perbedaan. Dengan BPR APEX dirasakan lebih tepat untuk memperpanjang kredit dalam model miskin perkotaan Grameen Bank lebih cocok diterapkan untuk memperpanjang kredit di masyarakat pedesaan. Kata Kunci: kemiskinan, apex bpr, dan grameen bank PENDAHULUAN modal yang dimilik ioleh masing – Kemiskinan merupakan masing orang untuk mendirikan suatu permasalahan yang serius bagi setiap usaha dalam menopang perekonomian negara. Banyak sekali faktor yang per individu. Sebenarnya kekurangan menyebabkan terjadinya kemiskinan modal bias diantisipasi dengan adanya suatu negara. Salah satu factor pemberian kredit yang diberikan oleh penyebabnya adalah kurangnya jumlah lembaga keuangan bank ataupun non
  • 2. bank. Dengan adanya pemberian kecil yang memiliki usaha kecil lebih kreditini diharapakan mulai tumbuh tertarik kepada BPR atau pun lembaga UMKM (Usaha Menengah Kecil Mikro) keuangan lain bahkan kepada para dikalangan masyarakat menengah rentenir karena dengan adanya lembaga kebawah sehingga mampu mengurangi – lembaga tersebut pihak Usaha Kecil jumlah angka kemiskinan dan pada Mikro berpendapat bahwa akan lebih akhirnya meningkatkan laju cepat mendapatkan kredit tanpa adanya pertumbuhan ekonomi suatu negara. syarat atau sistem yang dianggap Kekurangan modal mungkin memberatkan walaupun dengan memang bisa dihindari dengan konsekuensi harus membayar dengan pemberian kredit kepada masyarakat tingkat suku bunga yang cukup tinggi. kelas menengah kebawah. Apabila Ternyata persoalan ini tidak hanya berbicara kredit maka hal yang paling berhenti dari lembaga keuangan mana banyak menjadi persoalan adalah resiko yang dituju dalam menerima pinjaman gagal bayar, pemberian kredit yang tepat tetapi juga di sini terdapat suatufakta dan proses pemberian termasuk syarat – baru yang dapat menentukan tingkat syarat yang yang harus dipenuhi oleh keberhasilan pinjaman masyarakat para peminjam. Jadi dalam prakteknya miskin dalam Usaha Kecil Mikro. kredit mempunyai berbagai Persoalan baru yang muncul di sini permasalahan, antara lain yaitu: adalah terdapat penggolongan Pertama, dengan adanya pemberian masyarakat miskin menurut wilayah kredit kepada Usaha Kecil Mikro pihak desa dan kota yang ada di Indonesia. perbankan kurang bias memaksimalkan Bagi masyarakat miskin di kota keuntungan karena biasanya Usaha Kecil solusi dari kekurangan modal dalam Mikro hanya meminjam dalam jumlah Usaha Kecil Mikro mungkin bias kecil. diselesaikan dengan BPR yang ada di Kedua, terdapat resiko gagal bayar wilayah kota, akan tetapi bagi yang cukup tinggi apabila pihak lembaga masyarakat miskin di wilayah desa BPR keuangan salah menyalurkan kredit mungkin masih kurang begitu optimal kepada Usaha Kecil Mikro karena dalam penyelesaian masalah kekurangan biasanya Usha Kecil Mikro kurang modal bagi Usaha Kecil Mikro. mempunyai barang likuid yang bias Dilihat dari segi pendapatan dijaminkan untuk memperoleh pinjaman. ataupun tingkat pendidikan masyarakat Ketiga, biaya administrasi yang miskin di daerah kota dan desa dikenakan oleh pihak keuangan mempunyai perbedaan. Di sisi lain BPR cenderung sama antara Usaha Kecil dalam memenuhi kebutuhan kecukupan Mikro dengan perusahaan – perusahaan modal Usaha Kecil Mikro di kalangan besar, sehingga pada akhirnya pihak masyarakat miskin kota dirasa bisa lembaga keuangan kurang optimal dikarenakan syarat dan prosedur memprioritaskan Usaha Kecil Mikro. yang diajukan dirasa dapat dilpenuhi Keempat, sistem atau tata cara kredit oleh masyarakat miskin kota, sebaliknya yang ada di bank umum biasanya bagi masyarakat miskin desa syarat dan dianggap terlalu menyulitkan pihak prosedur yang diajukanoleh BPR Usaha Kecil Mikro yang biasanya mungkin akan sedikit menyulitkan. mayoritas pemilikdari Usaha Kecil Solusi yang dirasa dapat mengatasi Mikro adalah lulusan SLTA. permasalahan tersebut adalah Dengan adanya beberapa kendala kekurangan modal yang terjadi pada ini, biasanya para masyarakat menengah Usaha Kecil Mikro bagi masyarakat
  • 3. miskin desaa dalah dengan berlakunya rumah yang tidak dilengkapi dengan atau berdirinya Grameend Bank dimana WC/ bersama - sama dengan rumah syarat dan prosedur penjaman kredit tangga lain; 5) Hidup dalam rumah tanpa produktif memang benar – benar listrik; 6) Tidak mendapatkan fasilitas air dikhususkan kepada masyarakat desa. bersih/ sumur/ mata air tidak terlindung/ Dari paparan latar belakang di atas, sungai/ air hujan; 7) Menggunakan kayu maka penulis berusaha menganggkat bakar, arang atau minyak tanah untuk topik “Pemberantas Kemiskinan & memasak; 8) Mengkonsumsi daging atau Kecukupan Modal di Dua Dimensi susu seminggu sekali; 9) Belanja satu set Berbeda Melalui Model APEX BPR Dan pakaian baru setahun sekali; 10) Makan Grameen Bank”.Dengan adanya dua hanya sekali atau dua kali sehari; 11) sistem yang berbeda yang diterapkan Tidak mampu membayar biaya kepada masyarakat miskin desa dan kota kesehatan pada Puskesmas terdekat; 12) ini diharapkan proses pinjaman Pendapatan keluarga kurang dari Rp. kecukupan modal yang ada di Usaha 600.000,- per bulan; 13) Pendidikan Kecil Mikro di kota dan desa dapat Kepala Keluarga hanya setingkat terpenuhi sehingga nantinya dapat Sekolah Dasar; 13) Tidak memilik menganggkat pertumbuhan ekonomi tabungan/barang yang mudah dijual secara nasional dan semakin dengan nilai Rp. 500.000,-(kendaraan, mengecilkan angka kemiskinan yang ada emas,ternak dll); 14) Mempekerjakan di Indonesia. anak di bawah umur dan tidak mampu membiayai anak untuk sekolah. KRITERIA DAN BATASAN Ada satu kriteria tambahan