SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Hal     : Surat Pengantar

Kepada :
Yth. Redaksi Kedaulatan Rakyat

Dengan hormat,

Berikut ini saya kirimkan artikel untuk kolom ANALISIS Harian Kedaulatan Rakyat, sebelumnya saya
terangkan identitas saya:
Nama                          : Wahyu Yun Santosa, S.H., LL.M
Tempat/Tanggal lahir          : Cilacap, 21 Juni 1981
Alamat                        : Fakultas Hukum UGM Jl. Sosio Yustisia No.1 Bulaksumur Yogyakarta 55281
Telepon                       : 0815 7865 7800
Fax                           : (0274) 512781
Aktivitas                     : Dosen Hukum Lingkungan
Pendidikan Terakhir           : Master of Globalisation and Law Universiteit Maastricht, the Netherlands.

Besar harapan saya artikel ini bisa dimuat dalam kolom ANALISIS KR.

Demikian surat pengantar ini saya buat,
atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.



                                                                    Yogyakarta, 17 Februari 2011



                                                                        Wahyu Yun Santosa
ANALISIS
                               Ketidakpastian “Formula” Susu Formula




      Dua tahun lebih berlalu setelah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memenangkan gugatan David
Tobing atas Menteri Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta Institut Pertanian
Bogor dalam kasus susu formula yang ditengarai mengandung Enterobacter Sakazakii. Pun setelah
Mahkamah Agung menetapkan permohonan kasasi atas putusan ini, hingga Kamis, 17 Februari ini para
pihak yang ”dipaksa” pengadilan untuk mengumumkan kepada publik perihal hal ini pun masih terkesan
enggan.
      Keresahan publik mengenai susu formula mengandung bakteri yang dapat menyebabkan radang
usus pada bayi dan sekaligus berbahaya bagi otak bayi ini memang topik lama yang bersemi kembali.
Berawal dari hasil penelitian tim IPB atas 22 sampel merek susu formula yang ada di pasaran pada
kisaran tahun 2003-2006, dihasilkan kesimpulan bahwa sampel tersebut mengandung bakteri E.
Sakazakii. Temuan ini pun bergulir ke masyarakat dan menimbulkan keresahan masyarakat, kaum ibu
pada khususnya, akan keamanan susu formula yang dikonsumsi oleh bayi mereka.
      Sekian lama polemik ini bergulir di publik, tanpa ada satupun ketegasan upaya dan langkah tegas
dari pemerintah dalam hal kebijakan menyikapi hal ini. Baik dari pihak peneliti IPB, Menteri Kesehatan,
maupun BPOM sama-sama bergeming untuk tidak mengumumkan kepada publik (public disclosure)
tentang temuan tersebut. Bahkan saling tuduh antar pihak sempat terjadi. Setelah digugat oleh
masyarakat pada September 2008, isu ini pun menghilang tertutup Century dan Gayus. Kini setelah
kembali mengemuka, dan digelar Dengar Pendapat di DPR RI, Pemerintah masih tetap ”kekeh” untuk
tidak membocorkan nama-nama produsen susu formula, dengan dasar pertimbangan untung rugi. Toh,
berdasarkan penelitian ulang IPB pada tahun 2009, dari 42 sampel susu formula yang ada di pasaran,
bersih dari cemaran E. Sakazakii. Termasuk 22 sampel yang menjadi “biang heboh” isu ini.


