SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
BAB 2

                                    TINJAUAN PUSTAKA



2.1.   GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

2.1.1. Obyek Penelitian

       Obyek yang dijadikan bahan penelitian adalah Bandara Internasional Soekarno- Hatta

yang terletak di propinsi Banten.




                           Gambar 2.1 Peta Lokasi Obyek Penelitian
2


    a. Data Teknis Bandar Udara (Wikipedia, 2006)

          •   Lokasi : Tangerang, Banten

          •   Luas    : 18 ribu hektar (Meliputi lima kecamatan, Neglasari, Benda,

              Rawabokor, Kosambi dan Teluk Naga)

          •   Luas Area Parkir:

                      Terminal I : 64.128 m² (Dapat menampung 2.410 mobil)

                      Terminal II : 51.330 m² (Dapat menampung 2.700 mobil)

          •   Jarak dari Jakarta: 12 km (7 mil)

          •   Posisi :06°07´32"S, 106°39´21"T

          •   Elevasi : 10m (32 kaki)

    b. Fasilitas Bandar Udara

              Pada Bandara Internasional Soekarno-Hatta, terdapat beberapa fasilitas

       yang terbagi sebagai berikut:

          •   Fasilitas Utama, yang terdiri dari 2 buah terminal (Terminal 1 & 2)

              dengan 6 sub terminal (Sub Terminal A-F), landas pacu, apron, taxiway,

              daerah kargo, pemadam kebakaran, ATC (Air Traffic Control).

          •   Fasilitas Penunjang, yang terdiri dari layanan bagasi, tempat parkir,

              layanan catering, bea & cukai, pengisian bahan bakar, kantor imigrasi,

              pusat kesehatan, kantor polisi, pusat karantina hewan, tumbuhan, dan

              ikan.

          •   Fasilitas Komersil, yang terdiri dari restoran, hotel bandara, lapangan

              golf, ATM, bank, penukaran uang, dan toko-toko.
3




              Gambar 2.2. Terminal pada Bandara Internasional Soekarno-Hatta



    c. Data Perusahaan Penerbangan

               Adapun perusahaan penerbangan yang menggunakan fasilitas pada

       Bandara Internasional Soekarno-Hatta adalah sebagai berikut :

          •    Terminal 1 (domestik) digunakan oleh Merpati Nusantara Airlines, Lion

               Air, Adam Air, Bouraq, Mandala Airlines, Sriwijaya Air, Indonesia Air

               Asia, Wings Air, Batavia Air, Jatayu Airlines, dan Citilink

          •    Terminal 2 (mancanegara dan domestik) digunakan oleh Cathay Pacific,

               EVA Air, Garuda Indonesia, Gulf Air, KLM, Lufthansa, Malaysia

               Airlines, Qantas, Singapore Airlines, Air Asia, Valu Air, dan Royal

               Brunei Airlines.
4


    2.2.     BANDAR UDARA

    2.2.1. Pengertian Bandar Udara

             Adapun pengertian Bandar udara menurut beberapa sumber adalah sebagai

    berikut:

        a.     Menurut International Civil Aviation Organization, bandar udara adalah area

             tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan)

             yang diperuntukkan, baik secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan,

             keberangkatan dan pergerakan pesawat.

        b. Menurut PT (Persero) Angkasa Pura, bandar udara adalah lapangan udara,

             termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal

             untuk menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat.

        c. Bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan

             lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan bongkar muat kargo atau

             pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai

             tempat perpindahan antar moda transportasi.



    2.2.2. Klasifikasi Bandar Udara

             Secara umum bandar udara dapat digolongkan dalam beberapa tipe menurut

    kriteria yang disesuaikan dengan keperluan penggolongannya, yaitu :

        a. Berdasarkan karakter fisiknya, bandar udara dapat digolongkan menjadi seaplane

             bases, heliports, STOL port, dan bandara konvensional.
5


       b. Berdasarkan pengelolaan dan penggunaannya, bandar udara dapat digolongkan

            menjadi dua, yakni bandar udara umum yang dikelola oleh pemerintah untuk

            penggunaan secara umum maupun militer, atau bandar udara swasta/pribadi yang

            dikelola dan digunakan untuk kepentingan pribadi atau perusahaan swasta

            tertentu.

       c. Berdasarkan aktivitasnya, bandar udara dapat digolongkan menurut jenis pesawat

            terbang yang beroperasi (enplanements) serta menurut karakteristik operasinya

            (operations).

       d. Berdasarkan fasilitas yang tersedia, bandar udara dapat dikategorikan menurut

            jumlah runway yang tersedia, alat navigasi yang tersedia, kapasitas hanggar, dan

            lain sebagainya.

       e.   Berdasarkan tipe perjalanan yang dilayani, bandar udara dapat digolongkan

            menjadi Bandar udara internasional, Bandar udara domestik, dan gabungan

            antara keduanya.

            Di Indonesia, klasifikasi bandara sesuai dengan          Keputusan Menteri

    Perhubungan No. 36 Tahun 1993 didasarkan pada beberapa kriteria berikut ini :

       a. Komponen jasa angkutan udara

       b. Komponen pelayanan keselamatan dan keamanan penerbangan

       c. Komponen daya tampung bandar udara (landasan pacu dan tempat parkir

            pesawat)

       d. Komponen fasilitas keselamatan penerbangan (fasilitas elektronika dan listrik

            yang menunjang operasi fasilitas keselamatan penerbangan)

       e. Komponen status dan fungsi bandar udara dalam konteks keterkaitannya dengan

            lingkungan sekitarnya.
6


    2.2.3. Bagian-bagian Bandar Udara

           Secara umum bandar udara dibagi menjadi 2 bagian yaitu sisi udara (air side)

    dan sisi darat (land side) yang dipisahkan oleh terminal. Adapun bagian-bagian dari

    bandar udara adalah sebagai berikut :

       a. Landasan pacu

           Landasan pacu adalah bagian airside dari lapangan terbang yang digunakan

           pesawat terbang untuk lepas landas atau mendarat.

       b. Bahu landasan pacu (runway shoulder)

           Bahu landasan pacu adalah daerah yang berdampingan dengan pinggiran

           perkerasan sehingga merupakan transisi dari perkerasan dengan permukaan tanah

           sekitarnya.

       c. Runway strips

           Runway strips adalah daerah yang sudah ditentukan, termasuk landasan pacu dan

           stopway, yang dimaksudkan untuk memperkecil resiko kerusakan pada pesawat

           yang keluar dari landasan pacu dan melindungi pesawat yang terpaksa meluncur

           di atasnya pada waktu operasi landas atau mendarat.

       d. Runway end safety area

           Runway end safety area adalah daerah perpanjangan landasan pacu dan terletak

           pada ujung strips, dan dimaksudkan untuk memperkecil resiko kerusakan

           pesawat apabila terjadi overrunning dari landasan pacu.

       e. Clearway

           Clearway adalah daerah di darat atau di atas air yang disediakan sebagai bagian

           dari jarak lepas landas yang layak dipakai sebuah pesawat terbang untuk

           mencapai ketinggian tertentu.
7


    f. Stopway

       Stopway adalah bagian dari landasan pacu yang terletak di ujung dan

       dimaksudkan untuk menampung pesawat yang terpaksa membatalkan take off

       karena adanya kerusakan pada mesin. Bagian ini diijinkan mempunyai

       perkerasan yang lebih lemah daripada landasan pacu.

    g. Taxiway

       Taxiway adalah daerah yang berfungsi untuk menyediakan akses antara landasan

       pacu, daerah terminal dan hanggar.

    h. Apron

       Apron adalah daerah tertentu dalam lapangan terbang yang digunakan untuk

       naik/turun penumpang, bongkar muat kargo atau surat, pengisian bahan bakar,

       parkir dan pemeliharaan atau pelayanan pesawat tanpa mengganggu lalu-lintas

       lapangan terbang.

    i. Terminal

       Terminal adalah bagian yang menghubungkan sisi udara dan bagian lain dalam

       lapangan terbang yang berfungsi sebagai gerbang akses penumpang, proses

       keberangkatan dan kedatangan penumpang penerbangan dan penyaluran

       penumpang ke /dari pesawat.