lagi, PENDUDUK MISKIN INDONESIA hanya tidak terdapat dalam leaflet bahan Sebelum berlanjutan tentang sosialisasi Departemen Komunikasi dan model APEXBPR dan Grameen Bank Informatika tentang kriteria rumah sebagai solusi pemberantas kemiskinan tangga miskin, yaitu rumah tangga yang & kecukupan modal di dua dimensi tidak pernah menerima kredit usaha berbeda yaitu antara masyarakat miskin UMKM/ KUMKM setahun lalu. kota dan desa, terlebih dahulu kita harus Berdasarkan kriteria yang mendefinisikan kriteria dan batasan ditetapkan di atas, di sini penulis miskin penduduk Indonesia. berusaha membatasi ruang lingkup BPS telah menetapkan 14 (empat penelitiannya dari sudut pandang belas) kriteria keluarga miskin, seperti moneter yaitu kriteria penduduk miskin yang telah disosialisasikan oleh dilihat dari rumah tangga yang tidak Departemen Komunikasi dan pernah atau belum mendapatkan kredit Informatika (2005), rumah tangga yang usaha UMKM/ KUMKM. memiliki ciri rumah tangga miskin yang Dengan adanya fokus terhadap apabila memenuhi salah satu kriteria kredit yang diberikan kepada keluarga dikategorikan sebagai “miskin”. ciri miskin diharapkan disini kemiskinan tersebut yaitu: 1) Hidup dalam rumah bisa dihindari dan diperbaiki secara dengan ukuran lebih kecil dari 8 M2 per efisien dan efektif. Karena dengan orang; 2) Hidup dalam rumah dengan memberikan bantuan dana kepada lantai tanah atau lantai kayu berkualitas kelompok miskin itu dirasa lebih rendah/ bamboo; 3) Hidup dalam rumah produktif dari pada bantuan yang dengan dinding terbuat dari kayu diterapkan oleh pemerintah saat ini yaitu berkualitas rendah/ bambu/ rumbia/ BLT (Bantuan Langsung Tunai) yang tembok tanpa diplester; 4) Hidup dalam dirasa bukan solusi untuk mencegah
  • 4. kemiskinan, tetapi sebaliknya malah Berbeda dengan diberikannnya kredit di mendorong masyarakat miskin untuk sini masyarakat di dorong untuk semakin bertindak konsumtif dengan melakukan kegiatan produktif dan bantuan yang diterimanya. Karena BLT adanya tindakan monitoring dari kredit tidak memberikan dampak kepada yang diberikan sehingga dirasakan masyarakat untuk semakin produktif, bantuan kredit lebih pantas dan produktif BLT hanyalah digunakan untuk bagi masyarakat miskin. memenuhi kebutuhan sehari – hari. Tabel 1. Jumlah Keluarga Mendapatkan Kredit Mikro/ Bantuan Modal Hasil Pendataan Keluarga 2011 Keluarga mendapat Jumlah No Provinsi Bantuan modal Kepala Ya % Tidak % Keluarga 31 DKI Jakarta 61,547 3.52 1,686,839 96.48 1,748,38 32 JawaBarat 1,001,968 8.54 10,734,361 91.46 6 11,736,32 33 JawaTengah 1,222,544 12.45 8,593,993 87.55 99,816,53 34 DIYogyakarta 92,018 9.90 837,218 90.10 7 929,236 35 JawaTimur 962,941 8.60 10,238,757 91.40 11,201,69 51 Bali 55,281 5.89 883,525 94.11 8 938,806 36 Banten 313,792 12.49 2,198,161 87.51 2,511,95 JAWABALI 3,710,091 9.54 35,172,854 90.46 3 38,882,94 11 Aceh 112,410 10.09 1,001,280 89.91 51,113,69 12 SumateraUtara 43,852 1.40 3,094,805 98.60 0 3,138,65 13 SumateraBarat 165,386 13.77 1,035,780 86.23 7 1,201,16 16 SumateraSelatan 61,188 3.11 1,905,336 96.89 6 1,966,52 18 Lampung 49,413 2.41 1,998,331 97.59 4 2,047,74 52 NusaTenggaraBa 136,763 9.71 1,271,813 90.29 4 1,408,57 61 rat KalimantanBarat 50,446 4.38 1,101,541 95.62 6 1,151,98 63 KalimantanSelata 42,316 4.10 989,755 95.90 7 1,032,07 71 n SulawesiUtara 96,754 15.39 531,725 84.61 1 628,479 73 SulawesiSelatan 189,167 9.46 1,810,005 90.54 1,999,17 19 BangkaBelitung 9,924 2.85 337,862 97.15 2 347,786 75 Gorontalo 79,992 27.92 206,540 72.08 286,532 76 SulawesiBarat 25,986 9.30 253,330 90.70 279,306 LUARJAWABALII 1,063,597 6.41 15,538,103 93.59 16,601,69 14 Riau 48,856 4.12 1,137,719 95.88 01,186,57 15 Jambi 54,918 6.71 763,315 93.29 5 818,233 17 Bengkulu 28,727 6.19 435,475 93.81 464,202 53 NusaTenggaraTi 203,439 19.03 865,739 80.97 1,069,17 62 mur KalimantanTeng 14,823 2.76 523,069 97.24 8 537,892 64 ah KalimantanTimu 52,674 6.76 726,497 93.24 779,171 72 rSulawesiTengah 89,415 13.23 586,275 86.77 675,690 74 SulawesiTenggar 50,126 9.34 486,394 90.66 536,520 81 aMaluku 6,865 2.07 324,019 97.93 330,884 91 Papua 5,099 0.82 617,173 99.18 622,272 82 MalukuUtara 9,004 3.45 252,310 96.55 261,314 92 PapuaBarat 4,188 2.07 198,135 97.93 202,323 21 KepulauanRiau 29,717 6.73 412,043 93.27 441,760 LUARJAWABALIII 597,851 7.54 7,328,163 92.46 7,926,01 NASIONAL 5,371,539 8.47 58,039,120 91.53 4 63,410,64 9
  • 5. UMKM DI INDONESIA UMKM tidak memiliki informasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah keuangan yang transparan dan (UMKM) memiliki peranan penting terorganisir yang menyebabkan pemberi dalam perekonomian di Indonesia. kredit memiliki kesulitan dalam UMKM memiliki proporsi sebesar memperoleh informasi mengenai kondisi 99,99% dari total keseluruhan pelaku keuangan dan usaha dari UMKM. Hal usaha di Indonesia atau sebanyak 52,76 tersebut dapat menyebabkan bank juta unit (BPS,2009). Data Badan Pusat kesulitan dalam meminimalisir risiko Statistik (BPS) tahun 2009 tersebut juga default atas kredit yang dapat disalurkan menunjukkan bahwa UMKM terbukti kepada UMKM. Hal ini dibuktikan oleh berkontribusi sebesar 56,92% dari total hasil penelitian di beberapa negara, Produk Domestik Bruto (PDB) seperti Brazil, Peru, dan sejumlah negara Indonesia atau setara dengan Rp1.213,25 di Afrika Selatan (Cravo, 2010; Falkena Triliun. Selain itu, UMKM memiliki dan Herrero, 2008). kemampuan menyerap tenaga kerja Dari sisi penawaran kredit, (menyerap 97,3% dari total angkatan penelitian yang dilakukan oleh Ali kerja yang bekerja) dan memiliki jumlah (2008) menyebutkan bahwa keengganan yang besar dari total unit usaha di bank dalam memberikan kredit terhadap Indonesia serta kontribusi yang cukup UMKM terutama disebabkan oleh besar terhadap investasi di Indonesia keterbatasan aset yang dapat dijadikan yaitu sebesar Rp222,74 Triliun atau sebagai jaminan (collateral), 51,80% dari total investasi pada tahun ketidakpastian bisnis di masa depan, 2008. lemahnya manajemen keuangan, dan Pengembangan UMKM semakin kurangnya track record. gencar dilakukan pemerintah dan pihak Adapun pengelolaan UMKM di lainnya untuk meningkatkan kinerja Indonesia dilakukan di bawah sektor ini. Upaya mencapai Kemenkop dan UMKM. Dalam rangka pengembangan UMKM ini salah satunya mewujudkan pengembangan UMKM di dilakukan melalui pengembangan Indonesia, Kemenkop dan UMKM UMKM yang dalam pelaksanaan memiliki beberapa strategi. Di dalam mengacu pada ASEAN Policy Blue Print rencana strategis Kemenkop dan UMKM for SME Development (APBSD) 2004- tahun 2010 – 2014, dijelaskan bahwa 2014. Dalam APBSD, pengembangan arah kebijakan yang dikeluarkan UMKM dilaksanakan melalui lima memiliki beberapa fokus yang berkaitan program yaitu program pengembangan dengan UMKM, yaitu peningkatan iklim kewirausahaan, peningkatan kemampuan usaha yang kondusif (pengembangan pemasaran, akses kepada keuangan, peraturan dan perundang-undangan yang akses kepada teknologi dan kebijakan memudahkan, pembentukan forum dan yang kondusif. peningkatan koordinasi antar lembaga Akan tetapi, pengembangan yang berkaitan dengan UMKM, UMKM ini masih menghadapi kendala peningkatan kemampuan dan kualitas terutama dalam mengakses biaya dari aparat, pengembangan model teknologi sektor perbankan. Kendala UMKM untuk mendukung UMKM, dan lain- terhadap kredit perbankan ini bisa lain), peningkatan akses terhadap sumber ditinjau dari sisi permintaan dan daya produktif (penguatan permodalan panawaran. Dari sisi permintaan, UMKM, pengupayaan penurunan suku UMKM memiliki karakteristik yang bunga pinjaman bagi UMKM, cukup unik dimana pada umumnya restrukturisasi usaha, peningkatan
  • 6. produktivitas dan mutu, pemberdayaan koperasi secara berkesinambungan. lembaga pengembangan bisnis, fasilitas Peraturan ini kemudian mengalami revisi investasi UMKM, dan pengembangan dalam hal jangka waktu kredit, sistem bisnis), pengembangan produk retstrukturisasi, dan plafon pinjaman dan pemasaran (pemanfaatan ilmu dan dengan dikeluarkannya PMK teknologi, penguatan jaringan usaha No.10/PMK.05/2009. Contoh lainnya dalam dan luar negeri, dan fasilitasi adalah keberadaan perusahaan promosi), dan peningkatan daya saing penjaminan kredit seperti Asuransi SDM (pengembangan kewirausahaan, Kredit Indonesia (Askrindo) dan manajerial, keahlian teknis, dan Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) kemampuan dasar). yang bertujuan untuk meningkatkan Selain fokus strategi tersebut, akses UMKM terhadap kredit dengan kebijakan Kemenkop dan UMKM juga memberikan jasa penjaminan. Selain itu, dimaksudkan untuk mendukung saat ini sedang dalam pembahasan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis adalah pembentukan Perusahaan lainnya, meningkatkan sarana dan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD). prasarana aparatur kementerian, dan Usaha Kecil dan Menengah, mengembangkan program dan kegiatan termasuk mikro, di Indonesia saat ini yang berkaitan dengan pengembangan mempunyai kontribusi yang besar UMKM. Di samping program-program terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang dijalankan oleh Kemenkop dan dan perekonomian Indonesia. UMKM, beberapa lembaga lain di Keberdayaannya menghadapi krisis dan Indonesia juga melakukan usaha untuk kontribusinya terhadap perekonomian membantu perkembangan UMKM. negara menjadikan UMKM sebagai Sebagai contoh, Bank Indonesia subyek banyak pihak. memiliki kebijakan untuk meningkatkan UMKM di Indonesia pada tataran fungsi intermediasi perbankan yang kebijakan dan pelaksanaan menghadapi salahsatunya bertujuan untuk membantu banyak permasalahan. Permasalahan akses pendanaan bagi UMKM. pertama timbul karena pendefinisian Kebijakan ini tertuang baik dari sisi yang berbeda antar lembaga pemerintah. penawaran maupun permintaan. Perbedaan inilah yang “mungkin” Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor menyebabkan kebijaksanaan pemerintah 6/25/PBI/2004 dan SE Nomor terhadap UMKM terkesan bersifat ad 6/44/DPNP mengenai rencana bisnis hoc. Dari beragam definisi, yang paling bank umum dalam menyalurkan kredit terukur adalah definisi UMKM versi pada UMKM bertujuan untuk Bank Indonesia, yakni: 1) Menunjuk mengetahui sejauh mana komitmen bank maksimum aset dimiliki; 2) Menunjuk dalam pemberian kredit bagi UMKM. Di maksimum hasil penjualan; 3) Dimiliki sisi permintaan, program Bank Indonesia oleh WNI; 4) Tidak berafiliasi dengan difokuskan pada penguatan lembaga badan usaha menengah atau besar; 5) pendamping UMKM dalam bentuk Berbadan hukum. kegiatan pelatihan dan penelitian. Permasalahan kedua, definisi yang Kementerian Keuangan (Kemenkeu) berbeda mengakibatkan UMKM melalui Peraturan Menteri Keuangan kesulitan mendapatkan informasi dan (PMK) No. 135/PMK/.05/2008 akses pada banyak hal secara mengeluarkan program penjaminan operasional. Misalnya kesulitan dalam Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang pemasaran, ketidakadaan kepercayaan tujuannya mengembangkan UMKM dan lembaga karena ketiadaan bentuk badan
