SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
TUGAS
SOFT SKILL BAHASA INDONESIA 2
NAMA : BOYI MELIH GUNAWAN
NPM : 11210440
KELAS : 3EA21
JUDUL : BERSIKAP ILMIAH
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
UNIVERSITAS GUNADARMA 2013
BERSIKAP ILMIAH
Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut “Attitude” sedangkan istilah attitude
sendiri berasal dari bahasa latin yakni “Aptus” yang berarti keadaan siap secara
mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan. Triandis mendefenisikan sikap
sebagai : “ An attitude is an idea charged with emotion which predis poses a class of
actions to aparcitular class of social situation” .
Rumusan di atas diartikan bahwa sikap mengandung tiga komponen yaitu
komponen kognitif, komponen afektif dan komponen tingkah laku. Sikap selalu
berkenaan dengan suatu obyek dan sikap terhadap obyek ini disertai dengan
perasaan positif atau negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah
suatu kesiapan yang senantiasa cenderung untuk berprilaku atau bereaksi dengan
cara tertentu bilamana diperhadapkan dengan suatu masalah atau obyek.
Menurut Baharuddin (1982:34) mengemukakan bahwa :”Sikap ilmiah pada dasarnya
adalah sikap yang diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan
sebagai seorang ilmuwan. Dengan perkataan lain kecendrungan individu untuk
bertindak atau berprilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis
melalui langkah-langkah ilmiah. Beberapa sikap ilmiah dikemukakan oleh Mukayat
Brotowidjoyo (1985 :31-34) yang biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan
masalah berdasarkan metode ilmiah, antara lain :
1. Sikap ingin tahu : apabila menghadapi suatu masalah yang baru
dikenalnya,maka ia beruasaha mengetahuinya; senang mengajukan
pertanyaan tentang obyek dan peristiwa; kebiasaan menggunakan alat indera
sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah; memperlihatkan gairah
dan kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen.
2. Sikap kritis : Tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada
bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan bukti – bukti pada waktu menarik
kesimpulan; Tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain;
bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat.
3. Sikap obyektif : Melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, menjauhkan
bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata lain
mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya
sebagai subjek.
4. Sikap ingin menemukan : Selalu memberikan saran-saran untuk eksprimen
baru; kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen dengan cara yang baik
dan konstruktif; selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan
yang dilakukannya.
5. Sikap menghargai karya orang lain, Tidak akan mengakui dan memandang
karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah walaupun
ditemukan oleh orang atau bangsa lain.
6. Sikap tekun : Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi
eksprimen yang hasilnya meragukan tidak akan berhenti melakukan kegiatan
–kegiatan apabila belum selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia
berusaha bekerja dengan teliti.
7. Sikap terbuka : Bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun
berbeda dengan apa yang diketahuinya. Bukan menerima kritikan dan respon
negatif terhadap pendapatnya.
Lebih rinci Diederich mengidentifikasikan komponen sikap ilmiah sebagai berikut :
1. Selalu meragukan sesuatu.
2. Percaya akan kemungkinan penyelesaian masalah.
3. Selalu menginginkan adanya verifikasi eksprimental.
4. T e k u n.
5. Suka pada sesuatu yang baru.
6. Mudah mengubah pendapat atau opini.
7. Loyal terhadap kebenaran.
8. Objektif
9. Enggan mempercayai takhyul.
10.Menyukai penjelasan ilmiah.
11.Selalu berusaha melengkapi penegathuan yang dimilikinya.
12.Tidak tergesa-gesa mengambil keputusan.
13.Dapat membedakan antara hipotesis dan solusi.
14.Menyadari perlunya asumsi.
15.Pendapatnya bersifat fundamental.
16.Menghargai struktur teoritis
17.Menghargai kuantifikasi
18.Dapat menerima penegrtian kebolehjadian dan,
19.Dapat menerima pengertian generalisasi
A. Pengertian bersikap ilmiah
Bersikap ilmiah adalah merupakan salah satu sikap tanggung jawab seorang peneliti
untuk berperan serta mengembangkan ilmunya.
Sikap ilmiah menurut Harsojo (1972) adalah sebagai berikut:
