Sistem perencanaan kota Jepang sangat dipengaruhi oleh masa kekaisaran dan restorasi Meiji. Perencanaan dilakukan secara nasional, regional, dan kota. Perencanaan kota melibatkan partisipasi masyarakat (machizukuri) dan otonomi daerah (zenso).
2. KELOMPOK 2
1. ADIAHMAD IRFAN Z (19/443522/TK/48718)
2. ATHALLA NAUFALY S. (19/443530/TK/48726)
3. DINI DAVARISNAB (19/443533/TK/48729)
4. DIONIKA HAYU KURNIA F. (19/439590/TK/48320)
5. MUHAMMAD YUSUF KEMAL (19/443544/TK/48740)
6. HANIIFAH ARIANTI (19/439594/TK/48324)
7. QONIETA MAULIDYA (19/443547/TK/48743)
8. RIZKI DWI PUTRI (19/439599/TK/48329)
3. JEPANG
Maju karena teknologi dan kemakmuran
rakyatnya
Di sisi lain, dikritik karena memiliki morfologi dan tata
kota yang semrawut
Kebijakan Jepang dinilai sangat berbeda dengan kebijakan
yang diterapkan negara-negara barat terkait tatanan kota
dan sistem transportasinya
Sistem perencanaan jepang sangat
dipengaruhi oleh masa kekaisaran
jepang dan pada masa restorasi meiji
4. Dimulai dari Kepemimpinan Tokugawa Ieyasu
setelah mengalahkan Hideyori, pemimpin
penerus Hideyoshi yang wafatZAMAN
EDO
Banyak kebijakan kontroversial dari Periode
Edo ini salah satunya adalah menutup diri dari
bangsa luar kecuali perdagangan
dengan Belanda dan Cina.
Selain itu, berlakunya 4 tingkatan sosial:
Beberapa hal yang terjadi pada zaman Edo:
1. Terjadi pertumbuhan populasi
2. Integrasi ekonomi yang stabil
3. Budaya perkotaan dinamis
4. Masyarakat ikut berperan dalam
pengembangan kota
Samurai Petani Pengrajin Pedagang
(1603-1868)
5. Kyoto
Osaka
Osaka, pusat komersial dan
keuangan utama, dan Kyoto, ibukota
kekaisaran kuno dan pusat industri
seni dan kerajinan tradisional,
masing-masing adalah kota dengan
ratusan ribu penduduk. Tiga kota
utama ini biasanya disebut sebagai
santo (tiga kota metropolitan) dan
merupakan tiga pilar utama sistem
perkotaan di Jepang saat itu
Sistem perkotaan didominasi oleh pusat politik dan
administrasi Edo, yang pada abad kedelapan belas mungkin
merupakan kota terbesar di dunia dengan lebih dari satu
juta penduduk.
6. 17
Abad ke-
Distribusi spasial kota-kota benteng yang
direncanakan, yang telah menjadi pusat-
pusat kota utama, dan di dalamnya terdapat
kelas-kelas sosial
Dengan ratusan kota benteng baru, Jepang
membentuk jaringan perkotaan yang merata
di seluruh negeri dengan masing-masing
domain mengendalikan wilayah yang relatif
kecil.
Sistem tempat tinggal alternatif merangsang
pertumbuhan cepat Edo dengan
menciptakan populasi besar samurai yang
diambil dari domain di seluruh negeri.
7. Dalam kasus Edo, para pengikut termasuk daimyo yang
membawa pengiring mereka sendiri dan samurai dari
wilayah Tokugawa sendiri, yang sebagian besar diwajibkan
untuk tinggal di Edo
Sebagian perubahan didorong oleh:
2,5a b a d
Selama dua setengah abad pemerintahan
Tokugawa, kota-kota Jepang tumbuh dan
berubah sangat besar, dan struktur kota
berubah seiring dengan ukuran kota.
Pertimbangan militer tentang defensibilitas
Gagasan-gagasan yang berkembang tentang
pemisahan spasial samurai dan rakyat di kota-
kota benteng
Tekanan semata-mata dari pertumbuhan
populasi yang sangat besar dan ekspansi fisik.
