1. PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE
PSIKODRAMA TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS XII
SMK NEGERI 1 KENDAL TAHUN PELAJARAN 2013/2014
SKRIPSI
OLEH
DIAH ARDIANI KUSUMAWATI
NPM 09110108
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI SEMARANG
2013
i
2. PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE
PSIKODRAMA TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS XII
SMK NEGERI 1 KENDAL TAHUN PELAJARAN 2013/2014
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
IKIP PGRI Semarang untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH
DIAH ARDIANI KUSUMAWATI
NPM 09110108
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI SEMARANG
2013
ii
3. SKRIPSI
PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE
PSIKODRAMA TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS XII
SMK NEGERI 1 KENDAL TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Yang disusun dan diajukan oleh
DIAH ARDIANI KUSUMAWATI
NPM 09110108
Telah disetujui oleh pembimbing untuk dilanjutkan
Di hadapan Dewan Penguji
Pembimbing I
Pembimbing II
Desi Maulia, S. Psi, M. Psi, Psi
NPP. 098201234
Dr. Yovitha Yuliejantiningsih, M.Pd.
NPP. 085901221
Mengetahui,
Kaprodi
Siti Fitriana, S.Pd., M. Pd. Kons
NPP. 088201204
iii
4. SKRIPSI
PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE
PSIKODRAMA TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS XII
SMK NEGERI 1 KENDAL TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Yang disusun dan diajukan oleh
DIAH ARDIANI KUSUMAWATI
NPM 09110108
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal 24 Oktober 2013
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji
Ketua,
Sekretaris,
Dr. M.Th. S. R. Retnaningdyastuti, M.Pd
NIP. 195306031981032001
Siti Fitriana, S.Pd. M.Pd., Kons
NPP. 088201204
Penguji I
Desi Maulia, S. Psi, M. Psi, Psi
NPP. 098201234
(…………………………….)
Penguji II
Dr. Yovitha Yuliejantiningsih, M.Pd
NPP. 085901221
(…………………………….)
Penguji III
Ismah, S.Ag.,M.Pd
NPP . 117301364
(…………………………….)
iv
5. MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
1. Jika tidak bisa menjadi yang terbaik jadilah yang berbeda.
(Chr. Argo Widiharto)
2. Tak ada yang bisa menjamin kebahagiaan di masa depan bisa diperoleh, jika
tidak melibatkan Tuhan dalam segala urusan.
(Diah Ardiani Kusumawati)
PERSEMBAHAN :
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
1. Bapak Agusanto dan Bunda Ida
Nuryanti tercinta,
2. Adikku Dian Ardiana
Kusumadewi dan Muhamad
Asharianto tersayang,
3. Keluarga Besar Laboratorium PPB
IKIP PGRI Semarang
4. Seseorang yang akan datang dan
pergi dalam perjalanan hidup saya.
5. Semua yang telah membantu
menyelesaikan skripsi ini
6. Pembaca skripsi ini.
v
6. KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji Syukur penulis panjatkan atas segala Rahmat,
Hidayah dan Inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi
berjudul “pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan metode psikodrama
terhadap kepercayaan diri siswa kelas XII SMK Negeri 1 Kendal tahun pelajaran
2013/2014” secara tepat waktu.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan rintangan serta
kesulitan-kesulitan. Namun berkat bimbingan, bantuan, nasihat, dan dorongan
serta saran-saran dari berbagai pihak, khususnya Pembimbing, segala hambatan
dan rintangan serta kesulitan tersebut dapat teratasi dengan baik. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini dengan hati tulus penulis sampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Muhdi, S.H., M.Hum., Rektor IKIP PGRI Semarang yang telah
memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi.
2. Dr. M. T. H. S. R. Retnaningdyastuti, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan
yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian.
3. Siti Fitriana, M.Pd., Kons Ketua Program Studi Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan yang telah menyetujui skripsi penulis.
4. Desi Maulia, M.Psi, Psi., Pembimbing I yang telah mengarahkan penulis
dengan penuh ketekunan dan kecermatan dan Dr. Yovitha Yuliejantiningsih,
M.Pd. Pembimbing II yang telah membimbing penulis dengan dedikasi yang
tinggi.
vi
7. 5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
yang telah memberi bekal ilmu kepada penulis selama belajar di IKIP PGRI
Semarang.
6. Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Kendal yang telah mengizinkan penulis
melakukan penelitian di instansi yang dipimpinnya.
7. Terimakasih om H. Zaenal Ichrom yang telah membantu di awal kuliah hingga
perjalanan kuliah.
8. Teman-teman seperjuangan PPB/C/2009 dan teman-teman asisten Lab. BK
(Nofian Nurindahsari, Nailinal Magfiroh, Anggun Selfia, Tinton Estu,
Bambang ) atas dorongan dan bantuan baik material maupun moral sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan serta pihak-pihak lain yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi orang lain,
khususnya di dunia pendidikan.
Semarang, 24 Oktober 2013
Penulis
vii
8. ABSTRAK
Diah Ardiani Kusumawati. NPM 09110108. “pengaruh Layanan
Bimbingan Kelompok Dengan Metode Psikodrama Terhadap Kepercayaan Diri
Siswa Kelas XII SMK Negeri 1 Kendal Tahun Pelajaran 2013/2014”. Skripsi.
Semarang: Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan. IKIP
PGRI Semarang.2013. Pembimbing I Desi Maulia, M.Psi, Psi., dan Pembimbing
II Dr. Yovitha Yuliejantiningsih, M.Pd.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh percaya diri yang merupakan salah satu
aspek kepribadian yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan pribadi
terbentuk bukan dari apa yang diperbuat namun dari keyakinan diri. Apabila
seseorang tetap mengimplementasikan rasa kurang percaya diri akan menemukan
hambatan-hambatan di dalam dirinya maupun dilingkungan. Penelitian ini
berangkat pada kehidupan nyata tidak setiap orang bisa memiliki kepercayaan diri
yang tinggi dengan mudah, oleh karena itu perlu adanya peningkatan rasa percaya
diri. Oleh karena itu untuk dapat mengembangkan kepercayaan diri siswa, namun
dalam kenyataan, pelaksanaan bimbingan kelompok dengan metode psikodrama
di SMK Negeri 1 Kendal belum pernah dilaksanakan karena kendala-kendala
yang menghambat dimungkinkan karena waktu mengajar yang diberikan cukup
singkat sehingga layanan ini belum dilaksanakan bimbingan kelompok dengan
menggunakan metode psikodrama, yang diharapkan dapat mengembangkan
kepercayaan diri siswa.
Pokok permasalahan penelitian ini adalah: apakah psikodrama
berpengaruh terhadap kepercayaan dri siswa. Hubungan antara kedua variabel
tersebut diasumsikan menjadi cermin keberhasilan dalam mengembangkan
kepercayaan diri peserta didik. Berdasarkan kajian teori yang relevan, diajukan
hipotesis bahwa pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan metode
psikodrama terhadap kepercayaan diri siswa kelas XII SMK Negeri 1 Kendal
tahun pelajaran 2013/2014. Metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu
dengan menggunakan rancangan preexperimental dengan menggunakan one
group prestest-posttest design.
Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 1 Kendal tahun pelajaran
2013/2014. Instrumen penelitian berupa skala psikologis kepercayaan diri yang
telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data yang terkumpul dianalisis dengan
menggunakan analisis statistik dengan rumus uji-t dengan taraf signifikansi 0,05.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang telah dilakukan dari data pretest
dan posttest menunjukan thitung 10,58 > ttabel 2,021. Jadi dapat ditarik kesimpulan
bahwa bahwa ada pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan metode
psikodrama terhadap kepercayaan diri siswa kelas XII SMK Negeri 1 Kendal
tahun pelajaran 2013/2014.
Temuan penelitian ini dapat menjadi masukan guna peningkatan mutu
layanan bimbingan dan konseling khususnya layanan bimbingan kelompok di
sekolah.
Kata Kunci: Bimbingan Kelompok, Psikodrama, Kepercayaan Diri Siswa
viii
9. DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL LUAR .....................................................................................
i
SAMPUL DALAM ................................................................................
ii
PERSETUJUAN ....................................................................................
iii
PENGESAHAN .....................................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .........................................................
v
KATA PENGANTAR ...........................................................................
vi
ABSTRAK .............................................................................................
viii
DAFTAR ISI ..........................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
xiii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..............................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................
B. Identifikasi Masalah ...................................................................
C. Pembatasan Masalah ..................................................................
D. Perumusan Masalah ...................................................................
E. Tujuan Penelitian ........................................................................
F. Manfaat Penelitian ......................................................................
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kepercayaan Diri ........................................................................
1. Pengertian Kepercayaan Diri ..............................................
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri .......
3. Karakteristik Individu yang Memiliki Kepercayaan Diri ..
4. Karakteristik Kepercayaan Diri Rendah .............................
5. Mengembangkan Percaya Diri ...........................................
B. Layanan Bimbingan Kelompok ..................................................
1. Pengertian Bimbingan Kelompok .....................................
2. Tujuan Bimbingan Kelompok ............................................
3. Prosedur Pelaksanaan Bimbingan Kelompok ....................
C. Layanan Bimbingan Kelompok dengan Metode Psikodrama .....
ix
1
6
6
6
7
7
8
8
9
12
15
19
22
22
23
25
28
10. 1. Pengertian Bimbingan Kelompok dengan Metode Psikodrama28
2. Tujuan Bimbingan Kelompok dengan Metode Psikodram
30
3. Materi Bimbingan Kelompok dengan Metode Psikodrama
32
4. Komponen pokok Psikodrama............................................
33
5. Prosedur Bimbingan Kelompok Metode Psikodrama ........
35
C. Kerangka Berpikir ......................................................................
38
D. Hipotesis Penelitian ....................................................................
40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................
B. Variabel Penelitian .....................................................................
C. Definisi Operasional Variabel ....................................................
D. Metode dan Rancangan Penelitian .............................................
E. Popuasi, Sampel dan Sampling ..................................................
F. Teknik Pengumpulan Data .........................................................
G. Instrumen Penelitian ..................................................................
H. Teknik Analisis Data ..................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
41
42
42
44
46
47
48
55
A. Deskripsi Data ............................................................................
B. Uji Hipotesis ...............................................................................
C. Pembahasan ................................................................................
D. Kelemahan Penelitian ................................................................
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
56
64
66
73
A. Simpulan ....................................................................................
B. Saran ...........................................................................................
DAFTAR PUSPTAKA ..........................................................................
74
74
76
LAMPIRAN ...........................................................................................
78
x
11. DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ..............................................................
41
3.3 Materi Layanan ................................................................................
45
3.4 Sebaran Populasi Penelitian .............................................................
46
3.5 Kisi-kisi Skala Kepercayaan Diri Try Out ........................................
49
3.6 Kisi-kisi Skala Kepercayaan Diri Pre Test – Post Test.....................
50
3.7 Skor Skala Kepercayaan Diri ............................................................
50
3.8 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Validitas ..................................
52
4.1 Kategori Distribusi Bergolong .........................................................
57
4.2 Rekapitulasi Hasil Pretest ................................................................
57
4.3 Distribusi Frekuensi Pretest Kepercayaan Diri .................................
58
4.4 Rekapitulasi Jadwal Penelitian .........................................................
61
4.5 Distribusi Frekuensi Posttest Kepercayaan Diri ...............................
62
4.6 Hasil Perhitungan t-test ....................................................................
64
xi
12. DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Bagan Kerangka Berfikir .................................................................
40
4.1 Grafik Batang Pre Test Kepercayaan Diri ........................................
59
4.2 Grafik Batang Post Test Kepercayaan Diri .......................................
63
4.5 Grafik Rata-rata Hasil Pre Test dan Post Test ..................................
64
xii
13. DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Hasil DCM (Program Tahunan) .........................................................
79
2.Dafta Nama Siswa Try Out .................................................................
79
3.Daftar Nama Sampel ...........................................................................
85
4. Skala Penelitian Kepercayaan Diri (Try Out) .....................................
86
5. Absensi Try Out ..................................................................................
88
6. Tabulasi Perhitungan Validitas Skala Kepercayaan Diri ....................
89
7. Perhitungan Validitas Item Variabel Kepercayaan Diri......................
91
8. Pedoman Bimbingan Kelompok .........................................................
93
9. Skala Penelitian Kepercayaan Diri (Pretest & Posttest) .....................
96
10. Absensi Sampel. ...............................................................................
97
11. Hasil Analisis Pretest ........................................................................
112
12 Satuan Layanan. .................................................................................
113
13 Laporan Kegiatan Layanan. ...............................................................
154
14.Resume Kegiatan ..............................................................................
184
15. Penilaian Segara ................................................................................
214
16. Hasil Analisis Posttest .....................................................................
230
17. Surat Permohonan Izin Penelitian ....................................................
231
18. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ...........................
