SlideShare a Scribd company logo
1 of 160
Download to read offline
Penulis: Hipzon Putra Azma, S.Kom.I., M.Hum.
Editor: Hipzon Putra Azma, S.Kom.I., M.Hum.
Desainer sampul: Rianto T.
Layout: Team Cendekia
Diterbitkan oleh:
CV CENDEKIA PRESS
NIB: 8120107982776
Komp. GBA Barat Blok C-4 No. 7 Bandung
Email: penerbit@cendekiapress.com
Website: www.cendekiapress.com
CP.RLG006-2019
ISBN: 978-623-90926-3-4
Cetakan pertama, Juli 2019
Anggota IKAPI
Hak cipta dilindungi undang-undang pada penulis,
dan hak penerbitan pada CV Cendekia Press. Dilarang
memperbanyak tulisan ini dalam bentuk dan dengan
cara apapun tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Copyright  Hipzon Putra Azma, 2019
“Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib NahdlatulWathan)”
merupakan penelitian yang mengkaji eksistensi Hizib Nahdlatul
Wathan yang dibaca dan diamalkan oleh para pengamalnya. Pokok
permasalahan yang diangkat adalah; (1) Mengapa Hizib Nahdlatul
Wathan disebut sebagai Hizib Islam Nusantara. (2) Bagaimana tata
cara pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan. (3) Apa keutamaan Hizib
Nahdlatul Wathan bagi komunitas pengamalnya. Penelitian ini
mendeskripsikan sejarah perkembangan Hizib Nahdlatul Wathan,
menganalisis Hizib Nahdlatul Wathan yang merupakan bagian
dari khasanah Islam Nusantara dan menganalisis pengamalan
Hizib Nahdlatul Wathan. Penelitian ini menunjukkan bahwa Hizib
Nahdlatul Wathan merupakan Hizib Islam Nusantara karena Hizib
Nahdlatul Wathan merupakan “ijtihad” Tuan Guru KH. Muhammad
Zainuddin Abdul Majdid. Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
diamalkan dan disebarluaskan oleh murid-murid Maulana Syaikh
ke seluruh pelosok Nusantara, dengan cara yang santun dan damai,
sesuai ajaran Islam Nusantara. Keutamaan Hizib Nahdlatul Wathan
bagi para pengamal atau pembacanya yakni, apabila diamalkan
dengan sungguh-sungguh dan istiqomah akan memperoleh rahmat
dan ridha Allah SWT, menentramkan hati dan pikiran, terpelihara
dari gangguan setan, memperoleh keberkahan hidup dunia dan
Abstrak
iv Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
akhirat, sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT,
dalam pergaulan kehidupan bermasyarakat akan disegani kawan dan
ditakuti lawan, dan lain sebagainya.
Kata Kunci: Hizib, Islam Nusantara, Tuan Guru KH. Muhammad
Zainuddin Abdul Majdid, Nahdlatul Wathan.
Bismillahi wa bihamdihi, Allohumma ashlih ummata
Muhammadin shallallohu ‘alaihi wasallam, wafarrij ‘an ummati
Muhammadin shallallohu’alaihi wasallam, warham ummata
Muhammadin shallallohu ‘alaihi wasallam, wansyur wahfadh
NahdlatalWathanifil‘alaminabihaqqiMuhammadinshallallohu‘alaihi
wasallam.
Segala puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah
SWT atas segala rahmat, taufik, hidayah serta ridho-Nya hingga
akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir tesis yang berjudul
“HizibIslam Nusantara(Pengamalan HizibNahdlatul Wathan)”
ditempuh dalam Progran Studi Sejarah Peradaban Islam, Fakultas
Islam Nusantara, Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA)
Jakarta.
Shalawat dan salam penulis haturkan ke pusara baginda
Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan
para pengikut beliau yang terus berpegang teguh pada prinsip-
prinsip yang beliau sampaikan hingga akhir zaman. Akhirnya penulis
berharap semoga kita mendapatkan syafa’at dari baginda Rasulullah
Muhammad SAW di akhirat kelak.
Dengan tersusunnya penelitian ini, penulis mengucapkan
terima kasih atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik
Kata Pengantar
vi	 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
moril, materiil maupun sprituil. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.	 Kedua orang tua tercinta, yang telah memberikan kasih sayang
dengan penuh kesabaran dan memberikan dukungan baik
moril, materil dan sprituil.
2.	 Bapak Dr. Ali M. Abdilllah, MA, selaku dosen pembimbing
yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan
mengoreksi tesis ini.
3.	 Bapak Dr. Ulil Abshar, M.Hum dan Bapak Dr. Rumadi, MA,
selaku penguji tesis.
4.	 Seluruh dosen dan civitas Pascasarjana Universitas Nahdlatul
Ulama Jakarta. Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA. Dr. Mastuki,
HS., M.Ag. Dr. Hamdani, Ph.D. Dr. Isom El-Saha, M.Ag. Prof.
Dr. Dien Majid, MA. Dr. KH. Abdul Moqsid Ghazali, MA. Dr.
Zastrouw El-Ngatawi, MA. KH. Agus Sunyoto, M.Pd. Dr. M.
Ulinnuha Husnan, Lc. MA. Dr. Syafiq Hasyim, Ph.D. Dr. Ulil
Absar Abdalla, Dr. M. Adib Misbachul Islam, Dr. Endin Aj
Soefihara, MA. Dr. Ahmad Fudhaili, MA. Dr Ali Akbar, M.Si. Dr
Mahrus El-Mawa, M.Ag. Ali Masyhar, Lc., M.Hum. A. Ginanjar
Sya’ban, Lc. M.Hum. Johan Wahyudi, M.Hum. Ayatullah,
M.Phil. Rohul, M.Hum dan lainnya.
5.	 Keluarga Besar Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta.
6.	 PengurusYayasan Mi’rajush Shibyan Nahdlatul Wathan Jakarta.
7.	 Teman-teman Mahasiswa Pascasarjana Program Magister
Angkatan 2016 yang telah berproses dengan penulis selama dua
tahun.
8.	 Rizza Ummami (Icha), yang selalu memotivasi penulis dalam
menyelesaikan tesis ini, semoga menjadi istri (ku) yang
sholehah, disertai putra-putri yang sholeh-sholehah, hidup
berkah, harta berlimpah, bersama penulis hingga jannah,
Aamiiin.
Kata Pengantar	 vii
Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan
dan kekurangandalampenulisantesisini, semogakaryasederhanaini
dapat bermanfaat bagi yang membaca dan menjadi amal baik penulis
yang dicatat oleh Allah SWT sebagai “amalan shalihan maqbulan”.
Aamiin Ya Robbal Aalamiiin.
Jakarta, Juli 2019
Hipzon Putra Azma, S.Kom.I., M.Hum.
Daftar Isi
Abstrak — iii
Kata Pengantar — v
Daftar Isi — ix
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang — 1
B. Rumusan Masalah — 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian — 10
D. Tinjauan Pustaka — 11
E. Kerangka Teori — 13
F. Metodologi Penelitian — 19
G. Teknik dan Sistematika Penulisan — 23
H. Outline atau Daftar Isi — 25
BAB 2 Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara
A. Pengertian Hizib — 27
B. Bentuk-Bentuk Hizib dalam Al-Qur’an — 29
C. Makna dan Landasan Hizib — 35
D. Pengamalan Hizib di Nusantara — 38
x	 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
1.	 Hizib dalam Tarekat Syadziliyah — 38
2.	 Hizib dalam Tarekat Hizib Nahdlatul
Wathan — 44
E.	 Pengaruh Hizib bagi Pengamalnya — 52
Bab 3	 Hizib Nahdlatul Wathan
A.	 Pendiri Hizib Nahdlatul Wathan — 55
1.	 Kelahiran Tuan Guru KH. Muhammad
Zainuddin Abdul Majdid — 56
2.	 Silsilah Tuan Guru KH. Muhammad
Zainuddin Abdul Majdid — 57
3.	 Guru-Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul
Majdid — 58
4.	 Karya-Karya KH. Muhammad Zainuddin
Abdul Majdid — 59
5.	 Pemikiran dan Kiprah Tuan Guru KH.
Zainuddin Abdul Majdid — 62
B.	 Pengertian Hizib Nahdlatul Wathan — 65
1.	 KH. Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid — 65
2.	 KH. Muhammad Suhaidi — 66
3.	 H. Abdul Kabir — 67
4.	 H. Harapandi Dahri — 67
5.	 H. Muslihan Habib dan H. Mursyidin
Zuhdi — 68
C.	 Sejarah Perkembangan Hizib Nahdlatul
Wathan — 68
1.	 Sejarah Hizib Nahdlatul Wathan — 69
2.	 Perkembangan Hizib Nahdlatul
Wathan — 71
Daftar Isi	 xi
D.	 Sistematika Penulisan Hizib Nahdlatul
Wathan — 78
E.	 Sistematika Pengamalan Hizib Nahdlatul
Wathan — 83
1.	 Penerimaan Ijazah — 83
2.	 Mengikuti kaifiat — 84
3.	 Tertib Pengamalan — 86
F.	 Etika dalam Berhizib — 89
Bab 4	 Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan
dalam Aspek Sosial Keagamaan
A.	 Hizib Nahdlatul Wathan sebagai Hizib Islam
Nusantara — 97
1.	 Pengertian Islam Nusantara — 98
2.	 Karakteristik Islam Nusantara — 99
3.	 Bentuk-bentuk Islam Nusantara — 101
4.	 Khazanah Islam Nusantara — 102
B.	 Hizib Nahdlatul Wathan sebagai Media Dakwah
Islam — 105
1.	 Pengertian Dakwah — 105
2.	 Metode Dakwah — 107
3.	 Media Dakwah	 — 108
C.	 Fadhilah Mengamalkan Hizib Nahdlatul
Wathan — 126
1.	 Mendatangkan rahmat dan ridha
Allah SWT — 126
2.	 Menentramkan hati dan pikiran — 128
3.	 Terpelihara dari gangguan setan — 129
4.	 Memperoleh keberkahan hidup dunia dan
akhirat — 131
xii Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
5. Sarana untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT — 132
6. Disegani kawan dan ditakuti lawan — 137
Bab 5 Penutup
A. Kesimpulan — 141
B. Saran — 142
Daftar Pustaka — 145
Tentang Penulis — 149
BAB 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang
tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya,
namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri
dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya,
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan
kepada seluruh umat manusia. Agama Islam membawa rahmat bagi
semesta alam apabila diterapkan dalam kehidupan umat manusia.
Selain itu, agama Islam juga memiliki sumber hukum utamayakni Al-
Qur’an yang memuat tiga ajaran, yakni akidah, akhlak/tasawuf dan
syari’at. Kedua ajaran yang pertama yakni akidah dan akhlak/tasawuf
memiliki ajaran yang bersifat universal dan statis dengan pengertian
tidak mengalami perubahan dimanapun dan kapan pun. Sementara
ajaran agama Islam yang ketiga, yakni syariat masih harus dipilah dan
dipilih antara hukum tsawabith/qath’iyyat dan hukum ijtihadiyyat.1
Hukum-hukum qath’iyyat tidak akan mengalami perubahan
(statis) walaupun waktu dan tempatnya berubah, sementara hukum-
1	 Afi
	fuddin	Muhajir,	“Maksud	Isti
	lah	Islam	Nusantara,”	arti
	kel	diakses	pada	29	Desember	
2018	 dari	 htt
	p://www.nu.or.id/post/read/60458/maksud-isti
	lah-islam-nusantara,	 jam	
10.20	WIB.
2	 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
hukum  ijtihadiyyat bersifat dinamis, berpotensi untuk berubah
seiring dengan kemaslahatan yang mengisi ruang, waktu, dan kondisi
tertentu. Dalam hukum ijtihadiyyat yang bersifat dinamis tersebut
tentunya boleh dan sah sah saja kalau kata Islam ditambah dengan
kata Amerika menjadi Islam Amerika, atau dengan kata lain, seperti
Mesir menjadi Islam Mesir, atau dengan kata Nusantara menjadi
Islam Nusantara.2
Islam Nusantara adalah suatu pemahaman, pengamalan,
dan penerapan Islam dalam segmen fikih mu’amalah sebagai hasil
dialektika antara nash, syari’at, ‘urf, budaya, dan realita di bumi
Nusantara. Dalam istilah “Islam Nusantara”, tidak ada sentimen
benci terhadap bangsa dan budaya negara manapun, apalagi negara
Arab, khususnya Arab Saudi sebagai tempat kelahiran agama Islam
dan bahasanya menjadi bahasa Al-Qur’an.3
Selain berkaitan dengan
hukum Islam yang bersifat statis dan dinamis, Islam juga berkaitan
dengan hal-hal ruhaniah yakni tasawuf.
Dalam buku-buku bahasa Inggris, terminologi tasawuf sering
disebut dengan Islamic Mysticism (ajaran mistik yang diwarnai oleh
ajaran Islam), oleh karenanya tasawuf atau sufisme dalam pengertian
masa kini adalah ajaran mistik yang dikembangkan oleh ummat Islam
dandijiwai olehajaranagama Islam. Namundemikian, istilah tasawuf
tidak pernah ada atau belum dikenal pada masa Nabi Muhammad
SAW, meskipundemikian, jelas bahwaesensidariajarantasawuf telah
ada sejak masa Nabi Muhammad SAW.4
Dalam perkembangannya,
tasawuf sebagai suatu ilmu keislaman merupakan hasil kebudayaan
Islam, sebagaimana ilmu-ilmu keislaman lainnya, seperti Ilmu Fikih,
Ilmu Tauhid dan ilmu-ilmu keislaman lainnya.5
2	 Afifuddin Muhajir, “Maksud Istilah Islam Nusantara,”
3	 Afifuddin Muhajir, “Maksud Istilah Islam Nusantara,”
4	 Muslihan Habib dan Mursyidin Zuhdi, Hizib dan Thariqah Nahdlatul Wathan: Alternatif
Tasawuf Modern Masterpiece Al-‘Alim Al-‘Allamah Maulana Syaikh Tuan Guru Kiyai Haji
Zainuddin Abdul Majdid dalam Bidang Tasawuf (Jakarta: Pondok Pesantren NW Jakarta,
t.th.), h. 16.
5	 Muslihan Habib dan Mursyidin Zuhdi, Hizib dan Thariqah Nahdlatul Wathan: Alternatif
Bab I - Pendahuluan	 3
Kajian tasawuf tidak akan pernah lepas dari kajian keislaman.
Tasawuf merupakan dimensi spiritual Islam yang di dalamnya
terdapat pemahaman esoterik mengenai Islam itu sendiri.6
Walau
dalam kenyataannya, tasawuf juga memunculkan pro dan kontra
dalam roda kehidupan, bahwa realita tersebut berupa kenyataan yang
sangatekstrem membid’ahkan tasawuf, tetapi jugaadayang apresiatif
memandang tasawuf sebagai bagian dari khazanah spiritualitas
ajaran Islam. Kelompok yang cukup apresiatif menyatakan bahwa
tasawuf sebagai media lintasan untuk mencapai tujuan-tujuan syara’
(maqasid al-syar’i), dalam pengertian yang sederhana adalah bentuk
penghayatan seorang hamba terhadap ajaran agama yang dianutnya.7
Tasawuf selain bagian dari kajian keislaman juga merupakan
salah satu gejala spiritual yang cukup menarik. Sejumlah ahli
memprediksi fenomena gerakan spiritualitas akan menjadi trend
di abad dua puluh satu. Hal itu terkait dengan kejenuhan manusia
modern terhadap kehidupannya yang selalu didominasi oleh hal-hal
yang bersifat materi. Dari situlah kemudian manusia secara massif
mulai bergairah untuk kembali melihat kesadaran spiritualnya yang
telah lama di tinggalkan yakni melalui jalur tasawuf.8
Ajaran tasawuf menekankan pada keadaan batiniah dan jiwa
serta perilaku lahiriah dalam beribadat yang berupa penyerahan diri
kepada Allah SWT. Pemahaman lain akan sufisme tampaknya lebih
mencari pengetahuan akan kenyataan, pencerahan, atau genosis
(ma’rifat). Sedangkan jalan untuk mencapai ma’rifat kepada Allah
SWT dalam tasawuf disebut tarekat, yang menurut Abu Bakar Aceh,
bermula dari suatu cara mengajar atau mendidik, namun lama
kelamaan meluas menjadi kekeluargaan atau perkumpulan, yang
Tasawuf Modern Masterpiece Al-‘Alim Al-‘Allamah Maulana Syaikh Tuan Guru Kiyai Haji
Zainuddin Abdul Majdid dalam Bidang Tasawuf, h. 16.
6	 Mulyadhi Kartanegara, Indahnya menyelami sisi Humanisme Kaum Sufi dalam Media
Zainul Bhari “Tasawuf Mendamaikan dunia” (Jakarta: Erlangga, 2010), h. xxx.
7	 Amin Syukur, Menggugat Tasawuf, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 199), h. 2.
8	 M. Sholihin, Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), h. 5.
4	 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
mengikat penganut-penganut tasawuf yang sepaham dan sealiran,
guna menerima ajaran-ajaran dan latihan-latihan dari pemimpinnya
dalam suatu ikatan.9
Perkumpulanatau ikatan tertentu itu, tumbuhdan berkembang
pesat pada zaman kemajuan Baghdad abad ke III dan ke – IV hijriah,
tatkala kekuasaan kerajaan Islam berkembang dan pesona dunia
lebih mendominasi kehidupan keseharian dibanding keagamaan.
Pola hidup yang berorientasi kebendaan dan kemewahan tumbuh
subur dan melunturkan iman dan tauhid, merusak akhlak dan
moral. Fenomena tersebut memprihatinkan sejumlah ulama, yang
kemudian berusaha memperbaiki kehidupan kerohanian dengan
mengembalikan ummat kepada kehidupan Islam seperti yang pernah
terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW, kemudian sejumlah ulama
itu mengumpulkan pengikut-pengikutnya, mengajar dan melatih
secara khusus, menggunakan amalan zikir, wirid dan do’a yang
khususpula, sehinggakemudian berkembang menjadi perkumpulan-
perkumpulan tarekat.10
Tarekat berasal dari bahasa Arab yakni kata thariqah yang
berarti jalan. Kata tarekat dapat dijumpai dalam Al-Qur’an surat An-
Nisâ: 168 dan 169, surat Thâha: 63, 77, dan 104, surat Al-Ahqâf: 30,
surat Al-Mu’minûn: 17, surat Al-Jin: 11 dan 16, yang berbunyi:
‫ا‬
ً
‫يق‬ِ‫ر‬ َ
‫ط‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ِي‬‫د‬ْ‫ه‬َ ِ‫ي‬
‫ل‬
َ‫ا‬
‫ل‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ل‬ َ‫ر‬ِ‫ف‬
ْ
‫غ‬َ ِ‫ي‬
‫ل‬ ُ َّ‫ه‬
‫الل‬ ِ‫ن‬
ُ
‫ك‬َ‫ي‬ ْ‫م‬
َ
‫ل‬ ‫وا‬ُ‫م‬
َ
‫ل‬
َ
‫ظ‬َ‫و‬ ‫وا‬ُ‫ر‬
َ
‫ف‬
َ
‫ك‬ َ‫ِين‬
َّ‫ذ‬
‫ال‬
َّ
‫ن‬ِ‫إ‬
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kezaliman, Allah
sekali-kali tidak akan mengampuni (dosa) mereka dan tidak (pula) akan
menunjukkan jalan kepada mereka.” (QS. An- Nisâ [04]: 168)
‫ا‬ً‫ِري‬‫س‬َ‫ي‬ ِ
َّ‫ه‬
‫الل‬
َ‫لَى‬
‫ع‬
َ
‫ِك‬‫ل‬َٰ
‫ذ‬
َ
‫ن‬
َ‫ا‬
‫ك‬َ‫و‬ ۚ ‫ا‬ً‫د‬َ‫ب‬
َ
‫أ‬ ‫ا‬َ‫ِيه‬‫ف‬ َ‫ِين‬ ِ‫د‬
‫ال‬
َ
‫خ‬ َ‫م‬َّ‫ن‬َ‫ه‬َ‫ج‬ َ
‫يق‬ِ‫ر‬ َ
‫ط‬
َّ‫ا‬
‫ل‬ِ‫إ‬
9	 BambangWiwoho, Bertasawuf di Zaman Edan: Hidup Bersih, Sederhana, Mengabdi,
(Jakarta: Buku Republika (Imprint PT Pustaka Abdi Bangsa, 2016), h. 33.
10	 BambangWiwoho, Bertasawuf di Zaman Edan: Hidup Bersih, Sederhana, Mengabdi, h.
33-34.
Bab I - Pendahuluan	 5
“Kecuali jalan ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS.
An- Nisâ [04]: 169)
‫ا‬َ‫ِم‬‫ه‬ِ‫ر‬
ْ
‫ِح‬‫س‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬
ُ
‫ك‬ ِ‫ض‬ْ‫ر‬
َ
‫أ‬ ْ‫ِن‬‫م‬ ْ‫م‬
ُ
‫اك‬َ‫ج‬ِ‫ر‬
ْ ُ‫خ‬
‫ي‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬ ِ‫ان‬َ‫يد‬ِ‫ر‬ُ‫ي‬ ِ‫ان‬َ‫ِر‬‫ح‬‫ا‬ َ‫س‬
َ
‫ل‬ ِ‫ان‬
َ
‫ذ‬ٰ َ
‫ه‬
ْ
‫ن‬ِ‫إ‬ ‫وا‬
ُ
‫ال‬
َ
‫ق‬
ٰ َ‫ى‬
‫ل‬
ْ
‫ث‬ُ‫م‬
ْ
‫ال‬ ُ‫م‬
ُ
‫ك‬ِ‫ت‬
َ
‫يق‬ِ‫ر‬ َ
‫ط‬ِ‫ب‬ ‫ا‬َ‫ب‬
َ
‫ه‬
ْ
‫ذ‬َ‫ي‬َ‫و‬
“Mereka berkata: «Sesungguhnya dua orang ini adalah
benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu
dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kamu yang
utama.” (QS. Thâha [020]: 63)
ِ‫ر‬
ْ
‫ح‬َ ْ‫ب‬
‫ال‬ ِ‫ي‬
‫ف‬ ‫ا‬
ً
‫يق‬ِ‫ر‬ َ
‫ط‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ل‬ ْ
‫ب‬ِ
ْ‫ر‬
‫اض‬
َ
‫ف‬ ‫ِي‬‫د‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ع‬ِ‫ب‬ ِ
ْ‫ر‬
‫س‬
َ
‫أ‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬ ٰ َ‫ى‬
‫وس‬ُ‫م‬ ٰ َ‫ى‬
‫ل‬ِ‫إ‬ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ح‬ْ‫و‬
َ
‫أ‬
ْ
‫د‬
َ
‫ق‬
َ
‫ل‬َ‫و‬
ٰ َ‫ى‬
‫ش‬
ْ َ‫خ‬
‫ت‬
َ‫ا‬
‫ل‬َ‫و‬
ً‫ا‬
‫ك‬َ‫ر‬
َ
‫د‬
ُ
‫اف‬
َ َ‫خ‬
‫ت‬
َ‫ا‬
‫ل‬ ‫ا‬ ً‫س‬َ‫ب‬َ‫ي‬
“Dan Sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: «Pergilah kamu
dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, Maka buatlah
untuk mereka jalan yang kering dilaut itu, kamu tak usah khawatir akan
tersusul dan tidak usah takut.” (QS. Thâha [020]: 77)
‫ا‬ً‫م‬ْ‫و‬َ‫ي‬
َّ‫ا‬
‫ل‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬
ْ
‫ث‬ِ
َ‫ب‬
‫ل‬
ْ
‫ن‬ِ‫إ‬
ً
‫ة‬
َ
‫يق‬ِ‫ر‬ َ
‫ط‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬
ُ
‫ل‬
َ
‫ث‬
ْ
‫م‬
َ
‫أ‬
ُ
‫ول‬
ُ
‫ق‬َ‫ي‬
ْ
‫ذ‬ِ‫إ‬
َ
‫ون‬
ُ
‫ول‬
ُ
‫ق‬َ‫ي‬ ‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ُ‫م‬
َ
‫ل‬
ْ
‫ع‬
َ
‫أ‬ ُ‫ن‬
ْ َ‫ح‬
‫ن‬
“Kami lebih mengetahui apa yang mereka katakan, ketika berkata orang
yang paling Lurus jalannya di antara mereka: «Kamu tidak berdiam (di
dunia), melainkan hanyalah sehari saja.” (QS. Thâha [020]: 104)
ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫د‬َ‫ي‬ َ ْ‫ن‬
‫ي‬َ‫ب‬ ‫ا‬َ‫ِم‬‫ل‬ ‫ا‬
ً
‫ِق‬ّ‫د‬ َ
‫ص‬ُ‫م‬ ٰ َ‫ى‬
‫وس‬ُ‫م‬ ِ‫د‬
ْ
‫ع‬َ‫ب‬ ْ‫ِن‬‫م‬
َ
‫ل‬ِ‫ز‬
ْ
‫ن‬
ُ
‫أ‬ ‫ا‬ً‫اب‬َ‫ِت‬‫ك‬ ‫ا‬َ‫ن‬
ْ
‫ع‬ِ‫م‬َ‫س‬ ‫ا‬
َّ
‫ن‬ِ‫إ‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫م‬ْ‫و‬
َ
‫ق‬ ‫ا‬َ‫ي‬ ‫وا‬
ُ
‫ال‬
َ
‫ق‬
ٍ‫يم‬ِ‫ق‬َ‫ت‬ ْ‫س‬ُ‫م‬ ٍ
‫يق‬ِ‫ر‬ َ
‫ط‬ ٰ َ‫ى‬
‫ِإَول‬ ِ
ّ
‫ق‬َْ‫ح‬
‫ال‬
َ‫ى‬
‫ل‬ِ‫إ‬ ‫ِي‬‫د‬ْ‫ه‬َ‫ي‬
“Mereka berkata: «Hai kaum Kami, Sesungguhnya Kami telah
mendengarkan kitab (Al Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa
yang membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya lagi memimpin
kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Ahqâf [046]: 30)
6	 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
َ‫ِني‬‫ل‬ِ‫ف‬
َ‫ا‬
‫غ‬ ِ‫ق‬
ْ
‫ل‬َْ‫خ‬
‫ال‬ ِ‫ن‬
َ
‫ع‬ ‫ا‬َّ‫ن‬
ُ
‫ك‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ َ
‫ق‬ِ‫ائ‬َ‫ر‬ َ
‫ط‬ َ‫ع‬ْ‫ب‬َ‫س‬ ْ‫م‬
ُ
‫ك‬
َ
‫ق‬ْ‫و‬
َ
‫ف‬ ‫ا‬َ‫ن‬
ْ
‫ق‬
َ
‫ل‬
َ
‫خ‬
ْ
‫د‬
َ
‫ق‬
َ
‫ل‬َ‫و‬
“Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah
jalan (tujuh buah langit); dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan
(kami).” (QS. Al-Mu’minûn [023]: 17)
‫ا‬
ً
‫د‬َ‫ِد‬‫ق‬ َ
‫ق‬ِ‫ائ‬َ‫ر‬ َ
‫ط‬ ‫ا‬َّ‫ن‬
ُ
‫ك‬ ۖ
َ
‫ِك‬‫ل‬َٰ
‫ذ‬
َ
‫ون‬
ُ
‫د‬ ‫ا‬َّ‫ِن‬‫م‬َ‫و‬
َ
‫ون‬ُ ِ‫ح‬
‫ال‬ َّ
‫الص‬ ‫ا‬َّ‫ِن‬‫م‬ ‫ا‬
َّ
‫ن‬
َ
‫أ‬َ‫و‬
“Dan Sesungguhnya di antara Kami ada orang-orang yang saleh dan
di antara Kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. adalah Kami
menempuh jalan yang berbeda-beda.” (QS. Al-Jin [72]: 11)
‫ا‬
ً
‫ق‬َ‫د‬
َ
‫غ‬ ً‫اء‬َ‫م‬ ْ‫م‬
ُ
‫اه‬َ‫ن‬ْ‫ي‬
َ
‫ق‬ْ‫س‬
َ َ‫أ‬
‫ل‬ ِ‫ة‬
َ
‫يق‬ِ‫ر‬ َّ
‫الط‬
َ‫لَى‬
‫ع‬ ‫وا‬ُ‫ام‬
َ
‫ق‬َ‫ت‬ْ‫اس‬ ِ‫و‬
َ
‫ل‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬َ‫و‬
“Dan bahwasanya: Jikalau mereka tetap berjalan Lurus di atas jalan itu
(agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka
air yang segar (rezki yang banyak).” (QS. Al-Jin [72]: 16)
Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Imam Muslim Nabi Muhammad SAW menyuruh ummatnya untuk
mengikuti sunnah beliau dan sunnah para sahabatnya. Sunnah bisa
juga dalam pengertian jalan, seperti halnya tarekat yang berarti
jalan. Meskipun memiliki makna yang sama antara sunnah dan
tarekat, istilah tarekat dapat diterapkan pada berbagai kelompok
atau golongan yang mengikuti mazhab tertentu yang didirikan dan
dikembangkan oleh seorang Asy-Syaikh atau seorang alim tertentu,
namun sunnah tidak dapat bermakna demikian.
Dalam konteks tasawuf, tarekat berarti menjalankan dengan
sikap kehati-hatian dan ketelitian, melaksanakan fadlailu al-‘amal
serta bersungguh- sungguh dalam mengerjakan ibadah dan riyadlah.
Pengertianini mengindikasikanbahwatarekatpadaawalnyahanyalah
dimaksudkan sebagai metode, atau cara dan jalan yang ditempuh
seorang sufi menuju pencapaian tertinggi. Pada perkembangan
selanjutnya, tarekat berubah secara sosiologis menjadi sebuah
institusi sosial keagamaan yang memiliki ikatan keanggotaan sangat
Bab I - Pendahuluan	 7
kuat. Esensi dari institusi tersebut misalnya interaksi antara murid
dengan guru (mursyid). Di Indonesia terdapat suatu organisasi
tarekat mu’tabarah yang disebut JATMAN (Jam’iyyah Ahlith Tarekat
Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah). Tarekat mu’tabarah adalah tarekat
yang mempunyai sanad (mata rantai) yang tidak terputus atau
bersambung kepada Rasulullah SAW dan karena itu absah untuk
diamalkan.
Tarekat merupakan bagian kecil dari praktek peribadatan
yang mencoba memasuki dunia tasawuf. Tarekat dapat berfungsi
untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan nafsu serta sifat-
sifatnya, untuk kemudian menjauhi yang tercela dan mengamalkan
yang terpuji. Maka, tarekat pun sangat penting bagi ummat Islam
yang hendak membersihkan hati dari sifat-sifat kebendaan untuk
kemudian mengisi hati dengan dzikir, muraqabah, mahabbah,
ma’rifah dan musyahadah kepada Allah SWT. Salah satu wali Allah
yang merupakan pendiri sebuah tarekat yakni Tuan Guru Kyai Haji
Muhammad Zainuddin Abdul Majid.
Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid
mengatakan bahwa syari’at itu merupakan uraian, tarekat
merupakan pelaksanaan, hakekat merupakan keadaan dan ma’rifat
merupakan tujuan pokok, yakni pengenalan Tuhan yang sebenar-
benarnya. Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid
juga menganalogikan syari’at itu sebagai sebuah sampan (perahu),
tarekat itu adalah lautan, hakekat itu adalah mutiara. Orang tidak
akan mendapatkan mutiara kecuali melewati lautan denggan
menggunakan sampan.11
Ajaran tasawuf Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin
Abdul Majid, tidak memisahkan antara fikih dan tasawuf. Dalam
konteks ini, Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid
11	 Mohammad Noor, dkk., Visi Kebangsaan Religius Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Abdul
Majdid 1904-1997, (Jakarta: Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta dan PT. Logos
Wacana Ilmu, 2004), h. 267.
8	 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
mengungkapkan argumentasinya dengan mengutip pandangan Anas
Ibn Malik yang mengatakan:
“Barang siapa yang melaksanakan Fikih saja tanpa dibarengi
dengan pelaksanaan tasawuf, maka ia temasuk golongan orang-
orang fasik, dan barang siapa yang hanya melaksanakan tasawuf
saja, tanpa melaksanakan fikih, maka ia termasuk golongan
orang-orang zindik, sementara barang siapa yang mengerjakan
keduanya secara sinergis, maka ia termasuk orang-orang yang
telaah mencapai derajat hakekat”.
Berkaitan dengan ajaran untuk mensinergikan antara syariat
dengan hakekat, Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul
Majid menulis dalam bait-bait syairnya sebagai berikut:
Wahai anakku jamaah tarekat
Janganlah lupa pada syariat
Ingatlah selalu kandungan baiat
Mudahan selamat dunia akhirat
Banyak sekali membisikkan hakekat
Padahal mereka buta syariat
Sehingga awam banyak terpikat
Menjadi zindik menjadi sesat.12
Selainsebagai pendiri tarekat, Tuan Guru Kyai Haji Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid juga memiliki sebuah karyayang fenomenal
yakni Hizib Nahdlatul Wathan. Hizib Nahdlatul Wathan merupakan
sebuah karya hasil konstruksi pemikiran salah satu ulama khas
Nusantara yakni Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul
Majid, salah seorang putra terbaik dari seorang ayah bernama Abdul
Majdid yang berasal dari Nusa Tenggara Barat (NTB). Dikisahkan
bahwa beberapa hari menjelang kelahiran Tuan Guru Kyai Haji
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, sang ayah ( Abdul Majdid)
12	 Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid,Hizib Nahdlatul al-Wathan, Hizib
Nahdlatul al-Banat, (Jakarta: Nahdlatul Wathan Jakarta, 2002), h. 109.
Bab I - Pendahuluan	 9
didatangi oleh seorang wali bernama Asy-Syaikh Ahmad Rifa’i dari
Maghribi dengan mengatakan bahwa akan lahir seorang anak
laki-laki dari istrimu (istri Abdul Majdid/ ibu Tuan Guru Kyai Haji
Muhammad Zainuddin Abdul Majid) yang kelak akan menjadi ulama
besar di abad ke-20 dan akan menjadi sulthonul aulia.13
Hizib Nahdlatul Wathan mempunyai karaktersitik tersendiri,
yakni memiliki fungsi keagamaan yaitu merupakan suatu jalan atau
metode yang mengacu pada amalan-amalan (zikir dan wirid) yang
nasab keilmuannya bersambung kepada pendiri Hizib Nahdlatul
Wathan yaitu Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid. Berdasarkan fungsi keagamaan tersebut dapatlah dipahami
bahwa corak keagamaan yang melekat pada Hizib Nahdlatul Wathan
bersifat etis dan praktis. Sementara, hubungan antara guru dan
murid dalam Hizib Nahdlatul Wathan memiliki hubungan yang
kuat dengan kepemimpinan kharismatik pendiri Hizib Nahdlatul
Wathan yang memiliki karomah yang sangat luar biasa, sehingga
oleh pengikutnya disebut sebagai sulthonul aulia Tuan Guru Kyai
Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid. Selain itu, bacaan yang
diamalkan dalam Hizib Hizib Nahdlatul Wathan terdiri dari ayat-
ayat Al-Qur’an, shalawat, do’a-do’a mu’tabar dari Rasulullah SAW,
para ulama dan aulia’.
Studi ini memfokuskan pembahasannya mengenai Hizib
Nahdlatul Wathan yang diawali dari sejarah perkembangan, hingga
fadhilah atau keutamaan yang diperoleh dari pembacaan Hizib
Nahdlatul Wathan. Saat ini, perkembangan Hizib Nahdlatul Wathan
tersebar di seantero Nusantara, salah satunya terdapat di Daerah
Khusus Istimewa (DKI) Jakarta yang berpusat di Pondok Pesantren
Nahdlatul Wathan Jakarta yang terletak di Jalan Penggilingan
Raya, Penggilingan-Cakung, Jakarta Timur tempat tinggal peneliti
sekarang. Sesungguhnya Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan
13	 Masnun. Tuan Guru KH Muhammad Zainuddin Abdul Majdid: Gagasan dan Gerakan
Pembahruan Islam di Nusa Tenggara Barat. (T.tp.: Pustka Al-Miqdad, 2007), h. 16.
10	 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
Jakarta merupakan pusat pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan di
Jakarta yang dipimpin oleh KH. Suhaidi, SQ salah seorang murid
kesayangan pendiri Hizib Nahdlatul Wathan yakni Tuan Guru Kyai
Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid ketika belajar di Lombok,
Nusa Tenggara Barat.
Dari paparan latar belakang diatas, maka peneliti menganggap
penting dan menarik untuk meneliti Hizib Nahdlatul Wathan.
Dengan ini peneliti mengajukannyasebagai karya ilmiah tesisdengan
judul “HIZIB ISLAM NUSANTARA (Pengamalan Hizib Nahdlatul
Wathan).”
B.	 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, masalah
penelitian dirumuskan dalam bentuk beberapa pertanyaan sebagai
berikut:
1.	 Mengapa Hizib Nahdlatul Wathan disebut sebagai Hizib Islam
Nusantara ?
2.	 Bagaimana tata cara pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan?
3.	 Apa keutamaan pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan bagi
komunitas pengamalnya?
C.	 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dan manfaat penelitian dalam hal ini adalah
sebagai berikut :
1.	Tujuan
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu:
a.	 Mendeskripsikan sejarah dan perkembangan Hizib
Nahdlatul Wathan.
Bab I - Pendahuluan	 11
b.	 Menganalisis Hizib Nahdlatul Wathan yang merupakan
bagian dari khasanah Islam Nusantara.
c.	 Menganalisis praktek pengamalan Hizib Nahdlatul
Wathan.
2.	Manfaat
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, yaitu :
a.	 Mengetahui sejarah dan perkembangan Hizib Nahdlatul
Wathan.
b.	 Memperkenalkan dan memperkaya khazanah penulisan
tasawuf dalam khazanah Islam Nusantara.
c.	 Mengetahui praktek dan pengamalan suatu kegiatan
keagamaan, khususnya yang berkaitan dengan tasawuf
dalam khazanah Islam Nusantara.
D.	 Tinjauan Pustaka
Penelitian mengacu kepada sumber primer, yakni sebuah
buku yang berjudul “Visi Kebangsaan Religius; Refleksi Pemikiran
dan Perjuangan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul
Majdid 1904-1997”, karya Mohammad Noor, Muslihan Habib, dan
Muhammad Zurfin Zuhdi. Di dalam buku tersebut dipaparkan secara
lengkap dan mendalam mengenai silsilah, pendidikan, kepribadian,
dan perjuangan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin
Abdul Majdid, serta karya-karya Tuan Guru Kyai Haji Muhammad
Zainuddin Abdul Majdid termasuk Hizib Nahdlatul Wathan.14
Buku
tersebut memiliki persamaan dengan penelitian ini, yaitu sama-
sama mendeskripsikan biografi pendiri Hizib Nahdlatul Wathan,
sistematika pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan dan sistematika
penulisan Hizib Nahdlatul Wathan. Namun buku tersebut juga
14	 Noor, dkk., Visi Kebangsaan Religius, h. xxx.
12	 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
memiliki perbedaan dengan penelitian ini yakni buku tersebut
hanya menyinggung tentang Hizib Nahdlatul Wathan secara umum,
sementarapenelitian ini khusus Hizib Nahdlatul Wathanyang berada
di Jakarta. Adapun kontribusi buku tersebut dengan penelitian ini,
yakni memperoleh data-data pendiri Hizib Nahdlatul Wathan dan
beberapa karya Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul
Majdid, yang salah satunya adalah Hizib Nahdlatul Wathan.
Selain itu, penulis juga mengacu kepada sumber lainnya yaitu
sebuah buku yang berjudul “Tuan Guru KH Muhammad Zainuddin
Abdul Majdid; Gagasan dan Gerakan Pembaharuan Islam di Nusa
Tenggara Barat”, karya H. Masnun. Dalam buku tersebut, di bagian
keempatdengansubjudulTuanGuruKyaiHajiMuhammadZainuddin
Abdul Majdid Pergumulan AntaraTarekat, Islam Wetu Teludan Hizib
Nahdlatul Wathan.15
Dalam penjelasannya, penulis menyinggung
secara umum Hizib Nahdlatul Wathan. Adapun kontribusinya adalah
memperoleh pemahaman seputar Hizib Nahdlatul Wathan yang
merupakan amalan warga Nahdlatul Wathan.
Selain mengacu pada kedua buku diatas, peneliti juga merujuk
kepada teks ikhtisar Hizib Nahdlatul Wathan, sebagai pegangan
atau bacaan para jamaah Hizib Nahdlatul Wathan. Ikhtisar
Hizib Nahdlatul Wathan merupakan bacaan yang paling disering
diamalkan oleh jama’ah Nahdlatul Wathan, terlebih lagi pada
moment-moment tertentu seperti Peringatan Hari Besar Nasional
(PHBI) atau keagamaan, walimatussafar, khitanan, akekahan, dan
moment-moment lainnya.
Dalam tataran akademis, penulis memperoleh skripsi yang
berjudul “Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan di Jakarta”, karya Fadly
Daniawan. Dalam skripsi tersebut Fadly Daniawan berkesimpulan
bahwa ciri khas ajaran tasawuf yang dipraktekkan dalam Tarekat
Hizib Nahdlatul Wathan adalah penekanan terhadap syari’at,
15	 Masnun. Tuan Guru KH Muhammad Zainuddin Abdul Majdid: Gagasan dan Gerakan
Pembahruan Islam di Nus Tenggara Barat. (T.tp.: Pustka Al-Miqdad, 2007), h. 144.
Bab I - Pendahuluan	 13
keserdahanan, fleksibilitas, dan teknik rabithah. Selain itu, dalam
skripsi tersebut dipaparkan kesimpulan bahwa eksistensi Tarekat
Hizib Nahdlatul Wathan Jakarta tidak terlepas dari peranan KH. M.
Suhaidi, SQ selaku pimpinan Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan
dan merupakan salah satu murid kesayangan Tuan Guru Kyai Haji
Muhammad Zainuddin Abdul Majdid.16
Adapun kontribusi skripsi
tersebut dengan penelitian ini, yaitu memperoleh data-data tentang
sejarah lahirnya Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan di Jakarta yang
peneliti jadikan sebagai data awal dalam meneliti Hizib Nahdlatul
Wathan di Jakarta.
E.	 Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan landasan berfikir yang berisi uraian
ringkas tentang teori yang digunakan dalam membingkai jawaban
penelitian, yang bertujuan membantu pembentukan kerangka
berfikir akademis dalam menjawab masalah penelitian yang diajukan
dalam sebuah penelitian.17
Orientasi dalam penelitian ini adalah dalam bidang tasawuf,
maka tasawuf merupakan corak keagamaan yang tumbuh dan
berkembang dalam penghayatan agama Islam. Para sufi-sufi sangat
menekankan kepada pola hidup sederhana dengan menjauhkan diri
dari kemewahan hidup dan gemerlapan materi kehidupan dunia
dan selalu berusaha dengan sekuat tenaga untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT, sehingga merasakan cinta Tuhan dan melihat
Tuhan dengan hati.18
Dalam terminologi sufi, bahwa jalan yang harus
ditempuh oleh seseorang untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT
adalah dengan bertarekat.
16	 Fadly Daniawan, “Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan di Jakarta,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, 2011), h. 57-58.
17	 Mastuki, Pedoman Penulisan Tesis, h. 16.
18	 Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme (Jakarta: Bulan Bintang, 1978),  h. 58.
14	 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
Tarekat seringkali dihubungkan dengan organisasi para sufi
(sufisme), jika dilihat dari kegiatan mursyid atau Asy-Syaikh yang
mengajarkan tarekat kepada murid-muridnya yang berkumpul
di sekitarnya, dan para murid-murid tersebut melakukan latihan-
latihan spiritual dibawah bimbingan mursyid atau Asy-Syaikh
tersebut. Murid-murid yang tinggal di sekitar mursyid atau Asy-
Syaikh merupakan kelompok inti yang terbagi dalam berbagai
tingkatan menurut kemampuan, kejujuran, dan pengabdiannya
kepada mursyid atau syekh yang memegang peranan utama dalam
menentukan tingkat kemampuan murid, yang seringkali didasarkan
atas pandangan yang tajam secara psikologis praktis.19
Dalam sejarah perkembangan Hizib Nahdlatul Wathan, hingga
saat ini sudah hampir dipastikan berpapasan dengan bermacam-
macam perubahan sosial yang mempengaruhi sistem sosial yang
ada dalam kehidupan masyarakat. Studi ini dirasa perlu kiranya
melacak struktur sosial yang melatarbelakangi dinamika sejarah dan
perkembangan Hizib Nahdlatul Wathan di Jakarta dan perubahan-
perubahan sosial dalam masyarakat, termasuk di dalamnya konflik-
konflik sosial, sistem-sistem tradisi dan keagamaan serta pola
hubunganantar kelompokyang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Perubahan-perubahan sosial itu dalam gejala sosial yang lebih
kompleks yang dapat dilihat dari adanya transformasi structural.
Menurut Sartono Kartodirjo, hal tersebutdapatditelusuri dari adanya
proses integrasi dan disintegrasi, atau disorganisasi dan reorganisasi.
Selanjutnya proses seperti itu telah merubah secara fundamental dan
kualitatif jenis solidaritas yang menjadi kolektif, misalnya dari ikatan
komunal menjadi organisasi formal.20
19	 Dudung Abdurrahman. “Gerakan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Suryalaya di
Tasikmalaya.” Tesis s2 Program Studi Sejarah Jurusan Ilmu-Ilmu Humaniora, Program
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 1996. h. 21.  
20	 Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia,
1992), h. 161-162.
Bab I - Pendahuluan	 15
Selain menggunakan tasawuf sebagai kerangka teori,
penelitian ini juga menggunakan teori kebudayaan menurut Arnold
Toynbee. Arnold Toynbee melihat sejarah dan perkembangan dengan
menggunakan teori gerak sejarah menurut Arnold J. Toynbee. Menurut
Arnold J. Toynbee, gerak sejarah berjalan melalui tingkatan berikut21
:
a.	 Genesis of civilization atau lahirnya kebudayaan
	 Suatu kebudayaan terjadi dan muncul karenaadanya tantangan
dan jawaban (challenge and response) antara manusia dengan
alam sekitar. Alam akan memberikan tantangan kepada
manusia untuk memberikan pengalaman hidup yang akan
berkembang menjadi suatu kebudayaan. Setelah alam memberi
tantangan kepada manusia, kemudian manusia pun memberi
jawaban akan tantangan alam sehingga menimbulkan suatu
kebudayaan. Dalam alam yang baik, manusia berusaha untuk
mendirikan suatu kebudayaan. Akan tetapi apabila kondisi
alam yang tidak baik, manusia tidak akan bisa mendirikan
suatu kebudayaan.
b.	 Growth of civilization atau perkembangan kebudayaan
	 Kondisi alam yang baik menimbulkan lahirnya kebudayaan,
dalam perkembangan suatu kebudayaan, yang merupakan
kejadian yang digerakkan oleh sebagian kecil dari pihak-pihak
kebudayaan itu. Pihak-pihak kebudayaan itu adalah suatu
kelompok manusia yang menjadi sebuah masyarakat. Suatu
kelompok dalam jumlah kecil (minority) itu menciptakan
kebudayaan dari jawaban yang diberikan dan tantangan alam,
kemudian ditiru oleh sebagian besar masyarakat (mayority).
Suatu kebudayaan dikembangkan oleh minority yang kuat dan
dapat menciptakan suatu kebudayaan. Suatu kelompok kecil
(minority) yang kuat mengembangkan kebudayaan dengan 
menyebarkan kebudayaan dan mempengaruhi masyarakat
21	 M.Dien Majdid dan  Johan Wahyudhi,  Ilmu Sejarah: Sebuah Pengantar  (Jakarta: Prenada
Media Group, 2014), h. 184.
16	 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
untuk meniru kebudayaanyang telahdiciptakanoleh kelompok
kecil (minority).
c.	 Decline of civilization atau keruntuhan kebudayaan
	 Perkembangan kebudayaan yang ditumbuh kembangkan oleh
minority yang kuat. Apabila minority sudah tidak sanggup lagi
mempertahankan kebudayaan (lemah) dan kehilangan daya
ciptanya, maka tantangan-tantangan dari alam tidak dapat
lagi dijawab. Akibatnya apabila keadaan sudah memuncak
seperti itu, maka akan terjadi keruntuhan yang menyebabkan
kehancuran kebudayaan yang seakan-akan lenyap ditelan alam.
Menurut Arnold J. Toynbee, keruntuhan itu terjadi dalam tiga
masa gelombang, yaitu:
1.	 Breakdown of civilization atau kemerosotan kebudayaan
	 Kemerosotan kebudayaan, disebabkan oleh kehilangan
daya tarik minoritas untuk menciptakan kebudayaan
serta kehilangan kewibawaannya, maka mayority tidak
lagi bersedia mengikuti minoritas peraturan dalam
kebudayaan (antara minoritas dan mayoritas) pecah
dan tentulah tunas-tunas hidupnya kebudayaan akan
lenyap.
2.	 Disintegration of civilization atau kehancuran kebudayaan
	 Kehancuran kebudayaan, mulai tampak setelah tunas-
tunas kehidupan itu mati dan pertumbuhan terhenti.
Setelah pertumbuhan terhenti maka seolah-olah daya
hidup itu membeku dan terdapatlah suatu kebudayaan
yang tidak berjiwa lagi.
3.	 Dissolution of civilization atau hilang dan lenyapnya
kebudayaan.
	 Lenyapnya kebudayaan ialah apabila tubuh kebudayaan
yang sudah menjadi batu itu hancur lebur kemudian
lenyap.
Bab I - Pendahuluan	 17
PandanganArnold J.Toynbeetidakhanyamemperhatikangerak
dari proses sejarah saja, akan tetapi juga memperhatikan bagaimana
awal kejadian dari sebuah kebudayaan, kemudian berkembang dan
akhirnya mundur dan hilang, bahkan lenyap dari permukaan. Dalam
hal memetakan sejarah perkembangan Hizib Nahdlatul Wathan,
Penelitian ini akan diarahkan berjalan diatas teori gerak sejarah
dalam pandangan Arnold J. Toynbee tersebut.
Selain dalam hal sejarah perkembangan, penelitian ini juga
menggunakan kerangka teori sosoiologi untuk memetakan aspek
sosial Hizib Nahdlatul Wathan, adapun teori yang digunakan adalah
teori solidaritas sosial menurut Emile Durkheim. Menurut Emile
Durkheim terdapat dua tipe solidaritas sosial yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat, yaitu tipesolidaritassosial yang berlandaskan
mekanikdanorganik.22
Adapunpenjelasannyaadalahsebagai berikut:
1.	 Pembagian kerja
	 Solidaritas sosial yang berlandaskan mekanik, masyarakat
memiliki tingkat pembagian kerja yang rendah, bahkan hampir
semuaanggota masyarakat bisa melakukanapayang semua bisa
lakukan. Sedangkan dalam solidaritas sosial yang berlandaskan
organic, terjadi tingkat pembagian kerja yang tinggi. Tingkat
pembagian kerjayang tinggi tersebut menciptakan suatu ikatan
yang berupa solidaritas social.
2.	 Kesadaran kolektif
	 Solidaritas sosial yang berlandaskan mekanik, anggota
masyarakatnya memiliki kesadaran kolektif yang tinggi,
sedangkan dalam solidaritas sosial yang berlandaskan organik,
anggota masyarakatnya memiliki kesadaran kolektif yang rendah.
3.	 Hukum dominan
	 Solidaritas sosial yang berlandaskan mekanik, anggota
masyarakatnya melaksanakan hukuman yang bersifat restitutif,
22	 Damsar,  Pengantar Teori Sosiologi, (Jakarta: Kencana, 2017), h. 88.
18	 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
yakni hukuman dilaksanakan terhadap orang yang melanggar
suatu perbuatan yang melanggar hukum. Sedangkan dalam
solidaritas sosial yang berlandaskan organik, anggota
masyarakat melaksanakan hukum hanya untuk menghukum
tanpa mempertimbangkan manfaat dari hukuman tersebut.
4.	Individualitas
	 Solidaritas sosial yang berlandaskan mekanik, anggota
masyarakat mempertahankan kesamaan dan dan keseragaman
satu sama lain, sehingga masyarakat tidak berkembang
sepenuhnya. Sedangkan dalam solidaritas sosial yang
berlandaskanorganik,anggotamasyarakattidaklagididasarkan
pada kesadaran kolektif.
5.	 Konsensus terpenting
	 Solidaritas sosial yang berlandaskan mekanik, konsensus
terpenting adalah nilai dan norma yang telah lama tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat. Sedangkan dalam solidaritas
sosial yang berlandaskan organik, konsensus terpenting adalah
nilai yang bersifat abstrak dan umum.
6.	Penghukuman
	 Dalam solidaritas sosial yang berlandaskan mekanik,
melakukan penghukuman yang cukup tinggi. Sedangkan
dalam solidaritas sosial yang berlandaskan organik, tidak boleh
menghakimi sendiri terhadap orang yang melanggar suatu
peraturan perundangan yang ada.
7.	 Saling ketergantungan
	 Solidaritas sosial yang berlandaskan mekanik, tidak terjadi
ketergantungan fungsional. Sedangkan dalam solidaritas sosial
yang berlandaskan organik, saling ketergantungan fungsional
dalam masyarakat.
8.	Komunitas
	 Solidaritas sosial yang berlandaskan mekanik, komunitas yang
menjadi tempatannya adalah wilayah pedesaan. Sedangkan
Bab I - Pendahuluan	 19
dalam solidaritas sosial yang berlandaskan organik, komunitas
yang menjadi tempatannya adalah wilayah perkotaan.
9.	Pengikat
	 Solidaritas sosial yang berlandaskan mekanik, yang menjadi
pengikatnya adalah kesadaran kolektif. Sedangkan dalam
solidaritas sosial yang berlandaskan organik, yang menjadi
pengikatnya adalah kesadaran kolektif pembagian kerja secara
alamiah.
F.	 Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian berasal dari kata “metode” yang artinya
cara yang tepat untuk melakukan sesuatu; dan “logos” yang artinya
ilmu atau pengetahuan. Sehingga metodologi mempunyai arti cara
melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara saksama
untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan “penelitian” adalah suatu
kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis
sampai menyusun laporannya.23
Metodologi dalam penelitian terdiri dari jenis penelitian,
sumber data, teknik pengumpulan data, dan metode analisis data
yang akan dipaparkan sebagai berikut:
1.	 Jenis Penelitian
	 Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian lapangan (field research). Adapun maksud dari studi
lapangan adalah melakukan pembacaan pada beberapa data-
data tertulis yang penulis bagi menjadi dua bagian, yakni data
primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif karena mengutamakan teknik observasi (participant
observer) dimana peneliti berpartisipasi dalam kegiatan obyek
penelitian dan juga dilakukan proses wawancara (interview).
23	 http://staffnew.uny.ac.id/upload/131808346/pendidikan/metodologi-penelitian.pdf.
20	 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
Penelitian ini juga secara lebih spesifik menggunakan metode
deskriptif.
2.	Sumber Data
	 Data adalah semua informasi baik berupa benda nyata, sesuatu
yang abstrak, ataupun peristiwa/ gejala yang ada, baik secara
kuantitatif maupun kualitatif.24
	 Secara umum jenis data dalam penelitian dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
adalahdatayangdiperolehdari pihakyang bersangkutan (pihak
pertama), adapun data sekunder adalah data yang diperoleh
dari pihak lain (pihak kedua).
	 Data primer dalam penelitian ini di peroleh langsung dari
pengurus Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta, tokoh
sentral Hizib Nahdlatul Wathan di Jakarta, akademisi, jama’ah
dan masyarakat sekitar Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan
Jakarta. Sementara data sekunder diperoleh dari buku-buku,
karya ilmiah (skripsi, tesis, disertasi) ataupun tulisan lain yang
berkaitan dengan penelitian.
3.	 Teknik Pengumpulan Data
	 Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting
dalam melakukan suatu penelitian. Oleh karena itu, peneliti
harus terampil dalam mencari dan mengumpulkan data
yang dibutuhkan dalam penelitian. Adapun penelitian ini
menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu :
a.	 Wawancara
	 Wawancara atau biasa juga disebut interview, yaitu
