Dokumen tersebut membahas tentang pengertian bersikap ilmiah dan berfikir ilmiah. Sikap ilmiah merupakan sikap yang diperlihatkan oleh para ilmuwan dalam memecahkan masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah, seperti sikap ingin tahu, kritis, obyektif, dan tekun. Berfikir ilmiah adalah cara berfikir yang menggunakan aturan dari penemuan masalah hingga kesimpulan, mel
1. TUGAS
SOFT SKILL BAHASA INDONESIA 2
NAMA : BOYI MELIH GUNAWAN
NPM : 11210440
KELAS : 3EA21
JUDUL : BERSIKAP ILMIAH
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
UNIVERSITAS GUNADARMA 2013
2. BERSIKAP ILMIAH
Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut “Attitude” sedangkan istilah attitude
sendiri berasal dari bahasa latin yakni “Aptus” yang berarti keadaan siap secara
mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan. Triandis mendefenisikan sikap
sebagai : “ An attitude is an idea charged with emotion which predis poses a class of
actions to aparcitular class of social situation” .
Rumusan di atas diartikan bahwa sikap mengandung tiga komponen yaitu
komponen kognitif, komponen afektif dan komponen tingkah laku. Sikap selalu
berkenaan dengan suatu obyek dan sikap terhadap obyek ini disertai dengan
perasaan positif atau negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah
suatu kesiapan yang senantiasa cenderung untuk berprilaku atau bereaksi dengan
cara tertentu bilamana diperhadapkan dengan suatu masalah atau obyek.
Menurut Baharuddin (1982:34) mengemukakan bahwa :”Sikap ilmiah pada dasarnya
adalah sikap yang diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan
sebagai seorang ilmuwan. Dengan perkataan lain kecendrungan individu untuk
bertindak atau berprilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis
melalui langkah-langkah ilmiah. Beberapa sikap ilmiah dikemukakan oleh Mukayat
Brotowidjoyo (1985 :31-34) yang biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan
masalah berdasarkan metode ilmiah, antara lain :
1. Sikap ingin tahu : apabila menghadapi suatu masalah yang baru
dikenalnya,maka ia beruasaha mengetahuinya; senang mengajukan
pertanyaan tentang obyek dan peristiwa; kebiasaan menggunakan alat indera
sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah; memperlihatkan gairah
dan kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen.
2. Sikap kritis : Tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada
bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan bukti – bukti pada waktu menarik
kesimpulan; Tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain;
bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat.
3. Sikap obyektif : Melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, menjauhkan
bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata lain
mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya
sebagai subjek.
4. Sikap ingin menemukan : Selalu memberikan saran-saran untuk eksprimen
baru; kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen dengan cara yang baik
dan konstruktif; selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan
yang dilakukannya.
3. 5. Sikap menghargai karya orang lain, Tidak akan mengakui dan memandang
karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah walaupun
ditemukan oleh orang atau bangsa lain.
6. Sikap tekun : Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi
eksprimen yang hasilnya meragukan tidak akan berhenti melakukan kegiatan
–kegiatan apabila belum selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia
berusaha bekerja dengan teliti.
7. Sikap terbuka : Bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun
berbeda dengan apa yang diketahuinya. Bukan menerima kritikan dan respon
negatif terhadap pendapatnya.
Lebih rinci Diederich mengidentifikasikan komponen sikap ilmiah sebagai berikut :
1. Selalu meragukan sesuatu.
2. Percaya akan kemungkinan penyelesaian masalah.
3. Selalu menginginkan adanya verifikasi eksprimental.
4. T e k u n.
5. Suka pada sesuatu yang baru.
6. Mudah mengubah pendapat atau opini.
7. Loyal terhadap kebenaran.
8. Objektif
9. Enggan mempercayai takhyul.
10.Menyukai penjelasan ilmiah.
11.Selalu berusaha melengkapi penegathuan yang dimilikinya.
12.Tidak tergesa-gesa mengambil keputusan.
13.Dapat membedakan antara hipotesis dan solusi.
14.Menyadari perlunya asumsi.
15.Pendapatnya bersifat fundamental.
16.Menghargai struktur teoritis
17.Menghargai kuantifikasi
18.Dapat menerima penegrtian kebolehjadian dan,
19.Dapat menerima pengertian generalisasi
A. Pengertian bersikap ilmiah
Bersikap ilmiah adalah merupakan salah satu sikap tanggung jawab seorang peneliti
untuk berperan serta mengembangkan ilmunya.