1. Berpikir sederhana. Dimaksudkan cara berpikir, cara menyatakan pendapat
atau cara pengujian dilkukan dengan cara sederhana. Apabila suatu gejala
dapat dijelaskan secara memadai oleh suatu penjelasan yang sederhana,
tidak perlu dilakukan secara berputar-putar dan dipandang rumit.
2. Sikap tidak memihak. Ilmu tidak dimaksudkan membuat penilaian baik atau
buruk, tetapi semata-mata mencari kebenaran. Seorang peneliti tidak boleh
memutar balikkan fakta dan berpihak pada preferensi politik, agama, maupun
moral tertentu.
3. Sikap sabar. Seorang peneliti tidak boleh mudah menyerah dan kuat
menerima tekanan dalam usaha mempertahankan pendapatnya dan tetap
berusaha mencari fakta yang lain sebagai dukungan pernyataan dimaksud
4. Bersikap skeptis. Skeptis diartikan yaitu harus tetap bersikap tidak mudah
percaya pada pernyataan selama hal tersebut belum didukung oleh data yang
cukup kuat. Seorang peneliti harus berhati-hati dan teliti dalam memberikan
penilain pada pernyataan ilmiah. Sikap ini yang menyebabkan seorang
peneliti selalu kritis terhadap persoalan yang di hadapi.
5. Bersikap obyektif. Yaitu menilai suatu masalah atau gejala sebagimana
adanya. Hindarkan pengaruh yang bersikap subyektif akibat adanya muatan
tertentu.
6. Bersifat relatif. Seorang peneliti harus mengusai ilmunya, tidak memihak pada
suatu kepentingan tertentu diluar konteks dan harus mempunyai keyakinan
berdasarkan atas fakta yang diperoleh.
Beberapa sikap ilmiah dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo (1985 :31-34) yang
biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode
ilmiah, antara lain :
a. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
b. Jujur
c. Terbuka
d. Toleran
e. Optimis
f. Pemberani
B. Pengertian berfikir ilmiah
Berfikir ilmiah adalah cara berfikir yang menggunakan aturan tertentu dari penemuan
masalah sampai di tariknya kesimpulan setelah masalah itu dipecahkan.
Dalam hal cara berfikir ilmiah, John Dewey (yang dikutip Prof. Sutrisno Hadi)
menggunakan taraf berfikir ilmiah sebagai berikut:
a) The felt need
Dalam taraf permulaan orang merasa adanya suatu masalah, untuk menyesuaikan
alat dengan tujuannya, atau untuk menerangkan kejadian yang tak terduga-duga.
b) The problem
Setelah menyadari masalahnya, dalam langkah ini pemikir ilmiah berusaha
menegaskan persoalan itu dalam bentuk perumusan masalah.
c) The hypothesis
Dalam langkah ini pemikir ilmiah mulai mengajukan kemungkinan pemecahannya
atau mencoba menerangkan; berdasarkan atas teori-teori, dugaan-dugaan, kesan-
kesan umum yang belum merupakan kesimpulan akhir.
d) Collection of data as evidence
Dalam langkah ini informasi-informasi atau bukti-bukti dikumpulkan dan melalui
pengolahan-pengolahan yang logis mulai diuji.
e) Concluding belief
Dalam langkah ini pemikir mengambil kesimpulan berdasarkan analisa terhadap
bukti-bukti yang dihayati untuk menguji hipotesis.
f) General value of the conclusion (T.L. Kelley)
Pemikiran untuk menilai pemecahan-pemecahan baru dari kebutuhan masa datang
yang disebut dengan ferleksi.
Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis: masuk akal, empiris:
Dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan.
Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir.
Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara
teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang
bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan.
Penguasaan sarana berpikir ilmiah tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir
ilmiah yang baik. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik
diperlukan sarana berpikir ilmiah berupa: “[1] Bahasa Ilmiah, [2] Logika metematika,
[3] Logika statistika.
1. Bahasa ilmiah merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh
proses berpikir ilmiah. Bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi
untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah kepada
orang lain.
2. Logika matematika mempunyai peran penting dalam berpikir deduktif
sehingga mudah diikuti dan dilacak kembali kebenarannya.
3. Sedangkan logika statistika mempunyai peran penting dalam berpikir induktif
mencari konsep- konsep yang berlaku umum”.
sumber :
http://sefmimijuliati.wordpress.com/2011/09/29/pengertian-metodologi-penelitian-
berfikir-bersikap-ilmiah-serta-urgensinya/
http://kikiherdiyawan.blogspot.com/2012/10/karangan-ilmiah.html