232
19. Rekapitulasi Proses Bimbingan ........................................................
233
20. Dokumentasi ....................................................................................
235
xiii
14. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Diah Ardiani Kusumawati
NPM
: 09110108
Progdi
: Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Fakultas : Fakultas Ilmu Pendidikan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya buat ini benar-benar
merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Semarang, 24 Oktober 2013
Yang membuat pernyataan
Diah Ardiani Kusumawati
NPM. 09110108
xiv
15. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang memiliki peran
penting dalam mengemban tanggung jawab untuk mendidik dan mencapai jenjang
kedewasaan secara utuh kepada peserta didik. Dalam kegiatan pendidikan, guru
pembimbing memegang peranan penting dalam mengembangkan kecakapan dan
kepribadian siswa. Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang
sangat penting dalam kehidupan manusia. Percaya diri yakin atas kemampuan
mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis. Pada saat harapan
mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya.
Manusia sudah diciptakan dengan kesempurnaan dan kelengkapan dengan segala
hal yang melebihi dibandingkan dengan makhluk lain ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa. Memaksimalkan potensi maka manusia sudah dapat menjadi sosok yang
penuh dengan kepercayaan diri. Kepercayaan diri yang rendah membuat
seseorang mudah dihadapkan oleh perasaan ragu, cemas, dan rendah diri yang
menghambat seseorang untuk melakukan sesuatu.
Menurut Fatimah(2008 :149), kepercayaan diri adalah sikap positif
seseorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian
positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang
dihadapinya. Rasa percaya diri dapat memberikan hal positif bagi kejiwaan
seseorang sehingga berpengaruh langsung kepada individu dalam menjalankan
1
16. kehidupan dan kepercayaan diri tidak bisa disamaratakan dengan aktivitas ke
aktivitas lainnya. Menurut Angelis (2002: 9), hakikat kepercayaan diri sejatinya
tidak berkaitan dengan kehidupan lahiriah. Pribadi terbentuk bukan dari apa yang
diperbuat namun dari keyakinan diri, bahwa yang dihasilkan memang berada
dalam batas kemampuan dan keinginan atau keyakinan dari diri sendiri. Pada
kehidupan nyata tidak setiap orang bisa memiliki kepercayaan diri yang tinggi
dengan mudah, oleh karena itu perlu adanya
peningkatan rasa percaya diri.
Percaya diri rendah akan menghambat seseorang untuk mencapai harapan dan
kurang berani dalam melakukan sesuatu kegiatan atau usaha.
Pada situs ini yang diunduh dalam Healthdetik.com Jakarta, Rabu
(27/3/2013), anak yang minder atau memiliki rasa percaya diri yang rendah, akan
banyak menemui hambatan dalam belajar di sekolah, dirinya juga akan kesulitan
bergaul dengan teman-temannya sehingga perlu membangun rasa percaya diri
anak sejak dini. Oleh sebab itu kepercayaan diri harus dipahami secara utuh,
untuk menghindari pemahaman yang tidak utuh sehingga berakibat tidak sesuai
dengan norma dan etika hidup dalam bermasyarakat maupun dilingkungan
sekolah. Apabila peserta didik tetap mengimplementasikan sikap kurang percaya
diri tersebut, akan menemukan hambatan-hambatan di dalam sekolah seperti
dalam belajar dan bergaul dengan sesama atau lawan jenis. Berdasarkan hasil
penelitian ini menunjukan bahwa siswa yang memiliki tingkat kepercayaan yang
tinggi maka mereka juga dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik (dalam
Susanti,2008.30). Sebaliknya siswa yang memiliki kepercayaan diri yang rendah
mereka juga akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri, oleh karena itu
2
17. kepercayaan diri merupakan sikap yang harus dimiliki bagi setiap peserta didik
sehingga sesuatu yang diharapkan dapat tercapai dari kemampuan dan keyakinan
yang dimiliki.
Menurut Fatimah (2008 :149-150), percaya diri merupakan faktor yang
dapat membedakan antara individu yang sukses dan gagal, oleh karena itu
individu memiliki karakteristik yang diantaranya adalah percaya akan kompetensi
atau kemampuan diri, tidak terdorong untuk menunjukan sikap konformis demi
diterima oleh orang lain atau kelompok, berani menerima dan menghadapi
penolakan orang lain dan berani menjadi diri sendiri, punya pengendalian diri
yang baik dan emosinya stabil, memiliki internal locus of control, memandang
keberhasilan atau kegagalan, bergantung pada usaha diri sendiri dan tidak mudah
menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak bergantung dan mengharapkan
bantuan orang lain, mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri,
orang lain, dan situasi di luar dirinya, memiliki harapan yang realistik terhadap
diri sendiri sehingga ketika harapan itu terwujud , individu tetap melihat sisi
positif dirinya dan situasi yang terjadi.
Mendapati fakta yang ada berdasarkan analisis DCM yang disebarkan
di SMK N 1 Kendal pada hari jumat, 28 September tahun 2012 masalah pribadi
mendapatkan prosentase terbesar yaitu prosentasenya sebesar 21,25% di kelas XI
BB2 dengan jumlah siswa 36 dan di kelas XI TP4 sebesar 37,27% dengan jumlah
siswa 35. Dalam topik permasalahan yang berisikan aitem sebagai berikut : Sering
merasa malu bergaul dengan lawan jenis, merasa diri saya tidak sebaik orang lain,
ingin sekali dikagumi, merasa pesismis atau putus asa, selalu takut berbuat salah,
3
18. sering tidak dapat mengambil keputusan, ingin tampil lebih cantik, merasa tidak
memiliki harapan dan sering merasa iri hati atas prestasi orang lain. Hal ini
menunjukan bahwa siswa sekolah menengah masih mengalami rendah rasa
percaya diri terhadap diri sendiri.
Dengan demikian , jika pribadi yang kurang memiliki kepercayaan diri
maka rasa rendah diri akan menguasai seseorang dalam kehidupannya, dan ia
akan tumbuh menjadi pribadi yang pesimis. Seperti yang dikemukakan oleh
Sustina, (dalam Rohayati, 2011. 369), tanpa adanya rasa percaya diri yang
tertanam dengan kuat di dalam jiwa anak pesimisme dan rasa rendah diri akan
dapat menguasainya dengan mudah.
Berdasarkan uraian diatas tentang kepercayaan diri, maka pemahaman
terhadap percaya diri siswa sangat penting agar siswa dapat berkembang secara
optimal. Peran yang harus terlibat didalam mengatasi rasa percaya diri siswa
adalah peran kedua orang tua, pihak sekolah, dan terutama peran guru bimbingan
dan konseling. Peran orang tua sangat penting dengan melalui proses yang
berlangsung sejak usia dini. Sedangkan sekolah berperan memfasilitasi individu
mengembangkan potensinya dan kepribadiannya melalui guru bimbingan dan
konseling. Usaha yang perlu dilakukan guru bimbingan dan konseling terhadap
kepercayaan diri siswa adalah mengoptimalisasikan layanan bimbingan dan
konseling kepada peserta didi memalui pemberian layanan bimbingan kelompok
dengan metode psikodrama.
Menurut Romlah ( 2008: 17), bimbingan kelompok merupakan salahh
satu teknik bimbingan yang berusaha membantu individu agar dapat mencapai
4
19. perkembangannya secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat minat serta
nilai-nilai yang dianutnya dan dilaksanakan dalam situasi kelompok. Beberapa
teknik yang biasanya digunakan dalam layanan bimbingan kelompok diantaranya
adalah permainan peran dalam. Menurut Corey (dalam Romlah, 2006: 107)
psikodrama merupakan permainan peran yang dimaksudkan agar individu yang
bersangkutan dapat memperoleh pengertian yang lebih baik tentang dirinya, dapat
menemukan konsep dirinya, menyatakan kebutuhan- kebutuhan dan menyatakan
reaksinya terhadap tekanan- tekanan terhadap dirinya. Peserta didik diharapkan
secara optimal dapat mengalami perubahan dan mengalami peningkatan secara
perkembangan diri baik secara individu maupun sebagai peserta didik dalam
keyakinan terhadap kemampuan dirinya sehingga mampu mengembangkan sikap
positif terhadap kemampuan dirinya dan terhadap lingkungan serta situasi yang
dihadapi setetlah mengikuti kegiatan bimbingan kelompok dengan metode
psikodrama. Hasil penelitian Antika.(2009), menunjukan drama efektif dalam
meningkatkan kepercayaan diri pada anak prasekolah karena melibatkan aktivitas
tubuh secara aktif yang dapat mempengaruhi perkembangan fisik, kreativitas,
pengetahuan, tingkah laku, dan kepercayaan diri serta mengembangkan tingkah
laku anak sehingga mempengaruhi nilai moral anak. Psikodrama adalah jalan dari
beberapa kelompok lain yang melakukan pendekatan termasuk pendekatan gestalt.
Yanblonksy
dalam
Loekmono
(2006:
133)
menyebutkan
bukti
untuk
pengakuannya bahwa konsep dan tekhnik Moreno telah mempengaruhi
pengembangan pada terapi gestalt. Yang memfokuskan pada di sini dan kini dan
5
20. menekankan semua individu memiliki tanggung jawab penuh atas perbuatan, diri
dan masa depan mereka.
Namun dalam kenyataan, pelaksanaan bimbingan kelompok dengan
metode psikodrama di SMK Negeri 1 Kendal belum pernah dilaksanakan karena
kendala-kendala yang menghambat dimungkinkan karena waktu mengajar yang
diberikan cukup singkat sehingga layanan ini belum dilaksanakan. Berdasarkan
latar belakang yang ada tersebut maka peneliti menganalisis tentang “Pengaruh
Bimbingan Kelompok dengan Metode Psikodrama Terhadap Kepercayaan Diri
Siswa Kelas XII di SMK Negeri 1 Kendal Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran
2013/2014”.
B. Indetifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat diindentifikasi
yang menggambarkan masalah yang berkaitan dengan kepercayaan diri siswa :
1. Masih dijumpai siswa yang merasa merasa dirinya tidak sebaik orang lain,
ingin sekali dikagumi, merasa pesismis atau putus asa, selalu takut berbuat
salah, ingin tampil lebih cantik, merasa tidak memiliki harapan dan
sebagainya.
2. Belum dilaksanakannya layanan bimbingan kelompok dengan metode
psikodrama terhadap kepercayaan diri siswa.
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah dapat dilakukan pembatasan masalah yaitu
Pengaruh
Bimbingan
Kelompok
dengan
6
Metode
Psikodrama
Terhadap
21. Kepercayaan Diri Siswa Kelas XII di SMK Negeri 1 Kendal Kabupaten Kendal
Tahun Pelajaran 2013/2014.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut “ Apakah ada Pengaruh
Bimbingan Kelompok dengan Metode Psikodrama Terhadap Kepercayaan Diri
Siswa Kelas XII di SMK Negeri 1 Kendal Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran
2013/2014?”.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan peneliti yaitu mengetahui Pengaruh Bimbingan Kelompok dengan
Metode Psikodrama Terhadap Kepercayaan Diri Siswa Kelas XII di SMK Negeri
1 Kendal Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2013/2014?”.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teorits yang diperoleh dengan penelitian ini adalah mengembangkan
dan menambah wawasan keilmuan psikologi pendidkan dan bimbingan.
2. Manfaat Praktis
Dapat sebagai teknik untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa. Bagi guru
pembimbing sebagai informasi untuk menerapkan dan mengembangkan
metode
psikodrama
dalam
layanan
bimbingan
kelompok
terhadap
kepercayaan diri siswa sebagai salah satu alternaitif cara meningkatkan
layanan bimbingan dan konseling.
7
22. BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1.
KEPERCAYAAN DIRI
a.
Pengertian Kepercayaan Diri
Menurut Angelis (2002 :09), hakikat kepercayaan diri sejatinya tidak ada
kaitannya dengan kehidupan lahiriah. Kepercayaan diri terbentuk bukan dari apa
yang diperbuat, namun dari keyakinan diri, bahwa yang dihasilkan dari diri
memang berada dalam batas-batas kemampuan dan keinginan pribadi.
Kepercayaan diri berawal dari tekad pada diri sendiri, untuk melakukan segala
yang kita inginkan dan butuhkan dalam hidup. Kepercayaan diri adalah sesuatu
yang harus mampu menyalurkan segala yang kita ketahui dan segala yang kita
kerjakan ( Barbara, 2002: 05). Kepercayaan diri yaitu lahir dari kesadaran bahwa
jika memutuskan untuk melakukan sesuatu. Kepercayaan diri akan datang dari
kesadaran seorang individu bahwa individu tersebut memiliki tekad untuk
melakukan apapun, sampai tujuan yang ia ingin tercapai.