Prinsip Kehatian-hatian
      Dasar pertimbangan untung-rugi yang digunakan Pemerintah memang bukan tidak beralasan. Hal
ini sesuai dengan pendekatan hukum yang diterapkan dalam aplikasi prinsip kehati-hatian
(precautionary principle). Dimana penerapan prinsip kehati-hatian dalam kebijakan publik perlu
mempertimbangkan aspek kemanfaatan dan kerugian (cost-benefit analysis) dari kebijakan tersebut.
Lantas apa itu precautionary principle?. Prinsip kehati-hatian merupakan salah satu prinsip hukum
lingkungan internasional yang diadopsi oleh the United Nations Conference on Human and Development
yang berlangsung di Rio de Janeiro Brazil tahun 1992 (Rio Declaration 1992). Prinsip ke 15 Deklarasi Rio
ini menyatakan bahwa “dalam hal terdapat ancaman yang serius bagi kesehatan publik atau ancaman
kerusakan lingkungan yang tidak tertanggulangi, ketiadaan bukti ilmiah yang kuat tidak bisa dijadikan
alasan untuk menunda pengambilan kebijakan atau langkah-langkah yang diperlukan oleh Negara”.
      Secara singkat hal ini dimaknai, meskipun bukti ilmiah tidak mendukung 100 %, namun dalam hal
ada risiko bahaya yang nyata, kebijakan publik wajib dikeluarkan untuk melindungi kesehatan
masyarakat. Identik dengan kasus susu formula di Indonesia. Adalah suatu kewajaran ketika masyarakat
resah karena ini terkait dengan kesehatan public dan mengharap kebijakan tegas. Namun yang terjadi
justru sebaliknya.
      Kementerian Kesehatan pada awal isu ini merebak, menyatakan bahwa kasus E. Sakazakii ini tidak
perlu dikhawatirkan karena bukti ilmiahnya tidak kuat. Pun, hanya terdapat 20 kasus di dunia. Dari 20
kasus ini pun disyaratkan adanya dua kondisi: penyajian tidak dalam kondisi steril dan gen bawaan bayi
untuk cedera otak. Alhasil, Pemerintah menyimpulkan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari
hasil penelitian IPB tersebut, selama susu formula untuk bayi disajikan dalam wadah yang steril dan
diseduh dengan air matang.
      Meskipun demikian, kebijakan untuk tidak mengumumkan merek susu formula yang diduga
terkontaminasi bakteri E. Sakazakii pada kurun 2003-2006, menjadi kontradiktif dengan prinsip kehati-
hatian ini. Indonesia telah mengadopsi prinsip ini dalam keikutsertaannya pada Konferensi Rio, bahkan
tertuang tegas di Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dalam pasal mengenai asas/prinsip yang diterapkan.
      Sandin (1999) dalam artikelnya yang berjudul “Dimensions of the Precautionary Principle”
mengatakan setidaknya terdapat empat unsur yang perlu diperhatikan di dalam penerapan prinsip ini.
Pertama mengenai keharusan adanya threshold atau ambang batas atau “batasan bahaya”. Pada
umumnya, batasan ini identik dengan tercapainya unsur “adanya kemungkinan bahaya yang nyata”
ataupun “berbahaya atau dapat membahayakan manusia atau lingkungan”.
      Unsur kedua adalah “keterbatasan kepastian ilmiah”. Keterbatasan atau ketidakpastian ilmiah ini
biasanya diidentikkan dengan tidak adanya bukti tegas untuk menghubungkan secara kausal antara
sebab dengan akibat. Unsur ketiga terkait dengan upaya yang perlu dilakukan. Biasanya hal ini
diwujudkan dalam upaya-upaya yang bersifat “menghindari” atau “mencegah” dari ancaman bahaya
yang mungkin ditimbulkan. Oleh karena itu, prinsip kehati-hatian sangat dekat ketersinggungannya
dengan prinsip pencegahan (principle of prevention).
      Unsur keempat dari penerapan prinsip kehati-hatian adalah status kebijakan yang diterapkan
untuk menghindari atau mencegah biaya tersebut. Elemen terakhir inilah yang menjadi kendala dalam
penerapan prinsip kehati-hatian pada sistem hukum nasional. Interpretasi hukum yang sering dilekatkan
lebih menyatakan bahwa “ketidakpastian ilmiah tidak menjustifikasi ketiadaan upaya pencegahan”.
Namun tidak menegaskan apakah upaya pencegahan tersebut bersifat wajib ataupun pilihan sesuai
pertimbangan pemerintah.
      Atas aras inilah, precautionary principle selayaknya diterapkan oleh Pemerintah untuk kasus E.
Sakazakii di susu formula. Sehingga dalam hal bukti ilmiah dirasa kurang mencukupi, kebijakan yang
tepat sebagai mekanisme pencegahan wajib diamanatkan oleh pemerintah dengan mempertimbangkan
alasan keamanan dan kesehatan publik.


Kesehatan Publik Lebih Utama
      Prinsip kehati-hatian cukup banyak penerapannya di Indonesia. Sebut saja kebijakan mengenai
SUTET, larangan impor daging sapi dari Amerika karena ancaman penyakit sapi gila, ataupun
pembatasan produk-produk impor yang masih diragukan kandungannya. Pun dalam kasus susu formula,
tegas kita katakan bahwa keresahan masyarakat ini harus diselesaikan dengan pendekatan asas kehati-
hatian.
      Tidak salah ketika Pemerintah enggan mengungkapkan merek dan produsen susu formula yang
terkontaminasi E. Sakazakii pada kisaran 2003-2006, dengan alasan saat ini tidak ada lagi produk
tersebut dan kekhawatiran imbasnya terhadap industri susu formula. Namun sangatlah tidak bijak ketika
kesehatan publik dipertaruhkan dengan alasan ini. Semestinya Pemerintah segera mengambil langkah
yang efektif untuk menyudahi kebimbangan masyarakat. Terlebih putusan kasasi yang menguatkan
perintah atas public disclosure pun telah dikeluarkan.
      Dalam hal kekhawatiran imbas pada industri susu formula, toh industri juga memiliki hak untuk
menjawab, mengklarifikasi, dan sekaligus menginformasikan kepada publik mengenai hal-hal terkait
keamanan pangan dari produk mereka. Kartu As pun kini ada di tangan Pemerintah. Apakah di tengah
himpitan ekonomi, masyarakat masih harus diresahkan dengan gizi bayi mereka. Ataukah ada langkah
cerdas dan berani untuk menyudahi ketidakpastian ini?.
Penulis:
Wahyu Yun Santosa
Staf Pengajar Bag. Hukum Lingkungan Fakultas Hukum UGM

More Related Content

What's hot

Makalah Media Sosial - ENSCHAi
Makalah Media Sosial - ENSCHAiMakalah Media Sosial - ENSCHAi
Makalah Media Sosial - ENSCHAiAlluka Tita
 