More Related Content

What's hot

Kelompok 12 skor dan interpretasi afektif
Kelompok 12   skor dan interpretasi afektifKelompok 12   skor dan interpretasi afektif
Kelompok 12 skor dan interpretasi afektifFirdaus Ibnu Ibnu
 
Karakteristik Penelitian Kualitatif
Karakteristik Penelitian KualitatifKarakteristik Penelitian Kualitatif
Karakteristik Penelitian KualitatifJay Mi
 
Pemikiran kritis
Pemikiran kritisPemikiran kritis
Pemikiran kritisFaz Azlan
 
Proses berfikir matematis
Proses berfikir matematisProses berfikir matematis
Proses berfikir matematisLukman
 
Makalah berpikir Kritis
Makalah berpikir KritisMakalah berpikir Kritis
Makalah berpikir KritisGoogle
 
pengertian hipotesis
pengertian hipotesispengertian hipotesis
pengertian hipotesisSomewhere
 
Membangun Kerangka Berfikir Ilmiah
Membangun Kerangka Berfikir IlmiahMembangun Kerangka Berfikir Ilmiah
Membangun Kerangka Berfikir IlmiahSuedi Ahmad
 
Pemikiran kritis
Pemikiran kritisPemikiran kritis
Pemikiran kritisJia Ying
 
merumuskan hipotesis
merumuskan hipotesismerumuskan hipotesis
merumuskan hipotesisnona_bramasta
 
LMCK1421 Pemikiran Kritikal dan Penyelesaian Masalah
LMCK1421 Pemikiran Kritikal dan Penyelesaian MasalahLMCK1421 Pemikiran Kritikal dan Penyelesaian Masalah
LMCK1421 Pemikiran Kritikal dan Penyelesaian MasalahMr. 29526
 
Indah permata sari
Indah permata sariIndah permata sari
Indah permata saritaufiq99
 

What's hot (19)

Kelompok 12 skor dan interpretasi afektif
Kelompok 12   skor dan interpretasi afektifKelompok 12   skor dan interpretasi afektif
Kelompok 12 skor dan interpretasi afektif
 
Karakteristik Penelitian Kualitatif
Karakteristik Penelitian KualitatifKarakteristik Penelitian Kualitatif
Karakteristik Penelitian Kualitatif
 
Berfikir kritis juliana AKPER PEMKAB MUNA
Berfikir kritis juliana AKPER PEMKAB MUNA Berfikir kritis juliana AKPER PEMKAB MUNA
Berfikir kritis juliana AKPER PEMKAB MUNA
 
Pemikiran kritis
Pemikiran kritisPemikiran kritis
Pemikiran kritis
 
Alat Ukur Psikologi
Alat Ukur PsikologiAlat Ukur Psikologi
Alat Ukur Psikologi
 
Proses berfikir matematis
Proses berfikir matematisProses berfikir matematis
Proses berfikir matematis
 
Makalah berpikir Kritis
Makalah berpikir KritisMakalah berpikir Kritis
Makalah berpikir Kritis
 
pengertian hipotesis
pengertian hipotesispengertian hipotesis
pengertian hipotesis
 
Membangun Kerangka Berfikir Ilmiah
Membangun Kerangka Berfikir IlmiahMembangun Kerangka Berfikir Ilmiah
Membangun Kerangka Berfikir Ilmiah
 
Unsur penelitian
Unsur penelitianUnsur penelitian
Unsur penelitian
 
Materi ipa x smt 1
Materi ipa x smt 1Materi ipa x smt 1
Materi ipa x smt 1
 
Pemikiran kritis
Pemikiran kritisPemikiran kritis
Pemikiran kritis
 
merumuskan hipotesis
merumuskan hipotesismerumuskan hipotesis
merumuskan hipotesis
 
Hipotesis
HipotesisHipotesis
Hipotesis
 
LMCK1421 Pemikiran Kritikal dan Penyelesaian Masalah
LMCK1421 Pemikiran Kritikal dan Penyelesaian MasalahLMCK1421 Pemikiran Kritikal dan Penyelesaian Masalah
LMCK1421 Pemikiran Kritikal dan Penyelesaian Masalah
 