    j. Obstacle Restriction

       Obstacle Restriction adalah daerah sekitar lapangan terbang yang dikenakan

       batas halangan agar pesawat terbang dapat beroperasi dengan aman.
8


    2.2.4. Pengertian Terminal

           Menurut beberapa ahli transportasi, terminal transportasi secara umum memiliki

    pengertian sebagai berikut :

       a. Terminal merupakan tempat awal dan akhir dari operasi transportasi atau trayek,

           dan tempat pergantian moda atau rute (interchange) termasuk fasilitas pelayanan

           pemeliharaan sarana transportasi. ( Sri Hendarto, 2001)

       b. Terminal merupakan titik dimana penumpang atau barang masuk dan keluar dari

           obyek-obyek yang akan diangkut. (Edward K Morlok, 1991)

       c. Terminal merupakan tempat menyediakan akses kendaraan, dan kemudahan

           perpindahan atau pergantian moda angkutan udara sebagai simpul dari lalulintas

           dimana penumpang dapat bertemu dengan sistem transportasi untuk diangkut

           atau berpindah ke kendaraan lain. (Warpani Suwarjoko, 1990)

       d. Terminal adalah titik simpul terjadinya pemutusan arus dalam suatu sistem yang

           merupakan prasarana angkutan, tempat pengawasan dan pengoperasian sistem

           angkutan penumpang atau barang, unsur tata ruang yang mempunyai peranan

           penting bagi efisiensi kehidupan wilayah dan lingkungan, serta perpindahan intra

           atau antar moda transportasi. (Dit. Jend. Perhubungan Darat)



    2.2.5. Fungsi Terminal Udara

           Secara umum terminal udara memiliki fungsi utama sebagai berikut :

       a. Tempat perubahan moda

       b. Tempat pemrosesan penumpang atau barang

       c. Tempat perubahan tipe pergerakan

       d. Sebagai pemisah antara sisi udara dan sisi darat
9


    2.2.6. Fasilitas Terminal Udara

        Secara umum, fasilitas yang harus ada di terminal pada sebuah bandar udara terdiri

        dari :

        a.     Fasilitas pemrosesan penumpang atau barang, seperti fasilitas untuk check in,

               tempat pelayanan fiskal, fasilitas untuk klaim bagasi, fasilitas pembelian tiket,

               dll.

        b. Area ruang tunggu yang meliputi kamar mandi, telepon umum, layanan P3K,

               kantor pos, informasi, dan fasilitas-fasilitas komersial.

        c. Fasilitas untuk pergerakan di dalam terminal, seperti eskalator,

        d. Fasilitas penerbangan dan aktivitas pendukungnya yang meliputi kantor

               penerbangan, fasilitas trolley, kantor manajer penerbangan, kantor staff

               keamanan, kantor pemerintah, dll.



    2.3.       PEMODELAN TRANSPORTASI

    2.3.1. Tahapan Pemodelan Transportasi (4 Step Modelling)

               Secara umum tahapan pemodelan transportasi (4 Step Modelling) terdiri dari :

           •   Bangkitan Perjalanan

           •   Sebaran Perjalanan

           •   Pemilihan Moda

           •   Pembebanan Perjalanan
10


     a.   Bangkitan Perjalanan

                 Bangkitan perjalanan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan

          jumlah perjalanan yang berasal dari satu zona atau tata guna lahan dan jumlah

          pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona. Pergerakan lalulintas

          merupakan fungsi tata guna lahan yang menghasilkan pergerakan lalulintas.

          Bangkitan perjalanan ini meliputi :

             •   Lalulintas yang meninggalkan zona (Trip Production)


             •   Lalulintas yang menuju atau tiba ke suatu zona (Trip Attraction)




                          i                                             j


          (a) Pergerakan yang berasal dari zona i        (b) Pergerakan menuju ke zona j

                         Gambar 2.3. Bangkitan dan Tarikan Perjalanan



                 Terdapat banyak       faktor yang       mempengaruhi terbangkitnya        atau

          tertariknya perjalanan dari atau ke zona tertentu. Untuk memperhitungkan semua

          faktor tersebut dibutuhkan begitu banyak data dan sumber daya komputer yang

          mungkin tidak dapat disediakan.

                 Untuk        menyederhanakan        spesifikasinya,        Bruton    (1970)

          mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi bangkitan perjalanan

          tersebut ke dalam 3 (tiga) golongan, yaitu :

             •   Pola dan intensitas tata guna lahan dan perkembangannya di daerah studi
11


        •   Karakteristik sosio-ekonomi populasi pelaku perjalanan di dareah studi

        •   Kondisi dan kapabilitas sistem transportasi yang tersedia di daerah studi

            dan skema pengembangannya

            Seperti    pemodelan      lainnya,    dalam    melakukan      pemodelan

     bangkitan/tarikan perjalanan perlu ditinjau seberapa jauh penggunaan model

     yang akan dihasilkan. Hal tersebut menjadi penting karena akan mempengaruhi

     jenis model yang akan dibuat. Lebih jauh lagi akan mempengaruhi kebutuhan

     data yang harus dikumpulkan dan waktu yang diperlukan.

            Jenis model bangkitan/tarikan dapat dikelompokkan menjadi ;

        •   Menurut zona tinjauan, perbedaan model bangkitan/tarikan menurut

            zona tinjauan adalah pada spesifikasi modelnya, kelompoknya adalah

            model     bangkitan/tarikan   untuk    zona    homogen      dan    model

            bangkitan/tarikan untuk zona heterogen. Zona homogen mengacu pada

            zona dengan jenis guna lahan yang seragam (contoh: zona perkantoran,

            pertokoan, sekolah, dll) dan sebaliknya untuk zona heterogen. Contoh

            untuk zona heterogen adalah zona-zona yang menggunakan batas

            administrasi sebagai batas zonanya.

        •   Menurut keluaran model, terdapat beberapa alternatif menyangkut

            keluaran model yang diinginkan, baik dari jenis keluaran maupun

            besarannya. Jenis keluaran yaitu menurut bangkitan, tarikan dan trip ends

            (total bangkitan dan tarikan). Sedangkan menurut besaran misalnya

            berupa orang atau penumpang, kendaraan (menurut jenisnya), satuan
12


            mobil penumpang (smp), barang (dalam satuan berat) per satuan waktu

            tertentu (jam, hari, tahun, dll).

        •   Menurut asal perjalanan, dibedakan menjadi model bangkitan/tarikan

            home based dan non-home based.

        •   Menurut maksud perjalanan (trip purpose), pada beberapa studi

            transportasi akhir-akhir ini, dilakukan pemodelan bangkitan/tarikan

            perjalanan yang memisahkan masing-masing maksud perjalanan. Hal

            tersebut dilakukan karena sifat dari perjalanan berbeda-beda menurut

            maksudnya, baik dari jumlah maupun waktu terjadinya bangkitan/tarikan

            tertinggi.

            Hasil keluaran dari perhitungan bangkitan dan tarikan lalulintas berupa

     jumlah kendaraan, orang atau angkutan barang per satuan waktu. Bangkitan

     lalulintas sangat tergantung pada dua aspek tata guna lahan, yaitu :

        •   Jenis tata guna lahan

                     Jenis tata guna lahan yang berbeda (pemukiman, pendidikan, dan

            komersil) mempunyai ciri bangkitan lalulintas yang berbeda :

            -   Jumlah arus lalulintas

            -   Jenis lalulintas

            -   Lalulintas pada waktu tertentu

        •   Intensitas aktivitas tata guna lahan

                     Bangkitan perjalanan bukan saja beragam dalam jenis tata guna

            lahan,   tetapi   juga   tingkat    aktivitasnya.   Semakin     tinggi   tingkat

            penggunaan sebidang tanah, semakin tinggi pergerakan arus lalulintas
13


                 yang dihasilkannya. Salah satu ukuran intensitas aktivitas sebidang tanah

                 adalah kepadatannya.



     b.   Sebaran Perjalanan

                 Pemodelan sebaran perjalanan dimaksudkan untuk menghitung besarnya

          perjalanan (orang, barang, dan lain-lain) diantara zona-zona asal tujuan di

          wilayah studi. Dasar model sebaran perjalanan adalah bagaimana memprediksi

          penyebaran hasil penghitungan jumlah bangkitan/tarikan perjalanan dari tahapan

          sebelumnya. Hasil keluaran tahap pemodelan ini adalah berupa Matriks Asal

          Tujuan (MAT) yang merupakan gambaran dari pola dan besarnya perjalanan di

          wilayah studi.

                 Metoda pemodelan matriks asal tujuan yang banyak digunakan

          dikelompokkan sebagai berikut :

             •   Pembentukan matriks asal tujuan dengan metoda langsung

                           Pembentukan matriks ini dilakukan dengan cara memprediksi

                 matriks asal tujuan langsung di lapangan melalui survey. Dengan metoda

                 ini akan diperoleh matriks asal tujuan beserta bangkitan/tarikan. Matriks

                 yang akan dihasilkan adalah matriks perjalanan saat ini atau untuk

                 keperluan kalibrasi pemodelan distribusi perjalanan dengan metoda lain.