  • 7. hukum, tidak memiliki laporan MODEL APEX BPR keuangan, tidak memiliki agunan, Terminologi Apex yang dalam ketidakmampuan membuat proposal bahasa Yunani berarti “pengayom” kredit yang komprehensif. secara harfiah memberikan amanat Kategorisasi persoalan pembiayaan kepada lembaga yang ditunjuk untuk UMKM berdasarkan hasil observasi tim bertindak sebagai Apex, menjadi peneliti terhadap UMKM di Indonesia pengayom bagi lembaga - lembaga menunjukkan bahwa untuk dapat yang menjadi anggotanya. Menurut menjadi bankable, paling tidak terdapat praktek umum (common practice) yang enam aspek lain selain aspek berlaku di negara-negara lain, fungsi entrepeneurship yang harus dibenahi. lembaga Apex dititikberatkan pada Posisi UMKM pertama kali, meski tidak peran dalam penyatuan/ pengumpulan selalu, berada pada zona potensial, dana (pooling of funds), pemberian kemudian naik pada posisi feasible. bantuan keuangan (financial Pergeseran ini terjadi ketika UMKM assistance) dan dukungan teknis mulai meningkatkan kualitas produksi, (technical support). misalnya adanya quality control , dan Berdasarkan pembelajaran selama mulai menggunakan sistem pemasaran. beberapa waktu, diketahui pula bahwa Pada tabel di bawah ini, tampak bahwa bentuk paling ideal lembaga Apex untuk menjadi UMKM yang bankable adalah bank umum atau unit bank enam aspek harus dipunyai dengan umum, karena (i) mampu penekanan pada aspek entrepreneurship, menjalankan fungsi - fungsi Apex, produk, produksi/operasi, pemasaran dan terutama terkait dengan penyediaan legal. Adanya lembaga pemeringkat fasilitas/ akses kepada sistem seharusnya bisa membantu mempercepat pembayaran; (ii) memiliki kemampuan assessment dan kekurangan aspek dari manajerial yang lebih unggul dalam yang sebelumnya implisit, menjadi pengelolaan dana, (iii) memiliki eksplisit dengan adanya penilaian kemampuan permodalan yang relatif lembaga pemeringkat misalnya terhadap kuat, dan (iv) memiliki instrumen yang ketidakadaan aspek keuangan dan lengkap dalam rangka pengelolaan permodalan. dana yang terkumpul. Permasalahan ketiga yang Namun demikian, hal yang dihadapi UMKM adalah persoalan paling utama yang mendasari struktural pendirian dan pengoperasian kerjasama Apex ini adalah komitmen badan usaha, hal ini berbeda dengan bank umum untuk mengayomi BPR persoalan usaha besar yang lebih dan kemudian secara bersama-sama merupakan persoalan skala usaha. Jika mengarahkan tujuan akhir pada kita lihat kembali struktur unit usaha, peningkatan jumlah UMKM yang terlihat bahwa UMKM adalah sektor terlayani dengan suku bunga yang yang labor intensive bukan capital relatif rendah/terjangkau. intensive , sehingga tidak membutuhkan Faktor penting dalam modal dalam skala yang besar. mendukung percepatan Kebutuhan pembiayaan lebih bersifat pertumbuhan ekonomi adalah dengan pada pembiayaan jangka pendek (modal mengoptimalkan kontribusi sektor kerja) dengan siklus yang tetap dan keuangan termasuk perbankan dalam berulang-ulang tergantung dari membuka akses layanan jasa industrinya. keuangan, terutama dalam bentuk pembiayaan, seluas mungkin kepada
  • 8. pelaku usaha terutama UMKM. Untuk untuk mengutamakan pembiayaan itu, perlu upaya untuk mendorong usaha mikro dan kecil. pemanfaatan sektor keuangan dalam Melalui kerjasama Apex BPR, perekonomian masyarakat. Hal bank umum dan BPR diharapkan tersebut yang menjadi esensi kebijakan dapat saling bahu membahu dengan inklusi keuangan (financial inclusion) mengoptimalkan kekuatan dalam yang tercakup dalam sebuah “Strategi pembiayaan UMKM. Bank umum Nasional Inklusi Keuangan”. yang memiliki sumber dana relatif Sektor UMKM sebagai unit bisnis lebih besar dan dukungan teknologi yang mendominasi dunia usaha di yang memadai diharapkan dapat Indonesia (mencapai 99,91%), belum menjalin sinergi dengan BPR yang seluruhnya memperoleh pembiayaan memiliki keunggulan pengalaman dan perbankan. Tercatat sebesar + 60% sebaran jaringan kantor untuk dapat UMKM dari total 51,3 juta unit UMKM melayani UMKM yang tersebar di belum terhubung pada layanan berbagai pelosok negeri. perbankan. Sejalan dengan jumlah Adapun manfaat kerjasama tersebut, porsi kredit UMKM terhadap Apex BPR yaitu bagi Bank Umum: 1) total kredit perbankan hanya sebesar Menjadikan jaringan kantor BPR sebagai 21,5% (ini didasarkan pada pengertian kepanjangan tangan Bank Umum UMKM menurut UU No.20 Tahun 2008 untuk melayani wilayah dan masyarakat yang tidak memasukkan kredit untuk yang belum terlayani, antara lain keperluan konsumsi dalam definisi melalui linkage program; 2) kredit UMKM). Porsi ini jauh lebih Menciptakan produk dan jasa bersama kecil nilainya dibandingkan pangsa untuk menjangkau dan melayani kredit MKM menurut plafon yang nasabah yang lebih luas; 3) mencapai 53,2% dari total kredit Memanfaatkan pooling funds perbankan. (idlefunds) BPR sebagai sumber dana Untuk itu, perlu sinergi yang kelolaan; dan 4) Memiliki peluang terarah antara bank umum dan BPR untuk menghasilkan fee based income dalam upaya peningkatan kontribusi dari pemanfaatan transaksi oleh BPR pembiayaan perbankan kepada usaha melalui jaringan ATM bank umum. MKM dalam kerjasama Apex BPR. Adapun manfaat bagi BPR yaitu: Melalui format kerjasama ini, bank 1) Memiliki lembaga pengayom yang umum dan BPR diharapkan dapat saling dapat memberikan dukungan financial mendukung dengan mengoptimalkan (khususnya dalam kondisi kekurangan keunggulan sumber daya yang dimiliki likuiditas/ mismatch) maupun bantuan masing - masing pihak, dengan fokus teknis kepada BPR; 2) Menjadikan Apex yang mengarah pada pemberdayaan sebagai lembaga yang menyediakan sektor UMKM. jasa sistem pembayaran khususnya Daya tarik dan potensi sektor dalam rangka pemindahan dan antar UMKM yang besar menarik minat bank nasabah sesama anggota Apex; 3) umum untuk mengarahkan strategi Melakukan kerjasama dalam bisnisnya pada pembiayaan retail pemanfaatan produk/ jasa berbasis khususnya UMKM. Kondisi ini teknologi informasi (seperti ATM) dan mendorong persaingan yang ketat pemasaran produk/jasa lainnya; 4) dengan BPR yang sejak awal Memperoleh layanan - layanan lainnya keberadaannya mengemban amanat dari Apex dalam rangka pengembangan kapasitas dan
