SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Laporan Observasi Pendidikan Jasmani Adaptif
Dosen pengampu mata kuliah :
Rahayu Prasetiyo, M.Pd.
Nama Kelompok
Abdul Rahman Setyawan A. 188044
Nurmansyah Ubaidillah 188081
Rezky Bayu Samodra 188102
PRODI PENDIDIKAN JASMANI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
JOMBANG
2020
Hasil laporan di SLB Muhammadiyah
Nama : Ahmad Dai Robby
Kelas : V (C)
Hobi : Sepakbola, Menulis
Umur : 11
Jenis kekhususan : Tuna Grahita
Jenis kelamin : Laki-Laki
Sekolah : SLB Muhammadiyah Jombang
Alamat rumah objek : Dsn. Karangpakis Ds. Tanggungan Kec. Gudo Kab. Jombang
A. PENGERTIAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan
anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau
fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa,
tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan
kesehatan, dan kesulitan bersosialisasi. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah
anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK
memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan
potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan
menjadi tulisan Braille (tulisan timbul) dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa
isyarat (bahasa tubuh)
Menurut pasal 15 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, bahwa jenis pendidikan bagi
Anak berkebutuan khusus adalah Pendidikan Khusus. Pasal 32 (1) UU No. 20 tahun 2003
memberikan batasan bahwa Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik
yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional,mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Teknis
layanan pendidikan jenis Pendidikan Khusus untuk peserta didik yang berkelainan atau
peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa dapat diselenggarakan secara inklusif atau
berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Jadi
Pendidikan Khusus hanya ada pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Untuk jenjang
pendidikan tinggi secara khusus belum tersedia.
PP No. 17 Tahun 2010 Pasal 129 ayat (3) menetapkan bahwa Peserta didik berkelainan
terdiri atas peserta didik yang:
a. tunanetra;
b. tunarungu;
c. tunawicara;
d. tunagrahita;
e. tunadaksa;
f. tunalaras;
g. berkesulitan belajar;
h. lamban belajar;
i. autis;
j. memiliki gangguan motorik;
k. menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan zat adiktif lain;
l. memiliki kelainan lain.
Menurut pasal 130 (1) PP No. 17 Tahun 2010 Pendidikan khusus bagi peserta didik
berkelainan dapat diselenggarakan pada semua jalur dan jenis pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. (2) Penyelenggaraan pendidikan khusus dapat dilakukan
melalui satuan pendidikan khusus, satuan pendidikan umum, satuan pendidikan kejuruan,
dan/atau satuan pendidikan keagamaan. Pasal 133 ayat (4)menetapkan bahwa
Penyelenggaraan satuan pendidikan khusus dapat dilaksanakan secara terintegrasi
antarjenjang pendidikan dan/atau antarjenis kelainan. Permendiknas No. 70 tahun 2009 Pasal
3 ayat
(1) Setiap peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa berhak mengikuti pendidikan secara
inklusif pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
(2) Peserta didik yang memiliki kelainan sebagaimana dimaksud dalam ayat (10 terdiri
atas:
a. tunanetra;
b. tunarungu;
c. tunawicara;
d. tunagrahita;
e. tunadaksa;
f. tunalaras;
g. berkesulitan belajar;
h. lamban belajar;
i. autis;
j. memiliki gangguan motorik;
k. menjadi korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang, dan zat adiktif lainnya;
l. memiliki kelainan lainnya;
m. tunaganda
Integrasi antar jenjang dalam bentuk Sekolah Luar Biasa (SLB) satu atap, yakni satu
lembaga penyelenggara mengelola jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB dengan
seorang Kepala Sekolah. Sedangkan Integrasi antar jenis kelainan, maka dalam satu jenjang
pendidikan khusus diselenggarakan layanan pendidikan bagi beberapa jenis ketunaan.
Bentuknya terdiri dari TKLB; SDLB, SMPLB, dan SMALB masing-masing sebagai satuan
pendidikan yang berdiri sendiri masing-masing dengan seorang kepala sekolah.
Altenatif layanan yang paling baik untuk kepentingan mutu layanan adalah INTEGRASI
ANTAR JENIS. Keuntungan bagi penyelenggara (sekolah) dapat memberikan layanan yang
tervokus sesuai kebutuhan anak seirama perkembangan psikologis anak. Keuntungan bagi
anak, anak menerima layanan sesuai kebutuhan yang sebenarnya karena sekolah mampu
membedakan perlakuan karena memiliki fokus atas dasar kepentingan anak pada jenjang
TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB.
Penyelenggaran pendidikan khusus saat ini masih banyak yang menggunakan Integrasi
antar jenjang (satu atap) bahkan digabung juga dengan integrasi antar jenis. Pola ini hanya
didasarkan pada effisiensi ekonomi padahal sebenarnya sangat merugikan anak karena dalam
praktiknya seorang guru yang mengajar di SDLB juga mengajar di SMPLB dan SMALB.
Jadi perlakuan yang diberikan kadang sama antara kepada siswa SDLB, SMPLB dan
SMALB. Secara kualitas materi pelajaran juga kurang berkualitas apalagi secara psikologis
karena tidak menghargai perbedaan karakteristik rentang usia.