Fatimah (2008 :149) menjelaskan kepercayaan diri adalah sikap positif
seseorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian
positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang
dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten
melakukan segala sesuatu seorang diri. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya
hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu yang
8
23. memiliki kompetensi, keyakinan bahwa individu mampu serta didukung oleh
pengalaman, potensi aktual, dan harapan yang realistik terhadap diri sendiri.
Sedangkan dalam Kumpulan Materi Bimbingan dan Konseling (2011: 322) ,
kepercayaaan diri merupakan keyakinan diri seseorang mampu melakukan sesuatu
seperti yang diharapkan. Keyakinan tersebut muncul karena individu mampu
mengukur dengan benar kemampuan yang dimiliki dan memiliki harapan yang
realistik terhadap dirinya.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuan dirinya
sehingga individu mampu mengembangkan sikap positif terhadap kemampuan
dirinya maupun terhadap lingkungan serta situasi yang dihadapi dan didukung
oleh pengalaman, potensi aktual serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.
b.
Faktor-Faktor Yang Mengaruhi Kepercayaan Diri
Fatimah (2008: 150-152), menjelaskan bahwa ada dua faktor yang
mempengaruhi sikap percaya diri diantaranya sebagai berikut:
1)
Pola Asuh
Para ahli berkeyakinan bahwa kepercayaan diri tidak bisa diperoleh
dengan cara instan, melainkan melalui proses yang berlangsung sejak usia dini,
dalam
kehidupan
bersama
orang
tua.
Meskipun
banyak
faktor
yang
mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, faktor pola asuh interaksi di usia dini
merupakan faktor yang mendasar bagi pembentukan rasa percaya diri. sikap orang
tua akan diterima oleh anak sesuai dengan persepsinya pada saat itu. Orang tua
9
24. menunjukan perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang serta kelekatan
emosional yang tulus dengan anak akan membangkitkan rasa percaya diri pada
anak tersebut. Anak akan merasa bahwa dirinya berharga dan bernilai dimata
orangtuannya.
2)
Pola Pikir Negatif
Dalam hidup bermasyarakat, setiap individu mengalami berbagai masalah,
kejadian, bertemu orang-orang baru, dan sebagainya. Reaksi individu tersebut
terhadap seseorang atau sebuah peristiwa sangat dipengaruhi oleh cara
berfikirnya. Individu dengan rasa percaya diri yang lemah, cenderung
mempresepsikan segala sesuatunya dari sisi negatif. Dia tidak menyadari bahwa
dalam dirinya, segala pola fikir yang negatif tersebut berasal.
Menurut Freson (dalam Kumara, 1998), ada beberapa hal yang dapat
menyebabkan sikap kurang percaya diri yaitu :
1)
Faktor Internal
Merupakan faktor yang ada dalam individu itu sendiri, antara lain
perasaan dan sikap batin yang sehat akan dipengaruhi oleh rasa harga diri dan
minat. Rasa harga diri dan minat akan mempengaruhi sikap batin yang sehat
karena dengan rasa harga diri minat yang tinggi maka kepercayaan diri seseorang
akan meningkat.
2)
Faktor Eksternal
Faktor yang ada diluar individu itu, sebagai contoh pola asuh, sikap
orang lain dan lingkungan individu itu. Jika remaja dibesarkan dalam lingkungan
10
25. keluarga yang protektif maka ia tumbuh dan berembang menjadi anak yang
memiliki kurang percaya diri.
Proses pembentukan percaya diri terjadi melalui proses yang panjang
yang dimulai dari pendidikan dalam keluarga dan hal tersebut merupakan faktor
yang mempengaruhi keprcayaan diri. Menurut Hakim (dalam Yuniarti,2002),
awal dari proses tersebut terjadi sebagai berikut :
1) Terbentuknya berbagai kelemahan dalam berbagai aspek kepribadian
seseorang yang dimulai dari kehidupan keluarga dan meliputi dalam berbagai
aspek, seperti aspek mental, sosial dan ekonomi.
2) Pemahaman negatif seseorang terhadap dirinya sendiri yang cenderung selalu
memikirkan kekurangan tanpa pernah meyakini bahwa ia juga memiliki
kelebihan yang mungkin tidak dimiliki oleh orang lain.
3) Kehidupan sosial yang dijalani dengan sikap yang negatif, sperti merasa
rendah diri, suka menyendiri, lari dari tanggung jawab, mengisolasi diri dari
kelompok dan reaksi negatif lainnya, yang justru semakin memperkuat rasa
percaya diri pada seseorang.
Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat diatas bahwa kepercayaan
diri dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari interen atau dalam diri
individu seperti halnya pola fikir individu yang cenderung selalu memikirkan
kekurangannya dan faktor ekstern berasal dari luar diri, pola asuh orang tua yang
kurang memberi motivasi dan perlakuan yang membuat inidvidu merasa rendah
diri sehingga berpengaruh bagi interaksi individu di lingkungan dan menjalani
kehidupan sosialnya .
11
26. c.
Karakteristik Individu yang Memiliki Kepercayaan Diri
Menurut Fatimah (2008 :149-150), beberapa ciri atau karakteristik
individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proposional diantaranya adalah
sebagai berikut :
1)
Percaya
akan
kompetensi
atau
kemampuan
diri,
sehingga
tidak
membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun hormat orang lain.
Inividu terlahir dengan segala keistimewaan berupa potensi dan bakat
sehingga individu mampu mengembangkan potensi dan bakat yang dimiliki
dengan percaya akan kompetensi dan kemampuan yang dimiliki.
2)
Tidak terdorong untuk menunjukan sikap konformis demi diterima oleh
orang lain atau kelompok. Individu tidak perlu menunjukan sikap konformis
dimana individu selalu menyesuaikan intruksi dari kelompok yang
terkadang tidak sesuai dengan dirinya, sehingga individu bisa diakui dalam
kelompok tersebut.
3)
Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain dan berani menjadi
diri sendiri. Individu yang mampu menerima dengan lapang dada penolakan
dari orang lain dan menjadi diri sendiri merupakan individu yang percaya
akan kemampuan yang dimiliki.
4)
Punya pengendalian diri yang baik dan emosinya stabil, pengendalian diri
merupakan hal terpenting dalam sebuah kesuksesan karena pengendalian
diri dan emosi yang stabil membawa diri bersikap bijaksana dalam
menghadapi situasi.
12
27. 5)
Memiliki internal locus of control, memandang keberhasilan atau
kegagalan, bergantung pada usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah
pada nasib atau keadaan serta tidak bergantung dan mengharapkan bantuan
orang lain.
6)
Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain, dan
situasi di luar dirinya, akan menghasilkan diri kita menjadi pribadi yang
dalam bertindak tidak sesuka hati sehingga setiap cara pandang dan tindakan
inividu terkontrol.
7)
Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri sehingga ketika
harapan itu tidak terwujud , ia tetap melihat sisi positif dirinya dan situasi
yang terjadi. Harapan yang realistik membawa diri kita dalam bercita-cita
dan bertindak menyesuaikan kemampuan yang dimiliki dan selalu yakin
akan kemampuan diri.
Menurut Ghifari (2004 : 16-17), mengemukakan beberapa ciri atau
karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proposional
diantaranya adalah sebagai berikut :
1)
Percaya
akan
kompetensi
atau
kemampuan
diri,
sehingga
tidak
membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, atau pun rasa hormat orang
lain. Inividu terlahir dengan segala keistimewaan berupa potensi dan bakat
sehingga individu mampu mengembangkan potensi dan bakat yang dimiliki
dengan percaya akan kompetensi dan kemampuan yang dimiliki.
2)
Tidak terdorong untuk menunjukan sikap konformis demi diterima oeh
orang lain atau kelompok. Individu tidak perlu menunjukan sikap konformis
13
28. dimana individu selalu menyesuaikan intruksi dari kelompok yang
terkadang tidak sesuai dengan dirinya, sehingga individu bisa diakui dalam
kelompok tersebut.
3)
Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain dan berani menjadi
diri sendiri. Individu yang mampu menerima dengan lapang dada penolakan
dari orang lain dan menjadi diri sendiri merupakan individu yang percaya
akan kemampuan yang dimiliki.
4)
Memiliki pengendalian diri yang baik dan emosinya stabil, pengendalian
diri
merupakan
hal
terpenting
dalam
sebuah
kesuksesan
karena
pengendalian diri dan emosi yang stabil membawa diri bersikap bijaksana
dalam menghadapi situasi.
5)
Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain, dan
situasi di luar dirinya, akan menghasilkan diri kita menjadi pribadi yang
dalam bertindak tidak sesuka hati sehingga setiap cara pandang dan tindakan
inividu terkontrol.
6)
Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika
harapan itu tidak terwujud ia mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi
yang terjadi. Harapan yang realistik membawa diri kita dalam bercita-cita
dan bertindak menyesuaikan kemampuan yang dimiliki dan selalu yakin
akan kemampuan diri.
Menurut Hakim (dalam Pratiwi, 2002), orang yang memiliki rasa percaya
diri tinggi memiliki ciri-ciri diantaranya adalah mempunyai sikap yang tenang
dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah, memunyai potensi yang memadai,
14
29. mampu menetralisir ketegangan yang muncul dari berbagai situasi, mampu
menyesuaikan diri dan berkomunikasi, memiliki kondisi mental dan fisik yang
menunjang dan mampu bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, serta selalu
bereaksi positif dalam menghadapi masalah.
Bedasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa orang yang
mempunyai rasa percaya diri memiliki keyakinan akan potensi dan kemampuan
yang dimiliki, memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri sehingga
ketika harapan itu tidak terwujud, menjadi diri sendiri, berani mengambil risiko
berdasarkan pemahaman diri yang objektif, bisa memprediksi risiko setiap
tantangan yang dihadapi sehingga memandang keberhasilan dan kegagalan dari
usaha diri sendiri serta tidak bergantung pada orang lain (internal locus of
control), berfikir positif dalam
memerangi asumsi, prasangka atau persepsi
negatif yang muncul.
d. Karakteristik Individu yang memiliki Kepercayaan Diri Rendah
Menurut Al-Ghifari (2004: 17), adapun ciri-ciri atau karakteristik
individu yang kurang percaya diri, diantaranya sebagai berikut :
1)
Berusaha menunjukan sikap konformis, semata-mata demi mendapatkan
pengakuan dan penerimaan kelompok. Sikap individu yang selalu
menyesuaikan diri kepada kelompok sehingga mengabaikan keaslian yang
ada didirinya demi diterima didalam kelompok.
15
30. 2)
Menyimpan rasa takut atau kekhawatiran terhadap penolakan. Perasaan
yang selalu dirasakan adalah rasa takut dan kekhawatiran atas penolakan
yang dialami dirinya.
3)
Sulit menerima realita terlebih menerima kekurangan diri dan memandang
rendah kemampuan diri sendiri, namun di lain pihak memasang harapan
yang realistik terhadap diri sendiri. Mengabaikan diri banwasannya individu
memiliki kemampuan dan potensi sehingga lebih cenderung melihat dirinya
dari sisi negatif.
4)
Pesimis, mudah menilai segala sesuatu dari sisi negatif. Jika sesorang gagal
dalam melaksanakan sesuatu langsung muncul rasa pesimis dan tidak mau
mencoba lagi sehingga menilai dirinya darisisi negatif.
5)
Takut gagal, sehingga menghindari segala resiko dan tidak berani
memasang target untuk berhasil. Kurangnya keberanian untuk menggambil
resiko untuk memasang target sesuai yang dikehendaki karena takut akan
kegagalan.
6)
Cenderung menolak pujian yang ditunjukan secara tulus karena undervalue
diri sendiri. Seseorang yang merasa atau menilai dirinya selalu dibawah
sehingga individu merasa tidak pantas untuk menerima pujian.
7)
Selalu menempatkan atau memposisikan diri sebagai yang terakhir, karena
menilai dirinya tidak mampu. Merasa undervalue sehingga seseorang
menempatkan dirinya diposisi terakhir .
8)
Memiliki eksternal locus of control yaitu mudah menyerah pada nasib,
sangat tergantung pada keadaan dan pengakuan atau penerimaan serta
16
31. bantuan orang lain. Individu yang mudah menyerah selalu menggantungkan
keberhasilan, penerimaan dan pengakuan dari orang lain pada nasib karena
individu tidak percaya akan kemampuan yang dimilik dan lebih bergantung
kepada orang lain.
Menurut Fatimah ( 2008: 150), adapun karakteristik individu
yang kurang memiliki kepercayaan diri adalah sebagai berikut :
1)
Berusaha menunjukan sikap konformis, semata-mata demi mendapatkan
pengakuan dan penerimaan kelompok. Sikap individu yang selalu
menyesuaikan diri kepada kelompok sehingga mengabaikan keaslian yang
ada didirinya demi diterima didalam kelompok.
2)
Menyimpan rasa takut atau kekhawatiran terhadap penolakan. Perasaan
yang selalu dirasakan adalah rasa takut dan kekhawatiran atas penolakan
yang dialami dirinya.