dialog tanya jawab antara peneliti dengan informan baik
dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur.25
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk
memperoleh data, fakta dan realita Praktek Pengamalan
24	 Mastuki, HS, dkk.,Pedoman Penulisan Tesis, (Jakarta: Pustaka STAINU, 2016),  h. 18.
25	 Mastuki, Pedoman Penulisan Tesis, h. 21.
Bab I - Pendahuluan	 21
Hizib Nahdlatul Wathan sebagai Hizib Islam Nusantara
(Studi: Komunitas Pengamal Hizib Nahdlatul Wathan).
b.	 Studi Pustaka
	 Studi kepustakaan adalah teknik mengumpulkan data
dari bermacam-macam bahan yang terdapat diruang
kepustakaan, seperti koran, buku-buku, majalah, naskah,
dokumendansebagainyayang relevandenganpenelitian.26
	 Studi pustaka (dokumentasi) dalam penelitian ini,
dilakukan untuk memperoleh data, fakta dan realita
Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan sebagai Hizib Islam
Nusantara (Studi: Komunitas Pengamal Hizib Nahdlatul
Wathan) secara khusus, serta untuk memperoleh data
mengenai tasawuf secara umum.
c.	Observasi
	 Pengumpulan data penelitian yang dilakukan secara
langsung dengan mengamati objek penelitian secara
langsung disebut dengan observasi. Observasi dalam
penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran dan
data lapangan yang terkait dengan Praktek Hizib Nahdlatul
Wathan sebagai Hizib Islam Nusantara (Studi: Komunitas
Pengamal Hizib Nahdlatul Wathan) terhadap masyarakat
sekitar dan para jama’ah Hizib Nahdlatul Wathan.
4.	 Metode Analisis Data
	 Analisis data merupakan penguraian data melalui kategorisasi
dan klasifikasi, sistematisasis, perbandingan, dan pencarian
hubungan antara data, untuk diambil kesimpulan dari
kegiatan penelitian. metode analisis data dalam penelitian
ini menggunakan analisis data kualitatif, dengan metode
deskriptif, dengan menggunakan cara berfikir induktif. Analisis
data ini digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, studi pustaka dan observasi. Data yang
26	 Mastuki, Pedoman Penulisan Tesis, h. 20.
22	 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
telah diperoleh, dikumpulkan, dikelompokkan, direduksi,
diinterpretasikan kemudian disimpulkan.
	 Untuk menganalisis data yang diperoleh, peneliti menggunakan
analisis data kualitatif dengan tiga pola analisis data yang umum
digunakan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan, dengan masing-masing penjelasan sebagai berikut:
a.	 Reduksi Data
	 Reduksi data mengacu pada proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyerdahanaan, pengabstrakan, dan
transformasidatamentahyang munculdaricatatan-catatan
tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus
menerus sampai tersusunnya laporan penelitian.
b.	 Penyajian Data
	 Penyajian data merupakan kumpulan dari informasi yang
akanmemberikanpenarikankesimpulandanpengambilan
tindakan. Pada langkah ini peneliti berusaha menyususn
data yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat
disimpulkan dan memiliki makna tertentu, yang berkaitan
dengan Praktek Hizib Nahdlatul Wathan sebagai Hizib
Islam Nusantara (Studi: Komunitas Pengamal Hizib
Nahdlatul Wathan).
c.	 Penarikan Kesimpulan
	 Penarikan kesimpulan merupakan suatu kegiatan
konfigurasi yang utuhdan menyeluruhdari datayang telah
diperoleh. Setelah dilakukan analisis data, maka peneliti
dapat menyimpulkan masalah yang telah ditetapkan oleh
peneliti. Penarikan kesimpulan didasarkan pada temuan
setelah melakukan verifikasi data.27
27	 Mastuki, Pedoman Penulisan Tesis, h. 26-27.
Bab I - Pendahuluan	 23
G.	 Teknik dan Sistematika Penulisan
Penelitian ini disajikan dalam lima bab, bab pertama adalah
Pendahuluan, bab ini menjelaskan latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan, manfaat, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode
penelitian, dan sistematika penulisan. Bab pertama merupakan
langkah awal peneliti dalam melakukan penelitian terkait Hizib
Nahdlatul Wathan secara umum maupun Hizib Nahdlatul Wathan
yang ada di Jakarta secara khusus melalui studi akademik.
Bab kedua adalah Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan
Nusantara, bab ini membahas tentang pengertian hizib, bentuk
hizib dalam Al-Qur’an, makna hizib dalam Al-Qur’an, pengamalan
hizib di Nusantara dan pengaruh hizib bagi para pengamalnya.
Bab kedua akan mendeskripsikan aspek tinjauan hizib di dunia
Islam dan di Nusantara yang berguna untuk memperoleh data
mengenai gambaran hizib secara umum yang ada di dunia Islam
dan di Nusantara dari beberapa aspeknya. Selain itu, bab kedua
ini merupakan tinjauan teoritis mengenai hizib secara umum
yang ada di dunia Islam (timur tengah) yang meliputi sejarah
awal dan perkembangan hizib di dunia Islam, perkembangan
dan pengamalan hizib di Nusantara serta fungsi hizib dalam
kehidupan. Bab kedua ini merupakan jendela awal (pengantar)
memasuki “dunia perhiziban” untuk kemudian dilanjutkan
pembahasannya mengenai “satu-satunya” hizib khas Nusantara
yakni Hizib Nahdlatul Wathan.
Bab ketiga adalah Hizib Nahdlatul Wathan, bab ini berisi
uraian mengenai pendiri Hizib Nahdlatul Wathan, pengertian
Hizib Nahdlatul Wathan, sejarah perkembangan Hizib Nahdlatul
Wathan, sistematika penulisan Hizib Nahdlatul Wathan, sistematika
pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan, etika dalam berhizib dan
praktek pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan. Bab ketiga ini
24	 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
merupakan gambaran umum Hizib Nahdlatul Wathan secara umum
dan Hizib Nahdlatul Wathan di Jakarta yang mencakup sejarah
awal hingga perkembangan Hizib Nahdlatul Wathan. Bab ini akan
memaparkan secara khusus mengenai Hizib Nahdlatul Wathan,
setelah memperoleh gambaran secara umum hizib dalam dunia Islam
dan di Nusantara sebagaimana yang terdapat dalam bab II dalam
penelitian ini.
Bab keempat adalah fadhilah pembacaan Hizib Nahdlatul
Wathan dalam aspek sosial keagamaan, bab keempat berisi
penjelasan Hizib Nahdlatul Wathan sebagai hizib Islam Nusantara,
Hizib Nahdlatul Wathan sebagai media dakwah Islam dan fadhilah
mengamalkan Hizib Nahdlatul Wathan. Bab keempat merupakan
bab inti dalam penelitian dan merupakan hasil penelitian setelah
melalui proses akademik secara beruntun yakni bab I, II dan III. Bab
keempat ini “disajikan” setelah memperoleh data-data yang akurat
dan atau informasi yang tepat dari berbagai sumber, baik sumber
primer maupun sumber sekunder dalam penelitian Hizib Nahdlatul
Wathan.
Bab kelima adalah Penutup, yang merupakan bab akhir
penelitian. Bab kelima hanya terdiri dari dua point yakni kesimpulan
dan saran. Kesimpulan merupakan uraian singkat (rangkuman)
hasil penelitian yang penjabarannya sebagaimana terdapat dalam
bab IV sedangkan saran merupakan usul penulis setelah melakukan
penelitian. Bab kelima ini diuraikan secara singkat hasil penelitian
Praktek Hizib Nahdlatul Wathan sebagai Hizib Islam Nusantara
(Studi : Komunitas Pengamal Hizib Nahdlatul Wathan) setelah
melalui proses akademik secara runtut dan bertahap yakni bab I, II,
III, dan bab IV.
Bab I - Pendahuluan	 25
H.	 Outline atau Daftar Isi
BAB I	 PENDAHULUAN
A.	 Latar Belakang
B.	 Rumusan Masalah
C.	 Tujuan dan Manfaat Penelitian
D.	 Kerangka Teori
E.	 Tinjauan Pustaka
F.	 Metodologi Penelitian
G.	 Sistematika Penulisan
H.	 Outline atau Daftar Isi
BAB II	TINJAUAN HIZIB DI DUNIA ISLAM DAN NUSANTARA
A.	 Pengertian Hizib
B.	 Bentuk Hizib dalam Al-Qur’an
C.	 Makna Hizib dalam Al-Qur’an
D.	 Pengamalan Hizib di Nusantara
E.	 Pengaruh Hizib bagi Pengamalnya
BAB III 	HIZIB NAHDLATUL WATHAN
A.	 Pendiri Hizib Nahdlatul Wathan
B.	 Pengertian Hizib Nahdlatul Wathan
C.	 Sejarah Perkembangan Hizib Nahdlatul Wathan
D.	 Sistematika Penulisan Hizib Nahdlatul Wathan
E.	 Sistematika Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
F.	 Etika dalam Berhizib
G.	 Praktek Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
BAB IV	 FADHILAH PEMBACAAN HIZIB NAHDLATUL WATHAN
DALAM ASPEK SOSIAL KEAGAMAAN
A.	 Hizib Nahdlatul Wathan sebagai Hizib Islam Nusantara
B.	 Hizib Nahdlatul Wathan sebagai Media Dakwah
C.	 Fadhilah Mengamalkan Hizib Nahdlatul Wathan
BAB V	 PENUTUP
A.	Kesimpulan
B.	Saran
Salah satu kajian keislaman di Nusantara yang tidak dapat
dipisahkan dari kajian keislaman secara umum adalah kajian tasawuf
yang merupakan bagian dari kajian keislaman di Nusantara. Unsur
tasawuf merupakan salah satu pintu masuknya Islam di Nusantara
yang dibawa oleh para pengamal tasawuf, seperti wali songo.
Tasawuf hingga saat ini masih mewarnai kehidupan keberagamaan
di Nusantara bahkan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
pengamalan keagamaan masyarakat Nusantara melalui gerakan
tarekat. Melalui gerakan tarekat di Nusantara itulah merupakan cikal
bakal pengamalan hizib di Nusantara.
A. Pengertian Hizib
Hizib adalah amalan yang berisi do’a-do’a ma’tsurat, yang
merupakan peninggalan dari Nabi Muhammad SAW, dan do’a-do’a
mustajab yang dibaca menurut waktu tertentu. Hizib diamalkan
untuk menghadapi bahaya besar atau untuk menghancurkan musuh
yang mengancam dan dibaca dengan kaifiyah (cara) tertentu.28
Hizib
28	 Muhammad	Abdullah,	“Fungsi	Wirid	dan	Hizib	dalam	Sastra	Lisan	Pesantren:	Studi	Kasus	
Wirid	Asma’ul	Husna	dan	Hizib	Lathif	di	Brangsong	Kendal,”	MetaSastra, Vol. 4, No. 1
BAB 2
Tinjauan Hizib
di Dunia Islam dan Nusantara
28	 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
berasal dari bahasa Arab: hizbun yang artinya: kelompok, golongan,
partai, jenis, wirid, senjata. Dan dalam penelitian ini arti hizib yang
sesuai adalah wirid.29
Hizib adalah kumpulan do’a khusus yang
sangat populer di kalangan masyarakat Islam khususnya di Pondok
Pesantren dan tarekat.30
Berikut akan dipaparkan pengertian hizib menurut salah satu
tokoh yakni Ibnu Manzhur. Menurut Ibnu Manzhur, kata hizib
memiliki banyak arti, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.	 Sekelompok dari manusia
2.	 Setiap kaum yang hati dan aktivitas mereka berbeda tapi
mereka mempunyai kesamaan karakteristik maka mereka
disebut dengan golongan yang bersekutu. Walaupun sebagian
dari mereka tidak saling mengenal dengan yang lain.
3.	 Pasukan yang dipimpin oleh seseorang dan teman-temannya
yang seide dengannya.
4.	Bagian
5.	 Wirid. Diartikan dengan ini, karena ada sebagian orang yang
mengharuskan dirinya untuk membaca beberapa bagian dari
Al-Qur’an dan shalawat setiap hari sebagai wirid.
Dari beberapa pengertian diatas, yang dimaksud dengan hizib
dalam penelitian ini kurang lebihnya seperti dalam pengertian yang
pertama dan kelima, sedangkan yang kedua, ketiga, dan keempat
tidak termasuk dalam penelitian ini. Selain pengertian diatas, hizib
juga diartikan dengan partai politik. Ini dimaklumi karena dalam
sebuah partai, beberapa orang berkumpul yang kadang-kadang
mereka berlainan suku dan asal muasal tetapi disatukan oleh
satu ide dan pandangan politik. Dari beberapa pengertian secara
(Juni 2011), h. 39.
29	 Sa’adatul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizbnya,” (Skripsi s1 Fakultas Ushuluddin,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 28.
30	 Sa’adatul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizbnya,”
Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara	 29
bahasa, maka penulis memberikan definisi hizib secara terminologi
(istilah) yaitu kumpulan do’a-do’a yang disusun oleh para wali yang
bersumber dari Al-Qur’an, hadis dan shalawat yang dibaca atau
diamalkan oleh sekelompok manusia atau individu secara terus-
menerus (berkesinambungan) agar memperoleh kebahagiaan dunia
dan keselamatan di akhirat.
B.	 Bentuk-Bentuk Hizib dalam Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an kata hizib mempunyai beberapa bentuk.
Ada dalam bentuk kata mufrad (tunggal), mutsana (dua) dan jama’
(banyak). Dari ketiga bentuk tersebut, kata hizib dan derivasi
terdapat dalam lima belas tempat. Adapun bila dilihat dari tempat
turunnya, maka hizib beserta derivasinya terbagi menjadi dua, yakni
surah makkiyah : Fâthir: 6, Al-Mu’minûn: 53, Ar-Rûm: 32, Al-Kahfi: 12,
Maryam: 37, Shâd: 11-13, Ghâfir: 5 dan 30, Az-Zukhrûf: 65 dan surah-
surah madaniyah : Al-Mâidah: 56, Al-Mujâdalah: 19 dan 22, Hûd: 17,
Ar-Ra’d:36, serta Al-Ahzâb: 20-22.
1.	Bentuk Mufrad (Tunggal)
	 Bentuk mufrad ini terdapat dalam enam tempat, yaitu:
a.	 Surat Al-Mâ’idah
َ
‫ون‬ُ ِ‫الب‬
َ
‫غ‬
ْ
‫ال‬ ُ‫م‬
ُ
‫ه‬ ِ
َّ‫ه‬
‫الل‬ َ
‫ب‬ْ‫ِز‬‫ح‬
َّ
‫ن‬ِ‫إ‬
َ
‫ف‬ ‫وا‬ُ‫ن‬َ‫آم‬ َ‫ِين‬
َّ‫ذ‬
‫ال‬َ‫و‬ ُ َ‫ه‬
‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬َ‫و‬ َ َّ‫ه‬
‫الل‬
َّ
‫ل‬َ‫و‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬
“Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang
beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama)
Allah itulah yang pasti menang.” (QS. Al-Mâ’idah [5]: 56)
b.	 Surat Fâthir
ْ‫ِن‬‫م‬ ‫وا‬
ُ
‫ون‬
ُ
‫ك‬َ ِ‫ي‬
‫ل‬ ُ‫ه‬َ‫ب‬ْ‫ِز‬‫ح‬ ‫و‬ُ‫ع‬
ْ
‫د‬َ‫ي‬ ‫ا‬َ‫م‬
َّ
‫ن‬ِ‫إ‬ ۚ ‫ا‬ًّ‫و‬ُ‫د‬
َ
‫ع‬ ُ‫وه‬
ُ
‫ِذ‬
َّ‫خ‬
‫ات‬
َ
‫ف‬ ٌّ‫و‬ُ‫د‬
َ
‫ع‬ ْ‫م‬
ُ
‫ك‬
َ
‫ل‬
َ
‫ان‬ َ
‫ط‬ْ‫ي‬
َّ
‫الش‬
َّ
‫ن‬ِ‫إ‬
ِ‫ري‬ِ‫ع‬ َّ‫الس‬ ِ
‫اب‬َ‫ح‬
ْ
‫ص‬
َ
‫أ‬
30	 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia
musuh (mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak
golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-
nyala.” (QS. Fâthir [35]: 6)
c.	 Surat Al-Mu’minûn
َ
‫ون‬ُ‫ح‬ِ‫ر‬
َ
‫ف‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ َ‫د‬
‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ٍ
‫ب‬ْ‫ِز‬‫ح‬
ُّ ُ‫ل‬
‫ك‬ ۖ ‫ا‬ً‫ر‬ُ‫ب‬ُ‫ز‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ن‬
ْ
‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫م‬
ُ
‫ه‬َ‫ر‬
ْ
‫م‬
َ
‫أ‬ ‫وا‬ُ‫ع‬ َّ
‫ط‬
َ
‫ق‬َ‫ت‬
َ
‫ف‬
“Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama
mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan
merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-
masing).” (QS. Al-Mu’minûn [23]:53)
d.	 Surat Ar-Rûm
َ
‫ون‬ُ‫ح‬ِ‫ر‬
َ
‫ف‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ َ‫د‬
‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ٍ
‫ب‬ْ‫ِز‬‫ح‬
ُّ ُ‫ل‬
‫ك‬ ۖ ‫ا‬ً‫ع‬َ‫ِي‬‫ش‬ ‫وا‬
ُ
‫ن‬
َ‫ا‬
‫ك‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ِين‬‫د‬ ‫وا‬
ُ
‫ق‬َّ‫ر‬
َ
‫ف‬ َ‫ِين‬
َّ‫ذ‬
‫ال‬ َ‫ِن‬‫م‬
“Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka
menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan
apa yang ada pada golongan mereka.” (QS. Ar-Rûm [30]: 32)
e.	 Surat Al-Mujâdalah
ۚ ِ‫ان‬ َ
‫ط‬ْ‫ي‬
َّ
‫الش‬ ُ
‫ب‬ْ‫ِز‬‫ح‬
َ
‫ك‬ِ‫ئ‬َٰ
‫ول‬
ُ
‫أ‬ ۚ ِ
َّ‫ه‬
‫الل‬ َ‫ر‬
ْ
‫ِك‬‫ذ‬ ْ‫م‬
ُ
‫اه‬ َ‫س‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬
َ
‫ف‬
ُ
‫ان‬ َ
‫ط‬ْ‫ي‬
َّ
‫الش‬ ُ‫م‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬
َ
‫ل‬
َ
‫ع‬
َ
‫ذ‬َ‫و‬
ْ
‫ح‬َ‫ت‬ْ‫اس‬
َ
‫ون‬ُ ِ‫ر‬
‫اس‬َْ‫خ‬
‫ال‬ ُ‫م‬
ُ
‫ه‬ ِ‫ان‬ َ
‫ط‬ْ‫ي‬
َّ
‫الش‬ َ
‫ب‬ْ‫ِز‬‫ح‬
َّ
‫ن‬ِ‫إ‬
َ‫ا‬
‫ل‬
َ
‫أ‬
“Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa
mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi.”
(QS. Al-Mujâdalah [58]: 19)
f.	 Surat Al-Mujâdalah
ُ َ‫ه‬
‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬َ‫و‬ َ َّ‫ه‬
‫الل‬
َّ
‫اد‬َ‫ح‬ ْ‫ن‬َ‫م‬
َ
‫ون‬
ُّ
‫اد‬َ‫و‬ُ‫ي‬ ِ‫ِر‬‫خ‬
ْ‫آ‬
‫ال‬ ِ‫م‬ْ‫و‬َ ْ‫ي‬
‫ال‬َ‫و‬ ِ
َّ‫ه‬
‫الل‬ِ‫ب‬
َ
‫ون‬ُ‫ِن‬‫م‬
ْ
‫ؤ‬ُ‫ي‬ ‫ا‬ً‫م‬ْ‫و‬
َ
‫ق‬ ُ‫د‬ِ
َ‫ج‬
‫ت‬
َ‫ا‬
‫ل‬
‫ف‬ َ
‫ب‬َ‫ت‬
َ
‫ك‬
َ
‫ك‬ِ‫ئ‬َٰ
‫ول‬
ُ
‫أ‬ ۚ ْ‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ت‬َ‫ري‬ِ‫ش‬
َ
‫ع‬ ْ‫و‬
َ
‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ان‬َ‫و‬
ْ
‫خ‬ِ‫إ‬ ْ‫و‬
َ
‫أ‬ ْ‫م‬
ُ
‫ه‬َ‫اء‬َ‫ن‬ْ‫ب‬
َ
‫أ‬ ْ‫و‬
َ
‫أ‬ ْ‫م‬
ُ
‫ه‬َ‫اء‬َ‫آب‬ ‫وا‬
ُ
‫ن‬
َ‫ا‬
‫ك‬ ْ‫و‬
َ
‫ل‬َ‫و‬
Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara	 31
‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ت‬
ْ َ‫ح‬
‫ت‬ ْ‫ِن‬‫م‬ ‫ي‬ِ‫ر‬
ْ َ‫ج‬
‫ت‬ ٍ
‫ات‬َّ‫ن‬َ‫ج‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬
ُ
‫ِل‬‫خ‬
ْ
‫د‬ُ‫ي‬َ‫و‬ ۖ ُ‫ه‬
ْ
‫ِن‬‫م‬ ٍ
‫وح‬ُ‫ر‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬
ُ
‫ه‬َ‫د‬َّ‫ي‬
َ
‫أ‬َ‫و‬
َ
‫ان‬َ‫يم‬ِ
ْ‫إ‬
‫ال‬ ُ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫وب‬
ُ
‫ل‬
ُ
‫ق‬
ۚ ِ
َّ‫ه‬
‫الل‬ ُ
‫ب‬ْ‫ِز‬‫ح‬
َ
‫ك‬ِ‫ئ‬َٰ
‫ول‬
ُ
‫أ‬ ۚ ُ‫ه‬
ْ
‫ن‬
َ
‫ع‬ ‫وا‬
ُ
‫ض‬َ‫ر‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬
ْ
‫ن‬
َ
‫ع‬ ُ َّ‫ه‬
‫الل‬ َ ِ‫ي‬
‫ض‬َ‫ر‬ ۚ ‫ا‬َ‫ِيه‬‫ف‬ َ‫ِين‬ ِ‫د‬
‫ال‬
َ
‫خ‬ ُ‫ار‬َ‫ه‬
ْ
‫ن‬
َ ْ‫أ‬
‫ال‬
َ
‫ون‬ُ‫ِح‬‫ل‬
ْ
‫ف‬ُ‫م‬
ْ
‫ال‬ ُ‫م‬
ُ
‫ه‬ ِ
َّ‫ه‬
‫الل‬ َ
‫ب‬ْ‫ِز‬‫ح‬
َّ
‫ن‬ِ‫إ‬
َ‫ا‬
‫ل‬
َ
‫أ‬
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari
akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang
Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-
anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah
orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan
menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya.
Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka,
dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka
itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu
adalah golongan yang beruntung.” (QS. Al-Mujâdalah [58]: 22)
	 Hizib dalam bentuk mufrad (tunggal) diartikan sebagai
pengikut atau golongan sebagaimana yang tersebut diatas
berdasarkan kitab suci Al-Qur’an.
2.	Bentuk Mutsana (Dua)
	Bentuk mutsana (dua) ini hanya terdapat dalam satu tempat
yaitu dalam surat Al-Kahfi.
‫ا‬ً‫د‬َ‫م‬
َ
‫أ‬ ‫وا‬
ُ
‫ث‬ِ
َ‫ب‬
‫ل‬ ‫ا‬َ‫ِم‬‫ل‬ ٰ َ‫ى‬
‫ص‬
ْ
‫ح‬
َ
‫أ‬ ِ
ْ‫ن‬
‫ي‬َ‫ب‬ْ‫ِز‬
ْ‫ح‬
‫ال‬ ُّ‫ي‬
َ
‫أ‬ َ‫م‬
َ
‫ل‬
ْ
‫ع‬َ ِ‫لن‬ ْ‫م‬
ُ
‫اه‬َ‫ن‬
ْ
‫ث‬َ‫ع‬َ‫ب‬ َّ‫م‬
ُ
‫ث‬
“Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah
di antara kedua golongan itu] yang lebih tepat dalam menghitung
berapa lama mereka tinggal (dalam gua itu).” (QS. Al-Kahfi [18]: 12)
3.	Bentuk Jama’ (Banyak)
	Bentuk jama’ (banyak) dari kata hizib terdapat dalam beberapa
tempat, yaitu:
32	 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
a.	 Surat Hȗd
ٰ َ‫ى‬
‫وس‬ُ‫م‬ ُ
‫اب‬َ‫ِت‬‫ك‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ْ‫ب‬
َ
‫ق‬ ْ‫ِن‬‫م‬َ‫و‬ ُ‫ه‬
ْ
‫ِن‬‫م‬ ٌ‫ِد‬‫ه‬‫ا‬
َ
‫ش‬ ُ‫وه‬
ُ
‫ل‬
ْ
‫ت‬َ‫ي‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ
ّ‫ب‬َ‫ر‬ ْ‫ِن‬‫م‬ ٍ‫ة‬َ‫ن‬ِ
ّ‫ي‬َ‫ب‬ ٰ َ‫لَى‬
‫ع‬
َ
‫ن‬
َ‫ا‬
‫ك‬ ْ‫ن‬َ‫م‬
َ
‫ف‬
َ
‫أ‬
ُ‫ار‬َّ‫نل‬‫ا‬
َ
‫ف‬ ِ
‫اب‬َ‫ز‬
ْ
‫ح‬
َ ْ‫أ‬
‫ال‬ َ‫ِن‬‫م‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ْ‫ر‬
ُ
‫ف‬
ْ
‫ك‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ ۚ ِ‫ه‬ِ‫ب‬
َ
‫ون‬ُ‫ِن‬‫م‬
ْ
‫ؤ‬ُ‫ي‬
َ
‫ك‬ِ‫ئ‬َٰ
‫ول‬
ُ
‫أ‬ ۚ
ً
‫ة‬َ ْ‫م‬
‫ح‬َ‫ر‬َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ام‬َ‫م‬ِ‫إ‬
ِ
‫اس‬َّ‫نل‬‫ا‬ َ َ‫ر‬
‫ث‬
ْ
‫ك‬
َ
‫أ‬ َّ‫ن‬ِ‫ك‬َٰ
‫ل‬َ‫و‬
َ
‫ك‬ِ
ّ‫ب‬َ‫ر‬ ْ‫ِن‬‫م‬ ُّ
‫ق‬َْ‫ح‬
‫ال‬ ُ‫ه‬
َّ
‫ن‬ِ‫إ‬ ۚ ُ‫ه‬
ْ
‫ِن‬‫م‬ ٍ‫ة‬َ‫ي‬ْ‫ِر‬‫م‬ ِ‫ي‬
‫ف‬
ُ
‫ك‬
َ
‫ت‬
َ‫ا‬
‫ل‬
َ
‫ف‬ ۚ ُ‫ه‬ُ‫ِد‬‫ع‬ْ‫و‬َ‫م‬
َ
‫ون‬ُ‫ِن‬‫م‬
ْ
‫ؤ‬ُ‫ي‬
َ‫ا‬
‫ل‬
“Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang yang
ada mempunyai bukti yang nyata (Al Quran) dari Tuhannya, dan
diikuti pula oleh seorang saksi (Muhammad) dari Allah dan sebelum
Al Quran itu telah ada Kitab Musa yang menjadi pedoman dan
rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Quran. Dan barangsiapa di
antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang
kafir kepada Al Quran, maka nerakalah tempat yang diancamkan
baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran
itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi
kebanyakan manusia tidak beriman.” (QS. Hȗd [11]: 17)
b.	 Surat Ar-Ra’d
ْ‫ن‬َ‫م‬ ِ
‫اب‬َ‫ز‬
ْ
‫ح‬
َ ْ‫أ‬
‫ال‬ َ‫ِن‬‫م‬َ‫و‬ ۖ
َ
‫ك‬ْ َ‫ي‬
‫ل‬ِ‫إ‬
َ
‫ل‬ِ‫ز‬
ْ
‫ن‬
ُ
‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬
َ
‫ون‬ُ‫ح‬َ‫ر‬
ْ
‫ف‬َ‫ي‬ َ
‫اب‬َ‫ِت‬‫ك‬
ْ
‫ال‬ ُ‫م‬
ُ
‫اه‬َ‫ن‬
ْ
‫ي‬
َ
‫آت‬ َ‫ِين‬
َّ‫ذ‬
‫ال‬َ‫و‬
ِ
‫آب‬َ‫م‬ِ‫ه‬ْ َ‫ي‬
‫ِإَول‬‫و‬ُ‫ع‬
ْ
‫د‬
َ
‫أ‬ِ‫ه‬ْ َ‫ي‬
‫ل‬ِ‫إ‬ِۚ‫ه‬ِ‫ب‬ َ‫ك‬ِ
ْ‫ر‬
‫ش‬
ُ
‫أ‬
َ‫ا‬
‫ل‬َ‫و‬ َ َّ‫ه‬
‫الل‬ َ‫د‬ُ‫ب‬
ْ
‫ع‬
َ
‫أ‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬ ُ
‫ت‬ْ‫ِر‬‫م‬
ُ
‫أ‬‫ا‬َ‫م‬
َّ
‫ن‬ِ‫إ‬
ْ
‫ل‬
ُ
‫ق‬ۚ ُ‫ه‬
َ
‫ض‬
ْ
‫ع‬َ‫ب‬ ُ‫ِر‬‫ك‬
ْ
‫ن‬ُ‫ي‬
“Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepada mereka bergembira
dengan kitab yang diturunkan kepadamu, dan di antara golongan-
golongan (Yahudi dan Nasrani) yang bersekutu, ada yang mengingkari
sebahagiannya. Katakanlah “Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk
menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan
Dia. Hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku
kembali.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 36)
c.	 Surat Maryâm
ٍ‫م‬ْ‫و‬َ‫ي‬ ِ‫د‬َ‫ه‬
ْ
‫ش‬َ‫م‬ ْ‫ِن‬‫م‬ ‫وا‬ُ‫ر‬
َ
‫ف‬
َ
‫ك‬ َ‫ِين‬
َّ‫ذ‬
‫ِل‬‫ل‬
ٌ
‫ل‬ْ‫ي‬َ‫و‬
َ
‫ف‬ ۖ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ن‬
ْ
‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫ِن‬‫م‬ ُ
‫اب‬َ‫ز‬
ْ
‫ح‬
َ ْ‫أ‬
‫ال‬
َ
‫ف‬
َ
‫ل‬َ‫ت‬
ْ
‫اخ‬
َ
‫ف‬
ٍ‫يم‬ِ‫ظ‬
َ
‫ع‬
Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara	 33
“Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka.
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan
hari yang besar.” (QS. Maryâm [19]: 37)
d.	 Surat Al-Ahzâb
‫ف‬
َ
‫ون‬
ُ
‫اد‬َ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬
َّ
‫ن‬
َ
‫أ‬ ْ‫و‬
َ
‫ل‬ ‫وا‬
ُّ
‫د‬َ‫و‬َ‫ي‬ ُ
‫اب‬َ‫ز‬
ْ
‫ح‬
َ ْ‫أ‬
‫ال‬ ِ
‫ت‬
ْ
‫أ‬َ‫ي‬
ْ
‫ِإَون‬ ۖ ‫وا‬ُ‫ب‬
َ
‫ه‬
ْ
‫ذ‬َ‫ي‬ ْ‫م‬
َ
‫ل‬ َ
‫اب‬َ‫ز‬
ْ
‫ح‬
َ ْ‫أ‬
‫ال‬
َ
‫ون‬ُ‫ب‬ َ‫س‬
ْ َ‫ح‬
‫ي‬
٢٠
ً‫ا‬
‫ِيل‬‫ل‬
َ
‫ق‬
َّ‫ا‬
‫ل‬ِ‫إ‬ ‫وا‬
ُ
‫ل‬
َ
‫ات‬
َ
‫ق‬ ‫ا‬َ‫م‬ ْ‫م‬
ُ
‫ِيك‬‫ف‬ ‫وا‬
ُ
‫ن‬
َ‫ا‬
‫ك‬ ْ‫و‬
َ
‫ل‬َ‫و‬ ۖ ْ‫م‬
ُ
‫ك‬ِ‫ائ‬َ‫ب‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬ ْ‫ن‬
َ
‫ع‬
َ
‫ون‬
ُ
‫ل‬
َ
‫أ‬ ْ‫س‬َ‫ي‬ ِ
‫اب‬َ‫ر‬
ْ
‫ع‬
َ ْ‫أ‬
‫ال‬
َ‫ِر‬‫خ‬
ْ‫آ‬
‫ال‬ َ‫م‬ْ‫و‬َ ْ‫ي‬
‫ال‬َ‫و‬ َ َّ‫ه‬
‫الل‬ ‫و‬ُ‫ج‬ْ‫ر‬َ‫ي‬
َ
‫ن‬
َ‫ا‬
‫ك‬ ْ‫ن‬َ‫ِم‬‫ل‬
ٌ
‫ة‬َ‫ن‬ َ‫س‬َ‫ح‬ ٌ‫ة‬َ‫و‬ْ‫س‬
ُ
‫أ‬ ِ
َّ‫ه‬
‫الل‬ ِ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ ِ‫ي‬
‫ف‬ ْ‫م‬
ُ
‫ك‬
َ
‫ل‬
َ
‫ن‬
َ‫ا‬
‫ك‬
ْ
‫د‬
َ
‫ق‬
َ
‫ل‬
‫ا‬
َ
‫ن‬َ‫د‬
َ
‫ع‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫م‬ ‫ا‬
َ
‫ذ‬ٰ َ
‫ه‬ ‫وا‬
ُ
‫ال‬
َ
‫ق‬ َ
‫اب‬َ‫ز‬
ْ
‫ح‬
َ ْ‫أ‬
‫ال‬
َ
‫ون‬ُ‫ِن‬‫م‬
ْ
‫ؤ‬ُ‫م‬
ْ
‫ال‬ ‫ى‬
َ
‫أ‬َ‫ر‬ ‫ا‬َّ‫م‬
َ
‫ل‬َ‫و‬ ٢١ ‫ا‬ً‫ري‬ِ‫ث‬
َ
‫ك‬ َ َّ‫ه‬
‫الل‬ َ‫ر‬
َ
‫ك‬
َ
‫ذ‬َ‫و‬
٢٢ ‫ا‬ً‫ِيم‬‫ل‬ ْ‫س‬
َ
‫ت‬َ‫و‬ ‫ا‬
ً
‫ان‬َ‫يم‬ِ‫إ‬
َّ‫ا‬
‫ل‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬
ُ
‫ه‬
َ
‫اد‬َ‫ز‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ ۚ ُ ُ‫ه‬
‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬َ‫و‬ ُ َّ‫ه‬
‫الل‬
َ
‫ق‬َ‫د‬ َ
‫ص‬َ‫و‬ ُ ُ‫ه‬
‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬َ‫و‬ ُ َّ‫ه‬
‫الل‬
“Mereka mengira (bahwa) golongan-golongan yang bersekutu itu belum
pergi; dan jika golongan-golongan yang bersekutu itu datang kembali,
niscaya mereka ingin berada di dusun-dusun bersama-sama orang
Arab Badwi, sambil menanya-nanyakan tentang berita-beritamu. Dan
sekiranya mereka berada bersama kamu, mereka tidak akan berperang,
melainkan sebentar saja. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah. Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan
yang bersekutu itu, mereka berkata: “Inilah yang dijanjikan Allah dan