Makna penelitian
Makna penelitianMakna penelitian
Makna penelitian
 
Berfikir kritis dalam_keperawatan_bab_i
Berfikir kritis dalam_keperawatan_bab_iBerfikir kritis dalam_keperawatan_bab_i
Berfikir kritis dalam_keperawatan_bab_i
 
Indah permata sari
Indah permata sariIndah permata sari
Indah permata sari
 
Proses Berpikir Dan Penelitian
Proses Berpikir Dan PenelitianProses Berpikir Dan Penelitian
Proses Berpikir Dan Penelitian
 

Similar to Tugas bi 2 bersikap ilmiah

penelitian sos.PDF
penelitian sos.PDFpenelitian sos.PDF
penelitian sos.PDFAfifSusanto1
 
Artikel sikap ilmiah harits wiguna
Artikel sikap ilmiah harits wigunaArtikel sikap ilmiah harits wiguna
Artikel sikap ilmiah harits wigunaRietz Wiguna
 
PPT MATERI SOSIOLOGI PEMINATAN DARING
PPT MATERI SOSIOLOGI PEMINATAN DARING PPT MATERI SOSIOLOGI PEMINATAN DARING
PPT MATERI SOSIOLOGI PEMINATAN DARING MadnurMadnur1
 
Menyusun rancangan penelitian sosial
Menyusun rancangan penelitian sosialMenyusun rancangan penelitian sosial
Menyusun rancangan penelitian sosialadult415
 
Pedoman penulisan karya ilmiah
Pedoman penulisan karya ilmiahPedoman penulisan karya ilmiah
Pedoman penulisan karya ilmiahBadrus Siroj
 
PPT_Berpikir_Kritis.pptx
PPT_Berpikir_Kritis.pptxPPT_Berpikir_Kritis.pptx
PPT_Berpikir_Kritis.pptxAdamSetiawan21
 
Sikap ilmiah dalam kehidupan sehari (full)
Sikap ilmiah dalam kehidupan sehari (full)Sikap ilmiah dalam kehidupan sehari (full)
Sikap ilmiah dalam kehidupan sehari (full)Muhammad Hendra
 
Materi 2 Pendekatan Illmiah & Non Ilmiah.pptx
Materi 2 Pendekatan Illmiah & Non Ilmiah.pptxMateri 2 Pendekatan Illmiah & Non Ilmiah.pptx
Materi 2 Pendekatan Illmiah & Non Ilmiah.pptxAnaSarahKurnia
 
Pemikiran kritis
Pemikiran kritisPemikiran kritis
Pemikiran kritistonen91
 
makalah metode penelitian ilmiah
makalah metode penelitian ilmiahmakalah metode penelitian ilmiah
makalah metode penelitian ilmiahMuhammad Idris
 
Berpikir ilmiah
Berpikir ilmiahBerpikir ilmiah
Berpikir ilmiahhiriza
 

Similar to Tugas bi 2 bersikap ilmiah (20)

penelitian sos.PDF
penelitian sos.PDFpenelitian sos.PDF
penelitian sos.PDF
 
Artikel sikap ilmiah harits wiguna
Artikel sikap ilmiah harits wigunaArtikel sikap ilmiah harits wiguna
Artikel sikap ilmiah harits wiguna
 
BERNALAR KRITIS.pptx
BERNALAR KRITIS.pptxBERNALAR KRITIS.pptx
BERNALAR KRITIS.pptx
 
PPT MATERI SOSIOLOGI PEMINATAN DARING
PPT MATERI SOSIOLOGI PEMINATAN DARING PPT MATERI SOSIOLOGI PEMINATAN DARING
PPT MATERI SOSIOLOGI PEMINATAN DARING
 
Menyusun rancangan penelitian sosial
Menyusun rancangan penelitian sosialMenyusun rancangan penelitian sosial
Menyusun rancangan penelitian sosial
 
Sikap ilmiah
Sikap ilmiahSikap ilmiah
Sikap ilmiah
 
Pedoman penulisan karya ilmiah
Pedoman penulisan karya ilmiahPedoman penulisan karya ilmiah
Pedoman penulisan karya ilmiah
 