3)
Sulit menerima realita terlebih menerima kekurangan diri dan memandang
rendah kemampuan diri sendiri, namun di lain pihak memasang harapan
yang realistik terhadap diri sendiri. Mengabaikan diri banwasannya individu
memiliki kemampuan dan potensi sehingga lebih cenderung melihat dirinya
dari sisi negatif.
4)
Pesimis, mudah menilai segala sesuatu dari sisi negatif. Jika sesorang gagal
dalam melaksanakan sesuatu langsung muncul rasa pesimis dan tidak mau
mencoba lagi sehingga menilai dirinya darisisi negatif.
5)
Takut gagal, sehingga menghindari segala resiko dan tidak berani
memasang target untuk berhasil. Kurangnya keberanian untuk menggambil
17
32. resiko untuk memasang target sesuai yang dikehendaki karena takut akan
kegagalan.
6)
Cenderung menolak pujian yang ditunjukan secara tulus karena undervalue
diri sendiri. Seseorang yang merasa atau menilai dirinya selalu di bawah
sehingga individu merasa tidak pantas untuk menerima pujian.
7)
Selalu menempatkan atau memposisikan diri sebagai yang terakhir, karena
menilai dirinya tidak mampu. Merasa undervalue sehingga seseorang
menempatkan dirinya diposisi terakhir .
8)
Memiliki eksternal locus of control yaitu mudah menyerah pada nasib,
sangat tergantung pada keadaan dan pengakuan atau penerimaan serta
bantuan orang lain. Individu yang mudah menyerah selalu menggantungkan
keberhasilan, penerimaan dan pengakuan dari orang lain pada nasib karena
individu tidak percaya akan kemampuan yang dimilik dan lebih bergantung
kepada orang lain..
Menurut Hakim (dalami Yuniarti, 2002), sikap rasa kurang percaya diri
sesorang ditunjukkan antara lain, selalu dihinggapi rasa keraguan, mudah cemas,
tidak yakin, cenderung menghindar, tidak memiliki inisiatif, mudah patah
semangat, tidak berani trampil didepan banyak orang dan gejala kejiwaan lainnya
yang nantinya menghambat seseorag untuk melakukan sesuatu. Sedangkan AlGhifari (2004: 15), menjelaskan disisi lain seseorang yang memiliki percaya diri
yang rendah memiliki perilaku antara lain: tidak mau mencoba suatu hal yang
baru, merasa tidak dicintai dan tidak diinginkan, memiliki kecenderungan
18
33. melempar kesalahan terhadap orang lain, mempnyai emosi yang kaku dan
disembunyikan, mudah frustasi dan tertekan, dan mudah terpengaruh orang lain.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa individu yang
kurang memiliki kepercayaan diri adalah individu memiliki kecenderungan yang
negatif dalam penerimaan dirinya dan terhadap lingkungan sekitar, sehingga
indivdiu menunjukan sikap pesimis, menimpan rasa takut terhadap penolakan,
sulit menerima realita terutama kekurangan didalam dirinya, takut mengambil
resiko, selalu menempatkan dirinya diposissi yang rendah dan cenderung
bergantung pada orang lain sehingga menghambat individu melakukan sesuatu .
e.
Mengembangkan Percaya Diri
Fatimah (2008: 153-155) terdapat beberapa cara mengembangkan
rasa percaya diri sebagai berikut :
1)
Evaluasi Diri Secara Objektif
Belajar menilai diri secara objektif dan jujur. Susunlah daftar kelebihan
pribadi, seperti prestasi yang pernah diraih, sifat-sifat positif, potensi diri, baik
yang sudah diaktualisasikan maupun yang belum, keahlian yang dimiliki, serta
kesempatan atau sarana yang mendukung kemajuan diri. pelajari kendala yang
selama ini menghalangi perkembangan diri, seperti : pola berfikir yang keliru, niat
dan motivasi yang lemah, kurangnya disiplin diri, kurangnya ketekunan dan
kesabaran, dan bergantung pada bantuan orang lain. Hasil analisis dan pememtaan
terhadap SWOT (strengths, weaknesses, obstancles and Theats) diri, kemudian
19
34. digunakan untu membuat dan menerapkan strategi pengembangan diri yang
realistik.
2)
Memberi Penghargaan yang Jujur Terhadap Diri
Menyadari dan menghargai sekecil apapun sebuah keberhasilan dan
potensi yang dimiliki. Karena hal tersebut didapatkan dari proses belajar,
berevolusi dan transformasi diri sejak dulu hingga sekarang. Ketidakmampuan
menghargai diri sendiri mendorong munculnya keinginan yang tidak realistik dan
berlebihan ; sepertihalnya ingin cepat kaya, ingin cantik, ingin dihormati dan ingin
selalu
dipuji.
Hal
tersebut
merupakan
penolakan
terhadap
diri
dan
ketidakmampuan menghargai diri sendiri sehingga menutupi keaslian diri.
3)
Positive Thigking
Memerangi setiap asumsi, prasanka atau persepsi negatif yang muncul
dalam diri.Jangan membiarkan pikiran negatif berlarut-larut karena tanpa sadar
pikiran itu akan terus berakar, bercabang dan berdaun. Jangan biarkan pikiran
negatif menguasi pikiran dan perasaan anda. Jika pikiran tersenut muncul
mencoba menuliskan untuk kemudian di review kembali secara logis.
4)
Gunakan Self-affirmation
Untuk memerangi pikiran negatif gunakan self-affirmation yaitu berupa
kata-kata yang membangkitkan rasa percaya diri, berupa kata-kata sebagai berikut
: “Saya pasti bisa”, “saya adalah penentu dari hidup saya sendiri”,”saya bangga
pada diri sendiri”, dan “saya bisa belajar dari kesalahan, kesalahan menjadi
pelajaran yang sangat berharga karena membantu saya memahami tantangan”.
5)
Berani mengambil resiko
20
35. Berdasarkan pemahaman diri yang objektif, memprediksikan setiap resiko
dalam tantangan yang dihadapi dengan demikian tidak perlu menghindari setiap
resiko, melainkan lebih menggunakan strategi-strategi untuk menghindari,
mencegah taupun mengatasi resikonya. Namun demikian perlu diingat bahwa
over confidence atau rasa percaya diri yang berlebihan bukanlah menggambarkan
kondisi kejiwaan yang sehat karena hal tersebut merupakan rasa percaya diri yang
bersifat semu.
Menurut Habibie (2009: 22-27), menyatakan berbagai cara menumbuhkan
rasa percaya diri sebagai berikut yaitu yakin pada kemampuan diri karena setiap
orang terlahir dengan keistimewaan yang berbeda berupa potensi atau bakat yang
dimiliki, bertanggung jawab adalah salah satu ciri orang sukses karena orang yang
bertanggung jawab mampu melaksanakan pekerjaan dengan baik, menggali
potensi diri karena setiap individu memiliki potensi diri akan tetapi terkadang
manusia tidak menyadarinya dan orang yang sukses mampu menggali potensinya,
berfikir positif dapat membangun percaya diri dengan cepat karena orang sukses
selalu berfikiran positif, berani mengambil resiko merupakan karakteristik dari
orang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi, tidak putus asa merupakan
sikap yang mencerminkan seseorang yang memiliki kepercayaan diri.
Angelis (2005: 34), menjelaskan
bahwa langkah pertama untuk
menumbuhkan rasa percaya diri adalah tidak lagi berpura-pura yakin secara
berlebihan, anda harus jujur pada cara anda mengesampingkan kegelisahan diri,
impian yang sederhana yang bias terwujud dengan sedikit rasa percaya diri, dan
angan-angan yang tingi maka membutuhkan rasa percaya diri yang tinggi.
21
36. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa upaya
meningkatkan kepercayaan diri di awali dengan mengevaluasi diri terlebih dahulu
secara objektif, lalu secara jujur memberikan penghargaan terhadap diri sendiri
berfikir positi, mampu mengambil resiko dengan berani dan berani memerangi
pikiran negative terhadap diri sendiri maupun lingkungan sekitar sehingga selalu
menanamkan keyakinan dan kata-kata pembangkit kepercayaan diri.
2.
Layanan Bimbingan kelompok
a) Pengertian bimbingan kelompok
Kegiatan bimbingan kelompok belajar siswa yang diberikan melalui tujuh
layanan termasuk didalamnya layanan bimbingan kelompok dimana merupakan
layanan yang diberikan dalam suasana kelompok, dibawah ini akan diuraikan
beberapa pengertian mengenai bimbingan kelompok.
Menurut Prayitno (2004: 309) bimbingan kelompok di sekolah merupakan
kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun
rencana dan keputusan yang tepat.
Bila dicermati pengertian diatas pada kegiatan pemberian informasi dalam
suasana kelompok dengan mengandalkan dinamika kelompok sebagai wahana
untuk mencapai tujuan kegiatan bimbingan dan konseling yang muncul pada
individu-individu melalui kelompok, selain itu.
Romlah,tatiek (2001:3) mengatakan bimbingan kelompok adalah proses
pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok untuk
mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa.
22
37. Sukardi (2008:64) bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan
yang memungkinkan sejumlah peserta didik bersama-sama memperoleh berbagai
bahan dari konselor yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari
baik sebagai pelajar, keluarga dan masyarakat serta pertimbangan untuk
pengambilan keputusan.
Dari beberapa inti pendapat di atas bimbingan kelompok dapat
disimpulkan, Bimbingan Kelompok adalah suatu proses dalam menyelesaikan
masalah atau bantuan kepada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika
kelompok untuk pencapaian tujuan tertentu.
3.
Tujuan Kegiatan Bimbingan Kelompok
Tujuan yang hendak dicapai dalam bimbingan kelompok secara umum
adalah supaya orang yang dilayani menjadi mampu mengatur kehidupan sendiri,
memiliki pandangannya sendiri dan tidak membebek pendapat orang lain,
mengambil sikap sendiri, dan berani menanggung sendiri efek serta konsekuensi
dari tindak-tindakannya.
Prayitno (2004: 310) tujuan bimbingan kelompok adalah pemberian
informasi pada anggota kelompok. Lebih jauhnya, informasi itu akan digunakan
untuk menyusun rencana dan membuat keputusan, atau untuk keperluan lain yang
relevan dengan informasi yang diberikan.
Dari uraian tujuan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan
kelompok harus nyata untuk masing-masing model kelompok yaitu melaksanakan
tugas yang di bebankan kepada kelompok dan pengembangan pribadi masingmasing kelompok.
23
38. Sedangkan menurut Romlah (2001: 13), bahwa tujuan bimbingan
kelompok adalah untuk membantu individu lain menemukan dirinya sendiri,
mengarahkan diri dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Romlah tidak
menspesifikasikan tujuan bimbingan kelompok dalam beberapa model kelompok
tapi secara umum yaitu masing-masing individu (anggota ) harus saling
membantu dalam menemukan dirinya, mengarahkan diri dan menyesuaikan diri
dengan lingkungan.
Sukardi (2008:64) tujuan dari bimbingan kelompok adalah kegiatan yang
menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu sebagai pelajar, anggota
keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Dari tujuan yang diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan
bimbingan kelompok adalah melaksanakan beban yang dibebankan dalam
kelompok dan juga pengembangan diri masing-masing individu (anggota) dalam
memahami diri, mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan
sehingga nantinya dapat menyusun rencana dan membuat keputusan yang tepat.
b)
Prosedur Pelaksanaan Bimbingan Kelompok
Ada bermacam-macam pembagian prosedur atau tahapan perkembangan
kegiatan bimbingan, seperti yang akan dijelaskan oleh beberapa pendapat di
bawah ini.
Menurut Romlah (2001:68-83),
bahwa kegiatan bimbingan kelompok
dibagi dalam lima tahap perkembangan yaitu: tahap orientasi, tahap pembinaan
24
39. norma dan tujuan kelompok, tahap mengatasi pertentangan-pertentangan dalam
kelompok, tahap produktifitas, serta tahap mengakhiri kelompok.
Sedang menurut Prayitno (2004:40) mengatakan bahwa pada umumnya
ada empat tahap-tahap perkembangan dalam kegiatan bimbingan kelompok,yaitu
tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap pelaksanaan kegiatan, dan tahap
pengakhiran. Pada dasarnya kedua pendapat mempunyai nilai atau maksud yang
sama namun hanya berbeda dalam pemakaian istilahnya, dibawah ini diuraikan
ciri-ciri masing-masing tahap perkembangan menurut (Prayitno: 40-60), karena
dianggap dapat mewakili dari beberapa ahli dan juga sudah lazim digunakan
dibeberapa sekolah pada umumnya.