                 Terdapat beberapa bentuk dan metoda survey yang dilakukan, seperti

                 survey wawancara di rumah (home interview), survey wawancara di tepi

                 jalan (road side interview), survey pencocokan nomor kendaraan (license

                 plate matching survey). Umumnya untuk melakukan survey terhadap

                 semua pelaku perjalanan merupakan hal yang akan membutuhkan sumber
14


                  daya dan waktu yang banyak (tergantung kepada lingkup tinjauan),

                  sehingga perlu dilakukan sampling yang memiliki konsekuensi terhadap

                  akurasi matriks yang dihasilkan.

              •   Pembentukan matriks asal tujuan dengan metoda tidak langsung

                         Pembentukan matriks dengan metoda ini terutama dimaksudkan

                  untuk memprediksi matriks pada masa yang akan datang, meskipun untuk

                  proses kalibrasi dan validasinya diperlukan matriks dari hasil metoda

                  langsung. Terdapat beberapa model distribusi perjalanan yang termasuk

                  dalam kelompok ini yang berbeda terutama dalam kebutuhan data yang

                  digunakan untuk menyebarkan perjalanan, diantaranya adalah : model

                  faktor petumbuhan, model gravitasi, model distribusi perjalanan

                  berdasarkan lalulintas.



     c.   Pemilihan Moda

                  Secara teknis model pemilihan moda bertujuan untuk mengetahui

          proporsi pelaku perjalanan (orang ataupun barang) yang akan menggunakan

          setiap moda transportasi yang ada di wilayah studi, baik kendaraan pribadi,

          angkutan umum, maupun angkutan lain yang tidak berbasis operasi di jalan

          seperti : kereta api, kapal laut, penyeberangan, angkutan sungai dan danau, atau

          pesawat terbang.

                  Pada prinsipnya pemodelan pemilihan moda dapat dilakukan pada tahap

          setelah pemodelan bangkitan tarikan atau pada tahap setelah pemodelan

          distribusi perjalanan. Karena itu bentuk umum model pemilihan moda dapat

          dikelompokkan ke dalam :
15


              •   Model pemilihan moda trip ends

                          Yaitu pemodelan pemilihan moda yang digabungkan dengan

                  pemodelan bangkitan/tarikan. Model ini salah satu tujuannya adalah

                  untuk melihat pengaruh sosio-ekonomi terhadap pemilihan moda, jadi

                  keluarannya adalah jumlah pergerakan yang keluar/masuk zona menurut

                  jenis kendaraan. Proses pemodelannya mirip dengan pemodelan

                  bangkitan/tarikan.

              •   Model pemilihan moda trip interchange

                          Yaitu pemodelan pemilihan moda yang diakukan setelah/

                  digabung dengan pemodelan penyebaran pergerakan. Tujuan utamanya

                  adalah untuk melihat pengaruh kompetisi moda terhadap pemilihan

                  moda.



     d.   Model Pembebanan Perjalanan

                  Tujuan model pembebanan perjalanan adalah untuk membebankan MAT

          kepada jaringan transportasi untuk menghitung sebaran arus lalulintas yang

          melalui setiap ruas yang dimasukkan dalam model. Hasil lain dari model

          pemilihan rute diantaranya dapat digunakan untuk penghitungan biaya

          transportasi (dalam waktu atau besaran nilai uang) baik dalam skala ruas maupun

          secara keseluruhan dalam sistem transportasi wilayah yang dimodelkan. Model

          pembebanan sebagai rangkaian terakhir dari pemodelan empat tahap, hasilnya

          merupakan masukan utama bagi proses analisis yang pada akhirnya akan
16


     memilih alternatif penanganan yag terbaik yang akan diterapkan dilihat dari segi

     biaya dan manfaatnya.

             Terdapat beberapa model pembebanan perjalanan yang dibedakan

     menurut mekanisme asumsi pemilihan rute serta batasan kapasitas rute, yaitu

     sebagai berikut :

         •   Model pembebanan all or nothing

                    Model ini mengasumsikan seluruh pelaku perjalanan mengetahui

             rute termurah dan hanya akan memilih satu rute dengan biaya perjalanan

             terendah tersebut, sehingga tidak memperhitungkan kapasitas rute.

         •   Model pembebanan equilibrium deterministic

                    Model ini memperhitungkan kapasitas rute, maka volume

             lalulintas di jaringan akan mempengaruhi biaya perjalanan di tiap rute

             dan seluruh pelaku perjalanan mengetahui secara interaktif rute mana

             yang termurah, sehingga pelaku perjalanan akan mendistribusikan diri ke

             tiap rute sampai semua rute memiliki biaya perjalanan yangsama. Model

             ini lebih dikenal sebagai model pembebanan equilibrium system optimum.

             Perbedaannya adalah pada model ini diasumsikan pelaku perjalanan total

             seluruh jaringan mencapai nilai optimum (terendah).

         •   Model pembebanan equilibrium stochastic

                    Pada model ini pendekatannya hampir sama dengan model

             sebelumnya, namun ditambahkan pengaruh persepsi perjalanan yang

             tidak deterministik, melainkan memiliki distribusi random tertentu.
17


                     Untuk melakukan pembebanan harus dimodelkan terlebih dahulu jaringan

             transportasi tinjauannya. Umumnya model jaringan dibentuk atas link (untuk

             jaringan jalan link adalah ruas jalan dengan dilengkapi atribut panjang, kapasitas,

             dan kecepatan operasinya).



     2.3.2. Ramalan Perjalanan (Traffic Forecast)

             Jasa angkutan udara yang akan dihasilkan harus didasarkan pada peramalan pada

     setiap rute penerbangan. Kemudian ditentukan jaringan penerbangan, besarnya kapasitas

     armada yang dibutuhkan, penentuan jadwal penerbangan dan akhirnya ditentukan

     rencana pokok produksi sebagai pedoman dalam besarnya volume jasa angkutan udara

     yang akan dihasilkan.

             Besarnya ramalan angkutan udara pada setiap rute penerbangan berguna untuk

     mengetahui besarnya arus penumpang dan barang. Dengan demikian dapat ditentukan

     jumlah penerbangan, jumlah seat pada setiap rute, frekuensi penerbangan, pangsa pasar,

     dan tingkat pelayanan yang akan diberikan.

             Permintaan transportasi bersifat permintaan turunan (derived demand) sebagai

     akibat untuk memenuhi tujuan atau kebutuhan lain. Pada dasarnya, permintaan angkutan

     diakibatkan oleh :

        a.   Kebutuhan manusia untuk bepergian ke lokasi lain dengan tujuan mengambil

             bagian di dalam suatu kegiatan, misalnya bekerja, berbelanja, ke sekolah, dan

             lain-lain.

        b. Kebutuhan angkutan barang untuk dapat digunakan atau dikonsumsi.

             Di dalam memperkirakan permintaan angkutan di antara dua tempat, ada

     beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu :
18


        a. Maksud perjalanan

        b. Karakteristik tempat asal yang mempengaruhi besarnya lalu lintas yang akan

            dibangkitkan.

        c. Karakteristik tempat tujuan yang mempengaruhi besarnya lalu lintas yang akan

            ditarik.

        d. Tarif dan tingkat pelayanan transportasi yang menghubungkan kedua tempat

            tersebut.

        e. Jumlah penduduk yang ada pada kedua tempat tersebut.

            Dalam mengestimasi permintaan angkutan udara perlu dilakukan pendekatan

     yang terpadu. Kegiatan perekonomian merupakan faktor yang dominan berpengaruh

     pada permintaan jasa angkutan udara, baik domestik maupun internasional. Peramalan

     dengan menggunakan konsep pasar, yaitu bahwa pasar terjadi karena adanya pertemuan

     antara permintaan dan penawaran pada suatu kondisi tertentu, merupakan pendekatan

     yang berorientasi pada aktivitas ekonomi yang terjadi. Hal ini tidak mencerminkan

     permintaan yang sebenarnya karena ada potensi-potensi ekonomi yang belum

     berkembang. Pendekatan yang akan dilakukan disini akan mencakup permintaan pasar

     potensial, artinya akan diperhatikan prospek perkembangan wilayah, kota, sektor,

     industri, permintaan maksimum yang dapat dikembangkan, sedangkan permintaan yang

     dipenuhi merupakan pasar yang dapat direalisasikan.