Adapun bentuk satuan pendidikan / lembaga sesuai dengan kekhususannya di Indonesia
dikenal SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk
tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian
G untuk cacat ganda.
B. PENGERTIAN TUNA GRAHITA
Menurut mumpuniarti (2007:5) Istilah TunaGrahita disebut hambatan mental untuk melihat
kecenderungan kebutuhan khusus pada mereka, hambatan mental termasuk penyandang
lamban belajar. Sedangkan istilah tunagrahita menurut Smart (2012: 49) adalah anak atau orang
yang memiliki kemampuan intelektual dibawah rata-rata.
Ciri-ciri tunagrahita menurut Smart(2012: 51) yang dapat dilihat dari fisiknya antara lain:
a) Penampilan fisik tidak seimbang seperti kepala kecil/besar.
b) Pada masa pertumbuhannya dia tidak mampu mengurus dirinya.
c) Terlambat dalam perkembangan bicara dan bahasa.
d) Cuek terhadap lingkungan.
e) Koordinasi gerakan kurang
f) Sering ludah pada mulut (ngeces).
Penyebab tunagrahita:
Menurut Smart(2012: 53) penyebab tunagrahita adalah :
a) Anomali genetik atau kromosom:
1) Down syndrome, trisotomi pasa kromosom 2.
2) Fragi; X sindrom, meltaformasi kromosom X yaitu ketika kromosom X
terbagi dua maka laki-laki dan sepertinganya dari populasi penderita mengalami
RM sedang
3) Recessive gene disease, salah mengarahkan pembentukan enzim sehingga
menggunakan proses metabolism (pheniyiketonurea).
b) Penyakit inveksi terutama pada saat trimester pertama terjadi karena janin belum
memiliki sistem kekebalan saat aktifitas perkembangan otak.
c) Kecelakaan yang menimbulkan trauma di otak.
d) Bahan kimia yang berbahaya, contohnya keracunan pada ibu yang berdampak pada
janin.
Tingkatan tunagrahita
Menurut Smart ( 2012: 50) jenis anak tunagrahita yang diukur berdasarkan
tinggi rendahnya kecerdasan inteligensi dengan menggunakan tes Stanford Binet dan
skala wescheler (WISC) digolongkan menjadi empat golongan :
a) Kategori ringan (Moron atau Debil)
Menurut tes Binet yang dalam Smart (2012: 50) kategori ini memiliki IQ 69-55,
pada kategori ini akan mengalami kesulitan dalam belajar. Dia sering tinggal kelas
dibandingkan naik kelas. Walaupun begitu mereka dapat bergaul dan bekerja yang
menggunakan skill saja.
b) Kategori sedang (Imbesil)
Menurut tes Binet dalam Smart (2012: 50) kategori ini memiliki IQ 54-40 pada
penderita ini sering ditemukan kerusakan pada otak dan penyakit lainnya. Anak yang
sudah masuk dalam kategori ini sulit sekali mempelajari pelajaran akademik akan tetapi
mereka masih mempunyai potensi untuk mengurus dirinya sendiri dengan cara
melatihnya secara rutin akan tetapi perlu diketahui bahwasanya dia membutuhkan
pengawasan, pemeliharaan dan bantuan dari orang lain.
c) Kategori berat (Severe)
Menurut tes Binet dalam Smart (2012: 50) kategori ini memiliki IQ 39-25 pada
penderita ini memiliki abnormalitas fisik bawaan dan kontrol sensorik motorik yang
terbatas sehingga membuat hidupnya selalu bergantung kepada orang lain. Bahkan dia
tidak bisa membedakan bahaya apa tidaknya sebuah benda.
d) Kategori sangat berat (Profound)
Menurut tes Binet dalam Smart (2012: 50) kategori ini memiliki IQ dibawah 24
banyak penderita ini mengalami cacat fisik atau kerusakan saraf.
C. HASIL OBSERVASI
Hasil observasi yang dilakukan oleh kelompok kami dengan objek observasi siswa
yang bernama Ahmad Dai Robby, maka hasil hasil observasi kami laporkan sebagai mana yang
ada antara, lain:
a. Siswa awalnya lahir secara normal dan pada usia 5 bulan mengalami gejala step dan
kemudian diikuti kejang-kejang tanpa ada tanda-tanda suhu tubuh yang tinggi, dan
ketika sudah masuk TK siswa sering jatuh dari pohon. Pada saat TK orang tua siswa
tersebut merasa anaknya lamban dalam belajar dan kemudian
b. Karakter siswa : a. jahil pada temannya dalam kategori pada umum seusianya
b. aktif ketika berkegiatan yang berhubungan dengan interaksi
sosial dan aktif ketika disuruh aktifitas seperti gerakan badan
c. kreatif
d. sopan dalam bertutur kata, siswa tersebut cenderung jujur.
e. jika berkomunikasi masih bisa nyambung.
f. sering membantu orang lain yang membutuhkan bantuan,
Kendala : a. pelajaran membaca dan berhitung agak susah dan kurang
berminat bagi si objek,
b. daya ingat cenderung susah tetapi jika berhubungan dengan
musik atau nada cukup baik daripada temannya
c. tidak ada teman yang sepadan atau partner dalam beraktifitas
di sekolah,
d. objek hanya butuh pembiasaan dalam melakukan belajar
pembelajaran.
Metode yang digunakan : Metode Drill
Metode drill atau latihan merupakan metode pembelajaran yang digunakan untuk
memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari (Nasih,
2009:91). Ketangkasan dan keterampilam didapatkan dengan mengulang-ulang materi atau
kemampuan yang ingin dicapai oleh siswa. Penerapan metode driil dalam pembelajaran
memiliki beberapa keuntunga, diantaranya adalah:
 Siswa akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai
apa yang dipelajarinya.
 Dapat menimbulkan rasa percaya diribahwa siswa yang berhasil belajarnya telah
memiliki keterampilan yang akan berguna di kemudian hari.
 Guru lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan mamna siswa yang disiplin
dalam belajarnya serta mana yang kurang (Basyirudin Usman , 2005:87).