Sikap ilmiah menurut Harsojo (1972) adalah sebagai berikut:
1. Berpikir sederhana. Dimaksudkan cara berpikir, cara menyatakan pendapat
atau cara pengujian dilkukan dengan cara sederhana. Apabila suatu gejala
4. dapat dijelaskan secara memadai oleh suatu penjelasan yang sederhana,
tidak perlu dilakukan secara berputar-putar dan dipandang rumit.
2. Sikap tidak memihak. Ilmu tidak dimaksudkan membuat penilaian baik atau
buruk, tetapi semata-mata mencari kebenaran. Seorang peneliti tidak boleh
memutar balikkan fakta dan berpihak pada preferensi politik, agama, maupun
moral tertentu.
3. Sikap sabar. Seorang peneliti tidak boleh mudah menyerah dan kuat
menerima tekanan dalam usaha mempertahankan pendapatnya dan tetap
berusaha mencari fakta yang lain sebagai dukungan pernyataan dimaksud
4. Bersikap skeptis. Skeptis diartikan yaitu harus tetap bersikap tidak mudah
percaya pada pernyataan selama hal tersebut belum didukung oleh data yang
cukup kuat. Seorang peneliti harus berhati-hati dan teliti dalam memberikan
penilain pada pernyataan ilmiah. Sikap ini yang menyebabkan seorang
peneliti selalu kritis terhadap persoalan yang di hadapi.
5. Bersikap obyektif. Yaitu menilai suatu masalah atau gejala sebagimana
adanya. Hindarkan pengaruh yang bersikap subyektif akibat adanya muatan
tertentu.
6. Bersifat relatif. Seorang peneliti harus mengusai ilmunya, tidak memihak pada
suatu kepentingan tertentu diluar konteks dan harus mempunyai keyakinan
berdasarkan atas fakta yang diperoleh.
Beberapa sikap ilmiah dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo (1985 :31-34) yang
biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode
ilmiah, antara lain :
a. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
b. Jujur
c. Terbuka
d. Toleran
e. Optimis
f. Pemberani
B. Pengertian berfikir ilmiah
Berfikir ilmiah adalah cara berfikir yang menggunakan aturan tertentu dari penemuan
masalah sampai di tariknya kesimpulan setelah masalah itu dipecahkan.
Dalam hal cara berfikir ilmiah, John Dewey (yang dikutip Prof. Sutrisno Hadi)
menggunakan taraf berfikir ilmiah sebagai berikut:
5. a) The felt need
Dalam taraf permulaan orang merasa adanya suatu masalah, untuk menyesuaikan
alat dengan tujuannya, atau untuk menerangkan kejadian yang tak terduga-duga.
b) The problem
Setelah menyadari masalahnya, dalam langkah ini pemikir ilmiah berusaha
menegaskan persoalan itu dalam bentuk perumusan masalah.
c) The hypothesis
Dalam langkah ini pemikir ilmiah mulai mengajukan kemungkinan pemecahannya
atau mencoba menerangkan; berdasarkan atas teori-teori, dugaan-dugaan, kesan-
kesan umum yang belum merupakan kesimpulan akhir.
d) Collection of data as evidence
Dalam langkah ini informasi-informasi atau bukti-bukti dikumpulkan dan melalui
pengolahan-pengolahan yang logis mulai diuji.
e) Concluding belief
Dalam langkah ini pemikir mengambil kesimpulan berdasarkan analisa terhadap
bukti-bukti yang dihayati untuk menguji hipotesis.
f) General value of the conclusion (T.L. Kelley)
Pemikiran untuk menilai pemecahan-pemecahan baru dari kebutuhan masa datang
yang disebut dengan ferleksi.
Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis: masuk akal, empiris:
Dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan.
Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir.
Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara
teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang
bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan.
Penguasaan sarana berpikir ilmiah tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir
ilmiah yang baik. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik
diperlukan sarana berpikir ilmiah berupa: “[1] Bahasa Ilmiah, [2] Logika metematika,
[3] Logika statistika.
1. Bahasa ilmiah merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh
proses berpikir ilmiah. Bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi
untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah kepada
orang lain.
6. 2. Logika matematika mempunyai peran penting dalam berpikir deduktif
sehingga mudah diikuti dan dilacak kembali kebenarannya.
3. Sedangkan logika statistika mempunyai peran penting dalam berpikir induktif
mencari konsep- konsep yang berlaku umum”.
sumber :
http://sefmimijuliati.wordpress.com/2011/09/29/pengertian-metodologi-penelitian-
berfikir-bersikap-ilmiah-serta-urgensinya/
http://kikiherdiyawan.blogspot.com/2012/10/karangan-ilmiah.html