  • 9. kompetensi SDM BPR, seperti Begitu pula - perbankan juga tidak pendampingan dan pelatihan. melayani kebutuhan para wanita terlebih Sedangkan manfaat bagi lagi apabila - mereka miskin dan buta masyarakat miskin kota yaitu: 1) huruf (Pandu Suharto, 1991A2,1996 - Membantu bagi pemenuhan kredit 4). produksi yang dibutuhkan bagi Alasan tidak maunya perbankan masyarakat miskin perkotaan dalam melayani kebutuhan kredit masyarakat pemberdayaan UMKM; 2) Penerimaan kecil atau orang-orang miskin adalah 1) dana kredit dan pelayanan yang di dapat orang-orang miskin tidak mempunyai oleh masyarakat miskin lebih meningkat barang-barang atau kekayaan yang karena BPR telah mendapatkan bantuan dapat dijadikan agunan pinjamannya; dana dan transformasi teknologi dari 2)mereka tidak, dapat mengisi Bank Umum; 3) Bertambahnya formulir-formulir yang rumit karena informasi yang dimiliki oleh masyarakat sebagian terbesar dari mereka tidak dapat terutama dalam masalah pembiayaan membaca dan menulis; 3) perbankan kredit UMKM tidak suka melayani kebutuhan kredit yang kecil-kecil yang banyak MODEL GRAMEEN BANK jumlahnya sehingga memerlukan Grameen Bank atau Bank Desa banyak pekerjaan dan mengandung adalah model perbankan yang berasal resiko yang tinggi; dan 4) perbankan dari Bangladesh yang didirikan oleh takut bunga pinjaman yang diterima Muhammad Yunus yang profesinya tidak dapat menutup biaya pelayanan sebagai pengajar ilmu ekonomi di pinjaman kecil yang: banyak jumlahnya Universitas Chittagong Bangladesh. Latar (Thoha, M, 2000: 16). belakang berdirinya bank tersebut Proyek Grameen Bank mulai dikarenakan ketidak puasan atas sistem dilaksanakan di Bangladesh tahun 1976 perbankan dan perkreditan yang ada di tepatnya di desa Jobra. Tujuannya untuk negaranya maupun di dunia yang pada memenuhi, kebutuhan kredit orang-orang dasarnya perbankan tidak ingin miskin di desa tersebut. Setelah Grameen berhubungan dengan : a) orang miskin, Bank berhasil diterapkan di desa Jobra, b) orang buta huruf dan c) kaum wanita maka Muhammad Yunus mengajak (Pandu Suharto, 1991: 38, 1996: 4). bekerjasama para pimpinan bank untuk Meskipun perbankan di Bangladesh mengadakan uji coba Grameen Bank ke memberikan kredit kepada masyarakat, daerah lainnya di Bangladesh selama 3 namun bank-bank tersebut hanya tahun. Disini dia akan nembuktikan melayani orang-orang kaya. Ini nampak bahwa orang-orang yang sangat miskin dari ketentuan dan peraturannya yang adalah "bank able_". Ajakan ini hanya dapat dipenuhi oleh golongan .diterima oleh para pimpinan. bank-bank tersebut. Seperti menyangkut masalah dan mereka menentukan daerah Tangail jaminan kredit, persyaratan ini sebagai daerah operasi proyek Grameen merupakan prinsip yang fundamental Bank. Setelah 3 tahun uji coba dilakukan dalam pemberiari kredit, Disamping itu dengan penuh ketekunan, maka pada semua transaksi harus didukung dengan akhir tahun 1982 Muhammad Yunus dan dokumen' tertulis. Padahal sebagian- timnya berhasil mendirikan pusat besar penduduk (80 persen) negara Grameen Bank di 745 desa di daerah Bangladesh adalah buta huruf, maka Tangail dengan jumiah debitur mencapai jelaslah perbankan bukanlah 24.177 orang dan pinjaman yang telah dimaksudkan untuk melayani mereka. diberikan sebesar. Taka 95.578.000 atau,
  • 10. sekitar US$ 4 juta, dengan tingkat perkreditan Grameen Bank adalah kredit pengembaliannya lebih dari 99 persen. yang diberikan kepada orang-orang Disamping itu dana tabungan kelompok miskin adalah penting. Hal ini yang dapat dihimpun sebesar Taka disebabkan kredit tersebut dapat 8.143.000 atau sekitar US$ 325.000. membantu mereka dalam peningkatan Dengan demikian orang-orang miskin di pendapatan, dan merekapun mempunyai Tangail telah membuktikan bahwa . kemampuan untuk mengembalikan kredit mereka adalah "bank able". Setelah uji tersebut. cobs selama 3 tahun di Tangail, proyek Dengan begitu langkah yang dapat Grameen Bank menjadi program kredit dilakukan guna membantu masyarakat pedesaan untuk orangorang sangat miskin miskin keluar dari kemiskinan adalah yang efektif dan efisien. Keberhasilan penyediaan sumber permodalan yang tersebut menjadikan perbankan di dapat dimanfaatkan oleh mereka Bangladesh tidak mau mengabaikan dengan cara rasional dan komersial, program untuk orang-orang miskin yang tetapi dengan persyaratan dan prosedur telah berhasil melalui ujian yang berat yang disesuaikan dengan kondisi mereka. dan pemerintah Bangladesh sangat Ternyata pemberian pinjaman Grameen terkesan dengan apa yang telah dicapai Bank tanpa agunan tersebut dapat oleh program tersebut (Pandu dikembalikan dengan tingkat yang Suharto,1991: 4445). sangat tinggi yaitu sebesar 98 %. Setelah keberhasilan di Tangail, Asumsi yang menyatakan bahwa maka proyek Grameen Bank selanjutnya orang miskin ' tidak punya ketrampilan, dikembangkan di empat distrik, yaitu kurang motivasi, tidak mempunyai Chittagong, Dhaka, Rangpur dan pandangan ke depan serta tidak Patuakhali dengan bantuan dana. dari mempunyai ketrampilan untuk International