More Related Content

Similar to laporan obser1.docx

MENGURANGI FREKUENSI BULLYING ANTAR SISWA TUNAGRAHITA DENGAN MEMANFAATKAN JAM...
MENGURANGI FREKUENSI BULLYING ANTAR SISWA TUNAGRAHITA DENGAN MEMANFAATKAN JAM...MENGURANGI FREKUENSI BULLYING ANTAR SISWA TUNAGRAHITA DENGAN MEMANFAATKAN JAM...
MENGURANGI FREKUENSI BULLYING ANTAR SISWA TUNAGRAHITA DENGAN MEMANFAATKAN JAM...Herfen Suryati
 
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)Ali Murfi
 
ARTIKEL KEKERASAN DUNIA PENDIDIKAN FULL.pdf
ARTIKEL KEKERASAN DUNIA PENDIDIKAN FULL.pdfARTIKEL KEKERASAN DUNIA PENDIDIKAN FULL.pdf
ARTIKEL KEKERASAN DUNIA PENDIDIKAN FULL.pdfYolandadwiSetyorini
 
Persentasi metode penelitian
Persentasi metode penelitianPersentasi metode penelitian
Persentasi metode penelitianagus elpin
 
FORMAT IDENTIFIKASI PDBK 2022.pdf
FORMAT IDENTIFIKASI PDBK 2022.pdfFORMAT IDENTIFIKASI PDBK 2022.pdf
FORMAT IDENTIFIKASI PDBK 2022.pdfrizkinugraha58
 