Karya ilmiah pergaulan bebas di kalangan remaja
Karya ilmiah pergaulan bebas di kalangan remajaKarya ilmiah pergaulan bebas di kalangan remaja
Karya ilmiah pergaulan bebas di kalangan remajaOperator Warnet Vast Raha
 
Pertanyaan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja
Pertanyaan mengenai keselamatan dan kesehatan kerjaPertanyaan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja
Pertanyaan mengenai keselamatan dan kesehatan kerjaRobi Ananda
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitianEndah Aibara
 
Jurnal Prosiding SemNas 2014 UNINDRA
Jurnal Prosiding SemNas 2014 UNINDRAJurnal Prosiding SemNas 2014 UNINDRA
Jurnal Prosiding SemNas 2014 UNINDRAYuli Haryanto
 
Keunggulan dan kelemahan penginderaan jauh
Keunggulan dan kelemahan penginderaan jauhKeunggulan dan kelemahan penginderaan jauh
Keunggulan dan kelemahan penginderaan jauhAlya Titania Annisaa
 
Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi
Indikator keberhasilan pembangunan ekonomiIndikator keberhasilan pembangunan ekonomi
Indikator keberhasilan pembangunan ekonomiPark Kyung
 
Peran Pemerintah Dalam Pengembangan Wilayah Pesisir - Prasetyo Sunario
Peran Pemerintah Dalam Pengembangan Wilayah Pesisir - Prasetyo SunarioPeran Pemerintah Dalam Pengembangan Wilayah Pesisir - Prasetyo Sunario
Peran Pemerintah Dalam Pengembangan Wilayah Pesisir - Prasetyo SunarioMudrikan Nacong
 
komunitas sebagai unit ekologi
komunitas sebagai unit ekologikomunitas sebagai unit ekologi
komunitas sebagai unit ekologirobinsyah putra
 
Mitigasi bencana kebakaran hutan jambi
Mitigasi bencana kebakaran hutan jambiMitigasi bencana kebakaran hutan jambi
Mitigasi bencana kebakaran hutan jambihenny ferniza
 
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
148516883 konsep-pengelolaan-pesisirAry Ajo
 
Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan
Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasanAncaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan
Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasanFirda Saadah
 
Contoh persentasi laporan PKL
Contoh persentasi laporan PKLContoh persentasi laporan PKL
Contoh persentasi laporan PKLFirman Sufiana
 

What's hot (20)

Makalah Media Sosial - ENSCHAi
Makalah Media Sosial - ENSCHAiMakalah Media Sosial - ENSCHAi
Makalah Media Sosial - ENSCHAi
 
Karya ilmiah pergaulan bebas di kalangan remaja
Karya ilmiah pergaulan bebas di kalangan remajaKarya ilmiah pergaulan bebas di kalangan remaja
Karya ilmiah pergaulan bebas di kalangan remaja
 
proposal beasiswa daerah
proposal beasiswa daerahproposal beasiswa daerah
proposal beasiswa daerah
 
Biodata penulis buku
Biodata penulis bukuBiodata penulis buku
Biodata penulis buku
 
Presentasi kebakaran hutan
Presentasi kebakaran hutanPresentasi kebakaran hutan
Presentasi kebakaran hutan
 
Pertanyaan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja
Pertanyaan mengenai keselamatan dan kesehatan kerjaPertanyaan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja
Pertanyaan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
UNI EROPA
UNI EROPAUNI EROPA
UNI EROPA
 
Jurnal Prosiding SemNas 2014 UNINDRA
Jurnal Prosiding SemNas 2014 UNINDRAJurnal Prosiding SemNas 2014 UNINDRA
Jurnal Prosiding SemNas 2014 UNINDRA
 
Keunggulan dan kelemahan penginderaan jauh
Keunggulan dan kelemahan penginderaan jauhKeunggulan dan kelemahan penginderaan jauh
Keunggulan dan kelemahan penginderaan jauh
 
8 BAB II Landasan Teori
8 BAB II Landasan Teori8 BAB II Landasan Teori
8 BAB II Landasan Teori
 
Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi
Indikator keberhasilan pembangunan ekonomiIndikator keberhasilan pembangunan ekonomi
Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi
 
Peran Pemerintah Dalam Pengembangan Wilayah Pesisir - Prasetyo Sunario
Peran Pemerintah Dalam Pengembangan Wilayah Pesisir - Prasetyo SunarioPeran Pemerintah Dalam Pengembangan Wilayah Pesisir - Prasetyo Sunario
Peran Pemerintah Dalam Pengembangan Wilayah Pesisir - Prasetyo Sunario
 
Pertanyaan presentasi
Pertanyaan presentasiPertanyaan presentasi
Pertanyaan presentasi
 
komunitas sebagai unit ekologi
komunitas sebagai unit ekologikomunitas sebagai unit ekologi
komunitas sebagai unit ekologi
 
Mitigasi bencana kebakaran hutan jambi
Mitigasi bencana kebakaran hutan jambiMitigasi bencana kebakaran hutan jambi
Mitigasi bencana kebakaran hutan jambi
 
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
 
Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan
Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasanAncaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan
Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (aght) bagi persatuan di perbatasan
 