            Permintaan jasa angkutan udara untuk penumpang dan barang dalam jangka

     panjang ditentukan oleh pesatnya perkembangan ekonomi. Hal ini tercermin pada

     tingkat pendapatan masyarakat pengguna jasa. Meningkatnya pendapatan dinyatakan

     oleh gross domestic product (GDP), yang mampu meningkatkan permintaan atas jasa

     angkutan udara. Untuk angkutan udara dalam negeri dipengaruhi oleh GDP per kapita
19


     Indonesia, sedangkan luar negeri dipengaruhi oleh GDP Negara-negara Eropa, Asia

     Pasifik, Amerika, dan lain-lain.

            Aspek lain yang akan diperhitungkan adalah globalisasi ekonomi dan politik

     yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi penggunaan jasa

     angkutan umumnya dan jasa angkutan udara khususnya. Hal lain yang harus

     dipertimbangkan dalam pembuatan peramalan adalah pengaruh dari moda lain, artinya

     dengan adanya pengembangan berbagai jenis angkutan yang ada, yaitu angkutan darat,

     laut, kereta api, dan penyeberangan, akan mempengaruhi pola permintaan terhadap jasa

     angkutan udara.

More Related Content

What's hot

Dokumen.tips tugas lapangan-terbang-sen2
Dokumen.tips tugas lapangan-terbang-sen2Dokumen.tips tugas lapangan-terbang-sen2
Dokumen.tips tugas lapangan-terbang-sen2Haridan Bin Taridi
 
Bahan presentasi rekayasa terminal
Bahan presentasi rekayasa terminalBahan presentasi rekayasa terminal
Bahan presentasi rekayasa terminalElangga Sofwan
 
Prasarana sisi darat2
Prasarana sisi darat2Prasarana sisi darat2
Prasarana sisi darat2Mas Goen
 
Sifat-Sifat Pesawat Berkenaan dengan Perencanaan Lapangan Terbang
Sifat-Sifat Pesawat Berkenaan dengan Perencanaan Lapangan Terbang Sifat-Sifat Pesawat Berkenaan dengan Perencanaan Lapangan Terbang
Sifat-Sifat Pesawat Berkenaan dengan Perencanaan Lapangan Terbang Syafutri Asbintari
 
Sanitasi bandara
Sanitasi bandaraSanitasi bandara
Sanitasi bandaraSiti Aisyah
 
Bandara internasional soekarno
Bandara internasional soekarnoBandara internasional soekarno
Bandara internasional soekarnoSyafutri Asbintari
 
Makalah Port-Shipping Operation and Management (M. Rizki Maulana)
Makalah Port-Shipping Operation and Management (M. Rizki Maulana)Makalah Port-Shipping Operation and Management (M. Rizki Maulana)
Makalah Port-Shipping Operation and Management (M. Rizki Maulana)Luhur Moekti Prayogo
 
Pp. no 61_thn_09 kepelabuhanan
Pp. no 61_thn_09 kepelabuhananPp. no 61_thn_09 kepelabuhanan
Pp. no 61_thn_09 kepelabuhananSuardi Cuanca
 
216074397 2-14-feb-manajemen-pelabuhan
216074397 2-14-feb-manajemen-pelabuhan216074397 2-14-feb-manajemen-pelabuhan
216074397 2-14-feb-manajemen-pelabuhanArya Dewantara
 
Layout fasilitas pelabuhan belawan
Layout fasilitas pelabuhan belawanLayout fasilitas pelabuhan belawan
Layout fasilitas pelabuhan belawanIrenem16
 
Buku saku stasiun ka
Buku saku stasiun kaBuku saku stasiun ka
Buku saku stasiun kaSilvia Putri
 

What's hot (17)

Dokumen.tips tugas lapangan-terbang-sen2
Dokumen.tips tugas lapangan-terbang-sen2Dokumen.tips tugas lapangan-terbang-sen2
Dokumen.tips tugas lapangan-terbang-sen2
 
Bahan presentasi rekayasa terminal
Bahan presentasi rekayasa terminalBahan presentasi rekayasa terminal
Bahan presentasi rekayasa terminal
 
Prasarana sisi darat2
Prasarana sisi darat2Prasarana sisi darat2
Prasarana sisi darat2
 
Sifat-Sifat Pesawat Berkenaan dengan Perencanaan Lapangan Terbang
Sifat-Sifat Pesawat Berkenaan dengan Perencanaan Lapangan Terbang Sifat-Sifat Pesawat Berkenaan dengan Perencanaan Lapangan Terbang
Sifat-Sifat Pesawat Berkenaan dengan Perencanaan Lapangan Terbang
 
Sanitasi bandara
Sanitasi bandaraSanitasi bandara
Sanitasi bandara
 
Bandar udara
Bandar udaraBandar udara
Bandar udara
 
Bandara internasional soekarno
Bandara internasional soekarnoBandara internasional soekarno
Bandara internasional soekarno
 
Kuliah 3 airport dan bagian2 nya
Kuliah 3 airport dan bagian2 nyaKuliah 3 airport dan bagian2 nya
Kuliah 3 airport dan bagian2 nya
 
Jenis-jenis pelabuhan
Jenis-jenis pelabuhanJenis-jenis pelabuhan
Jenis-jenis pelabuhan
 
pelabuhan
pelabuhanpelabuhan
pelabuhan
 
Pelabuhan (1)
Pelabuhan (1)Pelabuhan (1)
Pelabuhan (1)
 
Makalah Port-Shipping Operation and Management (M. Rizki Maulana)
Makalah Port-Shipping Operation and Management (M. Rizki Maulana)Makalah Port-Shipping Operation and Management (M. Rizki Maulana)
Makalah Port-Shipping Operation and Management (M. Rizki Maulana)
 
Pp. no 61_thn_09 kepelabuhanan
Pp. no 61_thn_09 kepelabuhananPp. no 61_thn_09 kepelabuhanan
Pp. no 61_thn_09 kepelabuhanan
 
216074397 2-14-feb-manajemen-pelabuhan
216074397 2-14-feb-manajemen-pelabuhan216074397 2-14-feb-manajemen-pelabuhan
216074397 2-14-feb-manajemen-pelabuhan
 
Layout fasilitas pelabuhan belawan
Layout fasilitas pelabuhan belawanLayout fasilitas pelabuhan belawan
Layout fasilitas pelabuhan belawan
 
Buku saku stasiun ka
Buku saku stasiun kaBuku saku stasiun ka
Buku saku stasiun ka
 
Pelabuhan ke 2
Pelabuhan ke 2Pelabuhan ke 2
Pelabuhan ke 2
 

Viewers also liked

Portfolio.07
Portfolio.07Portfolio.07
Portfolio.07Avigail44
 
Plante Moran Presentation
Plante Moran PresentationPlante Moran Presentation
Plante Moran Presentationkcrimmins17
 
โครงการห้วยองคต
โครงการห้วยองคตโครงการห้วยองคต
โครงการห้วยองคตmenah_14
 
โครงการห้วยองคต1
โครงการห้วยองคต1โครงการห้วยองคต1
โครงการห้วยองคต1menah_14
 
Entrenamiento en transiciones fonéticas
Entrenamiento en transiciones fonéticasEntrenamiento en transiciones fonéticas
Entrenamiento en transiciones fonéticasBego Malangré
 
Wddbroschuere
WddbroschuereWddbroschuere
Wddbroschuerenhknhknhk
 
Consumer behavior powerpoint presentation final
Consumer behavior powerpoint presentation finalConsumer behavior powerpoint presentation final
Consumer behavior powerpoint presentation finalKathy Zhao
 
Portfolio.08
Portfolio.08Portfolio.08
Portfolio.08Avigail44
 

Viewers also liked (8)

Portfolio.07
Portfolio.07Portfolio.07
Portfolio.07
 
Plante Moran Presentation
Plante Moran PresentationPlante Moran Presentation
Plante Moran Presentation
 
โครงการห้วยองคต
โครงการห้วยองคตโครงการห้วยองคต
โครงการห้วยองคต
 
โครงการห้วยองคต1
โครงการห้วยองคต1โครงการห้วยองคต1
โครงการห้วยองคต1
 
Entrenamiento en transiciones fonéticas
Entrenamiento en transiciones fonéticasEntrenamiento en transiciones fonéticas
Entrenamiento en transiciones fonéticas
 