Pendidikan ABK di Slb-AB Bukesra Ulee Kareng
Pendidikan ABK di Slb-AB Bukesra Ulee KarengPendidikan ABK di Slb-AB Bukesra Ulee Kareng
Pendidikan ABK di Slb-AB Bukesra Ulee KarengTjoetnyak Izzatie
 
Pendidikan anak berkebutuhan khusus (abk) pada anak yang menderita tunagrahit...
Pendidikan anak berkebutuhan khusus (abk) pada anak yang menderita tunagrahit...Pendidikan anak berkebutuhan khusus (abk) pada anak yang menderita tunagrahit...
Pendidikan anak berkebutuhan khusus (abk) pada anak yang menderita tunagrahit...Tjoetnyak Izzatie
 
PPT PSIKOLOGI PENDIDIKAN KELOMPOK 6.pptx
PPT PSIKOLOGI PENDIDIKAN KELOMPOK 6.pptxPPT PSIKOLOGI PENDIDIKAN KELOMPOK 6.pptx
PPT PSIKOLOGI PENDIDIKAN KELOMPOK 6.pptxloloxmanahati
 
Siswa Berkebutuhan Khusus
Siswa Berkebutuhan KhususSiswa Berkebutuhan Khusus
Siswa Berkebutuhan KhususWahyuindratmoko
 
1340-Article Text-3699-1-10-20191230.pdf
1340-Article Text-3699-1-10-20191230.pdf1340-Article Text-3699-1-10-20191230.pdf
1340-Article Text-3699-1-10-20191230.pdffitrianisa30
 
Laporan hasil observasi dan wawancara peserta didik di sma
Laporan hasil observasi dan wawancara peserta didik di smaLaporan hasil observasi dan wawancara peserta didik di sma
Laporan hasil observasi dan wawancara peserta didik di smaSiti Khoirunika
 
Laporan observasi slb strategi pembelajaran
Laporan observasi slb strategi pembelajaranLaporan observasi slb strategi pembelajaran
Laporan observasi slb strategi pembelajaraniwan Alit
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 

Similar to laporan obser1.docx (20)

MENGURANGI FREKUENSI BULLYING ANTAR SISWA TUNAGRAHITA DENGAN MEMANFAATKAN JAM...
MENGURANGI FREKUENSI BULLYING ANTAR SISWA TUNAGRAHITA DENGAN MEMANFAATKAN JAM...MENGURANGI FREKUENSI BULLYING ANTAR SISWA TUNAGRAHITA DENGAN MEMANFAATKAN JAM...
MENGURANGI FREKUENSI BULLYING ANTAR SISWA TUNAGRAHITA DENGAN MEMANFAATKAN JAM...
 
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
 
Askep retardation-mental AKPER PENKAB MUNA
Askep retardation-mental AKPER PENKAB MUNAAskep retardation-mental AKPER PENKAB MUNA
Askep retardation-mental AKPER PENKAB MUNA
 
Askep retardation-mental AKPER PEMKAB MUNA
Askep retardation-mental AKPER PEMKAB MUNA Askep retardation-mental AKPER PEMKAB MUNA
Askep retardation-mental AKPER PEMKAB MUNA
 
ARTIKEL KEKERASAN DUNIA PENDIDIKAN FULL.pdf
ARTIKEL KEKERASAN DUNIA PENDIDIKAN FULL.pdfARTIKEL KEKERASAN DUNIA PENDIDIKAN FULL.pdf
ARTIKEL KEKERASAN DUNIA PENDIDIKAN FULL.pdf
 
Artikel konseptual abk
Artikel konseptual abkArtikel konseptual abk
Artikel konseptual abk
 
Persentasi metode penelitian
Persentasi metode penelitianPersentasi metode penelitian
Persentasi metode penelitian
 
SOSiologi dwi.pdf
SOSiologi dwi.pdfSOSiologi dwi.pdf
SOSiologi dwi.pdf
 
FORMAT IDENTIFIKASI PDBK 2022.pdf
FORMAT IDENTIFIKASI PDBK 2022.pdfFORMAT IDENTIFIKASI PDBK 2022.pdf
FORMAT IDENTIFIKASI PDBK 2022.pdf
 