8. KLASIFIKASI TATA RUANG KOTA
PERIODE EDO
Akan tetapi,
struktur
utama kota-
kota kastil
tersebut ada-
lah seperti ini.
1
2
3
Area umum
Kota Kuil
Kota Samurai
9. Area Umum1
Sistem pengukuran tanah tradisional Jepang
adalah menciptakan kotak balok berukuran sekitar
109 × 109m yang disebut ken.
Di daerah pedesaan dan di distrik Hatamoto di Edo,
setiap blok biasanya dibagi menjadi 12 bagian
berukuran 10 ken dengan 30 ken seperti yang
ditunjukkan pada blok "A" di atas. Blok "B"
menunjukkan metode pembagian yang paling
umum di daerah machi di Edo di mana kedalaman
lot normal adalah 20 ken, sehingga membagi blok
standar menjadi tiga. Blok "C" menunjukkan contoh
aktual dari area Nihonbashi di pusat Edo.
10. Kota Kuil2
Distrik yang menghadap kuil biasanya
mengembangkan bentuk perkotaan
yang khas, di mana Asakusa dan
Gokokuji saat ini di Tokyo, atau Zenkoji
di Nakano.
Kuil dan tempat suci dengan jalan
lurus panjang yang mengarah melalui
gerbang utama kompleks ke
bangunan utama kuil, yang
cenderung membentuk struktur di
kemudian hari.
(Asakusa, Tokyo)
11. Kota Samurai3
Pola keseluruhan pengembangan perkotaan daerah
samurai disusun oleh tiga faktor utama:
1. Topografi,
2. jaringan jalan dasar, dan
3. perkebunan daimyo besar.
Menempati area terbesar, sekitar dua pertiga dari
total wilayah Edo dengan kepadatan populasi
hingga seperempat dari mereka yang ada di
wilayah yang lebih umum.
Terbentang sekitar 5 kilometer dari kastil Edo
12. ZAMAN
MEIJI
a/
zaman pemerintahan Kaisar Jepang di
bawah kepemimpinan Kaisar Meiji.
Jepang bergerak maju hingga menjadi
bangsa yang modern yang sejalan
dengan arti kata Meiji itu sendiri, yakni
“yang berpikiran cerah”
50tahun
Terjadi perubahan di berbagai
bidang industri, pemerintahan,
pendidikan, maupun militer.
Gerakan Pembaharuan yang
dipelopori oleh kaisar Mustsuhito
atau kaisar Meiji tersebut
bernama Restorasi Meiji.
Jepang yang sebelumnya
merupakan negara kuno dan miskin
yang terisolasi berubah menjadi
negara yang disegani di Asia Timur.
13. 30 Maret
1854
Dilatarbelakangi oleh
Perjanjian Shimoda yang
berisi bahwa pelabuhan
Suimoda dan Hakodate
dibuka untuk perdagangan
asing. Pembukaan dua
pelabuhan ini merupakan
awal dari masuknya
pengaruh luar ke wilayah
Jepang.
Pemberlakuan
Restorasi Meiji
1856
Dikeluarkan Townsend Harris
Agrement sebagai pembukaan
pelabuhan tahap kedua.
1858
1856 1860
14. 1866
14 Desember
1867
1868
1869
Kaisar Mutsuhito atau Kaisar Meiji Tenno
menjadi Kaisar Jepang menggantikan
Kaisar Osyahito dan membuka babak
baru kegemilangan Jepang Memindahkan ibu kota
pemerintahan dari Kyoto ke
Tokyo, menciptakan bendera
kebangsaan bernama
Hinomaru, dan menciptakan
lagu kebangsaan Kimigayo.
Selanjutnya ia melakukan
pembangunan besar-besaran
dengan teknologi modern
yang bertujuan untuk
mengejar ketertinggalan dari
bangsa-bangsa lain.