Rasul-Nya kepada kita”. Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang
demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan
ketundukan.” (QS. Al-Ahzâb [33]: 20-22)
e.	 Surat Shâd
ٌ
‫د‬ َ‫ا‬
‫ع‬َ‫و‬ ٍ
‫وح‬
ُ
‫ن‬ ُ‫م‬ْ‫و‬
َ
‫ق‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ل‬ْ‫ب‬
َ
‫ق‬ ْ
‫ت‬َ‫ب‬
َّ
‫ذ‬
َ
‫ك‬ ١١ ِ
‫اب‬َ‫ز‬
ْ
‫ح‬
َ ْ‫أ‬
‫ال‬ َ‫ِن‬‫م‬ ٌ‫وم‬ُ‫ز‬ْ‫ه‬َ‫م‬
َ
‫ِك‬‫ل‬‫ا‬َ‫ن‬
ُ
‫ه‬ ‫ا‬َ‫م‬ ٌ‫د‬
ْ
‫ن‬ُ‫ج‬
َ
‫ك‬ِ‫ئ‬َٰ
‫ول‬
ُ
‫أ‬ ۚ ِ‫ة‬
َ
‫ك‬ْ‫ي‬
َ ْ‫أ‬
‫ال‬ ُ
‫اب‬َ‫ح‬
ْ
‫ص‬
َ
‫أ‬َ‫و‬ ٍ
‫وط‬
ُ
‫ل‬ ُ‫م‬ْ‫و‬
َ
‫ق‬َ‫و‬
ُ
‫ود‬ُ‫م‬
َ
‫ث‬َ‫و‬ ١٢ ِ‫د‬‫ا‬
َ
‫ت‬ْ‫و‬
َ ْ‫أ‬
‫ال‬ ‫و‬
ُ
‫ذ‬
ُ
‫ن‬ْ‫و‬
َ
‫ع‬ْ‫ِر‬‫ف‬َ‫و‬
١٣ ُ
‫اب‬َ‫ز‬
ْ
‫ح‬
َ ْ‫أ‬
‫ال‬
34	 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
“Suatu tentara yang besar yang berada disana dari golongan-golongan
yang berserikat, pasti akan dikalahkan. Telah mendustakan (rasul-rasul
pula) sebelum mereka itu kaum Nuh, ´Aad, Fir´aun yang mempunyai
tentara yang banyak. dan Tsamud, kaum Luth dan penduduk Aikah.
Mereka itulah golongan-golongan yang bersekutu (menentang rasul-
rasul).” (QS. Shâd [38]:11-13)
f.	 Surat Ghâfir
ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ِ‫ب‬ ٍ‫ة‬َّ‫م‬
ُ
‫أ‬
ُّ ُ‫ل‬
‫ك‬ ْ
‫ت‬َّ‫م‬
َ
‫ه‬َ‫و‬ ۖ ْ‫ِم‬‫ه‬ِ‫د‬
ْ
‫ع‬َ‫ب‬ ْ‫ِن‬‫م‬ ُ
‫اب‬َ‫ز‬
ْ
‫ح‬
َ ْ‫أ‬
‫ال‬َ‫و‬ ٍ
‫وح‬
ُ
‫ن‬ ُ‫م‬ْ‫و‬
َ
‫ق‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ل‬ْ‫ب‬
َ
‫ق‬ ْ
‫ت‬َ‫ب‬
َّ
‫ذ‬
َ
‫ك‬
َ
‫ن‬
َ‫ا‬
‫ك‬
َ
‫ف‬ْ‫ي‬
َ
‫ك‬
َ
‫ف‬ ۖ ْ‫م‬ُ‫ه‬
ُ
‫ت‬
ْ
‫ذ‬
َ
‫خ‬
َ
‫أ‬
َ
‫ف‬ َّ
‫ق‬َْ‫ح‬
‫ال‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ‫وا‬
ُ
‫ِض‬‫ح‬
ْ
‫د‬ُ ِ‫ي‬
‫ل‬ ِ‫ِل‬‫ط‬‫ا‬َ ْ‫ب‬
‫ال‬ِ‫ب‬ ‫وا‬
ُ
‫ل‬
َ
‫اد‬َ‫ج‬َ‫و‬ ۖ ُ‫وه‬
ُ
‫ذ‬
ُ
‫خ‬
ْ
‫أ‬َ ِ‫ي‬
‫ل‬
ِ
‫اب‬
َ
‫ِق‬‫ع‬
“Sebelum mereka, kaum Nuh dan golongan-golongan yang bersekutu
sesudah mereka telah mendustakan (rasul) dan tiap-tiap umat telah
merencanakan makar terhadap rasul mereka untuk menawannya dan
mereka membantah dengan (alasan) yang batil untuk melenyapkan
kebenaran dengan yang batil itu; karena itu Aku azab mereka. Maka
betapa (pedihnya) azab-Ku.” (QS. Ghâfir [40]: 5)
g.	 Surat Ghâfir
ِ
‫اب‬َ‫ز‬
ْ
‫ح‬
َ ْ‫أ‬
‫ال‬ ِ‫م‬ْ‫و‬َ‫ي‬
َ
‫ل‬
ْ
‫ِث‬‫م‬ ْ‫م‬
ُ
‫ك‬ْ‫ي‬
َ
‫ل‬
َ
‫ع‬
ُ
‫اف‬
َ
‫خ‬
َ
‫أ‬ ِ‫ي‬
ّ
‫ن‬ِ‫إ‬ ِ‫م‬ْ‫و‬
َ
‫ق‬ ‫ا‬َ‫ي‬ َ‫ن‬َ‫آم‬ ‫ِي‬
َّ‫ذ‬
‫ال‬
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬َ‫و‬
“Dan orang yang beriman itu berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku
khawatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti peristiwa kehancuran
golongan yang bersekutu.” (QS. Ghâfir [40]:30)
h.	 Surat Az-Zukhrȗf
ٍ‫م‬ ِ‫ي‬
‫ل‬
َ
‫أ‬ ٍ‫م‬ْ‫و‬َ‫ي‬ ِ
‫اب‬
َ
‫ذ‬
َ
‫ع‬ ْ‫ِن‬‫م‬ ‫وا‬ُ‫م‬
َ
‫ل‬
َ
‫ظ‬ َ‫ِين‬
َّ‫ذ‬
‫ِل‬‫ل‬
ٌ
‫ل‬ْ‫ي‬َ‫و‬
َ
‫ف‬ ۖ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ن‬
ْ
‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫ِن‬‫م‬ ُ
‫اب‬َ‫ز‬
ْ
‫ح‬
َ ْ‫أ‬
‫ال‬
َ
‫ف‬
َ
‫ل‬َ‫ت‬
ْ
‫اخ‬
َ
‫ف‬
“Maka berselisihlah golongan-golongan (yang terdapat) di antara
mereka, lalu kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang zalim
yakni siksaan hari yang pedih (kiamat).” (QS. Az-Zukhrȗf [43]: 65)
Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara	 35
Demikianlah pemaparan bentuk-bentuk hizib dalam Al-Qur’an
yang bisapenulispaparkandengan pengertian hizibadalahgolongan-
golongan, pembahasan selanjutnyayakni terkait maknadan landasan
dalam melakukan aktivitas hizib (berhizib).
C.	 Makna dan Landasan Hizib
Secara bahasa hizib memiliki beberapa arti, diantaranya yaitu
kelompok,golongan, partai. Selain itu, hizibjugamemiliki pengertian
bagian dalam Al-Qur’an, bagian atau nasib, senjata dan bisa juga
berarti jenis wirid. Disamping itu hizib bisa juga dengan pengertian
kumpulan do’a-do’a.
Terkait dengan landasan berhizib dalam penelitian ini, terlebih
dahulu dikemukakan makna hizib dalam pengertian kumpulan do’a-
do’a dan wirid atau zikir yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis
serta do’a-do’a dari para ulama. Berikut akan dipaparkan landasan
dalam berhizib yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis yaitu
sebagai berikut:
1.	 Surat Al-Ra’d
ُ
‫وب‬
ُ
‫ل‬
ُ
‫ق‬
ْ
‫ال‬ ُّ‫ن‬ِ‫ئ‬َ‫م‬ ْ‫ط‬
َ
‫ت‬ ِ
َّ‫ه‬
‫الل‬ ِ‫ر‬
ْ
‫ِك‬‫ذ‬ِ‫ب‬
َ‫ا‬
‫ل‬
َ
‫أ‬ ِۗ
َّ‫ه‬
‫الل‬ ِ‫ر‬
ْ
‫ِك‬‫ذ‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫وب‬
ُ
‫ل‬
ُ
‫ق‬ ُّ‫ن‬ِ‫ئ‬َ‫م‬ ْ‫ط‬
َ
‫ت‬َ‫و‬ ‫وا‬ُ‫ن‬َ‫آم‬ َ‫ِين‬
َّ‫ذ‬
‫ال‬
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram.” (QS. Al-Ra’d [13]: 28 )
2.	 Surat Ali-Imrân
ِ‫ق‬
ْ
‫ل‬
َ
‫خ‬ ِ‫ي‬
‫ف‬
َ
‫ون‬ُ‫ر‬
َّ
‫ك‬
َ
‫ف‬َ‫ت‬َ‫ي‬َ‫و‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫وب‬ُ‫ن‬ُ‫ج‬ ٰ َ‫لَى‬
‫ع‬َ‫و‬ ‫ا‬
ً
‫ود‬ُ‫ع‬
ُ
‫ق‬َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ام‬َ‫ِي‬‫ق‬ َ َّ‫ه‬
‫الل‬
َ
‫ون‬ُ‫ر‬
ُ
‫ك‬
ْ
‫ذ‬َ‫ي‬ َ‫ِين‬
َّ‫ذ‬
‫ال‬
َ
‫اب‬
َ
‫ذ‬
َ
‫ع‬ ‫ا‬َ‫ن‬ِ‫ق‬
َ
‫ف‬
َ
‫ك‬
َ
‫ان‬َ‫ح‬ْ‫ب‬ُ‫س‬
ً‫ا‬
‫ِل‬‫ط‬‫ا‬َ‫ب‬ ‫ا‬
َ
‫ذ‬ٰ َ
‫ه‬ َ
‫ت‬
ْ
‫ق‬
َ
‫ل‬
َ
‫خ‬ ‫ا‬َ‫م‬ ‫ا‬َ‫ن‬َّ‫ب‬َ‫ر‬ ِ
‫ض‬ْ‫ر‬
َ ْ‫أ‬
‫ال‬َ‫و‬ ِ
‫ات‬َ‫او‬َ‫م‬ َّ‫الس‬
ِ‫ار‬َّ‫نل‬‫ا‬
36	 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): «Ya Tuhan Kami, Tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka
peliharalah Kami dari siksa neraka.” (QS. Ali-Imrân [03]: 191)
3.	 Surat Al-Baqarah
ِ‫ون‬ُ‫ر‬
ُ
‫ف‬
ْ
‫ك‬
َ
‫ت‬
َ‫ا‬
‫ل‬َ‫و‬ ِ‫ي‬
‫ل‬ ‫وا‬ُ‫ر‬
ُ
‫ك‬
ْ
‫اش‬َ‫و‬ ْ‫م‬
ُ
‫ك‬ْ‫ر‬
ُ
‫ك‬
ْ
‫ذ‬
َ
‫أ‬ ِ‫ي‬
‫ون‬ُ‫ر‬
ُ
‫ك‬
ْ
‫اذ‬
َ
‫ف‬
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al-Baqarah [02]: 152)
4.	 Surat Al-A’râf ayat 55
َ‫ِين‬‫د‬َ‫ت‬
ْ
‫ع‬ُ‫م‬
ْ
‫ال‬ ُّ
‫ِب‬
ُ‫ح‬
‫ي‬
َ‫ا‬
‫ل‬ ُ‫ه‬
َّ
‫ن‬ِ‫إ‬ ۚ
ً
‫ة‬َ‫ي‬
ْ
‫ف‬
ُ
‫خ‬َ‫و‬ ً‫ا‬
‫ع‬ُّ َ‫ر‬
‫ض‬
َ
‫ت‬ ْ‫م‬
ُ
‫ك‬َّ‫ب‬َ‫ر‬ ‫وا‬ُ‫ع‬
ْ
‫اد‬
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang
lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.” (QS. Al-A’raf [07]: 55)
5.	 Surat Al-Mukminûn
َ
‫ون‬ُ‫ع‬ِ‫ج‬‫ا‬َ‫ر‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ
ّ‫ب‬َ‫ر‬ ٰ َ‫ى‬
‫ل‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬
َّ
‫ن‬
َ
‫أ‬
ٌ
‫ة‬
َ
‫ل‬ِ‫ج‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫وب‬
ُ
‫ل‬
ُ
‫ق‬َ‫و‬ ‫ا‬ْ‫و‬
َ
‫آت‬ ‫ا‬َ‫م‬
َ
‫ون‬
ُ
‫ت‬
ْ
‫ؤ‬ُ‫ي‬ َ‫ِين‬
َّ‫ذ‬
‫ال‬َ‫و‬
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan,
dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya
mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS. Al-Mukminûn [23]: 60)
6.	 Allah SWT berfirman dalam hadis qudsinya, yakni sebagai
berikut:
ِ‫ه‬ْ‫ي‬
َ
‫ل‬
َ
‫ع‬ ُ‫اهلل‬
َّ‫ى‬
‫ل‬ َ
‫ص‬ – ِ‫هلل‬‫ا‬
َ
‫ل‬ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬
َّ
‫ن‬
َ
‫أ‬ : – ُ‫ه‬
ْ
‫ن‬
َ
‫ع‬ ُ‫اهلل‬ َ ِ‫ي‬
‫ض‬َ‫ر‬ –
َ
‫ة‬َ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫ر‬
ُ
‫ه‬ ِ‫ي‬
‫ب‬
َ
‫أ‬ ْ‫ن‬
َ
‫ع‬َ‫و‬
ُ‫ه‬َ‫ع‬َ‫م‬ ‫ا‬
َ
‫ن‬
َ
‫أ‬َ‫و‬ , ِ‫ي‬
‫ب‬ ‫ِي‬‫د‬ْ‫ب‬
َ
‫ع‬ ِ
ّ‫ن‬
َ
‫ظ‬ َ‫د‬
ْ
‫ِن‬‫ع‬ ‫ا‬
َ
‫ن‬
َ
‫أ‬ :
َ‫ى‬
‫ال‬َ‫ع‬
َ
‫ت‬ ُ‫اهلل‬
ُ
‫ل‬ْ‫و‬
ُ
‫ق‬َ‫ي‬ (( :
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬ – َ‫م‬
َّ
‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬
‫ف‬ ِ‫ي‬
‫رن‬
َ
‫ك‬
َ
‫ذ‬
ْ
‫ِإَون‬ , ِ‫ي‬
‫س‬
ْ
‫ف‬
َ
‫ن‬ ِ‫ي‬
‫ف‬ ُ‫ه‬
ُ
‫ت‬ْ‫ر‬
َ
‫ك‬
َ
‫ذ‬ , ِ‫ه‬ِ‫س‬
ْ
‫ف‬
َ
‫ن‬ ِ‫ي‬
‫ف‬ ِ‫ي‬
‫ن‬َ‫ر‬
َ
‫ك‬
َ
‫ذ‬
ْ
‫ن‬ِ‫إ‬
َ
‫ف‬ , ِ‫ي‬
‫ن‬َ‫ر‬
َ
‫ك‬
َ
‫ذ‬ ‫ا‬
َ
‫ذ‬ِ‫إ‬
ِ‫ه‬ْ‫ي‬
َ
‫ل‬
َ
‫ع‬ ٌ
‫ق‬
َ
‫ف‬َّ‫ت‬ُ‫م‬ )) ْ‫م‬ُ‫ه‬
ْ
‫ِن‬‫م‬ ٍ
ْ‫َير‬
‫خ‬ ٍ‫أل‬َ‫م‬ ِ‫ي‬
‫ف‬ ُ‫ه‬
ُ
‫ت‬ْ‫ر‬
َ
‫ك‬
َ
‫ذ‬ ٍ
َ‫لأ‬َ‫م‬
Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara	 37
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku
sesuai persangkaan hamba-Ku.
Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat
bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-
Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih
baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih) [HR.
Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675]
ِ
‫ت‬ِ
ّ‫ي‬َ‫م‬
ْ
‫ال‬ َ‫و‬ ِ
ّ َ‫ي‬
‫ح‬
ْ
‫ال‬
ُ
‫ل‬
َ
‫ث‬َ‫م‬ ُ‫ه‬َّ‫ب‬َ‫ر‬ ُ‫ر‬
ُ
‫ك‬
ْ
‫ذ‬َ‫ي‬
َ‫ا‬
‫ل‬ ْ‫ِي‬
َّ‫ذ‬
‫ال‬َ‫و‬ ُ‫ه‬َّ‫ب‬َ‫ر‬ ُ‫ر‬
ُ
‫ك‬
ْ
‫ذ‬َ‫ي‬ ْ‫ِي‬
َّ‫ذ‬
‫ال‬
ُ
‫ل‬
َ
‫ث‬َ‫م‬
“Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya dengan orang
yang tidak berdzikir kepada Tuhannya bagaikan orang hidup dan orang
mati.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim). 
ِ‫هلل‬‫ا‬
ُ
‫ل‬ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬ :
َ
‫اال‬
َ
‫ق‬ ‫ا‬َ‫م‬ُ‫ه‬
ْ
‫عن‬ ُ‫اهلل‬ َ ِ‫ي‬
‫ض‬َ‫ر‬ ٍ‫د‬ْ‫ي‬ِ‫ع‬َ‫س‬ ِ‫ي‬
‫ب‬
َ
‫أ‬ ْ‫ن‬
َ
‫ع‬َ‫و‬
َ
‫رة‬ْ‫ري‬
ُ
‫ه‬ ِ‫ي‬
‫ب‬
َ
‫أ‬ ْ‫ن‬
َ
‫ع‬
ُ
‫ة‬
َ
‫ك‬ِ‫ئ‬
َ
‫ال‬َ‫م‬
ْ
‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬
ْ
‫ت‬
َّ
‫ف‬َ‫ح‬
َّ‫ال‬
ِ‫إ‬ َ‫اهلل‬
َ
‫ن‬ْ‫و‬ُ‫ر‬
ُ
‫ك‬
ْ
‫ذ‬َ‫ي‬ ٌ‫م‬ْ‫و‬
َ
‫ق‬ ُ‫د‬ُ‫ع‬
ْ
‫ق‬َ‫ي‬
َ
‫ال‬ :َ‫م‬
َّ
‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬
َ
‫ل‬
َ
‫ع‬ ُ‫اهلل‬
َّ‫ى‬
‫ل‬ َ
‫ص‬
ُ‫ه‬َ‫د‬
ْ
‫ِن‬‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ْ‫ِي‬‫ف‬ ُ‫اهلل‬ ُ‫م‬
ُ
‫ه‬َ‫ر‬
َ
‫ك‬
َ
‫ذ‬َ‫و‬
ُ
‫ة‬َ‫ن‬ْ‫ِي‬‫ك‬ َّ‫الس‬ ُ‫م‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬
َ
‫ل‬
َ
‫ع‬ ْ
‫ت‬
َ
‫ل‬َ‫ز‬
َ
‫ن‬َ‫و‬
ُ
‫ة‬َ ْ‫م‬
‫ح‬َّ‫الر‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬
ْ
‫ت‬َ‫ي‬ِ‫ش‬
َ
‫غ‬َ‫و‬
“Dari Abu Hurairah dan dari Abu Said al-Khudri ra berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah berkumpul suatu kaum
sambil berdzikir kepada Allah, melainkan mereka akan diliputi oleh
para malaikat, dan Allah akan memberikan rahmat-Nya kepada mereka,
memberikan ketenangan hati dan memujinya di hadapan makhluk yang
ada di sisi-Nya.” (HR Imam Muslim)
ُ
‫ق‬
َ
‫ِل‬‫ح‬
َ
‫ال‬
َ
‫ق‬ ِ‫ة‬َّ‫ن‬َْ‫ج‬
‫ال‬
ُ
‫اض‬َ‫ي‬ِ‫ر‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ ‫وا‬
ُ
‫ال‬
َ
‫ق‬ ‫وا‬ُ‫ع‬
َ
‫ت‬ْ‫ار‬
َ
‫ف‬ ِ‫ة‬َّ‫ن‬َْ‫ج‬
‫ال‬ ِ
‫اض‬َ‫ي‬ِ‫ر‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬
ُ
‫ت‬ْ‫ر‬َ‫ر‬َ‫م‬ ‫ا‬
َ
‫ذ‬ِ‫إ‬
ِ‫ر‬
ْ
‫ِك‬
ّ
‫اذل‬
“Jika kamu melewati taman-taman Surga, maka singgahlah dengan
senang.” Para sahabat bertanya,”Apakah taman-taman Surga itu?”
Beliau menjawab,”Halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) dzikir.” (HR.
Tirmidzi)
38	 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
Demikianlah makna dan landasan hizib yang dapat penulis
paparkan dalam penelitian ini yang bersumber dari Al-Qur’an dan
hadis, pembahasan selanjutnya akan akan dilanjutkan dengan sub
bab berikutnya.
D.	 Pengamalan Hizib di Nusantara
Pengamalan hizib di Nusatara dalam penelitian ini akan
mendeskripsikan hizib-hizib yang diamalkan oleh masyarakat di
Nusantara, seperti berikut ini:
1.	 Hizib dalam Tarekat Syadziliyah
TarekatSyadziliyah merupakansalahsatutarekatyang memiliki
pengikutyangcukupbanyakdibandingkandengantarekat-tarekatlain
seperti Tarekat Qadiriyah, Tarekat Rifaiyah, Tarekat Naqsabandiyah,
Tarekat Suhrawardiyah dan tarekat-tarekat lainnya. Nama Tarekat
Syadziliyah dinisbatkan kepada Abu Hasan Asy- Syâdzilî yang wafat
pada 656 H/1258 M sebagai pendirinya. Abu Hasan Asy- Syâdzilî
adalahsalahsatu keturunanNabi Muhammad SAW melalui Sayyidina
Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Tarekat Syadziliyah merupakan salah
satu tarekat yang mu’tabarah atau diakui kebenarannya karena Imam
Asy- Syâdzilî nasabnya bersambung sampai ke Nabi Muhammad
SAW.31
Tarekat Syadziliyah dalam ajarannya dilandaskan pada ajaran
metafisik dan spritual tauhid dan tentu saja Al-Qur’an dan Sunnah.
Tarekat Syadziliyah memiliki tujuan yakni kesadaran ma’rifat kepada
Allah SWT yang mengimplikasikan kebijaksanaan sempurna dan
kesucian jiwa pelaku kontemplasi.
Tarekat Syadziliyah merupakan suatu bentuk reformasi
pandangan spritual dan religius, namun bukan dalam arti
31	 Heri Ms Faridy, dkk., ed., Ensiklopedi Tasawuf (Bandung: Angkasa, 2008), h. 1149.
Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara	 39
sebagai sebuah gerakan pemurnian dan anti kemusyrikan yang
sering membinasakan institusi Islam eksternal dibawah bendera
“kembali ke jalan salaf”. Namun Tarekat Syadziliyah mempunyai
cara tersendiri dengan mengkritisi formalisme dan literalisme
yang berlebihan dalam Islam eksoterik pada saat itu. Tarekat
Syadziliyah merupakan tarekat yang paling diterima dibanding
dengan tarekat-tarekat besar yang berkembang pada saat itu,
yang tidak hanya diterima oleh kalangan tasawuf normatif tetapi
juga oleh kalangan Islam normatif. Hal itu dikarenakan baiat atau
inisiasi yang dilakukan oleh Tarekat Syadziliyah tidak melanggar
apa yang telah diyakini masyarakat.
Disamping sebagai sebuah ajaran tarekat, Tarekat Syadziliyah
juga memiliki hizib-hizib yang diamalkan oleh pengikutnya-
pengikutnya. Hizib yang diajarkan dalam Tarekat Syadziliyah
terbilang cukup banyak jumlahnya dan setiap murid atau pengikut
tidak menerima hizib yang sama karena disesuaikan dengan
situasi dan kondisi ruhaniah murid sendiri dan kebijaksanaan
mursyid. Hizib-hizib tersebut tidak boleh diamalkan oleh semua
orang, kecuali telah mendapat izin atau ijazah dari seorang
mursyid atau seseorang murid yang ditunjuk oleh mursyid untuk
mengijazahkannya. Adapun hizib-hizib yang diajarkan dalam
Tarekat Syadziliyah antara lain, yaitu Hizib Asy-Syifa, Hizib Al-
Bahr, Hizib Al-Kafi atau Al-Autad, Hizib Al-Birhatiyah, Hizib An-
Nashr, Hizib Al-Bar atau Al-Kabir32
. Berikut adalah penjelasan dari
masing-masing tersebut:
a.	 Hizib Asy-Syifa
Hizib Asy-Syifa merupakan hizib khas ala Tarekat Syadziliyah
pada umumnya dan di Tulungagung dalam konteks Nusantara.
32	 Muhammad Zaini,”Tarekat Syadziliyah Perkembangan dan Ajaran-Ajaran: Studi pada
Pondok Peta di Tulungagung”, (Tesis Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003),
h. 168.
40	 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
Sebelum seseorang mengikuti prosesi baiat atau talqin zikir, biasanya
dianjurkan untuk membaca Hizib Asy-Syifa untuk membuka dan
membersihkan hati dari kotoran nafsu. Cara mengamalkan Hizib
Asy-Syifa yang apabila disertai dengan puasa maka Hizib Asy-Syifa
dibaca setiap selesai sholat fardhu dan puasa dilakukan selama tiga
hari, tujuh hari, sepuluh hari atau empat puluh hari sesuai dengan
petunjuk mursyid. Puasa yang akan dilakukan oleh pengamalnya
yakni dimulai pada hari selasa, rabu dan kamis. Tetapi apabila
pengamalnya tidak disertai puasa, maka cara pengamalannya adalah
membaca Hizib Asy-Syifa cukup sekali dalam sehari semalam33
.
Semua murid atau pengikut tarekat Syadziliyah tidak
diperlakukan sama diantara murid yang satu dengan murid yang
lainnya, karena semua itu tergantung kepada kebijakan dan kearifan
seorang mursyid yang sesungguhnya. Disamping itu, mursyid lebih
mengetahui keadaan hati dan kualitas ruhani seseorang. Ketika
seseorang dipandang secara ruhaniyah telah pantas untuk dibaiat,
kapanpun waktunya yang dikehendaki oleh mursyid untuk dibai’at,
saatitupulaseseorangdibai’at untuk memasuki TarekatSyadziliyah.34
Hizib Asy-Syifa diamalkan dengan cara yakni terlebih dahulu
memulainya dengan membaca surat Al-Fatehah yang ditujukan
kepada Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, Sayyidina Abu Bakar
Ash-Shidiq, Sayyidina ‘Umar ibn Al-Khaththab, Sayyidina ‘Utsman
ibn Affan, Sayyidina ‘Ali ibn Abi Thalib, Sayyidina Hasan dan Husain,
Syaikh ‘Abdul Qadir Al-Jailani, Mbah Panjalu, Wali Sembilan di
Indonesia, Sunan Kalijaga, Sultan Agung, Syaikh Mustaqim ibn
Husain, Syaikh Abdul Jalil ibn Mustaqim, kedua orang tua dan Nabi
Khidir as35
kemudian dilanjutkan dengan membaca Hizib Asy-Syifa.
33	 Muhammad Zaini,”Tarekat Syadziliyah Perkembangan dan Ajaran-Ajaran: Studi pada
Pondok Peta di Tulungagung”, h. 168.
34	 Muhammad Zaini,”Tarekat Syadziliyah Perkembangan dan Ajaran-Ajaran: Studi pada
Pondok Peta di Tulungagung”, h. 117.
35	 Sa’a datul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizibnya”, h. 31.
Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara	 41
b.	 Hizib Al-Bahr
Hizib Al-Bahr ditulis oleh Imam Asy-Syâdzilî pada saat dalam
perjalanan di Laut Merah dan mendapatkannya langsung dari Nabi
MuhammadSAW.HizibAl-BahrdibacaolehImamAsy-Syâdzilîdalam
rangka berdo’a kepada Allah SWT agar selamat dalam perjalanan di
Laut Merah. Walaupun HizibAl-Bahrmempunyai ikatan kuatdengan
laut, bukan berarti Hizib Al-Bahr hanya dibaca atau diamalkan ketika
di laut.36
ImamAsy-SyâdzilîdidalamHizibAl-Bahrtelahberwasiatkepada
para pengikutnya supaya semua murid mengikuti Tarekat Syadziliyah
dengan mengamalkan Hizib Al-Bahr, karena di dalamnya terdapat
nama-nama Allah SWT yang besar sekali manfaat dan berkahnya.
Dengan membaca asma’ul husna berarti seseorang berzikir dan
mengingat Allah SWT dengan sembilan puluh sembilan nama, yang
setiap nama memiliki pengaruh spritual yang sangat besar. Pengaruh
spritual itu akan didapatkan oleh siapapun yang mengamalkan
dengan syarat meminta ijazah dari guru yang berwenang.37
Hizib Al-Bahr dibaca dengan dengan tatacara yaitu setelah
membaca surat Al-Fatehah yang terakhiratau sebelum do’a kemudian
dilanjutkan dengan membaca Hizib Al-Bahr yang diawali dengan
membaca Al-Fatehah lillahi ta’ala, kemudian langsung membaca
Hizib Al-Bahr. Pembacaan Hizib Al-Bahr diakhiri dengan membaca
surat Al-Fatehah sebanyak tujuh kali kemudian ditutup dengan
membaca do’a.38
c.	 Hizib Al-Kafi
Hizib Al-Kafi merupakan amalan pengikut Tarekat Syadziliyah
dalam konteks Nusantara yang dibawa dan dikembangkan oleh Asy-
36	 Sa’adatul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizibnya”, (Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 31.
37	 Heri Ms Faridy, dkk., ed., Ensiklopedi Tasawuf, h. 1153
38	 Sa’adatul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizibnya”, h. 32.
42	 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
Syaikh Abdul Razzak ibn Abdullah At-Termasi yang berasal dari
Pondok PETA Tulungagung tepatnya di Pondok Pesantren Termasi
Pacitan. Hizib Al-Kafi dalam Tarekat Syadziliyah di Pondok PETA
diijazahkan oleh Asy-Syaikh Muhammad Mustaqim ibn Husain
kepada Asy-Syaikh Abdul Razzak yang merupakan awal persahabatan
dan hubungan spritual diantara keduanya.39
Hizib Al-Kafi diamalkan dengan tata cara yakni dimulai dengan
membaca surat Al-Fatehah yang ditujukan kepada Allah SWT, Nabi
Muhammad SAW, Sayyidina Abu Bakar Ash-Shidiq, Sayyidina ‘Umar
ibn Al-Khaththab, Sayyidina ‘Utsman ibn Affan, Sayyidina ‘Ali ibn
Abi Thalib, Sayyidina Hasan dan Husain, Asy-Syaikh ‘Abdul Qadir Al-
Jailani, Mbah Panjalu, Wali Sembilan di Indonesia, Sunan Kalijaga,
Syaikh Mustaqim ibn Husain, Asy-Syaikh Abdul Jalil ibn Mustaqim,
kedua orang tua dan Nabi Khidir as 40
kemudian dilanjutkan dengan
membaca Hizib Al-Kafi.
d.	 Hizib Al-Birhatiyah
Hizib Al-Birhatiyah adalah hizib yang diijazahkan oleh Asy-
Syaikh Abdul Razzak At-Termasi kepada Asy-Syaikh Mustaqim bin
Husain, yang merupakan awal persahabatan dan hubungan spritual
diantarakeduanya.Hubungandiantarakeduanyayaitusama-samaguru
dan murid. Asy-Syaikh Abdul Razzak At-Termasi memberikan ijazah
kepada Asy-Syaikh Mustaqim bin Husain dengan Hizib Al-Birhatiyah,
sedangkan Asy-Syaikh Mustaqim bin Husain memberikan ijazah kepada
Asy-Syaikh Abdul Razzak Al-Termasi berupa Hizib Al-Kafi.41
Hizib Al-Birhatiyah diamalkan dengan tata cara yaitu, pertama
membaca surat Al-Fatehah yang ditujukan kepada Nabi Muhammad
SAW, Nabi Daud as, Nabi Sulaiman as, Sayyidina Asif bin Barkhaya,
39	 Sa’a datul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizibnya”, h. 39.
40	 Sa’adatul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizibnya”, h. 39.
41	 Sa’adatul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizibnya”, h. 41.
Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara	 43
Sayyidina Qalfatriyus, Sayyidina Abu Bakar Ash-Shidiq, Sayyidina
‘Umar ibn Al-Khaththab, Sayyidina ‘Utsman ibn Affan, Sayyidina
‘Ali ibn Abi Thalib, Sayyidina Hasan dan Husain, Asy-Syaikh ‘Abdul
Qadir al-Jailani, Asy-Syaikh Syams al-Din, Asy-Syaikh Imam al-
Ghazali, Asy-Syaikh ‘Abd al-Salam, Asy-Syaikh Abu Hasan al-Syadzili,
‘Abu ‘Abbas al-Mursi, Asy-Syaikh ‘Abu ‘Abbas bin ‘Ali al-Buni, Mbah
Panjalu, Asy-Syaikh Mustaqim bin Husain, Asy-Syaikh Abdul Jalil
bin Mustaqim, kedua orang tua, dan Nabi Khidir as42
lalu dilanjutkan
dengan membaca Hizib Al-Birhatiyah.
e.	 Hizib An-Nashr
Hizib An-Nashr diamalkan dengan tata cara yaitu dimulai
dengan membaca surat Al-Fatehah seperti biasanya kemudian
ditambah kepada Asy-Syaikh Abu Abbas al-Mursi, Asy-Syaikh al-
Badawi, Arwah al-Mujahidin fi sabilillah fi al-Mishr, Tsuraya, Iraq,
wa sair buldan al-Muslimin ‘ammah kemudian dilanjutkan dengan
membaca Hizib An-Nashr.
f.	 Hizib Al-Bar
Tradisi pengamalan Hizib Al-Bar dalam Tarekat Syadziliyah
diantaranya ialah memilih waktu yang tepat untuk berhizib
(membaca Hizib Al-Bar atau yang dikenal dengan nama Hizib Al-
Kabir) yaitu setelah selesai sholat subuh. Pada saat membaca Hizib
Al-Bar hendaklah tidak berbicara dengan orang lain kecuali karena
kebutuhan, seperti menjawab salam. Imam Asy-Syadzili pernah
berkata: “Barangsiapa yang membaca Hizib ini (Hizib Al-Bar), maka
akan memperoleh segala apa yang telah kami peroleh dan terhindar
dari bahaya yang Allah SWT hindarkan dari kami.”43
42	 Sa’adatul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizibnya”, h. 41-42.
43	 Sa’adatul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizibnya”, h. 48.
44	 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan
Demikianlah pemaparan penulis terkait hizib-hizib yang
terdapat dalam Tarekat Syadziliyah. Pembahasan selanjutnya akan
membahas hizib-hizib yang terdapat dalam tarekat lain.
2.	 Hizib dalam Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan
Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan merupakan suatu karya salah
seorang ulama kharismatik yakni Tuan Guru Kyai Haji Muhammad
Zainuddin Abdul Majdid yang juga seorang pendiri oraganisasi
Nahdlatul Wathan.
a.	 Nahdlatul Wathan
Secara etimologi Nahdlatul Wathan berasal dari dua kata yakni
kata “Nahdlah” dan “Al-Wathan”, Nahdlah berarti kebangkitan,
pergerakan, pembangunan. Sedangkan Al-Wathan berarti tanah air
atau Negara. Dengan melihat asal kata Nahdlatul Wathan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa Nahdlatul Wathan adalah kebangkitan
tanah air, pembangunan Negara atau membangun Negara.
Sedangkan secara terminologi Nahdlatul Wathan adalah organisasi
kemasyrakatan (ormas) yang beraliran ahlussunnah wal jama’ah.
Organisasi Nahdlatul Wathan, yang lebih dikenal dengan
singkatan NW, adalah sebuah organisasi sosial kemasyarakatan
yang bergerak dalam bidang pendidikan, sosial, dan dakwah
Islamiyah. Organisasi Nahdlatul Wathan didirikan oleh seorang
ulama kharismatik, kelahiran Lombok, yakni Tuan Guru Kyai Haji
Muhammad Zainuddin Abdul Majdid, pada hari ahad tanggal 15
Jumadil Akhir 1372 H atau bertepatan dengan tanggal 1 Maret 1953 M,
di Pancor, Lombok, Timur Nusa Tenggara Barat.
Latar belakang berdirinya organisasi Nahdlatul Wathan adalah
karena Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majdid
melihat pesatnya pertumbuhan dan perkembangan cabang-cabang
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup
Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup

More Related Content

Similar to Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup

MAKALAH KLM 4 SEJARAH ISLAM MODERN (1).pdf
MAKALAH KLM 4 SEJARAH ISLAM MODERN (1).pdfMAKALAH KLM 4 SEJARAH ISLAM MODERN (1).pdf
MAKALAH KLM 4 SEJARAH ISLAM MODERN (1).pdfNovyNovitaSari
 
Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud
Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksudAllah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud
Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksudIbrahym Ullah
 
Nahdlatul ulma dan politik
Nahdlatul ulma dan politikNahdlatul ulma dan politik
Nahdlatul ulma dan politikMoh Imron Aja
 
Pemikiran ali ahmad madkur tentang kurikulum pendidikan islam
Pemikiran ali ahmad madkur tentang kurikulum pendidikan islamPemikiran ali ahmad madkur tentang kurikulum pendidikan islam
Pemikiran ali ahmad madkur tentang kurikulum pendidikan islamErta Erta
 
Antologi islam nusantara book
Antologi islam nusantara bookAntologi islam nusantara book
Antologi islam nusantara bookAgus Setiawan
 
Strategi , Metode, Pendekatan dan Teknik Pembelajaran Menurut Ibnu Sina.docx
Strategi , Metode, Pendekatan dan Teknik Pembelajaran Menurut Ibnu Sina.docxStrategi , Metode, Pendekatan dan Teknik Pembelajaran Menurut Ibnu Sina.docx
Strategi , Metode, Pendekatan dan Teknik Pembelajaran Menurut Ibnu Sina.docxZukét Printing
 
Strategi , Metode, Pendekatan dan Teknik Pembelajaran Menurut Ibnu Sina.pdf
Strategi , Metode, Pendekatan dan Teknik Pembelajaran Menurut Ibnu Sina.pdfStrategi , Metode, Pendekatan dan Teknik Pembelajaran Menurut Ibnu Sina.pdf
Strategi , Metode, Pendekatan dan Teknik Pembelajaran Menurut Ibnu Sina.pdfZukét Printing
 
silabus pendidikan agama islam
silabus pendidikan agama islamsilabus pendidikan agama islam
silabus pendidikan agama islamrusmnz
 
Studi Islam Paradigma Komprehensif
Studi Islam Paradigma KomprehensifStudi Islam Paradigma Komprehensif
Studi Islam Paradigma KomprehensifKomunitas Islam
 
rps_2021_NUJ21007_110720_20230224092335.pdf
rps_2021_NUJ21007_110720_20230224092335.pdfrps_2021_NUJ21007_110720_20230224092335.pdf
rps_2021_NUJ21007_110720_20230224092335.pdfWiliAnwar
 
HADIS TENTANG ADZAN DITINJAU DARI SEGI SEJARA; KAJIAN ADZAN SUBUH DAN JUMAT D...
HADIS TENTANG ADZAN DITINJAU DARI SEGI SEJARA; KAJIAN ADZAN SUBUH DAN JUMAT D...HADIS TENTANG ADZAN DITINJAU DARI SEGI SEJARA; KAJIAN ADZAN SUBUH DAN JUMAT D...
HADIS TENTANG ADZAN DITINJAU DARI SEGI SEJARA; KAJIAN ADZAN SUBUH DAN JUMAT D...Hasaniahmadsaid
 
Kebudayaan islam
Kebudayaan islamKebudayaan islam
Kebudayaan islammuhfachrul3
 
Studi Kritis Aliran-Aliran Tarekat Yang Berkembang Masa Kini.docx
Studi Kritis Aliran-Aliran Tarekat Yang Berkembang Masa Kini.docxStudi Kritis Aliran-Aliran Tarekat Yang Berkembang Masa Kini.docx
Studi Kritis Aliran-Aliran Tarekat Yang Berkembang Masa Kini.docxZukét Printing
 
Studi Kritis Aliran-Aliran Tarekat Yang Berkembang Masa Kini.pdf
Studi Kritis Aliran-Aliran Tarekat Yang Berkembang Masa Kini.pdfStudi Kritis Aliran-Aliran Tarekat Yang Berkembang Masa Kini.pdf
Studi Kritis Aliran-Aliran Tarekat Yang Berkembang Masa Kini.pdfZukét Printing
 

Similar to Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup (20)

Islam Nusantara.pdf
Islam Nusantara.pdfIslam Nusantara.pdf
Islam Nusantara.pdf
 
MAKALAH KLM 4 SEJARAH ISLAM MODERN (1).pdf
MAKALAH KLM 4 SEJARAH ISLAM MODERN (1).pdfMAKALAH KLM 4 SEJARAH ISLAM MODERN (1).pdf
MAKALAH KLM 4 SEJARAH ISLAM MODERN (1).pdf
 
Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud
Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksudAllah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud
Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud
 
Nahdlatul ulma dan politik
Nahdlatul ulma dan politikNahdlatul ulma dan politik
Nahdlatul ulma dan politik
 
Pemikiran ali ahmad madkur tentang kurikulum pendidikan islam
Pemikiran ali ahmad madkur tentang kurikulum pendidikan islamPemikiran ali ahmad madkur tentang kurikulum pendidikan islam
Pemikiran ali ahmad madkur tentang kurikulum pendidikan islam
 
Antologi islam nusantara book
Antologi islam nusantara bookAntologi islam nusantara book
Antologi islam nusantara book
 
Strategi , Metode, Pendekatan dan Teknik Pembelajaran Menurut Ibnu Sina.docx
Strategi , Metode, Pendekatan dan Teknik Pembelajaran Menurut Ibnu Sina.docxStrategi , Metode, Pendekatan dan Teknik Pembelajaran Menurut Ibnu Sina.docx
Strategi , Metode, Pendekatan dan Teknik Pembelajaran Menurut Ibnu Sina.docx
 
Strategi , Metode, Pendekatan dan Teknik Pembelajaran Menurut Ibnu Sina.pdf
Strategi , Metode, Pendekatan dan Teknik Pembelajaran Menurut Ibnu Sina.pdfStrategi , Metode, Pendekatan dan Teknik Pembelajaran Menurut Ibnu Sina.pdf
Strategi , Metode, Pendekatan dan Teknik Pembelajaran Menurut Ibnu Sina.pdf
 
silabus pendidikan agama islam
silabus pendidikan agama islamsilabus pendidikan agama islam
silabus pendidikan agama islam
 
Studi Islam Paradigma Komprehensif
Studi Islam Paradigma KomprehensifStudi Islam Paradigma Komprehensif
Studi Islam Paradigma Komprehensif
 
rps_2021_NUJ21007_110720_20230224092335.pdf
rps_2021_NUJ21007_110720_20230224092335.pdfrps_2021_NUJ21007_110720_20230224092335.pdf
rps_2021_NUJ21007_110720_20230224092335.pdf
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
Bab 2
 
Alfaza 17060484163[1]
Alfaza 17060484163[1]Alfaza 17060484163[1]
Alfaza 17060484163[1]
 
Alfaza 17060484163[1]
Alfaza 17060484163[1]Alfaza 17060484163[1]
Alfaza 17060484163[1]
 
Ridwan
RidwanRidwan
Ridwan
 
HADIS TENTANG ADZAN DITINJAU DARI SEGI SEJARA; KAJIAN ADZAN SUBUH DAN JUMAT D...
HADIS TENTANG ADZAN DITINJAU DARI SEGI SEJARA; KAJIAN ADZAN SUBUH DAN JUMAT D...HADIS TENTANG ADZAN DITINJAU DARI SEGI SEJARA; KAJIAN ADZAN SUBUH DAN JUMAT D...
HADIS TENTANG ADZAN DITINJAU DARI SEGI SEJARA; KAJIAN ADZAN SUBUH DAN JUMAT D...
 
Hamka :)
Hamka :)Hamka :)
Hamka :)
 
Kebudayaan islam
Kebudayaan islamKebudayaan islam
Kebudayaan islam
 
Studi Kritis Aliran-Aliran Tarekat Yang Berkembang Masa Kini.docx
Studi Kritis Aliran-Aliran Tarekat Yang Berkembang Masa Kini.docxStudi Kritis Aliran-Aliran Tarekat Yang Berkembang Masa Kini.docx
Studi Kritis Aliran-Aliran Tarekat Yang Berkembang Masa Kini.docx
 
Studi Kritis Aliran-Aliran Tarekat Yang Berkembang Masa Kini.pdf
Studi Kritis Aliran-Aliran Tarekat Yang Berkembang Masa Kini.pdfStudi Kritis Aliran-Aliran Tarekat Yang Berkembang Masa Kini.pdf
Studi Kritis Aliran-Aliran Tarekat Yang Berkembang Masa Kini.pdf
 

Recently uploaded

Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRobert Siby
 
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdfBuku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdfsrengseng1c
 
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Ustadz Habib
 
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaSEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaRobert Siby
 
BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptx
BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptxBUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptx
BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptxWahyudinHioda
 
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHWJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHRobert Siby
 
Pendidikan agama islam syirik modern.pptx
Pendidikan agama islam syirik modern.pptxPendidikan agama islam syirik modern.pptx
Pendidikan agama islam syirik modern.pptxArdianAlaziz
 
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSRobert Siby
 
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratIhsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratpuji239858
 
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.KennayaWjaya
 
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURANAYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURANBudiSetiawan246494
 
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfDianNovitaMariaBanun1
 
KISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SD
KISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SDKISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SD
KISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SDAprihatiningrum Hidayati
 

Recently uploaded (13)

Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
 
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdfBuku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
 
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
 
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaSEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
 
BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptx
BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptxBUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptx
BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptx
 
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHWJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
 
Pendidikan agama islam syirik modern.pptx
Pendidikan agama islam syirik modern.pptxPendidikan agama islam syirik modern.pptx
Pendidikan agama islam syirik modern.pptx
 
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
 
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratIhsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
 
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
 
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURANAYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
 
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
 
KISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SD
KISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SDKISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SD
KISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SD
 

Berikut latar belakang penelitian tentang Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan):1. Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. 2. Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidup

  • 1.
  • 2. Penulis: Hipzon Putra Azma, S.Kom.I., M.Hum. Editor: Hipzon Putra Azma, S.Kom.I., M.Hum. Desainer sampul: Rianto T. Layout: Team Cendekia Diterbitkan oleh: CV CENDEKIA PRESS NIB: 8120107982776 Komp. GBA Barat Blok C-4 No. 7 Bandung Email: penerbit@cendekiapress.com Website: www.cendekiapress.com CP.RLG006-2019 ISBN: 978-623-90926-3-4 Cetakan pertama, Juli 2019 Anggota IKAPI Hak cipta dilindungi undang-undang pada penulis, dan hak penerbitan pada CV Cendekia Press. Dilarang memperbanyak tulisan ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari Penerbit. Copyright  Hipzon Putra Azma, 2019
  • 3. “Hizib Islam Nusantara (Pengamalan Hizib NahdlatulWathan)” merupakan penelitian yang mengkaji eksistensi Hizib Nahdlatul Wathan yang dibaca dan diamalkan oleh para pengamalnya. Pokok permasalahan yang diangkat adalah; (1) Mengapa Hizib Nahdlatul Wathan disebut sebagai Hizib Islam Nusantara. (2) Bagaimana tata cara pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan. (3) Apa keutamaan Hizib Nahdlatul Wathan bagi komunitas pengamalnya. Penelitian ini mendeskripsikan sejarah perkembangan Hizib Nahdlatul Wathan, menganalisis Hizib Nahdlatul Wathan yang merupakan bagian dari khasanah Islam Nusantara dan menganalisis pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan. Penelitian ini menunjukkan bahwa Hizib Nahdlatul Wathan merupakan Hizib Islam Nusantara karena Hizib Nahdlatul Wathan merupakan “ijtihad” Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Majdid. Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan diamalkan dan disebarluaskan oleh murid-murid Maulana Syaikh ke seluruh pelosok Nusantara, dengan cara yang santun dan damai, sesuai ajaran Islam Nusantara. Keutamaan Hizib Nahdlatul Wathan bagi para pengamal atau pembacanya yakni, apabila diamalkan dengan sungguh-sungguh dan istiqomah akan memperoleh rahmat dan ridha Allah SWT, menentramkan hati dan pikiran, terpelihara dari gangguan setan, memperoleh keberkahan hidup dunia dan Abstrak
  • 4. iv Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan akhirat, sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dalam pergaulan kehidupan bermasyarakat akan disegani kawan dan ditakuti lawan, dan lain sebagainya. Kata Kunci: Hizib, Islam Nusantara, Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Majdid, Nahdlatul Wathan.
  • 5. Bismillahi wa bihamdihi, Allohumma ashlih ummata Muhammadin shallallohu ‘alaihi wasallam, wafarrij ‘an ummati Muhammadin shallallohu’alaihi wasallam, warham ummata Muhammadin shallallohu ‘alaihi wasallam, wansyur wahfadh NahdlatalWathanifil‘alaminabihaqqiMuhammadinshallallohu‘alaihi wasallam. Segala puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik, hidayah serta ridho-Nya hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir tesis yang berjudul “HizibIslam Nusantara(Pengamalan HizibNahdlatul Wathan)” ditempuh dalam Progran Studi Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Islam Nusantara, Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Jakarta. Shalawat dan salam penulis haturkan ke pusara baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikut beliau yang terus berpegang teguh pada prinsip- prinsip yang beliau sampaikan hingga akhir zaman. Akhirnya penulis berharap semoga kita mendapatkan syafa’at dari baginda Rasulullah Muhammad SAW di akhirat kelak. Dengan tersusunnya penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik Kata Pengantar
  • 6. vi Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan moril, materiil maupun sprituil. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Kedua orang tua tercinta, yang telah memberikan kasih sayang dengan penuh kesabaran dan memberikan dukungan baik moril, materil dan sprituil. 2. Bapak Dr. Ali M. Abdilllah, MA, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengoreksi tesis ini. 3. Bapak Dr. Ulil Abshar, M.Hum dan Bapak Dr. Rumadi, MA, selaku penguji tesis. 4. Seluruh dosen dan civitas Pascasarjana Universitas Nahdlatul Ulama Jakarta. Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA. Dr. Mastuki, HS., M.Ag. Dr. Hamdani, Ph.D. Dr. Isom El-Saha, M.Ag. Prof. Dr. Dien Majid, MA. Dr. KH. Abdul Moqsid Ghazali, MA. Dr. Zastrouw El-Ngatawi, MA. KH. Agus Sunyoto, M.Pd. Dr. M. Ulinnuha Husnan, Lc. MA. Dr. Syafiq Hasyim, Ph.D. Dr. Ulil Absar Abdalla, Dr. M. Adib Misbachul Islam, Dr. Endin Aj Soefihara, MA. Dr. Ahmad Fudhaili, MA. Dr Ali Akbar, M.Si. Dr Mahrus El-Mawa, M.Ag. Ali Masyhar, Lc., M.Hum. A. Ginanjar Sya’ban, Lc. M.Hum. Johan Wahyudi, M.Hum. Ayatullah, M.Phil. Rohul, M.Hum dan lainnya. 5. Keluarga Besar Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta. 6. PengurusYayasan Mi’rajush Shibyan Nahdlatul Wathan Jakarta. 7. Teman-teman Mahasiswa Pascasarjana Program Magister Angkatan 2016 yang telah berproses dengan penulis selama dua tahun. 8. Rizza Ummami (Icha), yang selalu memotivasi penulis dalam menyelesaikan tesis ini, semoga menjadi istri (ku) yang sholehah, disertai putra-putri yang sholeh-sholehah, hidup berkah, harta berlimpah, bersama penulis hingga jannah, Aamiiin.
  • 7. Kata Pengantar vii Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangandalampenulisantesisini, semogakaryasederhanaini dapat bermanfaat bagi yang membaca dan menjadi amal baik penulis yang dicatat oleh Allah SWT sebagai “amalan shalihan maqbulan”. Aamiin Ya Robbal Aalamiiin. Jakarta, Juli 2019 Hipzon Putra Azma, S.Kom.I., M.Hum.
  • 8.
  • 9. Daftar Isi Abstrak — iii Kata Pengantar — v Daftar Isi — ix BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang — 1 B. Rumusan Masalah — 10 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian — 10 D. Tinjauan Pustaka — 11 E. Kerangka Teori — 13 F. Metodologi Penelitian — 19 G. Teknik dan Sistematika Penulisan — 23 H. Outline atau Daftar Isi — 25 BAB 2 Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara A. Pengertian Hizib — 27 B. Bentuk-Bentuk Hizib dalam Al-Qur’an — 29 C. Makna dan Landasan Hizib — 35 D. Pengamalan Hizib di Nusantara — 38
  • 10. x Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan 1. Hizib dalam Tarekat Syadziliyah — 38 2. Hizib dalam Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan — 44 E. Pengaruh Hizib bagi Pengamalnya — 52 Bab 3 Hizib Nahdlatul Wathan A. Pendiri Hizib Nahdlatul Wathan — 55 1. Kelahiran Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Majdid — 56 2. Silsilah Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Majdid — 57 3. Guru-Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Majdid — 58 4. Karya-Karya KH. Muhammad Zainuddin Abdul Majdid — 59 5. Pemikiran dan Kiprah Tuan Guru KH. Zainuddin Abdul Majdid — 62 B. Pengertian Hizib Nahdlatul Wathan — 65 1. KH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid — 65 2. KH. Muhammad Suhaidi — 66 3. H. Abdul Kabir — 67 4. H. Harapandi Dahri — 67 5. H. Muslihan Habib dan H. Mursyidin Zuhdi — 68 C. Sejarah Perkembangan Hizib Nahdlatul Wathan — 68 1. Sejarah Hizib Nahdlatul Wathan — 69 2. Perkembangan Hizib Nahdlatul Wathan — 71
  • 11. Daftar Isi xi D. Sistematika Penulisan Hizib Nahdlatul Wathan — 78 E. Sistematika Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan — 83 1. Penerimaan Ijazah — 83 2. Mengikuti kaifiat — 84 3. Tertib Pengamalan — 86 F. Etika dalam Berhizib — 89 Bab 4 Fadhilah Pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan dalam Aspek Sosial Keagamaan A. Hizib Nahdlatul Wathan sebagai Hizib Islam Nusantara — 97 1. Pengertian Islam Nusantara — 98 2. Karakteristik Islam Nusantara — 99 3. Bentuk-bentuk Islam Nusantara — 101 4. Khazanah Islam Nusantara — 102 B. Hizib Nahdlatul Wathan sebagai Media Dakwah Islam — 105 1. Pengertian Dakwah — 105 2. Metode Dakwah — 107 3. Media Dakwah — 108 C. Fadhilah Mengamalkan Hizib Nahdlatul Wathan — 126 1. Mendatangkan rahmat dan ridha Allah SWT — 126 2. Menentramkan hati dan pikiran — 128 3. Terpelihara dari gangguan setan — 129 4. Memperoleh keberkahan hidup dunia dan akhirat — 131
  • 12. xii Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan 5. Sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT — 132 6. Disegani kawan dan ditakuti lawan — 137 Bab 5 Penutup A. Kesimpulan — 141 B. Saran — 142 Daftar Pustaka — 145 Tentang Penulis — 149
  • 13. BAB 1 Pendahuluan A. Latar Belakang Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. Agama Islam membawa rahmat bagi semesta alam apabila diterapkan dalam kehidupan umat manusia. Selain itu, agama Islam juga memiliki sumber hukum utamayakni Al- Qur’an yang memuat tiga ajaran, yakni akidah, akhlak/tasawuf dan syari’at. Kedua ajaran yang pertama yakni akidah dan akhlak/tasawuf memiliki ajaran yang bersifat universal dan statis dengan pengertian tidak mengalami perubahan dimanapun dan kapan pun. Sementara ajaran agama Islam yang ketiga, yakni syariat masih harus dipilah dan dipilih antara hukum tsawabith/qath’iyyat dan hukum ijtihadiyyat.1 Hukum-hukum qath’iyyat tidak akan mengalami perubahan (statis) walaupun waktu dan tempatnya berubah, sementara hukum- 1 Afi fuddin Muhajir, “Maksud Isti lah Islam Nusantara,” arti kel diakses pada 29 Desember 2018 dari htt p://www.nu.or.id/post/read/60458/maksud-isti lah-islam-nusantara, jam 10.20 WIB.
  • 14. 2 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan hukum  ijtihadiyyat bersifat dinamis, berpotensi untuk berubah seiring dengan kemaslahatan yang mengisi ruang, waktu, dan kondisi tertentu. Dalam hukum ijtihadiyyat yang bersifat dinamis tersebut tentunya boleh dan sah sah saja kalau kata Islam ditambah dengan kata Amerika menjadi Islam Amerika, atau dengan kata lain, seperti Mesir menjadi Islam Mesir, atau dengan kata Nusantara menjadi Islam Nusantara.2 Islam Nusantara adalah suatu pemahaman, pengamalan, dan penerapan Islam dalam segmen fikih mu’amalah sebagai hasil dialektika antara nash, syari’at, ‘urf, budaya, dan realita di bumi Nusantara. Dalam istilah “Islam Nusantara”, tidak ada sentimen benci terhadap bangsa dan budaya negara manapun, apalagi negara Arab, khususnya Arab Saudi sebagai tempat kelahiran agama Islam dan bahasanya menjadi bahasa Al-Qur’an.3 Selain berkaitan dengan hukum Islam yang bersifat statis dan dinamis, Islam juga berkaitan dengan hal-hal ruhaniah yakni tasawuf. Dalam buku-buku bahasa Inggris, terminologi tasawuf sering disebut dengan Islamic Mysticism (ajaran mistik yang diwarnai oleh ajaran Islam), oleh karenanya tasawuf atau sufisme dalam pengertian masa kini adalah ajaran mistik yang dikembangkan oleh ummat Islam dandijiwai olehajaranagama Islam. Namundemikian, istilah tasawuf tidak pernah ada atau belum dikenal pada masa Nabi Muhammad SAW, meskipundemikian, jelas bahwaesensidariajarantasawuf telah ada sejak masa Nabi Muhammad SAW.4 Dalam perkembangannya, tasawuf sebagai suatu ilmu keislaman merupakan hasil kebudayaan Islam, sebagaimana ilmu-ilmu keislaman lainnya, seperti Ilmu Fikih, Ilmu Tauhid dan ilmu-ilmu keislaman lainnya.5 2 Afifuddin Muhajir, “Maksud Istilah Islam Nusantara,” 3 Afifuddin Muhajir, “Maksud Istilah Islam Nusantara,” 4 Muslihan Habib dan Mursyidin Zuhdi, Hizib dan Thariqah Nahdlatul Wathan: Alternatif Tasawuf Modern Masterpiece Al-‘Alim Al-‘Allamah Maulana Syaikh Tuan Guru Kiyai Haji Zainuddin Abdul Majdid dalam Bidang Tasawuf (Jakarta: Pondok Pesantren NW Jakarta, t.th.), h. 16. 5 Muslihan Habib dan Mursyidin Zuhdi, Hizib dan Thariqah Nahdlatul Wathan: Alternatif
  • 15. Bab I - Pendahuluan 3 Kajian tasawuf tidak akan pernah lepas dari kajian keislaman. Tasawuf merupakan dimensi spiritual Islam yang di dalamnya terdapat pemahaman esoterik mengenai Islam itu sendiri.6 Walau dalam kenyataannya, tasawuf juga memunculkan pro dan kontra dalam roda kehidupan, bahwa realita tersebut berupa kenyataan yang sangatekstrem membid’ahkan tasawuf, tetapi jugaadayang apresiatif memandang tasawuf sebagai bagian dari khazanah spiritualitas ajaran Islam. Kelompok yang cukup apresiatif menyatakan bahwa tasawuf sebagai media lintasan untuk mencapai tujuan-tujuan syara’ (maqasid al-syar’i), dalam pengertian yang sederhana adalah bentuk penghayatan seorang hamba terhadap ajaran agama yang dianutnya.7 Tasawuf selain bagian dari kajian keislaman juga merupakan salah satu gejala spiritual yang cukup menarik. Sejumlah ahli memprediksi fenomena gerakan spiritualitas akan menjadi trend di abad dua puluh satu. Hal itu terkait dengan kejenuhan manusia modern terhadap kehidupannya yang selalu didominasi oleh hal-hal yang bersifat materi. Dari situlah kemudian manusia secara massif mulai bergairah untuk kembali melihat kesadaran spiritualnya yang telah lama di tinggalkan yakni melalui jalur tasawuf.8 Ajaran tasawuf menekankan pada keadaan batiniah dan jiwa serta perilaku lahiriah dalam beribadat yang berupa penyerahan diri kepada Allah SWT. Pemahaman lain akan sufisme tampaknya lebih mencari pengetahuan akan kenyataan, pencerahan, atau genosis (ma’rifat). Sedangkan jalan untuk mencapai ma’rifat kepada Allah SWT dalam tasawuf disebut tarekat, yang menurut Abu Bakar Aceh, bermula dari suatu cara mengajar atau mendidik, namun lama kelamaan meluas menjadi kekeluargaan atau perkumpulan, yang Tasawuf Modern Masterpiece Al-‘Alim Al-‘Allamah Maulana Syaikh Tuan Guru Kiyai Haji Zainuddin Abdul Majdid dalam Bidang Tasawuf, h. 16. 6 Mulyadhi Kartanegara, Indahnya menyelami sisi Humanisme Kaum Sufi dalam Media Zainul Bhari “Tasawuf Mendamaikan dunia” (Jakarta: Erlangga, 2010), h. xxx. 7 Amin Syukur, Menggugat Tasawuf, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 199), h. 2. 8 M. Sholihin, Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), h. 5.
  • 16. 4 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan mengikat penganut-penganut tasawuf yang sepaham dan sealiran, guna menerima ajaran-ajaran dan latihan-latihan dari pemimpinnya dalam suatu ikatan.9 Perkumpulanatau ikatan tertentu itu, tumbuhdan berkembang pesat pada zaman kemajuan Baghdad abad ke III dan ke – IV hijriah, tatkala kekuasaan kerajaan Islam berkembang dan pesona dunia lebih mendominasi kehidupan keseharian dibanding keagamaan. Pola hidup yang berorientasi kebendaan dan kemewahan tumbuh subur dan melunturkan iman dan tauhid, merusak akhlak dan moral. Fenomena tersebut memprihatinkan sejumlah ulama, yang kemudian berusaha memperbaiki kehidupan kerohanian dengan mengembalikan ummat kepada kehidupan Islam seperti yang pernah terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW, kemudian sejumlah ulama itu mengumpulkan pengikut-pengikutnya, mengajar dan melatih secara khusus, menggunakan amalan zikir, wirid dan do’a yang khususpula, sehinggakemudian berkembang menjadi perkumpulan- perkumpulan tarekat.10 Tarekat berasal dari bahasa Arab yakni kata thariqah yang berarti jalan. Kata tarekat dapat dijumpai dalam Al-Qur’an surat An- Nisâ: 168 dan 169, surat Thâha: 63, 77, dan 104, surat Al-Ahqâf: 30, surat Al-Mu’minûn: 17, surat Al-Jin: 11 dan 16, yang berbunyi: ‫ا‬ ً ‫يق‬ِ‫ر‬ َ ‫ط‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ِي‬‫د‬ْ‫ه‬َ ِ‫ي‬ ‫ل‬ َ‫ا‬ ‫ل‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ل‬ َ‫ر‬ِ‫ف‬ ْ ‫غ‬َ ِ‫ي‬ ‫ل‬ ُ َّ‫ه‬ ‫الل‬ ِ‫ن‬ ُ ‫ك‬َ‫ي‬ ْ‫م‬ َ ‫ل‬ ‫وا‬ُ‫م‬ َ ‫ل‬ َ ‫ظ‬َ‫و‬ ‫وا‬ُ‫ر‬ َ ‫ف‬ َ ‫ك‬ َ‫ِين‬ َّ‫ذ‬ ‫ال‬ َّ ‫ن‬ِ‫إ‬ “Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kezaliman, Allah sekali-kali tidak akan mengampuni (dosa) mereka dan tidak (pula) akan menunjukkan jalan kepada mereka.” (QS. An- Nisâ [04]: 168) ‫ا‬ً‫ِري‬‫س‬َ‫ي‬ ِ َّ‫ه‬ ‫الل‬ َ‫لَى‬ ‫ع‬ َ ‫ِك‬‫ل‬َٰ ‫ذ‬ َ ‫ن‬ َ‫ا‬ ‫ك‬َ‫و‬ ۚ ‫ا‬ً‫د‬َ‫ب‬ َ ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ِيه‬‫ف‬ َ‫ِين‬ ِ‫د‬ ‫ال‬ َ ‫خ‬ َ‫م‬َّ‫ن‬َ‫ه‬َ‫ج‬ َ ‫يق‬ِ‫ر‬ َ ‫ط‬ َّ‫ا‬ ‫ل‬ِ‫إ‬ 9 BambangWiwoho, Bertasawuf di Zaman Edan: Hidup Bersih, Sederhana, Mengabdi, (Jakarta: Buku Republika (Imprint PT Pustaka Abdi Bangsa, 2016), h. 33. 10 BambangWiwoho, Bertasawuf di Zaman Edan: Hidup Bersih, Sederhana, Mengabdi, h. 33-34.
  • 17. Bab I - Pendahuluan 5 “Kecuali jalan ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. An- Nisâ [04]: 169) ‫ا‬َ‫ِم‬‫ه‬ِ‫ر‬ ْ ‫ِح‬‫س‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ ُ ‫ك‬ ِ‫ض‬ْ‫ر‬ َ ‫أ‬ ْ‫ِن‬‫م‬ ْ‫م‬ ُ ‫اك‬َ‫ج‬ِ‫ر‬ ْ ُ‫خ‬ ‫ي‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬ ِ‫ان‬َ‫يد‬ِ‫ر‬ُ‫ي‬ ِ‫ان‬َ‫ِر‬‫ح‬‫ا‬ َ‫س‬ َ ‫ل‬ ِ‫ان‬ َ ‫ذ‬ٰ َ ‫ه‬ ْ ‫ن‬ِ‫إ‬ ‫وا‬ ُ ‫ال‬ َ ‫ق‬ ٰ َ‫ى‬ ‫ل‬ ْ ‫ث‬ُ‫م‬ ْ ‫ال‬ ُ‫م‬ ُ ‫ك‬ِ‫ت‬ َ ‫يق‬ِ‫ر‬ َ ‫ط‬ِ‫ب‬ ‫ا‬َ‫ب‬ َ ‫ه‬ ْ ‫ذ‬َ‫ي‬َ‫و‬ “Mereka berkata: «Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kamu yang utama.” (QS. Thâha [020]: 63) ِ‫ر‬ ْ ‫ح‬َ ْ‫ب‬ ‫ال‬ ِ‫ي‬ ‫ف‬ ‫ا‬ ً ‫يق‬ِ‫ر‬ َ ‫ط‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ل‬ ْ ‫ب‬ِ ْ‫ر‬ ‫اض‬ َ ‫ف‬ ‫ِي‬‫د‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ع‬ِ‫ب‬ ِ ْ‫ر‬ ‫س‬ َ ‫أ‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬ ٰ َ‫ى‬ ‫وس‬ُ‫م‬ ٰ َ‫ى‬ ‫ل‬ِ‫إ‬ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ح‬ْ‫و‬ َ ‫أ‬ ْ ‫د‬ َ ‫ق‬ َ ‫ل‬َ‫و‬ ٰ َ‫ى‬ ‫ش‬ ْ َ‫خ‬ ‫ت‬ َ‫ا‬ ‫ل‬َ‫و‬ ً‫ا‬ ‫ك‬َ‫ر‬ َ ‫د‬ ُ ‫اف‬ َ َ‫خ‬ ‫ت‬ َ‫ا‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ً‫س‬َ‫ب‬َ‫ي‬ “Dan Sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: «Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, Maka buatlah untuk mereka jalan yang kering dilaut itu, kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut.” (QS. Thâha [020]: 77) ‫ا‬ً‫م‬ْ‫و‬َ‫ي‬ َّ‫ا‬ ‫ل‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ ْ ‫ث‬ِ َ‫ب‬ ‫ل‬ ْ ‫ن‬ِ‫إ‬ ً ‫ة‬ َ ‫يق‬ِ‫ر‬ َ ‫ط‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ ُ ‫ل‬ َ ‫ث‬ ْ ‫م‬ َ ‫أ‬ ُ ‫ول‬ ُ ‫ق‬َ‫ي‬ ْ ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ ‫ون‬ ُ ‫ول‬ ُ ‫ق‬َ‫ي‬ ‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ُ‫م‬ َ ‫ل‬ ْ ‫ع‬ َ ‫أ‬ ُ‫ن‬ ْ َ‫ح‬ ‫ن‬ “Kami lebih mengetahui apa yang mereka katakan, ketika berkata orang yang paling Lurus jalannya di antara mereka: «Kamu tidak berdiam (di dunia), melainkan hanyalah sehari saja.” (QS. Thâha [020]: 104) ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫د‬َ‫ي‬ َ ْ‫ن‬ ‫ي‬َ‫ب‬ ‫ا‬َ‫ِم‬‫ل‬ ‫ا‬ ً ‫ِق‬ّ‫د‬ َ ‫ص‬ُ‫م‬ ٰ َ‫ى‬ ‫وس‬ُ‫م‬ ِ‫د‬ ْ ‫ع‬َ‫ب‬ ْ‫ِن‬‫م‬ َ ‫ل‬ِ‫ز‬ ْ ‫ن‬ ُ ‫أ‬ ‫ا‬ً‫اب‬َ‫ِت‬‫ك‬ ‫ا‬َ‫ن‬ ْ ‫ع‬ِ‫م‬َ‫س‬ ‫ا‬ َّ ‫ن‬ِ‫إ‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫م‬ْ‫و‬ َ ‫ق‬ ‫ا‬َ‫ي‬ ‫وا‬ ُ ‫ال‬ َ ‫ق‬ ٍ‫يم‬ِ‫ق‬َ‫ت‬ ْ‫س‬ُ‫م‬ ٍ ‫يق‬ِ‫ر‬ َ ‫ط‬ ٰ َ‫ى‬ ‫ِإَول‬ ِ ّ ‫ق‬َْ‫ح‬ ‫ال‬ َ‫ى‬ ‫ل‬ِ‫إ‬ ‫ِي‬‫د‬ْ‫ه‬َ‫ي‬ “Mereka berkata: «Hai kaum Kami, Sesungguhnya Kami telah mendengarkan kitab (Al Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Ahqâf [046]: 30)
  • 18. 6 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan َ‫ِني‬‫ل‬ِ‫ف‬ َ‫ا‬ ‫غ‬ ِ‫ق‬ ْ ‫ل‬َْ‫خ‬ ‫ال‬ ِ‫ن‬ َ ‫ع‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ ُ ‫ك‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ َ ‫ق‬ِ‫ائ‬َ‫ر‬ َ ‫ط‬ َ‫ع‬ْ‫ب‬َ‫س‬ ْ‫م‬ ُ ‫ك‬ َ ‫ق‬ْ‫و‬ َ ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ن‬ ْ ‫ق‬ َ ‫ل‬ َ ‫خ‬ ْ ‫د‬ َ ‫ق‬ َ ‫ل‬َ‫و‬ “Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan (tujuh buah langit); dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (kami).” (QS. Al-Mu’minûn [023]: 17) ‫ا‬ ً ‫د‬َ‫ِد‬‫ق‬ َ ‫ق‬ِ‫ائ‬َ‫ر‬ َ ‫ط‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ ُ ‫ك‬ ۖ َ ‫ِك‬‫ل‬َٰ ‫ذ‬ َ ‫ون‬ ُ ‫د‬ ‫ا‬َّ‫ِن‬‫م‬َ‫و‬ َ ‫ون‬ُ ِ‫ح‬ ‫ال‬ َّ ‫الص‬ ‫ا‬َّ‫ِن‬‫م‬ ‫ا‬ َّ ‫ن‬ َ ‫أ‬َ‫و‬ “Dan Sesungguhnya di antara Kami ada orang-orang yang saleh dan di antara Kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. adalah Kami menempuh jalan yang berbeda-beda.” (QS. Al-Jin [72]: 11) ‫ا‬ ً ‫ق‬َ‫د‬ َ ‫غ‬ ً‫اء‬َ‫م‬ ْ‫م‬ ُ ‫اه‬َ‫ن‬ْ‫ي‬ َ ‫ق‬ْ‫س‬ َ َ‫أ‬ ‫ل‬ ِ‫ة‬ َ ‫يق‬ِ‫ر‬ َّ ‫الط‬ َ‫لَى‬ ‫ع‬ ‫وا‬ُ‫ام‬ َ ‫ق‬َ‫ت‬ْ‫اس‬ ِ‫و‬ َ ‫ل‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬َ‫و‬ “Dan bahwasanya: Jikalau mereka tetap berjalan Lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak).” (QS. Al-Jin [72]: 16) Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim Nabi Muhammad SAW menyuruh ummatnya untuk mengikuti sunnah beliau dan sunnah para sahabatnya. Sunnah bisa juga dalam pengertian jalan, seperti halnya tarekat yang berarti jalan. Meskipun memiliki makna yang sama antara sunnah dan tarekat, istilah tarekat dapat diterapkan pada berbagai kelompok atau golongan yang mengikuti mazhab tertentu yang didirikan dan dikembangkan oleh seorang Asy-Syaikh atau seorang alim tertentu, namun sunnah tidak dapat bermakna demikian. Dalam konteks tasawuf, tarekat berarti menjalankan dengan sikap kehati-hatian dan ketelitian, melaksanakan fadlailu al-‘amal serta bersungguh- sungguh dalam mengerjakan ibadah dan riyadlah. Pengertianini mengindikasikanbahwatarekatpadaawalnyahanyalah dimaksudkan sebagai metode, atau cara dan jalan yang ditempuh seorang sufi menuju pencapaian tertinggi. Pada perkembangan selanjutnya, tarekat berubah secara sosiologis menjadi sebuah institusi sosial keagamaan yang memiliki ikatan keanggotaan sangat
  • 19. Bab I - Pendahuluan 7 kuat. Esensi dari institusi tersebut misalnya interaksi antara murid dengan guru (mursyid). Di Indonesia terdapat suatu organisasi tarekat mu’tabarah yang disebut JATMAN (Jam’iyyah Ahlith Tarekat Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah). Tarekat mu’tabarah adalah tarekat yang mempunyai sanad (mata rantai) yang tidak terputus atau bersambung kepada Rasulullah SAW dan karena itu absah untuk diamalkan. Tarekat merupakan bagian kecil dari praktek peribadatan yang mencoba memasuki dunia tasawuf. Tarekat dapat berfungsi untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan nafsu serta sifat- sifatnya, untuk kemudian menjauhi yang tercela dan mengamalkan yang terpuji. Maka, tarekat pun sangat penting bagi ummat Islam yang hendak membersihkan hati dari sifat-sifat kebendaan untuk kemudian mengisi hati dengan dzikir, muraqabah, mahabbah, ma’rifah dan musyahadah kepada Allah SWT. Salah satu wali Allah yang merupakan pendiri sebuah tarekat yakni Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid. Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid mengatakan bahwa syari’at itu merupakan uraian, tarekat merupakan pelaksanaan, hakekat merupakan keadaan dan ma’rifat merupakan tujuan pokok, yakni pengenalan Tuhan yang sebenar- benarnya. Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid juga menganalogikan syari’at itu sebagai sebuah sampan (perahu), tarekat itu adalah lautan, hakekat itu adalah mutiara. Orang tidak akan mendapatkan mutiara kecuali melewati lautan denggan menggunakan sampan.11 Ajaran tasawuf Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid, tidak memisahkan antara fikih dan tasawuf. Dalam konteks ini, Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid 11 Mohammad Noor, dkk., Visi Kebangsaan Religius Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Abdul Majdid 1904-1997, (Jakarta: Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta dan PT. Logos Wacana Ilmu, 2004), h. 267.
  • 20. 8 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan mengungkapkan argumentasinya dengan mengutip pandangan Anas Ibn Malik yang mengatakan: “Barang siapa yang melaksanakan Fikih saja tanpa dibarengi dengan pelaksanaan tasawuf, maka ia temasuk golongan orang- orang fasik, dan barang siapa yang hanya melaksanakan tasawuf saja, tanpa melaksanakan fikih, maka ia termasuk golongan orang-orang zindik, sementara barang siapa yang mengerjakan keduanya secara sinergis, maka ia termasuk orang-orang yang telaah mencapai derajat hakekat”. Berkaitan dengan ajaran untuk mensinergikan antara syariat dengan hakekat, Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid menulis dalam bait-bait syairnya sebagai berikut: Wahai anakku jamaah tarekat Janganlah lupa pada syariat Ingatlah selalu kandungan baiat Mudahan selamat dunia akhirat Banyak sekali membisikkan hakekat Padahal mereka buta syariat Sehingga awam banyak terpikat Menjadi zindik menjadi sesat.12 Selainsebagai pendiri tarekat, Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid juga memiliki sebuah karyayang fenomenal yakni Hizib Nahdlatul Wathan. Hizib Nahdlatul Wathan merupakan sebuah karya hasil konstruksi pemikiran salah satu ulama khas Nusantara yakni Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid, salah seorang putra terbaik dari seorang ayah bernama Abdul Majdid yang berasal dari Nusa Tenggara Barat (NTB). Dikisahkan bahwa beberapa hari menjelang kelahiran Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, sang ayah ( Abdul Majdid) 12 Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid,Hizib Nahdlatul al-Wathan, Hizib Nahdlatul al-Banat, (Jakarta: Nahdlatul Wathan Jakarta, 2002), h. 109.
  • 21. Bab I - Pendahuluan 9 didatangi oleh seorang wali bernama Asy-Syaikh Ahmad Rifa’i dari Maghribi dengan mengatakan bahwa akan lahir seorang anak laki-laki dari istrimu (istri Abdul Majdid/ ibu Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid) yang kelak akan menjadi ulama besar di abad ke-20 dan akan menjadi sulthonul aulia.13 Hizib Nahdlatul Wathan mempunyai karaktersitik tersendiri, yakni memiliki fungsi keagamaan yaitu merupakan suatu jalan atau metode yang mengacu pada amalan-amalan (zikir dan wirid) yang nasab keilmuannya bersambung kepada pendiri Hizib Nahdlatul Wathan yaitu Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Berdasarkan fungsi keagamaan tersebut dapatlah dipahami bahwa corak keagamaan yang melekat pada Hizib Nahdlatul Wathan bersifat etis dan praktis. Sementara, hubungan antara guru dan murid dalam Hizib Nahdlatul Wathan memiliki hubungan yang kuat dengan kepemimpinan kharismatik pendiri Hizib Nahdlatul Wathan yang memiliki karomah yang sangat luar biasa, sehingga oleh pengikutnya disebut sebagai sulthonul aulia Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid. Selain itu, bacaan yang diamalkan dalam Hizib Hizib Nahdlatul Wathan terdiri dari ayat- ayat Al-Qur’an, shalawat, do’a-do’a mu’tabar dari Rasulullah SAW, para ulama dan aulia’. Studi ini memfokuskan pembahasannya mengenai Hizib Nahdlatul Wathan yang diawali dari sejarah perkembangan, hingga fadhilah atau keutamaan yang diperoleh dari pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan. Saat ini, perkembangan Hizib Nahdlatul Wathan tersebar di seantero Nusantara, salah satunya terdapat di Daerah Khusus Istimewa (DKI) Jakarta yang berpusat di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta yang terletak di Jalan Penggilingan Raya, Penggilingan-Cakung, Jakarta Timur tempat tinggal peneliti sekarang. Sesungguhnya Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan 13 Masnun. Tuan Guru KH Muhammad Zainuddin Abdul Majdid: Gagasan dan Gerakan Pembahruan Islam di Nusa Tenggara Barat. (T.tp.: Pustka Al-Miqdad, 2007), h. 16.
  • 22. 10 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan Jakarta merupakan pusat pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan di Jakarta yang dipimpin oleh KH. Suhaidi, SQ salah seorang murid kesayangan pendiri Hizib Nahdlatul Wathan yakni Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid ketika belajar di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Dari paparan latar belakang diatas, maka peneliti menganggap penting dan menarik untuk meneliti Hizib Nahdlatul Wathan. Dengan ini peneliti mengajukannyasebagai karya ilmiah tesisdengan judul “HIZIB ISLAM NUSANTARA (Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan).” B. Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, masalah penelitian dirumuskan dalam bentuk beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Mengapa Hizib Nahdlatul Wathan disebut sebagai Hizib Islam Nusantara ? 2. Bagaimana tata cara pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan? 3. Apa keutamaan pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan bagi komunitas pengamalnya? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dan manfaat penelitian dalam hal ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu: a. Mendeskripsikan sejarah dan perkembangan Hizib Nahdlatul Wathan.
  • 23. Bab I - Pendahuluan 11 b. Menganalisis Hizib Nahdlatul Wathan yang merupakan bagian dari khasanah Islam Nusantara. c. Menganalisis praktek pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan. 2. Manfaat Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, yaitu : a. Mengetahui sejarah dan perkembangan Hizib Nahdlatul Wathan. b. Memperkenalkan dan memperkaya khazanah penulisan tasawuf dalam khazanah Islam Nusantara. c. Mengetahui praktek dan pengamalan suatu kegiatan keagamaan, khususnya yang berkaitan dengan tasawuf dalam khazanah Islam Nusantara. D. Tinjauan Pustaka Penelitian mengacu kepada sumber primer, yakni sebuah buku yang berjudul “Visi Kebangsaan Religius; Refleksi Pemikiran dan Perjuangan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majdid 1904-1997”, karya Mohammad Noor, Muslihan Habib, dan Muhammad Zurfin Zuhdi. Di dalam buku tersebut dipaparkan secara lengkap dan mendalam mengenai silsilah, pendidikan, kepribadian, dan perjuangan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majdid, serta karya-karya Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majdid termasuk Hizib Nahdlatul Wathan.14 Buku tersebut memiliki persamaan dengan penelitian ini, yaitu sama- sama mendeskripsikan biografi pendiri Hizib Nahdlatul Wathan, sistematika pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan dan sistematika penulisan Hizib Nahdlatul Wathan. Namun buku tersebut juga 14 Noor, dkk., Visi Kebangsaan Religius, h. xxx.