1) Tahap Pembentukan
Secara garis besar gambaran kegiatan dalam tahap pembentukan adalah
pengenalan dan pelibatan diri dalam upaya mempererat kesatuan dalam
kelompok, dimana secara umum ciri-ciri tahap ini adalah :
(a) Dalam
tahap
ini
pada
umumnya
anggota
kelompok
saling
memperkenalkan diri dan juga mengungkapan tujuan atau harapanharapan, yang ingin dicapai oleh masing-masing, sebagian maupun seluruh
anggota kelompok.
(b) Dalam tahap ini peranan pemimpin kelompok hendaknya memunculkan
dirinya sehingga tertangkap oleh para anggota sebagai orang yang benarbenar bisa dan bersedia membantu anggota kelompok mencapai tujuan
mereka.
25
40. (c) Ada beberapa tehnik yang dapat digunakan pemimpin kelompok dalam
tahap ini, tehnik-tehnik berguna bagi pengembangan sikap anggota
kelompok yang semula tumbuh secara berlahan, tehnik-tehnik ini antara
lain : tehnik pertanyaan jawaban, tehnik perasaan dan tanggapan, tehnik
permainan kelompok
2) Tahap Peralihan
Tahap peralihan merupakan jembatan antara tahap pembentukan dan tahap
pelaksanaan kegiatan, ada kalanya jembatan yang ditempuh dengan amat mudah
dan lancar, ada kalanya jembatan yang di tempuh dengan susah payah, dalam
keadaan seperti ini pemimpin kelompok dengan gaya kepemimpinanya yang khas,
membawa para anggotanya meneliti jembatan itu dengan selamat, bila perlu
beberapa hal pokok yang telah diuraikan pada tahap pembentukan seperti tujuan
kegiatan kelompok, asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan dan sebagainya,
diulangi, ditegaskan, dan dimantapkan kembali.
3) Tahap Pelaksanaan Kegiatan
Tahap ini merupakan inti dari kegiatan bimbingan kelompok karena
pembahasan permasalahan terdapat dalam tahap ini, secara umum ciri-ciri
umumnya nampak dalam tahap ini adalah:
(a) Tahap pelaksanaan kegiatan ini merupakan kelanjutan dari dua tahap
sebelumnya apa bila kedua tahap sebelumnya berjalan dengan baik maka
pada tahap ini akan berlangsung baik atau lancar.
(b) Dalam tahap ini hubungan antara anggota kelompok tumbuh dengan baik,
saling tukar pengalaman dan penyajian pembukaan diri berlangsung
26
41. dengan bebas sehingga dalam tahap ini dinamakan kegiatan kelompok
sudah muncul.
(c) Dalam proses kegiatan dimulai dengan pengemukaan permasalahan,
kemudian pemilihan topik permasalahan, dan pembahasan permasalahan.
4) Tahap Pengakhiran
Adalah tahap dimana kegiatan bimbingan kelompok sudah memasuki pada
akhir kegiatan yaitu penyimpulan hasil pembahasan permasalahan, dimana secara
umum mempunyai ciri-ciri kegiatan sebagai berikut :
(a) Memasuki tahap pengakhiran kegiatan kelompok dipusatkan pada
pembahasan tentang apakah para anggota kelompok akan mampu
menerangkan hal-hal yang telah mereka pelajari (dalam suasana
kelompok), pada kehidupan mereka sehari-hari.
Peranan
pemimpin
kelompok
disini
adalah
memberikan
penguatan
(reinforcement) terhadap hasil-hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu.
3.
Layanana Bimbingan Kelompok dengan Metode Psikodrama
a. Pengertian Layanan Bimbingan kelompok dengan Metode Psikodrama
Kegiatan bimbingan kelompok belajar siswa yang diberikan melalui tujuh
layanan termasuk didalamnya layanan bimbingan kelompok dimana merupakan
layanan yang diberikan dalam suasana kelompok, dibawah ini akan diuraikan
beberapa pengertian mengenai bimbingan kelompok. Menurut Prayitno (2004:
309) bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada
27
42. sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan
yang tepat.
Bila dicermati pengertian diatas pada kegiatan pemberian informasi dalam
suasana kelompok dengan mengandalkan dinamika kelompok sebagai wahana
untuk mencapai tujuan kegiatan bimbingan dan konseling yang muncul pada
individu-individu melalui kelompok, selain itu. Romlah (2001:3) mengatakan
bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada
individu dalam situasi kelompok untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa
dan mengembangkan potensi siswa.
Sukardi (2008:64) bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan
yang memungkinkan sejumlah peserta didik bersama-sama memperoleh berbagai
bahan dari konselor yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari
baik sebagai pelajar, keluarga dan masyarakat serta pertimbangan untuk
pengambilan keputusan
Menurut Corey (dalam Romlah, 2006: 107) psikodrama merupakan
permainan peran yang dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat
memperoleh pengertian yang lebih baik tentang dirinya, dapat menemukan konsep
dirinya, menyatakan kebutuhan- kebutuhan dan menyatakan reaksinya terhadap
tekanan- tekanan terhadap dirinya. Psikodrama menurut Prawitasari, Johana E
(2011:165) adalah salah satu teknik dalam psikoterapi atau teknik konseling.
Sedangkan Loekomono (2006:131) psikodrama pendekatan terapi kelompok
didalam klien memainkan peran dan situasi kehidupan yang lalu, sekarang atau
28
43. mendatang dalam sebuah percobaan untuk meraih pemahaman yang lebih dalam
dan mencapai perasaan baru.
Psikodrama memberikan kesempatan orang- orang untuk melihat
kehidupan pribadi dengan cara pandang berbeda setelah kehidupan pribadi itu di
dramakan dan dimainkan oleh orang- orang tak dikenal yang berbeda dalam
kelompok bersamanya.
Di Jepang, Ihara Saikaku dalam Prawitasari (2011:166), memberikan
gambaran penggunaan suatu psikodrama di abad ke-17. Sesuatu nampaknya
terlintas di pikiran putri keraton. Wajahnya terlihat berang dan tidak ada satu
orang pun yang mampu membuatnya tertawa. Kehadiranya membuat semua diam.
Seorang emban yang telah lama mengabdi mendekati putri keraton “ Apakah tuan
putri
akan
berkenan,”katanya,”untuk
mengadakan
pertemuan
tentang
kecemburuan lagi sore nanti, sampai lilin- lilin padam dengan sendirinya?”
Mendengar ini, putri tadi langsung menemukan kegembiraanya. Lonceng keraton
berbunyi dan 36 wanita termasuk semua pembantu di dapur dan pelayan duduk
tanpa upacara. “tiap orang boleh berbicara tanpa tanpa ragu- ragu dan mengaku
tentang kesulitan- kesulitanya dengan terbuka. Tuangkan kebencianmu, caci
makilah
laki-laki
dengan
kegetiran
cemburumu,
ceritakan
cinta
yang
mengecewakan.” Perempuan itu mulai membicarakan apa yang ada di pikiran
mereka, beberapa saat seorang dari para perempuan itu berbicara seakan- akan ia
adalah putri keraton, katanya “kamu datang sebagai selir dan disukai tuanku dan
kamu berbagi tempat tidur dengannya setiap malam dan kamu menyisihkan istri
yang sesungguhnya.” Berkata demikian, ia bertindak dengan penuh kebencian.
29
44. Kata- katanya menyentuh kekawatiran inti putri dan ia berkata, “ itulah, mengapa
saya membuat acara seperti ini. Meskipun aku selalu memasrahkan diri padanya,
ia memperlakukan aku seakan- akan aku tidak ada.” Cerita Saikaku merupakan
contoh psikodrama yang dimainkan untuk memperoleh pemahaman diri dan
pengungkapan rasa tanpa rasa kawatir dan takut karena semua berupa drama,
bukan dialog sesungguhnya.
Berdasarkan pengertian diatas bahwa bimbingan kelompok dengan metode
psikodrama adalah suatu proses dalam menyelesaikan masalah atau bantuan
kepada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika untuk pencapaian
tujuan tertentu dan didalam bimbingan kelompok berupaya memecahakan
masalah psikis yang dialami oleh individu melalui penghayatan peran tentang
situasi yang dihadapinya guna mengurangi akibat dari pada ketegangan konflik,
sehingga psikodrama akan diperankan oleh siswa di dalam kelas.
b. Tujuan Kegiatan Bimbingan Kelompok dengan Metode Psikodrama
Tujuan yang hendak dicapai dalam bimbingan kelompok secara umum
adalah supaya orang yang dilayani menjadi mampu mengatur kehidupan sendiri,
memiliki pandangannya sendiri dan tidak membebek pendapat orang lain,
mengambil sikap sendiri, dan berani menanggung sendiri efek serta konsekuensi
dari tindak-tindakannya.
Prayitno (2004: 310), tujuan bimbingan kelompok adalah pemberian
informasi pada anggota kelompok. Lebih jauhnya, informasi itu akan digunakan
untuk menyusun rencana dan membuat keputusan, atau untuk keperluan lain yang
relevan dengan informasi yang diberikan. Bahwa tujuan bimbingan kelompok
30
45. harus nyata untuk masing-masing model kelompok yaitu melaksanakan tugas
yang di bebankan kepada kelompok dan pengembangan pribadi masing-masing
kelompok.
Sedangkan menurut Romlah (2001: 13),
bahwa tujuan bimbingan
kelompok adalah untuk membantu individu lain menemukan dirinya sendiri,
mengarahkan diri dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Romlah tidak
menspesifikasikan tujuan bimbingan kelompok dalam beberapa model kelompok
tapi secara umum yaitu masing-masing individu (anggota) harus saling membantu
dalam menemukan dirinya, mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan.
Sukardi (2008:64) tujuan dari bimbingan kelompok adalah kegiatan yang
menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu sebagai pelajar, anggota
keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Menurut Romlah (2006: 107), psikodrama dilaksanakan bertujuan untuk
terapi dan penyembuhan. Psikodrama merupakan permainan peran yang
dimaksudkan agar inidividu yang bersangkutan dapat memperoleh pengertian
yang lebih baik tentang dirinya, dapat menemukan konsep dirinya, menyatakan
kebutuhan-kebutuhannya, dan menyatakan reaksinya terhadap tekanan-tekanan
terhadap dirinya. Selain untuk tujuan terapi, psikodrama juga dapat dipakai
sebagai metode mengajar yang sangat bermanfaat bagi para mahasiswa dan orangorang yang bekerja dibidang kesehatan mental, yang disebut Moreno sebagai
psikodrama didaktis Corey (dalam Romlah, 2006: 107). Sedangkan Loekmono
31
46. (2006:132) bertujuan memfasilitasi ungkapan-ungkapan perasaan dengan cara
yang spontan dan dramatis melalui penggunaan permainan peran.
Dari tujuan yang diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan
bimbingan kelompok dengan metode psikodrama adalah membantu individu
menemukan dirinya sendiri, mengarahkan dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan melalui permainan peran yang dimaksudkan agar inidividu yang
bersangkutan dapat memperoleh pengertian yang lebih baik tentang dirinya, dapat
menemukan
konsep
dirinya,
menyatakan
kebutuhan-kebutuhannya,
dan
menyatakan reaksinya terhadap tekanan-tekanan terhadap dirinya.
b.
Materi dalam Bimbingan Kelompok dengan Metode Psikodrama
Prayitno (2004:54) berpendapat bahwa materi atau topik permasalahan
yang akan dibahas tergantung kepada model untuk kelompoknya, apabila
kelompok tugas berarti materinya berasal atau dipaparkan oleh pemimpin
kelompok sedang kelompok bebas materi berasal dari anggota kelompok. Dengan
ketentuan bahwa materi atau topik permasalahan yang di bahas harus memenuhi
kreteria sebagai berikut:
1) Permasalahan terdorong menunjukan sikap konformis (menjadi pribadi yang
menarik) itu relevan dengan hal-hal yang umumnya dialami oleh sebagian
besar anggota kelompoknya.
2) Permasalahan pesimis mudah menilai segala sesuatu dari sisi negsatif (berfikir
positif) itu cukup hangat.
32
47. 3) Permasalahan menyimpan rasa takut atau kekhawatiran terhadap penolakan
(mengendalikan emosi) itu dapat menimbulakan dampak yang cukup besar
(urgen).
4) Permasalahan takut gagal sehingga menghindari resiko dan tidak berani
memasang target (harapan yang realistik) itu sesuai dengan kapasitas anggota
kelompok.
5) Permasalahan memiliki kepercayaan diri yang rendah (cara meningkatkan rasa
percaya diri) itu dikemukakan dengan jelas serta dalam bahasa yang baik dan
benar.
6) Permasalahan (materi) itu berguna bagi perkembangan pribadi anggota
kelompok.
d.
Komponen pokok psikodrama
Loekmono (2006: 142-151) dan
Romlah (2006:108-111), Metode
psikodrama terdiri dari beberapa komponen, yaitu :
1) Panggung permainan
Panggung permainan mewakili ruang hidup peran utama psikodrama. Apabila
tidak ada panggung, sebagian ruangan dapat dijadikan panggung asal
diberikan batas yang jelas, dan para pemegang peran keluar masuk tempat itu.
