Tulisan ini membahas penggunaan pulsa untuk transaksi layanan non-inti operator seperti konten premium. Saat ini pulsa dianggap sama dengan uang tunai yang dapat digunakan untuk berlangganan konten, meski Bank Indonesia melarangnya. Tulisan ini menyarankan penggunaan layanan TCASH operator sebagai pengganti pulsa untuk transaksi tersebut, sesuai peraturan. Dengan TCASH, operator dapat mendapat pendapatan baru seperti komisi transaksi
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
Pulsa = Rupiah?
1. Pulsa = Rupiah ?
Oleh: H. Wahidi
Istilah voucher atau isi ulang (recharge/top-up) dalam telekomunikasi selular khususnya kartu
prabayar (prepaid) telah dikenal luas. Masyarakat pemakai kartu prabayar telah terbiasa membeli
voucher dan melakukan isi ulang untuk menambah pulsa yang akan digunakannya untuk menelpon,
mengirim pesan singkat (SMS), mengakses data/internet maupun layanan telekomunikasi lainnya.
Dalam perkembangannya, nilai yang tercantum dalam suatu pulsa dianggap memiliki nilai tertentu
layaknya mata uang yang dapat digunakan dalam suatu transaksi. Dari pemahaman inilah banyak
pihak ketiga menawarkan kepada penyelenggara telekomunikasi (operator) dengan berbagai
layanan untuk dijual kepada pelanggan. Kemudian pihak ketiga tersebut meminta bagian dari hasil
penjualan (revenue sharing) kepada operator sesuai proporsi tertentu yang disepakati.
Tulisan berikut ini akan mengulas suatu gambaran dan wacana mengenai penggunaan pulsa untuk
suatu transaksi layanan yang di luar bisnis inti operator (non-core). Pengertian layanan non-core ini
khususnya yang berasal dari pihak ketiga dengan konsep bagi hasil, seperti konten premium.
Kita awali dari jual beli voucher, mulai dari operator selular ke jaringan penjual (dealer s.d. outlet)
sampai ke pelanggan sebagaimana tergambar dalam ilustrasi sederhana berikut ini:
Misalkan operator selular menerbitkan dan menjual voucher seharga Rp10.000 dengan nilai pulsa
10.000 (biasa ditulis 10k). Voucher tersebut didistribusikan melalui jaringan penjual, mulai dari
dealer sampai dengan outlet. Karena pelanggan membelinya sesuai harga bandrol, Rp10.000,
tentunya penjual juga membelinya dari operator dengan harga pokok yang lebih rendah misalkan
sebesar Rp9.500.
Dari transaksi jual beli voucher ini, maka operator, penjual dan pelanggan akan mendapatkan:
Penjual mendapatkan marjin sebesar Rp500 (5% dari harga jual). Namun marjin sebesar itu
terdistribusi pada sejumlah penjual, umumnya mereka mendapatkan marjin sebesar 1%-2%
saja;
Dealer
s.d. Outlet
Operator
Selular
Pelanggan
Voucher
10k
Voucher
10k
Pulsa 10k
Pembelian
Rp10.000
Harga Pokok
Rp9.500
Usage
(Voice,SMS,Data)
10k
Cash Flow
Rp9.500
Revenue
Rp10.000
Marjin
Rp500 (5%)
2. Pelanggan mendapatkan isi ulang senilai Rp10.000 yang dapat digunakan (usage) untuk
menelpon, misalkan dengan mengaktifkan layanan TalkMania, bicara seharian siang-malam
seharga Rp5.000 (@Rp2.500) dan Rp5.000 untuk InternetMania unlimited seharian;
Operator mendapatkan uang masuk (cash-in) sebesar Rp9.500 dari penjualan dan
mengklaim pendapatan (revenue) senilai Rp10.000 dari usage pelanggan. Catatan: untuk
menyederhanakan simulasi tersebut aspek pajak belum diperhitungkan.
Bagaimana bilamana pulsa dianggap sebagai alat pembayaran dan dapat digunakan untuk transaksi
layanan non-core? Bagaimana bila Content Provider (CP) menawarkan kerja-sama konten premium
dengan operator? Apa yang akan terjadi, seperti berita yang masih hangat tentang “sedot pulsa”?