Contoh persentasi laporan PKL
Contoh persentasi laporan PKLContoh persentasi laporan PKL
Contoh persentasi laporan PKL
 
konsep dasar fisika udara
konsep dasar fisika udarakonsep dasar fisika udara
konsep dasar fisika udara
 

Similar to Kesehatan Publik Lebih Penting dari Ekonomi dalam Kasus Susu Formula

Fakultas Kesehatan Masyarakat UI
Fakultas Kesehatan Masyarakat UIFakultas Kesehatan Masyarakat UI
Fakultas Kesehatan Masyarakat UIAgung Buana
 
PEDOMAN ORGANISASI TIM KESELAMATAN PASIEN RS,f.pdf
PEDOMAN ORGANISASI TIM KESELAMATAN PASIEN RS,f.pdfPEDOMAN ORGANISASI TIM KESELAMATAN PASIEN RS,f.pdf
PEDOMAN ORGANISASI TIM KESELAMATAN PASIEN RS,f.pdffifinoktaviani
 
Bahaya vaksin
Bahaya vaksinBahaya vaksin
Bahaya vaksinTn Jussuv
 
KESEHATAN MASYARAKAT AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
KESEHATAN MASYARAKAT AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGOKESEHATAN MASYARAKAT AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
KESEHATAN MASYARAKAT AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGOVeranica Widi
 
1) Pengantar_Kebijakan Kes_2021.pptx
1) Pengantar_Kebijakan Kes_2021.pptx1) Pengantar_Kebijakan Kes_2021.pptx
1) Pengantar_Kebijakan Kes_2021.pptxRahmadAdeIrawan
 
16_Kendali Jumlah Perokok Untuk Melindungi Kesehatan Perempuan
16_Kendali Jumlah Perokok Untuk Melindungi Kesehatan Perempuan16_Kendali Jumlah Perokok Untuk Melindungi Kesehatan Perempuan
16_Kendali Jumlah Perokok Untuk Melindungi Kesehatan Perempuansakuramochi
 
50 alasan untuk tidak memvaksinasi anak anda & konspirasi imunisasi
50 alasan untuk tidak memvaksinasi anak anda & konspirasi imunisasi50 alasan untuk tidak memvaksinasi anak anda & konspirasi imunisasi
50 alasan untuk tidak memvaksinasi anak anda & konspirasi imunisasiRizky Faisal
 
STRATEGI KOMUNIKASI FRISIAN FLAG DALAM MENGHADAPI BAKTERI Enterobacter Sakaz...
STRATEGI KOMUNIKASI FRISIAN FLAG DALAM MENGHADAPI  BAKTERI Enterobacter Sakaz...STRATEGI KOMUNIKASI FRISIAN FLAG DALAM MENGHADAPI  BAKTERI Enterobacter Sakaz...
STRATEGI KOMUNIKASI FRISIAN FLAG DALAM MENGHADAPI BAKTERI Enterobacter Sakaz...Evry Purrba
 
Isu Terkini Praktik Kebidanan EBV (1).pptx
Isu Terkini Praktik Kebidanan EBV (1).pptxIsu Terkini Praktik Kebidanan EBV (1).pptx
Isu Terkini Praktik Kebidanan EBV (1).pptxJulHendraZendrato
 
Modul 6 kb 2 asuhan neonatus dan bayi dengan oral trush dan diaper trush
Modul 6 kb 2   asuhan neonatus dan bayi dengan oral trush dan diaper trushModul 6 kb 2   asuhan neonatus dan bayi dengan oral trush dan diaper trush
Modul 6 kb 2 asuhan neonatus dan bayi dengan oral trush dan diaper trushpjj_kemenkes
 
Penambahan bahan plastik dalam proses penggorengan berdampak bagi kesehatan
Penambahan bahan plastik dalam proses penggorengan berdampak bagi kesehatanPenambahan bahan plastik dalam proses penggorengan berdampak bagi kesehatan
Penambahan bahan plastik dalam proses penggorengan berdampak bagi kesehatanasriss
 
ABORSI-pertemuan-4.docx
ABORSI-pertemuan-4.docxABORSI-pertemuan-4.docx
ABORSI-pertemuan-4.docxNurmaYanti40
 
Penyuluhan keluarga berencana (kb)
Penyuluhan keluarga berencana (kb)Penyuluhan keluarga berencana (kb)
Penyuluhan keluarga berencana (kb)DINI2015
 
Makalah pencegahan primer sekunder tersier
Makalah pencegahan primer sekunder tersierMakalah pencegahan primer sekunder tersier
Makalah pencegahan primer sekunder tersierMuhammad Iqbal
 

Similar to Kesehatan Publik Lebih Penting dari Ekonomi dalam Kasus Susu Formula (20)

Fakultas Kesehatan Masyarakat UI
Fakultas Kesehatan Masyarakat UIFakultas Kesehatan Masyarakat UI
Fakultas Kesehatan Masyarakat UI
 
Makalah kesehatan tentang kb
Makalah kesehatan tentang kbMakalah kesehatan tentang kb
Makalah kesehatan tentang kb
 