2) Pimpinan psikodrama
Pemimpin psikodrama adalah terapis atau konselor. Pemimpin membantu
pemilihan pemegang peran utama, dan kemudian menentukan teknik
psikodrama yang tepat untuk mengeksplorasi masalah individu. Sebagai
33
48. fasilitator pemimpin membantu pemain utama dalam mengembangkan
adegan, membantu agar dapat memperoleh pemahaman baru mengenai
permasalahanya
3) Pemegang peran utama (pritagonist)
Individu yang dipilih oleh kelompok dan pimpinan kelompok untuk
memerankan kejadian penting dalam hidupnya adalah pemegang peran
utama. Dalam memainkan peran ini ia didorong supaya melakukan peran
dengan spontan, tidak terlalu banyak menggunakan kata-kata tetapi lebih
banyak mengungkapkanya dalam bentuk gerakan dan perbuatan.
4) Pemeran pembantu (the auxiliary egos)
Pemeran pembantu atau pembantu terapis adalah siapa saja kelompok yang
membantu pemimpin kelaompok dan pemeran utama dalam produksi
psikodrama
5) Penonton
Hal ini adalah para anggota- anggota kelompok yang tidak menjadi pemeran
utama atau pemeran pembantu. Setelah permainan selesai diadakan diskusi,
dan penonton diminta reaksinya mengenai apa yang dilihatnya dan
memberikan pandanganaya terhadap psikodrama yang telah dijalankan.
e.
Prosedur
Pelaksanaan
Bimbingan
Kelompok
dengan
Metode
Psikodrama
Ada bermacam-macam pembagian prosedur atau tahapan perkembangan
kegiatan bimbingan, seperti yang akan dijelaskan oleh beberapa pendapat di
34
49. bawah ini. Romlah, (2006:68-83) bahwa kegiatan bimbingan kelompok dibagi
dalam lima tahap perkembangan yaitu: tahap orientasi, tahap pembinaan norma
dan tujuan kelompok, tahap mengatasi pertentangan-pertentangan dalam
kelompok, tahap produktifitas, serta tahap mengakhiri kelompok.
Prayitno (2004:40-60) mengatakan, bahwa pada umumnya ada empat
tahap-tahap perkembangan dalam kegiatan bimbingan kelompok,yaitu tahap
pembentukan, tahap
peralihan, tahap pelaksanaan kegiatan, dan tahap
pengakhiran. Dibawah ini diuraikan prosedur
dari tahap-tahap pelaksanaan
bimbingan kelompok dengan metode psikodrama.
1) Tahap Pembentukan
Secara garis besar gambaran kegiatan dalam tahap pembentukan adalah
pengenalan dan pelibatan diri dalam upaya mempererat kesatuan dalam
kelompok, dimana secara umum ciri-ciri tahap ini adalah :
(a) Dalam
tahap
ini
pada
umumnya
anggota
kelompok
saling
memperkenalkan seluruh anggota kelompok.
(b) Dalam tahap ini peranan pemimpin kelompok hendaknya memunculkan
dirinya sehingga tertangkap oleh para anggota sebagai orang yang benarbenar bisa dan bersedia membantu anggota kelompok mencapai tujuan
mereka.
(c) Ada beberapa tehnik yang dapat digunakan pemimpin kelompok dalam
tahap ini, tehnik-tehnik berguna bagi pengembangan sikap anggota
kelompok yang semula tumbuh secara berlahan, tehnik-tehnik ini antara
35
50. lain : tehnik pertanyaan jawaban, tehnik perasaan dan tanggapan, tehnik
permainan kelompok
2) Tahap persiapan
Dalam pelaksanaan psikodrama ini dilakukan untuk memotivasi anggota
kelompok agar mereka siap berpartisipasi dalam permainan. Corey dalam
Romlah, (2006:111) mengemukakan beberapa cara yang dapat dipakai untuk
menyiapakan kelompok sebagai berikut:
(a) Pemimpin kelompok memberikan uraiaan singkat mengenai hakikat dan
tujuan psikodrama, dan anggota kelompok diminta untuk mengajukan
pertanyaan dalam hal- hal yang belum jelas
(b) Pemimpin kelompok mewawancarai tiga anggota kelompok secara singkat
dalam situasi kelompok.
(c) Anggota kelompok membentuk kelompok- kelompok kecil dan diberi waktu
beberapa menit untuk membicarakan konflik- konflik yang pernah mereka
alami yang ingin mereka kemukakan dalam permainan psikodrama.
3) Tahap Peralihan
Tahap peralihan merupakan jembatan antara tahap pembentukan, tahap
persiapan dalam melakukan teknik psikodrama dan tahap pelaksanaan kegiatan,
ada kalanya jembatan yang ditempuh dengan amat mudah dan lancar, ada kalanya
jembatan yang di tempuh dengan susah payah, dalam keadaan seperti ini
pemimpin kelompok dengan gaya kepemimpinanya yang khas, membawa para
anggotanya meneliti jembatan itu dengan selamat, bila perlu beberapa hal pokok
yang telah diuraikan pada tahap pembentukan seperti tujuan kegiatan kelompok,
36
51. asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan dan sebagainya, diulangi, ditegaskan,
dan dimantapkan kembali.
4) Tahap Pelaksanaan Kegiatan
Tahap ini merupakan inti dari kegiatan bimbingan kelompok karena
pembahasan permasalahan terdapat dalam tahap ini, secara umum ciri-ciri
umumnya nampak dalam tahap ini adalah:
(a) Tahap pelaksanaan kegiatan ini merupakan kelanjutan dari tahap sebelumnya
apa bila tahap sebelumnya berjalan dengan baik maka pada tahap ini akan
berlangsung baik atau lancar.
(b) Dalam tahap ini hubungan antara anggota kelompok tumbuh dengan baik,
saling tukar pengalaman dan penyajian pembukaan diri berlangsung dengan
bebas sehingga dalam tahap ini dinamakan kegiatan kelompok sudah muncul.
(c) Dalam proses kegiatan dimulai dengan pengemukaan permasalahan,
kemudian pemilihan topik permasalahan, dan pembahasan permasalahan.
Dalam tahap pelaksanaan pada psikodrama terdiri dari kegiatan dimana
pemain utama dan pemaian pembantu memperagakan peraminan. Adegan- adegan
dibuat berdasarkan masalah- masalah yang diungkapkan pemeran utama.
Psikodrama biasanya berkembang dari hal- hal yang bersifat permukaan ke arah
hal- hal yang lebih mendalam dan merupakan sumber masalah klien.
5) Tahap Diskusi
Dalam tahap diskusi, para anggota kelompok diminta untuk memberikan
tanggapan dan sumbangan pikiran terhadap permaianan yang dilakukan oleh
37
52. pemeran utama. Tahap diskusi ini penting karena merupakan rangkaiaan proses
perubahan perilaku pemeran utama ke arah keseimbangan pribadi
6) Tahap Pengakhiran
Adalah tahap dimana kegiatan bimbingan kelompok sudah memasuki
pada akhir kegiatan yaitu penyimpulan hasil pembahasan permasalahan, dimana
secara umum mempunyai ciri-ciri kegiatan sebagai berikut :
(a) Memasuki
tahap
pengakhiran
kegiatan
kelompok
dipusatkan
pada
pembahasan tentang apakah para anggota kelompok akan mampu
menerangkan hal-hal yang telah mereka pelajari (dalam suasana kelompok),
pada kehidupan mereka sehari-hari.
(b) Peranan
pemimpin
kelompok
disini
adalah
memberikan
penguatan
(reinforcement) terhadap hasil-hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu.
3. Kerangka Berpikir dan Hipotesis
a.
Kerangka Berfikir
Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting
dalam kehidupan manusia. Percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri
serta memiliki pengharapan yang realistis. Pada kehidupan nyata tidak setiap
orang bisa memiliki kepercayaan diri yang tinggi dengan mudah, oleh karena itu
perlu adanya peningkatan rasa percaya diri. Kepercayaan diri yang rendah dapat
membuat seseorang dihadapkan oleh perasaan ragu, cemas, dan rendah diri yang
menghambat seseorang melakukan sesuatu. Sedangkan rasa percaya diri dapat
memberikan hal positif bagi kejiwaan seseorang sehingga berpengaruh langsung
38
53. kepada individu dalam menjalankan kehidupan karena individu memiliki
keyakinan terhadap kemampuan dirinya
dan kepercayaan diri tidak bisa
disamaratakan dengan aktifitas ke aktifitas lain.
Memiliki kepercayaan diri dapat membawa seseorang dalam keyakinan
terhadap diri sendiri sehingga mampu mengembangkan penilaian yang positif
terhadap diri dan lingkungan. Teknik yang digunakan merupakan alat untuk
mencapai tujuan bimbingan, ada beberapa teknik atau metode yang digunakan
dalam bimbingan kelompok antara lain permainan peran yaitu psikodrama.
Metode psikodrama merupakan teknik yang menarik dan memberikan
pengalaman psikologis bagi peserta didik dimana peserta didik memerankan
situasi-situasi dramatis yang dialami pada waktu lalu dan diatisipasikan akan
dialami pada waktu yang akan datang dengan tujuan memperoleh pengertian yang
mendalam mengenai dirinya dan melepaskan tekanan-tekanan yang dialami atau
katarsis terutama terhadap kepercayaan diri. Kerangka berfikir dapat digambarkan
peneliti sebagai berikut :
39
54. Bagan 1.1
Kerangka Berfikir
Kepercayaan diri yang
rendah
seseorang
dihadapkan oleh perasaan
ragu, cemas dan rendah
diri sehingga menghambat
seseorang
melakukan
sesuatu
Peserta
didik yang
memiliki
kepercayaan
diri rendah
b.
Bimbingan Kelompok
dengan metode
psikodrama
Peserta didik
yang
memiliki
kepercayaan
diri tinggi
Hipotesis
Berdasarkan kajian teori diatas, maka dapat ditentukan hipotesis
penelitian yaitu “ Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok dengan Metode
Psikodrama terhadap Kepercayaan Diri Siswa Kelas XI SMK 1 Negeri kendal
Tahun Pelajaran 2012/2013”.
40
55. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian
1. Penelitian dengan judul “pengaruh bimbingan kelompok dengan metode
psikodrama terhadap kepercayaan diri siswa kelas XII di SMK Negeri 1
Kendal
Kabupaten
Kendal
Tahun
Pelajaran
2013/2014”.
Penelitian
eksperimen yang dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2013, pada
waktu tersebut akan memudahkan peneliti karena proses belajar mengajar
mulai aktif dan mulai tahun ajaran 2013/2014.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Semester I pada bulan Agustus –
September tahun 2013. Adapun jadwal kegiatan penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
Tahun 2013
No
Uraian Kegiatan
1 Penyusunan Proposal
Pelaksanaan Penelitian
April Mei Juni Juli Agustus September
2 Penyusunan Instrumen
3 Pengurusan izin
4 Uji Coba Instrumen
5 Pelaksanaan Penelitian
6 Pengolahan Data
7 Penyusunan Laporan
41
56. B. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (X) dan
Variabel terikat (Y). Dengan memahami kedua variabel penelitian, maka akan
memudahkan peneliti dalam rangka mengumpulkan data. Variabel tersebut antara
lain:
1. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah layanan bimbingan
kelompok dengan metode psikodrama.
2. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah kepercayaan diri.
C. Definisi Operasional Variabel
1. Kepercayaan diri
Kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuan
dirinya sehingga individu mampu mengembangkan sikap positif terhadap
kemampuan dirinya maupun terhadap lingkungan serta situasi yang dihadapi dan
didukung oleh pengalaman, potensi aktual serta harapan yang realistik terhadap
diri sendiri. Kepercayaan diri dapat diukur melalui aspek-aspek kepercayaan diri
yang proposional antara lain : (1) Percaya akan kompetensi atau kemampuan diri,
sehingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun hormat
orang lain. (2) Individu tidak perlu menunjukan sikap konformis dimana individu
selalu menyesuaikan intruksi dari kelompok yang terkadang tidak sesuai dengan
dirinya. (3) Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain dan berani
menjadi diri sendiri. (4) Punya pengendalian diri yang baik dan emosinya stabil.
(5) Memiliki internal locus of control, memandang keberhasilan atau kegagalan,
42
57. bergantung pada usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau
keadaan serta tidak bergantung dan mengharapkan bantuan orang lain. (6)
Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain, dan situasi
di luar dirinya. (7) Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri sehingga
ketika harapan itu terwujud , ia tetap melihat sisi positif dirinya dan situasi yang
terjadi.