Wddbroschuere
WddbroschuereWddbroschuere
Wddbroschuere
 
Consumer behavior powerpoint presentation final
Consumer behavior powerpoint presentation finalConsumer behavior powerpoint presentation final
Consumer behavior powerpoint presentation final
 
Portfolio.08
Portfolio.08Portfolio.08
Portfolio.08
 

Similar to Bandara Internasional Soekarno-Hatta

8c756635be1fd2a77efe4b056fa5201d
8c756635be1fd2a77efe4b056fa5201d8c756635be1fd2a77efe4b056fa5201d
8c756635be1fd2a77efe4b056fa5201dichelmichelle
 
Lapangan-Terbang-LapTer.pdf
Lapangan-Terbang-LapTer.pdfLapangan-Terbang-LapTer.pdf
Lapangan-Terbang-LapTer.pdfZamzamNurFauzi
 
PM 128 tahun 2015
PM 128 tahun 2015PM 128 tahun 2015
PM 128 tahun 2015CIkumparan
 
MAKALAH ANALISIS KASUS SOUTHWEST AIRLINE CORPORATION
MAKALAH ANALISIS KASUS SOUTHWEST AIRLINE CORPORATIONMAKALAH ANALISIS KASUS SOUTHWEST AIRLINE CORPORATION
MAKALAH ANALISIS KASUS SOUTHWEST AIRLINE CORPORATIONSelfiya_
 
Mk sistrans (bandar udara)
Mk sistrans (bandar  udara)Mk sistrans (bandar  udara)
Mk sistrans (bandar udara)Andre Agustian
 
FEASIBILTY STUDY PEMINDAHAN BANDARA - Copy.pptx
FEASIBILTY STUDY PEMINDAHAN BANDARA - Copy.pptxFEASIBILTY STUDY PEMINDAHAN BANDARA - Copy.pptx
FEASIBILTY STUDY PEMINDAHAN BANDARA - Copy.pptxRollynCivil1
 
Bab 10 Air Traffic Controler untuk trafik.pptx
Bab 10 Air Traffic Controler untuk trafik.pptxBab 10 Air Traffic Controler untuk trafik.pptx
Bab 10 Air Traffic Controler untuk trafik.pptxbaronascarhafid
 
Dasar dasar sistem transportasi (bagian 3)
Dasar dasar sistem transportasi (bagian 3)Dasar dasar sistem transportasi (bagian 3)
Dasar dasar sistem transportasi (bagian 3)IB Ilham Malik
 
PERTEMUAN KE 7 ~ BANDAR UDARA.pptx
PERTEMUAN KE 7 ~ BANDAR UDARA.pptxPERTEMUAN KE 7 ~ BANDAR UDARA.pptx
PERTEMUAN KE 7 ~ BANDAR UDARA.pptxApaySafari1
 
Analisis timetable penerbangan dari dan ke bandara radin
Analisis timetable penerbangan dari dan ke bandara radinAnalisis timetable penerbangan dari dan ke bandara radin
Analisis timetable penerbangan dari dan ke bandara radinKetut Swandana
 
TUGAS MATA KULIAH SEMINAR. "GROUND HANDLING & KESELAMATAN PENERBANGAN"
TUGAS MATA KULIAH SEMINAR.  "GROUND HANDLING & KESELAMATAN PENERBANGAN"TUGAS MATA KULIAH SEMINAR.  "GROUND HANDLING & KESELAMATAN PENERBANGAN"
TUGAS MATA KULIAH SEMINAR. "GROUND HANDLING & KESELAMATAN PENERBANGAN"Astario Nugraha
 
Sistem transportasi pertemuan ke 1
Sistem transportasi pertemuan ke 1Sistem transportasi pertemuan ke 1
Sistem transportasi pertemuan ke 1Lampung University
 
Sharing knowledge emp (energi mega persada)
Sharing knowledge emp (energi mega persada)Sharing knowledge emp (energi mega persada)
Sharing knowledge emp (energi mega persada)vikhi79
 
Manajemen Transportasi Materi 12
Manajemen Transportasi Materi 12Manajemen Transportasi Materi 12
Manajemen Transportasi Materi 12Arjuna Ahmadi
 
Transportation Law - Air Transportation Law
Transportation Law - Air Transportation LawTransportation Law - Air Transportation Law
Transportation Law - Air Transportation LawMariske Myeke Tampi
 
STANDAR PELAYANAN MINIMAL ANGKUTAN PENYEBERANGAN - 12 APRIL 2023.pdf
STANDAR PELAYANAN MINIMAL ANGKUTAN PENYEBERANGAN - 12 APRIL 2023.pdfSTANDAR PELAYANAN MINIMAL ANGKUTAN PENYEBERANGAN - 12 APRIL 2023.pdf
STANDAR PELAYANAN MINIMAL ANGKUTAN PENYEBERANGAN - 12 APRIL 2023.pdfsenacandra
 

Similar to Bandara Internasional Soekarno-Hatta (20)

8c756635be1fd2a77efe4b056fa5201d
8c756635be1fd2a77efe4b056fa5201d8c756635be1fd2a77efe4b056fa5201d
8c756635be1fd2a77efe4b056fa5201d
 
Lapangan-Terbang-LapTer.pdf
Lapangan-Terbang-LapTer.pdfLapangan-Terbang-LapTer.pdf
Lapangan-Terbang-LapTer.pdf
 
PM 128 tahun 2015
PM 128 tahun 2015PM 128 tahun 2015
PM 128 tahun 2015
 
MAKALAH ANALISIS KASUS SOUTHWEST AIRLINE CORPORATION
MAKALAH ANALISIS KASUS SOUTHWEST AIRLINE CORPORATIONMAKALAH ANALISIS KASUS SOUTHWEST AIRLINE CORPORATION
MAKALAH ANALISIS KASUS SOUTHWEST AIRLINE CORPORATION
 
Observation of Airport
Observation of AirportObservation of Airport
Observation of Airport
 
Mk sistrans (bandar udara)
Mk sistrans (bandar  udara)Mk sistrans (bandar  udara)
Mk sistrans (bandar udara)
 
FEASIBILTY STUDY PEMINDAHAN BANDARA - Copy.pptx
FEASIBILTY STUDY PEMINDAHAN BANDARA - Copy.pptxFEASIBILTY STUDY PEMINDAHAN BANDARA - Copy.pptx
FEASIBILTY STUDY PEMINDAHAN BANDARA - Copy.pptx
 
Bab 10 Air Traffic Controler untuk trafik.pptx
Bab 10 Air Traffic Controler untuk trafik.pptxBab 10 Air Traffic Controler untuk trafik.pptx
Bab 10 Air Traffic Controler untuk trafik.pptx
 
Kinerja bandara di indonesia
Kinerja bandara di indonesiaKinerja bandara di indonesia
Kinerja bandara di indonesia
 
Dasar dasar sistem transportasi (bagian 3)
Dasar dasar sistem transportasi (bagian 3)Dasar dasar sistem transportasi (bagian 3)
Dasar dasar sistem transportasi (bagian 3)
 
Kuliah 1 aspek ekonomi
Kuliah 1 aspek ekonomiKuliah 1 aspek ekonomi
Kuliah 1 aspek ekonomi
 
ita.pptx
ita.pptxita.pptx
ita.pptx
 
PERTEMUAN KE 7 ~ BANDAR UDARA.pptx
PERTEMUAN KE 7 ~ BANDAR UDARA.pptxPERTEMUAN KE 7 ~ BANDAR UDARA.pptx
PERTEMUAN KE 7 ~ BANDAR UDARA.pptx
 
Analisis timetable penerbangan dari dan ke bandara radin
Analisis timetable penerbangan dari dan ke bandara radinAnalisis timetable penerbangan dari dan ke bandara radin
Analisis timetable penerbangan dari dan ke bandara radin
 
TUGAS MATA KULIAH SEMINAR. "GROUND HANDLING & KESELAMATAN PENERBANGAN"
TUGAS MATA KULIAH SEMINAR.  "GROUND HANDLING & KESELAMATAN PENERBANGAN"TUGAS MATA KULIAH SEMINAR.  "GROUND HANDLING & KESELAMATAN PENERBANGAN"
TUGAS MATA KULIAH SEMINAR. "GROUND HANDLING & KESELAMATAN PENERBANGAN"
 
Sistem transportasi pertemuan ke 1
Sistem transportasi pertemuan ke 1Sistem transportasi pertemuan ke 1
Sistem transportasi pertemuan ke 1
 