Makalah kesehatan tentang kb
Makalah kesehatan tentang kbMakalah kesehatan tentang kb
Makalah kesehatan tentang kb
 
PEDOMAN ORGANISASI TIM KESELAMATAN PASIEN RS,f.pdf
PEDOMAN ORGANISASI TIM KESELAMATAN PASIEN RS,f.pdfPEDOMAN ORGANISASI TIM KESELAMATAN PASIEN RS,f.pdf
PEDOMAN ORGANISASI TIM KESELAMATAN PASIEN RS,f.pdf
 
Bahaya vaksin
Bahaya vaksinBahaya vaksin
Bahaya vaksin
 
KESEHATAN MASYARAKAT AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
KESEHATAN MASYARAKAT AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGOKESEHATAN MASYARAKAT AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
KESEHATAN MASYARAKAT AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
 
1) Pengantar_Kebijakan Kes_2021.pptx
1) Pengantar_Kebijakan Kes_2021.pptx1) Pengantar_Kebijakan Kes_2021.pptx
1) Pengantar_Kebijakan Kes_2021.pptx
 
Epidemiologi Gizi.pdf
Epidemiologi Gizi.pdfEpidemiologi Gizi.pdf
Epidemiologi Gizi.pdf
 
Proposal saban AKBID PARAMATA RAHA
Proposal saban AKBID PARAMATA RAHA Proposal saban AKBID PARAMATA RAHA
Proposal saban AKBID PARAMATA RAHA
 
16_Kendali Jumlah Perokok Untuk Melindungi Kesehatan Perempuan
16_Kendali Jumlah Perokok Untuk Melindungi Kesehatan Perempuan16_Kendali Jumlah Perokok Untuk Melindungi Kesehatan Perempuan
16_Kendali Jumlah Perokok Untuk Melindungi Kesehatan Perempuan
 
50 alasan untuk tidak memvaksinasi anak anda & konspirasi imunisasi
50 alasan untuk tidak memvaksinasi anak anda & konspirasi imunisasi50 alasan untuk tidak memvaksinasi anak anda & konspirasi imunisasi
50 alasan untuk tidak memvaksinasi anak anda & konspirasi imunisasi
 
Makalah kesehatan tentang kb
Makalah kesehatan tentang kbMakalah kesehatan tentang kb
Makalah kesehatan tentang kb
 
STRATEGI KOMUNIKASI FRISIAN FLAG DALAM MENGHADAPI BAKTERI Enterobacter Sakaz...
STRATEGI KOMUNIKASI FRISIAN FLAG DALAM MENGHADAPI  BAKTERI Enterobacter Sakaz...STRATEGI KOMUNIKASI FRISIAN FLAG DALAM MENGHADAPI  BAKTERI Enterobacter Sakaz...
STRATEGI KOMUNIKASI FRISIAN FLAG DALAM MENGHADAPI BAKTERI Enterobacter Sakaz...
 
Isu Terkini Praktik Kebidanan EBV (1).pptx
Isu Terkini Praktik Kebidanan EBV (1).pptxIsu Terkini Praktik Kebidanan EBV (1).pptx
Isu Terkini Praktik Kebidanan EBV (1).pptx
 
Modul 6 kb 2 asuhan neonatus dan bayi dengan oral trush dan diaper trush
Modul 6 kb 2   asuhan neonatus dan bayi dengan oral trush dan diaper trushModul 6 kb 2   asuhan neonatus dan bayi dengan oral trush dan diaper trush
Modul 6 kb 2 asuhan neonatus dan bayi dengan oral trush dan diaper trush
 
Penambahan bahan plastik dalam proses penggorengan berdampak bagi kesehatan
Penambahan bahan plastik dalam proses penggorengan berdampak bagi kesehatanPenambahan bahan plastik dalam proses penggorengan berdampak bagi kesehatan
Penambahan bahan plastik dalam proses penggorengan berdampak bagi kesehatan
 
ABORSI-pertemuan-4.docx
ABORSI-pertemuan-4.docxABORSI-pertemuan-4.docx
ABORSI-pertemuan-4.docx
 
Penyuluhan keluarga berencana (kb)
Penyuluhan keluarga berencana (kb)Penyuluhan keluarga berencana (kb)
Penyuluhan keluarga berencana (kb)
 
Tia Maharani_Global Health Review
Tia Maharani_Global Health ReviewTia Maharani_Global Health Review
Tia Maharani_Global Health Review
 
Makalah pencegahan primer sekunder tersier
Makalah pencegahan primer sekunder tersierMakalah pencegahan primer sekunder tersier
Makalah pencegahan primer sekunder tersier
 

More from Wahyu Yuns

Materi MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta Kerja
Materi MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta KerjaMateri MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta Kerja
Materi MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta KerjaWahyu Yuns
 
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDALPerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDALWahyu Yuns
 
Buku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistem
Buku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistemBuku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistem
Buku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistemWahyu Yuns
 
PermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindung
PermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindungPermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindung
PermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindungWahyu Yuns
 
Rpkps hukum lingkungan spsil wys
Rpkps hukum lingkungan spsil wysRpkps hukum lingkungan spsil wys
Rpkps hukum lingkungan spsil wysWahyu Yuns
 