PPT_Berpikir_Kritis.pptx
PPT_Berpikir_Kritis.pptxPPT_Berpikir_Kritis.pptx
PPT_Berpikir_Kritis.pptx
 
Penelitian sosial
Penelitian sosialPenelitian sosial
Penelitian sosial
 
Bab 2 new
Bab 2 newBab 2 new
Bab 2 new
 
Sikap ilmiah dalam kehidupan sehari (full)
Sikap ilmiah dalam kehidupan sehari (full)Sikap ilmiah dalam kehidupan sehari (full)
Sikap ilmiah dalam kehidupan sehari (full)
 
Spe Bab7
Spe Bab7Spe Bab7
Spe Bab7
 
Materi 2 Pendekatan Illmiah & Non Ilmiah.pptx
Materi 2 Pendekatan Illmiah & Non Ilmiah.pptxMateri 2 Pendekatan Illmiah & Non Ilmiah.pptx
Materi 2 Pendekatan Illmiah & Non Ilmiah.pptx
 
Materi IPA KELAS X SMK
Materi IPA KELAS X SMKMateri IPA KELAS X SMK
Materi IPA KELAS X SMK
 
Pemikiran kritis
Pemikiran kritisPemikiran kritis
Pemikiran kritis
 
Rti
RtiRti
Rti
 
makalah metode penelitian ilmiah
makalah metode penelitian ilmiahmakalah metode penelitian ilmiah
makalah metode penelitian ilmiah
 
Etika Penelitian.pdf
Etika Penelitian.pdfEtika Penelitian.pdf
Etika Penelitian.pdf
 
Berpikir ilmiah
Berpikir ilmiahBerpikir ilmiah
Berpikir ilmiah
 
METLIT P II 2023.pdf
METLIT P II 2023.pdfMETLIT P II 2023.pdf
METLIT P II 2023.pdf
 

More from Melly Gunawan

Tugas teknik proyeksi bisnis 2015
Tugas teknik proyeksi bisnis 2015Tugas teknik proyeksi bisnis 2015
Tugas teknik proyeksi bisnis 2015Melly Gunawan
 
Tugas teknik proyeksi bisnis 2015
Tugas teknik proyeksi bisnis 2015Tugas teknik proyeksi bisnis 2015
Tugas teknik proyeksi bisnis 2015Melly Gunawan
 
Question for job interviewing
Question for job interviewingQuestion for job interviewing
Question for job interviewingMelly Gunawan
 
Tugas soft skill ke 2
Tugas  soft skill ke 2Tugas  soft skill ke 2
Tugas soft skill ke 2Melly Gunawan
 
Peningkatan daya saing industri tekstil melalui konservasi energi bppt (full)
Peningkatan daya saing industri tekstil melalui konservasi energi bppt (full)Peningkatan daya saing industri tekstil melalui konservasi energi bppt (full)
Peningkatan daya saing industri tekstil melalui konservasi energi bppt (full)Melly Gunawan
 
Iklan dan dimensi etisnya, etika pasar bebas, monopoli
Iklan dan dimensi etisnya, etika pasar bebas, monopoliIklan dan dimensi etisnya, etika pasar bebas, monopoli
Iklan dan dimensi etisnya, etika pasar bebas, monopoliMelly Gunawan
 
One of the best in my life
One of the best in my lifeOne of the best in my life
One of the best in my lifeMelly Gunawan
 
Puisi soft skill etika bisnis
Puisi   soft skill etika bisnisPuisi   soft skill etika bisnis
Puisi soft skill etika bisnisMelly Gunawan
 
Tugas ke 3 soft skill etika bisnis
Tugas ke 3 soft skill etika bisnisTugas ke 3 soft skill etika bisnis
Tugas ke 3 soft skill etika bisnisMelly Gunawan
 
Tugas ke 4 etika bisnis
Tugas ke 4 etika bisnisTugas ke 4 etika bisnis
Tugas ke 4 etika bisnisMelly Gunawan
 
Tugas ke 2 softskill etika bisnis
Tugas ke 2 softskill etika bisnisTugas ke 2 softskill etika bisnis
Tugas ke 2 softskill etika bisnisMelly Gunawan
 