16. Fungsi : menyerap energi gempa dan
mengurangi gaya gempa rencana yang
dipikul elemen struktur. (peredam getar)
Keuntungan : membuat bangunan lebih
elastis dan mampu meredam guncangan
gempa sehingga diharapkan konstruksi
bangunan tidak rusak saat gempa
Teknologi lain yang berfungsi serupa FVD :
- Seismic bearing
- LUD (Lock Up Device)
- HIDAM (High Damping Device)
FVD banyak diterapkan di bangunan pencakar
langit di Jepang (Roponggi Hills Mori Tower, Tokyo
Skytree, Ark Hills Sengokuyama Mori Tower)
FVD (FLUID VISCOUS DAMPER)
17. V(I)CS Vehicle Information and
Communication System
Kota yang semakin padat membuat orang yang
berada di Jepang sangat tergantung pada peta
1996 Jepang mengembangkan VICS untuk
pertama kalinya
MEKANISME VICS
1. Mengumpulkan Informasi (Prefektural police headquarter,
road administrator)
2. Memproses dan Mengedit Informasi (VICS Center)
3. Menampilkan Informasi (FM Multiplex Broadcasting untuk
mendeteksi kemacetan, cuaca, ketersediaan parkir, Radio
Wave Beacon (Expressways), dan Infrared Beacon)
19. MAOUDC
(Metropolitan
Area Outer
Underground
Discharge
Channel)
5 Pipa vertical dengan tinggi 70 m dan
diameter 30 m
Terowongan sebagai penghubung
berdiameter 10 m dengan panjang
6,3 km
Dibangun di Prefektur Saitama dengan
MEKANISME :
- Air dari seluruh kota akan mengalir
melalui pipa vertikal dan kemudian
terowongan
- Sebelum masuk sungai, air melalui
tangki pengontrol kekuatan air dan
menyesuaikan tekanan air.
- Air dibuang ke sungai Edo 200 kubik
per detik
- Air mengalir ke laut
20. RURIDEN
COLUMBARIUM
Terletak di Haramachi, Shinjuku, Tokyo. Dioperasikan
oleh Kuil Buddha Koukokuji, berisi 2.046 altar futuristik
dengan patung Buddha kristal yang diterangi LED
yang sesuai dengan laci tempat penyimpanan abu.
Pengunjung
menggunakan IC Card
dengan chip tertanam
untuk masuk ke dalam
gedung dan menyalakan
lampu yang akan
menandakan altar
Buddha dengan abu
seseorang yang
dikunjungi.
Dibutuhkan konsep
pemakaman yang
tidak membutuhkan
lahan. Trend di Jepang
saat ini orang telah
mempersiapkan /
memesan makam
sebelum meninggal
21. SISTEM PERENCANAAN
JEPANG
1. PERENCANAAN NASIONAL
Rencana Pembangunan Nasional
Komprehensif (RPNK)
2. PERENCANAAN REGIONAL
3. PERENCANAAN PEMBANGUNAN KOTA
a. Machizukuri (perencanaan partisipatif)
b. Zenso (otonomi daerah)
c. Monozukuri (perencanaan tunggal)
22. Tujuan : Mengurangi
konsentrasi penduduk
pada daerah metropolitan
pasca revolusi industri
Rencana : konsep Growth
Pole/kutub pertumbuhan
untuk mendorong
perkembangan kota-kota
industri jauh dari kota
metropolis yang telah ada.
Rencana Pembangunan
Nasional Komprehensif (RPNK)
Didasari oleh Comprehensive National Land Development Act
dan ditetapkan oleh Perdana Menteri tahun 1950.
1962
Tujuan : Melanjutkan
Rencana Pertama
Rencana: membangun jaringan
telekomunikasi, transportasi
bermotor dan sistem Shinkansen
(kereta cepat) di seluruh wilayah
Jepang serta melanjutkan upaya
relokasi industri dari daerah
padat (removal areas) ke daerah
yang kurang berkembang atau
disebut “promotion areas”.
1969
Tujuan: Meningkatkan
kualitas hidup masyarakat.
Rencana: menetapkan skema
yang dilaksanakan dalam
bentuk proyek-proyek
pembangunan yang
komprehensif untuk tempat
tinggal manusia atau
“comprehensive
development projects for
human habitation”
1979
23. Tujuan: Mengedepankan
pada National Capital Region
(NCR) dan peran positifnya
dalam pengembangan
Jepang secara keseluruhan.