Fund for Agricultural menyelesaikan masalah mereka sendiri Development (IFAD) sebesar.US$ 3,4 dikritik oleh pendiri Grameen Bank dan juta, yang disalurkan melalui Fugelsang (dalam Djumilah Zein, Bangladesh Bank. Disamping itu, 1996). Menurut Fugelsang orang Bangladesh Bank juga memberi kucuran miskin punyai berbagai macam dana dalam jumlah yang sama dengan ketrampilan yaitu : a) listening skill, b) dana yang diberikan IFAD. memory skill, c) survival skill, d) Tepat tanggal 1 September 1983, resources utilization skill, dan e) proyek Grameen Bank diresmikan occupation skill. Meskipun demikian menjadi bank melalui ordonasi tidak berarti bahwa pelatihan untuk Pemerintah dengan nama Grameen Bank meningkatkan ketrampilan bare atau (Bank Desa). . Disini pemerintah lainnya tidak penting. Tetapi akan lebih menyediakan 60 persen dari modal dasar mudah bila pengembangan ' yang disetor sedangkan 40 persen dari dilaksanakan bila didasarkan pada modal berasal dari peminjam, yaitu para ketrampilan yang sudah mereka miliki. anggota. Pada scat proyek Grameen Bank Adapun prinsip-prinsip Grameen diresmikan. menjadi Grameen Bank,: Bank meliputi empat belas butir (Pandu daerah .operasinya telah mencapai 5 Suharto, 1996:7-8) yaitu: 1) Hanya orang buah distrik di Bangladesh, :yang yang sangat miskin dan memenuhi meliputi 1.025 desa dengan cabang kriteria yang telah ditetapkan pihak Bank sudah mencapai 77 unit. dapat menjadi nasabah dan memperoleb Menurut Pandu Suharto (1996:6- pinjaman. Kriteria orang miskin di 8), falsafah dasar dari program Bangladesh adalah bila memiliki tanah
  • 11. seluas kurang dan 0,5 acre (sekitar 2036 menerima angsuran pinjaman dan m2) dais kekayaan lain yang dimiliki menghimpun Dana Tabungan Kelompok nilainya kurang dari nilai 1 acre (sekitar dan Dana Darurat untuk disimpan di 4072 m2) tanah yang berkualitas sedang; bank. Semua urusan pinjaman dibahas 2) Pinjaman diberikan tanpa agunan atau pula dengan petugas bank dalam rapat penjamin; 3) Prosedur pinjaman dibuat tersebut. sederhana; 4) Pinjaman diberikan untuk Adapun menurut David S. kegiatan produktif; 5) Pinjaman yang Gibbons, dalam Djumilah Zain diberikan adalah relatif kecil dengan (1996:45), faktor - faktor yang melatar angsuran mingguan selama satu tahun; 6) belakangi keberhasilan GB adalah Peminjam diorganisasikan dalam sebagai berikut: Pertama, adanya kelompok yang terdiri dari 5 orang; 7) hubungan yang erat, Dikembangkannya Pinjaman diberikan secara berturutan, hubungan yang erat antara GB dengan yaitu mula-mula 2 orang anggota yang anggota yang dibina dan antara sesama paling membutuhkan diberi prioritas anggota binaan itu sendiri. pertama untuk menerima pinjaman, Kedua, kontrol dan solidaritas kemudian menyusul dua anggota lainnya kelompok. Adanya pembentukan menerima pinjamannya dan yang terakhir Kelompok yang beranggotakan 5 orang menerima pinjaman adalah anggota per kelompok dan bergabung dengan kelima. Penentuannya ditetapkan sendiri kelompok-kelompok lain pada rembug oleh kelompok; 8) Pengawasan dilakukan pusat, maka tercipta system kontrol dalam penggunaan pinjaman; 9) diantara anggota kelompok yang Peminjam diberi kemungkinan meminjam berfungsi meminimalkan peluang kembali setelah pinjamannya tunas; 10) terjadinya pelanggaran terhadap aturan Setiap peminjam dipotong 5% untak Dana yang telah ditetapkan bersama. Tabungan Kelompok, dan setiap minggu Kesungguhan dalam mendekati rumah anggota menabung I Taka' (kira-kira tangga miskin Dalam membentuk Rp.50,-) yang dimasukkan kedalam kelompok tidak diperbolehkan Dana Tabungan Kelompok; 11) Setiap mencampurkan antara rumah tangga anggota membayar sejumlah uang miskin dengan yang tidak miskin. sebesar 25% dari bunga yang dibayar Dengan demikian dalam membentuk untuk disetor kedalam Dana Darurat. kelompok binaan GB diperoleh rumah Pada dasarnya dana ini merupakan dana tangga yang benar-benar sangat miskin. untuk asuransi terhadap . kemacetan Adapun strategi yang sangat bermanfaat pinjaman, kematian, cacat tubuh dan bagi GB dalam mencapai kelompok kecelakaan; 12) Bunga pinjaman sebesar miskin adalah memulai kegiatan dengan 16 persen yang ditarik menjelang akhir menetapkan wanita sebagai binaan. Di mass pinjaman sebagai dua angsuran masyarakat miskin Bangladesh, sangat terakhir; 13) Sejumlah kelompok di desa sulit menarik minat wanita supaya yang sama terdiri dari 6 sampai 8 membentuk kelompok dan mengajukan kelompok mengadakan rapat mingguan pinjaman kepada Grameen Bank (GB). bersama. Pertemuan atau rapat ini Adapun penyebabnya adalah tantangan dikenal sebagai rapat pusat atau dari tokoh masyarakat dan masyarakat "center"; 14) Semua transaksi Grameen mengenai kemudaratan wanita bila Bank dengan anggota kelompok memperoleh pinjaman, sehingga dilaksanakan pada waktu rapat menghambat proses pembentukan mingguan dari pusat. Petugas Grameen kelompok. Dan ternyata hanya wanita Bank menghadiri rapat tersebut untuk. yang kondisinya sangat miskin saja yang