  • 24. 12 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan memiliki perbedaan dengan penelitian ini yakni buku tersebut hanya menyinggung tentang Hizib Nahdlatul Wathan secara umum, sementarapenelitian ini khusus Hizib Nahdlatul Wathanyang berada di Jakarta. Adapun kontribusi buku tersebut dengan penelitian ini, yakni memperoleh data-data pendiri Hizib Nahdlatul Wathan dan beberapa karya Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majdid, yang salah satunya adalah Hizib Nahdlatul Wathan. Selain itu, penulis juga mengacu kepada sumber lainnya yaitu sebuah buku yang berjudul “Tuan Guru KH Muhammad Zainuddin Abdul Majdid; Gagasan dan Gerakan Pembaharuan Islam di Nusa Tenggara Barat”, karya H. Masnun. Dalam buku tersebut, di bagian keempatdengansubjudulTuanGuruKyaiHajiMuhammadZainuddin Abdul Majdid Pergumulan AntaraTarekat, Islam Wetu Teludan Hizib Nahdlatul Wathan.15 Dalam penjelasannya, penulis menyinggung secara umum Hizib Nahdlatul Wathan. Adapun kontribusinya adalah memperoleh pemahaman seputar Hizib Nahdlatul Wathan yang merupakan amalan warga Nahdlatul Wathan. Selain mengacu pada kedua buku diatas, peneliti juga merujuk kepada teks ikhtisar Hizib Nahdlatul Wathan, sebagai pegangan atau bacaan para jamaah Hizib Nahdlatul Wathan. Ikhtisar Hizib Nahdlatul Wathan merupakan bacaan yang paling disering diamalkan oleh jama’ah Nahdlatul Wathan, terlebih lagi pada moment-moment tertentu seperti Peringatan Hari Besar Nasional (PHBI) atau keagamaan, walimatussafar, khitanan, akekahan, dan moment-moment lainnya. Dalam tataran akademis, penulis memperoleh skripsi yang berjudul “Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan di Jakarta”, karya Fadly Daniawan. Dalam skripsi tersebut Fadly Daniawan berkesimpulan bahwa ciri khas ajaran tasawuf yang dipraktekkan dalam Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan adalah penekanan terhadap syari’at, 15 Masnun. Tuan Guru KH Muhammad Zainuddin Abdul Majdid: Gagasan dan Gerakan Pembahruan Islam di Nus Tenggara Barat. (T.tp.: Pustka Al-Miqdad, 2007), h. 144.
  • 25. Bab I - Pendahuluan 13 keserdahanan, fleksibilitas, dan teknik rabithah. Selain itu, dalam skripsi tersebut dipaparkan kesimpulan bahwa eksistensi Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan Jakarta tidak terlepas dari peranan KH. M. Suhaidi, SQ selaku pimpinan Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan dan merupakan salah satu murid kesayangan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majdid.16 Adapun kontribusi skripsi tersebut dengan penelitian ini, yaitu memperoleh data-data tentang sejarah lahirnya Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan di Jakarta yang peneliti jadikan sebagai data awal dalam meneliti Hizib Nahdlatul Wathan di Jakarta. E. Kerangka Teori Kerangka teori merupakan landasan berfikir yang berisi uraian ringkas tentang teori yang digunakan dalam membingkai jawaban penelitian, yang bertujuan membantu pembentukan kerangka berfikir akademis dalam menjawab masalah penelitian yang diajukan dalam sebuah penelitian.17 Orientasi dalam penelitian ini adalah dalam bidang tasawuf, maka tasawuf merupakan corak keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam penghayatan agama Islam. Para sufi-sufi sangat menekankan kepada pola hidup sederhana dengan menjauhkan diri dari kemewahan hidup dan gemerlapan materi kehidupan dunia dan selalu berusaha dengan sekuat tenaga untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, sehingga merasakan cinta Tuhan dan melihat Tuhan dengan hati.18 Dalam terminologi sufi, bahwa jalan yang harus ditempuh oleh seseorang untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT adalah dengan bertarekat. 16 Fadly Daniawan, “Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan di Jakarta,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, 2011), h. 57-58. 17 Mastuki, Pedoman Penulisan Tesis, h. 16. 18 Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), h. 58.
  • 26. 14 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan Tarekat seringkali dihubungkan dengan organisasi para sufi (sufisme), jika dilihat dari kegiatan mursyid atau Asy-Syaikh yang mengajarkan tarekat kepada murid-muridnya yang berkumpul di sekitarnya, dan para murid-murid tersebut melakukan latihan- latihan spiritual dibawah bimbingan mursyid atau Asy-Syaikh tersebut. Murid-murid yang tinggal di sekitar mursyid atau Asy- Syaikh merupakan kelompok inti yang terbagi dalam berbagai tingkatan menurut kemampuan, kejujuran, dan pengabdiannya kepada mursyid atau syekh yang memegang peranan utama dalam menentukan tingkat kemampuan murid, yang seringkali didasarkan atas pandangan yang tajam secara psikologis praktis.19 Dalam sejarah perkembangan Hizib Nahdlatul Wathan, hingga saat ini sudah hampir dipastikan berpapasan dengan bermacam- macam perubahan sosial yang mempengaruhi sistem sosial yang ada dalam kehidupan masyarakat. Studi ini dirasa perlu kiranya melacak struktur sosial yang melatarbelakangi dinamika sejarah dan perkembangan Hizib Nahdlatul Wathan di Jakarta dan perubahan- perubahan sosial dalam masyarakat, termasuk di dalamnya konflik- konflik sosial, sistem-sistem tradisi dan keagamaan serta pola hubunganantar kelompokyang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Perubahan-perubahan sosial itu dalam gejala sosial yang lebih kompleks yang dapat dilihat dari adanya transformasi structural. Menurut Sartono Kartodirjo, hal tersebutdapatditelusuri dari adanya proses integrasi dan disintegrasi, atau disorganisasi dan reorganisasi. Selanjutnya proses seperti itu telah merubah secara fundamental dan kualitatif jenis solidaritas yang menjadi kolektif, misalnya dari ikatan komunal menjadi organisasi formal.20 19 Dudung Abdurrahman. “Gerakan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Suryalaya di Tasikmalaya.” Tesis s2 Program Studi Sejarah Jurusan Ilmu-Ilmu Humaniora, Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 1996. h. 21. 20 Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia, 1992), h. 161-162.
  • 27. Bab I - Pendahuluan 15 Selain menggunakan tasawuf sebagai kerangka teori, penelitian ini juga menggunakan teori kebudayaan menurut Arnold Toynbee. Arnold Toynbee melihat sejarah dan perkembangan dengan menggunakan teori gerak sejarah menurut Arnold J. Toynbee. Menurut Arnold J. Toynbee, gerak sejarah berjalan melalui tingkatan berikut21 : a. Genesis of civilization atau lahirnya kebudayaan Suatu kebudayaan terjadi dan muncul karenaadanya tantangan dan jawaban (challenge and response) antara manusia dengan alam sekitar. Alam akan memberikan tantangan kepada manusia untuk memberikan pengalaman hidup yang akan berkembang menjadi suatu kebudayaan. Setelah alam memberi tantangan kepada manusia, kemudian manusia pun memberi jawaban akan tantangan alam sehingga menimbulkan suatu kebudayaan. Dalam alam yang baik, manusia berusaha untuk mendirikan suatu kebudayaan. Akan tetapi apabila kondisi alam yang tidak baik, manusia tidak akan bisa mendirikan suatu kebudayaan. b. Growth of civilization atau perkembangan kebudayaan Kondisi alam yang baik menimbulkan lahirnya kebudayaan, dalam perkembangan suatu kebudayaan, yang merupakan kejadian yang digerakkan oleh sebagian kecil dari pihak-pihak kebudayaan itu. Pihak-pihak kebudayaan itu adalah suatu kelompok manusia yang menjadi sebuah masyarakat. Suatu kelompok dalam jumlah kecil (minority) itu menciptakan kebudayaan dari jawaban yang diberikan dan tantangan alam, kemudian ditiru oleh sebagian besar masyarakat (mayority). Suatu kebudayaan dikembangkan oleh minority yang kuat dan dapat menciptakan suatu kebudayaan. Suatu kelompok kecil (minority) yang kuat mengembangkan kebudayaan dengan  menyebarkan kebudayaan dan mempengaruhi masyarakat 21 M.Dien Majdid dan Johan Wahyudhi, Ilmu Sejarah: Sebuah Pengantar (Jakarta: Prenada Media Group, 2014), h. 184.
  • 28. 16 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan untuk meniru kebudayaanyang telahdiciptakanoleh kelompok kecil (minority). c. Decline of civilization atau keruntuhan kebudayaan Perkembangan kebudayaan yang ditumbuh kembangkan oleh minority yang kuat. Apabila minority sudah tidak sanggup lagi mempertahankan kebudayaan (lemah) dan kehilangan daya ciptanya, maka tantangan-tantangan dari alam tidak dapat lagi dijawab. Akibatnya apabila keadaan sudah memuncak seperti itu, maka akan terjadi keruntuhan yang menyebabkan kehancuran kebudayaan yang seakan-akan lenyap ditelan alam. Menurut Arnold J. Toynbee, keruntuhan itu terjadi dalam tiga masa gelombang, yaitu: 1. Breakdown of civilization atau kemerosotan kebudayaan Kemerosotan kebudayaan, disebabkan oleh kehilangan daya tarik minoritas untuk menciptakan kebudayaan serta kehilangan kewibawaannya, maka mayority tidak lagi bersedia mengikuti minoritas peraturan dalam kebudayaan (antara minoritas dan mayoritas) pecah dan tentulah tunas-tunas hidupnya kebudayaan akan lenyap. 2. Disintegration of civilization atau kehancuran kebudayaan Kehancuran kebudayaan, mulai tampak setelah tunas- tunas kehidupan itu mati dan pertumbuhan terhenti. Setelah pertumbuhan terhenti maka seolah-olah daya hidup itu membeku dan terdapatlah suatu kebudayaan yang tidak berjiwa lagi. 3. Dissolution of civilization atau hilang dan lenyapnya kebudayaan. Lenyapnya kebudayaan ialah apabila tubuh kebudayaan yang sudah menjadi batu itu hancur lebur kemudian lenyap.
  • 29. Bab I - Pendahuluan 17 PandanganArnold J.Toynbeetidakhanyamemperhatikangerak dari proses sejarah saja, akan tetapi juga memperhatikan bagaimana awal kejadian dari sebuah kebudayaan, kemudian berkembang dan akhirnya mundur dan hilang, bahkan lenyap dari permukaan. Dalam hal memetakan sejarah perkembangan Hizib Nahdlatul Wathan, Penelitian ini akan diarahkan berjalan diatas teori gerak sejarah dalam pandangan Arnold J. Toynbee tersebut. Selain dalam hal sejarah perkembangan, penelitian ini juga menggunakan kerangka teori sosoiologi untuk memetakan aspek sosial Hizib Nahdlatul Wathan, adapun teori yang digunakan adalah teori solidaritas sosial menurut Emile Durkheim. Menurut Emile Durkheim terdapat dua tipe solidaritas sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, yaitu tipesolidaritassosial yang berlandaskan mekanikdanorganik.22 Adapunpenjelasannyaadalahsebagai berikut: 1. Pembagian kerja Solidaritas sosial yang berlandaskan mekanik, masyarakat memiliki tingkat pembagian kerja yang rendah, bahkan hampir semuaanggota masyarakat bisa melakukanapayang semua bisa lakukan. Sedangkan dalam solidaritas sosial yang berlandaskan organic, terjadi tingkat pembagian kerja yang tinggi. Tingkat pembagian kerjayang tinggi tersebut menciptakan suatu ikatan yang berupa solidaritas social. 2. Kesadaran kolektif Solidaritas sosial yang berlandaskan mekanik, anggota masyarakatnya memiliki kesadaran kolektif yang tinggi, sedangkan dalam solidaritas sosial yang berlandaskan organik, anggota masyarakatnya memiliki kesadaran kolektif yang rendah. 3. Hukum dominan Solidaritas sosial yang berlandaskan mekanik, anggota masyarakatnya melaksanakan hukuman yang bersifat restitutif, 22 Damsar, Pengantar Teori Sosiologi, (Jakarta: Kencana, 2017), h. 88.
  • 30. 18 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan yakni hukuman dilaksanakan terhadap orang yang melanggar suatu perbuatan yang melanggar hukum. Sedangkan dalam solidaritas sosial yang berlandaskan organik, anggota masyarakat melaksanakan hukum hanya untuk menghukum tanpa mempertimbangkan manfaat dari hukuman tersebut. 4. Individualitas Solidaritas sosial yang berlandaskan mekanik, anggota masyarakat mempertahankan kesamaan dan dan keseragaman satu sama lain, sehingga masyarakat tidak berkembang sepenuhnya. Sedangkan dalam solidaritas sosial yang berlandaskanorganik,anggotamasyarakattidaklagididasarkan pada kesadaran kolektif. 5. Konsensus terpenting Solidaritas sosial yang berlandaskan mekanik, konsensus terpenting adalah nilai dan norma yang telah lama tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Sedangkan dalam solidaritas sosial yang berlandaskan organik, konsensus terpenting adalah nilai yang bersifat abstrak dan umum. 6. Penghukuman Dalam solidaritas sosial yang berlandaskan mekanik, melakukan penghukuman yang cukup tinggi. Sedangkan dalam solidaritas sosial yang berlandaskan organik, tidak boleh menghakimi sendiri terhadap orang yang melanggar suatu peraturan perundangan yang ada. 7. Saling ketergantungan Solidaritas sosial yang berlandaskan mekanik, tidak terjadi ketergantungan fungsional. Sedangkan dalam solidaritas sosial yang berlandaskan organik, saling ketergantungan fungsional dalam masyarakat. 8. Komunitas Solidaritas sosial yang berlandaskan mekanik, komunitas yang menjadi tempatannya adalah wilayah pedesaan. Sedangkan
  • 31. Bab I - Pendahuluan 19 dalam solidaritas sosial yang berlandaskan organik, komunitas yang menjadi tempatannya adalah wilayah perkotaan. 9. Pengikat Solidaritas sosial yang berlandaskan mekanik, yang menjadi pengikatnya adalah kesadaran kolektif. Sedangkan dalam solidaritas sosial yang berlandaskan organik, yang menjadi pengikatnya adalah kesadaran kolektif pembagian kerja secara alamiah. F. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian berasal dari kata “metode” yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu; dan “logos” yang artinya ilmu atau pengetahuan. Sehingga metodologi mempunyai arti cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara saksama untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan “penelitian” adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya.23 Metodologi dalam penelitian terdiri dari jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan metode analisis data yang akan dipaparkan sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Adapun maksud dari studi lapangan adalah melakukan pembacaan pada beberapa data- data tertulis yang penulis bagi menjadi dua bagian, yakni data primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena mengutamakan teknik observasi (participant observer) dimana peneliti berpartisipasi dalam kegiatan obyek penelitian dan juga dilakukan proses wawancara (interview). 23 http://staffnew.uny.ac.id/upload/131808346/pendidikan/metodologi-penelitian.pdf.
  • 32. 20 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan Penelitian ini juga secara lebih spesifik menggunakan metode deskriptif. 2. Sumber Data Data adalah semua informasi baik berupa benda nyata, sesuatu yang abstrak, ataupun peristiwa/ gejala yang ada, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.24 Secara umum jenis data dalam penelitian dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalahdatayangdiperolehdari pihakyang bersangkutan (pihak pertama), adapun data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain (pihak kedua). Data primer dalam penelitian ini di peroleh langsung dari pengurus Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta, tokoh sentral Hizib Nahdlatul Wathan di Jakarta, akademisi, jama’ah dan masyarakat sekitar Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta. Sementara data sekunder diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah (skripsi, tesis, disertasi) ataupun tulisan lain yang berkaitan dengan penelitian. 3. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam melakukan suatu penelitian. Oleh karena itu, peneliti harus terampil dalam mencari dan mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Adapun penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu : a. Wawancara Wawancara atau biasa juga disebut interview, yaitu dialog tanya jawab antara peneliti dengan informan baik dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur.25 Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk memperoleh data, fakta dan realita Praktek Pengamalan 24 Mastuki, HS, dkk.,Pedoman Penulisan Tesis, (Jakarta: Pustaka STAINU, 2016), h. 18. 25 Mastuki, Pedoman Penulisan Tesis, h. 21.
  • 33. Bab I - Pendahuluan 21 Hizib Nahdlatul Wathan sebagai Hizib Islam Nusantara (Studi: Komunitas Pengamal Hizib Nahdlatul Wathan). b. Studi Pustaka Studi kepustakaan adalah teknik mengumpulkan data dari bermacam-macam bahan yang terdapat diruang kepustakaan, seperti koran, buku-buku, majalah, naskah, dokumendansebagainyayang relevandenganpenelitian.26 Studi pustaka (dokumentasi) dalam penelitian ini, dilakukan untuk memperoleh data, fakta dan realita Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan sebagai Hizib Islam Nusantara (Studi: Komunitas Pengamal Hizib Nahdlatul Wathan) secara khusus, serta untuk memperoleh data mengenai tasawuf secara umum. c. Observasi Pengumpulan data penelitian yang dilakukan secara langsung dengan mengamati objek penelitian secara langsung disebut dengan observasi. Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran dan data lapangan yang terkait dengan Praktek Hizib Nahdlatul Wathan sebagai Hizib Islam Nusantara (Studi: Komunitas Pengamal Hizib Nahdlatul Wathan) terhadap masyarakat sekitar dan para jama’ah Hizib Nahdlatul Wathan. 4. Metode Analisis Data Analisis data merupakan penguraian data melalui kategorisasi dan klasifikasi, sistematisasis, perbandingan, dan pencarian hubungan antara data, untuk diambil kesimpulan dari kegiatan penelitian. metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif, dengan metode deskriptif, dengan menggunakan cara berfikir induktif. Analisis data ini digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil wawancara, studi pustaka dan observasi. Data yang 26 Mastuki, Pedoman Penulisan Tesis, h. 20.
  • 34. 22 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan telah diperoleh, dikumpulkan, dikelompokkan, direduksi, diinterpretasikan kemudian disimpulkan. Untuk menganalisis data yang diperoleh, peneliti menggunakan analisis data kualitatif dengan tiga pola analisis data yang umum digunakan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, dengan masing-masing penjelasan sebagai berikut: a. Reduksi Data Reduksi data mengacu pada proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyerdahanaan, pengabstrakan, dan transformasidatamentahyang munculdaricatatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus menerus sampai tersusunnya laporan penelitian. b. Penyajian Data Penyajian data merupakan kumpulan dari informasi yang akanmemberikanpenarikankesimpulandanpengambilan tindakan. Pada langkah ini peneliti berusaha menyususn data yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu, yang berkaitan dengan Praktek Hizib Nahdlatul Wathan sebagai Hizib Islam Nusantara (Studi: Komunitas Pengamal Hizib Nahdlatul Wathan). c. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan merupakan suatu kegiatan konfigurasi yang utuhdan menyeluruhdari datayang telah diperoleh. Setelah dilakukan analisis data, maka peneliti dapat menyimpulkan masalah yang telah ditetapkan oleh peneliti. Penarikan kesimpulan didasarkan pada temuan setelah melakukan verifikasi data.27 27 Mastuki, Pedoman Penulisan Tesis, h. 26-27.
  • 35. Bab I - Pendahuluan 23 G. Teknik dan Sistematika Penulisan Penelitian ini disajikan dalam lima bab, bab pertama adalah Pendahuluan, bab ini menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab pertama merupakan langkah awal peneliti dalam melakukan penelitian terkait Hizib Nahdlatul Wathan secara umum maupun Hizib Nahdlatul Wathan yang ada di Jakarta secara khusus melalui studi akademik. Bab kedua adalah Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara, bab ini membahas tentang pengertian hizib, bentuk hizib dalam Al-Qur’an, makna hizib dalam Al-Qur’an, pengamalan hizib di Nusantara dan pengaruh hizib bagi para pengamalnya. Bab kedua akan mendeskripsikan aspek tinjauan hizib di dunia Islam dan di Nusantara yang berguna untuk memperoleh data mengenai gambaran hizib secara umum yang ada di dunia Islam dan di Nusantara dari beberapa aspeknya. Selain itu, bab kedua ini merupakan tinjauan teoritis mengenai hizib secara umum yang ada di dunia Islam (timur tengah) yang meliputi sejarah awal dan perkembangan hizib di dunia Islam, perkembangan dan pengamalan hizib di Nusantara serta fungsi hizib dalam kehidupan. Bab kedua ini merupakan jendela awal (pengantar) memasuki “dunia perhiziban” untuk kemudian dilanjutkan pembahasannya mengenai “satu-satunya” hizib khas Nusantara yakni Hizib Nahdlatul Wathan. Bab ketiga adalah Hizib Nahdlatul Wathan, bab ini berisi uraian mengenai pendiri Hizib Nahdlatul Wathan, pengertian Hizib Nahdlatul Wathan, sejarah perkembangan Hizib Nahdlatul Wathan, sistematika penulisan Hizib Nahdlatul Wathan, sistematika pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan, etika dalam berhizib dan praktek pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan. Bab ketiga ini
  • 36. 24 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan merupakan gambaran umum Hizib Nahdlatul Wathan secara umum dan Hizib Nahdlatul Wathan di Jakarta yang mencakup sejarah awal hingga perkembangan Hizib Nahdlatul Wathan. Bab ini akan memaparkan secara khusus mengenai Hizib Nahdlatul Wathan, setelah memperoleh gambaran secara umum hizib dalam dunia Islam dan di Nusantara sebagaimana yang terdapat dalam bab II dalam penelitian ini. Bab keempat adalah fadhilah pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan dalam aspek sosial keagamaan, bab keempat berisi penjelasan Hizib Nahdlatul Wathan sebagai hizib Islam Nusantara, Hizib Nahdlatul Wathan sebagai media dakwah Islam dan fadhilah mengamalkan Hizib Nahdlatul Wathan. Bab keempat merupakan bab inti dalam penelitian dan merupakan hasil penelitian setelah melalui proses akademik secara beruntun yakni bab I, II dan III. Bab keempat ini “disajikan” setelah memperoleh data-data yang akurat dan atau informasi yang tepat dari berbagai sumber, baik sumber primer maupun sumber sekunder dalam penelitian Hizib Nahdlatul Wathan. Bab kelima adalah Penutup, yang merupakan bab akhir penelitian. Bab kelima hanya terdiri dari dua point yakni kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan uraian singkat (rangkuman) hasil penelitian yang penjabarannya sebagaimana terdapat dalam bab IV sedangkan saran merupakan usul penulis setelah melakukan penelitian. Bab kelima ini diuraikan secara singkat hasil penelitian Praktek Hizib Nahdlatul Wathan sebagai Hizib Islam Nusantara (Studi : Komunitas Pengamal Hizib Nahdlatul Wathan) setelah melalui proses akademik secara runtut dan bertahap yakni bab I, II, III, dan bab IV.
  • 37. Bab I - Pendahuluan 25 H. Outline atau Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan dan Manfaat Penelitian D. Kerangka Teori E. Tinjauan Pustaka F. Metodologi Penelitian G. Sistematika Penulisan H. Outline atau Daftar Isi BAB II TINJAUAN HIZIB DI DUNIA ISLAM DAN NUSANTARA A. Pengertian Hizib B. Bentuk Hizib dalam Al-Qur’an C. Makna Hizib dalam Al-Qur’an D. Pengamalan Hizib di Nusantara E. Pengaruh Hizib bagi Pengamalnya BAB III HIZIB NAHDLATUL WATHAN A. Pendiri Hizib Nahdlatul Wathan B. Pengertian Hizib Nahdlatul Wathan C. Sejarah Perkembangan Hizib Nahdlatul Wathan D. Sistematika Penulisan Hizib Nahdlatul Wathan E. Sistematika Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan F. Etika dalam Berhizib G. Praktek Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan BAB IV FADHILAH PEMBACAAN HIZIB NAHDLATUL WATHAN DALAM ASPEK SOSIAL KEAGAMAAN A. Hizib Nahdlatul Wathan sebagai Hizib Islam Nusantara B. Hizib Nahdlatul Wathan sebagai Media Dakwah C. Fadhilah Mengamalkan Hizib Nahdlatul Wathan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran
  • 38.
  • 39. Salah satu kajian keislaman di Nusantara yang tidak dapat dipisahkan dari kajian keislaman secara umum adalah kajian tasawuf yang merupakan bagian dari kajian keislaman di Nusantara. Unsur tasawuf merupakan salah satu pintu masuknya Islam di Nusantara yang dibawa oleh para pengamal tasawuf, seperti wali songo. Tasawuf hingga saat ini masih mewarnai kehidupan keberagamaan di Nusantara bahkan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengamalan keagamaan masyarakat Nusantara melalui gerakan tarekat. Melalui gerakan tarekat di Nusantara itulah merupakan cikal bakal pengamalan hizib di Nusantara. A. Pengertian Hizib Hizib adalah amalan yang berisi do’a-do’a ma’tsurat, yang merupakan peninggalan dari Nabi Muhammad SAW, dan do’a-do’a mustajab yang dibaca menurut waktu tertentu. Hizib diamalkan untuk menghadapi bahaya besar atau untuk menghancurkan musuh yang mengancam dan dibaca dengan kaifiyah (cara) tertentu.28 Hizib 28 Muhammad Abdullah, “Fungsi Wirid dan Hizib dalam Sastra Lisan Pesantren: Studi Kasus Wirid Asma’ul Husna dan Hizib Lathif di Brangsong Kendal,” MetaSastra, Vol. 4, No. 1 BAB 2 Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara
  • 40. 28 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan berasal dari bahasa Arab: hizbun yang artinya: kelompok, golongan, partai, jenis, wirid, senjata. Dan dalam penelitian ini arti hizib yang sesuai adalah wirid.29 Hizib adalah kumpulan do’a khusus yang sangat populer di kalangan masyarakat Islam khususnya di Pondok Pesantren dan tarekat.30 Berikut akan dipaparkan pengertian hizib menurut salah satu tokoh yakni Ibnu Manzhur. Menurut Ibnu Manzhur, kata hizib memiliki banyak arti, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Sekelompok dari manusia 2. Setiap kaum yang hati dan aktivitas mereka berbeda tapi mereka mempunyai kesamaan karakteristik maka mereka disebut dengan golongan yang bersekutu. Walaupun sebagian dari mereka tidak saling mengenal dengan yang lain. 3. Pasukan yang dipimpin oleh seseorang dan teman-temannya yang seide dengannya. 4. Bagian 5. Wirid. Diartikan dengan ini, karena ada sebagian orang yang mengharuskan dirinya untuk membaca beberapa bagian dari Al-Qur’an dan shalawat setiap hari sebagai wirid. Dari beberapa pengertian diatas, yang dimaksud dengan hizib dalam penelitian ini kurang lebihnya seperti dalam pengertian yang pertama dan kelima, sedangkan yang kedua, ketiga, dan keempat tidak termasuk dalam penelitian ini. Selain pengertian diatas, hizib juga diartikan dengan partai politik. Ini dimaklumi karena dalam sebuah partai, beberapa orang berkumpul yang kadang-kadang mereka berlainan suku dan asal muasal tetapi disatukan oleh satu ide dan pandangan politik. Dari beberapa pengertian secara (Juni 2011), h. 39. 29 Sa’adatul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizbnya,” (Skripsi s1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 28. 30 Sa’adatul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizbnya,”
  • 41. Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara 29 bahasa, maka penulis memberikan definisi hizib secara terminologi (istilah) yaitu kumpulan do’a-do’a yang disusun oleh para wali yang bersumber dari Al-Qur’an, hadis dan shalawat yang dibaca atau diamalkan oleh sekelompok manusia atau individu secara terus- menerus (berkesinambungan) agar memperoleh kebahagiaan dunia dan keselamatan di akhirat. B. Bentuk-Bentuk Hizib dalam Al-Qur’an Dalam Al-Qur’an kata hizib mempunyai beberapa bentuk. Ada dalam bentuk kata mufrad (tunggal), mutsana (dua) dan jama’ (banyak). Dari ketiga bentuk tersebut, kata hizib dan derivasi terdapat dalam lima belas tempat. Adapun bila dilihat dari tempat turunnya, maka hizib beserta derivasinya terbagi menjadi dua, yakni surah makkiyah : Fâthir: 6, Al-Mu’minûn: 53, Ar-Rûm: 32, Al-Kahfi: 12, Maryam: 37, Shâd: 11-13, Ghâfir: 5 dan 30, Az-Zukhrûf: 65 dan surah- surah madaniyah : Al-Mâidah: 56, Al-Mujâdalah: 19 dan 22, Hûd: 17, Ar-Ra’d:36, serta Al-Ahzâb: 20-22. 1. Bentuk Mufrad (Tunggal) Bentuk mufrad ini terdapat dalam enam tempat, yaitu: a. Surat Al-Mâ’idah َ ‫ون‬ُ ِ‫الب‬ َ ‫غ‬ ْ ‫ال‬ ُ‫م‬ ُ ‫ه‬ ِ َّ‫ه‬ ‫الل‬ َ ‫ب‬ْ‫ِز‬‫ح‬ َّ ‫ن‬ِ‫إ‬ َ ‫ف‬ ‫وا‬ُ‫ن‬َ‫آم‬ َ‫ِين‬ َّ‫ذ‬ ‫ال‬َ‫و‬ ُ َ‫ه‬ ‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬َ‫و‬ َ َّ‫ه‬ ‫الل‬ َّ ‫ل‬َ‫و‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ “Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.” (QS. Al-Mâ’idah [5]: 56) b. Surat Fâthir ْ‫ِن‬‫م‬ ‫وا‬ ُ ‫ون‬ ُ ‫ك‬َ ِ‫ي‬ ‫ل‬ ُ‫ه‬َ‫ب‬ْ‫ِز‬‫ح‬ ‫و‬ُ‫ع‬ ْ ‫د‬َ‫ي‬ ‫ا‬َ‫م‬ َّ ‫ن‬ِ‫إ‬ ۚ ‫ا‬ًّ‫و‬ُ‫د‬ َ ‫ع‬ ُ‫وه‬ ُ ‫ِذ‬ َّ‫خ‬ ‫ات‬ َ ‫ف‬ ٌّ‫و‬ُ‫د‬ َ ‫ع‬ ْ‫م‬ ُ ‫ك‬ َ ‫ل‬ َ ‫ان‬ َ ‫ط‬ْ‫ي‬ َّ ‫الش‬ َّ ‫ن‬ِ‫إ‬ ِ‫ري‬ِ‫ع‬ َّ‫الس‬ ِ ‫اب‬َ‫ح‬ ْ ‫ص‬ َ ‫أ‬
  • 42. 30 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala- nyala.” (QS. Fâthir [35]: 6) c. Surat Al-Mu’minûn َ ‫ون‬ُ‫ح‬ِ‫ر‬ َ ‫ف‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ َ‫د‬ ‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ٍ ‫ب‬ْ‫ِز‬‫ح‬ ُّ ُ‫ل‬ ‫ك‬ ۖ ‫ا‬ً‫ر‬ُ‫ب‬ُ‫ز‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ن‬ ْ ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫م‬ ُ ‫ه‬َ‫ر‬ ْ ‫م‬ َ ‫أ‬ ‫وا‬ُ‫ع‬ َّ ‫ط‬ َ ‫ق‬َ‫ت‬ َ ‫ف‬ “Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing- masing).” (QS. Al-Mu’minûn [23]:53) d. Surat Ar-Rûm َ ‫ون‬ُ‫ح‬ِ‫ر‬ َ ‫ف‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ َ‫د‬ ‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ٍ ‫ب‬ْ‫ِز‬‫ح‬ ُّ ُ‫ل‬ ‫ك‬ ۖ ‫ا‬ً‫ع‬َ‫ِي‬‫ش‬ ‫وا‬ ُ ‫ن‬ َ‫ا‬ ‫ك‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ِين‬‫د‬ ‫وا‬ ُ ‫ق‬َّ‫ر‬ َ ‫ف‬ َ‫ِين‬ َّ‫ذ‬ ‫ال‬ َ‫ِن‬‫م‬ “Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS. Ar-Rûm [30]: 32) e. Surat Al-Mujâdalah ۚ ِ‫ان‬ َ ‫ط‬ْ‫ي‬ َّ ‫الش‬ ُ ‫ب‬ْ‫ِز‬‫ح‬ َ ‫ك‬ِ‫ئ‬َٰ ‫ول‬ ُ ‫أ‬ ۚ ِ َّ‫ه‬ ‫الل‬ َ‫ر‬ ْ ‫ِك‬‫ذ‬ ْ‫م‬ ُ ‫اه‬ َ‫س‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬ َ ‫ف‬ ُ ‫ان‬ َ ‫ط‬ْ‫ي‬ َّ ‫الش‬ ُ‫م‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬ َ ‫ل‬ َ ‫ع‬ َ ‫ذ‬َ‫و‬ ْ ‫ح‬َ‫ت‬ْ‫اس‬ َ ‫ون‬ُ ِ‫ر‬ ‫اس‬َْ‫خ‬ ‫ال‬ ُ‫م‬ ُ ‫ه‬ ِ‫ان‬ َ ‫ط‬ْ‫ي‬ َّ ‫الش‬ َ ‫ب‬ْ‫ِز‬‫ح‬ َّ ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫ا‬ ‫ل‬ َ ‫أ‬ “Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi.” (QS. Al-Mujâdalah [58]: 19) f. Surat Al-Mujâdalah ُ َ‫ه‬ ‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬َ‫و‬ َ َّ‫ه‬ ‫الل‬ َّ ‫اد‬َ‫ح‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ َ ‫ون‬ ُّ ‫اد‬َ‫و‬ُ‫ي‬ ِ‫ِر‬‫خ‬ ْ‫آ‬ ‫ال‬ ِ‫م‬ْ‫و‬َ ْ‫ي‬ ‫ال‬َ‫و‬ ِ َّ‫ه‬ ‫الل‬ِ‫ب‬ َ ‫ون‬ُ‫ِن‬‫م‬ ْ ‫ؤ‬ُ‫ي‬ ‫ا‬ً‫م‬ْ‫و‬ َ ‫ق‬ ُ‫د‬ِ َ‫ج‬ ‫ت‬ َ‫ا‬ ‫ل‬ ‫ف‬ َ ‫ب‬َ‫ت‬ َ ‫ك‬ َ ‫ك‬ِ‫ئ‬َٰ ‫ول‬ ُ ‫أ‬ ۚ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ت‬َ‫ري‬ِ‫ش‬ َ ‫ع‬ ْ‫و‬ َ ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ان‬َ‫و‬ ْ ‫خ‬ِ‫إ‬ ْ‫و‬ َ ‫أ‬ ْ‫م‬ ُ ‫ه‬َ‫اء‬َ‫ن‬ْ‫ب‬ َ ‫أ‬ ْ‫و‬ َ ‫أ‬ ْ‫م‬ ُ ‫ه‬َ‫اء‬َ‫آب‬ ‫وا‬ ُ ‫ن‬ َ‫ا‬ ‫ك‬ ْ‫و‬ َ ‫ل‬َ‫و‬