Rencana: Pembagian jepang
menjadi 2 daerah NCR, yakni
Area Tokyo Metropolitan dan
“Daerah Luar” atau “Outer
Areas”.
1989-2000
Tujuan: untuk mencapai kemandirian
daerah dan penciptaan Tanah
Nasional Indah (Promotion of Regional
Independence and Creation of
Beautiful National Land).
Rencana: “Grand Design For the 21st
Century” dengan menekankan pada
keseimbangan pembangunan dengan
tujuan akhirnya penghapusan
kesenjangan sosial ekonomi
2000-Sekarang
24. PERENCANAAN REGIONAL
Hokkaido
Tohoku
Chubu
Chugoku
Kinki
Shikoku
Kyushu
Secara umum dibagi menjadi 8 region dan terdapat
3 daerah metropolitan terbesar – Ibukota Nasional
(Tokyo), Kinki (Osaka-Kobe-Kyoto), dan Chubu
(Nagoya) Kawasan.
Rencana National Capital Region (NCR) dan Daerah
Kinki berisi kebijakan strategis; kontrol lokasi
industri di wilayah pusat pembangunan,
pengembangan situs industri di daerah pinggiran
kota, rencana kota baru dalam skala besar, dan
pembangunan jaringan jalan motor metropolitan.Kanto
Industrial Relocation Promotion Act of 1972,
menentukan daerah mana industri yang harus
direlokasi dan memberikan bantuan keuangan
khusus dan insentif pajak.
25. PERENCANAAN
PEMBANGUNAN KOTA
Dasar: UU Perencanaan Kota tahun 1968:
• Effective land-use control
• Functional city planning areas
• Delegation power to local government
Wewenang perencanaan kota dipegang oleh
Menteri Konstruksi (1919). Namun sejak 1968
wewenang diberikan pada Gubernur Prefektur.
Perencanaan Kota diputuskan oleh otoritas lokal
kota, kota dan desa, dan oleh Gubernur Prefektur
26. Draft rencana
asli disusun
Implementasi
rencana final
Dijelaskan pada
publik
Dibuka sesi “Opini
Publik Kota”
Usulan rencana
kota
Diumumkan pada
publik
Pengajuan
pendapat tertulis
dari masyarakat
Konfirmasi pada
DPD, persetujuan
Menteri
Konstruksi
Machizukuri 町づ
くり
(partisipasi masyarakat dalam perencanaan kota)
Kelebihan : meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap hasil pembangunan,
menghindarkan konflik, dan memperkuat efek positif pembangunan
Kekurangan : membutuhkan waktu yang lebih lama daripada teknik top-down.
Mencakup 3 sektor kehidupan masyarakat: pendidikan sosial, pembangunan komunitas
lokal, dn pembangunan lingkungan.
Contoh : Kobe City Machizukuri Ordinance
27. Zenkoku Sogo Kaihatsu
(Zenso)
Pemerintah daerah diberi keleluasaan untuk
mengembangkan daerahnya. Hal ini
diwujudkan dalam skema desentralisasi yang
disebut Zenkoku Sogo Kaihatsu Kaikaku atau
lebih dikenal dengan zenso.
Sasaran utama : upaya pembangunan merata
lewat pemberdayaan dan pengembangan
potensi daerah masing-masing untuk
pembangunan ekonomi daerah yang
semuanya terjalin dalam satu konsep wide-
area life zones.
(Perwujudan dari otonomi daerah)
28. membentuk multi-polar nation yang tersebar.
Zenso diwujudkan dalam 4 (empat) tahapan program
pembangunan, yaitu:
menekankan konsep pembangunan fisik pada
penyebaran industri-industri
pembangunan difokuskan pada pengembangan
new nationwide networks seperti
telekomunikasi, transportasi udara, kereta
ekspres (shinkansen), highways, pelabuhan laut
dan sebagainya, serta pembangunan industri-
industri berskala besar.