Siswa swn
Siswa swnSiswa swn
Siswa swn
 
Pendidikan ABK di Slb-AB Bukesra Ulee Kareng
Pendidikan ABK di Slb-AB Bukesra Ulee KarengPendidikan ABK di Slb-AB Bukesra Ulee Kareng
Pendidikan ABK di Slb-AB Bukesra Ulee Kareng
 
Pendidikan anak berkebutuhan khusus (abk) pada anak yang menderita tunagrahit...
Pendidikan anak berkebutuhan khusus (abk) pada anak yang menderita tunagrahit...Pendidikan anak berkebutuhan khusus (abk) pada anak yang menderita tunagrahit...
Pendidikan anak berkebutuhan khusus (abk) pada anak yang menderita tunagrahit...
 
PPT PSIKOLOGI PENDIDIKAN KELOMPOK 6.pptx
PPT PSIKOLOGI PENDIDIKAN KELOMPOK 6.pptxPPT PSIKOLOGI PENDIDIKAN KELOMPOK 6.pptx
PPT PSIKOLOGI PENDIDIKAN KELOMPOK 6.pptx
 
Siswa Berkebutuhan Khusus
Siswa Berkebutuhan KhususSiswa Berkebutuhan Khusus
Siswa Berkebutuhan Khusus
 
1340-Article Text-3699-1-10-20191230.pdf
1340-Article Text-3699-1-10-20191230.pdf1340-Article Text-3699-1-10-20191230.pdf
1340-Article Text-3699-1-10-20191230.pdf
 
Laporan hasil observasi dan wawancara peserta didik di sma
Laporan hasil observasi dan wawancara peserta didik di smaLaporan hasil observasi dan wawancara peserta didik di sma
Laporan hasil observasi dan wawancara peserta didik di sma
 
Laporan observasi slb strategi pembelajaran
Laporan observasi slb strategi pembelajaranLaporan observasi slb strategi pembelajaran
Laporan observasi slb strategi pembelajaran
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 