  • 43. Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara 31 ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ت‬ ْ َ‫ح‬ ‫ت‬ ْ‫ِن‬‫م‬ ‫ي‬ِ‫ر‬ ْ َ‫ج‬ ‫ت‬ ٍ ‫ات‬َّ‫ن‬َ‫ج‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ ُ ‫ِل‬‫خ‬ ْ ‫د‬ُ‫ي‬َ‫و‬ ۖ ُ‫ه‬ ْ ‫ِن‬‫م‬ ٍ ‫وح‬ُ‫ر‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ ُ ‫ه‬َ‫د‬َّ‫ي‬ َ ‫أ‬َ‫و‬ َ ‫ان‬َ‫يم‬ِ ْ‫إ‬ ‫ال‬ ُ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫وب‬ ُ ‫ل‬ ُ ‫ق‬ ۚ ِ َّ‫ه‬ ‫الل‬ ُ ‫ب‬ْ‫ِز‬‫ح‬ َ ‫ك‬ِ‫ئ‬َٰ ‫ول‬ ُ ‫أ‬ ۚ ُ‫ه‬ ْ ‫ن‬ َ ‫ع‬ ‫وا‬ ُ ‫ض‬َ‫ر‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ ْ ‫ن‬ َ ‫ع‬ ُ َّ‫ه‬ ‫الل‬ َ ِ‫ي‬ ‫ض‬َ‫ر‬ ۚ ‫ا‬َ‫ِيه‬‫ف‬ َ‫ِين‬ ِ‫د‬ ‫ال‬ َ ‫خ‬ ُ‫ار‬َ‫ه‬ ْ ‫ن‬ َ ْ‫أ‬ ‫ال‬ َ ‫ون‬ُ‫ِح‬‫ل‬ ْ ‫ف‬ُ‫م‬ ْ ‫ال‬ ُ‫م‬ ُ ‫ه‬ ِ َّ‫ه‬ ‫الل‬ َ ‫ب‬ْ‫ِز‬‫ح‬ َّ ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫ا‬ ‫ل‬ َ ‫أ‬ “Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak- anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.” (QS. Al-Mujâdalah [58]: 22) Hizib dalam bentuk mufrad (tunggal) diartikan sebagai pengikut atau golongan sebagaimana yang tersebut diatas berdasarkan kitab suci Al-Qur’an. 2. Bentuk Mutsana (Dua) Bentuk mutsana (dua) ini hanya terdapat dalam satu tempat yaitu dalam surat Al-Kahfi. ‫ا‬ً‫د‬َ‫م‬ َ ‫أ‬ ‫وا‬ ُ ‫ث‬ِ َ‫ب‬ ‫ل‬ ‫ا‬َ‫ِم‬‫ل‬ ٰ َ‫ى‬ ‫ص‬ ْ ‫ح‬ َ ‫أ‬ ِ ْ‫ن‬ ‫ي‬َ‫ب‬ْ‫ِز‬ ْ‫ح‬ ‫ال‬ ُّ‫ي‬ َ ‫أ‬ َ‫م‬ َ ‫ل‬ ْ ‫ع‬َ ِ‫لن‬ ْ‫م‬ ُ ‫اه‬َ‫ن‬ ْ ‫ث‬َ‫ع‬َ‫ب‬ َّ‫م‬ ُ ‫ث‬ “Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu] yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua itu).” (QS. Al-Kahfi [18]: 12) 3. Bentuk Jama’ (Banyak) Bentuk jama’ (banyak) dari kata hizib terdapat dalam beberapa tempat, yaitu:
  • 44. 32 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan a. Surat Hȗd ٰ َ‫ى‬ ‫وس‬ُ‫م‬ ُ ‫اب‬َ‫ِت‬‫ك‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ْ‫ب‬ َ ‫ق‬ ْ‫ِن‬‫م‬َ‫و‬ ُ‫ه‬ ْ ‫ِن‬‫م‬ ٌ‫ِد‬‫ه‬‫ا‬ َ ‫ش‬ ُ‫وه‬ ُ ‫ل‬ ْ ‫ت‬َ‫ي‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ ّ‫ب‬َ‫ر‬ ْ‫ِن‬‫م‬ ٍ‫ة‬َ‫ن‬ِ ّ‫ي‬َ‫ب‬ ٰ َ‫لَى‬ ‫ع‬ َ ‫ن‬ َ‫ا‬ ‫ك‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ َ ‫ف‬ َ ‫أ‬ ُ‫ار‬َّ‫نل‬‫ا‬ َ ‫ف‬ ِ ‫اب‬َ‫ز‬ ْ ‫ح‬ َ ْ‫أ‬ ‫ال‬ َ‫ِن‬‫م‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ْ‫ر‬ ُ ‫ف‬ ْ ‫ك‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ ۚ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ َ ‫ون‬ُ‫ِن‬‫م‬ ْ ‫ؤ‬ُ‫ي‬ َ ‫ك‬ِ‫ئ‬َٰ ‫ول‬ ُ ‫أ‬ ۚ ً ‫ة‬َ ْ‫م‬ ‫ح‬َ‫ر‬َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ام‬َ‫م‬ِ‫إ‬ ِ ‫اس‬َّ‫نل‬‫ا‬ َ َ‫ر‬ ‫ث‬ ْ ‫ك‬ َ ‫أ‬ َّ‫ن‬ِ‫ك‬َٰ ‫ل‬َ‫و‬ َ ‫ك‬ِ ّ‫ب‬َ‫ر‬ ْ‫ِن‬‫م‬ ُّ ‫ق‬َْ‫ح‬ ‫ال‬ ُ‫ه‬ َّ ‫ن‬ِ‫إ‬ ۚ ُ‫ه‬ ْ ‫ِن‬‫م‬ ٍ‫ة‬َ‫ي‬ْ‫ِر‬‫م‬ ِ‫ي‬ ‫ف‬ ُ ‫ك‬ َ ‫ت‬ َ‫ا‬ ‫ل‬ َ ‫ف‬ ۚ ُ‫ه‬ُ‫ِد‬‫ع‬ْ‫و‬َ‫م‬ َ ‫ون‬ُ‫ِن‬‫م‬ ْ ‫ؤ‬ُ‫ي‬ َ‫ا‬ ‫ل‬ “Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang yang ada mempunyai bukti yang nyata (Al Quran) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (Muhammad) dari Allah dan sebelum Al Quran itu telah ada Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Quran. Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Quran, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.” (QS. Hȗd [11]: 17) b. Surat Ar-Ra’d ْ‫ن‬َ‫م‬ ِ ‫اب‬َ‫ز‬ ْ ‫ح‬ َ ْ‫أ‬ ‫ال‬ َ‫ِن‬‫م‬َ‫و‬ ۖ َ ‫ك‬ْ َ‫ي‬ ‫ل‬ِ‫إ‬ َ ‫ل‬ِ‫ز‬ ْ ‫ن‬ ُ ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬ َ ‫ون‬ُ‫ح‬َ‫ر‬ ْ ‫ف‬َ‫ي‬ َ ‫اب‬َ‫ِت‬‫ك‬ ْ ‫ال‬ ُ‫م‬ ُ ‫اه‬َ‫ن‬ ْ ‫ي‬ َ ‫آت‬ َ‫ِين‬ َّ‫ذ‬ ‫ال‬َ‫و‬ ِ ‫آب‬َ‫م‬ِ‫ه‬ْ َ‫ي‬ ‫ِإَول‬‫و‬ُ‫ع‬ ْ ‫د‬ َ ‫أ‬ِ‫ه‬ْ َ‫ي‬ ‫ل‬ِ‫إ‬ِۚ‫ه‬ِ‫ب‬ َ‫ك‬ِ ْ‫ر‬ ‫ش‬ ُ ‫أ‬ َ‫ا‬ ‫ل‬َ‫و‬ َ َّ‫ه‬ ‫الل‬ َ‫د‬ُ‫ب‬ ْ ‫ع‬ َ ‫أ‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬ ُ ‫ت‬ْ‫ِر‬‫م‬ ُ ‫أ‬‫ا‬َ‫م‬ َّ ‫ن‬ِ‫إ‬ ْ ‫ل‬ ُ ‫ق‬ۚ ُ‫ه‬ َ ‫ض‬ ْ ‫ع‬َ‫ب‬ ُ‫ِر‬‫ك‬ ْ ‫ن‬ُ‫ي‬ “Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepada mereka bergembira dengan kitab yang diturunkan kepadamu, dan di antara golongan- golongan (Yahudi dan Nasrani) yang bersekutu, ada yang mengingkari sebahagiannya. Katakanlah “Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Dia. Hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 36) c. Surat Maryâm ٍ‫م‬ْ‫و‬َ‫ي‬ ِ‫د‬َ‫ه‬ ْ ‫ش‬َ‫م‬ ْ‫ِن‬‫م‬ ‫وا‬ُ‫ر‬ َ ‫ف‬ َ ‫ك‬ َ‫ِين‬ َّ‫ذ‬ ‫ِل‬‫ل‬ ٌ ‫ل‬ْ‫ي‬َ‫و‬ َ ‫ف‬ ۖ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ن‬ ْ ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫ِن‬‫م‬ ُ ‫اب‬َ‫ز‬ ْ ‫ح‬ َ ْ‫أ‬ ‫ال‬ َ ‫ف‬ َ ‫ل‬َ‫ت‬ ْ ‫اخ‬ َ ‫ف‬ ٍ‫يم‬ِ‫ظ‬ َ ‫ع‬
  • 45. Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara 33 “Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar.” (QS. Maryâm [19]: 37) d. Surat Al-Ahzâb ‫ف‬ َ ‫ون‬ ُ ‫اد‬َ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َّ ‫ن‬ َ ‫أ‬ ْ‫و‬ َ ‫ل‬ ‫وا‬ ُّ ‫د‬َ‫و‬َ‫ي‬ ُ ‫اب‬َ‫ز‬ ْ ‫ح‬ َ ْ‫أ‬ ‫ال‬ ِ ‫ت‬ ْ ‫أ‬َ‫ي‬ ْ ‫ِإَون‬ ۖ ‫وا‬ُ‫ب‬ َ ‫ه‬ ْ ‫ذ‬َ‫ي‬ ْ‫م‬ َ ‫ل‬ َ ‫اب‬َ‫ز‬ ْ ‫ح‬ َ ْ‫أ‬ ‫ال‬ َ ‫ون‬ُ‫ب‬ َ‫س‬ ْ َ‫ح‬ ‫ي‬ ٢٠ ً‫ا‬ ‫ِيل‬‫ل‬ َ ‫ق‬ َّ‫ا‬ ‫ل‬ِ‫إ‬ ‫وا‬ ُ ‫ل‬ َ ‫ات‬ َ ‫ق‬ ‫ا‬َ‫م‬ ْ‫م‬ ُ ‫ِيك‬‫ف‬ ‫وا‬ ُ ‫ن‬ َ‫ا‬ ‫ك‬ ْ‫و‬ َ ‫ل‬َ‫و‬ ۖ ْ‫م‬ ُ ‫ك‬ِ‫ائ‬َ‫ب‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬ ْ‫ن‬ َ ‫ع‬ َ ‫ون‬ ُ ‫ل‬ َ ‫أ‬ ْ‫س‬َ‫ي‬ ِ ‫اب‬َ‫ر‬ ْ ‫ع‬ َ ْ‫أ‬ ‫ال‬ َ‫ِر‬‫خ‬ ْ‫آ‬ ‫ال‬ َ‫م‬ْ‫و‬َ ْ‫ي‬ ‫ال‬َ‫و‬ َ َّ‫ه‬ ‫الل‬ ‫و‬ُ‫ج‬ْ‫ر‬َ‫ي‬ َ ‫ن‬ َ‫ا‬ ‫ك‬ ْ‫ن‬َ‫ِم‬‫ل‬ ٌ ‫ة‬َ‫ن‬ َ‫س‬َ‫ح‬ ٌ‫ة‬َ‫و‬ْ‫س‬ ُ ‫أ‬ ِ َّ‫ه‬ ‫الل‬ ِ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ ِ‫ي‬ ‫ف‬ ْ‫م‬ ُ ‫ك‬ َ ‫ل‬ َ ‫ن‬ َ‫ا‬ ‫ك‬ ْ ‫د‬ َ ‫ق‬ َ ‫ل‬ ‫ا‬ َ ‫ن‬َ‫د‬ َ ‫ع‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫م‬ ‫ا‬ َ ‫ذ‬ٰ َ ‫ه‬ ‫وا‬ ُ ‫ال‬ َ ‫ق‬ َ ‫اب‬َ‫ز‬ ْ ‫ح‬ َ ْ‫أ‬ ‫ال‬ َ ‫ون‬ُ‫ِن‬‫م‬ ْ ‫ؤ‬ُ‫م‬ ْ ‫ال‬ ‫ى‬ َ ‫أ‬َ‫ر‬ ‫ا‬َّ‫م‬ َ ‫ل‬َ‫و‬ ٢١ ‫ا‬ً‫ري‬ِ‫ث‬ َ ‫ك‬ َ َّ‫ه‬ ‫الل‬ َ‫ر‬ َ ‫ك‬ َ ‫ذ‬َ‫و‬ ٢٢ ‫ا‬ً‫ِيم‬‫ل‬ ْ‫س‬ َ ‫ت‬َ‫و‬ ‫ا‬ ً ‫ان‬َ‫يم‬ِ‫إ‬ َّ‫ا‬ ‫ل‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ ُ ‫ه‬ َ ‫اد‬َ‫ز‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ ۚ ُ ُ‫ه‬ ‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬َ‫و‬ ُ َّ‫ه‬ ‫الل‬ َ ‫ق‬َ‫د‬ َ ‫ص‬َ‫و‬ ُ ُ‫ه‬ ‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬َ‫و‬ ُ َّ‫ه‬ ‫الل‬ “Mereka mengira (bahwa) golongan-golongan yang bersekutu itu belum pergi; dan jika golongan-golongan yang bersekutu itu datang kembali, niscaya mereka ingin berada di dusun-dusun bersama-sama orang Arab Badwi, sambil menanya-nanyakan tentang berita-beritamu. Dan sekiranya mereka berada bersama kamu, mereka tidak akan berperang, melainkan sebentar saja. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”. Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.” (QS. Al-Ahzâb [33]: 20-22) e. Surat Shâd ٌ ‫د‬ َ‫ا‬ ‫ع‬َ‫و‬ ٍ ‫وح‬ ُ ‫ن‬ ُ‫م‬ْ‫و‬ َ ‫ق‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ل‬ْ‫ب‬ َ ‫ق‬ ْ ‫ت‬َ‫ب‬ َّ ‫ذ‬ َ ‫ك‬ ١١ ِ ‫اب‬َ‫ز‬ ْ ‫ح‬ َ ْ‫أ‬ ‫ال‬ َ‫ِن‬‫م‬ ٌ‫وم‬ُ‫ز‬ْ‫ه‬َ‫م‬ َ ‫ِك‬‫ل‬‫ا‬َ‫ن‬ ُ ‫ه‬ ‫ا‬َ‫م‬ ٌ‫د‬ ْ ‫ن‬ُ‫ج‬ َ ‫ك‬ِ‫ئ‬َٰ ‫ول‬ ُ ‫أ‬ ۚ ِ‫ة‬ َ ‫ك‬ْ‫ي‬ َ ْ‫أ‬ ‫ال‬ ُ ‫اب‬َ‫ح‬ ْ ‫ص‬ َ ‫أ‬َ‫و‬ ٍ ‫وط‬ ُ ‫ل‬ ُ‫م‬ْ‫و‬ َ ‫ق‬َ‫و‬ ُ ‫ود‬ُ‫م‬ َ ‫ث‬َ‫و‬ ١٢ ِ‫د‬‫ا‬ َ ‫ت‬ْ‫و‬ َ ْ‫أ‬ ‫ال‬ ‫و‬ ُ ‫ذ‬ ُ ‫ن‬ْ‫و‬ َ ‫ع‬ْ‫ِر‬‫ف‬َ‫و‬ ١٣ ُ ‫اب‬َ‫ز‬ ْ ‫ح‬ َ ْ‫أ‬ ‫ال‬
  • 46. 34 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan “Suatu tentara yang besar yang berada disana dari golongan-golongan yang berserikat, pasti akan dikalahkan. Telah mendustakan (rasul-rasul pula) sebelum mereka itu kaum Nuh, ´Aad, Fir´aun yang mempunyai tentara yang banyak. dan Tsamud, kaum Luth dan penduduk Aikah. Mereka itulah golongan-golongan yang bersekutu (menentang rasul- rasul).” (QS. Shâd [38]:11-13) f. Surat Ghâfir ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ِ‫ب‬ ٍ‫ة‬َّ‫م‬ ُ ‫أ‬ ُّ ُ‫ل‬ ‫ك‬ ْ ‫ت‬َّ‫م‬ َ ‫ه‬َ‫و‬ ۖ ْ‫ِم‬‫ه‬ِ‫د‬ ْ ‫ع‬َ‫ب‬ ْ‫ِن‬‫م‬ ُ ‫اب‬َ‫ز‬ ْ ‫ح‬ َ ْ‫أ‬ ‫ال‬َ‫و‬ ٍ ‫وح‬ ُ ‫ن‬ ُ‫م‬ْ‫و‬ َ ‫ق‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ل‬ْ‫ب‬ َ ‫ق‬ ْ ‫ت‬َ‫ب‬ َّ ‫ذ‬ َ ‫ك‬ َ ‫ن‬ َ‫ا‬ ‫ك‬ َ ‫ف‬ْ‫ي‬ َ ‫ك‬ َ ‫ف‬ ۖ ْ‫م‬ُ‫ه‬ ُ ‫ت‬ ْ ‫ذ‬ َ ‫خ‬ َ ‫أ‬ َ ‫ف‬ َّ ‫ق‬َْ‫ح‬ ‫ال‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ‫وا‬ ُ ‫ِض‬‫ح‬ ْ ‫د‬ُ ِ‫ي‬ ‫ل‬ ِ‫ِل‬‫ط‬‫ا‬َ ْ‫ب‬ ‫ال‬ِ‫ب‬ ‫وا‬ ُ ‫ل‬ َ ‫اد‬َ‫ج‬َ‫و‬ ۖ ُ‫وه‬ ُ ‫ذ‬ ُ ‫خ‬ ْ ‫أ‬َ ِ‫ي‬ ‫ل‬ ِ ‫اب‬ َ ‫ِق‬‫ع‬ “Sebelum mereka, kaum Nuh dan golongan-golongan yang bersekutu sesudah mereka telah mendustakan (rasul) dan tiap-tiap umat telah merencanakan makar terhadap rasul mereka untuk menawannya dan mereka membantah dengan (alasan) yang batil untuk melenyapkan kebenaran dengan yang batil itu; karena itu Aku azab mereka. Maka betapa (pedihnya) azab-Ku.” (QS. Ghâfir [40]: 5) g. Surat Ghâfir ِ ‫اب‬َ‫ز‬ ْ ‫ح‬ َ ْ‫أ‬ ‫ال‬ ِ‫م‬ْ‫و‬َ‫ي‬ َ ‫ل‬ ْ ‫ِث‬‫م‬ ْ‫م‬ ُ ‫ك‬ْ‫ي‬ َ ‫ل‬ َ ‫ع‬ ُ ‫اف‬ َ ‫خ‬ َ ‫أ‬ ِ‫ي‬ ّ ‫ن‬ِ‫إ‬ ِ‫م‬ْ‫و‬ َ ‫ق‬ ‫ا‬َ‫ي‬ َ‫ن‬َ‫آم‬ ‫ِي‬ َّ‫ذ‬ ‫ال‬ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬َ‫و‬ “Dan orang yang beriman itu berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu.” (QS. Ghâfir [40]:30) h. Surat Az-Zukhrȗf ٍ‫م‬ ِ‫ي‬ ‫ل‬ َ ‫أ‬ ٍ‫م‬ْ‫و‬َ‫ي‬ ِ ‫اب‬ َ ‫ذ‬ َ ‫ع‬ ْ‫ِن‬‫م‬ ‫وا‬ُ‫م‬ َ ‫ل‬ َ ‫ظ‬ َ‫ِين‬ َّ‫ذ‬ ‫ِل‬‫ل‬ ٌ ‫ل‬ْ‫ي‬َ‫و‬ َ ‫ف‬ ۖ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ن‬ ْ ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫ِن‬‫م‬ ُ ‫اب‬َ‫ز‬ ْ ‫ح‬ َ ْ‫أ‬ ‫ال‬ َ ‫ف‬ َ ‫ل‬َ‫ت‬ ْ ‫اخ‬ َ ‫ف‬ “Maka berselisihlah golongan-golongan (yang terdapat) di antara mereka, lalu kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang zalim yakni siksaan hari yang pedih (kiamat).” (QS. Az-Zukhrȗf [43]: 65)
  • 47. Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara 35 Demikianlah pemaparan bentuk-bentuk hizib dalam Al-Qur’an yang bisapenulispaparkandengan pengertian hizibadalahgolongan- golongan, pembahasan selanjutnyayakni terkait maknadan landasan dalam melakukan aktivitas hizib (berhizib). C. Makna dan Landasan Hizib Secara bahasa hizib memiliki beberapa arti, diantaranya yaitu kelompok,golongan, partai. Selain itu, hizibjugamemiliki pengertian bagian dalam Al-Qur’an, bagian atau nasib, senjata dan bisa juga berarti jenis wirid. Disamping itu hizib bisa juga dengan pengertian kumpulan do’a-do’a. Terkait dengan landasan berhizib dalam penelitian ini, terlebih dahulu dikemukakan makna hizib dalam pengertian kumpulan do’a- do’a dan wirid atau zikir yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis serta do’a-do’a dari para ulama. Berikut akan dipaparkan landasan dalam berhizib yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis yaitu sebagai berikut: 1. Surat Al-Ra’d ُ ‫وب‬ ُ ‫ل‬ ُ ‫ق‬ ْ ‫ال‬ ُّ‫ن‬ِ‫ئ‬َ‫م‬ ْ‫ط‬ َ ‫ت‬ ِ َّ‫ه‬ ‫الل‬ ِ‫ر‬ ْ ‫ِك‬‫ذ‬ِ‫ب‬ َ‫ا‬ ‫ل‬ َ ‫أ‬ ِۗ َّ‫ه‬ ‫الل‬ ِ‫ر‬ ْ ‫ِك‬‫ذ‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫وب‬ ُ ‫ل‬ ُ ‫ق‬ ُّ‫ن‬ِ‫ئ‬َ‫م‬ ْ‫ط‬ َ ‫ت‬َ‫و‬ ‫وا‬ُ‫ن‬َ‫آم‬ َ‫ِين‬ َّ‫ذ‬ ‫ال‬ “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Al-Ra’d [13]: 28 ) 2. Surat Ali-Imrân ِ‫ق‬ ْ ‫ل‬ َ ‫خ‬ ِ‫ي‬ ‫ف‬ َ ‫ون‬ُ‫ر‬ َّ ‫ك‬ َ ‫ف‬َ‫ت‬َ‫ي‬َ‫و‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫وب‬ُ‫ن‬ُ‫ج‬ ٰ َ‫لَى‬ ‫ع‬َ‫و‬ ‫ا‬ ً ‫ود‬ُ‫ع‬ ُ ‫ق‬َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ام‬َ‫ِي‬‫ق‬ َ َّ‫ه‬ ‫الل‬ َ ‫ون‬ُ‫ر‬ ُ ‫ك‬ ْ ‫ذ‬َ‫ي‬ َ‫ِين‬ َّ‫ذ‬ ‫ال‬ َ ‫اب‬ َ ‫ذ‬ َ ‫ع‬ ‫ا‬َ‫ن‬ِ‫ق‬ َ ‫ف‬ َ ‫ك‬ َ ‫ان‬َ‫ح‬ْ‫ب‬ُ‫س‬ ً‫ا‬ ‫ِل‬‫ط‬‫ا‬َ‫ب‬ ‫ا‬ َ ‫ذ‬ٰ َ ‫ه‬ َ ‫ت‬ ْ ‫ق‬ َ ‫ل‬ َ ‫خ‬ ‫ا‬َ‫م‬ ‫ا‬َ‫ن‬َّ‫ب‬َ‫ر‬ ِ ‫ض‬ْ‫ر‬ َ ْ‫أ‬ ‫ال‬َ‫و‬ ِ ‫ات‬َ‫او‬َ‫م‬ َّ‫الس‬ ِ‫ار‬َّ‫نل‬‫ا‬
  • 48. 36 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): «Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.” (QS. Ali-Imrân [03]: 191) 3. Surat Al-Baqarah ِ‫ون‬ُ‫ر‬ ُ ‫ف‬ ْ ‫ك‬ َ ‫ت‬ َ‫ا‬ ‫ل‬َ‫و‬ ِ‫ي‬ ‫ل‬ ‫وا‬ُ‫ر‬ ُ ‫ك‬ ْ ‫اش‬َ‫و‬ ْ‫م‬ ُ ‫ك‬ْ‫ر‬ ُ ‫ك‬ ْ ‫ذ‬ َ ‫أ‬ ِ‫ي‬ ‫ون‬ُ‫ر‬ ُ ‫ك‬ ْ ‫اذ‬ َ ‫ف‬ “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al-Baqarah [02]: 152) 4. Surat Al-A’râf ayat 55 َ‫ِين‬‫د‬َ‫ت‬ ْ ‫ع‬ُ‫م‬ ْ ‫ال‬ ُّ ‫ِب‬ ُ‫ح‬ ‫ي‬ َ‫ا‬ ‫ل‬ ُ‫ه‬ َّ ‫ن‬ِ‫إ‬ ۚ ً ‫ة‬َ‫ي‬ ْ ‫ف‬ ُ ‫خ‬َ‫و‬ ً‫ا‬ ‫ع‬ُّ َ‫ر‬ ‫ض‬ َ ‫ت‬ ْ‫م‬ ُ ‫ك‬َّ‫ب‬َ‫ر‬ ‫وا‬ُ‫ع‬ ْ ‫اد‬ “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf [07]: 55) 5. Surat Al-Mukminûn َ ‫ون‬ُ‫ع‬ِ‫ج‬‫ا‬َ‫ر‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ ّ‫ب‬َ‫ر‬ ٰ َ‫ى‬ ‫ل‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َّ ‫ن‬ َ ‫أ‬ ٌ ‫ة‬ َ ‫ل‬ِ‫ج‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫وب‬ ُ ‫ل‬ ُ ‫ق‬َ‫و‬ ‫ا‬ْ‫و‬ َ ‫آت‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ ‫ون‬ ُ ‫ت‬ ْ ‫ؤ‬ُ‫ي‬ َ‫ِين‬ َّ‫ذ‬ ‫ال‬َ‫و‬ “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS. Al-Mukminûn [23]: 60) 6. Allah SWT berfirman dalam hadis qudsinya, yakni sebagai berikut: ِ‫ه‬ْ‫ي‬ َ ‫ل‬ َ ‫ع‬ ُ‫اهلل‬ َّ‫ى‬ ‫ل‬ َ ‫ص‬ – ِ‫هلل‬‫ا‬ َ ‫ل‬ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َّ ‫ن‬ َ ‫أ‬ : – ُ‫ه‬ ْ ‫ن‬ َ ‫ع‬ ُ‫اهلل‬ َ ِ‫ي‬ ‫ض‬َ‫ر‬ – َ ‫ة‬َ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫ر‬ ُ ‫ه‬ ِ‫ي‬ ‫ب‬ َ ‫أ‬ ْ‫ن‬ َ ‫ع‬َ‫و‬ ُ‫ه‬َ‫ع‬َ‫م‬ ‫ا‬ َ ‫ن‬ َ ‫أ‬َ‫و‬ , ِ‫ي‬ ‫ب‬ ‫ِي‬‫د‬ْ‫ب‬ َ ‫ع‬ ِ ّ‫ن‬ َ ‫ظ‬ َ‫د‬ ْ ‫ِن‬‫ع‬ ‫ا‬ َ ‫ن‬ َ ‫أ‬ : َ‫ى‬ ‫ال‬َ‫ع‬ َ ‫ت‬ ُ‫اهلل‬ ُ ‫ل‬ْ‫و‬ ُ ‫ق‬َ‫ي‬ (( : َ ‫ال‬ َ ‫ق‬ – َ‫م‬ َّ ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ‫ف‬ ِ‫ي‬ ‫رن‬ َ ‫ك‬ َ ‫ذ‬ ْ ‫ِإَون‬ , ِ‫ي‬ ‫س‬ ْ ‫ف‬ َ ‫ن‬ ِ‫ي‬ ‫ف‬ ُ‫ه‬ ُ ‫ت‬ْ‫ر‬ َ ‫ك‬ َ ‫ذ‬ , ِ‫ه‬ِ‫س‬ ْ ‫ف‬ َ ‫ن‬ ِ‫ي‬ ‫ف‬ ِ‫ي‬ ‫ن‬َ‫ر‬ َ ‫ك‬ َ ‫ذ‬ ْ ‫ن‬ِ‫إ‬ َ ‫ف‬ , ِ‫ي‬ ‫ن‬َ‫ر‬ َ ‫ك‬ َ ‫ذ‬ ‫ا‬ َ ‫ذ‬ِ‫إ‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬ َ ‫ل‬ َ ‫ع‬ ٌ ‫ق‬ َ ‫ف‬َّ‫ت‬ُ‫م‬ )) ْ‫م‬ُ‫ه‬ ْ ‫ِن‬‫م‬ ٍ ْ‫َير‬ ‫خ‬ ٍ‫أل‬َ‫م‬ ِ‫ي‬ ‫ف‬ ُ‫ه‬ ُ ‫ت‬ْ‫ر‬ َ ‫ك‬ َ ‫ذ‬ ٍ َ‫لأ‬َ‫م‬
  • 49. Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara 37 “Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat- Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675] ِ ‫ت‬ِ ّ‫ي‬َ‫م‬ ْ ‫ال‬ َ‫و‬ ِ ّ َ‫ي‬ ‫ح‬ ْ ‫ال‬ ُ ‫ل‬ َ ‫ث‬َ‫م‬ ُ‫ه‬َّ‫ب‬َ‫ر‬ ُ‫ر‬ ُ ‫ك‬ ْ ‫ذ‬َ‫ي‬ َ‫ا‬ ‫ل‬ ْ‫ِي‬ َّ‫ذ‬ ‫ال‬َ‫و‬ ُ‫ه‬َّ‫ب‬َ‫ر‬ ُ‫ر‬ ُ ‫ك‬ ْ ‫ذ‬َ‫ي‬ ْ‫ِي‬ َّ‫ذ‬ ‫ال‬ ُ ‫ل‬ َ ‫ث‬َ‫م‬ “Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya dengan orang yang tidak berdzikir kepada Tuhannya bagaikan orang hidup dan orang mati.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim).  ِ‫هلل‬‫ا‬ ُ ‫ل‬ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬ : َ ‫اال‬ َ ‫ق‬ ‫ا‬َ‫م‬ُ‫ه‬ ْ ‫عن‬ ُ‫اهلل‬ َ ِ‫ي‬ ‫ض‬َ‫ر‬ ٍ‫د‬ْ‫ي‬ِ‫ع‬َ‫س‬ ِ‫ي‬ ‫ب‬ َ ‫أ‬ ْ‫ن‬ َ ‫ع‬َ‫و‬ َ ‫رة‬ْ‫ري‬ ُ ‫ه‬ ِ‫ي‬ ‫ب‬ َ ‫أ‬ ْ‫ن‬ َ ‫ع‬ ُ ‫ة‬ َ ‫ك‬ِ‫ئ‬ َ ‫ال‬َ‫م‬ ْ ‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ ْ ‫ت‬ َّ ‫ف‬َ‫ح‬ َّ‫ال‬ ِ‫إ‬ َ‫اهلل‬ َ ‫ن‬ْ‫و‬ُ‫ر‬ ُ ‫ك‬ ْ ‫ذ‬َ‫ي‬ ٌ‫م‬ْ‫و‬ َ ‫ق‬ ُ‫د‬ُ‫ع‬ ْ ‫ق‬َ‫ي‬ َ ‫ال‬ :َ‫م‬ َّ ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬ َ ‫ل‬ َ ‫ع‬ ُ‫اهلل‬ َّ‫ى‬ ‫ل‬ َ ‫ص‬ ُ‫ه‬َ‫د‬ ْ ‫ِن‬‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ْ‫ِي‬‫ف‬ ُ‫اهلل‬ ُ‫م‬ ُ ‫ه‬َ‫ر‬ َ ‫ك‬ َ ‫ذ‬َ‫و‬ ُ ‫ة‬َ‫ن‬ْ‫ِي‬‫ك‬ َّ‫الس‬ ُ‫م‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬ َ ‫ل‬ َ ‫ع‬ ْ ‫ت‬ َ ‫ل‬َ‫ز‬ َ ‫ن‬َ‫و‬ ُ ‫ة‬َ ْ‫م‬ ‫ح‬َّ‫الر‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬ ْ ‫ت‬َ‫ي‬ِ‫ش‬ َ ‫غ‬َ‫و‬ “Dari Abu Hurairah dan dari Abu Said al-Khudri ra berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah berkumpul suatu kaum sambil berdzikir kepada Allah, melainkan mereka akan diliputi oleh para malaikat, dan Allah akan memberikan rahmat-Nya kepada mereka, memberikan ketenangan hati dan memujinya di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya.” (HR Imam Muslim) ُ ‫ق‬ َ ‫ِل‬‫ح‬ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬ ِ‫ة‬َّ‫ن‬َْ‫ج‬ ‫ال‬ ُ ‫اض‬َ‫ي‬ِ‫ر‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ ‫وا‬ ُ ‫ال‬ َ ‫ق‬ ‫وا‬ُ‫ع‬ َ ‫ت‬ْ‫ار‬ َ ‫ف‬ ِ‫ة‬َّ‫ن‬َْ‫ج‬ ‫ال‬ ِ ‫اض‬َ‫ي‬ِ‫ر‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ ُ ‫ت‬ْ‫ر‬َ‫ر‬َ‫م‬ ‫ا‬ َ ‫ذ‬ِ‫إ‬ ِ‫ر‬ ْ ‫ِك‬ ّ ‫اذل‬ “Jika kamu melewati taman-taman Surga, maka singgahlah dengan senang.” Para sahabat bertanya,”Apakah taman-taman Surga itu?” Beliau menjawab,”Halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) dzikir.” (HR. Tirmidzi)
  • 50. 38 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan Demikianlah makna dan landasan hizib yang dapat penulis paparkan dalam penelitian ini yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis, pembahasan selanjutnya akan akan dilanjutkan dengan sub bab berikutnya. D. Pengamalan Hizib di Nusantara Pengamalan hizib di Nusatara dalam penelitian ini akan mendeskripsikan hizib-hizib yang diamalkan oleh masyarakat di Nusantara, seperti berikut ini: 1. Hizib dalam Tarekat Syadziliyah TarekatSyadziliyah merupakansalahsatutarekatyang memiliki pengikutyangcukupbanyakdibandingkandengantarekat-tarekatlain seperti Tarekat Qadiriyah, Tarekat Rifaiyah, Tarekat Naqsabandiyah, Tarekat Suhrawardiyah dan tarekat-tarekat lainnya. Nama Tarekat Syadziliyah dinisbatkan kepada Abu Hasan Asy- Syâdzilî yang wafat pada 656 H/1258 M sebagai pendirinya. Abu Hasan Asy- Syâdzilî adalahsalahsatu keturunanNabi Muhammad SAW melalui Sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Tarekat Syadziliyah merupakan salah satu tarekat yang mu’tabarah atau diakui kebenarannya karena Imam Asy- Syâdzilî nasabnya bersambung sampai ke Nabi Muhammad SAW.31 Tarekat Syadziliyah dalam ajarannya dilandaskan pada ajaran metafisik dan spritual tauhid dan tentu saja Al-Qur’an dan Sunnah. Tarekat Syadziliyah memiliki tujuan yakni kesadaran ma’rifat kepada Allah SWT yang mengimplikasikan kebijaksanaan sempurna dan kesucian jiwa pelaku kontemplasi. Tarekat Syadziliyah merupakan suatu bentuk reformasi pandangan spritual dan religius, namun bukan dalam arti 31 Heri Ms Faridy, dkk., ed., Ensiklopedi Tasawuf (Bandung: Angkasa, 2008), h. 1149.
  • 51. Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara 39 sebagai sebuah gerakan pemurnian dan anti kemusyrikan yang sering membinasakan institusi Islam eksternal dibawah bendera “kembali ke jalan salaf”. Namun Tarekat Syadziliyah mempunyai cara tersendiri dengan mengkritisi formalisme dan literalisme yang berlebihan dalam Islam eksoterik pada saat itu. Tarekat Syadziliyah merupakan tarekat yang paling diterima dibanding dengan tarekat-tarekat besar yang berkembang pada saat itu, yang tidak hanya diterima oleh kalangan tasawuf normatif tetapi juga oleh kalangan Islam normatif. Hal itu dikarenakan baiat atau inisiasi yang dilakukan oleh Tarekat Syadziliyah tidak melanggar apa yang telah diyakini masyarakat. Disamping sebagai sebuah ajaran tarekat, Tarekat Syadziliyah juga memiliki hizib-hizib yang diamalkan oleh pengikutnya- pengikutnya. Hizib yang diajarkan dalam Tarekat Syadziliyah terbilang cukup banyak jumlahnya dan setiap murid atau pengikut tidak menerima hizib yang sama karena disesuaikan dengan situasi dan kondisi ruhaniah murid sendiri dan kebijaksanaan mursyid. Hizib-hizib tersebut tidak boleh diamalkan oleh semua orang, kecuali telah mendapat izin atau ijazah dari seorang mursyid atau seseorang murid yang ditunjuk oleh mursyid untuk mengijazahkannya. Adapun hizib-hizib yang diajarkan dalam Tarekat Syadziliyah antara lain, yaitu Hizib Asy-Syifa, Hizib Al- Bahr, Hizib Al-Kafi atau Al-Autad, Hizib Al-Birhatiyah, Hizib An- Nashr, Hizib Al-Bar atau Al-Kabir32 . Berikut adalah penjelasan dari masing-masing tersebut: a. Hizib Asy-Syifa Hizib Asy-Syifa merupakan hizib khas ala Tarekat Syadziliyah pada umumnya dan di Tulungagung dalam konteks Nusantara. 32 Muhammad Zaini,”Tarekat Syadziliyah Perkembangan dan Ajaran-Ajaran: Studi pada Pondok Peta di Tulungagung”, (Tesis Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 168.
  • 52. 40 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan Sebelum seseorang mengikuti prosesi baiat atau talqin zikir, biasanya dianjurkan untuk membaca Hizib Asy-Syifa untuk membuka dan membersihkan hati dari kotoran nafsu. Cara mengamalkan Hizib Asy-Syifa yang apabila disertai dengan puasa maka Hizib Asy-Syifa dibaca setiap selesai sholat fardhu dan puasa dilakukan selama tiga hari, tujuh hari, sepuluh hari atau empat puluh hari sesuai dengan petunjuk mursyid. Puasa yang akan dilakukan oleh pengamalnya yakni dimulai pada hari selasa, rabu dan kamis. Tetapi apabila pengamalnya tidak disertai puasa, maka cara pengamalannya adalah membaca Hizib Asy-Syifa cukup sekali dalam sehari semalam33 . Semua murid atau pengikut tarekat Syadziliyah tidak diperlakukan sama diantara murid yang satu dengan murid yang lainnya, karena semua itu tergantung kepada kebijakan dan kearifan seorang mursyid yang sesungguhnya. Disamping itu, mursyid lebih mengetahui keadaan hati dan kualitas ruhani seseorang. Ketika seseorang dipandang secara ruhaniyah telah pantas untuk dibaiat, kapanpun waktunya yang dikehendaki oleh mursyid untuk dibai’at, saatitupulaseseorangdibai’at untuk memasuki TarekatSyadziliyah.34 Hizib Asy-Syifa diamalkan dengan cara yakni terlebih dahulu memulainya dengan membaca surat Al-Fatehah yang ditujukan kepada Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, Sayyidina Abu Bakar Ash-Shidiq, Sayyidina ‘Umar ibn Al-Khaththab, Sayyidina ‘Utsman ibn Affan, Sayyidina ‘Ali ibn Abi Thalib, Sayyidina Hasan dan Husain, Syaikh ‘Abdul Qadir Al-Jailani, Mbah Panjalu, Wali Sembilan di Indonesia, Sunan Kalijaga, Sultan Agung, Syaikh Mustaqim ibn Husain, Syaikh Abdul Jalil ibn Mustaqim, kedua orang tua dan Nabi Khidir as35 kemudian dilanjutkan dengan membaca Hizib Asy-Syifa. 33 Muhammad Zaini,”Tarekat Syadziliyah Perkembangan dan Ajaran-Ajaran: Studi pada Pondok Peta di Tulungagung”, h. 168. 34 Muhammad Zaini,”Tarekat Syadziliyah Perkembangan dan Ajaran-Ajaran: Studi pada Pondok Peta di Tulungagung”, h. 117. 35 Sa’a datul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizibnya”, h. 31.
  • 53. Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara 41 b. Hizib Al-Bahr Hizib Al-Bahr ditulis oleh Imam Asy-Syâdzilî pada saat dalam perjalanan di Laut Merah dan mendapatkannya langsung dari Nabi MuhammadSAW.HizibAl-BahrdibacaolehImamAsy-Syâdzilîdalam rangka berdo’a kepada Allah SWT agar selamat dalam perjalanan di Laut Merah. Walaupun HizibAl-Bahrmempunyai ikatan kuatdengan laut, bukan berarti Hizib Al-Bahr hanya dibaca atau diamalkan ketika di laut.36 ImamAsy-SyâdzilîdidalamHizibAl-Bahrtelahberwasiatkepada para pengikutnya supaya semua murid mengikuti Tarekat Syadziliyah dengan mengamalkan Hizib Al-Bahr, karena di dalamnya terdapat nama-nama Allah SWT yang besar sekali manfaat dan berkahnya. Dengan membaca asma’ul husna berarti seseorang berzikir dan mengingat Allah SWT dengan sembilan puluh sembilan nama, yang setiap nama memiliki pengaruh spritual yang sangat besar. Pengaruh spritual itu akan didapatkan oleh siapapun yang mengamalkan dengan syarat meminta ijazah dari guru yang berwenang.37 Hizib Al-Bahr dibaca dengan dengan tatacara yaitu setelah membaca surat Al-Fatehah yang terakhiratau sebelum do’a kemudian dilanjutkan dengan membaca Hizib Al-Bahr yang diawali dengan membaca Al-Fatehah lillahi ta’ala, kemudian langsung membaca Hizib Al-Bahr. Pembacaan Hizib Al-Bahr diakhiri dengan membaca surat Al-Fatehah sebanyak tujuh kali kemudian ditutup dengan membaca do’a.38 c. Hizib Al-Kafi Hizib Al-Kafi merupakan amalan pengikut Tarekat Syadziliyah dalam konteks Nusantara yang dibawa dan dikembangkan oleh Asy- 36 Sa’adatul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizibnya”, (Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 31. 37 Heri Ms Faridy, dkk., ed., Ensiklopedi Tasawuf, h. 1153 38 Sa’adatul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizibnya”, h. 32.
  • 54. 42 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan Syaikh Abdul Razzak ibn Abdullah At-Termasi yang berasal dari Pondok PETA Tulungagung tepatnya di Pondok Pesantren Termasi Pacitan. Hizib Al-Kafi dalam Tarekat Syadziliyah di Pondok PETA diijazahkan oleh Asy-Syaikh Muhammad Mustaqim ibn Husain kepada Asy-Syaikh Abdul Razzak yang merupakan awal persahabatan dan hubungan spritual diantara keduanya.39 Hizib Al-Kafi diamalkan dengan tata cara yakni dimulai dengan membaca surat Al-Fatehah yang ditujukan kepada Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, Sayyidina Abu Bakar Ash-Shidiq, Sayyidina ‘Umar ibn Al-Khaththab, Sayyidina ‘Utsman ibn Affan, Sayyidina ‘Ali ibn Abi Thalib, Sayyidina Hasan dan Husain, Asy-Syaikh ‘Abdul Qadir Al- Jailani, Mbah Panjalu, Wali Sembilan di Indonesia, Sunan Kalijaga, Syaikh Mustaqim ibn Husain, Asy-Syaikh Abdul Jalil ibn Mustaqim, kedua orang tua dan Nabi Khidir as 40 kemudian dilanjutkan dengan membaca Hizib Al-Kafi. d. Hizib Al-Birhatiyah Hizib Al-Birhatiyah adalah hizib yang diijazahkan oleh Asy- Syaikh Abdul Razzak At-Termasi kepada Asy-Syaikh Mustaqim bin Husain, yang merupakan awal persahabatan dan hubungan spritual diantarakeduanya.Hubungandiantarakeduanyayaitusama-samaguru dan murid. Asy-Syaikh Abdul Razzak At-Termasi memberikan ijazah kepada Asy-Syaikh Mustaqim bin Husain dengan Hizib Al-Birhatiyah, sedangkan Asy-Syaikh Mustaqim bin Husain memberikan ijazah kepada Asy-Syaikh Abdul Razzak Al-Termasi berupa Hizib Al-Kafi.41 Hizib Al-Birhatiyah diamalkan dengan tata cara yaitu, pertama membaca surat Al-Fatehah yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi Daud as, Nabi Sulaiman as, Sayyidina Asif bin Barkhaya, 39 Sa’a datul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizibnya”, h. 39. 40 Sa’adatul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizibnya”, h. 39. 41 Sa’adatul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizibnya”, h. 41.
  • 55. Bab II - Tinjauan Hizib di Dunia Islam dan Nusantara 43 Sayyidina Qalfatriyus, Sayyidina Abu Bakar Ash-Shidiq, Sayyidina ‘Umar ibn Al-Khaththab, Sayyidina ‘Utsman ibn Affan, Sayyidina ‘Ali ibn Abi Thalib, Sayyidina Hasan dan Husain, Asy-Syaikh ‘Abdul Qadir al-Jailani, Asy-Syaikh Syams al-Din, Asy-Syaikh Imam al- Ghazali, Asy-Syaikh ‘Abd al-Salam, Asy-Syaikh Abu Hasan al-Syadzili, ‘Abu ‘Abbas al-Mursi, Asy-Syaikh ‘Abu ‘Abbas bin ‘Ali al-Buni, Mbah Panjalu, Asy-Syaikh Mustaqim bin Husain, Asy-Syaikh Abdul Jalil bin Mustaqim, kedua orang tua, dan Nabi Khidir as42 lalu dilanjutkan dengan membaca Hizib Al-Birhatiyah. e. Hizib An-Nashr Hizib An-Nashr diamalkan dengan tata cara yaitu dimulai dengan membaca surat Al-Fatehah seperti biasanya kemudian ditambah kepada Asy-Syaikh Abu Abbas al-Mursi, Asy-Syaikh al- Badawi, Arwah al-Mujahidin fi sabilillah fi al-Mishr, Tsuraya, Iraq, wa sair buldan al-Muslimin ‘ammah kemudian dilanjutkan dengan membaca Hizib An-Nashr. f. Hizib Al-Bar Tradisi pengamalan Hizib Al-Bar dalam Tarekat Syadziliyah diantaranya ialah memilih waktu yang tepat untuk berhizib (membaca Hizib Al-Bar atau yang dikenal dengan nama Hizib Al- Kabir) yaitu setelah selesai sholat subuh. Pada saat membaca Hizib Al-Bar hendaklah tidak berbicara dengan orang lain kecuali karena kebutuhan, seperti menjawab salam. Imam Asy-Syadzili pernah berkata: “Barangsiapa yang membaca Hizib ini (Hizib Al-Bar), maka akan memperoleh segala apa yang telah kami peroleh dan terhindar dari bahaya yang Allah SWT hindarkan dari kami.”43 42 Sa’adatul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizibnya”, h. 41-42. 43 Sa’adatul Jannah,”Tarekat Syadziliyah dan Hizibnya”, h. 48.
  • 56. 44 Hizib Islam Nusantara: Pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan Demikianlah pemaparan penulis terkait hizib-hizib yang terdapat dalam Tarekat Syadziliyah. Pembahasan selanjutnya akan membahas hizib-hizib yang terdapat dalam tarekat lain. 2. Hizib dalam Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan merupakan suatu karya salah seorang ulama kharismatik yakni Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majdid yang juga seorang pendiri oraganisasi Nahdlatul Wathan. a. Nahdlatul Wathan Secara etimologi Nahdlatul Wathan berasal dari dua kata yakni kata “Nahdlah” dan “Al-Wathan”, Nahdlah berarti kebangkitan, pergerakan, pembangunan. Sedangkan Al-Wathan berarti tanah air atau Negara. Dengan melihat asal kata Nahdlatul Wathan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Nahdlatul Wathan adalah kebangkitan tanah air, pembangunan Negara atau membangun Negara. Sedangkan secara terminologi Nahdlatul Wathan adalah organisasi kemasyrakatan (ormas) yang beraliran ahlussunnah wal jama’ah. Organisasi Nahdlatul Wathan, yang lebih dikenal dengan singkatan NW, adalah sebuah organisasi sosial kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang pendidikan, sosial, dan dakwah Islamiyah. Organisasi Nahdlatul Wathan didirikan oleh seorang ulama kharismatik, kelahiran Lombok, yakni Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majdid, pada hari ahad tanggal 15 Jumadil Akhir 1372 H atau bertepatan dengan tanggal 1 Maret 1953 M, di Pancor, Lombok, Timur Nusa Tenggara Barat. Latar belakang berdirinya organisasi Nahdlatul Wathan adalah karena Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majdid melihat pesatnya pertumbuhan dan perkembangan cabang-cabang