  • 12. berani membentuk kelompok untuk Keempat, manajer GB mampu memperoleh pinjaman. Pembentukan menciptakan kesan yang baik di kelompok memerlukan waktu yang cukup lingkungannya. Manager GB yang longgar Proses pembentukan kelompok, berada di kantor cabang barn mula-mula merupakan kekuatan GB. Namun bekerja sendiri tanpa ada yang diperlukan waktu yang cukup lama membantu. karena calon-calon anggota belum saling Grameen bank mempunyai mengenal. Sehingga perlu sating multifungsi bagi masyarakat miskin desa mengenal dan penilaian sate dengan apabila penerapannya dilakukan secara yang lain, baru kemudian mereka maksimal. Fungsi pertama adalah di sini bersepakat membentuk kelompok. Grameen Bank berfungsi untuk Kemudian .petugas. GB memberi memberikan fasilitas kredit produktif pelatihan (latihan wajib kumpul) dan bagi masyarakat desa dengan cara memberi penilaian terhadap mereka menggunakan sistem metode yang tentang lulus tidaknya. Setelah mengadopsi keuangan perbankan dan dinyatakan lulus orang miskin merasa sistem arisan yang dianggap cocok mendapat pengakuan dan kehormatan dengan perilaku dan sifat masyarakat yang selama ini tidak pernah mereka desa. Bukan hanya ini yang membuat rasakan. Hal ini menimbulkan rasa Grameen Bank dilirik oleh masyarakat percaya diri dan rasa mempunyai desa adalah, Grameen Bank memberikan kemampuan untuk meningkatkan taraf pinjman tanpa aditetapkan agunan. hidup melalui usaha secara mandiri. Fungsi kedua adalah dengan Sebagai konsekuensinya GB adanya Grameen Bank, memerlukan waktu yang cukup lama selaindiberikannya kredit disini Grameen untuk mengembangkan anggotanya. Bank memberikan pelatihan dan Ketiga, ketekunan dan kesabaran pengetahuan kepada masyarakt desa. sebagai modal GB. Setiap melakukan Dengan adanya pelatihan ini maka kegiatannya dilokasi baru, GB diharapkan masyarakat desa sudah mulai melaksanakan program-programnya mengerti tentang dunia perbankan yang secara hati-hati dan tidak terburu-buru. selama ini masyarakat desa menganggap Strateginya, untuk setiap pembukaan bahwa dunia dunia perbankan khususnya kantor cabang baru, manager bersama bank merupakan lembaga perbankan calon manager mendatangi daerah yang terlalu berbelit – belit dan banyak tersebut, melakukan pendekatan dengan aturan dalam memenuhi kebutuhan kredit pimpinan formal dan non formal serta masyarakat miskin desa. mengenalkan tujuan GB. Untuk Dengan adanya Grameen Bank ini, keperluan . ini, GB memerlukan waktu 4 duharapkan nantinya perekonomian minggu, selanjutnya diadakan masyarakat desa menjadi berkembang pertemuan resmi dengan seluruh lapisan pesat dan produktif serta masyarakat desa masyarakat di daerah tersebut untuk diharapkan supaya tidak awam lagi diberi penjelasan mengenai berbagai hal terhadap perkembangan lembaga yang berkaitan dengan tujuan dan perbankan yang ada di Indonesia. kegiatan GB. GB memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk LEVEL BANK CORPORATION mempertimbangkan keberadaannya di (LBC) wilayah tersebut dan biasanya LBC (Level Bank Corporation) masyarakat menerimanya tanpa ada merupakan gagasan dari peneliti dalam unsur tekanan mengatasi kecukupan modal, terutama
  • 13. modal kerja/ usaha dalam mengatasi LBC. Kecukupan jumlah modal berbagai tingkat kemiskinan di Indonesia pinjaman yang sering berbeda di baik di daerah pedesaan ataupun kota. kalangan perkotaan dan desa bisa diatasi Indonesia sebenarnya mempunyai dengan adopsi dari Grameen Bank dan koperasi sebagai wadah dalam mengatasi APEX BPR. tingkat kecukupan modal. Tetapi apabila Sementara persaingan yang dapat dikaji lebih jauh ternyata kesejahteraan membunuh salah satu dari lembaga yang diberikan oleh keperasi hanya perbankan atau badan usaha yang memprioritaskan kepada para anggota bersaing dapat dihindari dengan metode koperasi, sehingga bagi masyarakat yang pembagian saluran kredit. Dimana pada bukan anggota koperasi masih masyarakat pedesaan lebih disarankan mempunyai beberapa kendala. Di pada model Grameen Bank karena lebih samping itu koperasi lebih familiar pada dikarenakan masyarakat desa sebagian golongan masyarakat pedesaan atau besar masih kurang pengetahuan tentang golongan tertentu. Sebagian besar dunia perbankan, memiliki rasa gotong masyarakat lebih cenderung memilih royong tinggi bersifat kekeluargaan dan bank sebagai salah satu pemberi jumlah pinjaman yang nominalnya relitif kecukupan modal. kecil dibandingkan masyarakat Akan tetapi dalam perbankan, perkotaan. kita sering mendengar adanya beberapa Sementara bagi warga kota lebih permasalahan seperti kredit macet dan di dasarkan kepada APEX BPR dikarena asimetri informasi sehingga tidak semua masyarakat kota sebagian besar bersifat individu dapat meminjam modal di individual, memiliki kemampuan lembaga perbankan, terutama bagi perbankan jauh lebih baik daripada kelompok masyarakat miskin yang masyarakat desa dan pada umumnya kurang mengerti tentang tata cara mengajukan jumlah pinjaman jauh lebih meminjam di lembaga perbankan yang besar daripada masyarakat desa. cukup rumit bagi sebagian orang. Dengan adanya LBC pada dunia LBC (Level Bank Corporation) perbankan di Indonesia diharapkan muncul sebagai jawaban atas membawa angin segar bagi permasalahan di atas, dimana di sini LBC pengembangan dunia perbankan yang merupakan transformasi dari Grameen ada di Indonesia dan diharapakan dapat Bank, APEX BPR serta koperasi yang menjadi obat bagi permasalahan merupakan badan usaha asli milik kecukupan mdal di daerah desa dan kota Indonesia. LBC tidak hanya mengatasi dalam mengatasi kemiskinan yang ada di kekurangan modal yang ada di Indonesia Indonesia. baik itu di pedesaan ataupun perkotaan. PENUTUP Akan tetapi di sini LBC juga Perbankan Indonesia merupakan memberikan pendidikan tentang dunia suatu lembaga penting dan vital dalam perbankan terutama bagi individu memberantas kemiskinan. Peran lembaga pedesaan yang masih sangat awam akan perbakan lebih difokuskan bagaimana dunia perbankan. cara memberantas kemiskinan dengan LBC membawa gaya modern memberikan kredit kepada lapangan perbankan dengan tidak meninggalkan usaha kecil yang terdapat di Indonesia. ruh yang terdapat pada koperasi. Usaha kecil yang terdapat di Indonesia Kerjasama, gotong royong, dan tanggung identik dengan masyarakat miskin yang renteng yang merupakan ciri utama kekurangan modal sehingga usaha bangsa Indonesia melekat kuat dalam kecilnya sendiri kurang dapat berjalan