Lis klmpk hl e 18
Lis klmpk hl e 18Lis klmpk hl e 18
Lis klmpk hl e 18Wahyu Yuns
 
Role play 1904
Role play 1904Role play 1904
Role play 1904Wahyu Yuns
 
John knox report hre 2018
John knox report hre 2018John knox report hre 2018
John knox report hre 2018Wahyu Yuns
 
Rpkpm hk lingkungan
Rpkpm hk lingkunganRpkpm hk lingkungan
Rpkpm hk lingkunganWahyu Yuns
 
Artikel JPSL- Preventive Expenditure
Artikel JPSL- Preventive ExpenditureArtikel JPSL- Preventive Expenditure
Artikel JPSL- Preventive ExpenditureWahyu Yuns
 
Pp 46 tahun 2016 ttg klhs
Pp 46 tahun 2016 ttg klhsPp 46 tahun 2016 ttg klhs
Pp 46 tahun 2016 ttg klhsWahyu Yuns
 
Introduction Indonesian Environmental Law
Introduction Indonesian Environmental LawIntroduction Indonesian Environmental Law
Introduction Indonesian Environmental LawWahyu Yuns
 
Ekoling6. sistem managemen lingkungan
Ekoling6. sistem managemen lingkunganEkoling6. sistem managemen lingkungan
Ekoling6. sistem managemen lingkunganWahyu Yuns
 
Ekoling5. chap. ekolabelling
Ekoling5. chap. ekolabellingEkoling5. chap. ekolabelling
Ekoling5. chap. ekolabellingWahyu Yuns
 
Ekoling4. pedoman csr klh
Ekoling4. pedoman csr klhEkoling4. pedoman csr klh
Ekoling4. pedoman csr klhWahyu Yuns
 
Ekoling3. valuasi ekonomi sda-klh
Ekoling3. valuasi ekonomi sda-klhEkoling3. valuasi ekonomi sda-klh
Ekoling3. valuasi ekonomi sda-klhWahyu Yuns
 
critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013
 critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013 critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013
critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013Wahyu Yuns
 
introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013
introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013
introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013Wahyu Yuns
 
Pengelolaan lingkungan bandar udara
Pengelolaan lingkungan bandar udaraPengelolaan lingkungan bandar udara
Pengelolaan lingkungan bandar udaraWahyu Yuns
 
Peraturan ttg penilaian amdal 1113
Peraturan ttg penilaian amdal 1113Peraturan ttg penilaian amdal 1113
Peraturan ttg penilaian amdal 1113Wahyu Yuns
 

More from Wahyu Yuns (20)

Materi MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta Kerja
Materi MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta KerjaMateri MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta Kerja
Materi MenLHK Prescon Omnibus Law UU Cipta Kerja
 
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDALPerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
 
Buku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistem
Buku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistemBuku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistem
Buku pelestarian satwa untuk keseimbangan ekosistem
 
PermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindung
PermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindungPermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindung
PermenLHK P.20/2018 jenis tumbuhan satwa lindung
 
Rpkps hukum lingkungan spsil wys
Rpkps hukum lingkungan spsil wysRpkps hukum lingkungan spsil wys
Rpkps hukum lingkungan spsil wys
 
Lis klmpk hl e 18
Lis klmpk hl e 18Lis klmpk hl e 18
Lis klmpk hl e 18
 
Role play 1904
Role play 1904Role play 1904
Role play 1904
 
John knox report hre 2018
John knox report hre 2018John knox report hre 2018
John knox report hre 2018
 
Rpkpm hk lingkungan
Rpkpm hk lingkunganRpkpm hk lingkungan
Rpkpm hk lingkungan
 
Artikel JPSL- Preventive Expenditure
Artikel JPSL- Preventive ExpenditureArtikel JPSL- Preventive Expenditure
Artikel JPSL- Preventive Expenditure
 
Pp 46 tahun 2016 ttg klhs
Pp 46 tahun 2016 ttg klhsPp 46 tahun 2016 ttg klhs
Pp 46 tahun 2016 ttg klhs
 
Introduction Indonesian Environmental Law
Introduction Indonesian Environmental LawIntroduction Indonesian Environmental Law
Introduction Indonesian Environmental Law
 
Ekoling6. sistem managemen lingkungan
Ekoling6. sistem managemen lingkunganEkoling6. sistem managemen lingkungan
Ekoling6. sistem managemen lingkungan
 
Ekoling5. chap. ekolabelling
Ekoling5. chap. ekolabellingEkoling5. chap. ekolabelling
Ekoling5. chap. ekolabelling
 
Ekoling4. pedoman csr klh
Ekoling4. pedoman csr klhEkoling4. pedoman csr klh
Ekoling4. pedoman csr klh
 
Ekoling3. valuasi ekonomi sda-klh
Ekoling3. valuasi ekonomi sda-klhEkoling3. valuasi ekonomi sda-klh
Ekoling3. valuasi ekonomi sda-klh
 
critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013
 critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013 critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013
critical_issues_of_category_assignment_24_oct_2013
 
introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013
introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013
introduction_to_the_iucn_pa_management_categories_24_oct_2013
 