2. Bimbingan Kelompok dengan Metode Psikodrama
Bimbingan kelompok dengan metode psikodrama adalah suatu proses
dalam menyelesaikan masalah atau bantuan kepada sekelompok orang dengan
memanfaatkan dinamika untuk pencapaian tujuan tertentu dan didalam bimbingan
kelompok berupaya memecahakan masalah psikis yang dialami oleh individu
melalui penghayatan peran tentang situasi yang dihadapinya guna mengurangi
akibat dari pada ketegangan konflik, sehingga psikodrama akan diperankan oleh
siswa di dalam kelas. Dalam pelaksanaan bimbingan kelompok dengan metode
psikodrama dilakukan dalam enam kali pertemuan dan setiap kelompok terdiri 1213 orang yang dibagi menjadi tiga kelompok. Dimaksudkan agar individu yang
bersangkutan dapat memperoleh pengertian yang lebih baik tentang dirinya, dapat
menemukan konsep dirinya, menyatakan kebutuhan- kebutuhan dan menyatakan
reaksinya terhadap tekanan- tekanan terhadap dirinya dalam keyakinan terhadap
kemampuan dirinya sehingga mampu mengembangkan sikap positif terhadap
kemampuan dirinya dan terhadap lingkungan serta situasi yang dihadapi setetlah
mengikuti kegiatan bimbingan kelompok dengan metode psikodrama.
43
58. D. Metode dan Rancangan Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif dengan
pendekatan pre-eksperimental design One group pretest-posttest design
(Soegeng, 2006: 163). Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan adalah
skala kepercayaan diri siswa.
Sebelum diberikan perlakuan terlebih dahulu dilakukan pengambilan data
awal menggunakan skala kepercayaan diri yang disebut pre-test. Selanjutnya
setelah diberi perlakuan selama lima kali pertemuan, dilakukan kembali
pengambilan data akhir yang disebut post-test. Pengambilan data awal dan akhir
dilakukan guna mengetahui apakah psikodrama berpengaruh dalam kepercayaan
diri siswa.
2. Rancangan Penelitian
Peneliti menggunakan desain penelitian pre eksperimental design dengan
jenis One Group Pre-Test dan Post-test design (Soegeng, 2006:163). Dalam
desain ini subyek dikenakan perlakuan dengan dua kali pengukuran. Pengukuran
pertama dilakukan sebelum psikodrama dan pengukuran kedua dilakukan setelah
psikodrama diberikan kepada subyek penelitian. Desain tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.2
Penelitian Pre-eksperimen Design
One Group Pre-test and Post-test
Pre-test
T1
Perlakuan
X
Post-test
T2
44
59. Keterangan:
T1
: pengukuran pertama kepercayaan diri siswa sebelum diberi
perlakuan yang diukur dengan psikodrama.
: pelaksanaan psikodrama terhadap siswa.
: pengukuran kedua kepercayaan diri pada siswa setelah diberi
perlakuan berupa psikodrama dengan instrumen yang sama denagn
pengukuran yang pertama.
X
T2
Dengan demikian pengukuran dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum
dan sesudah eksperimen dengan menggunakan instrumen yang sama yakni skala
psikologi kepercayaan diri.
Berikut ini tabel materi layanan yang akan diberikan kepada siswa selama
tahap penelitian:
Tabel 3.3
Materi Layanan
No
Indikator
1.
Tidak
terdorong
menunjuk
an sikap
konformis
2.
Memiliki
pengendali
an diri dan
emosi
yang stabil
3.
4.
Topik
Layanan
Menjadi
pribadi
yang
menarik
Waktu
Tujuan
45
menit
Setelah mendapatkan layanan
ini, siswa dapat mengetahui dan
memahami tentang bagaimana
menjadi pribadi yang menarik
sesuai dengan dirinya sendiri
Mengenda
likan
emosi
45
menit
Siswa dapat mengetahui dan
memahami tentang jenis-jenis
emosi dan cara mengarahkan
emosi
Memiliki
cara
pandang
yang
positif
Berfikir
positif
45
menit
Siswa diharapkan memahami
cara berfikir positif dan dapat
memecahkan masalah yang
muncul dari cara berfikir positif
Memiliki
harapan
yang
realistik
Harapan
yang
realistik
45
menit
Siswa dapat mengetahui dan
memahami tentang bagaimana
menetapkan tujuan yang rasional
dan realistik agar dapat terwujud
sesuai dengan kemampuan yang
45
60. dimiliki.
5.
Cara
Meningkat
kan
Kepercaya
an Diri
Cara
Meningkat
kan
Kepercaya
an Diri
45
menit
Siswa
dapat
memahami
pentingnya
memiliki
rasa
percaya diri yang proposional
dan dapat meningkatkan rasa
percaya diri dengan baik
E. Populasi, sampel dan sampling
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah kelas XII di SMK Negeri 1 Kendal
Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 397 siswa
(Arikunto, 2010: 173).
Tabel 3.4
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Sebaran Populasi Penelitian
Kelas
XII TPPPP
XII Multi Media
XII Akuntansi I
XII Akuntansi II
XII Akuntansi III
XII Busana Butik I
XII Busana Butik II
XII Administrasi Perkantoran I
XII Administrasi Perkantoran II
XII Perbangkan Syariah
XII Pemasaran Ekonomi
Jumlah Total
Siswa
31
36
36
37
36
39
39
37
36
36
34
397
2. Sampel
Menentukan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara undian.
Peneliti mengacak kelas dengan cara undian gulungan kertas yang diberi nomor
pada salah satu kertas. Kelas yang mendapat gulungan kertas yang bernomor
46
61. yang akan dijadikan sebagai sampel (Arikunto, 2010: 174). Hasil dari undian
tersebut adalah kelas XII VII yang berjumlah 37 siswa.
3. Sampling
Menurut Sugiyono (2010: 121) teknik sampling adalah merupakan teknik
pengambilan sampel. Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik
cluster random sampling. Cluster random sampling dilakukan dengan cara
undian. Peneliti mengacak kelas dengan cara undian gulungan kertas yang diberi
nomor pada salah satu kertas. Kelas yang mendapat gulungan kertas yang
bernomor yang akan dijadikan sebagai sampel (Arikunto, 2010: 185).
F. Teknik Pengumpulan Data
Agar dalam penelitian ini dapat mengungkap data, digunakan teknik
pengumpulan data berupa skala psikologi. Metode ini digunakan untuk
mengungkap variabel terikat. Sebagai alat ukur, skala psikologi memiliki
karakteristik
khusus
yang
membedakannya
dari
berbagai
bentuk
alat
pengumpulan data yang lain seperti angket, daftar isian, inventori dan lainlainnya. Istilah skala lebih banyak dipakai untuk menamakan alat ukur aspek
afektif, selanjutnya skala psikologi selalu mengacu kepada alat ukur aspek atau
atribut afektif.
Karakteristik skala psikologi. (a) Stimulusnya berupa pertanyaan atau
pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak di ukur
melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan. (b)
Dikarekan atribut psikologi diungkap secara tidak langsung lewat indikator-
47
62. indikator perilaku sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk
item-item, maka skala psikologi selalu berisi banyak item. (c) Respon subjek
tidak diklasifikasikan sebagai jawaban ”benar” atau ”salah”. Semua jawaban
dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan
skala psikologis. Penggunaan skala psikologis dalam penelitian ini, dimasukkan
untuk memperoleh informasi tentang pengaruh layanan bimbingan kelompok
dengan metode psikodrama terhadap kepercayaan diri siswa kelas XII di SMK
Negeri 1 Kendal Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2013/2014. Skala yang
diberikan berupa pernyataan – pernyataan yang disertai alternative jawaban,
sehingga responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan keinginan dan
keadaan dirinya.
Menurut Azwar (2006: 3) skala psikologis selalu mengacu pada alat ukur
aspek atau atribut afektif. Pola pernyataan skala psikologis yang diberikan
merupakan stimulus yang tertuju pada indikator yang memancing jawaban tentang
refleksi diri dari keadaan diri subjek yang biasanya tidak disadari oleh yang
bersangkutan.
Skala psikologis yang digunakan untuk mengungkap kepercayaan diri
pada siswa adalah skala kepercayaan diri yang dikembangkan peneliti sendiri
berdasarkan indikator kepercayaan diri.
48
63. Tabel 3.5
Kisi-Kisi Try Out Instrumen Penelitian
Skala Kepercayaan Diri
Indikator
Positif
Negatif
Jumlah item
A. Percaya akan kompetensi
atau kemampuan diri
1, 15,29
8, 22, 36
6
B. Tidak
9, 23, 27
2, 16, 30
6
3, 17, 31
10, 24, 38
6
11, 25, 39
4, 18, 32
6
5, 19, 33
12, 26, 40
6
13, 27, 41
6, 20, 34
6
7, 21, 35
14, 28, 42
6
C.
D.
E.
F.
G.
terdorong
sikap
menunjukan
konformis
Berani menerima dan
menghadapi
penolakan
dari orang lain
Memiliki pengendalian
diri
Memiliki internal locus
of control
Mempunyai cara pandang
yang positif
Memiliki harapan yang
realistik
Jumlah
42
Skala psikologis kepercayaan diri dijabarkan menjadi 42 item pernyataan
yang mengacu pada indikator yang ada. Skor penilaian skala psikologis
kepercayaan diri memiliki empat alternative jawaban yaitu : (a) Sangat setsuai, (b)
Sesuai, (c) Tidak sesuai, (d) Sangat tidak sesuai. Untuk keperluan analisis
kuantitatif, maka jawaban yang telah ditentukan untuk pernyataan maupun
pertanyaan positif dapat diberi skor: (a) Sangat sesuai diberi skor 4, (b) Sesuai
diberi skor 3, (c) Tidak sesuai diberi skor 2, (d) Sangat tidak sesuai diberi skor 1.
Sedangkan jawaban yang ditentukan untuk pernyataan maupun pertanyaan negatif
dapat diberi skor: (a) Sangat sesuai diberi skor 1, (b) Sesuai diberi skor 2, (c)
Tidak sesuai diberi skor 3, (d) Sangat tidak sesuai diberi skor 4.
49
64. Tabel 3.6
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Skala Kepercayaan Diri Pre Test-Post Test
Indikator
Positif
Negatif
Jumlah
item
A. Percaya akan kompetensi atau
kemampuan diri
1, 15,29
8, 22, 36
6
B. Tidak terdorong menunjukan
23, 27
2, 16
4
3, 17
10, 24,
38
5
11, 25
32
3
5, 19
12, 26,
40
5
13
20, 34
3
7, 21, 35
28, 42
5
sikap konformis
C. Berani
menerima
dan
menghadapi penolakan dari
orang lain
D. Memiliki pengendalian diri
E.
Memiliki internal locus of
control
F. Mempunyai
cara pandang
yang positif
G. Memiliki
harapan
yang
realistik
Jumlah
31
Selanjutnya distribusi pemberian skor skala kepercayaan diri siswa dan
kisi-kisi skala kepercayaan diri dapat dilihat pada tabel 3.7:
Pernyataan
Positif
Negatif
Tabel 3.7
Skor skala psikologis Kepercayaan Diri
Penilaian skor
SS
S
TS
4
3
2
1
2
3
STS
1
4
Instrumen yang baik harus mempunyai dua persyaratan yang penting
yaitu valid dan reliabel. Menentukan validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan
dengan cara uji validitas dan reliabilitas.
a. Uji Validitas Instrumen
50
65. Validitas adalah suatu ukuran yang menunujkkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid memiliki
validitas rendah (Arikunto, 2010: 211).
Untuk menguji validitas butir soal dilakukan dengan menggunakan rumus
korelasi product moment angka kasar:
rxy
N XY ( X )( Y )
{N X 2 ( X )2}{N Y 2 ( Y )2}
Keterangan :
Rxy
: koefisien korelasi antara x dan y
N : jumlah subyek
∑X : jumlah skor masing-masing item
∑Y : jumlah skor total
∑X2
: jumlah kuadrat skor item
∑Y2
: jumlah kuadrat skor total
∑XY
: jumlah perkalian skor item (X) dan skor total (Y)
(Arikunto,2010:213)
Penelitian ini menggunakan taraf signifikansi sebesesar 5%. Analisis butir
dilakukan untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal dalam instrumen yaitu
dengan cara skor yang ada dalam butir soal dikorelasikan dengan skor total,
kemudian dibandingkan pada traf signifikansi 5 %. Apabila r hitung> rtabel, maka
alat ukur tersebut adalah valid. Selanjutnya hasil rekapitulasi validitas dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut:
51
67. Dari tabel product moment untuk N = 35 pada taraf signifikansi 0,05
diperoleh rtabel sebesar 0,334. Dikarenakan rhitung > rtabel (0,381 > 0,334), dengan
demikian butir skala nomor 1 adalah dinyatakan valid.