laporan obser1.docx

  • 1. Laporan Observasi Pendidikan Jasmani Adaptif Dosen pengampu mata kuliah : Rahayu Prasetiyo, M.Pd. Nama Kelompok Abdul Rahman Setyawan A. 188044 Nurmansyah Ubaidillah 188081 Rezky Bayu Samodra 188102 PRODI PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA JOMBANG 2020
  • 2. Hasil laporan di SLB Muhammadiyah Nama : Ahmad Dai Robby Kelas : V (C) Hobi : Sepakbola, Menulis Umur : 11 Jenis kekhususan : Tuna Grahita Jenis kelamin : Laki-Laki Sekolah : SLB Muhammadiyah Jombang Alamat rumah objek : Dsn. Karangpakis Ds. Tanggungan Kec. Gudo Kab. Jombang A. PENGERTIAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan, dan kesulitan bersosialisasi. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille (tulisan timbul) dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat (bahasa tubuh) Menurut pasal 15 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, bahwa jenis pendidikan bagi Anak berkebutuan khusus adalah Pendidikan Khusus. Pasal 32 (1) UU No. 20 tahun 2003 memberikan batasan bahwa Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Teknis layanan pendidikan jenis Pendidikan Khusus untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa dapat diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Jadi Pendidikan Khusus hanya ada pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Untuk jenjang pendidikan tinggi secara khusus belum tersedia.
  • 3. PP No. 17 Tahun 2010 Pasal 129 ayat (3) menetapkan bahwa Peserta didik berkelainan terdiri atas peserta didik yang: a. tunanetra; b. tunarungu; c. tunawicara; d. tunagrahita; e. tunadaksa; f. tunalaras; g. berkesulitan belajar; h. lamban belajar; i. autis; j. memiliki gangguan motorik; k. menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan zat adiktif lain; l. memiliki kelainan lain. Menurut pasal 130 (1) PP No. 17 Tahun 2010 Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan dapat diselenggarakan pada semua jalur dan jenis pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. (2) Penyelenggaraan pendidikan khusus dapat dilakukan melalui satuan pendidikan khusus, satuan pendidikan umum, satuan pendidikan kejuruan, dan/atau satuan pendidikan keagamaan. Pasal 133 ayat (4)menetapkan bahwa Penyelenggaraan satuan pendidikan khusus dapat dilaksanakan secara terintegrasi antarjenjang pendidikan dan/atau antarjenis kelainan. Permendiknas No. 70 tahun 2009 Pasal 3 ayat (1) Setiap peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa berhak mengikuti pendidikan secara inklusif pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. (2) Peserta didik yang memiliki kelainan sebagaimana dimaksud dalam ayat (10 terdiri atas: a. tunanetra; b. tunarungu;
  • 4. c. tunawicara; d. tunagrahita; e. tunadaksa; f. tunalaras; g. berkesulitan belajar; h. lamban belajar; i. autis; j. memiliki gangguan motorik; k. menjadi korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang, dan zat adiktif lainnya; l. memiliki kelainan lainnya; m. tunaganda Integrasi antar jenjang dalam bentuk Sekolah Luar Biasa (SLB) satu atap, yakni satu lembaga penyelenggara mengelola jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB dengan seorang Kepala Sekolah. Sedangkan Integrasi antar jenis kelainan, maka dalam satu jenjang pendidikan khusus diselenggarakan layanan pendidikan bagi beberapa jenis ketunaan. Bentuknya terdiri dari TKLB; SDLB, SMPLB, dan SMALB masing-masing sebagai satuan pendidikan yang berdiri sendiri masing-masing dengan seorang kepala sekolah. Altenatif layanan yang paling baik untuk kepentingan mutu layanan adalah INTEGRASI ANTAR JENIS. Keuntungan bagi penyelenggara (sekolah) dapat memberikan layanan yang tervokus sesuai kebutuhan anak seirama perkembangan psikologis anak. Keuntungan bagi anak, anak menerima layanan sesuai kebutuhan yang sebenarnya karena sekolah mampu membedakan perlakuan karena memiliki fokus atas dasar kepentingan anak pada jenjang TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB. Penyelenggaran pendidikan khusus saat ini masih banyak yang menggunakan Integrasi antar jenjang (satu atap) bahkan digabung juga dengan integrasi antar jenis. Pola ini hanya didasarkan pada effisiensi ekonomi padahal sebenarnya sangat merugikan anak karena dalam praktiknya seorang guru yang mengajar di SDLB juga mengajar di SMPLB dan SMALB. Jadi perlakuan yang diberikan kadang sama antara kepada siswa SDLB, SMPLB dan SMALB. Secara kualitas materi pelajaran juga kurang berkualitas apalagi secara psikologis karena tidak menghargai perbedaan karakteristik rentang usia.