Pengelolaan lingkungan bandar udara
Pengelolaan lingkungan bandar udaraPengelolaan lingkungan bandar udara
Pengelolaan lingkungan bandar udara
 
Peraturan ttg penilaian amdal 1113
Peraturan ttg penilaian amdal 1113Peraturan ttg penilaian amdal 1113
Peraturan ttg penilaian amdal 1113
 

Kesehatan Publik Lebih Penting dari Ekonomi dalam Kasus Susu Formula

  • 1. Hal : Surat Pengantar Kepada : Yth. Redaksi Kedaulatan Rakyat Dengan hormat, Berikut ini saya kirimkan artikel untuk kolom ANALISIS Harian Kedaulatan Rakyat, sebelumnya saya terangkan identitas saya: Nama : Wahyu Yun Santosa, S.H., LL.M Tempat/Tanggal lahir : Cilacap, 21 Juni 1981 Alamat : Fakultas Hukum UGM Jl. Sosio Yustisia No.1 Bulaksumur Yogyakarta 55281 Telepon : 0815 7865 7800 Fax : (0274) 512781 Aktivitas : Dosen Hukum Lingkungan Pendidikan Terakhir : Master of Globalisation and Law Universiteit Maastricht, the Netherlands. Besar harapan saya artikel ini bisa dimuat dalam kolom ANALISIS KR. Demikian surat pengantar ini saya buat, atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih. Yogyakarta, 17 Februari 2011 Wahyu Yun Santosa
  • 2. ANALISIS Ketidakpastian “Formula” Susu Formula Dua tahun lebih berlalu setelah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memenangkan gugatan David Tobing atas Menteri Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta Institut Pertanian Bogor dalam kasus susu formula yang ditengarai mengandung Enterobacter Sakazakii. Pun setelah Mahkamah Agung menetapkan permohonan kasasi atas putusan ini, hingga Kamis, 17 Februari ini para pihak yang ”dipaksa” pengadilan untuk mengumumkan kepada publik perihal hal ini pun masih terkesan enggan. Keresahan publik mengenai susu formula mengandung bakteri yang dapat menyebabkan radang usus pada bayi dan sekaligus berbahaya bagi otak bayi ini memang topik lama yang bersemi kembali. Berawal dari hasil penelitian tim IPB atas 22 sampel merek susu formula yang ada di pasaran pada kisaran tahun 2003-2006, dihasilkan kesimpulan bahwa sampel tersebut mengandung bakteri E. Sakazakii. Temuan ini pun bergulir ke masyarakat dan menimbulkan keresahan masyarakat, kaum ibu pada khususnya, akan keamanan susu formula yang dikonsumsi oleh bayi mereka. Sekian lama polemik ini bergulir di publik, tanpa ada satupun ketegasan upaya dan langkah tegas dari pemerintah dalam hal kebijakan menyikapi hal ini. Baik dari pihak peneliti IPB, Menteri Kesehatan, maupun BPOM sama-sama bergeming untuk tidak mengumumkan kepada publik (public disclosure) tentang temuan tersebut. Bahkan saling tuduh antar pihak sempat terjadi. Setelah digugat oleh masyarakat pada September 2008, isu ini pun menghilang tertutup Century dan Gayus. Kini setelah kembali mengemuka, dan digelar Dengar Pendapat di DPR RI, Pemerintah masih tetap ”kekeh” untuk tidak membocorkan nama-nama produsen susu formula, dengan dasar pertimbangan untung rugi. Toh, berdasarkan penelitian ulang IPB pada tahun 2009, dari 42 sampel susu formula yang ada di pasaran, bersih dari cemaran E. Sakazakii. Termasuk 22 sampel yang menjadi “biang heboh” isu ini. Prinsip Kehatian-hatian Dasar pertimbangan untung-rugi yang digunakan Pemerintah memang bukan tidak beralasan. Hal ini sesuai dengan pendekatan hukum yang diterapkan dalam aplikasi prinsip kehati-hatian (precautionary principle). Dimana penerapan prinsip kehati-hatian dalam kebijakan publik perlu mempertimbangkan aspek kemanfaatan dan kerugian (cost-benefit analysis) dari kebijakan tersebut.
  • 3. Lantas apa itu precautionary principle?. Prinsip kehati-hatian merupakan salah satu prinsip hukum lingkungan internasional yang diadopsi oleh the United Nations Conference on Human and Development yang berlangsung di Rio de Janeiro Brazil tahun 1992 (Rio Declaration 1992). Prinsip ke 15 Deklarasi Rio ini menyatakan bahwa “dalam hal terdapat ancaman yang serius bagi kesehatan publik atau ancaman kerusakan lingkungan yang tidak tertanggulangi, ketiadaan bukti ilmiah yang kuat tidak bisa dijadikan alasan untuk menunda pengambilan kebijakan atau langkah-langkah yang diperlukan oleh Negara”. Secara singkat hal ini dimaknai, meskipun bukti ilmiah tidak mendukung 100 %, namun dalam hal ada risiko bahaya yang nyata, kebijakan publik wajib dikeluarkan untuk melindungi kesehatan masyarakat. Identik dengan kasus susu formula di Indonesia. Adalah suatu kewajaran ketika masyarakat resah karena ini terkait dengan kesehatan public dan mengharap kebijakan tegas. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Kementerian Kesehatan pada awal isu ini merebak, menyatakan bahwa kasus E. Sakazakii ini tidak perlu dikhawatirkan karena bukti ilmiahnya tidak kuat. Pun, hanya terdapat 20 kasus di dunia. Dari 20 kasus ini pun disyaratkan adanya dua kondisi: penyajian tidak dalam kondisi steril dan gen bawaan bayi untuk cedera otak. Alhasil, Pemerintah menyimpulkan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari hasil penelitian IPB tersebut, selama susu formula untuk bayi disajikan dalam wadah yang steril dan diseduh dengan air matang. Meskipun demikian, kebijakan untuk tidak mengumumkan merek susu formula yang diduga terkontaminasi bakteri E. Sakazakii pada kurun 2003-2006, menjadi kontradiktif dengan prinsip kehati- hatian ini. Indonesia telah mengadopsi prinsip ini dalam keikutsertaannya pada Konferensi Rio, bahkan tertuang tegas di Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam pasal mengenai asas/prinsip yang diterapkan. Sandin (1999) dalam artikelnya yang berjudul “Dimensions of the Precautionary Principle” mengatakan setidaknya terdapat empat unsur yang perlu diperhatikan di dalam penerapan prinsip ini. Pertama mengenai keharusan adanya threshold atau ambang batas atau “batasan bahaya”. Pada umumnya, batasan ini identik dengan tercapainya unsur “adanya kemungkinan bahaya yang nyata” ataupun “berbahaya atau dapat membahayakan manusia atau lingkungan”. Unsur kedua adalah “keterbatasan kepastian ilmiah”. Keterbatasan atau ketidakpastian ilmiah ini biasanya diidentikkan dengan tidak adanya bukti tegas untuk menghubungkan secara kausal antara sebab dengan akibat. Unsur ketiga terkait dengan upaya yang perlu dilakukan. Biasanya hal ini diwujudkan dalam upaya-upaya yang bersifat “menghindari” atau “mencegah” dari ancaman bahaya
  • 4. yang mungkin ditimbulkan. Oleh karena itu, prinsip kehati-hatian sangat dekat ketersinggungannya dengan prinsip pencegahan (principle of prevention). Unsur keempat dari penerapan prinsip kehati-hatian adalah status kebijakan yang diterapkan untuk menghindari atau mencegah biaya tersebut. Elemen terakhir inilah yang menjadi kendala dalam penerapan prinsip kehati-hatian pada sistem hukum nasional. Interpretasi hukum yang sering dilekatkan lebih menyatakan bahwa “ketidakpastian ilmiah tidak menjustifikasi ketiadaan upaya pencegahan”. Namun tidak menegaskan apakah upaya pencegahan tersebut bersifat wajib ataupun pilihan sesuai pertimbangan pemerintah. Atas aras inilah, precautionary principle selayaknya diterapkan oleh Pemerintah untuk kasus E. Sakazakii di susu formula. Sehingga dalam hal bukti ilmiah dirasa kurang mencukupi, kebijakan yang tepat sebagai mekanisme pencegahan wajib diamanatkan oleh pemerintah dengan mempertimbangkan alasan keamanan dan kesehatan publik. Kesehatan Publik Lebih Utama Prinsip kehati-hatian cukup banyak penerapannya di Indonesia. Sebut saja kebijakan mengenai SUTET, larangan impor daging sapi dari Amerika karena ancaman penyakit sapi gila, ataupun pembatasan produk-produk impor yang masih diragukan kandungannya. Pun dalam kasus susu formula, tegas kita katakan bahwa keresahan masyarakat ini harus diselesaikan dengan pendekatan asas kehati- hatian. Tidak salah ketika Pemerintah enggan mengungkapkan merek dan produsen susu formula yang terkontaminasi E. Sakazakii pada kisaran 2003-2006, dengan alasan saat ini tidak ada lagi produk tersebut dan kekhawatiran imbasnya terhadap industri susu formula. Namun sangatlah tidak bijak ketika kesehatan publik dipertaruhkan dengan alasan ini. Semestinya Pemerintah segera mengambil langkah yang efektif untuk menyudahi kebimbangan masyarakat. Terlebih putusan kasasi yang menguatkan perintah atas public disclosure pun telah dikeluarkan. Dalam hal kekhawatiran imbas pada industri susu formula, toh industri juga memiliki hak untuk menjawab, mengklarifikasi, dan sekaligus menginformasikan kepada publik mengenai hal-hal terkait keamanan pangan dari produk mereka. Kartu As pun kini ada di tangan Pemerintah. Apakah di tengah himpitan ekonomi, masyarakat masih harus diresahkan dengan gizi bayi mereka. Ataukah ada langkah cerdas dan berani untuk menyudahi ketidakpastian ini?.
  • 5. Penulis: Wahyu Yun Santosa Staf Pengajar Bag. Hukum Lingkungan Fakultas Hukum UGM