Soft skill etika bisnis (tuga ke 1)
Soft skill etika bisnis (tuga ke 1)Soft skill etika bisnis (tuga ke 1)
Soft skill etika bisnis (tuga ke 1)Melly Gunawan
 
Tulisan bi 4 fesyen di kalangan mahasiswa
Tulisan bi 4   fesyen di kalangan mahasiswaTulisan bi 4   fesyen di kalangan mahasiswa
Tulisan bi 4 fesyen di kalangan mahasiswaMelly Gunawan
 
Tulisan bahasa indonesia 2# kelompok
Tulisan bahasa indonesia 2# kelompokTulisan bahasa indonesia 2# kelompok
Tulisan bahasa indonesia 2# kelompokMelly Gunawan
 
Tulisan 3 karangan ilmiah
Tulisan 3 karangan ilmiahTulisan 3 karangan ilmiah
Tulisan 3 karangan ilmiahMelly Gunawan
 
Tulisan bi 4 fesyen di kalangan mahasiswa
Tulisan bi 4   fesyen di kalangan mahasiswaTulisan bi 4   fesyen di kalangan mahasiswa
Tulisan bi 4 fesyen di kalangan mahasiswaMelly Gunawan
 
Tulisan bahasa indonesia 2# kelompok
Tulisan bahasa indonesia 2# kelompokTulisan bahasa indonesia 2# kelompok
Tulisan bahasa indonesia 2# kelompokMelly Gunawan
 

More from Melly Gunawan (20)

Tugas teknik proyeksi bisnis 2015
Tugas teknik proyeksi bisnis 2015Tugas teknik proyeksi bisnis 2015
Tugas teknik proyeksi bisnis 2015
 
Tugas teknik proyeksi bisnis 2015
Tugas teknik proyeksi bisnis 2015Tugas teknik proyeksi bisnis 2015
Tugas teknik proyeksi bisnis 2015
 
Question for job interviewing
Question for job interviewingQuestion for job interviewing
Question for job interviewing
 
Tugas soft skill ke 2
Tugas  soft skill ke 2Tugas  soft skill ke 2
Tugas soft skill ke 2
 
Peningkatan daya saing industri tekstil melalui konservasi energi bppt (full)
Peningkatan daya saing industri tekstil melalui konservasi energi bppt (full)Peningkatan daya saing industri tekstil melalui konservasi energi bppt (full)
Peningkatan daya saing industri tekstil melalui konservasi energi bppt (full)
 
Tenses
TensesTenses
Tenses
 
Iklan dan dimensi etisnya, etika pasar bebas, monopoli
Iklan dan dimensi etisnya, etika pasar bebas, monopoliIklan dan dimensi etisnya, etika pasar bebas, monopoli
Iklan dan dimensi etisnya, etika pasar bebas, monopoli
 
One of the best in my life
One of the best in my lifeOne of the best in my life
One of the best in my life
 
Puisi soft skill etika bisnis
Puisi   soft skill etika bisnisPuisi   soft skill etika bisnis
Puisi soft skill etika bisnis
 
Tugas ke 3 soft skill etika bisnis
Tugas ke 3 soft skill etika bisnisTugas ke 3 soft skill etika bisnis
Tugas ke 3 soft skill etika bisnis
 
Tugas ke 4 etika bisnis
Tugas ke 4 etika bisnisTugas ke 4 etika bisnis
Tugas ke 4 etika bisnis
 
Tugas ke 2 softskill etika bisnis
Tugas ke 2 softskill etika bisnisTugas ke 2 softskill etika bisnis
Tugas ke 2 softskill etika bisnis
 
Soft skill etika bisnis (tuga ke 1)
Soft skill etika bisnis (tuga ke 1)Soft skill etika bisnis (tuga ke 1)
Soft skill etika bisnis (tuga ke 1)
 
Tugas 3
Tugas 3Tugas 3
Tugas 3
 
Tulisan bi 4 fesyen di kalangan mahasiswa
Tulisan bi 4   fesyen di kalangan mahasiswaTulisan bi 4   fesyen di kalangan mahasiswa
Tulisan bi 4 fesyen di kalangan mahasiswa
 
Tulisan bahasa indonesia 2# kelompok
Tulisan bahasa indonesia 2# kelompokTulisan bahasa indonesia 2# kelompok
Tulisan bahasa indonesia 2# kelompok
 