Misalkan CP bekerjasama dengan operator dengan bagi hasil 50:50. Kemudian CP mengirim SMS
premium kepada pelanggan dengan tarif Rp2.000/SMS. Maka dengan 5 kali pengiriman maka
habislah pulsa Rp10.000 yang dimiliki pelanggan. Sebagai gambarannya dapat dilihat pada ilustrasi
berikut ini:
Bila ternyata pelanggan merasa tidak berlangganan, maka pulsanya akan hilang sebesar Rp10.000.
Yang seharusnya dengan pulsa tersebut pelanggan dapat menikmati layanan TalkMania dan
InternetMania.
Demikian pula operator, walau sekilas pendapatannya tidak berkurang, revenue yang dibukukan
tetap Rp10.000 namun cash-flow berkurang. Sebelumnya operator menerima cash-in sebesar
Rp9.500 dari penjual (cash-out pembelian voucher). Namun kemudian operator harus membayar
(cash-out) kepada CP sebesar Rp5.000, sehingga saldo kas menjadi hanya Rp4.500, berkurang drastis
50% lebih atau hanya 45% dari nilai voucher.
Sedangkan CP akan menerima bagi hasil sebesar Rp5.000, atau 50% dari nilai voucher. Walaupun CP
tanpa mengeluarkan kas (cash out) sedikit pun kepada operator. Tidak seperti penjual yang
mengeluarkan kas untuk membeli voucher. Namun penjual voucher hanya menerima marjin sekitar
1% - 2% saja dari nilai voucher.
Dealer
s.d.Outlet
Operator
Selular
Pelanggan
Content
Provider
Voucher
10k
Voucher
10k
Pulsa10k
Revenue
Rp10.000
Pembelian
Rp10.000
Harga Beli
Rp9.500
Konten premium
Rp10.000
Cash-out
Rp5.000
Cash Flow
Rp9.500 Rp5.000
Rp4.500 (45%)
Cash-in
Rp5.000 (50%)
Marjin
Rp500 (5%)
3. Hal ini terjadi karena dalam bisnis konten tersebut pulsa dianggap sama dengan rupiah yang dapat
menjadi alat pembayaran untuk transaksi konten. Padahal Bank Indonesia telah menegaskan bahwa
pulsa tidak dapat digunakan sebagai alat bayar sebagaimana yang telah di atur dalam Peraturan
Bank Indonesia Nomor: 7/52/PBI/2005 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan
Menggunakan Kartu.
Menurut peraturan tersebut operator dapat memberikan layanan Kartu Prabayar di mana pelanggan
menyetorkan terlebih dahulu sejumlah uang kepada operator yang kemudian nilai uang tersebut
dimasukkan menjadi nilai uang dalam kartu, yang dinyatakan dalam satuan Rupiah dan dapat
digunakan untuk melakukan transaksi pembayaran dengan cara mengurangi secara langsung nilai
uang pada kartu tersebut.
Inilah yang merupakan model bisnis baru di dunia telekomunikasi. Untuk pembelian layanan
telekomunikasi yang bersifat non-core, seperti konten, maka pelanggan dapat membayar dari
uangnya sendiri yang tersimpan dalam layanan kartu yang saat ini kita kenal di perusahaan kita
dengan nama Telkomsel Cash (TCASH).
TCASH telah mendapatkan ijin dari Bank Indonesia sebagai layanan bagi pelanggan selular yang akan
melakukan transaksi menggunakan ponsel. Transaksi yang dapat dilayani tidak hanya untuk
pembayaran namun juga pengiriman uang (remittance).
TCASH dapat menjadi solusi ke depan dalam pengembangan new business yang memerlukan media
pembayaran. Dalam contoh transaksi konten di atas maka CP akan mendapatkan pemasukan dari
pelanggan yang berminat membeli konten yang mana dananya telah tersedia dalam akun TCASH
pelanggan. Jadi bukan diambil dari nilai pulsa pelanggan. Ini sesuai dengan peraturan Bank
Indonesia.
Melalui platform TCASH, dari bisnis konten tersebut operator tidak akan mengeluarkan kas lagi,
justru akan mendapat berbagai pendapatan baru (new revenue stream) seperti pendapatan
transaksi TCASH, pendapatan aktivasi konten pada jaringan operator dan pendapatan dari biaya
promosi kepada pelanggan (mobile ads).
Dengan demikian model old-business (seperti penjualan voucher) akan berjalan normal dan tidak
bercampur dengan model new-business (seperti penjualan konten dan lainnya). Dan yang lebih
penting kedua model bisnis ini dapat terus berkembang dan taat asas (compliance) dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
File: D:Documents and SettingshelmiwahMy DocumentsJobJurnalPulsa 11-11-11.doc