Sharing knowledge emp (energi mega persada)
Sharing knowledge emp (energi mega persada)Sharing knowledge emp (energi mega persada)
Sharing knowledge emp (energi mega persada)
 
Manajemen Transportasi Materi 12
Manajemen Transportasi Materi 12Manajemen Transportasi Materi 12
Manajemen Transportasi Materi 12
 
Transportation Law - Air Transportation Law
Transportation Law - Air Transportation LawTransportation Law - Air Transportation Law
Transportation Law - Air Transportation Law
 
STANDAR PELAYANAN MINIMAL ANGKUTAN PENYEBERANGAN - 12 APRIL 2023.pdf
STANDAR PELAYANAN MINIMAL ANGKUTAN PENYEBERANGAN - 12 APRIL 2023.pdfSTANDAR PELAYANAN MINIMAL ANGKUTAN PENYEBERANGAN - 12 APRIL 2023.pdf
STANDAR PELAYANAN MINIMAL ANGKUTAN PENYEBERANGAN - 12 APRIL 2023.pdf
 

Bandara Internasional Soekarno-Hatta

  • 1. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN 2.1.1. Obyek Penelitian Obyek yang dijadikan bahan penelitian adalah Bandara Internasional Soekarno- Hatta yang terletak di propinsi Banten. Gambar 2.1 Peta Lokasi Obyek Penelitian
  • 2. 2 a. Data Teknis Bandar Udara (Wikipedia, 2006) • Lokasi : Tangerang, Banten • Luas : 18 ribu hektar (Meliputi lima kecamatan, Neglasari, Benda, Rawabokor, Kosambi dan Teluk Naga) • Luas Area Parkir: Terminal I : 64.128 m² (Dapat menampung 2.410 mobil) Terminal II : 51.330 m² (Dapat menampung 2.700 mobil) • Jarak dari Jakarta: 12 km (7 mil) • Posisi :06°07´32"S, 106°39´21"T • Elevasi : 10m (32 kaki) b. Fasilitas Bandar Udara Pada Bandara Internasional Soekarno-Hatta, terdapat beberapa fasilitas yang terbagi sebagai berikut: • Fasilitas Utama, yang terdiri dari 2 buah terminal (Terminal 1 & 2) dengan 6 sub terminal (Sub Terminal A-F), landas pacu, apron, taxiway, daerah kargo, pemadam kebakaran, ATC (Air Traffic Control). • Fasilitas Penunjang, yang terdiri dari layanan bagasi, tempat parkir, layanan catering, bea & cukai, pengisian bahan bakar, kantor imigrasi, pusat kesehatan, kantor polisi, pusat karantina hewan, tumbuhan, dan ikan. • Fasilitas Komersil, yang terdiri dari restoran, hotel bandara, lapangan golf, ATM, bank, penukaran uang, dan toko-toko.
  • 3. 3 Gambar 2.2. Terminal pada Bandara Internasional Soekarno-Hatta c. Data Perusahaan Penerbangan Adapun perusahaan penerbangan yang menggunakan fasilitas pada Bandara Internasional Soekarno-Hatta adalah sebagai berikut : • Terminal 1 (domestik) digunakan oleh Merpati Nusantara Airlines, Lion Air, Adam Air, Bouraq, Mandala Airlines, Sriwijaya Air, Indonesia Air Asia, Wings Air, Batavia Air, Jatayu Airlines, dan Citilink • Terminal 2 (mancanegara dan domestik) digunakan oleh Cathay Pacific, EVA Air, Garuda Indonesia, Gulf Air, KLM, Lufthansa, Malaysia Airlines, Qantas, Singapore Airlines, Air Asia, Valu Air, dan Royal Brunei Airlines.
  • 4. 4 2.2. BANDAR UDARA 2.2.1. Pengertian Bandar Udara Adapun pengertian Bandar udara menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut: a. Menurut International Civil Aviation Organization, bandar udara adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan) yang diperuntukkan, baik secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat. b. Menurut PT (Persero) Angkasa Pura, bandar udara adalah lapangan udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat. c. Bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan bongkar muat kargo atau pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi. 2.2.2. Klasifikasi Bandar Udara Secara umum bandar udara dapat digolongkan dalam beberapa tipe menurut kriteria yang disesuaikan dengan keperluan penggolongannya, yaitu : a. Berdasarkan karakter fisiknya, bandar udara dapat digolongkan menjadi seaplane bases, heliports, STOL port, dan bandara konvensional.
  • 5. 5 b. Berdasarkan pengelolaan dan penggunaannya, bandar udara dapat digolongkan menjadi dua, yakni bandar udara umum yang dikelola oleh pemerintah untuk penggunaan secara umum maupun militer, atau bandar udara swasta/pribadi yang dikelola dan digunakan untuk kepentingan pribadi atau perusahaan swasta tertentu. c. Berdasarkan aktivitasnya, bandar udara dapat digolongkan menurut jenis pesawat terbang yang beroperasi (enplanements) serta menurut karakteristik operasinya (operations). d. Berdasarkan fasilitas yang tersedia, bandar udara dapat dikategorikan menurut jumlah runway yang tersedia, alat navigasi yang tersedia, kapasitas hanggar, dan lain sebagainya. e. Berdasarkan tipe perjalanan yang dilayani, bandar udara dapat digolongkan menjadi Bandar udara internasional, Bandar udara domestik, dan gabungan antara keduanya. Di Indonesia, klasifikasi bandara sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan No. 36 Tahun 1993 didasarkan pada beberapa kriteria berikut ini : a. Komponen jasa angkutan udara b. Komponen pelayanan keselamatan dan keamanan penerbangan c. Komponen daya tampung bandar udara (landasan pacu dan tempat parkir pesawat) d. Komponen fasilitas keselamatan penerbangan (fasilitas elektronika dan listrik yang menunjang operasi fasilitas keselamatan penerbangan) e. Komponen status dan fungsi bandar udara dalam konteks keterkaitannya dengan lingkungan sekitarnya.
  • 6. 6 2.2.3. Bagian-bagian Bandar Udara Secara umum bandar udara dibagi menjadi 2 bagian yaitu sisi udara (air side) dan sisi darat (land side) yang dipisahkan oleh terminal. Adapun bagian-bagian dari bandar udara adalah sebagai berikut : a. Landasan pacu Landasan pacu adalah bagian airside dari lapangan terbang yang digunakan pesawat terbang untuk lepas landas atau mendarat. b. Bahu landasan pacu (runway shoulder) Bahu landasan pacu adalah daerah yang berdampingan dengan pinggiran perkerasan sehingga merupakan transisi dari perkerasan dengan permukaan tanah sekitarnya. c. Runway strips Runway strips adalah daerah yang sudah ditentukan, termasuk landasan pacu dan stopway, yang dimaksudkan untuk memperkecil resiko kerusakan pada pesawat yang keluar dari landasan pacu dan melindungi pesawat yang terpaksa meluncur di atasnya pada waktu operasi landas atau mendarat. d. Runway end safety area Runway end safety area adalah daerah perpanjangan landasan pacu dan terletak pada ujung strips, dan dimaksudkan untuk memperkecil resiko kerusakan pesawat apabila terjadi overrunning dari landasan pacu. e. Clearway Clearway adalah daerah di darat atau di atas air yang disediakan sebagai bagian dari jarak lepas landas yang layak dipakai sebuah pesawat terbang untuk mencapai ketinggian tertentu.
  • 7. 7 f. Stopway Stopway adalah bagian dari landasan pacu yang terletak di ujung dan dimaksudkan untuk menampung pesawat yang terpaksa membatalkan take off karena adanya kerusakan pada mesin. Bagian ini diijinkan mempunyai perkerasan yang lebih lemah daripada landasan pacu. g. Taxiway Taxiway adalah daerah yang berfungsi untuk menyediakan akses antara landasan pacu, daerah terminal dan hanggar. h. Apron Apron adalah daerah tertentu dalam lapangan terbang yang digunakan untuk naik/turun penumpang, bongkar muat kargo atau surat, pengisian bahan bakar, parkir dan pemeliharaan atau pelayanan pesawat tanpa mengganggu lalu-lintas lapangan terbang. i. Terminal Terminal adalah bagian yang menghubungkan sisi udara dan bagian lain dalam lapangan terbang yang berfungsi sebagai gerbang akses penumpang, proses keberangkatan dan kedatangan penumpang penerbangan dan penyaluran penumpang ke /dari pesawat. j. Obstacle Restriction Obstacle Restriction adalah daerah sekitar lapangan terbang yang dikenakan batas halangan agar pesawat terbang dapat beroperasi dengan aman.