Tulisan 3 karangan ilmiah
Tulisan 3 karangan ilmiahTulisan 3 karangan ilmiah
Tulisan 3 karangan ilmiah
 
Tugas 1
Tugas 1Tugas 1
Tugas 1
 
Tulisan bi 4 fesyen di kalangan mahasiswa
Tulisan bi 4   fesyen di kalangan mahasiswaTulisan bi 4   fesyen di kalangan mahasiswa
Tulisan bi 4 fesyen di kalangan mahasiswa
 
Tulisan bahasa indonesia 2# kelompok
Tulisan bahasa indonesia 2# kelompokTulisan bahasa indonesia 2# kelompok
Tulisan bahasa indonesia 2# kelompok
 

Tugas bi 2 bersikap ilmiah

  • 1. TUGAS SOFT SKILL BAHASA INDONESIA 2 NAMA : BOYI MELIH GUNAWAN NPM : 11210440 KELAS : 3EA21 JUDUL : BERSIKAP ILMIAH FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN UNIVERSITAS GUNADARMA 2013
  • 2. BERSIKAP ILMIAH Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut “Attitude” sedangkan istilah attitude sendiri berasal dari bahasa latin yakni “Aptus” yang berarti keadaan siap secara mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan. Triandis mendefenisikan sikap sebagai : “ An attitude is an idea charged with emotion which predis poses a class of actions to aparcitular class of social situation” . Rumusan di atas diartikan bahwa sikap mengandung tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek dan sikap terhadap obyek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan yang senantiasa cenderung untuk berprilaku atau bereaksi dengan cara tertentu bilamana diperhadapkan dengan suatu masalah atau obyek. Menurut Baharuddin (1982:34) mengemukakan bahwa :”Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan. Dengan perkataan lain kecendrungan individu untuk bertindak atau berprilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Beberapa sikap ilmiah dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo (1985 :31-34) yang biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode ilmiah, antara lain : 1. Sikap ingin tahu : apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya,maka ia beruasaha mengetahuinya; senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiwa; kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah; memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen. 2. Sikap kritis : Tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan bukti – bukti pada waktu menarik kesimpulan; Tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain; bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat. 3. Sikap obyektif : Melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, menjauhkan bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya sebagai subjek. 4. Sikap ingin menemukan : Selalu memberikan saran-saran untuk eksprimen baru; kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen dengan cara yang baik dan konstruktif; selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya.
  • 3. 5. Sikap menghargai karya orang lain, Tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain. 6. Sikap tekun : Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya meragukan tidak akan berhenti melakukan kegiatan –kegiatan apabila belum selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti. 7. Sikap terbuka : Bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan apa yang diketahuinya. Bukan menerima kritikan dan respon negatif terhadap pendapatnya. Lebih rinci Diederich mengidentifikasikan komponen sikap ilmiah sebagai berikut : 1. Selalu meragukan sesuatu. 2. Percaya akan kemungkinan penyelesaian masalah. 3. Selalu menginginkan adanya verifikasi eksprimental. 4. T e k u n. 5. Suka pada sesuatu yang baru. 6. Mudah mengubah pendapat atau opini. 7. Loyal terhadap kebenaran. 8. Objektif 9. Enggan mempercayai takhyul. 10.Menyukai penjelasan ilmiah. 11.Selalu berusaha melengkapi penegathuan yang dimilikinya. 12.Tidak tergesa-gesa mengambil keputusan. 13.Dapat membedakan antara hipotesis dan solusi. 14.Menyadari perlunya asumsi. 15.Pendapatnya bersifat fundamental. 16.Menghargai struktur teoritis 17.Menghargai kuantifikasi 18.Dapat menerima penegrtian kebolehjadian dan, 19.Dapat menerima pengertian generalisasi A. Pengertian bersikap ilmiah Bersikap ilmiah adalah merupakan salah satu sikap tanggung jawab seorang peneliti untuk berperan serta mengembangkan ilmunya. Sikap ilmiah menurut Harsojo (1972) adalah sebagai berikut: 1. Berpikir sederhana. Dimaksudkan cara berpikir, cara menyatakan pendapat atau cara pengujian dilkukan dengan cara sederhana. Apabila suatu gejala