  • 5. Adapun bentuk satuan pendidikan / lembaga sesuai dengan kekhususannya di Indonesia dikenal SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda. B. PENGERTIAN TUNA GRAHITA Menurut mumpuniarti (2007:5) Istilah TunaGrahita disebut hambatan mental untuk melihat kecenderungan kebutuhan khusus pada mereka, hambatan mental termasuk penyandang lamban belajar. Sedangkan istilah tunagrahita menurut Smart (2012: 49) adalah anak atau orang yang memiliki kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Ciri-ciri tunagrahita menurut Smart(2012: 51) yang dapat dilihat dari fisiknya antara lain: a) Penampilan fisik tidak seimbang seperti kepala kecil/besar. b) Pada masa pertumbuhannya dia tidak mampu mengurus dirinya. c) Terlambat dalam perkembangan bicara dan bahasa. d) Cuek terhadap lingkungan. e) Koordinasi gerakan kurang f) Sering ludah pada mulut (ngeces). Penyebab tunagrahita: Menurut Smart(2012: 53) penyebab tunagrahita adalah : a) Anomali genetik atau kromosom: 1) Down syndrome, trisotomi pasa kromosom 2. 2) Fragi; X sindrom, meltaformasi kromosom X yaitu ketika kromosom X terbagi dua maka laki-laki dan sepertinganya dari populasi penderita mengalami RM sedang 3) Recessive gene disease, salah mengarahkan pembentukan enzim sehingga menggunakan proses metabolism (pheniyiketonurea). b) Penyakit inveksi terutama pada saat trimester pertama terjadi karena janin belum memiliki sistem kekebalan saat aktifitas perkembangan otak. c) Kecelakaan yang menimbulkan trauma di otak. d) Bahan kimia yang berbahaya, contohnya keracunan pada ibu yang berdampak pada janin.
  • 6. Tingkatan tunagrahita Menurut Smart ( 2012: 50) jenis anak tunagrahita yang diukur berdasarkan tinggi rendahnya kecerdasan inteligensi dengan menggunakan tes Stanford Binet dan skala wescheler (WISC) digolongkan menjadi empat golongan : a) Kategori ringan (Moron atau Debil) Menurut tes Binet yang dalam Smart (2012: 50) kategori ini memiliki IQ 69-55, pada kategori ini akan mengalami kesulitan dalam belajar. Dia sering tinggal kelas dibandingkan naik kelas. Walaupun begitu mereka dapat bergaul dan bekerja yang menggunakan skill saja. b) Kategori sedang (Imbesil) Menurut tes Binet dalam Smart (2012: 50) kategori ini memiliki IQ 54-40 pada penderita ini sering ditemukan kerusakan pada otak dan penyakit lainnya. Anak yang sudah masuk dalam kategori ini sulit sekali mempelajari pelajaran akademik akan tetapi mereka masih mempunyai potensi untuk mengurus dirinya sendiri dengan cara melatihnya secara rutin akan tetapi perlu diketahui bahwasanya dia membutuhkan pengawasan, pemeliharaan dan bantuan dari orang lain. c) Kategori berat (Severe) Menurut tes Binet dalam Smart (2012: 50) kategori ini memiliki IQ 39-25 pada penderita ini memiliki abnormalitas fisik bawaan dan kontrol sensorik motorik yang terbatas sehingga membuat hidupnya selalu bergantung kepada orang lain. Bahkan dia tidak bisa membedakan bahaya apa tidaknya sebuah benda. d) Kategori sangat berat (Profound) Menurut tes Binet dalam Smart (2012: 50) kategori ini memiliki IQ dibawah 24 banyak penderita ini mengalami cacat fisik atau kerusakan saraf. C. HASIL OBSERVASI Hasil observasi yang dilakukan oleh kelompok kami dengan objek observasi siswa yang bernama Ahmad Dai Robby, maka hasil hasil observasi kami laporkan sebagai mana yang ada antara, lain: a. Siswa awalnya lahir secara normal dan pada usia 5 bulan mengalami gejala step dan kemudian diikuti kejang-kejang tanpa ada tanda-tanda suhu tubuh yang tinggi, dan ketika sudah masuk TK siswa sering jatuh dari pohon. Pada saat TK orang tua siswa tersebut merasa anaknya lamban dalam belajar dan kemudian b. Karakter siswa : a. jahil pada temannya dalam kategori pada umum seusianya
  • 7. b. aktif ketika berkegiatan yang berhubungan dengan interaksi sosial dan aktif ketika disuruh aktifitas seperti gerakan badan c. kreatif d. sopan dalam bertutur kata, siswa tersebut cenderung jujur. e. jika berkomunikasi masih bisa nyambung. f. sering membantu orang lain yang membutuhkan bantuan, Kendala : a. pelajaran membaca dan berhitung agak susah dan kurang berminat bagi si objek, b. daya ingat cenderung susah tetapi jika berhubungan dengan musik atau nada cukup baik daripada temannya c. tidak ada teman yang sepadan atau partner dalam beraktifitas di sekolah, d. objek hanya butuh pembiasaan dalam melakukan belajar pembelajaran. Metode yang digunakan : Metode Drill Metode drill atau latihan merupakan metode pembelajaran yang digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari (Nasih, 2009:91). Ketangkasan dan keterampilam didapatkan dengan mengulang-ulang materi atau kemampuan yang ingin dicapai oleh siswa. Penerapan metode driil dalam pembelajaran memiliki beberapa keuntunga, diantaranya adalah:  Siswa akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai apa yang dipelajarinya.  Dapat menimbulkan rasa percaya diribahwa siswa yang berhasil belajarnya telah memiliki keterampilan yang akan berguna di kemudian hari.  Guru lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan mamna siswa yang disiplin dalam belajarnya serta mana yang kurang (Basyirudin Usman , 2005:87).