Butir pernyataan yang dinyatakan tidak valid adalah butir instrumen 4,6, 9,
14, 18, 27, 30, 31, 33, 39, 41. Adapun butir pernyataan yang dinyatakan valid
adalah:1,2,3,5,7,8,10,12,13,15,16,17,19,20,21,22,23,24,25,26,28,29,32,33,34,35,3
6,37,3840,42. Untuk butir pernyataan skala psikologis yang dinyatakan valid
selanjutnya akan di uji reliabilitasnya, dan yang dinyatakan tidak valid akan
dihilangkan karena indikatornya sudah terwakilkan pada butir pernyataan yang
valid.
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik
(Arikunto,2010:221). Untuk menguji reliabilititas tes akan digunakan rumus
Alpha yaitu:
r11
k
σb2
σt2
Keterangan :
: reliabilitas instrumen
: banyaknya butir pertanyaan / banyaknya soal
: jumlah varians skor tiap-tiap butir
: varians total
(Arikunto, 2010: 231)
53
68. Jika nilai r11> r tabel, maka variabel tersebut reliabel.
1. Menghitung Varian butir
2
( ΣX
σb 2
( ΣX )2
)
N
-
=
536
=
N
Dan seterusnya sampai 42 butir
Maka jumlah semua varian butir=
Σσb2
2.
=
=
0.194
27.363
+
0.154
+
)
(
138
36
36
........
..
..
..
..
+
2
=
0.194
0.4969
Menghitung varians total
σt 2
= Variansitotal
( ΣY2
σt 2
7205
5
4
( ΣY )2
)
-
N
=
N
3. Menghitung reliabilitas alpha :
(1
k
r11
=
k-1
=
Σ σb2
σt 2
)
27.363
150.052
0.182
)
(
1
=
=
42
41
1.024
=
=
1.024
0.838
(1
0. 8
1
8
)
54
-
)
(
36
5074
36
2
=
150.052
69. Dari tabel product moment untuk N = 35 pada taraf signifikansi 0,05
diperoleh rtabel sebesar 0,334. Dikarenakan nilai r11 (0,878) > rtabel (0,334), maka
skala kepercayaan diri siswa dinyatakan reliabel.
Teknik Analisis Data
Teknik analisa data merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengolah
data hasil penelitian guna memperoleh kesimpulan. Untuk menganalisa data
digunakan metode statistik yaitu cara-cara ilmiah yang dipersiapkan untuk
mengumpulkan menyusun, menyajikan, dan menganalisa data penyelidikan yang
berwujud angka-angka (Arikunto, 2010: 281).
Menurut Arikunto (2010: 349) untuk menganalisa hasil eksperimen yang
menggunakan pre-test dan post-test one group design yaitu menggunakan uji-t
dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Md
: Mean dari perbedaan pre-test dengan post-test(posttest-pretest)
Xd
: Deviasi masing-masing subjek (d-Md)
∑x2d
: jumlah kuadrat deviasi
N
: subjek pada sampel
d.f
: ditemtukan dengan N-
Apabila hasil Ho= t hitung < t tabel pada taraf signifikan 5% maka (Ho) gagal
ditolak dan Ha diterima, sehingga hipotesis yang berbunyi “layanan bimbingan
kelompok dengan metode psikodrama tidak berpengaruh dalam meningkatkan
kepercayaan diri siswa kelas XII SMK Negeri 1 Kendal Tahun Pelajaran
55
70. 2013/2014” ditolak. Jika t
hitung
≥ maka (Ho) ditolak dan (Ha) diterima sehingga
hipotesis berbunyi “layanan bimbingan kelompok dengan metode psikodrama
berpengaruh dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa kelas XII SMK Negeri 1
Kendal Tahun Pelajaran 2013/2014”.
56
71. BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini dipaparkan tentang hasil penelitian yang telah dilaksanakan,
analisis data beserta pembahasanya. Hasil penelitian ini diperoleh dari penelitian
yang dilaksanakan di SMK Negeri 1 Kendal tahun pelajaran 2013/2014.
A. Deskripsi Data
Deskripsi data merupakan upaya peneliti untuk memperoleh pemahaman
lebih lanjut tentang variabel penelitian. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan
penelitian memerlukan dukungan data yang akurat. Untuk memperoleh data
penelitian, langkah selanjutnya adalah dengan memberikan pretest. Untuk dapat
menentukan kriteria kepercayaan diri siswa maka skor diklasifikasikan.
Kelas interval disusun berdasarkan skor total tertinggi apabila semua
dijawab dengan pilihan jawaban sangat sesuai, maka mempunyai skor total
tertinggi 124 (4x31) dan skor total terendah apabila semua dijawab dengan pilihan
jawaban sangat tidak sesuai, maka mempunyai skor total terendah 31 (1x31).
Skor total terendah dan skor total tertinggi skala kepercayaan diri siswa tersebut
digunakan untuk menentukan kelas interval dengan rumus sebagai berikut:
Skor tertinggi – skor terendah
Kelas interval =
4 (empat) kategori
=
124 31
= 23,25 = 23
4
57
72. Berdasarkan kelas interval skor tersebut dengan panjang kelas interval 23
dapat disusun menjadi empat kategori distribusi bergolong yaitu: kelas interval
31-53 termasuk kategori sangat rendah, kelas interval 54-77 termasuk kategori
rendah, kelas interval 78-101 termasuk kategori tinggi dan kelas interval 102-124
termasuk kategori sangat tinggi. Berikut adalah distribusi bergolong yang dapat
dilihat pada tabel:
Tabel 4.1
Kategori Distribusi Bergolong
Kelas
Interval
102-124
78-101
54-77
31-53
Kategori
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
Sangat Rendah
Berikut adalah rekapitulasi hasil pretest yang telah diberikan pada siswa:
Tabel 4.2
Rekapitulasi Hasil Pretest
Perhitungan Uji t Pretest-Postest
Subjek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Pretest
73
75
72
78
74
74
76
73
71
81
83
81
72
Kriteria
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
58
Postest
80
84
75
82
76
79
81
76
76
89
91
84
81
Kriteria
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
74. Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Pretest Kepercayaan Diri
Kelas interval
Frekuensi
102-124
78-101
54-77
31-53
Jumlah
Prosentas
e
5,40 %
35,15 %
51,35 %
8,10 %
100 %
2
13
19
3
37
Kategori
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
Sangat Rendah
Dari tabel di atas dapat dilihat hasil pretes skala tentang Kepercayaan Diri.
Data menunjukan bahwa skor pada kelas interval 31 - 53 ada tiga siswa yang
termasuk pada kategori sangat rendah atau 8,1 %, urutan kedua pada kelas interval
54 - 77 sebanyak 19 siswa atau 51,3 % berada pada kategori rendah, urutan pada
kelas interval 78 – 101 sebanyak 13 siswa atau 35,1 % berada pada kategori
tinggi, dan urutan pada kelas interval 102 – 124 sebanyak tiga siswa atau 5,4 %
pada kategori sangat tinggi.
Apabila dilihat dari rata-rata hasil analisis pre tes skala kepercayaan diri
sebebsar 75,72, maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan kepercayaan
diri yang ada pada siswa kelas XII SMK Negeri 1 Kendal Tahun Pelajaran
2013/2014 berada pada kategori rendah. Untuk selengkapnya dapat dilihat dalam
grafik batang berikut ini.
60
75. Grafik 4.1: Grafik Batang Pre Test Kepercayaan Diri
Berdasarkan data yang sudah diperoleh dalam pre-test peneliti berkeinginan
untuk
mengupayakan
apakah
metode
psikodrama
dapat
mempengaruhi
kepercayaan diri siswa yang rendah dapat berubah menjadi lebih baik. Dalam hal
ini peneliti melakukan beberapa langkah yang harus dilakukan dengan
memberikan layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan metode
psikodrama terhadap kepercayaan diri siswa yang sebelumnya tidak diterapkan
dalam pemberian bimbingan. Melalui pemberian layanan bimbingan kelompok
dengan metode psikodrama ini diharapkan kepercayaan diri dengan klasifikasi
rendah dapat berubah menjadi kepercayaan diri dengan klasifikasi tinggi atau
sangat tinggi.
61
76. Pelaksanaan bimbingan kelompok dilaksanakan pada bulan Agustus –
September 2013/ 2014. Berikut ini jadwal pelaksanaan bimbingan kelompok:
Tabel 4.4
No
Rekapitulasi Jadwal Penelitian
Hari/Tanggal
Kegiatan
1
Try Out
Kamis, 25 Juli 2013
Menyebarkan skala
psikologis kepercayaan
diri kelas XII PS
2
Pre Test
Kamis, 15 Agustus
2013
3
Pertemuan I
4
Pertemuan I
5
Pertemuan I
6
Pertemuan II
7
Pertemuan II
8
Pertemuan II
9
Pertemuan
III
Pertemuan
III
Pertemuan
III
Kamis, 22 Agustus
2013
(Kelompok I)
Jum’at, 23 Agustus
2013
(Kelompok II)
Sabtu, 24 Agustus
2013
(Kelompok III)
Senin, 26 Agustus
2013 (Kelompok I)
Selasa, 27 Agustus
2013
(Kelompok II)
Rabu, 28 Agustus
2013
(Kelompok III)
Kamis, 29 September
2013(Kelompok I)
Jum’at, 30 September
2013 (Kelompok II)
Sabtu, 31 September
2013
(Kelompok III)
Kamis, 5 September
2013
(Kelompok I)
Jum’at, 6 September
2013
Menyebarkan skala
psikologis kepercayaan
diri kelas XII AP 1
Topik: Menjadi Pribadi
yang Menarik
10
11
12
Pertemuan
IV
13
Pertemuan
IV
62
Keterangan
Topik: Menjadi Pribadi
yang Menarik
Topik: Menjadi Pribadi
yang Menarik
Topik: Mengendalikan dan
mengarahkan emosi
Topik: Mengendalikan dan
Mengarahkan Emosi
Topik: Mengendalikan dan
Mengarahkan Emosi
Topik: Berfikir Positif
Topik: Berfikir Positif
Topik: Berfikir Positif
Topik: Harapan yang
Realistik
Topik: Harapan yang
Realistik
77. 14
Pertemuan
IV
15
Pertemuan V
16
Pertemuan V
17
Pertemuan V
18
Post Test
(Kelompok II)
Sabtu, 7 September
2013
(Kelompok III)
Kamis, 12 September
2013(Kelompok I)
Jum’at, 13 September
2013
(Kelompok II)
Sabtu, 14 September
2013
(Kelompok III)
Senin, 16 September
2013
Topik: Harapan yang
Realistik
Topik: Cara Meningkatkan
Kepercayaan Diri
Topik: Cara Meningkatkan
Kepercayaan Diri
Topik: Cara Meningkatkan
Kepercayaan Diri
Mengisi skala psikologis
Kepercayaan Diri
Dari analisis deskriptif hasil posttest diperoleh skor terendah 53, skor
tertinggi 107, dan rata-rata perolehan skor 81,29. Maka dapat disimpulkan bahwa
perolehan hasil posttest menunjukan tingkat kepercayaan diri siswa termasuk
dalam kategori tinggi. Selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Posttest Kepercayaan Diri
Kelas
Frekue
Prosenta
Kategori
interv
nsi
se
al
102-124
2
5,4 %
Sangat Tinggi
78-101
23
62,1 %
Tinggi
54-77
11
29,7 %
Rendah
31-53
1
2,7 %
Sangat Rendah
Jumlah
37
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui hasil post test skala kepercayaan diri.
Data menunjukan bahwa skor pada kelas interval 102-124 sebanyak dua siswa
atau 5,4 % termasuk pada kategori sangat tinggi, skor terbanyak pada urutan
kedua pada kelas interval 78-101 sebanyak 23 siswa atau 62,1 % berada pada
kategori tinggi, pada kelas interval 54-76 dengan kategori rendah sebanyak 11
63
78. siswa atau 29,7 % selanjutnya ada satu siswa pada kelas interval antara 31-53
pada kategori sangat rendah atau 2,7 %. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat
bahwa setelah mendapatkan perlakuan layanan bimbingan kelompok melalui
psikodrama skor rata-rata kepercayaan diri menjadi lebih baik.
Apabila dilihat dari rata-rata hasil analisis data post tes skala
kepercayaan diri sebesar 81,29, maka dapat disimpulkan bahwa secara
keseluruhan kepercayaan diri yang ada pada siswa kelas XII AP 1 SMK Negeri 1
Kendal tahun pelajaran 2013/2014 berada pada kategori tinggi. Untuk
selengkapnya dapat dilihatdalam grafik batang berikut ini:
Grafik 4.2. Grafik Batang Post Test Kepercayaan Diri
Bila dilihat dari hasil pretest rata-rata perolehan skor kepercayaan diri
sebesar 75,72 , sedangkan hasil posttest rata-rata perolehan skor kepercayaan diri
sebesar 81,29. Dapat disimpulkan bahwa perolehan hasil posttest lebih tinggi
dibandingkan hasil pretest dengan selisih skor 6. Selanjutnya dapat dilihat pada
grafik 4.3.
64