  • 4. dapat dijelaskan secara memadai oleh suatu penjelasan yang sederhana, tidak perlu dilakukan secara berputar-putar dan dipandang rumit. 2. Sikap tidak memihak. Ilmu tidak dimaksudkan membuat penilaian baik atau buruk, tetapi semata-mata mencari kebenaran. Seorang peneliti tidak boleh memutar balikkan fakta dan berpihak pada preferensi politik, agama, maupun moral tertentu. 3. Sikap sabar. Seorang peneliti tidak boleh mudah menyerah dan kuat menerima tekanan dalam usaha mempertahankan pendapatnya dan tetap berusaha mencari fakta yang lain sebagai dukungan pernyataan dimaksud 4. Bersikap skeptis. Skeptis diartikan yaitu harus tetap bersikap tidak mudah percaya pada pernyataan selama hal tersebut belum didukung oleh data yang cukup kuat. Seorang peneliti harus berhati-hati dan teliti dalam memberikan penilain pada pernyataan ilmiah. Sikap ini yang menyebabkan seorang peneliti selalu kritis terhadap persoalan yang di hadapi. 5. Bersikap obyektif. Yaitu menilai suatu masalah atau gejala sebagimana adanya. Hindarkan pengaruh yang bersikap subyektif akibat adanya muatan tertentu. 6. Bersifat relatif. Seorang peneliti harus mengusai ilmunya, tidak memihak pada suatu kepentingan tertentu diluar konteks dan harus mempunyai keyakinan berdasarkan atas fakta yang diperoleh. Beberapa sikap ilmiah dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo (1985 :31-34) yang biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode ilmiah, antara lain : a. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi b. Jujur c. Terbuka d. Toleran e. Optimis f. Pemberani B. Pengertian berfikir ilmiah Berfikir ilmiah adalah cara berfikir yang menggunakan aturan tertentu dari penemuan masalah sampai di tariknya kesimpulan setelah masalah itu dipecahkan. Dalam hal cara berfikir ilmiah, John Dewey (yang dikutip Prof. Sutrisno Hadi) menggunakan taraf berfikir ilmiah sebagai berikut:
  • 5. a) The felt need Dalam taraf permulaan orang merasa adanya suatu masalah, untuk menyesuaikan alat dengan tujuannya, atau untuk menerangkan kejadian yang tak terduga-duga. b) The problem Setelah menyadari masalahnya, dalam langkah ini pemikir ilmiah berusaha menegaskan persoalan itu dalam bentuk perumusan masalah. c) The hypothesis Dalam langkah ini pemikir ilmiah mulai mengajukan kemungkinan pemecahannya atau mencoba menerangkan; berdasarkan atas teori-teori, dugaan-dugaan, kesan- kesan umum yang belum merupakan kesimpulan akhir. d) Collection of data as evidence Dalam langkah ini informasi-informasi atau bukti-bukti dikumpulkan dan melalui pengolahan-pengolahan yang logis mulai diuji. e) Concluding belief Dalam langkah ini pemikir mengambil kesimpulan berdasarkan analisa terhadap bukti-bukti yang dihayati untuk menguji hipotesis. f) General value of the conclusion (T.L. Kelley) Pemikiran untuk menilai pemecahan-pemecahan baru dari kebutuhan masa datang yang disebut dengan ferleksi. Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis: masuk akal, empiris: Dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan. Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Penguasaan sarana berpikir ilmiah tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik diperlukan sarana berpikir ilmiah berupa: “[1] Bahasa Ilmiah, [2] Logika metematika, [3] Logika statistika. 1. Bahasa ilmiah merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah. Bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah kepada orang lain.
  • 6. 2. Logika matematika mempunyai peran penting dalam berpikir deduktif sehingga mudah diikuti dan dilacak kembali kebenarannya. 3. Sedangkan logika statistika mempunyai peran penting dalam berpikir induktif mencari konsep- konsep yang berlaku umum”. sumber : http://sefmimijuliati.wordpress.com/2011/09/29/pengertian-metodologi-penelitian- berfikir-bersikap-ilmiah-serta-urgensinya/ http://kikiherdiyawan.blogspot.com/2012/10/karangan-ilmiah.html