Fokus pembangunan bergeser kepada pentingnya
memperhatikan dan memperjuangkan kualitas
hidup masyarakat.
Zenso I
(1962-1967)
Zenso II
(1969-1975)
Zenso III
(1977-1985)
Zenso IV
(1987-2000)
29. (perencanaan tunggal)Monozukuri
Tujuan : mencari solusi terhadap setiap
permasalahan yang dihadapi sekonkrit, secepat,
setepat, dan semandiri mungkin.
Pembangunan Kota Kitakata
salah satu kota yang berada di prefektur Fukushima yang berbasis pada agrowisata.
Pemerintah membuat suatu guideline untuk lansekap kota yang harus dipatuhi oleh seluruh
warga kota. Beberapa bentuk guideline lansekap tersebut adalah warna yang serasi sesuai
kondisi sekitar, penutupan dengan tanaman, dan sebagainya
Pembangunan SkyTree Tower
Latar belakang : terganggunya gelombang penyiaran televisi akibat banyaknya bangunan-
bangunan tinggi di Tokyo. Pihak Tobu Group, pihak swasta membangun Tokyo Skytree Tower,
mengajukan kepada pemerintah untuk membangun tower tersebut guna mengefektifkan
sumber daya pariwisata di sepanjang Tobu railway lines, yakni area Nikkou-Kinugawa, Minami
Aizu, Tochigi, dan Ryomo. Pihak pemerintah menerima pengajuan tersebut dengan
pertimbangan keseimbangan pembangunan.
30. UU Perencanaan Kota tahun 1968 di
Jepang yang mengatur tentang
Effective land-use control, Functional
city planning areas, dan Delegation of
power to local governments sangat
dibutuhkan
KELEBIHAN SISTEM
PERENCANAAN JEPANG
Masterplan kota di Jepang
umumnya berjangka pendek dan
sering direvisi
Perencanaan kota di Jepang
terbagi menjadi dua daerah yaitu
Urbanisasi Promoting Area dan
daerah terbatas urbanisasi yang
memudahkan pemerintah
mengatasi permasalahan
berkaitan dengan struktur dan
fungsi kota akibat urbanisasi dan
pertumbuhan penduduk.
Memiliki rencana induk kota
Melakukan pendekatan bottom-up
yang dinilai lebih fleksibel
31. KEKURANGAN SISTEM
PERENCANAAN JEPANG
Rencana Nasional yang bersifat
akselerasi pembangunan dinilai
sudah tidak efisien lagi dikarenakan
negara maju seperti Jepang
mengatakan lebih penting
keamanan dan keselematan
dibandingkan pertumbuhan
pembangunan
Konsep TOD yang dilaksanakan di
negara Jepang membuat harga
tanah di sekitar stasiun menjadi
sangat tinggi hingga 5,5 kali lipat
pendapatan tahunan pekerja di
Jepang.
33. Diadaptasi untuk
bentuk geografis
Jepang
Sifat dari Arsitektur Jepang:
• Memiliki sifat ringan dan halus
• Konstruksi kayu lebih menonjol dan diolah
sangat halus dengan bentuk-bentuk lengkung
dan kesederhanaan.
• Bentuk bangunan diatur dalam simetris yang
seimbang.
• Arsitektur tanaman, naturalis dan tidak dapat
dipisahkan dengan design bangunan (satu
kesatuan)
• Terlihat kesederhanaan bentuk dan garis.
• Pada pengolahan taman lebih wajar, dan tidak
banyak pengolahan tangan manusia (lebih
wajar)
• Penghematan terhadap ruang lebih terlihat.
• Sedikit penggunaan warna, kecendrungan ke
arah warna politur dan lak.
Karakteristik Arsitektur
Tradisional Jepang
Ciri estetika Jepang
kepolosan kelurusanKeseder-
hanaan
ketenangan
batin
Kepercayaan Orang Jepang
Harmoni Keseimbangan Keheningan
yang indah
35. Bentuk Arsitektur Dalam
Wajah Kota Jepang
Menurut Ohno (1982), rata-rata umur bangunan di
Jepang tidak lebih dari 30 tahun. Menurut
perhitungannya, setiap tahun di Jepang terdapat 1,5
hingga 1,6 juta rumah baru dibangun atau sama
dengan jumlah yang dibangun di Amerika Serikat
yang memiliki jumlah penduduk lebih besar dari
pada Jepang.