  • 14. dan tumbuh dengan baik. Hal ini lembaga penyedia kredit bagi masyarakat merupakan suatu permasalahan tersendiri miskin desa diperlukannya sebuah aturan bagi usaha kecil tersebut karena pihak untuk mengatur kegiatan perkreditan perbankan biasanya hanya akan tersebut. memberikan kredit terhadap individu Perlunya dikaji lebih lanjut yang mempunyai record yang bagus. mengenai penggolongan kemiskinan di Tidak hanya berhenti sampai disini Indonesia, mengingat setiap periodenya saja, tetapi permasalahan selanjutnya pendapatan, jumlah warga miskin selalu adalah apabila kredit ini hanya disalurkan berubah – ubah sesuai dengan keadaan begitu saja secara random, ditakutkan ekonomi suatu negara. Tujuan dari kredit yang diberikan tidak tepat guna. Di pengkajian ini tidak lain adalah supaya sini ada perbedaan tentang kondisi sasaran yang diharapkan dalam kemiskinan di pedesaan dan perkotaan, pengajuan kredit bisa tepat sasaran. dimana mempunyai kondisi yang Perlu ada lembaga khusus yang berbeda jika dilihat dari kebutuhan menangani permasalahan ini dengan modal, pendidikan, kelembagaan dan serius, menginagt model yang akan jenis usaha kecil yang ada. Di daerah diterapkan nantinya merupakan model pedesaan disarankan mampu mengadopsi baru yang belum pernah diterapkan sistem model Grameen Bank karena sebelumnya di Indonesia. dengan adanya sistem ini masyarakat desa tidak hanya diberkan kredit ringan tanpa agunan yang bersifat tanggung DAFTAR PUSTAKA renteng tetapi juga diberikan pengetahuan mendasar tentang sistem perbankan yang selama ini mayoritas Adiatman, P.S; 1999. Peranan Kredit penduduk desa kurang mengerti apa itu Sebagai Piranti Pengentasan perbankan. Kemiskinan (Replikasi Sedangkan penanggulangan Grameen Bank di Indonesia), kemiskinan dan bantuan modal kredit Skripsi, Jakarta: Sekolah Tinggi produktif bagi masyarakat miskin kota di Ilrnu Ekonomi Perbanas, sini penulis menggunakan model APEX Jurusan Manajemen Keuangan. BPR, dimana model tersebut merupakan gabungan dari perbankan umum dan Chotim, Erna Ermawati dan BPR yang ada di daerah tersebut. Dengan Tharnrin,Juni (ed.). 1997. adanya APEX BPR diharapkan modal Diskusi Ahli: Pemberdayaan & yang disalurkan dalam pemberian kredit Replikasi Aspek Finansial dapat dengan tepat dan bertambah Usaha Kecil Di Indonesia. volume penyalurannya kepada masyrakat Yayasan AKATIGA, PEP-LIPI, miskin kota yang berbeda dengan Yayasan Mitra Usaha dan The masyarakat miskin desa. Asian Foundation. Bandung. Dengan adanya penanggulangan kekurangan modal di wilayah desa Dede Haeruddin (Pyn), 1999. Aneka ataupun kota bagi perkreditan yang Skim Kredit Untuk Modal diajukan oleh usaha kecil bagi Usaha. Yayasaan Bhakti masyarakat miskin, dimana di sini APEX Kencana. Jakarta. BPR ditujukan sebagai lembaga penyedia kredit bagi masyarat miskin kota, Firmansyah (2000). Implikasi Model sedangkan Grameen Bank sebagai Grameen Bank di Kabupaten
  • 15. Magetan, dalam bukunya Indonesia. Cetakan Pertama. "Pemberdayaan Usaha Kecil Jakarta. Melalui Grameen Bank" (Pny. Mahmud Thoha), PEP - LIPL , dan Hafid, A. 1997. Jakarta_ Pelaksanaan Pola Grameen Bank di Bangladesh dan Gunardi, Harry Seldadyo Dkk, 1994. Malaysia, dalam Danusaputro, Kredit Untuk Rakyat. Akatiga. et al., "Monetisasi Pedesaan: Bandung. Bunga Rampai Keuangan Rasahan, C.A. dan Syukur, M (1997), Pedesaan, Edisi Kedua, Institut Karya Usaha Mandiri, Arah Bankir Indonesia, Jakarta. Baru Menjangkau Golongan Termlskin di Pedesaan, dalam Supramono, Gatot, 1996.. Perbankan Danusaputro, M.,et.al., (1997), Dan Masalah Kredit "Suatu Monetisasi Pedesaan: Bunga Tinjauan Yuridis". Cetakan Rampai Keuangan Pedesaan, Kedua. Penerbit Djambatan. Edisi Kedua, Jakarta: Institut Jakarta. Bankir Indonesia. Thoha, Mahmud (Peny), 2000. Sudaryanto, Tahlim, 1999. Perspektif Pemberdayaan Usaha Kecil Pembangunan Ekonomi Melalui Model Grameen Bank. Pedesaan Dalam Era. Pasar Puslitbang Ekonomi dan Bebas. Seminar Nasional Pembangunan - LIPI, Jakarta Pembangunan Pertanian Dan Pedesaan Dalam. Era Otonomi Zain, Djumilah, 1993. Kaji Tindak Daerah. Bogor, 16 - 17 Lembaga Keuangan Pedesaan November 1999. Pusat Untuk Membantu Masyarakat Penelitian Sosial Ekonomi Miskin di Kabupaten Malang Pertanian Badan Penelitian dan dan Kabupaten Blitar, Usulan Pengembangan Pertanian. Penelitian, Malang. Lembaga Bogor. Penelitian Universitas Suharto, Pandu, 1989. Grameen Bank, " Brawijaya. Sebuah Model Bank Untuk Orang miskin di Bangladesh". 1996. Strategi Pengentasan Lembaga Pengembangan Kemiskinan Melalui Bantuan Perbankan Indonesia (LPPI), Modal Bagi Rumah Tangga Jakarta. Miskin di Pedesaan, Laporan Penelitian. Jawa Timur. 1996. Petunjuk Pelaksanaan Malang. Lembaga Penelitian Sistem Perkreditan Grameen Universitas Brawijaya. Bank di Indonesia. Jakarta: Yayasan Mitra Usaha, tidak , 1998. Strategi Pengentasan dipublikasikan. Kemiskinan Melalui Bantuan , 1996. 100 Tahun BPR Di Modal Bagi Rumah Tangga Indonesia 1895 - 1995. Miskin di Pedesaan, InfoBank. Cetakan Pertama. Rangkuman Hasil Penelitian. Jakarta. Jawa Timur. Malang. Lembaga , 2012. APEX Bank. Bank Penelitian Universitas
  • 16. Brawijaya. 1998. Pemberdayan Keluarga Miskin Melalui Pemberian Kredit Model Grameen Bank. Makalah Seminar di LIPI, Jakarta 13 Oktober 1998.