  • 8. 8 2.2.4. Pengertian Terminal Menurut beberapa ahli transportasi, terminal transportasi secara umum memiliki pengertian sebagai berikut : a. Terminal merupakan tempat awal dan akhir dari operasi transportasi atau trayek, dan tempat pergantian moda atau rute (interchange) termasuk fasilitas pelayanan pemeliharaan sarana transportasi. ( Sri Hendarto, 2001) b. Terminal merupakan titik dimana penumpang atau barang masuk dan keluar dari obyek-obyek yang akan diangkut. (Edward K Morlok, 1991) c. Terminal merupakan tempat menyediakan akses kendaraan, dan kemudahan perpindahan atau pergantian moda angkutan udara sebagai simpul dari lalulintas dimana penumpang dapat bertemu dengan sistem transportasi untuk diangkut atau berpindah ke kendaraan lain. (Warpani Suwarjoko, 1990) d. Terminal adalah titik simpul terjadinya pemutusan arus dalam suatu sistem yang merupakan prasarana angkutan, tempat pengawasan dan pengoperasian sistem angkutan penumpang atau barang, unsur tata ruang yang mempunyai peranan penting bagi efisiensi kehidupan wilayah dan lingkungan, serta perpindahan intra atau antar moda transportasi. (Dit. Jend. Perhubungan Darat) 2.2.5. Fungsi Terminal Udara Secara umum terminal udara memiliki fungsi utama sebagai berikut : a. Tempat perubahan moda b. Tempat pemrosesan penumpang atau barang c. Tempat perubahan tipe pergerakan d. Sebagai pemisah antara sisi udara dan sisi darat
  • 9. 9 2.2.6. Fasilitas Terminal Udara Secara umum, fasilitas yang harus ada di terminal pada sebuah bandar udara terdiri dari : a. Fasilitas pemrosesan penumpang atau barang, seperti fasilitas untuk check in, tempat pelayanan fiskal, fasilitas untuk klaim bagasi, fasilitas pembelian tiket, dll. b. Area ruang tunggu yang meliputi kamar mandi, telepon umum, layanan P3K, kantor pos, informasi, dan fasilitas-fasilitas komersial. c. Fasilitas untuk pergerakan di dalam terminal, seperti eskalator, d. Fasilitas penerbangan dan aktivitas pendukungnya yang meliputi kantor penerbangan, fasilitas trolley, kantor manajer penerbangan, kantor staff keamanan, kantor pemerintah, dll. 2.3. PEMODELAN TRANSPORTASI 2.3.1. Tahapan Pemodelan Transportasi (4 Step Modelling) Secara umum tahapan pemodelan transportasi (4 Step Modelling) terdiri dari : • Bangkitan Perjalanan • Sebaran Perjalanan • Pemilihan Moda • Pembebanan Perjalanan
  • 10. 10 a. Bangkitan Perjalanan Bangkitan perjalanan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah perjalanan yang berasal dari satu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona. Pergerakan lalulintas merupakan fungsi tata guna lahan yang menghasilkan pergerakan lalulintas. Bangkitan perjalanan ini meliputi : • Lalulintas yang meninggalkan zona (Trip Production) • Lalulintas yang menuju atau tiba ke suatu zona (Trip Attraction) i j (a) Pergerakan yang berasal dari zona i (b) Pergerakan menuju ke zona j Gambar 2.3. Bangkitan dan Tarikan Perjalanan Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terbangkitnya atau tertariknya perjalanan dari atau ke zona tertentu. Untuk memperhitungkan semua faktor tersebut dibutuhkan begitu banyak data dan sumber daya komputer yang mungkin tidak dapat disediakan. Untuk menyederhanakan spesifikasinya, Bruton (1970) mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi bangkitan perjalanan tersebut ke dalam 3 (tiga) golongan, yaitu : • Pola dan intensitas tata guna lahan dan perkembangannya di daerah studi
  • 11. 11 • Karakteristik sosio-ekonomi populasi pelaku perjalanan di dareah studi • Kondisi dan kapabilitas sistem transportasi yang tersedia di daerah studi dan skema pengembangannya Seperti pemodelan lainnya, dalam melakukan pemodelan bangkitan/tarikan perjalanan perlu ditinjau seberapa jauh penggunaan model yang akan dihasilkan. Hal tersebut menjadi penting karena akan mempengaruhi jenis model yang akan dibuat. Lebih jauh lagi akan mempengaruhi kebutuhan data yang harus dikumpulkan dan waktu yang diperlukan. Jenis model bangkitan/tarikan dapat dikelompokkan menjadi ; • Menurut zona tinjauan, perbedaan model bangkitan/tarikan menurut zona tinjauan adalah pada spesifikasi modelnya, kelompoknya adalah model bangkitan/tarikan untuk zona homogen dan model bangkitan/tarikan untuk zona heterogen. Zona homogen mengacu pada zona dengan jenis guna lahan yang seragam (contoh: zona perkantoran, pertokoan, sekolah, dll) dan sebaliknya untuk zona heterogen. Contoh untuk zona heterogen adalah zona-zona yang menggunakan batas administrasi sebagai batas zonanya. • Menurut keluaran model, terdapat beberapa alternatif menyangkut keluaran model yang diinginkan, baik dari jenis keluaran maupun besarannya. Jenis keluaran yaitu menurut bangkitan, tarikan dan trip ends (total bangkitan dan tarikan). Sedangkan menurut besaran misalnya berupa orang atau penumpang, kendaraan (menurut jenisnya), satuan
  • 12. 12 mobil penumpang (smp), barang (dalam satuan berat) per satuan waktu tertentu (jam, hari, tahun, dll). • Menurut asal perjalanan, dibedakan menjadi model bangkitan/tarikan home based dan non-home based. • Menurut maksud perjalanan (trip purpose), pada beberapa studi transportasi akhir-akhir ini, dilakukan pemodelan bangkitan/tarikan perjalanan yang memisahkan masing-masing maksud perjalanan. Hal tersebut dilakukan karena sifat dari perjalanan berbeda-beda menurut maksudnya, baik dari jumlah maupun waktu terjadinya bangkitan/tarikan tertinggi. Hasil keluaran dari perhitungan bangkitan dan tarikan lalulintas berupa jumlah kendaraan, orang atau angkutan barang per satuan waktu. Bangkitan lalulintas sangat tergantung pada dua aspek tata guna lahan, yaitu : • Jenis tata guna lahan Jenis tata guna lahan yang berbeda (pemukiman, pendidikan, dan komersil) mempunyai ciri bangkitan lalulintas yang berbeda : - Jumlah arus lalulintas - Jenis lalulintas - Lalulintas pada waktu tertentu • Intensitas aktivitas tata guna lahan Bangkitan perjalanan bukan saja beragam dalam jenis tata guna lahan, tetapi juga tingkat aktivitasnya. Semakin tinggi tingkat penggunaan sebidang tanah, semakin tinggi pergerakan arus lalulintas
  • 13. 13 yang dihasilkannya. Salah satu ukuran intensitas aktivitas sebidang tanah adalah kepadatannya. b. Sebaran Perjalanan Pemodelan sebaran perjalanan dimaksudkan untuk menghitung besarnya perjalanan (orang, barang, dan lain-lain) diantara zona-zona asal tujuan di wilayah studi. Dasar model sebaran perjalanan adalah bagaimana memprediksi penyebaran hasil penghitungan jumlah bangkitan/tarikan perjalanan dari tahapan sebelumnya. Hasil keluaran tahap pemodelan ini adalah berupa Matriks Asal Tujuan (MAT) yang merupakan gambaran dari pola dan besarnya perjalanan di wilayah studi. Metoda pemodelan matriks asal tujuan yang banyak digunakan dikelompokkan sebagai berikut : • Pembentukan matriks asal tujuan dengan metoda langsung Pembentukan matriks ini dilakukan dengan cara memprediksi matriks asal tujuan langsung di lapangan melalui survey. Dengan metoda ini akan diperoleh matriks asal tujuan beserta bangkitan/tarikan. Matriks yang akan dihasilkan adalah matriks perjalanan saat ini atau untuk keperluan kalibrasi pemodelan distribusi perjalanan dengan metoda lain. Terdapat beberapa bentuk dan metoda survey yang dilakukan, seperti survey wawancara di rumah (home interview), survey wawancara di tepi jalan (road side interview), survey pencocokan nomor kendaraan (license plate matching survey). Umumnya untuk melakukan survey terhadap semua pelaku perjalanan merupakan hal yang akan membutuhkan sumber