“Selalu ada tren
arsitektur terbaru
di setiap sudut kota Jepang”
36. Berdasarkan zona nya, sistem pemerintahan Jepang terdiri atas 3 bagian, yaitu:
1. Perencanaan Nasional, berupa RPNK
2. Perencanaan Regional
3. Perencanaan Pembangunan Kota
a. Machizukuri (perencanaan partisipatif)
b. Zenso (otonomi daerah)
c. Monozukuri (perencanaan tunggal)
KESIMPULAN
Sistem Pemerintahan Jepang yang berupa monarki / kekaisaran memengaruhi sistem
perencanaan kota nya. Zaman Edo dan zaman Meiji telah memiliki ciri pembangunan nya
tersendiri yang mana di setiap zaman tersebut terdapat suatu budaya yang melekat hingga
saat ini.
FVD, VICS, Digital Farming, MAOUDC, dan Ruriden Columbarium adalah beberapa contoh
teknologi yang dipakai Jepang dalam merencanakan kotanya.
37. Asya. (2015). ARSITEKTUR JEPANG. Academia.edu. Retrieved from
https://www.academia.edu/31968144/ARSITEKTUR_JEPANG
Editor. (n.d.). Kontemporer. Mengenal Gaya Arsitektur (6): Arsitektur Jepang. Retrieved from
http://kontemporer2013.blogspot.com/2013/09/gaya-arsitektur-jepang.html
Editor. 2013. World Class Underground Discharge Channel. Diakses dari web-japan.org
Editor. 2015. This Buddhist Temple Offers High-Tech Death Care In Japan. Diakses dari
www.popularmechanics.com
Editor. 2017. Learning from The Best: How the Japanese Earthquake-proof Their Buildings. Diakses dari
www.whatsnextcw.com
Ellisa, E., 2009. Realitas dan Tatanan Urban Kota-Kota di Jepang. Makara Human Behavior Studies in Asia, 13(2),
pp.131-140.
Hadi, M. 2019. Cara Jepang Atasi Banjir dengan Membangun Kanal Terbesar di Dunia. Diakses dari
www.ilmubeton.com
Hayni, Ria. 2011. Efektivitas Teknologi Damper dalam Mereduksi Respon Dinamik Akibat Beban Seismik
Josue. 2019. Why Japanese Agricultural Technology is the Most Advanced in The World Right Now
Prasetijaningsih, C., 2019. Ruang Terbuka Hijau dan Konsolidasi Lahan:Belajar dari Kota Kyoto Jepang. Jurnal
Inspirasi, 10(2), pp.122-125.
Rahmi, M. (2014, April). Academia.edu. Prinsip Monozukuri dalam Pembangunan Kota Layak Huni di Jepang.
Retrieved from
https://www.academia.edu/12639170/Prinsip_Monozukuri_dalam_Pembangunan_Kota_Layak_Huni_di_Jepang
Srinivas, H. (n.d.). gdrc. Japan: Overview of Planning. Retrieved from http://www.gdrc.org/uem/observatory/jp-
overview.html
Temenggung, Y., 2015. Perkembangan Esensi Perencanaan Pembangunan Indonesia dan Jepang. Jurnal
Witaradya, 2(1), pp.9-11.
Widyahartono, B. (2010, August 15). Antara News. "Zenso" (Otonomi Daerah) Jepang Sebagai Referensi.
Retrieved from https://www.antaranews.com/berita/216341/zenso-otonomi-daerah-jepang-sebagai-referensi
www.vics.or.jp
Yani, J. (n.d.). Academia.edu. PEMBANGUNAN NEGARA JEPANG SEBAGAI NEGARA MAJU. Retrieved from
https://www.academia.edu/8477487/PEMBANGUNAN_NEGARA_JEPANG_SEBAGAI_NEGARA_MAJU
REFERENSI