  • 14. 14 daya dan waktu yang banyak (tergantung kepada lingkup tinjauan), sehingga perlu dilakukan sampling yang memiliki konsekuensi terhadap akurasi matriks yang dihasilkan. • Pembentukan matriks asal tujuan dengan metoda tidak langsung Pembentukan matriks dengan metoda ini terutama dimaksudkan untuk memprediksi matriks pada masa yang akan datang, meskipun untuk proses kalibrasi dan validasinya diperlukan matriks dari hasil metoda langsung. Terdapat beberapa model distribusi perjalanan yang termasuk dalam kelompok ini yang berbeda terutama dalam kebutuhan data yang digunakan untuk menyebarkan perjalanan, diantaranya adalah : model faktor petumbuhan, model gravitasi, model distribusi perjalanan berdasarkan lalulintas. c. Pemilihan Moda Secara teknis model pemilihan moda bertujuan untuk mengetahui proporsi pelaku perjalanan (orang ataupun barang) yang akan menggunakan setiap moda transportasi yang ada di wilayah studi, baik kendaraan pribadi, angkutan umum, maupun angkutan lain yang tidak berbasis operasi di jalan seperti : kereta api, kapal laut, penyeberangan, angkutan sungai dan danau, atau pesawat terbang. Pada prinsipnya pemodelan pemilihan moda dapat dilakukan pada tahap setelah pemodelan bangkitan tarikan atau pada tahap setelah pemodelan distribusi perjalanan. Karena itu bentuk umum model pemilihan moda dapat dikelompokkan ke dalam :
  • 15. 15 • Model pemilihan moda trip ends Yaitu pemodelan pemilihan moda yang digabungkan dengan pemodelan bangkitan/tarikan. Model ini salah satu tujuannya adalah untuk melihat pengaruh sosio-ekonomi terhadap pemilihan moda, jadi keluarannya adalah jumlah pergerakan yang keluar/masuk zona menurut jenis kendaraan. Proses pemodelannya mirip dengan pemodelan bangkitan/tarikan. • Model pemilihan moda trip interchange Yaitu pemodelan pemilihan moda yang diakukan setelah/ digabung dengan pemodelan penyebaran pergerakan. Tujuan utamanya adalah untuk melihat pengaruh kompetisi moda terhadap pemilihan moda. d. Model Pembebanan Perjalanan Tujuan model pembebanan perjalanan adalah untuk membebankan MAT kepada jaringan transportasi untuk menghitung sebaran arus lalulintas yang melalui setiap ruas yang dimasukkan dalam model. Hasil lain dari model pemilihan rute diantaranya dapat digunakan untuk penghitungan biaya transportasi (dalam waktu atau besaran nilai uang) baik dalam skala ruas maupun secara keseluruhan dalam sistem transportasi wilayah yang dimodelkan. Model pembebanan sebagai rangkaian terakhir dari pemodelan empat tahap, hasilnya merupakan masukan utama bagi proses analisis yang pada akhirnya akan
  • 16. 16 memilih alternatif penanganan yag terbaik yang akan diterapkan dilihat dari segi biaya dan manfaatnya. Terdapat beberapa model pembebanan perjalanan yang dibedakan menurut mekanisme asumsi pemilihan rute serta batasan kapasitas rute, yaitu sebagai berikut : • Model pembebanan all or nothing Model ini mengasumsikan seluruh pelaku perjalanan mengetahui rute termurah dan hanya akan memilih satu rute dengan biaya perjalanan terendah tersebut, sehingga tidak memperhitungkan kapasitas rute. • Model pembebanan equilibrium deterministic Model ini memperhitungkan kapasitas rute, maka volume lalulintas di jaringan akan mempengaruhi biaya perjalanan di tiap rute dan seluruh pelaku perjalanan mengetahui secara interaktif rute mana yang termurah, sehingga pelaku perjalanan akan mendistribusikan diri ke tiap rute sampai semua rute memiliki biaya perjalanan yangsama. Model ini lebih dikenal sebagai model pembebanan equilibrium system optimum. Perbedaannya adalah pada model ini diasumsikan pelaku perjalanan total seluruh jaringan mencapai nilai optimum (terendah). • Model pembebanan equilibrium stochastic Pada model ini pendekatannya hampir sama dengan model sebelumnya, namun ditambahkan pengaruh persepsi perjalanan yang tidak deterministik, melainkan memiliki distribusi random tertentu.
  • 17. 17 Untuk melakukan pembebanan harus dimodelkan terlebih dahulu jaringan transportasi tinjauannya. Umumnya model jaringan dibentuk atas link (untuk jaringan jalan link adalah ruas jalan dengan dilengkapi atribut panjang, kapasitas, dan kecepatan operasinya). 2.3.2. Ramalan Perjalanan (Traffic Forecast) Jasa angkutan udara yang akan dihasilkan harus didasarkan pada peramalan pada setiap rute penerbangan. Kemudian ditentukan jaringan penerbangan, besarnya kapasitas armada yang dibutuhkan, penentuan jadwal penerbangan dan akhirnya ditentukan rencana pokok produksi sebagai pedoman dalam besarnya volume jasa angkutan udara yang akan dihasilkan. Besarnya ramalan angkutan udara pada setiap rute penerbangan berguna untuk mengetahui besarnya arus penumpang dan barang. Dengan demikian dapat ditentukan jumlah penerbangan, jumlah seat pada setiap rute, frekuensi penerbangan, pangsa pasar, dan tingkat pelayanan yang akan diberikan. Permintaan transportasi bersifat permintaan turunan (derived demand) sebagai akibat untuk memenuhi tujuan atau kebutuhan lain. Pada dasarnya, permintaan angkutan diakibatkan oleh : a. Kebutuhan manusia untuk bepergian ke lokasi lain dengan tujuan mengambil bagian di dalam suatu kegiatan, misalnya bekerja, berbelanja, ke sekolah, dan lain-lain. b. Kebutuhan angkutan barang untuk dapat digunakan atau dikonsumsi. Di dalam memperkirakan permintaan angkutan di antara dua tempat, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu :
  • 18. 18 a. Maksud perjalanan b. Karakteristik tempat asal yang mempengaruhi besarnya lalu lintas yang akan dibangkitkan. c. Karakteristik tempat tujuan yang mempengaruhi besarnya lalu lintas yang akan ditarik. d. Tarif dan tingkat pelayanan transportasi yang menghubungkan kedua tempat tersebut. e. Jumlah penduduk yang ada pada kedua tempat tersebut. Dalam mengestimasi permintaan angkutan udara perlu dilakukan pendekatan yang terpadu. Kegiatan perekonomian merupakan faktor yang dominan berpengaruh pada permintaan jasa angkutan udara, baik domestik maupun internasional. Peramalan dengan menggunakan konsep pasar, yaitu bahwa pasar terjadi karena adanya pertemuan antara permintaan dan penawaran pada suatu kondisi tertentu, merupakan pendekatan yang berorientasi pada aktivitas ekonomi yang terjadi. Hal ini tidak mencerminkan permintaan yang sebenarnya karena ada potensi-potensi ekonomi yang belum berkembang. Pendekatan yang akan dilakukan disini akan mencakup permintaan pasar potensial, artinya akan diperhatikan prospek perkembangan wilayah, kota, sektor, industri, permintaan maksimum yang dapat dikembangkan, sedangkan permintaan yang dipenuhi merupakan pasar yang dapat direalisasikan. Permintaan jasa angkutan udara untuk penumpang dan barang dalam jangka panjang ditentukan oleh pesatnya perkembangan ekonomi. Hal ini tercermin pada tingkat pendapatan masyarakat pengguna jasa. Meningkatnya pendapatan dinyatakan oleh gross domestic product (GDP), yang mampu meningkatkan permintaan atas jasa angkutan udara. Untuk angkutan udara dalam negeri dipengaruhi oleh GDP per kapita
  • 19. 19 Indonesia, sedangkan luar negeri dipengaruhi oleh GDP Negara-negara Eropa, Asia Pasifik, Amerika, dan lain-lain. Aspek lain yang akan diperhitungkan adalah globalisasi ekonomi dan politik yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi penggunaan jasa angkutan umumnya dan jasa angkutan udara khususnya. Hal lain yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan peramalan adalah pengaruh dari moda lain, artinya dengan adanya pengembangan berbagai jenis angkutan yang ada, yaitu angkutan darat, laut, kereta api, dan penyeberangan, akan mempengaruhi pola permintaan terhadap jasa angkutan udara.